DI PUSKESMAS PIYUNGAN, BANGUNTAPAN II DAN BANGUNTAPAN III KABUPATEN BANTUL
TAHUN 2014
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : SOVIA RARAS ATI
20120340074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
DI PUSKESMAS PIYUNGAN, BANGUNTAPAN II DAN BANGUNTAPAN III KABUPATEN BANTUL
TAHUN 2014
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : SOVIA RARAS ATI
20120340074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
iii
Nama : Sovia Raras Ati
NIM : 20120340074
Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 25 April 2016
Yang membuat pernyataan,
iv
tapi kebahagiaan berasal dari kamu dan pikiran kamu (Hitam Putih)
Bukanlah suatu aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika kamu tidak bangkit dari kegagalan itu (Ali bin Abu Thalib)
Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpimu (Arai)
Teruslah berharap, percaya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba yang selalu berharap kepadaNya
Dalam menghadapi segalah permasalahan, mintalah pertolongan dengan sabar dan Sholat (Al-Baqarah : 45)
Teruslah berusaha walau sekelilingmu meragukan kamu. Teruslah tersenyum karena orang-orang yang kamu sayang menginginkan senyummu. Teruslah bersinar untuk mereka yang ada di kegelapan. Dan percayalah Tuhan tidak akan
mengubah nasib kaumnya tanpa usaha kaum itu. Teruslah melangkah karena orang-orang yang menyayangimu akan selalu menopangmu.
v
Penyayang yang telah memberikan kekuatan, kemudahan, dan kelancaran
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam saya
panjatkan kepada Rasulullah SAW, sehingga sampai sekarang indahnya iman dan
Islam masih terasa.
Kupersembahkan karya ini kepada kedua orang tua saya, bapak alm.Misdiraharjo
dan ibu Suwartinah tiada kata yang bisa menggantikan doa, semangat, dukungan
dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya. Terimakasih telah menjadi orang tua
yang luar biasa untuk saya. Serta kepada kedua kakak saya Wahyumarwaningsih,
S.E. dan Kelik Apriandi, S.I.P yang selalu mendukung , memberikan semangat
dan memberikan omelan dan tegurannya ketika saya sedang malas melanjutkan
penelitian Karya Tulis Ilmiah saya.
Kepada seluruh almamater Prodi Pendidikan Dokter Gigi 2012, terimakasih atas
dukungan dan perjuangan kalian. Kalian bukan lagi sahabat namun sudah seperti
vi
segala rahmat dan kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Gambaran Utilization Rate Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul” berjalan dengan lancar. Pada kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya beserta
Nabi Muhammad SAW atas tuntunan dan ajarannya sehingga penulis mampu
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros., selaku Kepala Program Studi Pendidikan
Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
4. drg. Iwan Dewanto, MMR., selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini
yang penuh kesabaran memberikan bimbingan dan arahan untuk penulis
dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah serta dosen penguji drg. Sri Utami, MPH
dan drg. Afina Hasnasari H, MAK.
5. Kepada dosen pembimbing akademik saya drg.Nia Wijayanti, Sp.KG yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama saya menjalani pendidikan
S1 saya di Prodi Pendidikan Dokter Gigi FKIK UMY angkatan tahun 2012.
6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
7. Kepada kedua orang tua saya, bapak alm.Misdiraharjo dan ibu Suwartinah
tiada kata yang bisa menggantikan doa, semangat, dukungan dan kasih sayang
yang tiada henti-hentinya. Terimakasih telah menjadi orang tua yang luar
biasa untuk saya. Maaf, selama ini saya belum menjadi anak yang bisa
vii
S.I.P yang selalu mendukung , memberikan semangat dan memberikan
omelan-omelannya ketika saya sedang malas melanjutkan penelitian saya.
9. Kepada teman seperjuangan saya di SMA, Aprilia Kartika Sari, Agustinus
K.P, Jeki Rahmawati dan Nia Anggraeni yang telah menjadi sahabat terbaik
saya, terimakasih atas kesabaran kalian.
10.Kepada GCBWAMNRS (Ghali-Ibnu, Ciya, Bella, Witri Setiatuti,
Architamora, Meibi, Nurakhvi, Rahmad) yang telah menjadi sahabat-sahabat
saya dari tahun pertama di Prodi Pendidikan Dokter Gigi 2012.
11.Kepada anak divy kost Rosyda Ainun N, Rinda Dyah P, Ismi Dea N, Richa
Fitria S dan Megawati yang telah menjadi keluarga kedua saya dikosan
tercinta ini.
12.Kepada teman KTI saya Amijuvika R dan Renny R.S, yang telah berjuang
bersama-sama menjalankan penelitian ini selama hampir satu tahun.
13.Kepada seseorang yang selalu menjadi idola dan penyemangat saya dalam
menyelesaikan KTI serta dalam menggapai cita-cita saya menjadi seorang
dokter gigi yang kelak bisa mengabdi kepada masyarakat.
14.Kepada almamater Prodi Pendidikan Dokter Gigi FKIK UMY 2012.
15.Semua pihak yang telah banyak menbantu dalam penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna
dengan keterbatasan yang peneliti miliki. Kritik dan saran dari pembaca akan
peneliti terima dengan tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Yogyakarta, 25 April 2016
viii
1. Jaminan Kesehatan Nasional... 9
2. Jaminan Kesehatan Nasional di Kedokteran Gigi ... 13
3. Puskesmas di Era Jaminan Kesehatan Nasional ... 17
4. Puskesmas di Kabupaten Bantul ... 17
5. Permasalahan Kepesertaan BPJS ... 19
6. Sistem Kapitasi... 21
7. Utilization Review ... 22
8. Utilization Rate ... 23
9. Kemenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Dokter Gigi ... 24
B. Landasan Teori ... 27
C. Kerangka Konsep ... 30
D. Pertanyaan Penelitian ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32
C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 33
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
E. Variabel Penelitian ... 34
F. Definisi Operasional... 34
G. Alat dan Bahan Penelitian ... 34
H. Alur Penelitian ... 36
I. Jalannya Penelitian ... 36
ix
B. Pembahasan ... 53
1. Karakteristik Subjek Penelitian ... 53
2. Utilization Rate ... 57
3. Pola Penyakit dan Pola Tindakan ... 64
4. Kesesuain pola penyakit dan pola tindakan ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 76
x
Tabel 2. Kesesuaian Pola Penyakit dan Pola Tindakan Perawatan yang dilakukan Menurut Kemenkes Nomor 62 tahun 2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi... 26 Tabel 3. Cara Pengambilan Sampel Penelitian ... 33 Tabel 4. Dummy Table Penelitian ... 35 Tabel 5. Kode Jenis Penyakit Gigi dan Mulut Menurut Kemenkes
Nomor 62 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter Gigi ... 35 Tabel 6. Kode Tindakan yang Dikalibrasi oleh Peneliti ... 35 Tabel 7. Karakteristik Responden berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
di Poli Gigi Puskesmas Piyungan dan Banguntapan III
Tahun 2014... 40 Tabel 8. Distribusi Jumlah Kepesertaan BPJS Puskesmas Piyungan,
Banguntapan III dan Banguntapan II Tahun 2014 ... 41 Tabel 9. Distribusi Diagnosa Penyakit di Poli Gigi Puskesmas
Piyungan, Banguntapan III dan Banguntapan II Tahun 2014 ... 43 Tabel 10. Distribusi Tindakan Perawatan di Poli Gigi Puskesmas
Piyungan, Banguntapan III dan Banguntapan II Tahun 2014 ... 44 Tabel 11. Nilai Rata-Rata Utilization Rate Puskesmas Piyungan,
Banguntapan II dan Banguntapan III di Kabupaten Bantul
Tahun 2014... 45 Tabel 12. Utilization Rate berdasarkan Kunjungan Pasien BPJS
di Poli Gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan II
dan Banguntapan III Kabupaten Bantul Tahun 2014 ... 46 Tabel 13. Rata-Rata Utilization Rate berdasarkan Diagnosa Penyakit
Pasien BPJS di Poli Gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul Tahun 2014 ... 47 Tabel 14. Rata-Rata Utilization Rate berdasarkan Tindakan Perawatan
Pasien BPJS di Poli Gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul Tahun 2014 ... 48 Tabel 15. Pola Penyakit Dan Pola Tindakan Perawatan Yang Dilakukan
Di Poli Gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan III dan
Banguntapan II Kabupaten Bantul Tahun 2014 ... 50 Tabel 16. Asumsi Perhitungan Tarif Per Kunjungan Pasien... 52 Tabel 17. Perhitungan Kapitasi Puskesmas Piyungan, Banguntapan III
xii
untuk mengetahui gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul.
Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional (non eksperimental) deskriptif. Subjek penelitian yang digunakan adalah seluruh rekam medis pasien poli gigi mulai dari 1 Januari 2014 – Desember 2014 di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data diskriptif berupa l distribusi frekuensi dan rata-rata.
Hasil : Gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Bantul tahun 2014 berdasarkan kunjungan pasien, diagnosa penyakit dan tindakan perawatan mendapatkan hasil rata-rata
utilization rate pada Puskesmas Piyungan yaitu sebesar 0.733%. Puskesmas Banguntapan III mendapatkan angka utilisasi sebesar 0.866% dan Puskesmas Banguntapan II mendapat angka utilisasi sebesar 0.689%. Tindakan perawatan pada poli gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan III dan Banguntapan II Kabupaten Bantul tahun 2014 untuk diagnosa K00, K04, K05, K06 dan K13 terdapat ketidaksesuaian dengan macam-macam standar perawatan menurut Kemenkes Nomor 62/2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
Kesimpulan : Hasil perhitungan utilization rate pada ketiga puskesmas termasuk dalam kategori rendah dan masih terdapat ketidaksesuaian pola penyakit dan pola tindakan pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
xiii
services in the National Health Insurance era in public health center of Piyungan, Banguntapan II and Banguntapan III Bantul.
Method : Research method of this study is observational descriptive. The research subjects are the medical records of dental clinic ranging from January 2014 - December 2014 in those public health centers. The data was analyzed with frequency and mean distribution.
Result : Utilization rate overview of dental health service in the national health program in those public health centers 2014 based on the patient's visit, the diagnosis of disease and the maintenance action, researchers get the average utilization rate at Piyungan PHC is 0.733%, Banguntapan III PHC is 0.866% and Banguntapan II PHC is 0.689%. The maintenance action on public health center of Piyungan, Banguntapan III and Banguntapan II for diagnosis K00, K04, K05, K06 and K13 there is a mismatch with a variety of treatments according to the Ministry of Health No. 62/2014 on Clinical Practice Guidelines for Dentists. Conclusion : Utilization rate calculation results in the three public health centers included in the low category and there is a mismatch in disease and treatment patterns in the dental health services.
1 A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup manusia,
demikian halnya dengan kesehatan gigi dan mulut. Pentingnya kesehatan gigi
dan mulut juga telah dijelaskan dalam sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam yang artinya : “Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka
akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak (menyikat gigi) setiap akan wudlu
(Hadits riwayat Bukhori dan Muslim). Kesadaran masyarakat Indonesia saat
ini mengenai kesehatan gigi dan mulut masih rendah sehingga mengakibatkan
rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah berusaha meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan menyelenggarakan
berbagai upaya kesehatan salah satunya dengan membuat sistem jaminan
sosial kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat Indonesia yang kemudian
disebut dengan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (BPJS Kesehatan,
2014).
Pelaksanaan sistem JKN yang mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari
2014 serempak di seluruh wilayah Indonesia, merupakan tantangan bagi
pemberi pelayanan kesehatan termasuk dokter atau dokter gigi, dimana
pelayanan kesehatan diharapkan lebih baik, optimal , terstruktur serta
menerapkan kendali mutu dan kendali biaya. Konsep pelayanan kesehatan
pada sistem JKN di Indonesia saat ini membagi pelayanan kesehatan menjadi
kesehatan sekunder dan pelayanan kesehatan tersier. Pelayanan kesehatan gigi
dan mulut untuk tingkat pelayanan primer menerapkan sistem kapitasi dalam
pembayarannya (Dewanto dan Lestari, 2014).
Pelaksanaan sistem JKN selama satu tahun terakhir menghadapi
berbagai masalah baik dari masalah kepesertaan, pelayanan kesehatan, hingga
pendanaan. Masalah yang kerap dikeluhkan adalah iuran yang dibayarkan
masyarakat dinilai terlalu rendah dan belum sesuai dengan real cost atau biaya
sesungguhnya yang dikeluarkan dari puskesmas. Jumlah kepesertaan yang
ditanggung oleh setiap pemberi pelayanan kesehatan juga menjadi masalah
yang perlu diperhatikan lebih lanjut oleh pemerintah karena mempengaruhi
pelayanan kesehatan yang diberikan (Detik health, 2014).
Jumlah kepesertaan dalam sistem kapitasi sangat penting keberadaannya.
Menurut survei di lapangan, jumlah peserta kurang dari 10.000 peserta akan
mengakibatkan salah satunya kerugian bagi provider karena imbalan jasa yang
diterima sedikit sehingga dapat memicu kecurangan yang dilakukan provider.
Bentuk kecurangan yang dilakukan provider contohnya memberikan
pelayanan yang berlebihan (over utilization) kepada pasien sehingga pasien
harus membayar kelebihan biaya perawatan yang tidak dijamin BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) kepada provider. Jumlah peserta lebih dari
20.000 peserta akan menyebabkan provider memberikan pelayanan kesehatan
yang tidak maksimal dan kurang bermutu disebabkan asumsi provider yang
merasa kelelahan dalam melayani peserta yang banyak jumlahnya (Dewanto
Pemerintah menyelenggarakan sistem JKN selain untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat juga untuk meningkatkan pemanfaatan
pelayanan kesehatan oleh masyarakat di Indonesia. Pemanfaatan pelayanan
kesehatan oleh masyarakat dinilai masih rendah, terutama pemanfaatan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Hal ini sesuai dengan penelitian
Ngirabega (2010) bahwa akses mendapatkan pelayanan kesehatan pada negara
berkembang seperti Indonesia khususnya daerah sub urban yang menjadi jenis
daerah mayoritas di Indonesia masih kurang, sehingga tingkat pemanfaatan
pelayanan kesehatan masih rendah dibandingkan masyarakat perkotaan. Data
Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) 2012 menunjukkan bahwa Effective
Medical Demand (EMD) yang merupakan kemampuan untuk mendapatkan
pelayanan dari tenaga medis gigi untuk pedesaan hanya 7,5% sedangkan untuk
wilayah perkotaan 8,6%.
