• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Mengenai Pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Dalam Rangka Mewujudkan Good Governance (Studi di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Mengenai Pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Dalam Rangka Mewujudkan Good Governance (Studi di Kota Medan)"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

1

NASKAH PUBLIKASI

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

MENGENAI PENGURUSAN IZIN MENDIRIKAN BAGUNAN

(IMB) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN

GOOD GOVERNANCE

(STUDI DI KOTA MEDAN)

Oleh :

Hj. ZURAIDAH

05700534/HK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

2

NASKAH PUBLIKASI

Nama : HJ. ZURAIDAH

NIM : 057005034

Program Studi : Ilmu Hukum

Judul Tesis : PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN

PUBLIK MENGENAI PENGURUSAN IZIN MENDIRIKAN

BAGUNAN (IMB) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN

GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA MEDAN)

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Prof. Muhammad Abduh, SH K e t u a

(3)

3

MAKE-UP OF the QUALITY OF PUBLIC SERVICE CONCERNING MANAGEMENT [of] PERMIT FOUND BUILDING ( IMB) IN ORDER TO

REALIZING GOOD GOVERNANCE ( STUDY [IN] TOWN MEDAN)

ABSTRACT HJ. Zuraidah Muhammad Abduh

Bismar Nasution Pendastaren Tarigan

In order to improving the quality of public service, government have published various policy for that. prima Public service represent one of [the] characteristic materialization [of] governance good. this Research location [in] executed [by] Town Medan [in] Office On duty Urban Planning and Arrange Building Town Field, and [in] six district that is: Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Perjuangan dan Kecamatan Medan Amplas.

This research have the character of is descriptive [of] analysis with approach [of] sosiologis yuridis. Appliance data collecting [pass/through] interview and kuesioner. obtained data [is] later;then analysed qualitative.

Result of research indicate that process or procedure management [of] IMB represent kewenangan and duty On duty Urban Planning and Arrange Building Town Medan. Quality of public service hit management [of] IMB [in] Town Medan have to Standard Service Minimal (SPM), but in its execution not yet earned to be executed in an optimal fashion, because of several things, for example quality of Human Resource which not yet is adequate, facilities and basic facilities, service bureaucracy sisitem and society participation which [is] minim. Principal applying [of] governance good in pegurusan [of] Permit Found Building [in] Town Medan not yet earned to be executed in an optimal fashion. Suggested there must be the make-up of Human Resource [all] officer On duty Urban Planning and Arrange Building Town Medan by: giving motivation and training, minimizing service bureaucracy, improving service facility. Despitefully also On duty Urban Planning and Arrange Building Town Medan have to socialize Permit Found Building to society by kontiniu in the form of counselling, mass media, electronic media and also other media.

__________________________ Keyword: - Public Service

(4)

4

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK MENGENAI

PENGURUSAN IZIN MENDIRIKAN BAGUNAN (IMB) DALAM RANGKA

MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA MEDAN)

INTISARI

HJ. Zuraidah∗ Muhammad Abduh∗∗

Bismar Nasution ** Pedastaren Tarigan**

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah telah menerbitkan berbagai kebijakan untuk itu. Pelayanan publik yang prima merupakan salah satu ciri perwujudan good governance. Lokasi penelitian ini di Kota Medan yang dilaksanakan di Kantor Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, dan di enam kecamatan yaitu: Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Perjuangan dan Kecamatan Medan Amplas. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan pendekatan yuridis sosiologis. Alat pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur atau proses pengurusan IMB merupakan tugas dan kewenangan Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan. Kualitas pelayanan publik mengenai pengurusan IMB di Kota Medan telah mengacu kepada SPM, tetapi dalam pelaksanaannya belum dapat dilaksanakan secara optimal, dikarenakan beberapa hal, antara lain kualitas SDM yang belum memadai, sarana dan prasarana, sistem birokrasi pelayanan dan partisipasi masyarakat yang minim. Penerapan prinsip-prinsip good governance dalam pengurusan IMB di Kota Medan belum dapat dilaksanakan secara optimal. Disarankan harus ada peningkatan SDM para pegawai Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan dengan cara: memberikan pelatihan dan motivasi, memperkecil birokrasi pelayanan, meningkatkan fasilitas pelayanan, Di samping itu juga Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan harus mensosialisasikan IMB kepada masyarakat secara kontiniu dalam bentuk penyuluhan, media massa, media elektronik maupun media lainnya.

_______________________ Kata Kunci : - Pelayanan Publik

- Izin Mendirikan Bangunan (IMB) - Good Governance

Mahasiswa, Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

∗∗

(5)

5

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul: “PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK MENGENAI PENGURUSAN IZIN

MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN

GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA MEDAN)”.

Tesis ini diajukan guna memenuhi persyaratan yang harus dilengkapi dalam rangkaian pembelajaran pada Program Studi Magister Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Administrasi Negara Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus manfaat yang diperoleh dari Tesis ini adalah sebagai sarana memperdalam ilmu pengetahuan di bidang Hukum Administrasi Negara. Sedangkan manfaat secara umum Tesis ini dapat digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, baik untuk kepentingan instansi terkait maupun kepentingan masyarakat.

Penelitian dan penulisan Tesis ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada yang terhormat:

(6)

6

2. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. MH selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan sekaligus selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, koreksi dan dorongan, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.

3. Bapak Prof. Muhammad Abduh SH selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, koreksi dan dorongan, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH. MS selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, koreksi dan motivasi, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.

5. Bapak OK. Darmasakty SH selaku Kabag Tata Usaha Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, Bapak Drs. Syaifuddin Harahap, S.Sos selaku Camat Medan Perjuangan, Bapak Drs. Abd. Azis selaku Camat Medan Amplas, Bapak Drs. Mansur Usman selaku Camat Medan Kota, Bapak Arfan Harahap, S.Sos selaku Camat Medan Maimun, Bapak Khairul Buhari S.Sos selaku Camat Medan Area dan Ibu Dra. Hannalore Simanjuntak selaku Camat Medan Petisah, yang telah membantu dalam penelitian ini.

6. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner dan wawancara dengan peneliti.

(7)

7

8. Bapak Drs. H. Yanto AF selaku Sekretaris Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang dengan penuh pengertian telah banyak menolong penulis.

9. Mulatua Pohan, SH selaku Kabidwas Pemerintahan yang banyak membantu penulis sebagai teman diskusi sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

10.Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan pada Program Magister Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Khususnya teman-teman pada konsentrasi Hukum Administrasi Negara.

11. Staf administrasi pada Program Ilmu Hukum, Juli, Fitri dan Pica.

Akhirnya ucapan terima kasih dan rasa cinta yang mendalam penulis sampaikan kepada suami tercinta Drs. St. Sjahril Hasibuan yang penuh kesetiaan, kesabaran, pengertian dan kasih sayang memberikan semangat, motivasi dan doa restu kepada penulis. Demikian juga anak-anakku tersayang M.Bobby Rachman Hasibuan dan M. Andy Hakim Hasibuan, yang memberikan inspirasi dan dorongan bagi penulis. Belajarlah bersungguh-sungguh semoga menjadi anak yang berguna bagi agama, bangsa dan Negara.

(8)

8

Penulis telah berusaha untuk menyelesaikan Tesis ini dengan sebaik-baiknya, namun demikian penulis menyadari adanya kekurangan-kekurangan dari Tesis ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat produktif dari semua pihak.

