DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica ; Irmaya Briliantien. 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi pada Bank Umum Pemerintah di Wilayah Surabaya dan Sidoarjo”, Jurnal Akuntansi, Surabaya.
Anggarsari, Dwirini. 2008. “Pengaruh Partisipasi dan Kepuasan Pemakai terhadap Kinerja Sistem Informasi”, :1-31.
Anwar, Adli. 2012. “Pengaruh Komitmen Organisasional dan Pengetahuan Manajer terhadap Keberhasilan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi dan Dampaknya Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Survei pada BUMN di Indonesia)”, hal 1-36 Jakarta.
Bandi. 2006. “Pengaruh Respon Perusahaan dalam Investasi Teknologi Informasi terhadap Kinerja Perusahaan: Strategi Bisnis, Kematangan Teknologi Informasi dan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Anteseden”, SNA IX: 1-29.
Budiasih, Yanti. 2012. “Struktur Organisasi, Desain Kerja, Budaya Organisasi dan Pengaruhnya terhadap Produktivitas Karyawan (Studi Kasus pada PT. XX di Jakarta), Jurnal Liquidity, Vol 1, No 2, Juli-Desember 2012 :99-105.
CahyaSumirat, Gunawan. 2006. “Pengaruh Profesionalisme dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Internal Auditor, dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Internal Auditor PT. Bank ABC)”, : 1-76.
Christiana, Merry ; Sunjoyo, 2008. “Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Komitmen Organisasional yang Dimediasi oleh Identifikasi Organisasional” : 1-17.
CIMB NIAGA. 2011. Laporan Tahunan (Annual Report) 2011.
Ekowati, Titin. 2010. “Persaingan Industri Bank Umum Swasta di Indonesia”, : 1-27.
Hakim, Lukman. 2011. “Membangun Budaya Organisasi Unggul sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja Karyawan di Era Kompetitif”, Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 15, No 2, Desember 2011 : 148-158
Handayani, Rini. 2010. “Analisis Faktor-Faktor yang Menentukan Efektivitas Sistem Informasi pada Organisasi Sektor Publik”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 12 No.1, Mei 2010 : 26-40.
Handojo, Andreas ; Sri Maharsi dan Go, Ornella Aquaria. 2004. “Pembuatan Sistem Informasi Akuntansi Terkomputerisasi atas Siklus Pembelian dan Penjualan pada CV. X”, Jurnal Informatika, Vol 5, No 2, November 2004: 86 – 94.
ICASA. 2013. “Kejahatan Perbankan Banyak Dilakukan oleh SDM Internal”, Jakarta.
Jumaili, Salman. 2005. “Kepercayaan terhadap Teknologi Sistem Baru dalam Evaluasi Kinerja Individual”, SNA 8, V III, 15 -16 September : 722-735 Solo. Kartiningsih. 2007. “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Keterlibatan Kerja
terhadap Komitmen Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Semarang)”, : 1-96.
Komara, Acep. 2006. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi”, Jurnal Maksi, Vol 6, No. 2, Agustus 2006 : 143-160. Kumorotomo, Wahyudi. 2007. “Masalah Penting dalam Merancang Struktur
Organisasi”, : 1-19.
Kushardiyantini, Liyagustin. 2010. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Sistem Informasi Akuntansi pada Perusahaan Daerah Air Minum di Wilayah Gresik”, hal 1-17.
Kusumawati, Ratna. 2008. “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja untuk Meningkatkan Kinerja
Lieke. 2011. “Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Kerja terhadap Komitmen Organisasi di Organisasi Pendidikan Islam X”, :1-12.
Mansur, A. Tolkah. 2009. “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Rotasi Pekerjaan terhadap Motivasi Kerja untuk Meningkatkan Kinerja Pegawai Ditjen Pajak”, :1-110.
Novita, Helena. 2011. “Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi Dampaknya terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Dwi Daya Sentra Prakarsa (Persero)”, : 1-18.
Ompusunggu, Halomoan. 2002. “Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi terhadap Efektivitas Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern”, Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol 1, No 2, Mei 2002 : 1-9.
P, S. Widanarto.2004. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Keefektifan Sistem Informasi Ditinjau dari Dimensi Kualitas Pelayanan”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol III, No.1- Tahun 2004 : 19-31.
Purba, Debora Eflina ; Ali Nina Liche Seniati. 2004. “Pengaruh Kepribadian dan Komitmen Organisasi terhadap Organizational Citizenzhip Behavior”,
Makara, Sosial Humaniora, Vol 8, No 3, Desember 2004: 105-111.
Putranto, Hartri. 2011. “Manajemen dalam Organisasi dan Struktur Organisasi”,: 1-19.
Rahayu, Siti Kurnia. 2012. “The Influence of Organizational Culture and Organizational Structure to Implementation of Accounting Information System in Public Sector (Survey in Small Taxpayers Office in Bandung dan Jakarta), Vol 10, No. 1 : 123-142.
Rahmadana, M. Fitri ; Widho Bijaksana, 2002. “Pengaruh Sistem Informasi Manajemen dan Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Pengambilan Keputusan pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A Belawan”, Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, Vol 2, No 2, Oktober 2002 : 1-8.
Riady, Hanes. 2009. “Interaksi Nilai-Nilai Organisasi dengan Kepemimpinan dalam Memengaruhi Karakteristik Pekerjaan Petugas Kredit Bank BUMN di Jakarta”, : 1-21.
Riasetiawan, Mardhani. 2012. “Sistem Informasi Akuntansi”, : 1-24.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, 2008. Teori Sosiologi Modern, Edisi 6, Cetakan ke-5, Kencana, Jakarta.
Romney, Marshall B dan Paul John Steinbart, 2006. Accounting Information System (Sistem Informasi Akuntansi), Edisi 9, Buku 1, Salemba 4, Jakarta.
___________________________________, 2005. Accounting Information System (Sistem Informasi Akuntansi), Edisi 9, Buku 2, Salemba 4, Jakarta.
Rusdi, Dedi ; Nurul Megawati. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi (SIA)”, hal 1-18.
Sari, Yunita. 2013. “Strategi Humas dalam Menjaga Budaya Perusahaan di PT. Kharis Amarga Samarinda”, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol 1, No 1: 28-38. Sawitri, Peni 2011. “Interaksi Budaya Organisasi dengan Sistem Pengendalian
Manajemen terhadap Kinerja Unit Bisnis Industri Manufaktur dan Jasa”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 13 No. 2, September 2011 : 151-161.
Schultz,Duane & Schultz, Sydney Ellen. 1994. Theories of Personality. California Wadsworth, Inc.
Sobirin, Achmad. 2007. Budaya Organisasi, Cetakan Pertama, Unit Penerbit dan Pencetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.
Widyastuti, Hana Chrysanti. 2009. “Hubungan antara Budaya Organisasi dengan Komitmen Organisasi pada Perawat Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang”, :1-27.
Wijayanti, Lilis Endang. 2005. “Pengaruh Perilaku Pemakai terhadap Kinerja Sistem Informasi: Partisipasi dan Kepuasan Pemakai sebagai Variabel Independen, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol III No. 2 – Tahun 2005 : 24-45.
Wulantika, Lita. 2011. “Budaya Organisasi dalam Meningkatkan Keefektifan Organisasi”, Majalah Ilmiah UNIKOM, Vol 7, No 2 : 1-10.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif. Menurut Umar (2003:30), penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT CIMB NIAGA Tbk. Wilayah Medan Sumatera Utara, Jalan Pinang Baris No. 5.
3.2.2 Waktu Penelitian
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Tahapan Penelitian Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Pra Observasi Penelitian √
Penetapan Judul √
Pengumpulan Data √ √ √
Penyelesaian Proposal √
Pengolahan dan Analisis Data
√ √
Penyelesaian Skripsi √
3.3 Batasan Operasional
Penelitian ini memiliki batasan operasional, yaitu:
1. Penelitian ini hanya menggunakan 6 variabel bebas, yaitu : dukungan manajemen puncak, ukuran organisasi, budaya organisasi, komitmen organisasi, struktur organisasi dan kematangan organisasi untuk mengukur kinerja Sistem Informasi Akuntansi pada PT CIMB NIAGA Tbk. Wilayah Medan Sumatera Utara.
