LAMPIRAN 1
Data CAR, BOPO, FDR danTingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah Periode 2011 – 2014
LAMPIRAN 2
Hasil Statistik Deskriptif dari CAR, BOPO, FDR, TBHDM Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Capital Adequacy Ratio(X1) 32 11.10 61.98 20.5422 11.87626 BiayaOperasionalatasPendap
atanOperasional(X2)
32 47.70 99.25 84.9350 11.53827
Financing to Deposit Ratio(X3)
32 78.60 162.97 92.9047 14.67534
Tingkat
BagiHasilDepositoMudharaba h(Y)
32 4.67 8.17 5.9209 .89797
LAMPIRAN 3
Hasil Uji Asumsi Klasik
a. UjiNormalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 32
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .78146584 Most Extreme Differences Absolute .126
Positive .126
Negative -.081
Kolmogorov-Smirnov Z .713
Asymp. Sig. (2-tailed) .689
b. UjiMultikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Capital Aduaquacy Ratio(X1) .681 1.468
BiayaOperasionalterhadapPenghasilanOperasional(X2) .934 1.070
Financing to Deposit Ratio(X3) .674 1.483
d. UjiAutokorelasi
Model Durbin-Watson
LAMPIRAN 4
a. Predictors: (Constant), Financing to Deposit Ratio(X3), Capital Adequacy Ratio(X1), BiayaOperasionalterhadapPenghasilanOperasional(X2)
b. Dependent Variable: Tingkat BagiHasilDepositoMudharabah(Y)
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 6.066 3 2.022 2.990 .048a
Residual 18.931 28 .676
Total 24.997 31
a. Predictors: (Constant), Financing to Deposit Ratio(X3), Capital Adequacy Ratio(X1), BiayaOperasionalterhadapPenghasilanOperasional(X2)
b. Dependent Variable: Tingkat BagiHasilDepositoMudharabah(Y)
b. Uji F
a. Predictors: (Constant), Financing to Deposit Ratio(X3), Capital Adequacy Ratio(X1), BiayaOperasionalterhadapPenghasilanOperasional(X2)
LAMPIRAN 5
Tabel Distribusi �
Tingkat Signifikansi df1 df2 F Tabel
0.05 3 23 3.027998
0.05 3 24 3.008787
0.05 3 25 2.991241
0.05 3 26 2.975154
0.05 3 27 2.960351
0.05 3 28 2.946685
0.05 3 29 2.93403
0.05 3 30 2.922277
0.05 3 31 2.911334
0.05 3 32 2.90112
0.05 3 33 2.891564
0.05 3 34 2.882604
0.05 3 35 2.874187
0.05 3 36 2.866266
0.05 3 37 2.858796
0.05 3 38 2.851741
0.05 3 39 2.845068
0.05 3 40 2.838745
0.05 3 41 2.832747
0.05 3 42 2.827049
0.05 3 43 2.821628
LAMPIRAN 6
Tabel Distribusi �
DerajatBebas Tingkat Signifikansi T Tabel
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Rizky. 2011. “Pengaruh CAR, FDR, dan NPF terhadap Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Perbankan Syariah”, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Pustaka Rihama, Yogyakarta.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001.Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta.
Arifin, Zainul. 2006.Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah,Alvabet, Jakarta.
Ascarya. 2006. Akad & Produk Bank Syariah, Rajawali Pers, Jakarta.
Azmy, M. Showwam. 2008. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005-2008”, UINSunan Kalijaga.Yogyakarta.
Buletin Ekonomika dan Bisnis. 2007. Laboratorium Ekonomika dan Bisnis Islam (LEBI),Edisi IV, FEB UGM, Yogjakarta.
Cahyadin, Malik dan Akhmad Akbar Susamto. 2008. “Praktik Ekonomi Islami Di Indonesia Dan Implikasinya Terhadap Perekonomian”, Jurnal Ekonomi Syariah MUAMALAH Volume 5.
Dajan , Anto. 2002. Pengantar Metode Statistik, Jilid 1, Penerbit LP3ES Kampus Salemba,Jakarta.
Diaw, Abdou dan Abdoulaye Mbow. 2011. “A Comparative Study of the Return On Mudharabah Deposit and On Equity in Islamic Banks, Managerial Finance Vol. 34 No. 10pp 695-707.
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia. 2012.Outlook Perbankan
Syariah
Gozali, Imam. 2007. “Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPL terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri, Skripsi FE UII, Yogjakarta.
Hamid, Abdul. 2007.Pedoman Penulisan FEIS, UIN PERS, Jakarta.
Hasibuan, Malayu. 2006.Dasar- Dasar Perbankan, Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). 2005.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 105, Jakarta.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta.
Irhamsyah, Anwar. 2010.“Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Financing To Deposit Ratio (FDR), Terhadap Return On Equity (ROE)”,Skrip Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Isna, Andryani K dan Kunti Sunaryo. 2012. “Analisis Pengaruh Return On Asset, BOPO dan SukuBunga terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada BankUmum Syariah”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 11, Nomor 01.
Juwariyah, Siti. 2008. “Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Efisiensi terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan dan Deposito Mudharabah Muthlaqah Studi Bank Muamalat Indonesia”, Skripsi UIN SunanKalijaga, Yogyakarta.
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2004. Manajemen Perbankan, BPFE, Yogyakarta.
K.H. Ma’ruf Amin. 2007.Prospek Cerah Perbankan Islam, LEKAS, Jakarta.
Nainggolan, Marnov P. P.. 2009. “Analisis Pengaruh LDR, NIM, dan BOPO terhadap ROA Bank Umum Indonesia”, Skripsi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Nasrah, Mawardi. 2008. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Muthlaqah (Studi Kasus: Unit Usaha Syariah Bank X)”, Jurnal Eksis Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami Vol. 4 No. 1 Januari-Maret 2008/Muharram-Rabiul Awal 1429 H.
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
Rachmad, Muhammad Fazlur. 2009.“Faktor Yang Mempengaruhi Profitablitas UUS PT. Bank X Menggunakan Rasio Keuangan”, Tesis Program Pasca Sarjana UI, Jakarta.
Rizqiana, Rizqa. 2010. “Pengaruh Bagi Hasil terhadap Jumlah Dana Deposito Syariah Mudharabah Yang Ada di Bank Syariah Mandiri”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Rodoni, Ahmad. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, CSES Press, Jakarta.
Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Penerbit Andi, Yogjakarta.
Sekaran, Umar. 2000. Metode Penelitian Untuk Bisnis, Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Sudarsono, Heri. 2004.Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi danIlustrasi, Ekonisia, Yogyakarta.
Sukirno, Sadono. 2006.Teori Ekonomi Makro, LPFE UI, Jakarta.
Suryani. 2011. Analisis Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR) Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia, Vol 19, No 1, Hal:25.
Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1. Perihal Perbankan.
Wati, Erna. 2010. “Analisis BOPO, NIM, GWM, LDR, PPAP, dan NPL terhadap ROE”, Tesis Universitas Diponegoro, Semarang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Teknik
dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data tentang perusahaan yang
menjadi sampel penelitian melalui fasilitas internet, dengan mengakses situs-situs resmi
perusahaan, laporan keuangan tahunan yang terdapat pada situs Bank Indonesia selama
tahun 2011-2014, serta informasi dari media massa lainnya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul dan dipublikasikan
kepada masyarakat pengguna data (Erlina, 2008). Data sekunder yang digunakan berupa
laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan melalui situs perusahaan maupun
melalui situs resmi Bank Indonesia pada tahun 2011 sampai 2014. Data yang diperoleh
melalui media internet dengan mengakses situs Bank Indonesia
mengakses situs masing-masing bank yang akan diteliti. Bank Indonesia dipilih sebagai
tempat penelitian karena pada Bank Indonesia terdapat laporan keuangan yang lengkap
dan mudah untuk memperolehnya.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah kelompok yang menjadi perhatian peneliti untuk diteliti (Sekaran,
2000). Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum syariah di Indonesia pada
dengan metode purposive sampling, yaitu metode sampling dengan membatasi
pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Bertujuan untuk mendapatkan sampel
yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Adapun kriteria
perusahaan yang menjadi sampel antara lain :
1. Bank Umum Syariah yang masih beroperasi pada periode tahun 2011-2014.
2. Bank Umum Syariah yang menyajikan laporan keuangan tahunan pada periode
tahun 2011-2014.
3. Melampirkan laporan keuangan tahunan pada situs Bank Indonesia.
4. Laporan keuangan Bank Umum Syariah tersebut harus memiliki kelengkapan data
yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.1
Daftar Populasi Pada Bank Umum Syariah
No. NAMA PERUSAHAAN
Kriteria
SAMPEL
1 2 3 4
1. PT Bank BNI Syariah √ √ √ √ Sampel 1
2. PT Bank Mega Syariah √ √ √ √ Sampel 2
3. PT Bank Muamalat Indonesia √ √ √ √ Sampel 3
4. PT Bank Syariah Mandiri √ √ √ √ Sampel 4
5. PT Bank BCA Syariah √ √ √ √ Sampel 5
6. PT Bank BRI Syariah √ √ √ √ Sampel 6
7. PT Bank Jabar Banten Syariah
√ X √ X
No. NAMA PERUSAHAAN
Kriteria
SAMPEL
1 2 3 4
9. PT Bank Syariah Bukopin √ √ √ √ Sampel 8
10. PT Bank Victoria Syariah √ X √ X
11. PT Bank Maybank Syariah √ X √ X
Dari tabel 3.1 diatas dapat dilihat ada 11 bank umum syariah yang merupakan
populasi dari penelitian penulis dan hanya 8 bank umum syariah yang dapat menjadi
sampel berdasarkan kriteria penelitian ini.
3.3 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel berisi tentang variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel
independen. Di dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah Tingkat Bagi
Hasil Deposito Mudharabah.
3.3.1.1 Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Bagi hasil adalah bentuk return (perolehan kembalian) dari kontrak
operasional bank syariah secara keseluruhan. Secara syariah prinsipnya
berdasarkan kaidah almudharabah. Nisbah bagi hasil merupakan nisbah di
mana para nasabah mendapatkan hak atas laba yang disisihkan kepada
deposito mereka karena deposito masing-masing dipergunakan oleh bank
dengan menguntungkan. Bagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah
nisbah bagi hasil, yaitu proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank umum
syariah (Isna dan Sunaryo, 2012). Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
dirumuskan sebagai berikut:
TBHDM = BBH
SRRH×
Setahun (365)
Hari (30) × 100%
Keterangan:
BBH = Bonus dan Bagi Hasil
SRRH = Saldo Rata-Rata Harian
3.3.2 Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang akan
membantu menjelaskan dan variabel yang berpengaruh terhadap variabel
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Capital Aduquacy
Ratio, Biaya Operasional atas Pendapatan Operasional, dan Financing to Deposit
Ratio.
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka
pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian. Semakin
tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk
menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang beresiko
(Amelia, 2011). Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan Bank Indonesia 8%)
maka berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang
menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup
besar bagi profitabilitas (Kuncoro dan Suhardjono (2002) dalam Gozali
(2007). CAR diukur dengan membandingkan modal dengan Aktiva
Tertimbang Menurut Resiko.
CAR =(Modal Inti + Modal Pelengkap)
ATMR × 100%
3.3.2.2 Biaya Operasional atas Pendapatan Operasional
BOPO merupakan rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional atas pendapatan operasional. Biaya
operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka
menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga
kerja, biaya pemasaran, dan biaya operasi lainnya). Rasio biaya operasional
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bak dalam
melakukan kegiatan operasi. Pendapatan operasional merupakan pendapatan
dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya (Isna dan Sunaryo,
2012). BOPO dirumuskan sebagai berikut:
BOPO = Biaya Operasional
Pendapatan Operasional× 100%
3.3.2.3 Financing to Deposit Ratio
FDR adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh
bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Standar
yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio FDR adalah 80% hingga 110%
(Amelia, 2011). FDR dirumuskan sebagai berikut:
FDR = Pembiayaan
Total Dana Pihak Ketiga× 100%
Secara lebih ringkas berikut ini disajikan tabel definisi operasional
dan skala pengukuran variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini :
Tabel 3.2
Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran Variabel
No Variabel Definisi Rumus Skala
(Modal Inti + Modal Pelengkap)
ATMR × 100%
Total Dana Pihak Ketiga× 100%
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17. Sumber data yang
digunakan adalah data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan perusahaan selama
periode 2011- 2014. Data penelitian didapatkan dari situs resmi Bank Indonesia.
