KARYA AKHIR
PENGUJIAN DAN ANALISA KETEL UAP
BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC BOILER)
DENGAN DAYA ELEMEN PEMANAS 750 WATT
DEVIN BARUS 035202050
KARYA AKHIR YANG DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH
IJAZAH SARJANA SAINS TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI
PROGRAM DIPLOMA-IV FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan karya akhir ini dengan judul ““PENGUJIAN DAN ANALISA KETEL
UAP BERTENAGA LISTRIK DENGAN DAYA ELEMEN PEMANAS 750
WATT.
Penyusunan laporan Karya Akhir ini dilakukan guna untuk menyelesaikan
Study di Prog. Studi Teknologi Mekanik Industri Universitas Sumatera Utara,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan.
Dalam kegiatan penulis untuk menyelesaikan Karya Akhir ini, penulis
telah banyak mendapat bantuan berupa bimbingan, arahan dan saran dari berbagai
pihak. Untuk itu maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tulus Burhanuddin S, ST. MT, sebagai Dosen Pembimbing penulis
2. Bapak Ir. Alfian Hamsi, Msc, selaku Ketua Program Studi Teknologi
Mekanik Industri Program Diploma-IV, FT-USU.
3. Bapak Terang UHSG, ST, MT selaku Koordinator Lab. DIPA USU, yang
sudah banyak memberikat kesempatan untuk memakai rungan dan fasilitas
Lab
4. Ayah dan Mama’ tercinta yang senantiasa memberikan dukungan
semangat dan materi serta mendoakan penulis.
6. Pegawai Departemen Teknik Mesin kak Is, kak Sonta, bang Syawal, bang
Izhar Fauzi, bang Yono, bang Rustam dan bang Marlon.
7. Rekan satu tim dalam penelitian Karya Akhir M. Kelana.
8. Rekan mahasiswa Koko wiradinata, SST yang sudah banyak membantu.
9. Rekan-rekan mahasiswa di Program Studi Teknologi Mekanik Industri,
Program Diploma-IV, FT. USU stambuk ‘ 03 yang telah memberi
dukungan dan motivasi dalam penyelesaian karya akhir ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna adanya,
karena masih banyak kekurangan baik dari segi ilmu maupun susunan bahasanya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi
menyempurnakan laporan ini.
Akhir kata bantuan dan budi baik yang telah penulis dapatkan,
menghaturkan terima kasih dan hanya Tuhan Yang Maha Esa yang dapat
memberikan limpahan berkat yang setimpal. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan bagi penulis sendiri tentunya.
Medan, Oktober 2007 Penulis
U
DEVIN BARUS
0B
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR GAMBAR... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR NOTASI... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan dan Mamfaat Pengujian ... 3
1.3. Sistematika Penulisan ... 3
1.4. Batasan Masalah ... 4
1.5 Metode Pengujian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketel Bertenaga Listrik (Electric Boiler)... 6
2.2. Klasifikasi Ketel... 7
2.3. Pembentukan Uap ... 13
2.3.1 Jenis-jenis Uap ... 14
2.4 Susunan umum dari Ketel-ketel Uap ... 16
2.5 Effisiensi Ketel... 17
BAB III PROSEDUR PENGUJIAN
3.1. Tempat dan waktu pengujian ... 19
3.2 Pengujian terhadap ketel bertenaga listrik (electric boiler) ... 19
3.2.1 Alat... 19
3.3 Prosedur pengujian... 21
BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil dan Analisa banyak uap per menitnya... 23
4.2 Hasil dan Analisa kebutuhan energi untuk penguapan ... 28
4.3 Hasil dan Analisa tekanan dan temperatur uap... 31
4.4 Hasil dan Analisa effisiensi ketel... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 37
5.2 Saran... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Ketel Bertenaga Listrik (Electric Boiling) ... 7
Gambar 2.2 Ketel lokomotif dan loko mobile ... 8
Gambar 2.3 Ketel B dan W ... 9
Gambar 2.4 Ketel Scotch. ... 10
Gambar 2.5 Ketel Benson ... 11
Gambar 2.6 Ketel uap bertenaga listrik... 12
Gambar 2.7 Air yang tidak bersirkulasi ... 13
Gambar 3.1 Alat penimbang ... 19
Gambar 3.2 Temperatur air dan Temperatur uap... 20
Gambar 3.3 Pengukur tekanan uap ... 20
Gambar 3.4 Ketel uji ... 21
Gambar 3.5 Diagram alir pengujian terhadap ketel bertenaga listrik (electric boiler) ... 22
Gambar 4.1 Grafik perbandingan temperatur pemanas dengan banyak uap . 26 Gambar 4.2 Grafik perbandingan Volume air dengan pembentukan uap/10ºC 27 Gambar 4.3 Grafik perbandingan temperatur pemanas dengan energi... 30
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Data tekanan uap, waktu dan massa uap pada percobaan sampai
temperatur pemanas sampai 100, 110, 120, 130, 140 dan 150 ºC. 23
Tabel 4.2 Data hasil perhitungan banyaknya uap air yang terbentuk. ... 24
Tabel 4.3 Data hasil perhitungan kebutuhan energi untuk penguapan ... 28
Tabel 4.4 Data tekanan uap dan temperatur uap dari percobaan ... 31
DAFTAR NOTASI
Lambang Keterangan Satuan
hsat Enthalpi uap saturasi kJ/kg
X Fraksi uap
ha Enthalpi air permulaan kJ/kg
L Panas laten kJ/kg
sup
h Enthalpi uap super heater kJ/kg
Cp Panas jenis uap rata-rata kJ/kg ºC
sup
t Temperatur uap superheater ºC
sat
t Temperatur uap saturasi ºC
sl Entropi selama penguapan kJ / kg ºC
k
Effesiensi ketel %
mu Massa uap kg
mf Massa bahan bakar kg
W Energi listrik J
V Beda potensial Volt
I Kuat arus Ampere
t Waktu sekon
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Uap (steam) dalam pembicaraan selanjutnya dimaksudkan uap air yaitu
uap yang timbul akibat perubahan fase air ( cair ) menjadi uap dengan cara
pendidihan ( boiling ). Untuk melakukan proses pendidihan diperlukan energi
panas yang diperoleh dari sumber panas , misalnya dari pembakaran bahan bakar
( padat, cair, dan gas ) tenaga listrik dan gas panas sebagai sisa proses kimia serta
tenaga nuklir.
