UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN
ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh:
LIZA RAMADHANI
122101047
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
FAKULTAS EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM DIPLOMA III
MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR
NAMA : LIZA RAMADHANI
NIM : 122101047
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN
JUDUL : ANALISIS RASIO KEUANGAN PT PLN
(PERSERO) AREA MEDAN
TANGGAL : 25 MEI 2015 DOSEN PEMBIMBING
Frida Ramadini, SE,M.M NIP. 19741012 200501 2 003
TANGGAL : 25 MEI 2015 KETUA PROGRAM STUDI DIII KEUANGAN
Dr. Yeni Absah, SE, M. Si NIP. 19741123 200012 2 001
TANGGAL : 25 MEI 2015 DEKAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan PT PLN (Persero) Area
Medan” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
Penulis menyadari ada banyak kekurangan baik dalam penyampaian bahasa,
kata maupun dalam penyajian. Untuk itu penulis berbesar hati dan dengan tangan
terbuka menerima saran maupun kritik sehat yang bersifat membangun dari para
pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan tulus
dan ikhlas penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara atas dedikasinya demi
kemajuan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III
Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafrizal H.Situmorang, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
5. Teristimewa untuk Kedua Orangtua yang sangat saya cintai, Ayahanda
Syahruddin, S.Pd dan Ibunda Elza Yunita, S.Pd yang dengan sabar telah
membesarkan, mendidik, memberi nasihat, semangat, serta tidak pernah
henti-hentinya memberikan doa di setiap waktu sehingga penulis dapat
menyusun Tugas Akhir dan menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara.
6. Teristimewa berikutnya adalah untuk saudara-saudara tersayang, Abangda
Muhammad Alviansyah, SH, Abangda Muhammad Ardiansyah, SP, dan
seseorang yang disayang , Rendy Ananta yang telah memberikan motivasi
dan dukungan serta doa yang selalu dipersembahkan untuk penulis selama
menyelesaikan Tugas Akhir.
Akhir kata penulis memanjatkan doa dan syukur kehadirat Allah SWT atas
segala bantuan yang telah diberikan, semoga memperoleh balasan yang berlipat
ganda dari-Nya, dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang
menggunakannya, dan menjadi amal bagi penulis.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Medan, Mei 2015
Hal.
B. Struktur Organisasi Perusahaan ... 14
C. Uraian Pekerjaan... 16
D. Logo dan Makna Perusahaan ... 12
BAB III PEMBAHASAN ... 27
A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan... 27
B. Laporan Keuangan ... 27
1. Pengertian Laporan Keuangan ... 27
2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan ... 28
C. Rasio-Rasio Keuangan... 30
1. Pengertian Rasio Keuangan... 30
2. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan ... 31
3. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan... 32
4. Jenis-Jenis Rasio Keuangan ... 32
D. Penyajian Laporan Keuangan ... 36
E. Analisis Rasio Keuangan Perusahaan... 43
Hal.
Tabel 3.1 Neraca PT PLN (Persero) Wilayah Area Medan Per
31 Desember 2013 ... 37
Tabel 3.2 Neraca PT PLN (Persero) Wilayah Area Medan Per 31 Desember 2014 ... 39
Tabel 3.3 Laba Rugi PT PLN (Persero) Wilayah Area Medan Bulan Desember 2013 ... 41
Tabel 3.4 Laba Rugi PT PLN (Persero) Wilayah Area Medan Bulan Desember 2014 ... 42
Tabel 3.5 Rasio Likuiditas ... 45
Tabel 3.6 Rasio Aktivitas ... 47
Tabel 3.7 Rasio Profitabilitas ... 48
Hal.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap Perusahaan yang didirikan baik perusahaan dagang, jasa, dan industri
mempunyai tujuan yang utama, yaitu untuk mendapatkan keuntungan (Profit)
agar kelangsungan hidup dari perusahaan dan pertumbuhannya akan terus
berlanjut sampai masa yang akan datang. Untuk mengukur sejauh mana dana yang
diinvestasikan berguna bagi perusahaan dapat dilihat melalui Laporan Keuangan
perusahaan yang bersangkutan.
Laporan Keuangan merupakan suatu gambaran dari keadaan perusahaan
pada waktu tertentu dan memberikan informasi tentang kondisi keuangan yang
telah dicapai oleh perusahaan dalam waktu tertentu. Laporan Keuangan biasanya
terdiri dari Neraca dan Laporan Laba Rugi. Neraca memperlihatkan besarnya nilai
dari aktiva, utang, dan modal perusahaan pada saat tertentu. Laporan Laba Rugi
memperlihatkan hasil-hasil yang dicapai dalam 1 tahun tertentu.
Laporan Keuangan merupakan alat yang paling penting untuk memperoleh
informasi tentang posisi keuangan dari hasil yang dicapai perusahaan.
Menganalisis dan mengevaluasi laporan keuangan perusahaan adalah satu cara
untuk memperoleh informasi tersebut. Laporan keuangan juga dapat menunjukkan
apakah perusahaan itu mengalami kemajuan atau sebaliknya.
Laporan Keuangan juga bermanfaat bagi banyak pihak, misalnya pemegang
Analisa Laporan Keuangan diperlukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai
dan untuk memprediksi hasil yang hendak dicapai dimasa yang akan datang.
Bagi kreditur, Laporan Keuangan berguna untuk penilaian pinjaman yang
diberikan kepada perusahaan apakah akan dipergunakan seefisien mungkin,
sehingga perusahaan mampu membayar setiap pinjaman yang telah jatuh tempo.
Kemudian dapat dipergunakan untuk melihat prospek keuntungan dimasa yang
akan datang dan perkembangan perusahaan berikutnya. Bagi karyawan, Laporan
Keuangan juga dapat digunakan sebagai pertimbangan apakah gaji yang
diterimanya adil atau tidak. Pemerintah berkepentingan terhadap Laporan
Keuangan perusahaan untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung
perusahaan.
Rasio Keuangan sangat penting dalam melakukan analisa terhadap kondisi
keuangan perusahaan dan mengingat pentingnya laporan keuangan bagi suatu
perusahaan dan banyak pihak, maka penulis merasa tertarik untuk menganalisis
rasio keuangan. Sehubungan dengan ini merencanakan penelitian dengan judul
“Analisi Rasio Keuangan Pada PT PLN (Persero) Area Medan”.