3.4.1 Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan analisis data yang dilakukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul tanpa membuat
kesimpulan secara umum (Sugiyono, 2008).
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu data yang dilihat
dari mean, median, deviasi standar, nilai minimum, dan nilai maksimum.
Pengujian dengan statistik deskriptif ini dilakukan untuk mempermudah
memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
Uji ini berguna untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam
regresi menunjukkan hubungan yang disignifikan dan representatif maka model
yang digunakan tersebut harus memenuhi uji asumsi klasik regresi. Uji asumsi
3.4.2.1 Uji Normalitas
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu akan
dilakukan pengujian normalitas data. Uji normalitas data bertujuan untuk
mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam
penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model
penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Data yang diteliti
harus diketahui terlebih dahulu apakah terdistribusi normal atau tidak
normal. Fungsi pengujian suatu data dikategorikan sebagai distribusi normal
atau tidak adalah sebagai alat untuk membuat kesimpulan populasi
berdasarkan data sampel. Pengujian normalitas ini akan dapat menentukan
alat uji selanjutnya yang digunakan dalam penelitian. Untuk mendeteksi data
terdistribusi secara normal pada penelitian ini digunakan uji statistik
kolmogorov-smirnov test for one sampel. Dengan uji ini dapat diketahui
apakah nilai sampel yang teramati sesuai dengan distribusi tertentu. Kriteria
yang dapat digunakan adalah dengan pengujian dua arah (two-tailed test)
yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas yang diperoleh dengan taraf
signifikansi yang sudah ditentukan. Nilai probabilitas yang ditentukan
sebesar 0,05. Apabila nilai probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi
normal dan jika nilai p < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal (Ghozali,
2006). Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P
3.4.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah pada model
regeresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Gozali,
2005). Model regeresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen, karena jika hal tersebut terjadi maka varaiabel-variabel
tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Untuk melakukan pengujian
apakah terdapat multikolinearitas atau tidak, dapat diketahui dengan
menggunakan nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF).
Ada atau tidak adanya multikolinearitas dalam model persamaan yang
terbentuk dengan di uji menggunakan indikator Varians Inflation Factor
(VIF).Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai tolerance > 0.1 atau sama dengan VIF < 10.
3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Gozali, 2006). Cara yang digunakan untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini,
dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen)
yaitu ZPRED dengan residualnya yaitu SRESID. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis yang digunakan
untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.4.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) Ghozali (2005).
Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data time series dengan n
sampel periode waktu. Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam
penelitian ini digunakan statistik d dari Durbin-Watson (DW test) dimana
angka-angka yang diperlukan dalam metode tersebut adalah dL (angka yang
diperoleh dari table DW batas bawah), dU (angka yang diperoleh dari tabel
DW batas atas), 4- dL dan 4-dU. Jika nilainya mendekati 2 maka tidak
terjadi autokorelasi, sebaliknya jika mendekati 0 atau 4 terjadi autokorelasi
(+/-).
3.5 Analisis Regresi Berganda
dengan persamaan sebagai berikut:
TBHDM = a + b1CAR + b2 BOPO + b3 FDR + e
Keterangan:
TBHDM = Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
CAR = Capital Aduaquacy Ratio
BOPO = Biaya Operasional terhadap Penghasilan Operasional
FDR = Financing to Deposit Ratio
a = Konstanta
b1-b3 = Koefisien
e = Standar error
3.6 Pengujian Hipotesis
3.6.1 Uji Signifikansi Simultan (F test)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2011). Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan
dengan mengukur nilai probabilitas siginifikansi. Jika nilai probabilitas
signifikansi ≤ 0.05 maka hipotesis tidak dapat ditolak. Ini berarti secara bersama
-sama variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Sebaliknya jika nilai probabilitas signifikansi ≥ 0.05 maka hipotesis
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.6.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali,
2011). Pengujian dilakukan dengan mengukur nilai probabilitas siginifikansi. Jika
nilai probabilitas signifikansi ≤ 0.05 maka hipotesis tidak dapat ditolak. Ini berarti
secara individual variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Sebaliknya jika nilai probabilitas signifikansi ≥ 0.05 maka
hipotesis ditolak. Ini berarti secara individual variabel independen tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.6.3 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2011).
Nilai Koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel bebas (CAR, BOPO, FDR) dalam menjelaskan
variasi variabel terikat (Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah) amat terbatas.
Begitu pula sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel terikat.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bisa
terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan kedalam model. Setiap
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Oleh
karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R²
pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti R², nilai
Adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan
kedalam model.
BAB IV
4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar
deviasi, dari variabel capital adequcy ratio (CAR), biaya operasional atas pendapatan
operasional (BOPO), financing to deposite ratio (FDR), dan tingkat bagi hasil deposito
mudharabah (TBHDM). Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran
sampel sebagai berikut.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif dari CAR, BOPO, FDR, TBHDM Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Capital Aduaquacy Ratio(X1) 32 11.10 61.98 20.5422 11.87626 Biaya Operasional terhadap
Penghasilan Operasional(X2)
32 47.70 99.25 84.9350 11.53827
Financing to Deposit Ratio(X3)
32 78.60 162.97 92.9047 14.67534
Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah(Y)
32 4.67 8.17 5.9209 .89797
Valid N (listwise) 32
Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui nilai CAR minimum adalah 11,10, dan
maksimum 61,98. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari CAR adalah 20,5422 dan
11,87626. Diketahui nilai BOPO minimum adalah 47,70, dan maksimum 99,25.
Diketahui nilai FDR minimum adalah 78,60, dan maksimum 162,97. Sementara
rata-rata dan standar deviasi dari FDR adalah 92,9047 dan 14,67534. Diketahui nilai
TBHDM minimum adalah 4,67, dan maksimum 8,17. Sementara rata-rata dan standar
deviasi dari TBHDM adalah 5,9209 dan 0,89797.
4.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.1 Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan �= 0,05. Dasar
pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas �, dengan ketentuan
sebagai berikut :
Jika nilai probabilitas � 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi.
Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.2, diketahui nilai probabilitas atau
Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,689. Karena nilai probabilitas , yakni 0,689,
lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi
normalitas terpenuhi.
Tabel 4.2 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 32
Std. Deviation .78146584 Most Extreme Differences Absolute .126
Positive .126
Negative -.081
Kolmogorov-Smirnov Z .713
Asymp. Sig. (2-tailed) .689
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
4.2.2 Uji Multikolinearitas
Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat
dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi
suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2011).
Tabel 4.3
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.3, nilai VIF dari variabel CAR (�1)
adalah 1,468, nilai VIF dari variabel BOPO (�2) adalah 1,070, dan nilai VIF dari
variabel FDR (�3) adalah 1,483.Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID pada sumbu Y, dan
ZPRED pada sumbu X. (Field, 2009:230, Ghozali, 2011:139). Field (2009:248,
Ghozali, 2011:139) menyatakan dasar analisis adalah jika ada pola tertentu, seperti
titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar 4.1, tidak terdapat pola yang begitu
jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.2.4 Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2011) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah
terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Asumsi mengenai independensi terhadap residual
(non-autokorelasi) dapat diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Gio,
2015:61-62, Field, 2009:220). Nilai statistik dari uji Durbin-Watson berkisar di antara 0
dan 4. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang lebih kecil dari 1 atau lebih
besar dari 3 diindikasi terjadi autokorelasi.
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
Model Durbin-Watson
1 2.111
Berdasarkan Tabel 4.4, nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 2,111.
Perhatikan bahwa karena nilai statistik Durbin-Watson terletak di antara 1 dan 3,
maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi
autokorelasi. Pengambilan keputusan apakah terjadi autokorelasi atau tidak juga
dapat dibandingkan dengan nilai kritis Durbin-Watson. Diketahui jumlah variabel
bebas sebanyak 4, dan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 48, maka �� =
1,6505 dan 4− �� = 2,3495. Karena
�� < 2,111 < 4− ��
maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi gejala
autokorelasi yang tinggi pada residual.
4.3 Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (�2) merupakan suatu nilai (nilai proporsi) yang mengukur
seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam persamaan
regresi, dalam menerangkan variasi variabel tak bebas (Supranto, 2005, Gujarati, 2003).
Tabel 4.5 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .493a .243 .162 .82227 2.111
a. Predictors: (Constant), Financing to Deposit Ratio(X3), Capital Adequacy Ratio(X1), Biaya
Operasional terhadap Penghasilan Operasional(X2)
b. Dependent Variable: Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah(Y)
Berdasarkan Tabel 4.5, nilai koefisien determinasi �2 terletak pada kolom
R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar �2 = 0,243. Nilai tersebut berarti
seluruh variabel bebas secara simultan mempengaruhi variabel TBHDM sebesar 24,3%,
sisanya sebesar 75,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Uji � bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau
simultan terhadap variabel tak bebas.
Tabel 4.6
Uji Pengaruh Simultan dengan Uji � ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 6.066 3 2.022 2.990 .048a
Residual 18.931 28 .676
Total 24.997 31
a. Predictors: (Constant), Financing to Deposit Ratio(X3), Capital Adequacy Ratio(X1), Biaya Operasional terhadap Penghasilan Operasional(X2)
b. Dependent Variable: Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah(Y)
Diketahui nilai F tabel adalah 2,946 (nilai F tabel tersaji di lampiran). Berdasarkan
Tabel 4.6, diketahui nilai F hitung adalah 2,990. Perhatikan bahwa karena nilai F hitung
(2,990) F tabel (2,946), maka disimpulkan bahwa pengaruh simultan dari seluruh
variabel bebas signifikan secara statistika terhadap TBHDM. Hasilnya dapat diringkas
pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8.
Tabel 4.7
Uji Pengaruh Simultan dengan Pendekatan Nilai F
Variabel Nilai F Hitung
Nilai T Tabel (Tersaji di Lampiran)
Interpretasi
CAR, BOPO, dan FDR
2,990 2,946 Pengaruh faktor CAR, BOPO, dan FDR, secara simultan signifikan terhadap TBHDM (F
Hitung > F Tabel)
Tabel 4.8
Uji Pengaruh Simultan dengan Pendekatan Nilai Sig
CAR, BOPO, dan FDR
0,048 �= 0,05
Pengaruh faktor CAR, BOPO, dan FDR, secara simultan signifikan terhadap TBHDM
(Sig < 0,05)
4.5 Analisis Regresi Linear Berganda dan Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)
Tabel 4.9 menyajikan nilai koefisien regresi, serta nilai statistik t untuk pengujian
pengaruh secara parsial.
Tabel 4.9
Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji �) Coefficientsa
Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh persamaan regresi linear sebagai berikut
berikut.
Y = 1,511 + 0,013X1 + 0,037X2 + 0,011X3 + e
Berdasarkan Tabel 4.9, disajikan kembali nilai koefisien regresi untuk masing-masing
variabel bebas, besertas interpretasinya (Tabel 4.10).
Tabel 4.10
Koefisien Regresi Beserta Interpretasinya
Variabel Koefisien Regresi dan Interpretasi
CAR
0,013 berarti CAR memiliki pengaruh positif terhadap TBHDM. CAR yang semakin tinggi
cenderung meningkatkan TBHDM.
BOPO
0,037 berarti BOPO memiliki pengaruh positif terhadap TBHDM. BOPO yang semakin tinggi
cenderung menurunkan TBHDM.
FDR
0,011 berarti FDR memiliki pengaruh positif terhadap TBHDM. FDR yang semakin tinggi
cenderung meningkatkan TBHDM.
Tabel 4.11
Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai T
Variabel Nilai T Hitung
Nilai T Tabel (Tersaji di Lampiran)
Interpretasi
CAR 0,847 2,048
Pengaruh parsial CAR tidak signifikan terhadap TBHDM
(T Hitung < T Tabel)
BOPO 2,761 2,048
Pengaruh parsial BOPO signifikan terhadap TBHDM (T Hitung > T
Tabel)
FDR 0,915 2,048
Pengaruh parsial FDR tidak signifikan terhadap TBHDM
−������/������ +������/������
Gambar 4.2
Aturan Pengambilan Keputusan terhadap Hipotesis berdasarkan Uji �
Tabel 4.12
Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai Probabilitas (Sig.) Variabel Nilai Sig. Tingkat Signifikansi Interpretasi
Berdasarkan Tabel 4.9 hingga Tabel 4.12, diketahui variabel faktor CAR
berpengaruh positif terhadap TBHDM. Dengan kata lain, CAR yang semakin
meningkat, cenderung akan meningkatkan TBHDM. Diketahui CAR memiliki
pengaruh positif yang tidak terlalu kuat/tidak signifikan terhadap THBDM.
