• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komposit Polietilena Dengan Serbuk Sekam Padi Sebagai Alternatif Bahan Jerigen Plastik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komposit Polietilena Dengan Serbuk Sekam Padi Sebagai Alternatif Bahan Jerigen Plastik"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Magister Sains

Dalam Program Studi Magister Ilmu Fisika

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MARYONO

067026014/FIS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TESIS

Oleh

MARYONO

067026014/FIS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Program Studi : Ilmu Fisika

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Basuki Wirjosentono, M.S., Ph.D) Ketua

(Prof. Drs. Mohammad Syukur, M.Sc) (Dra. Nursyamsu Bahar, M.S)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Basuki Wirjosentono, M.S., Ph.D Anggota : 1. Prof. Drs. Mohammad Syukur, M.Sc

2. Dra. Nursyamsu Bahar, M.S 3. Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc

4. Dra. Justinon, M.Si

(5)

PE dengan SSP dengan komposisi SSP 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% kedalam mesin Ekstruder. Ekstrudat yang dihasilkan kemudian dibentuk menjadi film dengan menggunakan mesin Hot Press dengan variasi waktu untuk masing-masing komposisi selama 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit dan 30 menit. Sebagai pembanding komposit PE-SSP yang dihasilkan adalah PE murni dan Jerigen Plastik Industri (JPI). Karakterisasi terhadap film komposit PE-SSP meliputi Uji Tarik, Uji Defferential Thermal Analysis (DTA) dan Uji Scanning Electrone Microscope (SEM).

Data hasil Uji Tensil bahan komposit PE-SSP menunjukkan bahwa penambahan SSP pada PE menurunkan kekuatan tarik komposit PE-SSP. Hasil Uji SEM menunjukkan bahwa bahan SSP pada komposit PE-SSP dapat tercampur secara homogen. Hasil uji DTA menunjukkan bahwa penambahan SSP pada PE, menurunkan temperature transisi glass (TG) dan titik leleh PE serta menaikkan

temperatur dekomposisi PE.

Sebagai pembanding terhadap komposit PE-SSP adalah PE murni dan JPI. Berdasarkan data hasil Uji Karaktristik terhadap PE dan JPI diperoleh kesimpulkan bahan komposit PE-SSP yang dihasilkan lebih rendah dari bahan Jerigen Plastik Industri (JPI).

Kata Kunci: Polietilena, Serbuk Sekam Padi, Jerigen Plastik Industri,Temperatur

(6)

Extruder Machine. Extrudat was producted than be prosessed by Hot Press Machine on different variety time, example 5 minutes, 10 minutes, 15 minutes, 20 mintes, 25 minutes and 30 minutes. Comparative composit PE-SSP was product is pure polietilena (PE) and Jerigen Plastik Industri (JPI). Caracteristic of film including Tensile Test, Defferential Thermal Analysis (DTA) Test and Scanning Electrone Microscope (SEM) Test.

Produced by Tensile Test pointed, by added SSP as fill matrix PE to turn strength matrix. Produced by SEM Test pointed to add SSP on PE can homogen mixed. Produced DTA Test pointed by added SSP to turn Glass Temperature Transition (TG), Melting Point PE and to high Decomposition Temperature PE.

According by produced characteristic Test for PE-SSP composit matrix, PE matrix and JPI matrix as comperativ can mean PE-SSP composit produced increase Jerigen Plastik Industri (JPI)

(7)

dari awal hingga akhir. Shalawat beserta salam atas junjungan Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya yang telah memberikan petunjuk bagi umat manusia menuju kejalan yang benar.

Kemudian penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada kedua orang tua Miran dan Tasmi, Ibu mertua Hj. Nadjahah Adrais, Istri Juleta Lubis, anak-anak Siti Nurrahmah, Fauziyah Husna dan Ikhwanul Luthfi, yang selalu setia dan tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan dorongan serta tidak putus-putusnya berdo’a kepada Allah SWT.

Kemudian penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada komisi pembimbing Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, M.S., Ph.D., Bapak Prof. Drs. Muhammad Syukur, M.Sc., Ibu Dra. Nursyamsu Bahar, M.S. Ketua Program Studi Ilmu Fisika Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc. Sekretaris Program Studi Ilmu Fisika Bapak Drs. Muhammad Nasir Saleh, M.Sc. Bapak, Ibu dosen beserta Staf Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya, semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa yang mambalasnya.

Kemudian penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Chairuddin P Lubis, DTM & H, Sp.A (K), Direktur Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. Beserta Staf yang telah memfasilitasi proses pendidikan di kampus ini.

Kemudian penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada Pemprovsu, Kepala Dinas Pendidikan Tk.I dan Kepala Dinas Pendidikan Tk.II yang telah memberikan kesempatan dan beasiswa kepada penulis.

Seterusnya penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak H. Zainal Arifin Hasibuan selaku mantan Kepala SMA Negeri 8 Medan, Bapak Drs. Salmi Effendi, M.Pd selaku kepala SMA Negeri 8 Medan, Bapak/Ibu guru dan staf tata usaha SMA Negeri 8 Medan, serta siswa-siswi SMA Negeri 8 Medan yang telah memberikan kesempatan, dorongan, dukungan serta do’anya.

Akhirnya penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan kesempatan, dorongan, dukungan dan do’anya, kepada Allah Tuhan Yang Maha Esalah penulis serahkan untuk membalasnya. Semoga ilmu yang telah penulis dapatkan dapat berguna bagi nusa, bangsa dan Negara. Amiin.

Penulis,

(8)

Nama lengkap berikut gelar : Drs. Maryono

Tempat dan Tanggal Lahir : Hinai, 25 Januari 1968

Alamat Rumah : Jl. Benteng Hulu Gang Amin No. 18 AB/5

Medan Kode Pos 20225

Telepon : (060) 77807975

Instansi Tempat Bekerja : SMA Negeri 8 Medan

Alamat Kantor : Jl. Sampali No. 23 Medan Kode Pos 20211

Telepon : (061) 4530343

DATA PENDIDIKAN

SD : SD Negeri 053985 Hinai Tamat : 1982

SMP : SMP Negeri 2 Tanjung Pura Tamat : 1985

SMA : SMA Negeri 1 Tanjung Pura Tamat : 1988

Strata-1 : FMIPA IKIP Medan Tamat : 1993

(9)

ABSTRAK ...i

2.5. Jerigen Plastik (a). JPI. (b). JPI Kemasan Minyak Goreng Ukuran 5 liter ...17

BAB III METODE PENELITIAN ...18

3.1.Alat ...18

3.2. Bahan ...18

(10)

3.6. Penyediaan Jerigen Plastik Industri (JPI) dan Polietilena

(PE) sebagai Pembanding Komposit PE-SSP ...22

3.7. Karakteristik Polimer JPI dan PE ...22

3.8. Bagan Penelitian ...23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...24

4.1. Analisis Sifat Kimia dan Komposisi Serbuk Sekam Padi ...24

4.2. Analisis Sifat Fisis dan Morfologis Serbuk Sekam Padi ... 25

4.3. Analisis Visual Bahan Komposit ... 26

4.4. Hasil Uji Mekanik Spesimen ...28

4.5. Hasil Uji SEM Spesimen ………...33

4.6. Hasil Uji DTA Spesimen...35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...39

5.1. Kesimpulan ...39

5.2. Saran ...39

DAFTAR PUSTAKA ...40

(11)

