• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UTILIZATION RATE PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS PIYUNGAN, BANGUNTAPAN II DAN BANGUNTAPAN III KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN UTILIZATION RATE PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS PIYUNGAN, BANGUNTAPAN II DAN BANGUNTAPAN III KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

DI PUSKESMAS PIYUNGAN, BANGUNTAPAN II DAN BANGUNTAPAN III KABUPATEN BANTUL

TAHUN 2014

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : SOVIA RARAS ATI

20120340074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

DI PUSKESMAS PIYUNGAN, BANGUNTAPAN II DAN BANGUNTAPAN III KABUPATEN BANTUL

TAHUN 2014

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : SOVIA RARAS ATI

20120340074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

iii

Nama : Sovia Raras Ati

NIM : 20120340074

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis

ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 25 April 2016

Yang membuat pernyataan,

(4)

iv

tapi kebahagiaan berasal dari kamu dan pikiran kamu (Hitam Putih)

Bukanlah suatu aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika kamu tidak bangkit dari kegagalan itu (Ali bin Abu Thalib)

Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpimu (Arai)

Teruslah berharap, percaya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba yang selalu berharap kepadaNya

Dalam menghadapi segalah permasalahan, mintalah pertolongan dengan sabar dan Sholat (Al-Baqarah : 45)

Teruslah berusaha walau sekelilingmu meragukan kamu. Teruslah tersenyum karena orang-orang yang kamu sayang menginginkan senyummu. Teruslah bersinar untuk mereka yang ada di kegelapan. Dan percayalah Tuhan tidak akan

mengubah nasib kaumnya tanpa usaha kaum itu. Teruslah melangkah karena orang-orang yang menyayangimu akan selalu menopangmu.

(5)

v

Penyayang yang telah memberikan kekuatan, kemudahan, dan kelancaran

sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam saya

panjatkan kepada Rasulullah SAW, sehingga sampai sekarang indahnya iman dan

Islam masih terasa.

Kupersembahkan karya ini kepada kedua orang tua saya, bapak alm.Misdiraharjo

dan ibu Suwartinah tiada kata yang bisa menggantikan doa, semangat, dukungan

dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya. Terimakasih telah menjadi orang tua

yang luar biasa untuk saya. Serta kepada kedua kakak saya Wahyumarwaningsih,

S.E. dan Kelik Apriandi, S.I.P yang selalu mendukung , memberikan semangat

dan memberikan omelan dan tegurannya ketika saya sedang malas melanjutkan

penelitian Karya Tulis Ilmiah saya.

Kepada seluruh almamater Prodi Pendidikan Dokter Gigi 2012, terimakasih atas

dukungan dan perjuangan kalian. Kalian bukan lagi sahabat namun sudah seperti

(6)

vi

segala rahmat dan kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Gambaran Utilization Rate Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul” berjalan dengan lancar. Pada kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya beserta

Nabi Muhammad SAW atas tuntunan dan ajarannya sehingga penulis mampu

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros., selaku Kepala Program Studi Pendidikan

Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

4. drg. Iwan Dewanto, MMR., selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini

yang penuh kesabaran memberikan bimbingan dan arahan untuk penulis

dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah serta dosen penguji drg. Sri Utami, MPH

dan drg. Afina Hasnasari H, MAK.

5. Kepada dosen pembimbing akademik saya drg.Nia Wijayanti, Sp.KG yang

telah memberikan bimbingan serta arahan selama saya menjalani pendidikan

S1 saya di Prodi Pendidikan Dokter Gigi FKIK UMY angkatan tahun 2012.

6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

7. Kepada kedua orang tua saya, bapak alm.Misdiraharjo dan ibu Suwartinah

tiada kata yang bisa menggantikan doa, semangat, dukungan dan kasih sayang

yang tiada henti-hentinya. Terimakasih telah menjadi orang tua yang luar

biasa untuk saya. Maaf, selama ini saya belum menjadi anak yang bisa

(7)

vii

S.I.P yang selalu mendukung , memberikan semangat dan memberikan

omelan-omelannya ketika saya sedang malas melanjutkan penelitian saya.

9. Kepada teman seperjuangan saya di SMA, Aprilia Kartika Sari, Agustinus

K.P, Jeki Rahmawati dan Nia Anggraeni yang telah menjadi sahabat terbaik

saya, terimakasih atas kesabaran kalian.

10.Kepada GCBWAMNRS (Ghali-Ibnu, Ciya, Bella, Witri Setiatuti,

Architamora, Meibi, Nurakhvi, Rahmad) yang telah menjadi sahabat-sahabat

saya dari tahun pertama di Prodi Pendidikan Dokter Gigi 2012.

11.Kepada anak divy kost Rosyda Ainun N, Rinda Dyah P, Ismi Dea N, Richa

Fitria S dan Megawati yang telah menjadi keluarga kedua saya dikosan

tercinta ini.

12.Kepada teman KTI saya Amijuvika R dan Renny R.S, yang telah berjuang

bersama-sama menjalankan penelitian ini selama hampir satu tahun.

13.Kepada seseorang yang selalu menjadi idola dan penyemangat saya dalam

menyelesaikan KTI serta dalam menggapai cita-cita saya menjadi seorang

dokter gigi yang kelak bisa mengabdi kepada masyarakat.

14.Kepada almamater Prodi Pendidikan Dokter Gigi FKIK UMY 2012.

15.Semua pihak yang telah banyak menbantu dalam penyelesaian Karya Tulis

Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna

dengan keterbatasan yang peneliti miliki. Kritik dan saran dari pembaca akan

peneliti terima dengan tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan Karya

Tulis Ilmiah ini.

Yogyakarta, 25 April 2016

(8)

viii

1. Jaminan Kesehatan Nasional... 9

2. Jaminan Kesehatan Nasional di Kedokteran Gigi ... 13

3. Puskesmas di Era Jaminan Kesehatan Nasional ... 17

4. Puskesmas di Kabupaten Bantul ... 17

5. Permasalahan Kepesertaan BPJS ... 19

6. Sistem Kapitasi... 21

7. Utilization Review ... 22

8. Utilization Rate ... 23

9. Kemenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Dokter Gigi ... 24

B. Landasan Teori ... 27

C. Kerangka Konsep ... 30

D. Pertanyaan Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 33

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

E. Variabel Penelitian ... 34

F. Definisi Operasional... 34

G. Alat dan Bahan Penelitian ... 34

H. Alur Penelitian ... 36

I. Jalannya Penelitian ... 36

(9)

ix

B. Pembahasan ... 53

1. Karakteristik Subjek Penelitian ... 53

2. Utilization Rate ... 57

3. Pola Penyakit dan Pola Tindakan ... 64

4. Kesesuain pola penyakit dan pola tindakan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 76

(10)

x

Tabel 2. Kesesuaian Pola Penyakit dan Pola Tindakan Perawatan yang dilakukan Menurut Kemenkes Nomor 62 tahun 2015 tentang

Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi... 26 Tabel 3. Cara Pengambilan Sampel Penelitian ... 33 Tabel 4. Dummy Table Penelitian ... 35 Tabel 5. Kode Jenis Penyakit Gigi dan Mulut Menurut Kemenkes

Nomor 62 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis

bagi Dokter Gigi ... 35 Tabel 6. Kode Tindakan yang Dikalibrasi oleh Peneliti ... 35 Tabel 7. Karakteristik Responden berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

di Poli Gigi Puskesmas Piyungan dan Banguntapan III

Tahun 2014... 40 Tabel 8. Distribusi Jumlah Kepesertaan BPJS Puskesmas Piyungan,

Banguntapan III dan Banguntapan II Tahun 2014 ... 41 Tabel 9. Distribusi Diagnosa Penyakit di Poli Gigi Puskesmas