Penguapan bisa saja terjadi disembarang tempat dan waktu pada tekanan
normal , bila diatas permukaan zat cair tekanan turun dibawah tekanan mutlak.
Uap yang dihasilkan dengan cara demikian tidak mempunyai energi potensial,
jadi tidak dapat digunakan sebagai sumber energi.
Sudah beribu-ribu tahuan manusia bersahabat dengan uap air, yaitu
semenjak manusia melakukan pekerjaan merebus ( boiling ), tetapi hanya baru
dua abad ini mereka baru menemui bagaimana untuk mempergunakan uap bagi
kepentingan mereka.
Para insinyur Yunani dan Romawi telah mempunyai pengetahuan menarik
tentang sifat-sifat uap dan air panas, tetapi tidak mencoba untuk memakai ilmunya
tersebut. Hero dari Iskandar dengan Whirling Aeolipyle mengembangkan prinsip
turbin reaksi dan mesin jet sekarang dalam bentuk sederhana, tetapi pada waktu
Tahun 1606 Giovanni Battista Della Porta merencanakan dua buah
laboratorium percobaan yang memperlihatkan tenaga uap dan sistem kondensasi.
Ketel sangat diperlukan di semua industri, baik industri kimia, tekstil
maupun industri mekanik lainnya, serta merupakan alat utama pada pembangkit
tenaga listrik (PLTU) juga merupakan kebutuhan di rumah-rumah sakit,
perhotelan, dan dikalangan transportasi laut (pada kapal laut).
Dengan melihat kenyataan yang ada, bahwa pemilihan teknologi tepat
guna, maka didalam penggunaan /pemakaian ketel, setiap pengoprasian dari alat
tersebut harus melaksanakan ketentuan-ketentuan yang berlaku pada
undang-undang dan peraturannya serta standar yang ada untuk keselamatan kerjanya.
Ditinjau dari aspek keselamatan kerja, jadi jenis ketel listrik yang
dioperasikan akan menimbulkan bahaya yang tidak diinginkan seperti : peledakan,
bahaya kebakaran, ataupun yang sifatnya merugikan, maka perlu diawasi secara
terus menerus, mengingat peralatan yang dioperasikan tersebut dalam keadaan
aman serta tenaga kerja yang bekerja disekitarnya berhak mendapat perlindungan
dan terjaminnya terhadap keselamatan, untuk itu perlu dilakukan pengawasan dan
evaluasi terhadap alat yang bekerja secara priodik untuk mencegah bahaya yang
lebih besar lagi.
Suatau hal yang wajar apabila ketel tersebut mengalami suatu perubahan
terhadap penilaian kekuatan konstruksi setelah dioperasikan selama 15 tahun, hal
itu diakibatkan olah cara kerja dari ketel, sistem penggunaan/pengoperasiannya,
baik terhadap air pengisi ketel yang dipakai ataupun faktor pada perencanaan yang
1.2 Tujuan dan ManfaatPengujian
Tujuan dari pengujian yaitu :
1. Mengetahui banyaknya air yang menguap perjamnya
2. Mengetahui jumlah energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air per kg air.
3. Untuk mengetahui tekanan dan temperatur dari uap yang dihasilkan ketel
bertenaga listrik..(Electric Boiler)
4. Mengetahui Keefesiensian ketel bertenaga listrik..(Electric Boiler).
Manfaat dari pengujian :
1. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari ketel bertenaga listrik
(Electric Boiler).
2. Sebagai tambahan referensi bagi dunia pendidikan perguruan tinggi dan badan–
badan / instansi terkait.
1.3 Sistematika Penulisan
Di dalam karya akhir ini akan di bahas mengenai pengujian terhadap
ketel bertenaga listrik (Electric Boiler). Adapun sistematis penulisan karya akhir
ini adalah sebagai berikut:
Bab 1. Pendahuluan. Pada bab ini akan dibahas mengenai Latar
Belakang, Tujuan dan Manfaat Pengujian, Sistematis Penulisan, Batasan Masalah
dan Metode Pengujian.
Bab II. Tinjauan Pustaka. Pada bab ini akan dibahas mengenai
pengertian tentang ketel bertenaga listrik (Electric Boiler), klasifikasi ketel, uap
dan pembentukan uap, jenis-jenis uap air, susunan umum dari ketel uap dan
Bab III. Prosedur Pengujian. Bab ini memberikan informasi mengenai
tempat dan waktu pelaksanaan pengujian, bahan dan peralatan yang dipakai serta
tahapan dan prosedur pengujian.
Bab IV. Hasil dan Analisa Pengujian. Bab ini membahas tentang hasil
data yang diperoleh dari setiap pengujian melalui pembahasan perhitungan dan
penganalisaan dengan memaparkan kedalam bentuk tabel dan grafik.