2.1 Kekuatan Tarik, Tekan dan Lentur Bahan Polimer ...14

4.1 Sifat Kimia dan Komposisi Serbuk Sekam Padi ... 24

4.2 Sifat Fisis dan Morfologi Serbuk Sekam Padi ...26

4.3 Kekuatan Tarik dan Kemuluran PE, JPI dan PE-SSP pada

Kondisi Optimum...30

4.4 Temperatur Transisi Glass, Titik Leleh dan Temperatur

(12)

2.1 Ikatan Kimia Polietilena (a). Etilena. (b). Polietilena ...6 (e). Film Komposit PE-SSP 30%. (f). Film Komposit PE-SSP 40%. (g). Film Komposit PE-SSP 50% ... 27

4.2 Film Spesimen Kondisi Optimum Setelah Dilakukan Uji Tarik... 31

4.3 Kurva Tegangan-Regangan Spesimen. (a). PE 100%-20 Menit. (b).JPI 100%-15 Menit. (c). PE-SSP 20%-15 Menit...32

4.4 Permukaan Spesimen Sebelum Uji Tarik dan Daerah Patahan pada Kondisi Optimum. (a). Permukaan PE Sebelum Uji Tarik. (b). Permukaan PE pada Daerah Patahan Sesudah Uji Tarik. (c). Permukaan JPI Sebelum Uji Tarik. (d). Permukaan JPI pada Daerah Patahan Sesudah Uji Tarik. (e). Permukaan PE-SSP Sebelum Uji Tarik. (f). Permukaan PE-SSP pada Daerah Patahan Sesudah Uji Tarik ...34

(13)

A Data Hasil Uji Morfologi Serbuk Sekam Padi ...41

B Data Hasil Uji Komposisi Serbuk Sekam Padi ...42

C Data Hasil Uji Tarik/Uji Mulur Spesimen (ASTM D Type IV)...43

D Kekuatan Tarik dan Kemuluran Spesimen ...44

E Kurva Tegangan-Regangan Hasil Uji Karakteristik Spesimen ...45

F Foto Permukaan dan Daerah Patahan Spesimen Hasil Uji SEM Laboratorium Pendidikan Teknik Kima Industri (PTKI) Medan...59

G Gambar Kurva DTA Bahan PE, JPI dan Komposit PE-SSP Hasil Uji DTA Laboratorium Pendidikan Teknik Kimia Industri (PTKI) Medan ...65

H Foto - Foto Alat dan Sampel Saat Pembuatan dan Uji...69 Karakteristik Spesimen

(14)

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Penggunaan plastik dewasa ini sedemikian meluasnya bahkan karena sangat

tingginya tingkat ketergantungan pada plastik, hampir-hampir tidak dapat dipisahkan

lagi dari kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali untuk kemesan. Tidak heran bagi kita

bila hal ini terjadi, karena plastik merupakan bahan kemasan yang relatif sangat

murah harganya, mudah didapat dan tahan lama.

Di industri kemasan plastik kini mendapat persoalan menyangkut ketahanan

kemasannya ketika diisi dengan media, dimana masih didapatkan kegagalan daya

tahan terhadap beban tekan, beban tarik, dan beban impak pada proses transportasi,

sehingga keutuhan media yang diisi di dalamnya tidak terjamin. Kegagalan tersebut

bisa terjadi karena beberapa faktor, antara lain pemilihan komposisi bahan baku yang

belum optimum.

Kegagalan fungsi sebuah kemasan plastik dalam mempertahankan keutuhan

isi di dalamnya perlu dicegah. Bila kemasan plastik dibuat terlalu kuat

konsekuensinya kurang ekonomis. Ada beberapa cara untuk meningkatkan kualitas

kemasan yang terbuat dari bahan plastik antara lain dengan menambahkan serat

(15)

Persoalan yang tidak kalah pentingnya dari sebuah kemasan adalah

menemukan bahan pembuat kemasan yang relatif murah, kualitas unggul, tidak

merusak kesehatan dan ramah lingungan (bahan biodegradable). Bahan biodegradable

polimer termasuk salah satu produk terbaru yang dikembangkan di indonesia. Bahan

tersebut lebih murah dibanding bahan plastik lainnya, dapat terdegradasi dalam waktu

singkat, bahan ini juga tidak beracun dan sangat aman untuk bahan kemasan.

Berbagai penelitian sudah dilakukan seperti penelitian tentang pemanfaatan

serbuk tandan kosong sawit sebagai poliblen poliolefin yang cukup baik dan kuat

untuk digunakan sebagai film kemasan serta terdegradasi oleh pengaruh mikroba dan

cuaca (Wirjosentono, B. dkk. 1999). Plastik biodegradabel dari pati singkong dan

khitosan menjadi salah satu alternatif bahan pembungkus atau kemasan. Selain

ramah lingkungan karena mudah terurai, juga memiliki karakteristik awet dan tahan

lama (Firdaus, F. dkk 2006). Karakteristik komposit polimer dengan bahan baku

(penguat) serat nenas, serat kelapa dan serat rami merupakan salah satu alternatif

penggunaan serat alam sebagai bahan penguat komposit (Abdullah, A.H.D dan

Judawisasta, H. 2006). Penambahan serat tandan kosong sawit sebagai bahan pengisi

matrik polietina meningkatkan nilai kekuatan tarik bahan komposit dan ramah

lingkungan. (Nurjana, S. 2007).

Dari hasil penelitian yang telah dilakakukan oleh para peneliti seperti tersebut

di atas, maka sangat dimungkinkan untuk mencari alternatif bahan polimer dengan

(16)

dengan harga yang murah, kualitas unggul, tidak merusak kesehatan dan ramah

lingkungan.

Observasi dilapangan menunjukkan bahwa sekam padi (kulit padi) merupakan

bahan alternatif yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimum. Oleh

karena itu muncul pemikiran untuk meneliti dengan memanfaatkan serbuk sekam

padi sebagai penguat bahan kemasan seperti jerigen plastik.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah Serbuk Sekam Padi (SSP) dapat digunakan sebagai penguat bahan

komposit Polietilena.

2. Apakah campuran Polietilena dengan Serbuk Sekam Padi (SSP) dapat

membentuk bahan komposit yang homogen.

3. Bagaimana karakteristik bahan komposit antara Polietilena (PE) dengan Serbuk

Serat Padi (SSP) sebagai bahan pengganti jerigen plastik.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Membuat Serbuk Sekam Padi (SSP) sebagi penguat bahan komposit

Polietilena (PE).

2. Membuat campuran Polietilena (PE) dengan Serbuk Serat Padi (SSP) agar

(17)

3. Mengadakan Uji Karakteristik bahan komposit antara Polietilena (PE) dengan

Serbuk Sekam Padi (SSP) sebagai bahan pengganti jerigen plastik.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang komposit

Polietilena (PE) dengan Serbuk Sekam Padi (SSP) sebagai alternatif bahan jerigen

plastik.

