• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

Data CAR, BOPO, FDR danTingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah Periode 2011 – 2014

(2)

LAMPIRAN 2

Hasil Statistik Deskriptif dari CAR, BOPO, FDR, TBHDM Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Capital Adequacy Ratio(X1) 32 11.10 61.98 20.5422 11.87626 BiayaOperasionalatasPendap

atanOperasional(X2)

32 47.70 99.25 84.9350 11.53827

Financing to Deposit Ratio(X3)

32 78.60 162.97 92.9047 14.67534

Tingkat

BagiHasilDepositoMudharaba h(Y)

32 4.67 8.17 5.9209 .89797

(3)

LAMPIRAN 3

Hasil Uji Asumsi Klasik

a. UjiNormalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 32

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .78146584 Most Extreme Differences Absolute .126

Positive .126

Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .713

Asymp. Sig. (2-tailed) .689

(4)

b. UjiMultikolinearitas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Capital Aduaquacy Ratio(X1) .681 1.468

BiayaOperasionalterhadapPenghasilanOperasional(X2) .934 1.070

Financing to Deposit Ratio(X3) .674 1.483

(5)

d. UjiAutokorelasi

Model Durbin-Watson

(6)

LAMPIRAN 4

a. Predictors: (Constant), Financing to Deposit Ratio(X3), Capital Adequacy Ratio(X1), BiayaOperasionalterhadapPenghasilanOperasional(X2)

b. Dependent Variable: Tingkat BagiHasilDepositoMudharabah(Y)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.066 3 2.022 2.990 .048a

Residual 18.931 28 .676

Total 24.997 31

a. Predictors: (Constant), Financing to Deposit Ratio(X3), Capital Adequacy Ratio(X1), BiayaOperasionalterhadapPenghasilanOperasional(X2)

b. Dependent Variable: Tingkat BagiHasilDepositoMudharabah(Y)

b. Uji F

a. Predictors: (Constant), Financing to Deposit Ratio(X3), Capital Adequacy Ratio(X1), BiayaOperasionalterhadapPenghasilanOperasional(X2)

(7)
(8)

LAMPIRAN 5

Tabel Distribusi

Tingkat Signifikansi df1 df2 F Tabel

0.05 3 23 3.027998

0.05 3 24 3.008787

0.05 3 25 2.991241

0.05 3 26 2.975154

0.05 3 27 2.960351

0.05 3 28 2.946685

0.05 3 29 2.93403

0.05 3 30 2.922277

0.05 3 31 2.911334

0.05 3 32 2.90112

0.05 3 33 2.891564

0.05 3 34 2.882604

0.05 3 35 2.874187

0.05 3 36 2.866266

0.05 3 37 2.858796

0.05 3 38 2.851741

0.05 3 39 2.845068

0.05 3 40 2.838745

0.05 3 41 2.832747

0.05 3 42 2.827049

0.05 3 43 2.821628

(9)

LAMPIRAN 6

Tabel Distribusi

DerajatBebas Tingkat Signifikansi T Tabel

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Rizky. 2011. “Pengaruh CAR, FDR, dan NPF terhadap Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Perbankan Syariah”, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Pustaka Rihama, Yogyakarta.

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001.Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta.

Arifin, Zainul. 2006.Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah,Alvabet, Jakarta.

Ascarya. 2006. Akad & Produk Bank Syariah, Rajawali Pers, Jakarta.

Azmy, M. Showwam. 2008. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005-2008”, UINSunan Kalijaga.Yogyakarta.

Buletin Ekonomika dan Bisnis. 2007. Laboratorium Ekonomika dan Bisnis Islam (LEBI),Edisi IV, FEB UGM, Yogjakarta.

Cahyadin, Malik dan Akhmad Akbar Susamto. 2008. “Praktik Ekonomi Islami Di Indonesia Dan Implikasinya Terhadap Perekonomian”, Jurnal Ekonomi Syariah MUAMALAH Volume 5.

Dajan , Anto. 2002. Pengantar Metode Statistik, Jilid 1, Penerbit LP3ES Kampus Salemba,Jakarta.

Diaw, Abdou dan Abdoulaye Mbow. 2011. “A Comparative Study of the Return On Mudharabah Deposit and On Equity in Islamic Banks, Managerial Finance Vol. 34 No. 10pp 695-707.

Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia. 2012.Outlook Perbankan

Syariah

(11)

Gozali, Imam. 2007. “Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPL terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri, Skripsi FE UII, Yogjakarta.

Hamid, Abdul. 2007.Pedoman Penulisan FEIS, UIN PERS, Jakarta.

Hasibuan, Malayu. 2006.Dasar- Dasar Perbankan, Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). 2005.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 105, Jakarta.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta.

Irhamsyah, Anwar. 2010.“Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Financing To Deposit Ratio (FDR), Terhadap Return On Equity (ROE)”,Skrip Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Isna, Andryani K dan Kunti Sunaryo. 2012. “Analisis Pengaruh Return On Asset, BOPO dan SukuBunga terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada BankUmum Syariah”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 11, Nomor 01.

Juwariyah, Siti. 2008. “Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Efisiensi terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan dan Deposito Mudharabah Muthlaqah Studi Bank Muamalat Indonesia”, Skripsi UIN SunanKalijaga, Yogyakarta.

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2004. Manajemen Perbankan, BPFE, Yogyakarta.

K.H. Ma’ruf Amin. 2007.Prospek Cerah Perbankan Islam, LEKAS, Jakarta.

(12)

Nainggolan, Marnov P. P.. 2009. “Analisis Pengaruh LDR, NIM, dan BOPO terhadap ROA Bank Umum Indonesia”, Skripsi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Nasrah, Mawardi. 2008. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Muthlaqah (Studi Kasus: Unit Usaha Syariah Bank X)”, Jurnal Eksis Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami Vol. 4 No. 1 Januari-Maret 2008/Muharram-Rabiul Awal 1429 H.

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Rachmad, Muhammad Fazlur. 2009.“Faktor Yang Mempengaruhi Profitablitas UUS PT. Bank X Menggunakan Rasio Keuangan”, Tesis Program Pasca Sarjana UI, Jakarta.

Rizqiana, Rizqa. 2010. “Pengaruh Bagi Hasil terhadap Jumlah Dana Deposito Syariah Mudharabah Yang Ada di Bank Syariah Mandiri”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Rodoni, Ahmad. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, CSES Press, Jakarta.

Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Penerbit Andi, Yogjakarta.

Sekaran, Umar. 2000. Metode Penelitian Untuk Bisnis, Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Sudarsono, Heri. 2004.Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi danIlustrasi, Ekonisia, Yogyakarta.

