• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 59 Tahun 2014 Tentang kurikulum 2013 Sekolah menengah Atas/ Madrasah Aliyah (Studi Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 59 Tahun 2014 Tentang kurikulum 2013 Sekolah menengah Atas/ Madrasah Aliyah (Studi Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIKINDONESIA NO.59 TAHUN2014 TENTANG

KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAHATAS/MADRASAH ALIYAH

(Studi Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh:

110903118

ZULFATI INDRALOKA

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala Puji dan syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 59 Tahun 2014 Tentang kurikulum 2013 Sekolah menengah Atas/ Madrasah Aliyah (Studi Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan))”.

Skripsi merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat wajib bagi setiap mahasiswa/i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Negara untuk memperoleh gelar sarjana sekaligus merupakan pembelajaran bagi mahasiswa.

Penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna untuk menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi.

(3)

1. Teristimewa untuk Ayahanda Zulfan Irwin dan Ibunda Hj. Ruwaida tercinta terimakasih atas doa, dukungan, nasehat serta cinta dan kasih sayang yang tak pernah putus kepada penulis hingga saat ini.

2. Untuk abang dan kakak penulis yang tersayang, M. Ari Arifin, Nancy Soefianto, Nirmala Indraloka, SH, M. Fauzi Nasution, SE, Msi dan Yulfika Indraloka, terima kasih juga untuk doa dan support serta nasehatnya sampai penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan FISIP USU.

4. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si, selaku Ketua Depatemen Ilmu Administrasi Negara.

5. Ibu Dra. Elita Dewi, M. Sp, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara.

6. Bapak Drs. Kariono, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi petunjuk serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Hatta Ridho, S.sos. M.SP, selaku dosen PA dari awal penulis masuk kuliah

8. Seluruh dosen dan pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

9. Kak Dian dan Kak Mega yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi.

(4)

11.Buat sahabat – sahabat terdekat penulis, Fabs yaitu, Dewi, Desty, Elvina, Vira, Tia, Elfhira, Anes, Fika dan Cantiks yaitu, Ardhita, Shinta, Salwa, Adelina, Lailan, Syarifah, Melany. Terimakasih semua untuk dukunganya.

12.Kepada Priya Prayoga Pratama, S.Sos terimakasih atas nasehat dan dukungannya selama ini.

13.Kepada teman – teman seperjuangan stambuk 2011 jurusan Ilmu Administrasi Negara yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak pada umumnya.Akhirnya Penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Medan, Mei 2015 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ………. 1

I.2 Perumusan Masalah ……….. 5

I.3 Tujuan Penelitian ……….. 5

I.4 Manfaat Penelitian ……… 6

I.5 Kerangka Teori ………. 7

I.5.1 Kebijakan Publik I.5.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ………… 7

I.5.1.2 Bentuk Kebijakan Publik ……… 9

I.5.1.3 Proses Kebijakan Publik ……….. 11

I.5.2 Implementasi Kebijakan...………. 14

I.5.3 Kurikulum...……… 26

I.5.4 Implementasi Kurikulum 2013... 32

I.6 Definisi Konsep ……….. 35

I.7 Sistematika Penulisan ………. 37

BAB II METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Peneltian ……….. 39

II.2 Lokasi Penelitian ……….. 39

II.3 Informan Penelitian... 39

II.4 Teknik Pengumpulan Data ……… 41

II.5 Teknik Analisa Data ……….. 43

BAB III DESKRIPSI PENELITIAN... .. 45

BAB IV PENYAJIAN DATA... .... 53

BAB V ANALISA DATA... .... 71

BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan ………... 86

(6)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ZULFATI INDRALOKA 110903118

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIKINDONESIA NO.59 TAHUN2014 TENTANG

KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAHATAS/MADRASAH ALIYAH

(Studi Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan)

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman. Berdasarkan Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014, proses pembelajaran menurut kurikulum 2013 adalah suatu proses pendidikan yang memberikan kesempatan bagi siswa agar dapat mengembangkan segala potensi yang mereka miliki menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dilihat dari aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotorik).

Tempat ataupun lokasi penelitian ini dilaksanakan yakni di SMA Negeri 3 Medan, Jl. Budi Kemasyarakatan No. 3 Medan. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, dalammengumpulkan datayang diperlukan untukmenjawab permasalahan secara mendalam,adabeberapatahapanyang dilakukanpenulis,yaitu; pertama,penelitian diawali denganpengumpulanberbagaidokumenSMA Negeri 3 Medan seperti Susunan Organisasi danberbagaihalyang berkaitan dengan permasalahanyangingin dijawab.Kedua, penulismelakukansejumlah wawancaradenganguruSMA Negeri 3 Medanyangberkaitan denganmasalah yang diteliti.Adapun yangmenjadiinformannyaadalahinforman kunciyaituKepala kurikulum SMA Negeri 3 Medan, informanutamayaituguru mata pelajaran Bahasa Inggris dan informan tambahan yaitu siswa SMA Negeri 3 Medan.

Hasilwawancara terhadap informan menunjukkankenyataan bahwa pengimplementasian kurikulum 2013 di SMAN 3 Medan sudah berjalan selama 2 tahun, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilaksanakan oleh penulis, keseluruhan siswa sudah mengetahui tentang kurikulum 2013 dan metode pembelajarannya, hal ini tidak terlepas dari niat SMAN 3 Medan untuk menjalankan keputusan pemerintah tentang kurikulum 2013

(7)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ZULFATI INDRALOKA 110903118

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIKINDONESIA NO.59 TAHUN2014 TENTANG

KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAHATAS/MADRASAH ALIYAH

(Studi Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan)

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman. Berdasarkan Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014, proses pembelajaran menurut kurikulum 2013 adalah suatu proses pendidikan yang memberikan kesempatan bagi siswa agar dapat mengembangkan segala potensi yang mereka miliki menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dilihat dari aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotorik).

Tempat ataupun lokasi penelitian ini dilaksanakan yakni di SMA Negeri 3 Medan, Jl. Budi Kemasyarakatan No. 3 Medan. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, dalammengumpulkan datayang diperlukan untukmenjawab permasalahan secara mendalam,adabeberapatahapanyang dilakukanpenulis,yaitu; pertama,penelitian diawali denganpengumpulanberbagaidokumenSMA Negeri 3 Medan seperti Susunan Organisasi danberbagaihalyang berkaitan dengan permasalahanyangingin dijawab.Kedua, penulismelakukansejumlah wawancaradenganguruSMA Negeri 3 Medanyangberkaitan denganmasalah yang diteliti.Adapun yangmenjadiinformannyaadalahinforman kunciyaituKepala kurikulum SMA Negeri 3 Medan, informanutamayaituguru mata pelajaran Bahasa Inggris dan informan tambahan yaitu siswa SMA Negeri 3 Medan.