1.5. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer FMIPA USU,

Laboratorium Penelitian FMIPA USU dan di Laboratorium Pendidikan Teknik

(18)

2.1. KOMPOSIT

Komposit adalah suatu sistem bahan yang tersusun melalui pencampuran atau

penggabungan dua atau lebih makrokonstitutein yang berbeda dalam bentuk dan atau

komposisi material dan tidak larut satu sama lain (Wirjosentono, B. 1996). Pada

umumnya bahan komposit antara dua atau lebih dari tiga bahan yang memiliki

sejumlah sifat yang tidak mungkin dimilki oleh masing-masing komponennya. Dalam

pengertian ini sudah barang tentu kombinasi tersebut tidak perlu terbatas kepada

bahan polimernya, tetapi mencakup bahan logam dan keramik (Surdia, T dan Saito,

S. 1985).

2.2. POLIMER

Polimer berasal dari bahasa Yunani, polus yang berarti banyak dan meris yang

berarti bahagian. Jadi polimer diartikan sebagai rangkaian atom yang panjang dan

berulang-ulang yang dihasilkan daripada sambungan beberapa molekul yang

dinamakan monomer. Salah satu contoh polimer adalah polietilena. Contoh ikatan

(19)

(a) (b)

(Surdia, T. dan Saito, S., 1985)

Gambar 2.1. Ikatan Kimia Polietilena (a). Etilena, (b). Polietilena

Penggunaan polimer sebagai material teknis, terus menunjukkan

perkembangan yang sangat pesat. Plastik adalah salah satu contoh polimer yang

banyak digunakan sebagai bahan kemasan.

Produk plastik telah mendominasi setiap bidang dari kehidupan manusia

sekarang ini, mulai dari peralatan rumah tangga, pertanian, industri, rumah sakit,

sampai pada tekhnologi ruang angkasa. Bahan plastik secara bertahap mulai

menggantikan gelas, kayu dan logam di bidang industri. Kecenderungan ini dapat

dilihat pada Gambar 2.2. Tampak dari grafik menunjukkan adanya peningkatan

penggunaan plastik dunia yang relatif lebih besar dibanding penggunaan bahan seng,

(20)

(Plastics Additives & Coumpounding Word Buyers’ Guide, 2006) Gambar 2.2. Konsumsi Plastik Dunia

Pemilihan polimer sebagai alternatif bahan kemasan karena secara umum

polimer memiliki sifat-sifat umum yang khas, diantaranya adalah:

1. Mampu cetak adalah baik. Pada temperature relative rendah bahan dapat dicetak

dengan penyuntikan , penekanan, ekstrusi dan seterusnya akibatnya biaya

pembuatan relatif lebih rendah dibanding pada logam atau keramik.

2. Produk yang ringan dan kuat dapat dibuat. Berat jenis polimer adalah rendah

dibanding logam dan keramik, yaitu 1,0 – 1,7 yang memungkinkan dapat

diproduksi barang yang kuat dan dan ringan.

3. Banyak diantara polimer bersifat isolator listrik yang baik. Polimer mungkin juga

dibuat konduktor dengan jalan mencampurnya dengan serbuk logam, butiran

karbon, serbuk alam dan lain-lain.

4. Baik sekali dalam ketahanan air dan ketahanan zat kimia. Pemilihan bahan yang

(21)

5. Produk-produk dengan sifat yang cukup berbeda dapat dibuat tergantung pada cara

pembuatannya. Dengan mencampur zat pemplastis, pengisi dan sebagainya,

sifat-sifat dapat berubah dalam daerah yang luas.

6. Secara umum bahan polimer relatif lebih murah.

7. Kurang tahan terhadap panas. Hal ini sangat berbeda dengan logam dan keramik.

Walaupun ketahanan panas bahan polimer tidak sekuat logam dan keramik, pada

penggunaannya harus cukup diperhatikan.

8. Kekerasan permukaan yang sangat kurang. Bahan polimer yang keras ada, tetapi

masih jauh di bawah kekerasan logam dan keramik.

9. Kurang tahan terhadap pelarut. Umumnya larut dalam zat pelarut tertentu kecuali

beberapa bahan khusus seperti politetrafluoretilen. Kalau tidak dapat larut, mudah

retak karena kontak yang terus menerus denagn pelarut dan disertai adanya

tegangan. Oleh karena itu perlu perhatian yang cukup.

10. Mudah termuatilistrik secara elektrolistatik. Kecuali beberapa bahan yang khusus

agar dibuat menjadi hantaran listrik, kurang higroskopoi dan dapat dimuati listrik.

11. Bebara bahantahan abrasi atau mempunyai koefisien gesek yang kecil.(Surdya, T.

dan Saito, S., 1986)

Penggunaan bahan polimer sebagai bahan teknik misalnya dalam industri

suku cadang mesin, konstruksi bangunan dan transportasi, tergantung sifat

mekanisnya, yaitu ganbungan antara kekuatan yang tinggi dan elastisitas yang baik.

Sifat mekanis yang khas ini disebabkan oleh adanya dua macam ikatan dalam bahan

(22)

yang lebih lemah. Dalam hal bahan logam yang merupakan zat padatpolikristalin,

sifat mekanis ini tergantung dari sifat patah bahan karena adanya cacat kristal. Karena

itu kekuatan mekanis bahan logam jauh lebih kecil dari sifat kekuatan mekanis

teoritisnya yang diperkirakan dari energi ikatan antar ion.

Sifat mekanis biasanya dipelajari dengan mengamati sifat kekuatan tarik ( )

menggunakan alat pengukur tensometer atau dinamometer , bila terhadap bahan

diberikan tegangan. Secara praktis, kekuatan tarik diartikan sebagai besarnya beban

maksimum (Fmaks) yang dibutuhkan untuk memutuskan spesimen bahan, dibagi

dengan luas penampang.. Karena selama dibawah pengaruh tegangan, spesimen

mengalami perubahan bentuk (deformasi) maka definisi besarnya beban maksimum

(Fmaks) yang dibutuhkan untuk memutuskan spesimen bahan dibagi dengan luas

penampang mula-mula (Ao). Secara matematis ditulis:

t

Selama deformasi, dapat diasumsikan bahwa volume spesimen tidak berubah

(23)

0

dengan I dan I0 masing-masing adalah panjang spesimen setiap saat dan

mula-mula. Bila didefinisikan besaran kemululuran

( )

sebagai nisbah pertambahan

panjang terhadap panjang mula-mula =

Hasil pengamatan sifat kekuatan tarik ini dinyatakan dalam bentuk kurva

tegangan yakni nisbah beban dengan luas penampang

A

= F terhadap perpanjangan

bahan (regangan) yang disebut dengan kurva tegangan-regangan. Bentuk kurva

tegangan-regangan ini merupakan karakteristik yang menunjukkan indikasi sifat

mekanis bahan yang lunak, keras, kuat, lemah, rapuh atau liat, Gambar 2.3.

merupakan contoh kurva tegangan-regangan beberapa bahan. Tampak dari kurva

yang ditunjukkan bahwa untuk jenis bahan yang berbeda akan memiliki kurva yang

(24)

(Wirjosentono, B., 1995)

