• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Aktivitas Hidup Seharihari dan Gangguan Pengliahatan Lansia di Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Aktivitas Hidup Seharihari dan Gangguan Pengliahatan Lansia di Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI

DAN GANGGUAN PENGLIHATAN LANSIA

DI KELURAHAN UJUNG PADANG

KOTA PADANGSIDIMPUAN

PROPOSAL

SKRIPSI

OLEH MELI FITRIA

121121049

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

PRAKATA

Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya. Serta

salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad SAW

yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, menuntun kepada kebenaran dan

mengeluarkan mereka dari kegelapan cahaya menuju kejalannya. Sehingga saya

dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Gambaran Aktivitas Hidup

Sehari-hari dan Gangguan Pengliahatan Lansia di Kelurahan Ujung Padang, Kota

Padangsidimpuan”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian

Proposal Penelitian ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M.Biomed, CWCCA selaku pembimbing skripsi

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan

maupun saran serta dorongan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

ini.

3. Mula Tarigan, S.kp, Mkes selaku penguji I dan Ismayadi, S.kep,Ns,Mkes

selaku penguji II yang telah meluangkan waktu untuk member saran atas

skripsi ini.

4. Lurah Kelurahan Ujung Padang, yang telah memberikan informasi mengenai

(5)

5. Teristimewa kepada Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikan

kasih sayang yang tulus dan memberikan pengorbanan baik moril maupun

materil sampai saat ini, juga untuk kakak, adik dan abang ipar atas segala

doa, perhatian, dukungan yang luar biasa kepada saya dalam menyelesaikan

Skripsi ini.

6. Teman-teman S1 Keperawatan Ekstensi angkatan 2012/2013 khususnya

sahabat saya Beby dan Opi yang telah memberikan motivasi, bantuan, dan

partisipasinya

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih terdapat

kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan

ilmu dan kemampuan peneliti.

Akhir kata kepada-Nya kita berserah diri semoga kelak Skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua khususnya dibidang kesehatan.

Medan, Januari 2014

(6)

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAK. ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Lanjut usia ... 7

2.1.1 Pengertian usia lanjut………… ... ... 7

2.1.2 Proses menua ... 7

2.1.3 Kasifikasi lansia.. ... 8

2.1.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia………….. ... 8

2.1.5 Perubahan umum fungsi pancaindera pada lansia……… ... 10

2.2 Gangguan penglihatan……….. ... 11

2.2.1 Pengertian gangguan penglihatan.. ... 11

2.2.2 Perubahan-perubahan secara fisiologis…… ... 12

2.2.3 Aspek klinik.. ... 13

2.2.4 Ketajaman penglihatan.. ... 14

2.2.5 pemeriksaan visus.... ... 15

(7)

2.3 Aktivitas Hidup Sehari-hari ... 19

2.3.1 Pengertian Aktivitas Hidup Sehari-hari. ... 19

2.3.2 Manfaat Aktivitas Hidup Sehar-hari. ... 20

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi AHS. ... 21

2.3.4 Indeks Barthel.. ... 25

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 28

3.2 Definisi Operasional ... 30

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1Jenis Penelitian ... 32

4.2 Populasi dan Sampel ... 32

4.3 Lokasi dan Waktu penelitian ... 33

4.4 Pertimbangan Etik ... 33

4.5 Instrumen Penelitian ... 34

4.6 Validitas Data ... 35

4.7 Pengumpulan Data ... 35

4.8 Analisa Data……… ... 36

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian. ... 37

5.2 Pembahasan. ... 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan. ... 44

6.2 Saran. ... 45

(8)

LAMPIRAN

1. Inform Consent

2. Instrumen Penelitian

3. Rencana Anggaran Penelitian

4. Jadwal Tentatif Penelitian

5. Riwayat Hidup

(9)

TABEL

Tabel 2.1 Indeks Barthel dalam pemenuhan kebutuhan Sehari-hari……….. 26

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian……… 29

Tabel 5.1.1 Tabel Data Demografi………... 38

Tabel 5.1.2 Tabel Gangguan Penglihatan………. 39

Tabel 5.1.3 Tabel Aktivitas Hidup Sehari-hari………. 40

Tabel 5.1.4 Tabel tingkat Ketergantungan AHS………. 41

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(10)

GAMBAR

Gambar 2.1………. 17

Gambar 3.1………. 28

 

 

 

 

 

 

 

 

(11)

Judul : Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan

Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Lansia dengan gangguan penglihatan mengalami perubahan fisiologis dan aspek klinis. Perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan keterbatasan lansia dalam melaksanakan aktivitas hidup sehari-hari. Aktivitas hidup sehari-hari tersebut meliputi mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan rangsang buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet-masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana, membersihkan/ menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan mandi. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan di Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 46 orang dan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan September sampai dengan Desember dengan melakukan pemeriksaan visus ketajaman penglihatan dan menggunakan kuisioner yang terdiri dari kuisioner data demografi (KDD) dan kuisioner ADL Barthel. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan mayoritas lansia adalah wanita (65,2%), jenjang pendidikan sekolah dasar (71,7%), pekerjaan pegawai swasta/wiraswasta (45,7%), menggunakan alat bantu kacamata (65,2%). Lansia yang mengalami gangguan penglihatan tingkat low vision (56,5%). Tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari tergolong kategori ketergantungan ringan (87%). Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar meneliti tentang gambaran IADLs (Instrumental Activity Daily living) pada lansia yang mengalami gangguan penglihatan.

(12)

Title : Description of Elderly Activity Daily Living (ADL) and the impaired vision in Ujung Padang District Padangsidimpuan Researcher : Meli Fitria

Student No. : 121121049

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

The impaired vision is a serious problem that usually suffered by the elderly. The elderly with this impaired vision get the physical changes and clinical aspects. The changes can limit the elderly in doing their activity daily living. Activity daily living itself usually including how to control defecation stimulation, to control the urinate stimulation, cleaning body (putting on the dentures, brushing teeth, combing hair, shaving, washing face), enter and out the rest room (put off, put on the pants, and clean, and turn on and turn off the faucet), eating, moving from bed to chair and vice versa, walking, clothing, stepping up and down the ladders and taking bath. This research is done to describe the ability of the elderly to do their activity daily living and the impaired vision in Ujung Padang District, Padangsidimpuan. The design of the research is descriptive with 46 persons as the samples and the technique of taking the data uses purposive sampling. The collecting data is hold in September until Desember by doing medical check up to check the sharpness of vision and using questionnaire that consist of the characteristics of the respondent that show most of the elderly woman (65,2%), Elementary school background (71,7%), entrepreneur (45,7%), using optic tool (65,2%). The elderly who suffer low vision (56, 5%). The elderly ability in doing their activity daily living is categorized as light dependent (87%). It is suggested for the next researcher to observe the description of IUADLs (Instrumental Activity Daily Living) for the elderly who suffer the impaired vision.

