UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI
MEDAN
SKRIPSI
PENGALOKASIAN DANA ALOKASI UMUM (DAU)
DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM
BELANJA PADA PEMERINTAHAN
KABUPATEN TAPANULI TENGAH
Oleh :
Nama
: Mery Yosepha Manik
Nim
:
040522117
Departemen:
Akuntansi
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI
MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
NAMA : MERY YOSEPHA MANIK
NIM : 040522117
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : PENGALOKASIAN DANA ALOKASI UMUM (DAU)
DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM
BELANJA PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN
TAPANULI TENGAH
Medan, Desember 2007
Menyetujui
Pembimbing,
Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI
MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : MERY YOSEPHA MANIK
NIM : 040522117
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : PENGALOKASIAN DANA ALOKASI UMUM (DAU)
DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM
BELANJA PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN
TAPANULI TENGAH
TANGGAL :
KETUA DEPARTEMEN
Drs. H. Arifin Akhmad, MSi, Ak
NIP. 130 809 712
Tanggal :
DEKAN
Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI
MEDAN
TELAH DIUJI PADA
TANGGAL 6 DESEMBER 2007
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
KETUA : Drs. H. Arifin Akhmad, MSi, Ak
PEMBIMBING : Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak
ANGGOTA : 1. Drs. Rasdianto, MSi, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah
dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan
skripsi Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas,
benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan Universitas.
Medan, 6 Desember 2007
Yang Membuat Pernyataan
Mery Yosepha Manik
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
karunia dan anugerah-Nya yang memberikan pengetahuan, kekuatan, kesehatan,
dan kesempatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penulisan skripsi
ini dengan judul “Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dalam Belanja pada Pemerintahan Kabupaten Tapanuli
Tengah”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara..
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, yang
disebabkan adanya keterbatasan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan
penulis baik materi, tehnik penyusunan maupun hasil analisisnya. Oleh karenanya
dengan hati terbuka penulis menerima setiap saran dan kritik dari pembaca untuk
penyempurnaan pada masa yang akan datang.
Adapun skripsi ini dapat diselesaikan hanya dengan bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala dukungan,
tenaga, pemikiran, materi, semangat dan juga doa dari semua pihak yang
membantu selama penulis menjalani masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini
kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Fahmi Natigor
Nasution, SE, MAcc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pemikirannya dalam mengarahkan dan membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Rasdianto, MSi, Ak dan Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, MSi, Ak
selaku Dosen Pembanding/Penguji I & II, dan seluruh staf pengajar dan
pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik
dan membimbing serta membantu penulis selama masa perkuliahan.
5. Bapak Bupati Tapanuli Tengah Drs. Tuani Lumban Tobing, Bapak Sekretaris
Daerah Baharuddin Manik, Bapak Riki Purba, Bapak Erwin Samosir, serta
seluruh Kepala Dinas dan pegawai Pemkab Tapanuli Tengah yang telah
meluangkan waktunya dalam memberikan keterangan dan data yang
diperlukan selama penulis riset guna penyusunan skripsi ini.
6. Untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda H. Manik dan R. Samosir beserta
saudara-saudaraku Abang Suraja, Abang Edison, Putra, dan Tetty, yang selalu
memberikan semangat, dorongan, dan doa kepada penulis sampai sekarang.
7. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan motivasi, semangat dan keceriaan
bagi penulis selama ini yakni Jekson, Mei, Anita, Sandy, Berna, Nain, Junita,
Akhirnya dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi para mahasiswa
program studi Akuntansi.
Medan, 6 Desember 2007
Penulis
Mery Yosepha Manik
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam belanja pemerintahan kabupaten Tapanuli Tengah. Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa dana alokasi umum dengan jumlah yang sangat besar merupakan sumber dana utama bagi daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari. Sedangkan pendapatan asli daerah sebagai pencerminan kemampuan daerah juga berperan walaupun tidak secara keseluruhan.
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Jenis data yang dipakai adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data ini diperoleh dengan cara dokumentasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Dengan responden bagian keuangan pada pemerintahan kabupaten dan bagian lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
Penulis juga telah melakukan analisis efektivitas pengalokasian DAU dan PAD dalam belanja Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah, dapat diambil beberapa kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu: (a) Dalam sistem keuangan daerah yang diterapkan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah masih menggunakan metode single entry, (b) Adanya peningkatan penerimaan PAD dan DAU, (c) Telah efektifnya pengalokasian DAU dan PAD dalam belanja Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah.
ABSTRACT
This research aims to know the allocation of Block Grant and Original Earnings of Region on central Tapanuli regency expenses. The data analyzed in this research are processed from Revenue Estimate and Region Expenses. The result of the analysis shows that DAU in a grent number is the main expenses source for the region to pay its daily main operation. Original Earnings of Region as the reflection of region capacity also has a role eventhough not in the whole.
Descriptive research design was done in doing the research in this thesis. The kinds of data used are qualitative and quantitative data that consist of primary and secondary data. The data was obtained by doing documentation and interviewing. It was done by researcher with the respondent of financial department on regency governance and another department related to this research.
The writer had also done the analysis of the effectivity of Block Grant and Original Earnings of Region allocation on the expenses of Central Tapanuli regency. From the research, some conclusions are drawn as follow : a) in region financial system applied, Central Tapanuli regency still use single entry method. b). these is an increasing of Original Earnings of Region and Block Grant acceptance. c). the allocation of Block Grant and Original Earnings of Region on Central Tapanuli regency has been effective.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
D. Kerangka Konseptual ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dana Alokasi Umum... 5
1. Pengertian Dana Alokasi Umum... 5
2. Sejarah Dana Alokasi Umum... 6
3. Tujuan dan Fungsi Dana Alokasi Umum... 10
4. Kriteria Desain Transfer Dana Alokasi Umum dan Formula Perhitungannya ... 11
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 23
2. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 24
C. Belanja Daerah ... 27
1. Pengertian dan Jenis Belanja Daerah ... 27
2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah dalam Belanja Pemerintah Kabupaten ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian ... 34
B. Jenis Penelitian... 34
C. Jenis Data ... 34
D. Tehnik Pengumpulan Data... 35
E. Metode Analisis Data... 35
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 36
1. Sejarah Singkat dan Aktivitas Kabupaten Tapanuli Tengah ... 36
2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah ... 42
4. APBD Kabupaten Tapanuli Tengah ... 45
5. Kebijakan Tentang Pengalokasian Dana Alokasi
Umum dalam Belanja pada Pemerintahan
Kabupaten Tapanuli Tengah... 50
6. Kebijakan Tentang Pengalokasian Pendapatan
Asli Daerah dalam Belanja pada Pemerintahan
Kabupaten Tapanuli Tengah... 52
7. Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam
Belanja Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah ... 54
B. Analisis Hasil Penelitian ... 59
1. APBD Kabupaten Tapanuli Tengah ... 59
2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam
Belanja Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 62
B. Saran... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 65
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Daftar Tarif Pajak Daerah………... 25
Tabel 4.1 Luas Wilayah, jumlah desa, jumlah penduduk
dan kepadatan penduduk menurut kecamatan
Tahun 2005………... 38
Tabel 4.2 Ringkasan APBD Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2004-2006……… 45
Tabel 4.3 Perbandingan Realisasi dan Anggaran Tahun
2004-2006……… 49
Tabel 4.4 Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dalam
Belanja………. 51
Tabel 4.5 Peranan DAU dan PAD Dalam Pendapatan
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah……… 52
Tabel 4.6 Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam
Belanja………. 53
Tabel 4.7 Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dalam
Masing-Masing Bidang Organisasi………. 55
Tabel 4.8 Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1 Struktur Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah
Lampiran 2 Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Tapanuli Tengah
Lampiran 3 Struktur Organisasi Bagian Keuangan Setdakab Tapanuli Tengah
Lampiran 4 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Tapanuli Tengah
Lampiran 5 Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tapanuli
Tengah Tahun Anggaran 2004
Lampiran 6 Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tapanuli
Tengah Tahun Anggaran 2005
Lampiran 7 Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tapanuli
Tengah Tahun Anggaran 2006
Lampiran 8 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tapanuli Tengah Tahun Anggaran 2004
Lampiran 9 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tapanuli Tengah Tahun Anggaran 2005
Lampiran 10 Laporan Realisasi PAD dan Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak,
Lain-lain Penerimaan yang Sah Tahun 2004
Lampiran 11 Laporan Realisasi PAD dan Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak,
Lain-lain Penerimaan yang Sah Tahun 2005
Lampiran 12 Laporan Realisasi PAD dan Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, pemerintahan daerah yang mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan,
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayananan, pemberdayaan, dan peran serta
masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan
suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan
dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan
pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman
daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan
kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian
hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan
sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Penerapan prinsip good
governance pada masa reformasi menuntut adanya perubahan paradigma
berpikir dan bertindak bagi semua elemen birokrasi pemerintah baik tingkat
pusat maupun daerah. Perubahan paradigma berpikir tersebut diarahkan
transparan, akuntabel, dan efektif yang mendukung peningkatan peran serta
masyarakat dan supremasi hukum, di bidang keuangan negara dan
meningkatkan kinerja pemerintah.
