• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita TV tentang isu bakteri E. Sakazakii dalam susu formula dan citra IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita TV tentang isu bakteri E. Sakazakii dalam susu formula dan citra IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PROGRAM BERITA TV

TENTANG ISU BAKTERI E. SAKAZAKII DALAM SUSU FORMULA

DAN CITRA IPB

(Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

         

Oleh:

Yuvita Amalia Pohan I34070108

           

   

           

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PROGRAM BERITA

TELEVISI TENTANG ISU BAKTERI E. SAKAZAKII DALAM SUSU

FORMULA DAN CITRA IPB (KASUS : DESA CIMANGGU I,

KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR” BELUM

PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

 

Bogor, Juli 2011

Yuvita Amalia Pohan I34070108

     

   

(3)

ABSTRACT

YUVITA AMALIA POHAN. The Housewife Perception of Television News Program about E. sakazakii issue in formula milk and IPB Image (Case Cimanggu I Village, Cibungbulang, Bogor) Supervised by: AMIRUDDIN SALEH

This research focused on Housewife Perception of Television News Program about E. sakazakii Issue in Formula Milk and IPB’s Image (Case Cimanggu I Village, Cibungbulang District, Bogor Regency). This research has been conducted by using quantitative and qualitative method at Cimanggu I Village, Cibungbulang District, Bogor Regency on April-May 2011. The Respondents in this research were a housewife who lives in Cimanggu I village and already watched television news program about E. sakazakii issue on formula milk. The total respondents are 46 persons. Respondent was chosen by using judgement sampling. The goal of this research are 1) Knowing housewife perception of television news program about E. sakazakii issue in formula milk. 2) Knowing housewife perception of IPB’s image as a result of E. sakazakii issue in formula milk on television news. 3) Analysing the individual factors, social and environmental influences, television exposure that correlated with a housewife perception of television news program about E. sakazakii issue. 4) Analysing the correlation between a housewife perception of television news program about E. sakazakii issue and a housewife perception of IPB’s image as a result of E. sakazakii issue in formula milk on television news. Based on research result, from individual factors, social and environment influences also television exposure have no tangible connection with a housewife perception of television news program about E. sakazakii issue in formula milk and IPB’s image. There’s also no tangible correlation between a housewife perception of television news program about E. sakazakii issue and a housewife perception of IPB’s image as a result of E. sakazakii issue in formula milk on television news.

Key words: perception, exposure, television, E. sakazakii

(4)

RINGKASAN

YUVITA AMALIA POHAN. Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dan Citra IPB(Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Di bawah bimbingan AMIRUDDIN SALEH.

Televisi saat ini merupakan salah satu media massa yang paling efektif dalam menyampaikan informasi di era globalisasi. Televisi memiliki kelebihan di dalam menyampaikan informasi, televisi mampu menyajikan informasi dalam bentuk suara dan gambar yang bergerak, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat, sehingga menjadikan televisi memiliki kekuatan menguasai ruang, waktu dan jarak yang menjangkau sasaran massa cukup besar. Melihat fakta tersebut, televisi tentu sangat berpotensi digunakan sebagai media pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk membangun Indonesia sebagai bangsa yang cerdas dan maju.

Keefektifan suatu siaran televisi ditentukan berdasarkan diterima atau tidaknya program tersebut oleh khalayak. Pendapat atau opini dari khalayak sangat penting untuk mengevaluasi suatu siaran televisi agar siaran selanjutnya lebih baik. Salah satu program televisi yang menjadi unggulan dari lembaga pertelevisian Indonesia adalah program informasi berupa berita. Berita mengenai susu formula yang tercemar dengan bakteri Enterobacter sakazakii (E. sakazakii) akhir-akhir ini sedang hangat dibicarakan. Kesimpang siuran akan produk susu formula dan makanan yang tercemar Bakteri E. sakazakii tentunya mendatangkan kesan yang berbeda-beda kepada masyarakat yang menonton isu ini pada berita TV, khususnya bagi ibu rumah tangga.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula, Mengetahui persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula, menganalisis faktor individu, lingkungan sosial dan keterdedahan pada program berita televisi yang berkorelasi dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula dan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan nyata antara persepsi ibu rumah tangga terhadp berita televisi tentang isu bakteri E. Sakazakii dalam susu formula dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB.

Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu April sampai Mei 2011. Pendekatan yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan desain survei yang bersifat deskriptif korelasional sedangkan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam. Populasi dalam penelitian ini meliputi ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Cimanggu I (RW 04 dan RW 06) dan telah menonton program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula jumlah populasi sasaran sebanyak 349 jiwa.

(5)

untuk menguji hubungan data skala nominal dengan ordinal, sedangkan uji korelasi rank Spearman untuk menguji hubungan data skala ordinal dan dengan data ordinal.

Hasil dari penelitian ini adalah persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula termasuk dalam kategori baik atau cenderung setuju dengan total rata-rata sebesar 2.71. Menurut responden isi nilai informasi berita dapat meningkatkan pengetahuan dan tingkat kewaspadaan terhadap pangan yang baik untuk dikonsumsi, begitu pula dengan format acara yang menarik dan mudah dimengerti. Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula tergolong baik, hal ini dapat terlihat dari total rataan skor yaitu sebesar 2,72 atau mendekati 3. Responden menganggap bahwa hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula bermanfaat dan menyadarkan kewaspadaan ibu rumah tangga, selain itu responden juga menganggap bahwa lulusan IPB memiliki kemampuan yang cukup baik baik di bidang pertanian maupun di luar bidang pertanian.

Faktor karakteristik individu, lingkungan sosial dan keterdedahan tidak terbukti memiliki hubungan nyata dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula secara keseluruhan. Namun, berdasarkan penelitian terdapat beberapa unsur pada karakteristik individu seperti usia, motif menonton integrasi dan interaksi sosial yang berhubungan nyata dengan nilai informasi program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Selain itu, pada motif menonton (motif informasi) memiliki hubungan nyata baik dengan nilai informasi maupun daya tarik format acara berita. Berdasarkan hasil penelitian juga terdapat beberapa unsur pada keterdedahan yang berhubungan nyata dengan persepsi terhadap berita baik pada nilai informasi berita mapun daya tarik acara berita, yaitu waktu menonton dan program berita yang ditonton. Unsur lama menonton juga memiliki hubungan yang sangat nyata terhadap persepsi berita pada daya tarik format acara

(6)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama : Yuvita Amalia Pohan

NRP : I34070108

Departemen : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul Skripsi : Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dan Citra IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor).

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS NIP 19611113 198811 1 001

Mengetahui,

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua

Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Yuvita Amalia Pohan, lahir di Jakarta pada tanggal 9 Oktober 1988. Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara yang terlahir dari pasangan Yusup Pohan dan Siti Hotna. Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pondok Bambu 01 Pagi (Jakarta Timur) pada tahun 1995-2001. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) Pondok Bambu 51 (Jakarta Timur) pada tahun 2001-2004, dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN 54) Kampung Melayu (Jakarta Timur) pada tahun 2004-2007. Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMA, penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Untuk melengkapi kompetensi yang dimiliki, penulis mengambil program minor Kewirausahaan Agribisnis di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama penulis menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi, unit kegiatan mahasiswa (UKM) serta kegiatan kepanitiaan. Penulis pernah tergabung kedalam UKM Paduan Suara Mahasiswa Agriaswara, dan menjadi sekertaris dalam divisi kesekretariatan Agriaswara periode 2008-2009. Penulis juga aktif di dalam organisasi mahasiswa, yaitu Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA), yang merupakan himpunan profesi di dalam Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Penulis aktif di dalam organiasai HIMASIERA selama 2 tahun (2008-2010) berturut-turut dalam divisi community develepment (comdev). Penulis juga merupakan asisten praktikum komunikasi kelompok selama satu semester.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-Nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya. Skripsi yang berjudul “Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dan Citra IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) ini mengupas tentang persepsi masayrakat terhadap berita TV dan citra suatu lembaga akibat berita tersebut.

