LAMPIRAN
TABULASI VARIABEL INDEPENDEN DAN DEPENDEN
NO TAHUN NAMA PERUSAHAAN FEE DK KA UP LEV ROA KAP IA
1 2012 PT. ALUMINDO LIGHT METAL
INDUSTRY, Tbk. 21.133 0.002 0.007 28.263 0.69 0.01 0 1
2 2012 PT. BETON JAYA MANUNGGAL,
Tbk. 18.827 0.005 0.007 25.701 0.22 0.17 0 0
3 2012 PT. PELANGI INDAH CANINDO,
Tbk. 20.135 0.003 0.007 27.111 0.67 0.02 0 1
4 2012 PT. DUTA PERTIWI, Tbk. 18.369 0.003 0.007 25.941 0.16 0.11 0 0 5 2012 PT. TRIAS SENTOSA, Tbk. 21.639 0.003 0.007 28.414 0.38 0.03 0 1 6 2012 PT. ALKINDO NARATAMA, Tbk. 20.263 0.002 0.007 25.943 0.49 0.07 0 1 7 2012 PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk. 22.934 0.003 0.007 30.186 0.57 0.09 1 1 8 2012 PT. INDOSPRING, Tbk. 19.609 0.003 0.007 28.141 0.32 0.08 0 1
9 2012 PT. NIPPRES, Tbk. 21.692 0.003 0.007 26.988 0.59 0.04 0 0
10 2012 PT. PRIMA ALLOY STEEL, Tbk. 18.891 0.003 0.007 27.082 0.51 0.03 0 0
11 2012 PT. SELAMAT SEMPURNA, Tbk. 21.226 0.003 0.007 27.997 0.43 0.19 0
0
LAMPIRAN
TABULASI VARIABEL INDEPENDEN DAN DEPENDEN
12 2012 PT. SIANTAR TOP, Tbk. 20.411 0.005 0.010 27.854 0.54 0.06 0 1
13 2012 PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY
AND TRADING, Tbk. 22.468 0.003 0.008 28.515 0.31 0.15 0 0 14 2012 PT. GUDANG GARAM, Tbk. 25.280 0.003 0.007 31.357 0.36 0.10 1 0 15 2012 PT. KALBE FARMA, Tbk. 23.523 0.003 0.007 29.874 0.22 0.19 1 0 16 2012 PT. PYRIDAM FARMA, Tbk. 20.097 0.003 0.007 25.635 0.35 0.04 0 1 17 2012 PT. MARTINA BERTO, Tbk. 21.249 0.003 0.005 27.136 0.29 0.07 0 1 18 2012 PT. MANDOM INDONESIA, Tbk. 21.255 0.004 0.005 27.863 0.13 0.12 1 1
19 2012 PT. KEDAWUNG INDAG CAN,
Tbk. 18.788 0.003 0.007 25.277 0.30 0.02 0 0
20 2013 PT. ALUMINDO LIGHT METAL
INDUSTRY, Tbk. 21.129 0.003 0.007 28.643 0.76 0.01 0 0
21 2013 PT. BETON JAYA MANUNGGAL,
Tbk. 19.158 0.005 0.007 25.895 0.21 0.15 0 1
22
2013 PT. PELANGI INDAH CANINDO,
Tbk. 20.769 0.005 0.007 27.155 0.65 0.02 0
1
NO
TAHUN NAMA PERUSAHAAN FEE DK KA UP LEV ROA KAP IA
LAMPIRAN
TABULASI VARIABEL INDEPENDEN DAN DEPENDEN
24 2013 PT. TRIAS SENTOSA, Tbk. 20.996 0.003 0.007 28.813 0.48 0.01 1 1 25 2013 PT. ALKINDO NARATAMA, Tbk. 20.353 0.003 0.007 26.432 0.54 0.08 0 0 26 2013 PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk. 23.009 0.003 0.007 30.362 0.63 0.01 1 1 27 2013 PT. INDOSPRING, Tbk. 19.114 0.003 0.007 28.418 0.20 0.07 0 1
28 2013 PT. NIPPRES, Tbk. 20.758 0.003 0.007 27.406 0.70 0.04 0 1
29 2013 PT. PRIMA ALLOY STEEL, Tbk. 17.990 0.003 0.007 27.402 0.49 0.02 0 0 30 2013 PT. SELAMAT SEMPURNA, Tbk. 21.253 0.003 0.007 28.169 0.41 0.21 1 0 31 2013 PT. SIANTAR TOP, Tbk. 21.498 0.005 0.007 28.016 0.53 0.08 0 1
32 2013 PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY
AND TRADING, Tbk. 22.187 0.003 0.007 28.665 0.28 0.12 0 0 33 2013 PT. GUDANG GARAM, Tbk. 25.529 0.003 0.007 31.558 0.42 0.09 1 0 34 2013 PT. KALBE FARMA, Tbk. 23.816 0.003 0.007 30.057 0.25 0.17 1 0 35 2013 PT. PYRIDAM FARMA, Tbk. 19.652 0.003 0.007 25.889 0.46 0.04 0 0 NO
TAHUN NAMA PERUSAHAAN FEE DK KA UP LEV ROA KAP IA
LAMPIRAN
TABULASI VARIABEL INDEPENDEN DAN DEPENDEN
38 2013 PT. KEDAWUNG INDAG CAN,Tbk. 18.873 0.003 0.007 25.311 0.25 0.08 0 0
39 2014 PT. ALUMINDO LIGHT METAL
INDUSTRY, Tbk. 21.129 0.003 0.007 28.798 0.80 0.00 0 0
40 2014 PT. BETON JAYA MANUNGGAL,
Tbk. 18.713 0.005 0.007 25.883 0.16 0.04 0 1
41 2014 PT. PELANGI INDAH CANINDO,
Tbk. 20.355 0.003 0.010 27.164 0.63 0.03 0 1
42 2014 PT. DUTA PERTIWI, Tbk. 18.901 0.003 0.007 26.318 0.12 0.05 0 0 43 2014 PT. TRIAS SENTOSA, Tbk. 21.396 0.005 0.007 28.813 0.46 0.01 1 1 44 2014 PT. ALKINDO NARATAMA, Tbk. 20.731 0.003 0.007 26.600 0.55 0.06 0 0 45 2014 PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk. 23.163 0.003 0.007 30.406 0.63 0.02 1 1 46 2014 PT. INDOSPRING, Tbk. 19.307 0.003 0.007 28.456 0.20 0.06 0 1
47 2014 PT. NIPPRES, Tbk. 20.193 0.003 0.007 27.819 0.52 0.04 0 1
NO
TAHUN NAMA PERUSAHAAN FEE DK KA UP LEV ROA KAP IA
LAMPIRAN
TABULASI VARIABEL INDEPENDEN DAN DEPENDEN
512014
PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY
AND TRADING, Tbk. 22.343 0.003 0.007 28.702 0.22 0.10 0 1
52 2014 PT. GUDANG GARAM, Tbk. 25.201 0.003 0.007 31.695 0.43 0.09 1 0 53 2014 PT. KALBE FARMA, Tbk. 24.309 0.003 0.007 30.151 0.21 0.17 1 0 54 2014 PT. PYRIDAM FARMA, Tbk. 19.041 0.003 0.007 25.875 0.44 0.02 0 0 55 2014 PT. MARTINA BERTO, Tbk. 20.714 0.003 0.005 27.152 0.27 0.00 0 1 56 2014 PT. MANDOM INDONESIA, Tbk. 21.162 0.004 0.005 28.248 0.31 0.09 1 1 57
2014
PT. KEDAWUNG INDAG CAN,
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, L., Parker, S., Peters, G., & Raghunandan, K. (2003). The association between audit committee characteristics and audit fees. Auditing : A Journal of Practice & Theory, Vol. 22 No. 2 , 17-32.
