Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Ubi Kayu Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013
Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Kw/Ha)
Nias 99 1.737 175, 45
Mandailing Natal 115 2521 219,25
Tapanuli Selatan 340 12730 374, 40
Tapanuli Tengah 1324 36525 275,87
Tapanuli Utara 1883 62448 340,69
Toba Samosir 1216 40112 329,87
Asahan 724 20082 277,37
Simalungun 13009 387994 298,25
Dairi 362 11073 305,90
Karo 131 2746 209,62
Deli Serdang 7128 253301 355,36
Langkat 641 25001 390,03
Nias Selatan 807 9633 119,37
Humbang Husundutan 445 15920 357,75
Pakpak Barat 56 1791 319,79
Samosir 236 8756 371,03
Serdang Bedagai 12445 466103 374,53
Batu Bara 4222 114483 271,16
Padang Lawas Utara 142 3971 279,62
Padang Lawas 173 4998 288,88
Labuhan Batu Selatan 207 4162 201,08
Labuhan Batu Utara 52 867 166,73
Nias Utara 102 1282 125,69
Lampiran 2. Luas Lahan, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
Kecamatan Luas Tanam
Lampiran 3. Luas Panen, Produksi dan Produksi Rata-rata Ubi Kayu di Kecamatan Patumbak Tahun 2014
Desa Luas Panen
(Ha)
Produksi (Ton)
Rata-Rata Produksi (Ton/Ha)
Patumbak I 98 2.743 27,99
Lantasan Baru 126 3.526 2799
Lantasan Lama - - -
Patumbak II 58 1.623 27,99
Sigara-gara 36 1.007 27,99
Marindal I 41 1.147 2799
Marindal II 139 3.891 27,99
Patumbak kampung - - -
Lampiran 4. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Ubi Kayu
Nomor Umur Lama
Lama Panen Harga Jual
Nomor Umur Lama Pendidikan
Jumlah Tanggungan
Pengalaman Berusahatani
Luas Lahan Jenis Ubi
Lama Panen (Bulan)
Harga Jual
Sampel (Tahun) (Tahun) (Orang) (Tahun) (Ha) (Rp/kg)
49 47 12 6 5 0,6 1 7 700
50 48 12 3 6 0,2 0 9 700
51 56 6 5 11 0,44 1 7 700
52 36 9 1 4 0,28 0 9 660
53 28 6 0 2 0,48 1 7 600
54 46 6 2 5 0,2 0 9 750
55 50 9 2 9 0,2 0 9 750
Total 2541 518 158 476 34 45 405 35.870
Lampiran 5. Luas lahan, Produksi, Produktivitas Usahatani Ubi Kayu Petani Sampel
Nomor Luas Lahan Produksi Produktivitas
Sampel (Ha) (Kg) (Kg/ha)
1 3 105.000 35.000
2 0,6 18.000 30.000
3 0,2 5.000 25.000
4 2,48 74.400 30.000
5 0,2 7.500 37.500
6 3,48 138.000 39.655
7 1 87.000 87.000
8 0,48 16.800 35.000
9 0,8 28.000 35.000
10 0,4 12.000 30.000
11 0,2 6.000 30.000
12 3 120.000 40.000
13 0,4 18.000 45.000
14 1 82.000 82.000
15 0,2 7.000 35.000
16 0,48 16.800 35.000
17 0,4 16.000 40.000
18 0,2 7.000 35.000
Nomor Luas Lahan Produksi Produktivitas
Sampel (Ha) (Kg) (Kg/ha)
24 0,4 14.000 35.000
25 0,2 11.200 35.000
26 0,2 8.000 40.000
27 0,48 43.000 89.583
28 0,4 14.000 35.000
29 0,2 8.000 40.000
30 0,6 24.000 40.000
31 0,2 7.000 35.000
32 0,4 15.000 37.500
33 0,48 19.000 39.583
34 0,4 14.000 35.000
35 0,2 7.000 35.000
36 1,48 51.800 35.000
37 0,6 50.000 83.333
38 0,8 70.000 87.500
39 0,48 16.800 35.000
40 0,2 7.000 35.000
41 0,48 16.800 35.000
42 0,2 8.000 40.000
43 0,28 9.800 35.000
44 0,4 16.000 40.000
45 0,8 28.000 35.000
46 0,2 7.500 37.500
Nomor Luas Lahan Produksi Produktivitas
Sampel (Ha) (Kg) (Kg/ha)
49 0,6 24.000 40.000
50 0,2 15.000 75.000
51 0,44 17.400 39.545
52 0,28 20.000 71.428
53 0,48 16.800 35.000
54 0,2 13.000 65.000
55 0,2 12.000 60.000
Total 34 1.499.500 2.400.752
Lampiran 6. Biaya Produksi Petani Sampel Usahatani Ubi Kayu
Nomor Biaya Bibit
(Rp) Biaya Pupuk (Rp)
Biaya Pestisida
(Rp)
Biaya Tenaga Kerja (Rp)
Biaya Total Biaya Sampel UREA POSKA NPK Roundap Pengolahan Lahan Pemupukan Penanaman Penunasan Penyemprotan Lainnya Biaya Pemanenan Penyusutan Alat (Rp) Produksi (Rp)
Nomor
Lahan Pemupukan Penanaman Penunasan Penyemprotan
Nomor
Biaya Bibit (Rp)
Biaya Pupuk
(Rp)
Biaya Pestisida
(Rp)
Biaya Tenaga
Kerja (Rp) Biaya Total Biaya
Sampel UREA POSKA NPK Roundap Pengolahan
Lahan Pemupukan Penanaman Penunasan Penyemprotan
Biaya
Lainnya Pemanenan
Penyusutan Alat (Rp)
Produksi (Rp)
54 400.000 60.000 90.000 81.000 70.500 250.000 - - - - - 1.000.000 103.500 2.055.000
55 400.000 60.000 90.000 81.000 70.500 250.000 - - - - - .1000.000 103.500 2.051.500
Lampiran 7. Penerimaan Petani Sampel/Musim Tanam Usahatani Ubi Kayu
Nomor Luas Lahan Produksi Harga Jual Penerimaan
Sampel (Ha) (Kg) (Rp/kg) (Rp)
1 3 105.000 700 73.500.000
2 0,6 18.000 600 10.800.000
3 0,2 5.000 750 3.750.000
4 2,48 74.400 500 37.200.000
5 0,2 7.500 600 4.500.000
6 3,48 138.000 600 82.800.000
7 1 87.000 660 57.420.000
8 0,48 16.800 600 10.080.000
9 0,8 28.000 600 16.800.000
10 0,4 12.000 660 7.920.000
11 0,2 6.000 600 3.600.000
12 3 120.000 700 84.000.000
13 0,4 18.000 600 10.800.000
14 1 82.000 700 57.400.000
15 0,2 7.000 600 4.200.000
16 0,48 16.800 700 11.760.000
17 0,4 16.000 600 9.600.000
18 0,2 7.000 600 4.200.000
Nomor Luas Lahan Produksi Harga Jual Penerimaan
Sampel (Ha) (Kg) (Rp/kg) (Rp)
25 0,32 11.200 600 6.720.000
26 0,2 8.000 600 4.800.000
27 0,48 43.000 600 25.800.000
28 0,4 14.000 700 9.800.000
29 0,2 8.000 660 5.280.000
30 0,6 24.000 700 16.800.000
31 0,2 7.000 700 4.900.000
32 0,4 15.000 700 10.500.000
33 0,48 19.000 700 13.300.000
34 0,4 14.000 660 9.240.000
35 0,2 7.000 700 4.900.000
36 1,48 51.800 600 31.080.000
37 0,6 50.000 660 33.000.000
38 0,8 70.000 660 46.200.000
39 0,48 16.800 700 11.760.000
40 0,2 7.000 600 4.200.000
41 0,48 16.800 600 10.080.000
42 0,2 8.000 600 4.800.000
43 0,28 9.800 660 6.468.000
44 0,4 16.000 700 11.200.000
45 0,8 28.000 600 16.800.000
46 0,2 7.500 700 5.250.000
47 0,4 14.000 600 8.400.000
Nomor Luas Lahan Produksi Harga Jual Penerimaan
Sampel (Ha) (Kg) (Rp/kg) (Rp)
50 0,2 15.000 700 10.500.000
51 0,44 17.400 700 12.180.000
52 0,28 20.000 660 13.200.000
53 0,48 16.800 600 10.080.000
54 0,2 13.000 750 9.750.000
55 0,2 12.000 750 9.000.000
Total 34 1.499.500 35.870 973.382.000
