• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi ilmiah dalam kajian islam di indonesia dan Asia Tenggara pada jurnal Islamika : sebuah analisis sitiran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi ilmiah dalam kajian islam di indonesia dan Asia Tenggara pada jurnal Islamika : sebuah analisis sitiran"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ILMIAH DALAM KAJIAN ISLAM DI INDONESIA DAN ASIA TENGGARA PADA JURNAL STUDIA ISLAMIKA:

SEBUAH ANALISIS SITIRAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh:

Ahmad Jamaluddin Jufri 104025003210

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

(2)

KOMUNIKASI ILMIAH DALAM KAJIAN ISLAM DI INDONESIA DAN ASIA TENGGARA PADA JURNAL STUDIA ISLAMIKA:

SEBUAH ANALISIS SITIRAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humanira untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh:

Ahmad Jamaluddin Jufri NIM. 104025003210

Dibawah Bimbingan:

Pungki Purnomo, MLIS NIP. 196412151999031005

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul KOMUNIKASI ILMIAH DALAM KAJIAN ISLAM DI INDONESIA DAN ASIA TENGGARA PADA JURNAL STUDIA ISLAMIKA: SEBUAH ANALISIS SITIRAN telah diujikan dalam sidang munaqasayah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidyatullah Jakarta pada 31 Juli 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

Ciputat, 31 Juli 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua Jurusan, Sekretaris Jurusan,

Drs. Rizal Saiful Haq, MA. Pungki Purnomo, MLIS NIP. 195303191995041001 NIP. 196412151999031005

Penguji, Pembimbing,

Usep Abdul Matin, M.A., M.A. Pungki Purnomo, MLIS

(4)

LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang digunakan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Cirendeu, 1 Juni 2009

(5)

ABSTRAK Ahmad Jamaluddin Jufri

Komunikasi Ilmiah dalam Kajian Islam di Indonesia Dan Asia Tenggara pada Jurnal Studia Islamika: Sebuah Analisis Sitiran

Skripsi ini mengkaji tentang karakteristik rujukan yang terdapat pada 76 artikel berbahasa Inggris di Jurnal Studia Islamika, yang terbit dari tahun 1999 sampai tahun 2000, dari volume I sampai volume VII. Karakteristik rujukan di sini mencakup nama pengarang, tahun terbit, jenis rujukan atau literatur (buku, majalah, jurnal, makalah, surat kabar, risalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, mikrofilm, dan nota pemerintah), bahasa yang digunakan dalam rujukan, tempat terbit, dan usia rujukan. Kajian ini dalam Ilmu Perpustakaan disebut dengan analisis sitiran (citation analysis).

Penelitian ini membantu saya untuk mengetahui bentuk atau pola kutipan, pengarang yang karya tulisnya sering dikutip, dan usia serta keusangan literatur yang dijadikan rujukan pada Jurnal Studia Islamika tersebut.

Kajian ini menemukan 3173 kutipan dalam 76 artikel berbahasa Inggris di Jurnal Studia Islamika tersebut. Adapun pengarang yang karya tulisnya paling banyak dijadikan sebagai rujukan di 76 artikel tersebut adalah Kyai Haji Munawwar Khalil, seorang ulama ahli tafsir dan hadits yang juga menjabat sebagai anggota Majelis Ulama Persatuan Islam (PERSIS) dari tahun 1953 sampai tahun 1960. Karya beliau dikutip sebanyak 78 kali. Dari 76 artikel yang terbit dari tahun 1994 sampai tahun 2000 tersebut, rujukan yang paling banyak dikutip adalah rujukan yang terbit dari tahun 1981 sampai tahun 1990. Rujukan ini dikutip sebanyak 1001 kali.

Disamping itu, jenis rujukan yang paling banyak dikutip adalah buku teks: sebanyak 2114 kali. Kemudian bahasa yang paling banyak digunakan dalam rujukan tersebut adalah rujukan yang ditulis dalam bahasa Inggris, yang dikutip sebanyak 1642 kali. Walaupun rujukan yang paling banyak digunakan adalah rujukan yang ditulis dalam bahasa Inggris, bukan berarti rujukan yang paling banyak digunakan juga rujukan yang diterbitkan di negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional. Sebaliknya, dari kurang lebih 3173 kutipan di 76 artikel di atas tadi, rujukan yang paling banyak jumlahnya adalah rujukan yang diterbitkan di Indonesia dalam berbagai bahasa lokal termasuk bahasa Indonesia sendiri dan bahasa asing, seperti Inggris, Arab, dan Belanda: sebanyak 1115 kutipan.

(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam, zat Yang Maha Menguasai atas apa yang ada di langit dan di bumi beserta seluruh isinya yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, serta hidayah-Nya kepadaku. Shalawat dan salam selalu aku haturkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, semoga beliau memberikan syafaatnya kepada kita semua di hari akhir kelak.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Telah banyak pihak yang membantuku selama proses penulisan skripsi ini. Karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang nama mereka saya sebutkan berikut:

1. Ahmad Saiful Jufri dan Binti Mualifah, sebagai kedua orang tua saya. 2. Zulfa Laily Jufri, Qurratu Aini Jufri, Hayati Rahmatika Jufri, dan Jamilah

Ulil Albab Jufri, sebagai adik-adik saya. 3. Rurry Masruroh, sebagai calon istri saya.

4. Drs. Abdul Chair, M.A., sebagai Dekan Fakultas Adab dan Humaniora beserta jajarannya di bagian akademik.

(8)

6. Drs. Pungki Purnomo, MLIS, sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi sekaligus sebagai dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini.

7. Usep Abdul Matin, M.A., M.A., sebagai penguji skripsi ini. 8. Segenap dosen di Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

9. Ibu Lilik sebagai Kepala Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum. 10.Agus Umar, M.Hum., sebagai staf Perpustakaan Fakultas Adab dan

Humaniora.

11.Ahmad Nawawi, sebagai pustakawan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

12.Chairul Imam Affandi, Sulaiman, dan M. Ramdan Jaelani, sebagai teman serumah saya.

Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, karena itu saran dan kritik yang membangun sangat saya perlukan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Cirendeu, Juni 2009

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ……….ii

DAFTAR ISI ………v

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ...………... vii

BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah ………....1

2. Pembatasan Masalah ……….5

3. Rumusan Masalah ……….6

4. Tujuan Penelitian ……….. 6

5. Manfaat Penelitian ……… 7

6. Sistematika Penulisan ………8

BAB II. TINJAUAN LITERATUR 1. Komunikasi Ilmiah ………..…... 11

2. Analisis Sitiran ………...13

2.1Latar Belakang Penyitiran ……….. 15

2.2Dokumen Sitiran dan Dokumen Penyitir ………16

2.3Ruang Lingkup dan Parameter Analisis Sitiran ………...18

2.4Keusangan Dokumen ………..19

(10)

2.6Aplikasi Analisis Sitiran ………...24

3. Kajian Islam dan Penerbitan Studia Islamika……….25

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 1. Tipe Penelitian ……….. 30

2. Subjek dan Objek Penelitian ………...30

3. Metode Pengumpulan Data ……….. 31

4. Cara Penghitungan Data ………38

5. Analisis Data ………...40

BAB IV. HASIL DAN ANALISA DATA 1. Pola sitiran ……….43

1.1 Jenis Literatur yang disitir ………...48

1.1.1 Sitiran Jurnal dan Majalah ………51

1.1.2 Peringkat Jurnal dan Majalah yang Sering Disitir ………54

1.2 Tempat Terbit Literatur yang Disitir ………...56

1.3 Bahasa Literatur yang Disitir ……….60

1.4 Tahun Terbit Literatur yang Disitir ………64

2. Peringkat Pengarang ………... 67

3. Usia dan Keusangan Literatur ……….. 73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ...………...…. 77

(11)

DAFTAR PUSTAKA ……… 83

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM Tabel 3.1. Daftar judul artikel bahasa Inggris pada Jurnal Studia Islamika volume I – volume VII .………. 31

Tabel 3.2. Lembar kerja entri data sitiran ………35

Tabel 3.3. Parameter analisis pola sitiran ………41

Tabel 4.1. Jumlah Sitiran berdasarkan artikel pada Jurnal Studia Islamika volume I–volume VII ……… 43

Tabel 4.2. Jenis literatur yang disitir ………49

Tabel 4.3. Jumlah sitiran jurnal dan majalah pada setiap volume ………51

Tabel 4.4. Peringkat jurnal dan majalah yang disitir ………54

Tabel 4.5. Tempat terbit literatur yang disitir ………. 57

Tabel 4.6. Bahasa literatur yang disitir ………61

Tabel 4.7. Tahun terbit literatur yang disitir ………64

Tabel 4.8. Jumlah sitiran pengarang volume I – VII ……….. 68

Tabel 4.9. Peringkat pengarang yang sering disitir ……….70

Tabel 4.10. Usia literatur yang disitir ………..74

Diagram 1. Jenis literatur yang disitir ……….49

Diagram 2. Jumlah sitiran jurnal dan majalah pada setiap volume ……….52

(12)

Diagram 4. Tempat terbit literatur yang disitir ………59

Diagram 5. Bahasa literatur yang disitir ………..62

Diagram 6. Tahun terbit literatur yang disitir ………. 65

Diagram 7. Jumlah sitiran pengarang volume I – VII ……….68

Diagram 8. Peringkat pengarang yang sering disitir ………71

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

Kajian Islam telah lama berkembang dan menjadi bidang yang mapan sejak abad ke-9 M, dan mengalami pasang surut hingga saat ini. Pada masa dinasti

Abbasiyah para ilmuwan Islam telah banyak menghasilkan karya penelitian. Prestasi ini dapat dicapai karena pada masa itu penguasa memberi kebebasan berkarya bagi mereka dan membangun fasilitas termasuk laboratorium, juga perpustakaan yang dinamakan ‘Baitul Hikmah’. Literatur yang dihasilkan pada saat itu tidak terbatas pada bidang kajian Islam sebagai suatu agama, tetapi mencakup hampir semua bidang ilmu pengetahuan yang dikenal waktu itu: keagamaan, kedokteran, fisika, astronomi, matematika, filsafat, bahasa, dan sebagainya.