Medan, Agustus 2007

Penulis

(9)

9

RIWAYAT HIDUP

N a m a : Hj. Zuraidah

Tempat/Tgl Lahir : Medan. 11 November 1957 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : PNS pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara Pendidikan : - Sekolah Dasar Negeri I Medan (Lulus Tahun 1970)

- SMP Negeri II Medan (Lulus Tahun 1973) - SMA Negeri III Medan (Lulus Tahun 1976)

- Fakultas Hukum Universitas Sumaterta Utara (Lulus Tahun 1987)

(10)

10

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

INTISARI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Keaslian Penelitian... 4

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori ... 5

2. Kerangka Konsepsi ... 5

G. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian ... 6

2. Spesifikasi Penelitian ... 6

3. Sumber Data ... 7

(11)

11

5. Analisis Data ... 8

BAB II. PENGATURAN PELAYANAN PUBLIK, IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) DAN GOOD GOVERNANCE A. Pelayanan Publik ... 9

1. Pengertian Pelayanan Publik... 9

2. Jenis-Jenis Pelayanan Publik ... 9

3. Pelayanan Publik Di Era Reformasi ... 9

B. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ... 11

1. Asal Mula Perizinan ... 11

2. Pengertian Izin ... 11

3. Jenis-Jenis Perizinan ... 12

4. Izin Mendirikan Bangunan... 12

C. Good Governance (Tata Pemerintahan Yang Baik)... 12

1. Pengertian Good Governance... 12

2. Prinsip-Prinsip Good Governance... 13

3. Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Pemerintahan ... 13

BAB III. PELAYANAN PUBLIK IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE A. Gambaran Umum Kota Medan ... 15

1. Geografis ... 15

2. Demografi ... 15

(12)

12

B. Prosedur Pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Berdasarkan Perda Kota Medan No. 9 Tahun 2002... 16 C. Kualitas Pelayanan Publik Mengenai IMB di Kota Medan ... 20 D. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Peningkatan

Pelayanan Publik Pengurusan IMB Di Kota Medan ... 24 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mewujudkan good governance dalam praktik pemerintahan sehari-hari tentu bukan hal yang mudah. Disamping komitmen yang kuat pemerintah perlu mengambil dan menggunakan strategi yang tepat. Luasnya cakupan, kompleksitas masalah serta keterbatasan sumber daya dan kapasitas pemerintah mengharuskan pemerintah mengambil pilihan yang strategis untuk pengembangan praktik good governance.

Pemerintah Daerah Kota Medan sebagai salah satu pemerintahan daerah kota yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Pemerintah Kota Medan telah berupaya dalam meningkatkan pelayanan publik, dengan adanya program pengurusan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi masyarakat Kota Medan tidak dikenakan biaya administrasi. Ini menunjukkan upaya yang serius dalam peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, meskipun dalam peraktiknya di lapangan masih banyak warga masyarakat tetap membayar biaya administrasi tersebut. Keadaan seperti ini terjadi karena adanya oknum aparat pemerintahan yang tidak memiliki moral yang baik. Di samping itu dikarenakan kurangnya pemahaman aparat pemerintah daerah akan tujuan otonomi daerah serta ketidak tahuan masyarakat.

(14)

2

seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi (dunia usaha). Pembangunan pertokoan maupun perumahan penduduk berkembang dengan pesat. Setiap pendirian bangunan baik bangunan untuk dunia usaha maupun pendirian rumah penduduk harus memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Medan.

Pengaturan mengenai Izin Mendirikan Bagunan (IMB) di Kota Medan diatur dalam Peraturan Daerah Kota Medan No. 9 Tahun 2002 tentang Izin Mendirikan Bangunan, Keputusan Walikota Medan No. 62 Tahun 2002 tentang Petunjuk Teknis Izin Mendirikan Bangunan dan Keputusan Walikota Medan No. 3 Tahun 2005 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

Pemberian Izin Medirikan Bangunan (IMB) merupakan salah satu bentuk pelayanan publik. Di samping itu IMB merupakan salah satu retribusi Kota Medan yang berarti sumber pendapatan daerah. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang berjudul; “ Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Mengenai Pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Dalam Rangka Mewujudkan Good Governance (Studi di Kota Medan)”. Dengan penelitian ini maka dapat diketahui bagaimana prosedur penerbitan Surat Izin Mendirikan Bangunan, bagaimanakah kualitas pelayanan publik dalam pengurusan IMB, upaya-upaya apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan dalam peningkatan pelayanan publik tersebut dan hubungannya dengan good governance, sehingga penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan atau

(15)

3

untuk masa-masa yang akan datang dalam rangka perwujudan tata pemerintahan yang baik.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kualitas pelayanan publik mengenai pengurusan Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan.

2. Bagaimanakah penerapan prinsip-prinsip good governance dapat mendorong peningkatan pelayanan publik dalam pengurusan Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kualitas pelayanan publik mengenai pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Medan.

(16)

4

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan informasi tentang data empiris yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. b. Dapat dipergunakan untuk menambah khasanah perpustakaan

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang bertempat tinggal di Kota Medan untuk lebih mengetahui kualitas pelayanan publik mengenai pengurusan IMB dalam rangka terwujudnya good governance, yang dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan SDM aparat pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik di Kota Medan, sehingga terwujud good governance yang dicita-citakan.

b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah Kota Medan dalam hal mengambil kebijakan yang berhubungan dengan upaya peningkatan pelayanan publik dan dalam hal penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk mewujudkan good governance.

E. Keaslian Penelitian

(17)

5

pelayanan publik, penelitian tentang: “Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Mengenai Pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam Rangka Mewujudkan Good Governance (Studi di Kota Medan)”, belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh

karena itu penelitian ini asli baik dari segi materi maupun lokasi penelitian. Dengan demikian keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kerangka teori untuk menganalisis peningkatan kualitas pelayanan publik mengenai pengurusan IMB dalam rangka mewujudkan good governance (Studi di Kota Medan) adalah menggunakan teori kualitas pelayanan publik dan teori negara kesejahteraan (Welfare State).

Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari: Transparansi, Akuntabilitas, Kondisionil, Partisipatif, Kesamaan hak, Keseimbangan hak dan kewajiban.

2. Kerangka Konsepsi

Penelitian dengan judul: “Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Mengenai Pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Dalam Rangka Mewujudkan Good Governance (Studi di Kota Medan)”, memiliki empat (4) variable: Kualitas,

(18)

6

G. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kota Medan. Pemilihan lokasi ini didasarkan kepada keberadaan Kota Medan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara yang memiliki laju perkembangan pembangunan yang pesat terutama pembangunan bidang fisik (bangunan).

2. Spesifikasi Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah normatif artinya melihat dan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang berhubungan dengan penelitian.

b. Sifat Penelitia

Sifat penelitian ini adalah deskriptif analisis . Bersifat deskriptif analisis karena akan menggambarkan dan menerangkan permasalahan hukum yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan publik, kemudian akan dianalisis secara cermat apa saja yang menjadi dampak atau akibat yang timbul dari kualitas pelayanan publik mengenai pengurusan IMB dalam mewujudkan good governance.

c. Pendekatan Penelitian

(19)

7

3. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari penelitian lapangan, yang diperoleh melalui obserpasi, hasil jawaban kuesioner dan wawancara di 6 (enam) kecamatan di Pemerintah Kota Medan, ke enam kecamatan tersebut: Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Area dan Kecamatan Medan Amplas.

Di mana masyarakat kecamatan tersebut sebagai responden berjumlah 10 orang setiap kecamatan dari ke enam kecamatan tersebut. Dengan purposif sampling, yaitu dipilih masyarakat kecamatan yang bersedia dijadikan responden di dalam penelitian ini, sehingga jumlah responden keseluruhan dalam penelitian ini 60 orang (60 n).

Di samping itu juga diambil sebagai narasumber atau informan dalam penelitian ini adalah: Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, Kabag. Tata Bangunan Kota Medan, Camat dari ke enam (6) kecamatan tersebut di atas dan Tokoh masyarakat.

Data sekunder meliputi bahan-bahan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Di samping itu data sekunder berupa buku-buku refrensi, hasil-hasil penelitian, majalah, artikel, jurnal dan lain-lain.

4. Alat Pengumpulan Data

(20)

8

terhadap narasumber atau informan untuk mengetahui lebih mendalam dan rinci tentang hal-hal yang tidak mungkin dapat dijelaskan responden dalam kuesioner, sehingga dengan adanya wawancara diharapkan dapat diperoleh data yang lebih luas dan akurat tentang masalah yang diteliti.