Bab V. Kesimpulan. Pada bab ini akan memaparkan kesimpulan dari
analisa beberapa pengujian..
Daftar Pustaka. Referensi yang mendukung karya akhir ini akan secara
lengkap disajikan untuk kemudahan dalam mencari data maupun bahan kajian
berikutnya.
Lampiran. Segala data hasil survey, data pendukung rancangan serta
beberapa lampiran yang digunakan dalam penulisan Karya Akhir ini dilampirkan
guna memudahkan dalam mencari maupun sebagai bahan kajian berikutnya.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penulisan karya akhir ini, pembahasan dibatasi sebagai berikut :
1. Analisa banyaknya uap yang terbentuk perjamnya
2. Analisan kebutuhan energi untuk menguapkan air.
1.5 Metode Pengujian
Metode yang dilakukan dalam pengujian yaitu yang pertama dengan menguji
banyaknya uap yang dihasilkan kemudian yang kedua menguji kebutuhan energi
untuk menguapkan air dan yang terakhir menguji berapa tekanan dan temperatur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ketel Bertenaga Listrik (Electric Boiler)
Ketel ini adalah merupakan salah satu jenis dari pada ketel yang ditinjau
dari sumber panas (Heat Source) untuk pembuatan uap dengan menggunakan
elemen pemanas.
Fungsi dari ketel pada umumnya untuk mengubah air menjadi uap, dimana
uap ini diperoleh dengan memberikan sejumlah kalor terhadap air yang diperoleh
dari elemen pemanas dengan perkataan lain merupakan pesawat konversi energi
yang mengkonversikan energi listrik dari elemen pemanas menjadi energi panas
(uap) yang selanjutnya dapat digunakan untuk kepentingan pada proses industri
(dapat digunakan sebagai pembangkit listrik melalui turbin dan dapat
dimamfaatkan untuk proses pengolahan pada suatu pabrik industri).
Ketel bertenaga listrik pada dasarnya terdiri dari suatu bejana bertekanan
dimana didalamnya terdapat rangkaian elemen-elemen pemanas yang dialiri oleh
arus listrik. Ketel bertenaga listrik ini merupakan pembangkit tenaga uap yang
Gambar 2.1 Ketel Bertenaga Listrik (Electric Boiling)
2.2 Klasifikasi Ketel
Ketel pada dasarnya terdiri dari drum yang tertutup pada ujung
pangkalnya dan dalam perkembanganya dilengkapi dengan pipa api maupun pipa
air. Banyak orang mengklasifikasikan ketel uap tergantung kepada sudut pandang
masing-masing.
Dalam hal ini ketel diklasifikasikan dalam kelas yaitu :
1. Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa, maka ketel diklasifikasikan
sebagai :
a. Ketel pipa api (Fire tube boiler), fluida yang mengalir dalam pipa
adalah gas nyala yang membawa energi panas yang segera
mentransfernya ke air ketel melalui bidang pemanas.
b. Ketel pipa air (Water tube boiler), fluida yang mengalir dalam pipa
2. Berdasarkan pemakaiannya, ketel dapat diklasifikasikan sebagai :
a. Ketel Stasioner (stasionary boiler) yaitu ketel-ketel yang didudukan
diatas pondasi yang tetap, seperti boiler untuk pembangkit tenaga,
industri dan lain-lain.
b. Ketel Mobil (Mobile boiler) yaitu ketel yang dipasang pada pondasi
yang berpindah-pindah seperti boiler lokomotif dan loko mobil.
Gambar 2.2 Ketel lokomotif dan loko mobile
3. Berdasarkan letak dapur (Furnace position), ketel uap diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Ketel dengan pembakaran dalam (internally fired steam boiler),
kebanyakan ketel pipa api memakai sistem ini.
b. Ketel dengan pembakaran luar (outternally fired steam boiler),
kebanyakan ketel pipa air memakai system ini.
4. Menurut jumlah lorong (boiler tube), ketel diklasifikasikan sebagai :
a. Ketel dengan lorong tunggal (single tube steam boiler). Pada ketel
ini hanya terdapat satu lorong saja, apakah itu lorong api atau
b. Ketel dengan lorong ganda (multi tube steam boiler). Misalnya ketel
B dan W.
Gambar 2.3 Ketel B dan W
5. Tergantung kepada poros tutup drum (shell), ketel diklasifikasikan sebagai :
a. Ketel tegak (vertikal steam boiler), seperti Ketel Cochran, Clarkson.
b. Ketel mendatar (harizontal steam boiler), seperti ketel Cornish,
Gambar 2.4 Ketel Scotch.
6. Menurut bentuk dan letak pipa, ketel uap diklasifikasikan sebagai :
a. Ketel dengan pipa lurus, bengkok dan berlekuk (straight, bent and
sinous tube heating surfance).
b. Ketel dengan pipa miring-datar dan miring –tegak (harizontal,
inclined or vertical tube heating surface).
7. Menurut sistem peredaran air ketel (water sirkulation), ketel uap
diklasifikasikan sebagai :
a. Ketel dengan peredaran alam (natural circulation steam boiler),
naik sedangkan air yang berat turun, sehingga terjadi konveksi
secara alami. Contoh ketel Lancarshire, ketel B &W
b. Ketel dengan peredaran paksa (forced circulation steam boiler),
aliran paksa diperoleh dari sejumlah pompa sentrifugal yang
digerakan dengan elektrik motor. Contoh La-mont boiler, Benson
boiler, Loeffer boiler dan Vencal boiler.