Perkembangan Islam ke berbagai wilayah di dunia banyak mempengaruhi corak kebudayaan masyarakat setempat. Islam hadir menyesuaikan dengan konteks

kemasyarakatan yang ada di wilayah tersebut. Pengaruh Islam terhadap kebudayaan masyarakat setempat turut mempengaruhi kajian-kajian keislaman yang ada.

(14)

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejak edisi pertama yang terbit pada tahun 1994, Studia Islamika telah menerbitkan artikel-artikel berkualitas, baik oleh penulis Indonesia maupun luar negeri. Oleh sebab itu berkat konsistensi penerbitan dan kualitas artikelnya, pada tahun 2000 jurnal ini menjadi salah satu jurnal kajian Islam yang mendapat penghargaan dari Departemen Pendidikan Nasional Republik

Indonesia sebagai jurnal akademis yang memiliki standar internasional terbaik.1 Salah satu hal yang paling memuaskan dari Jurnal Studia Islamika adalah reaksi positif dari para ilmuwan dan peneliti kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara. Para ilmuwan dari Indonesia dan luar negeri sering menggunakan jurnal ini sebagai sumber informasi dan rujukan dalam tulisan mereka. Selain para ilmuwan, berbagai institusi pendidikan tinggi, pusat penelitian, dan berbagai perpustakaan di luar negeri dan tentunya juga di Indonesia secara reguler melanggan jurnal ini. Berbagai institusi pendidikan tinggi tersebut termasuk Universitas Harvard, Princeton, Chicago, Columbia, Cornell, Oxford, Cambridge, London, Sorborne, Passau, Amsterdam, Madrid, Johannesburg, Al-Azhar, Muhammad V, Kyoto, Seoul, Singapore, The Australian National University, dan lainnya.2

Melihat berbagai antusiasme para ilmuwan dari berbagai negara yang merujuk Jurnal Studia Islamika sebagai sumber informasi bagi tulisan-tulisan mereka, berarti kualitas artikel-artikel pada jurnal ini sangat diakui dan bisa dipertanggungjawabkan

Studia Islamika: Promoting Indonesian Islam. http://www.indonesianmuslim.com/studia-islamika-promoting-indonesian-islam, diakses pada tanggal 15 September 2008 pukul 15.37 WIB.

(15)

secara ilmiah. Para kontributor pada jurnal ini tentunya dalam menyusun ide-ide mereka juga merujuk pada sumber-sumber informasi lain. Kegiatan ini sering disebut dengan mengutip atau menyitir. Pada dasarnya pengutipan dilakukan terhadap karya-karya terdahulu yang berhubungan dengan topik yang ditulis. Mengapa pengutipan dilakukan tentunya terdapat alasan-alasan tertentu yang melandasinya. Seseorang mengutip suatu dokumen untuk membentuk konsep-konsep baru, ide, dan hipotesis dalam batang tubuh karya tulis yang sedang dibuatnya.

Dengan demikan, dalam menyajikan tulisannya, para ilmuwan kajian Islam pada Jurnal Studia Islamika pun tidak terlepas dari penggunaan sumber-sumber informasi atau literatur sebagai rujukan. Sebagaimana telah dikemukakan Ziman seperti dikutip Smith bahwa sebuah karya ilmiah tidak dapat berdiri sendiri; dia berada dalam lingkungan subyek sumber informasi sejenis.3 Hal itu berarti para ilmuwan mengutip apa yang diperolehnya untuk memperkaya tulisan atau penelitian yang sedang dilakukannya terutama dalam mencari pertanyaan penelitian dan studi pendahuluan.

Pencarian pertanyaan penelitian dan studi pendahuluan tersebut dimungkinkan dalam situasi komunikasi ilmiah (scientific communication) yang dinamis.

Komunikasi ilmiah merupakan kombinasi proses presentasi, penyebaran, dan penerimaan informasi ilmiah dalam suatu lingkungan masyarakat.4

Smith, Linda C. “Citation Analisys”. Library Trends (1981) vol.30, no.1, h.83.

(16)

Griffith seperti yang dikutip Beni mengatakan bahwa dengan melakukan studi tentang komunikasi dan informasi ilmiah, ilmuwan dapat lebih memahami suatu ilmu.5 Jadi, dengan melakukan studi terhadap lalu lintas literatur ilmiah dalam kajian Islam maka diharapkan dapat diketahui perkembangan kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara.

Selanjutnya untuk mengetahui komunikasi ilmiah yang dilakukan ilmuwan dan cendekiawan yang menjadi kontributor pada Jurnal Studia Islamika, dapat dilakukan dengan menelusur sumber informasi atau literatur yang dijadikan rujukan dalam tulisan mereka. Ini dilakukan untuk mengetahui kualitas tulisan atau artikel sebagai sebuah ide atau konsep yang tidak bisa berdiri sendiri. Penelusuran dilakukan terhadap pola sitiran atau pola kutipan pada artikel-artikel yang mencakup jumlah kutipan dan karakteristik sumber informasi atau literatur yang dikutip (jenis literatur, tahun terbit, tempat terbit, usia literatur, dan bahasa yang digunakan dalam literatur yang dijadikan rujukan). Penelusuran juga dilakukan terhadap pengarang yang karya tulisnya paling sering dikutip, yang dilakukan untuk mengetahui pemikiran ilmuwan atau cendekiawan yang paling berpengaruh dalam kajian Islam pada jurnal ini.

Ada beberapa cara yang digunakan ilmuwan bidang informasi untuk melakukan penelusuran terhadap rujukan-rujukan yang digunakan. Salah satunya yang paling populer adalah dengan menghitung kutipan yang tercantum dalam daftar pustaka karya tulis para ilmuwan. Sebuah kutipan secara umum menggambarkan hubungan

(17)

sebagian atau seluruh bagian dokumen yang dikutip dengan sebagian atau seluruh bagian dokumen yang mengutip. Daftar pustaka atau bibliografi yang mendaftar rujukan pada bagian akhir suatu tulisan ilmiah memberi indikasi bahwa penulis tersebut paling sedikit telah mengetahui (membaca atau mendengar) tentang

keberadaan suatu sumber informasi dan menganggapnya berkaitan dengan sebagian atau seluruh bagian dari tulisan ilmiahnya. Kajian bahan pustaka ini dimaksudkan untuk: pertama, mendapatkan informasi penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kegiatan penelitian yang sedang atau akan dilakukan; kedua, meningkatkan mutu karya ilmiah; dan ketiga, memacu produktivitas karya ilmiah peneliti.

2. Pembatasan Masalah

Penelitian ini akan mengkaji sumber informasi atau literatur yang digunakan sebagai rujukan dalam artikel-artikel pada Jurnal Studia Islamika atau biasa disebut analisis sitiran (citation analysis). Analisis sitiran digunakan sebagi suatu pendekatan untuk melihat bentuk komunikasi ilmiah sebagai gambaran perkembangan kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara pada Jurnal Studia Islamika. Oleh sebab itu pokok penelitian ini akan dibatasi dalam hal:

1. Jurnal yang diteliti adalah Jurnal Studia Islamika yang terbit dari tahun 1994 sampai tahun 2000, dari volume I sampai volume VII.

(18)

3. Penelitian ini dilakukan hanya terhadap artikel yang berbahasa Inggris. 4. Pengarang yang diteliti adalah pengarang atas nama orang dan jika

pengarang literatur yang dikutip lebih dari satu pengarang maka hanya pengarang pertama yang dihitung.

5. Studi terhadap sumber informasi online dari internet tidak termasuk dalam penelitian karena penelusuran mengenai tanggal dan tempat penerbit sulit diidentifikasi.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penelitian ini dilaksanakan dengan berpijak pada beberapa rumusan masalah, yakni:

1. Bagaimanakah pola kutipan pada Jurnal Studia Islamika?

2. Siapa saja pengarang dalam bidang kajian Islam yang paling berpengaruh dengan frekuensi tertinggi dikutip pada Jurnal Studi Islamika?

3. Berapakah usia dan tingkat keusangan literatur yang dijadikan rujukan dalam artikel-artikel pada Jurnal Studia Islamika?

4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(19)

2. Melihat peringkat pengarang dalam bidang kajian Islam yang karya tulisnya paling banyak dikutip pada Jurnal Studia Islamika.

3. Mengetahui usia dan tingkat keusangan literatur yang dikutip dalam artikel pada Jurnal Studia Islamika.

5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai struktur komunikasi ilmiah dan perkembangan ilmu sehingga hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar kebijakan pengembangan komunikasi ilmiah tertulis dalam kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara pada Jurnal Studia Islamika.

2. Bagi PPIM UIN Syarif Hidayatullah dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu informasi kajian Islam dengan menyediakan informasi kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara yang sesuai dengan kebutuhan pembaca.

(20)

4. Bagi peneliti: dapat menambah wawasan penelitian dalam usaha mengembangkan ilmu perpustakaan dan informasi.

5. Bagi perkembangan ilmu perpustakaan dan informasi: dapat menambah khasanah penelitian dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi.