Gambar 2.3. Kurva Tegangan-Regangan Beberapa Bahan

Bila bahan polimer (elastis) dikenakan gaya tarikan dengan laju yang tetap,

mula-mula kenaikan tegangan yang diterima bahan berbanding lurus dengan

perpanjangan spesimen. Sampai dengan titik elastis bila mana tegangan dilepaskan

maka spesimen akan kembali seperti bentuk semula, tetapi bila tegangan dinaikkan

sedikit saja, akan terjadi perpanjangan yang besar. Kemiringan kurva pada keadaan

ini disebut modulus atau kekakuan, sedangkan besarnya tegangan dan perpanjangan

mencapai titik elastis ini masing-masing disebut tegangan yield dan kemuluran pada

yield. Di atas titik elastis ini molekul-molekul polimer berorientasi searah dengan

(25)

semua rantai polimer telah tersusun teratur, membentuk struktur kristalin, bahan

menjadi lebih liat dan diperlukan tegangan yang lebih besar untuk menaikkan

perpanjangan. Akhirnya bahan akan terputus bila bila tegangan telah melampaui gaya

interaksi total antar segmen. Perpanjangan dan tegangan pada saat bahan terputus ini

masing-masing disebut kemuluran dan kekuatan tarik akhir . Gambar 2.4.

berikut memperlihatkan sebuah digram tegangan-regangan suatu logam kenyal.

( )

t

(Sears, F.W and Zemansky, M.W.,1962) Gambar 2.4. Kurva Tegangan-Regangan Logam Kenyal

Tegangannya tegangan tarikan sederhana dan regangannya menunjukkan prosentase

perpanjangan. Dibagian awal kurva (sampai regangan yang kurang dari 1%),

tegangan dan regangan adalah proporsional samapai titik a (batas proporsional)

tercapai. Hubungan proporsional antara tegangan dan regangan dalam daerah ini

(26)

tetapi walaupun demikian bila beban ditiadakan disembarang titik antara 0 dan b,

kurva akan menelurusi jejaknya kembali dan bahan yang bersangkutan akan kembali

pada panjang awalnya. Dikatakanlah bahwa dalam daerah 0b bahan itu elastis atau

memperlihatkan sifat elastis dan titik b dinamakan batas elastis. Kalau bahan itu

ditambah bebannya, regangan akan bertambah dengan cepat, tetapi apabila beban

dilepas disuatu titik melewati titik b, misalkan di titik c, bahan tidak akan kembali

kepanjang awlnya, melainkan akan mengikuti garis putus-putus. Panjangnya pada

tegangan nol kini lebih besar dari panjang awalnya dan bahan itu dikatakan

mempunyai suatu regangan tetap (permanent set). Penambahan beban lagi sehingga

melampaui c akan sangat menambah regangan sampai tercapai titik d, dimana bahan

menjadi putus. Dari b ke d, logam itu dikatakan mengalami arus plastis atau

depormasi platis, di mana terjadi luncuran dalam logam itu sepanjang bidang yang

tegangan luncurnya maksimum. Jika antara batas elastis dan titik putus terjadi

depormasi plastis yang besar, logam iti dikatakan kenyal (duktil). Akan tetapi jika

pemutusan terjadi segera setelah melewati batas elastis, logam itu dikatakan rapuh.

(Sears, F.W and Zemansky, M.W., 1962).

Besar kekuatan tarik, kekuatan tekan dan kekuatan lentur bahan polimer

massa jenis tanggi dan bahan polimer massa jenis rendah seperti ditunjukkan pada

(27)

Tabel 2.1. Kekuatan Tarik, Tekan dan Lentur Bahan Polimer

Laju mulur

(

didefinisikan sebagai perbandingan pertambahan panjang

dengan panjang mula-mula yang dinyatakan dalam persen. Secara matematis ditulis:

)

L panjang spesimen sebelum dan sesudah diberi tarikan (mm).

Laju mulur yang diperbolehkan dalam industri adalah 10-7 – 10-4 % / jam,

akan tetapi secara praktis tidak mudah memriksa sifat sifat melar bahan pada laju

regangan yang demikian rendah, oleh karena itu pengujian dilakukan pada orde

(28)

Untuk melihat karakteristik spesimen maka dapat dilakukan dengan

menggunakan Uji SEM. SEM (Scanning Electron Mikroskope) adalah alat yang

dapat membentuk bayangan permukaan spesimen secara mikroskopik.

2.3. POLIETILENA

Polietilena merupakan suatu polimer yang terbentuk dari unit-unit berulang

dari monomer etilena. Polietilena disebut juga polietena atau politena atau etena

homopolimer. Polietilena adalah bahan termoplastik yang transparan, berwarna putih,

mempunyai titik leleh bervariasi antara 1100C samapi 1370C. Umumnya polietilena

bersifat resisten terhadap zat kimia. Pada suhu kamar, polietilena tidak larut dalam

pelarut organik dan anorganik. Polietilena dapat teroksidasi di udara pada temperatur

tinggi atau dengan sinar Ultraviolet (Surdia, T. dan Saito, S., 1986)

2.4. SEKAM PADI

Padi (Oryza sativa) merupakan salah satu sumber bahan makanan pokok

terbesar yang dikonsumsi Bangsa Indonesia saat ini. Budi daya tanaman padi bagi

Bangsa Indonesia merupakan warisan nenek moyang kita yang diturunkan secara

turun temurun sejak zaman dahulu, sehingga tanaman padi bukan hal yang baru lagi

bagi kita. Berikut ini merupakan salah satu contoh gambar padi yang banyak

(29)

(http//:www.tribun-timur.com) Gambar 2.5. Padi (oryza sativa)

Beras merupakan hasil olahan padi melalui proses penggilingan atau

penumbukan padi (gabah). Gabah yang telah kering disimpan atau langsung

ditumbuk/digiling, sehingga beras terpisah dari sekam (kulit gabah). Sekam padi

merupakan kulit padi yang dihasilkan dari mesin pengupas biji padi menjadi beras.

Selama ini pemanfaatan kulit padi atau sekam masih kurang, hanya sebatas untuk

pembuatan arang dan keperluan lainnya. Sekam padi memiliki fungsi mengikat logam

berat dari limbah yang dihasilkan pabrik industri. Endapan abu sekam padi yang telah

mengikat limbah logam berat bisa dimanfaatkan lagi sebagai geopolimer. Manfaat

dari geopolimer adalah sebagai campuran bahan bangunan yang tahan api. Teknologi

geopolimer selain ramah lingkungan juga sederhana dan tepat guna (Irhamsyah, A.,

(30)

2.5. JERIGEN PLASTIK INDUSTRI (JPI)

Salah satu polimer produk industri yang sekarang ini banyak kita jumpai di

lapangan adalah Jerigen Plastik Industri (JPI), yaitu suatu pruduk jerigen dengan

berbagai macam model (bentuk), ukuran dan kualitas. Gambar 2.7.(a). merupakan

contoh jerigen plastik industri yang ditawarkan oleh sebuah perusahaan yang

bergerak dibidang bisnis.