5. Analisis Data

Pengolahan data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Untuk data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, maka akan

dikelompokkan atau diklasifikasikan sesuai dengan kelompok atau unit analisis yang telah ditentukan.

b. Untuk data yang diperoleh dari hasil wawancara dilakukan penyederhanaan, yaitu dengan cara mengklasifikasikan hasil wawancara ke dalam kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan unit analisis variabel penelitian yang telah ditetapkan, cross chek kebenaran data yang diperoleh dari responden.

c. Dalam melakukan penafsiran data dilakukan penyilangan-penyilangan antara unit analisis yang satu dengan unit analisis yang lain, apakah data tersebut saling mendukung atau saling bertentangan dan ditarik kesimpulan.

(21)

9

BAB II

PENGATURAN PELAYANAN PUBLIK,

IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)

DAN GOOD GOVERNANCE

A. Pelayanan Publik

1. Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada satu produk secara fisik.

2. Jenis-Jenis Pelayanan Publik

Pengelompokan jenis pelayanan umum pada dasarnya dilakukan dengan melihat jenis jasa yang dihasilkan oleh suatu institusi.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 06 /1995 tentang Pedoman Penganugerahan Piala Abdisatyabhakti Bagi Unit Kerja/Kantor Pelayanan Percontohan, diatur mengenai kriteria pelayanan masyarakat yang baik yaitu: Kesederhanaan, Kejelasan dan kepastian, Keamanan, Keterbukaan, Efisien, Ekonomis, Keadilan yang merata, Ketepatan waktu.

3. Pelayanan Publik Di Era Reformasi

(22)

10

jelas dan banyaknya praktek pungutan liar dan suap. Dengan otonomi, sudah seharusnya pemerintah daerah lebih memperhatikan kualitas pelayanan publiknya. Bagi daerah yang sudah melaksanakan peraktek-praktek tata kelola pemerintahan yang baik, pelayanan publik merupakan salah satu fokus perhatian pemerintah daerah.1

Berdasarkan keputusan Menteri Pedayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Maksud pedoman ini adalah sebagai acuan bagi seluruh penyelenggara pelayanan publik dalam pengaturan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan publik sesuai dengan kewenangannya.

Secara umum sistem pelayanan perizinan dan non perizinan terdiri dari empat sistem: a. Pelayanan Unit Instansi Teknis

b. Pelayanan Satu Atap c. Pelayanan Satu Pintu

d. Pelayanan Satu Pintu dan Satu Atap (one stop service; OSS)

Dalam Kepmenpan No. 63/KEP/M.PAN/7/2003, mengacu kepada penyelenggaraan pelayanan publik Satu Pintu. Hal-hal yang pokok diatur dalam Kepmenpan tersebut dalam pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik yaitu: Asas pelayanan publik, kelompok pelayanan publik, penyelenggaraan

1

(23)

11

pelayanan publik dan penyusunan petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik.

B. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

1. Asal Mula Perizinan

Perizinan pada mulanya dikenal pada saat orang pada suatu masa tertentu hendak melakukan usahanya, baik pada satu kegiatan tertentu maupun beberapa kegiatan tertentu lainnya. Pada saat itu setiap orang yang hendak melakukan usahyanya harus memiliki izin sebelum berusaha pada saat itu. Untuk menjawab hal tersebut ada beberapa kemungkinan yang bisa diajukan, yaitu: Segi pungutan, Segi dokumentasi dan informasi, Segi Ekonomi, Segi kepentingan penguasa, Segi pengendalian dan Segi hukum.

2. Pengertian Izin

Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Menurut E. Utrecht Izin (vergunning) adalah: 2

“Bilamana membuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkrit, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankannya perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning)”.

Menurut N.M. Spelt dan J.BM. Ten Berge:3 “Izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan”.

2

(24)

12

3. Jenis-Jenis Izin

Kebijakan perizinan sebagai instrumen pemerintah banyak digunakan untuk mengendalikan kepentingan masyarakat. Jenis-jenis perizinan yang diterapkan oleh pemerintah antara lain: Izin dalam arti sempit (vergunning), Pelepasan dan pembebasan (dispensasi), dan Konsesi.

4. Izin Mendirikan Bagunan (IMB)

Dalam Pasal 1 huruf i Perda Kota Medan No. 9 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, memuat pengertian apa yang dimaksud dengan IMB:

“Izin Mendirikan Bangunan adalah izin untuk mendirikan bangunan yang meliputi kegiatan penelitian tata letak dan disain bangunan, pengawasan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku dan rencana teknis bangunan dengan tetap memperhatikan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB) meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut”.

C. Good Governance (Tata Pemerintahan Yang Baik)

1. Pengertian Good Governance

Kata sifat dari govern adalah governance yang diartikan sebagai the action of manner of governing atau tindakan (melaksanakan) tata cara pengendalian. Oleh para

teoritisi dan praktisi administrasi negara Indonesia, istilah “good governance” telah diterjemahkan dalam berbagai istilah, misalnya, penyelenggaraan pemerintahan yang amanah (Bintoro Tjokroamidjojo), tata-pemerintahan yang baik (UNDP), pengelolaan

3

(25)

13

pemerintahan yang baik dan bertanggungjawab (LAN), dan ada juga yang mengartikan secara sempit sebagai pemerintahan yang bersih (clean government).4

2. Prinsip-Prinsip Good Governance

Good governance dimaknai sebagai tata pemerintahan yang baik, yakni cara

mengelola urusan-urusan publik menurut prinsip-prinsip administrasi yang akuntabel dan demokratis. Bappenas mengidentifikasikan 14 karakter yang menjadi ciri tata pemerintahan yang baik yaitu: visioner , transparan, cepat tanggap, akuntabel, professional dan kompeten, efisiensi dan efektif, desentralistis, demokratis, mendorong partisipasi masyarakat, mendorong kemitraan, menjunjung supremasi hokum, ditujukan mengurangi kesenjangan, tanggap terhadap tuntutan dasar dan memiliki komitmen terhadap pelestarian lingkungan hidup.5

Menurut UNDP (United Nation Development Program), good governance memiliki delapan prinsip: Partisipasi, Transparansi, Akuntabel, Efektif dan efisien, Kepastian hukum, Responsif, Konsensus, Setara dan inklusif.6

3. Asas-Asas Umum Penyelengaraan Pemerintahan

Di Indonesia asas-asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik, termuat pada satu norma hukum yang bersifat mengikat bagi setiap warga negara Indonesia, dimulai pada saat diberlakukannya Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

4

Sofian Effendi, Membangun Good Governance: Tugas Kita Bersama, http://icmimudabanten.org/?p=82, diakses 29 Juni 2007

5

Nikolaus Loy, Peran Jaringan Kebijakan Dalam Mendorong Tata Pemerintahan Yang Baik: Belajar Dari Uni Eropa dalam Warta Gubernur; Jurnal Otonomi dan Pembangunan Daerah (Jakarta: APPSI, Vo.2, Tahun 1, Februari 2007), h. 38

6

(26)

14

Asas umum penyelenggaraan negara dalam UU No. 28 Tahun 1999, dimuat dalam Pasal 3, Asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi: Asas Kepastian Hukum, Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, Asas Kepentingan Umum, Asas Keterbukaan, Asas Proporsionalitas, Asas Profesionalitas dan Asas Akuntabilitas.

(27)

15

BAB III

PELAYANAN PUBLIK IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)

DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

A. Gambaran Umum Kota Medan

1. Geografis

Secara geografis Kota Medan terletak pada 30 30’ – 30 43’ LU dan 98035’ – 980 44’ BT. Permukaan tanahnya cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan memiliki batas-batas sebagai berikut:7

Utara : dengan Selat Malaka/Selat Sumatera

Selatan : dengan Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Barat : dengan Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

Timur : dengan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

2. Demografi

Populasi Medan didominasi beberapa suku: Melayu, Jawa, Batak dan Tionghoa. Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Kota Medan berjumlah 2.036.018 jiwa. Pada siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumlah penglaju (komuter).