6. Memberikan dasar pengembangan lebih lanjut konsep analisa sitiran dan analisa ko-sitiran pengarang sebagai pendekatan ilmiah untuk mengetahui pemetaan kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara dengan mengetahui hubungan kedekatan antar pengarang yang banyak dikutip pada Jurnal Studia Islamika.

6. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan dan demi mencapai pembahasan yang bersifat

kronologis sehingga memudahkan proses pemahaman isi maka penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN 7. Latar Belakang Masalah 8. Pembatasan Masalah 9. Rumusan Masalah 10.Tujuan Penelitian 11.Manfaat Penelitian 12.Sistematika Penulisan

(21)

4. Komunikasi Ilmiah 5. Analisis Sitiran

5.1Latar Belakang Penyitiran

5.2Dokumen Sitiran dan Dokumen Penyitir 5.3Ruang Lingkup dan Parameter Analisis Sitiran 5.4Keusangan Dokumen

5.5Manfaat Analisis Sitiran 5.6Aplikasi Analisis Sitiran

6. Kajian Islam dan Penerbitan Studia Islamika BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

6. Tipe Penelitian

7. Subjek dan Objek Penelitian 8. Metode Pengumpulan Data 9. Pengolahan Data

10.Analisis Data

BAB IV. HASIL DAN ANALISA DATA 4. Pola sitiran

4.1 Jenis Literatur yang dikutip 4.1.1 Sitiran Jurnal dan Majalah

(22)

4.3 Bahasa Literatur yang Dikutip 4.4 Tahun Terbit Literatur yang Dikutip 5. Peringkat Pengarang

6. Usia dan Keusangan Literatur BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(23)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR 1. Komunikasi Ilmiah

Komunikasi ilmiah menurut Mikhailov, Chernyi, Giliarevski, seperti dikutip Ahmad Riyadi adalah proses yang terkombinasi dari pemaparan, penyampaian dan penerimaan dari informasi ilmiah dalam masyarakat sosial.6 Proses ini membentuk mekanisme dasar terhadap eksistensi dan perkembangan ilmu. Oleh sebab itu peranan komunikasi ilmiah dan proses interaksi serta pengaruh sosial yang mendasari

perkembangan ilmu menjadi sangat penting. Dari sudut penyebaran informasi, menurut Sulistyo-Basuki dkk suatu dokumen merupakan komunikasi formal.7 Rujukan dan sitiran atau kutipan menghubungkan satu dokumen dengan dokumen lainnya. Disinilah terjadinya proses sitiran, dimanan analisis sitiran dapat digunakan untuk membuat graf atau gambaran komunikasi ilmiah formal. Dimitroff menyebutkan sitiran merupakan salah satu dari komponen komunikasi ilmiah (scholarly communication).8

Riyadi, Ahmad. “Pemetaan kajian islam pada program pascasarjana Universitas Islam Negeri Jakarta: sebuah analisis ko-sitiran pengarang yang disitir tesis mahasiswa tahun 1991-2000.” Tesis. (Depok: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 2004) h.15-16.

Sulistyo-Basuki, dkk. “Kajian Jaringan Komunikasi Ilmiah di Indonesia dengan Menggunaan Analisis Subjek dan Analisis Sitiran.” Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan. (1999) vol.1, no.1, h.8.

(24)

Komunikasi ilmiah dapat dibedakan secara verbal, yaitu saluran formal dan saluran informal, yang keduanya bisa dilakukan baik secara lisan maupun tulisan. Pertukaran informasi ilmiah melalui literatur ilmiah atau teknis cetak merupakan proses formal dari komunikasi ilmiah. Karena itu, komunikasi formal biasanya menggunakan media massa, seperti buku, majalah, jurnal dan surat kabar. Namun jenis ini menurut para ilmuwan penyebarannya masih dianggap terlambat bahkan sering suatu informasi dianggap sudah usang oleh penggunanya. Dengan keberadaan internet pada batas-batas tertentu telah dapat mengurangi keterlambatan tersebut.

Selain melalui saluran formal, ilmuwan juga berkomunikasi melalui hubungan pribadi antara satu dengan lainnya (personal cantacts) melalui berbagai pertemuan penelitian maupun kegiatan ilmiah lainnya. Pada dasarnya komunikasi informal dilakukan melalui saluran formal tetapi terjadi secara lisan dan pribadi, termasuk kunjungan pribadi, pertemuan tatap muka, pembicaraan melalui telepon, dan surat menyurat (baik secara manual maupun elektronik). Melalui komunikasi informal ini para peneliti dalam subjek yang sama saling bertukar informasi dengan peneliti lain sehingga terbentuklah kampus informal (invisible college).9 Kegiatan komunikasi baik cetak maupun non cetak tersebut adalah salah satu proses atau metode untuk menyiapkan informasi.

Ada sembilan proses komunikasi ilmiah. Pertama adalah dialog langsung antara ilmuwan tentang penelitian yang sedang dilakukan. Kedua, saling kunjung antara

(25)

ilmuwan ke laboratorium. Ketiga, presentasi lisan oleh ilmuwan dalam perkuliahan. Keempat, pertukaran surat, reprint, dan publikasi. Kelima persiapan hasil penelitian untuk publikasi dan tempat serta waktu penerbitan. Keenam, editorial atau tajuk penerbitan. Ketujuh distribusi publikasi ilmiah. Kedelapan, aktivitas perpustakaan. Kesembilan, aktivitas informasi ilmiah yaitu pengumpulan, analisis, penyimpanan, penelusuran, dan distribusi informasi ilmiah. 10

2. Analisis Sitiran

Analisis atas sitiran dilakukan terhadap berbagai jenis dokumen, disertasi, makalah, buku, dan jurnal. Namun umumnya jurnal yang dijadikan objek kajian dengan alasan: terbit teratur, merupakan sarana komunikasi ilmiah formal, dan merupakan “arsip umum” dalam arti siapa saja dapat memeriksanya serta sudah menjadi pengetahuan publik karena tersimpan di perpustakaan.11

Sitiran diartikan dari bahasa Inggris citation dari asal kata cite yang artinya mengutip. Maka istilah sitiran memiliki makna yang sama dengan kutipan. Jadi analisis sitiran adalah analisa terhadap kutipan baik kata atau kalimat dari sumber informasi yang dijadikan rujukan dalam penulisan sebuah karya ilmiah. Analisis sitiran merupakan salah satu teknik menghitung jumlah kuantitatif sitiran

(bibliometrika) yang digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual ilmuwan dari

Beni, Romanus. “Analisis sitiran literatur kependudukan 1990-1998.” Tesis. (Depok: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 1999) h.3

(26)

pengarang yang dikutip terhadap penulis yang menyitir. Sebuah karya ilmiah tidak dapat berdiri sendiri, tetapi berada dalam lingkungan subjek literatur sejenis. Bahkan sebuah sitiran secara umum menggambarkan hubungan antara sebagian atau seluruh bagian dokumen yang dikutip dengan sebagian atau seluruh bagian dokumen yang menyitir. Dang Yaru mengemukakan bahwa penelitian merupakan proses akumulasi. Hal ini nyata oleh karena perkembangan dan kemajuan penelitian dalam suatu bidang ilmu telah mengakibatkan terakumulasinya informasi dalam bentuk karya ilmiah, baik yang dihasilkan oleh lembaga penelitian, perguruan tinggi, maupun oleh instansi yang berkompeten.12 Dalam hal ini kegiatan penyitiran menjadi elemen penting dalam proses penulisan laporan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Penyitiran telah menjadi alat pengamatan yang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Dari penyitiran dapat diketahui bagaimana perkembangan suatu ilmu pengetahuan, karena dalam penyitiran suatu karya ilmiah terdahulu menjadi acuan untuk dikutip, dan selanjutnya karya ilmiah tersebut dikutip lagi dan seterusnya. Jadi dapat dikatakan bahwa penyitiran adalah suatu proses yang berkelanjutan selama pembuatan suatu karya ilmiah.

Menurut Garfield (1979), seorang ilmuwan dari Amerika Serikat, pendiri Istitute for Scientific Information (ISI), seperti dikutip Sulistyo Basuki dkk, setiap

12

(27)

penyitiran dari suatu karya harus dicantumkan dalam daftar kepustakaan karena alasan berikut:13

a. Memberikan penghormatan kepada para pelopor dalam bidang bersangkutan. Hal ini dilakukan karena ilmu pengetahuan merupakan akumulasi dari ilmu yang telah ada sebelumnya.

b. Memberikan penghargaan kepada karya yang bersangkutan.

c. Mengidentifikasi metodologi, pendekatan teori, sarana yang digunakan dalam penulisan makalah.

d. Memberikan latar belakang bacaan bagi mereka yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang topik yang sudah ditulis.

e. Mengoreksi karya sendiri maupun karya orang lain.

f.Memberikan kritik terhadap karya yang telah terbit sebelumnya. g. Memperkuat klaim atas penemuan tentang sesuatu.

h. Memberikan petunjuk pada karya yang tidak diterbitkan, tidak tercakup majalah indeks dan abstrak atau jarang dikutip penulis lain.

i.Sebagai tanda penghargaan pada peneliti sebelumnya yang telah melakukan penelitian pada bidang yang sama, penghormatan pada penulis sebelumnya. j.Sebagai panduan untuk orang lain yang akan mendalami topik yang

disebutkan dalam daftar kepustakaan.