Sukirno, Sadono. 2006.Teori Ekonomi Makro, LPFE UI, Jakarta.

Suryani. 2011. Analisis Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR) Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia, Vol 19, No 1, Hal:25.

Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1. Perihal Perbankan.

(13)

Wati, Erna. 2010. “Analisis BOPO, NIM, GWM, LDR, PPAP, dan NPL terhadap ROE”, Tesis Universitas Diponegoro, Semarang.

(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Teknik

dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data tentang perusahaan yang

menjadi sampel penelitian melalui fasilitas internet, dengan mengakses situs-situs resmi

perusahaan, laporan keuangan tahunan yang terdapat pada situs Bank Indonesia selama

tahun 2011-2014, serta informasi dari media massa lainnya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul dan dipublikasikan

kepada masyarakat pengguna data (Erlina, 2008). Data sekunder yang digunakan berupa

laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan melalui situs perusahaan maupun

melalui situs resmi Bank Indonesia pada tahun 2011 sampai 2014. Data yang diperoleh

melalui media internet dengan mengakses situs Bank Indonesia

mengakses situs masing-masing bank yang akan diteliti. Bank Indonesia dipilih sebagai

tempat penelitian karena pada Bank Indonesia terdapat laporan keuangan yang lengkap

dan mudah untuk memperolehnya.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah kelompok yang menjadi perhatian peneliti untuk diteliti (Sekaran,

2000). Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum syariah di Indonesia pada

(15)

dengan metode purposive sampling, yaitu metode sampling dengan membatasi

pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Bertujuan untuk mendapatkan sampel

yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Adapun kriteria

perusahaan yang menjadi sampel antara lain :

1. Bank Umum Syariah yang masih beroperasi pada periode tahun 2011-2014.

2. Bank Umum Syariah yang menyajikan laporan keuangan tahunan pada periode

tahun 2011-2014.

3. Melampirkan laporan keuangan tahunan pada situs Bank Indonesia.

4. Laporan keuangan Bank Umum Syariah tersebut harus memiliki kelengkapan data

yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.1

Daftar Populasi Pada Bank Umum Syariah

No. NAMA PERUSAHAAN

Kriteria

SAMPEL

1 2 3 4

1. PT Bank BNI Syariah √ √ √ √ Sampel 1

2. PT Bank Mega Syariah √ √ √ √ Sampel 2

3. PT Bank Muamalat Indonesia √ √ √ √ Sampel 3

4. PT Bank Syariah Mandiri √ √ √ √ Sampel 4

5. PT Bank BCA Syariah √ √ √ √ Sampel 5

6. PT Bank BRI Syariah √ √ √ √ Sampel 6

7. PT Bank Jabar Banten Syariah

√ X √ X

(16)

No. NAMA PERUSAHAAN

Kriteria

SAMPEL

1 2 3 4

9. PT Bank Syariah Bukopin √ √ √ √ Sampel 8

10. PT Bank Victoria Syariah √ X √ X

11. PT Bank Maybank Syariah √ X √ X

Dari tabel 3.1 diatas dapat dilihat ada 11 bank umum syariah yang merupakan

populasi dari penelitian penulis dan hanya 8 bank umum syariah yang dapat menjadi

sampel berdasarkan kriteria penelitian ini.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel berisi tentang variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.3.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel

independen. Di dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah Tingkat Bagi

Hasil Deposito Mudharabah.

3.3.1.1 Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

Bagi hasil adalah bentuk return (perolehan kembalian) dari kontrak

(17)

operasional bank syariah secara keseluruhan. Secara syariah prinsipnya

berdasarkan kaidah almudharabah. Nisbah bagi hasil merupakan nisbah di

mana para nasabah mendapatkan hak atas laba yang disisihkan kepada

deposito mereka karena deposito masing-masing dipergunakan oleh bank

dengan menguntungkan. Bagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah

nisbah bagi hasil, yaitu proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank umum

syariah (Isna dan Sunaryo, 2012). Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

dirumuskan sebagai berikut:

TBHDM = BBH

SRRH×

Setahun (365)

Hari (30) × 100%

Keterangan:

BBH = Bonus dan Bagi Hasil

SRRH = Saldo Rata-Rata Harian

3.3.2 Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang akan

membantu menjelaskan dan variabel yang berpengaruh terhadap variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Capital Aduquacy

Ratio, Biaya Operasional atas Pendapatan Operasional, dan Financing to Deposit

Ratio.

(18)

Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka

pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian. Semakin

tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk

menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang beresiko

(Amelia, 2011). Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan Bank Indonesia 8%)

maka berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang

menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup

besar bagi profitabilitas (Kuncoro dan Suhardjono (2002) dalam Gozali

(2007). CAR diukur dengan membandingkan modal dengan Aktiva

Tertimbang Menurut Resiko.

CAR =(Modal Inti + Modal Pelengkap)

ATMR × 100%

3.3.2.2 Biaya Operasional atas Pendapatan Operasional

BOPO merupakan rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini

digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

mengendalikan biaya operasional atas pendapatan operasional. Biaya

operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka

menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga

kerja, biaya pemasaran, dan biaya operasi lainnya). Rasio biaya operasional

digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bak dalam

melakukan kegiatan operasi. Pendapatan operasional merupakan pendapatan

(19)

dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya (Isna dan Sunaryo,

2012). BOPO dirumuskan sebagai berikut:

BOPO = Biaya Operasional

Pendapatan Operasional× 100%

3.3.2.3 Financing to Deposit Ratio

FDR adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh

bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Standar

yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio FDR adalah 80% hingga 110%

(Amelia, 2011). FDR dirumuskan sebagai berikut:

FDR = Pembiayaan

Total Dana Pihak Ketiga× 100%

Secara lebih ringkas berikut ini disajikan tabel definisi operasional

dan skala pengukuran variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini :

Tabel 3.2

Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran Variabel

(20)

No Variabel Definisi Rumus Skala

(Modal Inti + Modal Pelengkap)

ATMR × 100%

Total Dana Pihak Ketiga× 100%

(21)

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17. Sumber data yang

digunakan adalah data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan perusahaan selama

periode 2011- 2014. Data penelitian didapatkan dari situs resmi Bank Indonesia.

3.4.1 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan analisis data yang dilakukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul tanpa membuat

kesimpulan secara umum (Sugiyono, 2008).

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu data yang dilihat

dari mean, median, deviasi standar, nilai minimum, dan nilai maksimum.