7

(28)

16

3. Pemerintahan

Dari segi pemerintahan Kota Medan terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang dipimpin oleh seorang Walikota. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Guberbur KDH Tingkat I Sumatera Utara No. 22/2772/K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang Pendifinitipan 7 kelurahan di Daerah Tingkat II Kota Medan. Dengan demikian wilayah Kota Medan secara administrasi dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan.

B. Prosedur Pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Medan No. 9 Tahun 2002

Dalam Pasal 4 ayat (1) Perda Kota Medan No.9 Tahun 2002, menyatakan: “Setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan bangunan di dalam Daerah harus memperoleh izin dari Kepala Daerah dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan”. Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) ini berarti bahwa setiap pekerjaan atau kegiatan mendirikan bangunan di dalam wilayah Pemerintah Kota Medan yang dilakukan setiap orang pribadi atau individu maupun badan hukum harus terlebih dahulu memperoleh izin dari Kepala Daerah, izin yang dimaksud adalah IMB.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk dapat memperoleh IMB di Kota Medan adalah:8

1. Persyaratan Administrasi:

8

(29)

17

2. Persyaratan Teknis:

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada responden dan hasil wawancara dengan narasumber atau informan, pemberian Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB) kenyataannya di lapangan bisa lebih dari 16 (enam belas) hari kerja bahkan 12 minggu atau lebih. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1: Jangka Waktu Responden Memperoleh Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB)

N=60

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. 2 minggu 13 22%

2. 3 minggu 10 16%

3. 1 bulan 23 38%

4. Lebih dari 1 bulan 7 12%

5. Tidak menjawab 7 12%

Jumlah 60 100%

Sumber: Data Primer 2007

(30)

18

harus dipenuhi oleh pemohon dan proses pengukuran persil dan penghitungan besarnya tarif retribusi IMB.

Tabel 2: Tanggapan Responden Tentang Sosialisasi9 IMB Yang Dilaksanakan Oleh Pemerintah Kota Medan

n=60

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. Pernah 10 17%

2. Tidak Pernah 50 83%

Jumlah 60 100%

Sumber: Data Primer 2007

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kota Medan, dalam hal ini Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan belum optimal melakukan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya suatu IMB dalam pelaksanaan pembangunan gedung.

Menurut peneliti sosialisasi dalam bentuk penyuluhan langsung kepada masyarakat sangat urgen sifatnya. Hal ini untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahan peruntukan rencana tata kota, karena kenyataannya di lapangan sering ditemukan pembangunan gedung atau bangunan yang tidak memiliki IMB, bahkan ketika proses pembangunan sedang berlangsung baru IMB di mohonkan pengurusannya, karena ketidak tahuan dan tingkat kepedulian masyarakat yang masih kurang.

9

(31)

19

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan atau narasumber,10 bentuk sosialisasi yang dilakukan dalam bentuk pembagian brosur, membuat spanduk dan pengumuman di kantor-kator kecamatan dan kelurahan serta penyuluhan. Bila dibandingkan dengan hasil jawaban responden jelas terlihat bahwa sosialisasi dalam bentuk penyuluhan kecil sekali frekuensinya.

Tabel 3: Tanggapan Responden Tentang Biaya Retribusi IMB Dengan Standar Pendapatan Masyarakat

N=60

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. Telah sesuai 17 29%

2. Kurang sesuai 23 38%

3. Tidak sesuai 14 23%

4. Tidak menjawab 6 10%

Jumlah 60 100%

Sumber: Data Primer 2007

Dari hasil penelusuran dan wawancara dengan responden diketahui bahwa para responden yang menjawab tidak sesuai dan kurang sesuai biaya retribusi IMB dengan strandar pendapatan masyarakat, karena dirasakan terlalu mahal tarif yang dikenakan. Di samping itu selesai pengurusan IMB dan memperoleh SIMB, mereka harus segera melaksanakan pembangunan yang tentunya memerlukan biaya bahan bangunan yang saat ini cenderung terus meningkat.

10

(32)

20

Dari ketentuan Pasal 2 ayat (3) dan ayat (5) SK Walikota Medan No. 3 Tahun 2005, berarti bahwa bagunan dengan luas < 400m2, SIMB ditanda tangani oleh Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, sedangkan bangunan dengan luas > 400m2 ditanda tangani oleh Walikota Medan, yang berkasnya dipersiapkan oleh Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan.

Setiap pemegangang IMB, pemilik IMB dapat menutup lokasi tempat didirikannya bangunan dengan pagar pengaman sementara yang mengelilingi dengan pintu yang dapat ditutup. Kemudian setiap pemengang IMB wajib memasang papan petunjuk dengan ukuran panjang 80cm, lebar 40cm, warna dasar putih serta bergambar logo Pemerintah Kota Medan yang memuat keterangan tentang: nomor dan tanggal IMB, jenis bangunan,jumlah unit dan lantai bangunan dan lokasi persil.

C. Kualitas Pelayanan Publik Mengenai Pengurusan IMB di Kota Medan

Standar Pelayanan Minimal (SPM) berdasarkan Kepmenpan No. 63/KEP/M.PAN/7/2003, ada 6 (enam) indikator yang harus dipenuhi. Untuk Indikator Prosedur Pelayanan, maka prosedur pelayanan IMB di Kota Medan telah jelas diselenggarakan oleh Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, dapat dilihat pada skema11prosedur/proses pengurusan IMB di Kota Medan yang diatur dalam Perda Kota Medan No. 9 Tahun 2002 dan SK Walikota Medan No. 3 Tahun 2005.

Untuk indikator Waktu Penyelesaian, terlihat jelas bahwa waktu penyelesaian permohonan IMB yang diterima, diperoses dalam waktu maksimal 16 (enam belas)

11

(33)

21

hari kerja setelah diterimanya permohonan. Penetapan waktu penyelesaian pelayanan 16 hari kerja termuat dalam Perda Kota Medan No. 9 Tahun 2002 dan SK Walikota Medan No. 3 Tahun 2005. Namun dalam peraktik penyelenggaraannya jangka waktu proses pengeluaran IMB maksimal 16 hari kerja tidak sepenuhnya dapat diproses sesuai dengan ketentuan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penetapan waktu pelayanan pengurusan IMB belum dapat dipenuhi oleh Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, yang berarti juga bahwa SPM untuk waktu penyelesaian pelayanan belum terpenuhi secara optimal. Jika dilihat dari tabel berikut, menunjukkan keinginan masyarakat agar waktu penyelesaian pengurusan IMB lebih awal dari 16 hari kerja.

Tabel 4: Tanggapan Responden Tentang Jangka Waktu Pengurusan IMB Diperoleh Jika Seluruh Persyaratan Permohonan IMB Telah Terpenuhi

n=60

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. 1 Mingggu 34 57%

2. 2 Minggu 21 35%

3. 3 Minggu 2 3%

4. Lebih dari 3 Minggu 3 5%

Jumlah 60 100%

(34)

22

Di sini terlihat jelas bahwa masyarakat menginginkan agar waktu pengurusan IMB dapat lebih cepat dan efisien.

Indikator Biaya Pelayanan, indikator ini telah termuat dalam Perda Kota Medan No. 9 Tahun 2002 dan SK Walikota Medan No.3 Tahun 2005, hanya saja besarnya tarif biaya retribusi yang harus dibayar oleh pemohon IMB, dirasakan oleh masyarakat atau responden penelitian kurang sesuai dengan standar pendapatan masyarakat. Biaya atau tarif retribusi menurut responden relatif mahal, karena disesuaikan dengan luas bangunan, tata letak bangunan, jenis bangunan, dan lokasi bangunan yang akan dibangun.