(28)

2.1. Latar belakang penyitiran

Pada dasarnya penyitiran dilakukan terhadap karya-karya terdahulu yang berhubungan dengan topik yang ditulis. Mengapa ada karya ilmiah yang sering dikutip dan mengapa yang lainnya kurang mendapat kutipan? Tentunya ada alasan tertentu yang melatarbelakangi hal ini. Menurut Bluma C. Peritz (1990), seorang akademisi dari School of Library, Archive, and Information Studies, The Hebrew University of Jerussalem, seperti dikutip Ahmad Riyadi dalam disertasinya, bahwa salah satu alasan mengapa seseorang menyitir atau mengutip suatu dokumen adalah adanya nilai heuristik (heuristic value) yaitu kemampuan membentuk konsep-konsep baru, ide dan hipotesis.14

Pernyataan ini menjelaskan bahwa penyitiran dilakukan terhadap ide-ide dan konsep-konsep, termasuk didalamnya teori yang dijadikan pijakan dari karya ilmiah yang menyitirnya. Dari ide-ide dan konsep-konsep tersebut dapat digunakan untuk membangun karya ilmiah baru. Karya ilmiah ini pada tahap berikutnya akan

dimanfaatkan lagi oleh penulis berikutnya untuk membangun kerangka pikiran (body of literature) karya ilmiah yang ditulisnya, dan seterusnya. Hal ini juga tentu

dilakukan oleh para peneliti, dosen, dan mahasiswa dalam menulis karya ilmiahnya. Konsep dan teori atau ide-ide yang diperoleh dari karya ilmiah terdahulu kemudian dituangkan lagi dalam tulisan berikutnya, sehingga menjadi tulisan lain yang

(29)

didukung oleh teori atau konsep dari tulisan ilmiah sebelumnya, dimana dalam proses ini bisa terjadi pengaruh dokumen sitiran terhadap dokumen penyitir.

Penulis karya ilmiah biasanya menggunakan beragam sumber informasi atau literatur untuk membangun karya ilmiah baru. Sumber informasi tersebut dicantumkan dalam bibliografi atau daftar bacaan untuk memberikan penghargaan terhadap sumber, ide, dan hasil-hasil yang telah digunakan. Jadi selain alasan untuk kepentingan karya ilmiah yang ditulis, juga sebagai tanda penghargaan terhadap sumber informasi yang dijadikan rujukan dalam penulisan.

2.2. Dokumen sitiran dan dokumen penyitir Sitiran berhubungan dengan dua jenis data yaitu:15

1. Data yang dikutip (cited) atau rujukan: merupakan sebuah dokumen yang menunjukkan unit sumber. Jadi dokumen ini usianya akan selalu lebih tua daripada dokumen yang mengutip. Dokumen yang mengutip dan usianya selalu lebih tua daripada karya yang mengutipnya dikenal dengan istilah predated.

2. Data yang mengutip atau sitiran merupakan sebuah dokumen yang menjadi unit penerima, karena itu usia dokumen ini selalu lebih muda usianya

(30)

daripada dokumen yang dikutip atau pasca tahun dalam hubungannya dengan rujukan.

[image:30.612.94.481.172.385.2]

Untuk memudahkan pemahaman diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 1 Rujukan dan Sitiran

Gambar 1 menunjukkan bahwa dokumen A mempunyai empat rujukan, yakni dokumen 1, 2, 3, dan 4; sedangakan dokumen B mempunyai lima rujukan, yaitu dokumen 3, 4, 5, 6, dan 7. Dokumen 1 dan 2 mendapat satu sitiran atau satu kutipan karena masing-masing hanya dikutip satu kali oleh dokumen A. Demikian juga dokumen 5, 6, dan 7 mendapat satu sitiran atau satu kutipan karena masing-masing hanya dikutip satu kali oleh dokumen B. Sedangkan dokumen 3 dan 4 mendapat dua sitiran karena masing-masing dikutip oleh dokumen A dan B. Dokumen A dan B menjadi rujukan, dan dokumen 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 sebagai dokumen yang menyitir atau mengutip.

(31)

Ruang lingkup analisis sitiran mencakup tiga jenis kajian literatur atau dokumen. Ketiga literatur tersebut adalah:16

a) Literatur primer adalah literatur atau dokumen yang memuat hasil penelitian asli atau penerapan sebuah teori ataupun penjelasan teori dan ide sehingga merupakan informasi langsung dari sebuah karya penelitian. b) Literatur sekunder adalah literatur atau dokumen yang memberikan

informasi tentang literatur primer.

c) Literatur tambahan (tersier) adalah literatur atau dokumen yang memberikan informasi tentang literatur sekunder.

Walaupun bibliometrika mengkaji ketiga jenis literatut tersebut, namun dalam kenyataannya yang menjadi objek utama analisis sitiran adalah majalah atau jurnal ilmiah. Hal ini tidak lain karena bibliometrika menganggap jurnal ilmiah sebagai media paling penting dalam komunikasi ilmiah. Jurnal sebagai objek kajian bibliometrika memiliki parameter yang tidak dapat dilepaskan dari ciri majalah. Adapun parameter yang umum digunakan untuk menganalisanya adalah: pengarang, judul artikel, judul jurnal, tahun terbit, referensi, dan deskriptor.17 Jika suatu majalah atau jurnal semakin sering disitir atau dikutip maka semakin baik dan dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan. Para ilmuwan pada umumnya memandang

Hasugian, Jonner. ”Analisis sitiran terhadap disertasi Program Doktor (S-3) Ilmu Kedokteran Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara”. Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi. (2005), vol.1, no.2, h.4.

(32)

majalah atau jurnal ilmiah menjadi bahan rujukan yang standar dalam menulis sebuah karya ilmiah.

Aspek-aspek yang dapat dikaji dalam analisis sitiran adalah sebagai berikut: pola sitiran atau pola kutipan, karakteristik literatur rujukan, dan pola kepengarangan. Pola sitiran mencakup jumlah sitiran dan jumlah otositiran (self-citation). Otositiran adalah artikel yang pengarangnya mengutip tulisan sendiri. Karakteristik literatur adalah sifat yang berkaitan dengan jenis atau bentuk sumber informasi rujukan, tahun terbit, usia literatur, tempat terbit, dan bahasa pengantar literatur yang dikutip. Sedangkan pola kepengarangan mencakup jumlah penulis, penulis yang paling sering dikutip, dan pengarang tunggal atau ganda. 18

2.4. Keusangan dokumen

Konsep keusangan (obsolescence) literatur atau dokumen adalah penurunan penggunaan satu atau sekelompok literatur seiring dengan makin tuanya umur

literatur itu.19 Literatur yang selalu dikutip bertahun-tahun setelah diterbitkan disebut sebagai rendah tingat keusangannya atau obsolescence-nya (low obsolescence, to obsolesce slowly, age slowly). Sedangkan literatur yang jarang dikutip sejak bertahun-tahun terbit disebut tinggi tingkat keusangannya atau obsolescence-nya (high obsolescence, to obsolesce quickly, to age quickly).

Sutardji. “Pola sitiran dan pola kepengarangan pada jurnal penelitian pertanian tanaman pangan.” Jurnal Perpustakaan Pertanian. (2003) vol.12, no.1, h.2.

(33)

Keusangan literatur dikaitkan dengan sebuah literatur dan juga keusangan informasi yang terkandung dalam sebuah literatur. Keusangan sebuah literatur lebih bersifat praktis, dalam arti bila sebuah literatur sudah usang maka ada kemungkinan literatur tersebut dapat ditempatkan pada tempat tertentu ataupun dibuang. Keusangan informasi berarti, bahwa informasi yang ada dalam sebuah dokumen semakin jarang digunakan, dengan kata lain penggunaan informasinya semakin menurun dan pada akhirnya suatu saat tidak digunakan lagi.

Kedua faktor tersebut menyebabkan terjadinya fluktuasi terhadap minat suatu bidang ilmu pengetahuan, karena pada umumnya pengetahuan tersebut direkam dalam bentuk literatur atau dokumen. Fenomena ini merupakan dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi karena hanya literatur yang mutakhir yang menarik bagi ilmuwan praktisi. Sedangkan literatur yang lebih tua digunakan hanya bila mengandung informasi yang cenderung menggabungkan karya yang terakhir.20

Terdapat dua tipe keusangan (obsolescence) literatur, yaitu obsolescence diachronous dan obsolescence synchronous.21 (1) Obsolescence diachronous adalah merupakan ukuran keusangan literatur dari sekelompok literatur dengan cara memeriksa tahun terbit dari sitiran yang diterima literatur tersebut. Half life atau paruh hidup literatur adalah ukuran dari obsolescence diachronous. Paruh hidup adalah batas usia sebuah

Sulistyo-Basuki, dkk. “Kajian Jaringan Komunikasi Ilmiah di Indonesia dengan Menggunaan Analisis Subjek dan Analisis Sitiran.” Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan. (1999), vol.1, no.1, h.10

(34)

literatur yang menjadi ukuran apakah literatur tersebut sudah usang atau belum. Sedangkan (2) obsolescence synchronous merupakan ukuran keusangan literatur dari sekelompok literatur dengan cara memeriksa tahun terbitan referensi literatur. Median citation age (median umur sitiran) termasuk dalam obsolescence synchronous.