(13)

Judul : Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan

Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Lansia dengan gangguan penglihatan mengalami perubahan fisiologis dan aspek klinis. Perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan keterbatasan lansia dalam melaksanakan aktivitas hidup sehari-hari. Aktivitas hidup sehari-hari tersebut meliputi mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan rangsang buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet-masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana, membersihkan/ menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan mandi. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan di Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 46 orang dan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan September sampai dengan Desember dengan melakukan pemeriksaan visus ketajaman penglihatan dan menggunakan kuisioner yang terdiri dari kuisioner data demografi (KDD) dan kuisioner ADL Barthel. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan mayoritas lansia adalah wanita (65,2%), jenjang pendidikan sekolah dasar (71,7%), pekerjaan pegawai swasta/wiraswasta (45,7%), menggunakan alat bantu kacamata (65,2%). Lansia yang mengalami gangguan penglihatan tingkat low vision (56,5%). Tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari tergolong kategori ketergantungan ringan (87%). Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar meneliti tentang gambaran IADLs (Instrumental Activity Daily living) pada lansia yang mengalami gangguan penglihatan.

(14)

Title : Description of Elderly Activity Daily Living (ADL) and the impaired vision in Ujung Padang District Padangsidimpuan Researcher : Meli Fitria

Student No. : 121121049

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

The impaired vision is a serious problem that usually suffered by the elderly. The elderly with this impaired vision get the physical changes and clinical aspects. The changes can limit the elderly in doing their activity daily living. Activity daily living itself usually including how to control defecation stimulation, to control the urinate stimulation, cleaning body (putting on the dentures, brushing teeth, combing hair, shaving, washing face), enter and out the rest room (put off, put on the pants, and clean, and turn on and turn off the faucet), eating, moving from bed to chair and vice versa, walking, clothing, stepping up and down the ladders and taking bath. This research is done to describe the ability of the elderly to do their activity daily living and the impaired vision in Ujung Padang District, Padangsidimpuan. The design of the research is descriptive with 46 persons as the samples and the technique of taking the data uses purposive sampling. The collecting data is hold in September until Desember by doing medical check up to check the sharpness of vision and using questionnaire that consist of the characteristics of the respondent that show most of the elderly woman (65,2%), Elementary school background (71,7%), entrepreneur (45,7%), using optic tool (65,2%). The elderly who suffer low vision (56, 5%). The elderly ability in doing their activity daily living is categorized as light dependent (87%). It is suggested for the next researcher to observe the description of IUADLs (Instrumental Activity Daily Living) for the elderly who suffer the impaired vision.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2012 penduduk di 11 negara anggota WHO kawasan Asia

Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan

akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050. Pada Hari Kesehatan

Sedunia tanggal 7 April 2012, WHO mengajak negara-negara untuk menjadikan

penuaan sebagai prioritas penting mulai sekarang. Rata-rata usia harapan hidup di

Negara-negara kawasan Asia Tenggara adalah 70 tahun (WHO, 1973).

Umur Harapan Hidup (UHH) manusia Indonesia semakin meningkat

dimana pada RPJMN KemKes (Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Kementerian Kesehatan) tahun 2010 UHH dari 70,6 diharapkan terjadi

peningkatan tahun pada 2014 menjadi 72 tahun yang akan menyebabkan

terjadinya perubahan struktur usia penduduk.

Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010,

jumlah lansia yang memperoleh pelayanan kesehatan sebanyak 380.730 orang

(49,68%) dari seluruh populasi lansia sebanyak 766.422 orang. Hal ini

menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu

ke waktu dan memberi dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga,

(16)

Menurut UU RI No. 4 tahun 1965 usia lanjut adalah mereka yang berusia

55 tahun keatas. Sedangkan menurut dokumen pelembagaan lanjut usia dalam

kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka

perencanangan Hari Lanjut Usia Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI,

batas usia lanut adalah 60 tahun atau lebih (Fatimah, 2010).

Menua bukan suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya

tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.

Prosesnya mulai berlangsung sejak seorang mencapai usia dewasa, misalnya

dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain

sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit (Azizah, 2011).

Secara umum perubahan fisik pada masa lanjut usia yaitu menurunnya

fungsi pancaindera, minat dan fungsi organ seks dan kemampuan motorik (Pieter

dan Lumongga, 2010). Pada Lansia ada penurunan yang konsisten dalam

kemampuan untuk melihat objek pada tingkat penerangan yang rendah serta

menurunnya sensitivitas terhadap warna. Lansia pada umumnya menderita

presbiopi atau tidak dapat melihat jarak jauh dengan jelas yang terjadi karena

elastisitas lensa mata berkurang (Maryam dkk, 2008).

Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai

lanjutnya usia, dengan berkurangnya penglihatan, para lanjut usia seringkali

kehilangan rasa percaya diri, berkurangnya keinginan untuk pergi keluar, untuk

lebih aktif atau bergerak kesana kemari, mereka akan kehilangan kemampuan

(17)

sosialisasi dari para lanjut usia, mengisolasi mereka di dunia luar yang pada

gilirannya akan menyebabkan depresi dengan berbagai akibatnya (Darmojo dan

Martono, 2006).

WHO mengatakan, sebanyak 284 juta orang mengalami kerusakan

penglihatan diantaranya 30 juta mengalami kebutaan dan 245 mengalami low

vision. Sebanyak 90% penderita kebutaan dan gangguan penglihatan hidup di

Negara-negara miskin dan terbelakang seperti di Asia dan Afrika. Dibandingkan

dengan angka kebutaan Negara-negara di Regional Asia Tenggara, angka

kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi yaitu 15%, Bangladesh 1%, India

0,7%, Thailand 0,3% (Depkes RI, 2005).

Kehilangan penglihatan menempati posisi urutan ketiga setelah arthritis

dan penyakit jantung sebagai kondisi-kondisi kronis yang umumnya

membutuhkan bantuan di dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penyebab

penurunan penglihatan bisa terjadi karena kongenital maupun acquired glaukoma

dan Age Related Macular Degeneratif (AMD) terjadi 45% pada penurunan

penglihatan retino diabetik merupakan penyebab paling sering setelah Age Related

Machular Deegeneratif (AMD) (Hazaria, 2009).

Pada bulan September-Oktober 2010 telah dilakukan penelitian oleh

Manurung (2011) di RSUP H Adam Malik Medan terkait pengukuran ketajaman

penglihatan dilakukan dengan menggunakan kartu Snellen pada pasien Diabetes

(18)

yang diukur ketajaman penglihatannya dikategorikan ke dalam penglihatan rendah

berdasarkan klasifikasi WHO (2010).

Indera penglihatan merupakan indikator penting bagi lansia dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Ketidakmampuan dalam melakukan ADL dapat

diukur dengan menggunakan indeks Barthel. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Agung (2006) kuisioner ADL Barthel merupakan instrumen ukur yang andal dan

sahih serta dapat digunakan untuk mengukur status fungsional dasar usia lanjut

Indonesia. Indeks Barthel digunakan untuk mengukur status fungsional dasar

lansia, karena kemampuannya menilai ketidakmampuan fisik lansia.

Indeks ini mengkaji kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari

mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan rangsang buang air

kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur,

cuci muka), penggunaan toilet-masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana,

membersihkan/ menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur

ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan

mandi.

Dari hasil penelitian sebelumnya oleh Napitupulu (2010) tingkat

kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari tergolong kategori

tingkat ketergantungan sedang (56,2%). Hal ini dipengaruhi oleh jenis penyakit

yang diderita, penggunaan obat-obatan, penggunaan alat bantu, dan lama

menderita penyakit. menyebutkan aktivitas dengan persentasi tertinggi dari

(19)

aktivitas transfer (82,8%) sedangkan aktivitas terendah dari keseluruhan aktivitas,

yang dapat dilakukan lansia dengan mandiri adalah naik turun tangga (9,4%).