Penelitian yang dilakukan Supariani (2013) di Poliklinik Gigi Rumah
Sakit Umum dr.Djasamen Saragih Parangsiantar menunjukkan bahwa 90%
responden yang diteliti tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut dan hanya 10% yang memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut. Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul tahun 2014 menunjukkan
bahwa hanya 8 % masyarakat dari total kunjungan di puskesmas yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, hal ini berarti tingkat
pemanfaatannya masih sangat rendah. Data pada Riskesdas 2012 juga
menunjukkan bahwa penduduk yang memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut hanya 31,1% dari total penduduk yang mempunyai masalah
Pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat dari
jumlah kunjungan pasien dan tindakan yang dilakukan pada fasilitas pemberi
pelayanan kesehatan (Supariani, 2013). Perhitungan tingkat pemanfaatan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada era JKN ini dapat kita hitung dengan
model perhitungan utilization rate. Utilization rate dapat diketahui dengan
menghitung jumlah kunjungan pasien dalam satu bulan dibagi dengan jumlah
seluruh peserta kemudian dikalikan 100% (Dewanto dan Lestari, 2014).
Utilization rate juga berguna sebagai parameter derajat kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Angka utilisasi yang
semakin tinggi maka akan menyebabkan semakin tinggi pula tingkat
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Estimasi
perhitungan angka utilisasi yang baik idealnya adalah 2% - 3%, karena pada
perhitungan ini sudah menghitung resiko dan pembiayaan yang seimbang
pada pelayanan dokter gigi di Indonesia. Pengambilan data untuk keperluan
perhitungan utilization rate dapat pula mengambil data mengenai jenis
diagnosa dan tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi, sehingga dapat dilihat
pula kesesuaian antara pola penyakit dan pola tindakan pada pelayanan
kesehatan gigi dan mulut era JKN (Dewanto dan Lestari, 2014).
Penelitian untuk menghitung utilization rate dilakukan di Puskesmas
Kabupaten Bantul dengan mengambil data utilisasi berupa jumlah kunjungan
pasien, jenis penyakit dan tindakan yang dilakukan dokter gigi bersumber dari
rekam medis pasien. Kabupaten Bantul termasuk dalam daerah sub urban yang
merupakan daerah mayoritas yang ada di Indonesia sehingga diharapkan dapat
mewakili gambaran pelaksanaan JKN di sebagian besar wilayah Indonesia.
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan pertama yang tersebar
di daerah menjadi pilihan utama bagi masyarakat sub urban untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan. Prinsip paradigma sehat yang dianut
Puskesmas sama dengan prinsip yang dianut sistem JKN. Puskesmas yang
juga merupakan ujung tombak keberhasilan sistem JKN menjadi
pertimbangan penting bagi peneliti untuk melakukan penelitian di puskesmas
(Saputra, 2012).
Kabupaten Bantul merupakan daerah pinggiran kota dan memiliki 27
puskesmas yang menganut sistem JKN (Dinkes Kabupaten Bantul, 2015).
Jumlah penduduk di Kabupaten Bantul adalah 938.433 orang, 906.726 orang
diantaranya sudah memiliki jaminan kesehatan. Berdasarkan data di atas
dapat disimpulkan bahwa sekitar 96,62% warganya mempunyai jaminan
kesehatan sosial (Dinkes Kabupaten Bantul, 2014).
Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III ditetapkan
sebagai tempat penelitian karena puskesmas ini merupakan puskesmas yang
memiliki karakteristik jumlah kepesertaan BPJS yang berbeda. Puskesmas
Piyungan memiliki jumlah peserta sangat ekstrim yaitu sebanyak 28.385
peserta pada akhir tahun 2014. Puskesmas Banguntapan II memiliki jumlah
peserta yang ideal antara 10.000-20.000 peserta yaitu sebanyak 15.758 peserta
jumlah kepesertaan sangat sedikit yaitu 7.669 peserta pada akhir tahun 2014
(Dinkes Kabupaten Bantul, 2014).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang
akan dijadikan pembahasan dalam Karya Tulis Ilmiah ini yaitu:
“Bagaimana gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era
Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan
Banguntapan III Kabupaten Bantul Tahun 2014”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran utilization rate (tingkat pemanfaatan)
pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III
Kabupaten Bantul Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kesesuaian pola penyakit dan pola
tindakan pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan
Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan
Banguntapan III Kabupaten Bantul.
b. Untuk mengetahui besaran kapitasi yang diterima pada pelayanan
kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di
Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi BPJS diharapkan mampu sebagai bahan evaluasi terhadap sistem
JKN.
2. Bagi puskesmas diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan
pertimbangan dalam perbaikan sistem JKN daerah setempat.
3. Bagi masyarakat diharapkan akan memperoleh pelayanan kesehatan yang
lebih terjamin dan sesuai dengan diagnosa yang diderita.
4. Bagi akademisi dapat menjadi acuan untuk penelitian berikutnya yang
lebih mendalam mengenai gambaran utilization rate pelayanan kesehatan
gigi dan mulut pada sistem JKN.
5. Bagi peneliti untuk memperluas pemahaman dan pengetahuan mengenai
angka utilisasi dan sistem JKN.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014) dengan judul Analisis
Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan
metode wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Hasil dari
penelitian ini adalah program JKN di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan yang berjalan dari awal tahun 2014 sudah sesuai dengan peraturan
serta pedoman pelaksanaannya. Terdapat beberapa kendala dalam
pelaksanaan JKN yaitu kurangnya sumber daya manusia pelaksana untuk
administrasi program JKN, teknologi JKN yang sering mengalami
gangguan, keterlambatan pencairan klaim dan perbedaan nilai tarif
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014) bertujuan untuk mengetahui
implementasi kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan sedangkan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui gambaran utilization rate
pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di
Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten
Bantul.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Khariza (2015) yang berjudul Program
Jaminan Kesehatan Nasional: Studi Deskriptif Tentang Faktor-Faktor yang
dapat Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Program Jaminan
Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Penelitian ini
menggunakan metode qualitative tipe deskriptif. Hasil dari penelitian ini
adalah faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari implementasi progam
Jaminan Kesehatan Nasional meliputi sumber daya, struktur birokrasi,
komunikasi, disposisi, dukungan kelompok sasaran, derajat perubahan
yang diinginkan dan respon objek kebijakan.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
penelitian yang dilakukan oleh Khariza (2015) bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
implementasi program JKN di rumah sakit jiwa Menur Surabaya
sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk
mengetahui gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut
era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II
9 A. Telaah Pustaka
1. Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan adalah jaminan perlindungan kesehatan agar
masyarakat yang menjadi peserta mendapat manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh Pemerintah (Permenkes No.71 tahun 2013 pasal 1).
a. Tujuan JKN
Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat Program JKN
adalah suatu program pemerintah dan masyarakat/rakyat dengan tujuan
memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap
rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat,
produktif, dan sejahtera (Jamsos Indonesia, 2013).
b. Manfaat untuk pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang dijamin terdiri atas:
1) Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan
kesehatan non spesialistik yang mencakup:
a) Administrasi pelayanan
b) Pelayanan promotif dan preventif
d) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non
operatif
e) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f) Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis
g) Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat
pertama
h) Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.
2) Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan meliputi pelayanan
kesehatan yang mencakup:
a) Rawat jalan yang meliputi:
Administrasi pelayanan, pemeriksaan, pengobatan dan
konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis,
tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis,
pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, pelayanan alat
kesehatan implant, pelayanan penunjang diagnostik lanjutan
sesuai dengan indikasi medis, rehabilitasi medis, pelayanan
darah, pelayanan kedokteran forensik dan pelayanan jenazah di
fasilitas kesehatan.
b) Rawat inap yang meliputi:
Perawatan inap non intensif dan perawatan inap di ruang
intensif.
c) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri
c. Pembiayaan
Sistem pembiayaan menurut Permenkes No.71 tahun 2013 pasal
32 ayat 1-5 mengemukakan bahwa BPJS Kesehatan melakukan
pembayaran kepada fasilitas kesehatan yang memberikan layanan
kepada peserta. Besaran pembayaran yang dilakukan BPJS Kesehatan
kepada fasilitas kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara
BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah fasilitas
kesehatan tersebut serta mengacu pada standar tarif yang ditetapkan
oleh Menteri. Sistem pembiayaan yang digunakan dalam sistem JKN
untuk pelayanan primer adalah sistem kapitasi, sedangkan untuk
pelayanan sekunder dan tersier dengan menggunakan sistem DRG
(Diagnosis Related Group), dimana besaran tarif ditentukan
berdasarkan kelompok diagnosa, yang di Indonesia digunakan istilah
Indonesia Case Based Group (INA CBG`s) (Dewanto dan Lestari,
2013).
d. Kelembagaan
Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2011 menetapkan bahwa
Pemerintah secara khusus membentuk badan penyelenggara untuk
Jaminan Kesehatan Nasional ini yang diberi nama Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terbagi menjadi BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Peserta BPJS Kesehatan terbagi
menjadi dua yaitu peserta dengan penerima bantuan iuran jaminan
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut
PBI Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu
sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.
Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan adalah setiap orang,
termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta bukan PBI Jaminan
Kesehatan merupakan peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu (Perpres No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan pasal 3 dan 4).
e. Dasar hukum
1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional
2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
5) Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
6) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
2. Jaminan Kesehatan Nasional di Kedokteran Gigi
Pelayanan kedokteran gigi primer adalah suatu pelayanan kesehatan
dasar paripurna dalam bidang kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan
untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut setiap individu dalam
keluarga binaannya (Direktorat BUK Dasar Kemenkes RI 2013 cit. BPJS,
2014).
a. Prinsip pelayanan kedokteran gigi
1) Kontak pertama ( first contact)
Dokter gigi sebagai pemberi pelayanan yang pertama kali
ditemui oleh pasien dalam masalah kesehatan gigi dan mulut.
2) Layanan bersifat pribadi (personal care)
Adanya hubungan yang baik dengan pasien dan seluruh
keluarganya memberi peluang Dokter gigi Keluarga untuk
memahami masalah pasien secara lebih luas.
3) Pelayanan paripurna (comprehensive)
Pemberi pelayanan kesehatan memberikan pelayanan
menyeluruh dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative) sesuai
kebutuhan pasien. Pelayanan kesehatan gigi keluarga berorientasi
pada paradigma sehat.
4) Paradigma sehat
Dokter gigi mampu mendorong masyarakat untuk bersikap
5) Pelayanan berkesinambungan (continous care)
Prinsip ini melandasi hubungan jangka panjang antara dokter
gigi dan pasien dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang
berkesinambungan dalam beberapa tahap kehidupan pasien.
6) Koordinasi dan kolaborasi
Upaya mengatasi masalah pasien, dokter gigi di fasilitas
kesehatan Tingkat Pertama perlu berkonsultasi dengan disiplin
ilmu lain, merujuk ke spesialis dan memberikan informasi yang
sejelas-jelasnya kepada pasien.
7) Family and community oriented
Dokter gigi di fasilitas kesehatan tingkat pertama
mempertimbangkan kondisi pasien terhadap keluarga tanpa
mengesampingkan pengaruh lingkungan sosial dan budaya
setempat (BPJS Kesehatan, 2014).
b. Pemberi Pelayanan kesehatan
Peserta BPJS Kesehatan mendapatkan pelayanan gigi di fasilitas
kesehatan tingkat pertama maupun di fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Fasilitas
kesehatan tingkat pertama yaitu dokter gigi di puskesmas, dokter gigi
di klinik atau dokter gigi praktek mandiri/perorangan, sedangkan
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan yaitu dokter gigi
c. Cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
Menurut Peraturan BPJS Nomor 1 tahun 2014 pasal 52,
pelayanan kesehatan gigi meliputi :
1) Administrasi pelayanan terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan
biaya administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan atau
pelayanan kesehatan pasien
2) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
3) Premedikasi
4) Kegawatdaruratan oro-dental
5) Pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi)
6) Pencabutan gigi permanen tanpa penyulit
7) Obat pasca ekstraksi
8) Tumpatan komposit atau GIC
9) Skeling gigi.
d. Pelayanan kedokteran gigi yang tidak dicakup
1) Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku
2) Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang
tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan
darurat
3) Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri
4) Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik
6) Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat
jaminan kesehatan yang diberikan BPJS Kesehatan, 2014 (BPJS
Kesehatan, 2014).
e. Pembiayaan pelayanan kedokteran gigi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan melakukan
pembayaran ke fasilitas kesehatan tingkat pertama melalui pola
pembayaran kapitasi dengan ketentuan dokter gigi praktek
mandiri/perorangan dibayarkan langsung ke dokter gigi berdasarkan
jumlah peserta terdaftar sedangkan dokter gigi di klinik/puskesmas
tidak dibayarkan langsung ke dokter gigi yang menjadi jejaring
melainkan melalui klinik /puskesmas sebagai fasilitas kesehatan
tingkat pertamanya (BPJS Kesehatan, 2014).