Lampiran 8. Total Pendapatan/Musim Tanam, Pendapatan/Musim Tanam/Ha, Pendapatan/Bulan dan Pendapatan/Bulan/Ha Petani Sampel Usahatani Ubi Kayu
Nomor
1 50.820.500 16.940.167 7.260.071 2.420.024
2 6.571.500 10.952.500 938.786 1.564.643
3 2.262.500 11.312.500 323.214 1.616.071
4 21.135.500 8.522.379 3.019.357 1.217.483
5 2.820.000 14.100.000 402.857 2.014.286
6 56.141.500 16.132.615 8.020.214 2.304.659
7 46.895.500 46.895.500 5.210.611 5.210.611
8 5.694.500 11.863.542 813.500 1.694.792
9 12.286.500 15.358.125 1.755.214 2.194.018
10 6.250.500 15.626.250 892.929 2.232.321
11 2.462.000 12.310.000 351.714 1.758.571
12 59.488.000 19.829.333 8.498.286 2.832.762
13 8.368.000 20.920.000 1.195.429 2.988.571
14 47.381.500 47.381.500 5.264.611 5.264.611
15 2.840.500 14.202.500 405.786 2.028.929
16 7.787.500 16.223.958 1.112.500 2.317.708
17 7.192.500 17.981.250 1.027.500 2.568.750
18 3.671.500 18.357.500 524.500 2.622.500
19 2.286.000 8.164.286 326.571 1.166.327
20 3.374.500 16.872.500 482.071 2.410.357
21 7.724.500 19.311.250 1.103.500 2.758.750
Nomor
26 4.137.500 20.687.500 591.071 2.955.357
27 21.801.000 45.418.750 2.422.333 5.046.528
28 8.242.500 20.606.250 1.177.500 2.943.750
29 4.704.500 23.522.500 672.071 3.360.357
30 12.742.000 21.236.667 1.820.286 3.033.810
31 4.237.500 21.187.500 605.357 3.026.786
32 7.927.500 19.818.750 1.132.500 2.831.250
33 10.224.500 21.301.042 1.460.643 3.043.006
34 6.585.500 16.463.750 940.786 2.351.964
35 3.920.000 19.600.000 560.000 2.800.000
36 21.305.500 14.395.608 3.043.643 2.056.515
37 27.454.000 45.756.667 3.050.444 5.084.074
38 39.586.500 49.483.125 4.398.500 5.498.125
39 8.351.000 17.397.917 1.193.000 2.485.417
40 3.046.500 15.232.500 435.214 2.176.071
41 7.004.500 14.592.708 1.000.643 2.084.673
42 3.820.000 19.100.000 545.714 2.728.571
43 2.439.500 8.712.500 348.500 1.244.643
Nomor Sampel
Total Pendapatan (Rp)
Pendapatan /Musim Tanam/Ha (Rp)
Pendapatan/Bulan (Rp)
Pendapatan (Rp)/Bulan/Ha
49 9.901.500 16.502.500 1.414.500 2.357.500
50 9.512.500 47.562.500 1.056.944 5.284.722
51 6.731.000 15.297.727 961.571 2.185.390
52 10.793.000 38.546.429 1.199.222 4.282.937
53 6.981.000 14.543.750 997.286 2.077.679
54 7.695.000 38.475.000 855.000 4.275.000
55 6.948.500 34.742.500 772.056 3.860.278
Total 709.256.250 1.158.520.475 93.029.448 151.616.577
Lampiran 9. Hasil SPSS
Model Summaryb
,939a ,882 ,864 5809410,30 Model
Predictors: (Constant), Jenis Bibit (0=Kalimantan, 1=Malaysia), Lama Pendidikan (Tahun), Umur (Tahun), Harga Jual (Rp/Kg), Pengalaman Bertani (Tahun), Luas Lahan (Ha), Produktivitas (Kg/Ha) a.
Dependent Variable: Pendapatan (Rp/MT) b.
ANOVAb
1,2E+016 7 1,687E+015 49,972 ,000a
1,6E+015 47 3,375E+013
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Jenis Bibit (0=Kalimantan, 1=Malaysia), Lama Pendidikan (Tahun), Umur (Tahun), Harga Jual (Rp/Kg), Pengalaman Bertani (Tahun), Luas Lahan (Ha), Produktivitas (Kg/Ha)
a.
Coefficientsa
-4E+007 1E+007 -2,962 ,005
-35828,1 76573,279 -,025 -,468 ,642 ,041 -,068 -,023 ,908 1,101
628884,5 293804,1 ,129 2,140 ,038 ,501 ,298 ,107 ,696 1,436
-81609,6 102285,8 -,044 -,798 ,429 -,048 -,116 -,040 ,832 1,202
2E+007 1278746 ,864 14,701 ,000 ,891 ,906 ,738 ,730 1,370
8875,677 2109,397 ,221 4,208 ,000 ,088 ,523 ,211 ,910 1,099
832,350 322,705 ,179 2,579 ,013 ,189 ,352 ,129 ,524 1,908
992582,6 2303463 ,030 ,431 ,669 -,226 ,063 ,022 ,511 1,955
(Constant)
t Sig. Zero-order Partial Part Correlations
Tolerance VIF Collinearity Statistics
Lampiran 10. Lembar Kuisoner Petani Ubi Kayu
LEMBAR KUESINOER PETANI UBI KAYU
DALAM RANGKA PENELITIAN SKRIPSI
1. Nama Petani : 12. Produksi yang dikonsumsi : 13. Total Pendapatan :
14. Biaya Produksi :
a. Bibit :
d. Barang modal :
Jenis Barang Harga (Rp) Lama Pemakaian (Thn) - Cangkul
Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
15. Permasalahan yang dihadapi
FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI UBI KAYU (Studi kasus : Desa Marindal II, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang)
Matrik Penelitian: Suci Handayani (120304019)
No Identifikasi Masalah Tujuan Hipotesis Data yang perlukan Metode Analisis
1. Bagaimana luas dan perkembangan produksi ubi kayu di daerah penelitian?
Untuk mengetahui luas dan perkembangan produksi ubi kayu di daerah penelitian ubi kayu di daerah penelitian?
Untuk mengetahui cara bercocok tanam dan berapa pendapatan petani ubi kayu di daerah penelitian
Pendapatan petani ubi kayu di daerah penelitian rendah.
• Wawancara kepada petani Deskriptif
3. Apa faktor-faktor sosial ekonomi yang
Luas lahan, pendidikan, usia, pengalaman bertani, harga, produktivitas, serta jenis ubi berpengaruh nyata terhadap pendapatan Petani ubi kayu di daerah penelitian
• Wawancara kepada petani • Data luas lahan
• Data pendidikan
Lampiran 13. Foto Jenis Ubi Kayu Malaysia dan Ubi Kayu Kalimantan
Gambar Jenis Ubi Malaysia
Gambar Jenis Ubi Kalimantan (Ubi Gajah)
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I.G.N., N.H.A Pasay, dan Sugiharso. 2008. Teori Ekonomi Mikro : Suatu Analisis Produksi Terapan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2010. Deli Serdang dalam angka 2014.
Medan.
Darmawaty, S. 2005. Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi
Produktivitas, Biaya Produksi Dan Pendapatan Usahatani Semangka.
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
E-journal Universitas Udayana. 16 April
Pandjaitan, H. Rosmawaty. 2008. Pengaruh Pengembangan Kawasan Industri Pulau Batam Pada Masalah Kependudukan Dan Kehidupan Sosial Di
Pulau Batam
Purwono dan Purnamawati,H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Purwono. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Rismayani. 2007. Usahatani Dan Pemasaran Hasil Pertanian. USU press.