Piyungan, Banguntapan III dan Banguntapan II Tahun 2014 ... 43 Tabel 10. Distribusi Tindakan Perawatan di Poli Gigi Puskesmas

Piyungan, Banguntapan III dan Banguntapan II Tahun 2014 ... 44 Tabel 11. Nilai Rata-Rata Utilization Rate Puskesmas Piyungan,

Banguntapan II dan Banguntapan III di Kabupaten Bantul

Tahun 2014... 45 Tabel 12. Utilization Rate berdasarkan Kunjungan Pasien BPJS

di Poli Gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan II

dan Banguntapan III Kabupaten Bantul Tahun 2014 ... 46 Tabel 13. Rata-Rata Utilization Rate berdasarkan Diagnosa Penyakit

Pasien BPJS di Poli Gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul Tahun 2014 ... 47 Tabel 14. Rata-Rata Utilization Rate berdasarkan Tindakan Perawatan

Pasien BPJS di Poli Gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul Tahun 2014 ... 48 Tabel 15. Pola Penyakit Dan Pola Tindakan Perawatan Yang Dilakukan

Di Poli Gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan III dan

Banguntapan II Kabupaten Bantul Tahun 2014 ... 50 Tabel 16. Asumsi Perhitungan Tarif Per Kunjungan Pasien... 52 Tabel 17. Perhitungan Kapitasi Puskesmas Piyungan, Banguntapan III

(11)
(12)
(13)

xii

untuk mengetahui gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul.

Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional (non eksperimental) deskriptif. Subjek penelitian yang digunakan adalah seluruh rekam medis pasien poli gigi mulai dari 1 Januari 2014 – Desember 2014 di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data diskriptif berupa l distribusi frekuensi dan rata-rata.

Hasil : Gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Bantul tahun 2014 berdasarkan kunjungan pasien, diagnosa penyakit dan tindakan perawatan mendapatkan hasil rata-rata

utilization rate pada Puskesmas Piyungan yaitu sebesar 0.733%. Puskesmas Banguntapan III mendapatkan angka utilisasi sebesar 0.866% dan Puskesmas Banguntapan II mendapat angka utilisasi sebesar 0.689%. Tindakan perawatan pada poli gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan III dan Banguntapan II Kabupaten Bantul tahun 2014 untuk diagnosa K00, K04, K05, K06 dan K13 terdapat ketidaksesuaian dengan macam-macam standar perawatan menurut Kemenkes Nomor 62/2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.

Kesimpulan : Hasil perhitungan utilization rate pada ketiga puskesmas termasuk dalam kategori rendah dan masih terdapat ketidaksesuaian pola penyakit dan pola tindakan pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

(14)

xiii

services in the National Health Insurance era in public health center of Piyungan, Banguntapan II and Banguntapan III Bantul.

Method : Research method of this study is observational descriptive. The research subjects are the medical records of dental clinic ranging from January 2014 - December 2014 in those public health centers. The data was analyzed with frequency and mean distribution.

Result : Utilization rate overview of dental health service in the national health program in those public health centers 2014 based on the patient's visit, the diagnosis of disease and the maintenance action, researchers get the average utilization rate at Piyungan PHC is 0.733%, Banguntapan III PHC is 0.866% and Banguntapan II PHC is 0.689%. The maintenance action on public health center of Piyungan, Banguntapan III and Banguntapan II for diagnosis K00, K04, K05, K06 and K13 there is a mismatch with a variety of treatments according to the Ministry of Health No. 62/2014 on Clinical Practice Guidelines for Dentists. Conclusion : Utilization rate calculation results in the three public health centers included in the low category and there is a mismatch in disease and treatment patterns in the dental health services.

(15)

1 A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup manusia,

demikian halnya dengan kesehatan gigi dan mulut. Pentingnya kesehatan gigi

dan mulut juga telah dijelaskan dalam sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa

sallam yang artinya : “Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka

akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak (menyikat gigi) setiap akan wudlu

(Hadits riwayat Bukhori dan Muslim). Kesadaran masyarakat Indonesia saat

ini mengenai kesehatan gigi dan mulut masih rendah sehingga mengakibatkan

rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah berusaha meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan menyelenggarakan

berbagai upaya kesehatan salah satunya dengan membuat sistem jaminan

sosial kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat Indonesia yang kemudian

disebut dengan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (BPJS Kesehatan,

2014).

Pelaksanaan sistem JKN yang mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari

2014 serempak di seluruh wilayah Indonesia, merupakan tantangan bagi

pemberi pelayanan kesehatan termasuk dokter atau dokter gigi, dimana

pelayanan kesehatan diharapkan lebih baik, optimal , terstruktur serta

menerapkan kendali mutu dan kendali biaya. Konsep pelayanan kesehatan

pada sistem JKN di Indonesia saat ini membagi pelayanan kesehatan menjadi

(16)

kesehatan sekunder dan pelayanan kesehatan tersier. Pelayanan kesehatan gigi

dan mulut untuk tingkat pelayanan primer menerapkan sistem kapitasi dalam

pembayarannya (Dewanto dan Lestari, 2014).

Pelaksanaan sistem JKN selama satu tahun terakhir menghadapi

berbagai masalah baik dari masalah kepesertaan, pelayanan kesehatan, hingga

pendanaan. Masalah yang kerap dikeluhkan adalah iuran yang dibayarkan

masyarakat dinilai terlalu rendah dan belum sesuai dengan real cost atau biaya

sesungguhnya yang dikeluarkan dari puskesmas. Jumlah kepesertaan yang

ditanggung oleh setiap pemberi pelayanan kesehatan juga menjadi masalah

yang perlu diperhatikan lebih lanjut oleh pemerintah karena mempengaruhi

pelayanan kesehatan yang diberikan (Detik health, 2014).

Jumlah kepesertaan dalam sistem kapitasi sangat penting keberadaannya.

Menurut survei di lapangan, jumlah peserta kurang dari 10.000 peserta akan

mengakibatkan salah satunya kerugian bagi provider karena imbalan jasa yang

diterima sedikit sehingga dapat memicu kecurangan yang dilakukan provider.

Bentuk kecurangan yang dilakukan provider contohnya memberikan

pelayanan yang berlebihan (over utilization) kepada pasien sehingga pasien

harus membayar kelebihan biaya perawatan yang tidak dijamin BPJS (Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial) kepada provider. Jumlah peserta lebih dari

20.000 peserta akan menyebabkan provider memberikan pelayanan kesehatan

yang tidak maksimal dan kurang bermutu disebabkan asumsi provider yang

merasa kelelahan dalam melayani peserta yang banyak jumlahnya (Dewanto

(17)

Pemerintah menyelenggarakan sistem JKN selain untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat juga untuk meningkatkan pemanfaatan

pelayanan kesehatan oleh masyarakat di Indonesia. Pemanfaatan pelayanan

kesehatan oleh masyarakat dinilai masih rendah, terutama pemanfaatan

pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Hal ini sesuai dengan penelitian

Ngirabega (2010) bahwa akses mendapatkan pelayanan kesehatan pada negara

berkembang seperti Indonesia khususnya daerah sub urban yang menjadi jenis

daerah mayoritas di Indonesia masih kurang, sehingga tingkat pemanfaatan

pelayanan kesehatan masih rendah dibandingkan masyarakat perkotaan. Data

Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) 2012 menunjukkan bahwa Effective

Medical Demand (EMD) yang merupakan kemampuan untuk mendapatkan

pelayanan dari tenaga medis gigi untuk pedesaan hanya 7,5% sedangkan untuk

wilayah perkotaan 8,6%.