2. Terkadang responden sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur sehingga sulit ditemukan validitas datanya.
3.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Untuk membatasi ruang lingkup variabel penelitian, maka definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut :
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Penelitian
Definisi Operasional Pengukuran Variabel
Dukungan Manajemen Puncak ( X1 )
Dukungan manajemen puncak adalah pihak yang bertanggung jawab atas keberhasilan sistem informasi dan kelangsungan
organisasi.
-Merencanakan pengadaan dan pengembangan sistem.
-Menguasai materi-materi pekerjaan.
-Mampu memotivasi dan memberi pengaruh positif kepada karyawan -Mampu menciptakan kebijakan dan keputusan yang tepat.
Ukuran Organisasi ( X2 )
Ukuran organisasi merupakan faktor yang memiliki hubungan positif terhadap struktur organisasi karena semakin besar ukuran suatu organisasi maka strukturnya juga semakin banyak.
-Jumlah karyawan -Masa kerja
-Tanggungjawab karyawan dan organisasi
Variabel Penelitian
Definisi Operasional Pengukuran Variabel
Budaya organisasi ( X3)
Budaya organisasi adalah sistem nilai organisasi yang mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.
-Misi, visi dan nilai-nilai
-Etika karyawan dan organisasi. -Sejarah organisasi. merupakan sikap yang mencerminkan anggota merasa terlibat dan terikat dalam suatu organisasi sehingga tujuan-tujuan dalam organisasi dapat diterima.
-Pengalaman kerja, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, kepribadian.
-Lingkup jabatan, tantangan, konflik, tingkat kesulitan dalam pekerjaan.
-Besar kecilnya dan bentuk organisasi
Struktur organisasi ( X5 )
Struktur organisasi merupakan alat dalam mencapai tujuan organisasi yang menekankan struktur organisasi pada pola hubungan antar anggota organisasi, tugas-tugas yang harus dijalankan oleh mereka, struktur-struktur satu sama lain saling bergantung, aktivitas
-Spesialisasi kerja (pembagian kerja).
-Departementalisasi
(pengelompokkan pekerjaan yang serupa).
Variabel Penelitian
Definisi Operasional Pengukuran Variabel
Kematangan organisasi ( X6 )
Kematangan organisasi adalah tingkat paling puncak yang dihadapi oleh suatu
perusahaan dalam menghadapi persaingan dalam mempertahankan kelangsungan perusahaan
-Kepemimpinan organisasi. -Keterampilan karyawan.
Informasi yang disajikan
dapat memberikan kontribusi bagi penggunanya.
-Informasi berkualitas.
-Kesesuaian harapan pengguna dengan hasil yang diperoleh.
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Tabel 3.3 Instrumen Skala Likert
No Jawaban Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Kurang Setuju (KS) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju (STK) 1
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
3.6.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan di bidang akuntansi PT CIMB NIAGA Tbk. Wilayah Medan Sumatera Utara
3.6.2 Sampel Penelitian
Alasan dipilihnya sampel ini karena karyawan-karyawan tersebut berpatisipasi aktif mengukur kepuasan pengguna sistem informasi akuntansi. Teknik pengambilan sampel dengan teknik random sampling.
3.7 Jenis Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Jenis data didalam penelitian ini adalah:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terpilih di lokasi penelitian. Data primer penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner pada karyawan PT CIMB NIAGA Tbk. Wilayah Medan Sumatera Utara.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, baik dari buku ataupun jurnal-jurnal/riset/artikel penelitian. Data sekunder penelitian ini berupa:
a. Sejarah Singkat PT CIMB NIAGA Tbk. Wilayah Medan Sumatera Utara.
organisasi, struktur organisasi dan kematangan organisasi yang mendukung penelitian ini.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuesioner, yaitu dengan mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan tertulis yang diisi responden. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan di bidang akuntansi PT CIMB NIAGA Tbk. Wilayah Medan Sumatera Utara.
3.9 Uji Kualitas Data
3.9.1 Pengujian Validitas Data
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau kesahihan suatu instrument, dimana sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang akan diukurnya (Ancok 1998 : 120). Menurut Hakim (1999) dalam Widyastuti (2000), “Faktor-faktor yang mengurangi validitas data antara lain ketidakpatuhan responden mengikuti petunjuk pengisian kuesioner dan tidak tepatnya formulasi alat pengukur yaitu bentuk dan isi kuesioner”.
1. Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel maka butir pertanyaan dinyatakan valid.
2. Jika rhitungpositif dan rhitung < rtabel maka butir pertanyaan dinyatakan tidak valid.
3.9.2 Pengujian Reliabilitas Data
Uji reliabilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pemgukuran tetap apabila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Dalam melihat reliabilitas masing-masing instrument yang digunakan, maka peneliti menggunakan koefisien cronbanch alpha, yaitu suatu instrument dikatakan reliable jika memilki nilai cronbanch alpha lebih besar dari 0,5 atau bila r positif , r hitung > r tabel maka butir pertanyaan valid. (Nunnaly : 1967 ) dalam Ghozali ( 2005 : 42 ).
3.10 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.
3.10.1 Uji Normalitas
memiliki distribusi normal”. Data dengan distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng dan distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal.
Pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogrov-Smirov tantang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat dari :
1. Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.
2. Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal
3.10.2 Uji Multikolinearitas
3.10.3 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Erlina (2008:106), “uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual pengamatan ke pengamatan lain”. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut Heteroskedastisitas.Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Erlina 2007:108). Pengujian dilakukan dengan Uji Gletser, dengan cara meregres seluruh variabel independen dengan nilai absolute residual sebagai variabel independenya. Perumusan Hipotesis adalah :
1. Ho : tidak ada heteroskedastisitas 2. Ha : ada heteroskedastisitas
3. Jika signifikan < 0,05 maka Ha diterima (ada heteroskedstisitas) dan jika signifikan > 0,05 maka H0 diterima (tidak ada heteroskedstisitas).
3.11 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi Linear Berganda ditujukan untuk mengetahui hubungan linier antara beberapa variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis regresi linear berganda dirumuskan sebagai berikut:
Dimana :
Y = Kepuasan Pengguna Sistem Informasi Akuntansi a = Konstanta
X1 = Dukungan Manajemen Puncak
b1 = Koefisien Dukungan Manajemen Puncak X2 = Ukuran Organisasi
b2 = Koefisien Ukuran Organisasi X3 = Budaya Organisasi
b3 = Koefisien Budaya Organisasi X4 = Komitmen Organisasi
b4 = Koefisien Komitmen Organisasi X5 = Struktur Organisasi
b5 = Koefisien Struktur Organisasi X6 = Kematangan Organisasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pengujian asumsi klasik dilakukan melalui uji normalitas, heteroskedastisitas dan multikolinieritas. Dari uji normalitas yang dilakukan, baik dari uji statistik kolomogorov-smirnov maupun grafik histogram, hasilnya menunjukkan bahwa data penelitian terdistribusi normal. Pada uji heterokedastisitas, hasilnya menunjukkan bahwa titik-titk menyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pada uji multikolinieritas, hasilnya menunjukkan bahwa model regresi tidak terjadi multikolinieritas.
organisasi, 0,001 lebih kecil dari 0,05 dan nilai signifikan komitmen organisasi, 0,000 lebih kecil dari,0,05 . Jika signifikansi t hitung <0,05 maka Ha diterima. Sedangkan variabel lainnya, dukungan manajemen puncak, budaya organisasi, struktur organisasi dan kematangan organisasi berpengaruh negatif karena nilai signifikan > 0,05 sehingga Ha ditolak.
Variabel dukungan manajemen puncak berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja sistem informasi akuntansi karena nilai signifikan 0,787 lebih besar dari 0,05. Variabel budaya organisasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja sistem informasi akuntansi karena nilai signifikan 0,852 lebih besar dari 0,05. Variabel struktur organisasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja sistem informasi akuntansi karena nilai signifikan 0,746 lebih besar dari 0,05. Variabel kematangan organisasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja sistem informasi akuntansi karena nilai signifikan 0,704 lebih besar dari 0,05.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Jika r hitung > r tabel, maka butir pertanyaan tersebut valid. b. Jika r hitung < r tabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.