Medan.
Salim, E. 2011. Mengolah Singkong Menjadi Tepung Mocaf Bisnis Produk Alternatif Pengganti Terigu. Lily Publisher. Yogyakarta.
Salina, M.G., 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani Ubi Kayu. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Soekartawi,. 1995. Pembangunan Pertanian. Manajemen PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Suprapti, Lies. 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Supriana, T. 2012. Modul Metode Penelitian Sosial. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian USU. Medan.
Syafina, L. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Triharso. 1995. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tulus, T.H.T,. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian Di Indonesia. Ghalia Indonesia. Jakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive artinya dengan penentuan daerah secara sengaja. Penentuan sampel data dilakukan dengan pertimbangan yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan. Pertimbangan ini didasarkan karena Kecamatan Patumbak juga merupakan produksi ubi kayu terbanyak di Kabupaten Deli Serdang. Hal ini dapat kita lihat pada Tabel.3 berikut:
Tabel 3. Luas Lahan, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di Kabupaten Deli Serdang
Kecamatan Luas Tanam
Kecamatan Patumbak merupakan kecamatan nomor 3 terbanyak produksi ubi kayu di Kabupaten Deli Serdang. Dan Desa Marindal II merupakan desa dengan luas lahan tertinggi dan produksi terbanyak di Kecamatan Patumbak.
Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Produksi Rata-rata Ubi Kayu di Kecamatan Patumbak Tahun 2014
Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang 2015
3.2 Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dilakukan secara Accidental Sampling, yaitu menentukan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapapun yang dipandang oleh peneliti cocok sebagai sumber data.
dimana:
n : Ukuran Sampel N : Ukuran Populasi
e : Kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir
n =
n =
n = 54,54
55 petani
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada petani sampel dengan menggunakan daftar kuisoner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Kantor Camat Patumbak Kampung serta instansi terkait lainnya.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk Identifikasi Masalah I digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati luas dan perkembangan produksi ubi kayu 5 tahun terakhir di daerah
120 1 + (120 x 0,12)
120 1 + 1,2
N 1 + Nen = 2
Untuk Identifikasi Masalah II dan IV digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan melakukan observasi lapangan dan wawancara langsung kepada petani.
Untuk Hipotesis I dianalisis dengan menggunakan rumus pendapatan usahatani ubi kayu terhadap pendapatan keluarga, dengan rumus:
Keterangan:
Pd = Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya
Pendapatan tenaga kerja berdasarkan UMK (Upah Minimum Kabupaten) di Deli Serdang yang berlaku pada Tahun 2015 adalah sebesar Rp. 2.045.000/bulan,-. Apabila Pendapatan petani ubi kayu lebih kecil dari pendapatan tenaga kerja UMK maka pendapatan petani ubi kayu didaerah penelitian rendah, dan begitu sebaliknya.
Untuk Hipotesis II dianalisis dengan menggunakan model penduga regresi berganda (Multiple Regresi), dengan metode “Ordinary Least Square” (OLS) dengan alat bantu SPSS, secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:
Keterangan:
i = 1,2,3
Ŷi = Pendapatan Petani Ubi Kayu (Rp)
bo = Konstanta
b1, b2, ... ,b6 = Koefisien Regresi Faktor Sosial Ekonomi
X1 = Umur Petani (Thn)
X2 = Tingkat Pendidikan Petani (Thn)
X3 = Pengalaman Bertani (Thn)
X4 = Luas Usahatani (Ha)
X5 = Harga Jual (Rp)
X6 = Produktivitas (Kg)
X7 = Jenis bibit
( 0 = Ubi Kalimantan )
( 1 = Ubi Malaysia )
Rumusan Hipotesis:
H0 : Tidak ada pengaruh Faktor Sosial Ekonomi (umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas usahatani, harga jual, produktivitas, dan jenis bibit) terhadap pendapatan ubi kayu.
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 2.5.1 Defenisi
1. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan usahatani ubi kayu sebagai pemilik atau penyewa lahan.
2. Usahatani ubi kayu adalah suatu kombinasi usaha yang tersusun dari faktor produksi berupa modal, alam, tenaga kerja dan keahlian yang ditujukan untuk proses produksi.
3. Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumberdaya atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produksi).
4. Faktor sosial adalah faktor yang ada di dalam diri (internal) petani sebagai responden yang dapat mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani ubi kayu yang meliputi usia, pengalaman bertani, dan pendidikan.
5. Faktor ekonomi adalah faktor yang ada diluar diri (ekternal) petani sebagai responden yang dapat mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani ubi kayu yang meliputi tenaga kerja, luas usahatani, modal dan harga.
6. Umur petani adalah usia petani yang melaksanakan usahatani ubi kayu dihitung dalam tahun.
9. Tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam mengelola usahataninya yang dihitung dalam rupiah.
10.Luas usahatani adalah luas usaha petani ubi kayu sampel yang dipakai untuk usahatani ubi kayu, diukur dalam hektar (Ha).
11.Produksi usahatani ubi kayu adalah hasil panen yang diperoleh dalam satu kali musim tanam diukur dalam kilogram (Kg).
12.Pendapatan usahatani ubi kayu adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dihitung dalam rupiah (Rp).
3.5.2 Batasan Operasional
1. Populasi sampel adalah petani yang berusahatani ubi kayu
2. penelitian yang dilakukan adalah di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1. Letak Geografis
Kecamatan Patumbak adalah salah satu Kecamatan dari 22 Kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan Patumbak yang memiliki luas wilayah ± 4.650 Ha atau 46,50 KM² yang terdiri dari 8 Desa dan 52 Dusun berada di daerah landai (dataran rendah) yang terletak antara 03° 31' – 14° 46' LU dan 98° 43' - 26° 752' BT dengan ketinggian 10 - 11 m dpl, beriklim tropis dan memiliki musim hujan serta kemarau, cuaca suhu udara pada umumnya panas dan sebagai ditinjau dari hidrologinya di di Kecamatan Patumbak terdapat 1 aliran sungai besar yaitu sungai Seruai dan 3 aliran sungai kecil (anak sungai) yaitu sungai Batang kuis, sungai Batuan dan sungai Seridan.
Secara umum keadaan geografis Desa Marindal II Kecamatan Patumbak memiliki luas wilayah sebesar 711 Ha. Dan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
• Utara berbatasan dengan : Kecamatan Percut Sei Tuan/Kel.T.Deli • Selatan berbatasan dengan : Desa Sigara-gara
4. Patumbak II 5. Sigara-Gara 6. Marindal I
7.Patumbak Kampung 8. Marindal II
Luas wilayah biasanya menjadi salah satu indikator dalam menganalisis potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Semakin luas sebuah daerah maka akan semakin besar pula peluang untuk meningkatkan berbagai potensi yang dimiliki. Misalnya pemanfaatan lahan pertanian, pemukiman penduduk, serta berbagai pemanfaatan lainnya. Selain itu, luas lahan juga menjadi faktor penting dalam melakukan pemetaan dan pemerataan penduduk. Secara rinci Luas Desa dan Persentase Terhadap Luas Kecamatan adalah sebagai berikut :
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa, luas desa terbesar di Kecamatan Patumbak adalah Desa Patumbak I yaitu 7,19 Km² atau sebesar 15,36% dari seluruh luas Desa di Kecamatan Patumbak. Dan Desa yang memiliki luas paling sedikit adalah Desa Lantasan Lama yaitu 1,86 Km² atau sebesar 3,98% dari total luas Kecamatan Patumbak.