Agoes, Sukrisno dan Ardana, I.Cenik. “Etika Bisnis dan Profesi”, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta. 2011.
Aryani, I. K. (2011). Pengaruh Internal Audit terhadap Audit Fee dengan Penerapan Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening. Skripsi S-1 Universitas Diponegoro .
Cadburry Committee. “Report on the Financial Aspects of Corporate Governance”,Gee and Company Limited, London, 1992.
Carcello, J., Hermanson, D., Neal, T., & Riley, R. (2002). Board Characteristics and Audit Fees. Contemporary Accounting Research, Vol 19 No. 3 , 365-384. Dillian, CML.“How a company’s level of corporate governance effects external
audit fees?”, Degree thesis, Hong Kong Baptist University, Hong Kong, 2007.
Erlina.“Metodologi Penelitian”, Edisi 2 Cetakan I, Usu Press, Medan. 2008.
FCGI.“Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)”, Jilid II, FCGI, Edisi ke-2, 2001
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Cetakan IV.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Goodwin-Stewart, J., & Kent, P. (2006). The relation between external audit fees, audit committee characteristics and internal audit. Accounting and Finance (in press).
Halim, Y. (2005). Peranan Metode Lowballing Cost oleh Kantor Akuntan Publik di Surabaya. Skripsi, Universitas Kristen Petra Surabaya.
Hasan, M.Iqbal.“Metodologi Penelitian Cetakan I, Ghalia Indonesia, Jakarta. 2002.
Hay, D., Knechel, R., & Ling, H. (2008). Evidence of the Impact of Internal Control and Corporate Governance on Audit Fees. International Journal of Auditing, No 12 , 9-24.
Hikmah, Chairina dan Rahmayanti.“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Banda Aceh. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh, 2011.
Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103/MBU. 2002. ahun_2002.pdf), diakses 22 Maret 2015.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance,http//www.governance-indonesia.or.id/main.htm, diakses 22 Maret 2015.
Prastuti.(2013). Analisis Pengaruh Struktur Governance dan Internal Control terhadap Fee Audit. Skripsi S-1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Restuningdiah, Nurika. Komisaris Independen, Komite Audit, Internal Audit dan Risk Management Committee terhadap Manajemen Laba. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.15 No.3 September, hlm 351 – 362. 2010.
Rizqiasih, P. D. (2010). Pengaruh Struktur Governance terhadap Fee Audit Eksternal. Skripsi S-1 Universitas Diponegoro .
Sinulingga, Sukaria.“Metode Penelitian”, Edisi 1 Cetakan I, Usu Press, Medan.2011.
Susiana dan Herawaty, Arleen.“Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Makassar: Simposium Nasional Akuntansi X. 2007.
Suharli, M., & Nurlaelah. (2008). Konsentrasi Auditor dan Penetapan Fee Audit: Investigasi pada BUMN. JAAI volume 12 no 2 , 133-148.
Tugiman, Hiro. “Standar Profesional Auddit Internal”, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 2006.
Wibowo, Reza dan Rohman, Abdul. “Pengaruh Governance Structure dan Fungsi Internal Control terhadap Fee Audit Eksternal pada Perusahaan Publik Di Indonesia”, Vol. 2 No. 1. 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegitan pengumpulan,
pengelolaan, penyajian, dan analisa data yang dilakukan dengan metode ilmiah
secara efisien dan sistematis yang hasilnya berguna untuk mengetahui persoalan
atau keadaan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau membuat
keputusan dalam rangka pemecahan masalah.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal, yaitu
menghubungkan dua variabel atau lebih atau menjelaskan hubungan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen (Erlina, 2011:29). Hasil
penelitian asosiatif dapat membangun teori yang berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan, dan mengontrol suatu gejala. Penelitian asosiatif ini memiliki bentuk
hubungan kausal yang merupakan hubungan sebab akibat antara variabel
independen dan variabel dependen (Rochacty, 2009:17). Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penekanan pada pengujian
teori melalui pengukuran variabel dengan angka dan melakukan analisis data
dengan prosedur statistik. Tujuan penelitian ini adalah pengujian hipotesis dan
menjelaskan hubungan variabel-variabel yang diteliti yaitu dewan komisaris,
komite audit, internal audit, ukuran perusahaan, rasio hutang atas aktiva, return on assets dan kantor akuntan publik sebagai variabel independen dan fee eskternal
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur di Indonesia yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012-2014 yang diperoleh dari
internet dengan mengunduh laporan tahunan perusahaan di situs resmi
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jadwal penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal yang tertera pada tabel
3.3 Batasan Operasional
Peneliti ini memiliki batasan-batasan yaitu:
1. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2012-2014.
2. Faktor-faktor yang diteliti diperkirakan dapat mempengaruhi eksternal audit
adalah ukuran dewan komisaris, komite audit, internal audit, ukuran
perusahaan, rasio hutang atas aktiva, return on assets, kantor akuntan publik
(KAP).
3.4 Defenisi Operasional
Variabel yang diteliti harus didefenisikan secara operasional agar lebih
mudah dicari hubungannya antara satu variabel dengan variabel lainnya serta
pengukurannya. Defenisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen sering juga disebut variabel kriteria (criterion
variable) adalah variabel yang nilai atau valuenya dipengaruhi atau ditentukan
oleh nilai variabel lain. Bagi para peneliti, variabel dependen merupakan variabel
utama karena fokus investigasi pada umumnya ditekankan pada perubahan yang
terjadi pada variabel ini (Sinulingga, 2011:35).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah fee audit. Fee Audit adalah jumlah biaya yang dibebankan oleh auditor eksternal atau kantor akuntan
publik untuk proses audit yang dilakukan terhadap entitas atau perusahaan
antara auditor dan klien bergantung pada jumlah waktu yang dihabiskan dalam
proses audit, layanan yang dibutuhkan, dan jumlah pegawai yang dibutuhkan
dalam proses audit. Pengungkapan data tentang fee audit di Indonesia masih
berupa voluntary disclosures sehingga belum banyak perusahaan yang mencantumkan data tersebut dalam annual report. Oleh karena itu, data tentang
fee audit akan diwakili oleh akun professional fees yang terdapat dalam laporan
keuangan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemakaian
akun professional fees ini dikarenakan fee audit merupakan salah satu bagian dari
professional fees. Selanjutnya, variabel akan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari professional fees. Variabel akan disimbolkan dengan lnfees di dalam persamaan.