Penelitian yang dilakukan Supariani (2013) di Poliklinik Gigi Rumah

Sakit Umum dr.Djasamen Saragih Parangsiantar menunjukkan bahwa 90%

responden yang diteliti tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan

mulut dan hanya 10% yang memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan

mulut. Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul tahun 2014 menunjukkan

bahwa hanya 8 % masyarakat dari total kunjungan di puskesmas yang

memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, hal ini berarti tingkat

pemanfaatannya masih sangat rendah. Data pada Riskesdas 2012 juga

menunjukkan bahwa penduduk yang memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi

dan mulut hanya 31,1% dari total penduduk yang mempunyai masalah

(18)

Pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat dari

jumlah kunjungan pasien dan tindakan yang dilakukan pada fasilitas pemberi

pelayanan kesehatan (Supariani, 2013). Perhitungan tingkat pemanfaatan

pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada era JKN ini dapat kita hitung dengan

model perhitungan utilization rate. Utilization rate dapat diketahui dengan

menghitung jumlah kunjungan pasien dalam satu bulan dibagi dengan jumlah

seluruh peserta kemudian dikalikan 100% (Dewanto dan Lestari, 2014).

Utilization rate juga berguna sebagai parameter derajat kesadaran

masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Angka utilisasi yang

semakin tinggi maka akan menyebabkan semakin tinggi pula tingkat

kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Estimasi

perhitungan angka utilisasi yang baik idealnya adalah 2% - 3%, karena pada

perhitungan ini sudah menghitung resiko dan pembiayaan yang seimbang

pada pelayanan dokter gigi di Indonesia. Pengambilan data untuk keperluan

perhitungan utilization rate dapat pula mengambil data mengenai jenis

diagnosa dan tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi, sehingga dapat dilihat

pula kesesuaian antara pola penyakit dan pola tindakan pada pelayanan

kesehatan gigi dan mulut era JKN (Dewanto dan Lestari, 2014).

Penelitian untuk menghitung utilization rate dilakukan di Puskesmas

Kabupaten Bantul dengan mengambil data utilisasi berupa jumlah kunjungan

pasien, jenis penyakit dan tindakan yang dilakukan dokter gigi bersumber dari

rekam medis pasien. Kabupaten Bantul termasuk dalam daerah sub urban yang

(19)

merupakan daerah mayoritas yang ada di Indonesia sehingga diharapkan dapat

mewakili gambaran pelaksanaan JKN di sebagian besar wilayah Indonesia.

Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan pertama yang tersebar

di daerah menjadi pilihan utama bagi masyarakat sub urban untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan. Prinsip paradigma sehat yang dianut

Puskesmas sama dengan prinsip yang dianut sistem JKN. Puskesmas yang

juga merupakan ujung tombak keberhasilan sistem JKN menjadi

pertimbangan penting bagi peneliti untuk melakukan penelitian di puskesmas

(Saputra, 2012).

Kabupaten Bantul merupakan daerah pinggiran kota dan memiliki 27

puskesmas yang menganut sistem JKN (Dinkes Kabupaten Bantul, 2015).

Jumlah penduduk di Kabupaten Bantul adalah 938.433 orang, 906.726 orang

diantaranya sudah memiliki jaminan kesehatan. Berdasarkan data di atas

dapat disimpulkan bahwa sekitar 96,62% warganya mempunyai jaminan

kesehatan sosial (Dinkes Kabupaten Bantul, 2014).

Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III ditetapkan

sebagai tempat penelitian karena puskesmas ini merupakan puskesmas yang

memiliki karakteristik jumlah kepesertaan BPJS yang berbeda. Puskesmas

Piyungan memiliki jumlah peserta sangat ekstrim yaitu sebanyak 28.385

peserta pada akhir tahun 2014. Puskesmas Banguntapan II memiliki jumlah

peserta yang ideal antara 10.000-20.000 peserta yaitu sebanyak 15.758 peserta

(20)

jumlah kepesertaan sangat sedikit yaitu 7.669 peserta pada akhir tahun 2014

(Dinkes Kabupaten Bantul, 2014).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang

akan dijadikan pembahasan dalam Karya Tulis Ilmiah ini yaitu:

“Bagaimana gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era

Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan

Banguntapan III Kabupaten Bantul Tahun 2014”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran utilization rate (tingkat pemanfaatan)

pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III

Kabupaten Bantul Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran kesesuaian pola penyakit dan pola

tindakan pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan

Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan

Banguntapan III Kabupaten Bantul.

b. Untuk mengetahui besaran kapitasi yang diterima pada pelayanan

kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di

Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten

(21)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi BPJS diharapkan mampu sebagai bahan evaluasi terhadap sistem

JKN.

2. Bagi puskesmas diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan

pertimbangan dalam perbaikan sistem JKN daerah setempat.

3. Bagi masyarakat diharapkan akan memperoleh pelayanan kesehatan yang

lebih terjamin dan sesuai dengan diagnosa yang diderita.

4. Bagi akademisi dapat menjadi acuan untuk penelitian berikutnya yang

lebih mendalam mengenai gambaran utilization rate pelayanan kesehatan

gigi dan mulut pada sistem JKN.

5. Bagi peneliti untuk memperluas pemahaman dan pengetahuan mengenai

angka utilisasi dan sistem JKN.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014) dengan judul Analisis

Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit

Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan

metode wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Hasil dari

penelitian ini adalah program JKN di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang

Selatan yang berjalan dari awal tahun 2014 sudah sesuai dengan peraturan

serta pedoman pelaksanaannya. Terdapat beberapa kendala dalam

pelaksanaan JKN yaitu kurangnya sumber daya manusia pelaksana untuk

administrasi program JKN, teknologi JKN yang sering mengalami

gangguan, keterlambatan pencairan klaim dan perbedaan nilai tarif

(22)

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah

penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014) bertujuan untuk mengetahui

implementasi kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit

Umum Kota Tangerang Selatan sedangkan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui gambaran utilization rate

pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di

Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten

Bantul.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Khariza (2015) yang berjudul Program

Jaminan Kesehatan Nasional: Studi Deskriptif Tentang Faktor-Faktor yang

dapat Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Program Jaminan

Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Penelitian ini

menggunakan metode qualitative tipe deskriptif. Hasil dari penelitian ini

adalah faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari implementasi progam

Jaminan Kesehatan Nasional meliputi sumber daya, struktur birokrasi,

komunikasi, disposisi, dukungan kelompok sasaran, derajat perubahan

yang diinginkan dan respon objek kebijakan.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah

penelitian yang dilakukan oleh Khariza (2015) bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan

implementasi program JKN di rumah sakit jiwa Menur Surabaya

sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk

mengetahui gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut

era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II

(23)

9 A. Telaah Pustaka

1. Jaminan Kesehatan Nasional

Jaminan Kesehatan adalah jaminan perlindungan kesehatan agar

masyarakat yang menjadi peserta mendapat manfaat pemeliharaan

kesehatan dan perlindungan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau

iurannya dibayar oleh Pemerintah (Permenkes No.71 tahun 2013 pasal 1).

a. Tujuan JKN

Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat Program JKN

adalah suatu program pemerintah dan masyarakat/rakyat dengan tujuan

memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap

rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat,

produktif, dan sejahtera (Jamsos Indonesia, 2013).

b. Manfaat untuk pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan yang dijamin terdiri atas:

1) Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan

kesehatan non spesialistik yang mencakup:

a) Administrasi pelayanan

b) Pelayanan promotif dan preventif

(24)

d) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non

operatif

e) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

f) Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis

g) Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat

pertama

h) Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.

2) Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan meliputi pelayanan

kesehatan yang mencakup:

a) Rawat jalan yang meliputi:

Administrasi pelayanan, pemeriksaan, pengobatan dan

konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis,

tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis,

pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, pelayanan alat

kesehatan implant, pelayanan penunjang diagnostik lanjutan

sesuai dengan indikasi medis, rehabilitasi medis, pelayanan

darah, pelayanan kedokteran forensik dan pelayanan jenazah di

fasilitas kesehatan.

b) Rawat inap yang meliputi:

Perawatan inap non intensif dan perawatan inap di ruang

intensif.

c) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri

(25)

c. Pembiayaan

Sistem pembiayaan menurut Permenkes No.71 tahun 2013 pasal

32 ayat 1-5 mengemukakan bahwa BPJS Kesehatan melakukan

pembayaran kepada fasilitas kesehatan yang memberikan layanan

kepada peserta. Besaran pembayaran yang dilakukan BPJS Kesehatan

kepada fasilitas kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara

BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah fasilitas

kesehatan tersebut serta mengacu pada standar tarif yang ditetapkan

oleh Menteri. Sistem pembiayaan yang digunakan dalam sistem JKN

untuk pelayanan primer adalah sistem kapitasi, sedangkan untuk

pelayanan sekunder dan tersier dengan menggunakan sistem DRG

(Diagnosis Related Group), dimana besaran tarif ditentukan

berdasarkan kelompok diagnosa, yang di Indonesia digunakan istilah

Indonesia Case Based Group (INA CBG`s) (Dewanto dan Lestari,

2013).

d. Kelembagaan

Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2011 menetapkan bahwa

Pemerintah secara khusus membentuk badan penyelenggara untuk

Jaminan Kesehatan Nasional ini yang diberi nama Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terbagi menjadi BPJS

Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Peserta BPJS Kesehatan terbagi

menjadi dua yaitu peserta dengan penerima bantuan iuran jaminan

(26)

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut

PBI Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu

sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.

Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan adalah setiap orang,

termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di

Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta bukan PBI Jaminan

Kesehatan merupakan peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan

orang tidak mampu (Perpres No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan

Kesehatan pasal 3 dan 4).

e. Dasar hukum

1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional

2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

4) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial

5) Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima

Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan

6) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan

(27)

2. Jaminan Kesehatan Nasional di Kedokteran Gigi

Pelayanan kedokteran gigi primer adalah suatu pelayanan kesehatan

dasar paripurna dalam bidang kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan

untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut setiap individu dalam

keluarga binaannya (Direktorat BUK Dasar Kemenkes RI 2013 cit. BPJS,

2014).

a. Prinsip pelayanan kedokteran gigi

1) Kontak pertama ( first contact)

Dokter gigi sebagai pemberi pelayanan yang pertama kali

ditemui oleh pasien dalam masalah kesehatan gigi dan mulut.

2) Layanan bersifat pribadi (personal care)

Adanya hubungan yang baik dengan pasien dan seluruh

keluarganya memberi peluang Dokter gigi Keluarga untuk

memahami masalah pasien secara lebih luas.

3) Pelayanan paripurna (comprehensive)

Pemberi pelayanan kesehatan memberikan pelayanan

menyeluruh dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative) sesuai

kebutuhan pasien. Pelayanan kesehatan gigi keluarga berorientasi

pada paradigma sehat.

4) Paradigma sehat

Dokter gigi mampu mendorong masyarakat untuk bersikap

(28)

5) Pelayanan berkesinambungan (continous care)

Prinsip ini melandasi hubungan jangka panjang antara dokter

gigi dan pasien dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang

berkesinambungan dalam beberapa tahap kehidupan pasien.

6) Koordinasi dan kolaborasi

Upaya mengatasi masalah pasien, dokter gigi di fasilitas

kesehatan Tingkat Pertama perlu berkonsultasi dengan disiplin

ilmu lain, merujuk ke spesialis dan memberikan informasi yang

sejelas-jelasnya kepada pasien.

7) Family and community oriented

Dokter gigi di fasilitas kesehatan tingkat pertama

mempertimbangkan kondisi pasien terhadap keluarga tanpa

mengesampingkan pengaruh lingkungan sosial dan budaya

setempat (BPJS Kesehatan, 2014).

b. Pemberi Pelayanan kesehatan

Peserta BPJS Kesehatan mendapatkan pelayanan gigi di fasilitas

kesehatan tingkat pertama maupun di fasilitas kesehatan tingkat

lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Fasilitas

kesehatan tingkat pertama yaitu dokter gigi di puskesmas, dokter gigi

di klinik atau dokter gigi praktek mandiri/perorangan, sedangkan

fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan yaitu dokter gigi

(29)

c. Cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut

Menurut Peraturan BPJS Nomor 1 tahun 2014 pasal 52,

pelayanan kesehatan gigi meliputi :

1) Administrasi pelayanan terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan

biaya administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan atau

pelayanan kesehatan pasien

2) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

3) Premedikasi

4) Kegawatdaruratan oro-dental

5) Pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi)

6) Pencabutan gigi permanen tanpa penyulit

7) Obat pasca ekstraksi

8) Tumpatan komposit atau GIC

9) Skeling gigi.

d. Pelayanan kedokteran gigi yang tidak dicakup

1) Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur

sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku

2) Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang

tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan

darurat

3) Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri

4) Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik

(30)

6) Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat

jaminan kesehatan yang diberikan BPJS Kesehatan, 2014 (BPJS

Kesehatan, 2014).

e. Pembiayaan pelayanan kedokteran gigi

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan melakukan

pembayaran ke fasilitas kesehatan tingkat pertama melalui pola

pembayaran kapitasi dengan ketentuan dokter gigi praktek

mandiri/perorangan dibayarkan langsung ke dokter gigi berdasarkan

jumlah peserta terdaftar sedangkan dokter gigi di klinik/puskesmas

tidak dibayarkan langsung ke dokter gigi yang menjadi jejaring

melainkan melalui klinik /puskesmas sebagai fasilitas kesehatan

tingkat pertamanya (BPJS Kesehatan, 2014).

Pemerintah menetapkan besaran kapitasi di puskesmas yang

memiliki poli gigi dan dokter gigi di dalamnya adalah Rp. 6.000,-per

peserta per bulan. Pembagian dana kapitasi di puskesmas mengacu

pada Peraturan Presiden nomor 32 Tahun 2014 pada bab III pasal 12

disebutkan bahwa jasa pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama (FKTP) ditetapkan sekurang-kurangnya 60% (enam

puluh persen) dari penerimaan dana kapitasi JKN, dan sisanya

dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan

(31)

3. Puskesmas di Era Jaminan Kesehatan Nasional

Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang berfungsi

sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah

kerjanya. Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan

tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan

nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan (Permenkes Nomor 75

Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat). Australia Indonesia

Partnership for Health System Strengthening (2013), menyebutkan bahwa

pada sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pemerintah memberikan

tanggung jawab besar dan strategis kepada puskesmas dengan

menjadikannya sebagai sebagai “gate keeper” dari penyelenggara dan

penyampaian pelayanan dasar kesehatan yaitu, puskesmas menjadi kontak

pertama pasien dalam pelayanan kesehatan formal sekaligus penapis

rujukan sesuai standar pelayanan medik.

