PERANCANGAN MODEL
ACTIVITY BASED MANAGEMENT
UNTUK PENINGKATAN
EFISIENSI BIAYA PRODUKSI CELANA
JEANS
PADA PT. GIVEMAS GARMINDO
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana TeknikOleh :
Aulia Morfi Nasution
NIM. 070403048
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas sarjana ini dengan baik.
Laporan tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk mengikuti sidang tugas sarjana untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Peneliti melaksanakan penelitian di PT Givemas Garmindo yaitu suatu
perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan celana jeans. Laporan tugas sarjana ini membahas tentang penerpan Activity Based management yang digunakan untuk meminimumkan biaya produksi. Judul penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti
yaitu “Penerapan Model Activity Based Management Untuk Peningkatkan Efisiensi
Biaya Produksi Celana Jeans Pada PT Givemas Garmindo”.
Akhir kata, penulis berharap agar Laporan tugas sarjana ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Medan, Juli 2012
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yaitu:
1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT., selaku ketua departemen Teknik Industri yang telah
meluangkan waktu dan pemikirannya dalam membimbing dan memberikan
pengarahan kepada penulis dalam penyusunan laporan tugas sarjana ini.
2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT., selaku sekretaris departemen Teknik Industri.
3. Ibu Rosnani Ginting, MT dan Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Eng selaku
koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industti USU.
4. Bapak Prof. DR. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng. selaku ketua bidang rekayasa
Manufaktur. Yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pengajuan judul
Tugas Sarjana.
5. Bapak Prof. DR. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE. selaku dosen pembimbing I yang
telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam memberikan arahan dan nasehat
untuk penulis dalam menyelesaikan laporan tugas sarjana ini.
6. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT. selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan pemikirannya dalam memberikan arahan dan nasehat untuk penulis
dalam menyelesaikan laporan tugas sarjana ini.
7. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT., Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT., Bapak Ikhsan Siregar,
ST, M.Eng., selaku Tim Pembanding pada Seminar Tugas Sarjana yang telah
memberikan masukan untuk penyempurnaan laporan tugas sarjana ini.
8. Bapak Ujang selaku Pembimbing Lapangan Tugas Akhir dan Supervisor Bagian
informasi mengenai kondisi pabrik dan para karyawan di PT. Givemas Garmindo
yang telah memberi informasi dalam hal pengambilan data.
9. Rudi Putra, selaku teman seperjuangan dalam melakukan penelitian di PT. Givemas
Garmindo yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
10.Teman-teman serekan kerja di Laboratorium Sistem Produksi (Susanto, Winny,
Yessi, Rahma, Suhartono, Puput, Gudiman, Yose, Arief, Yogi, Bajora, Amanah,
Hendra, Wendy, Matius, Lia, Sadikin, Niko, Hadi, Maysarah) yang mendukung
penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
11.Bang Nurmansyah, Bang Mijo, Kak Dina, Kak Ani, dan Bang Ridho atas bantuan
dan tenaga yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian Tugas Sarjana
ini.
12.Seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu, namun telah memberikan
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
ABSTRAKSI ... xviii
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.4. Manfaat Penelitian... I-4 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-5 1.6. Sistematika Penulisan Laporan ... I-6
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-7 2.4. Proses Produksi ... II-8 2.4.1. Standar Mutu Bahan/Produk ... II-9 2.4.2. Bahan yang Digunakan ... II-10 2.4.2.1. Bahan Baku ... II-10 2.4.2.2. Bahan Penolong ... II-11 2.4.2.3. Bahan Tambahan ... II-12 2.4.3. Uraian Proses ... II-13 2.4.4. Mesin dan Peralatan ... II-17
III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Activity Based Management ... III-1 3.1.1. Tujuan, Manfaat, dan Keunggulan Activity
Based Management ... III-1 3.1.2. Langkah-langkah Penerapan Activity Based
Management ... III-2 3.2. Aktivitas ... III-4 3.2.1. Defenisi Aktivitas ... III-4 3.2.2. Value Added Activity dan Non Value
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
33. Biaya ... III-9 3.4. Sistem Biaya Tradisional (Traditional Costing) ... III-11 3.5. Value Chain ... III-13 3.6. Pengukuran Waktu ... III-17
3.6.1. Langkah-Langkah Sebelum Melakukan
Pengukuran Waktu ... III-17 3.6.2. Tahapan Penentuan Waktu Normal ... III-19 3.6.3. Tahapan Penentuan Waktu Baku ... III-23 3.7. Histogram ... III-25 3.8. Cause and Effect Diagram (Diagram Sebab Akibat) ... III-27 3.9. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ... III-30 3.9.1. Sejarah Failure Mode Effect Analysis (FMEA) ... III-30 3.9.2. Dasar Failure Mode Effect Analysis (FMEA) ... III-31 3.9.3. Pengertian Failure Mode Effect Analysis (FMEA) ... III-32 3.9.4. Penentuan Mode Kegagalan yang Potensial
DAFTAR ISI
(LANJUTAN)
BAB HALAMAN
3.10. Material handling... III-39 3.10.1. Teknik Pengukuran Jarak ... III-39 3.10.2. Menghitung Biaya Material handling ... III-40 3.11. Konsep Pengupahan Merit Pay ... III-41 3.12. Kain Denim ... III-42 3.13. Membuat Pakaian ... III-43 3.13.1. Standar Kualitas Kain ... III-44 3.13.2. Standar Kualitas Pakaian ... III-46
IV METODOLOGI PENELITIAN
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Waktu Produksi ... V-1 5.1.2. Data Permintaan Celana Jeans ... V-8 5.1.3. Data Biaya Produksi... V-9 5.2. Pengolahan Data ... V-14
5.2.1. Analisis Proses Bisnis ... V-14 5.2.2. Process Value Analysis ... V-33 5.2.3. Process Improvement ... V-41 5.2.3.1. Analisis Aktivitas Pemeriksaan II ... V-43 5.2.3.2. Analisis Perpindahan Bahan ... V-65 5.2.4. Analisis Cost Driver... V-72 5.2.5. Pembebanan Biaya ke Aktivitas ... V-72 5.2.6. Manajemen Aktivitas Berdasarkan Process
Improvement ... V-78 5.2.7. Pengukuran Kinerja ... V-80
VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
6.1.6. Analisis Pengukuran Kinerja ... VI-4 6.2. Usulan Perencanaan Perbaikan ... VI-6 6.2.1. Menetapkan Alokasi Standar Upah Penjahitan ... VI-6 6.2.2. Menetapkan Standar prosedur Pemeriksaan
Bahan Baku ... VI-13 6.2.3. Pemindahan Material ... VI-16
VII KESIMPULAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.1. Data Jumlah Produk Celana Jeans yang Mengalami Rework
Selama Tahun 2011... I-2 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Tetap ... II-6 2.2. Sistem Pembagian Jam Kerja Bagian kantor dan Produksi ... II-7 2.3. Sistem Pembagian Jam Kerja Bagian kantor dan Pencucian ... II-7 3.1. RatingPerformance Menurut Cara Shummard ... III-21 3.2. Westinghouse Factor ... III-22 3.3. Penentuan Nilai Severity ... III-30 3.4. Nilai Occurrence dengan Menggunakan Jumlah Kegagalan... III-32 3.5. Penentuan Nilai Detection ... III-33 3.6. Defect pada Pakaian ... III-46 5.1. Waktu Siklus Produksi Celana Jeans Basic ... V-6 5.2. Waktu Siklus Produksi Celana Jeans Model ... V-7 5.3. Permintaan Celana Jeans Selama Tahun 2011 ... V-8 5.4. Biaya Produksi Celana Jeans Tahun 2011 ... V-9 5.5. Data Pemakaian Bahan Per Unit Produk ... V-9 5.6. Data Biaya Penggunaan Bahan Celana Jeans Selama Tahun 2011... V-10 5.7. Data Biaya Tenaga Kerja Langsung Bagian Produksi
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.12. Uji Kecukupan Data untuk Celana Jeans Tipe Basic ... V-26 5.13. Uji Kecukupan Data untuk Celana Jeans Tipe Model ... V-27 5.14. Rekapitulasi Waktu Siklus ... V-28 5.15. Waktu Normal pada Stasiun Kerja ... V-29 5.16. Waktu Baku pada Stasiun Kerja ... V-31 5.17. Pengidentifikasian Informasi Aktivitas Bagian Produksi
PT. Givemas Garmindo ... V-32 5.18. Penggolongan Aktivitas pada PT. Givemas Garmindo ... V-39 5.19. Pengujian Aktivitas Pemeriksaan pada PT. Givemas Garmindo ... V-41 5.20. Pengujian Aktivitas Pemindahan Material pada PT. Givemas
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Rating Factor dan Allowance Operator ... L-1 2. Mesin dan Peralatan ... L-2
ABSTRAK
PT. Givemas Garmindo merupakan industri yang bergerak dalam bidang pembuatan celana jeans dengan berbagai model sesuai dengan pesanan pelanggan (make to order). Tujuan perusahaan adalah menciptakan celana jeans dengan biaya produksi rendah (low cost production), untuk mewujudkan tujuan tersebut perusahaan harus melakukan hanya aktivitas yang bernilai tambah,. Hansen dan Mowen (2006) menyatakan bahwa dalam industri manufaktur aktivitas penyimpanan, pemeriksaan, pemindahan dan menunggu adalah aktivitas yang tidak bernilai tambah.