Untuk Indikator Produk Pelayanan, menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dalam pengurusan IMB belum secara rinci dimuat atau diatur dalam ketentuan Perda Kota Medan No. 9 Tahun 2002 dan SK Walikota Medan No. 3 Tahun 2005. Berikut tanggapan responden tentang kualitas pelayanan publik mengenai pengurusan IMB di Kota Medan.

Tabel 5: Tanggapan Responden Terhadap Kualitas Pelayanan Publik Mengenai Pengurusan IMB Di Kota Medan Apakah Telah Sesuai Dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

n=60

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. Telah Sesuai 3 5%

(35)

23

3. Kurang Sesuai 25 42%

4. Tidak Sesuai 8 13%

Jumlah 60 100%

Sumber: Data Primer 2007-07

Kualitas pelayanan publik mengenai pengurusan IMB di Kota Medan bisa dikatakan belum sesuai dengan SPM yang mengacu kepada PP No. 65 Tahun 2005 dan Kepmenpan No. 63/KEp/M.PAN/7/2003.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, terlihat dengan jelas bahwa para pegawai atau staf di sana masih banyak yang tidak mengetahui tentang Kepmenpan No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 dan PP No. 65 Tahun 2005, padahal Pemerintah di dalam PP No. 65 Tahun 2005 telah menetapkan paling lambat SPM diterapkan akhir tahun 2007 disetiap instansi atau unit pelayanan publik Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota yang ada diseluruh Indonesia. Faktor yang menyebabkan hal ini terjadi adalah kurangnya sosialisasi dan pelatihan serta motivasi yang diberikan kepada staf atau pegawai di lingkungan Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, di samping itu juga SDM yang tersedia.

(36)

24

mengenai IMB bagi masyarakat yang membutuhkan. Dengan kata lain masyarakat belum dapat memperoleh informasi IMB dengan mudah, cepat dan akurat.

Indikator Kompetensi petugas pemberi pelayanan, dalam hal ini harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan prilaku yang dibutuhkan. Jadi para pegawai di lingkungan Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan harus menempatkan setiap pegawai sesuai dengan pengetahuan, keahlian dan keterampilan yang dimiliki serta prilaku. Untuk indikator ini Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan telah berupaya maksimal dan menerapkan penempatan pegawai pada bidangnya sesuai dengan keahlian, pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki oleh pegawai, dengan tujuan agar pelayanan publik lebih baik dan untuk meningkatkan kinerja Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan.

D. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Peningkatan Pelayanan

Publik Pengurusan IMB Di Kota Medan

Prinsip Partisipasi, pencapaian good governance tidak bisa terwujud tanpa adanya partisipasi aktif dari masyarakat dan dunia usaha. Dengan diikut sertakannya partisipasi aktif masyarakat dalam mengambil suatu kebijakan, diharapkan kebijakan tersebut dalam penyelenggaraannya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan. Suatu kebijakan pemerintah akan sulit diterapkan secara optimal dalam penyelenggaraannya bila tanpa partisipasi masyarakat.

(37)

25

2002 dapat terlaksana, harus ada partisipasi masyarakat, minimal masyarakat Kota Medan mengetahui apa yang dimaksud dengan IMB, sebelum mereka mengajukan permohonan IMB, tetapi pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang tidak mau tahu akan ketentuan Perda No. 9 Tahun 2002 tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6: Tanggapan Responden Tentang IMB

n=60

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. Mengetahui IMB 54 90%

2. Tidak Mengetahui IMB 6 10%

Jumlah 60 100%

Sumber: Data Primer 2007

Jika dalam penetapan besarnya tarif dasar IMB mengikut sertakan partisipasi masyarakat, maka tarif dasar IMB yang sekarang sebesar Rp. 425.00,- (Empat Ratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah), tidak akan dianggap mahal oleh masyarakat, tetapi karena penetapan tarif dasar IMB dalam Perda ini ketika itu belum mengikut sertakan partisipasi dari masyarakat, maka masyarakat merasa tarif relatif mahal.

(38)

26

Tata Bangunan Kota Medan tetapi kurang memadai. Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan dalam penerapan prinsip transparansi masih jauh dari yang diharapkan. Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan seharusnya mampu memberikan informasi yang lebih transparan kepada masyarakat tentang, mengapa suatu pembangunan gedung harus memiliki IMB, apa tujuan yang hendak dicapai oleh pmerintah dalam menerapkan atau mewajibkan orang pribadi atau badan dalam menyelenggarakan pekerjaan pembangunan gedung harus memiliki IMB.

Prinsip Akuntabilitas, Prinsip akuntabilitas dalam pengurusan IMB di Kota Medan telah sesuai dengan harapan, meskipun ada masyarakat yang mengeluh karena adanya kutipan diluar kutipan resmi, dikarenakan kemauan masyarakat itu sendiri dan aparat yang nakal, namun sifatnya sangat kecil. Apalagi saat ini setelah Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) yang aktif melakukan pengawasan dan pemeriksaan ke seluruh instansi-instansi pemerintah yang ada di Indonesia. Penerapan prinsip akuntabilitas benar-benar dilaksanakan.

Prinsip Efektif dan Efisien, prinsip ini dalam pengurusan IMB di Kota Medan telah dilaksanakan, yaitu dengan memperkecil birokrasi dalam pengurusan IMB, ketepatan waktu memproses permohonan dan peningkatan SDM khususnya para pengawai Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan.

(39)

27

telah memenuhi kelengkapan persyaratan IMB langsung diproses tanpa ada diskriminasi.

Prinsip Kepastian Hukum, Prinsip kepastian hukum dalam pengurusan IMB di Kota Medan telah tercermin dalam Perda Kota Medan No. 9 Tahun 2002 dan SK Walikota Medan No. 24 Tahun 2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penertiban/Pembongkaran Bangunan Yang Tidak Memiliki Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB), Bertentangan, Menyimpang dan atau Tidak Sesuai Penggunaan.

(40)

28

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Prosedur atau proses pengurusan IMB di Kota Medan merupakan kewenangan Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan. Jika seluruh kelengkapan persyaratan permohonan sudah terpenuhi maka dalam waktu maksimal 16 hari kerja, pemohon sudah dapat memperoleh SIMB. Kualitas pelayanan publik mengenai pengurusan IMB di Kota Medan sudah mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM), meskipun belum dapat diterapkan secara optimal dikarenakan beberapa faktor, antara lain kualitas SDM, tingkat kepedulian masyarakat, sarana dan prasarana, dan birokrasi pelayanan pengurusan IMB. Penerapan SPM berdasarkan PP No. 65 Tahun 2005 dan Kepmenpan No.63/KEP/M.PAN/7/2003, untuk pengurusan IMB di Kota Medan untuk saat ini hanya dapat diterapkan ± 65% saja dari pedoman pelayanan publik dan SPM tersebut.

(41)

29

B. Saran

1. Pemerintah Kota Medan dalam hal ini Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan dalam penyelenggaraan tugas dan wewenangnya, harus lebih giat melakukan sosialisasi kepada masyarakat dalam bentuk penyuluhan langsung, media massa, media elektronik, pembagian brosur secara kontiniu tentang IMB. Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan juga harus mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik mengenai pengurusan IMB kepada masyarakat dengan mengacu kepada SPM yang telah diberlakukan oleh Pemerintah. Agar SPM dapat tercapai. Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan harus melakukan:

a. peningkatan SDM, melalui pelatihan dan motivasi b. memperkecil birokrasi pelayanan

c. meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan

(42)

30

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abduh, Muhammad, Propil Hukum Administrasi Negara Indonesia (HANI) Dikatitkan Dengan Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara

(PERATUN), Medan, USU Press, 1998

Akbar, Faisal, Dimensi Hukum Dalam Pemerintahan Daerah, Cetakan Pertama, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2003

Asshiddiqie, Jimly, Undang-Undang Dasar 1945, Konstitusi Negara Kesejahteraan dan Realitas Masa Depan, Jakarta, 2005

Dwiyanto, Agus, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Ghajah Mada University Press, Yogyakarta, 2006