4.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Marindal II tahun 2015 sebanyak 16.448 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 8.296 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 8.152 jiwa. Dan telah dirincikan Dewasa laki-laki terdiri dari 5.505 jiwa Dewasa perempuan terdiri dari 5.564 jiwa, dan Anak-anak laki-laki terdiri dari 2.791 jiwa dan Anak-anak perempuan terdiri dari 2.588 jiwa, jumlah penduduk menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah Dewasa
(Lk)
Tabel 7. Jumlah Penduduk menurut Agama Tahun 2014
Sumber : Kepala Desa Marindal II, 2015
Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut agama terbanyak adalah agama Islam dengan jumlah penduduk sebanyak 13.052 jiwa, agama Kristen Protestan sebanyak 2.836 jiwa dan agama Khatolik sebanyak 560 jiwa.
Selanjutnya jumlah penduduk menurut suku dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8. Jumlah Penduduk menurut Suku Tahun 2014
No Suku Jumlah
Sumber : Kepala Desa Marindal II, 2015
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut suku terbanyak di Desa Marindal II adalah Suku Jawa dan Suku Toba dengan jumlah 13.948 jiwa dan 776 jiwa.
menanam komoditi ubi kayu, jagung, ubi jalar serta kacang-kacangan. Sektor pertanian memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi daerah. Komoditi hasil pertanian yang diperoleh hasil panen petani di kecamatan patumbak dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 9. Komoditi Hasil Pertanian Yang Diperoleh Hasil Panen Petani Di Kecamatan Patumbak Tahun 2014
No Jenis Komoditi Banyaknya (ton)
1 Padi Sawah 7.377
2 Jagung 9.630
3 Ubi Kayu 10.700
4 Ubi Rambat 3.200
5 Kacang-kacangan 12.525,25
6 Sayur-sayuran 90
7 Buah-buahan 140
Sumber : Kecamatan Patumbak, 2015
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jenis komoditi unggulan di Kecamatan Patumbak adalah kacang-kacangan, ubi kayu, dan jagung. Dari hasil komoditi pertanian tersebut tidak terlepas dari kerjasama Petugas Penyuluh Pertanian (PPL) Kecamatan Patumbak
4.1.4 Sarana Dan Prasarana
Tabel 10. Sarana Dan Prasarana Desa Marindal II, Tahun 2015
No. Sarana Dan Prasarana Jumlah
1
Sumber : Kantor Kepala Desa Marindal II, 2015
4.2 Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah petani usahatani ubi kayu di Desa Marindal II, Kecamatan Patumbak yaitu 55 orang. Karakteristik petani dimaksud disini adalah karakteristik sosial ekonomi petani sampel. Karakteristik sosial meliputi umur, lama pendidikan, lama berusahatani. Sedangkan karakteristik sosial ekonomi seperti jumlah tanggungan, luas lahan, jumlah produksi dan harga.
a. Umur
Tabel 11. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Umur
No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 21-30 7 12,73
2 31-40 11 20
3 41-50 18 32,73
4 51-60 14 25,45
5 61-70 5 9,09
Jumlah 55 100
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4)
Berdasarkan tabel 11 menunjukkan bahwa kelompok umur petani sampel dengan jumlah terbanyak untuk usahatani ubi kayu adalah kelompok umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 18 jiwa (32,73%) Pada usia 41-50 merupakan usia produktiv, yang mengakibatkan banyaknya petani pada usia ini karena tuntutan anak dan tenaga yang masih kuat dan serta mampu.. Sedangkan kelompok petani sampel dengan jumlah paling sedikit untuk usahatani ubi kayu adalah kelompok umur 61-70 tahun yaitu sebanyak 5 jiwa (9,09%) hal ini dikarenakan usia mereka yang lanjut sehingga ketidakmampuan berusahatani berada pada usia ini.
b. Lama Pendidikan
Tabel 12. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Lama Pendidikan
No Lama Pendididkan (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 1-6 19 34,55
2 7-12 32 58,18
3 13-18 4 7,27
Jumlah 55 100
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4)
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan atau lama pendidikan petani sampel di daerah penelitian adalah 7-12 tahun (SMP-SMA) yaitu sebanyak 32 jiwa (58,18%).
c. Lama Berusaha Tani
Karakteristik petani sampel berdasarkan lama berusaha tani dapat dilihat pada Tabel 13 yaitu sebagai berikut:
Tabel 13. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Lama Berusaha Tani No Lama Usaha (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 1-5 20 36,36
2 6-10 23 41,82
3 11-15 10 18,18
4 16-20 2 3,64
Jumlah 55 100
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4)
d. Jumlah Tanggungan
Adapun jumlah tanggungan atau jumlah anggota keluarga petani ubi kayu di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 14. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan
No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase(%)
1 1 – 5 51 92, 73
2 6 – 10 4 7, 27
Jumlah 44 100
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4)
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah tanggungan terbanyak ada pada kelompok 1-5 yaitu sebanyak 51 jiwa (90,91%) dan yang terkecil pada kelompok 6-10 yaitu sebanyak 4 orang atau (7,27%).
e. Luas Lahan
Tabel 15. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan
No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 0 - 0,2 16 29,10
2 0,2 – 0,4 15 27,27
3 0,4 – 0,6 13 23,64
4 0,6 – 0,8 3 5,45
5 0,8 – 1 3 5,45
6 >1 5 9,09
Jumlah 55 100
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4)
Tabel 15 menunjukkan bahwa petani sampel di daerah penelitian yang memiliki luas lahan terbanyak adalah seluas 0-0,2 Ha dengan jumlah 16 jiwa (29,10%). Petani yang memiliki luas lahan >1 Ha sebanyak 5 jiwa (9,09%). Beberapa petani hanya menyewa lahan di desa ini dan hanya sedikit yang memiliki lahan sendiri bahkan beberapa mereka menggarap lahan milik saudara mereka sebelum diusahakan ubi kayu. Sebelum diusahakan ubi kayu lahan ini sebelumnya milik perkebunan, dan surat tanah/ sertifikat tanah di daerah penelitian ini belum jelas status kepemilikannya. Kepemilikan lahan menjadi salah satu faktor di desa yang menjadikannya sejahtera ataupun tidak sejahtera
f. Produksi
Tabel 16. Distribusi Produksi Ubi Kayu Dalam Satu Kali Musim Panen No Produksi (Kg) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 5.000 - 15.000 28 50,91
2 16.000 – 25.000 14 25,45
3 26.000 – 35.000 2 3,64
4 >35.000 11 20
Jumlah 55 100
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4)
Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa petani sampel di daerah penelitian rata-rata memperoleh hasil produksi sebanyak 5.000 – 15.000 kg yaitu sebanyak 28 jiwa (50,91%). Dan yang memperoleh hasil produksi sebesar >35.000 kg sebanyak 11 jiwa (20%).
g. Harga
Untuk harga jual hasil panen ubi kayu di daerah penelitian sebagian sudah ditentukan oleh pihak pabrik yang memborong dan ada beberapa dari mereka menjual sendiri ke konsumen dikarenakan luas lahan yang sedikit dan jenis ubi yang digunakan berbeda, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17 yaitu sebagai berikut:
Tabel 17. Harga Jual Ubi Kayu Di Daerah Penelitian
No Harga (Rp) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 < Rp.700 34 61,82
2 > Rp.700 21 38,18
Jumlah 55 100
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Luas dan Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Desa Marindal II
Tabel 18. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu Di Marindal II Tahun 2010-2014
Sumber : BPS dari tahun 2011-2015
Dari tabel di atas dapat dilihat perkembangan luas panen ubikayu dari tahun 2010 hingga tahun 2014 terus bertambah. Kecuali antara tahun 2010 dan 2011. Namun pada tahun selanjutnya meningkat drastis dari 55 Ha di tahun 2010 menjadi 113 Ha di tahun 2013, begitu selanjutnya semakin bertambah di tahun 2014 sebesar 26 Ha sehingga luas panen di tahun 2014 seluas 139 Ha.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa produksi ubi kayu dalam kurun waktu lima tahun terus meningkat, dimana pada tahun 2010 produksi ubikayu sebesar 1.815 Ton, pada tahun 2013 sebesar 3.166 Ton dan pada tahun 2014 sebesar 3.891 Ton.