Activity Based Management (ABM) adalah pendekatan terpadu dan menyeluruh yang membuat perhatian manajemen berpusat pada aktivitas yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan nilai pelanggan dan laba yang diperoleh karena memberikan nilai tersebut. ABM menekankan padapengendalian aktivitas melalui analisis aktivitas.
Analisis aktivitas pemeriksaan dilakukan menggunakan FMEA dan menghasilkan Risk Priority Number terbesar untuk penyebab kegagalan pekerja tidak serius dan semangat bekerja dan kendali yang dilakukan menetapkan alokasi pengupahan yang diukur berdasarkan performance dan untuk penyebab untuk penyebab kegagalan kain mengalami susut dan kendali yang dilakukan adalah melakukan pengujian kualitas kain. Analisis aktivitas pemindahan bahan dilakukan dengan menggunakan Eucledean Distance, untuk menentukan jarak terdekat pemindahan bahan dan memperbaiki metode kerja untuk meningkatkan kapasitas alat pemindah. Hasil rancangan untuk memperbaiki aktivitas pemeriksaan adalah dengan menetapkan sistem pengupahan dengan menggunakan sistem Merit Pay dan untuk masalah bahan baku, diusulkan membuat SOP pemeriksaan kain. Dengan menerapkan hasil rancangan akan tercapai efisiensi pengurangan biaya produksi sebesar 0,39 % dan efisiensi pengurangan waktu produksi 2,50 %.
Kata Kunci: Activity Based Management (ABM), Failure Mode Effect Analysis
ABSTRAK
PT. Givemas Garmindo merupakan industri yang bergerak dalam bidang pembuatan celana jeans dengan berbagai model sesuai dengan pesanan pelanggan (make to order). Tujuan perusahaan adalah menciptakan celana jeans dengan biaya produksi rendah (low cost production), untuk mewujudkan tujuan tersebut perusahaan harus melakukan hanya aktivitas yang bernilai tambah,. Hansen dan Mowen (2006) menyatakan bahwa dalam industri manufaktur aktivitas penyimpanan, pemeriksaan, pemindahan dan menunggu adalah aktivitas yang tidak bernilai tambah.
Activity Based Management (ABM) adalah pendekatan terpadu dan menyeluruh yang membuat perhatian manajemen berpusat pada aktivitas yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan nilai pelanggan dan laba yang diperoleh karena memberikan nilai tersebut. ABM menekankan padapengendalian aktivitas melalui analisis aktivitas.
Analisis aktivitas pemeriksaan dilakukan menggunakan FMEA dan menghasilkan Risk Priority Number terbesar untuk penyebab kegagalan pekerja tidak serius dan semangat bekerja dan kendali yang dilakukan menetapkan alokasi pengupahan yang diukur berdasarkan performance dan untuk penyebab untuk penyebab kegagalan kain mengalami susut dan kendali yang dilakukan adalah melakukan pengujian kualitas kain. Analisis aktivitas pemindahan bahan dilakukan dengan menggunakan Eucledean Distance, untuk menentukan jarak terdekat pemindahan bahan dan memperbaiki metode kerja untuk meningkatkan kapasitas alat pemindah. Hasil rancangan untuk memperbaiki aktivitas pemeriksaan adalah dengan menetapkan sistem pengupahan dengan menggunakan sistem Merit Pay dan untuk masalah bahan baku, diusulkan membuat SOP pemeriksaan kain. Dengan menerapkan hasil rancangan akan tercapai efisiensi pengurangan biaya produksi sebesar 0,39 % dan efisiensi pengurangan waktu produksi 2,50 %.
Kata Kunci: Activity Based Management (ABM), Failure Mode Effect Analysis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan Teknologi yang sangat pesat di dunia industri, menyebabkan
cepatnya terjadi perubahan di dunia usaha. Untuk dapat mengikuti arus persaingan
perusahaan di tuntut untuk terus berinovasi dan menciptakan produk yang berkualitas.
PT. Givemas Garmindo merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak
dalam pembuatan celana jeans. Celana jeans yang dihasilkan beragam modelnya sesuai dengan permintaan konsumen. Perbedaan model celana jeans membuat aktivitas yang dilakukan pada bagian produksi mengambil porsi terbesar dalam pengeluaran
perusahaan. Ditinjau dari posisi strategik perusahaan pada persaingan industri konveksi,
PT. Givemas Garmindo mengandalkan biaya produksi yang minim sehingga
berpengaruh pada harga jual yang ditetapkan perusahaan. untuk mempertahankan posisi
strategik perusahaan, maka perusahaan harus mengeluarkan biaya yang benar-benar
bernilai tambah. Biaya bernilai tambah diperoleh hanya dari aktivitas yang bernilai
tambah.
Berdasarkan observasi dan pengamatan dilapangan, diperoleh bahwa terapat
aktivitas pengerjaan ulang (rework) yang diindikasikan sebagai aktivitas yang tidak bernilai tambah. Hal ini dapat dilihat pada data jumlah produk cacat yang melalui proses
Tabel 1.1. Data Jumlah Produk Rework Selama Tahun 2011
No. Bulan Jumlah
1 Januari 1335
2 Februari 1428
3 Maret 1396
4 April 1479
5 Mei 1446
6 Juni 1472
7 Juli 1502
8 Agustus 1435
9 Spetember 1450
10 Oktober 1425
11 November 1526
12 Desember 1589
Total 17483
Sumber : PT. Givemas Garmindo
Dari data diatas, diperoleh bahwa rata-rata 59 produk harus mengalami rework yang mengakibatkan kehilangan waktu produksi sebesar 74 menit setiap harinya karena
harus melaksanakan aktivitas tersebut. Bila ditinjau dari aktivitas pemeriksaan, proses
pemeriksaan telah dilakukan dengan 4 tahap yaitu QC joint, QC Jahitan, QC Produk, QC Bulu. Dengan keempat tahap pemeriksaan tersebut seharusnya kecacatan produk
dapat ditekan sesedikit mungkin.
Menurut Hansen dan Mowen (2006), Aktivitas rework (pengerjaan ulang) dan pemeriksaan adalah aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan,
karena aktivitas tersebut tidak memberikan nilai bagi produk tetapi menjadi
pengeluaran bagi perusahaan. Pemaparan diatas menjadi titik tolak mengapa perlu
melakukan analisis terhadap aktivitas yang dilakukan oleh manajeman perusahaan.
meningkatkan nilai pelanggan dan laba yang diperoleh karena memberikan nilai
tersebut. Activity Based Management memfokuskan pada efektivitas bisnis, serta untuk meningkatkan tidak hanya nilai (value) yang diterima oleh pelanggan, tetapi juga memberikan laba bagiperusahaan.
Activity Based Management menekankan pada pengendalian aktivitas melalui analisis aktivitas. Analisis aktivitas dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas
apa saja yang memberikan kontribusi bagi perusahaan dan aktivitas apa yang tidak
memberikan kontribusi bagi perusahaan.1
Dengan demikian diharapakan penggunakan Activity Based Management dapat memberikan solusi untuk perbaikan sistem produksi pada PT. Givemas Garmindo.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas, maka permasalahan yang
terdapat pada perusahaan adalah terdapat pemborosan aktivitas dan pengalokasian biaya
yang tidak tepat dalam memproduksi celana jeans baik model maupun basic, sehingga pembebanan biaya produksi menjadi tidak tepat yang mengakibatkan pemborosan biaya
produksi.