Hasil analisis rasio ini kemudian sangat diperlukan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, misalnya investor digunakan sebagai panduan dalam
memutuskan untuk menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan, demikian
juga bagi kreditur, bila ia hendak memberikan pinjaman kepada suatu perusahaan,
ia harus mengetahui perusahaan itu mampu atau tidak membayar kembali hutang-
hutangnya melalui analisis rasio keuangan, yaitu rasio aktivitas, dan bagi manajer
mereka inginkan seperti melalui : rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio
leverage dan rasio aktivitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat suatu
masalah yang pokok yaitu : Bagaimana kondisi keuangan PT PLN (PERSERO)
Medan Area yang ditinjau dari sudut likuiditas, aktivitas, leverage, dan
profitabilitas untuk periode 2013 dan 2014?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai peneliti dengan diadakannya penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana kondisi keuangan PT. Pegadaian (Persero) Cabang
Parluasan Pematangsiantar yang ditinjau dari sudut likuiditas, aktivitas, leverage,
dan profitabilitas untuk periode 2012 dan 2013.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dengan diadakannya penelitian ini adalah:
a) Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan peneliti jika dimintai pendapat mengenai cara-cara
menganalisis rasio keuangan dan penerapannya di perusahaan.
b) Bagi PT PLN (Persero) Area Medan
Sebagai bahan masukan dan rujukan bagi pimpinan dan pihak manajemen
untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan serta menyusun rencana
c) Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan masukan serta sumber informasi penting bagi pihak-pihak
yang memerlukan dan rekan-rekan lain dalam rangka menyempurnakan
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Latar Belakang dan Sejarah Perusahaan
Sejarah keberadaan kelistrikan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
berawal dari dimulainya usaha kelistrikan di Sumatera Utara pada tahun 1923
yang dibangun oleh NV. NIGEM / OGEM Perusahaan swasta Belanda diatas
tanah pertapakan yang saat ini menjadi lokasi Kantor PLN Area Medan Jl. Listrik
No 8 Medan. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan
Pangkalan Berandan pada tahun 1924, di Tebing Tinggi tahun 1927, di Sibolga
(oleh NV ANIWM) Brastagi dan Tarutung tahun 1929, di Tanjung Balai tahun
1931, di Labuhan Bilik tahun 1936 dan Tanjung Tiram pada tahun 1937.
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945,
Aksi Karyawan Perusahaan Listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang
diambil alih dan diserahkan kepada Pemerintah RI dalam hal ini Departemen
Pekerjaan Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih tersebut, maka dengan
penetapan Pemerintah No. 1.SD/45 yang ditetapkan tanggal 27 Oktober 1945
sebagai Hari Listrik Nasional.
Pada tanggal 1 Januari 1961 dibentuklah Badan Pimpinan Umum
Perusahaan Listrik Negara BPU-PLN. Setelah BPU-PLN berdiri dengan SK
Menteri PUT No.19/1/20 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan pun
berubah. Perusahaan listrik di Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Utara dan Riau
diubah namanya menjadi PLN Eksploitasi. Pada tanggal 1 Januari 1965, BPU-
Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik. Kemudian
dengan terbitnya Peraturan Menteri No.1/PRT/65 ditetapkan pembagian daerah
kerja PLN secara Nasional menjadi 15 Kesatuan daerah Eksploitasi, dimana
ditetapkan pembagian daerah kerja PLN Sumatera Utara menjadi Eksploitasi– I.
Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara
tersebut, maka dengan keputusan Direksi PLN No.KPTS.009/DIRPLN/66 tanggal
14 April 1966, PLN Eksploitasi-I dibagi menjadi 4 DAN dan 1 Sektor, yaitu DAN
Medan, Binjai, Sibolga, Pematang Siantar ( yang berkedudukan ) di Tebing
Tinggi, karena P.Siantar masih dikelola PLD dan Sektor Glugur.
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972 dan Keputusan Menteri PUTL
No.01 /PRT/73 untuk menetapkan PLN menjadi PERUM yang isinya
mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara untuk
mengelola kelistrikan di seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam
Surat Keputusan Menteri PUTL No.01/PRT/1973 menetetapkan PLN
Eksploitasi-I Sumatera Utara dirubah menjadi PLN Eksploitasi –II Sumatera
Utara. Kemudian menyusul terbitnya Peraturan Menteri PUTL No.013/PRT/75
yang mengubah PLN Ekspoitasi menjadi PLN Wilayah, dimana PLN Eksploitasi
II. Berubah namanya menjadi PLN Wilayah II Sumatera Utara.
Kemudian pada tanggal 16 Juni 1994 terbitlah Peraturan Pemerintah No.
23 / 1994 yang isinya menetapkan status PLN yang berubah dari Perusahaan
Umum (PERUM) Listrik Negara dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan
Untuk mencapai tujuan PLN meningkatkan kesejahtraan masyarakat dan
mendorong perkembangan industri pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap II
(PJPT-II) yang tanggung jawabnya cukup besar dan berat, kerjasama dan
hubungan yang harmonisasi dengan instansi dan lembaga yang terkait perlu dibina
dan ditingkatkan terus.
Perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang begitu pesat, hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya
jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan, kemampuan pasokan listrik
dan indikasi pertumbuhan lainnya
Dengan perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara yang terus mengalami
pertumbuhan dengan begitu pesat, maka berdasarkan Surat Keputusan Direksi
Nomor 078.K/023/DIR/1996 tanggal 8 Agustus 1996, dibentuklah organisasi
baru bidang jasa pelayanan kelistrikan yaitu PT PLN (Persero) Pembangkitan
dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara. Dengan perubahan tersebut maka PT
PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara berkonsentrasi pada bidang distribusi
dan penjualan tenaga listrik.
Pada Tahun 2003 PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara berubah
namanya menjadi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera berkedudukan di Jl.
Yos Sudarso No. 284 Medan. Wilayah kerja PT PLN (Persero) Wilayah
Sumatera Utara meliputi Wilayah Propinsi Sumatera Utara dengan luas 71.680,68
km², sebagian besar berada didaratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di
Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota dengan
Kabupaten / Kota tersebut terdiri dari 417 Kecamatan dan secara keseluruhan desa
sebesar 5.856 desa / kelurahan.
Gambar 2.1 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
2.2. Visi & Misi dan Tujuan Perusahaan.
Sebagai Unit Bisnis,PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara harus
memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat Sumatera Utara sekaligus
harus mampu memberikan kontribusi positif kepada pencapaian Visi dan Misi PT
PLN (Persero).
Proses transformasi di seluruh jajaran PLN menuju perusahan berkelas
dunia sebagaimana tercantum dalam Visi PT PLN (Persero) akan dapat berjalan
dengan baik jika pengamalan nilai-nilai Budaya Perusahaan :Saling Percaya,
Integritas, Peduli dan Pembelajar yang telah disampaikan seluruh anggota perusahaan dan telah disahkan oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama PT
PLN (Persero) pada tanggal 27 Oktober 2002 dapat berjalan sebagai mana
mestinya.
Apabila pengamalan nilai-nilai budaya perusahaan dapat diwujudkan
dalam kehidupan kerja, maka PT PLN (Persero) dengan seluruh jajarannya akan
dapat melaksanakan pengelolaan perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang telah dicanangkan pada tanggal 31
Desember 2003 oleh Direksi dan Dewan Komisaris PT PLN (Persero) dengan
konsisten dan berkelanjutan.
a. Visi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang bertumbuh kembang, unggul
b. Misi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
a. Menjalankan bisnis kelistrikan danbidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan
pemegang saham
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi
d. Menjalankan kegiatan yang berwawasan lingkungan
PT PLN Wilayah Sumatera Utara dengan wilayah kerja seluruh Propinsi
Sumatera Utara mempunyai georafis, demografis, sosial budaya dan sumber
daya ekonomi. Oleh sebab itu walaupun sebagai etitas bisnis yang tersendiri,
setelah mempertimbangkan kondisi dan situasi lingkungan internal dan eksternal
perusahaan, seluruh unsur pimpinan PLN Wilayah Sumatera Utara telah
berketetapan hati merumuskan Visi dan Misi PLN Wilayah Sumatera Utara,
yang diharapkan mampu diemban atau dijabarkan oleh PLN Wilayah Sumatera
Utara untuk memberikan pelayanan tenaga listrik yang baik bagi masyarakat
Sumatera Utara.