Tabel 4.1
126.1667 192.144 .588 .938
Dukungan Manajemen Puncak
126.2333 189.495 .581 .938
Dukungan Manajemen Puncak
126.3333 192.644 .514 .939
Dukungan Manajemen Puncak
126.5667 187.151 .664 .937
Dukungan Manajemen Puncak
Ukuran Organisasi
126.2667 194.616 .508 .939
Ukuran Organisasi
126.3667 195.620 .426 .939
Ukuran Organisasi
126.0333 195.826 .444 .939
Ukuran Organisasi
126.1333 195.016 .487 .939
Ukuran Organisasi
126.1000 192.024 .578 .938
Budaya Organisasi
126.1000 194.300 .626 .938
Budaya Organisasi
126.2000 192.579 .601 .938
Budaya Organisasi
126.4667 185.706 .689 .937
Budaya Organisasi
126.2333 189.495 .581 .938
Budaya Organisasi
126.0667 197.375 .519 .939
Komitmen Organisasi
126.3333 188.644 .522 .939
Komitmen Organisasi
126.3333 192.644 .514 .939
Komitmen Organisasi
Komitmen Organisasi
126.1667 192.144 .588 .938
Komitmen Organisasi
126.2333 189.495 .581 .938
Struktur Organisasi
126.3333 192.644 .514 .939
Struktur Organisasi
126.5667 187.151 .664 .937
Struktur Organisasi
126.2667 196.202 .411 .939
Struktur Organisasi
126.2667 194.616 .508 .939
Struktur Organisasi
126.3667 195.620 .426 .939
Kematangan Organisasi
126.0333 195.826 .444 .939
Kematangan Organisasi
126.1333 195.016 .487 .939
Kematangan Organisasi
126.1000 192.024 .578 .938
Kematangan Organisasi
126.1000 194.300 .626 .938
Kematangan Organisasi
Kinerja Sistem Informasi Akuntansi
126.4667 185.706 .689 .937
Kinerja Sistem Informasi Akuntansi
126.2333 189.495 .581 .938
Kinerja Sistem Informasi Akuntansi
126.0667 197.375 .519 .939
Kinerja Sistem Informasi Akuntansi
126.3333 188.644 .522 .939
Kinerja Sistem Informasi Akuntansi
126.2333 189.495 .581 .938
Sumber : Data Primer (2013)
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa seluruh pertanyaan valid, karena nilai Corrected Item Total Correlaction seluruh pernyataan bernilai lebih besar atau sama dengan nilai rtabel 0,2609 dan dapat dipergunakan dalam penelitian.
a. Jika ralpha positif atau lebih besar dari rtabel maka dinyatakan reliabel. b. Jika ralpha positif atau lebih kecil dari rtabel maka dinyatkaan tidak reliabel.
Tabel 4.2
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.940 35
Sumber : Data Primer (2013)
Pertanyaan dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,80. Berdasarkan pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha bernilai 0,940. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner penelitian ini reliabel sehingga dapat diteruskan untuk melakukan penelitian.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan regresi linier berganda, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yakni (1) Uji Normalitas, (2) Uji Heteroskesdastisitas, dan (3) Uji Multikolinieritas.
a. Uji Normalitas
yaitu pada Normal P-P Plot of Regression Standarizied Residual. Apakah titik menyebar di sekitar garis diagonal maka data telah berdistribusi normal. Normal P-P Plot of Regression Standarizied Residual.
Gambar 4.1 : Pengujian Normalitas
Sumber : Data Primer (2013)
Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar mengikuti data di sepanjang garis diagonal, hal ini berarti data berdistribusi normal. Selain itu, uji normalitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji
kolmogorov-Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Kinerja Sistem Informasi Akuntansi
Mean =-8.78E-16 Std. Dev. =0.943
sumirnov pada tingkat signifikan 5 % (0,05). Hasil uji kolmogrov-sumirnov dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Sumber : Data Primer Diolah (2013).
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa data berdistribusi normal karena nilai Asympy.Sig (2-tailed) sebesar 0,068 diatas pada tingkat signifikansi 0,05 atau 5 %. Atau Asympy.Sig (2-tailed) > 0,05.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan grafik dan analisis statistik berupa uji glejser. Melalui analisis grafik, suatu model regresi dianggap tidak terjadi heteroskedastisitas jika titik-titik menyebar secara acak
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Test distribution is Normal. a.
dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y.
Tabel 4.4
Uji Glejser
Model regresi dikatakan mengalami heteroskedastisitas jika probabilitas variabel < 5% atau 0,05. Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa tidak terdapat satupun variabel indenpenden yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen. Hal ini terlihat dari probabilitas variabel bebas di atas signifikansi 5%. Jadi dapat di nyatakan bahwa model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas. Berikut ini scater plot adalah sebagai berikut:
Coefficientsa
-2.722 2.513 -1.083 .284
.026 .042 .090 .605 .548 .786 1.272
.138 .168 .160 .820 .416 .456 2.192
-.021 .072 -.054 -.298 .767 .526 1.902
-.020 .164 -.020 -.125 .901 .656 1.525
.104 .085 .236 1.224 .227 .471 2.122
.035 .052 .095 .668 .507 .871 1.148
(Constant)
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Gambar 4.2 : Pengujian Normalitas
c. Uji Multikolinieritas
Gejala multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel indenpenden manakah yang dijelaskan oleh variabel dependen lainnya. Tolerance adalah mengukur variabalitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan variabel independen lainnya. Nilai yang dipakai untuk Tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinieritas.
Tabel 4.5
Uji Multikolinieritas
Sumber : Data Primer (2013)
Pada Tabel 4.5 memperlihatkan semua nilai variabel independent memiliki nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Hal ini berarti tidak terjadi multikolinieritas.
4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda
a. Uji Simultan/Uji- F
Uji-F (uji serempak) dilakukan untuk melihat secara bersama-sama (serempak) pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel bebas yaitu dukungan manajemen puncak, ukuran organisasi, budaya organisasi, komitmen organisasi, struktur organisasi dan kematangan organisasi untuk kinerja sistem informasi akuntansi pada PT. CIMB NIAGA Tbk Wilayah Medan Sumatera Utara. Berikut ini hasil uji secara simultan (Uji-F) penelitian ini adalah sebagai berikut:
Coefficientsa
-2.722 2.513 -1.083 .284
.026 .042 .090 .605 .548 .786 1.272
.138 .168 .160 .820 .416 .456 2.192
-.021 .072 -.054 -.298 .767 .526 1.902
-.020 .164 -.020 -.125 .901 .656 1.525
.104 .085 .236 1.224 .227 .471 2.122
.035 .052 .095 .668 .507 .871 1.148
(Constant)
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Tabel 4.6
Uji Simultan (Uji-F)
Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima atau Ha ditolak, sedangkan jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika tingkat signifikansi < 5% atau 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pada Tabel 4.6, memperlihatkan bahwa nilai Fhitung adalah 13.295 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai Ftabel pada tingkat signifikan 95 % (α = 0,05) sebesar 2,29. Menunjukkan bahwa secara simultan dukungan manajemen puncak, ukuran organisasi, budaya organisasi, komitmen organisasi, struktur organisasi dan kematangan organisasi untuk mengukur kinerja sistem informasi akuntansi pada PT. CIMB NIAGA Tbk Wilayah Medan Sumatera Utara.
ANOVAb
360.133 6 60.022 13.295 .000a
216.703 48 4.515
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Kematangan Organisasi, Budaya Organisasi, Dukungan Manajemen Puncak, Komitmen Organisasi, Struktur Organisasi, Ukuran Organisasi
a.
b Uji Parsial /Uji- t
Uji-t (uji parsial) dilakukan untuk melihat secara individual pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel bebas (independent) yaitu dukungan manajemen puncak, ukuran organisasi, budaya organisasi, komitmen organisasi, struktur organisasi dan kematangan organisasi untuk mengukur kinerja sistem informasi akuntansi pada PT. CIMB NIAGA Tbk Wilayah Medan Sumatera Utara.