1
Avrillianti Yudi. 2006. Penerapan Activity Based Management Sebagai Sarana Untuk mendorong
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian yang dilakukan adalah menerapkan konsep Activity Based Management (ABM) dan melakukan analisis terhadap non value added activity
untuk mengendalikan biaya produksi celana jeans pada PT. Givemas Garmindo. Tujuan khusus penelitian adalah:
1. Mendapatkan aktivitas yang tidak bernilai tambah pada bagian produksi dengan
melakukan analisis terhadap aktivitas tersebut.
2. Mendapatkan pengurangan biaya produksi dan waktu produksi dengan menerapkan
activity based management.
3. Mendapatkan usulan perbaikan proses terhadap aktivitas yang tidak bernilai
tambah.
4. Membandingkan hasil perhitungan biaya produksi antara metode tradisional (PT.
Givemas garmindo) dengan Activity Based Management (Usulan).
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
a. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan teori dan metode ilmiah
yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan dengan mengaplikasikannya di
lapangan.
b. Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi pihak perusahaan untuk
c. Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri,
Fakultas Teknik USU dan untuk menambah literatur perpustakaan.
1.5. Batasan Masalah dan Asumsi
Adapun batasan dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian hanya dilakukan untuk proses produksi 2 jenis celana jeans yaitu model dan basic.
2. Biaya overhead pabrik yang dimaksud adalah biaya yang berkaitan langsung dengan proses produksi.
3. Biaya Penyusutan mesin dan bangunan tidak diperhitungkan.
4. Penelitian hanya dilakukan pada Aktivitas pada Bagian Produksi.
5. Analisis pemindahan bahan dilakukan dengan tidak mengubah tata letak pabrik
melainkan metode kerja yang digunakan.
Adapun yang menjadi asumsi dalam penelitian yang dilakukan adalah :
1. Tidak ada perubahan cara dalam proses produksi celana jeans model dan basic. 2. Semua fasilitas produksi yang digunakan berada dalam kondisi normal dan bekerja
dengan baik.
3. Tidak terjadi kenaikan harga biaya produksi langsung dan biaya overhead pabrik selama penelitian dilakukan.
4. Semua pekerja yang berhubungan dengan bagian produksi, berada dalam kondisi
normal dan bekerja dengan baik.
1.6. Sistematika Penulisan Laporan
Adapun sistematikan penulisan laporan tugas sarjana adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang masalah yang mendasari
peneliti melakukan perancangan usulan perencanaan produksi, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi penelitian, serta sistematika
penulisan tugas sarjana.
Bab II Gambaran Umum Perusahaan, menguraikan sejarah perusahaan, ruang
lingkup bidang usaha, organisasi dan manajemen perusahaan yang meliputi uraian tugas
dan tanggung jawab, jam kerja, dan sistem pengupahan, proses produksi yang meliputi
bahan-bahan yang digunakan dan uraian proses produksi, serta mesin dan peralatan.
Bab III Landasan Teori, menguraikan teori-teori yang digunakan dalam
penelitian yaitu Activity Based Management (ABM), aktivitas, value added activity, Biaya, value chain, pengukuran waktu, Failure Mode and Effect Analysis (FMEA),
Merit Pay, serta Metode-metode yang digunakan dalam Pendekatan perbaikan material handling. Sumber teori atau literatur yang digunakan diambil dari referensi buku dan jurnal penelitian yang berhubungan dengan topik penelitian yang dapat dilihat pada
Daftar Pustaka.
Bab IV Metodologi Penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan dalam
penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi penelitian, objek
penelitian, jenis penelitian, kerangka konseptual, variabel peneltian, dan instrumen
pengumpulan data serta langkah-langkah penelitian meliputi pengumpulan data,
Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, mengidentifikasi data yang
diperlukan baik berupa data primer seperti urutan proses produksi, waktu pengerjaan
produk celana jeans, maupun data sekunder seperti data proses permintaan celana jeans, data-data biaya produksi celana jeans. Selain itu, juga terdapat tahap pengolahan dengan melakukan pengujian keseragaman dan kecukupan data waktu produksi, identifikasi
proses bisnis dengan diagram value chain, identifikasi aktivitas dan menggambarkannya kedalam diagram aliran produksi, kemudian tahap selanjutnya adalah process value analysis, analisis aktivitas yang bukan penambah nilai, serta analisis cost driver, pembebanan biaya dan perngukuran kinerja keuangan dan non keuangan.
Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, menguraikan hasil dan alternatif dari
pengolahan data activity based management, dan analisis aktivitas untuk mendapatkan perbaikan usulan terhadap masalah.
Bab VII Kesimpulan dan Saran, memberikan hasil yang ditunjukkan oleh
penelitian seperti usulan perbaikan yang diperoleh dari pemecahan masalah serta
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Pada tahun 1970 di indonesia usaha pembuatan celana jeans mulai berkembang
pesat namun demikian produksi celana jeans belum dapat memenuhi kebutuhan
konsumen. Hal ini disebabkan minimnya keterampilan dalam membuat celana jeans. Maka sejalan dengan hal tersebut terbesit dipikiran Pak Susanto untuk menjalankan
bisnis garmen.
Bermula dari sebuah tempat usaha yang sangat sederhana dikediaman beliau di
jalan Berlian beliau memulai usaha garmen. Dengan peralatan yang sederhana beliau
mampu mengembangkan usaha garmen tersebut hingga memiliki cabang di daerah
Mandala tepatnya di Jalan Bersama No.36 dengan nama PT.Givemas Garmindo.
Perkembangan teknologi dan permintaan terhadap celana jeans yang semakin
meningkat akhirnya pada tahun 1997 melakukan ekspansi dengan mendirikan satu
cabang perusahaan lagi yang berlokasi di jalan Medan-Batang Kuis km.16. No.168
Desa Sei Rotan Dusun VIII Tembung seluas ±10 Ha.
Dengan dibukanya cabang di Tembung tersebut, maka semakin bertambah
kapasitas produksi dan teknologi yang digunakan. Hal ini menyebabkan perusahaan ini
semakin jauh meninggalkan pesaing-pesaingnya dan terus memperbaiki dan
meningkatkan usahanya dengan keinginan untuk menciptakan perusahaan yang
terintegrasi. Dimana terintegrasi disini seluruh bahan baku yang diperlukan untuk
Sampai saat ini PT. Givemas Garmindo telah memproduksi dan menjual celana
jeans dankain bahan baku pembuatan jeans ke perusahaan-perusahaan lainnya.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
PT. Givemas Garmindo memproduksi berbagai model celana Jeans. Kalau
dibedakan berdasarkan jenisnya celana jeans terbagi atas hiphop, regular, cutting,
junkies. Untuk Jenis kain dibedakan atas denim dan nondenim.
2.3. Organisasi dan Manajemen
2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan
Sebuah perusahaan akan berjalan dengan lancar apabila adanya sistem
organisasi dan manajemen yang baik dan terpadu semua kegiatan dalam perusahaan itu
akan dikonsep hubungannya dalam sebuah organisasi dan cara pelaksanaan pelaksanaan
kegiatan tersebut diatur dalam manajemennya. Dengan adanya struktur organisasi dan
uraian tugas yang telah ditetapkan akan menciptakan suasana kerja yang baik dan tidak
terjadi kekacauan akibat kesalahan dalam pemberian perintah dan tanggung jawab.