Selain itu penjabaran Visi dan Misi PLN Wil Sumatera Utara dalam
diperkirakan akan mampu memberikan sumbangan yang Positif kepada
pencapaian Visi dan Misi PT PLN (Persero) secara korporat.
2.3. Maksud dan Tujuan Perusahaan
Berdasarkan visi dan misi perusahaan yang telah disebutkan diatas, maka
maksud dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan usaha PT PLN (Persero) Wilayah
Sumatera Utara adalah ”Menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi
kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai, berupaya memupuk
keuntungan dan melaksanakan penugasan pemerintah di bidang ketenagalistrikan
dalam rangka menunjang pemerataan pembangunan dengan menerapkan prinsip-
prinsip Perseroan Terbatas sesuai AD PLN.
Berdasarkan Anggaran Dasar PT PLN (Persero), maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha PT PLN (Persero) adalah menyelenggarakan usaha penyediaan
tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai,
serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang
ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan
prinsip-prinsip perseroan terbatas.
2.4. Arah Pengembangan Perusahaan
Dengan diundangkannya UU No. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan,
maka dimungkinkan munculnya pemain baru yang akan menjadi pesaing PLN.
Kondisi ini tentu saja akan menjadi pertimbangan bagi PLN dalam menentukan
arah pengembangan perusahaan.
Manajemen PT PLN (Persero) secara korporat telah mencanangkan
pasca diberlakukannya UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. PT
PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sebagai bagian dari PT PLN (Persero)
berkewajiban untuk mendukung program metamorfosa PLN ini sesuai dengan
lingkup dan dinamika bisnis kelistrikan yang dihadapinya. Sehingga dengan
pelaksanaan program metamorfosa ini PLN Sumatera Utara akan dapat terus
meningkatkan kinerja perusahaannya untuk menuju perusahaan kelas dunia sesuai
dengan visi perusahaan. Dalam upaya peningkatan kinerja perusahaan melaui
program metamorfosanya, PLN Sumatera Utara akan berfokus pada upaya untuk
peningkatan kapasitas dan kontinuitas penyaluran TL, perbaikan kualitas
operasional dan pelayanan, serta peningkatan budaya kinerja yang tinggi. Pada
akhirnya dengan konsisten pada pelakasanaan program tersebut diharapkan PLN
Sumatera Utara akan dapat menurunkan biaya pokok produksinya dan
memperbaiki citranya di mata stakeholder.
2.5 Logo dan Makna Perusahaan
2.5.1 Bentuk Lambang
Bentuk, warna dan 12ambing Perusahaan resmi digunakan adalah sesuai
yang tercantum pada lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik
Negara No. 031/DIR/76 Tanggal 01 Juli 1976, mengenai Pembuatan Lambang
Gambar 2.2 Logo Perusahaan
2.5.2 Elemen – elemen Dasar Lambang
1. Warna Kuning
Menjadikan bidang dasar bagi elemen – elemen lambang lainnya,
melambangkan bahwa PT. PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang
terorganisir dengan sempurna.Berwarna kuning untuk menggambarkan
pencerahan bagi kehidupan masyarakat.Kuning juga melambangkan semangat
yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insane yang berkarya di perusahaan ini.
2. Petir atau Kilat
Melambangkan tenaga listrik yang terkandung didalamnya sebagai produk
jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan.Selain itu petir pun mengartikan kerja
cepat tepat para insane PT. PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi
para pelanggannya.Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN
sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju
perusahaan beserta tiap insane perusahaan serta keberanian dalam menghadapi
3. Tiga Gelombang
Memiliki arti gayaenergi listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha utama
yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang
sering sejalan dengan kerja keras para insane PT. PLN (Persero) guna
memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberikan warna biru untuk
menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tepat) seperti halnya listrik yang
diperlukan dalam kehidupan manusia.
2.6. Struktur Organisasi Perusahaan
Dalam menjalankan badan usaha, suatu perusahaan harus memiliki
struktur organisasi.Struktur organisasi merupakan komponen dalam suatu badan
usaha / organisasi. Struktur organisasi menjelaskan tentang adanya pembagian
kerja dan menjelaskan tentang bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda –
beda tersebut dikoordinasikan. Struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-
spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan
dikoordinasikan. Struktur organisasi juga menunjukkan spealisasi-spealisasi
pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.
Struktur organisasi yang digunakan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera
Utara Area Medan adalah menggunakan jenis struktur organisasi fungsional “Line
and Staff Organization” atau gabungan dari pada jenis struktur organisasi
fungsional dengan unsur – unsur yang terdiri dari unsure pimpinan, unsur
Berikut ini skema dari Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah
Sumatera Utara Area Medan:
Berdasarkan bagan struktur organisasi PT. PLN (Persero) Area Medan di atas,
masing – masing fungsional memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut :
1. Manajer Area
Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha melalui optimalisasi seluruh
sumber daya secara efisien, efektif dan sinergi.Pengelolaan perusahaan
pembangkit, pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu
yang memadai secara efisien, meningkatkan mutu dan keandalan serta pelayanan
pelanggan, dan memastikan terlaksananya Good Corporate Governance(GCG) di
PT. PLN (Persero) Area Medan.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a) melakukan kegiatan pengusaha pembangkit (skala kecil) secara efisien,
hemat energy, handal dan ramah lingkungan.
b) Mengusulkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Area
Medan.
c) Memastikan program Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
Area Medan, dilaksanakan sesuai penetapan Direksi.
d) Menetapkan kebijakan strategis terkait pengelolaan pengusahaan
pembangkitan, pendistribusian, dan penjualan tenaga listrik Area Medan.
e) Menjamin pengelolaan kegiatan pengusahaan pembangkitan,
pendistribusian, dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang
f) Mengelola sistem manajemen kinerja unit dan manajemen mutu termasuk
menetapkan target kinerja unit-unit dibawah koordinasinya, memonitoring
dan mengendalikan pelaksanaannya.
g) Memastikan pelaksanaan kebijakan pokok pengembangan mekanisme
niaga dan operasi yang telah ditetapkan direksi.
h) Menetapkan kebijakan strategis penyusunan dan pemantauan manajemen
resiko Area Medan.
i) Mengembangkan dan memelihara kompetensi anggota organisasi.
j) Menetapkan laporan Menejemen Area Medan
2. Asissten Manajer (Asman) Jaringan
Bertanggung jawab atas rencana dan pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Distribusi, Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) dan
Pembangkit Tenaga Listrik Mikro Hidro (PLTMH) untuk menjamin mutu dan
keandalan jaringan distribusi. Hasil / output pendistribusian energi listrik yang
kontiniu dan handal.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a) Menyusun Program Rencana Kerja (PRK) untuk kegiatan operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Distribusi.
b) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Distribusi, PDKB, serta PLTMH.
c) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran Operasi dan
d) Melakukan analisa dan evaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Distribusi dan PDKB.
e) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja proteksi distribusi dan
pelayanan teknik.
f) Melakukan verifikasi dan validasi asset distribusi secara periodik.
g) Mengkoordinasikan penyusunan dan mengendalikan pelaksanaan SOP
untuk setiap jenis pekerjaan distribusi guna tercapainya Zero Accident.
h) Melakukan koordinasi dalam rangka operasi dan pemeliharaan jaringan
distribusi dengan Rayon/instansi terkait termasuk PFK.
i) Menyusun pola operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi yang efisien.
