• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perbedaan Karakteristik Kimia dan Mineral serta Penambahan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi yang Ditanam dengan Metode SRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perbedaan Karakteristik Kimia dan Mineral serta Penambahan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi yang Ditanam dengan Metode SRI"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERBEDAAN KARAKTERISTIK KIMIA DAN

MINERAL SERTA PENAMBAHAN BAHAN ORGANIK

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI YANG

DITANAM DENGAN METODE SRI

RAFIKA RIZKY AMALIA

A24104046

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMMARY

RAFIKA RIZKY AMALIA. The Effect of Mineralogical and Chemical Characteristics Differentiation and Organic Matter Application to Production and Growing of Paddy Using SRI Method.

Supervised by:DYAH TJAHYANDARI SURYANINGTYAS and DARMAWAN.

The necessity of food especially rice increase with increasing in human population. One of a very popular system in the cultivating of paddy is the System of Rice Intensification (SRI). Although SRI is believed can increase the paddy production without inorganic fertilizer and optimizing water use, but there are several problems which has not been fully understand yet in order to apply SRI, especially about the land condition. This research was aimed to study mineralogical and chemical soil characteristics and organic matter application in order to support the growth and the production of paddy cultivating by comparing SRI and conventional method.

Soil samples were collected from four locations i.e: Cihideung, Bogor (Chd, Bgr), Sindangbarang, Bogor (Sbr, Bgr), Margakaya, Karawang (Mgk, Krw) and Bobojong, Cianjur (Bbj, Cjr), two water management levels, i.e: convensional (K) and SRI with irrigation during five days (S). Each water management levels were combined with two treatments of organic matter applications, i.e: plus compost application (B1) and without compost application (BO). Treatments were desained in Factorial Completely Random Design with 16 treatments and three times replications. Totally there were 48 experimental units.

(3)

RINGKASAN

RAFIKA RIZKY AMALIA. Pengaruh Perbedaan Karakteristik Kimia dan Mineral serta Penambahan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi yang Ditanam dengan Metode SRI. Di bawah bimbingan DYAH TJAHYANDARISURYANINGTYAS dan DARMAWAN.

Kebutuhan akan pangan terutama padi semakin lama semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Oleh karena itu, produksi pertanian khususnya padi sebagai sumber makanan pokok harus ditingkatkan, yaitu antara lain melalui peningkatan teknologi budidayanya. Salah satu sistem penanaman padi yang sedang marak dikembangkan adalah System of Rice Intensification (SRI). Walaupun metode SRI telah diyakini berhasil meningkatkan produksi padi tanpa menggunakan pupuk anorganik dan lebih menghemat air, namun masih banyak hal yang belum dapat dipahami dalam menerapkan SRI, terutama mengenai prasyarat kondisi lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik kimia dan mineralogi tanah serta penambahan bahan organik dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman padi dengan penanaman secara SRI dan konvensional.

Bahan tanah diambil dari empat lokasi, yaitu Cihideung, Bogor (Chd, Bgr), Sindangbarang, Bogor (Sbr, Bgr), Margakaya, Karawang (Mgk, Krw) dan Bobojong, Cianjur (Bbj, Cjr), pengairan dilakukan dengan 2 cara: Metode konvensional (K) dan metode SRI dengan pengelolaan air yang digelontorkan setiap 5 hari sekali (S). Masing-masing cara pemberian air dikombinasikan dengan dua perlakuan penggunaan bahan organik, yaitu menggunakan kompos (B1) dan tidak menggunakan kompos (BO). Desain perlakuan secara keseluruhan merupakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 16 perlakuan dan tiga kali ulangan sehingga terdapat 48 satuan percobaan.

(4)

PENGARUH PERBEDAAN KARAKTERISTIK KIMIA DAN MINERAL SERTA PENAMBAHAN BAHAN ORGANIK TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI YANG DITANAM DENGAN METODE SRI

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

RAFIKA RIZKY AMALIA A24104046

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Perbedaan Karakteristik Kimia dan Mineral serta Penambahan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan

dan Produksi Padi yang Ditanam dengan Metode SRI. Nama Mahasiswa : Rafika Rizky Amalia

NRP : A24104046

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Dyah Tjahyandari S., MapplSc Dr. Ir. Darmawan, M.Sc NIP. 131 950 987 NIP. 131 879 335

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rafika Rizky Amalia, dilahirkan di Pacitan pada tanggal 11 Oktober 1985 dari pasangan Kun Pujadi dan Ainin. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Pendidikan dasar dilakukan di SD Negeri Pacitan I pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1998, setelah itu melanjutkan di SLTP Negeri I Pacitan pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2001, kemudian melanjutkan di SMU Negeri I Pacitan pada tahun 2001-2004. Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Perbedaan Karakteristik Kimia dan Mineral serta Penambahan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi yang Ditanam dengan Metode SRI”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ir. Dyah Tjahyandari Suryaningtyas, MApplSc sebagai dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi serta Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.Sc selaku pembimbing skripsi atas segala bimbingan, saran, motivasi, dan bantuannya selama masa perkuliahan maupun penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Pada kesempatan ini dengan segenap hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Budi Nugroho, M.Sc. Selaku dosen penguji atas saran dan masukannya.

2. Bapak, Ibu, ketiga adikku (Irfan, Rima dan Rika), Keluarga besar (alm) Achmad Isa dan (alm) Soeastoyo Toyohantoro yang senantiasa mendoakan, memberikan kasih sayang, pengorbanan, bimbingan, kepercayaan, dukungan moral dan spiritual serta material sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga ke jenjang S1.

3. Uchank. “Terima kasih untuk semuanya. Untuk kerjasamanya, untuk ilmu yang kita dapat dan kita bagi bersama, dan untuk waktu yang kita lalui bersama yang tak akan pernah bisa terlupakan”.

(8)

5. Teman-teman SOILERS 39, 40, dan 41.“Terima kasih untuk bantuan, semangat, persahabatan yang telah kalian berikan”.

6. Seluruh staf dan dosen pengajar Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.

7. Rekan-rekan seperjuangan di Laboratorium Sumberdaya Fisik Lahan atas segala dukungan, bantuan, dan canda tawa selama ini.

8. Semua pihak yang turut membantu suksesnya kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang tentu saja tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, tetapi penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Februari 2009

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan Penelitian ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Tanaman Padi ... 3

2.2. Metode SRI (System of Rice Intensification) ... 4

2.3. Pelapukan Mineral ... 11

BAB III. METODOLOGI ... 15

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... . 15

3.2. Bahan dan Alat ... 15

3.3. Perlakuan ... 15

3.4. Metode Penelitian ... 16

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... . 21

4.1. Kondisi Lokasi ... 21

4.2. Karakteristik Bahan Tanah Awal ………... 21

4.2.1. Karakteristik Sifat Kimia dan Fisik Bahan Tanah ……. 21

4.2.2. Karakteristik Mineral Tanah ……… . 23

4.3. Hubungan Jenis Perlakuan dengan C-organik dan N-total …… 25

4.4. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi ……… 27

4.4.1. Pengaruh Jenis Perlakuan Terhadap Pertumbuhan ... 27

4.4.2 Pengaruh Jenis Perlakuan Terhadap Produksi ... 30

BAB V. KESIMPULAN ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(10)

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1. Perbandingan Pertumbuhan Padi antara Metode Tradisional

dengan Metode SRI ... 5

2. Perlakuan Percobaan ... ... 16

Lampiran 1. Kriteria Berdasarkan Penilaian Sifat-sifat Kimia Tanah Pusat Penelitian Tanah (1983) ... 38

2. Metode yang Digunakan dalam Anlisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah ... 39

3. Hasil Analisis Kompos ... 39

4. Hasil Analisis Pendahuluan ... 40

5. Data Analisis Mineral Fraksi Pasir ... 41

6. Puncak Kurva Endo- dan Eksotermik ADT dari Mineral-mineral Lempung Utama dan Reaksi yang Menimbulkan Kurva yang Bersangkutan ... 42

7. Hasil Analisis Akhir ... 43

8. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi ... 44

9. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Tanaman Padi ... 45

(11)

PENGARUH PERBEDAAN KARAKTERISTIK KIMIA DAN

MINERAL SERTA PENAMBAHAN BAHAN ORGANIK

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI YANG

DITANAM DENGAN METODE SRI

RAFIKA RIZKY AMALIA

A24104046

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

SUMMARY

RAFIKA RIZKY AMALIA. The Effect of Mineralogical and Chemical Characteristics Differentiation and Organic Matter Application to Production and Growing of Paddy Using SRI Method.