Bentuk struktur organisasi yang digunakan pada PT. Givemas Garmindo adalah
bentuk struktur organisasi garis dan staff karena selain adanya perintah langsung dari
atasan terdapat juga spesialisasi atau beberapa tenaga yang ahli di bidangnya
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Givemas Garmindo
Sumber : PT. Givemas Garmindo
PIMPINAN PERUSAHAAN
MARKETING & PPC
KASIER
KEPALA PERSONALIA KEPALA BAGIAN
PRODUKSI
SUPERVISOR GUDANG KAIN
SUPERVISOR AKSESORIS
KEPALA LOUNDRY SUPERVISOR
FINISHING SUPERVISOR
GUDANG PRODUK
SUPERVISOR PERSIAPAN SUPERVISOR
JAHITAN MUKA BELAKANG
SUPERVISOR JAHITAN I DAN II MANDOR QC
KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN MANDOR WRINGKLE MANDOR ROSE KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN
KARYAWAN KARYAWAN
2.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung jawab
Untuk menggerakkan suatu organisasi dibutuhkan personil yang
memegang jabatan tertentu dalam organisasi. Masing-masing personil diberi
tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Adapun uraian tugas dan tanggung
jawab dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja
2.3.3.1.Jumlah Tenaga Kerja
Salah satu faktor yang mempunyai peranan penting di dalam menjalankan
dan mengendalikan dan mengendalikan kegiatan guna mencapai tujuan
perusahaan ialah tenaga kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat
diperoleh melalui proses recruitment (fungsi penarikan tenaga kerja). Kegiatan utama proses recruitment adalah program penerimaan tenaga kerja, diharapkan dapat memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
PT. Givemas Garmindo di dalam ke di dalam kegiatan penerimaan dan
penempatan tenaga kerja dilakukan sendiri oleh pihak perusahaan dengan terlebih
dahulu melihat situasi yang ada, apakah perusahaan memerlukan karyawan atau
tidak. Hal ini perlu diperhitungkan mengingat efektivitas dan efisiensi yang
diterapkan perusahaan. Dalam proses penerimaan tenaga kerja, tiap-tiap bagian
melapor ke bagian personalia bahwa bagian yang ditempatinya kekurangan tenaga
kerja. Selanjutnya pihak perusahaan akan memberikan pengumumna kepada
Untuk memperoleh tenaga kerja, perusahaan menggunakan beberapa
sumber, yaitu:
1. Dari dalam perusahaan (internal)
Untuk memperoleh tenaga kerja dari dalam perusahaan, perusahaan
melakukan penelitian dan pengangkatan langsung tenaga kerja yang dianggap
berpengalaman dan kompeten dalam bidang tersebut. Dengan demikian
perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan yang mempunyai
bakat, keterampilan, dan kompetensi untuk berkembang.
2. Dari luar perusahaan (eksternal)
Penarikan tenaga kerja dari luar perusahaan dapat diperoleh dari:
a. Keluarga atau famili karyawan perusahaan.
b. Teman-teman atau kenalan karyawan perusahaan .
PT. Givemas Garmindo merupakan perusahaan tergolong Hand made
dimana disini dibutuhkan keterampilan tangan sehingga perusahaan hanya
merekrut karyawan yang mahir atau bias menggunakan mesin jahit. Apabila
terdesak maka Setelah diadakan penempatan, tenaga kerja tersebut diadakan
training (pelatihan kerja) selama tiga bulan. Saat ini PT. Givemas Garmindo pada bagian produksi celana jeans memperkerjakan karyawan tetap sebanyak 15 orang dan karyawan tidak tetap sebanyak 300 orang dengan perincian ditunjukkan pada
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Tetap
NO. JABATAN JUMLAH (ORANG)
1 Pimpinan Perusahaan 1
2 Marketing and PPC 1
3 Kasir 1
4 Kepala Bagian Produksi 1
5 Kepala Bagian Personalia 1
6 Kepala Bagian Cucian 1
7 Mandor Gudang Bahan Baku 1
8 Mandor Gudang Produk 1
9 Mandor Cucian Wringkle 1
10 Mandor Cucian Rose 1
11 Mandor Persiapan 1
12 Mandor Finishing 1
13 Mandor Jahitan Muka Belakang 1
14 Mandor gudang Aksesoris 1
15 Mandor Maintenance 1
JUMLAH 15
Sumber : PT. Givemas Garmindo
2.3.3.2.Jam Kerja
Dalam memelihara ketertiban dan kedisiplinan kerja setiap perusahaan
mengeluarkan tata tertib/peraturan kerja yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan
perusahaan, termasuk dalam penetapan jam kerja.
PT. Givemas Garmindo mengatur waktu kerja berdasarkan kebutuhan dan
keperluan masing-masing bagian. Untuk bagian boiler dan pencucian dilakuakn
dengan dua shift kerja, sedangkan untuk jahitan dan packing hanya jam kerja normal.
Ketentuan jam kerja di PT. Givemas Garmindo diatur menurut aturan shift
a. Jam kerja pada bagian kantor
Tabel 2.2. Sistem Pembagian Jam Kerja Bagian Kantor dan Produksi (Jahitan dan Finishing)
HARI JAM KERJA (WIB) ISTIRAHAT (WIB)
Senin – sabtu 08.00 – 17.00 12.0 – 13.00
Sumber : PT. Givemas Garmindo
b. Jam kerja bagian produksi
Tabel 2.3. Sistem Pembagian Jam Kerja Bagian Produksi (Pencucian)
HARI SHIFT JAM KERJA ISTIRAHAT (WIB)
Senin – Sabtu I 07.00 – 19.00 12.00 – 13.00
II 19.00 – 07.00 23.00 – 24.00
Sumber : PT. Givemas Garmindo
c. Jam kerja bagian keamanan
Untuk bagian keamanan, dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 5 orang
dan melakukan penjagaan bergantian setiap 12 jam sekali dimulai dari:
- Jam 08.00 – 20.00 - Jam 20.00 – 08.00
2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas lainnya
Upah berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi
kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang akan
ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang – undang dan peraturan, dibayarkan
atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja kepada penerima kerja. Gaji
adalah upah dasar yang diberikan dari pemberi kerja kepada penerima kerja dalam
ukuran waktu tertentu misalnya ukuran 1 (satu) hari dan 1 (satu) bulan, dan
kenaikan pada periode tertentu sesuai dengan jabatan dan prestasi pihak penerima
kerja.
Sistem pengupahan pada PT. Givemas Garmindo terbagi atas 3 jenis berdasarkan
karyawannya yaitu:
1. Karyawan tetap
Pengupaham pada perusahaan adalah berdasarkan upah bulanan. Besarnya
upah disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab masing – masing
karyawan, serta latar belakang pendidikan dan pengalamannya. Upah tersebut
diberikan untuk masa 21 hari kerja rata – rata 7 jam dalam sehari.
2. Karyawan Borongan
Upah karyawan borongan diberikan berdasarkan hasil kerjanya, jadi untuk
setiap pieces bagain celana ataupun celana yang dikerjakannya maka akan dikali dengan upah satuan pengerjaan bagian tersebut.
3. Karyawan Harian
Karyawan harian disini merupakan karyawan bagian pencucian dan mesin
boiler yang digaji berdasarkan system minggua n, bulanan. Bedasarkan tingkat
kedatangan karyawan.
2.4. Proses Produksi
Proses produksi adalah serangkaian kegiatan berupa cara, metode dan
teknik untuk menciptakan atau meningkatkan nilai tambah suatu barang atau jasa
dengan menggunakan sumber-sumber daya berupa tenaga kerja, mesin, bahan
Pada PT. Givemas Garmindo, jenis proses produksinya adalah assembly
dikenal sebagai tipe proses produksi perakitan komponen-komponen bahan baku:
kain, benang, skupil dan kancing menjadi produk akhir yaitu celana jeans. Apabila dibedakan berdasarkan tipe proses produksinya maka untuk tipe celana
jeans model basic menggunakan tipe continuous sedangkan untuk model tertentu menggunakan intermiten, berdasarkan permintaan model celana dari konsumen. Berdasarkan volume produksi, PT. Givemas Garmindo merupakan perusahaan
produksi yang tergolong job shop yang menghasilkan celana jeans berdasarkan
order pelanggan.
2.4.1. Standar Mutu Bahan/ Produk
Mutu merupakan faktor penting yang diterapkan di perusahaan ini karena
banyak perusahaan pesaing yang bergerak dalam bidang yang sama dan tidak
hanya itu perusahaan juga mengekspor celana jeans.Standar mutu yang ada dapat mengendalikan produk ataupun bahan baku tidak menjauhi spesifikasi
standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Dalam memproduksi celana PT. Givemas Gramindo mengklasifikasikan bahan
baku menjadi 3 grade. Ketiga grade tersebut yaitu: 1. Kain Grade A
Untuk jenis kain ini, tingkat kecacatan dan penyusutan kain setelah dicuci
sangat rendah. Di samping itu warna kain lebih baik dibandingkan grade B dan C dan permukaan kain lebih halus. Kain ini digunakan untuk produksi celana
2. Kain Grade B
Untuk kain ini kualitasnya berada dibawah kualitas grade A. Dan kain ini
digunakan untuk produksi celana yang akan dipasarkan ke Agen Matahari
departementstore seperti “Nevada”. 3. Kain Grade C
Untuk kain ini kualitasnya berada dibawah kualitas grade B. Dan kain ini
digunakan untuk produksi celana yang bermerek “BMW”.
Agar kualitas mereka tetap terjaga sesuai spesifikasinya baik dari bahan
baku dan hasil akhir. PT. Givemas Garmindo melakukan kontrol disetiap lintasan
produksi. Dan pada tahap finishing perusahaan tersebut juga melakukan kontrol. Selain itu, agar celana tersebut dapat dipilih oleh konsumen sesuai dengan selera
mereka, PT. Givemas Garmindo biasanya terlebih dahulu membuat sampel
sebanyak 20 unit celana dengan model, warna dan jenis kain yang berbeda-beda.