Hasilwawancara terhadap informan menunjukkankenyataan bahwa pengimplementasian kurikulum 2013 di SMAN 3 Medan sudah berjalan selama 2 tahun, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilaksanakan oleh penulis, keseluruhan siswa sudah mengetahui tentang kurikulum 2013 dan metode pembelajarannya, hal ini tidak terlepas dari niat SMAN 3 Medan untuk menjalankan keputusan pemerintah tentang kurikulum 2013

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman. Proses pendidikan yang baik bukan hanya menjadi tanggung jawab lembaga penyelenggara pendidikan semata, tetapi juga harus didukung perannya oleh masyarakat dan pemerintah yang dalam hal ini bertindak sebagai pemegang amanah tertinggi dari UUD 1945 untuk mencerdaskan bangsa Indonesia.

Pendidikan nasional kita masih menghadapi berbagai macam persoalan. Persoalan itu memang tidak akan pernah selesai, karena lembaga pendidikan dan pembelajaran selalu berada di bawah tekanan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemajuan masyarakat. Salah satu persoalan pendidikan kita yang masih menonjol saat ini adalah adanya kurikulum yang silih berganti dan terlalu membebani siswa tanpa ada arah pengembangan yang betul – betul diimplementasikan sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada kurikulum tersebut.

(9)

sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga perlu adanya penyegaran kurikulum. Usaha tersebut mesti dilakukan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter, yang memahami jati diri bangsanya dan menciptakan anak yang unggul mampu bersaing di dunia internasional. Di balik perubahan kurikulum harusnya evaluasi tentang keberhasilan setiap kurikulum lebih di kedepankan agar perubahan kurikulum tidak sia – sia begitu saja tetapi dapat memberikan perbaikan – perbaikan ke arah yang lebih baik bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Persaingan ilmu pengetahuan semakin gencar dilakukan oleh dunia internasional, sehingga Indonesia juga dituntut untuk dapat bersaing secara global demi mengangkat martabat bangsa. Oleh karena itu untuk menghadapi tantangan yang akan menimpa dunia pendidikan kita, ketegasan kurikulum dan implementasinya sangat dibutuhkan untuk membenahi kinerja pendidikan yang jauh tertinggal dengan Negara-negara maju di dunia.

Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum, yang paling dekat yaitu perubahan dari Kurukulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan kemudian Kurikulum 2013.

(10)

Dalam penerapan kurikulum 2013 proses pembelajaran diarahkan kepada Standar Kompetensi Lulusan (SKL). SKL adalah kualitas minimal lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Inggris.SKL mencakup Sikap (attitude), pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill).

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan berbasis scientific, yaitu mendorong peserta didik agar mampu berfikir lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar dan mengakomonidasikan dengan obyek pembelajaran secara langsung yakni, fenomena alam, sosial, seni dan budaya. Muzamiroh (2013: 116). Pada kurikulum 2013 guru bukan satu-satunya sumber belajar, peserta didik juga tidak hanya belajar di ruang kelas tetapi juga dilingkungan sekolah dan masyarakat. Dengan demikian, pada kurikulum 2013 guru – guru khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Inggris harus dapat mengembangkan 5M yaitu Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi/ eksperimen, Mengasosiasikan/ mengolah informasi dan Mengkomunikasikan pembelajaran Bahasa Inggris agar peserta didik aktif di dalam maupun diluar kelas.

(11)

mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Dengan demikian, peserta didik di SMA Negeri 3 Medan tidak saja memiliki jumlah pengetahuan dan kemampuan teknis yang memadai tetapi juga sikap dan karakter sebagai individu, anggota masyarakat, dan warga negara Indonesia yang multikultur.

SMA Negeri (SMAN) 3 Medan, merupakan salah satu sekolah induk yang menerapkan kurikulum 2013 sejak tahun pelajaran 2013/2014 hingga saat ini dan dipercaya oleh pemerintah untuk menerapkan kurikulum 2013 terlebih dahulu, serta sebagai sekolah pendamping dalam pelaksanaan kurikulum 2013 bagi 9 SMA yang ada di Kota Medan. Namun, karena kurangnya sosialisasi tentang kurikulum 2013 dari pemerintah sehingga terjadi kelemahan dalam menerapkan pembelajaran Bahasa Inggris yakni, guru yang belum memahami dan kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum disebabkan beberapa hal yaitu kurang waktu, kurang kesesuaianpendapat baik dengan sesama guru maupun kepala sekolah. Kelemahan lainnya terjadi pada jumlah peserta didik yang mencapai 40 peserta didik dalam satu kelas, sarana pembelajaran yang kurang memadaidan guru yang kurang mengerti dalam meggunakan sarana pembelajaran yang ada di sekolah serta penilaian guru terhadap peserta didik pada di SMA Negeri 3 Medan. Dalam menerapkan pembelajaran scientific pada pembelajaran Bahasa Inggris diharapkan guru Bahasa Inggris mampu mengembangkan kurikulum 2013.

(12)

2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (Studi Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah di Sekolah Menengah Negeri 3 Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kurikulum 2013 di SMANegeri 3 Medan.

2. Untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran bidang studi Bahasa Inggrismenurut kurikulum 2013 di SMA Negeri 3 Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

(13)

2. Secara subyektif. Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam menyusun berbagai kajian literature untuk menjadikan suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah kepustakaan pendidikan.

3. Secara praktis. Sebagai Dalam hal ini memberikan data dan informasi yang berguna bagi semua kalangan terutama bagi mereka yang secara serius mengamati kendala dalam pelaksanaan kurikulum 2013.

1.5. Kerangka Teori

Untukmemudahkan penelitian diperlukan pedoman dasar berpikir, yaitu kerangka teori.Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep dan kontrak definisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomenal sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep (Singarimbun, 2008:37).

I.5.1.Kebijakan Publik

I.5.1.1.Pengertian Kebijakan Publik

(14)

privat atau murni milik individual, tetapi milik bersama atau milik umum. Sedangkan kata “kebijakan” menurut Heclo (dalam Wayne Parsons, 2005:14) adalah istilah yang banyak disepakati bersama. Dalam penggunaan yang umum, istilah kebijakan dianggap berlaku untuk sesuatu yang “lebih besar” ketimbang keputusan tertentu, tetapi “lebih kecil” ketimbang gerakan sosial. Jadi, kebijakan (policy) adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Heclo mengatakan bahwa ada perbedaan pendapat mengenai apakah kebijakan itu merupakan tindakan yang diniatkan (intended) atau tidak. Sebuah kebijakan mungkin saja merupakan sesuatu yang tidak disengaja, tetapi ia tetap dilaksanakan dalam implementasi atau praktik administrasi.

Pengertian konsep publik dan kebijakan diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah tindakan maupun keputusan yang pemerintah lakukan atau tidak dengan tujuan untuk mengatur masyarakat di suatu wilayah. Ini sama seperti pendapat Thomas R. Dye (dalam Indiahono, 2009:17), yang menyatakan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan. Maknanya adalah Dye hendak menyatakan bahwa apapun kegiatan pemerintah baik yang eksplisit maupun implisit merupakan kebijakan. Interpretasi dari kebijakan menurut Dye harus dimaknai dengan dua hal penting, yaitu: pertama, kebijakan haruslah dilakukan oleh badan pemerintah, dan kedua, kebijakan tersebut mengandung pilihan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah.