2.1.Sub Bagian Supervisor Operasi Distribusi
Bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan pengoperasian
jaringan distribusi sesuai SOP untuk menjamin keandalan, keamanan, mutu dan
efisien penyaluran tenaga listrik.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a) Menyusun Program Rencana Kerja Operasi.
b) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan Operasi Jaringan Distribusi
sesuai SOP.
c) Melaksanakan pemutakhiran data asset distribusi secara berkala.
d) Melakukan pengendalian pengoperasian jaringan distribusi.
e) Mengendalikan dan memonitoring pelaksanaan operasional teknik.
f) Mengkoordinasikan dengan Area, Rayon dan Instansi terkait dalam rangka
2.2.Sub Bagian Supervisor Pemeliharaan Distribusi
Bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan
jaringan distribusi untuk meningkatkan keandalan, keamanan, mutu dan efisiensi
jaringan distribusi.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a) Merencanakan penyusunan Program Rencana Kerja (PRK).
b) Melaksanakan dan mengevaluasikan kegiatan pemeliharaan jaringan
distribusi sesuai SOP dan anggaran yang ditetapkan.
c) Merencanakan kebutuhan material operasi dan pemeliharaan untuk
meningkatkan keandalan dan keamanan jaringan distribusi termasuk PRK.
d) Melaksanakan koordinasi dengan rayon dan bagian terkait dalam
pelaksanaan pemeliharaan jaringan distribusi.
e) Menyiapkan peralatan kerja untuk operasi dan pemeliharaan jaringan
distribusi.
2.3.Sub Bagian Supervisor PDKB
Bertanggung jawab dalam mengelola pekerjaan PDKB untuk meningkatkan
keandalan, keamanan, mutu dan efisensi jaringan distribusi.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a) Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pekerjaan PDKB.
b) Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan PDKB sesuai dengan SOP.
c) Mengusulkan Surat Perintah Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan dan
d) Melaksanakan inventarisasi dan mengusulkan peremajaan peralatan
PDKB.
e) Memonitor masa berlaku dan mengusulkan sertifikat / brevet personil
PDKB.
f) Mengusulkan revisi SOP atau mengajukan SOP baru ke komisi PDKB
g) Melaporkan penyelesaian pekerjaan kepada kepala operasi
3. Asisten Manajer (Asman) Transaksi Energi Listrik
Bertanggung jawab dalam kegiatan transaksi energi pelanggan dan Area /
Rayon / Unit terkait, pengendalian susut dan pemeliharaan meter transaksi untuk
memenuhi standar operasional yang berlaku.Hasil / output laporan transaksi
energi listrik, susut dan pemeliharaan meter transaksi.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a) Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pelaksanaan Manajemen Billing.
b) Mengkoordinasikan dan mengevaluasi sistem AP2T (Aplikasi Pelayanan
Pelanggan Terpusat) terkait dengan proses billing.
c) Menyusun biaya operasi dan investasi serta data pendukung RKAP.
d) Memonitoring dan mengendalikan realisasi penggunaan anggaran
SKKI/SKKO.
e) Mengkoordinasikan kegiatan operasional dibagian transaksi energi.
f) Mengevaluasi dan mengendalikan susut, PJU, P2TL, AMR, Pemeliharaan
APP, pemeliharaan meter transaksi dan hasil ukur meter transaksi.
g) Menyusun rencana program pemeliharaan meter transaksi.
i) Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pemasangan dan pemeliharaan
AMR.
j) Merencanakan dan mengevaluasi pekerjaan pemeliharaan APP dan hasil
penerapan metrologi secara berkala.
k) Memonitoring dan mengevaluasi manajemen APP.
l) Mengkoordinasikan kegiatan wiring dan Setting APP.
m) Mengkoordinasikan dengan bagian dan instansi yang berwenamg untuk
kegiatan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL).
3.1.Sub. Bagian Supervisor Pemeliharaan Meter (Har Meter)
Bertanggung jawab atas kegiatan pemeliharaan meter transaksi untuk akurasi
pengukuran pemakaian energi listrik.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a) Memonitor Program Pemeliharaan Meter Transaksi yang disebabkan oleh
meter rusak, buram, macet dan tua.
b) Memonitor pelaksanaan dan pemeliharaan AMR.
c) Merencanakan kebutuhan Kwh meter untuk pemeliharaan.
d) Memonitor pelaksanaan hasil peneraan metrologi secara berkala.
e) Menyiapkan data pendukung RKAP untuk kebutuhan pemeliharaan meter
transaksi.
f) Memonitor pekerjaan pemeliharaan dan tera ulang APP serta meter
elektronik (ME) dan sistem AMR yang dikerjakan pihak ketiga.
g) Melaksanakan pengujian alat ukur, pembatas dan kelengkapannya untuk
h) Memastikan hasil sampling peneraan APP baru hasil metrology dan
rekondisi pihak ketiga.
i) Memonitor manajemen segel APP.
3.2.Sub Bagian Supervisor Pengendalian Susut (DalSut)
Bertanggung jawab atas kegiatan pengendalian susut jaringan, menertibkan
PJU / Reklame liar dan pelaksanaan P2TL.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a) Memonitor pelaksanaan penekanan susut dan berkoordinasi dengan bagian
/ Rayon terkait.
b) Memetakan dan melaporkan perkembangan susut Area dan Rayon secara
berkala.
c) Melakukan updating data PJU secara berkala.
d) Melakukan koordinasi dan pengawasan hasil P2TL yang telah dilakukan
dengan bagian atau Rayon terkait.
e) Melakukan evaluasi kinerja pihak ketiga berdasarkan SLA (Service Level
Agreement).
f) Membuat target operasi serta memonitor pelaksanaan P2TL secara rutin.
g) Memastikan kelengkapan P2TL sesuai aturan.
h) Melaksanakan komunikasi dengan bagian terkait dan instansi berwenang
untuk pelaksanaan P2TL.
i) Melakukan analisa dan evaluasi (ANEV) atas hasil pelaksanaan P2TL.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a) Memastikan antara data pelanggan dan APP terpasang.
b) Membuat laporan hasil berita acara pemeriksaan.
c) Berkoordinasi dengan bagian terkait tentang kelainan APP.
d) Memvalidasi data kelainan APP.
e) Memeriksa pemakaian energi listrik pelanggan prabayar secara berkala.
f) Memeriksa dan mengecek pemakaian energi listrik pelanggan prabayar
secara berkala
4. Asman pelayanan dan Administrasi
Bertanggung jawab atas kelancaran pengelolaan dan pengendalian kegiatan
bidang administrasi dan keuangan yang meliputi sumber daya manusia,
kesekretariatan, anggaran, keuangan dan akuntansi untuk mendukung laporan
keuangan yang akurat dan tepat waktu serta mencapai target kinerja sesuai tujuan
perusahaan.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a) Mengelola peningkatan Integritas Layanan Publik (ILP).
b) Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pengelolaan tenaga kerja.
c) Mengkoordiasikan pengelolaan kegiatan administrasi umum, SDM dan
Pelanggan.