2.4.2.Bahan yang Digunakan
2.4.2.1.Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
produk. Bahan baku yang digunakan PT. Givemas Garmindo dalam
memproduksi celana jeans adalah:
1. Kain jeans sebagai bahan baku utama yang dikelompokkan menjadi 3 grade
yaitu grade A, B, dan C . Bahan baku (kain jeans) merupakan kain yang
2. Berbagai jenis benang merupakan bahan baku dalam memproduksi celana
jeans. Terdapat banyak warna dan ukuran benang yang digunakan PT. Givemas
Garmindo. Benang disuplai dari perusahaan benang yang bersumber di
Bandung dan juga perusahaan produksi kain PT. Centralindo yang terletak di
Bandung.
2.4.2.2.Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam
memperlancar penyelesaian suatu produk dimana keberadaan bahan penolong ini
tidak mengurangi nilai tambah produk yang dihasilkan tersebut, dan bahan
penolong ini tidak terdapat pada produk akhir. Dengan kata lain, bahan penolong
adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan ditambahkan ke dalam
proses pembuatan produk yang mana komponennya tidak dapat dibedakan secara
jelas pada produk jadi. Bahan penolong yang digunakan oleh PT. Givemas
Garmindo adalah:
Bahan penolong yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Kapur warna
Kapur warna ini digunakan untuk menuliskan nomor celana yang akan dijahit.
2. Stempel karbon
Stempel karbon digunakan untuk menuliskan nomor celana.
3. Air
2.4.2.3.Bahan Tambahan
Bahan tambahan merupakan bahan yang digunakan dalam proses produksi
dan bercampur dengan bahan baku membentuk produk akhir. Bahan tambahan
ditambahkan pada proses produksi dalam rangka meningkatkan mutu produk dan
bahan ini merupakan bagian dari produk akhir. Adapun bahan tambahan yang
digunakan dalam proses produksi adalah :
1. Kancing
Kancing digunakan sebagai komponen tamabahan pada celana.
2. LabelCelana
LabelCelana digunakan untuk menginformasikan nama dari celana tersebut.
3. Label Size celana
Label Size celana digunakan untuk mengetahui ukuran celana. 4. Skupil
Skupil digunakan sebagai asesoris dari celana.
5. Tali resleting
Tali resleting digunakan sebagai bagian penutup pada celana.
6. Label Harga
Label Harga digunakan untuk memberikan informasi harga celana.
7. Plastik
Plastik ini digunakan untuk membungkus produk yang telah selesai.
8. Kardus
2.4.3. Uraian Proses
Uraian proses produksi untuk celana jeans basic dapat dilihat pada lampiran 2. Berikut adalah uraian proses produksi celana jeans model basic.
1. Penyortiran
Penyortiran merupakan tahap awal yang dilakukan pada proses produksi
celana jeans. Tujuan proses ini adalah untuk menyortir/memilih kain jeans
berdasarkan spesifikasi yang telah ditetapkan. Proses penyortiran ini
dilakukan digudang bahan baku.
2. Pemotongan
Pemotongan kain dalam ukuran yang lebih kecil. Tujuan proses ini adalah
untuk memotong kain dari ukuran yang lebih besar menjadi ukuran lebih kecil
biasanya panjang potongan ini sesuai dengan order. Mesin yang digunakan adalah mesin potong kain (ST-360C), dan untuk menahan kain digunkaan
ER-109 / Manual cloth press.
3. Pengemalan (Pemberian Pola)
Pengemalan (Pemberian Pola) merupakan proses memberikan pola pada kain
sesuai dengan elemen-elemen (item-item) celana yang akan diproduksi. Pola
yang digunakan sudah didesain oleh bagian desain dengan menggunakan
software desain. 4. Pemotongan Pola
Pemotongan Pola merupakan proses pemotongan yang kedua, yang bertujuan
agar diperoleh komponen-komponen celana yang kemudian akan dirakit.
5. Marker (Pemberian Nomor)
Marker merupakan proses pemberian nomor ukuran celana. Bahan yang digunakan adalah kapur warna dan juga stempel karbon.
6. Perakitan
Pada proses perakitan ini terbagi atas 5 lini. Dari kelima lini tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
i. Lini 1 : Lini Mukaan
ii. Lini 2 : Lini Belakang
iii. Lini 3 : Lini Penyatuan Kantong, Tali Resleting dan Penyatuan Mukaan
dan Belakang
iv. Lini 4 : Lini Penyatuan Pinggang
v. Lini 5 : Lini pembuatan lubang kancing dan tali pinggang
7. Pencucian
Pada bagian ini, celana dicuci beserta pemberian warna sesuai dengan order.
Mesin yang digunakan pada proses pencucian adalah mesin cuci (Stone
WashingMachine)
8. Pengepresan
Pada proses ini, kain yang sudah dicuci dipres. Tujuannya agar air yang
diresap kain dapat dibuang dan memudahkan proses pengeringan. Mesin yang
digunakan mesin press (Rotary Press Machine) 9. Pengeringan
Proses ini bertujuan untuk mengeringkan kain. Mesin yang digunakan untuk
10.Finishing
Pada tahap finishing terdapat 3 proses yaitu:
i. Pemasangan merek celana
ii. Pemasangan kancing dan skupil
iii. Penggosakan
iv. Pemasangan merek dan label harga
11.Packing
Proses ini diawali dengan pembungkusan celana dengan plastik sebanyak
[image:43.595.120.506.384.713.2]order, pemberian label dan ditutupi dengan kardus.
Gambar produk celana jeans dapat dilihat pada Gambar 2.2.
.
Gambar 2.2. Celana Jeans Basic
a. Embrol Stiching
b. WB Corong 3
c. Stik balik + Bls
d. Corong (3/8)
a. Corong (3/8)
b. Trim Kulit
c. Saten
d. Embroidary 1. Front
Keterangan untuk setiap komponen-komponen celana jeans tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Front: merupakan bagian mukaan celana yang terdiri dari model jahitan berikut:
a. Embrol Stiching merupakan model yang diberikan pada pinggang dalam celana. Model tersebut dibuat dengan cara membordir bagian pinggang
dalam dan biasanya bagian ini dibuat dengan menggunakan mesin bordir
komputer.
b. WB corong 3 merupakan model yang digunakan untuk menjahit bagian
pinggang celana yang akan dijahit corong dengan menggunakan mesin
corong (mesin levis)
c. Stik Balik + Bls 2 merupakan model penjahitan untuk kantong celana
bagian luar atas.
d. Corong (3/8) merupakan model yang digunkan untuk menjahit sisi dalam
celana yang dikenal dengan nama insim
2. Back: merupakan bagian belakang celana yang terdiri dari beberapa model jahitan berikut
a. Corong (3/8) merupakan model penjahitan pada bagian pesak belakang
celana, model ini juga menggunkana mesin levis untuk melakukan
penjahitan corong.
b. Trim Kulit merupakan bagian kantong belakang celana diberi model basic.
d. Embroidary merupakan Bagian kantong belakang yang diberikan pola kantong.
2.4.4. Mesin dan Peralatan
Adapun Mesin dan peralatan yang digunakan pada PT. Givemas
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Activity Based Management2
Activity Based Management adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas,
dengan tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan (costumer value) dan laba sebagai hasilnya. Menurut pendapat beberapa ahli Activity Based Management
menggunakan informasi yang disajikan Activity Based Costing dalam berbagai analisis yang di desain untuk menghasilkan perbaikan yang berkesinambungan,
Activity Based Management adalah proses manajemen yang menggunakan informasi yang dipasok oleh analisis biaya dasar aktivitas untuk meningkatkan
profitabilitas organisasional. Filosofi ABM adalah bahwa aktivitas-aktivitas yang
diidentifikasikan untuk ABC dapat dipakai untuk tujuan pengelolaan biaya dan
evaluasi kinerja, dan Activity Based Management adalah pendekatan pengelolaan terpadu terhadap aktivitas dengan tujuan untuk meningkatkan costumervalue dan laba yang dicapai dari penyediaan value tersebut.
3.1.1. Tujuan, Manfaat, dan Keunggulan Activity Based Management3
Tujuan Activity Based Management adalah untuk memungkinkan
kebutuhan-kebutuhan pelanggan dipenuhi seraya memperkecil kebutuhan akan
sumber daya organisasional.