(15)

atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Kebijakan publik dalam kerangka substantif adalah segala aktifitas yang dilakukan oleh pemerintah untuk memecahkan masalah publik yang dihadapi. Kebijakan publik haruslah diarahkan untuk memecahkan masalah publik untuk memenuhi kepentingan dan penyelenggaraan urusan-urusan publik.

Menurut Charles O. Jones (dalam Tangkilisan, 2003:3) kebijakan publik terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:

1. Goals atau tujuan yang diinginkan,

2. Plans atau rancangan yang spesifik untuk mencapai tujuan, 3. Program yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan,

4. Decision atau keputusan yaitu tindakan untuk menentukan tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program, dan

5. Efect yaitu dampak dari program baik disengaja maupun tidak dan primer maupun sekunder.

I.5.1.2.Bentuk dan Macam Kebijakan

Keputusan yang dihasilkan oleh aktor kebijakan tersebut diturunkan dalam berbagai bentuk variasi. Adapun bentuk-bentuk kebijakan tersebut adalah sebagai berikut :

Bentuk kebijakan ditinjau berdasarkan pembuatnya:

(16)

2. Daerah: dibuat oleh pemerintah atau lembaga pemerintahan yang berkedudukan di daerah dan digunakan untuk mengatur daerahnya masing-masing.

Bentuk kebijakan ditinjau berdasarkan tujuannya:

1. Law Order adalah Kebijakan mengenai hukum dan tatanan hukum. Adapun bentuk kebijakan ini umumnya berupa undang-undang atau peraturan-peraturan yang diumumkan oleh pemerintah.

2. Distributive Order adalah kebijakan yang bersifat mengarahkan penguasa dalam mendistribusikan sumber daya yang dimilikinya dalam rangka pencapaian tujuan yang diinginkan oleh negara. Misalnya perijinan usaha, kekuasaan kepada kepolisian, kejaksaan, dan lain-lain.

3. Re-Distributive Order adalah kebijakan yang bersifat mengarahkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi terhadap pelaksanaan tata pemerintahan dalam rangka pencapaian tujuan negara secara umum. Bentuk kebijakan ini umumnya berupa kewajiban pembayaran pajak bagi warga negara.

Bentuk kebijakan ditinjau berdasarkan wujud nyata nya:

1. Gerakan (contohnya): Gerakan Orang Tua Asuh (GNOTA), Gerakan Penghijauan.

2. Peraturan perundangan: Peraturan Walikota No 23 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warung Internet.

3. Pidato atau pernyataan pejabat publik: Pidato Presiden 4. Program: Program KB

(17)

I.5.1.3.Proses Kebijakan Publik

Dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kebijakan publik, Dunn (Tangkilisan, 2003:7) mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harus dilakukan, yaitu:

1. Agenda setting: adalah proses pengumpulan isu-isu dan masalah publik yang mencuat ke permukaan melalui proses problem structuring. Menurut Dunn problem structuring memiliki empat fase yaitu: pencarian masalah, pendefenisian masalah, spesifikasi masalah, dan pengenalan masalah. Woll mengatakan bahwa suatu isu kebijakan dapat berkembang menjadi agenda kebijakan apabila memenuhi syarat sebagai berikut:

a) Memiliki efek yang besar terhadap kepentingan masyarakat,

b) Membuat analog dengan cara memancing dengan kebijakan publik yang pernah dilakukan,

c) Isu tersebut mampu dikaitkan dengan simbol-simbol nasional atau politik yang ada,

d) Terjadinya kegagalan pasar, dan

e) Tersedianya teknologi atau dana untuk menyelesaikan masalah publik.

(18)

informasi yang serba terbatas. Para aktor kebijakan tersebut harus mengidentifikasi kemungkinan kebijakan yang dapat digunakan melalui psoses peramalan (forecasting)untuk memecahkan masalah yang didalamnya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan yang akan dipilih.

3. Policy adoption: adalah penetapan keputusan yang sudah ditetapkan untuk menjadi solusi dari masalah publik tersebut. Tahap ini dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi alternatif kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang diinginkan dan merupakan langkah terbaik dalam mencapai tujuan tertentu bagi kemajuan masyarakat luas.

b) Pengidentifikasian kriteria-kriteria tertentu dan dipilih untuk menilai alternatif yang akan direkomendasikan.

c) Mengevaluasi alternatif-alternatif tersebut dengan menggunakan kriteria yang relevan agar efek posisi alernatif lebih besar dari efek yang terjadi.

(19)

5. Policy assessment atau penilaian kebijakan: pada tahap ini semua proses implementasi dinilai apakah sudah sesuai dengan rencana dalam program kebijakan dengan ukuran kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Proses penilaian tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu monitoring dan evaluasi. Monitoringdilakukan sewaktu proses pelaksanaan kebijakan masih berjalan dan bertujuan untuk melihat bagaimana program tersebut berjalan, biasanya dalam bentuk penelitian/ riset dan rekomendasi. dan evaluasi dilakukan setelah kebijakan tersebut telah selesai dilakukan. Evaluasi dilakukan terhadap program yang sudah selesai dan bertujuan untuk mengetahui bagaimana hasil dari program tersebut apakah mencapai sasaran.

I.5.2.Implementasi Kebijakan

I.5.2.1.Pengertian Implementasi Kebijakan

(20)

keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan yang besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan. Jadi implementasi merupakan suatu proses dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program pada tujuan kebijakan yang diinginkan.

Menurut Jones (Tangkilisan, 2003:17) terdapat tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi, yaitu:

1. Penafsiran: yaitu kegiatan yang menerjemahkan makna program kedalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

2. Organisasi: merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program kedalam tujuan kebijakan.

3. Penerapan: berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah dan lainnya.

I.5.2.2.Model-Model Implementasi Kebijakan

Untuk melihat bagaimana proses implementasi kebijakan itu berlangsung secara efektif, maka dapat dilihat dari berbagai model, yaitu:

A. Model Van Meter dan Van Horn (1975)

(21)

pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan suatu model konseptual yang menghubungkan kebijakan dengan kinerja kebijakan. Mereka menegaskan bahwa perubahan, kontrol dan kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep yang penting dalam prosedur-prosedur implementasi. Dengan memanfaatkan konsep-konsep tersebut maka permasalahan yang perlu dikaji dalam hubungan ini adalah:

a. Hambatan-hambatan apakah yang terjadi dalam mengenalkan perubahan dalam organisasi.

b. Seberapa jauhkah tingkat efektifitas mekanisme-mekanisme kontrol pada setiap jenjang struktur, masalah ini menyangkut kekuasaan dari pihak yang paling rendah dalam organisasi yang bersangkutan.

c. Seberapa pentingkah rasa keterikatan masing-masing orang dalam organisasi (masalah kepatuhan).

Dari pandangan tersebut maka Van Meter dan Van Horn membuat tipologi kebijakan menurut:

a. Jumlah masing-masing perubahan yang akan terjadi.

b. Jangkauan atau lingkup kesepakatan terhadap tujuan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi.

