HUBUNGAN PENGALAMAN SPIRITUAL DENGAN
PSYCHOLOGICAL WELL BEING
PENGHUNI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Sains Psikologi
Diajukan Oleh: Liwarti
NIM 20101044021006
PROGRAM PASCA SARJANA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Agustus 2012 Penelit
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Hubungan Pengalaman Spiritual dengan Psychological Well being Penghuni Lapas“
Penyusunan Tesis ini diajukan untuk memenuhi syarat akademis dalam rangka menyelesaikan Studi S2 Program Studi Sains Psikologi di Program Pasca Sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam penyusunan Tesis ini, penulis banyak sekali menemui hambatan dan kesulitan, namun berkat motivasi dan bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan tersebut dapat teratasi dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Latipun, Selaku Direktur Pasca sarjana Universitas Muhammadiyah Malang, dan selaku Dosen Pembimbing I yang dengan ikhlas telah banyak mengorbankan waktu dan tenaga untuk memberikan pengarahan, petunjuk, serta saran demi terselesainya penyusunan tesis ini
2. Dr. Diah Karmiyati, M. Si, Psi, Selaku kepala program Pasca Sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Zakarija Achmad M.Si. M.Psi, selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar memberikan pengarahan dan petunjuk kepada penulis yang terkadang perlu beberapa kali penjelasan hingga penulis mampu memahaminya
4. Lembaga pemasyarakatan Lowokwaru dan Lembaga pemasyarakatan wanita Sukun yang telah memfasilitasi tempat dalam penelitian ini.
5. Bapak mertua tercinta, yang selalu memberikan petuah-petuah dan dukungan moril sehingga penulis bisa menyelesaikan kuliah S2 Ini.
6. Buat Suamiku tercinta Permadi yang dengan ikhlas, setia, mengorbankan waktu dan tenaga untuk memberikan dukungannya dalam menyusun tesis ini. 7. Buat Anakku Ghifari Fachrun Jati Permadi semoga dengan gelar S2 ini
memacu semangatmu dalam meraih prestasi.
memberi bantuannya sehingga penulis bisa menyelesaikan kuliah S2 Ini, terima kasih semuanya.
9. Teman-teman seperjuangan mahasiswa pasca sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, trimakasih atas kebersamaannya selama ini.
10. Para Subjek yang terlibat dalam penelitan ini, trimakasih telah membantu dalam penelitian ini semoga bermanfaat buat kehidupan yang akan datang. 11. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini yang tidak dapat saya
uraikan satu persatu.
Malang, Juli 2012 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
LATAR BELAKANG ... 1
PSYCHOLOGICAL WELL BEING ... 4
PENGALAMAN SPIRITUAL ... 7
METODE PENELITIAN Subyek ... 9
prosedur ... 11
Variabeldan Instrumen ... 11
Analisa Data ... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data ... 12
- HasilUjikorelasiPengalaman Spiritual dengan Psycologicalwell beingberdasarkanJeniskelamin ... 13
- HasilUjibedaPengalaman Spiritual dengan sychological well being ... 13
- Pembahasan ... 14
KESIMPULAN DAN SARAN - Kesimpulan... 18
- Saran ... 18
- DAFTAR PUSTAKA ... 23
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : KarakteristikSubyekPenelitian ... 10 Tabel 2 : Pengalaman Spiritual danWell being ... 13 Tabel 3 : KorelasiPengalaman Spiritual denganAspek
Psychological well being ... 14
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Data Try Out
Lampiran 2 : Hasil Try Out
Lampiran 3 : SkalaPsychological well being Lampiran 4 : SkalaDaily Spiritual Experience Lampiran 5 : HasilSkor Well being
Lampiran 6 : HasilSkorPengalaman Spiritual Lampiran 7 : HasilKorelasi
DAFTAR PUSTAKA
An, J. S., & Cooney, T. M. (2006). Psychological well-being in mid to late life: The role of generativity development and parent–child relationships across the lifespan. International Journal of Behavioral Development, 30 (5), 410–421 Bradburn, M.1968. The structure of psychological well-being. Chicago: Aldine
Publishing Company. Diakses melalui http://www.norc.org
Brown, K. W., & Ryan, R. M. (2003). The benefits of being present:mindfulness and its role in psychological well-Being. Journal of Personality and Social Psychology , 84 (4), 822–848.