d) Memonitor data pelanggan.
e) Memverifikasi dan validasi terhadap kelengkapan transaksi pembayaran.
g) Mengkoordinir dan mengelola Anggaran Investasi, Anggaran Operasi dan
Cash Budget.
h) Mengevaluasi kontrak perjanjian dengan pihak ketiga.
i) Menyusun kebutuhan rencana diklat dan evaluasi hasil diklat.
j) Melakukan monitoring operasional kendaraan dinas, fasilitas kantor dan
pemeliharaan gedung.
k) Mengkoordinasikan proses pelanggaran disiplin pegawai.
l) Mengevaluasi fasilitas / sarana kerja, permintaan perlengkapan K3/APK,
tunjangan kecelakaan kerja.
m) Memonitor realisasi anggaran.
n) Memproses permohonan SPPD / Perjalanan Dinas
4.1.Sub Bagian Supervisor Administrasi Umum
Bertanggung jawab atas proses administrasi SDM, kegiatan kesekretariatan,
proses akuntansi dan keuangan untuk menjamin terpenuhinya tertib administrasi
yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Rincian tugas sebagai berikut :
a) Melaksanakan pengelolaan tenaga kerja.
b) Melaksanakan pengelolaan K3.
c) Melaksanakan investigasi kejadian kecelakaan kerja, kebakaran,
kebanjiran, dan musibah lain yang terkait K3.
d) Melaksanakan pengelolaan sarana kerja dan administrasi perkantoran.
e) Melaksanakan pengelolaan fungsi keuangan dan akuntansi.
g) Menyiapkan data pendukung RKAP untuk bagian pelayanan dan
administrasi.
h) Melaksanakan rekonsiliasi data dengan fungsi terkait atas pendapatan,
bank, hutang-piutang, persekot dinas, dan PUMP-KPR/BPRP.
i) Menyiapkan rincian biaya di Rayon untuk rencana alokasi dan dana
operasional
4.2.Sub. Bagian Supervisor Pelayanan Pelanggan
Bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan fungsi Pelayanan Pelanggan,
administrasi pelanggan, dan pengelolaan pendapatan untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan dan pengamanan pendapatan.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a) Melaksanakan dan mensupervisi fungsi Pelayanan Pelanggan sesuai
proses bisnis.
b) Melaksanakan kunjungan pelanggan potensial (TM/TT).
c) Menyiapkan rencana Tingkat Mutu Pelayanan secara periodeik dan
menindaklanjuti pencapaian TMP.
d) Melaksanakan kegiatan Riset Pasar dan menyusun Data Potensi Pasar
(Captive Power).
e) Mengelola peta segmentasi pelanggan.
f) Melaksanakan supervise untuk penyempurnaan layanan PB/PD di Rayon.
g) Memastikan proses PB/PD dan SPJBTL pelanggan Potensial sesuai
kewenangannya.
i) Memonitor Mutasi Data Induk Langganan (DIL) dan memelihara arsip
Data Induk Langganan.
j) Memonitor laporan penagihan lain-lain (multi guna, P2TL, BP).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan
Tidak terlepas dari fungsinya, manajemen keuangan bisa diartikan sebagai
manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Fungsi sendiri bisa diartikan sebagai
kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab dalam
bidang tertentu. Oleh karena itu, dalam suatu perusahaan, manajer keuangan
adalah pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola keuangan organisasi atas
perusahaan.
B. Laporan keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan hasil usaha suatu
perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan
keuangan yang lazim dikenal adalah: Neraca atau Laporan Laba/Rugi, atau hasil
usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan.
Bagi para analisis, Laporan Keuangan merupakan media yang paling
penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada
tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung
ke suatu perusahaan. Dan seandainya dilakukan, ia pun tidak akan dapat
mengetahui banyak tentang situasi perusahan. Oleh karena itu yang paling penting
adalah media laporan keuangan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan
sarana informasi (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan.
perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) persahaan dalam periode
tertentu.
2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Jenis laporan keuangan utama dan pendukung dapat disebutkan sebagai
berikut:
a. Laporan Neraca (Posisi Keuangan)
Laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan
perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal
pada saat tertentu. Laporan ini bisa disusun setiap saat dan merupakan opname
situasi posisi keuangan pada saat itu. Isi Laporan Neraca dijelaskan sebagai
berikut :
1. Aset ( Harta, Aktiva)
Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi
perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva yang tak berwujud, dan
lain-lain. Aktiva ini lazimnya di Indonesia dan Amerika ditempatkan di sebelah
kiri. Sedangkan di beberapa negara Eropa lazimnya ditempatkan di sebelah kanan.
2. Liabilities (Kewajiban/Utang)
Kewajiban adalah kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang diakui
dan dinilai sesuai prinsip akuntansi. Kewajiban ini termasuk juga saldo kredit
yang ditunda yang bukan merupakan utang atau kewajiban.
3. Owner’s Equity (Modal Pemilik)
Equity adalah suatu hak yang tersisa alias aktiva suatu lembaga (entity)
4. Off Balance Sheet
Dalam peristilahan akuntansi dan juga di perbankan khususnya, dikenal apa
yang disebut off balance sheet. Pada hakikatnya transakasi off balance sheet ini
adalah transaksi yang terjadi dalam perusahaan tetapi karena menurut aturan baik
aturan prinsip akuntansi maupun aturan lainnya tidak dimasukkan dalam neraca
atau belum boleh dicatat dalam proses akuntansi. Transaksi ini biasanya
menyangkut transaksi cash atau transaksi instrument keuangan lainnya yang
belum direalisasi, misalnya plafon kredit (pembiayaan) yang belum digunakan.
5. Penyajian dan Bentuk Neraca
Neraca biasanya disajikan berdasarkan likuiditas pos atau perkiraannya.
Biasanya perkiraan yang paling lancar dan paling dekat dengan konversi ke kas
dicatat paling atas. Kewajiban yang paling cepat harus dicantumkan paling atas
dalam kelompoknya. Modal yang harus ditunaikan terlebih dahulu harus
ditempatkan di atas. Untuk industri-industri tertentu konsep likuiditas ini tidak
berlaku. Misalnya untuk perusahaan asuransi pos yang ditempatkan paling atas
adalah pos investasi.
b. Laporan Laba/Rugi
Laporan Laba/Rugi adalah sebagai kelebihan penghasilan atas biaya selama
periode akuntasi. Laba atau income adalah perubahan dalam modal dalam suatu
lembaga selama satu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian
atau peristiwa yang berasal dari buku pemilik.
c. Laporan Arus Kas
Yang sering menjadi masalah dalam laporan ini adalah mengenai pengertian
Dana dapat diartikan macam-macam yaitu :
1. Dana adalah Kas;
2. Dana adalah Aktiva Tetap (Quick Assets);
3. Dana adalah Moneter Aset;
4. Dana adalah Aktiva Lancar;
5. Dana adalah Modal Kerja;
6. Dana diartikan sebagai keseluruhan Aktiva.
Dalam FASB (Financial Accounting Standar Board) Statement no. 95
muncul lagi Cash Flow Statement atau Laporan Arus Kas yang harus sudah
diterapkan pada pelaporan tahun buku 1989. Dalam laporan ini, transaksi kas
dikelompokkan pada tiga bagian yaitu:
1. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan operasi;
2. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan pembiayaan;
3. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan investasi.