2. Variabel Independen
Adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabellain,
terdiri dari:
a. Dewan Komisaris
Komposisi dewan komisaris dalam suatu perusahaan, Sudana dan
Arlindania (2011:41) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota
komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring
yang dilakukan akan semakin efektif. Jumlah anggota komisaris yang tepat juga
bergantung pada sektor industri perusahaan tersebut, karena akan turut
menentukan jenis kompetensi yang sebaiknya dimiliki oleh dewan komisaris
secara keseluruhan. Ukuran dewan komisaris yang besar akan dapat membuat
membutuhkan waktu yang lama dan bertele-tele. Keterbatasan ini perlu
diperhatikan dalam menentukan jumlah dewan komisaris
Dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan
kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, sehingga
memerlukan informasi yang independen yang berasal dari auditor eksternal.
Komisaris independen diukur melalui prosentase total komisaris independen
terhadap total dewan komisaris, jumlah anggota diukur melalui jumlah total
dewan komisaris yang ada pada perusahaan selama periode akuntansi (Dillian
dalam Hazmi, 2013:52). Untuk selanjutnya komisaris independen akan
dilambangkan dengan boardind, jumlah anggota dilambangkan dengan DK.
b. Komite Audit
Komite audit bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap
pelaporan keuangan dan pengendalian internal perusahaan serta sebagai penengah
antara auditor internal dan eksternal (Hay et.al. dalam Hazmi, 2013:53). Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas
pengawasan pengelolaan perusahaan dan keberadaan komite audit sangat penting
bagi pengelolaan perusahaan. Jumlah anggota diukur melalui jumlah total komite
audit di luar komisaris independen terhadap jumlah komite audit yang ada pada
perusahaan dan dilambangkan dengan KA.
c. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan yaitu besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya
besar kecilnya perusahaan. Salah satunya dengan mengukur jumlah pendapatan,
Perusahaan dengan pendapatan sampai 5 milyar rupiah per tahun dikategorikan
perusahaan kecil. Sedangkan perusahaan dengan jumlah pendapatan di atas 5
milyar sampai dengan 50 milyar rupiah per tahun dikategorikan perusahaan
sedang dan perusahaan dengan jumlah pendapatan atau penjualan lebih dari 50
milyar rupiah per tahun dikategorikan perusahaan besar (Iskak dalam Hazmi
2013:55).
Selain jumlah pendapatan, salah satu tolak ukur yang bisa menunjukkan
besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva. Perusahaan yang memiliki total
aktiva besar menunjukkan arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap
memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu relatif lama, selain itu juga
mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu
menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aktiva yang kecil
(Rizqiasih, 2010:50). Variabel ini akan diukur dengan menggunakan logaritma
natural dari total aset perusahaan. Selanjutnya variabel ini akan dilambangkan
dengan UP.
d. Rasio Utang atas Aset Perusahaan
Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar aktiva yang dimiliki perusahaan berasal dari utang atau modal, sehingga
dengan rasio ini dapat diketahui posisi perusahaan dan kewajiban yang bersifat
tetap kepada pihak lain. Rasio Leverage ini terdiri dari debt to equity ratio ( rasio
LEV
= Total Kewajibanx 100 %
Total Aset
pertimbangan pemakaian rasio ini dibandingkan dengan rasio utang terhadap
ekuitas adalah karena debt to total asset ratio lebih berhubungan dengan fee audit, dimana biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar auditor eksternal
berasal dari kas/setara kas yang merupakan bagian dari aset di neraca.
Adanya kesulitan keuangan perusahaan mendorong terjadinya salah saji
dalam laporan keuangan karena manajemen berupaya menutupi rendahnya
kemampuan keuangan perusahaan. Kondisi keuangan (financial condition) yang lemah berpotensi memperbesar risiko audit, untuk itu auditor melakukan prosedur
audit tambahan. Oleh karena itu, semakin tinggi leverage klien, semakin besar tingkat risiko dari perusahaan tersebut, sehingga prosedur audit tambahan
diperlukan yang berdampak juga pada waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan audit dari klien tersebut dan semakin tinggi fee audit yang dibebankan kepada klien karena tingkat risiko yang lebih besar dari perusahaan
tersebut (Collier dan Gregory dalam Hazmi 2013:56)
Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan LEV dalam persamaan
Pengertian :
• Total kewajiban merupakan hutang perusahaan kepada pihak ketiga baik
kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang.
• Total aset merupakan total seluruh aset yang dimiliki oleh perusahaan,
baik aset lancar, aset tetap, aset tidak berwujud.
Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
dapatmengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva
yang digunakan. Return on assets (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari
total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan
laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan
mendapatkan kerugian. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa perusahaan
dengan ROA tinggi akan membayar fee yang lebih rendah dengan tetap konsisten
dengan auditorclient risk sharing (Crasswell dan Francis dalam Halim, 2013:46). Selanjutnya variabel akan dilambangkan dengan ROA dalam persamaan.
Asset
Total
Pajak
Setelah
Bersih
Laba
ROA
=
Pengertian :
• Pendapatan merupakan laba usaha perusahaan yang diperoleh dari
transaksi utama perusahaan.
• Total aset merupakan total seluruh aset yang dimiliki oleh perusahaan,
baik aset lancar, aset tetap, dan aset tidak berwujud.
f. Kantor Akuntan Publik
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan
publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundangan-undangan
yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.
Kantor akuntan yang memiliki nama besar (Big 4) disebutkan memiliki akuntan
demikian kantor akuntan besar lebih memiliki reputasi baik dalam opini publik
(Loeb dalam Hazmi 2013:59). Kantor akuntan publik yang lebih besar dapat
diartikan kualitas audit yang dihasilkan pun lebih baik dibandingkan kantor
akuntan kecil. Kantor Akuntan Publik atau Auditor yang berkualitas tinggi
membuat sedikit kesalahan daripada auditor yang berkualitas rendah sehingga
memiliki fee audit yang lebih tinggi dari auditor yang berkualitas rendah (Diacon
dalam Hazmi 2013:59). Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam The Big 4
adalah :
1. KAP Purwantono, Sarwoko, dan Sandjaja yang berafiliasi dengan Ernst
and Young (E & Y).
2. KAP Haryanto Sahari & Co. yang berafiliasi dengan Pricewaterhouse
Coopers (PwC).
3. KAP Osman Bing Satrio & Co. yang berafiliasi dengan Deloitte Touche
Thomatsu (DTT).
4. KAP Siddharta, Siddharta, dan Widjaja yang berafiliasi dengan Klynveld
Peat Marwick Goerdeler (KPMG).