4. Puskesmas di Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul memiliki jumlah penduduk sebanyak 938.433

orang, 906.726 orang diantaranya sudah memiliki jaminan kesehatan.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa sekitar 96,62%

warganya mempunyai jaminan kesehatan sosial. Kabupaten Bantul

(32)

dan 933 dusun. Jenis Puskesmas tersebut terdiri dari 16 puskesmas rawat

inap dan 11 pusksmas non rawat inap.

Jumlah dokter gigi yang bekerja di puskesmas Kabupaten bantul

sebanyak 42 orang. Jumlah kepesertaan BPJS masing-masing Puskesmas

berbeda-beda, namun berdasarkan pengamatan di lapangan dapat

disimpulkan bahwa ada 3 jenis Puskesmas menurut jumlah kepesertaannya

yaitu Puskesmas dengan jumlah peserta yang ekstrim/tinggi lebih dari

25.000 peserta contohnya Puskesmas Piyungan. Puskesmas dengan jumlah

peserta ideal antara 10.000-20.000 peserta contohnya Puskesmas

Banguntapan II dan yang terakhir Puskesmas dengan jumlah kepesertaan

kurang dari 10.000, hanya ada satu Puskesmas yaitu Puskesmas

(33)

Tabel 1. Jumlah Kepesertaan Puskesmas Kabupaten Bantul Akhir Tahun 2014

Puskesmas Jumlah Kepesertaan

Akhir Tahun 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 2015

5. Permasalahan Kepesertaan BPJS

Jumlah peserta dokter gigi yang seyogyanya mendapatkan 10.000

peserta namun pada palaksanaannya jumlah kepesertaan dokter gigi saat

ini rata-rata hanya 500-3000 peserta yang diikutkan. Besaran kepesertaan

(34)

bahwa pendaftar pada saat awal lebih banyak diikuti oleh peserta yang

mempunyai masalah gigi dan mulut, sehingga jumlah 3.000 peserta yang

diikutkan tersebut adalah peserta yang mempunyai resiko penyakit gigi

dan mulut tinggi (Dewanto dan Lestari, 2014).

Berdasarkan perhitungan jika dokter gigi mendapatkan kapitasi Rp.

2.000,00 /peserta dengan kepesertaan sejumlah 3.000 akan mendapatkan

kapitasi perbulan sebesar Rp. 6.000.000,00, namun mayoritas pesertanya

mempunyai resiko penyakit gigi dan mulut, sehingga akan membuat

utilisasi ke dokter gigi naik dan pengeluaran dokter gigi akan meningkat,

resiko besar juga akan diterima oleh dokter gigi. Permasalahan ini akan

berdampak pada pelayanan kepada peserta dan masyarakat Indonesia.

Seyogyanya masalah penentuan kepesertaan ini harus dilaksanakan sesuai

perhitungan kapitasi (jumlah 10.000 peserta dengan utilisasi 2%), karena

perhitungan ini diasumsikan sudah menghitung resiko dan pembiayaan

yang seimbang pada pelayanan dokter gigi di Indonesia (Dewanto dan

Lestari, 2014).

Dokter gigi yang mempunyai besaran peserta di bawah angka yang

ditetapkan tersebut maka akan mengalami kerugian, karena konsep

kapitasi yang seharusnya terjadi subsidi silang antara yang sehat dan yang

sakit tidak berlaku disini. Dokter gigi yang mempunyai peserta lebih

banyak dari pada yang ditargetkan misalnya lebih dari 20.000 peserta,

(35)

tidak maksimal bagi pasiennya karena merasa kewalahan menangani

pasien yang banyak jumlahnya (Dewanto dan Lestari, 2014).

6. Sistem Kapitasi

Kapitasi merupakan salah satu mekanisme perubahan cara

pembayaran dari bentuk fee for service (FFS) ke bentuk prospective

payment system. Kapitasi adalah metode pembayaran untuk jasa pelayanan

kesehatan dimana pemberi pelayanan kesehatan (dokter atau rumah sakit)

menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta, per periode waktu

(biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah ditentukan per periode waktu

tertentu. Kapitasi didasarkan atas jumlah tertanggung (orang yang dijamin

atau anggota) baik anggota itu dalam keadaan sakit atau dalam keadaan

sehat yang besarnya ditetapkan dan umumnya dibayarkan di muka tanpa

memperhitungkan jumlah konsultasi atau pemakaian pelayanan di pusat

pelayanan kesehatan tersebut (Dewanto dan Lestari, 2013).

Sistem pembayaran kapitasi merupakan pembayaran dimuka

berdasarkan jumlah peserta terdaftar tanpa memperhatikan jenis pelayanan

yang diberikan, biasanya dilakukan pihak asuransi kepada pemberi

pelayanan kesehatan tingkat pertama, sedangkan sistem pembayaran FFS

merupakan cara pembayaran berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan

oleh pemberi pelayanan kesehatan primer dan lanjutan. Semua sistem

tersebut memiliki reaksi masing-masing yang berdampak pada pelayanan

kepada pasien oleh pemberi pelayanan kesehatan. Reaksi positif

(36)

pembagian jasa berdasarkan sumber daya yang digunakan, sedangkan

reaksi negatifnya yaitu tidak terkendalinya biaya pelayanan kesehatan

karena dokter cenderung melakukan over utilisasi, kunjungan pasien

meningkat, prosedur pelayanan yang tidak sesuai, meningkatkan rujukan

inter dan antar spesialis (Kongsvelt dkk. 2000 cit. Dewanto dan Lestari,

2013).

7. Utilization Review

Utilization review merupakan suatu program yang dirancang agar

dapat mengurangi pelayanan kesehatan yang secara medis tidak

diperlukan. Parameternya adalah kesesuaian antara pelayanan yang

diberikan secara medis berdasarkan tingkat kebutuhan pasien. Utilization

review dapat disimpulkan merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk

meminimalisir “unnecessary service” agar terjaminnya mutu pelayanan

yang diberikan serta pengendalian biaya (Ilyas 2003 cit. Kusuma R, 2014).

Jaminan Kesehatan Nasional yang berlaku di Indonesia mempunyai

kecenderungan terjadinya peningkatan utilisasi pelayanan kesehatan. Hal

ini dipengaruhi oleh mudahnya akses yang didapat oleh peserta, sehingga

memberikan peluang bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk

mendapatkan keuntungan financial dengan memberikan pelayanan

kesehatan yang berlebihan (over utilization) atau mengurangi pelayanan

yang seharusnya diberikan (under utilization) bahkan intervensi yang tidak

sesuai (in-appropriate) (Ilyas 2003 cit. Kusuma R, 2014). Utilization

(37)

yang diberikan sesuai dengan kebutuhan medis pasien dan besarnya biaya

kesehatan.

8. Utilization Rate

Menurut Dewanto dan Lestari (2014), tingkat utilisasi (Utilization

Rate) merupakan probabilitas terjadinya suatu jenis pelayanan kesehatan,

jumlah utilisasi dibanding populasi (rerata perbulan). Rasio utilisasi

perbulan adalah jumlah kunjungan pasien dalam satu bulan dibagi dengan

jumlah seluruh peserta dikalikan dengan 100%. Utilisasi pelayanan

kesehatan adalah interaksi antara consumen dan provider.