(a) (b)

(http://tunasmakmurlancar.indonetwork.or.id)

Gambar 2.6. Jerigen Plastik (a). JPI. (b). JPI Kemasan Minyak Goreng Ukuran 5 Liter

Salah satu pemanfaatan JPI adalah sebagai kemasan yang berisi produk

industri seperti minyak goreng. Dalam hal ini yang menjadi bahan penelitian adalah

jenis jerigen plastik industri ukuran 5 (lima) liter yang digunakan sebagai kemasan

(31)

3.1. ALAT

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Extruder (gambar 1 halaman L-28 Lampiran H)

2. Hot Press (gambar 2 halaman L-28 Lampiran H)

3. Neraca Analitik

4. Seker / Ayakan

5. Alat Uji Tarik/Alat Uji Kemuluran (gambar 3 halaman L-29 Lampiran H)

6. Alat Uji SEM (gambar 5 halaman L-30 Lampiran H)

7. Alat Uji DTA (gambar 6 halaman L-30 Lampiran H)

3.2. BAHAN

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Jerigen Plastik Industri (gambar 2.7.b. halaman 17)

2. Serbuk Sekam Padi (gambar 3.1.b. halaman 19)

(32)

3.3. PENYEDIAAN SERBUK SEKAM PADI (SSP) SEBAGAI PENGUAT KOMPOSIT PLASTIK POLIETILENA (PE)

Sekam padi yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian berasal dari salah

satu mesin pengupas padi menjadi beras (Kilang Padi). Selanjutnya sekam padi yang

telah ditentukan dijemur sampai kering selama tiga hari berturut-turut, dengan

harapan dapat diperoleh sekam padi yang tidak mengandung air. Setelah sekam padi

diyakini sudah kering, selanjutnya sekam padi dihaluskan. Langkah selanjutnya

adalah proses pengayakan dengan menggunakan mesin ayak dengan ukuran

kehalusan 180 MESH yang ada di Laboratorium Kimia Polimer FMIPA USU.

Dengan demikian diperoleh Serbuk Sekam Padi (SSP) sebagai penguat komposit

plastik Polietilena (PE). Berikut ini merupakan gambar sekam padi dan serbuk

sekam padi.

(a) (b)

(33)

3.4. PENCAMPURAN SERBUK SEKAM PADI (SSP) DENGAN POLIETILENA (PE) DALAM MESIN PENGEKSTRUSI (EKSTRUDER) DAN PEMBENTUKAN SPESIMEN KOMPOSIT

Pencampuran PE dengan SSP dilakukan secara manual. Rasio PE:SSP adalah

0:100, 10:90, 20:80, 30:70, 40:60 dan 50:50. Langkah selanjutnya adalah mencampur

SSP dan PE yang berbeda komposisinya kedalam Extruder (mesin pengekstrusi) pada

suhu 1400C. Ekstrudat yang dihasilkan dari proses pencapuran seperti ditunjukkan

pada gambar berikut:

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 3.2. Ekstrudat SSP (a). Ekstrudat SSP 10%. (b). Ekstrudat SSP 20%. (c). Ekstrudat SSP 30%. (d). Ekstrudat SSP 40%. (e). Ekstrudat SSP 50%

Dari gambar terlihat bahwa semakin besar komposisi SSP pada PE maka

warna komposit PE-SSP akan semakin gelap. Langkah selanjutnya adalah proses

pengepresan panas dengan menggunakan mesin Hot Press. Variasi lama pemanasan

untuk masing-masing campuran PE- SSP adalah 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20

menit, 25 menit dan 30 menit. Proses pengepresan dilakukan dengan cara

memasukkan ekstrudat kedalam cetakan (pola) sesuai dengan ketentuan untuk uji

karakteristiknya yaitu standar ASTM D638 type IV. Selain proses pegepresan

(34)

Plastik Industri (JPI). Perlakuannya adalah sama dengan perlakuan yang dilakukan

pada campuran PE-SSP sehingga diperoleh spesimen PE, PE-SSP dan JPI. Langkah

selanjutnya adalah pengujian spesimen.

3.5. KARAKTERISTIK KOMPOSIT POLIETILENA (PE) DENGAN SERBUK SEKAM PADI (SSP) SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN JERIGEN

Untuk mengetahui sifat-sifat mekanis spesimen PE, PE-SSP dan JPI

dilakukan Uji Tarik/Uji kemuluran dengan menggunakan standar ASTM D638 type

IV, Uji DTA (Defferensial Thermal Analysis), dan Uji SEM (Scanning Electron

Mikroscope). Untuk mengetahui sifat mekanis spesimen komposit PE-SSP setelah

diadakan Uji Tarik maka spesimen yang patah setelah melalui Uji Tarik, dilakukan

kembali Uji SEM. Dengan demikian akan didapat gambaran karakteristik spesimen

sebelum patah dengam spesimen setelah patah. Untuk pengambilan data sifat

mekanik, ukuran spesimen dibuat sesuai standart ASTM D 638 type IV dengan

dimensi seperti gambar berikut:

(35)

3.6. PENYEDIAAN JERIGEN PLASTIK INDUSTRI (JPI) DAN POLIETILENA (PE) SEBAGAI PEMBANDING KOMPOSIT PE-SSP

Sebagai pembanding karakteristik komposit PE-SSP adalah Polietilena (PE)

murni (100%) dan Jerigen Plastik Industri (JPI) kemasan minyak goreng isi 5 liter.

Untuk membuat JPI menjadi spesimen JPI maka dilakukan prosedur sebagai berikut.

JPI yang sudah ditentukan dipotong kecil-kecil seperti gambar 3.4.(a), agar mudah

dilakukan pencetakan. JPI yang sudah dipotong kecil-kecil selanjutnya dilakukan

cetak tekan panas dengan menggunakan mesin Hot Press pada suhu 140 0C.

Sedangkan polietilena (gambar 3.4.(b)) langsung dilakukan cetak tekan panas dengan

menggunakan mesin Hot Press pada suhu 140 0C, sehingga dihasilkan film JPI dan

film PE yang selanjutnya dibentuk sesuai dengan ketentuan ASTM 638 D Type IV.

(a) (b)

Gambar 3.4. (a). Potongan JPI. (b). Polietilena

3.7. KARAKTERISTIK POLIMER JPI DAN PE

Untuk mengetahui karakteristik polimer JPI dan polimer PE juga dilakukan

Uji Tarik/Uji Kemuluran, Uji DTA dan Uji SEM. Hasil yang diperoleh dari Uji

Karakteristik ini, selanjunya akan dibandingkan dengan hasil Uji Karakteristik

(36)
(37)

4.1. ANALISIS SIFAT KIMIA DAN KOMPOSISI SERBUK SEKAM PADI

Analisis sifat kimia bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia yang

terdapat dalam bahan baku, yang terdiri dari kadar mineral (abu), kadar lignin, kadar

sari, kadar alfa selulosa, kadar pentosan, serta kelarutannya dalam 1 % NaOH yang

dilakukan menurut SNI. Hasil analisis sifat kimia dan komposisi Serbuk Sekam Padi

seperti ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel. 4.1. Sifat Kimia dan Komposisi Serbuk Sekam Padi

Komponen Kimia Komposisi (%)