Dari data-data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Ujung Padang Kota

Padangsidimpuan terdapat jumlah lansia sebesar 153 orang sehingga peneliti

tertarik untuk meniti tentang gambaran gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan

gangguan penglihatan lansia.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan

penglihatan lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan

penglihatan lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang gambaran

aktivitas sehari-hari pada lansia dan gangguan penglihatan sehingga hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi lansia maupun

keluarga untuk lebih memperhatikan aktivitas hidup sehari-hari lansia

(20)

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan

Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di instansi

pendidikan tentang gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan

penglihatan lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.

1.4.3 Bagi Peneliti

Merupakan penerapan dari ilmu yang diperoleh selama proses

pembelajaran sehingga menanamkan pengetahuan peneliti dalam

melakukan penelitian.

1.4.4 Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan

perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usia Lanjut

2.1.1 Pengertian Usia Lanjut

Menurut UU RI No. 13 tahun 1998 usia lanjut adalah mereka yang telah

mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas, sedangkan menurut dokumen

pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh

Departemen Sosial dalam rangka perencanangan Hari Lanjut Usia Nasional

tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI, batas usia lanjut adalah 60 tahun atau lebih

(Fatimah, 2010).

2.1.2 Proses Menua

Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan

secara terus-menerus,dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh,sehingga akan

mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Maryam dkk,

2008).

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti serta

mempertahankan struktur dan fungsi normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk

adanya infeksi (Mubarak, 2011).

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya

(22)

Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang

sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses sudah mulai berlangsung sejak

seorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan

pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi

sedikit (Azizah, 2011).

2.1.3 KlasifikasiLansia

Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah sebagai beikut:

1) Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun

2) Lansia (elderly) 60-74 tahun

3) Lansia tua (old) 75-90 tahun

4) Lansiasangattua (very old) di atas 90 tahun

2.1.4 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,

sosial, dan psikologis (Maryam dkk, 2008):

1) Perubahan Fisik

a. Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat lelah dan

stamina menurun.

b. Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut dalam

hidung dan telinga mulai menebal.

c. Perubahan muskuloskeletal cairan tulang menurun sehingga mudah

rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), kram, tremor, tendon

(23)

d. Perubahan pendengaran,membran timpani atrofi sehingga terjadi

gangguan pendengaran.

e. Perubahan penglihatan, respon terhadap sinar menurun, adaptasi

terhadap gelap menurun, adaptasi menurun, akomodasi menurun,

lapang pandang menurun, dan katarak.

f. Kulit yang mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

Permukaan kulit kasar dan bersisik karena proses keratinasi serta

perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis.

2) Perubahan Sosial

a. Perubahan peranpost power syndrome, single woman, dan single

parent

b. Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan akan

meninggal.

c. Kalau menjadi PNS akan ada tabungan(dana pensiun). Kalau tidak,

anak dan cucu yang akan memberi uang.

d. Terjadinya kepikunan yang mengganggu sosialisasi.

e. Emosi mudah berubah, sering marah-marah dan mudah tersinggung.

3) Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi,

kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian,

(24)

2.1.5 Perubahan Umum Fungsi Pancaindra pada Lansia

1) Sistem Penglihatan

Orang berusia lanjut pada umumnya menderita presbiop atau tidak

dapat melihat jarak jauh dengan jelas yang terjadi karena elastisitas

lensa mata berkurang.

2) Sistem Pendengaran

Orang berusia lanjut kehilangan kemampuan mendengar bunyi dengan

nada yang sangat tinggi sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan

saraf dan berakhirnya pertumbuhan sel organ basal yang mengakibatkan

matinya rumah siput di dalam telinga.

3) Sistem Perasa

Perubahan penting dalam alat perasa pada usia lanjut adalah sebagai

akibat dari berhentinya pertumbuhan tunas perasa yang terletak di lidah

dan di permukaan bagian dalam pipi.

4) Sistem Pencium

Daya penciuman menjadi kurang tajam sejalan dengan bertambahnya

usia, sebagian karena pertumbuhan sel di dalam hidung berhenti dan

sebagian lagi karena semakin lebatnya bulu rambut di lubang hidung.

5) Sistem Peraba

Kulit menjadi semakin kering dan keras, maka indera peraba di kulit

semakin peka dan sensitivitas terhadap sakit dapat terjadi akibat

(25)

2.2 Gangguan Penglihatan

2.2.1 Pengertian Gangguan Penglihatan

Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai

lanjutnya usia. Akibat dari masalah ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat,

para ahli, bahkan oleh para lanjut usia sendiri. Dengan berkurangnya penglihatan,

para lanjut usia seringkali kehilangan rasa percaya diri, berkurangnya keinginan

untuk pergi keluar, untuk lebih aktif atau bergerak kesana kemari. Mereka akan

kehilangan kemampuan untuk membaca atau melihat televisi. Semua itu akan

menurunkan aspek sosialisasi dari para lanjut usia, mengisolasi mereka di dunia

luar yang pada gilirannya akan menyebabkan depresi dengan berbagai akibatnya

(DarmojodanMartono, 2006).

Perubahan penglihatan merupakan bagian dari penyesuaian

berkesinambungan yang datang dalam kehidupan usia lanjut. Perubahan

penglihatan mempengaruhi pemenuhan AKS (aktivitas kehidupan sehari-hari).

Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses

penuaan termasuk penurunan kemampuan untuk melakukan akomodasi, konstriksi

pupil akibat penuaan, dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata (Stanley,

2007).

Perubahan penglihatan pada awalnya dimulai dengan terjadinya awitan

presbiopi, kehilangan kemampuan akomodatif. Perubahan kemampuan

akomodatif ini pada umumnya dimulai pada dekade keempat kehidupan, ketika

seseorang memiliki masalah dalam membaca huruf-huruf yang kecil (Stanley,

(26)

2.2.2 Menurut Darmojo dan Martono (2006), perubahan-perubahan gangguan

penglihatan secara fisiologis yaitu:

1) Perubahan Struktur Kelopak Mata

Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh

jaringan kelopak mata. Perubahan ini yang juga disebut dengan

perubahan involusional terjadi pada m.orbicularis, retractor palpebra

inferior, tarsus, tendokantus medial/lateral, aponeurosis levator papebra

dan kulit.

2) Perubahan Sistem Lakrimal

Pada usia lanjut seringkali dijumpai keluhan nrocos. Kegagalan fungsi

pompa pada sistem kanalis lakrimalis disebabkan oleh karena

kelemahan palpebra, eversi punctum atau malposisi palpebra sehingga

akan menimbulkan keluhan epifora.

3) Proses Penuaan pada Kornea

Dengan bertambahnya usia akan terjadi penurunan sensitivitas kornea

yang ditimbulkan oleh rangsangan mekanis. Bagian sentral kornea lebih

lama menurunnya dibanding dengan bagian lainnya.