Dwijowijoto, Riant Nugroho, Kebijakan Publik: Formulasi Implementasi dan Evaluasi, Jakarta, Gramedia, 2003

Hadjon, Philipus M., Pengantar Hukum Perizinan, Utrecht, 1991

Juliantara (Ed), Dadang, Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Daerah Dalam

Komisi Pemberantas Korupsi, Memahami Untuk Melayani: Pelayanan Perijinan dan Nonperijinan Sebagai Wujud Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik,

Jakarta, Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2006

(43)

31

Mhd.Sihiddiq Tgk. Armia, Perkembangan Pemikiran Dalam Ilmu Hukum, Cetakan Pertama, Pradinya Paramita, Jakarta, 2003

Manan, Bagir, Hukum Positif di Indonesia (Suatu Kajian Teoritik), Cetakan Pertama, UII Press, Yogyakarta, 2004

Marbun, S.F., Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia, Cetakan Pertama, Luberty, Yogyakarta, 1997

Muslimin, Amrah, Beberapa Asas-Asas dan Pengertian Pokok Tentang Administrasi dan Hukum Administrasi Negara, Bandung, Alumni, 1980

Mustafa, Bacshan, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Badung, Alumni, 1985

Ndraha, Taliziduhu, Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, Jakarta, Rineka Cipta, 2005

N.M. Spelt & J.B.M. Ten Berge, Pengantar Hukum Perizinan, Utrecht, 1991

Oentarto SM, I Made Suwandi dan Dodi Riyadmadji, Menggagas Format Otonomi Daerah Masa Depan, Bogor, Grafika Mardi Yuana, 2004

Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Cetakan Pertama, UII Press, Yogyakarta, 2002

(44)

32

Sinambela, L.P., Ilmu dan Budaya, Perkembangan Ilmu Administrasi Negara, Edisi Desember, 1992

_____________, Reformasi Pelayanan Publik; Teori Kebijakan dan Implementasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2006

Siahaan, Lintong O., Prospek PTUN Sebagai Penyelesaian Sengketa Admnistrasi di Indonesia, Cetakan Pertama, Perum Percetakan Negara RI, Jakarta, 2005

Soekanto, Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, 1986

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan keenam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003

Sumaryadi, I.Nyoman, Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, Citra Utama, Jakarta, 2005

Syahrin, Alvi, Pengantar Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berkelanjutan, Medan, Pustaka Bangsa, 2003

T., Fandy, Total Quality Service, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1997

Wasistiono, Sadu, Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah, Jakarta, Fokus Media, 2003

(45)

33

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UU No. 10 Tahun 2004 tentan Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bagunan Gedung

PP No. 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimal Ketetapan MPR RI No. III/MPR/ 2000

Peraturan Daerah Kota Medan No. 9 Tahun 2002 tentang Izin Mendirikan Bangunan Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi

dan Tata Kerja Dinas-Dinas di Lingkungan Pemerintahan Kota Medan

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal

PERMENDAGRI No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Keputusan Walikota Medan No. 62 Tahun 2002 tentang Petunjuk Teknis Izin Mendirikan Bangunan

Keputusan Walikota Medan No. 3 Tahun 2005 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Keputusan Walikota Medan No. 24 Tahun 2003 tentang Petujuk Pelaksanaan Penertiban/Pembongkaran Bangunan Yang Tidak Memiliki Surat Izin

Mendirikan Bangunan (SIMB), Bertentangan, Menyimpang dan atau

Tidak Sesuai Penggunaan

C. Makalah

(46)

34

Ilmiah Widyaiswara Utama, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Badan Pendidikan dan Pelatihan, 2006

Wibawa, Samodra, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Kumpulan Tulisan, Gadjah Mada University Press, 2006

Sambutan Menteri PAN Faisal Tamin, dalam buku Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Melalui Partisipasi Masyarakat Dalam Rangka Mewujudkan

Pemerintahan Yang Baik (Buku I Manual Praktis), Kementerian PAN dan

GTZ, Jakarta, 2004

D. Jurnal/Penelitian

Ida, Laode, Tata Kelola Pemerintahan Daerah Yang Baik, Jurnal Nasional, Jakarta, 2007

Nasution, Bismar, Prinsip Transparansi Mutlak Dalam Good Governance, Jurnal Nasional, Jakarta, 2007

Prasojo, Eko, Good Governance Butuh Komitmen Politik Kepala Daerah, Jurnal Nasional, Jakarta, 2007

Loy Nikolaus, Peran Jaringan Kebijakan dalam Mendorong Tata Pemerintahan Yang Baik: Belajar Dari Uni Eropa, Jurnal Otonomi dan Pembangunan Daerah, Jakarta, APPSI, 2007

D. Website

http:/www.goodgovernance.or.id/3M, 17 April 200

http://www.transparansi.or.id/artkel/artikel-pk/artikel-02.html

http://icmimudabanten.org.

http://www.depsos.go.id/modules.php

http://www.acehinstitute.org.

(47)

HASIL PENELITIAN

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK MENGENAI

PENGURUSAN IZIN MENDIRIKAN BAGUNAN (IMB) DALAM RANGKA

MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA MEDAN)

Oleh :

Hj. ZURAIDAH

05700534/HK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(48)

HALAMAN PENGESAHAN

(SEMINAR HASIL)

Nama : HJ. ZURAIDAH

NIM : 057005034

Program Studi : Ilmu Hukum

Judul Tesis : PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN

PUBLIK MENGENAI PENGURUSAN IZIN MENDIRIKAN

BAGUNAN (IMB) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN

GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA MEDAN)

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Prof. Muhammad Abduh, SH K e t u a

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH Dr. Pendastaren Tarigan, SH., MH A n g g o t a A n g g o t a

Ketua Program Studi Ilmu Hukum D i r e k t u r

(49)

MAKE-UP OF the QUALITY OF PUBLIC SERVICE CONCERNING MANAGEMENT [of] PERMIT FOUND BUILDING ( IMB) IN ORDER TO

REALIZING GOOD GOVERNANCE ( STUDY [IN] TOWN MEDAN)

ABSTRACT HJ. Zuraidah Muhammad Abduh

Bismar Nasution Pendastaren Tarigan

In order to improving the quality of public service, government have published various policy for that. prima Public service represent one of [the] characteristic materialization [of] governance good. this Research location [in] executed [by] Town Medan [in] Office On duty Urban Planning and Arrange Building Town Field, and [in] six district that is: Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Perjuangan dan Kecamatan Medan Amplas.

This research have the character of is descriptive [of] analysis with approach [of] sosiologis yuridis. Appliance data collecting [pass/through] interview and kuesioner. obtained data [is] later;then analysed qualitative.

(50)

governance good in pegurusan [of] Permit Found Building [in] Town Medan not yet earned to be executed in an optimal fashion. Suggested there must be the make-up of Human Resource [all] officer On duty Urban Planning and Arrange Building Town Medan by: giving motivation and training, minimizing service bureaucracy, improving service facility. Despitefully also On duty Urban Planning and Arrange Building Town Medan have to socialize Permit Found Building to society by kontiniu in the form of counselling, mass media, electronic media and also other media.