Variabel ini menggunakan skala nominal, yaitu angka 1 untuk mengindikasikan
penggunaan Kantor Akuntan Publik Big 4 serta angka 0 untuk mengindikasikan
penggunaan Kantor Akuntan Publik selain Big 4. Selanjutnya variabel ini akan
dilambangkan dengan KAP dalam persamaan.
g. Internal Audit
Pengendalian internal dapat dilakukan tidak hanya oleh anggota
Menurut Restuningdiah (2010:359), keberadaan internal audit diharapkan dapat
memfasilitasi keefektifan fungsi komite audit, sesuai dengan tujuan fungsi audit
adalah pemantauan terhadap pelaporan keuangan yang merupakan tanggung
jawab dari komite audit. Variabel internal audit menggunakan variabel dummy,
yaitu angka 1 untuk mengindikasikan adanya keberadaan fungsi internal audit
yang tercantum dalam laporan tahunan serta angka 0 untuk mengindikasikan tidak
adanya fungsi internal audit (Hay et, al., 2008). Variabel disimbolkan dengan
lambang IA dalam persamaan.
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Menurut Erlina (2011:23), pengukuran variabel menggunakan skala.
Masing-masing skala mempunyai karakteristik yang berbeda, yang satu lebih
lengkap dari yang lain. Skala paling lengkap mempunyai karakteristik yang ada.
Berikut ini adalah karakteristik skala pengukuran :
Menunjukkan perbedaan tingkatan, yang satu lebih tinggi atau lebih
rendah dari yang lain.
Menunjukkan jarak perbedaan, kategori yang satu mempunyai perbedaan
jarak yang sama dengan variabel yang lain.
Menunjukkan perbandingan variabel yang satu bisa dibandingkan dengan
Tabel 3.2
Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Variabel
Penelitian Defenisi Operasional Pengukuran Skala Fee
Logaritma natural (ln) atas profesional fees
Rasio
Dewan Komisaris
Organ atau bagian dari perusahaan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus
sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada dewan direksi
Jumlah anggota dewan besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai total aset.
Tabel 3.2
Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Variabel
Penelitian
Defenisi
Operasional Pengukuran Skala
Return on the big four diberi kode 0
Nominal
Internal Audit Kegiatan yang independen, pemberi
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Hasan (2002:56), “Populasi adalah totalitas dari semua objek
atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan
diteliti. Objek atau nilai yang akan diteliti dalam populasi disebut unit analisis
atau elemen populasi.” Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan
manufaktur di Indonesia tahun 2012-2014.
Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui
cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap
yang dianggap bisa mewakili populasi. Objek atau nilai yang diteliti dalam sampel
disebut unit sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
dengan metode purposive sampling, yaitu mengambil sampel yang telah
ditentukan sebelumnya berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.
Kriteria dalam penentuan sampel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2012, 2013 dan 2014. Semua perusahaan menyertakan laporan
tahunan beserta laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor
independen periode 2012-2014 serta mencantumkan akun professional fees.
2. Perusahaan manufaktur yang delisting periode 2012-2014.
3. Perusahaan sampel memiliki data yang lengkap terkait dengan semua
variabel yang diteliti.
4. Perusahaan tidak mengalami rugi selama periode pengamatan.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 133 perusahaan manufaktur.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan seperti di atas maka diperoleh sampel
sebanyak 19 perusahaan manufaktur.
Penelitian yang dilakukan menggunakan data selama tiga tahun yaitu dari
2012 sampai 2014 maka jumlah data keseluruhan sejumlah 57 data. Tabel daftar
populasi dalam penelitian adalah:
Tabel 3.3
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan
Kode
6 PT. Inti Keramik Alam Asri Industri, Tbk
11 PT. Alumindo Light Metal Industry, Tbk
Tabel 3.3
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan
Kode
57 PT. Kertas Basuki Rahmat Indonesia, Tbk
KBRI √ √ √ X X
Tabel 3.3
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan
Kode
66 PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk
Tabel 3.3
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan
Kode
105 PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk
114 PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading, Tbk
ULTJ √ √ √ √ √ Sampel 13
115 PT. Gudang Garam, Tbk GGRM √ √ √ √ √ Sampel 14
116 PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk HMSP √ √ X √ √
117 PT. Bentoel International Investama, Tbk
3.7 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu sumber data diperoleh
tidak langsung dari objeknya, tetapi dari sumber lain melalui tulisan berupa
jurnal-jurnal penelitian terdahulu. Kemudian mengunduh laporan keuangan
tahunan perusahaan manufaktur tersebut di situs Bursa Efek Indonesia (BEI).
Peneliti menggunakan data sekunder karena data yang diperlukan lebih mudah
untuk dicari serta menghemat waktu serta biaya.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Data ini dikumpulkan dengan mempelajari data-data yang diperoleh dari
sumber data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan pencatatan dan
penghitungan. Data-data diperoleh dari website masing-masing perusahaan
manufaktur yang dijadikan sampel, website Bursa Efek Indonesia
dan berbagai macam literatur yang ada.
3.9 Teknik Analisis
Teknikanalisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda
yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS 22. Analisis
ini menggunakan teknik statistik deksriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis dan uji
statistik. Adapun metode yang digunakan peneliti yaitu:
3.9.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat
untuk dijadikan sampel penelitian (Ghozali, 2013:19).
3.9.2 Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka
peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas dan uji normalitas.
3.9.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi antara variabel dependen dengan variabel independen mempunyai
distribusi normal atau tidak. Cara yang digunakan untuk melihat apakah
data normal atau tidak adalah dengan melakukan analisis grafik dengan
melihat grafik histogram dan probability plot dan dengan melakukan
analisis statistic (Ghozali, 2013:160). Analisis grafik ini dapat dilakukan
dengan melihat grafik histogram dan probability plot.:
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.9.2.2 Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas (multiko).
independen (Ghozali, 2013:105). Deteksi ada atau tidaknya problem
multikoloneritas, maka dapatdilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan
Variance InflationFactor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel
independen.
1) Besarnya korelasi antar variabel independen. Pedoman suatu model
regresi bebas multikoloneritas , memiliki kriteria sebagai berikut:
a) Koefisien korelasi antara variabel-variabel independen harus lemah,
tidak lebih dari 90 persen atau dibawah 0,90
b) Jika korelasi kuat antara variabel independen dengan
variabel-variabel independen (umumnya diatas 0,90), maka hal ini menunjukkan
terjadinya multikoloneritas yang serius (Ghozali, 2011:92). Selain itu,
untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF
(Variance Inflation Factor).
Pedoman pengambilan keputusan:
a) Jika VIF >10, maka variabel tersebut memiliki problem
multikolinearitas,
b)Jika VIF < 10, maka variabel tersebut tidak memiliki problem
multikolineritas.
3.9.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika varian dari residual dari satu pengamatan ke
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik bersifat
homokedastisitas dan tidak heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).
Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada atau tidaknya pola
tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah
distudentized. Jika pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidakada
pola yang jelas, serta titik titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.9.2.4 Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali,
2013:110). Uji autokorelasi dilakukan dengan uji durbin-watson untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi.
a. Jika 0 < d < dl ; Tidak ada autokorelasi positif.
b. Jika dl < d < du ; Tidak ada autokorelasi positif.
c. Jika 4 – dl < d < 4 ; Tidak ada korelasi negatif.
d. Jika 4 – du < d < 4 – dl ; Tidak ada korelasi negatif.
3.9.3 Uji Hipotesis
Karena variabel independen yang digunakan dalam penelitian lebih dari
satu maka pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi
Berganda (Multiple Regression). Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependendengan menggunakan data variabel
independen yang sudah diketahui besarnya. Analisis ini digunakan untuk
menentukan hubungan antara fee audit dengan variabel-variabel independen.
Persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
Keterangan:
Y = logaritma natural dari professionalfee audit (FEE) A = konstanta
X1 = presentase total komisaris independen terhadap total dewan komisaris
(DK)
X2 = presentase total komite audit diluar komisaris independen terhadap total
komite audit (KA)
X3 = logaritma natural dari total asset perusahaan (UP) X4 = rasio hutang atas asset perusahaan (LEV)
X5 = return on asset perusahaan (ROA) X6 = ukuran kantor akuntan publik (KAP)
X7 = keberadaan fungsi internal audit (IA)
e = standard error of estimation
3.9.4 Uji Statistik
3.9.4.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
adjusted R2 adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai adjusted R² yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasivariabel dependen (Ghozali, 2013:97)
3.9.4.2 Uji statistik F
Uji statistik F ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama
samaatau secara simultan variabel independen terhadap variabeldependen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkatsignifikansi 0,05(Ghozali,
2013:98). Penolakan atau penerimaan hipotesis dilakukandengan kriteria
sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi kurang dari atau sama dengan 0,05 makahipotesis
diterima yang berarti secara bersama-sama variabelboardind, boardsize,
acind, acsize, acmeet, ia dan lnassetsberpengaruh terhadap fee audit.
2) Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka hipotesis ditolak yang berarti
secara bersama-sama variabel boardind, boardsize, acind, acsize, acmeet,ia
3.9.4.3 Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali,
2013:101).
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha
diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas
mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau
terikat.
2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau Ha
ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas tidak
mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik yang menggunakan persamaan linier berganda. Analisis data
dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Excel,
selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian regresi berganda
dengan menggunakan Software SPSS Versi 22. Prosedur dimulai dengan
memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan
menghasilkan output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan.
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan, didapat 19
perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria sampel dan dijadikan sampel
dalam penelitian ini selama periode pengamatan 2012-2014 sehingga terdapat 57
sampel dalam penelitian ini.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kuortosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013:19). Analisis deskriptif dalam tabel 4.3 merupakan analisis deskriptif untuk variabel
Tabel 4.1
Analisis Statistik Deskriptif Tahun 2012-2014
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
FEE 57 1.061 1.176 1.11100 .027221
DK 57 .00200 .00500 .0034958 .00069650
KA 57 .00500 .01000 .0066314 .00084117
UP 57 1.172 1.240 1.20121 .017195
LEV 57 .122 .800 .40054 .179717
ROA 57 .001 .261 .07551 .063393
KAP 57 .00 1.00 .2807 .45334
IA 57 .00 1.00 .5088 .50437
Valid N (listwise) 57
Sumber data : Hasil output SPSS diolah, 2016
Tabel 4.1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel
penelitian. Berdasarkan Tabel 4.1, hasil analisis dengan menggunakan statistik
deskriptif terhadap variabel independen DK menunjukkan nilai minimum 0,002
dan nilai maksimum 0,005. Sementara nilai rata-rata (mean) sebesar 0.0034 dan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.0006. Nilai rata-rata (mean) yang
lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik. Pada variabel independen KA menunjukkan
nilai minimum 0.005 dan nilai maksimum 0.010. Sementara nilai rata-rata (mean) sebesar 0.0066 dan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.0008. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard
deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Pada variabel independen UP menunjukkan nilai minimum 1.172 dan nilai
dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data
terdistribusi dengan baik. Pada variabel independen LEV menunjukan nilai
minimum 0.122 dan nilai maksimum 0.800. Sementara nilai rata-rata (mean)
sebesar 0.400 dan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.179. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Pada variabel independen ROA menunjukkan nilai minimum 0.001 dan
nilai maksimum 0.261 . Sementara nilai rata-rata (mean) sebesar 0.075 dan
standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.063. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik. Pada variabel independen KAP
menunjukkan nilai minimum 0.00 dan nilai maksimum 1.00. Sementara nilai
rata-rata (mean) sebesar 0.280 dan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.453.
Nilai rata-rata (mean) yang lebih kecil dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi dengan baik.
Pada variabel independen IA menunjukkan nilai minimum 0.00 dan nilai
maksimum 1.00. Sementara nilai rata-rata (mean) sebesar 0.508 dan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.504. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar
dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel
dependen FEE menunjukkan nilai minimum 1.061 dan nilai maksimum sebesar
(standard deviation) sebesar 0.027. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas data dari
penelitian ini baik, karena nilai rata-rata (mean) lebih besar dari nilai standar deviasi yang mengidentifikasikan bahwa standar error dari setiap variabel kecil.
4.2.2. Asumsi Klasik
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui
apakah variabel pengganggu atau variabel residual terdistribusi normal.
Salah satu cara yang digunakan untuk melihat apakah data normal atau
tidak adalah melakukan analisis grafik dengan melihat grafik histogram
dan probability plot. Suatu data dikatakan baik apabila data tersebut terdistribusi normal. Pada grafik histogram, data yang mengikuti atau
mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk lonceng.
Gambar 4.1
Grafik histogram pada gambar 4.1 menunjukan pola distribusi
normal karena grafik tidak melenceng kiri atau melenceng kanan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi
normalitas. Selain itu, grafik normal P Plot of Regression Statistic juga dapat digunakan untuk melihat normal tidaknya suatu data. Kondisi
normalitas terjadi apabila titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal. Hasil uji normalitas pada penelitian ini
dapat dilihat pada gambar berikut. Dari grafik normal P-Plot terlihat
bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal. Sehingga dalam penelitian tidak terjadi gangguan
normalitas, yang berarti data terdistribusi normal.
Gambar 4.2
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa grafik normal
probability plot of regression standardized menunjukkan pola grafik yang normal. Hal ini terlihat dari titik-titik yang menyebar di sekitar garis
diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal diagonal. Maka
dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi
asumsi normalitas. Untuk memperkuat pengujian dilakukan pengujian
normalitas dengan menggunakan uji One-Sample Klomograv Smirnov.
