GAMBARAN AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI
DAN GANGGUAN PENGLIHATAN LANSIA
DI KELURAHAN UJUNG PADANG
KOTA PADANGSIDIMPUAN
PROPOSAL
SKRIPSI
OLEH MELI FITRIA
121121049
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PRAKATA
Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya. Serta
salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad SAW
yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, menuntun kepada kebenaran dan
mengeluarkan mereka dari kegelapan cahaya menuju kejalannya. Sehingga saya
dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Gambaran Aktivitas Hidup
Sehari-hari dan Gangguan Pengliahatan Lansia di Kelurahan Ujung Padang, Kota
Padangsidimpuan”.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian
Proposal Penelitian ini, sebagai berikut:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.
2. Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M.Biomed, CWCCA selaku pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan
maupun saran serta dorongan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini.
3. Mula Tarigan, S.kp, Mkes selaku penguji I dan Ismayadi, S.kep,Ns,Mkes
selaku penguji II yang telah meluangkan waktu untuk member saran atas
skripsi ini.
4. Lurah Kelurahan Ujung Padang, yang telah memberikan informasi mengenai
5. Teristimewa kepada Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikan
kasih sayang yang tulus dan memberikan pengorbanan baik moril maupun
materil sampai saat ini, juga untuk kakak, adik dan abang ipar atas segala
doa, perhatian, dukungan yang luar biasa kepada saya dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
6. Teman-teman S1 Keperawatan Ekstensi angkatan 2012/2013 khususnya
sahabat saya Beby dan Opi yang telah memberikan motivasi, bantuan, dan
partisipasinya
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan
ilmu dan kemampuan peneliti.
Akhir kata kepada-Nya kita berserah diri semoga kelak Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua khususnya dibidang kesehatan.
Medan, Januari 2014
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI
PRAKATA ... i
DAFTAR ISI ... iii
ABSTRAK. ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Lanjut usia ... 7
2.1.1 Pengertian usia lanjut………… ... ... 7
2.1.2 Proses menua ... 7
2.1.3 Kasifikasi lansia.. ... 8
2.1.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia………….. ... 8
2.1.5 Perubahan umum fungsi pancaindera pada lansia……… ... 10
2.2 Gangguan penglihatan……….. ... 11
2.2.1 Pengertian gangguan penglihatan.. ... 11
2.2.2 Perubahan-perubahan secara fisiologis…… ... 12
2.2.3 Aspek klinik.. ... 13
2.2.4 Ketajaman penglihatan.. ... 14
2.2.5 pemeriksaan visus.... ... 15
2.3 Aktivitas Hidup Sehari-hari ... 19
2.3.1 Pengertian Aktivitas Hidup Sehari-hari. ... 19
2.3.2 Manfaat Aktivitas Hidup Sehar-hari. ... 20
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi AHS. ... 21
2.3.4 Indeks Barthel.. ... 25
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 28
3.2 Definisi Operasional ... 30
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1Jenis Penelitian ... 32
4.2 Populasi dan Sampel ... 32
4.3 Lokasi dan Waktu penelitian ... 33
4.4 Pertimbangan Etik ... 33
4.5 Instrumen Penelitian ... 34
4.6 Validitas Data ... 35
4.7 Pengumpulan Data ... 35
4.8 Analisa Data……… ... 36
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian. ... 37
5.2 Pembahasan. ... 40
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan. ... 44
6.2 Saran. ... 45
LAMPIRAN
1. Inform Consent
2. Instrumen Penelitian
3. Rencana Anggaran Penelitian
4. Jadwal Tentatif Penelitian
5. Riwayat Hidup
TABEL
Tabel 2.1 Indeks Barthel dalam pemenuhan kebutuhan Sehari-hari……….. 26
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian……… 29
Tabel 5.1.1 Tabel Data Demografi………... 38
Tabel 5.1.2 Tabel Gangguan Penglihatan………. 39
Tabel 5.1.3 Tabel Aktivitas Hidup Sehari-hari………. 40
Tabel 5.1.4 Tabel tingkat Ketergantungan AHS………. 41
GAMBAR
Gambar 2.1………. 17
Gambar 3.1………. 28
Judul : Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan
Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Lansia dengan gangguan penglihatan mengalami perubahan fisiologis dan aspek klinis. Perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan keterbatasan lansia dalam melaksanakan aktivitas hidup sehari-hari. Aktivitas hidup sehari-hari tersebut meliputi mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan rangsang buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet-masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana, membersihkan/ menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan mandi. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan di Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 46 orang dan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan September sampai dengan Desember dengan melakukan pemeriksaan visus ketajaman penglihatan dan menggunakan kuisioner yang terdiri dari kuisioner data demografi (KDD) dan kuisioner ADL Barthel. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan mayoritas lansia adalah wanita (65,2%), jenjang pendidikan sekolah dasar (71,7%), pekerjaan pegawai swasta/wiraswasta (45,7%), menggunakan alat bantu kacamata (65,2%). Lansia yang mengalami gangguan penglihatan tingkat low vision (56,5%). Tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari tergolong kategori ketergantungan ringan (87%). Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar meneliti tentang gambaran IADLs (Instrumental Activity Daily living) pada lansia yang mengalami gangguan penglihatan.
Title : Description of Elderly Activity Daily Living (ADL) and the impaired vision in Ujung Padang District Padangsidimpuan Researcher : Meli Fitria
Student No. : 121121049
Program : Bachelor of Nursing
Year : 2014
ABSTRACT
The impaired vision is a serious problem that usually suffered by the elderly. The elderly with this impaired vision get the physical changes and clinical aspects. The changes can limit the elderly in doing their activity daily living. Activity daily living itself usually including how to control defecation stimulation, to control the urinate stimulation, cleaning body (putting on the dentures, brushing teeth, combing hair, shaving, washing face), enter and out the rest room (put off, put on the pants, and clean, and turn on and turn off the faucet), eating, moving from bed to chair and vice versa, walking, clothing, stepping up and down the ladders and taking bath. This research is done to describe the ability of the elderly to do their activity daily living and the impaired vision in Ujung Padang District, Padangsidimpuan. The design of the research is descriptive with 46 persons as the samples and the technique of taking the data uses purposive sampling. The collecting data is hold in September until Desember by doing medical check up to check the sharpness of vision and using questionnaire that consist of the characteristics of the respondent that show most of the elderly woman (65,2%), Elementary school background (71,7%), entrepreneur (45,7%), using optic tool (65,2%). The elderly who suffer low vision (56, 5%). The elderly ability in doing their activity daily living is categorized as light dependent (87%). It is suggested for the next researcher to observe the description of IUADLs (Instrumental Activity Daily Living) for the elderly who suffer the impaired vision.