Kep. Mendagri No. 29/2002 mengisyaratkan bahwa untuk tujuan
efektivitas atas pengelolan dana yang dikelolanya, pemerintah daerah
diwajibkan menyiapkan laporan keuangan daerah sebagai bagian dari
laporan pertanggungjawaban kepala daerah. Oleh karena itu pemerintah
Kabupaten Tapanuli Tengah yang merupakan salah satu Pemerintah
Kabupaten yang ada di Sumatera Utara diharuskan menyusun laporan
pertanggungjawaban keuangan daerah yang meliputi neraca daerah, laporan
perhitungan APBD, nota perhitungan APBD dan laporan aliran kas. Dari
laporan APBD dapat dianalisis sumber dan penggunaan dana oleh
pemerintah daerah selama satu tahun fiskal, sumber dana tersebut tercantum
dalam APBD yang mencakup transfer dana perimbangan dari pemerintah
pusat.
Dalam Undang-Undang No. 33/2004 ditegaskan bahwa untuk
pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan
mentransfer dana perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Khusus, Dana
Alokasi Umum dan bagian daerah dari bagi hasil pajak dan bukan pajak.
Dimana disamping Dana Perimbangan tersebut pemerintah daerah memiliki
sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah, pinjaman daerah,
maupun penerimaan daerah lain yang sah. Tujuan dari pemerintah pusat
menjamin tercapainya standar pelayanan publik di seluruh negeri, tetapi
pada prakteknya transfer dari pemerintah pusat merupakan sumber dana
utama pemerintah daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari
yang dilaporkan di perhitungan APBD. Dana alokasi umum memegang
peranan yang sangat dominan dibanding sumber dana yang lain seperti dana
lokasi khusus, maupun dana kontijensi (penyeimbang). Dengan harapan
Dana Alokasi Umum dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk
meningkatkan pelayanan pada masyarakat sebagai tujuan dari desentralisasi
yaitu untuk mempercepat pembangunan dan pemerataan hasil pembangunan,
disamping tetap memaksimalkan potensi daerah untuk membiayai
kebutuhan daerah.
Keadaan ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang
dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengalokasian Dana
Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Dalam Belanja Pada
Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas penulis mencoba merumuskan masalah
yang menjadi dasar dalam menyusun skripsi yaitu “Bagaimana
pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Dalam
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Pengalokasian
Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Dalam Belanja Pada
Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Pada penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat
antara lain:
1. Sebagai pengalaman dan bahan masukan bagi penulis dalam pemahaman
bidang akuntansi sektor publik pada umumnya dan akuntansi keuangan
daerah pada khususnya.
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan pemerintah Kabupaten untuk
melihat efektivitas dan kinerja keuangan Pemerintah Daerah dalam
mengelola sumber dana untuk digunakan membiayai aktivitas Pemkab
Tapteng dalam penyusunan APBD.
3. Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti sejenis
untuk menyempurnakan penelitian sejenis berikutnya.
D. Kerangka Konseptual
BELANJA DAERAH PENGALOKASIAN
• DANA ALOKASI
UMUM (DAU)
• PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD): 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Bagian Laba Usaha
Daerah (BUMD) 4. Lain-lain Pendapatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dana Alokasi Umum
1. Pengertian Dana Alokasi Umum
Menurut Brojonegoro dan C. Risyana dalam Sidik, dkk
(2002:155), “Dana Alokasi Umum adalah transfer bersifat umum yang
jumlahnya sangat signifikan dimana penggunaannya menjadi kewenangan
daerah”.
Menurut Bastian (2003 : 84), “Dana Alokasi Umum adalah dana
perimbangan dalam rangka untuk pemerataan kemampuan keuangan
antar-daerah”.
Sedangkan menurut Halim (2002 : 160), ”Dana Alokasi Umum
adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi”.
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa Dana Alokasi Umum
memiliki jumlah yang sangat signifikan sehingga semua pemerintah
daerah menjadikannya sebagai sumber penerimaan terpenting dalam
anggaran penerimaannya dalam APBN. Oleh karena itu, Dana Alokasi
untuk mendapatkan sebahagian kontrol yang lebih besar terhadap
keuangan negara.
Tujuan Dana Alokasi Umum adalah untuk mengatasi ketimpangan
fiskal keuangan antara pemerintah pusat dan ketimpangan horizontal antar
pemerintah daerah karena ketidakmerataan sumber daya yang ada pada
mesing-masing daerah.
Penggunaan Dana Alokasi Umum ditetapkan oleh daerah dimana
pada bagian ini dianggarkan jumlah DAU sesuai dengan alokasi yang
ditetapkan oleh pemerintah. Dalam perhitungannya DAU menggunakan
formula yang menggunakan beberapa aspek seperti luas daerah, jumlah
penduduk, kepadatan penduduk, indeks harga bangunan, dan jarak tingkat
kemiskinan.
2. Sejarah Dana Alokasi Umum
a. Transfer dan Dana Alokasi Umum di Berbagai Negara
Berkembang
Model transfer pada satu negara tidak ada yang dapat digunakan
secara mutlak di negara lainnya, hal ini disebabkan karena memang
kebutuhan dan kondisi politik serta ekonomi yang terdapat pada
masing-masing negara sangat mempengaruhi desain atau sistem
1. Cina
Negara Cina mengenal sistem desentralisasi keuangan baru
setengah dekade terakhir, sebagai akibat perubahan sistem
perencanaan yang terpusat ke perekonomian yang berbasis pasar. Cina
merupakan Block Grant hanya pada provinsi sebesar 25% dari PPN,
Pajak Bisnis, PPh BUMN, dan PPh Perorangan.