Supervised by:DYAH TJAHYANDARI SURYANINGTYAS and DARMAWAN.

The necessity of food especially rice increase with increasing in human population. One of a very popular system in the cultivating of paddy is the System of Rice Intensification (SRI). Although SRI is believed can increase the paddy production without inorganic fertilizer and optimizing water use, but there are several problems which has not been fully understand yet in order to apply SRI, especially about the land condition. This research was aimed to study mineralogical and chemical soil characteristics and organic matter application in order to support the growth and the production of paddy cultivating by comparing SRI and conventional method.

Soil samples were collected from four locations i.e: Cihideung, Bogor (Chd, Bgr), Sindangbarang, Bogor (Sbr, Bgr), Margakaya, Karawang (Mgk, Krw) and Bobojong, Cianjur (Bbj, Cjr), two water management levels, i.e: convensional (K) and SRI with irrigation during five days (S). Each water management levels were combined with two treatments of organic matter applications, i.e: plus compost application (B1) and without compost application (BO). Treatments were desained in Factorial Completely Random Design with 16 treatments and three times replications. Totally there were 48 experimental units.

(13)

RINGKASAN

RAFIKA RIZKY AMALIA. Pengaruh Perbedaan Karakteristik Kimia dan Mineral serta Penambahan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi yang Ditanam dengan Metode SRI. Di bawah bimbingan DYAH TJAHYANDARISURYANINGTYAS dan DARMAWAN.

Kebutuhan akan pangan terutama padi semakin lama semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Oleh karena itu, produksi pertanian khususnya padi sebagai sumber makanan pokok harus ditingkatkan, yaitu antara lain melalui peningkatan teknologi budidayanya. Salah satu sistem penanaman padi yang sedang marak dikembangkan adalah System of Rice Intensification (SRI). Walaupun metode SRI telah diyakini berhasil meningkatkan produksi padi tanpa menggunakan pupuk anorganik dan lebih menghemat air, namun masih banyak hal yang belum dapat dipahami dalam menerapkan SRI, terutama mengenai prasyarat kondisi lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik kimia dan mineralogi tanah serta penambahan bahan organik dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman padi dengan penanaman secara SRI dan konvensional.

Bahan tanah diambil dari empat lokasi, yaitu Cihideung, Bogor (Chd, Bgr), Sindangbarang, Bogor (Sbr, Bgr), Margakaya, Karawang (Mgk, Krw) dan Bobojong, Cianjur (Bbj, Cjr), pengairan dilakukan dengan 2 cara: Metode konvensional (K) dan metode SRI dengan pengelolaan air yang digelontorkan setiap 5 hari sekali (S). Masing-masing cara pemberian air dikombinasikan dengan dua perlakuan penggunaan bahan organik, yaitu menggunakan kompos (B1) dan tidak menggunakan kompos (BO). Desain perlakuan secara keseluruhan merupakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 16 perlakuan dan tiga kali ulangan sehingga terdapat 48 satuan percobaan.

(14)

PENGARUH PERBEDAAN KARAKTERISTIK KIMIA DAN MINERAL SERTA PENAMBAHAN BAHAN ORGANIK TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI YANG DITANAM DENGAN METODE SRI

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

RAFIKA RIZKY AMALIA A24104046

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

(15)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Perbedaan Karakteristik Kimia dan Mineral serta Penambahan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan

dan Produksi Padi yang Ditanam dengan Metode SRI. Nama Mahasiswa : Rafika Rizky Amalia

NRP : A24104046

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Dyah Tjahyandari S., MapplSc Dr. Ir. Darmawan, M.Sc NIP. 131 950 987 NIP. 131 879 335

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rafika Rizky Amalia, dilahirkan di Pacitan pada tanggal 11 Oktober 1985 dari pasangan Kun Pujadi dan Ainin. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Pendidikan dasar dilakukan di SD Negeri Pacitan I pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1998, setelah itu melanjutkan di SLTP Negeri I Pacitan pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2001, kemudian melanjutkan di SMU Negeri I Pacitan pada tahun 2001-2004. Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(17)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Perbedaan Karakteristik Kimia dan Mineral serta Penambahan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi yang Ditanam dengan Metode SRI”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ir. Dyah Tjahyandari Suryaningtyas, MApplSc sebagai dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi serta Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.Sc selaku pembimbing skripsi atas segala bimbingan, saran, motivasi, dan bantuannya selama masa perkuliahan maupun penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Pada kesempatan ini dengan segenap hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Budi Nugroho, M.Sc. Selaku dosen penguji atas saran dan masukannya.

2. Bapak, Ibu, ketiga adikku (Irfan, Rima dan Rika), Keluarga besar (alm) Achmad Isa dan (alm) Soeastoyo Toyohantoro yang senantiasa mendoakan, memberikan kasih sayang, pengorbanan, bimbingan, kepercayaan, dukungan moral dan spiritual serta material sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga ke jenjang S1.

3. Uchank. “Terima kasih untuk semuanya. Untuk kerjasamanya, untuk ilmu yang kita dapat dan kita bagi bersama, dan untuk waktu yang kita lalui bersama yang tak akan pernah bisa terlupakan”.

(18)

5. Teman-teman SOILERS 39, 40, dan 41.“Terima kasih untuk bantuan, semangat, persahabatan yang telah kalian berikan”.

6. Seluruh staf dan dosen pengajar Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.

7. Rekan-rekan seperjuangan di Laboratorium Sumberdaya Fisik Lahan atas segala dukungan, bantuan, dan canda tawa selama ini.

8. Semua pihak yang turut membantu suksesnya kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang tentu saja tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, tetapi penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Februari 2009

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan Penelitian ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Tanaman Padi ... 3

2.2. Metode SRI (System of Rice Intensification) ... 4

2.3. Pelapukan Mineral ... 11

BAB III. METODOLOGI ... 15

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... . 15

3.2. Bahan dan Alat ... 15

3.3. Perlakuan ... 15

3.4. Metode Penelitian ... 16

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... . 21

4.1. Kondisi Lokasi ... 21

4.2. Karakteristik Bahan Tanah Awal ………... 21

4.2.1. Karakteristik Sifat Kimia dan Fisik Bahan Tanah ……. 21

4.2.2. Karakteristik Mineral Tanah ……… . 23

4.3. Hubungan Jenis Perlakuan dengan C-organik dan N-total …… 25

4.4. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi ……… 27

4.4.1. Pengaruh Jenis Perlakuan Terhadap Pertumbuhan ... 27

4.4.2 Pengaruh Jenis Perlakuan Terhadap Produksi ... 30

BAB V. KESIMPULAN ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(20)

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1. Perbandingan Pertumbuhan Padi antara Metode Tradisional

dengan Metode SRI ... 5

2. Perlakuan Percobaan ... ... 16

Lampiran 1. Kriteria Berdasarkan Penilaian Sifat-sifat Kimia Tanah Pusat Penelitian Tanah (1983) ... 38

2. Metode yang Digunakan dalam Anlisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah ... 39

3. Hasil Analisis Kompos ... 39

4. Hasil Analisis Pendahuluan ... 40

5. Data Analisis Mineral Fraksi Pasir ... 41

6. Puncak Kurva Endo- dan Eksotermik ADT dari Mineral-mineral Lempung Utama dan Reaksi yang Menimbulkan Kurva yang Bersangkutan ... 42

7. Hasil Analisis Akhir ... 43

8. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi ... 44

9. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Tanaman Padi ... 45

(21)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman Teks

1. Stabilitas Mineral Terhadap Pelapukan ... 12

2. Posisi Akar Pada Saat Penanaman ... 18

3. Bagan Alir Metode Penelitian ... 20

4. Diagram Batang Pengaruh Perlakuan terhadap C organik ... 25

5. Diagram Batang Pengaruh Perlakuan terhadap N-total ... 26

6. Diagram Batang Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman Padi pada 10 MST ... 28

7. Diagram Batang Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Padi pada 10 MST ... 29

8. Diagram Batang Pengaruh Perlakuan terhadap Pilokron ... 30

9. Diagram Batang Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi ... 31

10. Diagram Batang Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Gabah Bernas ... 32

Lampiran 1. Hasil Analisis Mineral Liat Cihideung (Bogor) dan Sindangbarang (Bogor) ... 47

2. Hasil Analisis Mineral Liat Margakaya (Karawang) dan Bobojong (Cianjur) ... 48

3. Denah Rumah Kasa ... 49

4. Kondisi Rumah Kasa ... 50

5. Persemaian dan Penanaman ... 50

(22)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu negara dikatakan memiliki ketahanan pangan yang baik apabila pangan dapat tersedia, rakyat mampu membeli, dan tidak tergantung sumber pangan dari negara lain (Sambung Hati, September 2008). Kebutuhan akan pangan semakin lama semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Oleh karena itu, produksi pertanian khususnya padi sebagai sumber makanan pokok harus ditingkatkan agar kebutuhan pangan setiap orang dapat terpenuhi.