Gambar 2.5 Ketel Benson
8. Tergantung kepada sumber panasnya (heat source) untuk pembuatan uap,
ketel uap dapat diklasifikasikan sebagai :
a. Ketel dengan bahan bakar alami
Contoh dari bahan bakar alami adalah bahan bakar kayu (wood), sekam
padi (rice husk), serutan kayu (sawdust), batubara coklat (lignite),
batubara bituminous (seperti aspal), batubara jenis antrasit (antrasite
b. Ketel dengan bahan bakar buatan.
Contoh dari bahan bakar buatan adalah bahan bakar arang kayu (wood
charcoal), kokas (coke), briket (briquette), ampas (misal serabut kelapa
sawit atau ampas tebu)
c. Ketel dengan dapur listrik
Ketel dengan dapur listrik yaitu ketel dengan menggunakan energi listrik
dimana terdapat elemen pemanas sebagai pemanas air ketel.
d. Ketel dengan energi panas.
Energi panas yang diperoleh dapat berupa energi panas matahari ataupun energi
panas bumi.
2 3 Pembentukan Uap
Supaya konstruksi dari ketel uap dapat dipahami betul-bentul, haruslah
diketahui sifat-sifat dari uap dan pristiwa pembentukan pada uap, dalam
bentuknya yang sederhana , dapat dimisalkan ketel uap sebagai tong logam yang
sebahagian berisi dengan air. Air merupakan fluida yang sukar untuk merambat
panas, sehingga dengan demikian perpindahan panas didalam air yang ada didalan
ketel uap hampir berlangsung secara konveksi. Bila didalam sebuah tempat
terdapat air dingin didalamnya, yang kemudian dipanasi bada bagian bawahnya
maka air akan menjadi panas. Air menjadi panas karena berat jenisnya menjadi
berkurang, maka akan naik keatas. Pada bagian bawah akan digantikan oleh air
dingin dibagian atas, yang berat jenisnya lebih besar dibandingkan dengan air
panas tersebut. Air yang tidak turut beredar dalam ketel uap dinamai air yang
tidak bersirkulasi, jadi temperatur air ini tidak secepat air yang beredar naiknya.
Ini dapat membahayakan bagi ketel karena air didalam ketel tidak akan merata
panasnya. Pemuaian ketel tidak sama dan karena ini mungkin terjadi
tekanan-tekanan yang besar dalam pelat-pelat ketel ataupun pada
sambungan-sambungannya.
Gambar 2.7 memperlihatkan bagai mana pengaruh letak pemanas pada
peredaran air. Ketika seluruh temperatur air 100 ºC, gelembung-gelembung uap
yang dibentuk dalam seluruh zat cair, sampai pada permukaan dan lepas dari zat
cair, karena tong ini terbuka, uap yang terbentuk lepas keluar melalui bahagian
yang terbuka. Dikatakan sekarang air mendidih. Jadi mendidih adalah suatu
peristiwa dimana pembentukan uap terjadi didalam seluruh massa zat-cair.
Titik didih dari suatu zat cair tergantung kepada tekanan yang dilakukan
pada permukaan zat cair. Pada tong yang terbuka, tekanan udara luar yang
dilakukan pada permukaan air, besarnya 1 atmosfer (1,0332 kg / cm2) pada tekanan ini air mendidih pada 100 ºC, kalau tekanan lebih besar dari 1 atm
umpamanya 5 kg / cm2, air akan mendidih pada temperatur 151,1 ºC. Bila tekanan rendah dari 1 atm , umpamanya 0,12575 kg / cm2 air mendidih pada temperatur 50ºC.
2.3.1 Jenis-jenis Uap
Uap yang terbentuk ada tiga jenis yaitu :
a. Uap basah
b. Uap kering
c. Uap adi panas
Uap basah dan kering
Uap basah adalah uap yang mengandung air. Bila 1 kg uap basah terdiri
dari : - mu kg/kg uap kering
- mw kg/kg air, maka dinyatakan bahwa kadar uap tersebut :
ms X
XL h
hsat w ...(kJ/kg)
Dimana: hsat = enthalpi uap saturasi (kJ/kg)
ha = enthalpi air permulaan (kJ/kg)
L = panas laten (kJ/kg)
Untuk uap saturasi kering , maka
L h
hsat a ...(kJ/kg)
Entalpi uap adi panas
...(kJ/kg)
= temperatur uap superheater (ºC)
sup
t
sat
t = temperatur uap saturasi (ºC)
Kenaikan entropi selama penguapan
Bila air menguap dengan sempurna, maka dia menyerap seluruh panas
laten L pada temperature T (K) yang konstan. Maka kenaikan entropi selama
peristiwa penguapan :
T L
sl ...(kJ / kg ºC)
sl = entropi selama penguapan (kJ / kg ºC)
bila uap basah dengan kadar X maka :
T XL
sl ...(kJ / kg ºC)
Sbasah = s +
Kenaikan entropi uap kering :
Skering = s +
2 4 Susunan umum dari Ketel-ketel Uap
Ketel uap adalah pesawat untuk mengubah air yang mengisi sebahagian
dari ketel, menjadi uap dengan jalan pemanasan. Kekuatan ketel uap bergantung
kepada material dari ketel. ketel yang kuat terhadap tekanan dari dalam adalah
ketel bulat cembung, karena ketel ini tidak dapat diubah oleh tekanan dari dalam.
Akan tetapi konstruksinya amat sulit dikerjakan. Jadi ketel bulat cembung tidak
dipakai untuk ketel-ketel uap, walaupun bagian-bagian ketel setengah bulat
cembung ada juga dipakai sesekali.