4) Perubahan Muskulus Siliaris

Semakin bertambah usia seseorang maka serabut otot dan jaringan

ikatnya bertambah sehingga muskulus tersebut menjadi lebih tebal,

(27)

5) Perubahan Refraksi

Dengan bertambahnya usia hipermetrop laten menjadi lebih manifest

karena hilangnya cadangan akomodasi,namun bila terjadi sklerosis

nucleus pada lensa, hipermetrop menjadi berkurang atau terjadi

miopisasi karena proses kekeruhan di lensa dan lensa cenderung lebih

cembung (Darmojo & Martono, 2006).

6) Perubahan Fungsional

Proses degenerasi dialami oleh berbagai jaringan di dalam bola mata,

media refrakta menjadi kurang cemerlang dan sel-sel reseptor

berkurang, visus kurang tajam dibandingkan pada usia muda.

2.2.3 Aspek Klinik

1. Katarak

Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab

umumnya adalah kehilangan penglihatan yang bertahap. Katarak

umumnya mempengaruhi kedua mata, tetapi katarak di masing-masing

mata memburuk sendiri-sendiri. Katarak merupakan penyakit yang

paling banyak terjadi pada lansia (katarak senile) terutama orang diatas

(28)

Pengobatan katarak adalah dengan tindakan pembedahan, setelah

pembedahan lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau

lensa tanam intraocular (Ilyas, 2010).

2. Glaukoma

Glaukoma merupakan sekumpulan gangguan yang ditandai dengan

tingginya tekanan intraokuler yang merusaka saraf optikus dan tersering

dialami oleh lansia wanita yang berusia 40 sampai 65 tahun (Fatimah,

2010).

3) Presbiopi

Gangguan penglihatan yang terjadi karena kekakuan lensa. Menurut

penelitian lensa manusia mulai terjadi kekakuan pada usia 40 tahun

sehingga kemampuan akomodasi menurun. Sinar yang masuk kemata

tidak dibiaskan tepat diretina dan dibutuhkan lensa kaca mata yang

sesuai dengan usia (Tarwoto, Aryani, Wartonah 2009).

2.2.4 Ketajaman Penglihatan

Tidak semua orang mempunyai ketajaman penglihatan yang sama.

Ketajaman penglihatan ini dalam istilah kedokteran disebut visus. Ketajaman

penglihatan (visus) dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata.Visus

penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kacamata) tetapi

mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya

(29)

Menurut WHO Study Group on The Prevention of Blindness, kelainan

pada penglihatan dibagi atas tiga, yaitu :

1) Normal vision

2) Low Vision

3) Blindness

2.2.10 Pemeriksaan Visus menggunakan Kartu Snellen

1) Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada

jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat

pada jarak 6 meter.

2) Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan

angka 30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.

3) Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada pada baris yang

menunjukkan angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.

4) Bila tajam penglihatan adalah 6/60 bearti ia hanya dapat terlihat pada

jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada

jarak 60 meter.

5) Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen

maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang

normal pada jarak 60 meter.

6) Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang

(30)

Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai

1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.

7) Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam

penglihatan pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal

dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter.

Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter,

berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.

8) Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan

tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai

tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada

jarak tidak terhingga.

9) Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka

(31)
(32)

2.2.10.1 Prosedur Pemeriksaan Mata dengan menggunakan Kartu Snellen

Menurut Depkes RI (2007) prosedur pemeriksaan sebagai berikut :

Tahap I. Pengamatan:

Pemeriksa memegang senter perhatikan:

1. Posisi bola mata: apakah ada juling

2. Konjungtiva: ada pterigium atau tidak

3. Kornea: ada parut atau tidak

4. Lensa: jernih atau keruh/ warna putih

Tahap II. Pemeriksaan Tajam Penglihatan Tanpa Pinhole:

1. Pemeriksaan dilakukan di pekarangan rumah (tempat yang cukup terang),

responden tidak boleh menentang sinar matahari.

2. Gantungkan kartu Snellen yang sejajar mata responden dengan jarak 6

meter (sesuai pedoman tali).

3. Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan.

4. Mata kiri responden ditutup dengan telapak tangannya tanpa menekan bola

mata.

5. Responden disuruh baca huruf dari kiri-ke kanan setiap baris kartu Snellen

atau dimulai baris teratas atau huruf yang paling besar sampai huruf

terkecil (baris yang tertera angka 20/20).

6. Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf kurang dari

setengah baris/ maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka di atasnya.

7. Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf setengah baris

(33)

Pemeriksaan Tajam Penglihatan dengan hitung jari:

1. Bila responden belum dapat melihat huruf terbesar dari kartu Snellen maka

mulai hitung pada jarak 3 meter (tulis 3/60).

2. Bila belum bisa terlihat maka maju 2 meter (tulis 2/60), bila belum terlihat

maju 1 meter (tulis 1/60). Bila belum juga terlihat maka lakukan

lambaikan tangan pada jarak 1 meter (tulis 1/300).

3. Lambaian tangan belum terlihat maka senter mata responden dan tanyakan

apakah responden dapat melihat sinar senter (tulis 1/-).

4. Bila tidak dapat melihat sinar disebut buta total (tulis 00/000).

2.3 Aktivitas Hidup Sehari-hari

2.3.1 Pengertian Aktivitas Hidup Sehari-hari

Aktivitas sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh

lanjut usia setiap hari. Aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha

keras. Aktifitas tersebut dapat berupa mandi, berpakaian, makan, atau melakukan

mobilisasi (Luekenotte, 2000). Seiring dengan proses penuaan maka terjadi

berbagai kemunduruan kemampuan dalam beraktifitas karena adanya kemunduran

kemampuan fisik, penglihatan dan pendengaran sehingga terkadang seorang lanjut

usia membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan berbagai

(34)

2.3.2 Manfaat Aktivitas Hidup Sehari-hari pada Lansia

Adapun manfaat aktivitas hidup sehari-hari pada lansia adalah:

a. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia. Terdapat

banyak faktor yang dapat membatasi dorongan dan kemauan

seksualpada lanjut usia khususnya pria. Sejumlah masalah organik

danjantung serta sistem peredaran darah, sistem kelenjar dan hormon

serta sistem saraf dapat menurunkan kapasitas dan gairah seks

(Bandiyah,2009).

b. Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan.

c. Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah patah.

d. Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau mengurangi

kecepatan penurunan kekuatan otot. Pembatasan atas linkup gerak sendi

banyak terjadi pada lanjut usia, yang sering terjadi akibat

keketatan/kekakuan otot dan tendon dibanding sebagai akibat

kontraktur sendi.

e. Self efficacy (keberdayagunaan mandiri) yaitu suatu istilah untuk

menggambarkan rasa percaya diri atas keamanan dalam melakukan

aktivitas. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang lanjut usia

mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas atau olah raga

(35)

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Hidup Sehari-hari

Kemp dan Mitchel (dalam Blackburn dan Dulmus, 2007) menyebutkan

bahwa aktivitas sehari-hari pada lansia dipengaruhi olehdepresi. Kemp dan

Mitchel juga menyebutkan kemampuan aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan

ketakutan, kemarahan, kecemasan, penolakan dan ketidakpastian (Potter, 2005).

a. Faktor-faktor dari dalam diri sendiri

1) Umur

Mobilitas dan aktivitas sehari-hari adalah hal yang paling vital bagi

kesehatan total lansia. Perubahan normal muskuloskelatal terkait

usia pada lansia termasuk penurunan tinggi badan, redistribusi massa

otot dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang, atrofi otot,

pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan dan kekakuan

sendi-sendi yang menyebabkan perubahan penampilan, kelemahan dan

lambatnya pergerakan yang menyertai penuaan (Stanly dan Beare,

2007).