Penulis menyadari masih terdapat banyak data serta fakta di lapangan yang masih belum terungkap. Oleh sebab itu, penulis berharap tulisan ini dapat disempurnakan oleh peneliti-peneliti selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh seluruh pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2011

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan dengan sabar membimbing penulis, memberikan semangat kepada penulis, dan senantiasa memberikan masukan-masukan yang begitu berarti selama penyusunan studi pustaka ini.

2. Ir. Sutisna Riyanto, MS sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang Skripsi penulis.

3. Ir. Murdianto, Msi sebagai dosen penguji dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang Skripsi penulis.

4. Ayahanda Yusuf Pohan dan Ibunda Siti Hotna tercinta sebagai sumber motivasi utama bagi penulis yang senantiasa mendukung penulis baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Kakakku tersayang Nova Sulviana Pohan sebagai panutan yang telah memberikan semangat serta dorongan positif bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi

6. Sahabat-sahabatku di Departemen Sains KPM 44 yaitu Anggi, Wina, Ira, Vivi, Ma’rifatu, Didi, Vitdes, Chae, Karin, Pia, Dinda, Dimit, Anis, Aul yang selalu memberikan tawa dan canda selama kuliah di IPB serta mendukung dan memotivasi satu sama lain dalam penyelesaian skripsi.

7. Teman-teman VOC (Voice of Communication) Laras, Manda, Dian, Yosh, Bocad, Adji, Hendra, Bagus, dan Gian yang telah memberikan angin segar dalam menyalurkan bakat, minat, dan hobi penulis di tengah kesibukan kehidupan perkuliahan.

8. Teman-teman di HIMASIERA yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengasah softskill penulis.

9. Seluruh teman-teman Sains Komunikasi Pengembangan Masyarakat angkatan 44, 45, 46 yang telah memberikan dorongan positif bagi penulis untuk dalam menulis skripsi.

10. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan dan kerjasama selama ini.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca terutama dalam hal memahami lebih jauh tentang media siaran.

Bogor, Juli 2011

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Rumusan Masalah………... 3

1.3. Tujuan Penulisan ………... 4

1.4. Kegunaan Penulisan ………... 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 6

2.1. Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Komunikasi Massa ... 6

2.1.2 Televisi Sebagai Media Informasi ... 6

2.1.3 Siaran Televisi ... 8

2.1.3.1 Program Berita Televisi ... 9

2.1.3.2 Tayangan Berita Susu Formula Tercemar Bakteri Sakazakii ... 10

2.1.4 Keterdedahan Khalayak pada Siaran Televisi ... 11

2.1.5 Persepsi Khalayak ... 14

2.1.6 Hubungan Media dengan Citra Lembaga ... 16

2.2. Kerangka Pemikiran ... 17

2.3. Hipotesis Penelitian ... 20

2.4. Definisi Operasional ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Desain Penelitian ... 24

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.3. Populasi dan Sampel ……….. 24

3.4. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ……….. 25

3.5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 26

3.5.1 Validitas Instrumen ……….. 26

3.5.2 Reliabilitas Instrumen ……….. 28

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 30

4.1.1 Kondisi Fisik ... 30

4.1.2. Kependudukan , Pendidikan dan Mata Pencaharian ... 31

4.1.3. Sarana dan Prasarana Desa ... 32

4.1.4. Kelembagaan Desa ... 33

4.2. Gambaran Umum Responden ... 35

4.2.1. Karakteristik Individu ... 35

4.2.1.1 Usia Responden ... 36

4.2.1.2 Tingkat Pendidikan ... 37

4.2.1.3 Jenis Pekerjaan Responden ... 38

(11)

4.2.2. Lingkungan Sosial ... 42

4.2.2.1 Frekuensi Interaksi ... 42

4.2.2.3 Pasangan Interaksi ... 44

4.2.3 Keterdedahan ... 45

4.2.3.1 Frekuensi Menonton ... 46

4.2.3.2 Waktu Menonton ... 47

4.2.3.3 Lama Menonton ... 47

4.2.3.4 Program Berita ... 49

4.3 Persepsi Responden ... 50

4.3.1 Persepsi bu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula... 51

4.3.2 Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Citra IPB Akibat Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada Berita TV... 53

4.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula ... 55

4.4.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula ... 56

4.4.1.1 Hubungan antara Usia dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula ... 57

4.4.1.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula ... 58

4.4.1.3 Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula... 58

4.4.1.4 Hubungan antara Motif Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula ... 59

4.4.2 Hubungan Lingkungan Sosial dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula ... 60

4.4.2.1 Hubungan Frekuensi Interaksi dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula ... 60 4.4.2.2 Hubungan Pasangan Interaksi dengan

(12)

Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii

dalam Susu Formula ... 61

4.4.3 Hubungan Keterdedahan dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula... 61

4.4.3.1 Hubungan antara Frekuensi Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula ... 62

4.4.3.2 Hubungan antara Waktu Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula ... 62

4.4.3.3 Hubungan antara Lama Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula ... 63

4.4.3.4 Hubungan antara Program Berita dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula ... 64

4.5 Hubungan antara Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Citra IPB Akibat Program Berita Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula... 65

4.5.1 Hubungan antara Nilai Informasi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Baketri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi terhadap Citra IPB ... 66

4.5.2 Hubungan antara Daya Tarik Format Acara terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Baketri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi terhadap Citra IPB ... 66

BAB V PENUTUP ……….. 68

5.1. Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ……….. 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1 Kategori gratification dan contoh dalam teori uses and

gratification... 13 Tabel 2 Sebaran luas lahan menunrut penggunaannya di

Desa Cimanggu I ... 30 Tabel 3 Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di

Desa Cimanggu I pada tahun 2011 ... 31 Tabel 4 Sebaran jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

di Desa Cimanggu 1, tahun 2008 ... 31 Tabel 5 Sebaran penduduk menurut jenis mata pencaharian di

Desa Cimanggu 1, tahun 2008 ... 32 Tabel 6 Jumlah sarana kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan di

Desa Cimanggu 1, tahun 2008 ... 32 Tabel 7 Jumlah jenis permukiman di Desa Cimanggu I, tahun

2008 ... 33 Tabel 8 Distribusi responden menurut karakteristik individu,

tahun 2011 ... 36 Tabel 9 Pengaruh lingkungan sosial responden penelitian ... 43 Tabel 10

Gambaran responden menurut tingkat keterdedahan responden terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii

dalam susu formula ... 45 Tabel 11 Persepsi responden terhadap berita TV isu bakteri E.