Judul : Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan
Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Lansia dengan gangguan penglihatan mengalami perubahan fisiologis dan aspek klinis. Perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan keterbatasan lansia dalam melaksanakan aktivitas hidup sehari-hari. Aktivitas hidup sehari-hari tersebut meliputi mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan rangsang buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet-masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana, membersihkan/ menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan mandi. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan di Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 46 orang dan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan September sampai dengan Desember dengan melakukan pemeriksaan visus ketajaman penglihatan dan menggunakan kuisioner yang terdiri dari kuisioner data demografi (KDD) dan kuisioner ADL Barthel. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan mayoritas lansia adalah wanita (65,2%), jenjang pendidikan sekolah dasar (71,7%), pekerjaan pegawai swasta/wiraswasta (45,7%), menggunakan alat bantu kacamata (65,2%). Lansia yang mengalami gangguan penglihatan tingkat low vision (56,5%). Tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari tergolong kategori ketergantungan ringan (87%). Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar meneliti tentang gambaran IADLs (Instrumental Activity Daily living) pada lansia yang mengalami gangguan penglihatan.
Title : Description of Elderly Activity Daily Living (ADL) and the impaired vision in Ujung Padang District Padangsidimpuan Researcher : Meli Fitria
Student No. : 121121049
Program : Bachelor of Nursing
Year : 2014
ABSTRACT
The impaired vision is a serious problem that usually suffered by the elderly. The elderly with this impaired vision get the physical changes and clinical aspects. The changes can limit the elderly in doing their activity daily living. Activity daily living itself usually including how to control defecation stimulation, to control the urinate stimulation, cleaning body (putting on the dentures, brushing teeth, combing hair, shaving, washing face), enter and out the rest room (put off, put on the pants, and clean, and turn on and turn off the faucet), eating, moving from bed to chair and vice versa, walking, clothing, stepping up and down the ladders and taking bath. This research is done to describe the ability of the elderly to do their activity daily living and the impaired vision in Ujung Padang District, Padangsidimpuan. The design of the research is descriptive with 46 persons as the samples and the technique of taking the data uses purposive sampling. The collecting data is hold in September until Desember by doing medical check up to check the sharpness of vision and using questionnaire that consist of the characteristics of the respondent that show most of the elderly woman (65,2%), Elementary school background (71,7%), entrepreneur (45,7%), using optic tool (65,2%). The elderly who suffer low vision (56, 5%). The elderly ability in doing their activity daily living is categorized as light dependent (87%). It is suggested for the next researcher to observe the description of IUADLs (Instrumental Activity Daily Living) for the elderly who suffer the impaired vision.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 2012 penduduk di 11 negara anggota WHO kawasan Asia
Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan
akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050. Pada Hari Kesehatan
Sedunia tanggal 7 April 2012, WHO mengajak negara-negara untuk menjadikan
penuaan sebagai prioritas penting mulai sekarang. Rata-rata usia harapan hidup di
Negara-negara kawasan Asia Tenggara adalah 70 tahun (WHO, 1973).
Umur Harapan Hidup (UHH) manusia Indonesia semakin meningkat
dimana pada RPJMN KemKes (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Kementerian Kesehatan) tahun 2010 UHH dari 70,6 diharapkan terjadi
peningkatan tahun pada 2014 menjadi 72 tahun yang akan menyebabkan
terjadinya perubahan struktur usia penduduk.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010,
jumlah lansia yang memperoleh pelayanan kesehatan sebanyak 380.730 orang
(49,68%) dari seluruh populasi lansia sebanyak 766.422 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu
ke waktu dan memberi dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga,
Menurut UU RI No. 4 tahun 1965 usia lanjut adalah mereka yang berusia
55 tahun keatas. Sedangkan menurut dokumen pelembagaan lanjut usia dalam
kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka
perencanangan Hari Lanjut Usia Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI,
batas usia lanut adalah 60 tahun atau lebih (Fatimah, 2010).
Menua bukan suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
Prosesnya mulai berlangsung sejak seorang mencapai usia dewasa, misalnya
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain
sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit (Azizah, 2011).
Secara umum perubahan fisik pada masa lanjut usia yaitu menurunnya
fungsi pancaindera, minat dan fungsi organ seks dan kemampuan motorik (Pieter
dan Lumongga, 2010). Pada Lansia ada penurunan yang konsisten dalam
kemampuan untuk melihat objek pada tingkat penerangan yang rendah serta
menurunnya sensitivitas terhadap warna. Lansia pada umumnya menderita
presbiopi atau tidak dapat melihat jarak jauh dengan jelas yang terjadi karena
elastisitas lensa mata berkurang (Maryam dkk, 2008).
Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai
lanjutnya usia, dengan berkurangnya penglihatan, para lanjut usia seringkali
kehilangan rasa percaya diri, berkurangnya keinginan untuk pergi keluar, untuk
lebih aktif atau bergerak kesana kemari, mereka akan kehilangan kemampuan
sosialisasi dari para lanjut usia, mengisolasi mereka di dunia luar yang pada
gilirannya akan menyebabkan depresi dengan berbagai akibatnya (Darmojo dan
Martono, 2006).
WHO mengatakan, sebanyak 284 juta orang mengalami kerusakan
penglihatan diantaranya 30 juta mengalami kebutaan dan 245 mengalami low
vision. Sebanyak 90% penderita kebutaan dan gangguan penglihatan hidup di
Negara-negara miskin dan terbelakang seperti di Asia dan Afrika. Dibandingkan
dengan angka kebutaan Negara-negara di Regional Asia Tenggara, angka
kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi yaitu 15%, Bangladesh 1%, India
0,7%, Thailand 0,3% (Depkes RI, 2005).
Kehilangan penglihatan menempati posisi urutan ketiga setelah arthritis
dan penyakit jantung sebagai kondisi-kondisi kronis yang umumnya
membutuhkan bantuan di dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penyebab
penurunan penglihatan bisa terjadi karena kongenital maupun acquired glaukoma
dan Age Related Macular Degeneratif (AMD) terjadi 45% pada penurunan
penglihatan retino diabetik merupakan penyebab paling sering setelah Age Related
Machular Deegeneratif (AMD) (Hazaria, 2009).
Pada bulan September-Oktober 2010 telah dilakukan penelitian oleh
Manurung (2011) di RSUP H Adam Malik Medan terkait pengukuran ketajaman
penglihatan dilakukan dengan menggunakan kartu Snellen pada pasien Diabetes
yang diukur ketajaman penglihatannya dikategorikan ke dalam penglihatan rendah
berdasarkan klasifikasi WHO (2010).
Indera penglihatan merupakan indikator penting bagi lansia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Ketidakmampuan dalam melakukan ADL dapat
diukur dengan menggunakan indeks Barthel. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Agung (2006) kuisioner ADL Barthel merupakan instrumen ukur yang andal dan
sahih serta dapat digunakan untuk mengukur status fungsional dasar usia lanjut
Indonesia. Indeks Barthel digunakan untuk mengukur status fungsional dasar
lansia, karena kemampuannya menilai ketidakmampuan fisik lansia.
Indeks ini mengkaji kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan rangsang buang air
kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur,
cuci muka), penggunaan toilet-masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana,
membersihkan/ menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur
ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan
mandi.