Booklawa, J., Boyar, J., & Collage, L. (2008). Gender excessive body weight, and psychological well-being in adulthood. Psychology of Women Quarterly, 32 (2008), 188–195.
Burke, M. T., Chauvin, J. C., & Miranti, J. G. (2005). Religious and spiritual Issues in counseling: Applications across diverse populations. Newyork: Routledge
Cambell, J. D., Yoon, D. P., & Johnstone, B. (2010). Determining relationships between physical health and spiritual experience, religious practices, and congregational support in a heterogeneous medical sample. Journal of Religion and Health,49(1),4-11. Diakses memalui http://www.springerlink.metapres.com
Carr, S. D. (1997). The fulfillment of career dreams at midlife: does it matter for women’s mental healt ? Health and Social Behavior, 38, 331-334
Cooke, D. J., Baldwin, P. J., & Howison, J. (2008). Menyingkap dunia gelap Penjara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Compton, W. C. (2005). An Introduction positive psychlogi. Newyork: Thomson wadsworth. Diakses melalui http://www.cengagesites.com
Costanzo, E. S., Ryff, C. D., & Singer, H. B. (2009). Psychosocial adjustment among cancer survivors: Findings from a national survey of health and well-being. Health Psychology, 28, (2), 147–156.
Crawley, E., & Sparks, R. (2006). Is there life after imprisonment? How elderly men talk about. Criminology & Criminal Justice, 6 (1) 63-C82.
Daalen, G. V., Sanders, K., & Willemsen, T. M. (2005). Sources of Social Support as predictors of health, psychological well-being and life satisfaction among dutch male and female dual-earners. Journal of Women & Health, Vol. 41(2), 43-62 Elison, C. G., & Fan, D. (2008). Daily spiritual experiences and psychological well-Spirituality and attempted suicide among American Indians. Social Science & Medicine 56, 1571–1579
Gutie´rrez, J. L., Jime´nez, B. M., Herna´ndez, E. G., & Puente, C. P. (2005). Personality and subjective well-beingbig five correlates and demographic variables. Personality and Individual Differences, 38.1561–1569
Hasnain,N., Ashari, S.A., & Samantray, S., (2011). Spirituality and happiness as corelation of well-being in religius women. Europen Journal of Social Sciences, 20 (3), 431-442
Helson, R., & Srivastava, S. (2001). Three pats of adulth development; Conservers, seekers, and achiefers. Journal Personality and Social Psychology, 80, 995-1010
Jacobson, C. M., Rosenfeld, B., Kosinski, A., Pessin, H., Cimino, J. E., & Breitbart, w., (2004). Belief in an afterlife, spiritual well-being and end-of-life. General Hospital Psychiatry , 26, 484-486.
Kalkstein, S., & Tower, R. B. (2009). The Daily Spiritual Experiences Scale and Well-Being: Demographic Comparisons and Scale Validation with Older Jewish Adults and a Diverse Internet Sample . The journals of religion and Health , 48 (4),402-417. Diakses melalui http://www.springerlink.com
Kennedy, J. E., Abbott, R. A., & Rosenberg, B. S. (2002). Spirituality and well-being for cardiac patiens . Spirituality, 8 (4),64-73.
Keyes, C., Ryff, C.D, & Shmotkin, D. (2002). Optimizing wellbeing: The empirical encounter of two traditions. Journal of Personality and Social Psychology, 82, 1007-1022
Kirby, S. E., Coleman, P. G., & Dayley, G. (2004). Spirituality and well-being in frail and nonfrail older adults. The Journals of Gerontology Series B: Psychological Sciences and Social Sciences, 59 (3): 123-129. Diakses melalui http://www.ncbi.nlm.nih.gov
Koenig, H.G., & George, L.K. (1998). The us of religion and other emotion regualating coping strategies among older adulths. The gerontologist, 28,303-310
Kubzansky, M. J. (2006). Gender differences in religious practices, spiritual experiences and health: results from the US General Social Survey. Sciences and Social Sciences, 62(11):2848-60. http://www.ncbi.nlm.nih.gov
Listwan, J. S., Hanley, D., & Flannery, D. (2010). Victimization, social support and psychological-wellbeing; A Study of recently released prisoners. Criminal justice and behavior, 37 (10), 1140-1159.