2
Hansen dan Mowen. 2006. Management Accounting.
3 Simamora, Henry. 1999. Manajemen Biaya.
Activity Based Management memiliki banyak manfaat bagi suatu perusahaan. Manfaat utama Activity Based Management adalah dengan penerapan
Activity Based Management selain dapat digunakan sebagai pengukur kinerja keuangan maupun non keuangan, perusahaan akan dapat melakukan efisiensi
biaya-biaya yang terjadi dalam operasi perusahaan dengan cara mengeliminasikan
aktivitas tidak bernilai tambah. Di samping itu, Activity Based Management dapat menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian
didasarkan pada isu-isu bisnis dari luar dan tidak semata-mata berdasarkan
informasi keuangan.
Keunggulan utama Activity Based Management menurut Blocher meliputi: 1. Activity Based Management mengukur efektivitas proses dan aktivitas bisnis
kunci dan mengidentifikasi bagaimana proses dan aktivitas tersebut bisa
diperbaiki untuk menurunkan biaya dan meningkatkan nilai bagi pelanggan.
2. Activity Based Management memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan sumber daya untuk menambah nilai aktivitas kunci, pelanggan
kunci, produk kunci, dan metode untuk mempertahankan keunggulan
kompetitif perusahaan.4
3.1.2. Langkah-langkah Penerapan Activity Based Management5
Penerapan Activity Based Management dimulai dari pemahaman
mendalam personel tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya.
Process value analisys merupakan pendekatan untuk memahami aktivitas yang
4
Blocher, Chen, lin. 2000. Manajemen Biaya.
5
digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer.
Process velue analisys berkaitan dengan : 1. Analisis Pemacu (DriverAnalysis)
Pemacu adalah penyebab timbulnya konsumsi tertentu. Ada dua macam
pemacu biaya (cost driver): resource driver dan activity driver. Resource driver adalah faktor yang menjadi penyebab konsumsi sumber daya oleh aktivitas. Activity driver adalah faktor yang menyebabkan timbulnya konsumsi aktivitas oleh cost object.
Analisis pemacu adalah usaha untuk mencari faktor penyebab timbulnya biaya
suatu aktivitas. Jika penyebab timbulnya biaya telah diketahui, dapat dicari
tindakan untuk melakukan improvement terhadap aktivitas. 2. Analisis Aktivitas
Dalam analisis aktivitas, dilakukan pengidentifikasian dan pada akhirnya
menghilangkan aktivitas bukan penambah nilai dan meningkatkan efisiensi
aktivitas yang penambah nilai.
3. Pengelolaan Aktivitas
Pengelolaan aktivitas dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi
aktivitas bukan penambah nilai.
4. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah penilaian terhadap bagaimana aktivitas (dan proses)
3.2. Aktivitas6
3.2.1.Defenisi Aktivitas
Aktivitas (activity) adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver), yakni bertindak sebagai faktor penyebab (causal faktor) dalam pengeluaran biaya dalam organisasi.
3.2.2.Value Added Activity dan Non Value Added Activity7
Aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas yang memberi kontribusi terhadap
nilai konsumen dan memberikan kepuasan kepada pelanggan atau organisasi yang
membutuhkan. Aktivitas tidak bernilai tambah adalah aktivitas yang tidak
memberikan kontribusi terhadap nilai konsumen atau terhadap kebutuhan
organisasi.
Aktivitas tidak bernilai tambah adalah semua aktivitas selain dari aktivitas
yang penting dilakukan untuk bertahan dalam bisnis atau aktivitas yang perlu
namun tidak efisien dan dapat diperbaiki.
Aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas yang diperlukan yang
dilaksanakan dengan efisiensi sempurna. Aktivitas tidak bernilai tambah adalah
aktivitas yang tidak perlu atau aktivitas-aktivitas yang perlu namun tidak efisien
dan dapat diperbaiki. Aktivitas tidak bernilai tambah jika dilaksanakan berakibat
menambah biaya yang tidak perlu dan merintangi kinerja, dengan kata lain
menimbulkan biaya yang tidak bernilai tambah. Dalam dunia industri, terdapat
lima aktivitas utama yang sering merupakan pemborosan dan tidak perlu yaitu:
6
Simamora Henry. 1999. Akuntansi Manajemen.
1. Penjadwalan, adalah aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber-sumber
untuk menentukan kapan produk yang berbeda diproses, atau kapan dan berapa
setup yang harus dilaksanakan, dan berapa banyak yang harus diproduksi.
2. Pemindahan, adalah aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber-sumber
untuk memindahkan bahan dan barang dalam proses, dan produk selesai dari
satu departemen ke lainnya.
3. Menunggu, adalah aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber-sumber
untuk menunggu bahan mentah atau barang dalam proses dipindahkan atau
diolah pada proses berikutnya.
4. Pemeriksaan (inspeksi), adalah aktivitas yang menggunakan waktu dan
sumber-sumber agar produk sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
5. Penyimpanan, adalah aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber-sumber
jika bahan mentah, barang dalam proses, produk selesai, atau barang lainnya
disimpan sebagai persediaan.
3.2.3.Pengelolaan Aktivitas8
Dalam pengelolaan aktivitas ini, yang menjadi sorotan utama adalah
bagaimana meningkatkan efisiensi aktivitas bernilai tambah dan menghilangkan
aktivitas yang tidak bernilai tambah. Cara-cara yang dapat digunakan dalam
pengelolaan aktivitas di antaranya adalah:`
8
1. Eliminasi aktivitas
Pendekatan ini memfokuskan pada aktivitas tidak bernilai tambah. Setelah
aktivitas yang tidak bernilai tambah ini diidentifikasi, pengukuran harus
dilakukan untuk menghilangkan aktivitas tersebut dari organisasi.
2. Pemilihan aktivitas,
Pendekatan ini merupakan pemilihan diantara berbagai jenis aktivitas yang
berasal dari strategi bersaing. Strategi yang berbeda akan menghasilkan
aktivitas yang berbeda. Dengan semua hal lain sama, strategi desain dengan
biaya terendah adalah yang harus dipilih. Jadi, pemilihan aktivitas dapat
memiliki dampak yang besar terhadap pengurangan biaya.
3. Pengurangan aktivitas
Pendekatan ini mengurangi waktu dan sumber daya yang diperlukan oleh
sebuah aktivitas. Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya
aktivitas bernilai tambah yang dilaksanakan tidak efisien sehingga dapat
dilakukan peningkatan efisiensinya, atau dalam strategi jangka pendek untuk
memperbaiki aktivitas tidak bernilai tambah sampai dengan aktivitas tersebut
dapat dieliminasi.
4. Pembagian aktivitas
Pendekatan ini meningkatkan efisiensi dari aktivitas yang diperlukan dengan
menggunakan skala ekonomis. Khususnya, kuantitas dari penggerak dapat
dikurangi sehingga biaya aktivitas berkurang. Cara ini dapat menurunkan
3.2.4. Pengukuran Kinerja9 3.2.4.1.Ukuran Kinerja Keuangan
Ukuran kinerja keuangan terhadap efisiensi aktivitas mencakup kegiatan
sebagai berikut.
1. Pelaporan biaya bernilai tambah dan tidak bernilai tambah.
Bagian akuntansi suatu perusahaan hendaknya memberikan laporan tentang
biaya bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. Pemisahan biaya ini
dimaksudkan agar:
a. Dapat meusatkan perhatian pada pengurangan dan akhirnya penghilangan
biaya tidak bernilai tambah.
b. Manajemen dapat mengetahui pemborosan yang terjadi di perusahaan.
c. Memantau aktivitas program pengelolaan aktivitas dengan menyajikan
biaya tidak bernilai tambah pada manajemen dalam bentuk yang dapat
diperbandingkan antar periode.
2. Laporan trend biaya aktivitas.
Jika manajemen melaksanakan tindakan untuk menghilangkan aktivitas tidak
bernilai tambah, manajemen dapat membandingkan biaya untuk setiap aktivitas
antar periode akuntansi. Jika pengelolaan aktivitas telah dilakukan dengan
efektif, dengan sendirinya akan menurunkan biaya aktivitas bukan penambah
nilai.
3. Benchmarking.
Benchmarking adalah digunakannya praktik terbaik sebagai standar untuk mengukur kinerja aktivitas. Aktivitas unit tertentu yang dipandang terbaik akan
ditetapkan sebagai standar. Kemudian, aktivitas yang sama yang berada dalam
unit-unit organisasi yang lain menjadikannya sebagai acuan kinerja aktivitas.