__________________________ Keyword: - Public Service

(51)

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK MENGENAI

PENGURUSAN IZIN MENDIRIKAN BAGUNAN (IMB) DALAM RANGKA

MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA MEDAN)

INTISARI

HJ. Zuraidah∗ Muhammad Abduh∗∗

Bismar Nasution ** Pedastaren Tarigan**

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah telah menerbitkan berbagai kebijakan untuk itu. Pelayanan publik yang prima merupakan salah satu ciri perwujudan good governance. Lokasi penelitian ini di Kota Medan yang dilaksanakan di Kantor Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, dan di enam kecamatan yaitu: Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Perjuangan dan Kecamatan Medan Amplas. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan pendekatan yuridis sosiologis. Alat pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur atau proses pengurusan IMB merupakan tugas dan kewenangan Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan. Kualitas pelayanan publik mengenai pengurusan IMB di Kota Medan telah mengacu kepada SPM, tetapi dalam pelaksanaannya belum dapat dilaksanakan secara optimal, dikarenakan beberapa hal, antara lain kualitas SDM yang belum memadai, sarana dan prasarana, sistem birokrasi pelayanan dan partisipasi masyarakat yang minim. Penerapan prinsip-prinsip good governance dalam pengurusan IMB di Kota Medan belum dapat dilaksanakan secara optimal. Disarankan harus ada peningkatan SDM para pegawai Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan dengan cara:

Mahasiswa, Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

∗∗

(52)

memberikan pelatihan dan motivasi, memperkecil birokrasi pelayanan, meningkatkan fasilitas pelayanan, Di samping itu juga Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan harus mensosialisasikan IMB kepada masyarakat secara kontiniu dalam bentuk penyuluhan, media massa, media elektronik maupun media lainnya.

_______________________ Kata Kunci : - Pelayanan Publik

(53)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul: “PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK MENGENAI PENGURUSAN IZIN

MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN

GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA MEDAN)”.

Tesis ini diajukan guna memenuhi persyaratan yang harus dilengkapi dalam rangkaian pembelajaran pada Program Studi Magister Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Administrasi Negara Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus manfaat yang diperoleh dari Tesis ini adalah sebagai sarana memperdalam ilmu pengetahuan di bidang Hukum Administrasi Negara. Sedangkan manfaat secara umum Tesis ini dapat digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, baik untuk kepentingan instansi terkait maupun kepentingan masyarakat.

Penelitian dan penulisan Tesis ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada yang terhormat:

(54)

2. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. MH selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan sekaligus selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, koreksi dan dorongan, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.

3. Bapak Prof. Muhammad Abduh SH selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, koreksi dan dorongan, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH. MS selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, koreksi dan motivasi, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.

5. Bapak OK. Darmasakty SH selaku Kabag Tata Usaha Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, Bapak Drs. Syaifuddin Harahap, S.Sos selaku Camat Medan Perjuangan, Bapak Drs. Abd. Azis selaku Camat Medan Amplas, Bapak Drs. Mansur Usman selaku Camat Medan Kota, Bapak Arfan Harahap, S.Sos selaku Camat Medan Maimun, Bapak Khairul Buhari S.Sos selaku Camat Medan Area dan Ibu Dra. Hannalore Simanjuntak selaku Camat Medan Petisah, yang telah membantu dalam penelitian ini.

6. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner dan wawancara dengan peneliti.

(55)

8. Bapak Drs. H. Yanto AF selaku Sekretaris Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang dengan penuh pengertian telah banyak menolong penulis.

9. Mulatua Pohan, SH selaku Kabidwas Pemerintahan yang banyak membantu penulis sebagai teman diskusi sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

10.Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan pada Program Magister Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Khususnya teman-teman pada konsentrasi Hukum Administrasi Negara.

11. Staf administrasi pada Program Ilmu Hukum, Juli, Fitri dan Pica.

Akhirnya ucapan terima kasih dan rasa cinta yang mendalam penulis sampaikan kepada suami tercinta Drs. St. Sjahril Hasibuan yang penuh kesetiaan, kesabaran, pengertian dan kasih sayang memberikan semangat, motivasi dan doa restu kepada penulis. Demikian juga anak-anakku tersayang M.Bobby Rachman Hasibuan dan M. Andy Hakim Hasibuan, yang memberikan inspirasi dan dorongan bagi penulis. Belajarlah bersungguh-sungguh semoga menjadi anak yang berguna bagi agama, bangsa dan Negara.

(56)

Penulis telah berusaha untuk menyelesaikan Tesis ini dengan sebaik-baiknya, namun demikian penulis menyadari adanya kekurangan-kekurangan dari Tesis ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat produktif dari semua pihak.

Medan, Agustus 2007

Penulis

(57)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ... i INTISARI ... iii KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... xii DAFTAR SKEMA... xiii DAFTAR ISTILAH ... xvi BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1 B. Permasalahan... 9 C. Tujuan Penelitian ... 9 D. Manfaat Penelitian ... 10 E. Keaslian Penelitian... 11 F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori ... 11 2. Kerangka Konsepsi ... 21 G. Metode Penelitian

(58)

3. Sumber Data ... 30 4. Alat Pengumpulan Data ... 32 5. Analisis Data ... 32 BAB II. PENGATURAN PELAYANAN PUBLIK, IZIN MENDIRIKAN

BANGUNAN (IMB) DAN GOOD GOVERNANCE

A. Pelayanan Publik ... 34 1. Pengertian Pelayanan Publik... 35 2. Jenis-Jenis Pelayanan Publik ... 37 3. Pelayanan Publik Di Era Reformasi ... 41 B. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ... 58 1. Asal Mula Perizinan ... 59 2. Pengertian Izin ... 61 3. Jenis-Jenis Perizinan ... 64 4. Izin Mendirikan Bangunan... 67 C. Good Governance (Tata Pemerintahan Yang Baik)... 75 1. Pengertian Good Governance... 76 2. Prinsip-Prinsip Good Governance... 81 3. Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Pemerintahan ... 84 BAB III. PELAYANAN PUBLIK IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

(59)

2. Demografi ... 89 3. Pemerintahan... 90 B. Prosedur Pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Berdasarkan Perda Kota Medan No. 9 Tahun 2002... 92 C. Kualitas Pelayanan Publik Mengenai IMB di Kota Medan ... 108 D. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Peningkatan

Pelayanan Publik Pengurusan IMB Di Kota Medan ... 115 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

(60)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Sungai Yang Terdapat Di Kota Medan... 89 Tabel 2. Kecamatan dan Jumlah Kelurahan Kota Medan

Per 30 September 1996 Sampai Dengan Sekarang ... 91 Tabel 3. Jangka Waktu Responden Memperoleh Surat Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) ... 99 Tabel 4. Tanggapan Responden Tentang Mengikuti Sosialisasi IMB

Yang Dilaksanakan Oleh Pemerintah Kota Medan ... 100 Tabel 5. Tanggapan Responden Tentang Biaya Retribusi IMB Dengan

Standar Pendapatan Masyarakat ... 102 Tabel 6. Tanggapan Responden Tentang Jangka Waktu Pengurusan IMB

Diperoleh Jika Seluruh Persyaratan Permohonan IMB Telah

Terpenuhi Pemohon ... 111 Tabel 7. Tanggapan Responden Terhadap Kualitas Pelayanan Publik

Mengenai Pengurusan IMB di Kota Medan Telah Sesuai Dengan

(61)

DAFTAR SKEMA

Halaman

(62)

DAFTAR ISTILAH

IMB : Izin Mendirikan Bangunan SIMB : Surat Izin Mendirikan Bangunan SPM : Standar Pelayanan Minimal RAB : Rencana Anggaran Biaya KDH : Koefisien Dasar Bangunan KLB : Koefisien Luas Bangunan KKB : Koefisien Ketinggian Bangunan KKN : Korupsi, Kolusi dan Nepotisme KPK : Komisi Pemberantas Korupsi PERDA : Peraturan Daerah

SDM : Sumber Daya Manusia

(63)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.1

Good Governance (tata pemerintahan yang baik) telah lama menjadi mimpi banyak

orang Indonesia. Kendati pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, sebahagian besar dari mereka membayangkan bahwa dengan good governance mereka akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih baik. Banyak diantara mereka membayangkan bahwa dengan memiliki praktik governance yang lebih baik maka kualitas pelayanan publik menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah dan pemerintah menjadi semakin peduli dengan kepentingan warga.2

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 mempunyai cita-cita/tujuan nasional buat seluruh rakyat dan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam alinea ke empat pembukaan UUD 1945 yang berbunyi:3

1

L.P. Sinambela, Ilmu dan Budaya, Perkembangan Ilmu Administrasi Negara, ( Edisi Desember, 1992), h.198

2

Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, (yogyakarta; Ghajah Mada University Pres, 2006), h.1

3

(64)

2

“… Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah dara Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social …”. Dalam rangka mewujudkan tujuan nasional tersebut maka harus dilaksanakan serangkaian program pembangunan dalam berbagai sektor diseluruh penjuru tanah air, tujuan akhir dari rangkaian pembangunan itu adalah guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur dalam artian sejahtera secara lahiriah dan batiniah.

Dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (1) disebutkan pula bahwa Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Ini berarti bahwa Negara yang berbentuk negara kesatuan, maka segenap kekuasaan atau kewenangan serta tanggung jawab terhadap kesejahteraan dan kelangsungan hidup bangsa Indonesia berada di bawah kendali satu pemegang kekuasaan terpusat yang terdapat pada Pemerintah Pusat. Dengan demikian corak sistem pemerintahan tersebut adalah bersifat sentralisasi. Namun karena wilayah Negara Republik Indonesia sedemikian luasnya dan didiami berbagai suku bangsa yang beraneka ragam, maka corak pemerintahan sentralis bukanlah tipe ideal sistem pemerintahan yang cocok untuk mengatur wilayah dan penduduk yang demikian banyak dan beragam itu, untuk itu diaturlah corak pemerintahan di Indonesia berdasarkan sistem pembagian kekuasaan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berdasarkan corak desentralisasi sebagaimana tercermin dalam Pasal 18 UUD 1945.4

Berdasarkan ketentuan Pasal 18 UUD 1945, yang membagi wilayah Indonesia dalam daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Dengan adanya pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan

4

(65)

3

daerah kota diharapkan dapat mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance), yang berarti juga adanya peningkatan pelayanan publik.

Pemerintah menyadari bahwa kondisi pelayanan publik selama ini belum cukup baik, walaupun era reformasi telah berlangsung mulai tahun 1997, kualitas pelayanan publik tetap tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya. Masih banyak masyarakat yang mengalami kekecewaan terhadap pelayanan publik. 5

Mewujudkan good governance dalam praktik pemerintahan sehari-hari tentu bukan hal yang mudah. Disamping komitmen yang kuat pemerintah perlu mengambil dan menggunakan strategi yang tepat. Luasnya cakupan, kompleksitas masalah serta keterbatasan sumber daya dan kapasitas pemerintah mengharuskan pemerintah mengambil pilihan yang strategis untuk pengembangan praktik good governance.

Pemerintahan yang baik hanya akan tercapai di daerah, kalau pemerintahan pusat membuat rambu-rambu di tingkat pusat yang bisa menekan pemerintahan daerah untuk melakukan perubahan. Contohnya masyarakat bisa berpartisipasi kalau ada aturan atau perda yang mengatur partisipasi. Tapi, perda itu bisa terbentuk kalau pemerintah pusat membuat aturan yang mewajibkan pemerintah daerah membuat perda yang memberikan akses kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Jadi harus ada intervensi pemerintah pusat itu melalui perundangan yang mewajibkan pemerintah

5

(66)

4

daerah melakukan sejumlah hal dalam rangka menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik. Itu akan sangat membantu terciptanya good governance.6

Prinsip-prinsip good governance antara lain: adanya partisipasi, transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, kesetaraan gender, efektifitas, efisiensi, keadilan dan lain-lain. Tidak dapat dipungkiri pentingnya penegakan prinsip transparansi untuk mengefektifkan pengawasan oleh masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan itu pulalah jajaran birokrasi dalam menjalankan prinsip transparansi itu harus membangunnya dengan cara memformulasikannya atas dasar informasi yang bebas. Di mana seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan harus dapat diakses masyarakat. Selain itu informasi yang tersedia harus mudah dipahami dan akurat.7

Proses-proses membangun pemerintahan yang baik itu memerlukan strategi, komitmen dan keinginan para pelaku pembangunan di daerah. Para pelaku dan penentu kebijakan di daerah haruslah menyadari bahwa keberadaan mereka merupakan pemegang amanah dalam suatu priode waktu tertentu, sehingga harus memiliki agenda terarah yang pasti dan realistik untuk dilakukan.8

Berbicara tentang good governance (tata pemerintahan yang baik) tidak terlepas dari peningkatan kualitas pelayanan publik. Dengan perkataan lain salah satu wujud good governance adalah pelayanan publik yang prima atau pelayanan publik yang baik, artinya pelayanan administrasi, pelayanan jasa, sarana dan prasarana telah

6

Eko Prasojo, Good Governance Butuh Komitmen Politik Kepala Daerah, (Jakarta; Jurnal Nasional, Opini dan Debat, 6 Maret 2007), h.2

7

Bismar Nasution, Prinsip Transparansi Mutlak dalam Good Governance, (Jakarta; Jurnal Nasional Opini dan Debat, 6 Maret 2007), h.2

8

(67)

5

benar-benar memenuhi aspirasi masyarakat dengan mengikut sertakan partisipasi aktif masyarakat.

Secara Umum, ada dua hal yang ditegaskan dalam pelaksanaan peningkatan kualitas pelayanan publik. Pertama standarisasi yaitu adanya standar yang jelas mengenai persyaratan pelayanan, prosedur, waktu dan biaya. Kedua, transparansi yaitu seluruh persyaratan dan standar tersebut harus dapat diketahui secara jelas oleh masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik, Pemerintah telah menerbitkan berbagai kebijakan. Pada tahun 2004, melalui Inpres Nomor 5 Tahun 2004 Presiden telah mengintruksikan kepada seluruh jajarannya untuk melaksanakan percepatan pemberantasan korupsi, antara lain dengan mewujudkan good governance dan meningkatkan pelayanan publik serta meniadakan pungutan liar. Pemerintah juga telah mencanangkan tahun 2004 sebagai tahun peningkatan pelayanan publik.9

Akhir tahun 2004, tepatnya 15 Oktober 2004 pemerintah memberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Pejelasan Umum poin 1, Dasar Pemikiran huruf b UU No. 32 Tahun 2004 memuat prinsip otonomi daerah. Menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan, di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam undang-undang ini.

9

Gambar

Tabel 1: Jangka Waktu Responden Memperoleh Surat Izin Mendirikan
Tabel 2: Tanggapan Responden Tentang Sosialisasi9 IMB Yang Dilaksanakan
Tabel 3: Tanggapan Responden Tentang Biaya Retribusi IMB Dengan
Tabel 4: Tanggapan Responden Tentang Jangka Waktu Pengurusan IMB
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dan saran bagi Pemerintah Kabupaten Bantul, khususnya Dinas Perizinan Kabupaten Bantul untuk meningkatkan kualitas

Berdasarkan analisis tingkat kepuasan masyarakat dinas tataruang dan tata bangunan dalam pengurusan izin membangun bangunan (IMB) di Kota Medan adalah masyarakat menilai baik

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Implementasi Kebijakan Publik tentang Penyelenggaraan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kantor Pelayanan

Dalam kehidupan bernegara, pemerintah memiliki fungsi melayani publik, dalam bentuk mengatur maupun menerbitkan perizinan dalam rangka memenuhi kebutuhan

Berdasarkan analisis tingkat kepuasan masyarakat dinas tataruang dan tata bangunan dalam pengurusan izin membangun bangunan (IMB) di Kota Medan adalah masyarakat menilai baik

Berdasarkan analisis tingkat kepuasan masyarakat dinas tataruang dan tata bangunan dalam pengurusan izin membangun bangunan (IMB) di Kota Medan adalah masyarakat menilai baik

Dengan adanya latar belakang tersebut pada akhirnya efektivitas pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) khususnya sektor industri pariwisata harus lebih dikaji lebih dalam, baik

pengawasanPelaksanaan perencanaan pelayanan Izin mendirikan Bangunan (IMB) penertiban IMB seharusnya pemerintah membuat suatu peraturan yang mengikat, khususnya dalam