Utilization rate adalah tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan

oleh pasien. Derajat kesehatan pasien dipengaruhi dalam proporsi kecil

oleh faktor keturunan, selanjutnya oleh faktor pelayanan kesehatan, faktor

perilaku dan proporsi paling besar oleh faktor lingkungan (fisik dan

nonfisik) (Blum H L 1974 cit. Hartono B, 2010). Menurut Green L ( cit.

Notoatmodjo, 2007), perilaku orang sakit berobat ke pelayanan kesehatan

secara bersama dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin dan

faktor kebutuhan.

a. Predisposing factors (faktor predisposisi)

Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah dan

mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu yaitu umur, jenis kelamin,

pendidikan dan pekerjaan.

b. Enabling factors (faktor pemungkin atau pendukung)

Status ekonomi keluarga, ketercapaian pelayanan meliputi: Akses

(38)

atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat serta peraturan-peraturan dan

komitmen masyarakat.

c. Reinforcing factors (faktor penguat)

Faktor penguat contohnya sikap dan perilaku tokoh masyarakat

dan tokoh agama serta perilaku petugas kesehatan.

d. Need factors (faktor kebutuhan)

Kebutuhan yang dirasakan individu terhadap pelayanan kesehatan.

9. Kemenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Dokter Gigi

Panduan praktik klinis bagi dokter gigi adalah acuan pelaksanaan

tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk dapat melindungi

masyarakat sebagai penerima layanan. Modifikasi terhadap Panduan

praktik klinis bagi dokter gigi dapat dilakukan atas dasar keadaan yang

memaksa untuk kepentingan pasien, antara lain keadaan khusus pasien,

kedaruratan dan keterbatasan sumber daya yang dicatat dalam rekam

medis. Pedoman ini ditujukan untuk dokter gigi pemberi pelayanan di

fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat lanjutan.

Panduan praktik klinis dokter gigi memuat kode International

Classification of Diseases (ICD)10 yang digunakan untuk mempermudah

pencatatan dan pelaporan serta pengolahan data di sarana pelayanan

kesehatan gigi dan mulut, keanekaragaman informasi menyangkut

(39)

faktor-faktor yang memengaruhi status kesehatan dan kontak dengan

pelayanan kesehatan.

Tujuan Penggunaan ICD-10 adalah:

a. Sebagai panduan bagi petugas rekam medik (coder) dalam pengkodean

penyakit gigi dan mulut memakai ICD-10.

b. Memperoleh keseragaman/standarisasi dalam klasifikasi pengkodean

penyakit gigi dan mulut dalam rangka mendukung sistem pencatatan

dan pelaporan penyakit dan manajemen data di puskesmas.

c. Memperoleh keseragaman/standarisasi dalam klasifikasi pengkodean

penyakit dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Penggunaan kode ICD-10 yaitu K00 (Disorder of tooth development

and eruption), K01 (Embedded and impacted teeth), K02 (Dental caries),

K03 (Other diseases of hard tissue of teeth), K04 (Diseases of pulp and

periapical tissues), K05 (Gingivitis and periodontal diseases), K06 (Other

disorders of gingival and edentulous alveolar ridge), K07 (Dentofacial

anomalies including malocclusion), K08 (Other disorder of teeth and

supporting structures), K09 (Cysts of oral region, not elsewhere

classified), K10 (Other diseases of jaws), K11 (Diseases of salivary

glands), K12 (Stomatitis and related lesions), K13 (Other diseases of lip

(40)

Tabel 2. Kesesuaian Pola Penyakit dan Pola Tindakan Perawatan yang dilakukan Menurut Kemenkes Nomor 62 tahun 2015 tentang

Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi

No Kode Penyakit Tren Tindakan No Kode Penyakit Tren Tindakan

(41)

Lanjutan Tabel 2

No Kode Penyakit Tren Tindakan No Kode Penyakit Tren Tindakan

5 K04

Sumber : Kemenkes Nomor 62 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi

B. Landasan Teori

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan bentuk usaha

pemerintah dalam mewujudkan sistem jaminan kesehatan yang menyeluruh

bagi masyarakat Indonesia. Program JKN yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar pelayanan kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Peserta

yang dapat menikmati jaminan kesehatan adalah setiap orang yang telah

(42)

Pemerintah secara khusus membentuk badan penyelenggara yang

bertujuan untuk mengatur segala sistem yang ada dalam program JKN yang

diberi nama BPJS. Program JKN pada bidang kedokteran gigi, memiliki

konsep pelayanan JKN yang dibagi menjadi tiga yaitu pelayanan kesehatan

gigi primer, sekunder dan tersier. Sistem pembiayaan yang digunakan dalam

sistem JKN untuk pelayanan gigi primer adalah sistem kapitasi, sedangkan

untuk pelayanan gigi sekunder dan tersier dengan menggunakan sistem DRG

(Diagnosis Related Group) berdasarkan ketentuan tarif pada Indonesia Case

Based Group (INA CBG`s).

Puskesmas memiliki peran penting pada pelayanan kesehatan gigi primer

yaitu sebagai fasilitas pelayanan kesehatan gigi tingkat pertama dalam

menentukan keberhasilan pelaksanaan program JKN. Pelaksanaan program

JKN masih belum maksimal hingga saat ini, terbukti dengan tingkat

pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut oleh masyarakat masih

sangat rendah, terutama pada daerah sub urban atau daerah peralihan antara

kota dan desa yang menjadi jenis daerah mayoritas di Indonesia. Pelaksanaan

program JKN di puskesmas mulai dari 1 Januari 2014 sampai sekarang belum

ada pengolahan data utilisasi yang digunakan untuk mengetahui persentase

utilization rate (tingkat pemanfaatan) pelayanan kesehatan gigi dan mulut era

JKN.

Utilization rate berguna sebagai parameter derajat kesadaran masyarakat

akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Angka utilisasi yang semakin

(43)

pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Menurut estimasi perhitungan idealnya

angka utilisasi yang baik adalah 2%-3%, karena pada perhitungan tersebut

sudah sesuai dengan perhitungan yang merekap resiko dan pembiayaan yang

seimbang pada pelayanan dokter gigi di Indonesia. Pengambilan data untuk

keperluan perhitungan utilization rate juga dapat mengambil data mengenai

jenis diagnosa dan tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi, sehingga dapat

dilihat pula kesesuaian antara pola penyakit dan pola tindakan pada pelayanan

(44)

C. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka Konsep

Jenis penyakit Tindakan

Pelayanan Sekunder Pelayanan Primer

Utilization Rate

Pelayanan Tersier

Kunjungan

Faktor yang mempengaruhi :

1. Predisposing Factor (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan)

2. Enabling Factor (status ekonomi, ketercapaian pelayanan)

3. Reinforcing Factor (sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan)

4. Need Factor (kebutuhan pasien) Pelayanan Kesehatan Bidang Kedokteran Gigi

Jaminan Kesehatan Nasional

Provider

Peserta

(45)

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran Utilization Rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut

era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan, Puskesmas

Banguntapan II dan Puskesmas Banguntapan III tahun 2014?

2. Bagaimana kesesuaian pola penyakit dan pola tindakan pelayanan

kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas

Piyungan, Puskesmas Banguntapan II dan Puskesmas Banguntapan III

tahun 2014?