Dari hasil penelitian sebelumnya oleh Napitupulu (2010) tingkat
kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari tergolong kategori
tingkat ketergantungan sedang (56,2%). Hal ini dipengaruhi oleh jenis penyakit
yang diderita, penggunaan obat-obatan, penggunaan alat bantu, dan lama
menderita penyakit. menyebutkan aktivitas dengan persentasi tertinggi dari
aktivitas transfer (82,8%) sedangkan aktivitas terendah dari keseluruhan aktivitas,
yang dapat dilakukan lansia dengan mandiri adalah naik turun tangga (9,4%).
Dari data-data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Ujung Padang Kota
Padangsidimpuan terdapat jumlah lansia sebesar 153 orang sehingga peneliti
tertarik untuk meniti tentang gambaran gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan
gangguan penglihatan lansia.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan
penglihatan lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan
penglihatan lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang gambaran
aktivitas sehari-hari pada lansia dan gangguan penglihatan sehingga hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi lansia maupun
keluarga untuk lebih memperhatikan aktivitas hidup sehari-hari lansia
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan
Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di instansi
pendidikan tentang gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan
penglihatan lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.
1.4.3 Bagi Peneliti
Merupakan penerapan dari ilmu yang diperoleh selama proses
pembelajaran sehingga menanamkan pengetahuan peneliti dalam
melakukan penelitian.
1.4.4 Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan
perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usia Lanjut
2.1.1 Pengertian Usia Lanjut
Menurut UU RI No. 13 tahun 1998 usia lanjut adalah mereka yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas, sedangkan menurut dokumen
pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh
Departemen Sosial dalam rangka perencanangan Hari Lanjut Usia Nasional
tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI, batas usia lanjut adalah 60 tahun atau lebih
(Fatimah, 2010).
2.1.2 Proses Menua
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus-menerus,dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh,sehingga akan
mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Maryam dkk,
2008).
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti serta
mempertahankan struktur dan fungsi normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk
adanya infeksi (Mubarak, 2011).
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses sudah mulai berlangsung sejak
seorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan
pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi
sedikit (Azizah, 2011).
2.1.3 KlasifikasiLansia
Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah sebagai beikut:
1) Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun
2) Lansia (elderly) 60-74 tahun
3) Lansia tua (old) 75-90 tahun
4) Lansiasangattua (very old) di atas 90 tahun
2.1.4 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,
sosial, dan psikologis (Maryam dkk, 2008):
1) Perubahan Fisik
a. Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat lelah dan
stamina menurun.
b. Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut dalam
hidung dan telinga mulai menebal.
c. Perubahan muskuloskeletal cairan tulang menurun sehingga mudah
rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), kram, tremor, tendon
d. Perubahan pendengaran,membran timpani atrofi sehingga terjadi
gangguan pendengaran.
e. Perubahan penglihatan, respon terhadap sinar menurun, adaptasi
terhadap gelap menurun, adaptasi menurun, akomodasi menurun,
lapang pandang menurun, dan katarak.
f. Kulit yang mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
Permukaan kulit kasar dan bersisik karena proses keratinasi serta
perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis.
2) Perubahan Sosial
a. Perubahan peranpost power syndrome, single woman, dan single
parent
b. Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan akan
meninggal.
c. Kalau menjadi PNS akan ada tabungan(dana pensiun). Kalau tidak,
anak dan cucu yang akan memberi uang.
d. Terjadinya kepikunan yang mengganggu sosialisasi.
e. Emosi mudah berubah, sering marah-marah dan mudah tersinggung.
3) Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi,
kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian,
2.1.5 Perubahan Umum Fungsi Pancaindra pada Lansia
1) Sistem Penglihatan
Orang berusia lanjut pada umumnya menderita presbiop atau tidak
dapat melihat jarak jauh dengan jelas yang terjadi karena elastisitas
lensa mata berkurang.
2) Sistem Pendengaran
Orang berusia lanjut kehilangan kemampuan mendengar bunyi dengan
nada yang sangat tinggi sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan
saraf dan berakhirnya pertumbuhan sel organ basal yang mengakibatkan
matinya rumah siput di dalam telinga.
3) Sistem Perasa
Perubahan penting dalam alat perasa pada usia lanjut adalah sebagai
akibat dari berhentinya pertumbuhan tunas perasa yang terletak di lidah
dan di permukaan bagian dalam pipi.
4) Sistem Pencium
Daya penciuman menjadi kurang tajam sejalan dengan bertambahnya
usia, sebagian karena pertumbuhan sel di dalam hidung berhenti dan
sebagian lagi karena semakin lebatnya bulu rambut di lubang hidung.
5) Sistem Peraba
Kulit menjadi semakin kering dan keras, maka indera peraba di kulit
semakin peka dan sensitivitas terhadap sakit dapat terjadi akibat
2.2 Gangguan Penglihatan
2.2.1 Pengertian Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai
lanjutnya usia. Akibat dari masalah ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat,
para ahli, bahkan oleh para lanjut usia sendiri. Dengan berkurangnya penglihatan,
para lanjut usia seringkali kehilangan rasa percaya diri, berkurangnya keinginan
untuk pergi keluar, untuk lebih aktif atau bergerak kesana kemari. Mereka akan
kehilangan kemampuan untuk membaca atau melihat televisi. Semua itu akan
menurunkan aspek sosialisasi dari para lanjut usia, mengisolasi mereka di dunia
luar yang pada gilirannya akan menyebabkan depresi dengan berbagai akibatnya
(DarmojodanMartono, 2006).
Perubahan penglihatan merupakan bagian dari penyesuaian
berkesinambungan yang datang dalam kehidupan usia lanjut. Perubahan
penglihatan mempengaruhi pemenuhan AKS (aktivitas kehidupan sehari-hari).
Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses
penuaan termasuk penurunan kemampuan untuk melakukan akomodasi, konstriksi
pupil akibat penuaan, dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata (Stanley,
2007).
Perubahan penglihatan pada awalnya dimulai dengan terjadinya awitan
presbiopi, kehilangan kemampuan akomodatif. Perubahan kemampuan
akomodatif ini pada umumnya dimulai pada dekade keempat kehidupan, ketika
seseorang memiliki masalah dalam membaca huruf-huruf yang kecil (Stanley,
2.2.2 Menurut Darmojo dan Martono (2006), perubahan-perubahan gangguan
penglihatan secara fisiologis yaitu:
1) Perubahan Struktur Kelopak Mata
Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh
jaringan kelopak mata. Perubahan ini yang juga disebut dengan
perubahan involusional terjadi pada m.orbicularis, retractor palpebra
inferior, tarsus, tendokantus medial/lateral, aponeurosis levator papebra
dan kulit.
2) Perubahan Sistem Lakrimal
Pada usia lanjut seringkali dijumpai keluhan nrocos. Kegagalan fungsi
pompa pada sistem kanalis lakrimalis disebabkan oleh karena
kelemahan palpebra, eversi punctum atau malposisi palpebra sehingga
akan menimbulkan keluhan epifora.