Dinding-dinding yang datar tidak begitu kuat menahan tekanan yang
besar, karena itu jarang digunakan.
Bahan untuk ketel haruslah mempunyai kualitas yang bagus, karena
bekerja dalam temperatur yang sangat tinggi, ketel ini harus dapat menahan
tenaga-tenaga yang besar. Berhubung dengan ini dipakai orang sebagai bahan
untuk ketel uap adalah baja Siemens-martin yang liat, amat kuat dan mudah
dikerjakan. Tiap-tiap ketel uap pada waktu membuatnya haruslah berada dibawah
pengawasan pegawai-pegawai dari jawatan uap. Para pegawai akan memberikan
tembaga yakni kalau tekanan uap yang sebenarnya dalam ketel sebesar 20 kg /
cm2 atau temperatur tinggi 210 ºC, maka bahan tersebut akan kehilangan kekuatannya. Disamping syarat-syarat hukum, haruslah ketel dibuat sedemikian
rupa, sehingga sebanyak mungkin dari panas api dipindahkan kepada air-ketel.
Jadi dapat menghemat pemakaian bahan bakar.
Permukaan yang dipanaskan adalah jumlah luas seluruhnya dari
bagian-bagian yang dipanaskan oleh nyala api dan gas-gas asap dan pada sisi baliknya
bersinggungan dengan air-ketel. Pada permukaan yang dipanaskan yang besar,
gas-gas pembakaran yang panas lebih banyak mendapat kesempatan menyerap
panas kedinding-dinding ketel yang meneruskan panas kepada air.
Kehematan dari sebuah ketel uap, berhubung dengan pemakaian bahan
pembakaran, biasanya dinyatakan dengan kelipatan penguapan. Dengan kelipatan
penguapan dari sebuah ketel uap dimaksud jumlah banyak kg uap dari tekanan
yang dimestikan, yang dapat terbentuk dari persediaan, dengan 1 kg bahan bakar.
2.5 Effisiensi Ketel
Effisiensi ketel adalah perbandingan antara konsumsi panas dengan suplai
panas. Jadi effesiensi dapat dihitung dengan :
LHV
tetapi dalam ketel listrik effesiensi ketelnya menjadi :
2.6 Hubungan energi dengan daya listrik
Disini terjadi perubahan energi yaitu energi listrik menjadi energi kalor,
maka besarnya energi listrik dapat dicari dengan rumus :
...(2.3)
VIt
W
Dimana : W = energi listrik (J)
V = Beda potensial (Volt)
I = Kuat arus (Ampere)
t = Waktu (sekon)
Sedangkan untuk daya listrik dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
...(2.4)
VI
P
Dimana : P = daya listrik (watt)
Dari persamaan 2.13dan 2.4 maka hubungan energi dengan daya listrik adalah :
BAB III
PROSEDUR PENGUJIAN
3.1 Tempat dan waktu pengujian
Pengujian eksperimental ini dilaksanakan di Laboratorium Prestasi Mesin
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dengan
jangka waktu kurang lebih 1 (satu) bulan.
3.2 Pengujian terhadap ketel bertenaga listrik (electric boiler)
Dari pengujian ini nantinya dapat diketahui banyaknya uap yang dapat
terbentuk, tekanan dan temperatur dari uap yang dihasilkan, serta banyaknya
energi listrik yang dibutuhkan untuk menguapkan air.
3.2.1 Alat
1. Alat penimbang
Alat Penimbang dengan kapasitas kurang lebih 10 kg dan ketelitian 1 gr.
Alat ini digunakan untuk menimbang massa air.
2. Termometer
Termometer digunakan untuk mengukur temperatur air dan temperatur uap
air, dengan ketelitian 25 ºC untuk termometer air dan 10 ºC untuk
termometer uap air.
Gambar 3.2 Temperatur air dan Temperatur uap
3. Alat pengukur tekanan
Alat pengukur tekanan digunakan untuk mengukur tekanan uap yang
dihasilkan dengan satuan kg/cm2.
Gambar 3.3 Pengukur tekanan uap
4. Stopwatch
Stopwatch diggunakan untuk mencatat waktu yang dibutuhkan sampai air
mendidih atau sampai pada temperature yang diinginkan
5. Ketel uji
Ketel uji yang digunakan adalah ketel bertenaga listrik (electric boiler)
Gambar 3.4 Ketel uji
3.3 Prosedur pengujian
Dalam pengujian akan diuji dengan volume air 3, 3,5, 4, 4,5 dan 4,7 liter
Adapun prosedur pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengisi ketel dengan air 3 liter air, tetapi sebelumnya dicatat temperatur dan
laju aliran air masuk ketel
2. Mengaliri elemen pemanas dengan arus listrik.
3. Mencatat lamanya elemen pemanas memanaskan air sampai temperatur 100,
110, 120 , 130, 140 dan 150ºC
4. Mencatat juga tekanan dan temperatur uap yang dihasilkan.
5. Mencatat sisa air pengisi ketel.
a
Mulai
Catat massa air (ma) gram
Catat temperatur air masuk ketel (Ta) ºC
Mengaliri elemen pemanas dengan arus listrik dan catat waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan air sampai temperatur 100,110, 120, 130, 140 dan 150 ºC.