Laporan kas ini dapat disusun dengan dua cara yaitu :
1. Direct Methodi; dan
2. Indirect Method;
d. Laporan Perubahan Modal
Laporan ini menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau
modal dalam perusahaan perseorangan.
C. Rasio-Rasio Keuangan 1. Pengertian Rasio Keuangan
relevan dan signifikan (berarti). Misalnya antara Utang dan Modal, antara Kas dan
Total Aset, antara Harga Pokok Produksi dengan total Penjualan, dan sebagainya.
Teknik ini sangat lazim digunakan oara analisis keuangan. Rasio keuangan sangat
penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Rasio
keuangan itu bisa banyak sekali.
Rasio Keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan
penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan
dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh
informasi dan memberikan penilaian.
Perbedaan jenis perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio yang
penting. Misalnya, rasio ideal mengenai likuiditas bank tidak sama dengan rasio
ada perusahaan industri, perdagangan, atau jasa. Oleh karenanya, di dalam laporan
mengenai average industry ratio di Amerika perusahaan uang menerbitkannya
membagi-bagi menurut jenis perusahaan bahkan menurut sub-sub industri yang
lebih rinci.
2. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya.
Keunggulan tersebut adalah:
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan;
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;
d. Menstandarisir size perusahaan;
e. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodeik atau “time series”;
f. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa
yang akan dating.
3. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga memiliki
beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita
tidak salah dalam penggunaannya.
Adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah:
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
b. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
c. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi
oleh cara penafsiran yang berbeda.
d. Informasi rata-rata industry adalah data umum yang hanya merupakan
perkiraan.
4. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Pada umumnya rasio keuangan bermacam-macam tergantung kepada
kepentingan dan penggunaannya, begitu pula perbedaan jenis perusahaan juga
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung
melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan
utang lancar. Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai berikut:
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban
keuangannya yang segera harus dibayar dengan memakai hutang lancar. Rasio
lancar yang ideal adalah 100%.
Rasio Lancar = Aktiva Lancar
Utang lancar
x 100%
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Dengan rasio cepat berarti likuiditas perusahaan diukur dengan
menggunakan unsure-unsur aktiva lancar yang likuid, dengan cara tidak
mempertimbangkan yang kurang likuid seperti persediaan. Rasio cepat yang ideal
adalah 100%.
Rasio Cepat = Aktiva Lancar−Persediaan
Utang lancar
x 100%
3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total aktiva
Rasio Kas = Kas
Aktiva lancar
x 100%
b. Rasio Aktivitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektif tidaknya perusahaan dalam
menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan.
Rasio ini diukur dengan membandingkan penjualan dengan berbagai investasi
dalam aktiva.
1. Total Assets Turnover
Merupakan perbandingan antara pendapatan dengan jumlah aktiva.
Kemampuan dana yan tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu
periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan
revenue. Total Assets Turnover yang ideal yaitu 200%.
Total Assets Turnover = Pendapatan
Total Aktiva
2. Receivable Turnover
Merupakan perbandingan antara pendapatan dengan piutang rata-rata.
Kemampuan piutang berputar dalam sutau periode tertentu. Receivable Turnover
yang ideal yaitu 200%.
Receivable Turnover = Pendapatan
Piutang Rata−Rata
c. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga
Operating Ratio.
Pengembalian/Imbalan atas Investasi (Return on Invesment- ROI)
Yaitu Perbandingan antara Laba setelah biaya bunga dan Pajak (Laba
bersih/EAT) dengan Total Aktiva Perusahaan. Return on Invesment yang baik
adalah 200%.
ROI = Laba Bersih/EAT
Total Aktiva
x 100%
d. Rasio Leverage
Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap
modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai
oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh
modal (equity). Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang
lebih besar dari utang.
1. Rasio Hutang (Debt Ratio)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin hutangnya
dengan sejumlah aktiva yang dimiliki.
Debt Ratio = Total Utang
Total Aktiva
x 100%
2. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)
Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah utang jangka panjang
dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan, guna
Total Debt to Equity Ratio = Total Utang
Hutang jk.pjg+ekuitas
x 100
D. Penyajian Laporan Keuangan
Laporan keuangan disajikan dengan maksud untuk melihat kondisi
keuangan pada setiap periode tertentu.
Adapun kondisi kegiatan, perkembangan dan kemerosotan pada PT PLN
(PERSERO) Area Medan dilihat dari Laporan keuangan selama dua tahun
berturut-turut yang meliputi Laporan Neraca dan Laporan Penerima Dana dan
Laporan Pengeluaran Dana 2013 dan 2014.
Adapun Laporan Neraca dan Laporan Penerimaan dan laporan Pengeluaran
Dana pada Tahun 2013 dan 2014 dilihat pada Tabel 3.1, Tabel 3.2, Tabel 3,3, dan
Tabel 3.1
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN NERACA
PER 31 DESEMBER 2013 ( DALAM RUPIAH)
KETERANGAN 31 Desember 2013
Piutang Lain - lain ( Jk. Panjang) - Pihak Yang Berelasi
- Pihak Ketiga
Biaya Yang Ditangguhkan
Biaya Yang Dibayar Dimuka & Uang Muka ( Jk. Panjang) - Pihak Yang Berelasi
- Pihak Ketiga
Kas dan Setara Kas Investasi Sementara Piutang Usaha (Netto)
- Pihak yang Berelasi (Bruto) Penyisihan (Hubungan Berelasi) - Pihak Ketiga (Bruto)
Penyisihan (Pihak Ketiga) Persediaan (Netto)
- Persediaan (Bruto) Penyisihan Uang Muka Pajak
Piutang Lain-lain (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga
Biaya Yang Dibayar Dimuka & Uang Muka (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi
- Pihak Ketiga
Aset Tidak Lancar yang Tersedia untuk Dijual
732,077,066,291
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN NERACA
PER 31 DESEMBER 2013 ( DALAM RUPIAH)
KETERANGAN 31 Desember 2013
Ekuitas Lainnya (Akun Pendapatan Komprehensif Lain) Saldo Laba
Kepentingan Non-Pengendali
AKUN ANTAR SATUAN ADMINISTRASI LIABILITAS JANGKA
PANJANG