4.5.2 Pengujian Pengaruh BOPO (��) terhadap TBHDM (�)
Berdasarkan Tabel 4.9 hingga Tabel 4.12, diketahui variabel BOPO
berpengaruh signifikan terhadap TBHDM. Dengan kata lain, BOPO yang semakin
tinggi, cenderung akan menurunkan TBHDM. BOPO yang semakin
meningkat,maka ini berarti perusahaan tidak efisien daslam mengelola biaya
operasionalnya sehingga cenderung akan menurunkan TBHDM.
4.5.3 Pengujian Pengaruh FDR (��) terhadap TBHDM (�)
Berdasarkan Tabel 4.9 hingga Tabel 4.12, diketahui variabel FDR
berpengaruh positif terhadap TBHDM. Dengan kata lain, FDR yang semakin
tinggi cenderung akan meningkatkan TBHDM. Diketahui variabel FDR memiliki
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
:
1. Setelah dilakukan uji F terhadap 3 (tiga) variabel independen terhadap variabel
dependen dengan besaran tingkat signifikan 24,3%, maka CAR, BOPO,dan FDR secara
simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat
Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Dari pengujian secara parsial dengan menggunakn uji t dengan tingkat signifikan
sebesar 24,3%, maka dapat disimpulkan bahwa hanya variable independen BOPO saja
yang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah, sedangkan variable independen CAR dan FDR tidak berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank
Umum Syariah.
3. Dari persamaan regresi yang telah didapatkan maka dapat disimpulkan :
-
Nilai a (konstanta) adalah sebesar 1,511 hal ini menyatakan bahwa jika nilaiCAR, BOPO dan FDR bernilai nol, maka Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah nasabah sebesar 1,511.
-
CAR memiliki koefisien positif sebesar 0,013. Peningkatan CAR sebesar satusatuan, maka akan menyebabkan peningkatan Tingkat Bagi Hasil Deposito
CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah.
-
BOPO adalah variabel yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadapTingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah.
Peningkatan BOPO sebesar satu satuan akan menyebabkan penurunan Tingkat
Bagi Hasil Deposito Mudharabah sebesar 0,037. Berdasarkan hasil dari
pengujian yang dilakukan tersebut menunjukkan semakin tinggi nilai BOPO,
maka semakin tidak efisien perusahaan dalam mengelola biaya operasionalnya
sehingga akan berpengaruh terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
yang akan mengalami penurunan.
-
FDR memiliki koefisien positif sebesar 0,011. Peningkatan FDR sebesar satusatuan, maka akan menyebabkan peningkatan Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah sebesar 0,011. Sama dengan variabel CAR, berdasarkan hasil uji t
variabel FDR tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini penulis dapat menyarankan bahwa :
1. Bagi peneliti berikutnya disarankan menambah variabel lain pengukuran kinerja
keuangan seperti Return of Asset (ROA), Return of Equity (ROE) , Non Performing
Financing (NPF) yang berkaitan erat secara teori terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah.
bagi hasil dalam deposito mudharabah, bank dapat memperhatikan faktor – faktor
yang mempengaruhi peningkatan return bagi hasil seperti berdasarkan hasil
penelitian ini factor BOPO.
3. Nasabah deposan perlu mengetahui tingkat bagi hasil beserta faktor- faktor yang
mempengaruhinya sebelum menginvestasikan dana pada bank syariah.
4. Dalam penelitian ini, hanya mengambil 8 (delapan) sampel bank syariah dengan
periode data tahun 2011-2014. Diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat
menggunakan sampel yang lebih banyak dan periode pengambilan data yang lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1Pengertian Bank
Pengetian Bank berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
2.1.2Perbankan Syariah
UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan, bank syariah adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Prinsip syariah
menurut Pasal 1 Ayat (12) Undang – undang No 21 Tahun 2008 tentang Prinsip
Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah.
Perbankan adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank
dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan keuntungan
tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menghimpun dana, pembiayaan
usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Perbankan yang berdasarkan prinsip
syariah lahir sebagai alternatif sistem perbankan guna memenuhi harapan yang
menginginkan sistem keuangan syariah, yaitu bank yang menerapkan prinsip bagi
hasil yang bebas dari riba (bunga).
Sejak UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mulai berlaku, bank
syariah dan lembaga keuangan non bank secara kuantitatif tumbuh dengan pesat.
Bank syariah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk terbinanya kebersamaan
dalam menanggung resiko usaha dan berbagi hasil usaha antara pemilik dana
(shahibul mal) yang menyimpan uangnya dilembaga, lembaga selaku pengelolah
dana (mudharib) dan masyarakat yang membutuhkan dana yang bersifat peminjam
dana atau pengelolah usaha.
Menyimpan uang dibank syariah termasuk kategori investasi. Besar kecilnya
return tergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan oleh
bank sebagai pengelolah dana (Wiroso, 2005). Oleh karena itu, bank syariah tidak
hanya sekedar menyalurkan uang, bank syariah harus terus-menerus berusaha
meningkatkan return on investmentnya yang berupa tingkat bagi hasil, sehingga
lebih menarik dan lebih memberikan kepercayaan bagi pemilik dana (Iman
yang dapat memberikan return dan pelayanan lebih baik (Herman Kertajaya,
2003).
Sudah saatnya return dan bagi hasil dapat memberikan suatu daya saing
terhadap sistem bunga konvesional mengingat saat ini tingkat suku bunga masih
merupakan penentu utama dalam pengambilan keputusan bisnis.