Pengujian dengan statistik deskriptif ini dilakukan untuk mempermudah

memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Uji ini berguna untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam

regresi menunjukkan hubungan yang disignifikan dan representatif maka model

yang digunakan tersebut harus memenuhi uji asumsi klasik regresi. Uji asumsi

(22)

3.4.2.1 Uji Normalitas

Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu akan

dilakukan pengujian normalitas data. Uji normalitas data bertujuan untuk

mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam

penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model

penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Data yang diteliti

harus diketahui terlebih dahulu apakah terdistribusi normal atau tidak

normal. Fungsi pengujian suatu data dikategorikan sebagai distribusi normal

atau tidak adalah sebagai alat untuk membuat kesimpulan populasi

berdasarkan data sampel. Pengujian normalitas ini akan dapat menentukan

alat uji selanjutnya yang digunakan dalam penelitian. Untuk mendeteksi data

terdistribusi secara normal pada penelitian ini digunakan uji statistik

kolmogorov-smirnov test for one sampel. Dengan uji ini dapat diketahui

apakah nilai sampel yang teramati sesuai dengan distribusi tertentu. Kriteria

yang dapat digunakan adalah dengan pengujian dua arah (two-tailed test)

yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas yang diperoleh dengan taraf

signifikansi yang sudah ditentukan. Nilai probabilitas yang ditentukan

sebesar 0,05. Apabila nilai probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi

normal dan jika nilai p < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal (Ghozali,

2006). Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P

(23)

3.4.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah pada model

regeresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Gozali,

2005). Model regeresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

variabel independen, karena jika hal tersebut terjadi maka varaiabel-variabel

tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Untuk melakukan pengujian

apakah terdapat multikolinearitas atau tidak, dapat diketahui dengan

menggunakan nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF).

Ada atau tidak adanya multikolinearitas dalam model persamaan yang

terbentuk dengan di uji menggunakan indikator Varians Inflation Factor

(VIF).Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolinearitas adalah nilai tolerance > 0.1 atau sama dengan VIF < 10.

3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain (Gozali, 2006). Cara yang digunakan untuk

mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini,

dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen)

yaitu ZPRED dengan residualnya yaitu SRESID. Deteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara melihat ada tidaknya pola

tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y

(24)

sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis yang digunakan

untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :

Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.4.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) Ghozali (2005).

Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data time series dengan n

sampel periode waktu. Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam

penelitian ini digunakan statistik d dari Durbin-Watson (DW test) dimana

angka-angka yang diperlukan dalam metode tersebut adalah dL (angka yang

diperoleh dari table DW batas bawah), dU (angka yang diperoleh dari tabel

DW batas atas), 4- dL dan 4-dU. Jika nilainya mendekati 2 maka tidak

terjadi autokorelasi, sebaliknya jika mendekati 0 atau 4 terjadi autokorelasi

(+/-).

3.5 Analisis Regresi Berganda

(25)

dengan persamaan sebagai berikut:

TBHDM = a + b1CAR + b2 BOPO + b3 FDR + e

Keterangan:

TBHDM = Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

CAR = Capital Aduaquacy Ratio

BOPO = Biaya Operasional terhadap Penghasilan Operasional

FDR = Financing to Deposit Ratio

a = Konstanta

b1-b3 = Koefisien

e = Standar error

3.6 Pengujian Hipotesis

3.6.1 Uji Signifikansi Simultan (F test)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen yang mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2011). Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel

independen secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan

dengan mengukur nilai probabilitas siginifikansi. Jika nilai probabilitas

signifikansi ≤ 0.05 maka hipotesis tidak dapat ditolak. Ini berarti secara bersama

-sama variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel

dependen. Sebaliknya jika nilai probabilitas signifikansi ≥ 0.05 maka hipotesis

(26)

pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.6.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen

secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali,

2011). Pengujian dilakukan dengan mengukur nilai probabilitas siginifikansi. Jika

nilai probabilitas signifikansi ≤ 0.05 maka hipotesis tidak dapat ditolak. Ini berarti

secara individual variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap

variabel dependen. Sebaliknya jika nilai probabilitas signifikansi ≥ 0.05 maka

hipotesis ditolak. Ini berarti secara individual variabel independen tidak

mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.6.3 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2011).

Nilai Koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel bebas (CAR, BOPO, FDR) dalam menjelaskan

variasi variabel terikat (Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah) amat terbatas.

Begitu pula sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel terikat.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bisa

terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan kedalam model. Setiap

(27)

variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Oleh

karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R²

pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti R², nilai

Adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan

kedalam model.

BAB IV

(28)

4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar

deviasi, dari variabel capital adequcy ratio (CAR), biaya operasional atas pendapatan

operasional (BOPO), financing to deposite ratio (FDR), dan tingkat bagi hasil deposito

mudharabah (TBHDM). Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran

sampel sebagai berikut.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif dari CAR, BOPO, FDR, TBHDM Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Capital Aduaquacy Ratio(X1) 32 11.10 61.98 20.5422 11.87626 Biaya Operasional terhadap

Penghasilan Operasional(X2)

32 47.70 99.25 84.9350 11.53827

Financing to Deposit Ratio(X3)

32 78.60 162.97 92.9047 14.67534

Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah(Y)

32 4.67 8.17 5.9209 .89797

Valid N (listwise) 32

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui nilai CAR minimum adalah 11,10, dan

maksimum 61,98. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari CAR adalah 20,5422 dan

11,87626. Diketahui nilai BOPO minimum adalah 47,70, dan maksimum 99,25.

(29)

Diketahui nilai FDR minimum adalah 78,60, dan maksimum 162,97. Sementara

rata-rata dan standar deviasi dari FDR adalah 92,9047 dan 14,67534. Diketahui nilai

TBHDM minimum adalah 4,67, dan maksimum 8,17. Sementara rata-rata dan standar

deviasi dari TBHDM adalah 5,9209 dan 0,89797.

4.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.1 Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan

uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan �= 0,05. Dasar

pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas �, dengan ketentuan

sebagai berikut :

Jika nilai probabilitas � 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi.

Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.

Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.2, diketahui nilai probabilitas atau

Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,689. Karena nilai probabilitas , yakni 0,689,

lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi

normalitas terpenuhi.

Tabel 4.2 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 32

(30)

Std. Deviation .78146584 Most Extreme Differences Absolute .126

Positive .126

Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .713

Asymp. Sig. (2-tailed) .689

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

4.2.2 Uji Multikolinearitas

Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat

dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi

suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2011).