Pendapatan Ditangguhkan Liabilitas Pajak Tangguhan
Pinjaman Jangka Panjang : - Pihak Yang Berelasi
Penerusan Pinjaman Utang Lain-lain (Jk. Panjang)
- Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga
Liabilitas Manfaat Pekerja ( Jk. Panjang)
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang Usaha
- Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga Utang Dana Pensiun Utang Pajak
Utang Lain-lain (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga
Biaya Yang Masih Harus Dibayar Uang Jaminan Langganan Utang Biaya Proyek
Liabilitas Jangka Panjang Jatuh Tempo - Pihak Yang Berelasi
Penerusan Pinjaman
Liabilitas Manfaat Pekerjaan (Jk. Pendek)
Tabel 3.2
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN NERACA
PER 31 DESEMBER 2014 ( DALAM RUPIAH)
KETERANGAN 31 Desember 2014 ASET TIDAK LANCAR LAIN
Aset Tidak Beroperasi
Piutang Lain - lain ( Jk. Panjang) - Pihak Yang Berelasi
- Pihak Ketiga
Biaya Yang Ditangguhkan
Biaya Yang Dibayar Dimuka & Uang Muka ( Jk. Panjang) - Pihak Yang Berelasi
- Pihak Ketiga
DANA PELUNASAN OBLIGASI
ASET PAJAK TANGGUHAN
REKENING YANG DIBATASI PENGGUNAANYA ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas Investasi Sementara Piutang Usaha (Netto)
- Pihak yang Berelasi (Bruto) Penyisihan (Hubungan Berelasi) - Pihak Ketiga (Bruto)
Penyisihan (Pihak Ketiga) Persediaan (Netto)
- Persediaan (Bruto) Penyisihan Uang Muka Pajak
Piutang Lain-lain (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga
Biaya Yang Dibayar Dimuka & Uang Muka (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi
- Pihak Ketiga
Aset Tidak Lancar yang Tersedia untuk Dijual
790,460,177,454
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN NERACA
PER 31 DESEMBER 2014 ( DALAM RUPIAH)
KETERANGAN 31 Desember 2014
Ekuitas Lainnya (Akun Pendapatan Komprehensif Lain) Saldo Laba
Pinjaman Jangka Panjang : - Pihak Yang Berelasi
Penerusan Pinjaman Utang Lain-lain (Jk. Panjang)
- Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga
Liabilitas Manfaat Pekerja ( Jk. Panjang)
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang Usaha
- Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga Utang Dana Pensiun Utang Pajak
Utang Lain-lain (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga
Biaya Yang Masih Harus Dibayar Uang Jaminan Langganan Utang Biaya Proyek
Liabilitas Jangka Panjang Jatuh Tempo - Pihak Yang Berelasi
Tabel 3.3
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN LABA RUGI
PER 31 DESEMBER 2013 ( DALAM RUPIAH)
KETERANGAN 31 Desember 2013
PENDAPATAN USAHA
- Penjualan Tenaga Listrik - Penjualan Tenaga Listrik (Bruto) - Discount
- Subsidi Listrik Pemerintah - Penyambungan Pelanggan - Lain - lain
BEBAN USAHA
- Pembelian Tenaga Listrik - Sewa Genset
- Beban Penggunaan Transmisi - Bahan Bakar dan Minyak Pelumas
- H S D
- Campuran Bahan Bakar dll - Minyak Pelumas
- Pemeliaharaan
- Pemakaian Material - Jasa Borongan - Kepegawaian
- Penyusutan Aset Tetap - Administrasi
LABA RUGI USAHA
PENDAPATAN BEBAN LAIN - LAIN
- Pendapatan Bunga - Pendapatan Lain - lain - Beban Pinjaman - Beban Pensiun - Beban Lain - lain - Beban Selisih Kurs
LABA RUGI SEBELUM PPH BADAN BEBAN PAJAK
Beban Pajak Kini Beban Pajak Tangguhan
LABA RUGI DARI OPERASAI YANG DILANJUTKAN
LABA RUGI DARI OPERASAI YANG DIHENTIKAN
Kepentingan Non - Pengendali
Tabel 3.4
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN LABA RUGI
PER 31 DESEMBER 2014 ( DALAM RUPIAH)
KETERANGAN 31 Desember 2014
PENDAPATAN USAHA
- Penjualan Tenaga Listrik - Penjualan Tenaga Listrik (Bruto) - Discount
- Subsidi Listrik Pemerintah - Penyambungan Pelanggan - Lain - lain
BEBAN USAHA
- Pembelian Tenaga Listrik - Sewa Genset
- Beban Penggunaan Transmisi - Bahan Bakar dan Minyak Pelumas
- H S D
- Campuran Bahan Bakar dll - Minyak Pelumas
- Pemeliaharaan
- Pemakaian Material - Jasa Borongan - Kepegawaian
- Penyusutan Aset Tetap - Administrasi
LABA RUGI USAHA
PENDAPATAN BEBAN LAIN - LAIN
- Pendapatan Bunga - Pendapatan Lain - lain - Beban Pinjaman - Beban Pensiun - Beban Lain - lain - Beban Selisih Kurs
LABA RUGI SEBELUM PPH BADAN BEBAN PAJAK
Beban Pajak Kini Beban Pajak Tangguhan
LABA RUGI DARI OPERASAI YANG DILANJUTKAN LABA RUGI DARI OPERASAI YANG DIHENTIKAN LABA RUGI BERSIH
LABA YANG DIATRIBUSIKAN KEPADA:
Pemilik Entitas Induk
Kepentingan Non - Pengendali
E. Analisis Rasio Keuangan Perusahaan
Berdasarkan pengertian dan penggolongan rasio keuangan, maka dapat
dianalisis beberapa rasio keuangan tersebut untuk melihat tingkat perkembangan
seluruh aktivitas perusahaan.
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini dianalisis untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio Lancar = Aktiva Lancar
Utang lancar
x 100%
2013
=
389.627.692x 100%
207.812.600.
=
187,4%2014 = 424.372.841
192.263.750
x 100%
=
220,7%Berdasarkan perhitungan rasio lancar pada tahun 2013, perusahaan
mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 187,4 aktiva lancar.
Sedangkan, pada tahun 2014, perusahaan mampu menjamin setiap hutang
lancar dengan 220,7 aktiva lancar. Hal ini berarti, kemampuan perusaaan
dalam mengembalikan hutang lancar dengan jaminan aktiva lancar
meningkat pada tahun 2014.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio Cepat = Aktiva Lancar−Persediaan
2013 = 389.627.692−16.723.019
207.812.600
x 100%
=179,4%
2014 = 424.372.841−27.072.229
192.263.750
x 100%
=206,6%
Berdasarkan perhitungan rasio cepat pada tahun 2013, perusahaan mampu
menjamin setiap hutang lancar dengan 179,4 aktiva lancar. Sedangkan, pada
tahun 2014, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan
206,6 aktiva lancar. Hal ini berarti, kemampuan perusaaan dalam
mengangsur setiap rupiah hutang dengan jaminan aktiva lancar tanpa
persediaan meningkat pada tahun 2014.
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio Kas = Kas
Aktiva lancar
x 100%
2013 = 4.072.367
389.627.692
x 100%
=1,04%
2014 = 17.145.171
424.372.841
x 100%
=4,04%
Berdasarkan perhitungan rasio kas, pada tahun 2013 terjadi peningkatan
rasio sebesar 3%. Rasio Kas pada tahun yang dianalisis belum memenuhi
syarat untuk perusahaan jasa, karena rasio kas yang baik yaitu 100%,
Tabel 3.5
Rasio Likuiditas Akhir Tahun 2013 dan 2014
No Rasio-Rasio Likuiditas 2013 (%)
2014 (%)
Perbandingan (%) 1 Rasio Lancar (Current Ratio) 187,4% 220,7% 33,3% (+) 2 Rasio Cepat (Quick Ratio) 179,4% 206,6% 27,2% (+) 3 Rasio Kas (Cash Ratio) 1,04% 4,04% 3%(+)
Dari ketiga komponen rasio likuiditas tersebut, maka secara umum dapat
dikatakan bahwa kondisi perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, artinya
perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, juga
ada perbaikan rasio likuiditas pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun
2013.