Paruh hidup atau batas usia keusangan literatur dapat dihitung dengan mencari angka median (nilai tengah) dari seluruh literatur yang dikutip setelah terlebih dahulu mengurutkan semua literatur yang dikutip mulai dari yang tertua (tahun terkecil) sampai yang terbaru (tahun terbesar) atau sebaliknya. Kemudian dicari median yang membagi daftar referensi yang sudah berurut tersebut menjadi dua bagian masing-masing 50 %. Median ini menunjukkan batas usia keusangan literatur pada bidang yang bersangkutan. Antara disiplin ilmu yang satu dengan ilmu yang lain berbeda paruh hidupnya. Berdasarkan hasil penelitian di luar negeri adalah: paruh hidup untuk ilmu fisika adalah 4,6 tahun; fisiologi 7,2 tahun; kimia 8,1 tahun; botani 10,0 tahun; matematika 10,5 tahun; geologi 11,8 tahun; kedokteran 6,8 tahun; hukum 12,9 tahun., dan bidang sosial kurang dari 2 tahun.22

Sebagai contoh, paruh hidup ilmu kedokteran adalah 6,8 tahun. Apabila suatu literatur penelitian kedokteran menggunakan rujukan berusia lebih dari 6,8 tahun dapat dikatakan bahwa referensi yang digunakan telah usang, dan hal ini

menunjukkan adanya kemiskinan informasi. Sebaliknya apabila rujukannya berusia

(35)

kurang atau sama dengan 6,8 tahun dapat dikatakan bahwa referensi yang digunakan mutakhir, dan hal ini menunjukkan adanya kekayaan informasi. Faktor yang

mempengaruhi keusangan atau paruh hidup literatur pada suatu bidang ilmu adalah jumlah penggunaan literatur, jumlah publikasi dalam bidang tersebut, dan jumlah penulis pada bidangnya.

2.5 Manfaat Analisis Sitiran

Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari penerapan analisis sitiran. Menurut Budd dalam Irianti Pergola ada beberapa manfaat yang diperoleh dari penggunaan analisis sitiran antara lain:23

1. Dapat dipergunakan untuk mengukur komunikasi ilmiah dalam disiplin ilmu tertentu.

2. Dapat mengidentifikasi karakteristik dokumen yang dipergunakan dalam penelitian (seperti jurnal, buku, laporan penelitian, dan lain sebagainya). 3. Mengetahui usia dan paruh hidup literatur yang dikutip.

4. Mengetahui subjek yang sering dirujuk.

Masih menurut Irianti Pergola yang dikutip dari Purwani Istiana, dikemukakan bahwa manfaat analisis sitiran yaitu:24

1. Identifikasi literatur inti.

Pergola, Irianti. “Analisis sitiran jurnal psikologi UGM tahun 1997-2006.” Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi. (2007) vol.3, no.7, h.40.

(36)

2. Mengidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu berlainan.

3. Menduga keluasan literatur sekunder. 4. Mengenali pemakai berbagai subjek.

5. Mengenali kepengarangan dari arah gejalanya pada literatur dari berbagai subjek.

6. Mengukur manfaat SDI dan retropektif.

7. Melihat arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang, dan mendatang. 8. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai disiplin ilmu.

9. Merumuskan garis haluan pengadaan berbasis kebutuhan yang tepat dalam batas anggaran belanja.

10.Mengembangkan model eksperimental yang berkorelasi atau melewati model yang ada.

11.Menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan literatur di rak secara tepat.

12.Memprakarsai sistem jaringan aras ganda yang efektif. 13.Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi. 14.Mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah.

(37)

16.Mendesain pengolahan bahasa otomatis untuk indexing, auto-abstracting dan auto-classification.

17.Mengembangkan norma pembakuan. 2.6 Aplikasi Analisis Sitiran

Penggunaan teknik analisis sitiran terbagi dalam kategori sebagai berikut:25

1. Pengembangan koleksi dan kajian pemakai. Analisis sitiran digunakan untuk merumuskan kebijakan langganan majalah dengan menilai majalah berdasarkan berapa kali sebuah majalah dikutip. Digunakan pula untuk penghentian langganan berdasarkan sering tidaknya sebauh majalah dikutip. Analisis sitiran mengkaji pula nilai relatif dari berbagai jenis dokumen terhadap berbagai kategori pemakai.

2. Temu balik informasi. Analisis digunakan untuk mengembangkan pengganti literatur, hubungan antara kata kunci, literatur, pemakai, dan strategi penelusuran. Juga untuk mengidentifikasi dengan bantuan komputer mengenai artikel yang menyitir dan akses terhadap literatur interdisipliner.

3. Pengembangan dan pertumbuhan subjek dan literatur subjek. Produktivitas pengarang dan pengaruhnya terhadap pengarang lain diukur melalui sitiran. Pasangan sitiran dan ko-sitiran digunakan untuk mengkaji

(38)

struktur pertumbuhan ilmiah sebuah bidang/subjek dan membuat peta batas-batas subjek.

4. Kajian historis dan penelitian yang sedang berlangsung. Melacak perkembangan sebuah subjek melalui kaidah waktu, densitas dan konteks sitiran serta menggunakan jaringan sitiran sebagai ukuran untuk menilai antar hubungan dan pengaruh berbagai pengarang beserta karya mereka. 5. Pola komunikasi penelitian. Kajian dampak isolasi karena kendala bahasa,

jarak, dan ketersediaan literatur ilmiah.

6. Untuk menghitung paruh hidup literature sebuah bidang ilmu pengetahuan.

3. Kajian Islam dan Penerbitan Studia Islamika

(39)

atau budaya timur, yang secara salah kemudian diartikan sebagai orang non-muslim yang mempelajari tentang Islam.

Studi Islam atau kajian Islam adalah suatu usaha untuk mempelajari seluk beluk agama Islam secara meyeluruh dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, termasuk ajaran-ajarannya, doktrin-doktrinnya, kebudayaannya, sejarahnya dan lain sebagainya. Ada dua cara pandang dalam kajian Islam.26 Pertama meliputi aspek normativitas, yaitu ajaran yang dibahas melalui pendekatan doktrinal teologis. Kedua adalah yang meliputi aspek historis, yaitu studi kebudayaan Muslim yang dibahas melalui pendekatan keilmuan sosial-keagamaan yang bersifat multi dan

interdisipliner. Studi Islam normatif sudah dimulai oleh orang Islam sejak berdirinya Islam itu sendiri. Mereka mempelajari ajaran-ajaran, wahyu, ibadah ritual dan doktrin yang mutlak benar dan tidak dapat dilakukan penelitian atasnya sehingga terkesan statis dan apologetik. Sementara Islam historis mulanya dipelajari oleh orientalis dan semakin populer di abad 20 hingga sekarang.

Di Indonesia, kajian Islam memiliki bentuk tersendiri. Nurcholis Madjid melihat keunikan dan kompleksitas ciri-ciri Islam Indonesia yakni Islam dan budaya lokal, Islam dan sufisme, dan kebangkitan Islam.27 Namun dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh kajian-kajian kesarjanaan lulusan luar negeri. Hingga kini,

Amri, Yasser. Signifikansi studi Islam. http://msibki3.blogspot.com/2008/09/signifikansi-studi-islam.html, diakses pada tanggal 14 April 2009 pukul 11.34 WIB

(40)

kesarjanaan Islam di Indonesia masih mencari bentuknya. Para lulusan Timur Tengah masih terfokus pada kajian teks dan kajian normatif. Pengaruh ini sangat kental dalam transmisi ilmu dari Saudi dan Mesir. Melalui Saudi, kajian-kajian Islam tertuju pada ushuluddin, sementara lewat Mesir lebih beragam, seperti tafsir, filsafat, dan seterusnya. Dari para sarjana Pakistan, format kajian Islam di Indonesia menjadi lebih pada kajian negara Islam dan ekonomi Islam. Selain itu, pengaruh luar juga datang melalui Iran, Afrika (Sudan), Leiden, dan negeri-negeri barat (ini terwakili oleh UIN). Secara singkat bisa dikatakan bahwa kajian Islam Indonesia sangat multikultural.

Kajian-kajian Islam di Indonesia mengalami peningkatan pesat selama satu atau dua dekade belakangan. Baik dalam diskusi publik di media massa, maupun dalam ranah akademis yang lebih serius. Lebih jauh lagi, diskusi-diskusi tersebut sudah tidak lagi terbatas soal-soal klasik seperti teologi dan filsafat, melainkan juga mencakup berbagai persoalan seperti ekonomi dan politik. Bahkan diskusi tentang Islam tidak terbatas di kalangan muslim, melainkan juga dilakukan oleh para sarjana dari berbagai latar belakang agama.

Kondisi ini sangat kontras dengan situasi empat atau lima dekade lampau. Pada masa itu studi Islam mengalami marginalisasi dua arah.28 Di satu sisi, dari para sarjana pengkaji Islam internasional cenderung menganggap Islam di Indonesia sebagai

(41)

“Islam pinggiran” yang banyak bercampur dengan budaya lokal. Ini mengakibatkan buku-buku internasional tentang dunia Islam jarang menyertakan bahasan tentang Indonesia. Di sisi lain, di kalangan para sarjana Asia Tenggara (Southeast Asian Studies), Islam di Indonesia dianggap hanyalah kulit luar yang tidak mewakili karakter asli masyarakat Indonesia. Akibatnya, para sarjana tersebut cenderung menganggap Islam tidak memainkan peran signifikan dalam proses sosial maupun politik di kawasan ini.

Yang menarik dicermati lebih jauh adalah fakta bahwa kajian-kajian Islam bukan hanya meningkat melainkan juga mengalami pergeseran trend. Pergeseran ini terlihat dari yang hanya melihat Islam sebagai sebuah sistem budaya, bergeser pada corak yang berbeda yang melihat Islam sebagai potensi dan kekuatan politik. Di awal tahun 1990-an, beberapa tulisan seperti dari Martin van Bruinessen sudah menyinggung tentang gejala radikalisme dan fundamentalisme di kalangan Islam.

Jurnal Studia Islamika yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hadir dengan fokus pada kajian Islam di Asia Tenggara secara umum, khususnya Indonesia. Jurnal ini bertujuan

(42)

menghadirkan pendekatan dan opini berbeda, yakni mengenai Islam lokal yang bersahabat, moderat, dan toleran. Jauh dari kesan radikal.