3) Proses Penuaan pada Kornea
Dengan bertambahnya usia akan terjadi penurunan sensitivitas kornea
yang ditimbulkan oleh rangsangan mekanis. Bagian sentral kornea lebih
lama menurunnya dibanding dengan bagian lainnya.
4) Perubahan Muskulus Siliaris
Semakin bertambah usia seseorang maka serabut otot dan jaringan
ikatnya bertambah sehingga muskulus tersebut menjadi lebih tebal,
5) Perubahan Refraksi
Dengan bertambahnya usia hipermetrop laten menjadi lebih manifest
karena hilangnya cadangan akomodasi,namun bila terjadi sklerosis
nucleus pada lensa, hipermetrop menjadi berkurang atau terjadi
miopisasi karena proses kekeruhan di lensa dan lensa cenderung lebih
cembung (Darmojo & Martono, 2006).
6) Perubahan Fungsional
Proses degenerasi dialami oleh berbagai jaringan di dalam bola mata,
media refrakta menjadi kurang cemerlang dan sel-sel reseptor
berkurang, visus kurang tajam dibandingkan pada usia muda.
2.2.3 Aspek Klinik
1. Katarak
Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab
umumnya adalah kehilangan penglihatan yang bertahap. Katarak
umumnya mempengaruhi kedua mata, tetapi katarak di masing-masing
mata memburuk sendiri-sendiri. Katarak merupakan penyakit yang
paling banyak terjadi pada lansia (katarak senile) terutama orang diatas
Pengobatan katarak adalah dengan tindakan pembedahan, setelah
pembedahan lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau
lensa tanam intraocular (Ilyas, 2010).
2. Glaukoma
Glaukoma merupakan sekumpulan gangguan yang ditandai dengan
tingginya tekanan intraokuler yang merusaka saraf optikus dan tersering
dialami oleh lansia wanita yang berusia 40 sampai 65 tahun (Fatimah,
2010).
3) Presbiopi
Gangguan penglihatan yang terjadi karena kekakuan lensa. Menurut
penelitian lensa manusia mulai terjadi kekakuan pada usia 40 tahun
sehingga kemampuan akomodasi menurun. Sinar yang masuk kemata
tidak dibiaskan tepat diretina dan dibutuhkan lensa kaca mata yang
sesuai dengan usia (Tarwoto, Aryani, Wartonah 2009).
2.2.4 Ketajaman Penglihatan
Tidak semua orang mempunyai ketajaman penglihatan yang sama.
Ketajaman penglihatan ini dalam istilah kedokteran disebut visus. Ketajaman
penglihatan (visus) dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata.Visus
penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kacamata) tetapi
mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya
Menurut WHO Study Group on The Prevention of Blindness, kelainan
pada penglihatan dibagi atas tiga, yaitu :
1) Normal vision
2) Low Vision
3) Blindness
2.2.10 Pemeriksaan Visus menggunakan Kartu Snellen
1) Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada
jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat
pada jarak 6 meter.
2) Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan
angka 30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
3) Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada pada baris yang
menunjukkan angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
4) Bila tajam penglihatan adalah 6/60 bearti ia hanya dapat terlihat pada
jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada
jarak 60 meter.
5) Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen
maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang
normal pada jarak 60 meter.
6) Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang
Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai
1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
7) Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam
penglihatan pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal
dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter.
Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter,
berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.
8) Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan
tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai
tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada
jarak tidak terhingga.
9) Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka
2.2.10.1 Prosedur Pemeriksaan Mata dengan menggunakan Kartu Snellen
Menurut Depkes RI (2007) prosedur pemeriksaan sebagai berikut :
Tahap I. Pengamatan:
Pemeriksa memegang senter perhatikan:
1. Posisi bola mata: apakah ada juling
2. Konjungtiva: ada pterigium atau tidak
3. Kornea: ada parut atau tidak
4. Lensa: jernih atau keruh/ warna putih
Tahap II. Pemeriksaan Tajam Penglihatan Tanpa Pinhole:
1. Pemeriksaan dilakukan di pekarangan rumah (tempat yang cukup terang),
responden tidak boleh menentang sinar matahari.
2. Gantungkan kartu Snellen yang sejajar mata responden dengan jarak 6
meter (sesuai pedoman tali).
3. Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan.
4. Mata kiri responden ditutup dengan telapak tangannya tanpa menekan bola
mata.
5. Responden disuruh baca huruf dari kiri-ke kanan setiap baris kartu Snellen
atau dimulai baris teratas atau huruf yang paling besar sampai huruf
terkecil (baris yang tertera angka 20/20).
6. Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf kurang dari
setengah baris/ maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka di atasnya.
7. Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf setengah baris
Pemeriksaan Tajam Penglihatan dengan hitung jari:
1. Bila responden belum dapat melihat huruf terbesar dari kartu Snellen maka
mulai hitung pada jarak 3 meter (tulis 3/60).
2. Bila belum bisa terlihat maka maju 2 meter (tulis 2/60), bila belum terlihat
maju 1 meter (tulis 1/60). Bila belum juga terlihat maka lakukan
lambaikan tangan pada jarak 1 meter (tulis 1/300).
3. Lambaian tangan belum terlihat maka senter mata responden dan tanyakan
apakah responden dapat melihat sinar senter (tulis 1/-).
4. Bila tidak dapat melihat sinar disebut buta total (tulis 00/000).
2.3 Aktivitas Hidup Sehari-hari
2.3.1 Pengertian Aktivitas Hidup Sehari-hari
Aktivitas sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh
lanjut usia setiap hari. Aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha
keras. Aktifitas tersebut dapat berupa mandi, berpakaian, makan, atau melakukan
mobilisasi (Luekenotte, 2000). Seiring dengan proses penuaan maka terjadi
berbagai kemunduruan kemampuan dalam beraktifitas karena adanya kemunduran
kemampuan fisik, penglihatan dan pendengaran sehingga terkadang seorang lanjut
usia membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan berbagai
2.3.2 Manfaat Aktivitas Hidup Sehari-hari pada Lansia
Adapun manfaat aktivitas hidup sehari-hari pada lansia adalah:
a. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia. Terdapat
banyak faktor yang dapat membatasi dorongan dan kemauan
seksualpada lanjut usia khususnya pria. Sejumlah masalah organik
danjantung serta sistem peredaran darah, sistem kelenjar dan hormon
serta sistem saraf dapat menurunkan kapasitas dan gairah seks
(Bandiyah,2009).
b. Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan.
c. Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah patah.
d. Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau mengurangi
kecepatan penurunan kekuatan otot. Pembatasan atas linkup gerak sendi
banyak terjadi pada lanjut usia, yang sering terjadi akibat
keketatan/kekakuan otot dan tendon dibanding sebagai akibat
kontraktur sendi.
e. Self efficacy (keberdayagunaan mandiri) yaitu suatu istilah untuk
menggambarkan rasa percaya diri atas keamanan dalam melakukan
aktivitas. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang lanjut usia
mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas atau olah raga
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Hidup Sehari-hari
Kemp dan Mitchel (dalam Blackburn dan Dulmus, 2007) menyebutkan
bahwa aktivitas sehari-hari pada lansia dipengaruhi olehdepresi. Kemp dan
Mitchel juga menyebutkan kemampuan aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan
ketakutan, kemarahan, kecemasan, penolakan dan ketidakpastian (Potter, 2005).
a. Faktor-faktor dari dalam diri sendiri
1) Umur
Mobilitas dan aktivitas sehari-hari adalah hal yang paling vital bagi
kesehatan total lansia. Perubahan normal muskuloskelatal terkait
usia pada lansia termasuk penurunan tinggi badan, redistribusi massa
otot dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang, atrofi otot,
pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan dan kekakuan
sendi-sendi yang menyebabkan perubahan penampilan, kelemahan dan
lambatnya pergerakan yang menyertai penuaan (Stanly dan Beare,
2007).