Mauer, M., Potler, C., & Wolf, R. (1999). Women drugs and santencing police. Gender and Justice
Mc Clain, C. S., Rosenfeld, B., & Breitbart, W. (2003). Effect of spiritual well-being on end-of-life despair in terminally-ill. The Lancet , 61, 1603–1607.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development. Jakarta: Salemba Humanika. penterjemah Brian Marwensdy
Pinquart, M., & Sorensen, S. (2000). Influencess of socioeconomic status social network and competence on subyektiv well-Being in later Llfe; Meta-Analysis. Psychologi and Aging, 15 (2), 187-224
Pujileksono, S. (2012). Total Negotiated Order Di Lembaga Pemasyarakatan: Studi fenomenologi tentang pengalaman petugas dan narapidana dalam negotiated order di lembaga pemasyarakatan klas I Lowokwaru Malang. Disertasi. Universitas Airlangga
Reid-Arndt, S. A., Smit, L. M., Yoon, D. P., & Johnstoon, B. (2011). Gender differences in spiritual experiences, religious practices, and congregational support for Individuals with Significant Health Conditions. Journal of Religion, Disability & Health, 15 (2), 175-196.
Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2001). A Review of research on hedonic and eudaimonic well-being. Happiness and Human Potentials, 52,141-166
Ryff, C. D. (1989). Hapiness is everything, or is it? Explorations on the meaning of psychological wellbeing. Journal of Personality and Social Psychology, 57,1069-1081
Ryff, C. D. (1991). Possible selves in adulthood and old age: A tale of shifting horizons. Psychology and Aging, 6 (2), 286-295.
Ryff, C. D., & Essex, M. G. (1992). The interpretation of life experience and well-Marshall The Self and Societe In aging Proces ,(247-248). New York: Springer Ryff, C. D., Keyes, C. M., & Shmotkin, D. (2002). Optimizing Well-Being: The
Empirical Encounter of Two Traditions. Journal of Personality and Social Psychology, 82 (6), 1007–1022.
Ryff, C. D., & Singer, B. H. (2006). Know Thyself and become what you are: A eudaimonic approace to psychological well-being. Journal of Happiness Studies 9, 13-39.
Steel, P., Schmidt, J., & Shultz, J. (2008). Refining the relationship between personality and subjective well-Being. Psychological Bulletin, 134, (1), 138– 161
Stephenson, Pamela, L., Claire, D., Martsolf, & Donna, S. (2003). The Experience of Spirituality in the Lives of Hospice Patients. Journal of Hospice & Palliative Nursing, 5 (1) 51-58. http://ovidsp.tx.ovid.com
Synder, C., & Lopez, S. J. (2002). Handbook of positive psychology. Newyork: Oxoford University Pers.
Synder, C., & Lopez, S. J. (2007). positive psychologi; The science and explorations of human strengths. Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage Publications Underwood, L. G., & Teresi, J. A. (2002). ). The Daily Spiritual Experience Scale;
Development, theoretical description, reliability,. Exploratory factor analysis, and preliminary construct validity Using Health-related Data. . Annals of Behavioral Medicine, 24 (1)22-23.
Underwood, L. G. (2006). Qualitative research, interpretive guidelines, and Population Distribution for the Daily Spiritual. Archive for the Psychology of
Religion/Archiv für Religions psychology, 28(1), 181-218.
http://www.dsescale.org/OrdSpirExp.
Underwood, L. G., (2011). The daily spiritual Experience scale : Overvew and results. Religion, 2, 29-50. Diakses melaalui www. mdpi.com/journal/religion
Watson, R., Stimpson, A., & Hostick, T. (2003). Prison health care: a review of the literature. Journal of Nursing, 41, 119-128.