2.1.3 Tingkat Bagi Hasil
Bagi hasil adalah sistem pembagian hasil usaha dimana pemilik modal
bekerja sama dengan pelaksana modal untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila
kegiatan usaha menghasilkan keuntungan maka dibagi berdua dan ketika
mengalami kerugian ditanggung bersama pula. Sistem bagi hasil menjamin adanya
keadilan dan tidak ada pihak yang tereksploitasi (Ascarya, 2006). Menurut
Antonio (2001) sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya
perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam
usaha tersebut dijanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di
dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syariah
merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan
syariah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih
dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil
antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi
dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur
paksaan.
mengenai pinjam meminjam dengan sistem bunga (riba), ternyata dalam sistem riba
ini terdapat potensi terjadinya perselisihan dan kezaliman antara kedua belah pihak.
Walaupun di awal sudah ada kesepakatan bersama antara kedua belah pihak mengenai
adanya riba atau bunga dalam transaksi pinjam meminjam, tetapi dalam pelaksanaan
perjanjian tersebut sangat besar potensi timbulnya rasa keberatan, perselisihan dan
kezaliman antara kedua belah pihak. Salah satu contohnya adalah ketika si peminjam
mengalami kesulitan ekonomi karena usahanya sedang merugi, maka disaat dia sudah
kesulitan untuk membayar kewajiban angsuran hutangnya, dia juga harus membayar
tambahan bunga yang tentunya akan semakin memberatkannya (Rizqiana, 2010).
Selain itu apabila ditinjau dari segi kemanusiaan, dimana manusia merupakan
mahkluk sosial yang harus saling tolong menolong, maka sistem pinjam meminjam
dengan menggunakan bunga ini tidak mencerminkan sikap saling tolong menolong
antara sesama manusia. Dimana si pemberi pinjaman seperti orang yang hanya
menikmati keringat dari hasil kerja keras orang lain (peminjam). Sebab dengan hanya
memberikan pinjaman uang, si pemberi pinjaman akan menerima tambahan
(riba/bunga) setiap bulannya. Bahkan tanpa peduli apakah usaha kerja keras dari
peminjam tersebut memperoleh keuntungan atau malah merugi, sang pemberi
pinjaman tetap harus menerima angsuran hutang ditambah dengan bunganya setiap
bulan. Hal diatas apabila disadari dan dirasakan langsung oleh peminjam, maka ada
kemungkinan dia akan merasa kecil hati dan merasa dizalimi.
2.1.4Prinsip Mudharabah
Dalam PSAK No. 105 tentang Akuntansi Mudharabah, dijelaskan bahwa
mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi
diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya
ditanggung oleh pengelola dana. Sedangkan menurut Antonio (2001),
mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama menyediakan modal 100% modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak. Sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik
modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelolah seandainya kerugian
tersebut akibat kecurangan atau kelalaian pengelola, maka pengelola harus
bertanggungjawab atas kerugian tersebut.
Sudarsono (2004) mengatakan bahwa mudharabah berasal dari kata
adhdharbu fi asdhi, yaitu bepergian untuk urusan dagang. Secara teknis
mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik
modal, selama kerugian itu akibat si pengelola maka si pengelola harus
bertanggungjawab atas kerugian tersebut.
Menurut PSAK No. 105 tentang Akuntansi Mudharabah, mudharabah
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, antara lain :
a. Mudharabah Muthlaqah (Mudharabah Bebas)
memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan
investasinya. Jenis mudharabah ini tidak ditentukan masa berlakunya, di
daerah mana usaha tersebut akan dilakukan, tidak ditentukan line of trade, line
of industry, atau line of service yang akan dikerjakan. Namun kebebasan ini
bukan kebebasan yang tak terbatas sama sekali. Modal yang ditanamkan tetap
tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang dilarang
oleh islam seperti untuk keperluan spekulasi, perdagangan miras, peternak
babi, atau pun yang berkaitan dengan riba dan lain sebagainya.
Dalam mudharabah muthlaqah, pengelola dana memiliki kewenangan untuk
melakukan apa saja dalam pelaksanaan bisnis bagi keberhasilan tujuan
mudharabah itu. Namun, apabila ternyata pengelola dana melakukan kelalaian
atau kecurangan, maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas
konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya. Sedangkan apabila terjadi
kerugian atas usaha itu, yang bukan karena kelalaian dan kecurangan
pengelola dana maka kerugian itu akan ditanggung oleh pemilik dana.
b. Mudharabah Muqayyadah (Mudharabah Terbatas)
Mudharabah muqayyadah merupakan mudharabah dimana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara,
dan/atau objek investasi atau sektor usaha. Misalnya, tidak mencampurkan
dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana lainnya, tidak
menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan tanpa penjamin
melalui pihak ketiga.
c. Mudharabah Musytarakah
Mudharabah musytarakah merupakan mudharabah dimana pengelola dana
menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Di awal kerja
sama, akad yang disepakati adalah akad mudharabah dengan modal 100% dari
pemilik dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu
dan kesepakatan dengan pemilik dana, pengelola dana ikut
menanamkanmodalnya dalam usaha tersebut.
2.1.5Capital Aduquacy Ratio
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan
usaha bisnis dan menampung resiko kerugian. Semakin tinggi CAR maka semakin
kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva
produktif yang beresiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan Bank Indonesia
8%) maka berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang
menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
profitabilitas (Kuncoro dan Suhardjono (2002) dalam Gozali (2007). CAR diukur
dengan membandingkan modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
(ATMR).
Dalam menelaah CAR bank syariah terlebih dahulu harus dipertimbangkan
a. Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan atau kewajiban (wadiah atau qard
dan sejenisnya).
b. Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Profit and Loss Sharing
Investment Account) yaitu mudharabah.
2.1.6Biaya Operasional atas Pendapatan Operasional
Rasio BOPO menurut kamus keuangan adalah rasio yang mengukur efisiensi
dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu
terhadap lainnya. Menurut Gozali (2007), rasio biaya operasional merupakan
perbandingan biaya operasional atas pendapatan operasional. Biaya operasional
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas
usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan
biaya operasi lainnya). Pendapatan operasinal bank merupakan pendapatan utama
bank, yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk
kredit dan pendapatan operasi.