2. Filipina
Filipina berbentuk kesatuan dengan struktur pemerintahannya
berlapis (multi tiered). Sejak tahun 1991 Filipina mengeluarkan
undang-undang Local Government Code 1991. Didalam Code
tersebut diatur bahwa Dana Alokasi Umum dialokasikan sebesar 23 %
untuk provinsi, 23% untuk kota, dan 54% lagi untuk yang lainnya.
Dana ini dialokasikan dari penerimaan dalam negeri sebesar 40%.
Dana ini ditetapkan 20% untuk proyek-proyek pembangunan.
3. Afrika Selatan
Sistem pemerintahan di Afrika Selatan terdiri dari tiga lapis:
Pusat, Provinsi, dan Daerah (lokal) dengan masing-masing memiliki
kapasitas pendapatan yang berbeda. Negara ini mengenal sistem
transfer sudah sejak lama, namun yang dianggap sukses mulai
dikenalkan pada tahun 1997 untuk provinsi dan tahun 1998 untuk
alokasi untuk pemerintah daerah. Dana Block grant diambil dari
anggaran nasional yang akan didistribusikan atas beberapa komponen,
yaitu: 41% untuk pendidikan, 19% untuk kesehatan, 17% untuk
jaminan kesejahteraan sosial, 8% aktivitas ekonomi, 7% berdasar
jumlah penduduk, 3% komponen keterbelakangan, 5% bagi rata yang
merupakan komponen institusional.
Sistem transfer di Indonesia yang ada saat ini merupakan hasil
evolusi sepanjang kurun waktu 50 tahun sejak tahun 1945. Sistem ini
mempunyai arti yang sangat penting bagi pemerintah daerah. Karena
sekitar dua per tiga pengeluarannya dibiayai melalui transfer yang
diberikan oleh pemerintah pusat.
Secara umum, terdapat tiga jenis transfer di Indonesia, yaitu
subsidi yang bertujuan mencukupi kebutuhan rutin terutama gaji,
bantuan yang bertujuan untuk memberikan bantuan pembangunan baik
yang bersifat umum maupun khusus, dan Daftar Isian Proyek (DIP).
Subsidi dan bantuan dikategorikan sebagai bantuan antar tingkat
pemerintahan (intergovernmental grants) sebab menjadi bagian dari
anggaran pemerintah daerah. Sedang Daftar Isian Proyek
diklarifikasikan sebagai dana yang mengalir ke daerah, namun tidak
termasuk ke dalam anggaran pemerintah daerah. Sebelum
terbentuknya UU Nomor 32 Tahun 1956 tentang perimbangan antara
pemerintah pusat dan daerah, sistem subsidi yang dipakai adalah
tunjangan sebesar selisih antara besarnya rencana pengeluaran dan
penerimaan yang diajukan oleh daerah ke pusat. Namun dalam
prakteknya pemberian tunjangan sangat bergantung pada kebijakan
sepihak dari pemerintah pusat. Hal ini cukup menyulitkan karena
daerah tidak dapat mengetahui atau mempunyai kepastian mengenai
besarnya subsidi yang akan diberikan kepada daerah. Sejak tahun
1956, pola hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah
mengalami perubahan dengan keluarnya UU Nomor 32 Tahun 1956.
Secara konseptual pola hubungan keuangan antara pemerintah pusat
dan daerah diterjemahkan ke dalam 3 hal utama, yaitu:
a. Penyerahan sumber pendapatan Negara kepada daerah
b. Pemberian bagian tertentu dari penerimaan berbagai pajak Negara
kepada daerah
c. Memberi ganjaran, subsidi, dan sumbangan kepada daerah
Pemerintah pusat memberikan subsidi kepada daerah dengan
kriteria alokasi dana yang didasarkan pada variabel-variabel yang
justru tidak memiliki kaitan dengan tujuan utama bantuan tersebut.
Sebagai akibatnya, bantuan pusat ini memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kesenjangan pendapatan antar daerah. Sebahagian besar
bantuan tersebut merupakan bantuan khusus, maka melalui konsep
desentralisasi fiskal dalam UU No. 33/2004 lebih menekankan peranan
dari bantuan yang bersifat umum (general purpose grant) yang dikenal
3. Tujuan dan Fungsi Dana Alokasi Umum
Ada beberapa alasan perlunya dilakukan pemberian Dana Alokasi
Umum dari pemerintah pusat ke daerah, yaitu:
a. Untuk mengatasi permasalahan ketimpangan fiskal vertical. Hal ini
disebabkan sebahagian besar sumber-sumber penerimaan utama di
negara yang bersangkutan. Jadi pemerintah daerah hanya menguasai
sebahagian kecil sumber-sumber penerimaan negara atau hanya
berwenang untuk memungut pajak yang bersifat lokal dan mobilitas
yang rendah dengan karakteristik besaran penerimaan relatif kurang
signifikan.
b. Untuk menanggulangi persoalan ketimpangan fiskal horizontal. Hal
ini disebabkan karena kemampuan daerah untuk menghimpun
pendapatan sangat bervariasi, tergantung kepada kondisi daerah dan
sangat bergantung pada sumber daya alam yang dimiliki daerah
tersebut.
c. Untuk menjaga standar pelayanan minimum di setiap daerah tersebut.
d. Untuk stabilitas ekonomi. Dana Alokasi Umum dapat dikurangi di
saat perekonomian daerah sedang maju pesat, dan dapat ditingkatkan
ketika perekonomian sedang lesu.
Sedang tujuan umum dari Dana Alokasi Umum adalah untuk:
b. Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal horizontal
c. Menginternalisasikan/memperhitungkan sebahagian atau seluruh
limpahan manfaat/biaya kepada daerah yang menerima limpahan
manfaat tersebut.
d. Sebagai bahan edukasi bagi pemerintah daerah agar secara intensif
menggali sumber-sumber penerimaannya, sehingga hasil yang
diperoleh menyamai bahkan melebihi kapasitasnya.
4. Kriteria Desain Transfer Dana Alokasi Umum dan Formula
Perhitungannya
a. Kriteria Desain Dana Alokasi Umum
Dalam desain Dana Alokasi Umum ada tiga faktor yang perlu
diperhatikan, yaitu: sumber dana untuk alokasi DAU (ditributable
pool), formula distribusi, dan kondisionalitas (conditionality).
1. Sumber Dana
Satu ciri dari sistem transfer keuangan pusat ke daerah adalah
stabilitas, disamping fleksibilitas. Hal ini tampak bertentangan tapi
bukan tidak mungkin untuk dicapai, dan berkaitan dengan sumber
dana. Secara mendasar berdasarkan praktek di banyak negara, ada tiga
cara untuk menentukan berapa jumlah dana yang akan dialokasikan
untuk transfer pusat dan daerah:
a. Proporsi tertentu dari penerimaan pemerintah, atau persentase
b. Secara ad hoc yaitu transfer keuangan yang didesain oleh
pemerintah pusat yang didasarkan pada antara lain alokasi prioritas
nasional atau alokasi tambahan yang ditujukan untuk tujuan
tertentu untuk satu tahun anggaran tertentu.
c. Berdasarkan formula yakni distribusi penerimaan ke daerah yang
didasarkan kepada suatu formula tertentu atau mempertimbangkan
faktor-faktor tertentu; by grant to reimburse cost: artinya transfer
keuangan kepada daerah untuk membiayai satu jenis pengeluaran
tertentu.
Misalkan sebagai proporsi dari pengeluaran spesifik atau
dikaitkan dengan berbagai karakteristik umum daerah penerima
transfer.