2) Kesehatan Fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan
partisipasi dalam aktifitas sehari-hari, sebagai contoh sistem nervous
menggumpulkan dan menghantarkan, danmengelola informasi dari
lingkungan. Sistem muskuluskoletal mengkoordinasikan dengan
sistem nervous sehingga seseorang dapat merespon sensori yang
3) Fungsi Kognitif
Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional, termasuk
proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan
(Keliat,1995). Tingkat fungsi kognitif dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Fungsi
kognitif menunjukkan proses menerima, mengorganisasikan dan
menginterpestasikan sensor stimulus untuk berfikir dan
menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada
fungsi kognitif yang meliputiperhatian memori, dan kecerdasan.
Gangguan pada aspek-aspek dari fungsi kognitif dapat mengganggu
dalam berfikir logis dan menghambat kemandirian dalam
melaksanakan aktifitas sehari-hari.
4) Fungsi Psikologis
Fungsi psikologis menunjukkan kemampuan seseorang untuk
mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada
suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang komplek
antara perilaku interpersonal dan interpersonal. Kebutuhan
psikologis berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang.
Meskipun seseorang sudah terpenuhi kebutuhan materialnya, tetapi
bila kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi, maka dapat
mengakibatkan dirinya merasa tidak senang dengankehidupanya,
sehingga kebutuhan psikologi harus terpenuhi agar kehidupan
5) Tingkat Stres
Stres merupakan respon fisik non spesifik terhadap berbagai macam
kebutuhan. Faktor yang menyebabkan stres disebut stressor, dapat
timbul dari tubuh atau lingkungan dan dapat mengganggu
keseimbangan tubuh. Stres dibutuhkan dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Stres dapat mempunyai efek negatif atau positif pada
kemampuan seseorang memenuhi aktifitas sehari-hari (Miller, 1995).
b. Faktor-faktor dari luar meliputi :
1) Lingkungan Keluarga
Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling disukai
para lanjut usia. Lanjut usia merupakan kelompok lansia yang rentan
masalah, baik masalah ekonomi, sosial, budaya,kesehatan maupun
psikologis, oleh karenanya agar lansia tetap sehat, sejahtera dan
bermanfaat, perlu didukung oleh lingkungan yang konduktif seperti
keluarga. Budaya tiga generasi (orang tua, anak dan cucu) di
bawahsatu atap makin sulit dipertahankan, karena ukuran rumah
didaerah perkotaan yang sempit, sehigga kurang memungkinkan
para lanjut usia tinggal bersama anak (Hardywinoto, 2005).
Sifat dari perubahan sosial yang mengikuti kehilangan orang yang
dicintai tergantung pada jenis hubungan dan definisi peran sosial
dalam suatu hubungan keluarga. Selain rasa sakit psikologi
keterampilan dan peran baru untuk mengelola tugas hidup yangbaru,
dengan perubahan sosial ini terjadi pada saat penarikan, kurangnya
minat kegiatan, tindakan yang sangat sulit. Sosialisasi dan pola
interaksi juga berubah. Tetapi bagi orang lain yang memiliki
dukungan keluarga yang kuat dan mapan, pola interaksi independent
maka proses perasaan kehilangan atau kesepian akan terjadi lebih
cepat, sehingga seseorang tersebut lebih mudah untuk mengurangi
rasa kehilangan dan kesepian (Lueckenotte, 2000).
2) Lingkungan Tempat Kerja
Kerja sangat mempengaruhi keadaan diri dalam mereka bekerja,
karena setiaap kali seseorang bekerja maka ia memasuki situasi
lingkungan tempat yang ia kerjakan. Tempat yang nyaman akan
membawa seseorang mendorong untuk bekerja dengan senang dan
giat.
3) Ritme Biologi
Waktu ritme biologi dikenal sebagai irama biologi, yang
mempengaruhi fungsi hidup manusia. Irama biologi membantu
mahluk hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya. Misalnya
2.3.4. Indeks Barthel
Indeks barthel (modifikasi Collin C, Wade DT) adalah suatu alat/
instrument ukur status fungsional dasar berupa kuisioner yang berisi atas 10 butir
pertanyaan terdiri atas mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan
rangsang buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi,
sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet-masuk dan keluar WC
(melepas, memakai celana, membersihkan/ menyeka, menyiram), makan,
berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan,
berpakaian, naik-turun tangga dan mandi. Dengan skor antara 0 – 20. Skor 20 =
mandiri, skor 12 – 19 = ketergantungan ringan, skor 9 – 11 = ketergantungan
sedang, skor 5 – 8 = ketergantungan berat, skor 0 – 4 = ketergantungan total.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung (2006) kuisioner ADL Barthel
merupakan instrumen ukur yang andal dan sahih serta dapat digunakan untuk
mengukur status fungsional dasar usia lanjut Indonesia. Indeks Barthel digunakan
untuk mengukur status fungsional dasar lansia, karena kemampuannya menilai
Tabel 2.1 Indeks Barthel dalam pemenuhan kebutuhan Sehari-hari
No. Aktivitas Kemampuan Skor
1. Mengendalikan rangsang buang air besar (BAB)
Tidak terkendali/ tidak teratur Kadangkala tidak terkendali (1xseminggu)
Terkendali teratur
0 1
2 2. Mengendalikan rangsang
berkemih (BAK)
3. Membersihkan diri (muka, sisir rambut, sikat gigi, bercukur, cuci muka)
Membutuhkan bantuan orang lain
Mandiri
0
1 4. Penggunaan toilet Tergantung perlu pertolongan
orang lain
Perlu bantuan pada beberapa aktivitas
Perlu dibantu memotong makanan
Mandiri
0 1
2 6. Berpindah posisi dari
tempat tidur ke kursi dan sebaliknya
Tidak mampu
Perlu bantuan dua orang Perlu bantuan satu orang Mandiri
0 1 2 3 7. Mobilitas/ berjalan Tidak mampu
Mobilitas dengan kursi roda Berjalan dengan bantuan satu orang
8. Berpakaian Tergantung orang lain
Sebagian dibantu orang lain Mandiri
0 1 2 9. Naik turun tangga Tidak mampu
Perlu pertolongan orang lain Mandiri Skor Total (0–20)
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran
aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan lansia. Untuk menilai
kemampuan aktivitas sehari-hari dapat digunakan indeks Barthel.