sakazakii dalam susu formula dan citra IPB ... 51 Tabel 12 Korelasi peubah dengan persepsi terhadap berita televisi

tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula ... 56 Tabel 13

Korelasi peubah dengan persepsi terhadap citra IPB akibat berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1 Proses pembentukan persepsi berdasarkan model

15 Solomon (Sutisna, 1999) ...

Gambar 2 Kerangka pemikiran persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi mengenai isu bakteri E.

sakazakii dalam susu formula dan citra IPB …………. 19 Gambar 3 Persentase usia responden di Desa Cimanggu I per

Bulan April tahun 2011 ... 37 Gambar 4 Persentase tingkat pendidikan responden di Desa

Cimanggu I per Bulan April tahun 2011 ... 38 Gambar 5 Persentase jenis pekerjaan responden di Desa

Cimanggu I per Bulan April 2011 ... 39 Gambar 6 Persentase pemenuhan motif informasi dalam

menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan

April 2011 ... 40 Gambar 7 Persentase motif identitas personal dalam menonton

40 tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan

citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011 ... Gambar 8 Persentase motif integrasi dan interaksi sosial dalam

menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan

April 2011 ... 41 Gambar 9 Persentase motif hiburan sosial dalam menonton

tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011

... 42 Gambar 10 Persentase frekuensi interaksi responden dalam

membicarakan isu bakteri E. sakazakii dalam susu

formula per Bulan April 2011 ... 44 Gambar 11 Interaksi dengan lingkungan sosial yang paling sering

dalam membicarakan isu bakteri E. sakazakii dalam

susu formula dan citra IPB per Bulan April 2011 ... 44 Gambar 12 Frekuensi responden menonton tayangan berita

televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu

formula per Bulan April 2011 ... 46 Gambar 13 Waktu responden menonton tayangan berita televisi

tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula

per Bulan April 2011 ... 47 Gambar 14 Lama responden menonton tayangan berita televisi

tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula

per Bulan April 2011 ... 48 Gambar 15 Program berita yang dipilih responden untuk

menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 75 Lampiran 2 Data penduduk ibu rumah tangga RW 04 dan RW 06

Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Bogor per Bulan Maret 2011 ………. 81 Lampiran 3 Kerangka sampling ibu rumah tangga yang menonton

berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Televisi saat ini merupakan salah satu media massa yang paling efektif dalam menyampaikan informasi di era globalisasi. Data menunjukkan bahwa hampir 70% penduduk Indonesia memiliki dan menonton televisi setiap harinya. Hal ini menunjukkan bahwa televisi sangat dekat dengan masyarakat Indonesia, bahkan sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok oleh masyarakat Indonesia.

Televisi memiliki kelebihan di dalam menyampaikan informasi, televisi mampu menyajikan informasi dalam bentuk suara dan gambar yang bergerak, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat, sehingga menjadikan televisi memiliki kekuatan menguasai ruang, waktu dan jarak yang menjangkau sasaran massa cukup besar. Morissan (2010) juga menambahkan bahwa televisi memiliki berbagai kelebihan dibanding media lainnya yang mencakup daya jangkau luas, selektivitas, dan fleksibilitas, fokus perhatian, kreativitas dan efek, prestise serta waktu tertentu. Melihat fakta tersebut, televisi tentu sangat berpotensial digunakan sebagai media pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk membangun Indonesia sebagai bangsa yang cerdas dan maju.

Disamping seluruh kelebihannya, televisi tentunya juga memiliki kekurangan, seperti isi pesan yang diberikan oleh televisi bersifat sekilas, tidak bisa diulang oleh pemirsa, dan terikat oleh waktu tontonan, selain itu televisi juga relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan media komunikasi massa lain seperti media cetak dan radio.

(17)

dari Makanan Bayi dan Susu Formula. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 22 susu formula dan 15 sampel makanan bayi (MP-ASI) produksi dalam negeri (lokal) menunjukan hasil sebanyak 22,73% susu formula dan 46,7% makanan bayi (MP-ASI) yang diteliti terkontaminasi E. sakazakii. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh suhu rekonstitusi pada isolate lokal bakteri E. sakazakii yang berguna pada manajemen resiko bakteri ini. Namun, entah bagaimana berita yang justru muncul di tengah masyarakat adalah berita “Penelitian IPB menyatakan bahwa terdapat bakteri E. sakazakii pada susu formula dan makanan bayi.”

Tidak bisa dipungkiri bahwa semakin besarnya berita ini di tengah masyarakat adalah berkat peran media massa, khususnya televisi. Pardiman (2011) seorang anggota komisi IX DPR RI dari fraksi Partai Golkar memberikan apresiasi kepada media massa yang terus memberitakan persoalan susu formula tersebut. Ia meminta media terus melaporkannya sampai ada kepastian sehingga masyarakat menjadi tenang.

"Kalau diumumkan dan tidak ada yang membeli itu konsekuensi logis. Intelektual jangan mau dibayar untuk melindungi ini, maka sama dengan teroris bidang kesehatan," serunya1.

Namun, perlu diingat bahwa isi pesan yang diberikan oleh televisi dapat diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut persepsi pemirsa, begitu pula dengan dampak yang ditimbulkan dari informasi yang disajikan oleh televisi. Hal tersebut terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi (Sukarelawati, 2009).

Kesimpang siuran akan produk susu formula dan makanan yang tercemar Bakteri E. sakazakii tentunya mendatangkan kesan yang berbeda-beda kepada masyarakat yang menonton isu ini pada berita TV, khususnya bagi ibu rumah tangga. Sebagian masyarakat akan cemas dengan isu ini dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui perkembangan isu ini dan memperoleh jawaban atas produk pangan yang aman untuk dikonsumsi, namun sebagian masyarakat

       1

Jakartapress.com. 2011. “DPR Ancam Kampanyekan IPB Kampus Tak Jujur.”

http://jakartapress.com/home/berita/news/DPR-ancam-kampanyekan-IPB-kampus-tak-jujur.html

(18)

mungkin akan menganggap isu ini biasa saja dan tidak menganggap hal yang penting, sebagian lagi mungkin akan berpikir bahwa isu ini adalah salah satu jenis politik untuk mengangkat atau bahkan menjatuhkan pihak tertentu. Berangkat dari hal tersebut, maka perlu kiranya mengetahui bagaimana persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E.sakazakii dalam susu formula dan citra IPB.

1.2 Rumusan Masalah

Program-program yang ditayangkan oleh televisi sangat beragam, semakin banyak program acara televisi yang disuguhkan kepada pemirsa maka akan semakin meningkat pula pilihan pemirsa dalam hal penggunaan media televisi. Beragam alternatif tayangan televisi yang disajikan televisi dapat dipilih oleh masyarakat sesuai keinginannya dengan tujuan memenuhi kebutuhan akan informasi, pendidikan, maupun hiburan. Salah satu program yang banyak disajikan oleh televisi adalah program mengenai informasi, yaitu berita. Jenis berita yang menjadi kunci dari penelitian ini adalah berita mengenai susu formula yang tercemar oleh bakteri E. sakazakii.