Sumber: Laboratorium Balai Besar Pulp dan Kertas

Uji Kadar Abu dilakukan untuk menentukan kadar abu yang terdapat dalam

Serbuk Sekam Padi. Uji lignin dilaksanakan untuk mengetahui jumlah lignin yang

(38)

tengah dan dinding sel yang berfungsi sebagai perekat antar sel, merupakan senyawa

aromatik berbentuk amorf. Komposit akan mempunyai sifat fisik atau kekuatan yang

baik apabila mengandung sedikit lignin, karena lignin bersifat kaku dan rapuh. Uji

kadar sari (ekstrak alkohol-benzena) dilaksanakan untuk mengetahui jumlah

kandungannya yang terdapat dalam Serbuk Sekam Padi. Sari (ekstrak) alkohol

benzena adalah zat dalam SSP yang terekstrasi oleh alkohol benzena sebagai pelarut,

dilakukan pada titik didih pelarut dalam waktu tertentu. Uji kadar selulosa

dilaksanakan untuk menentukan kadar selulosa , dan , yang ada dalam Serbuk

Sekam Padi. Uji dalam larutan natrium hidroksida satu persen dilaksanakan untuk

menyatakan banyaknya komponen yang larut, meliputi senyawa anorganik dan

organik, antara lain karbohidrat, tanin, kinon, zat wama dan sebagian lignin.

4.2. ANALISIS SIFAT FISIS DAN MORFOLOGI SERBUK SEKAM PADI

Penentuan morfologi Serbuk Sekam Padi bertujuan untuk mengetahui dimensi

serat dan turunannya. Hal itu dilakukan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI).

Setiap materi bila dilihat dibawah mikroskop, akan terlihat serat-seratnya yang

melekat satu dengan yang lainnya. Dari penampang melintangnya serat-serat tersebut

mempunyai dinding dan lubang tengahnya yang disebut lumen. Senyawa yang

melekat satu serat dengan serat lainnya disebut lignin, yang terdapat didalam lamela

tengah. Uji morfologi serbuk dilaksanakan untuk menunjukkan panjang serbuk dalam

(39)

kekuatan komposit. Hasil analisis sifat fisis dan morfologi Serbuk Sekam Padi seperti

ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Sifat Fisis dan Morfologi Serbuk Sekam Padi

Parameter Besar Satuan

Sumber: Laboratorium Balai Besar Pulp dan Kertas

4.3. ANALISIS VISUAL BAHAN KOMPOSIT

Bahan komposit yang dihasilkan berbentuk film tipis dengan ketebalan 2 mm

kemudian dibentuk sesuai dengan ASTM D 638 Type IV. Tampilan film bahan

Polietilena (PE) murni (100%), Jerigen Plastik Industri (JPI), komposit PE-SSP

dengan komposisi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% dapat dilihat seperti pada gambar

(40)

a b

d e

c

g f

Gambar 4.1. Film Spesimen (a). Film PE 100%. (b). Film JPI. (c). Film Komposit SSP 10%. (d). Film Komposit SSP 20%. (e). Film Komposit 30%. (f). Film Komposit SSP 40%. (g). Film Komposit 50%

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa bahan PE dan bahan JPI tidak

(41)

cetak tekan panas berbeda. Namun dengan bahan PE-SSP terjadi perbedaan yang

berarti untuk bahan yang berbeda komposisinya yaitu ditandai dengan warna yang

lebih gelap dengan bertambahnya komposisi SSP. Selanjutnya film PE, JPI dan film

komposit PE-SSP dilakukan uji mekanik yaitu Uji Tarik/Uji Kemuluran.

4.4. HASIL UJI MEKANIK SPESIMEN

Dari 42 (empat puluh dua) buah film PE, JPI dan Komposit PE-SSP hanya 36

(tiga puluh enam) buah film yang dilakukan Uji/Uji Mulur, yaitu film PE 100%, film

JPI 100%, film PE - SSP 10%, 20%, 30% dan 40% masing-masing sebanyak 6

buah. Sedangkan film PE - SSP 50% tidak dilakukan pengujian. Hal ini disebabkan

film komposit yang yang dihasilkan dari proses cetak tekan panas kondisi fisiknya

tidak memungkinkan, kondisi ini dapat dilihat dari bentuk film yang penampangnya

berongga (keropos) akibat terbakar saat dilakukan cetak tekan panas. Data lengkap

hasil Uji Tarik/Uji Mulur spesimen ditunjukkan pada tabel Lampiran C.

Berdasarkan tabel pada Lampiran C, maka kekuatan tarik dan kemuluran spesimen

dapat dicari berdasarkan perhitungan sebagai berikut:

1 kgf = 9,807 N.

Luas penampang awal Ao (mm2) untuk spesimen PE 100% - 5 menit adalah:

Ao = 1,888 mm x 5,960 mm

= 11,205 mm2.

Fmaks = 14,65 x 9,807 N

(42)

Maka kekuatan tarik max (strees) spesimen adalah:

Kemuluran merupakan perbandingan antara pertambahan panjang L dengan

panjang mula-mula L0, dimana panjang mula-mula spesimen 65 mm dan

pertambahan panjang specimen 110,91 mm maka diperoleh:

%

Dengan cara yang sama maka kekuatan tarik dan kemuluran spesimen diperoleh

hasil perhitungan seperti yang tertera pada tabel Lampiran D. Dari hasil perhitungan

diperoleh bahwa bahan PE dan JPI pada kondisi optimum (PE 100% - 20 menit dan

JPI 100% - 15 menit), kekuatan tarik dan kemuluran spesimen hampir sama, yaitu

berturut-turut sebesar 29,927 MPa dan 959,72%; 29,998 MPa dan 514,05%.

Sedangkan bahan PE-SSP pada kondisi optimum (PE-SSP 20% - 15 menit), kekuatan

tarik dan kemuluran specimen sebesar 22,76 MPa dan 593,05%. Berdasarkan data

literatur menyatakan untuk polietilena bermassa jenis tinggi sebesar 21-38 MPa dan

kemulurannya sebesar 15% – 100% . (Dieter, G, E., 1986). Dari data hasil uji tarik

specimen diperoleh perbedaan pengaruh kandungan bahan pengisi terhadap nilai

(43)

menurun dengan penambahan bahan pengisi serbuk sekam padi terhadap matriks

polietilena. Penurunan nilai kekuatan tarik ini disebabkan rendahnya sifat adhesi

bahan matriks polietilena , selain itu sifat kepolaran bahan matriks dan bahan pengisi

yang berbeda menghalangi terjadinya interaksi antar keduanya. Nilai kekuatan

tarik/kemuluran bahan PE, JPI dan komposit PE-SSP pada kondisi optimum seperti

ditunjukkan pada table berikut:

Tabel 4.3.Kekuatan Tarik dan Kemuluran PE,JPI dan PE-SSP pada Kondisi Optimum

Kekuatan Tarik Kemuluran

Sumber: Laboratorium Penelitian FMIPA Universitas Sumatera Utara)

Gambar spesimen PE, JPI dan komposit PE-SSP pada kondisi optimum

(44)

a b c

Gambar 4.2. Film Spesimen Kondisi Optimum Setelah Dilakukan Uji Tarik

Gambar 4.3.a. merupakan bahan komposit PE-SSP 20%-15 menit, Gambar

4.3.b. merupakan bahan PE 100%-20 menit dan Gambar 4.3.c. merupakan bahan JPI

100%-15 menit. Dari gambar terlihat bahwa terdapat perbedaan kondisi spesimen

setelah dilakukan Uji tarik/Uji mulur. Perbedaan ini menentukan perbedaan besarnya

kekuatan tarik dan kekuatan kemuluran spesimen. Begitu juga dengan kurva

Tegangan-Regangan yang dihasilkan secara otomatis pasti menunjukkan perbedaan.