2) Kesehatan Fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan

partisipasi dalam aktifitas sehari-hari, sebagai contoh sistem nervous

menggumpulkan dan menghantarkan, danmengelola informasi dari

lingkungan. Sistem muskuluskoletal mengkoordinasikan dengan

sistem nervous sehingga seseorang dapat merespon sensori yang

(36)

3) Fungsi Kognitif

Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional, termasuk

proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan

(Keliat,1995). Tingkat fungsi kognitif dapat mempengaruhi

kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Fungsi

kognitif menunjukkan proses menerima, mengorganisasikan dan

menginterpestasikan sensor stimulus untuk berfikir dan

menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada

fungsi kognitif yang meliputiperhatian memori, dan kecerdasan.

Gangguan pada aspek-aspek dari fungsi kognitif dapat mengganggu

dalam berfikir logis dan menghambat kemandirian dalam

melaksanakan aktifitas sehari-hari.

4) Fungsi Psikologis

Fungsi psikologis menunjukkan kemampuan seseorang untuk

mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada

suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang komplek

antara perilaku interpersonal dan interpersonal. Kebutuhan

psikologis berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang.

Meskipun seseorang sudah terpenuhi kebutuhan materialnya, tetapi

bila kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi, maka dapat

mengakibatkan dirinya merasa tidak senang dengankehidupanya,

sehingga kebutuhan psikologi harus terpenuhi agar kehidupan

(37)

5) Tingkat Stres

Stres merupakan respon fisik non spesifik terhadap berbagai macam

kebutuhan. Faktor yang menyebabkan stres disebut stressor, dapat

timbul dari tubuh atau lingkungan dan dapat mengganggu

keseimbangan tubuh. Stres dibutuhkan dalam pertumbuhan dan

perkembangan. Stres dapat mempunyai efek negatif atau positif pada

kemampuan seseorang memenuhi aktifitas sehari-hari (Miller, 1995).

b. Faktor-faktor dari luar meliputi :

1) Lingkungan Keluarga

Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling disukai

para lanjut usia. Lanjut usia merupakan kelompok lansia yang rentan

masalah, baik masalah ekonomi, sosial, budaya,kesehatan maupun

psikologis, oleh karenanya agar lansia tetap sehat, sejahtera dan

bermanfaat, perlu didukung oleh lingkungan yang konduktif seperti

keluarga. Budaya tiga generasi (orang tua, anak dan cucu) di

bawahsatu atap makin sulit dipertahankan, karena ukuran rumah

didaerah perkotaan yang sempit, sehigga kurang memungkinkan

para lanjut usia tinggal bersama anak (Hardywinoto, 2005).

Sifat dari perubahan sosial yang mengikuti kehilangan orang yang

dicintai tergantung pada jenis hubungan dan definisi peran sosial

dalam suatu hubungan keluarga. Selain rasa sakit psikologi

(38)

keterampilan dan peran baru untuk mengelola tugas hidup yangbaru,

dengan perubahan sosial ini terjadi pada saat penarikan, kurangnya

minat kegiatan, tindakan yang sangat sulit. Sosialisasi dan pola

interaksi juga berubah. Tetapi bagi orang lain yang memiliki

dukungan keluarga yang kuat dan mapan, pola interaksi independent

maka proses perasaan kehilangan atau kesepian akan terjadi lebih

cepat, sehingga seseorang tersebut lebih mudah untuk mengurangi

rasa kehilangan dan kesepian (Lueckenotte, 2000).

2) Lingkungan Tempat Kerja

Kerja sangat mempengaruhi keadaan diri dalam mereka bekerja,

karena setiaap kali seseorang bekerja maka ia memasuki situasi

lingkungan tempat yang ia kerjakan. Tempat yang nyaman akan

membawa seseorang mendorong untuk bekerja dengan senang dan

giat.

3) Ritme Biologi

Waktu ritme biologi dikenal sebagai irama biologi, yang

mempengaruhi fungsi hidup manusia. Irama biologi membantu

mahluk hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya. Misalnya

(39)

2.3.4. Indeks Barthel

Indeks barthel (modifikasi Collin C, Wade DT) adalah suatu alat/

instrument ukur status fungsional dasar berupa kuisioner yang berisi atas 10 butir

pertanyaan terdiri atas mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan

rangsang buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi,

sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet-masuk dan keluar WC

(melepas, memakai celana, membersihkan/ menyeka, menyiram), makan,

berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan,

berpakaian, naik-turun tangga dan mandi. Dengan skor antara 0 – 20. Skor 20 =

mandiri, skor 12 – 19 = ketergantungan ringan, skor 9 – 11 = ketergantungan

sedang, skor 5 – 8 = ketergantungan berat, skor 0 – 4 = ketergantungan total.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung (2006) kuisioner ADL Barthel

merupakan instrumen ukur yang andal dan sahih serta dapat digunakan untuk

mengukur status fungsional dasar usia lanjut Indonesia. Indeks Barthel digunakan

untuk mengukur status fungsional dasar lansia, karena kemampuannya menilai

(40)

Tabel 2.1 Indeks Barthel dalam pemenuhan kebutuhan Sehari-hari

No. Aktivitas Kemampuan Skor

1. Mengendalikan rangsang buang air besar (BAB)

Tidak terkendali/ tidak teratur Kadangkala tidak terkendali (1xseminggu)

Terkendali teratur

0 1

2 2. Mengendalikan rangsang

berkemih (BAK)

3. Membersihkan diri (muka, sisir rambut, sikat gigi, bercukur, cuci muka)

Membutuhkan bantuan orang lain

Mandiri

0

1 4. Penggunaan toilet Tergantung perlu pertolongan

orang lain

Perlu bantuan pada beberapa aktivitas

Perlu dibantu memotong makanan

Mandiri

0 1

2 6. Berpindah posisi dari

tempat tidur ke kursi dan sebaliknya

Tidak mampu

Perlu bantuan dua orang Perlu bantuan satu orang Mandiri

0 1 2 3 7. Mobilitas/ berjalan Tidak mampu

Mobilitas dengan kursi roda Berjalan dengan bantuan satu orang

8. Berpakaian Tergantung orang lain

Sebagian dibantu orang lain Mandiri

0 1 2 9. Naik turun tangga Tidak mampu

Perlu pertolongan orang lain Mandiri Skor Total (0–20)

(41)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran

aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan lansia. Untuk menilai

kemampuan aktivitas sehari-hari dapat digunakan indeks Barthel.

Indeks Barthel mengkaji kemampuan lansia dalam melaksanakan aktivitas

sehari-hari meliputi mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan

rangsang buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi,

sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet (masuk dan keluar WC

(melepas, memakai celana, membersihkan/ menyeka, menyiram), makan,

berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan,

berpakaian, naik-turun tangga dan mandi.

Kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dikategorikan

ke dalam lima kategori yaitu, ketergantungan total dengan skor 0-4,

ketergantungan berat dengan skor 5-8, ketergantungan sedang dengan skor 9-11,

(42)

Adapun kerangka konseptual untuk penelitian gambaran kemampuan

aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan lansia adalah:

Lansia

3. Membersihkan diri 4. Penggunaan toilet 5. Makan

6. Berpindah 7. Berjalan 8. Berpakaian 9. Naik turun tangga 10. Mandi

Aktivitas Hidup Sehari-hari

1. Ketergantungan total 2. Ketergantungan berat 3. Ketergantungan sedang 4. Ketergantungan ringan 5. Mandiri

Gambar 3.1 :Kerangka Penelitian gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari

(43)

3.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi AlatUkur HasilUkur Skala

1. Gangguan

- Snellen chart

bila lansia

masih dapat

melihat huruf

(44)

2. Aktivitas

dimiliki oleh lansia

dalam melakukan

aktivitas hidup

Sehari-hari

meliputi

mengendalikan

rangsang buang air

besar,

mengendalikan

rangsang buang air

(45)

Tabel. 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian palsu, sikat gigi,

sisir rambut,

bercukur, cuci

muka), penggunaan

toilet (masuk dan

keluar WC

(melepas, memakai

celana,

membersihkan/

menyeka,

menyiram), makan,

berpindah posisi

dari tempat tidur ke

kursi dan

sebaliknya,

mobilitas/ berjalan,

berpakaian,

naik-turun tangga dan

mandi.

20=

(46)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif

Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa peneitian deskriptif merupakan suatau

metode penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran tentang suatu kedaan

secara objektif. penelitian ini bertujuan melihat gambaran aktivitas hidup

sehari-hari dengan gangguan penglihatan pada lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota

Padangsidimpuan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2005).Populasi dari penelitian ini adalah lansia yang berdomisili di

Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan sebanyak 153 orang.

4.2.2 Sampel

(47)

Adapun kriteria sampel dalam jenis penelitian ini adalah:

1) Lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas

2) Bersedia menjadi responden penelitian

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan pada rumusan

Arikunto, yaitu jika jumlah subjek lebih dari 100 orang maka jumlah sampel dapat

diambil 25-30% dari jumlah subjek (Arikunto, 2005). Dalam penelitian ini

diambil sampel sebesar 30% dari populasi yaitu sebesar 153 orang, maka jumlah

sampel yang diambil adalah 46 orang.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan.

Lokasi ini dipilih karena peniliti berdomisili di wilayah ini sehingga memudahkan

dalam pengambilan responden penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan

September-Desember 2013.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini akan dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari

Fakultas Keperawatan dan izin dari Kelurahan Ujung Padang Kota

Padangsidimpuan. Setelah diberi ijin selanjutnya peneliti memberikan penjelasan

kepada responden tentang maksud, tujuan, manfaat dan efek serta prosedur

penelitian. Tindakan selanjutnya peneliti memberikan penjelasan tentang cara

pengisian instrumen dan apabila bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk

menandatangani surat persetujuan. Responden berhak untuk menolak terlibat

dalam penelitan ini, atau menarik kesediaannya pada proses pengumpulan data.

(48)

Selama pengambilan data tidak ada efek yang merugikan terhadap para

lansia yang menjadi responden. Penelitian tidak menimbulkan sakit secara fisik

dan tekanan psikologi pada responden yang akan diteliti. Kerahasiaan responden,

akan dijaga oleh peneliti dengan tidak mencantumkan nama lengkap, tetapi hanya

mencantumkan inisial nama responden atau memberi kode pada masing-masing

lembar pengumpulan data. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti

dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan surat izin komisi etik

keperawatan USU.

4.5 Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa observasi dan

kuesioner untuk memperoleh informasi dengan berpedoman pada konsep dan

tinjauan pustaka. Instrumen penelitian ini terdiri dari dua bagian.

Bagian pertama kuesioner data demografi (KDD). Kuisioner terdiri dari 4

pertanyaan yang meliputi jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan

sebelumnya , dan alat bantu penglihatan yang digunakan.

Tahap observasi merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan

pemeriksaan secara langsung untuk mengidentifikasi ganguan penglihatan dengan

Normal vision dengan 6/6 - 6/21 (jarak meter) atau 20/20-20/70 (jarak feet), low

vision dengan 6/24 - 6/60 (jarak meter) atau 20/80 - 20/200 (jarak feet), blindness

(49)

Kuesioner aktivitas sehari-hari (KAS) meliputi kemampuan transfer

(tidur-duduk), mobilisasi dengan mempergunakan kursi roda atau tidak, penggunaan

toilet seperti pergi ke atau dari toilet, melepas atau mengenakan celana, menyeka

dan menyiram, membersihkan diri, mengontrol BAB, mengontrol BAK, mandi,

berpakaian, makan dan naik turun tangga. Kuesioner aktivitas kehidupan

sehari-hari diukur dengan menggunakan indeks barthel yaitu, ketergantungan total

dengan skor 0-4, ketergantungan berat dengan skor 5-8, ketergantungan sedang

dengan skor 9-11, ketergantungan ringan dengan skor 12-19, mandiri dengan skor

20. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari 10 butir yang merupakan pertanyaan

terstruktur yaitu menjawab sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan.

4.6 Validitas Penelitian

Kuesioner ini diadopsi langsung dari indeks barthel dengan

menerjemahkan indeks barthel ke dalam bahasa Indonesia. Kuesioner ini telah

diuji validitas oleh Agung (2006) dengan Coefficient Alpha Cronbach 0,938.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dan

wawancara terstuktur berupa kuesioner yang dapat menggambarkan kemampuan

aktivitas sehari-hari pada lansia. Peneliti mengumpulkan data dengan menemui

responden dari rumah ke rumah. Pengumpulan data akan dilaksanakan mulai

September-Desember 2013. Setelah menemukan calon responden pertama-tama

peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur, manfaat

penelitian, dan cara pengisian kuisioner. Kemudian Peneliti meminta kesediaan

(50)

Concent. Setelah mendapatkan persetujuan responden pengumpulan data dimulai.

Sebelum mengisi kuisioner peneliti melakukan pemeriksaan visus mata terlebih

dahulu di pekarangan rumah (tempat yang cukup terang). Dalam pengumpulan

data ini observasi dilakukan dengan pengukuran visus mata menggunakan Snellen

Chart pada jarak 6 meter apabila lansia masih dapat melihat huruf. Dengan uji

hitung jari pada jarak 3 meter bila lansia tidak dapat mengenal huruf terbesar dan

uji lambaian tangan dengan jarak 1 meter. Apabila lambaian tangan belum

terlihat maka senter mata responden dan tanyakan apakah responden dapat

melihat sinar senter.

Lalu pengisian kuesioner dilakukan dengan cara peneliti membaca

kuesioner dan responden menjawab pertanyaan. Jawaban yang diberikan oleh

responden juga disesuaikan peneliti dengan hasil observasi yang dilakukan oleh

peneliti pada saat pengisian kuesioner berlangsung.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui

beberapa tahap. Pertama editing yaitu mengecek nama, kelengkapan identitas dan

data responden serta mamastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai

petunjuk. Kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu untuk

mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa data. Ketiga tabulating

yaitu membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode sesuai

(51)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan

data yang dilakukan selama bulan September sampai bulan Desember 2013.