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, berita susu formula yang tercemar oleh bakteri E. sakazakii sedang hangat dibicarakan. Hampir seluruh TV baik swasta maupun pemerintah menyampaikan informasi ini setiap harinya. Banyaknya terpaan berita susu formula yang tercemar bakteri E. sakazakii menimbulkan efek yang bervariasi terhadap individu pemirsanya. Berdasarkan latar belakang dan uraian permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang dirumuskan dalam penelitian kali ini adalah:

1. Apa persepsi ibu rumah tangga terhadap berita TV tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula ?

2. Apa persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita televisi tentang isu Bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula? 3. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi ibu rumah tangga

(19)

4. Apakah terdapat hubungan antara persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan di atas, disusunlah beberapa tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian tersebut, yaitu:

1. Mengetahui persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula.

2. Mengetahui persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula. 3. Menganalisis faktor individu, lingkungan sosial dan keterdedahan pada

program berita televisi yang berkorelasi dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula.

4. Mengetahui kemungkinan adanya hubungan nyata antara persepsi ibu rumah tangga terhadp berita televisi tentang isu bakteri E. Sakazakii dalam susu formula dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pembaca maupun peminat studi yang dijadikan topik tulisan agar menambah informasi sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bagi penelitian ilmiah terkait dengan masalah peran media siaran, khususnya kepada:

1. Kalangan praktisi dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam menyusun dan merancang program berita televisi yang terpercaya.

2. Bagi masyarakat, memberikan informasi hubungan televisi sebagai media informasi dengan peningkatan pengetahuan masyarakat.

(20)

literatur selanjutnya bagi akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh konsep media siaran dalam pengembangan masyarakat.

(21)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Komunikasi Massa

Komunikasi Massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat 2005). Bila sistem komunikasi massa diperbandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal, secara teknis kita dapat menunjukkan empat tanda pokok dari komunikasi massa (1) bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis; (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan); (3) bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim; (4) mempunyai publik yang secara geografis tersebar (Neumann 1973 dalam Rakhmat, 2005).

Menurut DeVito (1996) pengertian komunikasi massa adalah sejumlah peubah yang terdapat dalam komunikasi massa yaitu: sumber, khalayak, pesan, proses, konteks, dan sarana-sarana dalam komunikasi massa yang paling banyak digunakan seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, buku, koran, hasil rekaman audio-kaset dan internet. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, jenis media komunikasi massa yang paling sering digunakan oleh masyarakat adalah televisi.

2.1.2 Televisi Sebagai Media Informasi

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media massa sering dibedakan menjadi media massa berbentuk tampak (visual), media massa berbentu dengar (audio) dan media massa berbentuk gabungan tampak dengar (audio visual). Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampain pesan dari sumber kepada khalayak penerima dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi (Mulyana, 2008).

(22)

hiburan dan mobilisasi. Nurudin (2009) dalam Buku Pengantar Komunikasi Massa, menyimpulkan beberapa fungsi komunikasi massa dari para ahli komunikasi. Nurudin menyebutkan bahwa fungsi komunikasi massa antara lain adalah informasi, hiburan, persuasi, transmisi budaya, mendorong kohesi sosial, pengawasan, korelasi, pewarisan sosial, melawan kekuasaan dan kekuatan represif dan menggugat hubungan trikotomi.

Berbagai bentuk media massa seperti surat kabar, majalah, tabloid, radio, televisi hingga internet mempunyai pengaruh besar dalam pembentukkan opini dan kepercayaan orang. Di antara berbagai media massa yang ada, salah satunya yang paling banyak dimanfaatkan saat ini adalah televisi. Kata “televisi” merupakan gabungan dari bahasa Yunani, yaitu kata tele yang berarti jauh dan visio dari bahasa Latin, yang berarti penglihatan. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh. Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar (Nurfalah, 2007).

(23)

fungsi TV sebagai hiburan sangat dibutuhkan untuk menghilangkan penat seseorang.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat dikatakan bahwa fungsi utama dari televisi adalah sebagai media informasi. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita yang disajikan. Fakta-fakta yag dicari wartawan di lapangan kemudian dituangkan dalam tulisan lalu disajikan dalam bentuk audio visual oleh televisi. Jakob (2001) dalam Nurudin (2009) menyebutkan bahwa fungsi televisi dalam menyajikan informasi adalah melaporkan peristiwa di dalam masyarakat yang lebih kompleks dan memberikan makna terhadap peristiwa-peristiwa tersebut. Televisi sebagai media informasi yang di dalamnya memiliki pers seharusnya mengumpulkan sebanyak-banyaknya materi yang diperlukan untuk membuat kejadian dan makna kejadian bersangkutan bisa dipahami oleh publik sebelum informasi ini disebarkan ke publik. Hal ini berarti televisi dengan pers di dalamnya tidak lagi melaporkan sesuatu dengan satu dimensi (dari satu sudut pandang saja), tetapi multidimensi dan mengungkapkan latar belakangnya. Televisi sebagai media informasi harus dapat menyajikan informasi masa lalu, masa kini, aktual dan berperspektif masa depan.

2.1.3 Siaran Televisi

  Pengelolaan stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seunik dan semeriah mungkin untuk menghasilkan program yang menarik bagi khalayak. Morissan (2008), menyatakan bahwa jenis program televisi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: program informasi (berita) dan program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan, sedangkan berita lunak (soft news) merupakan kombinasi dari fakta, gossip, dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan, dan pertunjukkan.

(24)

program drama atau komedi. Televisi sebagai salah satu media massa menyajikan acara-acara yang dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Pendidikan, yaitu program acara yang berisi usaha pengembangan manusia yang ditandai dengan bertambahnya pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan perilaku perorangan atau kelompok dimana orang itu berada,

2) Informasi, yaitu program acara yang berupa pendapat, kritik, atau saran yang bertujuan untuk memberiakn informasi kepada khalayak, sehingga khalayak dapat mengambil keputusan atau bertindak selaras dengan acara kondisi atau situasi tersebut, dan

3) Hiburan, yaitu program acara yang bersifat menghibur kepada khalayak berupa film, sinetron, kuis, drama, sajian musik.

2.1.3.1 Program Berita Televisi

Program berita merupakan program informasi pada Televisi. Program informasi dibagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). Berita keras (hard news) yaitu segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui oleh khalayak. Peran televisi sebagai sumber utama (hard news) bagi masyarakat cenderung terus meningkat. Media penyiaran adalah media yang paling cepat dalam menyiarkan berita ke masyarakat. Berita lunak (soft news) adalah segala informasi yang paling penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita lunak (soft news) dapat berbentuk perbincangan (talkshow) (Morrisan, 2007).

(25)

1. Berita komprehensif adalah uraian secara terperinci tentang peristiwa atau fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita di dalam suatu sistem sosial tertentu (misalnya sistem nilai).

2. Berita interpretatif adalah uraian fakta atau pendapat yang mengandung nilai berita dengan menempatkan fakta itu sebagai mata rantai dalam konteks permasalahan yang lebih luas, ragam sumber informasi dapat memberikan pendapat menurut interpretasi masing-masing.

3. Berita investigatif adalah uraian fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita dengan membandingkan antara fakta di permukaan dengan fakta tersembunyi yang diperoleh dengan menyusuri jejak melalui investigasi.