Pemerintah menetapkan besaran kapitasi di puskesmas yang
memiliki poli gigi dan dokter gigi di dalamnya adalah Rp. 6.000,-per
peserta per bulan. Pembagian dana kapitasi di puskesmas mengacu
pada Peraturan Presiden nomor 32 Tahun 2014 pada bab III pasal 12
disebutkan bahwa jasa pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) ditetapkan sekurang-kurangnya 60% (enam
puluh persen) dari penerimaan dana kapitasi JKN, dan sisanya
dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan
3. Puskesmas di Era Jaminan Kesehatan Nasional
Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang berfungsi
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan
nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan (Permenkes Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat). Australia Indonesia
Partnership for Health System Strengthening (2013), menyebutkan bahwa
pada sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pemerintah memberikan
tanggung jawab besar dan strategis kepada puskesmas dengan
menjadikannya sebagai sebagai “gate keeper” dari penyelenggara dan
penyampaian pelayanan dasar kesehatan yaitu, puskesmas menjadi kontak
pertama pasien dalam pelayanan kesehatan formal sekaligus penapis
rujukan sesuai standar pelayanan medik.
4. Puskesmas di Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul memiliki jumlah penduduk sebanyak 938.433
orang, 906.726 orang diantaranya sudah memiliki jaminan kesehatan.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa sekitar 96,62%
warganya mempunyai jaminan kesehatan sosial. Kabupaten Bantul
dan 933 dusun. Jenis Puskesmas tersebut terdiri dari 16 puskesmas rawat
inap dan 11 pusksmas non rawat inap.
Jumlah dokter gigi yang bekerja di puskesmas Kabupaten bantul
sebanyak 42 orang. Jumlah kepesertaan BPJS masing-masing Puskesmas
berbeda-beda, namun berdasarkan pengamatan di lapangan dapat
disimpulkan bahwa ada 3 jenis Puskesmas menurut jumlah kepesertaannya
yaitu Puskesmas dengan jumlah peserta yang ekstrim/tinggi lebih dari
25.000 peserta contohnya Puskesmas Piyungan. Puskesmas dengan jumlah
peserta ideal antara 10.000-20.000 peserta contohnya Puskesmas
Banguntapan II dan yang terakhir Puskesmas dengan jumlah kepesertaan
kurang dari 10.000, hanya ada satu Puskesmas yaitu Puskesmas
Tabel 1. Jumlah Kepesertaan Puskesmas Kabupaten Bantul Akhir Tahun 2014
Puskesmas Jumlah Kepesertaan
Akhir Tahun 2014
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 2015
5. Permasalahan Kepesertaan BPJS
Jumlah peserta dokter gigi yang seyogyanya mendapatkan 10.000
peserta namun pada palaksanaannya jumlah kepesertaan dokter gigi saat
ini rata-rata hanya 500-3000 peserta yang diikutkan. Besaran kepesertaan
bahwa pendaftar pada saat awal lebih banyak diikuti oleh peserta yang
mempunyai masalah gigi dan mulut, sehingga jumlah 3.000 peserta yang
diikutkan tersebut adalah peserta yang mempunyai resiko penyakit gigi
dan mulut tinggi (Dewanto dan Lestari, 2014).
Berdasarkan perhitungan jika dokter gigi mendapatkan kapitasi Rp.
2.000,00 /peserta dengan kepesertaan sejumlah 3.000 akan mendapatkan
kapitasi perbulan sebesar Rp. 6.000.000,00, namun mayoritas pesertanya
mempunyai resiko penyakit gigi dan mulut, sehingga akan membuat
utilisasi ke dokter gigi naik dan pengeluaran dokter gigi akan meningkat,
resiko besar juga akan diterima oleh dokter gigi. Permasalahan ini akan
berdampak pada pelayanan kepada peserta dan masyarakat Indonesia.
Seyogyanya masalah penentuan kepesertaan ini harus dilaksanakan sesuai
perhitungan kapitasi (jumlah 10.000 peserta dengan utilisasi 2%), karena
perhitungan ini diasumsikan sudah menghitung resiko dan pembiayaan
yang seimbang pada pelayanan dokter gigi di Indonesia (Dewanto dan
Lestari, 2014).
Dokter gigi yang mempunyai besaran peserta di bawah angka yang
ditetapkan tersebut maka akan mengalami kerugian, karena konsep
kapitasi yang seharusnya terjadi subsidi silang antara yang sehat dan yang
sakit tidak berlaku disini. Dokter gigi yang mempunyai peserta lebih
banyak dari pada yang ditargetkan misalnya lebih dari 20.000 peserta,
tidak maksimal bagi pasiennya karena merasa kewalahan menangani
pasien yang banyak jumlahnya (Dewanto dan Lestari, 2014).
6. Sistem Kapitasi
Kapitasi merupakan salah satu mekanisme perubahan cara
pembayaran dari bentuk fee for service (FFS) ke bentuk prospective
payment system. Kapitasi adalah metode pembayaran untuk jasa pelayanan
kesehatan dimana pemberi pelayanan kesehatan (dokter atau rumah sakit)
menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta, per periode waktu
(biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah ditentukan per periode waktu
tertentu. Kapitasi didasarkan atas jumlah tertanggung (orang yang dijamin
atau anggota) baik anggota itu dalam keadaan sakit atau dalam keadaan
sehat yang besarnya ditetapkan dan umumnya dibayarkan di muka tanpa
memperhitungkan jumlah konsultasi atau pemakaian pelayanan di pusat
pelayanan kesehatan tersebut (Dewanto dan Lestari, 2013).
Sistem pembayaran kapitasi merupakan pembayaran dimuka
berdasarkan jumlah peserta terdaftar tanpa memperhatikan jenis pelayanan
yang diberikan, biasanya dilakukan pihak asuransi kepada pemberi
pelayanan kesehatan tingkat pertama, sedangkan sistem pembayaran FFS
merupakan cara pembayaran berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan
oleh pemberi pelayanan kesehatan primer dan lanjutan. Semua sistem
tersebut memiliki reaksi masing-masing yang berdampak pada pelayanan
kepada pasien oleh pemberi pelayanan kesehatan. Reaksi positif
pembagian jasa berdasarkan sumber daya yang digunakan, sedangkan
reaksi negatifnya yaitu tidak terkendalinya biaya pelayanan kesehatan
karena dokter cenderung melakukan over utilisasi, kunjungan pasien
meningkat, prosedur pelayanan yang tidak sesuai, meningkatkan rujukan
inter dan antar spesialis (Kongsvelt dkk. 2000 cit. Dewanto dan Lestari,
2013).
7. Utilization Review
Utilization review merupakan suatu program yang dirancang agar
dapat mengurangi pelayanan kesehatan yang secara medis tidak
diperlukan. Parameternya adalah kesesuaian antara pelayanan yang
diberikan secara medis berdasarkan tingkat kebutuhan pasien. Utilization
review dapat disimpulkan merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk
meminimalisir “unnecessary service” agar terjaminnya mutu pelayanan
yang diberikan serta pengendalian biaya (Ilyas 2003 cit. Kusuma R, 2014).