4. Activity flexible budgeting
Adanya activity flexible budgeting memungkinkan dilakukannya prediksi biaya aktivitas yang akan terjadi dengan berubahnya penggunaan aktivitas. Manfaat
terpenting yang didapat dari aktivitas ini adalah manajer dapat membagi biaya
aktivitas menjadi komponen bernilai tambah dan tidak bernilai tambah,
membedakan antara dampak biaya dan dampak volume, serta didapat laporan
biaya kapasitas aktivitas yang digunakan dan yang tidak digunakan.
5. Life cycle cost budgeting
Biaya daur hidup produk adalah biaya yang berkaitan dengan produk dalam
keseluruhan daur hidupnya.
3.2.4.2.Ukuran Kinerja Non Keuangan10
Dalam akuntansi pertanggungjawaban berbasis aktivitas, ukuran kinerja
keuangan memegang peranan penting. Banyak informasi-informasi yang
dibutuhkan oleh manajemen. Informasi-informasi keuangan yang digunakan
sebagai ukuran kinerja adalah:
1. Ukuran produktivitas
Produktivitas berhubungan dengan produk keluaran secara efisien dan terutama
ditujukan kepada hubungan antara keluaran dengan masukan yang digunakan
untuk menghasilkan keluaran tersebut.
2. Ukuran kualitas
Suatu kualitas merupakan ukuran untuk mengukur kinerja dari suatu
perusahaan. Ukuran yang biasanya dipakai misalnya berapa produk cacat
per-unit barang jadi, persentase produk rusak dari jumlah per-unit yang diperbaiki.
3. Ukuran waktu
Ada dua karakteristik penting yang berkaitan dengan waktu, yaitu keandalan
dan kecepatan respon. Keandalan berarti suatu aktivitas diserahkan tepat
waktu, kecepatan berarti respon diukur dengan jangka waktu yang diperlukan
untuk memproduksi keluaran.
3.3. Biaya11
Biaya adalah pengorbanan sumberdaya untuk mendapatkan sejumlah barang
atau jasa. Pengorbanan ini dapat berupa uang kas yang telah dibelanjakan, jasa
yang dilaksanakan, dan sebagainya. Pada awal timbulnya akuntansi biaya
mula-mula hanya ditujukan untuk penentuan harga pokok produk atau jasa yang
dihasilkan, akan tetapi dengan semakin pentingnya biaya non produksi, yaitu
biaya pemasaran dan administrasi umum, akuntansi biaya saat ini ditujukan untuk
menyajikan informasi biaya bagi manjemen baik biaya produksi maupun biaya
non produksi.
11
Biaya-biaya secara umum dapat diklasifikasikan menurut fungsinya:
biaya-biaya produksi dan non produksi, sebagai berikut:
1. Biaya-biaya produksi
Biaya produksi yang dalam bahasa asing disebut manufacturing cost hanya terdapat pada perusahaan industri. Suatau perusahaan industri biasanya lebih
rumit dari kebanyakan jenis organisasi. Sebabnya ialah karena kegiatan
perusahaan industri mencakup semua fungsi-fungsi usaha :
a. Biaya bahan baku, adalah semua biaya bahan masukan yang dipergunakan
dalam menghasilkan barang atau produk jadi, termasuk dalam biaya bahan
baku adalah semua bahan yang dipergunakan dalam produksi dan menjadi
bagian yang menyatu dari produk atau barang yang dihasilkan. Misalnya
pelat baja pada mobil dan bahan kayu pada meja atau kursi dirumah.
b. Biaya tenaga kerja (upah) langsung, adalah semua biaya upah untuk tenaga
kerja yang langsung mempunyai kaitan dengan proses produksi atau
pembuatan produk. Upah untuk tenaga kerja pada lini perakitan mobil ama
halnya dengan upah yang diberikan untuk tukang kayu diperusahaan
meubel.
c. Biaya produksi tidak langsung, atau biaya overhead produksi adalah
mencakup semua biaya-biaya produksi kecuali biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Yang termasuk dalam biaya overhead adalah biaya
tenaga kerja tidak langsung, penyusutan gedung, alat-alat produksi,
2. Biaya-biaya non-produksi
Biaya non produksi adalah biaya diluar produksi yang digunakan perusahaan
untuk menjalankan usahanya, seperti memasarkan produknya dan
menjalankan administrasinya, seperti :
a. Biaya Penjualan atau pemasaran, yaitu biaya yang digunakan untuk
advertensi, pegiriman barang, biaya perjalanan petugas pemasaran, komisi
penjualan, gaji-gaji di bagian pemasaran.
b. Biaya umum dan administrasi, adalah mencakup semua biaya seperti gaji
dan pengeluaran-pengeluaran lain untuk pimpinan perusahaan, biaya
organisasi dan biaya pegawai di bagian akuntansi dan lain sebagainya.
3.4. Sistem Biaya Tradisional (Traditional Costing)12
Dalam sistem biaya secara tradisional dapat dilihat bahwa biaya-biaya
yang terlibat biasanya hanya biaya langsung saja, yaitu biaya tenaga kerja dan
biaya material. Namun seiring dengan berjalannya waktu muncul biaya-biaya
yang bisa digolongkan kedalam biaya langsung. Biaya-biaya tersebut seperti biaya
perawatan, dan lain sebagainya. Sistem biaya tradisional akan membebankan
biaya tidak langsung kepada basis alokasi yang tidak representatrif. Pada sistem
biaya tradisional, dalam mengalokasikan biaya pabrik tidak langsung ke unit
produksi, tetapi ditempuh dengan cara sebagai berikut :
1. Dilakukan alokasi biaya ke seluruh unit organisasi yang ada.
2. Biaya unit organisasi dialokasikan lagi ke setiap unit produksi.
12 Tunggal, Amin W. 2000.
Unsur- unsur biaya bersama dialokasikan secara proporsional dengan
menggunakan suatu basis pembebanan atau faktor pembanding yang sesuai,
sedangkan unsur-unsur biaya lainnya dialokasikan secara langsung sesuai
dengan perhitungan langsungnya masing-masing.
Basis pembebanan atau faktor pembanding yang digunakan diantaranya :
- Jumlah unit produksi
- Jam tenaga kerja langsung
- Biaya tenaga kerja langsung
- Biaya material langsung
Pada perusahaan industri yang menghasilkan beberapa jenis produk,
biasanya terjadi berbagai jenis unsur biaya gabungan yang harus dialokasikan ke
setiap produk gabungan yang bersangkutan pada titik pisahnya masing-masing.
Ada beberapa metode alokasi biaya secara tradisional yang biasa digunakan
diantaranya:
1. Metode nilai jual
Biaya produksi gabungan dialokasikan ke setiap produk gabungan yang
bersangkutan secara proporsional, sesuai dengan persentase (kontribusi) nilai
jualnya masing-masing.
2. Metode jumlah fisik
Biaya produksi gabungan dialokasikan ke setiap produk gabungan yang
3.5. Value Chain13
Rantai nilai (value chain) menguraikan perusahaan menjadi aktivitas-aktivitas yang relevan secara strategis untuk memahami penilaian biaya dan
sumber diferensiasi yang sudah ada dan potensial, rantai nilai setiap perusahaan
terdiri atas sembilan kategori generik aktivitas yang bernilai (value activities) dikaitkan menjadi satu, yang menciptakan nilai tambah (value added) suatu perusahaan. Rantai generik digunakan untuk memperlihatkan bagaimana suatu
rantai nilai dapat dibangun untuk suatu perusahaan tertentu, yang mencerminkan
aktivitas spesifik yang dilakukan perusahaan. Setiap perusahaan merupakan
kumpulan aktivitas yang dilakukan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan,
menyerahkan, dan mendukung produknya.
[image:58.595.136.488.409.636.2]Sumber : Porter.M. 1985. Competitive Advantage
Gambar 3.1. Contoh Diagram Value Chain
13 Porter.M. 1985.
Rantai nilai dan cara perusahaan menjalankan aktivitas individual
merupakan cerminan dari riwayatnya, strateginya, pendekatannya terhadap
pelaksanaan strateginya dan ekonomi yang mendasari aktivitas-aktivitas itu
sendiri. Rantai nilai perusahaan adalah teori tentang perusahaan yang memandang
perusahaan sebagai sekumpulan fungsi produksi yang terpisah tetapi berkaitan,
seandainya fungsi produksi didefinisikan sebagai aktivitas. Perumusan rantai nilai
berfokus pada bagaimana aktivitas ini menciptakan nilai dan apa yang
menentukan biaya mereka, sehingga perusahaan mendapatkan kebebasan yang
besar sekali dalam menentukan bagaimana aktivitas-aktivitas tersebut
diintegrasikan.