Ketika air mencapai temperatur tersebut catat tekanan (P) dan Tempetaur uap (Tu)
Melakukan percobaan 3,5, 4, 4,5 dan 4,7 liter air Catat sisa air pengisi ketel
a
Panas jenis Cp air = 4,186 J/g ºC
Kalor laten L = 2260 J/g
Volume air 1 Liter
Temperatur udara 30 º C
Berhenti
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
4.1 Hasil dan Analisa banyak uap per menitnya
Data hasil percobaan untuk 3, 3,5, 4, 4,5 dan 4,7 liter air untuk temperatur
pemanasan sampai dengan 100, 110, 120, 130, 140 dan 150 ºC dapat dilihat pada
tabel 4.1
Tabel 4.1 Data tekanan uap, waktu dan massa uap pada percobaan sampai
temperatur pemanas sampai 100, 110, 120, 130, 140 dan 150 ºC.
Volume air Temp. Air Temp. Air Tekanan Uap Waktu Massa Uap
Jadi untuk mengihitung banyaknya uap yang terbentuk per menitnya, untuk 3 liter
air sampai temperatur pemanasan 100 ºC adalah :
75
Dengan cara yang sama seperti diatas maka banyaknya uap yang terbentuk untuk
3,5, 4,5 dan 4,7 liter dengan temperatur pemanasan air sampai 110, 120, 130, 140
dan 150ºC dapat dihitung dan dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data hasil perhitungan banyaknya uap air yang terbentuk.
100 0,50 65,17 225.00 3,45
Pada temperatur pemanasan air sampai 100 ºC, banyak uap yang terbentuk
pada volume 3 liter adalah yang paling banyak yaitu 4,75 gram / menit. Dan
banyaknya uap yang paling sedikit adalah pada volume 4,7 liter yaitu 3,20
gram / menit.
Pada temperatur pemanasan air sampai 110 ºC, banyak uap yang terbentuk
pada volume 3 liter adalah yang paling banyak yaitu 5,20 gram / menit. Dan
banyaknya uap yang paling sedikit adalah pada volume 4,7 liter yaitu 3,86
gram / menit.
Pada temperatur pemanasan air sampai 120 ºC, banyak uap yang terbentuk
pada volume 3 liter adalah yang paling banyak yaitu 5,50 gram / menit. Dan
banyaknya uap yang paling sedikit adalah pada volume 4,7 liter yaitu 4,47
gram / menit.
banyaknya uap yang paling sedikit adalah pada volume 3,5 liter yaitu 4,75
gram / menit.
Pada temperatur pemanasan air sampai 140 ºC, banyak uap yang terbentuk
pada volume 4 liter adalah yang paling banyak yaitu 6,59 gram / menit. Dan
banyaknya uap yang paling sedikit adalah pada volume 3,5 liter yaitu 4,89
gram / menit.
Pada temperatur pemanasan air sampai 150 ºC, banyak uap yang terbentuk
pada volume 4 liter adalah yang paling banyak yaitu 7,14 gram / menit. Dan
banyaknya uap yang paling sedikit adalah pada volume 3,5 liter yaitu 5,01
gram / menit.
Persentase pembentukan banyaknya uap yang terbanyak ketika temperatur air
sampai 150 ºC pada volume air 4 liter yaitu 7,14 gram / menit dan yang terkecil
ketika temperatur air 100 ºC pada volume air 4,7 liter yaitu 3,20 gram / menit.
Besar kecilnya pembentukan banyaknya uap dipengaruhi oleh temperatur dan
waktu. Semakin tinggi temperatur, maka semakin besar pula pembentukan uap
yang dihasilkan.
Gambar 4.2 Grafik perbandingan Volume air dengan pembentukan uap/10ºC
Untuk keseluruhan pengujian maka pembentukan uap untuk tiap kenaikan 10
ºC yang dimulai dari temperatur 100 sampai 150 ºC pada volume 4 liter air adalah
yang paling tinggi yaitu 0,74 gram / menit untuk tiap kenaikan 10 ºC. Sedangkan
pada volume 3,5 liter adalah yang paling rendah yaitu 0,16 gram / menit untuk
tiap kenaikan 10 ºC. Tetapi jika dilihat untuk volume air 3 liter maka
pembentukan uapnya lebih tinggi yaitu 0,30 gram / menit untuk tiap kenaikan 10
ºC bila dibandingkan dengan volume air 3,5, maka disini terjadi kenaikan dan
penurunan pembentukan uap untuk tiap volume air pengujian, hal ini dipengaruhi
4.2 Hasil dan Analisa kebutuhan energi untuk penguapan
Elemen pemanas yang digunakan adalah dibuat dari tembaga berdiameter
1 cm dengan panjang 75 cm dibentuk melingkar dengan diameter 15 cm dan daya
750 Watt.
Dari tabel 4.1 maka dapat dihitung kebutuhan energi untuk 3, 3,5, 4, 4,5 dan 4,7
liter air dengan temperatur pemanasan 100, 110, 120, 130, 140 dan 150 ºC.
Untuk 3 liter air dengan temperatur pemanasan 100 ºC
1895250
Dengan cara yang sama seperti diatas maka kebutuhan energi untuk menguapkan
air untuk 3,5, 4, 4,5 dan 4,7 liter dengan temperatur pemanasan air sampai dengan
100, 110, 120, 130, 140 dan 150 ºC dapat dihitung dan dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Data hasil perhitungan kebutuhan energi untuk penguapan.
1 30 100 76,69 750 3451125
Pada temperatur pemanasan air sampai 100 ºC, energi yang terbentuk pada
volume 3 liter adalah yang paling sedikit yaitu 1895250 Joule. Dan energi
yang paling besar adalah pada volume 4,7 liter yaitu 36585725 Joule.
Pada temperatur pemanasan air sampai 110 ºC, energi yang terbentuk pada
volume 3 liter adalah yang paling sedikit yaitu 2163375 Joule. Dan energi
yang paling besar adalah pada volume 4,7 liter yaitu 3844706,25Joule.