2.1.3.2 Tayangan Berita Susu Formula Tercemar Bakteri Sakazakii

Penelitian mengenai susu formula dan makanan bayi yang tercemar Bakteri E. sakazakii, sebenarnya telah dipresentasikan oleh Estuningsih sebagai peneliti pada seminar hasil-hasil penelitian di IPB pada tahun 2007. Hasil penelitian itu juga telah dipresentasikan dalam kapasitasnya sebagai narasumber pada rapat penentuan standar mutu pangan di BPOM pada tahun 2006. Hasil dari penelitian tersebut juga telah dipublikasikan dipublikasikan pada beberapa jurnal internasional seperti Journal of Food Protection Vol. 69 tahun 2006 dan International Journal of Food Microbiology Vol. 116 tahun 2007 dan Vol. 136 tahun 2009. Penelitian yang dilakukan Estuningsih bukanlah penelitian pengawasan sebagaimana kewenangan BPOM, melainkan penelitian isolasi yang bertujuan mempelajari tentang virulensi dan resiko yang ditimbulkan oleh bakteri E. sakazakii, oleh karena itu pihak IPB tidak mengumumkan merek susu formula dan makanan bayi yang tercemar Bakteri E. sakazakii.

(26)

menuntut IPB kembali untuk mengumumkan merek susu formula dan makanan bayi yang tercemar Bakteri E. sakazakii.

Kemenangan yang diperoleh oleh pihak konsumen untuk mengetahui merek susu formula yang tercemar bakteri E. sakazakii menyebabkan berita ini kembali mencuat. Berita ini bahkan tidak lagi menyorot susu formula yang kabarnya tercemar bakteri E. sakazakii, tapi juga menyorot IPB sebagai institusi yang melakukan penelitian. Menurut masyarakat IPB sebagai pelaku penelitian harus bertanggung jawab untuk mengumumkan merek susu formula yang tercemar bakteri E. sakazakii agar masyarakat dapat lebih waspada dalam memilih susu formula. Banyaknya berita yang beredar membentuk opini masyarakat akan isu ini dan juga citra IPB. Tidak sedikit media yang memojokkan IPB sebagai institut yang tidak jujur, namun tidak sedikit juga media yang mengatakan IPB telah melakukan hal yang benar dengan tidak mengumumkan merek susu formula yang tercemar karena kasus ini harus dipisahkan antara ranah penelitian dengan ranah hukum.

2.1.4 Keterdedahan Khalayak pada Siaran Televisi

Keterdedahan khalayak terhadap siaran televisi diartikan sebagai cara atau bagaimana khalayak mengkonsumsi berbagai program acara yang disuguhkan televisi untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpuaskan. Televisi sebagai media massa dianggap mampu memenuhi kebutuhan khalayak, seperti kebutuhan akan informasi, hiburan, maupun sosial budaya. Selanjutnya, khalayak akan memilih berbagai jenis tayangan televisi yang dapat memuaskan kebutuhan pribadinya.

(27)

selektif. Seseorang telah melakukan keterdedahan yang selektif bila telah membuat keputusan dalam proses pencarian informasi, menonton televisi dalam mencari informasi maka akan dapat dikatakan telah melakukan keterdedahan yang selektif.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keterdedahan individu terhadap TV. Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor sosiodemografis seseorang berhubungan dengan perilaku berkomunikasi di dalam lingkungannya. Kategori dalam jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya akan menentukan frekuensi dan kebutuhannya berinteraksi dengan sumber-sumber komunikasi baik secara interpersonal maupun dalam menggunakan media massa.

McQuail (2002) menyebutkan bahwa terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi seseorang dalam penggunaan media massa yaitu golongan usia dan sosial (penghasilan dan pendidikan). Menurut McQuail kedua faktor tersebut menentukan ketersediaan waktu luang dan dana untuk menggunakan media. Usia mempengaruhi ketersediaan dari isi, kemudian posisi sosial yang diwakili penghasilan, mengatur pola penggunaan media. Pada pola penggunaan media, penghasilan yang lebih tinggi cenderung tidak menonton TV karena pilihan kesenangan non media atau media massa lainnya lebih luas. Pendidikan dan tanggung jawab pekerjaan professional yang lebih tinggi dapat juga mengakibatkan pilihan isi yang berbeda. Konsep karakteristik sosiodemografis tidak hanya terbatas pada usia, pendidikan dan jenis kelamin, namun juga jumlah anggota keluarga, penghasilan satu keluarga, komposisi usia anggota keluarga dan pendidikan kepala keluarga.

Selain faktor demografis juga terdapat faktor lain yang mempengaruhi keterdedahan individu terhadap media informasi, faktor lain tersebut adalah motivasi penggunaan media massa (motif). Motif yang muncul pada diri individu yang menggunakan media massa akan berbeda satu sama lain. Motif-motif menonton televisi yang diidentifikasi dalam penelitian ini berpegang pada asumsi

model “Uses and Gratifications” (Chandler, 1994). Motif tersebut antara lain

(28)

kehidupan seseorang), integration and social interaction (dorongan untuk menggunakan media dalam rangka melanggengkan hubungan dengan individu lain) dan entertainment (kebutuhan untuk melepaskan diri dari ketegangan dan menghibur diri. Untuk lebih jelas mengenai motif menonton dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kategori gratification dan contoh dalam teori uses and gratification.

Gratification Category Examples

Information (Informasi) • Belajar, maupun belajar secara

otodidak.

• Meningkatkan kesadaran akan keamanan melalui pengetahuan. • Mencari tahu peristiwa yang sedang

terjadi di sekeliling, maupun di tingkat nasional maupun global.

Personal Identity (Identitas Personal) • Mencari model/teladan dalam

berperilaku.

• Mencari penguatan kepribadian. • Mendalami sosok orang lain secara

lebih mendalam. Integration and Social Interactioni

(Integrasi dan Interaksi Sosial)

• Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan menguatkan rasa saling memiliki.

• Menghubungkan diri dengan

keluarga, kawan maupun masyarakat. • Mencari rekan untuk

berkomunikasi/bercakap-cakap dan berinteraksi.

Entertainment (Hiburan) • Melepaskan diri dari permasalahan

(eskapisme).

• Mengistirahatkan tubuh dan pikiran. • Mengisi waktu luang.

Sumber: Chandler, 1994

(29)

Pengukuran keterdedahan pada media masa dapat dilihat dari aspek-aspek yang berkatan dengan penggunaan media massa. Menurut Rosengren (1974) dalam Khairil (1994) aspek-aspek keterdedahan media yang umumnya diukur oleh peneliti adalah waktu yang digunakan dalam mengikuti berbagai media, jenis-jenis isi media yang diikuti, berbagai hubungan antara individu yang mengkonsumsi baik dengan isi media, maupun dengan media umumnya. Selanjutnya dapat dikemukakan pula bahwa keterdedahan pada media massa sangat berkaitan dengan perilaku seorang dalam mencari informasi dari berbagai sumber dan jenis media komunikasi yang digunakan di lingkungannya.

2.1.5 Persepsi Khalayak

Memahami perilaku orang lain merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Memahami perilaku orang lain merupakan proses yang menunjukkan persepsi terhadap sesuatu atau objek untuk memberikan makna. Begitu pun dengan masyarakat yang menonton televisi atau biasa disebut khalayak. Khalayak televisi setiap menonton televisi mempunyai persepsi terhadap acara yang ditontonnya. Acara-acara yang ditayangkan televisi diterima oleh khalayak yang didasari karena adanya persepsi mereka akan tayangan televisi tersebut. Menurut DeVito (1996) persepsi adalah suatu proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus (rangsangan) yang mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi stimulus atau pesan yang kita serap dan apa makna yang kita berikan pada mereka ketika mereka mencapai kesadaran. Desidertato (1976) dalam (Rakhmat, 2005) menyebutkan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

(30)

karakteristik orang yang memberi respons terhadap rangsangan tersebut (Rakhmat, 2005).