Tabel 4.2
One-Sample Kolmograv Smirvon test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 57
Normal Parametersa,b Mean 1.11100
Std. Deviation .027221
Most Extreme Differences Absolute .107
Positive .107
Negative -.056
Test Statistic .107
Asymp. Sig. (2-tailed) .163
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber Data: Hasil Output SPSS diolah, 2016
Dari Tabel 4.2 menunjukkan bahwa besarnya nilai Klomograv
Smirnov Z adalah 0,107 dan variabel memiliki nilai probabilitas 0.163. Dasar pengambilan keputusan untuk pengujian One-Sample Klomograv
Smirnov adalah apabila nilai probabilitas untuk nilai residual lebih besar dari 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel dalam penelitian ini
terdistribusi secara normal, mendukung pengujian dengan grafik histogram
4.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Uji
multikolinearitas menggunakan nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Batas tolerance adalah 0,10 atau nilai VIF adalah 10. Jika VIF > 10 dan nilai tolerance <0,10, maka terjadi multikolinearitas tinggi
antar variable bebas dengan variable bebas lainnya. Berikut adalah hasil
uji multikolinearitas menggunakan SPSS.
Tabel 4.3
Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
a. Dependent Variable: FEE
Sumber data : Hasil Output SPSS diolah, 2016
Dari Tabel 4.3 Coefficients, hasil perhitungan nilai Tolerance
menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance
kurang dari 0,10. Hasil Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan
hal yang sama bahwa tidak ada satu variabel independen yang memiliki
Pada variabel DK memiliki nilai tolerance sebesar sebesar 0,899 >
0,10 dan VIF sebesar 1.113 < 10. Variabel KA memiliki nilai tolerance
sebesar 0.921 > 0.10 dan VIF sebesar 1.086 < 10. Variabel UP memiliki
nilai tolerance sebesar 0.451 > 0.10 dan VIF sebesar 2.215 < 10. Variabel LEV memiliki nilai tolerance sebesar 0.583 > 0.10 dan VIF sebesar 1.716 < 10. Variabel ROA memiliki nilai tolerance sebesar 0.501 > 0.10 dan
VIF sebesar 1.998 < 10. Variabel KAP memiliki nilai tolerance sebesar 0.453 > 0.10 dan VIF sebesar 2.205 < 10. Variabel IA memiliki nilai
tolerance sebesar 0.852 > 0.10 dan VIF sebesar 1.174 < 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar
variabel independen dalam model regresi.
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
kepengamatan yang lain. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Sumber data: Hasil output SPSS diolah, 2016
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat hasil uji heteroskedastisitas
menunjukkan bahwa model regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas. Hal ini dapat terlihat dimana titik-titik tersebar tanpa
membentuk suatu pola tertentu dan tersebar naik di bawah atau di atas
angka 0 pada sumbu Y.
4.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
pengujian autokorelasi yang dilakukan dengan tabel Durbin Watson dilihat
pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .875a .766 .733 .014069 1.872
a. Predictors: (Constant), IA, KAP, KA, DK, LEV, ROA, UP
b. Dependent Variable: FEE
Sumber data : Hasil Output SPSS diolah, 2016
Hasil pengujian Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai D-W (Durbin
Watson) sebesar 1.872. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel
Durbin-Watson, dimana nilai batas bawah Durbin-Watson (dl) sebesar 1.3111, nilai batas
atas Durbin-Watson (du) sebesar 1.8562 dengan jumlah sampel (n) sebanyak 57
dan jumlah variabel independen (k) sebanyak 7 variabel. Sesuai dengan kriteria
pengambilan keputusan Durbin-Watson (du < d < 4-du = 1.8562 < 1.872 < 2.128),
maka model regresi pada penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian asumsi-asumsi klasik statistik dan telah
terbukti data terbebas dari asumsi-asumsi klasik tersebut maka data dalam
penelitian ini telah memenuhi syarat untuk melakukan uji statistik untuk
membuktikan kebenaran uji hipotesis.
4.3.1Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur proporsi
determinasi dapat dilihat pada kolom Adjusted R square, yang
ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .875a .766 .733 .014069
a. Predictors: (Constant), IA, KAP, KA, DK, LEV, ROA, UP
b. Dependent Variable: FEE
Sumber data : Hasil Output SPSS diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, menunjukkan bahwa besarnya
nilai Adjsuted Rsquare adalah 0.733 atau 73.3 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa 73.3 persen variabel fee audit dapat dijelaskan oleh
tujuh variabel DK, KA, UP, LEV, ROA, KAP, IA. Sedangkan sisanya
26.7 persen dijelaskan oleh faktor lain yang tidak disertakan dalam
penelitian ini seperti konsentrasi kepemilikian, keahlian komite audit dan
faktor lainnya.
4.3.2. Hasil Uji Statistik F
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama sama secara simultan terhadap
variabel dependen atau terikat. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan tingkat signifikansi 0.05. Jika nilai signifikansi kurang
dari atau sama dengan 0.05 maka hipotesis diterima yang menyatakan
Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 maka hipotesis
ditolak yang menyatakan bahwa variabel independen tidak signifikan
terhadap variabel dependen.
Tabel 4.6
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .032 7 .005 22.950 .000b
Residual .010 49 .000
Total .041 56
a. Dependent Variable: FEE
b. Predictors: (Constant), IA, KAP, KA, DK, LEV, ROA, UP
Sumber data : Hasil output SPSS diolah, 2016
Berdasarkan Uji-F diperoleh hasil bahwa nilai F hitung sebesar
22.950 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Karena tingkat
signifikansi lebih kecil (0.000 < 0.05). Hal ini berarti dapat dikatakan
bahwa variabel independen yaitu DK, KA, UP, LEV, ROA, KAP, IA
sebagai variabel kontrol berpengaruh secara bersama-sama atau secara
simultan dalam mempengaruhi fee audit eksternal.
4.3.3. Hasil Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variabel dependen. Untuk melihat ada tidaknya pengaruh
dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat
dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas (p-value) dari
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik t Coefficientsa
a. Dependent Variable: FEE
Sumber data : Hasil Output SPSS diolah, 2016
Berdasarkan hasil pengujian Tabel 4.7, uji statistik t dapat
disimpulkan bahwa terdapat tiga variabel yang memiliki tingkat
signifikansi di bawah 0.05. Variabel independen KA dengan nilai
probabilitas signifikan sebesar 0.041. Variabel independen UP dengan
nilai probabilitas signifikan sebesar 0.000. Variabel independen ROA
dengan nilai probabilitas signifikan sebesar 0.008.
Sedangkan, terdapat empat variabel yang memiliki nilai
signifikansi di atas 0.05. Variabel independen DK dengan nilai
probabilitas signifikansi sebesar 0.286. Variabel independen LEV dengan
nilai probabilitas signifikansi sebesar 0.086. Variabel independen KAP
dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0.289. Variabel independen
dikatakan bahwa keempat variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh
terhadap fee audit eksternal.