Aktivitas-aktivitas dalam rantai nilai dapat dibagi menjadi dua jenis luas,
aktivitas primerdan aktivitas pendukung. Aktivitas primer pada suatu perusahaan
merupakan aktivitas yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
input, proses dan output barang atau jasa yang terdapat dalam perusahaan. Ada
lima kategori generik aktivitas primer yang diperlukan dalam bersaing di dalam
industri apa pun. Tiap kategori dapat dibagi menjadi beberapa aktivitas yang
berbeda tergantung pada industri tertentu dan strategi perusahaan (Porter, 1985).
Aktivitas primer tersebut adalah:
1. Logistik ke dalam (inbound logistics); meliputi aktivitas seperti penanganan material, pergudangan, dan pengendalian persediaan, digunakan untuk
menerima, menyimpan, dan mengeluarkan input untuk produksi.
2. Operasi (operations); aktivitas yang berhubungan dengan pengubahan
perakitan, pemeliharaan peralatan, pengujian, pencetakan dan pengoperasian
fasilitas.
3. Logistik ke luar (outbound logistics); merupakan aktivitas yang berhubungan dengan pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian produk kepada
pembeli, seperti pengguda ngan barang jadi, penanganan bahan, operasi
kendaraan pengirim, pemrosesan pesanan, dan penjadwalan.
4. Pemasaran dan penjualan (marketing and sales); aktivitas yang berhubungan dengan pemberian sarana yang dapat digunakan oleh pembeli untuk membeli
produk dan mempengaruhi mereka untuk membeli, seperti iklan, promosi,
tenaga penjual, penetapan kuota, seleksi penyalur, hubungan penyalur dan
penetapan harga.
5. Pelayanan (services); mencakup aktivitas yang berhubungan dengan
penyediaan pelayanan untuk meningkatkan atau mempertahankan
nilai produk, seperti pemasangan, reparasi, pelatihan, pasokan suku cadang,
dan penyesuaian.
Sedangkan aktivitas pendukung yang diperlukan dalam suatu industri
dapat dibagi menjadi empat kategori generik. Aktivitas tersebut adalah:
1. Infrastruktur perusahaan (firm intrustructure); terdiri atas beberapa aktivitas termasuk manajemen umum, pengendalian kualitas, perencanaan, sistem
keuangan, akuntansi, hukum, dan urusan pemerintah. Melalui infrastruktur,
perusahaan berusaha untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal,
mengidentifikasi sumber daya dan kemampuan, serta mendukung kompetensi
2. Manajemen sumber daya manusia (human resource management); terdiri atas aktivitas yang terlibat dalam perekrutan, pengangkatan, pelatihan (training), pengembangan dan kompensasi untuk semua jenis personel. Peningkatan
pegawai dapat dilakukan melalui keterlibatan para pegawai ke dalam pelatihan,
seminar dan pelatihan pekerjaan (proses pekerjaan). Sedangkan pemeliharaan
para pegawai bisa dilakukan melalui pemberian reward dalam program kerja dan penyediaan tugas-tugas menantang. Aktivitas ini mendukung baik aktivitas
primer maupun aktivitas pendukung individual dan keseluruhan rantai nilai.
3. Pengembangan teknologi (technology development); terdiri dari aktivitas yang dapat dikelompokkan secara luas ke dalam upaya untuk memperbaiki produk
perusahaan serta proses yang digunakan untuk menghasilkannya.
Pengembangan teknologi terjadi dalam berbagai jenis, seperti rancangan
peralatan untuk proses, baik penelitian dasar dan rancangan produk serta
prosedur pelayanan.
4. Pembelian/pengadaan (procurement); merujuk pada fungsi pembelian masukan yang digunakan dalam rantai nilai perusahaan, bukan pada masukan yang
dibeli itu sendiri. Pembelian dalam hal ini meliputi kegiatan-kegiatan yang
saling berhubungan seperti prosedur pembelian, teknik untuk vendor, sistem
informasi, dan juga kegiatan yang tidak saling berhubungan seperti catering,
pelayanan percetakan dan kebersihan. Walaupun masukan yang dibeli biasanya
dihubungkan dengan aktivitas primer, masukan yang dibeli ada di dalam setiap
3.6. Pengukuran Waktu14
Teknik pengukuran kerja dimaksudkan untuk menunjukkan isi kerja dari
suatu pekerjaan. Isi kerja biasanya diukur dalam satuan waktu. Waktu yang
diambil sebagai dasar pertimbangan adalah waktu yang secara normal diperlukan
oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan dengan metode
kerja terbaik. Waktu ini biasanya disebut dengan waktu baku. Pengukuran waktu
dibagi dalam dua bagian, yaitu :
1. Teknik pengukuran waktu kerja secara langsung
Pengukuran dilakukan secara langsung di tempat dimana pekerjaan yang
bersangkutan dijalankan. Ada dua cara yang termasuk kedalam teknik ini, yaitu
jam henti (stop watch time study) dan sampling kerja (work sampling) 2. Teknik pengukuran waktu kerja secara tidak langsung
Pengukuran waktu kerja dilakukan tanpa si pengamat harus berada di tempat
dimana pekerjaan dilaksanakan, yaitu dengan cara membaca tabel-tabel waktu
yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen
gerakan.
3.6.1. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Waktu15
Aturan pengukuran yang perlu dijalankan untuk mendapatkan hasil yang
baik. Aturan-aturan tersebut akan dijelaskan dalam langkah-langkah berikut :
1. Penetapan tujuan pengukuran
14
Sutalaksana. I. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Hal. 131-132
Dalam melakukan pengukuran waktu, hal-hal yang penting yang harus
diketahui dan ditetapkan untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat
ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran
tersebut. Misalkan jika waktu standard yang akan diperoleh dimaksudkan
untuk dipakai sebagai dasar upah perangsang, maka ketelitian dan keyakinan
tentang hasil pengukuran harus tinggi karena menyangkut prestasi dan
pendapatan buruh disamping keuntungan bagi perusahaan itu sendiri.
2. Melakukan penelitian pendahuluan
Dalam penelitian pendahuluan dilakukan pengumpulan dan pencatatan semua
keterangan yang dapat diperoleh mengenai kondisi pekerjaan, pekerja dan
keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi keadaan pekerjaan. Dari hasil
pengukuran waktu akan diperoleh waktu yang pantas diberikan kepada pekerja
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu kerja yang pantas merupakan
waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik. Untuk itu perlu
ditetapkan kondisi kerja dan metode kerja yang baik.
3. Memilih operator
Operator yang akan diukur waktu penyelesaian pekerjaannya adalah operator
yang memiliki kemampuan (skill) normal atau rata-rata dan dapat diajak bekerja sama dalam kegiatan pengukuran kerja nantinya.
4. Melatih Operator
Melatih operator perlu dilakukan agar operator dapat bekerja secara konsisten.
diukur operator harus sudah terbiasa dengan kondisi dan cara yang telah
ditetapkan.
5. Mengurai pekerjaan atau elemen-elemen pekerjaan
Semua pekerjaan sebelum diukur harus ditetapkan dahulu siklus kerjanya.
Pekerjaan dapat dibagi kedalam elemen-elemen gerakan yang lebih kecil dan
lebih sederhana, dan selanjutnya elemen-elemen gerakan tersebutlah yang
diamati.
6. Mempersiapkan alat-alat pengukuran
Alat-alat yang diperlukan untuk pengukuran adalah :
a. Jam henti (stopwatch) b. Lembar pengamatan
c. Alat-alat tulis, seperti pensil, pena
d. Alat-alat lain yang mendukung pengukuran
3.6.2. Tahapan Penentuan Waktu Normal16
Dalam menentukan waktu normal, harus diperhitungkan rating
performance. Jika pekerja/operator bekerja secara wajar rating factor (rf) = 1, artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika operator bekerja terlampau
lambat (bekerja dibawah normal), maka rating factor (rf) < 1, dan sebaliknya apabila operator bekerja terlalu cepat (bekerja diatas normal), maka rating factor
(rf) > 1. Untuk menentukan apakah operator bekerja secara wajar atau tidak, maka
selama melakukan pengamatan dan pengukuran waktu kerja, pengukur harus
benar-benar memperhatikan kewajaran kerja yang ditunjukkan oleh operator.
Kewajaran kerja seorang operato