3. Bagaimana gambaran besaran kapitasi yang diterima pada pelayanan

kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas

Piyungan, Puskesmas Banguntapan II dan Puskesmas Banguntapan III

(46)

32 A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional (non

eksperimental) deskriptif dengan desain penelitian cross sectional dengan

mengambil data sekunder. Jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah jenis

data kuantitatif dengan skala data numerik rasio.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi yang diambil dari penelitian ini adalah Puskesmas yang ada

di wilayah Kabupaten Bantul.

2. Sampel

Sampel penelitian ini diambil berdasarkan metode purposive

sampling. Purposive sampling adalah cara memilih sampel dari populasi

sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sampel dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah dikenal. Cara pengambilan sampel

dengan mengkelompokkan 27 puskesmas di Kabupaten Bantul menjadi 3

kategori yaitu kepesertaan tinggi, ideal dan rendah kemudian peneliti

mengambil satu sampel dari setiap kategori, hasilnya dapat dilihat dari

(47)

Tabel 3. Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Kepesertaan BPJS Kesehatan Jumlah

Puskesmas Sampel Penelitian

Tinggi (>20.000) 14 Puskesmas Piyungan

Ideal (10.00-20.000) 12 Puskesmas Banguntapan II

Rendah (<10.000) 1 Puskesmas Banguntapan III

C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria inklusi

a. Puskesmas di wilayah kerja Kabupaten Bantul yang memiliki poli gigi

dan dokter gigi.

b. Puskesmas di wilayah kerja Kabupaten Bantul yang telah melakukan

perjanjian kerjasama dengan BPJS.

c. Puskesmas di wilayah kerja Kabupaten Bantul dengan administrasi

yang baik.

d. Puskesmas yang wilayahnya terjangkau oleh peneliti.

2. Kriteria Eksklusi

a. Puskesmas yang dalam perjalanan penelitian memutuskan untuk tidak

bersedia lagi menjadi tempat penelitian bagi peneliti.

b. Pasien puskesmas dengan rekapan data rekam medis poli gigi dengan

tulisan yang tidak jelas dan tidak terbaca.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasipenelitian ini adalah di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan

Banguntapan III Kabupaten Bantul. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

(48)

E. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan

Nasional di Indonesia.

F. Definisi Operasional

Utilization rate adalah tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi

dan mulut oleh peserta jaminan kesehatan dalam bentuk persentase, bisa

dihitung dengan melihat jumlah kunjungan pasien selama periode waktu

tertentu yang dihitung melalui data sekunder berupa rekap data rekam medis

yang merupakan salinan data dari rekam medis pasien poli gigi di puskesmas

berupa nomor rekam medis, nama, umur, jenis kelamin, diagnosa penyakit dan

tindakan perawatan yang dilakukan.

G. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat tulis, buku tulis,

dummy table dan kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rekapan data rekam medis pasien poli gigi di Puskesmas Piyungan,

Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul mulai dari 1 Januari

2014 sampai Desember 2014. Dummy table penelitian dapat dilihat pada tabel

(49)

Tabel 4. Dummy Table Penelitian

Tabel 5. Kode Jenis Penyakit Gigi dan Mulut Menurut Kemenkes Nomor 62 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi

No Kode Jenis Diagnosa Penyakit

1 K00 Disorder of tooth development and eruption

2 K01 Embedded and impacted teeth

3 K02 Dental caries

4 K03 Other diseases of hard tissue of teeth

5 K04 Diseases of pulp and periapical tissues

6 K05 Gingivitis and periodontal diseases

7 K06 Other disorders of gingival and edentulous alveolar ridge

8 K07 Dentofacial anomalies including malocclusion

9 K08 Other disorder of teeth and supporting structures

10 K09 Cysts of oral region, not elsewhere classified

11 K10 Other diseases of jaws

12 K11 Diseases of salivary glands

13 K12 Stomatitis and related lesions

14 K13 Other diseases of lip and oral mucosa

15 K14 Diseases of tongue

Sumber : Kemenkes Nomor 62 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi

Tabel 6. Kode Tindakan yang Dikalibrasi oleh Peneliti

No Kode Tindakan Jenis Tindakan

1 1 DHE

8 8 Incisi&Drainase

9 9 Devitalisasi

10 10 Rujuk

(50)

H. Alur Penelitian

Gambar 2. Alur penelitian

I. Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Menyusun rencana penelitian berbentuk proposal penelitian. kegiatan

yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi dan data dari

berbagai sumber yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

b. Berdiskusi dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

c. Menetapkan criteria inklusi dan ekslusi untuk memilih 3 puskesmas

sebagai sampel penelitian.

Membuat proposal penelitian

Membuat perijinan penelitian

Perhitungan utilization rate

Pengambilan data jumlah kunjungan, diagnosa dan tindakan perawatan dari rekapan rekam medis

(51)

2. Tahap Pra Penelitian

a. Melakukan seminar atau sidang proposal di depan dosen pembimbing

dan dosen penguji.

b. Mengurus surat perizinan terhadap instansi terkait dan menyampaikan

informasi mengenai rencana penelitian yang akan dilakukan di

Puskesmas Piyungan, Bnaguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten

Bantul.

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Mengumpulkan data sekunder dari rekap data rekam medis pasien

poli gigi mulai dari 1 Januari 2014 - Desember 2014 berupa nama

pasien/nomor rekam medis beserta identitas pasien, jenis penyakit yang

diderita dan tindakan yang dilakukan.

4. Tahap Akhir Penelitian

a. Melakukan analisis data dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi.

b. Menyusun laporan berupa hasil penelitian, intrepetasi hasil penelitian,

menarik kesimpulan serta memberikan saran berdasarkan hasil

penelitian yang didapatkan.

c. Melakukan seminar/pendadaran hasil akhir penelitian.

J. Analisis Data

Analisis deskriptif adalah suatu pengolahan data dengan

menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah melalui tabel atau

(52)

ukuran variasi dan ukuran-ukuran kecenderungan pusat (Nursalam, 2003).

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis distribusi

frekuensi dan distribusi rata-rata. Skala pengukuran data yang dipakai dalam

(53)

39

A. Hasil Penelitian

Penelitian gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut

era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan, Banguntapan II dan

Banguntapan III Kabupaten Bantul tahun 2014 mengambil data sekunder

beruda rekap data rekam medis pasien BPJS di poli gigi mulai dari 1 Januari

2014 sampai 31 Desember 2014. Pengambilan rekap data rekam medis tidak

semuanya dapat penulis gunakan untuk menghitung utilization rate, karena

terdapat data yang tidak jelas dalam penulisannya maupun data yang kurang

lengkap dalam penulisannya misalnya terdapat diagnosa penyakit namun tidak

ada tindakan perawatannya begitu pula sebaliknya. Hal ini kemungkinan dapat

disebabkan karena petugas administrasi atau operator di puskesmas kelelahan

sehingga tulisannya tidak jelas dan tidak terbaca.