Sejak edisi pertama tahun 1994, Studia Islamika telah menerbitkan artikel-artikel berkualitas, baik oleh penulis Indonesia maupun luar negeri. Ini bisa dilihat dari nama-nama para kontributornya dari Indonesia seperti Nurcholis Madjid, Azyumardi Azra, Saiful Muzani, Kuntowijoyo, Yusril Ihza Mahendra, Din Syamsuddin, Bahtiar Effendi, Masdar F. Mas’udi, dan nama-nama lain yang sudah tidak diragukan lagi kapasitas keilmuannya. Juga para kontributor dari luar negeri seperti Martin van Bruinessen, Greg Barton, Howard M. Federspiel, Karel Steenbrink, Andree Feillard, Stephen Headley, Kobayashi Yasuko, M. B. Hooker, Laurence Husson, dan lainnya, yang sudah tidak asing sebagai ilmuwan yang memberikan kontribusi besar dalam kajian Islam di Indonesia. Dari nama-nama yang telah dipaparkan, dapat terasa nuansa ilmiah yang muncul di Jurnal Studia Islamika mengesankan suasana yang bersahabat, toleran, dan moderat.

(43)

BAB IV

HASIL DAN ANALISA DATA 7. Pola sitiran

Jumlah literatur yang dikutip dalam artikel berbahasa Inggris pada Jurnal Studia Islamika, dari volume I sampai volume VII: sebanyak 3173 sitiran atau kutipan. Jumlah sitiran dari 76 artikel yang diteliti berbeda antara satu artikel dengan artikel lainnya. Data jumlah sitiran pada masing-masing artikel dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

[image:43.612.87.483.278.695.2]

Tabel 4.1

Jumlah Sitiran Berdasarkan Artikel pada Jurnal Studia Islamika dari Volume I sampai Volume VII

No Kode Artikel Jumlah Sitiran %

1. 94I1A 47 1.48

2. 94I1B 33 1.04

3. 94I1C 22 0.7

4. 94I1D 25 0.8

5. 94I1E 13 0.4

6. 94I2A 18 0.56

7. 94I2B 42 1.32

8. 94I2C 25 0.8

9. 94I3A 51 1.6

10. 94I3B 48 1.51

11. 94I3C 28 0.9

12. 95II1A 78 2.45

(44)

No Kode Artikel Jumlah Sitiran %

14. 95II1C 22 0.7

15. 95II2A 44 1.38

16. 95II2B 22 0.7

17. 95II2C 10 0.31

18. 95II2D 52 1.63

19. 95II3A 77 2.42

20. 95II3B 79 2.5

21. 95II3C 25 0.8

22. 96III1A 54 1.7

23. 96III1B 23 0.72

24. 96III1C 31 0.97

25. 96III2A 21 0.66

26. 96III2B 16 0.5

27. 96III3A 23 0.72

28. 96III3B 37 1.16

29. 96III3C 6 0.18

30. 96III3D 25 0.78

31. 96III4A 132 4.16

32. 96III4B 46 1.44

33. 96III4C 24 0.75

34. 97IV1A 10 0.31

35. 97IV1B 39 1.22

36. 97IV1C 13 0.4

37. 97IV1D 9 0.28

(45)

No Kode Artikel Jumlah Sitiran %

39. 97IV2B 37 1.16

40. 97IV2C 26 0.81

41. 97IV3A 48 1.51

42. 97IV3B 44 1.38

43. 97IV3C 46 1.44

44. 97IV4A 23 0.72

45. 97IV4B 102 3.21

46. 97IV4C 14 0.44

47. 97IV4D 24 0.75

48. 98V1A 18 0.56

49. 98V1B 21 0.66

50. 98V1C 58 1.82

51. 98V2A 28 0.9

52. 98V2B 11 0.34

53. 98V2C 24 0.75

54. 98V2D 18 0.56

55. 98V3A 37 1.16

56. 98V3B 101 3.18

57. 98V3C 52 1.63

58. 99VI1A 19 0.59

59. 99VI1B 102 3.21

60. 99VI1C 106 3.34

61. 99VI2A 29 0.91

62. 99VI2B 21 0.66

(46)

No Kode Artikel Jumlah Sitiran %

64. 99VI2D 102 3.21

65. 99VI3A 115 3.62

66. 99VI3B 45 1.41

67. 99VI3C 16 0.5

68. 00VII1A 96 3.02

69. 00VII1B 20 0.63

70. 00VII1C 59 1.85

71. 00VII2A 58 1.82

72. 00VII2B 81 2.55

73. 00VII2C 40 1.26

74. 00VII3A 41 1.3

75. 00VII3B 26 0.81

76. 00VII3C 15 0.47

Jumlah sitian 3173 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah sitiran pada masing-masing artikel sangat beragam. Sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan sebelumnya, terdapat 39 artikel yang termasuk dalam kelompok sangat sedikit. Adapun artikel dengan jumlah sitiran yang termasuk dalam kelompok sangat sedikit adalah artikel 95II1B: sebanyak 4 sitiran atau 0,12%, yang berjudul The Muhammadiyah and the Theory of Maqasid al-shariah karya Fathurrahman Djamil.

(47)

the Anti-Chinese Riots in Colonial Indonesia karya Azyumardi Azra. Kedua adalah artikel 99VI2C, dengan judul Law and Politics in Post Independence Indonesia: A Case Study of Religious and Adat Courts karya Ratno Lukito. Kedua artikel ini mendapat jumlah sitiran yang sama, yakni 33 sitiran atau 1,04%. Sebaliknya artikel yang menempati urutan teratas dalam kelompok ini adalah artikel 00VII2B, dengan judul Redefening "Political Islam" in Indonesia: Nahdlatul Ulama and Khittah '26 karya Robin L.

Bush: sebanyak 81 sitiran atau 2,55%.

Selanjutnya artikel yang masuk ke dalam kelompok banyak: sebanyak 7 artike. Artikel yang menempati urutan terbawah dalam kelompok ini adalah artikel 00VII1A, dengan judul The Role of Islamic Students Groups karya Richard G. Kraince:

sebanyak 96 sitiran atau 3,02%. Sebaliknya artikel yang menempati urutan teratas dalam kelompok ini adalah artikel 99VI3A, dengan judul New Trends of Islamic Resurgence karya Ahmad Fauzi Abdul Hamid: sebanyak 115 sitiran atau 3,62%. Terakhir adalah artikel yang termasuk dalam kelompok sangat banyak: sebanyak 2 artikel. Ada dua artikel yang termasuk dalam kelompok ini. Pertama, artikel 96III4A, dengan judul Pancasila as the Sole Basis karya Faisal Islamil: sejumlah 132 sitiran atau 4,16%. Kedua, artikel 97IV2A dengan dengan judul Moenawar Chalil: the Career and Thought of an Indonesian Muslim Reformist karya Toha Hamim: sebanyak 143 sitiran atau 4,5%.

(48)

menyebabkan sedikit atau banyaknya sitiran dalam suatu artikel atau tulisan ilmiah diantaranya adalah:

a. Internalisasi bahan bacaan sebelumnya. Maksudnya adalah informasi yang telah didapatkan dari proses membaca seseorang terhadap berbagai sumber informasi yang dilakukan secara simultan. Kemudian informasi tersebut terinternalisasi dalam pemikirannya dan diolah sedemikian rupa, sehingga akhirnya pada saat berargumen menjadi pemikirannya sendiri. b. Kesulitan dalam mengakses literatur yang relevan.

c. Topik yang ditulis memang baru sehingga literatur yang relevan belum ada.

d. Anggapan penulis bahwa dengan jumlah literatur tertentu sudah cukup memadai untuk menunjang penulisan.

7.1Jenis Literatur yang Disitir

(49)
[image:49.612.92.498.151.657.2]

Tabel 4.2

Jenis Literatur yang Disitir

No Jenis Literatur Frekuensi

Sitiran %

1. Buku Teks 2114 66.62

2. Jurnal dan Majalah 615 19.4

3. Surat Kabar 239 7.53

4. Disertasi/Tesis/Skripsi/Risalah 125 3.94

5. Makalah Seminar 77 2.42

6. Laporan Penelitian 1 0.03

7. Mikrofilm 1 0.03

8. Nota Pemerintah 1 0.03

Jumlah sitiran 3173 100

Diagram 1

(50)

Adapun dari hasil analisis ditemukan bahwa laporan penelitian, mikrofilm, dan nota pemerintah, yang masing-masing disitir sebanyak 1 kali atau 0,03%, adalah jenis literatur yang termasuk dalam kelompok sangat sedikit digunakan. Selanjutnya jenis literatur yang tergolong kelompok sedikit adalah surat kabar: sebanyak 239 sitiran atau 7,53%, disertasi, tesis, skripsi, dan risalah: sebanyak 125 sitiran atau 3,94%, dan makalah seminar: sebanyak 77 sitiran atau 2,42%.

Fakta berikutnya, penggunaan jurnal dan majalah tergolong dalam kelompok banyak dalam analisis ini: sebanyak 615 sitiran atau 19,4%. Kemudian jenis literatur yang tergolong dalam kelompok sangat banyak digunakan sebagai rujukan adalah buku teks: sebanyak 2114 sitiran atau 66,62%.