Pada temperatur pemanasan air sampai 120 ºC, energi yang terbentuk pada
volume 3 liter adalah yang paling sedikit yaitu 2431500 Joule. Dan energi
yang paling besar adalah pada volume 4,7 liter yaitu 4030837,5Joule.
Pada temperatur pemanasan air sampai 130 ºC, energi yang terbentuk pada
volume 3 liter adalah yang paling sedikit yaitu 2699625 Joule. Dan energi
yang paling besar adalah pada volume 4,7 liter yaitu 4216968,75Joule.
Pada temperatur pemanasan air sampai 140 ºC, energi yang terbentuk pada
volume 3 liter adalah yang paling sedikit yaitu 2967750 Joule. Dan energi
100
1500 2500 3500 4500
Energi (kJ)
Pada temperatur pemanasan air sampai 150 ºC, energi yang terbentuk pada
volume 3 liter adalah yang paling sedikit yaitu 3235875 Joule. Dan energi
yang paling besar adalah pada volume 4,5 liter yaitu 4648312,5 Joule.
Gambar 4.3 Grafik perbandingan temperatur pemanas dengan energi
Energi yang terbanyak ketika temperatur air sampai 150 ºC pada volume air
4,5 liter 4648312,5 Joule dan yang terkecil ketika temperatur air 100 ºC pada
volume air 3 liter yaitu 18925250 Joule.
Besar kecilnya energi tergantung pada lamanya pemanasan air dan volume air
Semakin lama pemanasan air maka temperatur air akan semakin naik, maka
semakin besar pula energi yang dibutuhkan.
Jika dilihat pada grafik 4.3 mulai dari temperatur 140 ºC untuk volume air 4,5
liter membutuhkan energi yang lebih besar bila dibandingkan dengan 4,7 liter
tetapi bedanya hanya 1,28 % karena pada temperatur 140 ºC uap yang terbentuk
untuk volume air 4,5 liter lebih sedikit sehingga massa airnya lebih
banyak.sehingga membutuhkan energi yang lebih besar untuk menaikkan
4. 3 Hasil dan Analisa tekanan dan temperatur uap
Tekanan dan temperatur uap pada 3, 3,5, 4, 4,5 dan 4,7 liter air untuk
temperatur pemanasan 100, 110, 120, 130, 140 dan 150 ºC diperoleh dari hasil
percobaan dan dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Data tekanan uap dan temperatur uap dari percobaan
Volume air
Pada temperatur pemanasan air sampai 100 ºC, tekanan uap yang terbentuk
Pada temperatur pemanasan air sampai 110 ºC, tekanan uap yang terbentuk
pada volume 3 liter adalah yang paling sedikit yaitu 0,665 kgf/cm2. Dan tekanan uap yang paling besar adalah pada volume 4,7 liter yaitu 0,90
kgf/cm2.
Pada temperatur pemanasan air sampai 120 ºC, tekanan uap yang terbentuk
pada volume 3, 3,5, 4 dan 4,5 liter adalah yang paling sedikit yaitu 1 kgf/cm2. Dan tekanan uap yang paling besar adalah pada volume 4,7 liter yaitu 1,18
kgf/cm2.
Pada temperatur pemanasan air sampai 130 ºC, tekanan uap yang terbentuk
pada volume 4,5 liter adalah yang paling sedikit yaitu 1,21 kgf/cm2. Dan tekanan uap yang paling besar adalah pada volume 4,7 liter yaitu 1,45
kgf/cm2.
Pada temperatur pemanasan air sampai 140 ºC, tekanan uap yang terbentuk
pada volume 4,5 liter adalah yang paling sedikit yaitu 1,42 kgf/cm2. Dan tekanan uap yang paling besar adalah pada volume 4,7 liter yaitu 1,73
kgf/cm2.
Pada temperatur pemanasan air sampai 150 ºC, tekanan uap yang terbentuk
pada volume 4,5 liter adalah yang paling sedikit yaitu 1,62 kgf/cm2. Dan tekanan uap yang paling besar adalah pada volume 3 dan 4,7 liter yaitu 2,01
100
Gambar 4.4 Grafik perbandingan temperatur pemanas dengan Tekanan uap
Tekanan terbesar terjadi pada temperatur pemanasan 150 ºC yaitu pada
volume air 3 dan 4,7 liter sedangkan tekanan terendah terjadi pada temperatur 100
ºC pada volume air 3 liter, jadi tekanan uap dipengaruhi oleh temperatur. Semakin
tinggi temperatur maka semakin tinggi tekanan yang dihasilkan.
Tetapi pada temperatur 120 ºC mempunyai tekanan yang sama untuk volume
air 3, 3,5, 4, dan 4,5 liter yaitu 1 kgf/cm2 bedanya hanya 1,5 % bila dibandingkan dengan volume air 4,7 liter pada temperatur yang sama karena ruang sisa untuk
uap yang dihasilkan lebih sedikit sehingga bila temperatur semakin naik maka
4.4 Hasil dan Analisa effisiensi ketel
Dari tabel 4.1 dapat dihitung effisiensi ketel untuk 3 liter dengan
temperatur pemanasan air sampai 100 ºC
23
Dengan cara yang sama seperti diatas maka effisiensi ketel untuk 3,5, 4, 4,5 dan
4,7 liter dengan temperatur pemanasan 100, 110, 120, 130, 140 dan 150ºC dapat
dihitung dan dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Data hasil perhitungan effisiensi ketel
Pada temperatur pemanasan air sampai 100 ºC, effisiensi terbentuk pada volum
3 liter adalah yang paling besar yaitu 70,23 %. Dan effisiensi paling kecil
adalah pada volum 4,7 liter yaitu 53,70 %.