Tabel 4.3

Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.3, nilai VIF dari variabel CAR (1)

adalah 1,468, nilai VIF dari variabel BOPO (�2) adalah 1,070, dan nilai VIF dari

variabel FDR (�3) adalah 1,483.Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar

(31)

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada

tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID pada sumbu Y, dan

ZPRED pada sumbu X. (Field, 2009:230, Ghozali, 2011:139). Field (2009:248,

Ghozali, 2011:139) menyatakan dasar analisis adalah jika ada pola tertentu, seperti

titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,

kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka

0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar 4.1, tidak terdapat pola yang begitu

jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka

tidak terjadi heteroskedastisitas.

(32)

4.2.4 Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2011) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah

terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas

dari autokorelasi. Asumsi mengenai independensi terhadap residual

(non-autokorelasi) dapat diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Gio,

2015:61-62, Field, 2009:220). Nilai statistik dari uji Durbin-Watson berkisar di antara 0

dan 4. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang lebih kecil dari 1 atau lebih

besar dari 3 diindikasi terjadi autokorelasi.

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi

Model Durbin-Watson

1 2.111

Berdasarkan Tabel 4.4, nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 2,111.

Perhatikan bahwa karena nilai statistik Durbin-Watson terletak di antara 1 dan 3,

maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi

autokorelasi. Pengambilan keputusan apakah terjadi autokorelasi atau tidak juga

dapat dibandingkan dengan nilai kritis Durbin-Watson. Diketahui jumlah variabel

bebas sebanyak 4, dan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 48, maka � =

1,6505 dan 4− � = 2,3495. Karena

�� < 2,111 < 4− ��

(33)

maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi gejala

autokorelasi yang tinggi pada residual.

4.3 Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (�2) merupakan suatu nilai (nilai proporsi) yang mengukur

seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam persamaan

regresi, dalam menerangkan variasi variabel tak bebas (Supranto, 2005, Gujarati, 2003).

Tabel 4.5 Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .493a .243 .162 .82227 2.111

a. Predictors: (Constant), Financing to Deposit Ratio(X3), Capital Adequacy Ratio(X1), Biaya

Operasional terhadap Penghasilan Operasional(X2)

b. Dependent Variable: Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah(Y)

Berdasarkan Tabel 4.5, nilai koefisien determinasi �2 terletak pada kolom

R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar �2 = 0,243. Nilai tersebut berarti

seluruh variabel bebas secara simultan mempengaruhi variabel TBHDM sebesar 24,3%,

sisanya sebesar 75,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

(34)

Uji � bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau

simultan terhadap variabel tak bebas.

Tabel 4.6

Uji Pengaruh Simultan dengan Uji ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.066 3 2.022 2.990 .048a

Residual 18.931 28 .676

Total 24.997 31

a. Predictors: (Constant), Financing to Deposit Ratio(X3), Capital Adequacy Ratio(X1), Biaya Operasional terhadap Penghasilan Operasional(X2)

b. Dependent Variable: Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah(Y)

Diketahui nilai F tabel adalah 2,946 (nilai F tabel tersaji di lampiran). Berdasarkan

Tabel 4.6, diketahui nilai F hitung adalah 2,990. Perhatikan bahwa karena nilai F hitung

(2,990) F tabel (2,946), maka disimpulkan bahwa pengaruh simultan dari seluruh

variabel bebas signifikan secara statistika terhadap TBHDM. Hasilnya dapat diringkas

pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8.

Tabel 4.7

Uji Pengaruh Simultan dengan Pendekatan Nilai F

Variabel Nilai F Hitung

Nilai T Tabel (Tersaji di Lampiran)

Interpretasi

CAR, BOPO, dan FDR

2,990 2,946 Pengaruh faktor CAR, BOPO, dan FDR, secara simultan signifikan terhadap TBHDM (F

Hitung > F Tabel)

Tabel 4.8

Uji Pengaruh Simultan dengan Pendekatan Nilai Sig

(35)

CAR, BOPO, dan FDR

0,048 �= 0,05

Pengaruh faktor CAR, BOPO, dan FDR, secara simultan signifikan terhadap TBHDM

(Sig < 0,05)

4.5 Analisis Regresi Linear Berganda dan Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)

Tabel 4.9 menyajikan nilai koefisien regresi, serta nilai statistik t untuk pengujian

pengaruh secara parsial.

Tabel 4.9

Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji ) Coefficientsa

(36)

Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh persamaan regresi linear sebagai berikut

berikut.

Y = 1,511 + 0,013X1 + 0,037X2 + 0,011X3 + e

Berdasarkan Tabel 4.9, disajikan kembali nilai koefisien regresi untuk masing-masing

variabel bebas, besertas interpretasinya (Tabel 4.10).

Tabel 4.10

Koefisien Regresi Beserta Interpretasinya

Variabel Koefisien Regresi dan Interpretasi

CAR

0,013 berarti CAR memiliki pengaruh positif terhadap TBHDM. CAR yang semakin tinggi

cenderung meningkatkan TBHDM.

BOPO

0,037 berarti BOPO memiliki pengaruh positif terhadap TBHDM. BOPO yang semakin tinggi

cenderung menurunkan TBHDM.

FDR

0,011 berarti FDR memiliki pengaruh positif terhadap TBHDM. FDR yang semakin tinggi

cenderung meningkatkan TBHDM.

Tabel 4.11

Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai T

Variabel Nilai T Hitung

Nilai T Tabel (Tersaji di Lampiran)

Interpretasi

CAR 0,847 2,048

Pengaruh parsial CAR tidak signifikan terhadap TBHDM

(T Hitung < T Tabel)

BOPO 2,761 2,048

Pengaruh parsial BOPO signifikan terhadap TBHDM (T Hitung > T

Tabel)

FDR 0,915 2,048

Pengaruh parsial FDR tidak signifikan terhadap TBHDM

(37)

−������/������ +������/������

Gambar 4.2

Aturan Pengambilan Keputusan terhadap Hipotesis berdasarkan Uji

Tabel 4.12

Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai Probabilitas (Sig.) Variabel Nilai Sig. Tingkat Signifikansi Interpretasi

(38)

Berdasarkan Tabel 4.9 hingga Tabel 4.12, diketahui variabel faktor CAR

berpengaruh positif terhadap TBHDM. Dengan kata lain, CAR yang semakin

meningkat, cenderung akan meningkatkan TBHDM. Diketahui CAR memiliki

pengaruh positif yang tidak terlalu kuat/tidak signifikan terhadap THBDM.