Berdasarkan Tabel 4.7, maka diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut:
Keterangan:
Y = logaritma natural dari fee audit (FEE)
a = konstanta
X1 = presentase total komisaris independen terhadap dewan komisaris
(DK)
X2 = presentase komite audit di luar komisaris independen terhadap
jumlah total komite audit (KA)
X3 = logaritma natural total asset perusahaan (UP)
X4 = Rasio hutang atas aset perusahaan (LEV)
X5 = Return on Asset Perusahaan (ROA)
X6 = Ukuran kantor akuntan publik (KAP)
X7 = Keberadaan fungsi audit internal (IA)
Pada persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa nilai konstanta
sebesar –0.222. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel fee audit eksternal tanpa dipengaruhi oleh variabel independen akan bernilai –0.222.
Koefisien regresi DK sebesar -3.074, menyatakan bahwa setiap
penambahan dewan komisaris yang lebih independen dalam perusahaan,
maka dapat menurunkan jumlah fee audit eksternal yang diterima auditor
eksternal. Koefisien regresi KA sebesar -4.885, menyatakan bahwa setiap
penambahan anggota komite audit dalam perusahaan maka dapat
menurunkan jumlah fee audit eksternal yang diterima auditor eksternal. Koefisien regresi UP sebesar 1.128, menyatakan bahwa ukuran perusahaan
yang besar dapat mengakibatkan fee audit eksternal yang lebih tinggi.
Koefisien regresi LEV sebesar 0.024, menyatakan bahwa semakin besar
rasio hutang yang dimiliki perusahaan, maka mengakibatkan fee audit
eksternal yang lebih tinggi. Koefisien regresi ROA sebesar 0.116
menyatakan bahwa semakin besar return on asset perusahaan maka dapat meningkatkan fee audit eksternal. Koefisien regresi KAP sebesar 0.007
menyatakan ukuran kantor akuntan publik yang ternama dapat
meningkatkan fee audit eksternal. Koefisien regresi IA sebesar 0.001
menunjukkan penambahan internal audit dalam perusahaan, maka
mengakibatkan kenaikan fee audit eksternal ketika audit eksternal tergantung pada pekerjaan audit internal. Berdasarkan pada Tabel 4.7
dapat disimpulkan bahwa variabel UP memiliki pengaruh yang paling
besar dengan koefisien beta regresi sebesar 1.128, diikuti variabel ROA
sebesar 0.116, dan variabel LEV sebesar 0.024.
Dari hasil Uji–t dapat dilakukan pembahasan hipotesis yang diajukan
sebagai berikut:
a. H1 = Ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap fee
berpengaruh negatif dengan koefisien regresi sebesar -3.074 dan
signifikan sebesar 0,286. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05,
maka secara parsial variabel DK berpengaruh negatif terhadap fee audit.
Dengan demikian dikatakan bahwa hipotesis ditolak.
b. H2 = Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap fee
audit eksternal. Berdasarkan Uji–t diperoleh hasil bahwa KA berpengaruh
negatif dengan koefisien regresi sebesar -4.885 dengan tingkat signifikansi
0,041. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka secara
parsial variabel KA berpengaruh positif terhadap variabel fee audit. Dengan demikian dikatakan bahwa hipotesis diterima.
c. H3 = Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap fee
audit eksternal. Berdasarkan Uji–t diperoleh hasil bahwa UP berpengaruh
positif dengan koefisien regresi 1.128 dengan tingkat signifikansi 0,000.
Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka secara parsial
variabel UP berpengaruh signifikan. Dengan demikian dikatakan bahwa
hipotesis diterima.
d. H4 = Rasio hutang atas perusahaan berpengaruh negatif
terhadap fee audit eksternal. Berdasarkan Uji–t diperoleh hasil bahwa
variabel LEV berpengaruh positif dengan nilai koefisien regresi sebesar
0.024 dengan tingkat signifikansi 0.086. Karena tingkat signifikansi lebih
besar dari 0,05, maka variabel LEV tidak berpengaruh signifikan terhadap
e. H5 = Return on asset perusahaan berpengaruh positif terhadap
fee audit eksternal. Berdasarkan Uji–t diperoleh hasil bahwa variabel ROA berpengaruh positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.116 dengan
tingkat signifikansi 0.008. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05,
maka variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap fee audit eksternal. Dengan demikian dikatakan bahwa hipotesis diterima.
f. H6 = Ukuran kantor akuntan publik berpengaruh negatif
terhadap fee audit eksternal. Berdasarkan Uji–t diperoleh hasil bahwa
variabel LEV berpengaruh negatif dengan nilai koefisien regresi sebesar
0.007 dengan tingkat signifikansi 0.289. Karena tingkat signifikansi lebih
besar dari 0,05, maka variabel LEV tidak berpengaruh signifikan terhadap
fee audit eksternal. Dengan demikian dikatakan bahwa hipotesis ditolak. g. H7 = Keberadaan audit internal berpengaruh negatif terhadap
fee audit eksternal. Berdasarkan Uji–t diperoleh hasil bahwa variabel IA berpengaruh positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.001 dengan
tingkat signifikansi 0.086. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari
0,731, maka variabel LEV tidak berpengaruh signifikan terhadap fee audit eksternal. Dengan demikian dikatakan bahwa hipotesis ditolak.
4.4 PEMBAHASAN
Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa secara simultan jumlah
dewan komisaris, jumlah komite audit, ukuran perusahaan, rasio hutang atas
Uji-F diperoleh hasil bahwa nilai F hitung sebesar 22.950 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil (0.000 <
0.05). Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa variabel independen yaitu DK, KA,
UP, LEV, ROA, KAP, IA sebagai variabel kontrol berpengaruh secara
bersama-sama atau secara simultan dalam mempengaruhi fee audit eksternal.
Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa secara parsial jumlah dewan
komisaris, jumlah komite audit, ukuran perusahaan, rasio hutang atas
perusahaan, return on asset perusahaan, ukuran kantor akuntan publik dan
internal audit berpengaruh signifikan terhadap fee eksternal audit. Berdasarkan uji statistik t dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga variabel yang memiliki
tingkat signifikansi di bawah 0.05. Variabel KA dengan nilai probabilitas
signifikan sebesar 0.041. Variabel independen UP dengan nilai probabilitas
signifikan sebesar 0.000. Variabel independen ROA dengan nilai probabilitas
signifikan sebesar 0.008. Sehingga dikatakan bahwa ketiga variabel tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap fee audit eksternal.
Sedangkan, terdapat empat variabel yang memiliki nilai signifikansi di
atas 0.05. Variabel independen DK dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar
0.286. Variabel independen LEV dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar
0.086. Variabel independen KAP dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar
0.289. Variabel independen IA dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar
0.731. Sehingga dikatakan bahwa keempat variabel tersebut tidak mempunyai
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur governance
(jumlah dewan komisaris, jumlah komite audit, ukuran perusahaan, rasio hutang
atas perusahaan, return on asset perusahaan, ukuran kantor akuntan publik) dan
internal audit terhadap fee eksternal audit. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan program Statistical Package for
Social Science (SPSS) Ver. 22. Data sampel perusahaan sebanyak 57 pengamatan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
tahun 2012 - 2014.
Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat diringkas sebagai
berikut:
1. Pengaruh jumlah dewan komisaris, jumlah komite audit, ukuran
perusahaan, rasio hutang atas perusahaan, return on asset perusahaan, ukuran kantor akuntan publik dan internal audit terhadap fee eksternal
audit.
a. Berdasarkan hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa ukuran
dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap fee audit eksternal.
b. Berdasarkan hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa ukuran
komite audit berpengaruh positif terhadap fee audit eksternal.
c. Berdasarkan hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa ukuran
d. Berdasarkan hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa rasio
hutang atas perusahaan tidak berpengaruh terhadap fee audit eksternal. e. Berdasarkan hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa return on
asset perusahaan berpengaruh positif terhadap fee audit eksternal. f. Berdasarkan hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa ukuran
kantor akuntan publik tidak berpengaruh terhadap fee audit eksternal.
g. Berdasarkan hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa
keberadaan audit internal tidak berpengaruh terhadap fee audit
eksternal.
B. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang mungkin dapat melemahkan
hasil penelitian. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Populasi penelitian hanya menggunakan perusahan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2014.
2. Kesulitan dalam mengobservasi kualitas pengendalian internal perusahaan,
maka penelitian ini menggunakan data keberadaan fungsi audit internal
untuk memberikan nilai pada variabel IA sebagai variabel dari
pengendalian internal.
3. Karena keterbatasan data tentang fee audit, maka dalam penelitian ini
diterapkan penggunaan data professional fees untuk memberikan nilai
C. Saran
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai
beberapa hal diantaranya:
1. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperpanjang periode penelitian
misalnya selama jangka waktu 4 atau 5 tahun.
2. Mengembangkan instrumen pengukuran untuk menghitung kualitas
pengendalian internal perusahaan atas perusahaan – perusahaan publik di
Indonesia, misalnya jumlah anggota audit internal
3. Pengukuran terhadap variabel fee audit pada penelitian mendatang
sebaiknya menggunakan perusahan-perusahaan yang mencantumkan data
tentang fee audit daripada data mengenai professional fees dalam laporan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori Keagenan (Agency Theory)menyatakan bahwa apabila terdapat pemisahan antara pemilik sebagai principal dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan maka akan muncul permasalahan agensi karena
masing-masing pihak tersebut akan selalu berusaha untuk memaksimalisasikan fungsi
utilitasnya (Jensen dan Meckling, 1976). Tujuan utama teori agensi (agency
theory) adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisasi
cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi
ketidakpastian.
Konservatisme dapat dijelaskan dari perspektif teori keagenan. Teori
tersebut menyatakan perusahaan merupakan nexus of contract yakni tempat bertemunya kontrak antar berbagai pihak yang berpotensi menimbulkan konflik
kepentingan. Konflik tersebut tercermin dari kebijakan dividen, pendanaan, dan
kebijakan investasi (Jensen dan Meckling,1976). Ketiga kebijakan tersebut dapat digunakan oleh investor untuk mengatur manajer dan mentransfer keuntungan
dari kekayaan kreditor. Upaya investor tersebut akan menjadi lebih sulit
dengan adanya laporan keuangan yang konservatif.
Teori keagenan mengasumsikan bahwa masing-masing individucenderung
untuk mementingkan diri sendiri. Manajer sebuah perusahaanmungkin memiliki
kekayaan pemilik pemegang saham. Hak yangdimiliki manajer untuk mengelola
aset perusahaan, menimbulkan adanyakonflik kepentingan antara dua kelompok
(Hikmah dkk., 2011:5).
Perbedaan kepentingan antara principal (pemegang saham) danagen (manajer) dapat menimbulkan suatu informasi asimetri (kesenjanganinformasi).
Masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagidiri sendiri.
Manajer dalam hal ini dapat melakukan tindakan kecurangan (fraud) untuk memanipulasi laba, agar kompensasi ekonomi yangdiberikan oleh principal
semakin besar. Tindakan – tindakan sepertimemanipulasi laba inilah yang menjadi
pentingnya adanya pengendalianinternal dan struktur tata kelola perusahaan
(governance structure)(Wibowo, dkk., 2013:3).Teori agensi menunjukkan
pentingnya pemisahan manajemen perusahaan dari pemilik kepada manajer.
Tujuan pemisahan ini untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas dengan
menyewa agen profesional dalam mengelola perusahaan atau pihak ketiga dan
independen, dalam hal ini auditor independen yang dianggap mampu
menghubungkan kepentingan pemilik (principal) dan pihak ketiga (manajemen).
2.2 Corporate Governance
2.2.1 Defenisi Corporate Governance
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI-2006), mendefenisikan Corporate Governance sebagai “Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antar pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak
yang berkepentingan (stakeholders).Organization for Economics Cooperation and Development(OECD)mendefinisikan corporate governance sebagai suatu sistem dimana sebuah perusahaan atau entitas
bisnisdiarahkan dan diawasi (Hikmah dkk., 2011:6)
Defenisi lain dari Cadbury Committee (1992) dalam Goodwin
Stewart dan Kent, 2006:6), memandang corporate governance sebagai seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang
saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan
dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka.
Pengertian Corporate Governance (Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara, Nomor : KEP-117/M-MBU/2002), adalah suatu proses dan
struktur yang digunakan oleh organisasi BUMN untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai
pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika tersebut dan dapat disimpulkan bahwa corporate governance merupakan suatu sistem yang diterapkan oleh perusahaan untuk
2.2.2 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG)
Dalam Permendagri No. 61 tahun 2007, prinsip yang dituntut untuk
dilaksanakan hanya empat prinsip yang pertama.Secara lebih rinci prinsip-
prinsip dasar dalam tata kelola yang baik adalah sebagai berikut:
1. Transparansi (Transparancy); yaitu keterbukaan informasi baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Efek terpenting
dari dilaksanakannya prinsip transparansi ini adalah terhindarnya
benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak dalam manajemen.
2. Akuntabilitas (Accountability); yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem
dan pertanggungjawaban organ lembaga sehingga pengelolaan lembaga
dapat terlaksana dengan baik. Dengan terlaksananya prinsip ini, lembaga
akan terhindar dari konflik atau benturan kepentingan peran.
3. Responsibilitas (Responsibility); yaitu kesesuaian atau kepatuhan di dalam pengelolaan lembaga terhadap prinsip korporasi yang sehat serta
peraturan perundangan yang berlaku, termasuk yang berkaitan dengan
masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup,
kesehatan/keselamatan kerja, standar penggajian dan persaingan yang sehat.
4. Independensi (Independency); yaitu suatu keadaan dimana lembaga dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan