• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis semiotik film Freedom writers

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis semiotik film Freedom writers"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

DAHLIANA SYAHRI NIM. 207051000611

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ANALISIS SEMIOTIK FILM “

FREEDOM WRITERS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

DAHLIANA SYAHRI

NIM. 207051000611

Pembimbing:

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)
(4)

EMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar starta satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 10 Juni 2011

(5)

i

ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS”

Film merupakan komunikasi massa yang menggunakan audio visual, dalam pembuatan film tidak semudah yang kita bayangkan dan sesingkat saat kita melihat di televisi atau XXI. Membutuhkan waktu yang sangat panjang dari masa pra produksi, produksi dan paska produksi, biaya banyak, SDM yang memadai. Para ahli tersebut terbentuk dalam satu tim kerja atau tim work semuanya mempunyai peran masing-masing, dan saling mengisi satu sama lain.

Film freedom Writers, sebuah film drama kriminal yang diangkat berdasarkan kisah nyata, kehidupan seorang guru bernama Erin Gruwell. Ia terjebak dalam kehidupan anak-anak muridnya yang terlibat konflik antar ras, mereka sama sekali tidak menghargai Erin sebagai guru bahasa Inggris, karena dalam kehidupan mereka hanya terbersit bagaimana mempertahankan hidup dan terhindar dari kematian. Film yang disutradarai Richard LaGravenese ini benar-benar mampu menghanyutkan penonton dalam setiap adegannya. Alur maju mundur dan adegan-adegan perkelahian serta dramatis mampu membawa penonton terlarut di dalamnya.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, HidayahNya, kepada kita, serta memberikan kesehatan lahir dan batin, segala puji kepadanya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang tak pernah henti-hentinya menghujamkan Kasih Sayangnya kepada seluruh umat di muka bumi ini.

Dan tidak lupa pula, sholawat serta salam untuk baginda kita Muhammad SAW. Yang telah memberikan pencerahan kepada kita semua. Serta untuk kelurga dan sahabat-sahabat beliau, semoga Allah memuliakan mereka. Amin

Adapun dalam pembuatan skripsi ini banyak sekali rintangan dan kesulitan yang penulis telah lewati, sehingga terkadang rasa putus asa, malas, jenuh, bosan, tawaran pekerjaan yang menggiurkan dan ketidak tahuan peneliti selalu membayangi. Namun berkat doa, motivasi, bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak akhirnya dengan susah payah skripsi ini dapat terselesaikan.

Begitu banyak ucapan terima kasih yang ingin penulis sampaikan, penulis sadar betul tanpa ada bantuan dari berbagai pihak, mungkin skripsi ini masih belum selesai. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang terhormat:

(7)

iii

Penyiaran Islam, dan Ibu Umi Musyarofah , MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

2. Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M,Hum dan Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A, selaku Kordinator dan Sekretaris Program Non Regular Komunikasi Penyiaran Islam , dan seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Karena telah banyak memberikan Ilmu Pengetahuan baik pada saat penulis kuliah maupun saat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dosen pembimbing Ibu Umi Musyarrofah, MA, yang telah membimbing dan memberiakan arahan kepada penulis dalam tahapan pembuatan skripsi sampai selesai skripsi ini dengan baik.

4. Segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan referensi dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

iv

penulis. Ibunda adalah segala-galanya buat penulis karena dari kecil

beliaulah yang mendidik dan membesarkan penulis. “ Ibu jasamu takkan

pernah terlupakan, dan ini aku persembahkan untukmu, semoga kelak aku bisa memberikan kebahagiaan dan kebanggaan, amin. Pelukan hangat dan

ciuman kasih sayang untuk dirimu Ibunda”. Teruntuk ayahanda tercinta

Alm. Syahri, semoga Allah melapangkan kubur, dan membukakan pintu SurgaNya untuk beliau, amin. Walaupun raganya tidak bisa hadir menyaksikan penulis memakai toga namun penulis yakin dengan izin Allah beliau bisa melihat dan menyaksikan penulis wisuda.

6. Adikku tercinta Arie Hidayat Syahri, dan adik-adik sepupu penulis yakni: Suhendra, Zulrian Syah, Rozi Irawan, Fahrur Rozi, Yesi Selviana Fitri, Ernando, Nurul Anisa Zahra, Alba Fatan, dan Fajar, yang tanpa kalian sadari telah memberikan motivasi yang begitu besar kepada penulis, karena kalian semua penulis ingin kuliah dan sukses. Sebagai cucu pertama penulis ingin menjadi contoh yang baik untuk kalian semua, semoga saja kalian bisa lebih baik dan lebih sukses dari kakak.

7. Untuk keluarga besar di Lampung yakni : tamong (nenek) yang telah andil mengasuh dan membesarkan penulis, Minan Suryanah, Khotimah, Mat Sobri, Herman, dan seluruh keluarga besar Sulaiman Alm, serta tak lupa pula keluarga besar Abdurrahman Alm.

(9)

v

memotivasi penulis dalam menyelesaian skripsi ini, serta mengajari penulis dalam dunia perfilman. Fhilip Tobing (om Boy) yang telah meminjamkan buku dan mengajari memberikan pelajaran dan pengalaman bagi penulis. Serta buat keluarga besar Teater Café (TIM).

10.Sahabat-sahabat PMII Cabang Ciputat khususnya KOMFAKDA, mas Didi, Firman, Sofian, Abel, Samlawi dan untuk semuanya, yang telah mengajarkan penulis dalam berorganisasi, Berani memimpin dan siap dipimpin.

11.Sahabat-sahabat Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2007 Non Regular. Zaarasy , Nila, Rizka, Lulu, Icha, Indah, Neneng, Cahaya, Mutiara, mba Puji, Farida, Ayni, Ajriny, Aldy, Nanto, Ongko, Ferdom, Aan, Pa haji Sulaiman, Bima, Doni, Zeptri, Rio, Syarif, Samlawi dan Teman-teman KKN 2010 Kelompok 88 Pameungpek Garut. Yang telah memberikan nuansa persahabatan, kekeluargaan, dan pengalaman selama lebih dari tiga tahun menuntut Ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sukses buat sahabat-sahabatku, semangat terus demi meraih masa depan sukses buat kita semua.

(10)

vi

13.Semua pihak yang telah memberi bantuan baik moril maupun materil kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.

Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah SWT akan membalas semua kebaikan para pendidik, keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta Amin ya Rabbal Alamin.

Ciputat, 10 Juni 2011

(11)

vii

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

(12)

viii

BAB II LANDASAN TEORI

A. Analisis ... 12

B. Pengertian Semiotik ... 12

C. Teori Semiotik Roland Bartes ... 16

D. Definisi Film ... 22

E Sejarah Perkembangan Film Dunia ... 24

F. Sejarah Perkembangan Film Indonesia ... 25

G. Jenis-Jenis Film ... 27

H. Teknik Pengambilan Gambar ... 29

BAB III GAMBARAN UMUM FILM “FREEDOM WRITERS” A. Gambaran Umum ... 33

B. Profile Sutradara Film Freedom Writers ... 33

C. Profile Pemain ... 36

1. Pemeran Utama Hilary Swank ... 36

2. Pemeran Pembantu Utama Lee Hernandez ... 39

(13)

ix

6. Scott Glenn ... 44

D. Sinopsis Film Freedom Writers ... 46

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA LAPANGAN A Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos ... 49

1. Sikap Optimism dan Pantang Menyerah ... 50

2. Kekerasan Antar Ras ... 54

3. Toleransi Antar Ras ... 57

4. Semangat Belajar ... 61

5. Sikap Jujur ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(14)

x

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1: Peta Tanda Rolan Barthes ... 19

2. Tabel 2: Peta Tanda Rolan Barthes ... 20

3. Tabel 3: Sikap optimism dan pantang menyerah ... 51

4. Tabel 4: kekerasan antar ras ... 55

5. Tabel 5: Toleransi antar ras ... 59

6. Tabel 6: Semangat belajar ... 62

(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi

dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV.1 Film merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual dan sifatnya sangat rumit. Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Ia juga dapat menjadi sarana rekreasi dan edukasi, di sisi lain dapat pula berperan sebagai penyebarluasan nilai-nilai budaya baru.2 Film bisa disebut sebagai sinema atau gambar hidup yang mana diartikan sebagai karya seni, bentuk populer dari hiburan, juga produksi industri atau barang bisnis. Film sebagai karya seni lahir dari proses kreativitas yang menuntut kebebasan berkreativitas.3

Dalam pembuatan film tidak mudah dan tidak sesingkat yang kita tonton, membutuhkan waktu dan proses yang sangat panjang diperlukan proses pemikiran dan proses teknik. Proses pemikiran berupa pencarian ide, gagasan, dan cerita yang akan digarap, sedangkan proses teknik berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan ide, gagasan menjadi sebuah film yang siap ditonton. Pencarian ide atau gagasan ini dapat berasal dari mana saja, seperti novel, cerpen, puisi,

1

. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008) hal. 136.

2

Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional tinjauan dan Restrospeksi, ( Jakarta: Panitia hari Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010) hal.26.

3

[image:15.595.114.526.79.466.2]
(16)

2

dongeng, bahkan dari buku catatan ataupun diary. Salah satu film yang diangkat dari buku catatan adalah The Freedom Writers. Film ini didasarkan kepada buku

The Freedom Writers Diary yang disusun oleh seorang guru bernama Erin Gruwell. Film ini adalah kisah nyata yang dialami oleh sejumlah remaja California yang hidup dalam ancaman kerusuhan rasial setelah terjadinya kerusuhan di Los Angeles 1992

Film ini menceritakan perjuangan seorang guru bahasa Inggris bernama Erin Gruwell, yang terjebak masalah sentimental ras murid-muridnya. Di ruang 203 tempat ia mengajar terdapat beragam gang ras yang selalu mengelompok, ras Kamboja, ras Hispanic, kulit hitam dan seorang kulit putih di mana mereka saling berselisih paham dan tidak sedikitpun tertarik dengan pelajaran. Keadaan ini membuat ia semakin prihatin, Gruwell mencari cara metode pembelajaran apa yang akan diterapkan. Pada suatu hari, ia menceritakan tentang Holocaust tragedi pemusnahan ras Yahudi pada saat Hitler berkuasa, dan ia terkejut murid-muridnya belum pernah mendengar Holocaust.

Gruwell kemudian membelikan mereka buku The Diary of a Young Girl

karangan Anne Frank, yang mengisahkan tentang korban Holocaust, Zlatá’s

Diary: A Child’s Life in Sarajevo untuk dijadikan bahan bacaan, ternyata metode

(17)

keberatan semenjak ia mengajar ia tidak punya waktu untuk sang suami dan suaminyapun tidak bisa mengerti akan situasinya saat itu.4

Semula ayahnyapun tidak mendukung, namun karena kesungguhan dan keseriusan ayahnya bersedia membantu dan mendukungnya. Mereka melakukan perjalanan mengunjungi Museum of Tolerance di Los Angeles untuk memberi gambaran tentang bagaimana peristiwa rasial yang paling mengerikan pernah terjadi, yakni peristiwa Holocaust. Dia juga memberikan setiap siswa jurnal agar mereka memiliki tempat untuk menuangkan perasaan mereka, ketakutan mereka, dan pengalaman mereka. Serta mendatangkan beberapa korban Holocaust untuk menceritakan pengalaman mereka kepada murid-murinya.

Pada akhirnya para siswa ingin mendatangkan Miep Gries, wanita yang menyembunyikan keluarga Anne Frank dari Eropa kesekolah mereka, untuk mewujudkan itu, mereka mengadakan penggalangan dana, pada akhirnya mereka berhasil mengundang wanitia tua itu datang dan bercerita dihadapan mereka. Pada akhir smester Gruwell menugaskan mereka untuk mengetik jurnal harian yang masing-masing mereka buat, terkumpul menjadi satu dan diberi judul Freedom Writers Diary.

4

(18)

4

Mungkin ini merupakan puncak kesuksesan mereka. Siswa-siswi melakukan perjalanan ke New York untuk menerima penghargaan. Pada tahun 1999, Siswa-siswi ini juga pergi ke Eropa bersama-sama dimana mereka mengunjungi Anne Frank House dan berbagai kamp konsentrasi. Ini bukanlah suatu mukjizat bahwa semua 150 dari The Freedom Writers lulus dari SMA dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Suatu hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin, ini semua

berkat ketekunan dan tekad Gruwell’s.5

Film ini dikemas begitu menarik, alur cerita yang maju, mundur, serta pengisahan konflik-konflik membuat andrenalin para penonton semakin dipermainkan, membuat film ini semakin bagus dan berkualitas. Catatan-catatan yang mereka buat selama sekolah itulah yang dijadikan buku catatan atau diary, dan dari buku tersebut kemudian diadaptasi menjadi skenario film oleh Richard LaGravenese yang ia sendiri yang melakoni sebagai sutradaranya. Namun sebuah film yang bagus dan berkualitas bukan hanya dilihat dari alur ceritanya saja tetapi harus mempunyai pesan moral yang ingin disampaikan kepada penonton. Melalui tanda-tanda, simbol, dan ikon yang terdapat di dalamnya. Film ini layak untuk ditonton, selain karena sinematografisnya bagus, penonton akan mendapat pelajaran berharga dari film tersebut.

Kadang kala, pesan moral pada sebuah film kurang diperhatikan oleh penonton. Banyak di antara mereka hanya menikmati alur cerita dan visualisasi

5

(19)

film tersebut. Jika diperhatikan secara seksama dalam suatu film dapat menjadi

inspirator bagi penontonnya. Mereka dapat mengambil hikmah, serta pelajaran berharga dari film tersebut, yang dapat di realisasikan dalam kehidupan nyata. Dalam film Freedom Writers banyak pesan moral yang ingin disampaikan kepada penonton. Dengan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai makna simbolis mengenai pesan moral yang ingin disampaikan pada film Freedom Writers.

Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian sekaligus dijadikan sebagai judul skipsi yaitu: ANALISIS SEMIOTIK

FILM “FREEDOM WRITERS“

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penulis sengaja membatasi pengambilan adegan-adegan dalam film Freedom Writers yang memiliki pesan moral dan simbol untuk mewakili bagaimana seorang pengajar mengatasi carut-marut yang terjadi dalam sebuah sekolah, Seperti Sikap optimisme dan pantang menyerah. Ditunjukan oleh Gruwell dalam mengajar murid-muridnya. Semangat belajar, konflik antar geng atau kekerasaan antar gang, sikap toleransi antar ras, semangat belajar dan sikap jujur dalam memperjuangkan keadilan.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana makna denotasi dalam film Freedom Writers?

(20)

6

3. Bagaimana makna mitos dalam film Freedom Writers

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat dalam film Freedom Writers. Serta mengetahui pesan yang terdapat dalam film

Freedom Writers.

a. Kegunaan Akademisi

Penelitian ini diharapkan bisa memperkaya khasanah ilmu komunikasi massa melalui film untuk Fakultas Ilmu Komunikasi khusunya Fakultas Ilmu Dakwah Dan Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

b. Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan konstribusi positif bagi para tim produksi, sutradara, dan akademisi yang mengambil bidang komunikasi khususnya yang berminat di dunia perfilman.

D. Metodelogi Penelitian

1. Metode Penelitian

(21)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif yang kemudian menggunakan model Roland Barthes, yang berfokus pada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification). Yang mana signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifer

(penanda) dan signinified (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.6

2. Objek Penelitian dan Unit analisis

Adapun objek penelitian ini ialah film Freedom Writers. Sedangkan unit analisnya adalah potongan gambar atau visual yang terdapat dalam film

Freedom Writers yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

3. Sumber Data

Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Data primer yakni data yang diperoleh dari rekaman vidio film

6

(22)

8

Freedom Writers yang berupa DVD, kemudian dipilih gambar dari adegan-adegan yang berkaitan dengan penelitian.

b. Data sekunder yakni data yang diperoleh dari literatur yang mendukung data primer, seperti kamus, internet, artikel, koran, buku-buku yang berhubungan dengan penelitian, catatan kuliah dan sebagainya.

4. Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang dipakai ada dua yaitu:

a. Observasi adalah sebagai kegiatan mengamati secara langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut7. Secara langsung peneliti menonton dan mengamati dialog- dialog peradegan dalam film Freedom writers. Kemudian mencatat, memilih serta menganalisis sesuai dengan model penelitian yang digunakan.

b. Studi komunikasi atau dokument research, yakni penulis mengumpulkan data-data melalui telaah dan mengkaji berbagai literatur yang sesuai dengan materi penelitian untuk dijadikan bahan argumentasi, seperti DVD film Freedom Writers, arsip, majalah, surat kabar, buku, catatan perkulihan, internet dan lain sebaginya.

7

(23)

5. Waktu

Penelitian ini dilakukan dari Desember 2010 sampai Juni 2011. Peneliti sengaja menggunakan pisau analisis semiotika, karena film merupakan objek yang penuh dengan tanda-tanda atau simbol, baik dari segi gambar, suara, atau dialog

yang disampaikan. Sehingga penelitian ini lebih tepat menggunakan analisis semiotika.

6. Teknik analisis Data

Setelah data primer dan sekunder terkumpul, kemudian diklarifikasikan sesuai pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Kemudian, dilakukan analisi data dengan menggunakan teknik analisis semiotik Roland Barthes. Yang mana Roland mengembangkan semiotik menjadi dua, yakni denotasi dan konotasi yang menghasilkan makna secara objektif untuk memahami makna tersirat dalam film freedom writer yang menjadi objek dalam penelitian ini.

7. Teknik penulisan

(24)

10

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang menginspirasi peneliti dari skripsi-skripsi terdahulu di antaranya:

1. “Analisis semiotik film A Mighty Heart“, oleh Risky Akmalsyah, tahun

2010, jururan Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. “Analisis Semiotik Pesan Dakwah Dalam Poster Narkotika Badan

Narkotika Nasional (BBN)“, oleh Afaf Sholihin, 2010, Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. “Analisis Semiotik Foto Daily Life Stories Pada World Press Photo

2009“, oleh Aida Islamie, 2010, Konsentrasi Jurnalistik, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ketiga skripsi di atas memiliki objek berbeda. kedua skripsi diposisi atas menggunakan objek film, dan yang ketiga menggunakan objek poster, serta terakhir menggunakan objek foto. Masing-masing menggunakan teknik analisis Roland Barthes.

Walau dalam penelitian ini penulis merujuk pada skripsi di atas, namun tetap ada perbedaan. Dari objek penelitian saja sudah berbeda walaupun sama-sama meneliti film, gambar dan poster serta menggunakan teori Roland Barthes tapi gambar-gambar yang dianalisis berbeda-beda.

(25)

untuk menulis hal apapun yang dialami setiap hari, karena itu bisa dijadikan hasil karya yang menarik, contohnya novel, cerpen, bahkan film. Seperti halnya film

Freedom Writers yang diangkat dari kisah nyata, tepatnya dari dokumen catatan-catatan jurnal harian yang diberi judul, Freedom Writers Diary. Harapan penulis semoga penelitian ini bisa menambah referensi penelitian film, Khususnya film Internasional.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian yang akan dibahas dalam skripsi ini terdiri dari lima Bab dan masing-masing bab terdiri dari Sub Bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN: dalam bab ini membahas latar belakang masalah,

rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI: dalam bab ini ini membahas definisi film, sejarah

perkembangan film dunia, sejarah perkembangan film Indonesia, jenis-jenis film, teknik pengambilan gambar, pengertian semiotika dan teori semiotika Rolan Barthes.

BAB III GAMBARAN UMUM FILM “FREEDOM WRITERS”: pada bab ini

profile sutradara, para pemain, sinopsis film Freedom writers.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN: pada bab ini

Membahas makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film Freedom Writers.

(26)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Analisis

Definisi analisis menurut kamus besar bahasa Indonesia “Analisis adalah

penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagaian itu sendiri serta hubungan anatar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan

pemahaman arti keseluruhan“. Sedangkan merurut rektor UIN Jakarta

Komaruddin Hidayat analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan

yang terpadu“1

. Sedangkan menurut penulis analis adalah mengurai secara mendalam dan menyeluruh tentang suatu objek.

B. Pengertian Semiotika

Secara etimologis istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion yang

berarti “tanda“. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar

konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Istilah semeion tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau aklepiadik denagn perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik inferensial. Sedangkan secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan

1

Artikel, diakses minggu, 24 Juli 2011 pukul 11.15 WIB dari

(27)

sebagai tanda2. Pengertian paling sederhanamengenai semiotika dapat diuraikan sebagai studi mengenai tanda dan bagimana tanda-tanda itu bekerja.3

Sedangakan ahli sastra Teew (1984:6) mendefinisikan semiotik adalah tanda sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakannya menjadi model sastra yang mempertanggung jawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala sastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat manapun. Semiotik merupakan cabang ilmu yang relatif masih baru. Penggunaan tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya dipelajari secara lebih sistematis pada abad kedua puluh.4

Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant

yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentiaantara „yang ditandai’ (signified)

dan „yang menandai’ (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda

(signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda

adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. “Penanda dan

petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas,” kata Saussure.5

2

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal.95.

3

Andry Masri, Stategi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hal. 166.

4

Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%20tentang%20Semiotik.pdf

5

(28)

14

Berbeda dengan Saussure, Charles Sanders Peirce, seorang filsuf berkebangsaan Amerika, mengembangkan filsafat pragmatisme melalui kajian

semiotik. Bagi Peirce, tanda “is something which stands to somebody for

something in some respect or capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa

berfungsi disebut ground. Peirce membedakan tiga konsep dasar semiotik, yaitu: sintaksis semiotik, semantik semiotik, dan pragmatik semiotik. Sintaksis semiotik mempelajari hubungan antar tanda, Semantik semiotik mempelajari hubungan antara tanda, objek, dan interpretretasi, sedangkan Pragmatik semiotik mempelajari hubungan antara tanda, pemakai tanda, dan pemakaian tanda.

Semiotik itu sendiri mengkaji tentang makna-makna atau simbol-simbol, baik yang berupa bahasa (linguistik) dan tanda fisik. Istilah makna dan simbol itu sendiri memiliki makna yang spesifik, seperti yang dikemukan oleh Raymond

Firth (1973), tanda merupakan bagian dari bahasa tersendiri yang, “...sangat

penting bagi pengoprasian yang efisien sehingga pembuat (fabrikator) dan

penafsir menggunakan kode yang sama.“6

Sedangkan bahasa menurut Ferdinand de Saussure, menyatakan bahasa sebagai sistem tanda yang mengekspresikan gagasan-gagasan: Language is a system of signs that express ideas, and is therefore comparable to a system of writing, the alphabet of deaf – mutes,

symbolic rites, polite formulas, military signals, etc. but is the most important of

6

(29)

all these systems.7 Artinya bahasa adalah sistem tanda yang mengekpresikan ide-ide yang sebanding dengan penulisan, seperti bahasa orang-orang bisu, tuli, ritus simbolik kode-kode militir dan lain-lain, tetapi yang paling penting dari semua sistem adalah bahasa.

Pusat perhatian semiotika dalam kajian komunikasi itu sendiri menggali apa yang tersembunyi dibalik bahasa, karena bahasa beroprasi sebagai simbol yang mengartikan atau merepresentasikan makna yang ingin dikomunikasikan oleh pelakunya, atau dalam istilah yang dipakai Stuart Hall untuk menyatakan hal ini,

…”fungsi bahasa adalah sebagai tanda. Tanda mengartikan atau

merepresentasikan (menggambarkan) konsep-konsep, gagasan atau perasaan

sedemikian rupa yang memungkinkan seseorang „membaca’, men-decode atau

menginterpretasikan maknanya.” Kalau dalam film yakni bagaimana sang

Sutradara menyampaikan maksud atau pesan yang akan disampaikan pada penonton, melalui gambar atau bahasa ilmiahnya melalui media audio visual, sehingga khalayak mengerti maksud dari film yang ditontonnya tersebut.

Kemudian dalam pengertian umum, baik dalam sebuah karya seni atau dalam hubungan sehari-hari yang paling biasa, sebuah lambang adalah sesuatu yang

mewakili sesuatu yang lain dan yang mengkomunikasikan “sesuatu yang lain“ itu

dengan jalan merangsang, mencetuskan atau menghidupkan ide-ide yang berpadanan dalam fikiran orang yang menerima lambang tersebut.

7

(30)

16

Macam-macam Semiotik Sampai saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang (Pateda, dalam Sobur, 2004). Jenis -jenis semiotik ini antara lain:

1. Semiotik analitik adalah merupakan semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce mengatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyek dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambangsedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu pada obyek tertentu.

2. Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.

3. Semiotik faunal zoosemiotic merupakan semiotik yang khusus memper hatikan sistem tanda yangdihasilkan oleh hewan.

4. Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang ada dalam kebudayaan masyarakat.

5. Semiotik naratif adalah semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore).

6. Semiotik natural atau semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam.

(31)

8. Semiotik sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang kata maupun lambang rangkaian kata berupa kalimat.

9. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.8

C. Teori Semiotik Roland Barthes

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya.

Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi

(makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure.

8

(32)

18

Teori Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Kata konotasi berasal dari bahasa latin connotare, „„ menjadi

makna“ dan mengarah pada tanda-tanda kultural yang terpisah atau bebeda

dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional. Roland Barthes, semiotikus terkemuka dari Prancis dalam bukunya Mythologies (1972) memaparkan konotasi kultural dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang Prancis, seperti steak dan frites, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya,

tujuannya untuk membawakan dunia tentang “apa-yang

terjadi-tanpa-mengatakan“ dan menunjukan konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas basis

idiologinya.

Sedangkan denotasi, di pihak lain, menunjukan arti literatur atau yang eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Sebagai contoh Boneka Barbie menunjukan boneka mainan, yang dipasarkan pertama kali pada tahun 1959, dengan tinggi 11,5 inci, dengan ukuran dada 5,25 inci, tinggi pinggang 3 inci dan pinggul 4,25 inci. Sementara konotasi dari barbie, secara kontras penuh kontroversi. 9 Karna menurut sebagian orang bahwa boneka Barbie tersebut adalah lambang atau simbol dari emansipasi wanita. Di bawah ini bisa kita lihat ada gambar mengenai teori Roland Barthes.

9

(33)
[image:33.595.147.525.83.398.2]

Gambar 1. Peta Tanda Roland Barthes

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos yang menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.

(34)

20

Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah

Mitos.10

[image:34.595.106.539.153.674.2]

Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktivan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara lugas mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam buku Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.

Gambar 2. Peta Tanda Roland Barthes

1. Signifier

(penanda)

2. signified

(petanda) 3. denotative sign (tanda denotatif)

4. CONNOTATIVE SIGNIFER

(PENANDA KONOTATIF)

5. CONNOTATIVE SIGNIFED

(PETANDA KONOTATIF) 1. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)

10“Teori semiotik“ di

(35)

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dipahami oleh Barthes.

Di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah

konotasi. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu

yang bersifat alamiah (Budiman, 1999:22). Dalam kerangka Barthes, konotasi

identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai „mitos’ dan berfungsi

untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.11

(36)

22

D. Definisi Film

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah-satu media komunikasi massa audio visual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan sistem lainnya. Film berupa media sejenis plastik yang dilapisi emulsi dan sangat peka terhadap cahaya yang telah diproses sehingga menimbulkan atau menghasilkan gambar ( bergerak ) pada layar yang dibuat dengan tujuan tertentu untuk ditonton.12

Proses pembuatan film sendiri membutuhkan waktu yang sangat panjang yakni masa pra produksi, produksi sampai paska produksi. Pada masa pra produksi yang dilakukan biasanya Hunting lokasi, pengambilan shot-shot lokasi yang akan dipakai, break down scenario, Reading, serta menyiapkan equipment

yang akan dipakai saat shoting. Kemudian pada saat produksi waktunya untuk eksekusi, yakni merealisasikan jadwal yang sudah dibuat oleh menejer produksi agar semua kegiatan berjalan sesuai dengan literature yang sudah disepakati, sebab kalau shoting tidak sesuai jadwal maka resikonya berkaitan dengan dana.

11

Artikel, di akses Rabu 7 Januari 2011 pukul 13.30 WIB dari http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%20tentang%20Semiotik.pdf

12

(37)

Sedangkan paska produksi biasanya insan perfilman menyebutnya post, berkaitan dengan proses editing yang dilakukan oleh editor. Barulah kemudian film tersebut bisa dipasarkan, mau ketelevisikah atau bioskop-bioskop atau yang sekarang lebih dikenal dengan 21/ XXI.

Dalam membuat film setidaknya melibatkan tujuh departement di bawah ini yang masing-masing mempunyai andil dan peran tersendiri, namun perlu dicatat bahwa dalam pembuatan film merupakan kerja kolektif, saling melengkapi satu sama lainnya. Tujuh departemen itu ialah:

1. Departemen Produksi

2. Penyutradaraan

3. Penulis skenario

4. Penata Kamera ( Director of Photography/ DOP)

5. Penata Artistik ( Art Director)

6. Penata suara ( Sound designer)

7. Penyunting gambar (Editor)13

Fungsi dari film itu sendiri sebagai media hiburan, namun bukan hanya media hiburan saja tetapi dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif bahkan

13

(38)

24

persuasif. Ini sesuai dengan misi perfilman nasional, bahwa selain sebagai media hiburan tetapi bisa dijadikan sebagai media pembelajaran dan sarana informasi.

Film mempunyai karakteristik tersendiri yakni menggunakan layar lebar, pengambilan gambar karena menggunakan layar lebar maka memungkinkan pengambilan gambar jarak jauh atau long shot bahkan extrem long shot,

konsentrasi penuh dan identifikasi psikologi yang mana saat kita menonton pikiran dan perasaan kita larut dalam alur cerita yang disuguhkan.14

E. Sejarah Perkembangan Film Dunia

Dilihat dari sejarah, penemuan film sebenarnya berlangsung cukup panjang. Ini disebabkan karena film melibatkan masalah-masalah teknis yang cukup rumit, seperti masalah optik, lensa, kimia, proyektor, kamera, roll film bahkan sampai pada masalah psikologi. Usaha untuk mempelajari bagaimana gambar dipantulkan lewat cahaya, konon telah dilakukan sekitar 600 tahun sebelum masehi. Perkembangan film baru keliatan setelah abad ke-18 melalui percobaan kombinasi cahaya lampu dengan kaca lensa padat, tetapi belum berupa gambar hidup yang bisa bergerak. Setelah Louis Dagurre bekerjasama dengan Joseph Niepce maka perkembangan kearah seni fotografi terus dilanjutkan. Setelah Niepce meninggal dunia, kemudian dilanjutkan oleh Dagurre dan George Easman dalam bentuk

celluloid. Uji coba untuk menggerakan gambar berhasil dilakukan dengan memakai selinder yang nantinya berkembang menjadi proyektor.

14

(39)

Joseph Plateau adalah seorang ilmuan yang telah banyak memberikan perhatian untuk mempelajari rahasia gambar hidup dengan seksama, terutama dalam hal kecepatan, waktu dan pewarna. Penyempurnaan baru dicapai lewat kamera oleh asisten ahli listrik terkenal Thomas Alva Edison yang bernam William Dickson pada tahun 1895. Setelah itu barulah orang Amerika berhasil membuat film bisu yang berdurasi 25 menit, diantaranya film A Trip to the Moon

(1902), Life of an America Fireman (1903) dan The Great Train Robbery (1903). Kemudian perusahaan film Warner Brothers dengan bekerjasama dengan Amerika telephon dan telegraf berusaha mempelajari bagaimana cara memindahkan suara yang ada dalam telepon ke dalam film. Usaha ini berhasil pada tahun 1928 melalui film The Jazz Singer. Masa keemasan film berlangsung cukup lama, barulah televisi muncul sebagai media hiburan.15

F. Sejarah Perkembangan Film Indonesia

Hari film Nasional yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia adalah tanggal 30 Maret 1950, sebagaimana yang telah menjadi aspirasi masyarakat perfilman dan telah menjadi Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999, semasa pemerintah BJ Habibie yang berbunyi: butir a. Bahwa tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari bersejarah bagi perfilman Indonesia

15

(40)

26

karena pada tanggal tersebut pertama kalinya film cerita dibuat oleh orang dan perusahaan Indonesia.16

Dalam beberapa buku dan artikel ada yang menyatakan di Indonesia, sejarah

„gambar idoep’ muncul tahun 1900, dilihat dari sejumlah iklan di surat kabar

masa itu. De Nederlandshe Bioscope Maatschappij memasang iklan di surat kabar Bintang Betawi mengabarkan dalam beberapa hari lagi akan diadakan pertunjukan gambar idoep . Di surat kabar terbitan yang sama pada Selasa 4 Desember 1900 itu, ada iklan berbunyi ”… besok Rebo 5 Desember Pertunjukan

Besar yang Pertama di dalam satu rumah di Tanah Abang Kebondjae moelain

pukul 7 malam …”

Tahun 1926 merupakan tonggak bersejarah bagi perfilman Indonesia. Dengan dibuatnya film cerita pertama dongeng Sunda Loetoeng Kasaroeng, kemudian (1927) Java Film menggarap film kedua Eulis Atjih. Sebuah drama rumah tangga modern, bukan lagi cerita dongeng,17 kemudian Gadis Desa (1949), film berjudul Harta Karoen (1949) dan film yang berjudul Tjitra (1949). Namun semua film tersebut tidak diakuialasanya, film-film tersebut bukan oleh orang dan perusahaan pribumi melainkan oleh perusahaan asing meskipun sutradaranya orang Indonesia.

16

Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional tinjauan dan Restrospeksi, ( Jakarta: Panitia hari Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010) hal.5-7.

17

(41)

Sejarah mencatat bawasannya film Indonesia yang dibuat oleh orang pribumi dan perusahaan Indonesia adalah film yang berjudul The Long March

atau Darah dan Doa, diproduksi oleh perusahaan bernama PERFINI (Perusahaan Film Nasional Indonesia) yang merupakan perusahaan film nasional pertama, dengan produser Djamaluddin Malik dan Sutradara Usmar Ismail. Sedangkan tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari pertama pengambilan gambar atau syuting film Darah dan Doa. Usmar Ismail adalah tokoh yang paling bersemangat untuk mewujudkan adanya film nasional.18 Untuk itu ia dinobatkan sebagai bapak perfilman Indonesia.

G. Jenis-Jenis Film

1. Film cerita (Story film)

Film cerita jelas film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar. Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan diperuntukan semua publik di mana saja. Film cerita terbagi menjadi dua bagian yakni film panjang dan film pendek, tidak ada perbedaan yang signifikan hanya durasi, buget, dan tingkat kesulitan dalam penyampaian pesan kepada khalayak dikarnakan dalam waktu sesingkat itu sutradara harus bisa memberikan pemahaman arti akan film yang dibuatnya kepada publik.

18

(42)

28

2. Film Berita (newsreel)

Film berita atau newsreel adalah film mengeanai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (newsvalue).

3. Film Dokumenter (Dokumentary Film)

Menurut Grierson definisi film dokumnter adalah “ karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality“). Berbeda dengan film

berita yang merupakan rekaman-rekaman kenyataan, maka film dokumenter menurut Flaherty merupakan interpretasi yang puitis yang bersifat pribadi dari kenyataan-kenyataan.

4. Film Kartun (Cartoon Film)

Film kartun atau biasa kita sebut sebagai film anak-anak ini, seperti yang kebanyakan kita lihat di layar televisi banyak film-film kartun yang dibuat oleh Production Hause (PH) Walt Disney dari Amerika, yang diantara karyanya Mickey Mause ,Donal Duck dan Snow White. Gagasan awal pembuatan film kartun ini bermula dari para seniman pelukis. Ditemukannya

cinematopografy telah menimbulkan gagasan untuk menghidupkan gambar-gambar yang mereka lukis.19

19

[image:42.595.134.520.80.462.2]
(43)

H. Teknik Pengambilan Gambar

Ada lima hal yang perlu diperlukan dalam pengambilan gambar untuk jurnalistik Televisi, yaitu:

2. Camera angle (sudut pengambilan gambar), yakni posisi kamera pada saat pengambilan gambar. Masing-masing angle punya makna tertentu. Camera angle Dalam sudut pengengambilan gambar ada lima bagian:

a. Bird eye view teknik pengambilan gambar yang dilakukan kameramen dengan posisi kamera di atas ketinggian objek yang direkam. Tujuan sudut pengmbilan gambar ini untuk memperliahtkan objek-objek yang lemah dan tak berdaya.

b.High angle pengambilan gambar dari atas objek. Kesan yang ditampilkan dari pengambilan gambar ini kesan lemah, tak berdaya, kesendirian, dan kesan lain yang mengandung konotasi dilemahkan atau dikerdilkan.

c. Low angle mengambarkan seseorang yang berwibawa atau berpengaruh, memberikan kesan berkuasa.

[image:43.595.116.528.78.453.2]
(44)

30

e. Frog eye teknik pengambilan gambar yang dilakukan kameramen dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar (alas) kedudukan objek dengan ketinggian yang lebihrendah dari dasar (alas) kedudukan objek.

3. Frame size (ukuran gambar),20 yakni ukuran shot untuk memperlihatkan situasi objek bersangkutan. Frame size yang menjadi kekuatan gambar baik dalam film maupun acara audio visual

lainnya. Ada dua belas bagian dalam freme size yaitu:

a. ECU ( extreme clouse-up) pengambilan gambar menunjukan detail suatu objek seperti hidung, mata, telinga, bibir pemain.

b. BCU (big clouse-up) Menonjolkan objek untuk menimbulkan ekpresi tertentu, seperti pengambilan gambar dari batas kepal hingga bahu objek.

c. CU (clouse-up) memberi gambaran objek secara jelas, seperti dari batas kepala sampai leher bagian bawah.

d. MCU (medium clouse-up) menegaskan profile seseorang dari batas kepala hingga dada atas.

e. MS (mid shot) memperlihatkan seseorang dengan sososknya yakni pengambilan gambar dari atas kepala sampai pinggang.

20

Teknik Pengambilan Gambar” diakses pada tanggal kamis 9 Juni 2011 pukul 10 30

[image:44.595.139.526.94.452.2]
(45)

f. KS (knee shot) memperlihatkan sososk objek yakni dari batas kepal hingga lutut.

g. FS (full shot) memperlihatkan objek secara penuh dari batas kepala hingga kaki.

h. LS (long shot) memperlihatkan objek deangan latar bealakangnya.

i. Medium Long Shot (MLS) yakni gambar objek diambil dari jarak yang wajar, misalnya terdapat tiga objek maka semuanya akan terlihat sedangkan jika objeknya hanya satu orang maka tampak dari kepala sampai lutut.

j. Extreme Long shot (XLS) gambar diambil dari jarak yang sangat jauh, sehingga latar belakang terlihat nampak jelas. Dengan demikian terlihat posisi objek dengan lingkungan sekitarnya.

k. One Shot (1S) pengambilan gambar dengan satu objek..

l. Two Shot (2S) pengambilan gambar dengan dua objek.

m. Three Shot (3S) pengambilan gambar dengan tiga objek.

n. Group Shot (GS) pengambilan gambar dengan sekelompok orang.

4. Gerakan kamera, yakni posisi kamera bergerak, sementara objek bidikan diam. Gerakan kamera ada tiga yaitu:

(46)

32

b. Tilting (dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah)

c. Panning ( gerakan kamera dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri).

5. Gerakan objek, yakni posisi kamera diam, sementara objek bidikan bergerak. Gerakan Objek

a. Objek sejajr dengan kamera

b. Walk-in/walk-away (menjauh atau mendekat dengan kamera)

c. Freming

6. Komposisi, yakni seni menempatkan gambar pada posisi yang baik dan enak dilihat. Komposisi ada tiga yakni:

a. Headroom (H), yakni mengatur frem di atas kepal objek

b. Noseroom (N), jarak pandang seseorang terhadap objek lainnya, baik ke kiri maupun ke kanan.

c. Looking space (L), yakni ruangan depan maupun belakang objek.21

21

(47)

33 BAB III

GAMBARAN UMUM FILM “FREEDOM WRITERS”

A. Gambararan Umum

Dalam bab ini peneliti membahas tentang gambaran umum mengenai beberapa profile orang-orang yang terlibat di dalam pembuatan film tersebut dan sinopsis dari film Freedom Writers. Diawali dari Sutradara dan dilanjutkan profile beberapa pemain, kenapa sutradara yang peneliti bahas pertama kali? Karena menurut peneliti peran sutradara disini adalah motor penggerak produksi ini berlangsung, Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di lapangan seorang sutradara berperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus inspirator bagi anggota tim produksi dan para pemain, bagaimana dan akan seperti apa film itu akan dibuat sutradaralah yang mempunyai andil besar dalam menentukannya, namun tidak mengindahkan departement lainnya, ini adalah pekerjaan kolektif dan saling bergantung satu sama lain. Masing-masing mempunyai peranan dalam pembuatan film, mempunyai jobdes masing-masing dalam perannya.

(48)

34

Richard LaGravenese, seorang anak yang terlahir dari Ras kulit putih. Ia lahir di Brooklyn pada 30 Oktober 1959. Ia berkebangsaan Amerika Serikat, memiliki satu putri dari istrinya yang bernama Ann Weiss. Pertama kali ia menulis dan dihargai yakni menulis untuk pertunjukan tari-tarian Off Broadway

musik, Richard LaGravenesa memulai karirnya di dunia entertainment sebagai penulis skenario, ia menulis skenario film The King Fisher yang disutradarai oleh Terry Gilliam. Film ini berhasil mendapatkan lima nominasi Academy Award, Termasuk best scenario, pemenang Aktris Pendukung Terbaik untuk Mercedes Ruehl. Kemudian skenario berikutnya meliputi: A Little Princess (disutradarai oleh Alfonso Cuaron), The Horse Whisperer (disutradarai oleh Robert Redford), dan Beloved (disutradarai oleh Jonathan Demme). Richard juga meraih nominasi Emmy film dokumenter terbaik , dalam National Board of Review Award.1 Serta masih banyak hasil karya-karya lainya.

Kemudian pada tahun 2007, Richard menulis skenario film Freedom Writers, yang diangkat dan diadaptasi dari kisah nyata dari buku Freedom Writers Diary, dalam pembuatan film freedom writers ini, ia sendiri yang bertindak sebagai sutradara. Sebagai Sutradara Richard berhasil memberikan nuansa film drama kriminal yang menarik dan menurut peneliti pesan yang disampaikan melalui film Freedom Writers ini sangat inspiratif. Ia mampu menggambarkan realitas social yang terjadi di Amerika pada masa itu, dimana status sosial

1

(49)

masyarakat Amerika masih kental, ras kulit putih merasa mendominasi Negara tersebut, sehingga ras kulit hitam dan kelompok lainya dimarjinalkan atau dipinggirkan.

Film freedom writers memiliki alur cerita maju-mundur, sangat ringan dan mudah dicerna makna pesan yang terkandung di dalamnya. Richard begitu piawai memvisualisasikan adegan demi adegan, dimulai dari konflik di mana seorang anak kecil sedang duduk di depan pintu menunggu ayahnya yang akan mengantarnya ke sekolah, di hadapannya terlihat kakanya sedang mencuci mobil, tiba-tiba sebuah mobil melintas dan menembaknya. Kemudian ia melihat kekerasan yang dilakukan polisi kulit putih terhadap sang ayah, ayahnyapun diseret dan ditangkap sedangkan ia tidak bersalah.

(50)

36

C. Profile Pemain

Di sini peneliti tidak mencantumkan semua profile pemain freedom writers

hanya beberapa pemain yang dianggap pemain utama dan beberapa pemain pendukung saja, di antarnya adalah:

1. Pemeran Utama Hilary Swank

Tokoh utama dalam film Freedom Writers adalah Erin Gruwell yang diperankan oleh Hilary Swank, wanita kelahiran 30 Juli 1974 ini memulai karirnya pada usia 16 tahun, ia bermain dalam film Harry And The Henderson. Banyak serial TV yang dibintangi di antaranya: Evening Shade dan Growing Pains (ABC) tahun 1991-1992, Sarah Michel Gellar, Buffythe Vampire slayers (1992),Swank juga berhasil menyisihkan ribuan aktris dalam audisi untuk film

The Next Karate Kid (1994), Serta masih banyak yang lainya.

(51)

nyata ini, memberikan sejumlah tantangan bagi Swank. Berkat persiapannya yang baik, akhirnya berhasil memerankan karakter tersebut dengan sempurna dan meraih penghargaan, Academy Award untuk kategori aktris terbaik. Swank kemudian berhasil meraih nominasi Golden Globe untuk kategori aktris terbaik mini seri atau film televisi atas aktingnya dalam film produksi HBO, Iron Jawed Angels (2004) dan untuk kedua kalinya ia memenangkan nominasi golden Globe

dalam film Million Dollar Baby (2004).2

Sebagai pemeran utama dalam film freedom writers ini Hilary Swank memiliki karakter penyabar, gigih, pantang menyerah dan kuat melawan berbagai rintangan. Swank cukup piawai memerankan tokoh Erin Gruwell, yakni seorang guru bahasa Inggris yang mengajar di ruang 203, yang mana ruangan tersebut dihuni oleh murid-murid kriminal. Ia pun terjebak pada situasi kerusuhan rasial murid-muridnya, namun keadaan demikian membuat ia semakin simpati terhadap anak asuhnya. Tidak seperti guru-guru lain yang tidak sanggup menghadapi tingkah pola kelas tersebut bahkan mereka sama sekali tidak peduli dengan keadaan tersebut. Gruwell menunjukan sikap sebaliknya, ia begitu simpati bahkan disaat mereka tidak tertarik sedikitpun dengan pelajaran dan dirinya, ia pantang menyerah, sabar, dan terus mencari cara untuk bisa masuk ke dalam kehidupan mereka. Ia bahkan mau melakukan apapun demi murid-muridnya, agar mereka

2

(52)

38

bisa tertarik dalam dunia akademis, dan merubah pandangan hidup mereka yang membenci ras lain.

Bahkan Gruwell rela mengorbankan kepentingan pribadinya, sehingga ia kerap kali pulang terlambat dan tidak ada waktu untuk sang suami, sampai akhirnya ia diceraikan oleh sang suami. Terbukti dalam alur cerita tersebut ia bekerja separuh waktu untuk membeli buku-buku yang mengisahkan tentang pengalaman orang-orang yang pernah terlibat dalam konflik rasisme, buku-buku tersebut kemudian dibagikan kepada anak didiknya, bahkan ia membeli buku jurnal yang kemudian wajib diisi setiap harinya, mereka boleh menuliskan pengalaman mereka, perasaan, dan apa yang mereka alami saat ini. Ternyata metode tersebut membuahkan hasil, anak asuhnya begitu antusias dalam membaca, dan mulai membuka diri untuk bercerita kepadanya.

Kepiawaian Swank dalam peran menambah daya tarik tersendiri, memberikan motivasi bagi setiap pengajar bahwa banyak cara dan metode yang dapat digunakan dalam mengajar, seperti halnya Swank menggunakan komunikasi antar pribadi dalam metode pengajarannya. Pada dasarnya, sebagai seorang guru bukan hanya piawai dalam mengajar, tapi alangkah baiknya melihat juga latar belakang anak didiknya dan mencari cara ikut serta mengikat psikologis mereka agar bias tahu metode apa yang pantas digunakan dalam mengajar, seperti yang ditunjukan Swank dalam film tersebut.

(53)

seseorang yang mendanai produksi dalam sebuah film, dari awal pembuatan sampai akhir jelasnya dari praproduksi, produksi dan paska produksi, pendanaan tersebut datangnya dari Eksekutif Produser.

2. Pemeran Pembantu Utama Lee Hernandez

April Lee Hernenandes lahir di New York pada 31 Januari 1980. Lee Hernandes adalah salah satu pemeran pendukung utama dalam dalam film

(54)

40

merupakan generasi ke-3 dalam geng tersebut, ia dihajar, dipukul, ditendang oleh senior-seniornya dengan alasan agar ia tahan banting.

Sampai akhirnya ia bersekolah di Long Beach dan mendapati teman-teman kelas yang berbeda-beda rasnya, kulit putih, korea, kamboja, dan kulit hitam. Mereka hidup berkelompok dan tidak saling bergaul satu sama lain, hanya berkumpul dengan teman-teman rasnya saja. Eva bersekolah di Long Beach bukan keinginanya melainkan karena terpaksa dari pada masuk penjara anak-anak.3Sampai akhirnya guru bahasa Inggris yakni Gruwell merubah cara pandangnya, ia bisa berbaur dengan kelompok lain, dan berani memperjuangkan kebenaran walaupun menentang keluarganya sendiri.

3. Jason Finn

Jason Finn lahir di Los Angeles, California pada 16 Januari 1986. Selain

freedom Writers ia pernah main di film Mercy Street. Ia merupakan salah satu dari pemain film Freedom Writers ini, yakni murid dari Erin Gruwell. Ia di sini berperan sebagai Marcus, karakter yang dimilikinya, cenderung pendiam, dewasa, dan brutal. Dikisahkan semenjak ia bergabung dalam kelompok gang ia diusir orang tuanya, dan hidupnya semakin berantakan, ia pernah masuk penjara karena pernah melakukan tindakan kriminal dengan kelompok gangnya.

Di dalam kelas ia cenderung pendiam dan dewasa tidak seperti murid lainnya, ia begitu antusias terhadap guru bahasa Inggrisnya, baginya sang guru

3

(55)

http://translate.google.co.id/?client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-telah memberikan pemahaman dan pelajaran berharga kepada mereka khususnya kepada dirinya sendiri. Diceritakan dalam penulisan jurnal harian ia kerap kali mengungkapkan isi hatinya yang merindukan pulang kerumah dan bertemu dengan sang ibu. Namun karena kesalahan yang pernah dibuat ia tidak berani pulang, karena sering membaca buku-buku yang diberikan Gruwell dan apa yang diciptakan Gruwell pada kelas yang menyatukan mereka dan mengikat mereka dalam sebuah rumah dan keluarga, memberikan pemahaman untuknya akan pentingnya arti keluarga. Akhirnya pada suatu malam ia memberanikan diri untuk pulang dan menemui sang ibu, Ibunya terkejut saat itu dan ia kembali menerima Marcus. Disaat mereka mengundang Miep Gies datang kesekolah, ia meminta kepada Gruwell untuk menjemput dan menuntun wanita tua tersebut, ia begitu mengidolakan Miep Gies baginya wanita tua tersebut adalah sumber inspirasi dalam kehidupannya.

4. Patrick Galen Dempsey

(56)

42

dia berkarier di dunia film sejak tahun 1985. Sebagai seorang actor banyak film yang pernah dibintanginya di antaranya: Sweet Home Alabama, The Emperor's Club, Freedom Writers, Enchanted, Made of Honor, dan Valentine's Day.4

Dalam film freedom writers ia berperan sebagai Scott Casey yakni suami dari Erin Gruwell. Karakter yang dilakoninya dalam film ini, seorang suami penyabar, baik, cenderung pendiam, bahkan lebih tepatnya diam-diam menghanyutkan. Pada mulanya sebagai seorang suami ia mendukung dengan sepenuh hati keputusan istrinya untuk mengajar di sekolah Long Beach, tapi entah mengapa setelah istrinya mengajar dan ia merasakan banyak perubahan pada Gruwell, istrinya begitu sibuk memperhatikan kondisi anak didiknya, sehingga sering pulang terlambat, dan waktu di rumahpun sang istri masih sibuk membicarakan anak-anak didiknya, ia pun merasa sang istri tidak ada waktu untuknya lagi seperti sebelum ia mengajar, perubahan ini membuat ia merasa terganggu, menurutnya sang istri lebih mementingkan kondisi anak didiknya dibandingkan kehidupan rumah tangganya sendiri, perhatian Gruwell sepenuhnya ditujukan untuk murid-muridnya, tidak sedikitpun ia memperhatikan sang suami, karena tidak merasa sanggup lalu ia memutuskan untuk berpisah dan meninggalkan istrinya, walaupun terlihat jelas ia masih sangat mencintai Gruwell.

4

Artikel, di akses Minggu, 22 Mei 2011 pukul 12.30 WIB dari

(57)

5. Imelda Mary Philomena Bernadette Staunton

Imelda Mary, lahir di Inggris 9 Januari 1956, ia mengawali keartisannya di serial komedi yang berjudul Up the Garden Path. Kemudian beberapa film yang telah dibintanginya Harry Potter, ia pernah masuk dalam nominasi aktris terbaik dalam Best Actress Oscar nomination, dan pernah pula meraih aktris pendukung wanita terbaik dalam Venice Film Festival.5

Di film freedom writers ini ia berperan sebagai Margaret Compbell, yakni salah seorang guru di sekolah tempat Erin Gruwell mengajar. Ia berperan sebagai guru antagonis, yang tidak memperdulikan ruang 203 karena kelas tersebut merupakan kelas anak-anak terbuang, anak-anak tersebut mempunyai latar belakang yang kurang baik, banyak di antaranya pernah masuk penjara anak-anak dan pernah melakukan tindakan kriminal. Pada mulanya ia baik-baik saja dengan Erin Gruwell yang waktu itu merupakan guru baru di sekolahan tersebut, ia mengira Erin tidak akan bertahan lama seperti guru-guru sebelumnya. Namun perkiraannya meleset Erin mampu bertahan dan berusaha memperjuangkan

5

(58)

44

kelasnya agar disamakan dengan kelas lain, diperbolehkan menggunakan pasilitas sebagaimana anak-anak lain, contohnya diperbolehkan untuk meminjam buku-buku perpustakaan yang oleh Margaret dilarang anak-anak tersebut masuk perpustakaan karena mereka dianggap tidak layak dan hanya mengacaukan perpustakaan.

Namun Erin tidak gentar menghadapi tantangan tersebut lantas ia berusaha bertemu dengan kepala sekolah bahkan dinas pendidikan setempat, sampai akhirnya media mencium kegigihan Erin dalam memperjuangkan hak anak didiknya, mediapun meliput beberapa kegiatan yang dilakukan Gruwell dan anak muridnya. Sehingga tindakan dan pemberitaan itu mengancam kedudukan Margaret.

6. Scott Glenn

(59)

Film yang pernah dibintanginya di antaranya, dalam film Urban Cowboy (1980),

The Right Stuff (1983), The Hunt for Red October (1990), dan The Silence of the Lambs (1991).6

Dalam film ini ia berperan sebagai Steve Gruwell yakni ayah dari Erin Gruwell. Aktor senior ini pada mulanya sama sekali tidak mendukung keinginan anaknya untuk mengajar di sekolah Long Beach tidak terlihat jelas penyebab ketidak setujuannya mendukung sang anak untuk mengajar, yang jelas nampak ia tidak suka apalagi setelah Erin Gruwell bercerai dengan suaminya karena alasan tersebut. Namun setelah sang anak bercerai ia kerap kali mengunjungi Erin dan di situlah Erin menjelaskan alasanya kenapa ia begitu simpati terhadap keadaan murid-muridnya. Erinpun mengajak sang ayah bertemu mereka, pada akhirnya setelah beberapa kali bertemu dan melihat sendiri kegigihan sang anak memperjuangkan nasib murid-muridnya, iapun luluh dan berbalik mendukung Gruwell, bahkan ia sendiri ikut serta membantu sang anak mengantar mereka mengunjungi beberapa tempat, seperti halnya museum dan bertemu dengan orang-orang yang pernah terlibat dalam komflik Holocaust yakni tragedi pemusanahan ras yahudi pada kekuasaan Hitler.

Di sini terlihat sekali kepiawaiannya dalam melakoni peran seorang ayah, karakter keras yang dimilikinya luluh setelah melihat kegigihan dan kondisi anak didik putrinya.

6

(60)

46

D. Sinopsis Film Freedom Writers

Freedom Writers merupakan film yang didasarkan atas kisah nyata kehidupan seorang guru di Long Beach, California, Erin Gruwell (diperankan oleh Hillary Swank). Erin berprofesi sebagai guru bahasa Inggris ketika isu rasisme di Amerika begitu mencuat. Ia memasuki dunia pendidikan yang rasis setelah dua tahun keributan L.A menjadi pembicaraan hangat dimasyarakat. Dengan penuh harapan, Erin mengajar bahasa Inggris di kelas 203, di mana terdapat beragam

gank ras yang selalu mengelompok, seperti ras Kamboja, kulit hitam, Hispanic, dan seorang kulit putih.

(61)

kekerasan. Bagi mereka, kehidupan adalah bagaimana caranya mereka selamat dari kekerasan, hingga penembakan yang mengatasnamakan ras.

Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Erin, baik dari pihak sekolah yang rasis, hingga pihak suami dan ayahnya. Diskriminasi yang dilakukan oleh pihak sekolah, seperti pemisahan kelas, serta perbedaan fasilitas yang begitu terlihat antara ras kulit putih dan ras di luar itu membuat Erin miris. Agar diterima oleh anak-anak didiknya, Erin mencari cara untuk melakukan pendekatan dan metode pengajaran yang tepat. Namun, sejak Erin disibukkan dengan pendekatan terhadap anak-anak didiknya dan bekerja paruh waktu, timbul masalah baru, ia diceraikan oleh suaminya. Hingga pada akhirnya, ayahnya yang semula tidak mendukung, berbalik mendukung pekerjaan Erin.

Erin paham dengan kondisi anak-anak didiknya yang selalu berkelompok dengan ras mereka masing-masing. Akhirnya, ia menemukan cara untuk

“menjangkau” kehidupan mereka dengan memberikan mereka buku, dan meminta

mereka mengisinya dengan jurnal harian. Bahkan, ketika sekolah mendiskriminasikan fasilitas buku, Erin memberikan buku baru tentang kehidupan gank yang lekat dengan keseharian mereka. Buku-buku itu di antaranya The Diary of a Young Girl karangan Anne Frank . Zlatá’s Diary: A

Child’s Life in Sarajevo,7

yang isi buku-buku tersebut cerita pengalaman orang-orang yang terlibat konflik antar ras. Ia pun membagikan buku jurnal harian

7

(62)

48

kesemua murid-muridnya, setiap hari mereka harus menuliskan kisah hidup mereka masing-masing dalam buku tersebut. Sejak membaca jurnal harian ya

Gambar

gambar hidup yang mana diartikan sebagai karya seni, bentuk populer dari
Gambar 1. Peta Tanda Roland Barthes
Gambar 2. Peta Tanda Roland Barthes
gambar yang mereka lukis.19
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pengamatan adegan (scene) pilihan pada film 5 Elang.. Untuk mengkaji film dalam perspektif semiotik, film 5 Elang

Berdasarkan analisis yang dilakukan , maka disimpulkan bahwa karakter percaya diri yang terkandung dalam film Ayah Mengapa Aku Berbeda? terletak pada adegan dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi antarbudaya terdapat pada makna tanda-tanda dan kode yang muncul dalam beberapa scene atau adegan di dalam film Eat, Pray,

Film yang dibuat oleh seorang komunis tentu akan berbeda dengan film yang dibuat oleh seorang nasionalis, film yang dibuat oleh orang-orang kulit putih di

Judul penelitian ini adalah “Analisis Semiotik Pesan Moral Terhadap Film Confucius” yang membahas tentang makna denotasi, konotasi, dan mitos yang mempresentasikan pesan moral

Film Confucius merupakan film yang cukup banyak memberikan pesan moral. yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita dalam

Film yang merupakan refleksi dari kehidupan pada film Raya and the Last Dragon ini terdapat pula adegan-adegan pendukung film yang mempunyai pesan moral yang timbul dari interpretasi

Film “Soegija” telah merepresentasikan patriotisme yang ditampilkan melalui adegan- adegan sikap patriotisme dengan perilaku tokoh-tokoh yang digambarkan dalam film Soegija, yaitu