Dana Alokasi Umum dalam hal ini menggunakan cara yang
pertama dan merupakan cara yang baik untuk menciptakan stabilitas
bagi pemerintah daerah sekaligus fleksibilitas bagi pemerintah pusat.
2. Formula Distribusi
Faktor formula distribusi sangat penting dalam menghasilkan
efek yang diharapkan bagi daerah sehingga formula yang tepat harus
diusahakan. Maka transfer yang dapat dinegoisasikan sangat
dihindarkan, apalagi sampai daerah bisa mempengaruhi faktor atau
3. Kondisionalitas
Dana Alokasi Umum adalah unconditional block grant,
sehingga persyaratan serupa tidak ada. Seperti sudah diuraikan, tujuan
utama Dana Alokasi Umum adalah untuk menjamin semua daerah
memilki sumber dana dalam menyediakan pelayanan minimum dengan
standar tertentu. Namun untuk penggunaan transfer bersyarat masih
sangat kurang di Indonesia. Transfer ini sangat efektif digunakan
sebagai sarana mencapai sasaran di berbagai sektor tertentu, misalnya :
kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur dasar. Transfer ini cukup baik
dalam rangka menciptakan pemerataan standar di pelosok-pelosok
Indonesia.
Menurut Kadjatmiko dalam Sidik, dkk (2004 : 133) untuk
desain transfer pusat ke daerah ada beberapa kriteria umum yang harus
dipenuhi, antara lain :
a). Otonomi
Merupakan prinsip yang mendasari desentralisasi fiskal, apakah
suatu negara itu berbentuk federal maupun kesatuan. Dengan
otonomi berarti pemerintah daerah memiliki independensi dan
fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas belanja.
b). Penerimaan yang memadai (revenue adequaty)
Pemerintah daerah semestinya memiliki pendapatan (termasuk
transfer) yang cukup untuk menjalankan segala kewajiban atau
c). Keadilan (equity)
Besarnya dana transfer dari pusat ke daerah seharusnya
berhubungan positif dengan kebutuhan fiskal daerah, dan
sebaliknya berkebalikan dengan besarnya kapasitas fiskal daerah
yang bersangkutan.
d). Transparan dan Stabil
Formula transfer harus diumumkan sehingga dapat diakses
masyarakat, dan yang lebih penting lagi adalah bahwa setiap
daerah dapat memperkirakan berapa penerimaan totalnya termasuk
transfer sehingga memudahkan penyusunan anggaran.
e). Sederhana (simplicity)
Alokasi dana kepada pemerintah daerah didasarkan pada
faktor-faktor obyektif dimana unit-unit individual tidak memiliki kontrol
atau tidak dapat mempengaruhinya. Disamping itu juga formula
harus relatif mudah untuk dipahami.
f). Insentif
Desain transfer harus sedemikian rupa sehingga memberikan
semacam insentif bagi daerah dengan manajemen fiskal yang baik,
dan sebaliknya menangkal praktik-praktik yang tidak efisien.
b. Formula Perhitungan Dana Alokasi Umum
Dalam penyusunannya, rumus Dana Alokasi Umum mengacu
beberapa aspek, seperti aspek legalitas hukum, aspek akademis, dan
aspek implementasi di lapangan. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Norma hukum dalam UU nomor 33 tahun 2004
Undang-undang nomor 33 yang telah disetujui DPR menjadi
dasar implementasi dana perimbangan. Oleh karena itu, dalam
pembuatan rumus DAU harus memenuhi kaidah-kaidah dasar yang
telah dicantumkan dalam UU No. 33 tahun 2004. Salah satu kaidah
yang terpenting adalah bahwa Dana Alokasi Umum dialokasikan
kepada daerah dengan menggunakan bobot daerah. Sementara itu
bobot daerah itu sendiri harus dirumuskan dengan menggunakan suatu
formula yang didasarkan atas pertimbangan kebutuhan dan potensi
penerimaan daerah.
2. Hubungan antara kebutuhan dan potensi daerah harus jelas
Hubungan potensi dan kebutuhan daerah harus jelas. Daerah
yang relatif lebih maju dan mampu berdiri sendiri bila dibandingkan
dengan daerah lain, maka daerah bersangkutan akan memerlukan
bantuan dari pusat yang relatif lebih kecil. Daerah yang lebih maju
pada umumnya akan memiliki Pendapatan Asli Daerah dan atau bagi
hasil pajak dan bukan pajak (sumber daya alam) yang relatif lebih
besar. Oleh karena itu, dalam perumusannya formula Dana Alokasi
Umum disepakati bahwa daerah yang akan memperoleh DAU adalah
daerah yang memerlukan pembiayaan kebutuhan daerah, tetapi tidak
Artinya Dana Alokasi Umum diberikan untuk membiayai selisih antara
kebutuhan daerah dengan potensinya.
3. Rumus untuk menentukan alokasi DAU harus mudah dipahami dan
logis
Rumus Dana Alokasi Umum didasarkan atas formula yang
sederhana, mudah dipahami, dan juga mudah dihitung oleh daerah bila
data tersedia. Selain itu rumus tersebut harus logis; artinya memenuhi
kaidah-kaidah prinsip teori maupun UU No. 33 Tahun 2004, serta
tidak mempertentangkan prinsip yang satu dengan yang lain
(konsisten).
4. Rumus didasarkan atas variabel-variabel yang datanya tersedia
akurat
Formula alokasi DAU harus memiliki variabel-variabel yang
datanya terdapat di setiap daerah, dan selain itu data tersebut berasal
dari sumber informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka alur pemikiran dalam
penyusunan formula Dana Alokasi Umum dapat digambarkan dalam
Amanat UU 25/1999 Perimbangan keuangan
Pusat dan daerah
POTENSI PENERIMAAN
- Potensi industri - Potensi SDA - Potensi SDM - PDRB
KEBUTUHAN FISKAL
- Jumlah penduduk - Luas wilayah - Keadaan geografi - Penduduk miskin
VARIABEL POTENSI
- PDRB industri dan jasa - Bagi hasil DSA,PBB,BPHTB - PPh orang pribadi
VARIABEL KEBUTUHAN
- Jumlah penduduk - Luas wilayah - Kepadatan penduduk - Indeks harga bangunan - Property Gap atau jarak
kemiskinan
FORMULA DAU
Gambar 2.1
Proses penerapan variabel dan rumus DAU
Sumber: Sidik, dkk, 2002
c. Potensi Penerimaan
Potensi penerimaan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 104
Tahun 2000 Tentang Dana Perimbangan, terdiri atas variabel-variabel
sebagai berikut :
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor sumber daya
alam (primer)
Sektor-sektor yang termasuk dalam sumber daya alam ini adalah
sektor yang diatur dalam UU No. 33 Tahun 2004 untuk dibagihasilkan
ke daerah yaitu : kehutanan, perikanan, pertambangan, minyak dan
gas. Variabel ini dipergunakan untuk memperlihatkan perbedaan
menunjukkan perbedaan antara satu daerah dengan daerah lain dalam
sumber daya alam, dapat dibuat indeks SDA sebagai berikut :
Indeks SDA Daerah = [PDRB Sektor SDA Daerah / PDRB Daerah]
[PDRB Sektor SDA Nasional / PDB Nasional]