Salah satu sistem budidaya yang sedang marak dikembangkan adalah System of Rice Intensification (SRI). SRI pertama kali dikembangkan oleh Henri de Lauline, seorang pastor Jesuit di Madagaskar pada awal tahun 1980. Norman Uphoff, Direktur Institut Pengembangan Pangan dan Pertanian Cornell University, setelah mengamati keberhasilan SRI, kemudian mempromosikan metode tersebut ke berbagai negara Asia sejak 1997. Pendekatan ini telah dicoba paling sedikit di 17 negara dengan kondisi iklim yang beraneka ragam, termasuk di Indonesia. Dalam konferensi internasional mengenai SRI di Cina tahun 2002, terungkap beragam keuntungan penerapan SRI.

Penerapan SRI di daerah Ranomafana, Madagaskar dapat memperoleh hasil rata-rata 8 ton/ha. Kemudian di beberapa negara seperti: Ethiopia, Ghana, Malaysia, Zambia, Thailand, Filipina, dll termasuk di Indonesia dapat diperoleh hasil rata-rata 12 hingga 15 ton/ha, bahkan dapat mencapai 20 ton/ha pada kondisi maksimal (Anonim, 2009a).

(23)

dalam tanah dengan cara menurunkan populasi bibit, menghemat penggunaan air dan menambahkan bahan organik. Cara ini mendapatkan respon yang tidak sama dari tanaman padi, tergantung sifat-sifat tanah.

Sistem tanah sawah memiliki beberapa alternatif “input”. Input dalam suatu sistem tanah sawah dapat berasal dari penambahan pupuk, pelapukan mineral dan kandungan hara pada tanah itu sendiri. Input yang berasal dari pelapukan mineral dan kandungan hara pada tanah awal tergantung jenis tanah dan bahan induk yang terdapat pada daerah tersebut.

Di lain pihak, walaupun metode SRI telah diyakini berhasil meningkatkan produksi padi tanpa menggunakan pupuk anorganik dan lebih menghemat air, namun masih banyak hal yang belum dapat dipahami dalam menerapkan SRI. Surridge (2004) mengemukakan bahwa penerapan SRI berhasil di suatu daerah tergantung kondisi lingkungan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa peneliti CSIRO Australia memberikan hipotesis, metode SRI akan memberikan hasil yang lebih baik pada lahan-lahan yang lebih reduktif. Sementara itu, menurut peneliti IRRI peningkatan produksi padi dengan penggunaan SRI mungkin berdasarkan genetika padi, iklim dan masukan unsur hara (Sheehy et al., 2005). Darmawan dan Sastiono (2007) mengemukakan bahwa produksi padi SRI yang ditanam di lapang menunjukkan hasil sebanyak 8-9 ton/ha gabah kering panen tidak berbeda dengan padi yang ditanam secara konvensional. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Nareswari (2008), dengan penanaman 3 benih per lubang tanam dapat menghasilkan 9 ton/ha gabah kering panen. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian mengenai karakteristik tanah termasuk mineralnya, konsumsi air dan bahan organik perlu dilakukan.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari:

1. Karakteristik kimia dan mineral tanah serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi menggunakan metode SRI dan sistem tanam konvensional.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Padi

Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim Graminae atau Glumiflorae). Sejumlah ciri suku (familia) ini juga menjadi ciri padi, misalnya: berakar serabut, daun berbentuk lanset (sempit memanjang), urat daun sejajar, memiliki pelepah daun, bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa floret, buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir atau kariopsis. Padi tersebar luas di seluruh dunia dan

(25)

berbagai macam jenis padi hasil seleksi dan pemuliaan yang dilakukan orang (Anonim, 2008a)

Salah satu jenis padi hasil seleksi dan pemuliaan ialah varietas Mekongga. Varietas ini merupakan varietas unggul yang lahir dari persilangan antara padi jenis galur A 2970 yang berasal dari Arkansas, Amerika Serikat dengan varietas IR 64 yang telah dirilis oleh Menteri Pertanian 14 Juni 2004. Varietas jenis ini memiliki kelebihan umur tanam yang cukup singkat, hanya 116-125 hari, bentuk tanaman tegak, dengan tinggi tanaman mencapai 91-106 cm. Anakan produktif 13-16 batang, bentuk gabah ramping panjang dengan tekstur pulen, kadar amilosa 23 %. Bobot 1000 butir 28 gram, potensi hasil 8.4 ton/ha. Resistensi cukup baik dari serangan hama, di mana agak tahan terhadap serangan wereng coklat biotipe 2 dan 3, agak tahan terhadap serangan hama dan penyakit daun bakteri yang dikenal dengan nama Strain IV (Anonim, 2008b).

Untuk pertumbuhannya, padi memerlukan hara, air dan energi. Hara adalah unsur pelengkap dari bahan organik asam nukleat, hormon dan enzim yang berfungsi sebagai katalis dalam merombak hasil fotosintesa atau respirasi menjadi senyawa yang lebih sederhana dan energi. Hara dan air diperoleh tanaman padi dari tanah, sedangkan fotosintat diperoleh dari daun melalui fotosintesa. Oleh karena itu, tanah/lahan dan cuaca/iklim merupakan faktor lingkungan tumbuh tanaman padi. Penguasaan tentang lingkungan tumbuh padi ini sangat penting untuk menentukan cara budidaya yang paling tepat dan menguntungkan. Terciptanya ragam budidaya tanaman padi dan teknologinya adalah upaya penyesuaian tanaman padi dengan lingkungan tumbuhnya (Ismunadji dan Roechan, 1988).

2.2. Metode SRI (System of Rice Intensification)

(26)

for Food, Agriculture and Development (CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana National Park di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for International Development. SRI telah diuji di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri Langka dan Bangladesh dengan hasil yang positif.

Hasil metode SRI sangat memuaskan (Tabel 1). Metode SRI dapat menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode lain yang pernah ditanam. Metode ini juga bisa diterapkan untuk berbagai varietas yang biasa dipakai petani. Hanya saja, diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk bereksperimen.

Tabel 1. Perbandingan Pertumbuhan Padi antara Metode Tradisional dengan Metode SRI.

Metode Tradisional Metode SRI

Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran

Rumpun/m2 56 42-65 16 10-25

Tanaman/rumpun 3 2-5 1 1

Batang/rumpun 8,6 8-9 55 44-74

Malai/rumpun 7,8 7-8 32 23-49

Bulir/malai 114 101-130 181 166-212

Bulir/rumpun 824 707-992 5,858 3,956-10,388

Hasil panen (t/ha) 2,0 1,0-3,0 7,6 6,5-8,8

Kekuataan akar (kg) 28 25-32 53 43-69

Keterangan: Data dalam metode tradisional dihitung dari 5 pecahan lahan di areal yang berdekatan. Data dalam metode SRI merupakan rata-rata dan kisaran dari 22 plot uji coba (Joelibarison, 1998 dalam Barkelaar, 2001).

Para petani yang menerapkan metode SRI belum menemukan resiko yang lebih besar daripada metode tradisional atau konvensional. Adapun kunci penerapan SRI seperti yang tercantum dalam Berkelaar (2001) adalah:

a. Bibit dipindah tanam (transplantasi) lebih awal

(27)

dalam petakan khusus dengan menjaga tanah tetap lembab dan tidak tergenang air. Saat transplantasi dari petak semaian, perlu kehati-hatian, serta dijaga tetap lembab. Bibit jangan dibiarkan mengering. Sekam (sisa benih yang telah berkecambah) dibiarkan tetap menempel dengan akar tunas, karena memberikan energi yang penting bagi bibit muda. Bibit harus ditranplantasikan secepat mungkin setelah dipindahkan dari persemaian sekitar ½ jam, bahkan lebih baik 15 menit.

Saat menanam bibit di lapangan, benamkan benih dalam posisi horisontal agar ujung-ujung akar tidak menghadap ke atas (ini terjadi bila bibit ditanam vertikal ke dalam tanah). Ujung akar membutuhkan keleluasaan untuk tumbuh ke bawah. Tranplantasi saat bibit masih muda secara hati-hati dapat mengurangi guncangan dan meningkatkan kemampuan tanaman dalam memproduksi batang dan akar selama tahap pertumbuhan vegetatif. Bulir padi dapat muncul pada malai (misalnya “kuping” bulir terbentuk di atas cabang, yang dihasilkan oleh batang yang subur). Lebih banyak batang yang muncul dalam satu rumpun, dan dengan metode SRI, lebih banyak bulir padi yang dihasilkan oleh malai.

b. Bibit ditanam satu-satu

Bibit ditranplantasi satu-satu daripada secara berumpun, yang terdiri dari dua atau tiga tanaman. Ini dimaksudkan agar tanaman memiliki ruang untuk menyebar dan memperdalam perakaran. Sehingga tanaman tidak bersaing terlalu ketat untuk memperoleh ruang tumbuh, cahaya, atau nutrisi dalam tanah.

c.Jarak tanam yang lebar

(28)

tumbuh. Dengan jarak tanam yang lebar ini, memberi kemungkinan lebih besar kepada akar untuk tumbuh leluasa, tanaman juga akan menyerap lebih banyak sinar matahari, udara dan nutrisi. Hasilnya akar dan batang akan tumbuh lebih baik, sehingga penyerapan nutrisi juga lebih baik. Pola segi empat juga memberi kemudahan untuk pendangiran.

d. Kondisi tanah tetap lembab tapi tidak tergenang air

Secara tradisional penanaman padi biasanya selalu digenangi air. Padi memang mampu bertahan dalam air yang tergenang, namun sebenarnya air yang menggenang membuat tanah sawah menjadi hypoxic (kekurangan oksigen) bagi akar dan tidak ideal untuk pertumbuhan. Akar padi akan mengalami penurunan kuantitas (jumlah) bila sawah digenangi air, hingga mencapai ¾ total akar saat tanaman mencapai masa berbunga. Saat itu akar mengalami die back (akar hidup tapi bagian atas mati). Dengan SRI, petani hanya memakai kurang dari ½ kebutuhan air pada sistem tradisional yang biasa menggenangi tanaman padi. Tanah cukup dijaga tetap lembab selama tahap vegetatif, untuk memungkinkan lebih banyak oksigen bagi pertumbuhan akar. Seminggu sekali tanah harus dikeringkan sampai retak. Ini dimaksudkan agar oksigen dari udara mampu masuk ke dalam tanah dan mendorong akar untuk “mencari” air. Sebaliknya, jika sawah terus digenangi, akar akan sulit tumbuh dan menyebar, serta kekurangan oksigen untuk dapat tumbuh dengan subur.

(29)

membuat sawah mampu untuk menyerap udara dan tetap hangat sepanjang hari. Sebaliknya sawah yang digenangi air justru akan memantulkan kembali radiasi matahari yang berguna, dan hanya menyerap sedikit panas yang diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Dengan SRI, kondisi tak tergenangi hanya dipertahankan selama pertumbuhan vegetatif. Selanjutnya, setelah pembungaan, sawah digenangi air 1-3 cm seperti yang diterapkan pada praktek tradisional.

e. Pendangiran

Pendangiran (membersihkan gulma dan rumput) dapat dilakukan dengan tangan atau alat sederhana. Pendangiran pertama dilakukan 10 atau 12 hari setelah tranplantasi, dan pendangiran kedua setelah 14 hari. Minimal disarankan 2-3 kali pendangiran, namun jika ditambah sekali atau dua kali lagi akan mampu meningkatkan hasil hingga satu atau dua ton per ha.

f. Bahan Organik

Di dalam tanah memang sudah tersedia makanan secara alamiah. Namun, tidak semua tanah menyediakan makanan yang cukup untuk tanaman. Oleh karena itu, tanah yang tidak menyediakan makanan perlu dibantu dengan menambah kadar makanan di dalam tanah. Makanan tambahan ini biasa disebut pupuk, sedangkan penambahan makanan tersebut disebut pemupukan. Pupuk yang ada di pasaran cukup kompleks, terdiri dari banyak jenis, ragam dan bentuk. Berdasakan bahan bakunya, jenis pupuk tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.

Pupuk organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari perubahan atau peruraian bagian sisa-sisa tanaman dan hewan, misalnya bungkil, guano, tepung tulang, dan sebagainya. Pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung banyak unsur baik makro maupun mikro. Hanya saja, ketersediaan unsur-unsur tersebut biasanya dalam jumlah yang sedikit. Pupuk organik kebanyakan tersedia di alam, tersaji secara alamiah. Contohnya, kompos, pupuk kandang, pupuk hijau, dan guano.

(30)

proses pelapukan karena adanya interaksi dengan mikroorganisme yang bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, rumput, jerami, kotoran hewan dan lain-lain. Adapun kelangsungan hidup mikroorganisme tersebut didukung oleh keadaan lingkungan yang basah dan lembab. Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: (Murbandono, 2006).

• Menyediakan unsur hara bagi tanaman

• Menggemburkan tanah dan memperbaiki struktur tanah

• Meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah

• Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air sehingga menyimpan air tanah lebih lama

• Memudahkan pertumbuhan akar tanaman

• Menghemat pemakaian pupuk kimia atau pupuk buatan (alternatif pengganti)

• Ramah lingkungan

Awalnya SRI dikembangkan dengan menggunakan pupuk kimia untuk meningkatkan hasil panen pada tanah-tanah tandus di Madagaskar. Tetapi saat subsidi pupuk dicabut pada akhir tahun 1980-an, petani disarankan untuk menggunakan bahan organik, dan ternyata hasilnya lebih bagus. Bahan organik dapat dibuat dari macam-macam sisa tanaman seperti jerami, serasah tanaman, dan bahan dari tanaman lainnya, dengan tambahan pupuk kandang bila ada. Daun pisang bisa menambah unsur kalium, daun-daun tanaman kacang-kacangan dapat menambah unsur N, dan tanaman lain seperti Tithonia dan Afromomum angustifolium, memberikan tamabahan unsur P (Berkelaar, 2001).

Bahan organik tanah sangat penting dalam tanah, yaitu terkait dengan peranan tanah dengag media tumbuh tanaman. Kadar bahan organik dalam tanah berbeda-beda pada setiap jenis tanah. Namun secara umum ketersediaan bahan organik dalam tanah tidak lebih dari 3/5 % dari bobot tanah. Bahan organik dalam tanah terdapat dalam 3 bentuk, yaitu bebas, berikatan dengan liat serta dengan Al dan Fe (Soepardi, 1983).

(31)

Dalam metode SRI, tanaman padi memiliki lebih banyak batang, perkembangan akar lebih besar, dan lebih banyak bulir pada malai. Tanaman padi dalam model SRI akan tampak kecil, kurus dan jarang di sawah selama sebulan atau lebih setelah transplantasi. Dalam bulan pertama, tanaman mulai menumbuhkan batang. Selama bulan ke-2 pertumbuhan batang mulai terlihat nyata. Untuk memahami hal ini, perlu dimengerti konsep phyllochrons (Ind. pilokron), sebuah konsep yang diaplikasikan pada keluarga rumput-rumputan, termasuk tanaman biji-bijian seperti padi, gandum, dan barley.

Pilokron adalah periode waktu antara munculnya satu phytomer (satu set batang, daun, dan akar yang muncul dari dasar tanaman) dan perkecambahan selanjutnya. Ukuran pilokron ditentukan terutama oleh temperatur, tapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti panjang hari, kelembaban, kualitas tanah, kontak dengan air dan cahaya serta ketersediaan nutrisi. Bila kondisinya sesuai, pilokron dalam padi lamanya lima sampai tujuh hari, meski dapat lebih singkat pada temperatur lebih tinggi. Di bawah kondisi yang sesuai, fase vegetatif tanaman padi dapat berlangsung selama 12 pilokron sebelum tanaman mulai menumbuhkan malai dan masuk ke fase pembungaan. Sebaliknya, dalam kondisi sedikit hara dan air, pilokron berlangsung lebih lama, dan hanya sedikit yang mampu mencapai fase pembungaan. Hanya beberapa batang yang tumbuh dalam fase awal pilokron, dan tidak ada sama sekali selama pilokron kedua dan ketiga. Setelah fase pilokron ketiga setiap batang akan menghasilkan batang baru dari pangkalnya (dengan tenggang waktu satu pilokron sebelum proses malai).

(32)

selanjutnya. Untuk pertumbuhan batang maksimum, tanaman perlu menyelesaikan sebanyak mungkin pilokron selama fase vegetatif.

SRI membutuhkan lebih banyak tenaga kerja per ha daripada metode tradisional. Bila petani tidak terbiasa mentransplantasi bibit kecil (umur 2 minggu) dalam jarak ruang dan kedalaman tertentu, proses ini bisa membutuhkan waktu dua kali lebih lama. Tapi jika para petani sudah merasa nyaman dan menguasai tekniknya, transplantasi membutuhkan waktu lebih singkat karena jumlah bibit yang ditanam jauh lebih sedikit. Dengan SRI, diperlukan lebih banyak waktu juga untuk mengatur pengairan sawah dibandingkan cara lama. Ini berarti sistem irigasi perlu diatur secara tepat agar memungkinkan air masuk dan keluar dari sawah secara teratur. Kebanyakan irigasi hanya dibuat untuk menyimpan banyak air, sehingga perlu dilakukan perbaikan pada petak dan pengairan lebih dulu sebelum memulai metode SRI.

2.3. Pelapukan Mineral

(33)

Goldrich (1939 dalam Buol et al., 1979) mengemukakan deret stabilitas mineral terhadap pelapukan sebagai berikut:

Olivin Ca-Plagioklas

Pada Gambar 1. stabilitas Goldrich cabang sebelah kiri mengilustrasikan bahwa stabilitas mineral akan meningkat dengan semakin banyaknya ikatan tetraeder silikat. Kuarsa merupakan mineral yang paling stabil dimana seluruhnya terdiri dari ikatan tetraeder silikat. Sedang pada cabang kanan distorsi mineral semakin berkurang dari Ca-Feldspar ke K-Feldspar. Hal ini terjadi karena kalsium yang bervalensi dua tidak secara tepat mengisi struktur rantai feldspar sedangkan kalium yang monovalen mempunyai ukuran yang lebih besar dapat mengisi dengan tepat (Hardjowigeno, 1993).

Kadar hara tanah awal diduga berasal dari pelapukan mineral yang terus menerus. Mulyanto (1990, dalam Lesniawati et al., 2000) mengemukakan bahwa secara umum volkan di Jawa Barat mengandung plagioklas, augit dan hiperstein yang banyak menyumbang kalium dan kalsium dari proses pelapukannya.

(34)

haloisit, hidroksida aluminium dan hidroksida besi dengan warna-warna coklat kemerahan atau kekuningan adalah tanah yang telah mengalami pelapukan berat atau lanjut. Bahan amorf seperti alofan mampu memfiksasi fosfor dalam keadaan tergenang maupun tidak tergenang. Mineralisasi N dari bahan organik ke dalam tanah dalam keadaan tergenang akan meningkatkan proses denitrifikasi dalam tanah (Ismunadji dan Roechan, 1988).

(35)

Kaolinit memiliki puncak endotermik DTA pada suhu 550 oC dan absorbsi IR yang tajam pada 3697 dan 3620 cm-1. Sayangnya mineral lain juga menunjukkan hal yang sama, sehingga akan terjadi tumpang tindih dengan kaolinit. Absorbansi yang mendekati 3300 cm-1 berhubungan dengan kemunculan kaolinit pada sebagian tanah berliat.

(36)

III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2008 sampai Oktober 2008. Penanaman dilakukan di rumah kasa dan analisis kimia dilaksanakan di Laboratorium Sumberdaya Fisik Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain 4 jenis bahan tanah, benih tanaman padi varietas Mekongga, air, dan bahan organik.

Sedangkan alat yang digunakan antara lain kantong plastik bening, polybag, toples plastik ukuran 16 liter, besek, selang dengan diameter dalam 0.5 inci, kain kassa, neraca, mistar, cangkul, sekop, karung, gembor/ember, saringan/ayakan tanah, cawan, oven, eksikator, Differential Thermal Analysis (DTA) dan mikroskop polarisasi.

3.3. Perlakuan

(37)

Tabel di bawah menjelaskan perlakuan yang digunakan pada penelitian. Tabel 2. Perlakuan Percobaan

No. Kode Perlakuan Uraian

1 Chd (Bgr),KB0 Cihideung (Bogor)-Konvensional-tanpa Bahan organik 2 Chd (Bgr),KB1 Cihideung (Bogor)-Konvensional-dengan Bahan organik 3 Chd (Bgr),SB0 Cihideung (Bogor)-SRI-tanpa Bahan organik

4 Chd (Bgr), SB1 Cihideung (Bogor)-SRI-dengan Bahan organik

5 Sbr (Bgr), KB0 Sindangbarang (Bogor)-Konvensional-tanpa Bahan organik 6 Sbr (Bgr), KB1 Sindangbarang (Bogor)-Konvensional-dengan Bahan organik 7 Sbr (Bgr), SB0 Sindangbarang (Bogor)-SRI-tanpa Bahan organik

8 Sbr (Bgr), SB1 Sindangbarang (Bogor)-SRI-dengan Bahan organik

9 Mgk (Krw), KB0 Margakaya (Karawang)-Konvensional-tanpa Bahan organik 10 Mgk (Krw), KB1 Margakaya (Karawang)-Konvensional-dengan Bahan organik 11 Mgk (Krw), SB0 Margakaya (Karawang)-SRI-tanpa Bahan organik

12 Mgk (Krw), SB1 Margakaya (Karawang)-SRI-dengan Bahan organik 13 Bbj (Cjr), KB0 Bobojong (Cianjur)-Konvensional-tanpa Bahan organik 14 Bbj (Cjr), KB1 Bobojong (Cianjur)-Konvensional-dengan Bahan organik 15 Bbj (Cjr), SB0 Bobojong (Cianjur)-SRI-tanpa Bahan organik

16 Bbj (Cjr), SB1 Bobojong (Cianjur)-SRI-dengan Bahan organik

3.4. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 16 perlakuan dan tiga kali ulangan sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Model

ABij = Pengaruh interaksi perlakuan ke-i dan perlakuan ke-j ACik = Pengaruh interaksi perlakuan ke-i dan perlakuan ke-k BCjk = Pengaruh interaksi perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k

ABCijk = Pengaruh interaksi perlakuan ke-i, perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k

(38)

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan maka dilakukan analisis sidik ragam pada variabel yang diamati dengan menggunakan Microsoft Excel.

Percobaan dilakukan di rumah kasa, melalui 6 (enam) tahap, seperti yang tercantum pada Gambar 3. Adapun uraian masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Tahap 1. Pengambilan Contoh Tanah

Contoh tanah dengan jenis yang berbeda diambil dari tanah pertanian di 4 lokasi, yaitu Cihideung (Bogor), Sindangbarang (Bogor), Margakaya (Karawang) dan Bobojong (Cianjur) dengan kedalaman 0-20 cm dari permukaan tanah.

Tahap 2. Analisis Pendahuluan

Contoh tanah yang diambil dikering udarakan, ditumbuk kemudian disaring dengan ayakan 2 mm dan 0.5 mm. Kemudian dilakukan analisis awal untuk sifat kimia tanah (KTK, pH, C-organik, N-total dan basa-basa), sifat fisik tanah (tekstur) serta jenis dan karakterisasi mineralnya dengan menggunakan Differential Thermal Analysis (untuk fraksi liat) dan mikroskop polarisasi (untuk fraksi pasir).

Tahap 3. Persiapan Tanah dan Bibit a.Persiapan Tanah

Contoh tanah yang telah diambil dilumpurkan langsung dan dimasukkan kedalam polybag masing-masing 24 kg bobot basah. Hal ini dimaksudkan agar tanah yang akan ditanami sesuai dengan keadaan tanah aslinya. Kemudian tanah diinkubasi selama kurang lebih 2 minggu dalam keadaan tergenang.

b. Persiapan Bibit

Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan Benih

a. Dibuat larutan garam dalam ember dengan indikator telur ayam mentah.

(39)

c. Kemudian gabah dimasukkan ke dalam larutan garam dan diaduk. Gabah yang bernas adalah gabah yang tenggelam pada dasar ember. Sedangkan yang terapung tidak terpakai.

d. Gabah hasil seleksi dibilas dengan air tawar hingga bersih dan garam tidak terasa lagi.

e. Sebelum disemai, benih padi direndam ke dalam air tawar selama 48 jam.

f. Setelah direndam, diangkat dan dimasukkan ke dalam karung atau tempat yang berpori. Penyimpanan dalam keadaan lembab selama 24 jam.

2. Persemaian

a. Pertama-tama disiapkan media tanam kompos, arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1:1:1 ke dalam besek setebal 3 – 4 cm.

b. Benih padi ditabur ke besek dan ditutup tipis dengan campuran media tanam.

c. Penyiraman dilakukan setiap hari agar lembab. d. Benih disemai hingga 10 hari.