1. Karakteristik Responden Penelitian

Penelitian gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan

mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan,

Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul tahun 2014

mendapatkan hasil distribusi responden sebagai berikut:

a. Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin

Karakteristik responden penelitian berdasarkan usia dan jenis

(54)

Tabel 7. Karakteristik Responden berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Poli Gigi Puskesmas Piyungan dan Banguntapan III Tahun 2014

Karakteristik Responden

Perempuan 1535 (62,99%) 490 (65,60%)

Jumlah 2437 (100%) 747 (100%)

Usia

Balita (<5 tahun) 75 (3,08%) 11 (1,47%)

Anak-anak (5-11) tahun 773 (31,72%) 149 (19,95%)

Remaja (12-25) tahun 438 (17,97%) 125 (16,73%)

Dewasa (26-45) tahun 748 (30,69%) 223 (29,85%)

Lansia (46-65) tahun 336 (13,79%) 197 (26,37%)

Manula (>65 tahun) 67 (2,75%) 42 (5,62%)

Jumlah 2437 (100%) 747 (100%)

Tabel 7 menunjukkan frekuensi kunjungan untuk jenis kelamin

responden pada Puskesmas Piyungan sebagian besar adalah perempuan

yaitu sebanyak 1535 kunjungan dengan prosentase 62.99%. Frekuensi

kunjungan untuk jenis kelamin laki-laki berjumlah 902 kunjungan

dengan prosentase 37.01%. Kunjungan responden dengan kategori usia

anak-anak (5-11) tahun memiliki jumlah terbanyak yaitu 773

kunjungan dengan prosentase 31.72%.

Frekuensi kunjungan untuk jenis kelamin pada responden

Puskesmas Banguntapan III sebagian besar adalah perempuan yaitu

sebanyak 490 kunjungan dengan prosentase 65.60%. Frekuensi

kunjungan untuk jenis kelamin laki-laki berjumlah 257 kunjungan

dengan prosentase 34.40%. Kunjungan responden dengan kategori usia

(55)

dengan prosentase 29.85%. Frekuensi kunjungan untuk jenis kelamin

maupun kategori usia di Puskesmas Banguntapan II tidak dapat

disajikan oleh peneliti, sebab data tidak tertulis lengkap dalam rekam

medis pasien dan bukan variabel untuk diteliti.

b. Distribusi jumlah kepesertaan BPJS

Distribusi jumlah kepesertaan BPJS di Puskesmas Piyungan,

Banguntapan III dan Banguntapan II Tahun 2014 dapat dilihat pada

tabel 8 sebagai berikut :

Tabel 8. Distribusi Jumlah Kepesertaan BPJS Puskesmas Piyungan, Banguntapan III dan Banguntapan II Tahun 2014

No Bulan Jumlah Peserta

Banguntapan III Banguntapan II Piyungan

1 Januari 6.738 14.735 27.146

peserta/bulan 7.188,75 15.177,25 27.693,17

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 2015

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah kepesertaan anggota BPJS

pada puskesmas Banguntapan II dan Puskesmas Banguntapan III

selalu mengalami peningkatan setiap bulannya. Jumlah kepesertaan

(56)

peningkatan, namun pada bulan September mengalami penurunan

sebanyak 118 orang dari jumlah pada bulan Agustus 27.945 orang

menjadi 27.827 orang pada bulan September. Jumlah kepesertaan

BPJS pada ketiga puskesmas paling banyak pada akhir tahun yaitu

untuk Puskesmas Piyungan sebanyak 28.385 orang, Puskesmas

Banguntapan II sebanyak 15.758 orang dan Puskesmas Banguntapan

III sebanyak 7.669 orang.

c. Distribusi diagnosa penyakit

Penelitian gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi

dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan,

Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul tahun 2014

menggunakan kode penyakit ICD 10. Distribusi diagnosa penyakit di

poli gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan III dan Banguntapan II

(57)

Tabel 9. Distribusi Diagnosa Penyakit di Poli Gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan III dan Banguntapan II Tahun 2014

No Kode

Diagnosa

Puskesmas

Piyungan Banguntapan III Banguntapan II

1 K00 587 122 222

gigi Puskesmas Piyungan selama tahun 2014 adalah 2.437 kunjungan.

Jumlah diagnosa penyakit yang paling banyak ditemui adalah K04

(Diseases of pulp and periapical tissues) sebanyak 934 kunjungan dan

untuk diagnosa penyakit K14 tidak terdapat kunjungan pada

Puskesmas Piyungan selama tahun 2014. Jumlah kunjungan pasien di

poli gigi Puskesmas Banguntapan III selama tahun 2014 adalah 747

kunjungan. Jumlah diagnosa penyakit yang paling banyak ditemui

adalah K05 (Gingivitis and periodontal diseases) sebanyak 250

kunjungan dan untuk diagnosa penyakit K09 dan K14 tidak terdapat

kunjungan pada Puskesmas Banguntapan III selama tahun 2014.

(58)

selama tahun 2014 adalah 1254 kunjungan. Jumlah diagnosa penyakit

yang paling banyak ditemui adalah K05 sebanyak 366 kunjungan dan

untuk diagnosa penyakit K13 tidak terdapat kunjungan pada

Puskesmas Banguntapan II selama tahun 2014.

d. Distribusi tindakan perawatan

Penelitian gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi

dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Piyungan,

Banguntapan II dan Banguntapan III Kabupaten Bantul tahun 2014

menggunakan kode tindakan perawatan yang dikalibrasi oleh peneliti.

Distribusi tindakan perawatan di ketiga puskesmas dapat dilihat dalam

tabel 10 sebagai berikut :

Tabel 10. Distribusi Tindakan Perawatan di Poli Gigi Puskesmas Piyungan, Banguntapan III dan Banguntapan II Tahun 2014

No Kode Tindakan Puskesmas

Piyungan Banguntapan III Banguntapan II

1 1 (DHE) 6 10 1

2 2 (Medikasi) 1143 333 735

3 3 (Exo Permanen) 178 71 138

4 4 (Exo Decidui) 523 98 172

5 5 (Filling) 317 102 79

6 6 (Scalling) 30 37 49

7 7 (Trepanasi) 72 2 12

8 8 (Incisi&Drainase) 11 47 11

9 9 (Devitalisasi) 45 34 2

10 10 (Rujuk) 101 11 13

11 11 (Lain-Lain) 11 2 42

Jumlah 2437 747 1254

Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah tindakan perawatan dengan

kode 2 (Premedikasi adalah tindakan perawatan yang paling banyak

Gambar

Tabel 1. Jumlah Kepesertaan Puskesmas Kabupaten Bantul
Tabel 2. Kesesuaian Pola Penyakit dan Pola Tindakan Perawatan yang
Gambar 1. Kerangka Konsep
Tabel 6. Kode Tindakan yang Dikalibrasi oleh Peneliti
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini penulis mengambil garis besar rumusan masalahnya yaitu: “Bagaimana Pengawasan DPRD terhadap Kinerja Pem erintah Kota Medan (Studi Kasus: Implementasi

Isi kandungan ayat tersebut adalah ... semua manusia harus mengingat Allah dalam setiap perbuatan B. semua manusia harus istiqamah dalam beribadah kepada allah

This research aimed to determine whether the environmental performance and Good Corporate Governance (GCG) mechanisms, such as managerial ownership, institutional ownership,

3 Tahun 2014 tentang kawasan tanpa rokok di kantor DPRD Kota Medan dan di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Medan serta untuk menganalisis bentuk- bentuk fungsi dari

Meskipun sudah lama berusaha, kedua Mitra ini belum pernah mendapat binaan dari instansi terkait, belum pernah mendapat pinjaman modal lunak, belum mempunyai sertifikat

Air adalah komponen lingkungan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup makhluk hidup khusunya manusia karena tanpa air manusia tidak dapat hidup. Air juga bias menjadi

Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresi di social media pada subjek penelitian, dan nilai positif menunjukan

Perancangan produk tas ransel untuk tim SAR ini bermaksud untuk mempermudah kerja dari tim SAR, karena melihat kenyataannya dilapangan yakni banyaknya kendala