Jaminan Kesehatan Nasional yang berlaku di Indonesia mempunyai
kecenderungan terjadinya peningkatan utilisasi pelayanan kesehatan. Hal
ini dipengaruhi oleh mudahnya akses yang didapat oleh peserta, sehingga
memberikan peluang bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan keuntungan financial dengan memberikan pelayanan
kesehatan yang berlebihan (over utilization) atau mengurangi pelayanan
yang seharusnya diberikan (under utilization) bahkan intervensi yang tidak
sesuai (in-appropriate) (Ilyas 2003 cit. Kusuma R, 2014). Utilization
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan medis pasien dan besarnya biaya
kesehatan.
8. Utilization Rate
Menurut Dewanto dan Lestari (2014), tingkat utilisasi (Utilization
Rate) merupakan probabilitas terjadinya suatu jenis pelayanan kesehatan,
jumlah utilisasi dibanding populasi (rerata perbulan). Rasio utilisasi
perbulan adalah jumlah kunjungan pasien dalam satu bulan dibagi dengan
jumlah seluruh peserta dikalikan dengan 100%. Utilisasi pelayanan
kesehatan adalah interaksi antara consumen dan provider.
Utilization rate adalah tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan
oleh pasien. Derajat kesehatan pasien dipengaruhi dalam proporsi kecil
oleh faktor keturunan, selanjutnya oleh faktor pelayanan kesehatan, faktor
perilaku dan proporsi paling besar oleh faktor lingkungan (fisik dan
nonfisik) (Blum H L 1974 cit. Hartono B, 2010). Menurut Green L ( cit.
Notoatmodjo, 2007), perilaku orang sakit berobat ke pelayanan kesehatan
secara bersama dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin dan
faktor kebutuhan.
a. Predisposing factors (faktor predisposisi)
Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah dan
mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu yaitu umur, jenis kelamin,
pendidikan dan pekerjaan.
b. Enabling factors (faktor pemungkin atau pendukung)
Status ekonomi keluarga, ketercapaian pelayanan meliputi: Akses
atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat serta peraturan-peraturan dan
komitmen masyarakat.
c. Reinforcing factors (faktor penguat)
Faktor penguat contohnya sikap dan perilaku tokoh masyarakat
dan tokoh agama serta perilaku petugas kesehatan.
d. Need factors (faktor kebutuhan)
Kebutuhan yang dirasakan individu terhadap pelayanan kesehatan.
9. Kemenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Dokter Gigi
Panduan praktik klinis bagi dokter gigi adalah acuan pelaksanaan
tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk dapat melindungi
masyarakat sebagai penerima layanan. Modifikasi terhadap Panduan
praktik klinis bagi dokter gigi dapat dilakukan atas dasar keadaan yang
memaksa untuk kepentingan pasien, antara lain keadaan khusus pasien,
kedaruratan dan keterbatasan sumber daya yang dicatat dalam rekam
medis. Pedoman ini ditujukan untuk dokter gigi pemberi pelayanan di
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan.
Panduan praktik klinis dokter gigi memuat kode International
Classification of Diseases (ICD)10 yang digunakan untuk mempermudah
pencatatan dan pelaporan serta pengolahan data di sarana pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, keanekaragaman informasi menyangkut
faktor-faktor yang memengaruhi status kesehatan dan kontak dengan
pelayanan kesehatan.
Tujuan Penggunaan ICD-10 adalah:
a. Sebagai panduan bagi petugas rekam medik (coder) dalam pengkodean
penyakit gigi dan mulut memakai ICD-10.
b. Memperoleh keseragaman/standarisasi dalam klasifikasi pengkodean
penyakit gigi dan mulut dalam rangka mendukung sistem pencatatan
dan pelaporan penyakit dan manajemen data di puskesmas.
c. Memperoleh keseragaman/standarisasi dalam klasifikasi pengkodean
penyakit dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Penggunaan kode ICD-10 yaitu K00 (Disorder of tooth development
and eruption), K01 (Embedded and impacted teeth), K02 (Dental caries),
K03 (Other diseases of hard tissue of teeth), K04 (Diseases of pulp and
periapical tissues), K05 (Gingivitis and periodontal diseases), K06 (Other
disorders of gingival and edentulous alveolar ridge), K07 (Dentofacial
anomalies including malocclusion), K08 (Other disorder of teeth and
supporting structures), K09 (Cysts of oral region, not elsewhere
classified), K10 (Other diseases of jaws), K11 (Diseases of salivary
glands), K12 (Stomatitis and related lesions), K13 (Other diseases of lip
Tabel 2. Kesesuaian Pola Penyakit dan Pola Tindakan Perawatan yang dilakukan Menurut Kemenkes Nomor 62 tahun 2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi
No Kode Penyakit Tren Tindakan No Kode Penyakit Tren Tindakan
Lanjutan Tabel 2
No Kode Penyakit Tren Tindakan No Kode Penyakit Tren Tindakan
5 K04
Sumber : Kemenkes Nomor 62 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi
B. Landasan Teori
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan bentuk usaha
pemerintah dalam mewujudkan sistem jaminan kesehatan yang menyeluruh
bagi masyarakat Indonesia. Program JKN yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pelayanan kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Peserta
yang dapat menikmati jaminan kesehatan adalah setiap orang yang telah
Pemerintah secara khusus membentuk badan penyelenggara yang
bertujuan untuk mengatur segala sistem yang ada dalam program JKN yang
diberi nama BPJS. Program JKN pada bidang kedokteran gigi, memiliki
konsep pelayanan JKN yang dibagi menjadi tiga yaitu pelayanan kesehatan
gigi primer, sekunder dan tersier. Sistem pembiayaan yang digunakan dalam
sistem JKN untuk pelayanan gigi primer adalah sistem kapitasi, sedangkan
untuk pelayanan gigi sekunder dan tersier dengan menggunakan sistem DRG
(Diagnosis Related Group) berdasarkan ketentuan tarif pada Indonesia Case
Based Group (INA CBG`s).
Puskesmas memiliki peran penting pada pelayanan kesehatan gigi primer
yaitu sebagai fasilitas pelayanan kesehatan gigi tingkat pertama dalam
menentukan keberhasilan pelaksanaan program JKN. Pelaksanaan program
JKN masih belum maksimal hingga saat ini, terbukti dengan tingkat
pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut oleh masyarakat masih
sangat rendah, terutama pada daerah sub urban atau daerah peralihan antara
kota dan desa yang menjadi jenis daerah mayoritas di Indonesia. Pelaksanaan
program JKN di puskesmas mulai dari 1 Januari 2014 sampai sekarang belum
ada pengolahan data utilisasi yang digunakan untuk mengetahui persentase
utilization rate (tingkat pemanfaatan) pelayanan kesehatan gigi dan mulut era
JKN.