Tahap 4. Penanaman dan Pemeliharaan

Setelah berumur 10 hari, bibit ditanam pada media tanam yang telah disiapkan (tanah yang telah dilumpurkan dan diinkubasi dalam polybag) di dalam rumah kassa. Setiap wadah ditanami 1 bibit (tanaman tunggal) dengan tinggi muka air yang dipertahankan. Untuk konvensional, tinggi muka air dipertahankan ± 5 cm dari permukaan tanah. Sedangkan untuk SRI, air diberikan macak-macak. Bibit ditanam secepat mungkin (< ½ jam) dan dangkal (1 – 1.5 cm) dengan posisi akar horizontal sehingga membentuk huruf L (Gambar 2).

(40)

Aplikasi bahan organik dilakukan 2 minggu sebelum tanam dengan cara mencampurkan bahan organik dengan dosis 7 ton/ha, yaitu sekitar 47.2 gram untuk masing-masing perlakuan dalam wadah percobaan dengan kedalaman 10 cm dari permukaan. Bahan organik yang digunakan berasal dari campuran kotoran sapi, sekam bakar, tepung tulang, kulit telur dan kulit kerang. Penggunaan dosis 7 ton/ha disesuaikan dengan penggunaan bahan organik untuk tanaman padi SRI di daerah Bobojong (Cianjur) dengan hasil produksi ± 7 hingga 8 ton/ha, jumlah anakan maksimum 100, jumlah malai ± 40-50, panjang malai ± 34 cm dan jumlah bulir isi >300. Untuk aplikasi pupuk cair, digunakan campuran urine sapi dan air dengan perbandingan 1:10 dan disemprotkan setiap 10 hari sekali. Penyiangan gulma dilakukan setiap 10 hari sekali. Tidak digunakan pestisida apapun untuk menanggulangi adanya hama dan penyakit pada tanaman.

Tahap 5. Pengamatan dan Pengukuran

Parameter yang diamati pada masa vegetatif adalah tinggi tanaman, jumlah anakan dan pilokron. Pengamatan dan pengukuran tanaman dilakukan setiap hari selama masa vegetatif. Sedangkan parameter yang diamati pada saat panen antara lain jumlah malai tiap tanaman (jumlah anakan produktif), panjang malai, jumlah butir bernas pada setiap malai, bobot gabah bernas, bobot seratus butir gabah bernas.

Tahap 6. Analisis Akhir a. Analisis Kimia

Setelah dilakukan pemanenan, dilakukan analisis terhadap sifat kimia tanah (C-organik, dan N-total).

b. Analisis Data

(41)

Gambar 3. Bagan Alir Metode Penelitian Tahap 2. Analisis Pendahuluan

- Sifat Kimia, Tekstur, Mineral Fraksi Pasir, dan Mineral Fraksi Liat

Tahap 1. Pengambilan Contoh Bahan Tanah

Tahap 5. Pengamatan dan Pengukuran - Fase Vegetatif

- Setelah Panen

Tahap 6. Analisis Akhir - Analisa Kimia Tanah - Analisa Data

Tahap 4. Penanaman dan Pemeliharaan - Pemberian Bahan Organik - Penanaman

- Penyiangan

Tahap 3. Persiapan Tanah dan Bibit - Pelumpuran

(42)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Lokasi

Bahan tanah diambil dari Cihideung (Bogor) dan Sindangbarang (Bogor) yang berasal dari bahan induk batuan volkanik kuarter muda dari erupsi Gunung Salak, tanah dari Bobojong (Cianjur) dengan bahan induk batuan sedimen dan batuan volkanik kuarter yang berasal dari erupsi Gunung Gede, serta dari Margakaya (Karawang) yang merupakan tanah Aluvial yang bahannya berasal dari Sungai Citarum dan Cimalaya (Yogaswara 1977). Topografi pada keempat daerah pengambilan sampel tersebut datar dengan curah hujan rata-rata 2500-4000 mm/tahun (Anonim, 2009b).

4.2. Karakteristik Bahan Tanah Awal

4.2.1. Karakteristik Sifat Kimia dan Fisik Bahan Tanah

Hasil analisis sifat kimia yang meliputi pH, C-organik, N-total, P, KTK dan KB serta analisis tekstur dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4. Penilaian status sifat kimia menggunakan kriteria penilaian sifat-sifat tanah yang dikeluarkan oleh PPT (1983) (Tabel Lampiran 1).

(43)

pernah disawahkan (komunikasi dengan penduduk setempat). Kondisinya berupa lahan kosong dekat dengan perumahan.

N-total pada semua tanah percobaan tergolong rendah (0.10-0.20 %). Kandungan P2O5 pada tanah Cihideung (Bogor), Margakaya (Karawang) dan Bobojong (Cianjur) tergolong sangat rendah (<10 ppm). Sedangkan pada tanah Sindangbarang tergolong rendah (10.58 ppm). Nilai P tanah diantaranya tergantung dari pH, jumlah dan jenis mineral liat di dalam tanah. Seperti telah dijelaskan di atas, keempat tanah tersebut memiliki pH agak masam hingga masam. Pada kondisi ini, umumnya P terikat sebagai Al-P atau Fe-P. Nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah tergolong rendah untuk tanah Cihideung (Bogor) (5-16 me/100g). Sedangkan untuk tanah-tanah yang lain (Sindangbarang (Bogor), Margakaya (Karawang) dan Bobojong (Cianjur)) tergolong sedang yaitu 17-24 me/100g. KTK tanah tergantung dari kandungan bahan organik, jumlah dan jenis mineral liat. Nilai KTK tanah juga dipengaruhi oleh muatan negatif baik yang berasal dari substitusi isomorfik maupun muatan variabel yang berasal dari dari pinggir patahan mineral liat 1:1 dan oksihidroksida juga berasal dari gugus fungsional bahan organik. Di lain pihak, untuk Kejenuhan Basa (KB), tanah-tanah percobaan tergolong tinggi hingga sangat tinggi. Menurut Leiwakabessy (2003), semakin rendah persen kejenuhan basa sebagai akibat pencucian dari basa-basa oleh air hujan atau air irigasi, makin rendah pula nilai pH tanah tersebut. Dengan kata lain, kejenuhan basa-basa dari tanah-tanah yang diusahakan secara normal di daerah kering lebih besar dari daerah dengan banyak hujan. Tetapi kenyataanya tidak selalu benar, tergantung dari sifat bahan induk tanah tersebut. Tanah-tanah yang kaya akan bahan organik atau mineral liat 1:1 dapat menyediakan kation basa-basa pada persen kejenuhan basa yang lebih kecil daripada tanah-tanah yang kaya akan mineral liat 2:1.

(44)

tanah dengan tekstur liat. Aerasi dan perombakan bahan organik berjalan lebih cepat daripada tanah dengan tekstur liat, sehingga lebih baik pula untuk sistem perakaran padi yang bersifat aeratif. Darmawan dan Sastiono (2007) menyatakan bahwa pada tanah Cihideung (Bogor), dengan penambahan bahan organik dan pengairan secara SRI membuat tanah menjadi kering pada bagian permukaan yaitu tanah mengeping seperti pecahan genting, karena itu pertumbuhan tanaman pun terganggu.

4.2.2. Karakteristik Mineral Tanah

Mineral fraksi pasir dari tanah percobaan dianalisis dengan menghitung 100 butir mineral yang melalui benang silang yang terdapat pada lapang pandang mikroskop polarisasi. Hasil analisis mineral fraksi pasir menunjukkan bahwa pada tanah Cihideung (Bogor) didominasi oleh mineral Kuarsa, Lapukan dan Hiperstein, pada tanah Sindangbarang (Bogor) didominasi oleh mineral Lapukan, Andesin dan Labradorit, pada tanah Margakaya (Karawang) oleh Kuarsa, dan pada tanah Bobojomg (Cianjur) didominasi oleh mineral Lapukan, Amphibol dan Hiperstein (Tabel Lampiran 5).

Mineral kuarsa merupakan mineral yang paling banyak pada tanah Cihideung (Bogor) dan Margakaya (Karawang). Kuarsa merupakan salah satu mineral yang resisten terhadap pelapukan, bahkan terhadap hancuran iklim yang ekstrim sekalipun. Kuarsa tidak memiliki kandungan unsur hara, sehingga tidak dapat memberikan sumbangan hara ke tanah. Banyaknya mineral Kuarsa pada tanah dari Karawang berhubungan dengan daerahnya yang merupakan daerah sedimentasi atau pengendapan pada jalur sungai.