Tabel 4.7
Uji Secara Parsial (Uji-t)
Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima atau Ha ditolak, sedangkan jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jika tingkat signifikansi < 5% atau 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pada tabel 4.7 menunjukkan: a. Dukungan Manajemen Puncak (X1)
Dukungan manajemen puncak pada hasil thitung sebesar -0.271 dengan nilai ttabel sebesar 2,021, yakni thitung < ttabel (-0.271 < 2,021) sehingga bahwa dukungan manajemen puncak tidak berpengaruh terhadap kinerja sistem informasi akuntansi pada PT. CIMB NIAGA Tbk Wilayah Medan Sumatera Utara.
b. Ukuran Organisasi (X2)
Dukungan manajemen puncak pada hasil thitung sebesar 3.678 dengan nilai ttabel sebesar 2,021, yakni thitung > ttabel (3.678 > 2,021) sehingga bahwa ukuran organisasi berpengaruh terhadap kinerja sistem informasi akuntansi pada PT. CIMB NIAGA Tbk Wilayah Medan Sumatera Utara.
c. Budaya Organisasi (X3)
Budaya organisasi pada hasil thitung sebesar 0.188 dengan nilai ttabel sebesar 2,021, yakni thitung < ttabel (0.188 < 2,021) sehingga bahwa budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja sistem informasi akuntansi pada PT. CIMB NIAGA Tbk Wilayah Medan Sumatera Utara.
d. Komitmen Organisasi (X4)
komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja sistem informasi akuntansi pada PT. CIMB NIAGA Tbk Wilayah Medan Sumatera Utara.
e. Struktur Organisasi (X5)
Struktur organisasi pada hasil thitung sebesar 0.326 dengan nilai ttabel sebesar 2,021, yakni thitung < ttabel (0.326 < 2,021) sehingga bahwa struktur organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja sistem informasi akuntansi pada PT. CIMB NIAGA Tbk Wilayah Medan Sumatera Utara.
f. Kematangan Organisasi (X6)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dukungan manajemen puncak (X1), ukuran organisasi (X2), budaya organisasi (X3), komitmen organisasi (X4), struktur organisasi (X5), dan kematangan organisasi (X6) terhadap kinerja sistem informasi akuntansi (Y) dengan kepuasan pengguna sistem informasi akuntansi sebagai proxi pada PT. CIMB NIAGA TBK Wilayah Medan Sumatera Utara. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dukungan manajemen puncak, ukuran organisasi, budaya organisasi, komitmen organisasi, struktur organisasi, dan kematangan organisasi. Variabel dependen yang digunakan dalam variabel ini adalah kinerja sistem informasi akuntansi. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. CIMB NIAGA TBK Wilayah Medan Sumatera Utara, dengan jumlah populasi yang sebanyak 55 responden yang terdiri dari laki-laki sebanyak 39 orang dan perempuan sebanyak 16 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik yang dilakukan secara acak ( Random sampling ).
sebelumnya dilakukan uji kualitas data dan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas.
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, beberapa kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Secara simultan, dukungan manajemen puncak, ukuran organisasi, budaya organisasi, komitmen organisasi, struktur organisasi, dan kematangan organisasi memiliki pengaruh positifdan signifikan terhadap kinerja sistem informasi akuntansi pada PT. CIMB NIAGA TBK Wilayah Medan Sumatera Utara,
2. Secara parsial, dukungan manajemen puncak berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Artinya jika dukungan manajemen puncak mengalami peningkatan maupun penurunan, maka tidak akan mempengaruhi kinerja sistem informasi akuntansi pada PT. CIMB NIAGA TBK Wilayah Medan Sumatera Utara,
4. Secara parsial, budaya organisasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Artinya jika budaya organisasi mengalami peningkatan maupun penurunan, maka tidak akan mempengaruhi kinerja sistem informasi akuntansi pada PT. CIMB NIAGA TBK Wilayah Medan Sumatera Utara,
5. Secara parsial, komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Artinya jika komitmen organisasi mengalami peningkatan maupun penurunan, maka akan mempengaruhi kinerja sistem informasi akuntansi pada PT. CIMB NIAGA TBK Wilayah Medan Sumatera Utara,
6. Secara parsial, struktur organisasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Artinya jika struktur organisasi mengalami peningkatan maupun penurunan, maka tidak akan mempengaruhi kinerja sistem informasi akuntansi pada PT. CIMB NIAGA TBK Wilayah Medan Sumatera Utara,
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan dengan hasil penelitian ini bagi PT. CIMB NIAGA TBK Wilayah Medan Sumatera Utara pada khususnya dan peneliti selanjutnya, yaitu:
1. Bagi perusahaan diharapkan kepada segenap jajaran karyawan/staff akuntansi PT. CIMB NIAGA TBK Wilayah Medan Sumatera Utara tetap melaksanakan SIA (Sistem Informasi Akuntansi) dalam menjalankan aktivitas di dalam perusahaan,
2. Penerapan SIA (Sistem Informasi Akuntansi) harus tetap dilaksanakan di dalam perusahaan dan diharapkan akan menjadi budaya perusahaan,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Kepuasan Pengguna Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1.1 Teori Perilaku
Teori yang mendasari kepuasan pengguna adalah Teori Perilaku
(Behavioral Theory). Julian Rotter (1982) dalam Social Learning Theory (Teori Pembelajaran Sosial) yang tertuang dalam buku Theories of
Personality menjelaskan perilaku dari sisi luar maupun dalam seperti penguatan eksternal (external reinforcement) dan proses kognitif internal,
untuk menjelaskan perilaku.
Rotter beranggapan bahwa seseorang menyadari dirinya sebagai
makhluk yang sadar, mampu mempengaruhi pengalamannya dan membuat
keputusan dalam mengatur kehidupannya dan memiliki harapan subjektif
dari hasil perilaku tersebut.
Menurut Rotter, seseorang menampilkan perilaku tertentu yang telah
dipelajari dan dimunculkan berdasarkan persepsi. Dengan kata lain,
psikopatologi yaitu perilaku abnormal seseorang bisa terjadi karena
pengalamannya yang sebelumnya mendapatkan penguatan saat menampilkan
berubah baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal, pengalaman
yang baru, atau perubahan-perubahan cara penguatan yg diberikan.
Kegagalan pemenuhan kebutuhan juga dapat menyebabkan psikopatologi
seperti depresi.
Lingkungan menjadi komponen penting sebagai faktor yang
mempengaruhi munculnya perilaku seorang individu. Lingkungan sebagai
situasi eksternal akan memberikan pengaruh pada perilaku seseorang karena
hal tersebut memotivasi kita dalam mendapatkan penguatan positif (positive
reinforcement) dan menghindari hukuman (punishment). Keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan juga sangat berperan penting dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Rotter telah mendeskripsikan kepribadian sebagai
“ interaksi antara seseorang dengan lingkungannya yang penuh arti (Rotter,
1982, p. 5).
Bagi Rotter, kebanyakan perilaku manusia dipelajari, dan hanya
sedikit saja pengaruh dari faktor gen. Bukan alami seperti pengalaman atau
sifat bawaan yang memimpin kita, melainkan karena adanya pengasuhan.
Rotter memprioritaskan semua perilaku sebagai tujuan. Daripada terjerat oleh
beberapa status ideal yang harus diperoleh atau didesak untuk menghilangkan
kecemasan atau perasaan rendah diri, lebih baik kita meraih tujuan pribadi.
hukuman. Seseorang mampu membuat keputusan sadar tentang bagaimana
cara meraih status tersebut.
1. Penguatan Eksternal
Penguatan eksternal penting bagi sistem Rotter, namun keefektifannya
tergantung pada kemampuan kognitif seseorang.