Peningkatan ini terjadi bukan karena meningkatnya produktivitas ubikayu di daerah penelitian. Tapi peningkatan produksi ini dipicu dengan meningkatnya luas panen di daerah penelitian yang pada tahun 2010 luas panen 55 Ha sedangkan di akhir tahun 2014 luas panen 139 Ha.
Hal lain dapat diketahui bahwa produktivitas selama kurun waktu lima tahun menurun, dimana pada tahun 2010 dan 2011 produktivitas ubikayu petani 33 Ton/Ha, tahun 2012 dengan produktivitas 29,04. Terjadi penurunan sebesar 3,6 Ton/Ha. Penurunan ini terus terjadi seperti pada tahun 2013 dan 2014 berturut-turut 28,01 Ton/Ha dan 27,09 Ton/Ha. Penurunan produktivitas ini dapat menurunkan penerimaan petani sehingga pendapatannya menurun.
5.2 Cara Bercocok Tanam dan Pendapatan Petani Ubi Kayu di Desa Marindal II
5.2.1 Cara bercocok tanam ubi kayu di daerah penelitian
Di daerah penelitian masih melalkukan cara bercocok tanam secara tradisional. Beberapa kegiatan cara bercocok tanam dalam usahatani ubi kayu yang dilakukan oleh petani berdasarkan observasi langsung dan hasil wawancara di daerah penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Pembersihan lahan
Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk membersihkan lahan dari gulma-gulma yang tumbuh dan juga mempermudah dalam penanaman stek ubi kayu. Pada lahan yang baru dibuka atau masih dipenuhi dengan semak belukar sebelum membersihkannya terlebih dahulu yang dilakukan penyemprotan lahan tersebut dengan pestisida, setelah itu tunggu beberapa hari yaitu sekitar 4-5 hari. Sedangkan untuk lahan yang sudah selesai pemanenan tanaman ubi kayu tidak perlu melakukan penyemprotan lahan tetapi cukup hanya membersihkan sisa-sisa dari batang ubi yang baru selesai dipanen, ada sebagian petani membakarnya dan ada juga yang menjualnya dengan harga Rp 20.000/ikat (1 ikat = 25 batang). 2. Pengolahan lahan
3. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit yang pertama dilakukan sebelum dilakukannya penanaman stek ubi kayu pada lahan, yang mana kegiatan ini bertujuan untuk memberantas hama yang tumbuh di lahan sampai mati, agar nantinya waktu tanaman sudah tumbuh tidak akan adanya hama yang tumbuh. Setelah dilakukannya penyemprotan tersebut, tunggu selama 4 hari sampai kandungan racun yang ada pada pestisida yang disemprotkan pada lahan tidak meracuni stek ubi kayu yang ditanam sehingga lahan kembali netral.
4. Penanaman bibit
Pada bibit ubi kayu yang berasal dari batang hasil pemanenan sebelumnya maka terlebih dahulu didiamkan dahulu selama 3 hari yang mana bertujuan untuk menghilangkan kandungan racun yang ada pada batang, karena nantinya dapat menghambat proses pertumbuhan ubi kayu. Kemudian batang dari ubi kayu tersebut dipotong-potong dengan ukuran panjangnya 30 cm, potongan tersebutlah yang disebut dengan stek.
Adapun jarak tanamnya yaitu untuk jarak antar gang 60 cm sedangkan jarak antar baris 80 cm. Pada proses penanamannya harus agak miring yakni dengan kemiringan sekitar 450 dengan arah melawan mata angin agar stek tersebut tidak tumbang, ukuran batang yang tertanam pada tanah hanya cukup 3 inci saja agar stek tidak busuk dan mudah nantinya dalam pemanenan.
5. Pemupukan
membantu mempercepat dalam proses pertumbuhan ubi kayu agar lebih banyak produksi yang dihasilkan.
6. Rempelan
Kegiatan rempelan adalah kegiatan penunasan pada tanaman ubi kayu yang sudah berumur 3-4 bulan dengan menyisakan 1 tunas saja pada batang ubi. Rempelan ini dilakukan agar nantinya tunas yang ada tidak akan rebutan unsur hara pada tanah dan pemborosan pada proses pemupukan karena semakin banyak tunas maka akan semakin banyak makanan yang dibutuhkannya. Selain itu pada saat pemanenan dapat lebih mudah karena hanya 1 tunas saja yang tumbuh.
7. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Kegiatan pemberantasan hama dan penyakit yang ke 2 ini dilakukan pada saat tanaman ubi kayu berumur 5 bulan. Penyemprotan dilakukan dengan tujuan untuk memberantas hama dan penyakit yang ada pada tanaman ubi kayu di lahan, tetapi ada sebagian petani tidak melakukan kegiatan penyemprotan yang ke 2 ini karena pada lahan tanaman ubi kayu tidak ada hama atau gulma yang tumbuh dan tanaman tidak terserang penyakit sehingga sebagian mereka tidak mengeluarkan biaya pemberantasan hama dan penyakit dalam tahapan pemeliharaan tanaman. 8. Pemanenan
borongan. Semua tenaga kerja berasal dari pabrik, petani cukup menerima uangnya saja.
5.2.2 Pendapatan Petani Ubi Kayu
Produksi dapat diidentifikasi sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian, kegiatan produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dan setiap variabel input dan output mempunyai nilai yang positif.
Penerimaan adalah nilai rupiah dari total produksi fisik yang dihasilkan atau merupakan perkalian antara produksi fisik dengan harga jual, dalam hal ini adalah perkalian produksi ubi kayu dengan harga harga jual ubi kayu.
Berdasarkan hasil wawancara dari petani bahwa produksi yang diperoleh petani bervariasi, ubi kayu yang dihasilkan berkisar 5000-138.000 kg, rata-rata produksi ubi kayu yang diperoleh petani adalah sebesar 27.264 Kg/ha. Dengan harga jual petani juga yang bervariasi berkisar Rp.500-750,. Rata-rata harga jualnya sebesar Rp.652,. Sehingga penerimaan yang diperoleh petani rata-rata sebesar Rp.17.697.855,. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 19. Rata-rata Produksi, Harga Jual, Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Petani Ubi Kayu Di Desa Marindal II
No Uraian Rataan
1 Produksi (kg) 27.264
Pendapatan usahatani merupakan total penerimaan usahatani tersebut dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Dalam hal ini pendapatan petani dari usahatani ubi kayu adalah total penerimaan petani ubi kayu dikurang dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi ubi kayu berlangsung. Pada tabel berikut ini ditampilkan nilai pendapatan petani ubi kayu di daerah penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 19. Jumlah Pendapatan Permusim Tanam Petani Ubi Kayu Di Marindal II
No Pendapatan Jumlah (Jiwa) Persentase
(%)
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 8)
diperoleh petani. Hal ini dikarenakan harga jual ubi kayu yang rendah. Sehingga pendapatan dan produksi ubi kayu yang diterima petani sampel sangat kecil dan sedikit.
Tabel 20. Jumlah Pendapatan/Musim Tanam/Ha Petani Ubi Kayu Di Marindal II
No Pendapatan Jumlah (Jiwa) Persentase
(%)
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 8)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat rata-rata pendapatan petani selama satu kali musim tanam sebesar Rp. 21.064.008/Ha. Selain itu petani yang berpendapatan antara Rp.16.000-Rp.20.000 merupakan persentase petani terbesar yaitu sebanyak 18 jiwa (38,18%) dari petani sampel memiliki pendapatan dengan kisaran tersebut.
dibagi dengan lama tanam, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 21. Jumlah Pendapatan per Bulan Petani Ubi Kayu Di Marindal II
No Pendapatan Jumlah (Jiwa) Persentase
(%)
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 8)
Hasil penelitian pada lampiran 8 menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh petani per bulannya antara Rp.242.892/bulan sampai dengan Rp.8.498.285/bulan dengan rata-rata Rp.1.691.444/bulan. Kondisi ini menunjukkan bahwa pendapatan petani di Desa Marindal II dikategorikan pendapatan rendah.