Sedangkan mineral Lapukan yang dijumpai pada tanah Cihideung (Bogor), Sindangbarang (Bogor) dan Bobojong (Cianjur) terjadi karena hancuran iklim yang ekstrim, menyebabkan pelapukan berjalan cepat pada bahan induk yang banyak mengandung mineral mudah lapuk. Hardjowigeno (1993), menyatakan bahwa mudah tidaknya pelapukan bahan induk tergantung pula pada jenis mineral yang dikandungnya. Bahan induk yang banyak mengandung mineral mudah lapuk akan mudah hancur, dan pembentukan mineral baru (liat) lebih cepat terjadi.

(45)

Bobojong (Cianjur)), yang masih mungkin dapat melapuk lebih lanjut akibat hancuran iklim dan pemanasan yang lebih intensif. Banyaknya kandungan mineral yang mudah lapuk menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki tingkat pelapukan yang relatif muda. Banyaknya mineral mudah lapuk pada tanah Cihideung dan Sindangbarang (Bogor) serta Bobojong (Cianjur), karena bahan tanah tersebut berasal dari Volkan Salak. Semakin tinggi mineral mudah lapuk, maka semakin tinggi pula tingkat kesuburan alami tanah tersebut.

Sifat-sifat kimia tanah berkaitan erat dengan bahan induk, tingkat pelapukan, dan mineral liat yang dominan. Tingkat pelapukan yang lanjut dan pencucian yang intensif menyebabkan kation basa tercuci, sehingga Ca-dd, Mg-dd, dan K-dd tanah rendah (Wada, 1989). Pada kenyataannya, basa-basa pada keempat tanah percobaan ini tergolong tinggi hingga sangat tinggi. Daerah Bobojong (Cianjur), tanah disawahkan dengan sistem SRI dengan dua kali masa tanam dalam setahun. Pemupukan dilakukan dengan menambahkan bahan organik ke dalam tanah yang berasal dari pembalikan jerami dan kompos (yang dibuat dari campuran sayur-sayuran dan kotoran kelinci) dan tanpa penambahan pupuk NPK sama sekali. Sebagai pengganti urea, petani Bobojong (Cianjur) menggunakan buah bernuk (buah maja) yang difermentasi menjadi pupuk organik cair. Sebelum digunakan untuk bertanam padi dengan metode SRI, petani Bobojong (Cianjur) menggunakan metode konvensional dengan menambahkan pupuk dasar. Begitu pula petani Cihideung (Bogor), meskipun menanam padi dengan metode SRI, namun masih digunakan NPK sebagai pupuk dasar disamping bahan organik. Sedangkan pemupukan yang dilakukan para petani Margakaya (Kawarang) adalah dengan membalikkan sisa-sisa jerami yang telah dibakar dan dengan pemberian urea. Berdasarkan hal tersebut maka nilai basa-basa dapat menjadi lebih tinggi.

Analisis mineral fraksi liat dilakukan dengan menggunakan DTA. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada semua bahan tanah percobaan (Cihideung (Bogor), Sindangbarang (Bogor), Margakaya (Karawang) dan tanah Bobojong (Cianjur)) didominasi oleh mineral liat Kaolinit (Gambar Lampiran 1 dan 2).

(46)

tidak mudah dihancurkan. Hal tersebut juga menjadi penyebab sifat-sifat plastisitas dan daya mengerut dan mengembang yang rendah. Adanya kaolinit pada tanah dicirikan oleh suatu puncak kurva endotermik kuat pada kisaran 450-600oC dan suatu kurva eksotermik kuat pada 900-1000oC. Puncak endotermik tersebut disebabkan oleh dehidroksilasi, sedangkan puncak eksotermik diakibatkan oleh pembentukan alumina. Bahan induk yang melapuk akan berubah ukurannya, yaitu semakin halus ukurannya dengan meningkatnya tingkat pelapukan. Hal ini berarti, semakin lanjut tingkat pelapukan, maka semakin tinggi kadar liat dalam hal ini Kaolinit pada tanah tersebut.

4.3. Hubungan Jenis Perlakuan dengan C-organik dan N-total

Setelah pemanenan, maka dilakukan analisis akhir terhadap kandungan C-organik dan N-total pada tanah yang telah diberi perlakuan sedemikian rupa. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kandungan C-organik dan kandungan Nitrogen total dalam tanah kaitannya dengan pemberian bahan organik terhadap pertumbuhan serta produksi padi yang ditanam dengan metode SRI. Selain itu, unsur C dan N sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman khususnya pada fase vegetatif. Pengaruh perlakuan terhadap analisis tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

(47)

Gambar 5. Diagram Batang Pengaruh Perlakuan Terhadap kandungan N-total

Gambar 4. menunjukkan adanya perubahan kandungan C-organik setelah adanya perlakuan. Kandungan C-organik pada keseluruhan tanah percobaan cenderung menurun. Begitu pula dengan kandungan N-totalnya. Pada keseluruhan tanah percobaan kandungan N-total juga cenderung menurun setelah adanya perlakuan (Gambar 5). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian bahan organik sebesar 7 ton/ha kurang dapat memenuhi asupan C-organik dan N untuk tanaman, k, karena tanaman membutuhkan C dan N yang cukup banyak untuk mendukung pertumbuhannya secara optimal. C-organik dimanfaatkan oleh tanaman dalam membantu berlangsungnya fotosintesis, sedangkan N dimanfaatkan oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan batang dan daun.

Pengelolaan hara pada sistem tanah sawah yang baik terjadi jika antara pemasukan dan keluaran seimbang. Keseimbangan hara dapat terganggu dengan adanya faktor-faktor seperti pencucian, penguapan, denitrifikasi dan fiksasi. Air hujan juga mampu memberikan sumbangan nitrogen ke dalam tanah. Hal ini dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kandungan N dalam tanah. Menurut Soepardi (1983), air hujan dapat mengandung unsur hara seperti nitrogen. Sebagai gambaran, sumbangan nitrogen dari air hujan di Bogor adalah sekitar 13.15 kg/ha/tahun.

(48)

hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tanah Cihideung (Bogor) dan Margakaya (Karawang). Hal ini berkaitan dengan sifat kimia, fisik, serta mineral tanah tersebut. Tanah Bobojong (Cianjur) dapat dikatakan memiliki kondisi yang baik untuk pelaksanaan SRI, karena memiliki kandungan C-organik, N dan K yang tertinggi diantara keempat tanah percobaan yang digunakan. Tekstur tanah Bobojong (Cianjur) tergolong liat berdebu yang mendukung pertumbuhan tanaman khususnya untuk akar padi yang bersifat aeratif. Hal ini juga didukung oleh mineral mudah lapuk yang lebih banyak dari tanah-tanah yang lain antara lain Lapukan, Hipersten, dan Amphibol. Begitupula dengan tanah Sindangbarang (Bogor) yang memiliki tekstur lempung liat berdebu dan karakteristik kimia dan mineral yang sama baiknya dengan karakteristik kimia dan mineral tanah dari Bobojong (Cianjur). Pada kedua tanah ini penerapan SRI dapat langsung menunjukkan hasil yang baik.

4.4. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi

Sesuai dengan prinsip SRI, untuk bahan organik digunakan kompos guna memberikan asupan nutrisi atau hara dan untuk memperbaiki struktur tanah. Hasil analisis kimia untuk bahan organik yang digunakan yaitu pH 6.65, C-organik 9.22 %, N-total 0.67 %, P2O5 67.78 ppm, KTK dan kejenuhan basa masing-masing 41.89 me/100g dan 43.99 %. Penggunaan bahan organik tanpa pupuk dasar sama sekali mengikuti yang dilakukan petani dengan metode SRI di Desa Bobojong, Cianjur (Tabel Lampiran 3).

4.4.1. Pengaruh Jenis Perlakuan Terhadap Pertumbuhan

(49)

a. Tinggi Tanaman

Gambar 6. menunjukkan pengaruh pemberian bahan organik dan pemberian air SRI terhadap tinggi tanaman selama 10 MST (Minggu Setelah Tanam) pada empat bahan tanah penelitian. pada empat bahan tanah penelitian.