Rasio BOPO bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional
dalam menutup biaya operasional. Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin
efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan, dengan
adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
Bank Indonesia menetapkan rasio BOPO baik apabila dibawah 90 %. Apabila
rasio BOPO melebihi 90 % atau mendekati 100 % maka bank dapat dikategorikan
Rasio BOPO merupakan upaya bank untuk memimalkan resiko operasional
yang merupakan ketidakpastian mengenai kegitan usaha bank. Resiko operasional
berasal dari kegiatan operasional bila terjadi penurunan keuntungan yang
dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan kemungkinan terjadinya
kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang ditawarkan.
2.1.7Financing to Deposit Ratio
Pada umunya konsep yang sama ditunjukkan pada bank syariah dalam
mengukur likuiditas yaitu dengan menggunakan FDR. FDR digunakan untuk
mengukur sejauh mana dana pinjaman yang bersumber dari Dana Pihak Ketiga
disalurkan untuk pembiayaan. Menurut Suryani (2011) Financing to Deposit Ratio
adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan Dana
Pihak Ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Dengan kata lain, seberapa jauh
pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk
segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang
telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Tinggi rendahnya FDR
menunjukkan tingkat likuiditas suatu bank, sehingga semakin tinggi tingkat FDR
suatu bank, berarti digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibandingkan
bank yang mempunyai rasio DPK kecil.
Peningkatan FDR dapat berarti penyaluran dana ke pembiayaan semakin
besar, sehingga laba akan meningkat. Peningkatan laba tersebut mengakibatkan
kinerja bank semakin tinggi. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa
Apabila FDR suatu bank berada di atas atau di bawah 85%-110%, maka bank
dalam hal ini dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak
intermediasi (perantara) dengan baik. Oleh karena itu pihak manajemen harus
dapat mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat untuk kemudian disalurkan
kembali dalam bentuk pembiayaan yang nantinya dapat menambah pendapatan
bank baik dalam bentuk bonus maupun bagi hasil, yang berarti profit bank syariah
juga akan meningkat.
Dalam dunia perbankan dibutuhkan suatu keseimbangan antara dana yang
dihimpun dengan dana yang disalurkan sehingga tidak terjadi dana yang
menganggur (idle fund) dan dana yang digunakan harus produktif. Manajemen
likuiditas merupakan hal yang penting dalam operasional bank karena sebagian
besar dana yang dikelola bank bersumber dari pihak ketiga atau masyarakat yang
dititipkan dalam bentuk rekening giro, tabungan, deposito, dan simpanan lain yang
harus dibayar pada saat jatuh tempo. Selain itu, bank juga harus dapat
menggunakan dana tersebut dengan mengalokasikannya dalam berbagai bentuk
investasi untuk memperoleh laba guna membayar biaya dana tersebut dan biaya
operasional lainnya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh tingkat bagi hasil terhadap deposito mudharabah
sudah banyak dilakukan sebelumnya. Isna dan Sunaryo (2012) melakukan penelitian
tentang pengaruh ROA, BOPO, dan suku bunga terhadap tingkat bagi hasil deposito
menunjukkan bahwa secara simultan ROA, BOPO dan suku bunga berpengaruh
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Secara parsial hanya suku bunga yang
berpengaruh positif dan signifikan terhadap deposito mudharabah. ROA dan BOPO
tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Amelia (2011) meneliti hubungan antara CAR, FDR, dan NPF terhadap return
bagi hasil Deposito Mudharabah. dengan menggunakan multiple regressions. Hasil
penelitian menunjukan secara simultan dan parsial CAR, FDR dan NPF berpengaruh
signifikan terhadap return bagi hasil deposito mudharabah.
Azmy (2008) meneliti hubungan antara FDR, CAR, NPF, Inflasi, dan suku bunga
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hasil penelitian yang diukur dengan
menggunakan multiple regressions menunjukkan bahwa secara simultan, FDR, CAR,
NPF, Inflasi dan Suku bunga berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah. Secara parsial, hanya CAR, inflasi, dan suku bunga yang
berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Sedangkan
FDR dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah.
Diaw dan Mbow (2011) meneliti dan membandingkan antara tingkat bagi hasil
deposito mudharabah dan ekuitas. Hasil penelitian yang diukur dengan menggunakan
multiple regressions menunjukkan bahwa secara simultan ROA, TDTA, dan PADOP
berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Sedangkan
secara simultan juga ROA, TETA, dan PAEOP berpengaruh secara signifikan terhadap
pengaruh dua kali lebih tinggi terhadap ROE daripada variabel ROA, TDTA, dan
PADOP yang mempengaruhi TBHDM.
Irhamsyah (2010) meneliti tentang hubungan antara CAR, BOPO, dan FDR
terhadap ROE. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan CAR, FDR dan
BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Secara parsial hanya FDR dan
BOPO yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Sedangkan CAR tidak
berpengaruh terhadap signifikan terhadap ROE. Secara ringkas, hasil penelitian di atas
dirangkum dalam Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No Peneliti Variabel Teknik
Analisis
Hasil Penelitian
1. Isna dan
No Peneliti Variabel Teknik Analisis
Hasil Penelitian
b. Secara parsial hanya FDR dan BOPO yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE.
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2008), kerangka konseptual merupakan model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan uraian dari tinjauan teoritis dan tinjauan
penelitian terdahulu, maka variabel independen penelitian ini adalah kinerja keuangan
(yang diukur dengan CAR, BOPO, dan FDR) dan variabel dependen penelitian ini
adalah tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hubungan kausal antara kinerja
keuangan dengan tingkat bagi hasil deposito mudharabah didasarkan pada teori agensi
dan hasil penelitian terdahulu.
Konsep teori keagenan adalah hubungan kontrak antara principal dan agent.
Hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih individu (principal) mempekerjakan
individu lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan
kekuasaan kepada agen untuk membuat suatu keputusan atas nama prinsipal tersebut.
Hal ini menjadi dasar perlunya manajemen bank melakukan pelaporan dan
pengungkapan mengenai kinerja bank kepada pemilik dana (nasabah) sebagai wujud
akuntabilitas manajemen bank terhadap pemilik dana (nasabah).
Teori keagenan merupakan pendekatan yang digunakan dalam pembahasan
menyatakan bahwa tingkat bagi hasil dan tingkat pengembalian dipengaruhi oleh
konflik kepentingan antara nasabah dan pemegang saham (prinsipal) dengan
manajemen bank (agen). Teori ini memiliki asumsi bahwa dalam bertindak, setiap
individu termotivasi atas kepentingannya masing-masing. Hal inilah yang dapat memicu
terjadinya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen.