(22)

menghubungkan kebijakan dan kinerja dipisahkan oleh sejumlah variabel bebas yang saling berkaitan. Variabel bebas itu adalah:

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multi interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara agen implementasi.

2. Sumber Daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia seperti dana yang digunakan untuk mendukung implementasi kebijakan.

3. Komunikasi dan Penguatan Aktivitas

Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain agar tujuan kebijakan dapat tercapai.

4. Karakteristik Agen Pelaksana

Karakteristik agen pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semua hal tersebut akan mempengaruhi implementasi suatu program.

5. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik

(23)

6. Disposisi Implementor

Ini mencakup tiga hal, yakni: (a) respon implementor terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, (b) kognisi, pemahaman para agen pelaksana terhadap kebijakan, dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

B. Model Merilee S. Grindle (1980)

Merilee menyatakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut. Keunikan model Grindle terletak pada pemahaman yang komprehensif akan konteks kebijakan, khususnya yang menyangkut dengan implementor, penerima implementasi, dan arena konflik yang mungkin akan terjadi serta sumber daya yang akan diperlukan selama proses implementasi. Secara konsep dijelaskan bahwa model implementasi kebijakan yang dikemukakan Grindle menuturkan bahwa keberhasilan proses implementasi kebijakan sampai kepada tercapainya hasil tergantung kepada kegiatan program yang telah dirancang dan pembiayaan cukup, selain dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya.

Isi kebijakan yang dimaksud meliputi:

1. Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan (interest affected). 2. Jenis manfaat yang dihasilkan (tipe of benefit).

3. Derajat perubahan yang diinginkan (extent of change envisioned). 4. Kedudukan pembuat kebijakan (site of decision making).

(24)

Sedangkan konteks implementasi yang dimaksud meliputi: 1. Kekuasaan (power).

2. Kepentingan strategi aktor yang terlibat (interest strategies of actors involved).

3. Karakteristik lembaga dan penguasa (institution and regime characteristics).

4. Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana (compliance and responsiveness).

C. Model Mazmanian dan Sabatier (1983)

Model ini disebut sebagai model kerangka analisis implementasi. Mazmanian dan Sabatier mengklasifikasikan proses implementasi kebijakan kedalam tiga variabel, yaitu:

1. Karakteristik dari masalah (tractability of the problems) sering disebut dengan variabel independen. Indikatornya adalah:

a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran.

c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi. d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan.

2. Karakteristik kebijakan/ undang-undang (ability of statute to structure implementation) sering disebut dengan istilah variabel intervening,

indikatornya adalah:

a. Kejelasan isi kebijakan.

(25)

d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana.

e. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana. f. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan.

g. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan.

3. Variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation) sering disebut dengan istilah dependen. Indikatornya adalah:

a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi.

b. Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan. c. Sikap dari kelompok pemilih (constituency groups).

d. Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor.

D. Model George C. Edward III (1980)

George Edward III (dalam Winarno, 2002: 126) melihat implementasi kebijakan sebagai suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap implementasi kebijakan. Menurut George Edward III, dalam pendekatan studi implementasi harus dimulai dengan suatu pernyataan abstrak seperti yang dikemukakan sebagai berikut:

(26)

b. Apakah yang menjadi faktor penghambat utama bagi keberhasilan implementasi kebijakan?

Guna menjawab pertanyaan tersebut, George Edward III mengajukan empat faktor yang berperan penting dalam keberhasilan implementasi, yaitu:

1. Komunikasi (communication).

Implementasi kebijakan akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana. Konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan perlu dikomunikasikan sehingga pelaku kebijakan mengetahui secara tepat apa yang menjadi isi, tujuan, kelompok sasaran kebijakan, sehingga pelaku kebijakan dapat menyiapkan hal-hal apa saja yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses implementasi kebijakan bisa berjalan secara efektif dan sesuai dengan tujuan kebijakan itu. Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang amat kompleks dan rumit. Seseorang bisa menahannya hanya untuk kepentingan tertentu, atau menyebarluaskannya.

(27)

mengerti apa sesunguhnya yang akan diarahkan. Para implemetor kebijakan bingung dengan apa yang akan mereka lakukan sehingga jika dipaksakan tidak akan mendapatkan hasil yang optimal. Tidak cukupnya komunikasi kepada para implementor secara serius mempengaruhi implementasi kebijakan. Komunikasi implementasi mencakup beberapa hal yaitu: (a) transformasi informasi, (b) kejelasan informasi, dan (c) konsistensi informasi.

2. Sumber Daya (resource)

Bukan hanya isi sebuah kebijakan saja yang dikomunikasi secara jelas, sumber daya juga harus tetap dipersiapkan untuk dapat melaksanakan implementasi kebijakan. Ketersediaan sumber daya dalam implementasi kebijakan memegang peranan penting, karena implementasi kebijakan tidak akan efektif bilamana saumber-sumber pendukungnya tidak memadai. Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkansebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana.

(28)

pelaksana program ini disebabkan karena kebijakan konservasi energi merupakan hal yang baru bagi mereka dimana dalam melaksanakan program ini membutuhkan kemampuan yang khusus, paling tidak mereka harus menguasai teknik-teknik kelistrikan.Informasi merupakan sumberdaya penting bagi pelaksanaan kebijakan.

Ada dua bentuk informasi yaitu informasi mengenai bagaimana cara menyelesaikan kebijakan/program serta bagi pelaksana harus mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data pendukung kepetuhan kepada peraturan pemerintah dan undang-undang. Kenyataan dilapangan bahwa tingkat pusat tidak tahu kebutuhan yang diperlukan para pelaksana dilapangan.Kekurangan informasi/pengetahuan bagaimana melaksanakan kebijakan memiliki konsekuensi langsung seperti pelaksana tidak bertanggungjawab, atau pelaksana tidak ada di tempat kerja sehingga menimbulkan inefisien.Implementasi kebijakan membutuhkan kepatuhan organisasi dan individu terhadap peraturan pemerintah yang ada. Sumberdaya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk menentukan bagaimana program dilakukan, kewenangan untuk membelanjakan/mengatur keuangan, baik penyediaan uang, pengadaan staf, maupun pengadaan supervisor. Fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan/program harus terpenuhi seperti kantor, peralatan, serta dana yang mencukupi. Tanpa fasilitas ini mustahil program dapat berjalan.

3. Disposisi (sikap)

(29)

kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah.Ada tiga bentuk sikap/respon implementor terhadap kebijakan;kesadaran pelaksana, petunjuk/arahan pelaksana untuk merespon program kearah penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon tersebut.Para pelaksana mungkin memahami maksud dan sasaran program namun seringkali mengalami kegagalan dalam melaksanakan program secara tepat karena mereka menolak tujuan yang ada didalamnya sehingga secara sembunyi mengalihkan dan menghindari implementasi program.Disamping itu dukungan para pejabat pelaksana sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran program.

Dukungan dari pimpinan sangat mempengaruhi pelaksanaan program dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan pimpinan ini adalah Menempatkan kebijakan menjadi prioritas program, penempatan pelaksana dengan orang-orang yang mendukung program, memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin dan karakteristik demografi yang lain. Disamping itu penyediaan dana yang cukup guna memberikan insentif bagi para pelaksana program agar mereka mendukung dan bekerjasecara total dalam melaksanakan kebijakan/program.