Haris dan Nelson (2008) dalam Sutisna (1999) menjelaskan persepsi muncul melalui proses seleksi, organisasi dan interpretasi stimulus melalui panca indera menjadi gambaran suatu konsep yang memiliki makna. Proses terbentuknya persepsi tidak lepas dari bantuan alat indera sebagai penanggap yang cepat terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara. Persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli tersebut diseleksi, diorganisasikan dan diinterpretasikan (Solomon dalam Sutisna, 1999). Proses pembentukan persepsi digambarkan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Proses pembentukan persepsi berdasarkan model Solomon (Sutisna, 1999)

Proses persepsi dibutuhkan untuk mengetahui sampai sejauh mana minat, persepsi, opini khalayak terhadap tayangan televisi. Persepsi akan tayangan televisi disebabkan oleh peubah yang dibentuk oleh individu akan kemasan dan isi tayangan tersebut. Persepsi yang dihasilkan oleh khalayak setelah menonton televisi juga disebabkan karena adanya faktor-faktor karakteristik yang dimiliki oleh khalayak seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan dan pekerjaan, motif menonton dan lain-lain.

Sukarelawati (2009) menjelasan bahwa daya tarik televisi di mata pemirsa bukan pada kotak (bentuk) fisiknya, tetapi pada menu program yang telah disuguhkan oleh televisi secara beragam. Atas alasan itu, televisi menjadi magnet yang menyeret siapa saja hingga televisi dirasakan sebagai kebutuhan. Begitu besar daya pikat televisi sehingga mampu mempengaruhi watak dan karakter bahkan pola hidup (waktu) seseorang (pemirsa). Daya tarik suatu program televisi

(31)

dapat dilihat dari bobot muatan pesan program berita tersebut serta daya tarik format tayangan berita tersebut.

2.1.6 Hubungan Media dengan Citra Lembaga

Citra oleh Rakhmat (2005) didefinisikan sebagai peta anda tentang dunia. Tanpa citra anda akan selalu berada dalam suasana yang tidak pasti. Citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus selalu sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia menurut persepsi kita. Roberts (1977) sebagaimana dikutip Rakhmat (2005) mengatakan komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan dan citra inilah yang mempengaruhi cara kita berperilaku.

Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk khalayak, informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau meredefinisi citra. Media massa datang menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik, televisi menjadi jendela kecil untuk menyaksikan berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indera kita, surat kabar menjadi teropong kecil untuk melihat gejala-gejala yang terjadi waktu ini di seluruh penjuru bumi, buku kadang-kadang bisa menjadi kapsul waktu yang membawa kita ke masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, film menyajikan pengalaman imajiner yang melintas ruang dan waktu. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi atau biasa disebut tangan kedua (second hand reality).

(32)

Hubungan media dan pers dengan citra lembaga adalah sebagai alat pendukung atau media kerjasama untuk kepentingan proses publikasi dan publisitas berbagai kegiatan dan program kerja atau untuk kelancaran aktivitas komunikasi humas dan pihak publik (Ruslan, 2008 dalam Hastin, 2010). Media kerap sekali dapat menggiring pandangan masyarakat tentang citra suatu lembaga. Media massa dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap citra suatu lembaga. Dampak positif yang dapat ditimbulkan oleh media terhadap citra perusahaan seperti membantu mempromosikan dan meningkatkan pemasaran suatu produk dan jasa, menjalin komunikasi yang berkesinambungan, meningkatkan kepercayaan publik dan meningkatkan citra baik perusahaan. Namun, tidak dapat dipungkiri media juga dapat memberikan citra yang kurang baik terhadap suatu lembaga. Media yang terlalu besar memberikan informasi yang masih simpang siur juga dapat membawa dampak kurang baik terhadap suatu lembaga. Siaran berita menciptakan suatu citra di mata para khalayak mengenai organisasi atau lembaga yang terlibat.

2.2 Kerangka Pemikiran

Besarnya kebutuhan masyarakat terhadap informasi menyebabkan meningkatnya pemanfaatan media massa sebagai media informasi. Salah satu jenis media massa yang paling digemari masyarakat adalah televisi. Televisi menyampaikan informasi dengan cara audio visual sehingga digemari dan mudah dipahami oleh masyarakat. Masyarakat menilai media televisi merupakan sarana mereka untuk dapat mengakses informasi yang terjadi di belahan dunia manapun.

(33)

mutu yaitu Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH)2. Keresahan yang timbul akibat isu bakteri E.sakazakii juga merupakan akibat informasi yang diberikan belum juga menjawab kekhawatiran masyarakat.

Keefektivan suatu siaran televisi ditentukan berdasarkan diterima atau tidaknya program tersebut oleh masyarakat. Pendapat atau opini dari khalayak sangat penting untuk mengevaluasi suatu siaran TV agar siaran selanjutnya lebih baik. Untuk melihat sejauh mana persepsi masyarakat terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam isu ini dapat dilihat oleh faktor internal dan faktor eksternal dan keterdedahan masyarakat terhadap berita TV.

Faktor internal dalam penelitian ini dapat dikatakan sebagai karakteristik individu. Indikator karakteristik individu yang berhubungan dengan persepsi masyarakat antara lain adalah usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan motivasi menonton. Sedangkan untuk faktor eksternal dalam penelitian kali ini dapat dikatakan sebagai lingkungan sosial, seperti frekuensi interaksi dan pasangan interaksi (teman, tetangga dan keluarga). Pengukuran keterdedahan pada media masa dapat dilihat dari aspek-aspek yang berkatan dengan penggunaan media massa. Sejalan dengan pernyataan tersebut, dalam penelitian kali ini keterdedahan dapat diukur melalui frekuensi menonton, lama menonton, waktu menonton dan program berita yang ditonton.

Persepsi merupakan suatu proses memilih, mengorganisir dan mengintepretasi informasi yang dikumpulkan oleh pengertian seseorang dengan maksud untuk memahami dunia sekitar. Persepsi masyarakat terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dapat dilihat dari nilai informasi berita serta daya tarik format tayangan berita. Persepsi masyarakat tentang citra IPB terkait dengan isu bakteri E. sakazakii pada susu formula dalam tayangan berita TV dapat dilihat dari pandangan masyarakat terhadap IPB, melalui hasil penelitian IPB dan lulusan IPB. Adapun keterkaitan atara peubah tersebut, tersaji dalam Gambar 2 berikut ini.

      

  2

(34)

Keterangan :

: berhubungan

: berhubungan, namun tidak diteliti

Gambar 2. Kerangka pemikiran persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB

Keterdedahan berita TV

• Frekuensi menonton

• Waktu menonton

• Lama menonton

• Program berita yang ditonton

Karakteristik individu

• Usia

• Jenis pekerjaan

• Tingkat pendidikan

• Motif Menonton

Lingkungan sosial

•Frekuensi Interaksi

•Pasangan Interaksi

Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula.