2. Rasio Aktivitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektif tidaknya perusahaan dalam
menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan.
a. Total Assets Turnover
Total Assets Turnover = Pendapatan
Total Aktiva
2013 = 6.173.242.827
1.225.658.020
=5 kali
2014 = 4.475.706.434
1.138.374.862
Berdasarkan perhitungan total assets turnover, pada tahun 2013 perusahaan
mampu menghasilkan pendapatan sebesar 5 kali. Sedangkan pada tahun
2014 perusahaan mampu menghasilkan pendapatan sebesar 4 kali dari total
aktiva yang dimiliki perusahaan.
b. Receivable Turnover
Receivable Turnover = Pendapatan
Piutang Rata−Rata
2013 = 6.173.242.827
93.492.658.470
=0,06 kali
2014 = 4.475.706.434
99.622.671.908
=0,04 kali
Berdasarkan perhitungan receivable turnover, pada tahun 2013 perusahaan
mampu menghasilkan pendapatan sebesar 0,06 kali dari piutang rata-rata
dan pada tahun 2014 perusahaan mampu menghasilkan pendapatan sebesar
0,04 kali dari piutang rata-rata.
Tabel 3.6
Rasio Aktivitas Akhir Tahun 2013 dan 2014
No Rasio-Rasio Aktivitas 2013 2014 Perbandingan
1 otal Assets Turnover 5 Kali 4 Kali 1
Dari kedua komponen rasio aktivitas tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
kondisi perusahaan tersebut kurang efektif dalam menggunakan dan
mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Terlihat pada rasio
Receivable Turnover, terjadi penurunan rasio pada tahun 2014.
3. Rasio Profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen.
Pengembalian/Imbalan atas Investasi (Return on Invesment- ROI)
ROI = Laba Bersih/EAT
Total Aktiva
x 100%
2013 = 1.769.223.630
1.225.658.020
x 100%
= 144,3%
2014 = 3.309.822.373
1.138.374.862
x 100%
= 290,7%
Berdasarkan perhitungan return on investment, Pada Tahun 2013 sebesar
144,3%. Dalam hal ini setiap Rp 100,- investasi yang ditanamkan dalam
perusahaan menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp 144,3-. Dan pada
tahun 2014 return on investment sebesar -290,7% atau terjadi peningkatan
sebesar Rp 146,4- dari tahun 2013, penyebabnya adalah kenaikan laba
Tabel 3.7
Rasio Profitabilitas Akhir Tahun 2013 dan 2014
No Rasio-Rasio Profitabilitas 2013 2014 Perbandingan 1 Pengembalian/Imbalan atas
Investasi (Return on Invesment- ROI)
144,3% 290,7% 146,4% (+)
Dari komponen rasio profitabilitas tersebut maka dapat dikatakan bahwa
perusahaan cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga
rasio ini meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2013
dengan tahun 2014 terjadi peningkatan rasio sebesar 146,4%.
4. Rasio Leverage
Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula
digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya
apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas.
a. Rasio Hutang (Debt Ratio)
Debt Ratio = Total Utang
Total Aktiva
x 100%
2013 = 1.138.374.862
1.225.658.020
x 100%
=92,8%
=107,6%
Berdasarkan perhitungan rasio hutang, pada tahun 2013, 92,8% dari total
aktiva perusahaan dibiayai dengan modal pinjaman (hutang). Sedangkan
pada tahun 2014, 107,6% dari total aktiva perusahaan dibiayai dengan
modal pinjaman (hutang). Hal ini menunjukkan bahwa beban hutang
perusahaan sangat kecil jika dibandingkan dengan aktiva yang sama.
b. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)
Total Debt to Equity Ratio = Total Utang
Hutang jk.pjg+ekuitas
x 100%
2013 = 1.138.374.862
0+1.769.223.630
x 100%
= 64,3%
2014 = 1.225.658.020
0+3.309.822.373
x 100%
=37,0%
Berdasarkan perhitungan rasio hutang terhadap ekuitas, pada tahun 2013,
Rp0,643 utang jangka panjang dijamin dengan Rp1,- modal sendiri.
Sedangkan pada tahun 2014, Rp0,37utang jangka panjang dijamin dengan
Tabel 3.8
Rasio Leverage Akhir Tahun 2013 dan 2014
No Rasio-Rasio Leverage 2013 (%)
2014 (%)
Perbandingan (%) 1 Rasio Hutang (Debt Ratio) 92,8% 107,6% 14,8%(-) 2 Rasio Hutang Terhadap
Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)
64,3% 37,0% 27,3%(-)
Dilihat dari persentase rasio Debt Ratio dan Total Debt to Equity Ratio
bahwa komposisi hutang baik terhadap total aktiva maupun modal sendiri
(ekuitas) relatif aman dan menunjukkan angka yang semakin menurun pada tahun
BAB IV KESIMPULAN DAN
SARAN
Setelah dilakukan analisa dan evaluasi terhadap laporan keuangan PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN, maka penulis mencoba mengambil beberapa
kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan
bagi perusahaan demi penyempurnaan dan pencapaian dimasa yang akan datang.
A. Kesimpulan
1. Jika dilihat dari rasio likuiditas, maka secara umum dapat disimpulkan
bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan likuid, artinya perusahaan akan
mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, juga
terjadi peningkatan rasio pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun
2013.
2. Jika dilihat dari rasio aktivitas, maka dapat dikatakan bahwa kondisi
perusahaan tersebut efektif dalam menggunakan dan mengendalikan
sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Terlihat pada tahun 2014
terjadi peningkatan yang cukup drastis.
3. Jika dilihat dari rasio profitabilitas, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan
cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2013 dengan
tahun 2014 terjadi peningkatan rasio sebesar 146,4%.
4. Jika dilihat dari rasio leverage, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
52
komposisi hutang baik terhadap total aktiva maupun modal sendiri (ekuitas)
relatif aman. Hal ini dapat dilihat dari persentase rasio yang semakin
menurun pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun 2013.
B. Saran
1. Untuk meningkatkan Profitabilitas, Perusahaan perlu meningkatkan
pendapatan, mutu, dan pelayanan serta melakukan penekanan biaya secara
terus-menerus melalui perbaikan prosedur kerja sehingga biaya-biaya yang
tidak perlu terjadi dapat dihapus. Dengan catatan bahwa penekanan biaya-
biaya tersebut tidak mengganggu kelancaran jalannya operasi Perusahaan.
2. Mengadakan perbaikan pada sumber daya manusia seperti mengadakan
pelatihan terhadap karyawan/pekerja tentang pengetahuan dan cara-cara
pelayanan yang lebih baik untuk menunjang pencapaian tingkat pendapatan
yang lebih tinggi.
3. Kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajibannya baik
dalam jangka panjang maupun jangka pendek sangat bagus, hal ini dapat
dilihat pada rasio leverage. Perusahaan harus mampu menjaga keadaan
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan Syafri, 1999, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan Kedua, PT.Raja Grafindo, Jakarta.
Abdullah, M Faisal, 2005, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Cetakan Kelima, UMM Press, Malang.
Sawir, Agnes, 2000, Analisi Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT Gramedia Utama, Jakarta
Helfert, Erich A, 1996, Teknis Analisis Keuangan, Erlangga, Jakarta.
Atmaja, Lukas Setia, 2008, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama, Andi Offset & Co, Yogyakarta.