Hal menarik yang perlu dicermati, penulis-penulis dalam Jurnal Studia Islamika cenderung memilih buku teks sebagai sumber rinformasi dalam penulisan artikel dibanding menggunakan jurnal dan majalah. Hal ini senada dengan temuan Garvey, yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan kebutuhan informasi antara ilmuwan bidang sosial dan ilmuwan bidang eksakta. Bagi kalangan ilmuwan bidang sosial, buku cenderung lebih banyak digunakan dan dimanfaatkan dibanding dengan jenis-jenis literatur lainnya. Kebalikannya, majalah, jurnal, dan makalah pertemuan ilmiah lebih banyak digunakan dan dimanfaatkan bagi kalangan ilmuwan di bidang eksakta.29

29

(51)

1.1.1 Sitiran Jurnal dan Majalah

[image:51.612.91.497.302.631.2]

Walaupun buku teks menempati peringkat pertama sebagai jenis literatur yang paling banyak digunakan sebagai rujukan, jurnal dan majalah juga menjadi jenis literatur yang penting sebagai sumber informasi atau literatur primer. Ini terlihat dimana jurnal dan majalah selalu menjadi rujukan pada setiap volume atau setiap tahun terbit Jurnal Studia Islamika. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Diagram 2 berikut:

Tabel 4.3

Jumlah Sitiran Jurnal dan Majalah pada Setiap Volume

No Volume Tahun Jumlah sitiran %

1. Volume I 1994 54 8.78

2. Volume II 1995 85 13.84

3. Volume III 1996 117 19.02

4. Volume IV 1997 112 18.21

5. Volume V 1998 57 9.26

6. Volume VI 1999 104 16.91

7. Volume VII 2000 86 13.98

Jumlah 615 100

(52)

Diagram 2

Jumlah Sitiran Jurnal dan Majalah pada Setiap Volume

Data pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa semua Jurnal Studia Islamika menyitir jurnal ilmiah dan majalah dengan frekuensi yang cukup banyak. Total keseluruhan sebanyak 615 sitiran jurnal dan majalah. Volume III, IV dan VI yang terbit tahun 1996, 1997, dan 1999 menyitir jurnal dan majalah yang terbanyak. Masing-masing sebanyak 117, 112, dan 104 sitiran atau 19,02%, 18,21% dan 16,91%. Ketiga volume ini dapat dikategorikan ke dalam kelompok sangat banyak. Berikutnya volume VII tahun 2000: sebanyak 86 sitiran atau 13,98%, sebagai satu-satunya volume yang termasuk dalam kelompok banyak.

(53)

dalam kelompok ini adalah volume V tahun 1998: sebanyak 57 sitiran atau 9.26%, dan volume I tahun 1994: sebanyak 54 sitiran atau 8,78%.

Data-data ini menggambarkan bahwa jurnal dan majalah dalam bidang atau topik yang dikaji para penulis Jurnal Studia Islamika cukup tersedia, dan artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal tersebut dapat diperoleh dengan mudah. Jurnal dan majalah pada umumnya berisi informasi mutakhir mengenai suatu topik, dan terfokus pada subjek yang sangat spesifik. Kelengkapan jurnal dan majalah akan memudahkan peneliti untuk memperoleh informasi yang diinginkan.

Banyak faktor yang menyebabkan seorang penulis tidak menyitir dari jurnal dan majalah, beberapa diantaranya adalah:30

a. Ketersediaan jurnal dan majalah yang terbatas. b. Terbitan jurnal ilmiah yang sangat sedikit.

c. Produktivitas penulis artikel dalam jurnal ilmiah yang sangat rendah. d. Keahlian yang terbatas dalam menelusuri dokumen terutama yang

berbentuk elektronik seperti jurnal online di internet.

e. Artikel dalam jurnal dan majalah tidak relevan atau tidak sesuai dengan topik yang ditulis.

Akan tetapi, dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut tidak berlaku karena seluruh volume menyitir jurnal ilmiah dan majalah dalam jumlah yang banyak, dimana terdapat lebih dari 50 sitiran dalam setiap volume. Sebaliknya, para penulis

30

(54)

pada Jurnal Studia Islamika dapat menyitir jurnal dan majalah dengan jumlah yang banyak, dapat dipastikan karena ketersediaan jurnal dan majalah dalam kajian keislaman di Indonesia dan Asia Tenggara sangat memadai.

1.1.2 Peringkat Jurnal dan Majalah yang Sering Disitir

[image:54.612.88.498.262.689.2]

Dalam analisis ini, terdapat 191 judul jurnal dan majalah yang disitir dalam artikel berbahasa Inggris pada Jurnal Studia Islamika dari volume I sampai volume VII. Sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan sebelumnya, dalam pemberian peringkat diambil frekuensi sitiran 10 sebagai batas minimum. Ini dengan pertimbangan bahwa nilai tersebut dapat menggambarkan peringkat jurnal dan majalah yang cukup nyata dan judul-judul yang cukup penting. Terdapat 17 judul jurnal dan majalah yang disitir minimal 10 kali. Perincian judul jurnal dan majalah dan frekuensinya dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Diagram 3 berikut:

Tabel 4.4

Peringkat Jurnal dan Majalah yang Disitir

No Nama Jurnal dan Majalah Jumlah sitiran Peringkat

1. Studia Islamika 40 1

2. Indonesia 33 2

3. Tempo 29 3

4. Prisma 26 4

5. Bijdragen Tot de Taal-Land En Volkenkunde

van Nederlandsche 25 5

6. Panji Masyarakat 23 6

7. Journal of the Malayan Branch of the Royal

Asiatic Society 14 7

(55)

9. Far Eastern Economic Review 13 8

10. Foreign Affairs 13 8

No Nama Jurnal dan Majalah Jumlah

sitiran Peringkat

11. Tijdschrift voor Neerland’s Indie 13 8

12. Archipel 12 9

13. Pesantren 12 9

14. Ulumul Quran 12 9

15. Hikmah 11 10

16. Asian Survey 10 11

17. Mizan 10 11

Diagram 3

(56)

Dari 17 judul yang menempati peringkat sebagai jurnal dan majalah yang paling banyak disitir, Jurnal Studia Islamika menempati urutan teratas sebagai jurnal yang paling banyak dijadikan rujukan dalam penulisan artikel pada jurnal itu sendiri: sebanyak 40 sitiran. Urutan kedua adalah Majalah Indonesia: sebanyak 33 sitiran, diikuti Majalah Tempo: sebanyak 29 sitiran. Ini merepresentasikan bahwa Jurnal Studia Islamika sebagai jurnal yang paling representatif dalam kajian keislaman di Indonesia dan Asia Tenggara. Namun menurut Garfield dan Weljans-Dorof, seperti dikutip Sutardji, sitiran tidak dapat dipakai untuk menunjukkan mutu suatu artikel, namun dapat digunakan sebagai indikator tentang peringkat pemanfaatan artikel dan penyebarannya.31 Tingkat sitiran suatu jurnal dan majalah menggambarkan tingkat pemanfaatan jurnal dan majalah tersebut oleh para penulis artikel dalam Jurnal Studia Islamika.

7.2Tempat Terbit Literatur yang Disitir

Data yang terkumpul menunjukkan, literatur yang dijadikan rujukan dalam artikel berbahasa Inggris pada Jurnal Studia Islamika diterbitkan dari berbagai negara. Dari total 3173 sitiran yang dianalisis, tidak semua bibliografi literatur dicantumkan tempat terbitnya. Sebanyak 766 sitiran tidak mencantumkan tempat terbit. Jadi hanya 2407 sitiran yang bisa dianalisis. Rincian tempat terbit literatur yang dijadikan rujukan bisa dilihat pada Tabel 4.5 dan Diagram 4 berikut:

31

(57)
[image:57.612.93.487.175.702.2]

Tabel 4.5

Tempat terbit literatur yang disitir

No. Negara Jumlah Sitiran % Peringkat

1. Indonesia 1115 46.32 1

2. USA 405 16.82 2

3. Inggris 220 9.14 3

4. Malaysia 165 6.85 4

5. Belanda 139 5.77 5

6. Singapura 72 2.99 6

7. Australia 51 2.11 7

8. Kanada 29 1.2 8

9. Jerman 28 1.16 9

10. Libanon 26 1.08 10

11. Perancis 26 1.08 10

12. Filipina 23 0.95 11

13. Brunei Darussalam 20 0.83 12

14. Mesir 18 0.74 13

15. Pakistan 11 0.45 14

16. Jepang 11 0.45 14

17. Saudi Arabia 7 0.35 15

18. India 7 0.35 15

19. Palestina 5 0.2 16

20. Turki 3 0.12 17

21. Aljazair 3 0.12 17

(58)

23. Kuwait 2 0.08 18

No. Negara Jumlah Sitiran % Peringkat

24. Syiria 2 0.08 18

25. Maroko 2 0.08 18

26. Denmark 2 0.08 18

27. Swedia 2 0.08 18

28. Suriname 1 0.04 19

29. Trinidad Tobago 1 0.04 19

30. Mexico 1 0.04 19

31. Italia 1 0.04 19

32. Kenya 1 0.04 19

33. Bangladesh 1 0.04 19

34. Irak 1 0.04 19

35. Belgia 1 0.04 19

36. Selandia Baru 1 0.04 19

37. Afrika Selatan 1 0.04 19

38. Yaman 1 0.04 19

(59)

Diagram 4

Tempat Terbit Literatur yang Disitir

Dari data pada Tabel 4.5 tersebut dapat dilihat bahwa literatur yang disitir atau dijadikan rujukan diterbitkan di 38 negara. Negara-negara tersebut telah diberi peringkat sesuai frekuensi sitiran pada masing-masing negara. Adapun negara yang paling banyak menerbitkan literatur dalam bidang kajian Islam di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara adalah Indonesia: sebanyak 1115 sitiran atau 46,32%. Kemudian diikuti oleh Amerika Serikat: sebanyak 405 sitiran atau 16,82%. Dalam analisis ini Indonesia dan Amerika Serikat dapat dikategorikan ke dalam kelompok sangat banyak, dimana mayoritas lebih dari 50% literatur yang dijadikan rujukan diterbitkan oleh kedua negara tersebut.