Indeks Barthel mengkaji kemampuan lansia dalam melaksanakan aktivitas
sehari-hari meliputi mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan
rangsang buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi,
sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet (masuk dan keluar WC
(melepas, memakai celana, membersihkan/ menyeka, menyiram), makan,
berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan,
berpakaian, naik-turun tangga dan mandi.
Kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dikategorikan
ke dalam lima kategori yaitu, ketergantungan total dengan skor 0-4,
ketergantungan berat dengan skor 5-8, ketergantungan sedang dengan skor 9-11,
Adapun kerangka konseptual untuk penelitian gambaran kemampuan
aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan lansia adalah:
Lansia
3. Membersihkan diri 4. Penggunaan toilet 5. Makan
6. Berpindah 7. Berjalan 8. Berpakaian 9. Naik turun tangga 10. Mandi
Aktivitas Hidup Sehari-hari
1. Ketergantungan total 2. Ketergantungan berat 3. Ketergantungan sedang 4. Ketergantungan ringan 5. Mandiri
Gambar 3.1 :Kerangka Penelitian gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari
3.2 Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi AlatUkur HasilUkur Skala
1. Gangguan
- Snellen chart
bila lansia
masih dapat
melihat huruf
2. Aktivitas
dimiliki oleh lansia
dalam melakukan
aktivitas hidup
Sehari-hari
meliputi
mengendalikan
rangsang buang air
besar,
mengendalikan
rangsang buang air
Tabel. 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian palsu, sikat gigi,
sisir rambut,
bercukur, cuci
muka), penggunaan
toilet (masuk dan
keluar WC
(melepas, memakai
celana,
membersihkan/
menyeka,
menyiram), makan,
berpindah posisi
dari tempat tidur ke
kursi dan
sebaliknya,
mobilitas/ berjalan,
berpakaian,
naik-turun tangga dan
mandi.
20=
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa peneitian deskriptif merupakan suatau
metode penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran tentang suatu kedaan
secara objektif. penelitian ini bertujuan melihat gambaran aktivitas hidup
sehari-hari dengan gangguan penglihatan pada lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota
Padangsidimpuan.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2005).Populasi dari penelitian ini adalah lansia yang berdomisili di
Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan sebanyak 153 orang.
4.2.2 Sampel
Adapun kriteria sampel dalam jenis penelitian ini adalah:
1) Lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas
2) Bersedia menjadi responden penelitian
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan pada rumusan
Arikunto, yaitu jika jumlah subjek lebih dari 100 orang maka jumlah sampel dapat
diambil 25-30% dari jumlah subjek (Arikunto, 2005). Dalam penelitian ini
diambil sampel sebesar 30% dari populasi yaitu sebesar 153 orang, maka jumlah
sampel yang diambil adalah 46 orang.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan.
Lokasi ini dipilih karena peniliti berdomisili di wilayah ini sehingga memudahkan
dalam pengambilan responden penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan
September-Desember 2013.
4.4 Pertimbangan Etik
Penelitian ini akan dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari
Fakultas Keperawatan dan izin dari Kelurahan Ujung Padang Kota
Padangsidimpuan. Setelah diberi ijin selanjutnya peneliti memberikan penjelasan
kepada responden tentang maksud, tujuan, manfaat dan efek serta prosedur
penelitian. Tindakan selanjutnya peneliti memberikan penjelasan tentang cara
pengisian instrumen dan apabila bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk
menandatangani surat persetujuan. Responden berhak untuk menolak terlibat
dalam penelitan ini, atau menarik kesediaannya pada proses pengumpulan data.
Selama pengambilan data tidak ada efek yang merugikan terhadap para
lansia yang menjadi responden. Penelitian tidak menimbulkan sakit secara fisik
dan tekanan psikologi pada responden yang akan diteliti. Kerahasiaan responden,
akan dijaga oleh peneliti dengan tidak mencantumkan nama lengkap, tetapi hanya
mencantumkan inisial nama responden atau memberi kode pada masing-masing
lembar pengumpulan data. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti
dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
Penelitian dilakukan setelah mendapatkan surat izin komisi etik
keperawatan USU.
4.5 Instrumen Penelitian
Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa observasi dan
kuesioner untuk memperoleh informasi dengan berpedoman pada konsep dan
tinjauan pustaka. Instrumen penelitian ini terdiri dari dua bagian.
Bagian pertama kuesioner data demografi (KDD). Kuisioner terdiri dari 4
pertanyaan yang meliputi jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan
sebelumnya , dan alat bantu penglihatan yang digunakan.
Tahap observasi merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan
pemeriksaan secara langsung untuk mengidentifikasi ganguan penglihatan dengan
Normal vision dengan 6/6 - 6/21 (jarak meter) atau 20/20-20/70 (jarak feet), low
vision dengan 6/24 - 6/60 (jarak meter) atau 20/80 - 20/200 (jarak feet), blindness
Kuesioner aktivitas sehari-hari (KAS) meliputi kemampuan transfer
(tidur-duduk), mobilisasi dengan mempergunakan kursi roda atau tidak, penggunaan
toilet seperti pergi ke atau dari toilet, melepas atau mengenakan celana, menyeka
dan menyiram, membersihkan diri, mengontrol BAB, mengontrol BAK, mandi,
berpakaian, makan dan naik turun tangga. Kuesioner aktivitas kehidupan
sehari-hari diukur dengan menggunakan indeks barthel yaitu, ketergantungan total
dengan skor 0-4, ketergantungan berat dengan skor 5-8, ketergantungan sedang
dengan skor 9-11, ketergantungan ringan dengan skor 12-19, mandiri dengan skor
20. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari 10 butir yang merupakan pertanyaan
terstruktur yaitu menjawab sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan.
4.6 Validitas Penelitian
Kuesioner ini diadopsi langsung dari indeks barthel dengan
menerjemahkan indeks barthel ke dalam bahasa Indonesia. Kuesioner ini telah
diuji validitas oleh Agung (2006) dengan Coefficient Alpha Cronbach 0,938.
4.7 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dan
wawancara terstuktur berupa kuesioner yang dapat menggambarkan kemampuan
aktivitas sehari-hari pada lansia. Peneliti mengumpulkan data dengan menemui
responden dari rumah ke rumah. Pengumpulan data akan dilaksanakan mulai
September-Desember 2013. Setelah menemukan calon responden pertama-tama
peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur, manfaat
penelitian, dan cara pengisian kuisioner. Kemudian Peneliti meminta kesediaan
Concent. Setelah mendapatkan persetujuan responden pengumpulan data dimulai.
Sebelum mengisi kuisioner peneliti melakukan pemeriksaan visus mata terlebih
dahulu di pekarangan rumah (tempat yang cukup terang). Dalam pengumpulan
data ini observasi dilakukan dengan pengukuran visus mata menggunakan Snellen
Chart pada jarak 6 meter apabila lansia masih dapat melihat huruf. Dengan uji
hitung jari pada jarak 3 meter bila lansia tidak dapat mengenal huruf terbesar dan
uji lambaian tangan dengan jarak 1 meter. Apabila lambaian tangan belum
terlihat maka senter mata responden dan tanyakan apakah responden dapat
melihat sinar senter.
