• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Biaya Alat Tanam Benih Jagung (Zea Mays L.) Tipe Tugal, Semi Mekanis dan Mekanis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Biaya Alat Tanam Benih Jagung (Zea Mays L.) Tipe Tugal, Semi Mekanis dan Mekanis"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

ii

COST ANALYSIS OF CORN SEEDER BETWEEN DIBBLE, SEMI

MECHANICAL AND MECHANICAL TYPE

Hans Budi Findranov and Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc

Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus,

PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia.

Phone +62 81389998933, e-mail: hans_findranov@yahoo.com

ABSTRACT

The development of corn agroindustry nowadays is always followed by the development of sustainable mechanization technology. The mechanization technologies have been applied in corn production process, especially for soil tillaging, but not much applied in seeding process. Many innovation and experiment that concern in seeding technology have been done by academician. Yet the innovation have been well developed, the study of financial aspect in the application of such newly developed technology is often neglected. Besides the study of financial aspect is as important as study on its performance. Thus, the process of developing new technology should be enhanced with study on its financial aspects such as feasibility study. Purpose of this research proposal is to have a engineering economy analysis on newly developed corn seeding technology, they are semi-mechanical

corn seeder “CO Seeders” which developed by Mechanical and Biosystem Engineering (Bogor

Agricultural University) students, dibble corn seeder “V Model” and mechanical corn seeder “Grain Seeder” which developed by Development Center of Agricultural Mechanization. Evaluation of such alternatives will be studied in order to obtain the conclusion of a machine that has the best cost efficiency. Evaluation of alternative will be conducted using Present Worth Cost (PWC) method and base cost method. Engineering economic modelling with PWC method shown that the “Grain Seeder” mechanical type corn seeder is have the least cost at 61 ha and more whereas the base cost method

have the “Grain Seeder” least cost at 37 ha and more .

(2)

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Jagung merupakan sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan serta menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Jagung di beberapa wilayah di Indonesia sendiri juga merupakan pangan pokok, seperti di daerah Madura dan Nusa Tenggara.

Jagung selain bermanfaat sebagai bahan pangan juga bermanfaat sebagai bahan baku industri. Pemenfaatan jagung sebagai bahan baku industri secara umum dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan produk hasil olahannya, yakni industri giling kering yang menghasilkan tepung jagung, industri giling basah yang menghasilkan pati, sirup, gula jagung, minyak, dan dextrin jagung serta industri destilasi dan fermentasi yang menghasilkan etil alcohol, aseton, asam laktat, asam sitrat, gliserol, dan lain‐lain. Tidak hanya itu, jagung juga dapat dimanfaatkan jagung sebagai campuran pakan ternak. Bahkan di beberapa pedesaan jagung digunakan sebagai bahan pakan utama. Sebagai campuran, jagung biasanya dicampur bersama bahan pakan lain seperti dedak, sholgum, hijauan, dan tepung ikan. Pakan ini dapat diberikan pada ternak ayam, itik, dan puyuh (Anonim 2004)

Seiring dengan perkembangan teknologi, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya peternakan di Indonesia yang juga akan meningkatkan permintaan terhadap pakan ternak yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai salah satu campuran bahan ternak. Selain itu, berkembangnya industri produk pangan lokal berbasis tepung jagung dan aneka snack olahan jagung di kalangan masyarakat yang secara tidak langsung akan meningkatkan permintaan jagung sebagai bahan baku pangan. Pada tahun 2004 saja kebutuhan jagung di Indonesia mencapai lebih dari 10 juta ton pipilan kering per tahun. Dari jumlah tersebut 51 % dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak, sisanya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan produk pangan. Angka ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun (Anonim 2004). Hal ini menggambaran potensi pasar dan peluang yang tinggi bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya.

Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah baik di tegalan, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi, sebagian terdapat juga di daerah pegunungan pada ketinggian 1000‐ 1800 m di atas permukaan laut. Tanah yang dikehendaki adalah tanah yang gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik (Anonim 2004).

Pengembangan agrondustri jagung tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi mekanisasi, baik di dalam maupun di luar usaha tani. Pertumbuhan agroindustri jagung pedesaan yang mandiri dan didukung oleh teknologi mekanisasi merupakan pijakan dalam mewujudkan industri pertanian yang efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan. Adapun tahapan budidaya jagung secara umum adalah pengolahan tanah, penanaman, perawatan, dan pemanenan (Hendriadi et al. 2007).

Penanaman jagung merupakan kegiatan pembenaman benih ke dalam tanah, dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan alat dan mesin pertanian. Alat bantu penanaman jagung mulai dari yang paling sederhana seperti tugal sampai alat tanam modern yang menggunakan mesin. Alat tersebut pada dasarnya mempunyai prinsip yang sama, yaitu memerlukan mekanisme pembuka lubang/alur, peletak, penjatuh benih, dan penutup lubang tanam atau alur.

(3)

2

“Grain Seeder” buatan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan). Pengoperasian alat ini dapat ditarik traktor roda 2 maupun roda 4. Rancangan memiliki jumlah alur 2 buah dengan kontruksi tipe baru, yaitu roda penggerak metering memakai lengan ayun demikian juga pembuka alur sehingga mampu menyesuaikan dengan kontur tanah. Prototipe ini memiliki spesikasi khas yaitu jumlah alur mudah ditambahkan dan dikurangi (expandable) demikian juga jarak antar alur. Kapasitas kerja lapang mesin tanam 3 baris yang ditarik traktor roda 2 sebesar 3 jam/ha (Pitoyo2006). Meskipun demikian, menurut Margaretha et al. (2008) alat tanam mekanis belum banyak diadopsi petani karena harganya yang mahal dan kurangnya ketrampilan petani.

Control Otomatic Seeders (CO Seeder) adalah alat tanam benih semi mekanis yang akan dianalisis secara finansial kelayakan operasinya pada penelitian ini. Alat ini memiliki dua bagian utama yaitu: rangka mekanis dan perangkat elektronika dengan kapasitas penampungan benih masing-masing tempat penampung benih (hopper) adalah 1,5 kg sehingga dalam sekali tanam alat dapat menanam 2-3 benih. Tenaga masukan untuk komponen elektronika dalah berasal dari accu sedangkan tenaga dorong yang diperlukan untuk mendorong adalah gaya dorong manusia sebesar 64 Watt. Dalam pengoperasiannya alat ini hanya membutuhkan satu orang operator saja (Monayo et al. 2010).

Menurut Hendriadi et al. (2008) pengembangan teknologi mekanisasi tanpa memperhatikan kondisi wilayah dan tidak diikuti oleh perbaikan infrastruktur kelembagaan pendukung, sistem usahatani dan analisis kelayakan usaha tidak akan memberikan hasil yang optimal. Analisis kelayakan usaha yang dapat dilakukan dapat berupa analisis usaha secara keseluruhan maupun evaluasi alternatif.

DeGarmo et al. (1984) menyatakan bahwa evaluasi alternatif adalah suatu metode analisis yang dilakukan untuk menentukan pilihan terbaik secara finansial di antara alternatif penggunaan teknologi yang dapat digunakan. Oleh karena itu perlu dilakukan studi kelayakan operasional penanaman benih jagung antara alat tanam tugal, alat tanam mekanis (Grain Seeder), dan alat tanam semi mekanis (CO Seeders).

1.2

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menentukan biaya operasional alat tanam jagung tipe tugal, semi mekanis dan mekanis dengan menggunakan metode present worth cost (PWC) dan biaya pokok.

2. Membandingkan biaya yang dikeluarkan alat tanam benih jagung tipe tugal, semi-mekanis dan mekanis pada luas lahan tertentu.

1.3

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai referensi pemilihan alat tanam benih jagung bagi pelaku usaha agribisnis jagung. 2. Sebagai referensi studi ekonomi teknik bagi inovator alat tanam jagung untuk maju ke tahap

(4)

3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Budidaya Jagung

Jagung adalah tanaman yang menghendaki keadaan hawa yang cukup panas dan lembab dari waktu tanam sampai periode mengakhiri pembuahan. Jagung tidak membutuhkan persyaratan tanah yang spesifik karena tanaman ini dapat ditanam hampir di semua macam tanah. Berikut tahapan budidaya jagung secara umum.

2.1.1

Penyiapan Lahan

Kegiatan penyiapan lahan dilakukan untuk mempersiapkan tanah yang nantinya akan ditanami benih jagung. Guna memaksimalkan proses budidaya jagung dan hasil yang maksimal maka lahan harus dipersiapkan dengan baik.

Cara penyiapan lahan sangat bergantung pada fisik tanah seperti tekstur tanah. Tanah bertekstur berat perlu pengolahan yang intensif. Sebaliknya, tanah bertekstur ringan sampai sedang dapat disiapkan dengan teknik olah tanah konservasi seperti olah tanah minimum (OTM) atau tanpa olah tanah (TOT). Keuntungan penyiapan lahan dengan teknik olah tanah konservasi adalah dapat memajukan waktu tanam, menghemat tenaga kerja, mengurangi pemakaian bahan bakar untuk mengolah tanah dengan traktor, mengurangi erosi, dan meningkatkan kandungan air tanah (FAO 2000).

2.1.2

Penanaman

Kegiatan penanaman adalah proses transplantasi benih jagung ke dalam media tanamnya (tanah). Menurut Akil et al (2007) Salah satu upaya untuk mendapatkan hasil optimum adalah mengatur populasi tanaman. Secara umum, kepadatan tanam anjuran adalah 66.667 tanaman/ha. Ini dapat dicapai dengan jarak tanam antarbaris 75 cm, dan 20 cm dalam barisan dengan satu tanaman per rumpun, atau jarak antarbaris 40 cm dengan dua tanaman per rumpun. Bagi daerah yang kekurangan tenaga kerja, jarak tanam dalam barisan 40 cm dengan dua tanaman per lubang lebih memungkinkan.

2.1.3

Pemupukan

Pemupukan adalah proses pemberian unsur kimia kepada tanah yang ditanami tanaman untuk menunjang hasil produksi. Pemupukan secara berimbang dan rasional merupakan kunci utama keberhasilan peningkatan produktivitas jagung. Kadar unsur hara di dalam tanah, jenis pupuk/hara yang sesuai, dan kondisi lingkungan fisik, khususnya pedo-agroklimat, merupakan faktor penting perlu diperhatikan dalam mencapai produktivitas optimal tanaman (Akil et al. 2007).

(5)

4

pupuk per hektarnya urea 300 kg, TSP 100 kg dan KCL 50 kg. jagung non-hibrida membutuhkan per hektarnya urea 250 kg, TSP 75 – 100 kg dan KCL 50 kg (Adisarwanto 2002).

2.1.4

Pengairan

Budi daya jagung tidak hanya di lahan kering pada musim hujan, tetapi juga pada lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah pada irigasi musim kemarau, terutama pada areal yang ketersediaan air irigasinya kurang memadai untuk budi daya padi. Pengairan tanaman jagung pada musim kemarau bersumber dari air tanah yang dipompa maupun air permukaan dari jaringan irigasi. Agar distribusi air lebih efektif ke tanaman, petani umumnya membuat saluran air di antara barisan tanaman dengan menggunakan cangkul atau bajak ditarik ternak (Akil et al. 2007).

2.1.5

Pemanenan

Panen dilakukan pada saat biji telah masak fisiologis yang ditandai oleh adanya lapisan hitam pada biji. Panen merupakan tahap awal yang penting dari seluruh rangkaian penanganan pascapanen jagung, karena berpengaruh terhadap jumlah dan mutu hasil. Panen terlalu awal menyebabkan jumlah butir muda banyak, sehingga mutu biji dan daya simpannya rendah. Sebaliknya, terlambat panen mengakibatkan penurunan mutu dan peningkatan kehilangan hasil. Secara umum, saat panen yang tepat ditentukan oleh tingkat kemasakan biji, namun yang utama adalah berdasarkan penampilan visual, yaitu menuanya klobot atau bagian-bagian tanaman secara keseluruhan, mulai dari daun yang telah berwarna kecoklatan.

Menurut Akil et al. (2007) Tanda-tanda jagung siap panen: (a) umur tanaman mencapai maksimum, yakni setelah pengisian biji optimal; (b) daun menguning dan sebagian besar mulai mengering; (c) klobot sudah kering atau kuning; (d) bila klobot dibuka, biji terlihat mengkilap dan keras, bila ditekan dengan kuku tidak membekas pada biji; dan (e) kadar air biji 25-35%.

2.2

Kondisi Ideal Penanaman Benih Jagung

2.2.1

Benih

Benih adalah faktor yang penting pada rangkaian budidaya tanaman karena merupakan awal kehidupan tanaman, sehingga untuk mendapatkan produksi yang tinggi perlu digunakan benih yang bermutu tinggi pula. Menurut Abdina (2008) benih bermutu tinggi ditentukan oleh faktor genetik dan faktor fisik. Faktor genetik adalah varietas yang memiriki genotipe dan fenotipe baik. Faktor fisik adalah benih yang persentase perkecambahannya tinggi, bebas dari kotoran, dan kadar airnya rendah.

Guna meningkatkan produksi jagung pemilihan benih harus tepat. Menurut Adisarwanto (2002) benih bermutu tinggi yang umum ditanam di Indonesia berupa varietas unggul bersari bebas atau varietas unggul hibrida. Varietas bersari bebas antara lain Arjuna, Bisma, Lagalig, Kalingga, Wiyasa, Rama, dan Wisanggeni. Varietas hibrida antara lain Semar-2, Semar-3, CP-1, CP-2, Bisi-1, Bisi-2, Pioneer-3, Pioneer-4, dan Pioneer-5.

2.2.2

Pengolahan Tanah

(6)

5

dilakukan pada tanah yang berat dengan kondisi tanah tidak terlalu kering atau basah kemudia tanah dicangkul atau dibajak sedalam 15 – 20 cm guna penggemburan dan pembenaman gulma. Proses akhir pengolahan tanah dalah dengan digaru guna meratakan tanah.

Pengolahan tanah secara minimum (zero tillage) dilakukan pada tanah yang sangat peka terhadap erosi. Pengolahan dilakukan hanya pada barisan persiapan tanam selebar 60 cm dan sedalam 15 – 20 cm dengan cangkul atau bajak. Selanjutnya dilakukan pendangiran pada saat tanaman berumur 25 hari. Lahan hanya dilakukan penugalan kemudian benih langsung ditanam.

Tanpa pengolahan tanah (zero tillage) dilakukan pada lahan yang bertekstur ringan dan lahan yang kekurangan air atau saat musim kemarau dengan tujuan menghindari penguapan berlebihan. Lubang tanam dibuat hanya menggunakan cangkul. Perbedaan denga metode lain, pada lahan TOT perlu diberi mulsa untuk mengatasi erosi dan menekan gulma.

Menurut Hendriadi et al. (2007) pengolahan tanah umumnya dilakukan dua kali. Pengolahan tanah pertama adalah dicangkul atau dibajak dengan cara membalik tanah sehingga sisa-sisa tanaman terbenam dan mengalami pembusukan, pengolahan tanah dilakukan dengan bajak piring ataupun bajak singkal. Pengolahan tanah kedua dilakukan dengan bajak rotari atau garu yang berguna untuk memecah tekstur tanah yang bertujuan untuk menggemburkan tanah guna kelangsungan pertumbuhan tanaman jagung.

2.2.3

Iklim

Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian sinar matahari, curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup, tidak boleh terhalang pohon-pohonan atau bangunan. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 27 °C (Abdina 2008).

2.2.4

Metode Penanaman

Benih jagung yang akan ditanam harus memenuhi beberapa kondisi penanaman ideal agar benih dapat tumbuh dengan baik. Penelitian banyak dilakukan untuk mengetahui kondisi ideal penanaman benih jagung. Menurut Hendriadi et al. (2007) Agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, cara tanam jagung mempertimbangkan beberapa hal di antaranya kedalaman penempatan benih, populasi tanaman, cara tanam, dan lebar alur/jarak tanam. Kedalaman penempatan benih bervariasi antara 2,5-5 cm, bergantung pada kondisi tanah. Pada tanah yang kering, penempatan benih lebih dalam. Populasi tanaman umumnya bervariasi antara 20.000-200.000 tanaman/ha. Hasil penelitian Subandi et al.(2003) menunjukkan bahwa populasi tanaman optimal untuk empat varietas yang diuji (Bisma, Semar-10, Lamuru, dan Sukmaraga) adalah 66.667 tanaman/ha.

Syarat lain yang perlu diperhatikan agar tanaman dapat berkembang secara optimal adalah jarak tanam. Penentuan jarak tanam jagung dipengaruhi oleh varietas yang ditanam, pola tanam, dan kesuburan tanah. Jarak tanam jagung yang umum digunakan adalah 75 cm x 25 cm, 80 cm x 25 cm, 75 cm x 40 cm, dan 80 cm x 40 cm, dua benih/lubang (Hendriadi et al. 2007).

(7)

6

Menurut Abdina (2008) kondisi ideal penanaman benih tidak terlepas dari waktu tanam dan pola tanam. Pada umumnya jagung di Indonesia ditanam dua kali dalam setahun. Periode tanam pertama adalah saat musim penghujan hampir berakhir yaitu pada bulan Februari sampai April. Periode tanam kedua adalah saat permulaan musim hujan yang jatuh sekitar bulan September sampai November. Keterlambatan penanaman jagung sampai dengan bulan Desember dapat mengakibatkan tanaman menderita serangan penyakit bulai (Downy mildew) berat. Proses penanaman jagung di Indonesia dilakukan pada selang waktu maksimum 15 hari per blok tanam guna penyesuaian terhadap usia tanam agar perbedaan variasi tanaman tidak terlalu mencolok. Setiap proses penanaman harus diterapkan masa vakum selama minimal 15 hari agar hama tanaman dapat dikendalikan, setelah itu baru dilakukan proses penanaman pada blok lain.

2.3

Alat Tanam Benih Biji-bijian

Pekerjaan penanaman dapat meliputi penempatan benih atau umbi-umbian ke dalam tanah pada kedalaman tertentu, penyebaran benih secara acak atau penyebaran benih pada permukaan tanah. Pekerjaan penanaman juga dapat dilakukan oleh alat tanam yang berfungsi membuka penempatan benih, menjatah benih dan menutupnya kembali (Kepner et al. 1978).

Perkecambahan dan pertumbuhan biji suatu tanaman dipengaruhi suatu faktor, yaitu :

1. Jumlah biji yang ditanam 2. Daya kecambah biji 3. Perlakuan terhadap biji 4. Keseragaman ukuran biji 5. Kedalaman penanaman 6. Jenis tanah

7. Kelembaban tanah

8. Mekanisme pengeluaran biji 9. Keseragaman penyebaran 10.Tipe pembuka dan penutup alur 11.Waktu penanaman

12.Tingkat pemadatan tanah sekitar biji 13.Drainase yang ada

14.Hama dan penyakit 15.Keterampilan operator

Menurut Daywin et al. (1955) di dalam Monayo et. al. (2010) metode penanaman benih dengan alat tanam dibagi beberapa metode :

1. Broadcasting yaitu menyebar biji di atas permukaan tanah secara acak.

2. Drill seeding yaitu menjatuhkan biji secara acak dalam alur sekaligus menutup biji tersebut. 3. Precision drilling yaitu menempatkan sebuah biji dengan jarak yang sama dalam barisan

tanaman.

4. Hill dropping yaitu menempatkan sekelompok biji di dalam tanah dengan jarak yang sama dalam barisan tanaman.

(8)

7

2.4

Alat Tanam Tugal

Alat penanam tradisional yang umum digunakan adalah alat yang disebut tugal. Tugal merupakan alat yang paling sederhana yang dapat digerakkan dengan tangan dan cocok untuk menanam benih dengan jarak tanam lebar. Pada umumnya tugal yang digunakan di Indonesia hanya memiliki mekanisme melubangi tanah kemudian operator memasukkan benih jagung dan furadan secara manual lalu menutup kembali lubang tanam tersebut.

Alat tanam tugal yang akan dibahas adalah alat tanam tugal “Model V” hasil rekayasa Balai

Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan). Bagian utama tugal yang dimodifikasi adalah tangkai kendali, kotak benih, pengatur keluaran benih dan saluran benih. Spesifikasi dan gambar alat tanam tugal dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Alat tanam tugal modifikasi “Model V”.

(Sumber : Hendriadi et al. 2007)

Mekanisme kerja alat tugal “Model V” ini adalah pada saat ditugalkan ke tanah dan tangkai

kendalinya didorong ke depan maka tangkai penguak akan menguak tanah dan sekaligus memberi tanda pada permukaan tanah dan mendorong tuas yang juga menggerakkan papan benih sehingga benih yang ada di dalam lubang papan benih akan jatuh ke lubang tegalan di tanah. Apabila alat tanam diangkat, tanah akan terkuak dan menutup kembali dan papan benih akan kembali ke posisi semula. Ilustrasi skema kerja alat tanam tugal “Model V” dapat dilihat pada Gambar 2.

(9)

8

2.5

Alat Tanam Semi Mekanis

Pengertian alat tanam semi mekanis adalah alat tanam yang mekanisme kerjanya otomatis tetapi tenaga penggeraknya berasal dari manusia. Alat tanam semi mekanis yang dibahas adalah alat tanam Control Otomatic Seeder atau “CO Seeders” rancangan mahasiswa Teknik Mesin dan

Biosistem IPB. Spesifikasi dan gambar alat tanam “CO Seeders” dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Alat tanam jagung semi mekanis “CO Seeder”.

(sumber : Wijaya 2011)

Alat tanam “Co Seeders” pernah dibuat sebelumnya dan diuji coba. Dimensi alat ini adalah 130 x 100 x 90 cm. Ukuran ini didesain berdasarkan antropometri rata-rata orang Indonesia. Panjang

batang penghubung yang digunakan adalah 110 cm dengan roda tugal diameter 40 cm sehingga panjang total dari alat tanam ini adalah 130 cm. Kapasitas penampungan benih masing-masing tempat penampung benih (hopper) adalah 1,5 kg sehingga dalam sekali tanam alat dapat menanam 3 kg benih. Penjatah benih yang digunakan berdiameter 12 cm dan berbentuk tabung.

Sistem penggerak roda tugal adalah gaya dorong manusia dengan bantuan microcontroller dan sensor magnet yang terpasang pada batang proximity. Harapan dari sistem yang dipakai ini adalah ketepatan pembacaan lubang tugal dan penyaluran benih ke dalam lubang. Tenaga masukan untuk komponen elektronika dalah berasal dari aki sedangkan tenaga dorong yang diperlukan untuk mendorong adalah gaya dorong manusia yang berkisar antara 64 Watt. Dalam pengoperasiannya alat ini hanya membutuhkan satu orang operator saja.

Pengujian alat tanam ini sebelumnya dilakukan oleh Monayo et al. (2010) pada skala laboratorium ini dilakukan di bengkel Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB Leuwikopo. Hasil pengujian skala laboratorium adalah bahwa jarak tanam yang diperoleh setelah pengukuran ulang adalah 80.5 x 20.3 cm dengan diameter hasil penugalan sebesar 4,9 cm. Hasil keluaran benih oleh piringan penjatah adalah: keluaran benih dengan jumlah 1 benih perlubang adalah 30 %, 2 benih perlubang 60%, sedangkan 3 biji perlubang tanam adalah sebesar 10 %. Berdasarkan hasil pengujian kapasitas lapang alat ini adalah 5.3 jam/ha atau 0.1887 ha/jam.

Alat ini kembali dirancang ulang oleh Wijaya (2011) dengan beberapa perbaikan guna mendapatkan kualitas penanaman yang lebih baik. Pengujian kinerja alat tanam yang terbaru dilakukan langsung oleh penulis yang selanjutnya akan dikaji di dalam skripsi ini.

2.6

Alat Tanam Mekanis

(10)

9

Alat tanam mekanis yang dibahas adalah alat tanam “Grain Seeder” rancangan BBP Mektan. Alat tanam ini dapat dioperasikan dengan digandeng traktor roda 2 dan traktor roda 4, akan tetapi hanya akan dibahas penggunaan alat tanam mekanis dengan traktor roda 2 karena kebanyakan luas lahan pertanian di Indonesia belum membutuhkan traktor roda 4 (Litbang Deptan 2009).

Data hasil uji lapang pengujian mesin menanam dengan penarik traktor roda 2 menunjukkan masih terdapat missing hill sekitar 5% ditandai dengan jarak tanam meloncat satu jarak tanam. Pengujian penjatahan biji adalah 50% berjumlah 1 dan 50% berjumlah 2. Kedalaman tanam nilainya bervariasi antara 2 cm sampai 7 cm. Hasil perhitungan dengan simulasi jarak tanam jagung antar baris 75 cm dan 3 baris alat tanam, maka kapasitas kerja lapang dengan efisiensi lapang 50% adalah 3 jam/ha (Pitoyo 2006). Spesifikasi dan gambar alat tanam mekanis dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Alat tanam mekanis “Grain Seeder” dengan traktor roda 2. (Sumber : Pitoyo 2006)

Harga 3 baris alat tanam adalah Rp 15.000.000 sedangkan harga traktor roda 2 merk QUICK G1000 (8.5 Hp) adalah Rp 19.600.000 (Quick Tractor 2011) dengan umur ekonomis alat tanam 4 tahun, traktor 10 tahun. Nilai akhir mesin sebesar 10% dari harga baru. Alat tanam ini dioperasikan oleh 1 orang operator.

2.7

Evaluasi Alternatif

Metode pendekatan evaluasi alternatif adalah salah satu metode penting yang ada di dalam ranah ilmu ekonomi teknik (engineering economy). Evaluasi alternatif digunakan untuk mengukur manfaat dan efisiensi untuk mengambil suatu keputusan dalam suatu investasi. Menurut Young (1993) alternatif yang dapat dievaluasi adalah alternatif investasi proyek, penggunaan teknologi maupun kebijakan perusahaan akan suatu proses tertentu. Menurut DeGarmo et al. (1984) pengambilan keputusan atas beberapa alternatif harus didasarkan pada jumlah investasi modal terendah dan menghasilkan hasil yang optimum.

Konsep dasar ekonomi teknik dalam evaluasi alternatif menurut Young (1993) adalah nilai uang terhadap waktu, biaya, dan manfaat. berikut adalah penjelasan mengenai konsep tersebut :

2.7.1

Biaya

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi 1986). Guna mengidentifikasi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaanuntuk suatu proyek dalam proses produksi, maka biaya dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan.

(11)

10

a. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya modal yang dikeluarkan untuk membiayai pengadaan barang modal. Biaya investasi umumnya dikeluarkan di awal usaha dan cukup besar, misalnya, properti, mesin dan alat, dan peralatan kantor.

b. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam periode waktu tertentu. contoh biaya tetap adalah gaji, premi asuransi, bunga pinjaman, perawatan alat dan mesin.

c. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap periode waktu. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, sarana investasi, bahan pembantu (BBM, spare-part mesin) dan upah tenaga kerja langsung.

2.7.2

Manfaat

Manfaat merupakan sesuatu yang menimbulkan kontribusi terhadap tujuan suatu bisnis. Manfaat bisa berupa manfaat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung adalah manfaat yang secara nyata dan langsung dapat dirasakan sebagai akibat bisnis seperti penjualan, peningkatan produksi, penurunan biaya. Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang secara tidak langsung ditimbulkan karena adanya suatu bisnis seperti peningkatan kondisi ekonomi, terbukanya infrastruktur baru dan dukungan kebijakan pemerintah.

2.7.3

Nilai Uang Terhadap Waktu

Nilai uang terhadap waktu adalah konsep yang menjelaskan kecenderungan penurunan nilai uang seiring dengan berjalannya waktu. Konsep nilai uang terhadap waktu digunakan untuk memperkirakan nilai uang di masa mendatang yang dianalisis pada masa sekarang maupun sebaliknya (De Garmo et al. 1984).

a. Interest Rate dan Rate of Return (ROR)

Dijelaskan oleh Blank & Tarquin (2002) bahwa interest rate atau suku bunga adalah menifestasi dari nilai uang terhadap waktu. Bunga adalah penambahan nominal uang karena aktivitas investasi yang dilakukan, sedangkan suku bunga adalah persentase nilai uang yang bertambah akibat aktivitas investasi. Nilai suku bunga digambarkan dalam satuan persen per bulan atau persen per tahun.

Rate of return (ROR) adalah tingkat pengembalian uang dari suatu aktivitas investasi dalam jangka waktu tertentu. Nilai ROR berupa persentase penambahan jumlah uang akibat aktivitas investasi dalam jangka waktu tertentu (Blank & Tarquin 2002). Dalam ranah studi kelayakan usaha, tingkat pengembalian suatu usaha digambarkan oleh Internal Rate of Return

(12)

11

investasi aman yaitu simpanan reguler di bank atau deposito bank. Umumnya standar IRR yang dapat dipertimbangkan adalah jika nilai IRR lebih besar dari bunga deposito bank.

b. Single Payment Present Worth

Single payment present worth (SPPW) adalah faktor/konstanta nilai uang terhadap waktu, nilai DR selalu menurun seiring dengan berjalannya waktu. Nilai SPPW didapatkan dari persamaan 2.1 (De Garmo et al. 1984).

Keterangan : SPPW = Single payment present worth i = Tingkat suku bunga (%/tahun)

n = Periode waktu (tahun)

c. Present Worth

Present Worth (PW) adalah metode untuk menghitung nilai uang di saat sekarang bila diketahui sejumlah tertentu di masa yang akan datang dalam periode waktu tertentu. Persamaan nilai uang di masa depan dan di masa sekarang dapat dilihat pada persamaan 2.2 (De Garmo et al. 1984).

Keterangan : F = Nilai uang di masa mendatang (Rp) P = Nilai uang di masa sekarang (Rp) i = Tingkat suku bunga (%/tahun)

n = Periode waktu (tahun)

d. Uniform Series Present Worth

Uniform series present worth (USPW) adalah metode untuk menghitung nilai uang di masa sekarang bila diketahui sejumlah uang yang jumlahnya sama setiap tahun di masa

mendatang dalam periode waktu tertentu. Persamaan USPWdapat dilihat pada persamaan 2.3 (De Garmo et al. 1984).

Keterangan : A = Nilai uang yang keluar atau masuk jumlahnya sama setiap tahunnya (Rp) P = Nilai uang di masa sekarang (Rp)

i = Tingkat suku bunga (%/tahun)

(13)

12

e. Minimum Attractive Rate of Return (MARR)

Menurut Blank & Tarquin (2002) pemilihan alternatif pada analisis ekonomi teknik menggunakan nilai MARR sebagai nilai suku bunga (i). Nilai MARR digunakan sebagai suku bunga untuk perhitungan evaluasi alternatif karena nilai MARR sama dengan tingkat pengembalian (ROR) minimum dari berbagai macam proposal usaha yang dapat dipertimbangkan, jika digunakan nilai ROR yang lebih tinggi maka akan didapatkan nilai DR yang rendah yang mengakibatkan nilai uang terhadap waktu yang didapatkan sangat kecil sehingga hasil dari analisis evaluasi alternatif kurang akurat. Selain itu penentuan nilai MARR berdasarkan nilai ROR terendah dari proposal usaha yang dapat dipertimbangkan adalah untuk memastikan bahwa alternatif yang ada harus sesuai dengan kondisi minimum dari suatu proposal usaha (ROR minimum). Ilustrasi penentuan nilai MARR dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Nilai MARR relatif terhadap berbagai macam ROR. (Sumber : Blank & Tarquin 2002)

Konsep dasar ekonomi teknik yang digunakan dalam evaluasi alternatif terkait satu dengan yang lainnya. Menurut DeGarmo (1984) metode evaluasi alternatif yang paling tepat untuk pemilihan alternatif teknologi yang digunakan dalam suatu proses usaha yang tingkat manfaatnya relatif setara adalah metode present worth cost.

Metode present worth cost (PWC) adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi alternatif untuk suatu proses yang tidak diketahui tingkat manfaatnya. Metode ini digunakan dengan cara membandingkan alternatif yang memiliki tingkat biaya terendah (least negative). Evaluasi alternatif dengan metode PWC nantinya akan didapat nilai PWC terendah dari setiap alternatif yang dievaluasi nilai biayanya. Ilustrasi penghitungan PWC dapat dilihat pada persamaan 2.4.

Tingkat Pengembalian Usaha (%)

Tingkat pengembalian (ROR) yang diharapkan dari proposal usaha

MARR Tingkat pengembalian minimum dari

proposal usaha yang dapat dipertimbangkan

(14)

13

Keterangan : PWC = Present Worth Cost (Rp)

I = Investasi (Rp)

AD = Annual Disbursement (Rp)

S = Nilai Sisa(Rp)

Annual disbursement (AD) adalah pengeluaran tahunan yang dikeluarkan oleh suatu usaha. Pengeluaran tahunan tersebut terlebih dahulu dihitung dengan metode PWAF untuk mengetahui nilainya di masa sekarang. Nilai sisa adalah nilai akhir dari investasi dalam bentuk arus masuk. Nilai sisa dari investasi terlebih dahulu dihitung dengan metode DF untuk mengetahui nilainya dimasa sekarang.

(15)

14

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1

Waktu dan Tempat

Penelitian dimulai dari bulan Februari sampai dengan September 2011. Studi literatur dan pengambilan data sekunder akan dilaksanakan di perpustakaan IPB dan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong. Perancangan alat tanam semi mekanis dilakukan oleh Sdr. Yunius Girry Wijaya, pengambilan data dilakukan jika alat tersebut telah selesai proses perancangannya. Pengambilan data alat tanam semi mekanis akan dilaksanakan di laboratorium lapang teknik mesin dan biosistem. Proses kegiatan penelitian tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Proses kegiatan penelitian

Kegiatan

Bulan

Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Pengambilan data

sekunder

Perancangan alat tanam semi mekanis (oleh Sdr. Yunius)

Pengujian kinerja alat tanam semi mekanis

Analisis data

Pelaporan

3.2

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Laptop 2. Digital camera

3. Meteran

4. Stopwatch

5. Tali rafia

6. Patok 7. Multimeter

8. Alat Tanam Semi Mekanis ”CO Seeder

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih jagung hibrida

3.3

Objek Penelitian

Objek penelitian adalah alat tanam benih jagung. Seluruh alat yang dijadikan objek penelitian merupakan alat inovasi yang direncanakan akan menuju tahap komersialisasi alat. Alat tanam jagung yang dijadikan objek penelitian merupakan inovasi alat tanam yang direncanakan untuk dikomersialisasikan. Alat tersebut adalah alat tanam tugal “Model V”, alat tanam semi mekanis “CO Seeder” dan alat tanam mekanis “Grain Seeder”. Objek penelitian digunakan sebagai permodelan

(16)

15

3.4

Asumsi

Penelitian ini menggunakan beberapa asumsi. Asumsi digunakan sebagai pembatasan dan pendefinisian suatu kondisi atau parameter untuk memudahkan proses analisis. Asumsi yang digunakan terletak pada kondisi proses penanaman, upah operator dan nilai sisa alat.

Asumsi penambahan blok tanam adalah jika pada blok kerja tertentu dengan alat yang tersedia, waktu penanaman telah mencapai 15 hari atau 120 jam. Jumlah blok maksimum yang digunakan adalah 6 blok kerja guna memudahkan penyesuaian penggunaan alat tanam. Asumsi penambahan alat adalah jika waktu penanaman per blok telah mencapai 15 hari atau 120 jam kerja. Proses penanaman pada tiap blok tidak boleh dilakukan secara kontinyu karena akan menyebabkan mudahnya hama berpindah dari blok satu ke blok lainnya. Guna memudahkan pengendalian hama maka diharuskan memberi jarak tanam antar blok, jarak tanam antar blok diasumsikan 15 hari. Ilustrasi pembagian blok tanam dapat dilihat pada Lampiran 3.

Asumsi pada tenaga kerja yang dibutuhkan pada alat tanam jagung tipe tugal adalah dua orang walaupun spesifikasi menunjukkan hanya diperlukan satu orang untuk proses penanaman. Hal ini dikarenakan alat tanam tugal tidak dilengkapi dengan fasilitas penjatahan furadan. Diasumsikan waktu penambahan satu orang operator untuk memberikan furadan pada lubang tanam. Kapasitas kerja pemberian furadan diasumsikan lebih rendah dari proses penanaman itu sendiri. Maka proses keseluruhan penanaman dan pemberian furadan pada alat tanam tugal sama dengan kapasitas lapangnya dengan dua orang operator. Asumsi ketersediaan tenaga kerja pada seluruh proses penanaman adalah sempurna. Artinya tenaga kerja selalu tersedia pada proses penanaman. Asumsi waktu kerja harian yang digunakan adalah 8 jam kerja per hari.

Asumsi upah operator alat tanam semi mekanis dan mekanis adalah 200% dari alat tanam tugal. Hal ini disebabkan tidak ditemukan referensi valid untuk upah operator traktor dan alat tanam semi mekanis, hanya ditemukan referensi valid untuk buruh tani yang tidak membutuhkan keahlian khusus (operator tugal). Sedangkan operator alat tanam semi mekanis dan mekanis membutuhkan keahlian khusus.

Asumsi nilai sisa seluruh alat adalah 10%. Angka ini diasumsikan karena pada literatur ekonomi teknik pada umumnya digunakan angka 10% pada nilai sisa suatu alat atau mesin.

3.5

Prosedur Penelitian

Penelitian dimulai dengan pengambilan data sekunder alat tanam tugal “Model V” dan alat

tanam semi mekanis “Grain Seeder” di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong.

Penelitian lapangan yang dilakukan adalah menguji kinerja alat tanam semi mekanis “CO Seeders”.

(17)

16

Tabel 2. Data alat tanam benih jagung yang dibutuhkan

Data Teknis dan Ekonomis Alat Tanam tugal Alat Tanam Semi Mekanis

Alat Tanam Mekanis

Kapasitas lapang (ha/jam) √ √ √

Jumlah Operator (Orang) √ √ √

Arus yang Digunakan (Ampere) - √ -

Konsumsi Bahan Bakar (l/jam) - - √

Komsumsi Pelumas (l/jam) - - √

Harga Alsintan (Rp) √ √ √

Umur Ekonomis Alat (tahun) √ √ √

3.4.1

Pengujian Alat Tanam Semi Mekanis

Serangkaian pengujian kinerja alat tanam semi mekanis ditujukan untuk menentukan biaya pada pengoperasian alat. Pengujian yang dilakukan adalah uji kapasitas lapang dan arus yang keluaran aki pada saat alat bekerja. Pengujian kapasitas lapang dilakukan dengan mengukur waktu kerja alat pada luasan lahan tertentu.

Uji coba alat tanam semi mekanis dilakukan pada lahan kering seluas 20 x 8 m atau 160 m2 atau 0.016 Ha sebanyak dua kali pengulangan. Uji coba menggunakan alat tanam semi mekanis, patok sebagai penentu luasan lahan, tali rafia sebagai pembatas lahan, meteran untuk mengukur luas lahan dan stopwatch untuk menghitung waktu kerja alat. Ilustrasi perhitungan kapasitas lapang dapat dilihat pada Persamaan 3.1.

Pengujian arus keluaran aki dilakukan untuk menentukan biaya variabel pada isi ulang aki. Uji coba arus keluaran dilakukan dengan alat multitester yang dihubungkan pada kedua kutub aki. Uji coba arus dilakukan dengan pencatatan arus keluar pada saat alat bekerja sebanyak 10 kali berturut-turut.

3.4.2

Penentuan Biaya Investasi

Penentuan biaya investasi dilakukan untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan pada awal pengadaan alat. Biaya investasi yang akan dianalisis adalah biaya pembelian alat. Biaya investasi pada alat tanam tugal adalah harga alat tanam tugal “Model V”. Biaya investasi alat

tanam semi mekanis adalah harga alat tanam semi mekanis “CO Seeder”. Biaya investasi alat

tanam mekanis adalah harga implemen dan harga traktor Adapun perbedaan asumsi biaya investasi pada alat tanam mekanis terletak pada biaya investasi traktor.

(18)

17

penggunaan traktor untuk proses penanaman berupa perbandingan kapasitas lapang penanaman dengan kapasitas lapang olah tanah. Kapasitas lapang pengolahan tanah diasumsikan terdiri dari kapasitas lapang pengolahan tanah primer dan sekunder. Ilustrasi penentuan biaya investasi traktor dapat dilihat pada Persamaan 3.2.

3.4.3

Penentuan Biaya Tetap

Menurut Hunt (2008) biaya tetap dari alat tanam jagung terdiri dari biaya penyusutan, bunga modal, pajak pembelian alat, asuransi dan penyimpanan. Umumnya di Indonesia penjualan alat pertanian tidak dikenakan pajak, jika dikenakan pajak pun biasanya sudah termasuk di dalam harga pembelian alat. Perusahaan asuransi di Indonesia juga mayoritas belum memiliki produk asuransi untuk alsintan. Biaya tetap yang akan dianalisis pada skripsi ini hanya biaya penyusutan, bunga modal dan penyimpanan.

Sama seperti asumsi yang digunakan pada biaya investasi traktor, seluruh biaya tetap yang dikeluarkan oleh traktor harus dikalikan dengan faktor pemakaian traktor untuk proses penanaman. Hal ini dikarenakan hanya beban kerja traktor untuk proses penanaman yang akan dikonversi sebagai biaya tetap proses penanaman oleh traktor.

a. Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan adalah selisih antara biaya awal dengan nilai sisa, berdasarkan suatu periode waktu. Biaya penyusutan disebabkan oleh penurunan kualitas kerja alat secara alamiah akibat digunakan dan penurunan nilai akibat ditemukannya teknologi yang lebih mutakhir. Metode yang digunakan untuk mencari nilai biaya penyusutan alat di dalam Hunt (2008) dapat dilihat pada Persamaan 3.3.

Keterangan : D = Biaya penyusutan (Rp/tahun) P = Harga alat (Rp)

S = Nilai sisa (Rp)

L = Jangka waktu antara pembelian dan penjualan kembali alat (tahun)

b. Biaya Bunga Modal

(19)

18

Tabel 3. Capital consumption per tahun (asumsi nilai sisa = 10% harga awal)

Interest Rate (%) Jangka Waktu Analisis (tahun)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4 94 48 33 25 21 18 15 14 13 11 6 96 50 34 27 22 19 17 15 14 13 8 98 51 36 28 23 20 18 16 15 14 10 100 53 37 29 25 22 19 18 17 16 12 102 54 39 31 26 23 21 19 18 17 14 104 56 40 32 28 25 22 21 20 19 16 106 58 42 34 29 26 24 22 21 20 18 108 59 43 35 31 28 25 24 23 22 20 110 61 45 37 32 29 27 25 24 23 (Sumber : Hunt 2008)

c. Biaya Penyimpanan

Penyimpanan alat tidak memberikan efek apapun pada umur ekonomis alsintan, tetapi dapat mencegah penurunan kualitas kerja akibat alat yang terhampar di bawah sinar matahari. Pembiayaan harus dibebankan pada tindakan preventif semacam ini. Kebanyakan alat pertanian disimpan di dalam bangunan khusus untuk menyimpan alsintan, dalam kasus ini estimasi biaya penyimpanan adalah 0.5 – 1% dari harga awal alsintan. Apabila alsintan disimpan di dalam bangunan lain yang bukan dikhususkan untuk alsintan, misalnya gudang penyimpanan hasil panen atau bekas kandang hewan ternak, biaya diestimasi maksimum 0.2% dari harga awal alsintan (Hunt 2008). Ilustrasi perhitungan biaya penyimpanan dapat dilihat pada Persamaan 3.4.

Keterangan : Sh = Biaya penyimpanan (Rp/tahun) P = Harga alsintan (Rp)

3.4.4

Penentuan Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya sesuai dengan pemakaian alat. Menurut Hunt (2008) biaya variabel mungkin lebih besar daripada biaya tetap. Estimasi biaya variabel dari alsintan didasarkan pada waktu penggunaan alat. Termasuk biaya variabel dari alsintan diantaranya adalah biaya operator, bahan bakar, oli, gemuk, perbaikan dan perawatan.

(20)

19

Tabel 4. Repair & maintenance (R&M), persentase harga awal

Alsintan % R & M / jam

Traktor 0.0083

Alat tanam benih tipe drill 0.05

Alat tanam benih gandeng traktor 0.05

(Sumber : Hunt 2008)

Biaya operator ditentukan dengan asumsi gaji harian operator dibagi dengan asumsi jam kerja operator per hari. Ilustrasi perhitungan biaya operator dapat dilihat pada Persamaan 3.5.

Waktu kerja operator bergantung pada luas lahan dan kapasitas lapangan alat yang digunakan. Ilustrasi perhitungan jam kerja operator dapat dilihat pada Persamaan 3.6.

a. Biaya Variabel Alat Tanam Tugal

Biaya variabel pada alat tanam tugal “Model V” diasumsikan hanya ada biaya operator

dan R&M. Hal ini diasumsikan karena alat tanam tugal “Model V” tidak menggunakan bahan bakar dan oli pada proses operasinya. Biaya R&M diasumsikan menggunakan asumsi alat tanam benih tipe drill.

b. Biaya Variabel Alat Tanam Semi Mekanis

Biaya variabel pada alat tanam semi mekanis “CO Seeder” diasumsikan terdiri dari biaya operator, aki dan R&M. Biaya R&M diasumsikan menggunakan metode Hunt (2008) (tabel 3) dengan asumsi alat tanam sebagai alat tanam benih tipe drill. Biaya aki yang dimaksud adalah biaya pengisian ulang daya pada aki yang digunakan untuk pengoperasian alat. Biaya aki didapatkan dari rumus pada Persamaan 3.7.

Guna mencari waktu kerja dan waktu isi ulang aki diperlukan nilai arus keluaran aki per jam dan konsumsi arus untuk menjalankan alat tersebut. Waktu kerja aki dapat dicari dengan menggunakan hukum Peukert (Smartgauge 2011), dapat dilihat pada Persamaan 3.8.

Keterangan : t = Waktu kerja aki / waktu isi ulang(jam) Cp = Kapasitas aki (Ampere jam/Ah)

(21)

20

c. Biaya Variabel Alat Tanam Mekanis

Biaya variabel pada alat tanam mekanis “Grain Seeder” diasumsikan terdiri dari biaya

operator, bahan bakar, oli, gemuk, air radiator dan biaya R&M. Biaya bahan bakar didapatkan dari perkalian waktu pakai traktor, laju konsumsi bahan bakar rata-rata dan harga solar. Ilustrasi perhitungan biaya bahan bakar dapat dilihat pada Persamaan 3.9.

Biaya oli didapatkan dari perkalian waktu pakai traktor, laju konsumsi oli dan harga oli. Ilustrasi perhitungan biaya oli dapat dilihat pada Persamaan 3.10.

Biaya gemuk didapatkan dari perkalian faktor pemakaian gemuk terhadap biaya oli. Perhitungan biaya gemuk di dalam Santosa et al. (2005) dapat dilihat pada Persamaan 3.11.

Asumsi nilai biaya R&M didapat dari perkalian nilai rasio akumulasi biaya R&M (Tabel 3) dengan harga awal alsintan.

3.4.5

Penentuan Nilai Sisa

Nilai sisa ditentukan sebagai arus kas masuk pada analisis PWC. Nilai sisa ada saat tahun akhir alat dianalisis. Ilustrasi penentuan nilai sisa dapat dilihat pada Persamaan 3.12.

Keterangan : P = Harga awal alat (Rp) A = Umur ekonomis alat (tahun) Y = Umur alat ketika dianalisis (tahun)

Ps = Persentasi nilai sisa alat yang diasumsikan (%)

Pengecualian kembali ditetapkan pada nilai sisa traktor roda dua. Nilai sisa traktor roda dua harus dikalikan dengan faktor pakainya untuk proses penanaman saja. Hal ini dikarenakan dalam analisis alat tanam mekanis tidak seharusnya mendapat manfaat dari seluruh nilai sisa traktor saat umur alat dianalisis karena traktor tidak hanya digunakan untuk proses penanaman saja tapi juga pengolahan tanah.

3.4.6

Analisis

Present Worth Cost

(22)

21

misalnya ada dua kondisi alternatif, kondisi pertama jika seluruh alat yang dianalisis mempunyai umur ekonomis yang sama maka analisis PWC dilakukan sepanjang horizon waktu umur ekonomis mereka. Akan tetapi jika pada kondisi umur ekonomis yang berbeda pada alat tanam maka analisis PWC harus dilakukan sepanjang horizon waktu kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari umur ekonomis mereka. Nilai suku bunga yang digunakan pada analisis PWC adalah nilai MARR (minimum attractive rate of return).

Lebih lanjut pengembangan dari Persamaan 2.4 untuk mencari nilai PWC dapat dilihat pada ilustrasi sebagai berikut. Perhitungan dan perbandingan nilai PWC akan dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007.

Tabel 5. Ilustrasi variabel pada analisis present worth cost

Alat Tanam tugal Alat Tanam Semi Mekanis

Alat Tanam Mekanis

Investasi (Rp) P1 P2 P3

Annual disbursement (Rp) AD1 AD2 AD3

Nilai sisa (Rp) S1 S2 S3

Umur ekonomis (tahun) 2 4 4

KPK umur ekonomis (tahun) 4

Karena ketiga alat tanam memiliki umur ekonomis yang berbeda maka analisis harus dilakukan dengan membandingkan PWC terhadap nilai KPK dari umur ekonomis mereka yaitu 4 tahun. Perhitungan dengan metode PWC untuk seluruh alat tanam dapat dilihat pada Persamaan 3.13, 3.14 dan 3.15.

Perhitungan PWC untuk alat tanam tugal dilakukan selama 4 tahun, terdiri dari investasi awal, investasi kedua dengan present worth tahun ke-2, nilai sisa dari investasi awal dengan

present worth tahun ke-2, nilai sisa dari investasi kedua dengan present worth tahun ke-4 dan nilai

annual disbursement dengan uniform series present worth selama 4 tahun.

*Ket: a = Aki dan charger

Perhitungan PWC untuk alat tanam semi mekanis dilakukan selama 4 tahun, terdiri dari investasi awal berupa alat dan aki, nilai sisa dari investasi awal dengan present worth tahun ke-4, dan nilai annual disbursement dengan uniform series present worth selama 4 tahun. Aki dan

charger memiliki umur ekonomis dua tahun maka investasi dan re-investasi pada akhir tahun kedua diperhitungkan pada analisis PWC.

Perhitungan PWC untuk alat tanam mekanis dilakukan selama 4 tahun, terdiri dari investasi awal, nilai sisa dari investasi awal dengan present worth tahun ke-4, dan nilai annual disbursement

(23)

22

3.4.7

Biaya Pokok

Biaya pokok adalah biaya yang dikeluarkan alat atau mesin per unit produksi. Biaya pokok alat tanam jagung didefinisikan dalam satuan Rp/ha. Perhitungan biaya pokok dapat dilihat pada Persamaan 3.16.

(24)

23

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Pengujian Alat Tanam Semi Mekanis

Pengujian kapasitas lapang alat tanam dilakukan di laboratorium lapangan Leuwikopo pada lahan kering seluas 160 m2 atau 0.016 ha sebanyak dua kali pengulangan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil pengujian kapasitas lapang alat tanam semi mekanis. Luas Lahan

(m2)

Waktu Penanaman (s)

Kapasitas Lapang (s/m2)

Kapasitas Lapang (ha/jam)

160 670 4.188 0.086

160 720 4.5 0.08

Rata-rata 0.083

Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat tanam semi mekanis dapat bekerja dengan kapasitas lapang 0.083 ha/jam atau 12 jam/ha. Data kapasitas lapang digunakan untuk menentukan biaya operasional alat yaitu biaya operator dan R&M. Kapasitas lapang teoritis dan efisiensi lapangan alat diperlukan untuk menentukan lama aki bekerja selama proses penanaman.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2011) rata-rata efisiensi lapangan alat adalah 74.25 % maka kapasitas lapang teoritis rata-rata adalah 0.111 ha/jam atau 9 jam/ha. Kapasitas lapang teoritis digunakan sebagai asumsi alat (aki dan mikrokontroler) dalam keadaan bekerja, maka dalam satu hari kerja (8 jam) alat bekerja efisien selama 6 jam.

Pengujian kedua adalah pengujian arus keluaran aki yang berkapasitas 5 Ah atau 5 A per jam dan bertegangn 12 V. Uji arus keluaran aki dilakukan dengan alat multitester sebanyak 10 kali pengulangan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil pengujian arus keluaran aki.

Pengulangan Arus Keluar (A)

1 0.734

2 0.698

3 0.664

4 0.703

5 0.726

6 0.715

7 0.703

8 0.686

9 0.690

10 0.707

Rata-rata 0.703

Hasil pengujian menunjukkan arus keluaran aki rata-rata saat alat bekerja adalah 0.703 A atau 703 mA. Berdasarkan data tersebut maka dapat ditentukan waktu kerja aki sampai energi di dalam aki habis, selain itu dapat ditentukan pula waktu pengisian ulang aki apabila digunakan charger

(25)

24

Perhitungan dengan Persamaan 3.8 menunjukkan bahwa waktu kerja maksimum aki adalah 7.37 jam. Artinya aki dapat dipakai dalam waktu satu hari kerja dengan asumsi 6 jam alat bekerja efisien selama 8 jam proses penanaman. Berdasarkan Persamaan 3.8 didapatkan pula waktu pengisian ulang aki selama 6.4 jam jika energi di dalam aki kosong. Waktu pengisian ulang per hari didapatkan dari perbandingan waktu kerja maksimum dengan waktu pengisian ulang aki dalam keadaan energi kosong. Rasio waktu kerja maksimum dan waktu pengisian ulang aki adalah 1.153 : 1. Aki bekerja efisien selama 6 jam per hari maka waktu pengisian ulang per hari adalah 5.2 jam. Rasio kerja alat dan waktu pengisian ulang aki adalah 1.54 : 1.

4.2

Biaya dan Manfaat Alat Tanam Jagung Tipe Tugal

Struktur biaya alat tanam tugal “Model V” meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya investasi berupa harga komersial alat. Biaya tetap meliputi penyusutan, bunga modal dan penyimpanan. Biaya variabel meliputi gaji operator dan biaya R&M. Ilustrasi biaya alat tanam jagung tipe tugal pada lahan satu hektar selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Biaya alat tanam jagung tipe tugal pada lahan satu hektar selama satu tahun.

Investasi (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp)

Penyusutan Bunga Modal Penyimpanan Operator R&M (200,000) (45,000) (55,250) (400) (1,172,400) (12,000)

*Ket : tanda kurung menunjukkan nilai uang keluar (biaya)

Harga komersial alat tanam jagung “model V” adalah Rp 200,000 maka nilai ini adalah biaya investasi. Biaya penyusutan Rp 45,000 didapatkan dengan menggunakan persamaan 3.3, asumsi nilai sisa alat adalah 10 % dari harga awal yaitu Rp 20,000 dengan umur ekonomis 2 tahun. Biaya bunga modal per tahun Rp 55,250 adalah nilai persentasi capital consumption (Tabel 2) 27.63 % terhadap investasi awal. Asumsi yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito 7.25 % (Bank Indonesia 2011) dan jangka waktu analisis 4 tahun. Biaya penyimpanan Rp 400 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.4.

Biaya variabel alat tanam jagung tipe tugal bergantung kepada waktu pengoperasian alat. Siklus tanam dilakukan dua kali dalam setahun. Waktu maksimum satu kali proses penanaman adalah 15 hari atau 120 jam (satu hari kerja 8 jam), maka waktu maksimum kerja alat dalam satu tahun adalah 240 jam. Kapasitas lapang alat 60 jam/ha maka dalam setahun alat bekerja selama 120 jam. Gaji buruh pertanian rata-rata di Indonesia adalah Rp 39,082 per hari (BPS 2011) atau Rp 4,885 per jam (Persamaan 3.5) maka dengan menggunakan Persamaan 3.5 dan 3.6 biaya operator dalam setahun adalah Rp 1,172,400. Biaya R&M Rp 12,000 didapatkan dengan menggunakan persentasi dari Tabel 3 dengan asumsi alat tanam sebagai alat tanam benih tipe drill.

Manfaat dari alat tanam jagung tipe tugal berupa nilai sisa pada akhir umur ekonomis alat selama dua tahun. Asumsi nilai sisa alat adalah 10 % dari nilai awalnya yaitu Rp 20,000. Nilai tersebut dianggap sebagai pemasukan uang dari proses penanaman.

4.3

Biaya Alat dan Manfaat Alat Tanam Jagung Semi Mekanis

Struktur biaya alat tanam jagung “Co Seeders” semi mekanis meliputi biaya investasi, biaya

(26)

25

R&M dan biaya isi ulang aki. Ilustrasi biaya alat tanam jagung tipe semi mekanis pada lahan satu hektar selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Biaya alat tanam jagung semi mekanis pada lahan satu hektar selama satu tahun. Investasi (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp)

Penyusutan Bunga Modal

Penyimpanan Operator R&M Aki

(5,285,000) (1,189,125) (1,459,981) (10,570) (234,480) (63,420) (82)

Harga komersial alat tanam jagung “Co Seeders” dan aki+charger adalah Rp 5,000,000 dan Rp 285,000 maka biaya investasi adalah sebesar Rp 5,285,000. Biaya penyusutan Rp 1,189,125 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.3, asumsi nilai sisa alat adalah 10 % dari harga awal yaitu Rp 500,000 dengan umur ekonomis 4 tahun. Biaya bunga modal per tahun Rp 1,459,981 adalah nilai persentasi capital consumption (Tabel 2) 27.63 % terhadap investasi awal. Asumsi yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito 7.25 % (Bank Indonesia 2011) dan jangka waktu analisis 4 tahun. Biaya penyimpanan Rp 10,570 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.4.

Biaya variabel alat tanam jagung tipe semi mekanis bergantung kepada waktu pengoperasian alat. Siklus tanam dilakukan dua kali dalam setahun. Waktu maksimum satu kali proses penanaman adalah 15 hari atau 120 jam (satu hari kerja 8 jam), maka waktu maksimum kerja alat dalam satu tahun adalah 240 jam. Kapasitas lapang alat 12 jam/ha maka dalam setahun alat bekerja selama 24 jam. Gaji buruh pertanian rata-rata di Indonesia adalah Rp 39,082 per hari (BPS 2011) atau Rp 4,885 per jam (Persamaan 3.5), asumsi gaji operator alat tanam semi mekanis adalah 200 % dari gaji buruh pertanian pada umumnya yaitu Rp 78,164 per hari atau Rp 9,770 per jam, maka dengan menggunakan Persamaan 3.5 dan 3.6 biaya operator dalam setahun adalah Rp 234,480. Biaya R&M Rp 63,420 didapatkan dengan menggunakan persentasi dari Tabel 3 dengan asumsi alat tanam sebagai alat tanam benih tipe drill. Biaya isi ulang aki sebesar Rp 82 didapatkan dari persamaan 3.7 dengan tarif dasar listrik seharga Rp 535 per KWh (PLN 2011), dengan daya charge aki 9.6 Watt atau 0.0096 KW. Waktu pengisian ulang aki 15.6 jam didapatkan dari rasio kerja alat dengan waktu pengisian ulang 1.54 : 1.

Manfaat dari alat tanam jagung semi mekanis berupa nilai sisa pada akhir umur ekonomis alat selama 4 tahun juga nilai sisa aki dan charger pada akhir umur ekonomisnya 2 tahun. Asumsi nilai sisa alat dan aki adalah 10 % dari nilai awalnya yaitu Rp 500,000 dan Rp 28,500. Nilai tersebut dianggap sebagai pemasukan uang dari proses penanaman dengan alat tanam semi mekanis.

4.4

Biaya Alat Tanam Jagung Mekanis

Struktur biaya alat tanam jagung “Grain Seeder” mekanis meliputi biaya investasi, biaya tetap

dan biaya variabel. Biaya investasi berupa harga komersial alat dan traktor. Biaya tetap meliputi penyusutan, bunga modal dan penyimpanan. Biaya variabel meliputi gaji operator, R&M dan biaya isi ulang aki. Ilustrasi biaya alat tanam jagung mekanis pada lahan satu hektar selama satu tahun dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Biaya alat tanam jagung mekanis pada lahan satu hektar selama satu tahun.

Investasi (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp)

(27)

26

Harga komersial traktor roda dua “QUICK G1000” Rp 19,600,000 dan implemen tanam ”Grain Seeder” Rp 15,000,000. Biaya investasi traktor direduksi sebesar persentase kerja hanya pada proses penanaman sebesar 13.2 % (Lampiran 1), maka biaya investasi traktor adalah sebesar Rp 2,587,200 dan investasi implemen tanam sebesar Rp 15,000,000 maka total biaya investasi adalah Rp 17,587,200.

Biaya penyusutan Rp 3,607,848 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.3 dengan asumsi biaya investasi traktor sebesar 13.2 %, asumsi nilai sisa alat adalah 10 % dari harga awal yaitu Rp 500,000 dengan umur ekonomis traktor dan implemen selama 10 tahun dan 4 tahun. Biaya bunga modal per tahun Rp 4,858,464 adalah nilai persentasi capital consumption (Tabel 2) 27.63 % terhadap investasi awal. Asumsi yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito 7.25 % (Bank Indonesia 2011) dan jangka waktu analisis 4 tahun. Biaya penyimpanan Rp 35,174 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.4.

Biaya variabel alat tanam jagung tipe mekanis bergantung kepada waktu pengoperasian alat. Siklus tanam dilakukan dua kali dalam setahun. Waktu maksimum satu kali proses penanaman adalah 15 hari atau 120 jam (satu hari kerja 8 jam), maka waktu maksimum kerja alat dalam satu tahun adalah 240 jam. Kapasitas lapang alat 3 jam/ha maka dalam setahun alat bekerja selama 6 jam. Gaji buruh pertanian rata-rata di Indonesia adalah Rp 39,082 per hari (BPS 2011) atau Rp 4,885 per jam (Persamaan 3.5) asumsi gaji operator alat tanam semi mekanis adalah 200 % dari gaji buruh pertanian pada umumnya yaitu Rp 78,164 per hari atau Rp 9,770 per jam, maka dengan menggunakan Persamaan 3.5 dan 3.6 biaya operator dalam setahun adalah Rp 58,623. Biaya R&M Rp 46,288 didapatkan dengan menggunakan persentasi dari Tabel 3 dengan asumsi alat tanam sebagai alat tanam benih gandeng traktor. Biaya BOG sebesar Rp 29,119 terdiri dari biaya bahan bakar, oli dan gemuk. Biaya bahan bakar sebesar Rp 24,300 didapatkan dari Persamaan 3.9 dengan asumsi harga solar Rp 4,500 dan laju konsumsi bahan bakar 0.9 l/jam. Biaya oli sebsesar Rp 3,012 didapatkan dari Persamaan 3.10 dengan asumsi laju konsumsi oli 0.02 l/jam. Biaya gemuk sebesar Rp 1,807 didapatkan dari Persamaan 3.11.

Manfaat dari alat tanam jagung mekanis berupa nilai sisa pada akhir umur ekonomis alat selama 4 tahun dan nilai sisa traktor akhir tahun ke-4 dengan umur ekonomis alat 10 tahun. Asumsi nilai sisa implemen tanam dan traktor adalah 10 % dari nilai awalnya. Nilai sisa traktor sebesar Rp 1,655,808 didapatkan berdasarkan Persamaan 3.12. Nilai sisa implemen tanam adalah 10 % dari harga awalnya Rp 15,000,000 yaitu Rp 1,500,000.

4.5

Analisis

Present Worth Cost

Alat Tanam Jagung

Analisis PWC seluruh alat tanam jagung dilakukan dengan mengadopsi persamaan PWC untuk ketiga alat tanam pada Persamaan 3.13, 3.14 dan 3.15 ke dalam software Microsoft Excel 2007. Data yang diperlukan terdiri dari biaya investasi, annual disbursement atau pengeluaran tahunan, nilai sisa investasi dan MARR. Nilai MARR yang digunakan adalah 16.48 % (Lampiran 2).

(28)

27

*Keterangan : Detail analisis dapat dilihat pada lampiran .

Gambar 6. Analisis PWC alat tanam tugal, semi mekanis dan mekanis pada lahan seluas 1 – 100 ha.