2. PDRB sektor industri dan jasa lainnya (non-primer)
Sektor yang termasuk didalamnya adalah sektor-sektor yang tidak
termasuk dalam sektor SDA. Variabel ini diperlukan untuk
menunjukkan potensi penerimaan suatu daerah dari sumber-sumber
yang berasal bukan dari bagi hasil SDA, seperti potensi PAD maupun
bagi hasil pajak PBB. Untuk menunjukkan perbedaan potensi suatu
daerah di sektor industri tertentu, dapat dilihat dengan Indeks Industri
sebagai berikut :
Indeks Industri Daerah = [PDRB sektor non primer Daerah/PDRB Daerah]
[PDB sektor non primer Nasional / PDB Nasional]
3. Besarnya Angkatan Kerja
Variabel ini untuk memperlihatkan perbedaan potensi daerah atas
sumber daya manusianya. Suatu daerah yang memiliki sumber daya
manusia yang besar secara relatif akan memiliki potensi penerimaan
yang lebih baik, misalnya potensi penerimaan bagi hasil PPh
perorangan, dan juga Pendapatan Asli Daerah. Untuk menunjukkan
perbedaan potensi suatu daerah dari segi tenaga kerjanya dapat dibuat
Indeks SDM sebagai berikut :
Indeks SDM Daerah = [Angkatan Kerja Daerah / Populasi Daerah]
d. Kebutuhan Daerah
Kebutuhan daerah terdiri dari beberapa variabel berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 104 Tahun 2000 Tentang Dana
Perimbangan sebagai berikut:
1. Jumlah Penduduk
Besarnya penduduk suatu daerah mencerminkan kebutuhan
pelayanan yang diperlukan. Untuk menunjukkan perbedaan kebutuhan
antara satu daerah dengan yang lain berdasarkan jumlah penduduk,
dapat dibuat Indeks Beban Penduduk sebagai berikut :
Indeks Penduduk = Populasi Daerah
Rata-rata Populasi Daerah Secara Nasional
2. Luas Wilayah
Daerah dengan penduduk yang tidak padat, tetapi dengan
memiliki cakupan wilayah yang luas, membutuhkan pembiayaan yang
besar. Untuk menunjukkan perbedaan kebutuhan suatu daerah
didasarkan atas luas wilayahnya digunakan Indeks Luas Wilayah
sebagai berikut :
Indeks Luas Wilayah = Luas Daerah
3. Indeks Harga Bangunan
Indeks harga bangunan merupakan pencerminan dari kondisi
geografis suatu daerah. Semakin sulit kondisi geografis suatu daerah,
maka diperlukan pembiayaan lebih besar. Biaya konstruksi akan lebih
mahal pada daerah-daerah pegunungan maupun daerah terpencil
lainnya (seperti kepulauan yang tersebar) dibandingkan dengan daerah
yang relatif di daratan. Oleh karena itu, biaya pelayanan pada daerah
dengan kondisi geografis yang sulit semacam ini cenderung akan lebih
besar. Indeks harga bangunan mampu menunjukkan tingkat kesulitan
geografis daerah. Untuk menghitung perbedaan satu daerah dengan
yang lain didasarkan atas indeks harga, digunakan Indeks Harga
Bangunan dengan rumusan sebagai berikut :
Indeks Harga Daerah = Indeks Konstruksi Daerah
100
4. Jumlah Penduduk Miskin
Target pelayanan adalah untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Dengan semakin banyaknya penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan, makin besar kebutuhan pembiayaan suatu
daerah. Untuk menunjukkan perbedaan banyaknya orang miskin
antara satu daerah dengan daerah lain digunakan Indeks kemiskinan
relatif sebagai berikut :
Indeks Kemiskinan Relatif Daerah = Jumlah Penduduk Miskin Daerah
e. Penentuan Bobot dan Alokasi Daerah
Untuk menentukan bobot model suatu daerah dalam alokasi
DAU, dipergunakan suatu formula yang mengikuti prinsip-prinsip
dasar di atas. Prosedur penetapan bobot daerah dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Langkah Pertama, rumus DAU yang akan dibentuk didasarkan atas
pemikiran bahwa alokasi DAU akan diberikan kepada daerah yang
tidak mampu memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan
potensi penerimaannya sendiri. Ini berarti bahwa besarnya
kebutuhan Dana Alokasi Umum suatu daerah yang dinyatakan
sebagai berikut :
Kebutuhan DAU = Kebutuhan Daerah – Potensi Penerimaan Daerah
b. Langkah Kedua, dilakukan perkiraan besarnya kebutuhan daerah,
yang dalam hal ini diestimasi dengan menggunakan
variabel-variabel kebutuhan yang telah disebutkan sebelumnya, dengan
menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Kebutuhan daerah =Pengeluaran daerah rata-rata x (I.Penduduk + I.Luas + I.Harga + I.Kemiskinanan)
4
c. Langkah Ketiga, memperkirakan besarnya potensi penerimaan
daerah dengan menggunakan variabel-variabel potensi yang telah
dijelaskan di atas. Pengeluaran daerah dihitung dengan cara
Potensi Penerimaan= Penerimaan Daerah Rata-rata = [Indeks Industri+Indeks SDA+Indeks SDM]
3
Yang dimaksud dengan penerimaan daerah rata-rata adalah
total Pendapatan Asli Daerah ditambah dengan Bagi Hasil Pajak
(BPH), dibagi dengan jumlah daerah (Provinsi atau
Kabupaten/Kota).
d. Langkah Keempat, ditetapkan selisih antara kebutuhan setiap
daerah dengan potensi penerimaan dari daerah. Bobot DAU
dihasilkan dengan membandingkan kebutuhan DAU daerah
bersangkutan terhadap total kebutuhan DAU.
Bobot DAU Daerah = Kebutuhan DAU Daerah
Total Kebutuhan
Dengan menggunakan bobot DAU setiap daerah yang
diperoleh dari perhitungan di atas, maka besarnya alokasi DAU untuk
setiap suatu kabupaten/kota ataupun provinsi dapat dihitung. Besarnya
Dana Alokasi Umum ke suatu kabupaten/kota dihitung dengan
mengalikan bobot kabupaten/kota bersangkutan dengan besarnya total
dana DAU yang tersedia untuk kabupaten/kota. Total dana DAU
untuk kabupaten/kota secara nasional adalah 90% dikalikan dengan
25% dari Penerimaan Dalam Negeri (PDN). Dengan demikian
besarnya alokasi DAU untuk suatu kabupaten/kota adalah :
Alokasi DAU kabupaten/kota = 90% x 25% x PDN x bobot kabupaten/kota
adalah dana DAU yang tersedia untuk provinsi adalah sebesar 10%
terhadap 25% dari PDN. Atau dengan rumus sebagai berikut :
Alokasi DAU provinsi = 10% x 25% x PDN x bobot provinsi
B. Pendapatan Asli Daerah
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Menurut International Accounting Standard Commitee (IASC)
Framework dalam Halim (2002 : 66) yang dimaksud dengan pendapatan
adalah: “Penambahan dalam manfaat ekonomi selama periode akuntansi
dalam bentuk arus masuk, atau peningkatan asset/aktiva, atau pengurangan
hutang/kewajiban yang mengakibatkan penambahan ekuitas dana, selain
penambahan ekuitas dana yang berasal dari kontribusi peserta ekuitas
dana”.