Utilization rate berguna sebagai parameter derajat kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Angka utilisasi yang semakin
pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Menurut estimasi perhitungan idealnya
angka utilisasi yang baik adalah 2%-3%, karena pada perhitungan tersebut
sudah sesuai dengan perhitungan yang merekap resiko dan pembiayaan yang
seimbang pada pelayanan dokter gigi di Indonesia. Pengambilan data untuk
keperluan perhitungan utilization rate juga dapat mengambil data mengenai
jenis diagnosa dan tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi, sehingga dapat
dilihat pula kesesuaian antara pola penyakit dan pola tindakan pada pelayanan
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 1. Kerangka Konsep
Jenis penyakit Tindakan
Pelayanan Sekunder Pelayanan Primer
Utilization Rate
Pelayanan Tersier
Kunjungan
Faktor yang mempengaruhi :
1. Predisposing Factor (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan)
2. Enabling Factor (status ekonomi, ketercapaian pelayanan)
3. Reinforcing Factor (sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan)
4. Need Factor (kebutuhan pasien) Pelayanan Kesehatan Bidang Kedokteran Gigi
Jaminan Kesehatan Nasional
Provider
Peserta
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran Utilization Rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut
era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan, Puskesmas
Banguntapan II dan Puskesmas Banguntapan III tahun 2014?
2. Bagaimana kesesuaian pola penyakit dan pola tindakan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas
Piyungan, Puskesmas Banguntapan II dan Puskesmas Banguntapan III
tahun 2014?
3. Bagaimana gambaran besaran kapitasi yang diterima pada pelayanan
kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas
Piyungan, Puskesmas Banguntapan II dan Puskesmas Banguntapan III
32 A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional (non
eksperimental) deskriptif dengan desain penelitian cross sectional dengan
mengambil data sekunder. Jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah jenis
data kuantitatif dengan skala data numerik rasio.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi yang diambil dari penelitian ini adalah Puskesmas yang ada
di wilayah Kabupaten Bantul.
2. Sampel
Sampel penelitian ini diambil berdasarkan metode purposive
sampling. Purposive sampling adalah cara memilih sampel dari populasi
sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sampel dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal. Cara pengambilan sampel
dengan mengkelompokkan 27 puskesmas di Kabupaten Bantul menjadi 3
kategori yaitu kepesertaan tinggi, ideal dan rendah kemudian peneliti
mengambil satu sampel dari setiap kategori, hasilnya dapat dilihat dari
Tabel 3. Cara Pengambilan Sampel Penelitian
Kepesertaan BPJS Kesehatan Jumlah
Puskesmas Sampel Penelitian
Tinggi (>20.000) 14 Puskesmas Piyungan
Ideal (10.00-20.000) 12 Puskesmas Banguntapan II
Rendah (<10.000) 1 Puskesmas Banguntapan III
C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria inklusi
a. Puskesmas di wilayah kerja Kabupaten Bantul yang memiliki poli gigi
dan dokter gigi.
b. Puskesmas di wilayah kerja Kabupaten Bantul yang telah melakukan
perjanjian kerjasama dengan BPJS.
c. Puskesmas di wilayah kerja Kabupaten Bantul dengan administrasi
yang baik.
d. Puskesmas yang wilayahnya terjangkau oleh peneliti.
2. Kriteria Eksklusi
a. Puskesmas yang dalam perjalanan penelitian memutuskan untuk tidak
bersedia lagi menjadi tempat penelitian bagi peneliti.
b. Pasien puskesmas dengan rekapan data rekam medis poli gigi dengan
tulisan yang tidak jelas dan tidak terbaca.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasipenelitian ini adalah di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan
Banguntapan III Kabupaten Bantul. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
E. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan
Nasional di Indonesia.
F. Definisi Operasional
Utilization rate adalah tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut oleh peserta jaminan kesehatan dalam bentuk persentase, bisa
dihitung dengan melihat jumlah kunjungan pasien selama periode waktu
tertentu yang dihitung melalui data sekunder berupa rekap data rekam medis
yang merupakan salinan data dari rekam medis pasien poli gigi di puskesmas
berupa nomor rekam medis, nama, umur, jenis kelamin, diagnosa penyakit dan
tindakan perawatan yang dilakukan.
G. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat tulis, buku tulis,
dummy table dan kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rekapan data rekam medis pasien poli gigi di Puskesmas Piyungan,
Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul mulai dari 1 Januari
2014 sampai Desember 2014. Dummy table penelitian dapat dilihat pada tabel
Tabel 4. Dummy Table Penelitian
Tabel 5. Kode Jenis Penyakit Gigi dan Mulut Menurut Kemenkes Nomor 62 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi
No Kode Jenis Diagnosa Penyakit
1 K00 Disorder of tooth development and eruption
2 K01 Embedded and impacted teeth
3 K02 Dental caries
4 K03 Other diseases of hard tissue of teeth
5 K04 Diseases of pulp and periapical tissues
6 K05 Gingivitis and periodontal diseases
7 K06 Other disorders of gingival and edentulous alveolar ridge
8 K07 Dentofacial anomalies including malocclusion
9 K08 Other disorder of teeth and supporting structures
10 K09 Cysts of oral region, not elsewhere classified
11 K10 Other diseases of jaws
12 K11 Diseases of salivary glands
13 K12 Stomatitis and related lesions
14 K13 Other diseases of lip and oral mucosa
15 K14 Diseases of tongue
Sumber : Kemenkes Nomor 62 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi
Tabel 6. Kode Tindakan yang Dikalibrasi oleh Peneliti
No Kode Tindakan Jenis Tindakan
1 1 DHE
8 8 Incisi&Drainase
9 9 Devitalisasi
10 10 Rujuk
H. Alur Penelitian
Gambar 2. Alur penelitian
I. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun rencana penelitian berbentuk proposal penelitian. kegiatan
yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi dan data dari
berbagai sumber yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.
b. Berdiskusi dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing.
c. Menetapkan criteria inklusi dan ekslusi untuk memilih 3 puskesmas
sebagai sampel penelitian.
Membuat proposal penelitian
Membuat perijinan penelitian
Perhitungan utilization rate
Pengambilan data jumlah kunjungan, diagnosa dan tindakan perawatan dari rekapan rekam medis
2. Tahap Pra Penelitian
a. Melakukan seminar atau sidang proposal di depan dosen pembimbing
dan dosen penguji.
b. Mengurus surat perizinan terhadap instansi terkait dan menyampaikan
informasi mengenai rencana penelitian yang akan dilakukan di
Puskesmas Piyungan, Bnaguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten
Bantul.
3. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Mengumpulkan data sekunder dari rekap data rekam medis pasien
poli gigi mulai dari 1 Januari 2014 - Desember 2014 berupa nama
pasien/nomor rekam medis beserta identitas pasien, jenis penyakit yang
diderita dan tindakan yang dilakukan.
4. Tahap Akhir Penelitian
a. Melakukan analisis data dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi.
b. Menyusun laporan berupa hasil penelitian, intrepetasi hasil penelitian,
menarik kesimpulan serta memberikan saran berdasarkan hasil
penelitian yang didapatkan.
c. Melakukan seminar/pendadaran hasil akhir penelitian.