4. Struktur Birokrasi (bereaucratic structure)

(30)

1.5.3.Kurikulum 2013

1.5.3.1. Pengertian Kurikulum

Menurut Hilda Taba, Kurikulum adalah sebuah rancangan pembelajaran, yang disusun dengan mempertimbangkan berbagai hal mengenai proses pembelajaran serta perkembangan individu. Sedangkan Ronald C. Doll (1964:15) menjelaskan bahwa kurikulum merupakan keseluruhan pengalaman yang ditawarkan pada anak-anak peserta didik di bawah arahan dan bimbingan sekolah.

Dr. Dede Rosyada, M.A. (2004:26) mengatakan bahwa kurikulum merupakan inti dari sebuah penyelenggaraan pendidikan. Murray Print. mendefinisikan Kurikum sebagai semua ruang pembelajaran terencana yang diberikan kepada siswa oleh lembaga pendidikan dan pengalaman yang dinikmati oleh siswa saat kurikulum itu terapkan.

Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa.Dengan program itu, para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar.

1.5.3.2. Fungsi Kurikulum

(31)

1. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai tujuan pendididkan. Dalam hal ini, alat untuk menempa manusia yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pendidikan suatu bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama karena setiap bangsa dan Negara mempunyai filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai segi, baik segi agama, idiologi, kebudayaan, maupun kebutuhan Negara itu sendiri. Dengan demikian, dinegara kita tidak sama dengan Negara-negara lain, untuk itu, maka:

a. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, b. Kuriulum merupakan program yang harus dilaksanakan oleh guru dan

murid dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan-tujuan itu, c. kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses

belajar mengajar dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. 2. Fungsi Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan Kurikulum Bagi Sekolah

yang Bersangkutan mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan

b. Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut, fungsi ini meliputi:

1) Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan 2) Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan

(32)

1.5.3.3. Kurikulum 2013

Pada tahun ajaran baru 2013/2014 pemerintah menetapkan diberlakukannya kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 menggantikan KTSP. Penyusunan Kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan KBK yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, dimana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati (Sisdiknas, 2012).

Penyusunan kurikulum 2013 juga menitikberatkan pada penyederhanaan, tematik-integratif mengacu pada kurikulum 2006 (KTSP). Dimana ada beberapa permasalahan di antaranya;

1. Konten kurikulum yang masih terlalu padat, ini ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak;

2. Belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional;

(33)

metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum;

4. Belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global;

5. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru;

6. standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan

7. KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir. Dalam alasan-alasan tersebut ada faktor kompetensi masa depan, dimana lulusan harus mampu berkomunikasi, berpikir jernih dan kritis, mampu mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan.

Disini terlihat bahwa lulusan yang lahir dari penerapan kurikulum berbasis karakter ini dapat menjadi lulusan yang hebat dan mampu bersaing di dunia internasional jika kurikulum dijalankan dengan baik dan benar oleh semua pihak yang bersangkutan.

1.5.3.4. Proses Pembelajaran Kurikulum 2013

(34)

1. Pembelajaran intra kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan matapelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat. Pembelajaran didasarkan pada prinsip berikut : a. Proses pembelajaran intra-kurikuler Proses pembelajaran di SD/MI

berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, danSMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru.

b. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).

2. Pembelajaran ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu.Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan.Pramuka adalah kegiatan ekstra-kurikuler wajib.

Kegiatan ekstra-kurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kurikulum.Kegiatan ekstra-kurikuler berfungsi untuk:

a. Mengembangkan minat peserta didik terhadap kegiatan tertentu yang tidak dapat dilaksanakan melalui pembelajaran kelas biasa.

b. Mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada kepemimpinan, hubungan sosial dan kemanusiaan, serta berbagai ketrampilan hidup.

(35)

b. Masyarakat c. Alam

Kegiatan ekstra-kurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan intra-kurikuler.

I.5.4. Implementasi Kurikulum 2013

Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

1. Pemerintah bertanggung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan kurikulum.

2. Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara nasional.

3. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.

4. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota terkait.

Strategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:

1. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan 2. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

3. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan

(36)

5. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan.

Dalam kurikulum 2013, guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran afektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan. Berkaitan dengan hal tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :

1. Merancang pembelajaran secar efektif dan bermakna.

Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum, dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik.Hal tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.

Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagigis, psikologi, dan didaktis secara bersamaan.

2. Mengorganisasikan pembelajaran.

(37)

3. Memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran.

Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learing), bermain peran, pembelajaran partisipatif (participative teaching and learning), belajar tuntas (mastery learning), dan pembelajaran konstruktivisme (constructivism teaching and learning).

4. Melaksanakan pembelajaran, pembentukan kompetensi, dan karakter.

Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013 merupakan keseluruhan proses belajar, pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik yang direncanakan. Untuk kepentingan tersebut maka kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standart, indikator hasil belajar, dan waktu yang harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran sehinga peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan dan pengalaman belajar yang optimal. Dalam hal ini, pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Pada umumnya kegiatan pembelajaran mencangkup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup.

(38)

suatu upaya strategis untuk mensinergikan komponen-komponen tersebut, terutama guru dan kepala sekolah dalam membudayakan kurikulum.

Membudayakan kurikulum dapat diartikan bahwa implementasi kurikulum tersebut masuk dalam budaya sekolah, yang merefleksikan nilai-nilai dominan, norma-norma, dan keyakinan semua warga sekolah, baik peserta didik, guru, kepala sekolah, maupun tenaga kependidikan lain.

1.6.Definisi Konsep

Menurut Singarimbun (1995:33), konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti.Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan akan memperoleh suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran dari suatu kebijakan itu sendiri.

2. Kurikulum 2013

(39)

35, dimana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

3. Implementasi Kurikulum 2013

Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 59 Tahun 2014Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah studi kasus di SMAN 3 Medan adalah model implementasi kebijakan George Edward. Yaitu terdiri dari :

a) Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan.

b) Sumber Daya (resources): merupakan segala sumber yang dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia, anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan.

c) Disposisi (disposisition) merupakan sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan yang sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik.

(40)

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika laporan ini ditulis dalam enambab yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika laporan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang meliputi keadaan geografis, kependudukan, sosial, ekonomi, dan pemerintahan.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini membahas tentang hasil data-data yang diperoleh di lapangan.

BAB V ANALISIS DATA

(41)

BAB VI PENUTUP

(42)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.Penelitian deskriptif menurut Singarimbun dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu dengan mengembangkan konsep dan menghimpun data, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa.

Adapun alasan peneliti menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif adalah memaparkan atau mendeskripsikan bagaimana impelementasi kurikulum 2013 di SMAN 3 Medan.

II.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat yang akan diteliti dalam mencari dan mengumpulkan data berguna dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan pada SMA Negeri 3 Medan, Jl. Budi Kemasyarakatan No. 3 Medan.