Untuk mengukur nilai penguatan, Rotter menggunakan metode
pengurutan (ranking method) dan metode perilaku pilihan (behavioral
choice method).
a. Dalam penelitian dengan metode pengurutan, seseorang diberikan
deskripsi penguatan secara verbal, seperti pujian dari seorang
pimpinan kepada pengguna lalu kemudian diminta untuk
mengurutkan pernyataan dari yang paling banyak menguatkan
sampai yang paling sedikit menguatkan.
b. Sementara dalam metode perilaku pilihan, pengguna diminta
untuk memilih perilaku yang mereka harapkan akan diikuti oleh
penguatan yang nilainya lebih tinggi daripada diikuti oleh
penguatan yang nilainya rendah.
Metode perilaku pilihan juga telah digunakan untuk mengukur
harapan. Ketika seseorang memilih salah satu perilaku pilihan
bahwa perilaku yang mereka pilih mempunyai harapan yang lebih
tinggi untuk menghasilkan penguatan yang diinginkan.
2. Proses Kognitif Internal
Rotter menganggap bahwa yang dimaksud dengan perilaku
tidak hanya meliputi perilaku-perilaku yang dapat diamati dari luar
namun juga yang tidak dapat langsung diamati, yaitu proses kognitif
internal seseorang, seperti rasionalisasi, penekanan, pertimbangan atau
pilihan, dan perencanaan-variabel. Rotter menegaskan bahwa proses
kognitif dapat diamati dan diukur secara objektif melalui cara tidak
langsung, yaitu melalui pengamatan pada perilaku yang tampak dari
luar. Misalnya cara seseorang memecahkan masalah. Pemecahan
masalah perilaku dapat disimpulkan dengan mengamati perilaku
subjek yang mencoba untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Rotter mengambil ini sebagai bukti bahwa mereka sedang
mempertimbangkan solusi alternatif.
Dalam Social-Learning Theory, Rotter memiliki 6 konsep, yaitu :
1. Potensi Perilaku
Pengalaman di masa lalu memang penting, tetapi tidak cukup
untuk menentukan perilaku seseorang dalam sepanjang kehidupan
yang akan kita lalui. Kepribadian berubah dan bertumbuh, dan ketika
lingkungan berubah, persepsi kita tentang lingkungan itu juga akan
tertentu.. Pilihan kita terhadap satu perilaku adalah berdasarkan pada
kesan subjektif kita tentang situasi. Jadi, potensi perilaku tidak hanya
dipengaruhi oleh situasi stimulus namun juga oleh penafsiran kita dari
berbagai perilaku pilihan yang tersedia bagi kita, berdasarkan persepsi
subjektif kita tentang situasi.
2. Pengharapan
Pengharapan merupakan kepercayaan bahwa dengan
melakukan suatu perilaku pada situasi tertentu, maka akan
mendapatkan penguatan yang diperkirakan.
3. Nilai penguatan
Nilai penguatan merupakan suatu nilai ukur atau standar yang
digunakan seseorang sebagai pertimbangan untuk memunculkan
perilaku tertentu. Sebagai contoh, dua pengguna sistem informasi
akuntansi, X dan Y. X lebih memilih membantu rekan kerja, sukarela
melakukan kegiatan ekstra di tempat kerja, menghindari konflik
dengan rekan kerja, melindungi properti organisasi, menghargai
peraturan yang berlaku di organisasi, toleransi pada situasi yang
kurang ideal/menyenangkan di tempat kerja, memberi saran-saran
yang membangun di tempat kerja (Robbins, 2001 dalam Purba dan
Seniati, 2004). Sedangkan Y sebaliknya, membuang-buang waktu di
tempat kerja. Seseorang memiliki nilai penguatan yang berbeda pada
memiliki penilaian yang berbeda terhadap suatu kejadian mengenai
penguatan yang mereka dapatkan.
4. Situasi psikologis
Situasi psikologis adalah kombinasi dari faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi persepsi seseorang dan respon terhadap
stimulus. Rotter menyatakan bahwa semua situasi mengandung
petunjuk yang didasarkan pada pengalaman masa lalu,
mengindikasikan kepada kita akan harapan dari penguatan untuk
berperilaku dalam cara tertentu.
5. Kebebasan Bergerak
Kebebasan bergerak dianggap sebagai besarnya harapan
seseorang sehingga dia akan mendapatkan keyakinan sebagai dampak
dari perilaku tertentu. Harapan yang besar akan memberikan
kebebasan bergerak yang luas, sementara harapan yang kecil juga
berakibat pada kebebasan bergerak yang sempit. Seseorang dengan
kebebasan bergerak yang luas mengharapkan keberhasilan dalam
mencapai tujuan, tapi seseorang dengan kebebasan bergerak yang
sempit yang berkaitan dengan tujuan-tujuan atau
Ada beberapa penyebab dari kebebasan bergerak yang sempit.
Salah satu yang paling sederhana adalah kurangnya pengetahuan
tentang bagaimana mencapai tujuan tertentu. Contohnya, pengguna
sistem informasi akuntansi yang tidak dibekali dengan pelatihan dan
pendidikan atau pada saat diberi pelatihan dan pendidikan pengguna
tidak mengikuti pelatihan dengan baik. Mereka mempiliki harapan
yang kecil dalam mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapainya
karena ketidakmampuan mereka menunjukkan perilaku-perilaku
tertentu yang diperlukan.
Konflik bisa timbul ketika kebebasan bergerak sempit
sementara kebutuhan atau tujuan mempunyai nilai yang besar. Akibat
konflik ini, akan berkembang berbagai macam perilaku penolakan.
Seseorang mungkin akan mencoba tujuan-tujuannya atau memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya dengan cara-cara simbolis, dengan hidup di
dunia khayalan di mana dia tidak akan menerima hukuman atau
mendapatkan resiko yang mengakibatkan perilaku pengguna tidak
berkembang. Rotter percaya, bahwa sebagian besar perilaku yang
menyimpang terbentuk karena keinginan untuk menghindari konflik
antara kebebasan bergerak yang sempit dengan tujuan-tujuan yang
penting bagi seseorang.
Konsep Tingkat tujuan paling rendah, dirujuk sebagai tingkat
paling rendah potensi penguatan dalam situasi tertentu yang akan
dianggap sebagai suatu kepuasan. Tingkat tujuan paling rendah
ditunjukkan dari adanya penguatan-penguatan positif menjadi
penguatan–penguatan negatif.
Rotter beranggapan bahwa penguatan adalah suatu rangkaian
yang terjadi terus-menerus, dimana rangkaian mulai dari penguatan
yang sangat diinginkan hingga penguatan yang sangat tidak
diinginkan. Contohnya, jika seseorang melamar suatu pekerjaan, gaji
yang ditawarkan pasti mulai dari yang luar biasa tinggi sampai
rendahnya mengecewakan. Satu titik di antara kisaran gaji itulah
tingkat paling rendah yang mungkin akan memuaskan. Bekerja
dengan gaji di bawah jumlah tersebut tidak akan memberikan
penguatan pada orang tersebut.
Seseorang yang memiliki tingkat tujuan paling rendah yang
tinggi tetapi tidak memperoleh penguatan di atas tingkat tujuan ini
akan memiliki kebebasan bergerak yang sempit. Jadi, menetapkan
tingkat tujuan minimal yang tidak realistis adalah suatu hal yang
membahayakan.
Rotter memberikan gambaran bahwa tingkat tujuan paling
penguatan, yang bisa dilakukan dengan menggabungkan nilai-nilai
yang ada sekarang dengan nilai-nilai yang lebih tinggi atau yang lebih
rendah. Sebagai contoh, pengguna yang hanya sekedar tahu
mengoperasikan Sistem Informasi Akuntansi tetapi tidak memahami
secara keseluruhan. Hal tersebut akan dianggap sebagai penguatan
negatif oleh pengguna. Dengan menggabungkan antara nilai tersebut
dengan penguatan positif seperti pujian, rayuan, dan penerimaan dari
pimpinan, maka hal tersebut bisa menjadi penguatan yang bernilai
positif.
Jadi, dapat dikatakan Social Learning Theory Rotter
membentuk seseorang yang optimis. Dalam hal ini yang dimaksudkan
adalah pengguna Sistem Informasi Akuntansi. Pengguna yang optimis
akan belajar untuk mengerti apa yang menjadi bagian pekerjaannya,
bukan sekedar tahu dan menunjukkan bahwa bagian pekerjaannya
adalah penting dalam mempertahankan kelangsungan organisasi.