Kurva Tegangan-Regangan PE, JPI dan PE-SSP kondisi optimum hasil uji tarik/uji

(45)

Sumber: Laboratorium Penelitian FMIPA Universitas Sumatera Utara

(46)

Dari kurva Tegangan-Regangan ketiga specimen pada kondisi optimum

menunjukkan adanya perbedaan bentuk. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan

zat pengisi pada ketiga bahan. Namun jika dibandingkan dengan kurva

Tegangan-Regangan beberapa bahan (halaman 11), diperoleh bahwa komposit yang dihasilkan

adalah jenis komposit yang keras dan liat (Wirjosentono, B., 1995).

4.5. HASIL UJI SEM SPESIMEN

SEM adalah alat yang dapat membentuk bayangan permukaan specimen

secara mikroskopik. Berkas elektron dengan diameter 5-10 nm diarahkan pada

spesimen . Interaksi berkas elektron dengan spesimen menghasilkan beberapa

fenomena yaitu hamburan balik berkas elektron, sinar X, elektron sekunder dan

absorbsi elektron. Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisa

permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari

lapisan yang tebalnya sekitar 20 µm dari permukaan. Gambar permukaan yang

diperoleh merupakan tofografi dengan segala tonjolan, lekukan dan lubang pada

permukaan. Gambar tofografi diperoleh dari penangkapan elekron sekunder yang

dipancarkan oleh spesimen. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkan ditangkap oleh

oleh detektor dan diteruskan ke monitor. Pada monitor akan diperoleh gambar yang

khas yang menggambarkan struktur permukaan spesimen. Selanjutnya gambar

dimonitor dapat dipotret dengan menggunakan film hitam putih.Hasil Uji SEM

terhadap bahan PE, JPI dan PE-SSP yang memiliki kondisi optimum seperti

(47)

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 4.4. Permukaan Spesimen Sebelum Uji Tarik dan Daerah Patahan pada Kondisi Optimum. (a). Permukaan PE Sebelum Uji Tarik. (b). Permukaan PE pada daerah patahan sesudah Uji Tarik. (c). Permukaan JPI sebelum Uji Tarik. (d). Permukaan JPI pada daerah patahan sesudah Uji Tarik. (e).Permukaan PE-SSP sebelum Uji Tarik. (f). Permukaan PE-SSP pada daerah patahan sesudah Uji Tarik

Dari Gambar 4.4.(a) dan (c) di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan

bentuk permukaan walaupun sama-sama berasal dari bahan polietilena. Hal ini dapat

(48)

melainkan sudah digunakan bahan penghubung sehingga diperoleh karakteristik yang

khas. Akibatnya pada daerah patahanpun akan terjadi perbedaan (gambar b dan d).

Begitu juga halnya dengan komposit PE-SSP yang sudah ada didalamnya bahan SSP

maka sudah dapat dipastikan adanya perbedaan permukaan baik permukaan sebelum

dilakukan uji tarik maupun pada daerah patahan sesudah dilakukan uji tarik. Namun

kehadiran SSP pada PE dapat terdistribusi secara homogen (gambar e).

4.6. HASIL UJI DTA SPESIMEN

Karakteristik termal memegang peranan penting terhadap sifat suatu bahan

karena berkaitan erat dengan struktur dalam bahan itu sendiri. Suatu bahan bila

dipanaskan akan terjadi perubahan struktur yang mengakibatkan adanya perubahan

dalam kapasitas atau energi termal bahan tersebut. Teknik analisa termal digunakan

untuk mendeteksi perubahan fisika (penguapan) dan perubahan kimia (dekomposisi)

suatu bahan yang ditunjukkan dengan penyerapan panas (endotermik) untuk

mencairkan bahan dan pelepasan panas (eksotermik) untuk menguapkan bahan.

Uji DTA dilakukan terhadap bahan PE, JPI dan PE-SSP yang memiliki

(49)

(a)

(b)

(c) Sumber: Laboratorium PTKI Medan

(50)

Dari gambar kurva Uji DTA di atas dapat diidentifikasi bahwa temperatur

transisi glass (Tg), titik leleh dan temperatur dekomposisi untuk bahan PE, JPI dan

komposit PE-SSP pada kondisi optimum seperti ditunjukkan pada tabel 4.4. berikut:

Tabel 4.4. Temperatur Transisi Glass, Titik Leleh dan Temperatur Dekomposisi Spesimen pada Kondisi Optimum

Temperatur Transisi Glas Titik Leleh Temperatur Dekomposisi

Spesimen

Selain informasi tentang temperatur transisi, titik leleh dan temperatur

dekomposisi, juga dapat dijelaskan dari gambar (a) dan (b) bahwa adanya perbedaan

bentuk grafik yang ditunjukkan. Perbedaan ini terjadi diduga disebabkan oleh bahan

JPI yang tidak lagi berasal dari polietilena murni (100%) melainkan sudah ditambah

dengan zat penghubung lainnya sehingga diperoleh kemasan yang memenuhi SNI.

Begitu juga dengan gambar (c) bila dibandingkan dengan gambar (a) dan (b) terlihat

adanya perbedaan yang sangat signifikan. Perbedaan ini terjadi akibat adanya bahan

pengisi serbuk sekam padi pada polietilena. Dari data Uji morfologis serbuk sekam

padi (tabel 4.1. halaman 24) diperoleh informasi bahwa besarnya kadar abu (37,18%),

kadar total selulosa (29,65%), kadar alfa selulosa (20,03%), kadar lignin (11,90%),

kadar sari (10,42%) dan kadar pentosan (9,62%). Besarnya kadar zat-zat yang

(51)

temperatur transisi glass (Tg), titik leleh dan temperatur dekomposisi dari komposit

PE-SSP. Akibatnya grafik yang ditunjukkan juga memiliki perbedaan-perbedaan.

Dari tabel 4.4. untuk komposit PE-SSP diperoleh informasi bahwa dengan

penambahan SSP pada PE akan menurunkan temperatur transisi glass (Tg),

temperaratur leleh dan menaikkan temperatur dekomposisi. Dari gambar 4.5. diagram

DTA untuk komposit PE-SSP tampak bahwa temperatur dekomposisi terjadi dua kali

yang ditandai dengan adanya dua puncak setelah titik leleh, yaitu pada temperatur

450 0C dan pada temperatur 600 0C. Hal ini diduga penyebabnya adalah pada suhu

450 0C polietilena mulai terbakar dan pada suhu 600 0C lignin yang terapat pada

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian dan pengujian terhadap bahan komposit

Polietilena dengan Serbuk Sekam Padi (PE-SSP) maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Serbuk Sekam Padi dapat digunakan sebagai pengisi bahan komposit Polietilena,

namun interaksinya masih rendah.