4.5.2 Pengujian Pengaruh BOPO (�) terhadap TBHDM (�)

Berdasarkan Tabel 4.9 hingga Tabel 4.12, diketahui variabel BOPO

berpengaruh signifikan terhadap TBHDM. Dengan kata lain, BOPO yang semakin

tinggi, cenderung akan menurunkan TBHDM. BOPO yang semakin

meningkat,maka ini berarti perusahaan tidak efisien daslam mengelola biaya

operasionalnya sehingga cenderung akan menurunkan TBHDM.

4.5.3 Pengujian Pengaruh FDR (�) terhadap TBHDM (�)

Berdasarkan Tabel 4.9 hingga Tabel 4.12, diketahui variabel FDR

berpengaruh positif terhadap TBHDM. Dengan kata lain, FDR yang semakin

tinggi cenderung akan meningkatkan TBHDM. Diketahui variabel FDR memiliki

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

:

1. Setelah dilakukan uji F terhadap 3 (tiga) variabel independen terhadap variabel

dependen dengan besaran tingkat signifikan 24,3%, maka CAR, BOPO,dan FDR secara

simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat

Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

2. Dari pengujian secara parsial dengan menggunakn uji t dengan tingkat signifikan

sebesar 24,3%, maka dapat disimpulkan bahwa hanya variable independen BOPO saja

yang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah, sedangkan variable independen CAR dan FDR tidak berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank

Umum Syariah.

3. Dari persamaan regresi yang telah didapatkan maka dapat disimpulkan :

-

Nilai a (konstanta) adalah sebesar 1,511 hal ini menyatakan bahwa jika nilai

CAR, BOPO dan FDR bernilai nol, maka Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah nasabah sebesar 1,511.

-

CAR memiliki koefisien positif sebesar 0,013. Peningkatan CAR sebesar satu

satuan, maka akan menyebabkan peningkatan Tingkat Bagi Hasil Deposito

(40)

CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah.

-

BOPO adalah variabel yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah.

Peningkatan BOPO sebesar satu satuan akan menyebabkan penurunan Tingkat

Bagi Hasil Deposito Mudharabah sebesar 0,037. Berdasarkan hasil dari

pengujian yang dilakukan tersebut menunjukkan semakin tinggi nilai BOPO,

maka semakin tidak efisien perusahaan dalam mengelola biaya operasionalnya

sehingga akan berpengaruh terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

yang akan mengalami penurunan.

-

FDR memiliki koefisien positif sebesar 0,011. Peningkatan FDR sebesar satu

satuan, maka akan menyebabkan peningkatan Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah sebesar 0,011. Sama dengan variabel CAR, berdasarkan hasil uji t

variabel FDR tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini penulis dapat menyarankan bahwa :

1. Bagi peneliti berikutnya disarankan menambah variabel lain pengukuran kinerja

keuangan seperti Return of Asset (ROA), Return of Equity (ROE) , Non Performing

Financing (NPF) yang berkaitan erat secara teori terhadap Tingkat Bagi Hasil

Deposito Mudharabah.

(41)

bagi hasil dalam deposito mudharabah, bank dapat memperhatikan faktor – faktor

yang mempengaruhi peningkatan return bagi hasil seperti berdasarkan hasil

penelitian ini factor BOPO.

3. Nasabah deposan perlu mengetahui tingkat bagi hasil beserta faktor- faktor yang

mempengaruhinya sebelum menginvestasikan dana pada bank syariah.

4. Dalam penelitian ini, hanya mengambil 8 (delapan) sampel bank syariah dengan

periode data tahun 2011-2014. Diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat

menggunakan sampel yang lebih banyak dan periode pengambilan data yang lebih

(42)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1Pengertian Bank

Pengetian Bank berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 Bank adalah badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

2.1.2Perbankan Syariah

UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan, bank syariah adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Prinsip syariah

menurut Pasal 1 Ayat (12) Undang – undang No 21 Tahun 2008 tentang Prinsip

Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa

yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan

fatwa di bidang syariah.

Perbankan adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank

dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau

kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah berdasarkan prinsip

penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan keuntungan

(43)

tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas

barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan

hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menghimpun dana, pembiayaan

usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Perbankan yang berdasarkan prinsip

syariah lahir sebagai alternatif sistem perbankan guna memenuhi harapan yang

menginginkan sistem keuangan syariah, yaitu bank yang menerapkan prinsip bagi

hasil yang bebas dari riba (bunga).

Sejak UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mulai berlaku, bank

syariah dan lembaga keuangan non bank secara kuantitatif tumbuh dengan pesat.

Bank syariah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk terbinanya kebersamaan

dalam menanggung resiko usaha dan berbagi hasil usaha antara pemilik dana

(shahibul mal) yang menyimpan uangnya dilembaga, lembaga selaku pengelolah

dana (mudharib) dan masyarakat yang membutuhkan dana yang bersifat peminjam

dana atau pengelolah usaha.

Menyimpan uang dibank syariah termasuk kategori investasi. Besar kecilnya

return tergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan oleh

bank sebagai pengelolah dana (Wiroso, 2005). Oleh karena itu, bank syariah tidak

hanya sekedar menyalurkan uang, bank syariah harus terus-menerus berusaha

meningkatkan return on investmentnya yang berupa tingkat bagi hasil, sehingga

lebih menarik dan lebih memberikan kepercayaan bagi pemilik dana (Iman

(44)

yang dapat memberikan return dan pelayanan lebih baik (Herman Kertajaya,

2003).

Sudah saatnya return dan bagi hasil dapat memberikan suatu daya saing

terhadap sistem bunga konvesional mengingat saat ini tingkat suku bunga masih

merupakan penentu utama dalam pengambilan keputusan bisnis.

2.1.3 Tingkat Bagi Hasil

Bagi hasil adalah sistem pembagian hasil usaha dimana pemilik modal

bekerja sama dengan pelaksana modal untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila

kegiatan usaha menghasilkan keuntungan maka dibagi berdua dan ketika

mengalami kerugian ditanggung bersama pula. Sistem bagi hasil menjamin adanya

keadilan dan tidak ada pihak yang tereksploitasi (Ascarya, 2006). Menurut

Antonio (2001) sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya

perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam

usaha tersebut dijanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di

dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syariah

merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan

syariah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih

dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil

antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi

dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur

paksaan.

(45)

mengenai pinjam meminjam dengan sistem bunga (riba), ternyata dalam sistem riba

ini terdapat potensi terjadinya perselisihan dan kezaliman antara kedua belah pihak.