• Nilai informasi berita

• Daya tarik format tayangan berita

Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB terkait isu bakteri E. sakazakii pada berita TV

• Hasil penelitian IPB

(35)

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula.

2. Terdapat hubungan nyata antara lingkungan sosial dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula.

3. Terdapat hubungan nyata antara keterdedahan berita TV persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula.

4. Terdapat hubungan nyata antara persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dengan persepsi terhadap citra IPB akibat berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula.

2.4 Definisi Operasional

1. Karakteristik individu adalah kondisi atau keadaan spesifik individu yang berkaitan langsung dengan dirinya. Peubah ini dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan motif menonton.

1.1. Usia adalah jumlah tahun hidup sejak responden lahir sampai dengan saat dilaksanakan penelitian (dalam satuan tahun), diukur dengan skala rasio, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu muda, dewasa dan tua.

a. Usia muda (21 tahun – 28 tahun) b. Usia dewasa (29 tahun – 38 tahun) c. Usia tua (39 tahun – 66 tahun)

(36)

1.3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden pada saat penelitian dilaksanakan, diukur dengan skala rasio dan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi.

a. Rendah (Tidak bersekolah – Lulus SD) b. Sedang (SMP – SMA)

c. Tinggi ( > SMA)

1.4. Motif menonton adalah hal-hal atau faktor yang menyebabkan seseorang tertarik untuk menonton program berita mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu formula. Motif menonton ini dibagi menjadi motif informasi, identitas personal, integritas dan interaksi sosial dan hiburan, dan diukur dengan skala ordinal.

2. Lingkungan sosial adalah kondisi atau situasi yang menggambarkan suasana di sekitar responden. Peubah dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain frekuensi interaksi dan pasangan interaksi

2.1. Frekuensi interaksi adalah tingkat keseringan interaksi responden dengan teman, tetangga atau keluarga dalam membicarakan tayangan program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB dalam rentang waktu bulan tiga bulan sebelum penelitian. Interaksi teman diukur dengan skala ordinal dan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu

a. Rendah (6-11) kali b. Sedang (12-13) kali c. Sering (14-20) kali

2.2. Pasangan interaksi adalah seseorang atau beberapa orang yang paling sering berinteraksi dengan responden mengenai program televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB. Pasangan interaksi ini dibedakan menjadi teman, tetangga dan keluarga.

(37)

Peubah ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu frekuensi menonton, lama menonton dan program berita yang ditonton.

3.1. Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan responden menonton siaran berita bakteri E. sakazakii pada susu formula, per satu hari dalam satuan kali pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala ordinal, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:

a. Rendah (1 kali) b Sedang (2-3 kali) c. Tinggi (> 3 kali)

3.2. Lama menonton adalah jumlah menit yang dihabiskan responden untuk menonton acara/program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu formula per satu hari pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala ordinal, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:

a. Sebentar (3-14 menit) b. Sedang (15-29 menit) c. Lama (30-60 menit)

3.3. Waktu menonton adalah saat dimana individu biasa menonton tayangan berita TV yang paling sering per satu harinya pada saat tiga bulan sebelum penelitian. Waktu menonton ini dibedakan menjadi pagi, siang, sore dan malam hari, diukur dengan skala nominal.

3.4. Program berita yang ditonton adalah jenis channel televisi yang menyiarkan berita yang menyajikan informasi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula yang paling sering ditonton oleh masyarakat pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala nominal.

(38)

ordinal, dan dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu sangat buruk, buruk, baik dan sangat baik.

4.1 Nilai informasi berita merupakan isi pesan yang disampaikan berita apakah mengandung nilai informasi yang mendidik dan sekaligus memberikan penjelasan tertentu pada sesuatu hal dan menghibur (melepaskan diri dari permasalahan, kelelahan dan kepenatan). Nilai informasi yang mendidik dan menghibur dapat dilihat dari menarik atau tidaknya berita tersebut, kesesuaian materi dengan kebutuhan khalayak dan cakupan materi seberapa luas dan dalam mengangkat dan membahas suatu cerita, diukur dengan skala ordinal.

4.2. Daya tarik format tayangan berita adalah kemampuan berita TV untuk menarik minat khalayak untuk menyaksikan tayangan berita terkait dengan isu bakteri E. sakazakii, diukur dengan skala ordinal.

5. Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB terkait isu bakteri E. sakazakii pada berita TV adalah kesan mengenai IPB sebagai pelaku penelitian yang dibentuk khalayak yang menonton berita TV tercemarnya susu formula dengan bakteri E.sakazakii, diukur dengan skala ordinal dan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu buruk, cukup dan baik. Citra IPB dapat dilihat dari: 5.1 Hasil Penelitian IPB adalah persepsi masyarakat terhadap perolehan

hasil dan manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh pihak IPB, yaitu mengenai penelitian penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula, diukur dengan skala ordinal.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai penelitian survai dengan tipe eksplanatory atau confirmatory research. Penelitian explanatory merupakan penelitian penjelasan yang menyoroti hubungan antar peubah-peubah penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun dan Efendy, 2006). Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan didukung oleh beberapa data kualitatif seperti catatan lapang dan wawancara mendalam antara peneliti dengan responden. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual secara detail tentang hal-hal yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan.

3.2 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu desa lingkar Kampus IPB yaitu Desa Cimanggu I. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Desa Cimanggu I, terdiri dari 3 dusun, 9 RW dan 30 RT. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive, karena desa tersebut secara geografis mudah dijangkau oleh peneliti dan peneliti sudah pernah melakukan kegiatan kuliah kerja profesi (KKP) di desa tersebut sehingga hubungan sosial dengan responden sudah dibangun sebelumnya, dengan demikian peneliti bisa memiliki peluang besar untuk menemukan permasalahan yang dikaji.

3.3 Populasi dan Sampel

(40)

bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Jumlah populasi sasaran sebanyak 349 jiwa, dengan jumlah populasi yang menonton program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii sebanyak 82 orang.

Metode pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara judgement sampling, yaitu cara penarikan sampel berdasarkan pertimbangan pribadi semata dan sampel yang dipilih dapat mewakili. Pada penarikan sampel secara judgement ini, setiap responden dapat langsung dipilih di lokasi penelitian asalkan responden tersebut memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti dan bersedia untuk mengisi kuesioner. Kriteria responden pada penelitian kali ini adalah ibu rumah tangga yang mengetahui dan menonton program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Menurut Engel et al.,(1994) dalam Nasution (2009) konsumsi makanan dalam keluarga sangat ditentukan oleh ibu rumah tangga yang memainkan peran sebagai gate keeper yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga. Ibu sebagai seorang gate keeper, berperan dalam mengumpulkan informasi mengenai produk makanan yang aman serta cara menyajikan makanan yang sehat, yang nantinya akan berperan dalam memberikan inisiatif pemikiran dalam keluarga mengenai pembelian dan membantu pengambilan keputusan, khususnya mengenai keputusan pembelian sebagian besar bahan pangan.

Jumlah sampel yang diambil adalah 46 orang ibu rumah tangga, hal ini didasarkan pada penentuan sampel menurut Walpole (1997) yang menyatakan bahwa jumlah sampel sebanyak 30 orang telah dapat memberikan ragam sampel yang stabil sebagai pendugaan ragam populasi, serta dengan mempertimbangkan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti seperti data, waktu dan kemampuan.