Tabel 22. Perbandingan Pendapatan Petani dengan Upah Minimum
Sumber : Data Primer diolah dari Lampiran 8
Rendahnya pendapatan petani di daerah penelitian disebabkan oleh luas lahan yang diusahakan petani tergolong sempit dan juga harga jual yang begitu rendah. Hal ini tentu akan mempengaruhi banyak produksi dan penerimaan yang akan diperoleh petani.
5.3 Faktor-faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Ubi Kayu Di Desa Marindal II
Dalam analisis ini digunakan model regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Masing masing variabel bebas dilihat pengeruhnya terhadap variabel terikat dalam hal ini Pendapatan petani ubi kayu. Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan petani ubi kayu dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan uji F (secara serempak) dan uji-t (secara parsial). Dalam pembangunan model penduga tersebut, diduga Pendapatan ubi kayu dipengaruhi oleh luas lahan, produksi, Harga jual, dan jenis ubi yang ditanam.
Untuk melihat hasil regresi berganda dengan bantuan SPSS dengan persamaan:
Ŷi = bo + b1X1 +b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +b6X6 + b7X7 + μ
Diperoleh hasil seperti di bawah ini:
Model Summaryb
,939a ,882 ,864 5809410,30
Model
Predictors: (Constant), Jenis Bibi t (0=Kali mantan, 1=Malaysia), Lama Pendidikan (Tahun), Umur (Tahun), Harga Jual (Rp/Kg), Pengalaman Bertani (Tahun), Luas Lahan (Ha), Produktivi tas (Kg/Ha) a.
ANOVAb
1,2E+016 7 1,687E+015 49,972 ,000a
1,6E+015 47 3,375E+013
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Jenis Bibit (0=Kalim antan, 1=Mal aysi a), Lama Pendidikan (Tahun), Um ur (Tahun), Harga Jual (Rp/Kg), Pengal aman Bertani (Tahun), Luas Lahan (Ha), Produktivitas (Kg/Ha)
a.
Dependent Vari able: Pendapatan (Rp/MT) b.
Persamaan yang diperoleh dari hasil diatas adalah
Y= -4E+007 - 35828,1X1 + 628884,5X2 - 81609,6X3 + 2E+007X4 + 8875,667X5 +
832,350X6 – 992582,6X7
Dari model ini diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,882. Hal ini menjelaskan bahwa sebesar 88,2% variabel umur (X1), lama pendidikan (X2),
pengalaman bertani (X3), luas lahan (X4), harga (X5), produktivitas (X6), dan jenis
bibit (X7) telah mampu menjelaskan variasi variabel Pendapatan (Y).
Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini menggunakan α=5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan sebagai
berikut:
1. Uji pengaruh variabel secara serempak
Secara serempak variabel umur (X ), lama pendidikan (X ), pengalaman bertani
Coefficientsa
-4E+007 1E+007 -2,962 ,005
-35828,1 76573,279 -,025 -,468 ,642 ,041 -,068 -,023 ,908 1,101
628884,5 293804,1 ,129 2,140 ,038 ,501 ,298 ,107 ,696 1,436
-81609,6 102285,8 -,044 -,798 ,429 -,048 -,116 -,040 ,832 1,202
2E+007 1278746 ,864 14,701 ,000 ,891 ,906 ,738 ,730 1,370
8875,677 2109,397 ,221 4,208 ,000 ,088 ,523 ,211 ,910 1,099
832,350 322,705 ,179 2,579 ,013 ,189 ,352 ,129 ,524 1,908
992582,6 2303463 ,030 ,431 ,669 -,226 ,063 ,022 ,511 1,955
(Constant)
t Sig. Zero-order Partial Part
Correlations
Tolerance VIF Collinearity Statistics
dengan nilai signifikansi=0,000< α =0,05 dan nilai F-hitung 49,97>F-tabel 2,14. Sesuai Dengan kriteria uji Jika Fhitung≤Ftabel atau jika signifikansi F>α : terima Ho
atau tolak H1 atau Jika Fhitung>Ftabel atau jika signifikansi F≤α : tolak H o atau terima H1. Maka dapat disimpulkan secara serempak variabel bebas umur (X1),
lama pendidikan (X2), pengalaman bertani (X3), luas lahan (X4), harga (X5),
produktivitas (X6), dan jenis bibit (X7) berpengaruh secara signifikan (nyata)
terhadap variabel terikat Pendapatan (Y).
2. Uji pengaruh variabel secara parsial
a. Pengaruh Umur (X1) terhadap pendapatan petani ubi kayu
Secara parsial variabel umur tidak berpengaruh terhadap Pendapatan . Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t dimana t-hitung 0,47<t-tabel 1,67, dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis ini tidak memenuhi kriteria persyaratan penerimaan hipotesis pengaruh, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel umur tidak berpengaruh signifikan (nyata) terhadap pendapatan petani.
b. Pengaruh Lama pendidikan (X2) terhadap pendapatan petani ubi kayu Secara parsial variabel bebas lama pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t dimana t-hitung 2,14>t-tabel 1,67, dan signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis ini memenuhi kriteria persyaratan penerimaan hipotesis pengaruh, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel lama pendidikan berpengaruh signifikan (nyata) terhadap pendapatan. Semakin tinggi lama pendidikan maka semakin tinggi pendapatan petani.
jika lama pendidikan naik maka pendapatan akan naik dan sebaliknya. Koefisien regresi lama pendidikan diperoleh sebesar 628884,5 artinya jika lama pendidikan naik 1 tahun, maka pendapatan akan naik sebesar Rp.628884,5
c. Pengaruh Pengalaman bertani (X3) terhadap pendapatan petani ubi kayu Secara parsial variabel pengalaman bertani tidak berpengaruh terhadap Pendapatan . Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t dimana t-hitung 0,78<t-tabel 1,67, dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis ini tidak memenuhi kriteria persyaratan penerimaan hipotesis pengaruh, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman bertani tidak berpengaruh signifikan (nyata) terhadap pendapatan petani.
d. Pengaruh Luas lahan (X4) terhadap pendapatan petani ubi kayu
Secara parsial variabel bebas luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t dimana t-hitung 14,70>t-tabel 1,67, dan signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis ini memenuhi kriteria persyaratan penerimaan hipotesis pengaruh, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel luas lahan berpengaruh signifikan (nyata) terhadap pendapatan. Semakin tinggi luas lahan maka semakin tinggi pendapatan petani.
e. Pengaruh Harga (X5) terhadap pendapatan petani ubi kayu
Secara parsial variabel bebas harga jual berpengaruh terhadap Pendapatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t dimana t-hitung 4,21>t-tabel 1,67, dan signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis ini memenuhi kriteria persyaratan penerimaan hipotesis pengaruh, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel harga jual berpengaruh signifikan (nyata) terhadap pendapatan. Semakin tinggi harga jual ubi kayu maka semakin tinggi pendapatan petani.
Tanda koefisien regresi harga jual yang positif menandakan bahwa pengaruh harga jual terhadap pendapatan bersifat positif. Dengan demikian jika harga jual naik maka pendapatan akan naik dan sebaliknya. Koefisien regresi harga jual diperoleh sebesar 8875,68 artinya jika harga jual naik Rp 1, maka pendapatan akan naik sebesar Rp.8875,68.
f. Pengaruh Produktivitas (X6) terhadap pendapatan petani ubi kayu
Secara parsial variabel bebas produktivitas berpengaruh terhadap Pendapatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t dimana t-hitung 2,58>t-tabel 1,67, dan signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis ini memenuhi kriteria persyaratan penerimaan hipotesis pengaruh, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel produktivitas berpengaruh signifikan (nyata) terhadap pendapatan. Semakin tinggi produktivitas usaha tani maka semakin tinggi pendapatan petani.
produktivitas meningkat 1 ton/ha maka akan menaikkan pendapatan sebesar Rp.832,35.
g. Pengaruh Jenis bibit (X7) terhadap pendapatan petani ubi kayu
Secara parsial variabel Jenis bibit tidak berpengaruh terhadap Pendapatan . Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t dimana t-hitung 0,43<t-tabel 1,67, dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis ini tidak memenuhi kriteria persyaratan penerimaan hipotesis pengaruh, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jenis bibit tidak berpengaruh signifikan (nyata) terhadap pendapatan petani.