Walaupun di awal sudah ada kesepakatan bersama antara kedua belah pihak mengenai

adanya riba atau bunga dalam transaksi pinjam meminjam, tetapi dalam pelaksanaan

perjanjian tersebut sangat besar potensi timbulnya rasa keberatan, perselisihan dan

kezaliman antara kedua belah pihak. Salah satu contohnya adalah ketika si peminjam

mengalami kesulitan ekonomi karena usahanya sedang merugi, maka disaat dia sudah

kesulitan untuk membayar kewajiban angsuran hutangnya, dia juga harus membayar

tambahan bunga yang tentunya akan semakin memberatkannya (Rizqiana, 2010).

Selain itu apabila ditinjau dari segi kemanusiaan, dimana manusia merupakan

mahkluk sosial yang harus saling tolong menolong, maka sistem pinjam meminjam

dengan menggunakan bunga ini tidak mencerminkan sikap saling tolong menolong

antara sesama manusia. Dimana si pemberi pinjaman seperti orang yang hanya

menikmati keringat dari hasil kerja keras orang lain (peminjam). Sebab dengan hanya

memberikan pinjaman uang, si pemberi pinjaman akan menerima tambahan

(riba/bunga) setiap bulannya. Bahkan tanpa peduli apakah usaha kerja keras dari

peminjam tersebut memperoleh keuntungan atau malah merugi, sang pemberi

pinjaman tetap harus menerima angsuran hutang ditambah dengan bunganya setiap

bulan. Hal diatas apabila disadari dan dirasakan langsung oleh peminjam, maka ada

kemungkinan dia akan merasa kecil hati dan merasa dizalimi.

2.1.4Prinsip Mudharabah

Dalam PSAK No. 105 tentang Akuntansi Mudharabah, dijelaskan bahwa

mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak

(46)

(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi

diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya

ditanggung oleh pengelola dana. Sedangkan menurut Antonio (2001),

mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak

pertama menyediakan modal 100% modal, sedangkan pihak lainnya menjadi

pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan

yang dituangkan dalam kontrak. Sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik

modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelolah seandainya kerugian

tersebut akibat kecurangan atau kelalaian pengelola, maka pengelola harus

bertanggungjawab atas kerugian tersebut.

Sudarsono (2004) mengatakan bahwa mudharabah berasal dari kata

adhdharbu fi asdhi, yaitu bepergian untuk urusan dagang. Secara teknis

mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama

(shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi

pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan

yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik

modal, selama kerugian itu akibat si pengelola maka si pengelola harus

bertanggungjawab atas kerugian tersebut.

Menurut PSAK No. 105 tentang Akuntansi Mudharabah, mudharabah

diklasifikasikan menjadi tiga jenis, antara lain :

a. Mudharabah Muthlaqah (Mudharabah Bebas)

(47)

memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan

investasinya. Jenis mudharabah ini tidak ditentukan masa berlakunya, di

daerah mana usaha tersebut akan dilakukan, tidak ditentukan line of trade, line

of industry, atau line of service yang akan dikerjakan. Namun kebebasan ini

bukan kebebasan yang tak terbatas sama sekali. Modal yang ditanamkan tetap

tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang dilarang

oleh islam seperti untuk keperluan spekulasi, perdagangan miras, peternak

babi, atau pun yang berkaitan dengan riba dan lain sebagainya.

Dalam mudharabah muthlaqah, pengelola dana memiliki kewenangan untuk

melakukan apa saja dalam pelaksanaan bisnis bagi keberhasilan tujuan

mudharabah itu. Namun, apabila ternyata pengelola dana melakukan kelalaian

atau kecurangan, maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas

konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya. Sedangkan apabila terjadi

kerugian atas usaha itu, yang bukan karena kelalaian dan kecurangan

pengelola dana maka kerugian itu akan ditanggung oleh pemilik dana.

b. Mudharabah Muqayyadah (Mudharabah Terbatas)

Mudharabah muqayyadah merupakan mudharabah dimana pemilik dana

memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara,

dan/atau objek investasi atau sektor usaha. Misalnya, tidak mencampurkan

dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana lainnya, tidak

menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan tanpa penjamin

(48)

melalui pihak ketiga.

c. Mudharabah Musytarakah

Mudharabah musytarakah merupakan mudharabah dimana pengelola dana

menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Di awal kerja

sama, akad yang disepakati adalah akad mudharabah dengan modal 100% dari

pemilik dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu

dan kesepakatan dengan pemilik dana, pengelola dana ikut

menanamkanmodalnya dalam usaha tersebut.

2.1.5Capital Aduquacy Ratio

Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan

usaha bisnis dan menampung resiko kerugian. Semakin tinggi CAR maka semakin

kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva

produktif yang beresiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan Bank Indonesia

8%) maka berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang

menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi

profitabilitas (Kuncoro dan Suhardjono (2002) dalam Gozali (2007). CAR diukur

dengan membandingkan modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

(ATMR).

Dalam menelaah CAR bank syariah terlebih dahulu harus dipertimbangkan

(49)

a. Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan atau kewajiban (wadiah atau qard

dan sejenisnya).

b. Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Profit and Loss Sharing

Investment Account) yaitu mudharabah.

2.1.6Biaya Operasional atas Pendapatan Operasional

Rasio BOPO menurut kamus keuangan adalah rasio yang mengukur efisiensi

dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu

terhadap lainnya. Menurut Gozali (2007), rasio biaya operasional merupakan

perbandingan biaya operasional atas pendapatan operasional. Biaya operasional

merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas

usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan

biaya operasi lainnya). Pendapatan operasinal bank merupakan pendapatan utama

bank, yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk

kredit dan pendapatan operasi.

Rasio BOPO bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional

dalam menutup biaya operasional. Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin

efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan, dengan

adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.

Bank Indonesia menetapkan rasio BOPO baik apabila dibawah 90 %. Apabila

rasio BOPO melebihi 90 % atau mendekati 100 % maka bank dapat dikategorikan

(50)

Rasio BOPO merupakan upaya bank untuk memimalkan resiko operasional

yang merupakan ketidakpastian mengenai kegitan usaha bank. Resiko operasional

berasal dari kegiatan operasional bila terjadi penurunan keuntungan yang

dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan kemungkinan terjadinya

kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang ditawarkan.

2.1.7Financing to Deposit Ratio

Pada umunya konsep yang sama ditunjukkan pada bank syariah dalam

mengukur likuiditas yaitu dengan menggunakan FDR. FDR digunakan untuk

mengukur sejauh mana dana pinjaman yang bersumber dari Dana Pihak Ketiga

disalurkan untuk pembiayaan. Menurut Suryani (2011) Financing to Deposit Ratio

adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan Dana

Pihak Ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Dengan kata lain, seberapa jauh

pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk

segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang

telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Tinggi rendahnya FDR

menunjukkan tingkat likuiditas suatu bank, sehingga semakin tinggi tingkat FDR

suatu bank, berarti digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibandingkan

bank yang mempunyai rasio DPK kecil.