Menurut Halim (2004 : 67), “Pendapatan Asli Daerah (PAD)
merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi
asli daerah”.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendapatan Asli Daerah
merupakan semua penerimaan yang berasal dari sumber ekonomi asli
daerah yang digunakan untuk membiayai keperluan daerah dalam
2. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Menurut Halim (2004 : 67) Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipisahkan menjadi empat jenis yaitu:
a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Berdasarkan UU No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas UU
No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan retribusi daerah, “Pajak
daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku,
yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah
dan pembangunan daerah”.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam menciptakan
pajak yaitu :
a. Bersifat sebagai pajak dan bukan retribusi
b. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan
kepentingan umum
c. Tidak berdampak negatif terhadap perekonomian
d. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
Pajak daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Kendaraan di Atas Air
e. Pajak Air di Bawah Tanah
f. Pajak Air Permukaan
Tarif pajak daerah menurut UU No. 34 Tahun 2000 dan Peraturan
Pemerintah No. 65 tahun 2001 Tentang Pajak daerah adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Daftar Tarif Pajak Daerah
No Pajak Provinsi Tarif
1 Pajak kendaraan bermotor
a.Pajak kendaraan bermotor
bukan umum
b.Kendaraan bermotor umum c.Kendaraan bermotor alat-alat
berat
3 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor:
a.Penyerahan Pertama
• Kendaraan bermotor bukan
umum
• Kendaraan bermotor umum
• Kendaraan alat-alat berat
dan alat-alat besar b.Penyerahan Kedua dst:
• Kendaraan bermotor bukan
umum
• Kendaraan bermotor umum
• Kendaraan alat-alat berat
dan alat-alat besar c.Penyerahan karena warisan:
• Kendaraan bermotor bukan
umum
• Kendaraan bermotor umum
• Kendaraan alat-alat berat
dan alat-alat besar
No Pajak Provinsi Tarif
4 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di atas air:
• Penyerahan pertama • Penyerahan kedua • Penyerahan karena warisan
10%
5% 1% 0,1%
4 Pajak Reklame 25%
5 Pajak bahan bakar kendaraan
bermotor
5% 5 Pajak Penerangan
Jalan
10%
6 Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah
20% 6 Pajak Pengambilan
Bahan Galian Gol. C
20%
7 Pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan
10% 7 Pajak Parkir 20%
Sumber: Saragih, 2003
Sedangkan jenis pajak kabupaten/kota menurut UU No. 34 Tahun
2000 tentang Perubahan UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi daerah terdiri atas:
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
g. Pajak Parkir
Retribusi daerah merupakan pungutan daerah yang tidak hanya
didasarkan atas objeknya, tetapi juga berdasarkan perbedaan atas
pendekatan tarif. Penerimaan ini meliputi:
a. Retibusi pelayanan kesehatan
b. Retribusi pemakaian kekayaan daerah
d. Retribusi penjualan produksi usaha daerah
e. Retibusi izin trayek kendaraan penumpang
f. Retribusi air
g. Retribusi jembatan timbang
h. Retribusi kelebihan muatan
i. Retribusi perizinan pelayanan dan pengendalian
Menurut Halim (2004 : 68), hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini meliputi Objek Pendapatan berikut:
a. Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah b. Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank c. Bagian Laba Lembaga Keuangan Non Bank d. Bagian Laba atas Penyertaan Modal/Investasi
Lain-lain PAD yang sah merupakan penerimaan daerah yang
berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis pendapatan ini
meliputi Objek Pendapatan berikut:
a. Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan
b. Penerimaan jasa giro.
c. Penerimaan bunga deposito
d. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
e. Penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah
C. Belanja Daerah
1. Pengertian dan Jenis Belanja Daerah
Menurut IASC Framework (Halim, 2002 : 73), “Biaya atau
belanja daerah merupakan penurunan dalam manfaat ekonomi selama
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar, atau deplasi aset, atau
terjadinya hutang yang mengakibatkan berkurangnya ekuitas dana, selain
yang berkaitan dengan distribusi kepada para peserta ekuitas dana”.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, “Belanja daerah adalah kewajiban
pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih”.
Menurut Halim (2002 : 68), “Belanja daerah adalah semua
pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode anggaran”.
Secara umum Belanja dalam APBD dikelompokkan menjadi lima
kelompok yaitu:
a. Belanja Administrasi Umum
Belanja Administrasi Umum adalah semua pengeluaran
pemerintah daerah yang tidak berhubungan dengan aktivitas atau
pelayanan publik. Belanja administrasi umum terdiri atas empat jenis,
yaitu:
1. Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
orang/personel yang tidak berhubungan secara langsung dengan
2. Belanja Barang, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
penyediaan barang dan jasa yang tidak berhubungan langsung
dengan pelayanan publik.
3. Belanja Perjalanan Dinas, merupakan pengeluaran pemerintah
untuk biaya perjalanan pegawai dan dewan yang tidak
berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik.
4. Belanja Pemeliharaan, merupakan pengeluaran pemerintah daerah
untuk pemeliharaan barang daerah yang tidak berhubungan secara
langsung dengan pelayanan publik.
b. Belanja Operasi, Pemeliharaan sarana dan Prasarana Publik
Belanja ini merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah
yang berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik. Kelompok
belanja ini meliputi:
1. Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
orang/personel yang berhubungan langsung dengan suatu aktivitas
atau dengan kata lain merupakan belanja pegawai yang bersifat
variabel.
2. Belanja Barang, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
penyediaan barang dan jasa yang berhubungan langsung dengan
pelayanan publik.
3. Belanja Perjalanan, merupakan pengeluaran pemerintah daerah
untuk biaya perjalanan pegawai yang berhubungan langsung
4. Belanja Pemeliharaan, merupakan pengeluaran pemerintah daerah
untuk pemeliharaan barang daerah yang mempunyai hubungan
langsung dengan pelayanan publik.
c. Belanja Modal
Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang
menfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset
atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang
bersifat rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Belanja modal
dibagi menjadi:
1. Belanja Publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati
secara langsung oleh masyarakat umum. Contoh belanja publik
yaitu pembangunan jembatan dan jalan raya, pembelian alat
transportasi massa, dan pembelian mobil ambulans.
2. Belanja aparatur yaitu belanja yang menfaatnya tidak secara
langsung dinikmati oleh masyarakat akan tetapi dirasakan secara
langsung oleh aparatur. Contoh belanja aparatur: pembelian
kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintahan, dan
pembangunan rumah dinas.
d. Belanja Transfer
Belanja Transfer merupakan pengalihan uang dari pemerintah
daerah kepada pihak ketiga tanpa adanya harapan untuk mendapatkan
pengembalian imbalan meupun keuntungan dari pengalihan uang
1. Angsuran Pinjaman
2. Dana Bantuan
3. Dana Cadangan
e. Belanja Tak Tersangka
Belanja tak tersangka adalah pengeluaran yang dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan tak terduga dan
kejadian-kejadian luar biasa.
2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah
dalam Belanja Pemerintah Kabupaten
Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendanaan belanja
bagi pemerintah daerah disamping sumber-sumber pendapatan yang lain.
Dana Alokasi Umum merupakan dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan kepada pemerintah daerah untuk membiayai pengeluarannya
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum dan
Pendapatan Asli Daerah dapat dikatakan sebagai sumber utama yang
membiayai belanja daerah karena jumlahnya yang signifikan, sehingga
dapat dikatakan bahwa posisi Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli
Daerah memegang peranan yang sangat vital dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD).
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa
desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
Indonesia. Sedangkan otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Hal ini berarti otonomi menjadi hal yang sangat
penting bagi daerah. Otonomi diberikan kepada daerah kota dan daerah
kabupaten didasarkan pada asas desentralisasi dalam wujud otonomi yang
luas, nyata, dan bertanggung jawab. Kondisi ini ditujukan untuk
peningkatan pelayanan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,
pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan serta
pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antara
daerah.
Sesuai dengan kriteria transfer pusat ke daerah point otonomi
dijelaskan bahwa pemerintah daerah harus memiliki independensi dan
fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas mereka. Tidak boleh
ada pembatasan yang sedemikian ketat sehingga sebahagian besar
keputusan di daerah harus mengikuti atau mengacu kepada ketentuan
pusat. Demikian juga halnya dalam pengalokasian pendapatan daerah
dalam hal ini Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah dalam
APBD.
Pemerintah daerah memiliki kebebasan yang penuh dalam
menentukan prioritas belanja yang dianggap penting oleh daerah.
Sehingga dengan demikian merupakan suatu hal yang biasa apabila
sama lainnya. Prioritas belanja daerah akan sangat dipengaruhi oleh
rencana strategis pemerintah daerah. Rencana Strategis merupakan
gambaran apa yang diinginkan pemerintah daerah atau kota di masa yang
akan datang, sehingga rencana strategis (RENSTRA) memegang peranan
dalam menentukan struktur dan arah Anggaran Pendapatan dan Belanja
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah
yang beralamat di Jl. Imam Bonjol No. 18 Pandan, Tapteng dan penelitian
dilakukan mulai bulan Mei.
B. Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif eksploratif, dimana
penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan yang berasal dari
pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah kemudian menguraikannya secara
keseluruhan.
C. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer adalah data yang diambil dari pengamatan langsung dan
diolah peneliti, yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan terhadap
manajer unit kerja pemerintah daerah (kepala dinas dan ketua badan),
kepala bagian keuangan pemerintah daerah.
2. Data Sekunder adalah data yang diambil langsung dari Pemkab Tapteng
tanpa pengolahan lebih lanjut, baik data yang bersifat kualitatif maupun
data kuantitatif, berupa dokumen APBD, struktur pemerintahan, dan
D. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari:
1. Wawancara
Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada
pihak-pihak yang terkait dengan penyediaan informasi yang diperlukan dalam
penelitian.
2. Dokumentasi
Yaitu metode pengumpulan data dan informasi melalui buku-buku,
jurnal, internet, dan dokumen-dokumen lain yang mendukung penelitian.
E. Metode Analisis Data
Metode analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif, yakni
data yang data-data penelitian yang diperoleh dari perusahaan disusun, dan
dibandingkan dengan literatur-literatur serta dianalisa kemudian diuraikan
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitan
1. Sejarah Singkat dan Aktivitas Kabupaten Tapanuli Tengah
a. Sejarah Singkat
Keresidenan Tapanuli ditentukan dengan dikeluarkannya staadblad
no. 193 tahun 1884 oleh pemerintahan Belanda. Pada saat itu dibagi
menjadi empat afdeling, salah satunya adalah afdeling Sibolga yang
meliputi empat Onder Afdeling yaitu Sibolga dan sekitarnya, Distrik
Batang Toru, Barus, Pakkat serta Singkil.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Dr.
Ferdinand Lumbantobing ditetapkan menjadi Residen pertama Tapanuli
untuk membentuk daerah otonom bawahan yang berkedudukan di
Tarutung oleh Gubernur Sumatera Mr. T. Mohd. Hasan pada tanggal 15
Oktober 1945.
Pada tahun 1946 Tapanuli Tengah mulai dibentuk
kecamatan-kecamatan untuk menggantikan sistem pemerintahan Onder Distrik
Afdeling pada masa pemerintahan Belanda. Kecamatan pertama kali
dibentuk ialah Kecamatan Sibolga, Lumut, dan Barus. Kemudian
berdasarkan perintah Residen Tapanuli pada tahun 1947 kecamatan
Sorkam ditetapkan.
Dengan Undang-Undang Darurat No. 7 tahun 1956, Sumatera Utara
disebutkan dalam Undang-Undang Darurat tersebut adalah Tapanuli
Tengah. Pada saat itu, pusat pemerintahan Tapanuli Tengah berada di
kecamatan Sibolga. Padahal sejak tahun 1956 pula, kota Sibolga sudah
menjadi daerah otonom. Hal ini menyebabkan Kota Sibolga sangat
identik bagaikan satu mata uang dua sisi dengan Kabupaten Tapanuli
Tengah, dan baru pada tahun 1998 nama Ibukota Tapanuli Tengah berubah
dari Sibolga menjadi Pandan.
Secara administratif Kabupaten Tapanuli Tengah di sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Hum.
Hasundatan, sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah
utara berbatasan dengan Propinsi NAD, dan sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. Dengan luas wilayah 6.194,98 km2
dengan jumlah penduduk 275.836 jiwa. Kabupaten Tapanuli Tengah
berada pada letak 1o11’00” – 2o22’0” LU dan 98o07’ – 98o12’ BT.
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah yang pada saat ini dipimpin
oleh Drs. Tuani Lumbantobing sebagai Bupati dan Jamaluddin Pohan
sebagai Wakil Bupati berupaya keras untuk membangun wilayah yang
terdiri dari 15 kecamatan, 140 desa / 20 kelurahan.
Luas Wilayah, jumlah desa, jumlah penduduk dan kepadatan
Tabel 4.1
Luas Wilayah, jumlah desa, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Tahun 2005
Jumlah/Number of
Tapanuli Tengah 2,194.98 160 286,124 130
Sumber : Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah, 2005.
b. Aktivitas Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah sebagai tindak lanjut dengan
diberlakukannya Undang No. 22 Tahun 1999 dan
Undang-Undang No. 25 Tahun 1999, memberikan implikasi kepada Kabupaten
wewenang yang luas, baik dalam urusan pemerintahan, maupun dalam
pengelolaan pembangunan dengan tetap berpedoman kepada motto
“SAHATA SAOLOAN”.
Adapun visi dari Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu “
Menjadi Pusat Pertumbuhan dan Lalu Lintas Perdagangan serta Wisata
Bahari di Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara, Singkil dan Sinabang”.
Hakekat yang terkandung dalam visi sebagai berikut :
1. Pusat Pertumbuhan dan Lalu Lintas Perdagangan
Kawasan pusat pertumbuhan dan pintu gerbang arus peredaran dan
jual beli komoditi dan jasa dari daerah hinterland ke antar daerah
maupun antar negara (ekspor dan impor) dengan memanfaatkan
fasilitas Pelabuhan Cargo dan Bandara Pinangsori.
2. Pusat Pertumbuhan dan Lalu Lintas Perdagangan
Pesona wisata keindahan pantai, laut dan bawah laut.
3. Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara
Daerah pendukung kegiatan pusat pertumbuhan dan lalu lintas
perdagangan Kabupaten Tapanuli Tengah, meliputi Kabupaten
Tapanuli Utara, Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota
Sibolga, Kota Padang Sidempuan, Kabupaten Mandailing Natal dan
Kabupaten Nias.
Dalam mewujudkan visi tersebut, maka disusunlah misi yang
merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi pemerintah dan
suatu fokus yang harus dilaksanakan sesuai dengan visi yang telah
ditetapkan, misi Kabupaten Tapanuli Tengah adalah :
1. Mewujudkan kepemerintahan yang baik (Good Governance).
2. Pemberdayaan Potensi Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam
sebagai kekuatan sosial ekonomi yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.
3. Mendorong percepatan pembangunan untuk mendukung pertumbuhan
dan lalu lintas perdagangan serta wisata bahari.