II.3. Informan Penelitian

(43)

menjadi informasi yang akan memberikan berbagai informasi yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan tersebut.

Menurut Suyanto (2005 : 172) informan penelitian beberapa macam, yaitu:

1. Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian yaitu Kepala Bidang Kurikulum SMA Negeri 3 Medan yaitu Bapak Mahmun Zulkifli, S.Pd, M.Si.

2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti yaitu guru bidang studi Bahasa Inggris SMA Negeri 3 Medan yaitu Ibu Ruwaida Sulaiman dan Siti Zulfah.

3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti yaitu Murid SMAN 3 Medan.

II.4. Teknik Pengumpulan Data

(44)

Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dibagi menjadi dua cara , yaitu :

A. Teknik pengumpulan Data Primer merupakan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan barkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan dengan instrument sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara ialah suatu bentuk komunikasi ataupun interaksi yang dilakukan oleh seorang peneliti ataupun subjek penelitian dengan seorang informan untuk mengumpulkan informasi dan data suatu lokasi ataupun suatu hal yang bersifat fakta.

2. Metode Kuisioner

Teknik pengumpulan data melalui pemberian daftar pertanyaan secara tertutup kepada responden yang dilengkapi dengan berbagai alternatif jawaban. Respondennya adalah siswa di SMA Negeri 3 Medan.

3. Observasi lapangan

Merupakan suatu bentuk ataupun tindakan untuk mencari dan mengumpulkan data dan informasi dengancara terjun langsung ke lapangan dan melihat sendiri situasi dan kondisi serta keadaan di lokasi penelitian tersebut. Kemudian dari kegiatan observasi tersebut peneliti akan membuat catatan ataupun gambar nyata dari lokasi penelitian tersebut.

(45)

mendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan sebagai instrument sebagai berikut :

1. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan objek peneliti, menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan dengan instansi terkait dari Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Medan sehubungan dengan Implementasi Kurikulum 2013 di SMA Negeri 3 Medan.

2. Studi kepustakaan

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literature seperti buku, majalah, jurnal, dan laporan penelitian, serta yang lainnya.

II.5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi.

(46)

menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.

Menurut Miles dan Huberman (2007:174), analisis terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:

1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabsahan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan

2. Penyajian data; penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih

(47)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI

III.1. Sejarah Singkat SMAN 3 Medan

SMA Negeri 3 Medan didirikan pada tahun 1954 dan dikepalai oleh Bapak Iskandar Simanjuntak dari tahun 1954 s/d 1957. Pada awal berdirinya, lokasi SMA Negeri 3 Medan berada di Jalan Seram, kemudian pindah ke Simpang Limun tahun 1957 s/d 1961, dikepalai oleh Bapak Ardion Sutan Kaliraja Siregar. Pada tahun 1961, lokasi SMA Negeri 3 Medan dipindahkan ke Jalan Pelajar dan dikepalai oleh Bapak Hadian Abdillah dari tahun 1961 s/d 1963. Kemudian dari tahun 1963 s/d 1965 lokasi SMA Negeri 3 Medan dipindahkan kembali ke Simpang Limun dan dikepalai oleh Bapak Putu Mas. Selanjutnya lokasi SMA Negeri 3 Medan kembali lagi ke Jalan Seram mulai dari tahun 1965 s/d 1976 dan Kepala Sekolahnya berturut-turut dipimpin oleh Bapak Lajim Bangun (1965 s/d 1967), Bapak Drs. Kadar Efendy (1967 s/d 1976), Bapak M. Daim Tanjung (1976-1977), Bapak Abdul Rahim Batubara (1977-1984), Bapak Marolop Siahaan (1984-1985), Bapak Drs. Tasrir Ismail (1985-1987), Bapak Drs. H. M. Syarif (1987-1989), Ibu Hj. Khairiyah (1989-1995), Bapak Ruslan Hasan (1995-1997), Bapak Zamardin Arman (1997-1998), Bapak Drs. Burhanuddin Lubis (1998-2005), Ibu Dra. Hj. Rebekka Girsang (2005-2006), dan Bapak Drs. Sahlan Daulay, M.Pd (2006-Sekarang).

(48)

strategis, sehingga pada tahun 1978 lokasi SMA Negeri 3 Medan dipindahkan ke Jalan Budi Kemasyarakatan No. 3 Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat. Pada awal pindahnya SMA Negeri 3 Medan di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat dipimpin oleh Bapak Abdul Rahim Batubara sampai dengan tahun 1984.

Sampai saat ini SMA Negeri 3 Medan masih tetap eksis berada di Jalan Budi Kemasyarakatan No. 3 Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat Kota Medan. Perjalanan panjang yang telah dilalui SMA Negeri 3 Medan dari awal berdirnya hingga sekarang membuat SMA Negeri 3 Medan benar-benar mampu menjadi sekolah yang matang, sesuai dengan usia dan pengalaman yang telah dilaluinya sehingga mampu melahirkan siswa-siswa yang kelak dikemudian hari menjadi orang-orang penting, sukses dan berguna ditengah-tengah masyarakat, negara, bangsa, dan agama. Semua kesuksesan tersebut tidak lepas dari hasil jerih payah segenap guru-guru SMA Negeri 3 Medan yang ikhlas memberikan ilmunya dan mendidik siswa-siswinya sampai sekarang.

(49)
[image:49.595.113.563.117.679.2]

Tabel 3.1 : Daftar Nama Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Medan

NO NAMA KEPALA SEKOLAH PERIODE TUGAS

1. Iskandar Simanjuntak Tahun 1954 s/d Tahun 1957

2. Sutan Kaliraja Siregar Tahun 1957 s/d Tahun 1961

3. Hadian Abdillah Tahun 1961 s/d Tahun 1963

4. Putu Mas Tahun 1963 s/d Tahun 1965

5. Lajim Bangun Tahun 1965 s/d Tahun 1967

6. Drs. Kadar Effendi Tahun 1967 s/d Tahun 1976

7. M. Daim Tanjung Tahun 1976 s/d Tahun 1977

8. Abd. Rahim Batubara Tahun 1977 s/d Tahun 1984

9. Drs. Marolop Siahaan Tahun 1984 s/d Tahun 1985

10. Drs. Tasrir Ismail Tahun 1985 s/d Tahun 1987

11. Drs. H. M. Syarief Tahun 1987 s/d Tahun 1989

12. Dra. Hj. Khairiah Tahun 1989 s/d Tahun 1995

13. Ruslan Hasan Tahun 1995 s/d Tahun 1997

14. Drs. Zamardin Abbas Tahun 1997 s/d Tahun 1998

15. Drs. Burhanuddin Lubis Tahun 1998 s/d Tahun 2005

16. Dra. Hj. Rebekka Girsang Tahun 2005 s/d Tahun 2006

(50)

III.2. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Medan Nomor statistik : 301076003002

Sekolah

Nomor Pokok Sekolah : 10210856 Nasional

Penyelenggara Sekolah : Pemerintah Status : Negeri Alamat Sekolah :

a. Jalan : Jl. Budi Kemasyarakatan No. 3 Medan b. Kelurahan : Pulo Brayan Kota

c. Kecamatan : Medan Barat d. Kota : Medan

e. Provinsi : Sumtera Utara f. Kode Pos : 20116

g. Nomor Telepon : 061-6619128

h. Website

DATA TANAH/ BANGUNAN

(51)

III.3. Tujuan dan Sasaran Sekolah

SMA ini juga memiliki tujuan serta sasaran yang harus dicapai sekolah guna untuk membuat sekolah menjadi sekolah unggulan di Sumatera Utara. Adapun yang menjadi tujuan dari SMA Negeri 3 Medan, yaitu :

1. Terwujudnya lulusan yang beriman dan bertaqwa, menguasai IPTEK, mampu bersaing di era global, dan dapat dapat mempertahankan budaya bangsa.