! " # $ % & '

(

& ) " %

&

* ) + ,

*- . ! / .

. ) .

0 # ). /

# . * * % . ) ) . . ! .

-. ). . . 1 )

(60)

Sebaliknya, tidak satupun negara yang termasuk dalam kelompok banyak dalam menerbitkan literatur yang digunakan sebagai rujukan. Selisih sitiran yang cukup banyak terhadap Amerika Serikat adalah negara Inggris: sebanyak 220 sitiran atau 9,14%. Kemudian diikuti oleh negara Malaysia: sebanyak 165 sitiran atau 6,85%. Terakhir adalah negara Belanda: sebanyak 139 sitiran atau 5,77%. Ketiga negara ini digolongkan ke dalam kelompok sedikit dalam analisis ini.

Terakhir adalah kelompok sangat sedikit: sebanyak 33 negara. Singapura yang termasuk dalam kawasan Asia Tenggara adalah negara dengan jumlah sitiran terbanyak dalam kelompok ini: sebanyak 72 sitiran atau 2,99%. Selebihnya ada 11 negara dengan jumlah sitiran hanya sekali atau 0,04%, sebagai negara yang temasuk dalam kelompok paling sedikit disitir dalam analisis tempat terbit ini.

Data-data ini juga memperlihatkan bahwa selain di Indonesia, Singapura dan Malaysia yang berada notabene berada di kawasan Asia Tenggara, kajian mengenai Islam di kawasan ini menjadi studi yang juga diminati di luar kawasan ini: Amerika Serikat, Inggris, Belanda dan sejumlah negara lainnya. Terutama di Amerika Serikat yang termasuk dalam kelompok parameter sangat banyak.

7.3Bahasa Literatur yang Disitir

(61)
[image:61.612.104.478.157.528.2]

digunakan dalam literatur yang disitir dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Diagram 5 berikut:

Tabel 4.6

Bahasa Literatur yang Disitir

No Bahasa Literatur Frekuensi Sitiran %

1. Inggris 1642 51,74

2. Indonesia 1083 34,13

3. Belanda 137 4,31

4. Melayu 117 3,68

5. Arab 109 3,43

6. Perancis 33 1,04

7. Jepang 21 0,66

8. Jerman 15 0,52

9. Sunda 10 0,31

10. Jawa 4 0,12

11. Tagalog 2 0,06

(62)

Diagram 5

Bahasa Literatur yang Disitir

(63)

Berikutnya terdapat empat bahasa yang termasuk dalam kelompok parameter sedikit. Pertama, bahasa Belanda dengan 137 sitiran (4,31%). Kedua, bahasa Melayu: sebanyak 117 sitiran (3,68%). Ketiga, bahasa Arab: sebanyak 109 sitiran (3,43%). Keempat, bahasa Perancis yang dikutip sebanyak 33 sitiran (1,04%).

Kemudian selebihnya adalah bahasa yang tergolong dalam kelompok parameter sangat sedikit: sebanyak lima bahasa. Pertama, penggunaan literatur bahasa Jepang sebagai referensi sebanyak 21 sitiran (0,66%). Kedua, literatur bahasa Jerman sebanyak 15 sitiran (0,52%). Ketiga, selain bahasa nasional dari berbagai negara, literatur yang disitir juga ada yang menggunakan bahasa lokal atau bahasa daerah yakni bahasa Sunda yang disitir sebanyak 10 sitiran (0,31%). Keempat, bahasa Jawa mendapat 4 sitiran (0,12%). Kelima, menempati urutan paling terakhir adalah bahasa Tagalog yang mendapat 2 sitiran (0.06%).

(64)

Bila data pada Tabel 4.6 ini dibandingkan dengan data pada Tabel 4.5 sebelumnya mengenai tempat terbit literatur, maka ditemukan kontradiksi bahwa Indonesia merupakan negara yang paling banyak menerbitkan literatur dalam kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara: sebanyak 46,32%. Namun bahasa yang paling banyak digunakan adalah bahasa Inggris, bukan bahasa Indonesia.

7.4Tahun Terbit Literatur yang Disitir

[image:64.612.87.498.316.689.2]

Analisis tahun terbit literatur yang dikutip tidak dilakukan terhadap seluruh sitiran, karena dari keseluruhan 3173 sitiran tidak semua bibliografi mencantumkan tahun terbit. Terdata sebanyak 102 sitiran tidak terdapat tahun terbit. Jadi total sitiran yang dianalisis sebanyak 3071 sitiran. Data lengkap mengenai tahun terbit yang disitir dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Diagram 6 berikut:

Tabel 4.7

Tahun Terbit Literatur yang Disitir

No Periode Tahun Terbit Literatur Frekuensi

Sitiran % Sitiran

Kumulatif Sitiran

% Kumulatif

1 1811-1820 2 0.06 2 0.06

2 1821-1830 3 0.09 5 0.15

3 1831-1840 1 0.03 6 0.18

4 1841-1850 3 0.09 9 0.27

5 1851-1860 4 0.13 13 0.4

6 1861-1870 6 0.19 19 0.59

7 1871-1880 9 0.3 28 0.89

8 1881-1890 22 0.71 50 1.6

(65)

No Periode Tahun Terbit Literatur

Frekuensi

Sitiran % Sitiran

Kumulatif Sitiran

% Kumulatif

10 1901-1910 17 0.55 85 2.75

11 1911-1920 20 0.65 105 3.4

12 1921-1930 31 1.01 136 4.41

13 1931-1940 63 2.05 199 6.46

14 1941-1950 76 2.5 275 8.96

15 1951-1960 261 8.5 536 17.46

16 1961-1970 283 9.21 819 26.67

17 1971-1980 470 15.3 1289 41.97

18 1981-1990 1001 32.6 2290 74.57

19 1991-2000 781 25.43 3071 100

(66)

Dari data yang dianalisis, literatur yang paling tua tahun terbitnya adalah literatur yang diterbitkan pada tahun 1811, sedangkan yang termuda adalah yang diterbitkan pada tahun 2000. Terlihat rentang waktunya cukup jauh, yakni 189 tahun. Namun hal ini tidak bisa menunjukkan bahwa kualitas artikel yang dihasilkan pada Jurnal Studia Islamika tidak mutakhir karena terdapat literatur yang sangat tua yang dijadikan rujukan. Untuk mengetahui frekuensi tahun terbit literatur yang disitir, maka analisis dilakukan dengan pengelompokkan tahun terbit per sepuluh tahun.

Adapun yang menempati peringkat tertinggi, yakni literatur yang tergolong dalam kelompok sangat banyak. Literatur yang termasuk dalam kelompok ini adalah literatur yang terbit antara tahun 1981 – 1990: sebanyak 1001 sitiran (32,6%). Kemudian diikuti literatur yang terbit antara tahun 1991 – 2000: sebanyak 781 sitiran, (25,43%). Literatur yang terbit dalam rentang waktu ini merupakan mayoritas, dengan total jumlah 58,03%.

Berikutnya adalah literatur yang terbit dalam kelompok banyak. Yakni kelompok tahun 1971 – 1980: sebanyak 470 sitiran (15,3%). Jurnal Studia Islamika yang menjadi objek dalam analisis ini terbit tahun 1994 – 2000. Maka, jika melihat tahun terbit literatur yang disitir yang menempati peringkat teratas, menunjukkan bahwa rujukan yang digunakan dalam jurnal ini masih tergolong muda.

(67)

paling banyak digunakan. Masih banyak digunakannya literatur yang terbit antara tahun 1961 – 1970 ini bisa terjadi karena beberapa kemungkinan, antara lain karena: 1) Informasi tersebut bersifat spesifik atau khusus.

2) Informasi yang terkandung dalam literatur tersebut masih relevan untuk digunakan

3) Atau mungkin mungkin memang belum ada perkembangan mutakhir dari informasi yang dibutuhkan sehingga literatur-literatur tersebut masih cukup banyak digunakan sebagai rujukan.

Terakhir parameter yang terendah adalah kelompok sangat sedikit, adalah literatur yang terbit dalam kurun waktu 1811 – 1920 atau satu abad lebih.

Gambar

Gambar 1  Rujukan dan Sitiran
Jumlah Sitiran Berdasarkan Artikel pada Tabel 4.1 Jurnal Studia Islamika dari Volume I
Tabel 4.2 Jenis Literatur yang Disitir
Tabel 4.3 Jumlah Sitiran Jurnal dan Majalah pada Setiap Volume
+7

Referensi

Dokumen terkait

berbentuk lembaga berbadan hukum” bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai “terdaftar sebagai organisasi

Penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif dengan lokasi pengambilan data gelombang disebelah timur Jetty Cargo.Hasil perhitungan run-up gelombang diperoleh tiap

Masing-masing antena akan secara bergantian diuji coba dengan modem yang sama, operator jaringan yang sama, dan tempat yang sama...

Dengan metode (penelitian) evaluasi diharapkan peneliti mampu memberi penilaian terhadap program pendampingan implementasi kurikulum 2013. Secara kualitatif, penelitian

Mobilisasi pipa ex demolish tank dari lay down area ke lokasi instala$ pipa menjadi tanggung jawab pelaksana pekerjaan... Penambahan pipa melebih panjang

Manuskrip tersebut juga menyertakan dalil yang berasal dari Nabi yang berkata “barangsiapa yang menghirup asap tembakau (merokok) dan dia tidak bertaubat sampai ia meninggal,

Sistem penunjang keputusan mutu biodiesel berbasis web ini terdiri dari empat model, yaitu model penentuan proses pengolahan biodiesel yang menghasilkan keputusan

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pengolahan Air Bersih