2. Telah dihasilkan bahan komposit campuran polietilena dengan serbuk sekam

padi (PE-SSP) yang homogen.

3. Karakteristik komposit PE-SSP yang dihasilkan lebih rendah dari bahan Jerigen

Plastik Industri

5.2. SARAN

Untuk lebih sempurnanya penelitian ini, maka disarankan:

1. Bahan komposit PE-SSP mungkin dapat dimanfaatkan sebagai kemasan yang lain

yang mempunyai persyaratan lebih rendah tetapi tetap ramah lingkungan.

1. Untuk meningkatkan interaksi antara SSP dengan PE perlu penambahan senyawa

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. H. D,. dan Judawisastra, H. 2006. Karakteristik Komposit Polimer Dengan Bahan Baku (Penguat) Serat Nenas, Serat Kelapa Dan Serat Rami Merupakan Salah Satu Alternatif Penggunaan Serat Alam Sebagai Bahan Penguat Komposit. Pusat Penelitian Fisika – LIPI. Indonesia.

Budiman, N., 2007. Polimer Biodegradable. Universitas Indonesia

Dieter, G, E., 1986, Mechanical Methallurgy, Third Edition, McGraw-Hill, New york

Firdaus, F., Mulyaningsih, S., Darmawan, E, 2005. Plastik Biodegradable dari Pati Singkong dan Khitosan. D P P M (Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) Universitas Islam Indonesia (UII). Jogjakarta

Irhamsyah, A,. Rosman, A,. dan Jusriani. 2008. Pemanfaatan Sekam Padi sebagai Pengikat Limbah Logam Berat. FMIPA UNM. Makasar. Indonesia.

Nurjana, S. 2007. Komposit Polietilena dengan Penguat Serat Tandan Kosong Coumpunding-Word Buyers’ guide 2006, Published by Elsevier.

Wirjosentono, B. 1999. Degradasi dan Pemantapan Polimer Hidrokarbon Poliolefin. FMIPA USU Press Medan . Indonesia.

Wirjosentono, B. 1995. Analisis dan Karakterisasi Polimer FMIPA USU Press Medan. Indonesia.

--- 2008. Budi Daya Padi. http//:www.tribun-timur.com.

(54)

LAMPIRAN

Lampiran A

(55)

Lampiran B

(56)

Lampiran C

Data Hasil Uji Tarik/Uji Mulur Spesimen (ASTM D 638 Type IV)

(57)
(58)

Regangan

Te

g

an

g

an

Gambar 1. Kurva Tegangan-Regangan Polietilena 100% - 5 Menit

Te

g

an

g

an

Regangan

(59)

Te

g

an

g

an

Regangan

Gambar 3. Kurva Tegangan-Regangan Polietilena 100% - 15 Menit

Te

g

an

g

an

Regangan

(60)

Te

g

an

g

an

Regangan

Gambar 5. Kurva Tegangan-Regangan Polietilena 100% - 25 Menit

Te

g

an

g

an

Regangan

(61)

Te

g

an

g

an

Regangan

Gambar 7. Kurva Tegangan-Regangan JPI 100% -5 Menit

Te

g

an

g

an

Regangan

(62)

Te

g

an

g

an

Regangan

Gambar 9. Kurva Tegangan-Regangan JPI 100% -15 Menit

Te

g

an

g

an

Regangan

(63)

Te

g

an

g

an

Regangan

Gambar 11. Kurva Tegangan-Regangan JPI 100% - 25 Menit

Te

g

an

g

an

Regangan

(64)

Regangan

Gambar 13. Kurva Tegangan-Regangan SSP 10% - 5 Menit dan SSP 10% - 10 Menit

Regangan

(65)

Regangan

Gambar 15. Kurva Tegangan-Regangan SSP 10% -25 Menit dan SSP 10% - 30 Menit

Regangan

(66)

Te

g

an

g

an

Regangan

Gambar 17. Kurva Tegangan-Regangan SSP 20% - 10 Menit

Te

g

an

g

an

Regangan

(67)

Te

g

an

g

an

Regangan

Gambar 19. Kurva Tegangan-Regangan SSP 20% - 20 Menit

Te

g

an

g

an

Regangan

(68)

Te

Gambar 21. Kurva Tegangan-Regangan SSP 20% - 30 Menit

Te

(69)

Te

Gambar 23. Kurva Tegangan-Regangan SSP 30% -15 Menit dan SSP 30% - 20 Menit

Regangan

(70)

Regangan

Gambar 25. Kurva Tegangan-Regangan SSP 40% - 5 Menit dan SSP 40% - 10 Menit

Te

(71)

Te

g

an

g

an

Regangan

Gambar 27. Kurva Tegangan-Regangan SSP 40% - 25 Menit

Te

g

an

g

an

Regangan

(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)

(81)
(82)

1. Gambat Extruder Laboratorium Kimia Polimer FMIPA USU tempat pembuatan ekstrudat PE dan komposit PE-SSP

(83)

3. Gambar Alat Uji Tarik/Uji Mulur Laboratorium Penelitian FMIPA USU. Torse. Elestronic System Universal Testing Machine Type SC-2DE.

Kapasitas 2 000 kgf

(84)

5. Gambar Alat Scanning Electron Microscope Laboratorium PTKI Medan tempat dilakukan Uji SEM sample. ASM-5X. Compac Coater CC-50.

Shimadzu.

Gambar

Gambar 2.6. Jerigen Plastik (a). JPI. (b). JPI Kemasan Minyak Goreng Ukuran 5 Liter (http://tunasmakmurlancar.indonetwork.or.id)
Gambar 3.1. (a). Sekam Padi. (b). Serbuk Sekam Padi
Gambar 3.4. (a). Potongan JPI. (b). Polietilena
Gambar 3.5. Bagan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yang menjadi dasar membangun ahklak peserta didik MTs Ma‟arif NU 4 Kecamatan Pekalongan diantaranya adalah meningkatkan kedisplinan dan juga ketertiban sekolah, dan tidak lepas

Rumput jeboran Daun : obat pelancar haid, demam, sakit kepala, peluruh keringat.. 201 Corchorus

Dari hasil penelitian peneliti berkesimpulan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi dan penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Menurut organisasi.org, ketika suatu perusahaan telah menetapkan harga dasar dari suatu produk barang atau jasa maka perusahaan dapat menentukan strategi harga

Terdapat 36 orang anak dengan gizi lebih (obesitas) dari kelompok tersebut, maka diperoleh 36 orang anak dengan gizi baik secara acak.Setelah dilakukan uji analisis

Hasil penelitian menunjukkan: (1) distribusi artikel pada setiap volume terbitan Zoo Indonesia mengalami peningkatan dengan jumlah terakhir sebesar 6 artikel pada setiap

Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut diatas penulis menyimpulkan proses Mediasi dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama Kisaran sangatlah sesuai dengan

Dilihat dari tingkat partisipasi sekolah pada tahun 2010, tampak bahwa hampir semua provinsi berhasil dalam menjalankan program pemerintah untuk memberikan pendidikan dasar