Pengguna yang beorientasi ke depan akan mampu bekerjasama
dengan pimpinan dan karyawan lain dalam mencapai visi, misi dan
tujuan.
Menurut Baldwin (1986:b) dalam Teori Sosiologi Modern
bahwa perilaku pengguna menjadi salah satu faktor dalam
merasa puas dengan sistem yang diterapkan, maka pengguna sudah
menunjukkan perilaku yang membangun organisasi dan besar
kemungkinan perilaku yang sama akan digunakan secara
berulang-ulang di masa mendatang dalam situasi serupa. Sebaliknya, jika
pengguna merasa sistem yang diterapkan tidak bermanfaat, kecil
kemungkinannya di masa mendatang.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian-uraian diatas adalah
penerapan, penggunaan dan pengmbangan suatu sistem dan teknologi
informasi tidak terlepas dari aspek perilaku karena hal tersebut terkait
dengan masalah individu dan organisasional sebagai pengguna sistem
tersebut, sehingga sistem yang diterapkan, digunakan dan
dikembangkan harus berorientasi kepada penggunanya.
2.1.1.2 Pengertian Kepuasan Pengguna
Ives, Olson dan Baroudi (1983) dalam Komara (2006) mendefinisikan
kepuasan pengguna sebagai sejauh mana pengguna percaya sistem informasi
yang tersedia bagi mereka memenuhi persyaratan informasi mereka. Dari
defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepuasan pengguna merupakan
perbandingan antara harapan dengan kenyataan pengguna atas informasi
2.1.1.3 Metode Mengukur Kepuasan Pengguna
Kotler (1997:38) dalam Surtiawan (2006) menyebutkan beberapa
metode untuk mengukur kepuasan pengguna, antara lain:
1. Sistem Keluhan dan Saran
Untuk dapat memberikan masukan, tanggapan, keluhan atas segala
aktifitas dan layanan yang diberikan oleh perpustakaan. Di negara maju
terdapat layanan telepon bebas atau pesan singkat. Kemajuan teknologi
ini sangat berarti dalam memahami kepuasan pengguna.
2. Survei Kepuasan Pengguna
Banyak metode survey yang digunakan untuk memahami tingkat
kepuasan pengguna. Survei tersebut dapat secara kualitatif maupun
kuantitatif. Saat ini metode kuantitatif lebih banyak dilakukan karena
metode ini cukup familiar dan keakuratannya cukup tinggi. Beberapa
metode survey kepuasan pengguna antara lain: direct reported
satisfaction, derived dissatisfaction, problem analysis dan important-performance analysis.
Responden ditanya secara langsung mengenai beberapa hal untuk
mengetahui apakah mereka merasa puas atau tidak terhadap sistem
yang mereka gunakan. Studi dengan menggunakan survey ini
digunakan untuk mengumpulkan pendapat, kesan, perasaaan dan
kebutuhan pengguna untuk dijadikan patokan bagi perusahaan dalam
upaya mencapainya.
b. Memperoleh ketidakpuasan
Kuesioner yang disebarkan menampung perbedaan antara tingkat
kinerja bisnis yang dirasakan konsumen atau pengguna dengan tingkat
harapan pengguna dalam beberapa kategori-kategori tertentu.
c. Analisis masalah
Responden ditanya mengenai masalah yang berhubungan dengan
produk dan pelayanan yang diberikan perusahaan pada mereka dan
masukan berupa saran atau usulan perbaikan yang mendorong
perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya.
d. Analisis kepentingan dan kinerja
Responden atau pengguna ditanyai mengenai tingkat pelayanan sistem
berdasarkan kepentingannya dibadingkan dengan kinerja perusahaan
3. Ghost Shopping
Metode ini dengan mempekerjakan beberapa orang untuk berperan
sebagai pengguna dan harus dijaga identitasnya. Ghost shoppers yang
baik akan mencatat apa saja yang dilihat, dirasakan olehnya dan perilaku,
sikap dan tatacara petugas perpustakaan dalam menjalankan profesinya.
Metode ini biayanya relatif murah dan waktu pelaksanaan fleksibel. Hasil
pencatatan Ghost shoppers dikumpulkan dan diadakan diskusi pembahasan.
4. Analisis Kehilangan Pengguna (Lost Customer Analysis)
Pimpinan perpustakaan dan pustakawan harus jeli melihat perkembangan
pengunjung. Dari aktifitas dan statistik harian akan terlihat tingkat
pemanfaatan layanan perpustakaan. Petugas tentu hafal pengunjung dan
pemakai rutin perpustakaan, bila pengunjung trersebut sudah jarang atau
tidak ada lagi ke perpustakaan dengan alasan yang tidak wajar, maka
sebab-sebab mengapa tidak lagi memanfaatkan jasa perpustakaan harus
dicari.
2.1.1.4 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1.5 Menurut Wilkinson (1991) dalam penelitian yang dilakukan Riasetiawan
(2012) Sistem Informasi Akuntansi merupakan suatu rerangka
personal, funds) untuk mengkonversi input berupa data ekonomik menjadi keluaran berupa informasi keuangan yang digunakan untuk melaksanakan
kegiatan suatu entitas dan menyediakan informasi akuntansi bagi pihak-pihak
yang berkepentingan.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2006) dalam Sutrismiasih (2012)
menyatakan Sistem Informasi Akuntansi merupakan kumpulan sumber daya,
seperti manusia dan peralatan yang dirancang untuk mengubah data keuangan
dan data lainnya ke dalam informasi, informasi tersebut dikomunikasikan
kepada para pembuat keputusan.
Menurut Mulyadi (2001) dalam Sutrismiasih (2012) juga
menyatakan sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola
yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
Menurut Romney dan Steinbart (2000) dalam Handojo, Sri Maharsi,
dan Go, Ornella Aquaria (2004) Sistem Informasi Akuntansi adalah
serangkaian dari satu atau lebih komponen yang saling berelasi dan
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan, yang terdiri dari pelaku,
serangkaian prosedur, dan teknologi informasi.
Berdasarkan definisi diatas, Sistem Informasi Akuntansi merupakan
suatu sistem yang melibatkan manusia, alat dan metode untuk menyajikan
informasi yang dibutuhkan perusahaan dalam pencapaian tujuan tertentu
2.1.1.6 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari lima komponen berdasarkan
buku Romney, Marshall B dan Paul John Steinbart, “Accounting Information
System” (2006):
1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut dan melaksanakan
berbagai fungsi.
2. Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang
dilibatkan dalam mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data
tentang aktivitas-aktivitas organisasi.
3. Data tentang proses-proses bisnis organisasi.
4. Software yang dipakai untuk memproses data organisasi.
5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan
pendukung (peripheral device) dan peralatan untuk komunikasi jaringan.
Dalam buku tersebut juga menjelaskan kelima komponen diatas secara
bersama-sama memungkinkan suatu sistem informasi akuntansi memenuhi
tiga fungsi pentingnya dalam organisasi:
1. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas dan transaksi
yang dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi
oleh aktivitas-aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam
berbagai aktivitas tersebut, agar pihak manajemen, para pegawai, dan
pihak-pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang (review)
2. Memproses data menjadi informasi yang dapat digunakan pihak
manajemen dalam proses pengambilan keputusan dalam aktivitas
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
3. Menyediakan kontrol yang tepat dan memadai terhadap aset
organisasi, termasuk data organisasi, untuk memastikan bahwa data
tersebut tersedia saat dibutuhkan, akurat dan andal.
2.1.1.7 Fungsi Sistem Informasi Akuntansi
Penelitian yang dilakukan Novita (2011) menunjukkan hubungan lima
fungsi utama dari Sistem Informasi Akuntansi. Lima fungsi utama yaitu
pengumpulan data, pemrosesan data, manajemen data, pengendalian data
(termasuk security) dan penghasil informasi.