Peningkatan FDR dapat berarti penyaluran dana ke pembiayaan semakin

besar, sehingga laba akan meningkat. Peningkatan laba tersebut mengakibatkan

kinerja bank semakin tinggi. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa

(51)

Apabila FDR suatu bank berada di atas atau di bawah 85%-110%, maka bank

dalam hal ini dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak

intermediasi (perantara) dengan baik. Oleh karena itu pihak manajemen harus

dapat mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat untuk kemudian disalurkan

kembali dalam bentuk pembiayaan yang nantinya dapat menambah pendapatan

bank baik dalam bentuk bonus maupun bagi hasil, yang berarti profit bank syariah

juga akan meningkat.

Dalam dunia perbankan dibutuhkan suatu keseimbangan antara dana yang

dihimpun dengan dana yang disalurkan sehingga tidak terjadi dana yang

menganggur (idle fund) dan dana yang digunakan harus produktif. Manajemen

likuiditas merupakan hal yang penting dalam operasional bank karena sebagian

besar dana yang dikelola bank bersumber dari pihak ketiga atau masyarakat yang

dititipkan dalam bentuk rekening giro, tabungan, deposito, dan simpanan lain yang

harus dibayar pada saat jatuh tempo. Selain itu, bank juga harus dapat

menggunakan dana tersebut dengan mengalokasikannya dalam berbagai bentuk

investasi untuk memperoleh laba guna membayar biaya dana tersebut dan biaya

operasional lainnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh tingkat bagi hasil terhadap deposito mudharabah

sudah banyak dilakukan sebelumnya. Isna dan Sunaryo (2012) melakukan penelitian

tentang pengaruh ROA, BOPO, dan suku bunga terhadap tingkat bagi hasil deposito

(52)

menunjukkan bahwa secara simultan ROA, BOPO dan suku bunga berpengaruh

terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Secara parsial hanya suku bunga yang

berpengaruh positif dan signifikan terhadap deposito mudharabah. ROA dan BOPO

tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.

Amelia (2011) meneliti hubungan antara CAR, FDR, dan NPF terhadap return

bagi hasil Deposito Mudharabah. dengan menggunakan multiple regressions. Hasil

penelitian menunjukan secara simultan dan parsial CAR, FDR dan NPF berpengaruh

signifikan terhadap return bagi hasil deposito mudharabah.

Azmy (2008) meneliti hubungan antara FDR, CAR, NPF, Inflasi, dan suku bunga

terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hasil penelitian yang diukur dengan

menggunakan multiple regressions menunjukkan bahwa secara simultan, FDR, CAR,

NPF, Inflasi dan Suku bunga berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil

deposito mudharabah. Secara parsial, hanya CAR, inflasi, dan suku bunga yang

berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Sedangkan

FDR dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito

mudharabah.

Diaw dan Mbow (2011) meneliti dan membandingkan antara tingkat bagi hasil

deposito mudharabah dan ekuitas. Hasil penelitian yang diukur dengan menggunakan

multiple regressions menunjukkan bahwa secara simultan ROA, TDTA, dan PADOP

berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Sedangkan

secara simultan juga ROA, TETA, dan PAEOP berpengaruh secara signifikan terhadap

(53)

pengaruh dua kali lebih tinggi terhadap ROE daripada variabel ROA, TDTA, dan

PADOP yang mempengaruhi TBHDM.

Irhamsyah (2010) meneliti tentang hubungan antara CAR, BOPO, dan FDR

terhadap ROE. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan CAR, FDR dan

BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Secara parsial hanya FDR dan

BOPO yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Sedangkan CAR tidak

berpengaruh terhadap signifikan terhadap ROE. Secara ringkas, hasil penelitian di atas

dirangkum dalam Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Teknik

Analisis

Hasil Penelitian

1. Isna dan

(54)
(55)

No Peneliti Variabel Teknik Analisis

Hasil Penelitian

b. Secara parsial hanya FDR dan BOPO yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE.

2.3 Kerangka Konseptual

Menurut Erlina (2008), kerangka konseptual merupakan model yang menerangkan

bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui

dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan uraian dari tinjauan teoritis dan tinjauan

penelitian terdahulu, maka variabel independen penelitian ini adalah kinerja keuangan

(yang diukur dengan CAR, BOPO, dan FDR) dan variabel dependen penelitian ini

adalah tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hubungan kausal antara kinerja

keuangan dengan tingkat bagi hasil deposito mudharabah didasarkan pada teori agensi

dan hasil penelitian terdahulu.

Konsep teori keagenan adalah hubungan kontrak antara principal dan agent.

Hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih individu (principal) mempekerjakan

individu lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan

kekuasaan kepada agen untuk membuat suatu keputusan atas nama prinsipal tersebut.

Hal ini menjadi dasar perlunya manajemen bank melakukan pelaporan dan

pengungkapan mengenai kinerja bank kepada pemilik dana (nasabah) sebagai wujud

akuntabilitas manajemen bank terhadap pemilik dana (nasabah).

Teori keagenan merupakan pendekatan yang digunakan dalam pembahasan

(56)

menyatakan bahwa tingkat bagi hasil dan tingkat pengembalian dipengaruhi oleh

konflik kepentingan antara nasabah dan pemegang saham (prinsipal) dengan

manajemen bank (agen). Teori ini memiliki asumsi bahwa dalam bertindak, setiap

individu termotivasi atas kepentingannya masing-masing. Hal inilah yang dapat memicu

terjadinya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen.

Perkembangan bank syariah yang begitu pesat membawa dampak yang cukup

signifikan terhadap sistem keuangan dunia. Kinerja keuangan bank syariah berpengaruh

terhadap tingkat bagi hasil serta minat nasabah untuk menginvestasikan dananya. Disisi

lain perkembangan tersebut justru dapat memicu terjadi konflik kepentingan antara

nasabah (prinsipal) dan bank syariah (agen). Nasabah akan berusaha memilih bank

syariah dengan kinerja keuangan yang baik dengan harapan mereka memperoleh

tingkat bagi hasil yang tinggi.

Isna dan Sunaryo (2012) menemukan bukti bahwa secara simultan ROA, BOPO

dan suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito

mudharabah, namun secara parsial hanya suku bunga yang berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Sementara penelitian yang

dilakukan oleh Amelia (2011) menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial CAR,

NPF dan FDR berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.