Whitehead, B. R., & Bergeman, C. S. (20012). Coping with daily stress: differential role of spiritual experience on daily positive and negative affect. The Journals of Gerontologist, 67 (4): 456-459. Diakses melalui http://www.springerlink.com
Wink, P., & Dillon, M. (2008). Religiousness, spirituality, and pychosocial functioning in late adulthood: Findings from a longitudinal study. Psychology of Religion and Spirituality, 1, 102–115
Wood, W., Rhodes, N., & Whelan, M. (1989). Sex differences in positive well-being; AConsideration of emotional style and marital status. Psychological Bulletin, 106, (2), 249-264.
Latar Belakang
Berbagai masalah muncul di lembaga pemasyarakatan mulai dari masalah fisik seperti, penyakit yang menular, masalah yang terkait dengan kesehatan mental dan penyalah gunaan zat (Watson, Stimpson, & Hostick, 2003) perkelahian antar narapidana, perbedaan budaya, sampai pada kekerasan seksual. Dalam beberapa penelilitian menyatakan bahwa kekerasan dan pelecehan seksual berkembang dalam penjara, termasuk pada narapidana perempuan (Hensley, Tewksbury, Castle 2003). Demikian pula yang dialami oleh sebagian narapidana laki-laki, ditemukan banyak terjadinya penyimpangan, kekerasan, dan pemerkosaan.
Narapidana juga mengalami beberapa masalah yaitu, ketakutan dalam menghadapi rezim penjara, kehilangan peran pelindung, ketakutan akan hilangnya identitas terhormat, serta takut meninggal di dalam penjara yang sering dialami oleh beberapa narapidana lanjut usia (Crawley & Sparks 2006). Pada observasi awal yang peneliti lakukan diketahui narapidana yang merasa tidak aman ketika berada di lingkungan narapidana yang berbeda budaya. Orang yang pertama menjalani hukuman pidana dipaksa untuk mampu menyesuaikan diri dengan rutinitas penjara yang kaku, hilangnya privasi dan mengalami suatu kondisi kritis serta tidak menyenangkan.
Cooke, Baldwin, & Howison, (2008) menegaskan bahwa narapidana mengalami kehilangan beberapa hal yaitu (a) kehilangan kendali memilih hidup yang dijalani bahkan melakukan fungsi dasar seperti mencuci dan tidur yang berampak pada, putus asa, frustasi, bingung, dan agitasi, (b) kehilangan keluarga dekat seperti anak dan suami, (c) kurangnya stimulasi kegiatan sehari-hari karena kegiatan di lembaga pemasyarakatan cenderung monoton, (d) kehilangan panutan terutama pada narapidana yang usia muda. Menurut Pujileksono (2012) Lembaga pemasyarakatan bisa merusak pribadi dan nilai moral dan menimbulkan kehilangan lain yaitu kehilangan harta pribadi, kehilangan jati diri, kehilangan otonomi serta individualitasnya karena setiap tindakan dan rutinitasnya selalu dikontrol.
kekerasan, pemerasan, dan suap (Pujileksono,2012). Beberapa perubahan hidup yang dialami oleh narapidana dapat membawa mereka dalam suatu perasaan ketidaknyamanan fisik dan psikis. Ketidaknyamanan selama menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan akan berdampak pada psychological well-being narapidana.
Psychological well-being dapat menjadikan gambaran mengenai level yang
tertinggi dari fungsi idividu sebagai manusia dan apa yang diidam-idamkannya sebagai makhluk yang memiliki tujuan dan akan berjuang untuk tujuan hidupnya (Synder & Lopez, 2002). Individu yang memiliki psychologicall well-being yang positif adalah individu yang memiliki respon positif terhadap dimensi-dimensi psychological well-being yang berkesinambungan. Pada intinya psychological well-being merujuk pada perasaan seseorang mengenai aktifitas hidup sehari-hari. Perasaan
ini dapat berkisar dari kondisi mental negatif misalnya, ketidak puasan hidup, kecemasan, merasa tertekan, rasa percayadiri yang rendah, dan sering berperilaku agresif, sampai pada kondisi mental yang positif seperti, realisasi potensi dan aktualisasi diri (Bradburn, 1989) selain itu psychological wellbeing dapat ditingkatkan melalui spiritualitas (Jacobson, Rosenfeld, Kosinski, Pessin, James E, Cimino, Breitbart 2004) disimpulkan bahwa spiritualitas memiliki dampak yang sangat kuat pada keyakinan diri. Banyaknya masalah yang dihadapi di Lapas dan kurangnya dukungan dari keluarga menimbulkan stres dikalangan penghuni lapas, dan menyebabkan psychological well-being penghuni lapas rendah. Pada umumnya kegiatan yang diberikan di lapas hanya sekedar pengalihan agar penghuni lapas tidak stres serta memberikan ketrampilan fisik. padahal ada begitu banyak kegiatan sehari-hari yang bisa dijadikan sarana bantuan psikologis dan salah satunya dengan mengeksplorasi pengalaman spiritual.