3.4 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

(41)

karya ilmiah lainnya. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi:

1. Karakteristik ibu rumah tangga Desa Cimanggu I, meliputi: usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan motivasi menonton.

2. Lingkungan sosial, meliputi interaksi dengan teman, tetangga dan interaksi dengan keluarga.

3. Persepsi masyarakat terhadap isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada berita TV, meliputi nilai informasi berita dan daya tarik format tayangan berita. Persepsi masyarakat terhadap citra IPB terkait dengan berita bakteri E. sakazakii pada susu formula, meliputi pengetahuan masyarakat akan hasil penelitian IPB dan lulusan IPB

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian kali ini seperti gambaran umum desa, data kependudukan desa, infrastruktur desa dan lainnya. Metode pengumpulan data yang dilakukan di lapangan adalah wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi.

3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum kuesioner digunakan sebagai istrumenasi penelitian, kuesioner telah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Uji tersebut dilakukan pada waktu prasurvei yang dilaksanakan di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

3.5.1 Validitas Instrumen

(42)

r = N (∑XY) (∑X∑Y)

[N∑X2 – (∑X)2] [N∑Y2 – (∑Y)2]

Keterangan:

r : nilai koefisien validitas n : jumlah responden X : skor pertanyaan pertama Y : skor total

Pengujian validitas istrumen dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. 2-tailed] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Pada penelitian kali ini pertanyaan yang diuji adalah pertanyaan pada bagian motif menonton dan persepsi ibu rumah tangga pada berita televisi dan citra IPB.

Pengujian dilakukan kepada 10 responden yang dapat mewakili seluruh sampel. Pertanyaan mengenai motif menonton berjumlah 10 buah, dari 10 pertanyaan tersebut terdapat tujuh pertanyaan yang valid atau mempunyai hasil uji validitas lebih kecil dari rtabel (rα0,05), dan terdapat tiga pertanyaan yang tidak valid, yaitu pada nomor 1, 9, dan 10. Pertanyaan yang tidak valid tersebut dikarenakan jawaban dari responden seragam, oleh karena itu seluruh pertanyaan yang tidak valid tersebut diganti dengan pertanyaan yang lebih beragam.

Pengujian dilakukan kepada 10 responden yang dapat mewakili seluruh sampel. Dari 30 pernyataan mengenai persepsi program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB yang diajukan, terdapat lima pertanyaan yang valid atau mempunyai hasil uji validitas lebih kecil dari rtabel (rα0,05), dan terdapat dua puluh lima pertanyaan yang tidak valid, yaitu pertanyaan nomor 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30. Banyaknya jumlah pertanyaan yang tidak valid disebabkan oleh pertanyaan yang sulit dimengerti oleh responden, oleh karena itu seluruh pertanyaan yang tidak valid tersebut sudah diganti dengan pertanyaan yang lebih mudah dimengerti oleh responden. Jumlah pertanyaan mengenai persepsi program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra ditambah menjadi 32 pertanyaan.

(43)

3.5.2 Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel (Singarimbun dan Effendi, 2006). Pengujian ini dilakukan dengan program SPSS for Windows versi 17,0, dengan menggunakan teknik cronbach alpha. Uji kuesioner dilakukan kepada 10 responden, pada pertanyaan motif menonton dan persepsi terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dan citra IPB.

Berdasarkan hasil pengujian pada pertanyaan mengenai motif menonton, nilai reliabilitas yang diperoleh adalah 0,890. Nilai reliabilitas pada hasil pengujian terhadap pertanyaan mengenai persepsi responden terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB adalah sebesar 0,671. Sesuai kriteria, nilai pada hasil pengujian motif menonton dan persepsi responden sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya (Ghozali, 2002).

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(44)

contongency. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows versi 17.0 untuk mempermudah dalam proses pengolahan data.

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Fisik

Desa Cimanggu I terletak di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 125 Ha. Desa Cimanggu I terdiri dari 3 Dusun, 9 RW dan 30 RT. Ketiga dusun yang terdapat di Desa Cimanggu I yaitu Dusun Ciareteun yang di dalamnya terdapat RW 1, 2, 3, dan 8. Dusun kedua adalah Dusun Bojong Galeuh yang di dalamnya terdapat RW 9, dan dusun ketiga adalah Dusun Jatake yang di dalamnya terdapat RW 4, 5, 6 dan 7.

Dilihat dari letak wilayahnya, Desa Cimanggu I berbatasan dengan Desa Cijujung di sebelah utara, Desa Cibatok I di sebelah selatan, Desa Cimanggu II di sebelah barat, dan Desa Leuweung Kolot di sebelah timur. Desa Cimanggu I dapat dijangkau dengan menggunakan angkutan umum dengan jurusan Leuwiliang dan Jasinga dalam waktu kurang lebih dua puluh menit dari kampus IPB Darmaga.

Desa Cimanggu I merupakan desa yang terletak di dataran rendah-sedang. Kondisi tanah yang bergelombang terdiri atas 50% tanah basah dan 50% tanah darat dengan suhu rata-rata 32-350C dengan curah hujan terbanyak 30 hari banyaknya curah hujan 2000-3007 mm per tahunnya. Data penggunaan lahan di Desa Cimanggu 1 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Sebaran luas lahan menurut penggunaannya di Desa Cimanggu 1.

Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) Luas Tanah Sawah 22 18,00

Gambar

Tabel 1 Kategori gratification dan contoh dalam teori uses and gratification.
Gambar 1. Proses pembentukan persepsi berdasarkan model Solomon
Gambar 2. Kerangka pemikiran persepsi ibu rumah tangga terhadap berita
Tabel 2. Sebaran luas lahan menurut penggunaannya di Desa Cimanggu 1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengunakan pemain muda oleh Klub Angling Darma dalam sebuah kompetisi memang memiliki beberapa kendala tetapi manfaat yang didapatkan jauh lebih banyak dibanding dengan

Kepada sahabat-sahabat tersayangku Biologi 2005 (Erna, Rico, Julita, Riris, Delni, Ruth, Simlah, Phyle, Valen, Taripar, Misran, Toberni, Sidahin, Erni, Rosida,.. Tetty Rini

Penelitian akan membandingkan beban kerja mental dari aktivitas pekerja dengan pendekatan metode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) dan Work Load Analysis agar

Partisipasi Masyarakat Dalam Konservasi Cagar Alam Pulau Dua Di Kelurahan Sawah Luhur. P =

Dalam penelitian Irawan, et al (2012) mengungkapkan bahwa sebenarnya wirausahawan di Kota Malang menyadari bahwa mereka memiliki kewajiban sebagai Wajib Pajak dan rencana

– Sifat obyek: Terlalu besar, terlalu kecil, gerakan terlalu lambat, Gerakan terlalu cepat, terlalu kompleks, bunyi-bunyi yang dipelajari terlalu halus, rintangan-rintangan

Hasil estimasi nilai intrinsik dengan menggunakan metode discounted cash flow dan relative valuation antara Rp2.607 per lembar saham sampai dengan Rp2.624, harga saham

Menimbang feses sapi perah dan jerami padi sesuai dengan hasil perhitungan perbandingan bahan sesuai nisbah C/N perlakuan.. Mencampurkan kedua bahan, kemudian menambahkan