Dengan demikian, diduga bahwa kinerja keuangan berpengaruh terhadap tingkat bagi

hasil deposito mudharabah.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hubungan antara

antara kinerja keuangan (CAR, BOPO, dan FDR) dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito

(57)

H1

H2

H3

H4

Gambar 2.1

Model Kerangka Konseptual

Keterangan :

CAR = Capital Aduaquacy Ratio

BOPO = Biaya Operasional terhadap Penghasilan Operasional

FDR = Financing to Deposit Ratio

TBHDM = Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara

empiris (Erlina, 2008). Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap

masalah yang diteliti, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan

diketahui setelah dilakukan penelitian. Dalam penelitian ini varibel independen berupa

kinerja keuangan yang diukur dengan CAR, BOPO dan FDR, sedangkan varibel

dependen berupa Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah. BOPO

CAR

FDR

Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

(58)

2.4.1Pengaruh CAR terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan

usaha bisnis dan menampung resiko kerugian. Semakin tinggi CAR maka

semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap

kredit/aktiva produktif yang beresiko. Menurut ketentuan Bank Indonesia jika

nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) maka bank tersebut mampu membiayai

operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan

kontribusi yang sangat besar bagi profitabilitas dan tentunya akan meningkatkan

return bagi hasil yang akan diterima oleh deposan. Menurut Anggraini (2010)

untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva

yang mengandung atau menghasilkan risiko. Masalah kecukupan modal

merupakan hal penting dalam bisnis perbankan. Bank yangi memiliki tingkat

kecukupan modal baik menunjukkn indikator sebagai bank yang sehat.sehingga

diharapkan dapat memberikan imbal hasil yang tinggi kepada investor. Ketentuan

perhitungan CAR yang harus diikuti oleh bank – bank diseluruh dunia sebagai

aturan main dalam kompetisi yang fair dipasar keuangan global, yaitu rasio

minimum 8% permodalan terhadap aktiva berisiko.

Penelitian yang dilakukan oleh Azmy (2008) menunjukkan secara simultan

parsial CAR, Inflasi, dan Suku Bunga yang berpengaruh secara signifikan

terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah Sedangkan, penelitian yang

dilakukan Amelia (2011) menunjukan secara simultan dan parsial CAR, FDR dan

(59)

Dengan demikian diduga CAR mempunyai pengaruh terhadap tingkat bagi hasil

deposito mudharabah.

H1 : CAR mempunyai pengaruh parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah.

2.4.2Pengaruh BOPO terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

Menurut Nainggolan (2009) untuk mengukur efisiensi bank, salah satu

indikator yang dipakai adalah perbandingan antara Beban Operasional atas

Pendapatan Operasional. Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien beban

operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan

suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Menurut Mawardi (2005)

efisiensi operasi juga berpengaruh terhadap kinerja bank yaitu untuk menunjukkan

apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna.

Secara teoritis, efisiensi produksi bank syariah dalam mengeluarkan biaya

dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan merupakan salah satu bentuk

mekanisme produksi bank agar dapat menghasilkan pendapatan yang paling tinggi

dari suatu investasi (Juwariyah, 2008). Nilai BOPO menurun apabila biaya

operasional menurun di lain pihak pendapatan operasional tetap dan juga apabila

biaya operasional tetap di lain pihak pendapatan operasional meningkat

(Irhamsyah, 2010). Semakin rendah BOPO, maka bank semakin efisien dalam

mengeluarkan biaya dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan agar dapat

menghasilkan pendapatan yang paling tinggi. Dengan adanya peningkatan

pendapatan bank maka tingkat bagi hasil deposito mudharabah yang diterima oleh

(60)

kecilnya return on equity (ROE) dipengaruhi oleh pendapatan Bank. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa semakin rendah BOPO maka semakin tinggi

tingkat bagi hasil deposito mudharabah diterima oleh para nasabah dan investor.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isna dan Sunaryo

(2012) yang hasilnya menunjukkan secara simultan ROA, BOPO dan suku bunga

berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito

mudharabah. Dengan demikian diduga BOPO mempunyai pengaruh terhadap

tingkat bagi hasil deposito mudharabah.

H2 : BOPO mempunyai pengaruh parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah.

2.4.3Pengaruh FDR terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

FDR adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank

dengan Dana Pihak Ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. FDR tersebut

menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan

dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai

sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada

nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi

permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan

oleh bank untuk memberikan kredit.

Semakin tinggi tingkat FDR suatu bank, maka bank tersebut akan berusaha

untuk meningkatkan perolehan dananya, salah satunya dari sisi deposito untuk

(61)

menginvestasikan dananya di bank syariah, maka diberikanlah tingkat keuntungan

yang menarik, sehingga peningkatan FDR akan meningkatkan return (Amelia,

2011). Dengan demikian diduga FDR berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil

deposito mudharabah.

H3 : FDR mempunyai pengaruh parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah.

H4 : CAR, BOPO dan FDR mempunyai pengaruh simultan terhadap Tingkat

(62)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbankan Syari’ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

(Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat

Islam. Berdasarkan Pasal 1 Ayat (12) UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan, prinsip

hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh

lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan

pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan

lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan

prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal

(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah),

atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah),

atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari

pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

UU No.21 Tahun 2008 mengatur secara rinci mengenai landasan hukum serta

jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. UU

No.21 Tahun 2008 juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk

membuka cabang syariah atau bahkan mengonversi diri secara total menjadi bank

syariah. Dengan demikian, pemberlakuan undang-undang ini memicu lahirnya

Referensi

Dokumen terkait

Tugas pokok kecamatan menurut Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Sleman, sebagaimana telah diubah

Begitu juga dari hasil penelitian bahwa sebagian besar ibu tidak mencuci tangannya sebelum menyusui sehingga kuman tersebut dapat menempel pada payudara ibu sedangkan

[r]

DAFTAR TAWARAN PROGRAM PELATIHAN MULTICOURSE TAHUN

Tanda ikonis adalah sebuah tanda yang salah satu cirinya biasanya sebuah ciri struktur, ikonis memegang peranan yang sangat penting dalam sastra yang melibatkan dua

tingkat kabupaten masih ada Musrenbang lain yang tidak ada kaitannya dengan program. kita, misalnya ada program kabupaten yang mau direalisasikan di desa, mari

Seiring dengan perkembangan fisik yang sangat cepat dapat berakibat pada masa remaja yang tidak dapat menyesuaikan secara baik, sering menimbulkan

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) siswa Kelas V SD Negeri 2 Jambidan Banguntapan Bantu setelah mendapatkan pendidikan kesehatan oleh peer educator sebagian