Lalu pengisian kuesioner dilakukan dengan cara peneliti membaca
kuesioner dan responden menjawab pertanyaan. Jawaban yang diberikan oleh
responden juga disesuaikan peneliti dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat pengisian kuesioner berlangsung.
4.8 Analisa Data
Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui
beberapa tahap. Pertama editing yaitu mengecek nama, kelengkapan identitas dan
data responden serta mamastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai
petunjuk. Kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu untuk
mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa data. Ketiga tabulating
yaitu membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode sesuai
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan
data yang dilakukan selama bulan September sampai bulan Desember 2013.
Penyajian hasil data dalam penelitian ini akan meliputi data demografi, gambaran
aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan lansia di Kelurahan Ujung
Padang Kota Padangsidimpuan.
Tabel 5.1.1 menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik usia, sebagian
besar responden 60-74 tahun yaitu 40 orang atau 87.0%, dan sisanya berumur
75-90 tahun 6 orang atau 13%. Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa responden
laki-laki lebih sedikit yaitu 16 orang atau 34,8% dan perempuan lebih banyak
yaitu 30 orang atau 65,2%%. Tingkat pendidikan menunjukkan bahwa sebagian
besar responden berpendidikan SD yaitu 33 orang atau 71,7% dan sebagian kecil
berpendidikan SMA yaitu 1 orang atau 2.2%. Sedangkan jenis pekerjaan, sebagian
besar responden adalah pegawai swasta/wiraswasta yaitu 21 orang atau 45,7% dan
yang paling sedikit adalah PNS yaitu 3 orang atau 6,5%. Penggunaan alat bantu
sebagian besar responden menggunakan alat bantu yaitu 30 orang atau 65,2% dan
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Responden
di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan (n=46)
Data Demografi Frekuensi (n) Persentase (%)
1.Usia 45-59 60-74 75-90 Diatas 90 2.Jenis Kelamin Laki-laki
Perguruan Tinggi 4.Pekerjaan Tidak bekerja PNS
Pegawai swasta/Wiraswasta Buruh
Lain-lain
5.Penggunaan Alat Bantu Ya
Tabel 5.1.2 menunjukkan bahwa gangguan penglihatan mata responden
dengan low vision ada 26 orang atau 56,5% dan responden dengan gangguan
blindness yaitu 20 orang atau 43,5%.
Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gangguan Penglihatan
Lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan
(n=46)
Frekuensi (n) Persentase (%)
Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden berdasarkan
Aktivitas Hidup Sehari-hari di Kelurahan Ujung Padang
Kota Padangsidimpuan (n=46)
Pertanyaan Frekuensi (n) Persentase (%)
Mengendalikan rangsang buang air besar (BAB) a. Tidak terkendali/ tidak teratur
b. Kadangkala tidak terkendali c. Terkendali teratur
Mengendalikan rangsang berkemih (BAK) a.Tidakterkendali/menggunakan kateter b.Kadangkala tidak berkemih
c.Terkendali teratur
Membersihkan diri (muka, sisir rambut, sikat gigi, bercukur, cuci muka)
a.Membutuhkan bantuan orang lain b. Mandiri
Penggunaan toilet
a.Tergantung perlu pertolongan orang lain b. Perlu bantuan pada beberapa aktivitas c. Mandiri
Makan a. Tidak mampu
b.Perlu dibantu memotong makanan c. Mandiri
Berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya
a.Tidak mampu
b.Perlu bantuan dua orang c.Perlu bantuan satu orang d.Mandiri
Mobilitas/ berjalan a.Tidak mampu
b.Mobilitas dengan kursi roda c.Berjalan dengan bantuan satu orang d.Mandiri
Berpakaian
a.Tergantung orang lain b.Sebagian dibantu orang lain c.Mandiri
Naik turun tangga a.Tidak mampu
Tabel 5.1.3 menunjukkan bahwa 63% lansia masih dapat mengendalikan
kemampuan buang air besar (BAB) secara teratur terkendali, 97,8% lansia mampu
mengendalikan rangsangan berkemih (BAK), 97,8% mampu membersihkan diri
secara mandiri, 97,8% lansia mandiri dalam penggunaan toilet, 100% lansia
mampu makan secara mandiri, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi maupun
sebaliknya, berjalan, dan berpakaian, 43,5% lansia mampu mandiri naik turun
tangga, dan 97,8% lansia mandi secara mandiri.
Tabel 5.1.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
ketergantungan ringan yaitu 40 orang atau 87% dan responden yang mandiri
hanya 6 orang atau 13%.
Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Aktivitas Hidup
Sehari-hari di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan
Frekuensi (n) Persentase (%)
Ketergantungan Ringan 40 87
Mandiri 6 13
Jumlah 46 100
5.2 Pembahasan
Hasil penelitian, peneliti membahas tentang aktivitas sehari-hari dan
gangguan penglihatan lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.
Berdasarkan data demografi yang diperoleh dalam penelitian ini
berdasarkan kategori usia sebagian besar responden berumur 60-74 tahun yaitu
harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup
penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lansia terus meningkat. Proses
penuaan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, yaitu sosial, ekonomi dan
kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ akan semakin
menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Kantor
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan pada tahun
2010 penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta % dan UHH sekitar
67,4 tahun (Dinkes Sumut, 2011).
Penelitian ini dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden berjenis
kelamin perempuan yaitu 65,2%. Hal ini sesuai berdasarkan data Survei Sosial
Ekonomi nasional 2099 Badan Pusat Statistik, jumlah lansia wanita sebanyak 10,4
juta jiwa sedangkan laki-laki 8,8 juta jiwa. Smith (2000) juga berpendapat bahwa
setengah dari lansia adalah wanita sendiri atau janda.
Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden berpendidikan SD
yaitu sebesar 71,7%. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari sesuai
dengan pernyataan William dan Wilkins (2001) dalam Napitupulu (2010) yang
menyatakan bahwan faktor-faktor yang secara konsisten dilaporkan terkait dengan
peningkatan kecacatan fungsional adalah usia tua, jenis kelamin perempuan,
tingkat pendidikan rendah, kurang olahraga, penyakit kronis dan gangguan
kognisi.
Berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden adalah pegawai
hasil penelitian Yeniar (2009) bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara
jenis aktivitas, religiositas, tingkat kemandirian, dan tingkat pendidikan dengan
kepuasan hidup orang lanjut usia
Hasil penelitian juga diperoleh bahwa 65,2% responden menggunakan alat
bantu berupa kacamata dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan alat bantu
untuk memenuhi aktivitasnya sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mckenzie (2013) yang menyatakan bahwa lansia memiliki tingkat penggunaan
yang lebih tinggi dalam hal penggunaan alat bantu, perlengkapan dan persiapan
medis. Penggunaan alat bantu ini dapat meminimalkan ketergantungan lansia
terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Hasil observasi peneliti terkait dengan gangguan penglihatan lebih dari
setengah responden mengalami low vision yaitu sebesar 56,5% dan sebagian besar
adalah lansia wanita. Hal ini sesuai dengan penitian Lusianawaty (2006) bahwa
katarak memiliki hubungan yang positif terhadap umur dan jenis kelamin, katarak
pada wanita 1,8 kali lebih tinggi daripada laki-laki. Kebutaan dan gangguan
penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat, dimana penyakit katarak
merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia dengan persentase 0,78%.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan Rinajumita (2011) yaitu
adanya hubungan antara kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, kehidupan
beragama dan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia.
Hasil penelitian didapatkan bahwa 63% lansia masih dapat mengendalikan
mengendalikan rangsangan berkemih (BAK), 97,8% mampu membersihkan diri
secara mandiri, 97,8% lansia mandiri dalam penggunaan toilet, 100% lansia
mampu makan secara mandiri, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi maupun
sebaliknya, mobilitas, dan berpakaian, 43,5% lansia mampu mandiri naik turun
tangga, dan 97,8% lansia mandi secara mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa
lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan gangguan penglihatan
memeliki keterbatasan atau mengalami penurunan dalam melakukan aktivitas
hidup sehari-hari.
Kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari di
Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan ini tergolong kategori
ketergantungan ringan yaitu sekitar 87%. Salah satu faktor yang mempengaruhi
yaitu berkurangnya kemampuan lansia dalam hal penglihatan sekitar 56,5%
sehingga menimbulkan sedikit gangguan dalam melakukan aktivitas hidup
sehari-hari .Berdasarkan hasil penelitian penggunaan alat bantu berupa kacamata
yaitu sekitar 65,2% dapat membantu lansia dalam melakukan aktivitas hidup
sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nugroho (2008) bahwa faktor yang
mempengaruhi tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas kehidupan
sehari-hari seperti usia, imobilitas, dan mudah jatuh. Hasil penelitian Napitupulu
(2010) yaitu tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari
tergolong tingkat ketergantungan sedang (56,2%). Hal ini mungkin dipengaruhi
oleh jenis penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan, penggunaan alat
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan
saran mengenai aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan pada lansia
di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa mayoritas lansia
adalah wanita (65,2%), mayoritas responden memiliki pendidikan SD (71,1%),
sebagian besar pekerjaan lansia yaitu pegawai swasta/wiraswasta (45,7%), dan
responden yang menggunakan alat bantu (65,2%).
Gambaran gangguan penglihatan pada lansia dari hasil pemeriksaan visus
mata terdapat lebih dari setengah responden low vision (56,5%) dan sebagian
besar adalah lansia wanita. Gambaran aktivitas hidup sehari-hari lansia tergolong
dalam kategori ketergantungan ringan (87%). Aktivitas dengan persentase
tertinggi adalah aktivitas makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi
maupun sebaliknya, mobilitas, berpakaian (100%), sedangkan aktivitas terendah
dari keseluruhan aktivitas mengendalikan kemampuan buang air besar (BAB)
6.1. Saran
6.1.1. Tempat Penelitian
Agar tetap memperhatikan status kesehatan lansia di sehingga lansia tetap
bisa sehat dan mandiri dalam melakukanaktivitas hidup sehari-hari.
6.1.2. Bidang Pendidikan
Untuk dapat meningkatkan asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan
kepada para lansia. Sehingga informasi yang diberikan dapat menambah
pengetahuan serta wawasan lansia dalam mempertahankan kesehatannya.
6.1.3. Bagi penelitian selanjutnya
Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar meneliti tentang gambaran
IADLs (Instrumental Activity Daily living) pada lansia yang mengalami
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I (2006). Uji keandalan dan kesahihan indeks activity of daily living
Barthel untuk mengukur status fungsional dasar pada usia lanjut di
RSCM. Diambil tanggal 31 Mei 2013 dari
http://www.eprints.lib.ui.ac.id
Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Azizah, L. (2011).Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha ilmu
Darmojo, R. B dan H.H Hartono. (2006). Geriatric (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut)
Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Depkes RI. (2007). Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan. Diambil tanggal 26
Mei 2013 dari http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id
Dinkes Sumut. (2011). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2010. Diambil
tanggal 17 Mei 2013 dari http://www.depkes.go.id
Ediwati, E. (2012).Gambaran Tingkat Kemandirian dan Resiko Jatuh pada lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta
Timur. Diambil tanggal 7 Mei 2013 dari http://www.lontar.ui.ac.id
Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia. Jakarta: Trans Info Media
Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika
Hazaria. (2009). Low vision. Diambil tanggal 7 Mei 2013 dari
http://www.repository.usu.ac.id
Ilyas, S. (2011). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1473/Menkes/Sk/x/2005 diambil tanggal 8 Mei 2013 dari
Luekenotte, A. G. (1997). Pengkajian Gerontologi. Second.Edisi ke-2. Jakarta:
EGC
Lusianawaty et al. (2006). Katarak Pada Petani dan Keluarganya di Kecamatan
Teluk Jambe Barat. Diambil tanggal 11 Januari 2014 dari
http://ejournal.litbang.depkes.go.id
Manurung, A. M . (2010). Gambaran Ketajaman Penglihatan Pasien Diabetes
Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan. Diambil tanggal 25 Mei 2013
dari http://www.repository.usu.ac.id
Martika, A. (2012).Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemampuan Aktivitas
Dasar Lansia di Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan. Diambil
tanggal 20 Mei 2013 dari http://www.digilib.unimus.ac.id
Maryam, S et al. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika
Mckenzie, James F et al. (2007). Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Mubarak. Chayatin. Santoso.(2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Napitulu. Desyi, P. (2010). Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari pada
Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Gedung Johor
Kecamatan Medan Johor Medan. Diambil tanggal 7 Mei 2013
darihttp://www.repository.usu.ac.id
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC
Pieter, H. Z. dan Lumongga N. (2012). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan.
Jakarta: Kencana
Smith, Claudi M. dan Frances A. Maurer. (2000). Communitu Health Nursing
Theory and Practice Second Edition. United States: Saunders
Stanley, M. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC
Suhartini, R. (2005). Tingkat Kemandirian Lansia. Diambil tanggal 9 Mei 2013
dari http://www.damandiri.or.id
Tamher, S dan Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
UU RI NO 13. (1998). Kesejahteraan Lanjut Usia. Diambil tanggal 23 Juni 2013
dari http://www.dpr.go.id
World Health Organization. (1973). The Prevention of Blindness. Diambil tanggal
25 Mei 2013 dari http://www.whqlibdoc.who.int
Yeniar, I. (2009). Kepuasan Hidup Orang Lanjut Usia dalam Hubungannya
dengan Jenis aktivitas, Jenis Kelamin, Religiositas, Status Perkawinan,
Tingkat Kemandirian, Tingkat Pendidikan dan Daerah Tempat Tinggal.