Koefisien regresi variabel jenis bibit bertanda positif artinya variabel jenis bibit pengaruh yang positif terhadap Pendapatan. Hal ini menyebabkan peningkatan pendapatan akibat penggunaan jenis bibit unggul dan sebaliknya.
Tidak berpengaruhnya jenis bibit disini bukan sama sekali tidak berpengaruh, melainkan memiliki pengaruh yang sangat sedikit. Hal ini dapat terjadi karena variansi (perbedaan) jenis bibit antar sampel tidak jauh berbeda.
5.4 Masalah Yang Dihadapi Petani Dalam Berusahatani Ubi Kayu Di Desa Marindal II
Adapun masalah yang dihadapi petani dalam berusahatani Ubi Kayu yaitu masalah internal dan masalah eksternal. Masalah internal disini adalah masalah yang dihadapi yang berasal dari petani itu sendiri menyangkut kesulitan yang dihadapi dalam mengusahakan ubi kayu tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dilapangan petani tidak memiliki masalah internal dalam mengusahakan ubi kayu tersebut, melainkan mereka punya masalah eksternal yang dihadapinya. Adapun masalah eksternal yang dihadapi petani ubi kayu yaitu:
• Masalah kepemilikan lahan
Petani didaerah penelitian sebagian besar menggunakan tanah garapan, hanya sedikit petani yang memiliki lahan sendiri. Hal ini menjadi masalah bagi petani karena mereka tidak punya hak atas lahan yang mereka olah, bisa saja sewaktu-waktu lahan tersebut diambil alih oleh pemiliknya.
• Harga jual yang rendah
mengambil keputusan dalam berusahatani dan juga berpengaruh terhadap kesejahteraan petani.
Harga yang rendah ini karena hasil panen ubikayu langsung dijual ke pabrik, dan pabrik yang membeli hasil panen dari petani sedikit di daerah penelitian.
• Serangan hama penyakit
Pada tanaman ubi kayu Penyakit yang sering menyerang tanaman ini adalah jamur akar putih. Jamur akar putih menyerang pertanaman ubi kayu terutama pada lahan yang sering di tanami ubi kayu. Pada lahan yang sering ditanami ubi kayu, pada saat panen sering umbi ubi kayu tertinggal di dalam tanah. Umbi ubi kayu ini akan menjadi busuk dan menjadi tempat berkembangnya jamur akar putih. Hal ini akan berpengaruh pada hasil produksi.
• Rasa aman
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Perkembangan luas lahan dan produksi ubikayu di daerah penelitian selama lima tahun terus bertambah dan meningkat, dimana pada tahun 2010 produksi ubikayu sebesar 1.815 Ton, dan pada tahun 2014 sebesar 3.891 Ton. Peningkatan produksi ini dipicu dengan meningkatnya luas panen di daerah penelitian yang pada tahun 2010 luas panen 55 Ha sedangkan pada tahun 2014 luas panen 139 Ha. Tetapi Produktivitasnya menurun hal ini dipicu karena penggunaan bibit yang digunakan bersifat turun menurun.
2. Cara bercocok tanam ubi kayu di daerah penelitian masih dilakukan secara sederhana, karena penggunaan teknologi dalam usahatani ubi kayu hanya pada tahap-tahap tertentu saja yang menggunakan teknologi seperti tahap pengolahan lahan dengan menggunakan jetor. Dan Rata-rata Pendapatan per musim tanam petani ubi kayu di daerah penelitian adalah sebesar Rp.12.895.568, pendapatan petani/musim tanam/Ha sebesar Rp. 21.064.008, sedangkan pendapatan perbulan sebesar Rp. 1.691.444 sehingga pendapatan petani didaerah penelitian dikatakan rendah dengan membandingkan UMK (Rp. 2.045.000).
3. Dari hasil uji-F secara serempak variabel umur (X1), lama pendidikan (X2),
pengalaman bertani (X3), luas lahan (X4), harga (X5), produktivitas (X6) dan
jenis bibit (X7) berpengaruh nyata terhadap Pendapatan. Dan dengan uji-t
Sedangkan variabel umur (X1), pengalaman bertani (X3), dan jenis bibit (X7)
tidak berpengaruh terhadap pendapatan.
4. Adapun masalah yang dihadapi petani dalam berusahatani Ubi Kayu di daerah penelitian yaitu masalah eksternal seperti Masalah kepemilikan lahan, Harga jual yang rendah, Serangan hama penyakit, dan keamanan kurang baik (pencurian hasil produksi ubi kayu).
6.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, peneliti yang telah meneliti langsung ke lapangan memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada Pemerintah : diharapkan kepada Pemerintah setempat agar memberi Penyuluhan Pertanian dan Informasi dalam penggunaan bibit unggul ubi kayu yang dapat meningkatkan produksinya. Serta memberikan pupuk subsidi kepada petani untuk mengurangi biaya dalam usahatani ubi kayu.
2. Kepada Petani : sebaiknya petani membentuk Koperasi di daerah tersebut agar kebutuhan dalam berusahatani tercukupi dan terpenuhi, serta petani sebaiknya menggunakan bibit yg unggul seperti bibit Kalimantan agar produksi yang dihasilkan lebih banyak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Ubi kayu adalah/singkong yang juga disebut Kaspe, dalam bahasa Latin disebut
Manihot Esculenta Crantz, merupakan tanaman yang banyak yang mengandung
karbohidrat. Oleh karena itu singkong dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat di samping beras, selain dapat pula digunakan untuk keperluan bahan baku industri seperti: tepung tapioka, pelet, gaplek, gula pasir, protein sel tunggal, dan asam sitrat (Rismayani, 2007).
Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyeberannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok. Ubi kayu berkembang di negara-negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya
( Purwono, 2009 ).
Menurut Rismayani (2007), Perlu diketahui bahwa meskipun singkong diperkirakan berasal dari Brazilia, namun dapat tumbuh dan popular di Indonesia. Karena tanaman ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman lainnya karena:
a. Singkong dapat tumbuh pada lahan kering dan kurang subur. b. Daya tahan terhadap penyakit umumnya relatif tinggi.
c. Masa panennya tidak diburu waktu, sehingga dapat diolah menjadi beragam makanan utama maupun makanan ringan.
d. Selain itu singkong adalah penghasil kalori yang efisien. Artinya tanaman singkong mempunyai kemampuan dalam menghasilkan kalori yang produktif dan efisien di daerah tropis.
Menurut Suprapti (2005), Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman singkong diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan) Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji) Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Species : Manihot esculenta crantz
berwarna putih, lunak, dan strukturnya empuk seperti gabus. Daun ubi kayu memiliki susunan berurat menjari dengan canggap 5 - 9 helai.
Menurut Purnomo dan Purnawati (2010), potensi hasil ubi kayu ditentukan oleh sifat dari bagian tanaman di atas tanah. Percepatan perkembangan ubi kayu ditentukan oleh sifat genetis dan faktor lingkungan. Penggunaan bibit yang bermutu tinggi dan sehat merupakan syarat utama untuk mempertahankan populasi tanaman per satuan luas dan hasil yang tinggi. Batang ubi kayu yang memenuhi persyaratan sebagai bibit adalah batang yang sudah berumur 7 sampai 12 bulan dengan diameter 2–4 cm.
Pengembangbiakan ubi kayu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan biji dan stek, namun pada umumnya ubi kayu ditanam dalam bentuk stek. Penanaman dalam bentuk biji hanya diperlukan untuk pemuliaan tanaman. Bagian batang yang baik untuk ditanam sebagai bibit adalah batang yang sudah berkayu, berumur 7 – 15 bulan, diambil 1 – 3 meter batang untuk stek dengan panjang stek kurang lebih 25 cm.
Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol, dan andosol.
Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga sering kali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10-700m dpl, sedangkan toleransinya antara 10-1.500m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Usahatani
Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis, maupun territorial sebagai pengelolanya. Sedangkan menurut Makeham dan Malcolm (1991), usahatani (farm management) adalah cara bagaimana mengelola kegiatan – kegiatan pertanian.
2.2.2 Faktor Produksi
Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumberdaya atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produksi). Produksi dapat diidentifikasi sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian, kegiatan produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dan setiap variabel input dan output mempunyai nilai yang positif (Agung dkk, 2008).
2.2.3 Faktor Sosial Ekonomi a. Luas Lahan
Tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, semakin luas areal menggambarkan semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diterima.
Lahan sebagai salah satu faktor yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan.
b. Usia dan Pendidikan
umur dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh bagi petani dalam mengambil keputusan. Umur muda dan tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan petani lebih dinamis dan lebih dapat menerima inovasi baru. Dengan kondisi tersebut petani mampu mengelola usahatani seoptimal mungkin dengan curahan tenaga fisik yang tersedia.
c. Pengalaman Bertani
d. Harga
Harga dapat berpengaruh bagi petani dalam mengambil keputusan dalam berusahatani. Harga yang diterima petani adalah rata-rata harga produsen dari hasil produksi petani sebelum ditambahkan biaya transportasi atau pengangkutan dan biaya pengepakan ke dalam harga penjualannya atau disebut Farm Gate (harga disawah/ladang setelah pemetikan). Harga jual suatu komoditi pertanian mempengaruhi pendapatan yang diterima petani.
e. Produksi
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Manusia selalu berusaha untuk produksi melakuan kegiatan produksi berbagai macam barang dan jasa. Penciptaan dan pengolahan benda menjadi lebih berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia memerlukan usaha atau produksi, dengan mencurahkan bahan dasar, tenaga, pikiran, waktu, peralatan, uang dan keahlian yang kesemuanya disebut faktor-faktor produksi atau sumber daya produksi.
f. Jenis ubi yang ditanam
akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani. Semakin tinggi pendapatan petani maka akan semakin sejahtera juga petani, demikian pula sebaliknya.
2.2.4 Analisis Kelayakan Usaha
Studi kelayakan adalah studi atau penelitian dalam rangka untuk menilai layak tidaknya investasi yang akan dilakukan dengan berhasil dan menguntungkan secara ekonomis. Investasi atau penanaman modal dalam suatu perusahaan tidak lain adalah menyangkut penggunaan sumber-sumber yang diharapkan akan memberikan imbalan (pengembalian) yang menguntungkan dimasa yang akan mendatang. Apapun bentuk investasi yang akan dilakukan diperlukan studi kelayakan meskipun intensitasnya berbeda. Adapun manfaat yang diharapkan dilakukannya studi kelayakan proyek adalah memberikan masukan informasi kepada decision maker dalam rangka untuk memutuskan dan menilai alternatif proyek investasi yang akan dilakukan (Suratman, 2001).
2.2.5 Teori Pendapatan Usahatani
Menurut soekartawi (1995), pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Jadi, secara matematis cara menghitung pendapatan usahatani pada sistem monokultur adalah:
Keterangan:
Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan rumah tangga yang berasal dari dari luar usahatani. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan tersediannya dana yang cukup dalam usahatani. Rendahnya pendapatan menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal.
2.3 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian yang dilakukan oleh Tota Totor Naibaho (2012) dengan judul “Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap Produksi Usahatani Sawi” diperoleh kesimpulan berdasarkan Uji Serempak variabel umur petani, tingkat pendidikan, lama berusahatani, biaya tenaga kerja, jumlah tanggungan keluarga, luas usahatani, dan modal berpengaruh nyata terhadap produksi sawi. Beberapa kendala yang dihadapi petani sawi dalam upaya pengembangan budidaya sawi diantaranya hama dan penyakit tanaman, harga jual yang tidak stabil bahkan dalam waktu yang relatif singkat harga dapat berubah, kurangnya modal dan pembagian pupuk bersubsidi yang tidak adil.
2.4 Kerangka Pemikiran
Petani adalah individu-individu yang mata pencahariannya berasal dari sektor pertanian. Setiap petani memiliki karakteritik yang berbeda dengan yang lain. Perbedaan karakteritik ini dapat menimbulkan perbedaan dalam berusahatani baik dari segi produksi, pendapatan yang diperoleh petani dari usahataninya serta pendapatan keluarga petani (family income).
Dalam melakukan usahatani ubi kayu dibutuhkan berbagai faktor-faktor produksi
(input) yang dapat meningkatkan produksi ubi kayu (output). Faktor-faktor
produksi tersebut adalah luas lahan, tenaga kerja, pupuk, pestisida, cara budidaya, dimana faktor-faktor produksi terebut menjadi biaya dalam usahatani ubi kayu. Peningkatan produktivitas juga dibutuhkan agar dapat meningkatkan produksi ubi kayu sehingga dapat memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat.
Adapun beberapa faktor sosial ekonomi petani yang mempengaruhi usahatani ubi kayu, diantaranya adalah usia petani, pendidikan petani, pengalaman bertani, harga, produksi serta jenis ubi yang ditanam yang mempengaruhi minat petani dalam berusahatani ubi kayu
Adapun skema kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat dari gambar skema kerangka pemikiran sebagai berikut:
PETANI
Gambar. 1 Skema Kerangka Pemikiran
2.5 Hipotesis
Berdasarkan uraian identifikasi masalah dan landasan teori, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan ubi kayu didaerah penelitian rendah.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Tanaman singkong termasuk tanaman tropis yang berasal dari Brasil (Amerika Selatan). Mula-mula disebarkan ke Afrika, kemudian Madagaskar, India, Tiongkok, dan termasuk ke Indonesia pada abad ke-18, tepatnya pada tahun 1982. Penyebaran tanaman singkong ke seluruh wilayah Indonesia dilakukan pada tahun 1915-1918. Saat itu, Indonesia dilanda krisis kekurangan pangan, dan singkong dijadikan sebagai alternatif pengganti makanan pokok. Pada tahun 1968, Indonesia menjadi negara penghasil ubi kayu terbesar ke-5 di dunia. Tanaman ini masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Ketela pohon berkembang di negara-negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya (Purwono dan Purnamawati, 2007).
Di Indonesia, singkong memiliki peran penting sebagai makanan pokok ke-3 setelah padi dan jagung. Peranan singkong menjadi semakin besar berkaitan dengan daya gunanya di bidang industri, baik indutri kecil, menengah, maupun industri besar, tidak terbatas pada industri di dalam negeri, tetapi juga di negara lain sebagai komoditas ekspor andalan (Suprapti, 2005).
dapat dijadikan lumbung hidup. Selain itu, daun dan umbi ubi kayu dapat diolah menjadi aneka makanan, baik makanan utama maupun selingan.
Ubi kayu merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh di berbagai lingkungan agroklimat tropis, walaupun tingkat produksinya akan bervariasi menurut tingkat kesuburan dan ketersediaan air tanah. Ubi kayu merupakan tanaman yang tahan di lahan kering, sedangkan pada lahan-lahan dengan tingkat kesuburan tinggi, akan menyerap unsur hara yang banyak.
Keberhasilan usahatani dipengaruhi oleh faktor produksi (modal, tanah, tenaga kerja). Modal diperlukan untuk pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida dan peralatan), biaya pemeliharaa tanaman, biaya penyimpanan, pemaaran, dan pengangkutan. Petani cenderung mengalami hambatan dalam mengembangkan hasil usaha taninya dengan menambah luas lahan maupun pengadaan sarana produksi (Darmawati,2005).
Cepat tidaknya petani mengadopsi inovasi seperti penggunaan bibit unggul, pupuk organik, pestisida, peralatan dan sebagainya sangat tergantung dari pengaruh faktor ekstern (faktor sosial) dan faktor intern (faktor ekonomi) petani tersebut. Faktor ekonomi itu antara lain jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki, modal dan ada tidaknya usaha tani yang dimlikinya. Sedangkan faktor soial diantaranya umur, penidikan dan pengalaman bertani(Soekartawi,1995)