Penyajian hasil data dalam penelitian ini akan meliputi data demografi, gambaran

aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan lansia di Kelurahan Ujung

Padang Kota Padangsidimpuan.

Tabel 5.1.1 menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik usia, sebagian

besar responden 60-74 tahun yaitu 40 orang atau 87.0%, dan sisanya berumur

75-90 tahun 6 orang atau 13%. Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa responden

laki-laki lebih sedikit yaitu 16 orang atau 34,8% dan perempuan lebih banyak

yaitu 30 orang atau 65,2%%. Tingkat pendidikan menunjukkan bahwa sebagian

besar responden berpendidikan SD yaitu 33 orang atau 71,7% dan sebagian kecil

berpendidikan SMA yaitu 1 orang atau 2.2%. Sedangkan jenis pekerjaan, sebagian

besar responden adalah pegawai swasta/wiraswasta yaitu 21 orang atau 45,7% dan

yang paling sedikit adalah PNS yaitu 3 orang atau 6,5%. Penggunaan alat bantu

sebagian besar responden menggunakan alat bantu yaitu 30 orang atau 65,2% dan

(52)

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Responden

di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan (n=46)

Data Demografi Frekuensi (n) Persentase (%)

1.Usia 45-59 60-74 75-90 Diatas 90 2.Jenis Kelamin Laki-laki

Perguruan Tinggi 4.Pekerjaan Tidak bekerja PNS

Pegawai swasta/Wiraswasta Buruh

Lain-lain

5.Penggunaan Alat Bantu Ya

Tabel 5.1.2 menunjukkan bahwa gangguan penglihatan mata responden

dengan low vision ada 26 orang atau 56,5% dan responden dengan gangguan

blindness yaitu 20 orang atau 43,5%.

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gangguan Penglihatan

Lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan

(n=46)

Frekuensi (n) Persentase (%)

(53)

Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden berdasarkan

Aktivitas Hidup Sehari-hari di Kelurahan Ujung Padang

Kota Padangsidimpuan (n=46)

Pertanyaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Mengendalikan rangsang buang air besar (BAB) a. Tidak terkendali/ tidak teratur

b. Kadangkala tidak terkendali c. Terkendali teratur

Mengendalikan rangsang berkemih (BAK) a.Tidakterkendali/menggunakan kateter b.Kadangkala tidak berkemih

c.Terkendali teratur

Membersihkan diri (muka, sisir rambut, sikat gigi, bercukur, cuci muka)

a.Membutuhkan bantuan orang lain b. Mandiri

Penggunaan toilet

a.Tergantung perlu pertolongan orang lain b. Perlu bantuan pada beberapa aktivitas c. Mandiri

Makan a. Tidak mampu

b.Perlu dibantu memotong makanan c. Mandiri

Berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya

a.Tidak mampu

b.Perlu bantuan dua orang c.Perlu bantuan satu orang d.Mandiri

Mobilitas/ berjalan a.Tidak mampu

b.Mobilitas dengan kursi roda c.Berjalan dengan bantuan satu orang d.Mandiri

Berpakaian

a.Tergantung orang lain b.Sebagian dibantu orang lain c.Mandiri

Naik turun tangga a.Tidak mampu

(54)

Tabel 5.1.3 menunjukkan bahwa 63% lansia masih dapat mengendalikan

kemampuan buang air besar (BAB) secara teratur terkendali, 97,8% lansia mampu

mengendalikan rangsangan berkemih (BAK), 97,8% mampu membersihkan diri

secara mandiri, 97,8% lansia mandiri dalam penggunaan toilet, 100% lansia

mampu makan secara mandiri, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi maupun

sebaliknya, berjalan, dan berpakaian, 43,5% lansia mampu mandiri naik turun

tangga, dan 97,8% lansia mandi secara mandiri.

Tabel 5.1.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

ketergantungan ringan yaitu 40 orang atau 87% dan responden yang mandiri

hanya 6 orang atau 13%.

Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Aktivitas Hidup

Sehari-hari di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan

Frekuensi (n) Persentase (%)

Ketergantungan Ringan 40 87

Mandiri 6 13

Jumlah 46 100

5.2 Pembahasan

Hasil penelitian, peneliti membahas tentang aktivitas sehari-hari dan

gangguan penglihatan lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.

Berdasarkan data demografi yang diperoleh dalam penelitian ini

berdasarkan kategori usia sebagian besar responden berumur 60-74 tahun yaitu

(55)

harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup

penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lansia terus meningkat. Proses

penuaan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, yaitu sosial, ekonomi dan

kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ akan semakin

menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Kantor

Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan pada tahun

2010 penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta % dan UHH sekitar

67,4 tahun (Dinkes Sumut, 2011).

Penelitian ini dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden berjenis

kelamin perempuan yaitu 65,2%. Hal ini sesuai berdasarkan data Survei Sosial

Ekonomi nasional 2099 Badan Pusat Statistik, jumlah lansia wanita sebanyak 10,4

juta jiwa sedangkan laki-laki 8,8 juta jiwa. Smith (2000) juga berpendapat bahwa

setengah dari lansia adalah wanita sendiri atau janda.

Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden berpendidikan SD

yaitu sebesar 71,7%. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kemampuan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari sesuai

dengan pernyataan William dan Wilkins (2001) dalam Napitupulu (2010) yang

menyatakan bahwan faktor-faktor yang secara konsisten dilaporkan terkait dengan

peningkatan kecacatan fungsional adalah usia tua, jenis kelamin perempuan,

tingkat pendidikan rendah, kurang olahraga, penyakit kronis dan gangguan

kognisi.

Berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden adalah pegawai

(56)

hasil penelitian Yeniar (2009) bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara

jenis aktivitas, religiositas, tingkat kemandirian, dan tingkat pendidikan dengan

kepuasan hidup orang lanjut usia

Hasil penelitian juga diperoleh bahwa 65,2% responden menggunakan alat

bantu berupa kacamata dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan alat bantu

untuk memenuhi aktivitasnya sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat

Mckenzie (2013) yang menyatakan bahwa lansia memiliki tingkat penggunaan

yang lebih tinggi dalam hal penggunaan alat bantu, perlengkapan dan persiapan

medis. Penggunaan alat bantu ini dapat meminimalkan ketergantungan lansia

terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

Hasil observasi peneliti terkait dengan gangguan penglihatan lebih dari

setengah responden mengalami low vision yaitu sebesar 56,5% dan sebagian besar

adalah lansia wanita. Hal ini sesuai dengan penitian Lusianawaty (2006) bahwa

katarak memiliki hubungan yang positif terhadap umur dan jenis kelamin, katarak

pada wanita 1,8 kali lebih tinggi daripada laki-laki. Kebutaan dan gangguan

penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat, dimana penyakit katarak

merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia dengan persentase 0,78%.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan Rinajumita (2011) yaitu

adanya hubungan antara kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, kehidupan

beragama dan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia.

Hasil penelitian didapatkan bahwa 63% lansia masih dapat mengendalikan

(57)

mengendalikan rangsangan berkemih (BAK), 97,8% mampu membersihkan diri

secara mandiri, 97,8% lansia mandiri dalam penggunaan toilet, 100% lansia

mampu makan secara mandiri, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi maupun

sebaliknya, mobilitas, dan berpakaian, 43,5% lansia mampu mandiri naik turun

tangga, dan 97,8% lansia mandi secara mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa

lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan gangguan penglihatan

memeliki keterbatasan atau mengalami penurunan dalam melakukan aktivitas

hidup sehari-hari.

Kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari di

Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan ini tergolong kategori

ketergantungan ringan yaitu sekitar 87%. Salah satu faktor yang mempengaruhi

yaitu berkurangnya kemampuan lansia dalam hal penglihatan sekitar 56,5%

sehingga menimbulkan sedikit gangguan dalam melakukan aktivitas hidup

sehari-hari .Berdasarkan hasil penelitian penggunaan alat bantu berupa kacamata

yaitu sekitar 65,2% dapat membantu lansia dalam melakukan aktivitas hidup

sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nugroho (2008) bahwa faktor yang

mempengaruhi tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas kehidupan

sehari-hari seperti usia, imobilitas, dan mudah jatuh. Hasil penelitian Napitupulu

(2010) yaitu tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari

tergolong tingkat ketergantungan sedang (56,2%). Hal ini mungkin dipengaruhi

oleh jenis penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan, penggunaan alat

(58)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan

saran mengenai aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan pada lansia

di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa mayoritas lansia

adalah wanita (65,2%), mayoritas responden memiliki pendidikan SD (71,1%),

sebagian besar pekerjaan lansia yaitu pegawai swasta/wiraswasta (45,7%), dan

responden yang menggunakan alat bantu (65,2%).

Gambaran gangguan penglihatan pada lansia dari hasil pemeriksaan visus

mata terdapat lebih dari setengah responden low vision (56,5%) dan sebagian

besar adalah lansia wanita. Gambaran aktivitas hidup sehari-hari lansia tergolong

dalam kategori ketergantungan ringan (87%). Aktivitas dengan persentase

tertinggi adalah aktivitas makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi

maupun sebaliknya, mobilitas, berpakaian (100%), sedangkan aktivitas terendah

dari keseluruhan aktivitas mengendalikan kemampuan buang air besar (BAB)

(59)

6.1. Saran

6.1.1. Tempat Penelitian

Agar tetap memperhatikan status kesehatan lansia di sehingga lansia tetap

bisa sehat dan mandiri dalam melakukanaktivitas hidup sehari-hari.

6.1.2. Bidang Pendidikan

Untuk dapat meningkatkan asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan

kepada para lansia. Sehingga informasi yang diberikan dapat menambah

pengetahuan serta wawasan lansia dalam mempertahankan kesehatannya.

6.1.3. Bagi penelitian selanjutnya

Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar meneliti tentang gambaran

IADLs (Instrumental Activity Daily living) pada lansia yang mengalami

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, I (2006). Uji keandalan dan kesahihan indeks activity of daily living

Barthel untuk mengukur status fungsional dasar pada usia lanjut di

RSCM. Diambil tanggal 31 Mei 2013 dari

http://www.eprints.lib.ui.ac.id

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Azizah, L. (2011).Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha ilmu

Darmojo, R. B dan H.H Hartono. (2006). Geriatric (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut)

Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Depkes RI. (2007). Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan. Diambil tanggal 26

Mei 2013 dari http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id

Dinkes Sumut. (2011). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2010. Diambil

tanggal 17 Mei 2013 dari http://www.depkes.go.id

Ediwati, E. (2012).Gambaran Tingkat Kemandirian dan Resiko Jatuh pada lansia

di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta

Timur. Diambil tanggal 7 Mei 2013 dari http://www.lontar.ui.ac.id

Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia. Jakarta: Trans Info Media

Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika

Hazaria. (2009). Low vision. Diambil tanggal 7 Mei 2013 dari

http://www.repository.usu.ac.id

Ilyas, S. (2011). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1473/Menkes/Sk/x/2005 diambil tanggal 8 Mei 2013 dari

(61)

Luekenotte, A. G. (1997). Pengkajian Gerontologi. Second.Edisi ke-2. Jakarta:

EGC

Lusianawaty et al. (2006). Katarak Pada Petani dan Keluarganya di Kecamatan

Teluk Jambe Barat. Diambil tanggal 11 Januari 2014 dari

http://ejournal.litbang.depkes.go.id

Manurung, A. M . (2010). Gambaran Ketajaman Penglihatan Pasien Diabetes

Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan. Diambil tanggal 25 Mei 2013

dari http://www.repository.usu.ac.id

Martika, A. (2012).Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemampuan Aktivitas

Dasar Lansia di Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan. Diambil

tanggal 20 Mei 2013 dari http://www.digilib.unimus.ac.id

Maryam, S et al. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:

Salemba Medika

Mckenzie, James F et al. (2007). Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Mubarak. Chayatin. Santoso.(2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan

Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Napitulu. Desyi, P. (2010). Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari pada

Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Gedung Johor

Kecamatan Medan Johor Medan. Diambil tanggal 7 Mei 2013

darihttp://www.repository.usu.ac.id 

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC

Pieter, H. Z. dan Lumongga N. (2012). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan.

Jakarta: Kencana

(62)

Smith, Claudi M. dan Frances A. Maurer. (2000). Communitu Health Nursing

Theory and Practice Second Edition. United States: Saunders

Stanley, M. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC

Suhartini, R. (2005). Tingkat Kemandirian Lansia. Diambil tanggal 9 Mei 2013

dari http://www.damandiri.or.id

Tamher, S dan Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

UU RI NO 13. (1998). Kesejahteraan Lanjut Usia. Diambil tanggal 23 Juni 2013

dari http://www.dpr.go.id

World Health Organization. (1973). The Prevention of Blindness. Diambil tanggal

25 Mei 2013 dari http://www.whqlibdoc.who.int 

Yeniar, I. (2009). Kepuasan Hidup Orang Lanjut Usia dalam Hubungannya

dengan Jenis aktivitas, Jenis Kelamin, Religiositas, Status Perkawinan,

Tingkat Kemandirian, Tingkat Pendidikan dan Daerah Tempat Tinggal.

Gambar

Gambar 2.1 Snellen chart
Tabel 2.1 Indeks Barthel dalam pemenuhan kebutuhan Sehari-hari
Tabel. 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 5.1.2 menunjukkan bahwa gangguan penglihatan mata responden
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya pendanaan yang akan diberikan oleh pihak Baitul Maal Wattamwil (BMT) bisa membantu pelaku usaha mikro kecil menengah untuk

Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Pangkalpinang, Oktober 2016.. penerimaan retribusi daerah dari tahun ketahun tidak

Oleh karena itu transkripsi musik sosoh tidak dapat dilepaskan dari situasi upacara atau konteks, tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman mengenai fenomena

Kozma dalam Gafur (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas

Kegiatan ini mendukung visi “Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional” dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan good corporate governance , penerapan sistem informasi dan kompetensi sumber daya manusia

So Ha is accepted and Ho is rejected, so there is positive and significant influence of the application of hidden words game on the students’ abilit y in mastering vocabularies

Penj ualan At as Bar ang Mew ah At as I m por Bar ang Kena Paj ak Yang Dibebaskan Dari Pungut an Bea Masuk Keput usan Ment eri Keuangan Nom or 563/ KMK.03/ 2003 t ent ang Penunj