2. Tercapainya pemenuhan 8 SNP secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan kondisi sekolah

3. Terwujudnya pengembangan kreativitas peserta didik baik dalam bidang akademik maupun non akademik

4. Tercapainya peningkatan keterampilan menggunakan media Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

5. Tercapainya peningkatan kemampuan guru dalam pemahaman dan implementasi SNP

6. Tercapainya peningkatan perolehan rata-rata ujian akhir nasional

7. Tercapainya peningkatan kedisiplinan dan ketertiban peserta didik dalam mewujudkan program kesiapsiagaan

8. Tercapainya peningkatan kuantitasdan kualitas fasilitas/sarana/prasarana di lingkungan sekolah.

9. Tercapainya peningkatan jumlah lulusan yang diterima di perguruan tinggi yang terakreditasi.

(52)

11.Tercapanya peningkatan kerjasama dengan orangtua, masyarakat sekitar, dan institusi lain.

12.Tercapainya peningkatan kegiatan 10 K (Ketaqwaan, Kerindangan, Keindahan, Keamanan, Ketertiban, Kekeluargaan, Kebersihan, Keterbukaan, Keteladanan dan Kenyamanan).

Dan yang menjadi Sasaran dari SMA Negeri 3 Medan, yaitu :

Berdasarkan visi, misi, dan tujuan sekolah yang diuraikan di atas, sasaran SMA Negeri 3 Medan Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah sebagai berikut:

Sasaran 1 : Peningkatan pemahaman dan keterampilan seluruh warga sekolah terhadap 8 SNP dan implementasinya dalam proses pendidikan di sekolah

Sasaran 2 : Peningkatan perolehan hasil belajar peserta didik, baik untuk KKM mata pelajaran maupun perolehan nilai Ujian Nasional sehingga mencapai minimal 75%

Sasaran 3 : Peningkatan disiplin seluruh warga sekolah (guru, tata usaha, dan karyawan lainnya, serta peserta didik) ditandai dengan terciptanya 10 K dan kehadiran minimal 95%

Sasaran 4 : Peningkatan partisipasi masyarakat dan orang tua, baik dalam dukungan moril maupun materil dengan pencapaian kehadiran pada rapat komite sekolah dan kemampuan membayar sumbangan masing-masing mencapai minimal 90%

(53)

Sasaran 6 : Penambahan sarana dan prasarana untuk kegiatan praktikum pada Laboratorium Komputer, sehingga mampu menampung minimal 2 rombongan belajar

Sasaran 7 : Pemenuhan sarana dan prasarana untuk kegiatan praktikum pada Laboratorium Bahasa, sehingga mampu menampung minimal 1 rombongan belajar

Sasaran 8 : Penambahan sarana dan prasarana, terutama pemenuhan IT sehingga minimal 75% ruang dilengkapi perangkat IT yang terhubung dengan jaringan internet dalam upaya mendukung program Sekolah Model Pusat Sumber Belajar (PSB)

Sasaran 9 : Peningkatan kualitas pembelajaran melalui permbelajaran berbasis IT minimal untuk 16 mata pelajaran

Sasaran 10 : Peningkatan mutu lulusan dan jumlah lulusan yang diterima di Perguruan Tinggi terakreditasi sehingga menacapai minimal 75%

Sasaran 11 : Penataan dan pemeliharaan lingkungan sekolah dalam upaya mewujudkan Sekolah Adiwiyata (sekolah berwawasan lingkungan)

(54)

BAB IV PENYAJIAN DATA

IV.1 Identitas Informan

Seperti yang telah diuraikan dari bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kurikulum 2013 di SMANegeri 3 Medan, mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran bidang studi bahasa inggris menurut kurikulum 2013 di SMA Negeri 3 Medan, dan mengetahui kelemahanan pembelajaran bahasa inggris menurut kurikulum 2013 di SMA Negeri 3 Medan. Dengan demikian untuk mengetahui implementasi Kurikulum 2013 tersebut maka terlebih dahulu dikemukakan identitas informan dalam penelitian ini.

Informan yang dijadikan objek dalam penelitian di SMA Negeri 3 Medan diambil sebanyak 1 orang informan kunci (Kepala Bidang Kurikulum), 2 orang guru Bahasa Inggris dan 40 orang siswa sebagai informan tambahan. Hal ini dilakukan untuk menjamin keabsahan dan informasi yang diperoleh selama penelitian.Berikut ini merupakan ditribusi jawaban informan tambahan atau siswa – siswi SMAN 3 Medan sebanyak 40 orang.

IV.2 Disribusi Jawaban Informan Tentang Implementasi Kurikulum 2013 Sesuai Dengan Peraturan Mentri No 59 Tahun 2015

(55)

dari negara atau negara yang sama dan dengan negara lain. Indonesia sebagai negara yang besar dan majemuk, mengharuskan negara ini harus memfokuskan pada pengembangan dan peningkatan kualitas persaingan masyarakatnya salah satunya adalah melalui pendidikan. Berdasarkan hasil The Global Competitiveness Report atau laporan persaingan globaltahun 2013 -2014

menempatkan Indonesia pada peringkat 38 dan peringkat 3 di ASEAN dan untuk Human Development Index UNDP tahun 2014 menempatkan Indonesia

diperingkat 121 dari 185 negara dengan rata – rata penduduk Indonesia hanya mengenyam pendidikan 5,8 tahun. (Sumber:

Berdasarkan hasil tersebut maka diperoleh informasi bahwa kemampuan dan daya saing penduduk Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara lain, hal tersebut dapat tercipta dikarenakan masih lemahnya sistem pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan ketidak sesuaian kurikulum dengan perkembangan zaman yang sudah semakin pesat berkembang.

(56)

Kurikulum2013 atau Pendidikan BerbasisKarakter adalah sebuah kurikulum baru yang dicetuskan oleh pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.Kurikulum ini menggantikan pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan.Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik dipilih sesuai dengan pilihan mereka.Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK) sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7 – 15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan SMP.