4. Meningkatkan mutu pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat.
Muncul suatu gagasan dan semangat baru dari Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Tengah untuk tidak saja mengembangkan daerah
kabupatennya saja, tetapi juga sekaligus membangun wilayah Pantai Barat
secara keseluruhan, yang melibatkan Kota Sibolga, Nias, Tapanuli Utara,
Tapanuli Selatan, Mandailing, Natal, Padang Sidempuan, Toba Samosir,
Dairi dan Singkil dari Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Untuk mewujudkan gagasan tersebut, tidak kurang Gubernur
Sumatera Utara, Bapak T. Rizal Nurdin, mengukuhkan program tersebut
melalui pembentukan Forum Kerjasama Bersama Pantai Barat (FKBPB),
pada tanggal 26 Maret 2002 yang ditandatangani tujuh Kabupaten dan
Kota tersebut yang diharapkan Kabupaten Dairi, Toba Samosir dan Singkil
(NAD) dapat berpartisipasi aktif. Rencana Pembangunan Kawasan
Adapun kegiatan pembangunan yang dilakukan guna mendukung
Tapanuli Growth yaitu :
1. Pembangunan Kawasan Strategis Labuan Angin
2. Pembangunan PLTU Batu Bara 2 x 115 MWb Labuan Angin
3. Pengembangan Bandara Dr. FL. Tobing dan Pembangunan Terminal
Cargo Bandara
4. Pembangunan PLTA Sipan Sihaporas 49 MW
5. Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Tengah di Pandan
6. Peningkatan jalan strategis dari dan ke kabupaten/Daerah Hinterland
7. Pengembangan objek wisata bahari dan wisata alam
8. Pengembangan kawasan Pulau Mursala
9. Pengembangan objek wisata pemandangan alam Puncak Anugrah
Bonan Dolok
Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan maka konsep
Tapanuli Growth menerapkan strategi pengembangan kawasan yang
terintegrasi yaitu :
Menciptakan satu kesatuan ekonomi di kawasan barat Sumatera Utara.
Dengan strategi ini maka pengembangan satu sektor harus diikuti dengan
pengembangan di sektor lainnya demikian juga pengembangan di salah
satu kabupaten/kota harus diikuti oleh pengembangan di kabupaten/kota
2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Tengah
a. Struktur Organisasi Pemerintahan Kabupaten
Penyusunan struktur organisasi dalam suatu organisasi sangat
penting dilakukan guna mempermudah pelaksanaan tugas-tugas yang
dibebankan. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan
perwujudan pola-pola tata hubungan diantara fungsi-fungsi,
bagian-bagian, atau posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukkan
kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berada dalam
suatu struktur organisasi.
Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja,
standarnisasi, koordinasi dalam pembuatan keputusan dalam satuan
kerja. Hubungan dan kerjasama dalam organisasi dapat diketahui
secara jelas dengan melihat struktur organisasi.
Struktur organisasi pemerintah kabupaten pada umumnya tidak
jauh berbeda, demikian juga halnya dengan pemerintah kabupaten
Tapanuli Tengah yang berbentuk garis dan staf. Bupati sebagai
pemimpin tertinggi didalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh
Sekretaris Daerah dan asisten didalam menjalankan roda
pemerintahan. Bupati dan Sekretaris Daerah selanjutnya dibantu oleh
dinas dan lembaga teknis ditambah Camat yang membawahi
Dalam organisasi pemerintah kabupaten perangkat yang ada
dibentuk berdasarkan pertimbangan-pertimbangan :
• Kewenangan pemerintah yang dimiliki;
• Karakteristik, potensi, dan kebutuhan daerah;
• Kemampuan keuangan daerah;
• Ketersediaan sumber daya aparatur;
• Perkembangan pola kerjasama antar daerah dan/atau dengan pihak
ketiga.
b. Uraian Tugas Pemerintah Kabupaten
Dalam pelaksanaan organisasi pemerintah Kabupaten Tapanuli
Tengah mempunyai unsur pelaksana yaitu Sekretariat Daerah yang
merupakan unsur staf Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang
Sekretaris Daerah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Bupati. Sekretaris Daerah menyelenggarakan fungsi :
1. Pengkoordinasian perumusan kebijakan pemerintah daerah
2. Penyelenggaraan administrasi pemerintahan
3. Pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana
Pemerintah Daerah
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari :
Asisten Sekretaris Daerah adalah unsur staf yang membantu
pelaksanaan fungsi Sekretaris Daerah dan mengendalikan
pelaksanaan tugas-tugas Bagian.
b. Bagian
Setiap bagian dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Asisten Sekretaris Daerah.
c. Sub Bagian
Setiap Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian.
3. Pendekatan, Penyusunan, Format, dan Klasifikasi APBD
Dalam penyusunan APBD, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah
menggunakan format yang sesuai dengan Kepmendagri No. 29 Tahun
2002.
Kebijakan akuntansi dalam penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah terutama dalam penyusunan
Laporan Aliran Kas dan Neraca Daerah adalah sebagai berikut :
a. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah mengacu
pada format yang disajikan pada Kepmendagri No. 29 Tahun 2002.
b. Masa pembukuan adalah 1 (satu) tahun anggaran yang dimulai pada 1
Januari dan 31 Desember.
c. Mata uang yang digunakan adalah Rupiah, Valuta asing dikonversi
4. APBD Kabupaten Tapanuli Tengah
Sesuai dengan penyusunan yang berlaku pada masa penyusunannya,
maka APBD kabupaten Tapanuli Tengah menggunakan format
berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002
Tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan
Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD.
Berikut ini merupakan ringkasan perubahan APBD Kabupaten
Tapanuli Tengah dari tahun 2004-2006:
Tabel 4.2
Ringkasan APBD Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2004-2006
Kode Rek.
Uraian 2004 2005 2006
2 3 4 5
1. PENDAPATAN
1.1 PENDAPATAN ASLI
DAERAH
5.288.398.000 5.697.235.000 7.373.114.500
1.1.1 Pajak Daerah 1.622.291.000 1.760.278.000 2.208.873.000
1.1.2 Retribusi Daerah 1.109.814.000 1.294.164.000 1.347.292.500
1.1.3 Bagian Laba Usaha Daerah 0 0 1.037.000.000
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2.556.293.000 2.642.793.000 2.779.949.000
1.2 DANA PERIMBANGAN 165.098.813.000 188.073.005.354 280.553.768.501
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
13.590.813.000 16.082.191.344 18.387.749.637
1.2.2 Dana Alokasi Umum 134.817.000.000 153.475.000.000 226.435.000.000
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 12.210.000.000 12.571.380.010 25.398.518.864
1.2.4 Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Propinsi
Jumlah Pendapatan 176.837.674.000 199.710.240.354 287.926.883.001
2 BELANJA
2.1 APARATUR DAERAH 46.304.512.895 66.252.929.215 78.637.115.193
2.1.1 BELANJA
ADMINISTRASI UMUM
37.994.897.455 44.090.455.015 61.191.758.525
2.1.1.1 Belanja Pegawai/Personalia 22.002.311.010 22.778.578.143 37.950.690.025
2.1.1.2 Belanja Barang dan Jasa 11.391.288.690 14.678.189.322 13.052.232.050
2.1.1.3 Belanja Perjalanan Dinas 2.288.260.000 3.116.910.000 5.680.932.000
2.1.1.4 Belanja Pemeliharaan 2.313.037.755 3.516.777.550 4.507.904.450
2.1.2 BELANJA OPERASI DAN
PEMELIHARAAN