Gambar 6. Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman Padi Selama 10 MST Secara visual pemberian bahan organik dan pemberian air secara macak-macak (SRI) mampu meningkatkan tinggi tanaman. Perbedaan jenis tanah juga menunjukkan perbedaan tinggi tanaman setelah 10 MST (Gambar 6). Bahan tanah Sindangbarang (Bogor) dengan metode SRI dan pemberian bahan organik serta perlakuan Margakaya (Karawang), konvensional dengan bahan organik memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan kedua jenis tanah percobaan yang lain, yaitu 94.7 cm. Sedangkan tinggi tanaman terendah adalah pada tanah percobaan Bobojong (Cianjur) yaitu 85.5 cm. Ulangan memberikan hasil yang sangat berbeda terhadap tinggi tanaman.

b. Jumlah Anakan

(50)

Gambar 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Tanaman Padi Selama 10 MST

Gambar 7. menunjukkan bahwa jumlah anakan rata-rata terbanyak (19) terdapat pada perlakuan Sindangbarang (Bogor), SRI tanpa bahan organik dan Bobojong (Cianjur), SRI tanpa bahan organik (19.3). Sedangkan jumlah anakan rata-rata paling rendah adalah pelakuan Cihideung (Bogor), SRI tanpa bahan organik (9.3) dan Margakaya (Karawang), Konvensional dengan bahan organik (8.7).

c. Pilokron

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pilokron merupakan periode waktu antara munculnya satu phytomer (satu set batang, daun, dan akar yang muncul dari dasar tanaman) dan perkecambahan selanjutnya. Ukuran pilokron ditentukan terutama oleh temperatur, tapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti panjang hari, kelembaban, kualitas tanah, kontak dengan air dan cahaya serta ketersediaan nutrisi.

(51)

Gambar 8. Pengaruh Perlakuan tehadap Pilokron

Berdasarkan analisis sidik ragam, pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman padi (Tabel Lampiran 8) menunjukkan bahwa pemberian bahan organik dengan dosis hingga 7 ton/ha tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan dan waktu tumbuhnya anakan (pilokron). Terbukti bahwa dengan pemberian bahan organik tidak membuat waktu tumbuhnya anakan menjadi lebih cepat. Sedangkan perlakuan tanpa pemberian bahan organik rata-rata justru mempercepat adanya pilokron yang berarti dengan semakin cepat anakan tumbuh, maka semakin banyak pula anakan yang dihasilkan. Begitupula dengan perlakuan pemberian air, perlakuan pemberian air secara macak-macak (SRI) juga tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan dan pilokron. Akan tetapi jika kedua parameter perlakuan (pemberian bahan organik dan pengairan secara SRI) digunakan secara bersamaan dengan tanah yang memiliki sifat kimia dan mineral yang berbeda, maka menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman padi.

4.4.2 Pengaruh Jenis Perlakuan Terhadap Produksi

(52)

a. Jumlah Malai (Jumlah Anakan Produktif) dan Panjang Malai

Pada Gambar 9. dapat dilihat bahwa jumlah malai yang menunjukkan jumlah anakan produktif rata-rata terbanyak dihasilkan oleh perlakuan Sbr (Bgr), KB0 (Sindangbarang-Bogor, Konvensional tanpa bahan organik) dan yang terendah adalah pada perlakuan Mgk (Krw), KB1 (Margakaya-Karawang, Konvensional dengan bahan organik). Sedangkan untuk panjang malai rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan Mgk (Krw), SB1 (Margakaya-Karawang, SRI dengan bahan organik) dan panjang malai rata-rata terendah adalah pada perlakuan Chd (Bgr), SB1 (Cihideung-Bogor, SRI dengan bahan organik).

Gambar 9. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi Dari hasil analisis sidik ragam (Tabel Lampiran 9) didapat bahwa pemberian bahan organik tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan jumlah anakan produktif dan panjang malai. Namun pemberian air dengan metode SRI memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah anakan produktif pada tanaman padi.

(53)

menggunakan bahan organik menghasilkan jumlah bulir paling banyak dan bobot gabah bernas rata-rata tertinggi. Sedangkan jumlah bulir dan bobot gabah bernas yang paling sedikit terdapat pada perlakuan Mgk (Krw), KB1 yaitu pada tanah Margakaya-Karawang dengan metode konvensional dan menggunakan bahan organik.

Semua perlakuan memberikan hasil yang hampir sama terhadap bobot 100 gabah bernas. Bobot 100 gabah bernas rata-rata untuk keseluruhan perlakuan adalah 2.4 gram. Sehingga bila dikonversi dalam 1000 bulir bernas memberikan hasil 24 gram. Bila dibandingkan dengan bobot 1000 bulir bernas yang dapat dihasilkan dengan menggunakan metode SRI rata-rata 27 gram (Nareswari, 2008), maka hasil percobaan ini masih kurang sesuai dengan yang diharapkan.

Gambar 10. menunjukkan pengaruh pemberian bahan organik dan pemberian air SRI terhadap bobot gabah bernas.

Gambar 10. Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Gabah Bernas

(54)
(55)

V. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis pendahuluanbaik baik sifat kimia (C-organik, N-total dan K) maupun tekstur maupun tekstur tanah Bobojong (Cianjur) dan Sindangbarang (Bogor) dan Sindangbarang (Bogor) menunjukkan kualitas yang lebih baik dibandingkan duakedua tanah percobaan lainnya. Tanah Sindangbarang (Bogor) dan Bobojong (Cianjur) mengandung cukup banyak mineral mudah lapuk yang menunjukkan tingkat pelapukan yang relatif muda sehingga masih banyak cadangan hara yang terkandung dalam tanah tersebut. Semakin tinggi mineral mudah lapuk pada tanah Sindangbarang (Bogor) dan Bobojong (Cianjur), maka semakin tinggi pula tingkat kesuburan alami tanah pada daerah tersebut.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008a. http://id.wikipedia.org/wiki/padi dikases tanggal 17 September 2008.

_______. 2008b. www.pustaka-deptan.go.id/bppi/ diakses tanggal 24 Oktober 2008.

_______. 2009a. www.ciifad.cornell.edu/sri/origins.html diakses tanggal 14 Januari 2009.

_______. 2009b. www.bmg.go.id/data.bmg diakses tanggal 14 Januari 2009. Berkelaar, D. 2001. SRI, The Sistem Of Rice Intensification: Less Can Be More.

ECHO Development Notes 70(1)(pdf).

__________. 2008. Sistem Intensifikasi Padi (Sistem of Rice Intensification). Terjemahan: Indro Surono. http://elsppat.or.id/download/file/sri-echo%20 note.htm.

Darmawan dan A. Sastiono. 2007. Uji Keunggulan Sistem Tanam Padi “SRI’ (System of Rice Intensification) dalam Rangka Peningkatan Produksi Padi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Dixon, J. B. dan S. B. Weed. 1989. Mineral in Soil Environtment. Second Edition. Wincosin. SSSA.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta. Mediyatama Sarana Perkasa.

_____________. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta. Akademika Pressindo.

Hardjowigeno, S. dan M.L. Rayes. 2005. Tanah Sawah Karakteristik, Kondisi dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Malang. Bayumedia Publishing.

http://.bappenas.go.id diakses tanggal 23 September 2008.

Huang, P. M. dan M. Schnitzer. 1997. Interaksi Mineral Tanah dengan Organik Alami dan Mikroba. Yogyakarta. UGM Press.

Ismunadji, M. dan S. Roechan. 1988. Lingkungan Tumbuh Padi. Dalam Padi Buku 1. Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. PPT Pangan.

Gambar

Gambar 1. Stabilitas mineral terhadap pelapukan (Goldrich, 1939 dalam Buol et al., 1979)
Tabel 2. Perlakuan Percobaan
Gambar 2. Posisi Akar Pada Saat Penanaman
Gambar 3. Bagan Alir Metode Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot segar tanaman, bobot segar akar, C-organik, N-total, dan P-tersedia tanah.. Interaksi kedua perlakuan hanya

Perlakuan pemberian berbagai pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai per rumpun, jumlah biji bernas per

Dari data pengukuran C-organik tanah dan dari hasil sidik ragam C-organik tanah diperoleh bahwa perlakuan kompos jerami berpengaruh nyata terhadap peningkatkan C- organik

Residu pupuk KCl berpengaruh sangat nyata terhadap sifat-sifat kimia tanah sawah yaitu pH tanah, P-tersedia tanah, K-dd tanah, C-organik tanah, N-total tanah, KTK tanah,

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi-terbagi (RPTT), dengan 3 faktor perlakuan, yaitu: Aplikasi penimbunan bahan tanah mineral sebagai

Judul : Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah Entisol.. dan Produksi Bawang Merah Di Desa Celawan

Residu pupuk KCl berpengaruh sangat nyata terhadap sifat-sifat kimia tanah sawah yaitu pH tanah, P-tersedia tanah, K-dd tanah, C-organik tanah, N-total tanah, KTK tanah,

lnteraksi antara penggenangan dan pemberian bahan organik hanya berpengaruh terhadap nilai DHL tanah dan P-tersedia tanah Oabel 5), sedangkan terhadap sifat kimia