Pada temperatur pemanasan air sampai 110 ºC, effisiensi terbentuk pada volum
3 liter adalah yang paling besar yaitu 72,56 %. Dan effisiensi paling kecil
adalah pada volum 4,7 liter yaitu 60,34 %.
Pada temperatur pemanasan air sampai 120 ºC, effisiensi terbentuk pada volum
3 liter adalah yang paling besar yaitu 74,37 %. Dan effisiensi paling kecil
adalah pada volume 4 liter yaitu 64,30 %.
Pada temperatur pemanasan air sampai 130 ºC, effisiensi terbentuk pada volum
3 liter adalah yang paling besar yaitu 75,82 %. Dan effisiensi paling kecil
adalah pada volume 4,5liter yaitu 70,93 %.
Pada temperatur pemanasan air sampai 140 ºC, effisiensi terbentuk pada volum
4 liter adalah yang paling besar yaitu 79,96 %. Dan effisiensi paling kecil
adalah pada volume 3,5 liter yaitu 71,32 %.
Pada temperatur pemanasan air sampai 150 ºC, effisiensi terbentuk pada
volume 4 liter adalah yang paling besar yaitu 83,94 %. Dan effisiensi paling
100
Gambar 4.5 Grafik temperatur pemanasan dengan effisiensi ketel
Effisiensi ketel yang tertinggi ketika temperatur air sampai 150 ºC pada
volume air 4 liter yaitu 83,94 % dan yang terkecil ketika temperatur air 100 ºC
pada volume air 4,7 liter yaitu 53,70 %
Besar kecilnya effisiensi ketel dipengaruhi oleh temperatur dan waktu.
Semakin tinggi temperatur, maka semakin besar pula effisiensi ketel yang
dihasilkan.
Grafik effisiensi ketel hampir sama dengan grafik banyaknya uap karena yang
mempengaruhi kenaikan effisiensi adalah sama dengan yang mempengaruhi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pembentukan banyaknya uap dipengaruhi oleh temperatur dan waktu.
Semakin tinggi temperatur, maka semakin besar pula pembentukan uap yang
dihasilkan.
2. Pembentukan uap rata-rata adalah 0,46 gram/menit untuk keseluruhan
pengujian untuk tiap kenaikan 10 ºC yang dimulai dari temperatur 100 sampai
150 ºC.
3. Kebutuhan energi bergantung kepada lamanya pemanasan air dan volume air
Semakin lama pemanasan air maka temperatur air akan semakin naik, maka
semakin besar pula energi yang dibutuhkan.
4. Kebutuhan energi rata-rata untuk keseluruhan pengujian adalah 3470,89 kJ
5. Pada temperatur 140 ºC terjadi penyimpangan untuk kebutuhan energi pada
volume air 4,7 liter sekitar 1,28 % terhadap volume air 4,5 liter pada
temperatur yang sama dikarenakan pada temperatur 140 ºC uap yang
terbentuk untuk volume air 4,5 liter lebih sedikit sehingga massa airnya lebih
banyak.sehingga membutuhkan energi yang lebih besar untuk menaikan
temperatur.
6. Tekanan uap dipengaruhi oleh temperatur. Semakin tinggi temperatur maka
semakin tinggi tekanan yang dihasilkan. Tetapi pada temperatur 120 ºC
mempunyai tekanan yang sama untuk volume air 3, 3,5, 4, dan 4,5 liter yaitu 1
7. Effisiensi ketel dipengaruhi oleh temperatur dan waktu. Semakin tinggi
temperatur, maka semakin besar pula effisiensi ketel yang dihasilkan.
8. Effisiensi rata-rata keseluruhan adalah 70,26 %
9. Total biaya dengan menggunakan elemen pemanas 750 Watt untuk waktu
pemanasan air 103,30 menit (Waktu maksimal untuk 4,5 liter pemanasan
sampai temperatur 150º) adalah Rp. 697,275 (harga per kWh = Rp 540).
5.2 Saran
1. Untuk mendukung kelancaran dan akurasi hasil pengujian sebaiknya dilakukan
pemeriksaan dan kalibrasi terhadap instrumentasi dan alat ukur setiap kali
pengujian akan dilakukan.
2. Sebaiknya daya elemen pemanas dapat diperkecil agar dapat digunakan pada
DAFTAR PUSTAKA
1. Bailis Rob, Damon Ogle and Dean Still. The Water Boiling Test, Version 1.5.
Household Energy and Health Programme, Shell Foundation.
2. Chatae, Ketel Uap dan Kelengkapanya, Pradnya Paramitha, Jakarta, 1975.
3. Daryanto, Teknik Pesawat Tenaga, Bumi Aksara, Jakarta, 1987.
4. Djokosetyardjo, Pembahasan Lebih Lanjut Tetang Ketel Uap, Pradnya
Paramitha, Jakarta, 1990.
5. Holman, J.P. Perpindahan Kalor. Edisi ke-6. Erlangga. Jakarta. 1988
6. Muin, Syamsiar A. Pesawat-pesawat Konversi Energi (Ketel uap). Rajawali
LAMPIRAN A
Daftar A-1 Faktor Konversi
Panjang : Energi :
Konversi ke Satuan SI
LAMPIRAN B
Daftar B-1 Data tekanan uap, waktu dan massa uap pada percobaan sampai temperatur pemanas sampai 100, 110, 120, 130, 140 dan 150 ºC.