1. Pengumpulan data
Fungsi pengumpulan data terdiri atas memasukkan data transaski
melalui formulir, mensyahkan serta memeriksa data untuk
memastikan ketepatan dan kelengkapannya. Jika data bersifat
kuantitatif, data dihitung dahulu sebelum dicatat. Jika data jauh dari
lokasi pemrosesan, maka data harus ditransmisikan lebih dahulu.
2. Pemrosesan Data
Pemrosesan data terdiri atas proses pengubahan input menjadi
a. Pengklasifikasian atau menetapkan data berdasar kategori yang
telah ditetapkan.
b. Menyalin data ke dokumen atau media lain.
c. Mengurutkan, atau menysusn data menurut karaktersitiknya.
d. Mengelompokkan atau mengumpulkan transaski sejenis.
e. Menggabungkan atau mengkombinasikan dua atau lebih data atau
arsip.
f. Melakukan penghitungan.
g. Peringkasan, atau penjumlahan data kuantitatif.
h. Membandingkan data untuk mendapatkan persamaan atau
perbedaan yang ada.
3. Manajemen data
Fungsi manajemen data terdiri atas tiga tahap, yaitu: penyimpanan,
pemutakhiran dan pemunculan kembali (retrieving). Tahap
penyimpanan merupakan penempatan data dalam penyimpanan atau
basis data yang disebut arsip. Pada tahap pemutakhiran, data yang
tersimpan diperbaharui dan disesuaikan dengan peristiwa terbaru.
Kemudian pada tahap retrieving, data yang tersimpan diakses dan
diringkas kembali untuk diproses lebih lanjut atau untuk keperluan
pembuatan laporan. Manajemen data akan menunjang pencapaian
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen terutama mengenai
informasi aktivitas dan informasi kebijakan manajemen.
4. Pengendalian data
Fungsi pengendalian data mempunyai dua tujuan dasar: (1) untuk
menjaga dan menjamin keamanan aset perusahaan, termasuk data, dan
(2) untuk menjamin bahwa data yang diperoleh akurat dan lengkap
serta diproses dengan benar. Berbagai teknik dan prosedur dapat
dipakai untuk menyelenggarakan pengendalian dan keamanan
yang memadai.
5. Penghasil informasi
Fungsi penghasil informasi ini terdiri atas tahapan pemrosesan
informasi seperti penginterprestasian, pelaporan dan
pengkomunikasian informasi.
2.1.1.8 Manfaat dan Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Wilkinson (1993) dalam Riasetiawan (2012) menyatakan manfaat dan
tujuan Sistem Informasi Akuntansi adalah sebagai berikut:
1. Pemrosesan Transaksi
Transaksi memungkinkan perusahaan melakukan operasi,
menyelenggarakan arsip dan catatan yang up to date dan
mencerminkan aktivitas perusahaan.
Menyediakan informasi yang diperlukan dalam pengambilan
keputusan yang dilaksanakan oleh aktivitas perusahaan.
3. Pertimbangan Perancangan Sistem Pemrosesan
Konsep perancangan sistem seharusnya mencerminkan prinsip-prinsip
perusahaan.
a. Tujuan perencanaan sistem seharusnya dicapai untuk
menghasilkan kemajuan dan kemampuan sistem yang lebih
besar.
b. Mempertimbangkan trade off yang memadai antara manfaat dari
tujuan perancangan.
c. Berfokus pada permintaan fungsional dari sistem.
d. Melayani berbagai macam tujuan.
e. Perancangan sistem memperhatikan keberadaan dari pengguna
(user) sistem.
2.1.1.9 Kualitas Sistem Informasi Akuntansi
Salah satu fungsi dari Sistem Informasi Akuntansi adalah
memberikan informasi yang berguna bagi manajemen atas keseluruhan
kegiatan perusahaan, informasi ini sangat dibutuhkan oleh manajemen karena
dengan informasi ini dapat diketahui seluruh aktivitas perusahaan
Wilkison (2000) dalam Jogiyanto (2005:227) dalam Wahyuni (2013),
menjelaskan bahwa Sistem Informasi Akuntansi mempunyai tiga tujuan
utama, antara lain:
1. Untuk mendukung operasi-operasi sehari-hari.
2. Untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen.
3. Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan
pertanggung jawaban.
Salah satu pelaku utama dalam penggunaan dan pengembangan
Sistem Informasi Akuntansi adalah pengguna. Pengguna harus mampu
menggunakan sistem informasi yang diterapkan oleh perusahaan agar
memperoleh kontribusi sesuai dengan harapan pengguna.
Suatu sistem informasi dianggap efektif apabila bisa memberikan
kepuasan bagi para penggunanya. Banyak profesional sistem yang menjadikan
kriteria kepuasan pemakai ini sebagai acuan utama penyusunan sistem
informasi (Wahyuni, 2013).
Kepuasan pengguna ditunjukkan oleh terpenuhinya kebutuhan
pengguna dan kemudahan pengguna dalam mengoperasikan sistem informasi
sehingga kinerja sistem informasi semakin tinggi (Anggarsari, 2007).
Semakin efektif dan efisien kualitas sistem informasi yang dihasilkan, maka
akan semakin meningkatkan kepuasan pengguna, dan sebaliknya. Tingkat
kepuasan pengguna juga akan mengacu kepada peningkatan kinerja pengguna
Perkembangan dari sistem informasi juga membutuhkan berbagai
faktor pendukung, seperti partisipasi dari pengguna. Partisipasi pengguna
diharapkan mampu mendukung kesuksesan dari sistem informasi yang
mencerminkan kepuasan dari para pengguna sistem informasi (Anggarsari,
2008).
Dalam pengembangan sistem informasi apabila pengguna diajak
berpartisipasi, maka akan membawa pengaruh yang cukup baik terhadap
organisasi. Hal ini dapat terjadi karena pengguna terlibat secara langsung
dalam penggunaan sistem informasi dan pengguna juga dapat menyampaikan
keinginan-keinginan mereka berkaitan dengan proses pengembangan sistem
informasi (Wahyuni, 2013).
Jadi dapat dikatakan partisipasi pengguna yang dibekali oleh
pelatihan dan pendidikan menjadi salah satu penunjang dalam menghadapi
tantangan dan mempertahankan kelangsungan perusahaan sehingga
penerapan dan pengembangan Sistem Informasi Akuntansi merupakan
langkah yang tepat yang diambil oleh suatu perusahaan yang ingin
berkembang.
2.1.2 Dukungan Manajemen Puncak (Top Management Support)
2.1.2.1 Pengertian Dukungan Manajemen Puncak
Dukungan manajemen puncak sangat dibutuhkan oleh setiap
berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik dengan karyawan-karyawan
lainnya sehingga terjalin hubungan yang saling menguntungkan dan tujuan,
visi dan misi perusahaan dapat terealisasi.
Kepemimpinan merupakan aspek penting yang menentukan berhasil
tidaknya suatu organisasi. Kepemimpinan menjadikan suatu organisasi dapat
bergerak secara terarah dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan menyangkut keberadaan figure/sosok orang yang dipercaya
menjadi pemimpin (Kusniawati, 2012).
Dalam penelitiannya, Kushardiyantini (2010) berpendapat bahwa
manajer puncak suatu perusahaan adalah para eksekutif pada puncak
organisasi yang bertanggungjawab atas kelangsungan hidup dan kesuksesan
karyawan.
Menurut Chen dan Paulraj (2004) dalam Yulianti (2012), dukungan
manajemen puncak sebagai berikut, ”Berkomitmen pada waktu, biaya, dan
sumber daya untuk mendukung supplier agar terjadi kemitraan pada jangka
panjang dan perusahaan juga dapat berlangsung berproses secara stabil. Salah
satu hal yang penting bagi manajemen puncak dalam menjalankan bisnis
adalah harus dapat selalu mengembangkan dan menciptakan satu nilai bagi
perusahaan agar dapat meningkatkan kinerja organisasi”.
Menurut Hasmi (2004) dalam Yulianti (2012) dukungan manajemen
umum bagi kegiatan sistem informasi. Tingkat dukungan yang diberikan oleh
manajemen puncak bagi sistem informasi organisasi dapat menjadi suatu
faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan semua kegiatan
yang berkaitan dengan sistem informasi”.
Berdasarkan definisi-definisi diatas maka disimpulkan bahwa
dukungan manajemen puncak adalah pihak yang memiliki wewenang dan
bertanggung jawab atas keberhasilan sistem informasi dan kelangsungan
perusahaan.
Penelitan DeLone (1988) dan Choe (1996) dalam Handayani (2010)
telah mengajukan dan secara empiris menguji bahwa dukungan manajemen
puncak mempunyai pengaruh positif terhadap kenerja sistem informasi
akuntansi melalui berbagai macam kegiatan. Manajemen puncak
bertanggung jawab atas penyediaan pedoman umum bagi kegiatan sistem
informasi.
Raghunathan dan Raghunathan (1988) dalam Handayani (2010) juga
menyatakan terdapat pengaruh positif signifikan dukungan manajemen
puncak terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Tingkat dukungan yang
diberikan oleh manajemen puncak bagi sistem informasi perusahaan dapat
menjadi suatu faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
2.1.2.2 Hubungan Dukungan Manajemen Puncak, Sistem Informasi Akuntansi,
dan Kualitas Informasi
Dukungan Manajemen Puncak
↓
Sistem Informasi Akuntansi
↓
Kualitas Informasi
Dari bagan diatas, dapat dilihat bahwa manajemen puncak harus
mengetahui langkah yang tepat yang dapat mendorong kelangsungan
perusahaan. Dalam hal ini penerapan Sistem Informasi Akuntansi menjadi
salah satu faktornya.
Manajemen puncak juga harus mampu mengadakan pelatihan dan
pendidikan bagi pengguna karena kinerja Sistem Informasi Akuntansi akan
lebih tinggi apabila program pelatihan dan pendidikan diperkenalkan (Tjhai
Fung Jen (2002) dalam Almilia dan Irmaya Briliantien. 2007)).
Kinerja Sistem Informasi Akuntansi yang baik juga akan
menghasilkan informasi yang berkualitas. Goodhue dan Thomson (1995)
dalam Jumaili (2005) menemukan kecocokan tugas teknologi akan
mengarahkan individu untuk mencapai kinerja yang lebih baik dan
kemampuan dan tuntutan dalam tugas pemakai, maka akan memberikan
dorongan pemakai memanfaatkan teknologi dan oleh sebab itu evaluasi
pemakai akan digunakan sebagai alat ukur keberhasilan pelaksanaan dan
kualitas jasa sistem informasi yang dihubungkan dengan kecocokan
tugas-tugas dengan teknologi.
Manajemen puncak diharapkan mampu mengerti dan menguasai
bagian-bagian pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan sehingga apabila
timbul masalah-masalah, manajemen puncak mampu memberikan
penyelesaian yang terbaik.
Dukungan manajemen puncak diperlukan dalam meningkatkan
kompetensi karyawan, mendorong atau menimbulkan rasa percaya diri bagi
karyawan dalam untuk dapat melaksanakan pekerjaan atau tanggungjawabnya
dengan baik khususnya karyawan di bidang akuntansi dengan kaitannya
dengan kualitas sistem informasi akuntansi, fungsi penentu arah, fungsi juru
bicara, fungsi komunikator, fungsi integrator, fungsi memberikan dukungan
dan semangat kerja karyawan (Desiana, 2012).
2.1.2.3 Indikator Dukungan Manajemen Puncak
Adapun komponen – komponen dukungan manajemen puncak
menurut Chen dan Paulraj (2004) dalam Yulianti (2012) adalah sebagai
1. Decision Quality (Keputusan yang Berkualitas)
Keputusan yang berkualitas adalah inti dari semua perencanaan adalah
pengambilan keputusan, suatu pemilihan cara bertindak. Dalam
hubungan ini kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindakyang
dipilih oleh manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti
penempatan untukmencapai sasaran dan pemecahan masalah. Sesuai
keinginan dan harapan.
2. Decision Acceptance (Penerimaan Keputusan)
Penerimaan keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi
alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa
kemungkinan-kemungkinan dari alternatif tersebut bersama
konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir,
dapat berupa tindakan atau opini.
3. Satisfaction with the Decision Process (Kepuasan dengan Proses Keputusan)
Kepuasan dengan proses keputusan bahwa kepuasan sebagai respon
emosional menunjukkan perasaan yang menyenangkan berkaitan
dengan pandangan karyawan terhadap keputusan.
2.1.3 Ukuran Organisasi (Organizational Size)
2.1.3.1 Pengertian Ukuran Organisasi
Ukuran perusahaan merupakan faktor operasional terpenting yang
Perusahan besar lebih inovatif dikarenakan kemampuannya untuk
menanggung resiko yang lebih besar. Perusahaan besar diharapkan memiliki
sumber daya dan infrastuktur untuk melakukan respon terhadap
lingkungannya (Darmawati dan Indriantoro, 1999 dalam Bandi 2006).
Smith, Guthrie, dan Chen (1989) dalam Handayani (2008)
menyatakan ukuran organisasi merupakan faktor yang mempengaruhi
hubungan antara strategi dengan kinerja organisasi. Daft (2003) dalam Riady
(2009) menyatakan dampak dari ukuran organisasi akan terlihat pada ukuran
kinerja organisasi dalam hal efektivitas yang dirasakan organisasi, moral
karyawan, keinginan berpindah. Ukuran organisasi ini mendasari struktur
organisasi dan proses kerja.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan ukuran organisasi
merupakan faktor yang memiliki hubungan positif terhadap struktur
organisasi karena semakin besar ukuran suatu organisasi maka strukturnya
2.1.3.2 Hubungan Ukuran Organisasi, Sistem Informasi Akuntansi dan Kualitas
Informasi
Ukuran Organisasi
↓
Sistem Informasi Akuntansi
↓
Kualitas Informasi
Penelitian Widanarto (2004) menyatakan besar kecilnya perusahaan
dapat dilihat dari berbagai faktor sebagai contoh jumlah karyawan, luas
bangunan, jumlah aktiva dan sebagainya. Perkembangan perusahaan dapat
dilihat dari jumlah aktiva yang dimiliki. Semakin lama perusahaan beroperasi,
maka jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan semakin besar sehingga
dibutuhkan sistem informasi yang relevan, akurat dan mendukung semua
aktivitas yang dilakukan oleh unit-unit lain yang ada di dalam perusahaan
guna menghindari penyalahgunaan wewenang yang diberikan dan laporan
dari unit-unit dapat dipercaya kebenarannya sehingga dapat digunakan
pimpinan untuk pengambilan keputusan.
Para peneliti berpendapat bahwa ukuran organisasi secara positif
dukungan sumber daya lebih memadai dalam organisasi yang lebih besar
(Ein-Dor dan Segev 1978; Raymond 1990) dalam Choe (1996) dalam
Komara (2006). Jika sumber daya tidak memadai, akan memungkinkan
perancang sistem tidak dapat mengikuti prosedur pengembangan normal
dengan memadai, dengan demikian meningkatkan resiko kegagalan sistem.
2.1.4 Budaya Organisasi (Organizational Culture)
2.1.4.1 Pengertian Budaya Organisasi
Salah satu variabel yang berhubungan dengan penentuan peningkatan
kinerja perusahaan atau organisasi adalah budaya organisasi. Variabel ini
sukar untuk ditentukan atau diuraikan tetapi variabel ini ada bahkan variabel
ini yang sangat penting ketika dikaitkan dengan keberhasilan peningkatan
kinerja perusahaan (Hakim, 2011).
Penelitian Hakim (2011), juga menyertakan contoh bahwa Joseph C.
Wilson seorang eksekutif kepala perusahaan Xerox Corp memimpin
perusahaan tersebut, dimana dia seorang yang agresif dan memiliki jiwa
wirausaha, maka perusahaan tersebut mengalami kemajuan yang besar
dengan basis mesin fotokopi jenis 914, sebagai salah satu produk yang
berhasil di USA. Di bawah kepemimpinannya Xerox mendapatkan
lingkungan usaha yang memiliki budaya informal, bersahabat, inovatif, dan