J. Analisis Data
Analisis deskriptif adalah suatu pengolahan data dengan
menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah melalui tabel atau
ukuran variasi dan ukuran-ukuran kecenderungan pusat (Nursalam, 2003).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis distribusi
frekuensi dan distribusi rata-rata. Skala pengukuran data yang dipakai dalam
39
A. Hasil Penelitian
Penelitian gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut
era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan
Banguntapan III Kabupaten Bantul tahun 2014 mengambil data sekunder
beruda rekap data rekam medis pasien BPJS di poli gigi mulai dari 1 Januari
2014 sampai 31 Desember 2014. Pengambilan rekap data rekam medis tidak
semuanya dapat penulis gunakan untuk menghitung utilization rate, karena
terdapat data yang tidak jelas dalam penulisannya maupun data yang kurang
lengkap dalam penulisannya misalnya terdapat diagnosa penyakit namun tidak
ada tindakan perawatannya begitu pula sebaliknya. Hal ini kemungkinan dapat
disebabkan karena petugas administrasi atau operator di puskesmas kelelahan
sehingga tulisannya tidak jelas dan tidak terbaca.
1. Karakteristik Responden Penelitian
Penelitian gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan
mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan,
Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul tahun 2014
mendapatkan hasil distribusi responden sebagai berikut:
a. Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin
Karakteristik responden penelitian berdasarkan usia dan jenis
Tabel 7. Karakteristik Responden berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Poli Gigi Puskesmas Piyungan dan Banguntapan III Tahun 2014
Karakteristik Responden
Perempuan 1535 (62,99%) 490 (65,60%)
Jumlah 2437 (100%) 747 (100%)
Usia
Balita (<5 tahun) 75 (3,08%) 11 (1,47%)
Anak-anak (5-11) tahun 773 (31,72%) 149 (19,95%)
Remaja (12-25) tahun 438 (17,97%) 125 (16,73%)
Dewasa (26-45) tahun 748 (30,69%) 223 (29,85%)
Lansia (46-65) tahun 336 (13,79%) 197 (26,37%)
Manula (>65 tahun) 67 (2,75%) 42 (5,62%)
Jumlah 2437 (100%) 747 (100%)
Tabel 7 menunjukkan frekuensi kunjungan untuk jenis kelamin
responden pada Puskesmas Piyungan sebagian besar adalah perempuan
yaitu sebanyak 1535 kunjungan dengan prosentase 62.99%. Frekuensi
kunjungan untuk jenis kelamin laki-laki berjumlah 902 kunjungan
dengan prosentase 37.01%. Kunjungan responden dengan kategori usia
anak-anak (5-11) tahun memiliki jumlah terbanyak yaitu 773
kunjungan dengan prosentase 31.72%.
Frekuensi kunjungan untuk jenis kelamin pada responden
Puskesmas Banguntapan III sebagian besar adalah perempuan yaitu
sebanyak 490 kunjungan dengan prosentase 65.60%. Frekuensi
kunjungan untuk jenis kelamin laki-laki berjumlah 257 kunjungan
dengan prosentase 34.40%. Kunjungan responden dengan kategori usia
dengan prosentase 29.85%. Frekuensi kunjungan untuk jenis kelamin
maupun kategori usia di Puskesmas Banguntapan II tidak dapat
disajikan oleh peneliti, sebab data tidak tertulis lengkap dalam rekam
medis pasien dan bukan variabel untuk diteliti.
b. Distribusi jumlah kepesertaan BPJS
Distribusi jumlah kepesertaan BPJS di Puskesmas Piyungan,
Banguntapan III dan Banguntapan II Tahun 2014 dapat dilihat pada
tabel 8 sebagai berikut :
Tabel 8. Distribusi Jumlah Kepesertaan BPJS Puskesmas Piyungan, Banguntapan III dan Banguntapan II Tahun 2014
No Bulan Jumlah Peserta
Banguntapan III Banguntapan II Piyungan
1 Januari 6.738 14.735 27.146
peserta/bulan 7.188,75 15.177,25 27.693,17
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 2015
Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah kepesertaan anggota BPJS
pada puskesmas Banguntapan II dan Puskesmas Banguntapan III
selalu mengalami peningkatan setiap bulannya. Jumlah kepesertaan
peningkatan, namun pada bulan September mengalami penurunan
sebanyak 118 orang dari jumlah pada bulan Agustus 27.945 orang
menjadi 27.827 orang pada bulan September. Jumlah kepesertaan
BPJS pada ketiga puskesmas paling banyak pada akhir tahun yaitu
untuk Puskesmas Piyungan sebanyak 28.385 orang, Puskesmas
Banguntapan II sebanyak 15.758 orang dan Puskesmas Banguntapan
III sebanyak 7.669 orang.
c. Distribusi diagnosa penyakit
Penelitian gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi
dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan,
Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul tahun 2014
menggunakan kode penyakit ICD 10. Distribusi diagnosa penyakit di
poli gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan III dan Banguntapan II
Tabel 9. Distribusi Diagnosa Penyakit di Poli Gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan III dan Banguntapan II Tahun 2014
No Kode
Diagnosa
Puskesmas
Piyungan Banguntapan III Banguntapan II
1 K00 587 122 222
gigi Puskesmas Piyungan selama tahun 2014 adalah 2.437 kunjungan.
Jumlah diagnosa penyakit yang paling banyak ditemui adalah K04
(Diseases of pulp and periapical tissues) sebanyak 934 kunjungan dan
untuk diagnosa penyakit K14 tidak terdapat kunjungan pada
Puskesmas Piyungan selama tahun 2014. Jumlah kunjungan pasien di
poli gigi Puskesmas Banguntapan III selama tahun 2014 adalah 747
kunjungan. Jumlah diagnosa penyakit yang paling banyak ditemui
adalah K05 (Gingivitis and periodontal diseases) sebanyak 250
kunjungan dan untuk diagnosa penyakit K09 dan K14 tidak terdapat
kunjungan pada Puskesmas Banguntapan III selama tahun 2014.
selama tahun 2014 adalah 1254 kunjungan. Jumlah diagnosa penyakit
yang paling banyak ditemui adalah K05 sebanyak 366 kunjungan dan
untuk diagnosa penyakit K13 tidak terdapat kunjungan pada
Puskesmas Banguntapan II selama tahun 2014.
d. Distribusi tindakan perawatan
Penelitian gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi
dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan,
Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul tahun 2014
menggunakan kode tindakan perawatan yang dikalibrasi oleh peneliti.
Distribusi tindakan perawatan di ketiga puskesmas dapat dilihat dalam
tabel 10 sebagai berikut :
Tabel 10. Distribusi Tindakan Perawatan di Poli Gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan III dan Banguntapan II Tahun 2014
No Kode Tindakan Puskesmas
Piyungan Banguntapan III Banguntapan II
1 1 (DHE) 6 10 1
2 2 (Medikasi) 1143 333 735
3 3 (Exo Permanen) 178 71 138
4 4 (Exo Decidui) 523 98 172
5 5 (Filling) 317 102 79
6 6 (Scalling) 30 37 49
7 7 (Trepanasi) 72 2 12
8 8 (Incisi&Drainase) 11 47 11
9 9 (Devitalisasi) 45 34 2
10 10 (Rujuk) 101 11 13
11 11 (Lain-Lain) 11 2 42
Jumlah 2437 747 1254
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah tindakan perawatan dengan
kode 2 (Premedikasi adalah tindakan perawatan yang paling banyak