Berbagai penelitian tentang psychological well-being telah banyak dilakukan dan diketahui terdapat perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being pada individu. Faktor-faktor tersebut adalah Usia, tingkat pendidikan, jenis
Wood at al, perempuan lebih trampil dalam sikap dan lebih emosional. Sementara laki-laki di gambarkan sebagai sosok yang kuat, mandiri dan agresif.
Wolf, Naumann, Hellhammer, Geibin, Strasburger, Dresendorfer, Pirke, dan Kirschbaum (1997) mengemukakan perbandingan laki-laki dan perempuan usia lanjut dalam hal kinerja kognitif dan well being. Perempuan menurut mereka lebih memiliki peningkatan kinerja kognitif. Lain halnya dengan Booklawa, Boyar, Collage (2008) menyatakan pada kelompok yang mengalami obesitas, tingkat psychological well-being laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan.
Pada umumnya, individu yang memiliki psychological well-being yang tinggi merupakan individu yang mendapat dukungan sosial yang baik, memiliki locus of control internal (kendali individu), memiliki tingkat sosial ekonomi tinggi, tingkat
pendidikan yang tinggi dan berada di lingkungan yang baik, sedangkan narapidana berada di lingkungan yang terbatas, komunikasi yang terbatas, serta tidak memliki penghasilan (Ryff, 1995). Mengetahui keadaan psychological well-being narapidana merupakan hal yang sangat penting. Narapidana yang memiliki psychological well-being yang tinggi berarti memiliki kemampuan untuk berfungsi secara penuh sebagai
individu.
Berbagai penelitiaan spiritualitas dan kebahagiaan memiliki pengaruh yang signifikan pada kesejahteraan seseorang (Husnain, Ansari, & Samantray, 2003). Spiritualitas berhubungan dengan fungsi psikologis, keyakinan tentang akhirat, meningkatkan kesadaran akan keterhubungan dengan Tuhan dan menurunkan tingkat stress pada penderita kanker (Jacobson, Rosenfeld, Kosinski, Pessin, Cimino, & Breitbart, 2004). Individu yang dengan tingkat spiritualitas tinggi memiliki sikap yang lebih baik, merasa puas dalam hidup, lebih sedikit mengalami pengalaman traumatik dan lebih sedikit mengalami kesepian (Papalia, at all., 2009).
menyadari akan keterhubungan dengan Tuhan serta memiliki keyakinan bahwa pengampunan dan pertolongan dari Tuhan. Pengalaman spiritualitas merupakan aspek yang penting dalam mengukur spiritualitas.
Pengalaman spiritualitas sehari-hari meliputi rasa kagum, rasa syukur, kasih sayang, menyadari kasih sayang, keinginan untuk lebih dekat dengan Tuhan (Underwood, 2006), Sebuah penelitian menyatakan bahwa orang yang lebih memaknai hidup dengan baik, memiliki pengalaman spiritualitas yang lebih tinggi dan mengalami kesejahteraan lebih tinggi maka kecenderungan psikopatologi rendah dan spiritualitas sangat efektif untuk menekan angka bunuh diri (Garroute, Goldberg, Bealsc, Herrelld, & Mansonc, 2003). Selain itu pengalaman spiritual dalam hal kasih sayang, keyakinan pada kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), dan pandangan yang positif, kesehatan menjadi lebih baik, meciptakan perasaan damai dan sejahtera (Campbell, Yoon, Johnstone, 2010), dalam beberapa kasus dijumpai bahwa penghuni lapas menunjukkan adanya peningkatan dalam kegiatan keagamaan. Haltersebut dimungkinkan ada peningkatan spiritualitasya.