(57)

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No 59 tahun 2014 yang mengatur tentang kerangka dasar kurikulum, struktur kurikulum, silabus dan pedoman mata pelajaran di Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah terdapat perbedaan yang mendasar antara Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No 59 tahun 2014 dengan Peraturan Mentri 81a Tahun 2013 dimana dalam Peraturan Mentri 81a Tahun 2013 diatur secara keseluruhan kegiatan mulai dari kurikulum sampai kegiatan siswa sedangkan di Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 59 Tahun 2014 hanya mengatur tentang kurikulum dan untuk kegiatan siswa diatur dalam Peraturan Menteri lainnya. Adapun indikator – indikator tersebut yaitu:

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy makers) kepada pelaksana kebijakan (policy implementors).Kata komunikasi sering disamakan dengan sosialisasi dalam sebuah implementasi, dimana pengambil kebijakan dengan lembaga yang dibentuk mencoba menginformasikan atau mensosialisasikan kepada target sosialisasi dalam upaya untuk menghidari kesalahan dalam pelaksanaan tugas yang diserahkan.

(58)
[image:58.595.166.512.248.367.2]

2013 pada jenjang SMA dan untuk membantu para siswa dan guru di SMAN 3 medan tentang kurikulum 2013.

Tabel 4.1 Distribusi Jawaban Informan Tentang Dukungan Kelanjutan Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 59 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013

No. Kategori Jumlah Informan (Orang)

Frekuensi (%)

1 Setuju 30 75%

2 Tidak Setuju 10 25%

Jumlah 40 100%

Sumber: Hasil penelitian, 2015

Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas siswa setuju sebanyak 30 orang atau 75% bahwa kurikulum 2103 dilanjutkan dengan alasan karena informan sudah terbiasa dan merasa bahwa kurikulum 2013 ini sudah sesuai dengan kebutuhan dari siswa itu sendiri. Sedangkan sebanyak 10 orang atau 25% menjawab tidak setuju kurikulum 2013 dilanjutkan dengan alasan kurikulum 2013 terlalu membebankan siswa untuk terus aktif dalam kegiatan belajar. Dari hasil tersebut diperoleh kesimpulan bahwa kurikulum 2013 dapat terus dilanjutkan hanya saja diperlukan diperlukan juga perhatian terhadap beban siswa dalam mengikuti kegiatan belajar khususnya dalam pelaksanaan metode belajar.

(59)

dan kreatif dalam belajar dan bagi guru agar lebih kreatif dalam menyusun konsep atau silabus mata pelajaran.

2. Sumber Daya (Resources)

Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan. Edward III mengemukakan bahwa bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan serta bagaimanapun akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif. Sumber daya di sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan.Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia, anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan.

(60)

infocus,dan kelengkapan buku pelajaran juga sudah disediakan baik untuk guru

ataupun untuk siswa.

3. Disposisi (Disposition)

[image:60.595.176.515.635.744.2]

Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan atau sasaran.Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dan komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam asa program yang telah digariskan, sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakn akan membuat mereka selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak akan terlaksana dengan baik.

Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Informan Tentang Pemahaman Konsep dan Metode Pada Kurikulum 2013

No. Kategori Jumlah Informan (Orang)

Frekuensi (%)

1 Paham 40 100%

2 Tidak Paham 0 0

Jumlah 40 100%

(61)
[image:61.595.179.511.387.509.2]

Berdasarkan hasil tabel diatas maka diperoleh informasi bahwa seluruh informan/siswa di SMAN 3 Medan sudah paham dan mengerti tentang metode dan konsep dari kurikulum 2013.Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa di SMAN 3 Medan sudah paham dengan metode dan konsep kurikulum 2013.Kemudian hasil wawancara dengan informan kunci tentang bagaimana siswa dan guru mengetahui dan memahami tentang kurikulum 2013, yaitu melalui dari pelaksanaan sosialisasi berupa seminar untuk guru dan untuk siswa sendiri disosialisasikan saat dalam kegiatan belajar.

Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Informan Tentang Kepuasan Terhadap Hasil Evalusasi Belajar Pada Kurikulum 2013

No. Kategori Jumlah Informan (Orang)

Frekuensi (%)

1 Puas 25 62.5%

2 Tidak Puas 15 37.5%

Jumlah 40 100%

Sumber: Hasil penelitian, 2015

(62)

4. Struktur Birokrasi (Bureucratic Structure)

Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri.Aspek pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat standart operation procedur (SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.

(63)

IV.3 Hasil Wawancara

IV.3.1 Hasil Wawancara dengan Informan Kunci (KepalaBidang Kurikulum SMAN 3 Medan)

Wawancara dilakukan dengan informasi kunci yaitu oleh Kepala Bidang Kurikulum SMAN 3 Medan yaitu Mahmun Zulkifli, S.Pd, M.Si. Wawancara ini dilakukan pada hari Kamis, 2 April 2015 pukul 10.00 WIB di SMAN 3 Medan dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan judul penelitian.

Terkait dengan Implementasi Kurikulum 2013, penulis menanyakan tentang Bagaimana tanggapan tentang kurikulum 2013.

“Secara Umum 2013 lebih baik dari kurikulum 2006 karena lebih

mengakomodir kegiatan siswa dan menitik beratkan pada kreativitas

siswa.Dalam kurikulum 2013 siswa dituntut untuk berperan aktif menggunakan

kemampuan nalarnya untuk mengembangkan setiap ide – ide menjadi sebuah

hasil dapat berupa karya ilmiah atau lainnya.Dalam kurikulim 2013 yang

berubah.”

Kemudian KepalaBidang Kurikulum SMAN 3 Menambahkan tentang implementasi kurikulum yang dilaksanakan oleh SMAN 3 :

“ SMAN 3 Medan sudah menjalankan kurikulum 2013 sudah 2 tahun dan menjadi sekolah pendamping di subrayon untuk mensosialisasikan kurikulum 2013 dan

pelaksaanya”

(64)

Siswa dan guru telah memahami tentang metode dan sistem belajar pada kurikulum 2013, guru di SMAN 3 telah mampu menciptakan sistem

pelajaran yang mampu mendorong kreativitas siswanya dan siswa juga telah

mampu mengaplikasikan dan mengembangkan

Gambar

Tabel 3.1 : Daftar Nama Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Medan
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Informan Tentang  Kepuasan Terhadap

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pengaruh tekanan pembriketan dan persentase komposisi bahan bakar terhadap briket yang dihasilkan, kemudian diuji sifat-sifat fisiknya untuk memperoleh briket campuran jerami padi

Sehubungan belum adanya penelitian atau informasi tentang perilaku gizi pada pasien diabetes disana, maka peneliti tertarik untuk melihat perbedaan kadar glukosa darah

Dalam melakukan kegiatan investasi reksa dana syariah dapat melakukan apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan syariah, diantara investasi tidak halal yang tidak boleh dilakukan

Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,

1) Pengukuran/pematokan dilaksanakan oleh Pemborong pelaksana bersama-sama dengan unsur Suku Dinas Pertamanan Kotamadya Jakarta Barat, Pengawas dan Perencana untuk

seperti penelitian Novrizal yang mengatakan pengembangan Aplikasi BMT mobile pada smart phone perlu dikembangan dalam memaksimalkan pemasaran.Strategi pemasaran

Berdasarkan Hasil Evaluasi t erhadap Dokumen Penaw aran dan Evaluasi t erhadap persyarat an kualifikasi yang t elah saudara sampaikan unt uk Pekerjaan REHABILITASI GEDUNG