Perkembangan bank syariah yang begitu pesat membawa dampak yang cukup
signifikan terhadap sistem keuangan dunia. Kinerja keuangan bank syariah berpengaruh
terhadap tingkat bagi hasil serta minat nasabah untuk menginvestasikan dananya. Disisi
lain perkembangan tersebut justru dapat memicu terjadi konflik kepentingan antara
nasabah (prinsipal) dan bank syariah (agen). Nasabah akan berusaha memilih bank
syariah dengan kinerja keuangan yang baik dengan harapan mereka memperoleh
tingkat bagi hasil yang tinggi.
Isna dan Sunaryo (2012) menemukan bukti bahwa secara simultan ROA, BOPO
dan suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah, namun secara parsial hanya suku bunga yang berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Sementara penelitian yang
dilakukan oleh Amelia (2011) menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial CAR,
NPF dan FDR berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Dengan demikian, diduga bahwa kinerja keuangan berpengaruh terhadap tingkat bagi
hasil deposito mudharabah.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hubungan antara
antara kinerja keuangan (CAR, BOPO, dan FDR) dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito
H1
H2
H3
H4
Gambar 2.1
Model Kerangka Konseptual
Keterangan :
CAR = Capital Aduaquacy Ratio
BOPO = Biaya Operasional terhadap Penghasilan Operasional
FDR = Financing to Deposit Ratio
TBHDM = Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara
empiris (Erlina, 2008). Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap
masalah yang diteliti, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan
diketahui setelah dilakukan penelitian. Dalam penelitian ini varibel independen berupa
kinerja keuangan yang diukur dengan CAR, BOPO dan FDR, sedangkan varibel
dependen berupa Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah. BOPO
CAR
FDR
Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
2.4.1Pengaruh CAR terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan
usaha bisnis dan menampung resiko kerugian. Semakin tinggi CAR maka
semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap
kredit/aktiva produktif yang beresiko. Menurut ketentuan Bank Indonesia jika
nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) maka bank tersebut mampu membiayai
operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan
kontribusi yang sangat besar bagi profitabilitas dan tentunya akan meningkatkan
return bagi hasil yang akan diterima oleh deposan. Menurut Anggraini (2010)
untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva
yang mengandung atau menghasilkan risiko. Masalah kecukupan modal
merupakan hal penting dalam bisnis perbankan. Bank yangi memiliki tingkat
kecukupan modal baik menunjukkn indikator sebagai bank yang sehat.sehingga
diharapkan dapat memberikan imbal hasil yang tinggi kepada investor. Ketentuan
perhitungan CAR yang harus diikuti oleh bank – bank diseluruh dunia sebagai
aturan main dalam kompetisi yang fair dipasar keuangan global, yaitu rasio
minimum 8% permodalan terhadap aktiva berisiko.
Penelitian yang dilakukan oleh Azmy (2008) menunjukkan secara simultan
parsial CAR, Inflasi, dan Suku Bunga yang berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah Sedangkan, penelitian yang
dilakukan Amelia (2011) menunjukan secara simultan dan parsial CAR, FDR dan
Dengan demikian diduga CAR mempunyai pengaruh terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah.
H1 : CAR mempunyai pengaruh parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah.
2.4.2Pengaruh BOPO terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Menurut Nainggolan (2009) untuk mengukur efisiensi bank, salah satu
indikator yang dipakai adalah perbandingan antara Beban Operasional atas
Pendapatan Operasional. Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien beban
operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Menurut Mawardi (2005)
efisiensi operasi juga berpengaruh terhadap kinerja bank yaitu untuk menunjukkan
apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna.
Secara teoritis, efisiensi produksi bank syariah dalam mengeluarkan biaya
dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan merupakan salah satu bentuk
mekanisme produksi bank agar dapat menghasilkan pendapatan yang paling tinggi
dari suatu investasi (Juwariyah, 2008). Nilai BOPO menurun apabila biaya
operasional menurun di lain pihak pendapatan operasional tetap dan juga apabila
biaya operasional tetap di lain pihak pendapatan operasional meningkat
(Irhamsyah, 2010). Semakin rendah BOPO, maka bank semakin efisien dalam
mengeluarkan biaya dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan agar dapat
menghasilkan pendapatan yang paling tinggi. Dengan adanya peningkatan
pendapatan bank maka tingkat bagi hasil deposito mudharabah yang diterima oleh
kecilnya return on equity (ROE) dipengaruhi oleh pendapatan Bank. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa semakin rendah BOPO maka semakin tinggi
tingkat bagi hasil deposito mudharabah diterima oleh para nasabah dan investor.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isna dan Sunaryo
(2012) yang hasilnya menunjukkan secara simultan ROA, BOPO dan suku bunga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. Dengan demikian diduga BOPO mempunyai pengaruh terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
H2 : BOPO mempunyai pengaruh parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah.
2.4.3Pengaruh FDR terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
FDR adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank
dengan Dana Pihak Ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. FDR tersebut
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada
nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi
permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan
oleh bank untuk memberikan kredit.
Semakin tinggi tingkat FDR suatu bank, maka bank tersebut akan berusaha
untuk meningkatkan perolehan dananya, salah satunya dari sisi deposito untuk
menginvestasikan dananya di bank syariah, maka diberikanlah tingkat keuntungan
yang menarik, sehingga peningkatan FDR akan meningkatkan return (Amelia,
2011). Dengan demikian diduga FDR berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah.
H3 : FDR mempunyai pengaruh parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah.
H4 : CAR, BOPO dan FDR mempunyai pengaruh simultan terhadap Tingkat
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbankan Syari’ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam
(Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat
Islam. Berdasarkan Pasal 1 Ayat (12) UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan, prinsip
hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan
pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah),
atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah),
atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari
pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
UU No.21 Tahun 2008 mengatur secara rinci mengenai landasan hukum serta
jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. UU
No.21 Tahun 2008 juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk
membuka cabang syariah atau bahkan mengonversi diri secara total menjadi bank
syariah. Dengan demikian, pemberlakuan undang-undang ini memicu lahirnya