Grafik pada Gambar 6 menunjukkan bentuk seperti tangga. Bentuk tangga pada grafik diakibatkan oleh penambahan alat, maupun penambahan blok tanam, efeknya adalah penambahan investasi alat atau penambahan biaya variabel yang berarti menaikkan nilai PWC secara signifikan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

Grafik tersebut juga menunjukkan beberapa kondisi. Hal yang paling mencolok adalah grafik PWC alat tanam tugal selalu memiliki kemiringan yang relatif lebih tinggi dibandingkan PWC alat tanam semi mekanis dan mekanis. Ini menunjukkan bahwa alat tanam tugal memiliki laju peningkatan biaya yang lebih tinggi di antara kedua alat lainnya. Selain itu alat tanam tugal lebih mahal dibandingkan alat tanam semi mekanis pada luasan lahan 5 ha dan selebihnya. Alat tanam tugal lebih mahal dibandingkan alat tanam mekanis pada luasan lahan 14 ha dan selebihnya. Alat tanam semi mekanis lebih mahal dibandingkan alat tanam mekanis pada luasan lahan 61 ha dan selebihnya.

Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa penerapan mekanisasi pada proses penanaman membuat biaya menjadi lebih rendah pada luasan lahan tertentu. Hal ini disebabkan biaya yang dikeluarkan alat mekanis menjadi lebih sedikit pada lahan yang lebih luas dibandingkan alat tanam manual dan semi mekanis.

4.6

Analisis Biaya Pokok Alat Tanam Jagung

Analisis biaya pokok seluruh alat tanam jagung dilakukan dengan menggunakan data pada struktur biaya menggunakan Persamaan 3.16 yang dihitung menggunakan software Microsoft Excel 2007. Data yang diperlukan terdiri dari biaya tetap per jam, biaya variabel per jam dan kapasitas kerja alat.

Analisis biaya pokok ketiga alat tanam dilakukan berdasarkan teori penanaman jagung pada umumnya di Indonesia. Hasil perhitungan analisis biaya pokok ketiga alat tersebut disimulasikan pada luas lahan yang bervariasi yaitu pada lahan seluas 1 sampai dengan 100 hektar. Hasil analisis biaya pokok dapat dilihat pada Gambar 7.

-50 100 150 200 250 300 350 400 1 6

11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 81 86 91 96

PRE S E N T WO R TH COS T (J u ta R p )

LUAS LAHAN (ha)

ATT

ATSM

(29)

28

*Keterangan : Detail analisis dapat dilihat pada lampiran .

Gambar 7. Analisis biaya pokok alat tanam tugal, semi mekanis dan mekanis pada lahan seluas 1 – 100 ha.

Grafik pada Gambar 7 menunjukkan beberapa kondisi. Hal yang paling mencolok adalah grafik bergerak dari skala maksimum menuju titik terendahnya. Fenomena grafik biaya pokok tersebut menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang digunakan maka semakin murah biaya per satuan luasnya.

Terdapat beberapa titik temu antara garis ATT, ATSM dan ATM. Hal tersebut menunjukkan ada suatu kondisi yang menjelaskan salah satu alat menjadi lebih murah dibandingkan alat lainnya. Biaya pokok alat tanam tugal menjadi lebih mahal dibandingkan alat tanam semi mekanis pada luasan lahan 3 ha dan selebihnya. Biaya pokok alat tanam tugal lebih mahal dibandingkan alat tanam mekanis pada luasan lahan 8 ha dan selebihnya. Biaya pokok alat tanam semi mekanis menajadi lebih mahal dibandingkan dengan alat tanam mekanis pada luasan lahan 37 ha dan selebihnya.

4.7

Ringkasan Hasil dan Pembahasan

Data yang dijadikan dasar untuk analisis PWC adalah data teknis dan ekonomis dari alat seluruh alat tanam benih jagung. Data teknis dan ekonomis alat tanam jagung tipe tugal “Model V

dan mekanis “Grain Seeder” didapatkan dengan studi literatur atau data sekunder. Data teknis dan ekonomis alat tanam jagung semi mekanis “CO Seeders” didapatkan dengan menguji alat tersebut di lapangan. Data teknis dan ekonomis alat tanam benih jagung dapat dilihat pada Tabel 11.

-0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0

1 6

11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 81 86 91 96

B

IA

YA

POK

OK

(J

u

ta

R

p

/h

a)

LUAS LAHAN (ha)

ATT

ATSM

(30)
[image:30.595.54.532.102.810.2]

29

Tabel 11. Data alat tanam benih jagung

Data Teknis dan Ekonomis Alat Tanam tugal Alat Tanam Semi Mekanis

Alat Tanam Mekanis

Kapasitas lapang (ha/jam) 0.0167 0.0833 0.3333

Jumlah Operator (Orang) 1 1 1

Arus yang Digunakan (Ampere) - 0.703 -

Konsumsi Bahan Bakar (l/jam) - - 0.9

Komsumsi Pelumas (l/jam) - - 0.02

Harga Alsintan (Rp) 200,000 15,000,000 5,000,000

Umur Ekonomis Alat (tahun) 2 4 4

Perbandingan nilai PWC dan biaya pokokketiga alat tersebut menunjukkan bahwa proses penanaman pada lahan seluas 1 – 100 ha alat tanam tugal “Model V” menjadi yang paling mahal pada

(31)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Biaya satuan operasional yang dihitung menggunakan metode PWC menunjukkan bahwa pada lahan seluas kurang dari 5 ha yang paling murah adalah alat tanam tugal (ATT) dengan nilai PWC pada luas lahan 4 ha sebesar Rp 13,731,404. Sebagai perbandingan, dengan luas lahan 4 ha, nilai PWC ATSM sebesar Rp 15,824,068 sedangkan nilai PWC ATM sebesar Rp 40,921,289.

Pada lahan seluas 5 ha sampai dengan 61 ha yang paling murah adalah alat tanam semi mekanis (ATSM) dengan nilai PWC pada luas lahan 50 ha sebesar Rp 53,378,597. Sebagai perbandingan, dengan luas lahan 50 ha, nilai PWC ATT sebesar Rp 167,136,822 sedangkan nilai PWC ATM sebesar Rp 58,009,217.

Pada lahan seluas 61 ha lebih yang paling murah adalah alat tanam mekanis (ATM) dengan nilai PWC pada luas lahan 100 ha sebesar Rp 76,538,051. Sebagai perbandingan, dengan luas lahan

100 ha, nilai PWC ATT sebesar Rp 336,299,009 sedangkan nilai PWC ATSM sebesar Rp 106,757,194.

Biaya satuan operasional yang dihitung menggunakan metode biaya pokok menunjukkan bahwa pada lahan seluas kurang dari 3 ha yang paling murah adalah alat tanam tugal (ATT) dengan biaya pokok pada luas lahan 2 ha sebesar Rp 1,234,725/ha. Sebagai perbandingan, dengan luas lahan 2 ha, biaya pokok ATSM sebesar Rp 1,624,400/ha sedangkan biaya pokok ATM sebesar Rp 4,384,773/ha.

Pada lahan seluas 3 ha sampai dengan 37 ha yang paling murah adalah alat tanam semi mekanis (ATSM) dengan biaya pokok pada lahan seluas 30 ha sebesar Rp 383,218/ha. Sebagai perbandingan, dengan luas lahan 30 ha, biaya pokok ATT sebesar Rp 1,194,465/ha sedangkan biaya pokok ATM sebesar Rp 417,413/ha.

Pada lahan seluas 37 ha lebih yang paling murah adalah alat tanam mekanis (ATM) dengan biaya pokok pada lahan seluas 100 ha sebesar Rp 219,045/ha. Sebagai perbandingan, dengan luas lahan 100 ha, biaya pokok ATT sebesar Rp 1,202,934/ha sedangkan biaya pokok ATSM sebesar Rp 347,756/ha.

Penelitian ini sekaligus membuktikan bahwa penerapan mekanisasi pada proses penanaman jagung menjadikan biaya yang dikeluarkan menjadi lebih murah pada lahan yang lebih luas.

5.2

Saran

(32)

i

ANALISIS BIAYA ALAT TANAM BENIH JAGUNG (

Zea Mays

L.)

TIPE TUGAL, SEMI MEKANIS DAN MEKANIS

SKRIPSI

HANS BUDI FINDRANOV

F14070009

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(33)

31

DAFTAR PUSTAKA

Abdina MF. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Manis dengan Pola Tanam Tumpangsa

Gambar

Gambar 2. Skema kerja alat tanam tugal “Model V”.
Gambar 4. Alat tanam mekanis “Grain Seeder” dengan traktor roda 2.
Tabel 2. Data alat tanam benih jagung yang dibutuhkan
Tabel 3. Capital consumption per tahun (asumsi nilai sisa = 10% harga awal)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Garis Regresi antara Nilai Potensi Tumbuh Maksimum dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O1 (Pengovenan selama..

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh pada produksi jagung marning (Studi kasus pada Usaha Idaman di

Berikut ini rata-rata biaya sarana produksi per hektar yang dikeluarkan oleh petani berlahan luas dan petani berlahan sempit pada usaha tani jagung di desa Kuwolu

COST EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA) CEA adalah uatu metode analisis yang digunakan untuk membandingkan dua program (intervensi) atau lebih dengan menghitung rasio perbedaan biaya

Berdasarkan hasil perco- baan yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tanam sisip pada saat panen menyebabkan suhu udara lebih rendah dibandingkan waktu

Roda alat tanam berputar saat alat bergerak maju di lintasan penanaman sehingga as roda yang terhubung dengan as metering device menggunakan bevel gear (gigi 16)

Skripsi yang berjudul ’Analisis Potensi Hasil dan Kualitas Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) sebagai Jagung Semi (Baby Corn)’ disusun dalam rangka melengkapi tugas

Hasil analisis BNJ untuk pengaruh dosis pupuk urea (Tabel 4) menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea sampai dosis 450 kg/ha pada tanaman jagung, ternyata dapat