• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUNTANSI PERBANKAN KOMITMEN DAN KONTINJ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AKUNTANSI PERBANKAN KOMITMEN DAN KONTINJ"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

AKUNTANSI PERBANKAN - AKUNTANSI KOMITMEN

DAN KONTINJENSI

Oleh :

WITASARI

NPM. 29213354

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS GUNADARMA

(2)

PEMBAHASAN

AKUNTANSI KOMITMEN DAN KONTINJENSI

1. KOMITMEN

Komitmen dan kontinjensi merupakan transaksi yang banyak dijumpai dalam bank. Transasksi ini mempengaruhi neraca dan laporan laba-rugi. Komitmen dan kontinjensi akan dicatat dalam rekening administratif untuk memberikan informasi kepada manajemen akan adanya tagihan atau kewajiban yang muncul dari komitmen dan kontinjensi. Komitmen adalah suatu ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak, dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi.

Jenis-Jenis Komitmen

1. Komitmen Tagihan, yaitu komitmen yang akan diterima oleh suatu bank dari pihak lainnya.

2. Komitmen Kewajiban, yaitu komitmen yang diberikan oleh suatu bank kepada nasabah atau pihak lain.

Pencatatan Komitmen Dalam Laporan Keuangan

Transaksi komitmen belum mempengaruhi posisi di neraca maupun pendapatan dan biaya, oleh sebab itu transaksi komitmen harus dicatat oleh bank diluar pos-pos neraca. Tempat pencatatan transaksi seperti ini adalah rekening administratif. Pos administratif komitmen ini pada tanggal jatuh waktunya akan berubah menjadi transaksi yang akan merubah neraca dan pos pendapatan dan biaya.

Standar Keuangan Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) mewajibkan bank untuk mencatat transaksi komitmen ini secara single entry, tujuan dari pencatatan single entry untuk mengetahui sisa kewajiban atau tagihan suatu bank kepada nasabahnya. Maka, pada tanggal laporan keuangan harus terlihat jelas komitmen bersih dari suatu bank.

Jenis Komitmen

Dari kedua jenis yang ada dapat diperinci menurut jenis transaksi komitmen antara lain dijabarkan berikut ini :

1. Fasilitas Pinjaman Yang Diterima

Merupakan fasilitas pinjaman yang akan diterima oleh bank dari bank lain dan atau pihak lain dan belum dipergunakan pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Nilai komitmen yang disajikan adalah sejumlah nilai nominal penarikan atau pelunasan atas fasilitas tersebut, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian pemberian fasilitas kredit tersebut.

(3)

Contoh, Apabila Bank Permata menyetujui perjanjian pinjaman yang akan diterima dari Bank Mandiri sebesar Rp. 300 milyar, oleh Bank Permata transaksi ini harus dicatat pada sisi rekening administratif dengan jurnal sebagai berikut :

D : RAR – Fasilitas Pinjaman Yang Diterima………...Rp.

300.000.000.000,-Rekening ini akan tetap outstanding hingga tanggal realisasi pinjaman, dimana akan berubah menjadi aktiva dan pasiva.

Apabila pada tanggal jatuh tempo diterima pinjaman sebesar Rp. 175 milyar dari Bank Mandiri, dan dimasukkan ke rekening giro Bank Permata pada Bank Mandiri, maka Bank Permata akan dibukukan dengan jurnal sebagai berikut :

D : Giro – Bank ABC Rp. 175.000.000.000,-K : Pinjaman yang diterima Rp.

175.000.000.000,-Dengan demikian jurnal single entry diperlukan untuk menghapus rekening administratif seperti dibawah ini :

K : RAR.–Fasilitas Pinjaman Yang Diterima………...Rp. 175.000.000.000

,-Sisa fasilitas pinjaman menjadi Rp. 125 milyar yang tersedia untuk ditarik kembali oleh Bank Permata. Jadi, setiap penarikan pinjaman yang diterima akan dibukukan pada rekening efektif, yaitu rekening yang mengubah posisi di neraca maupun rekening administratif.

2. Fasilitas Kredit Yang Diberikan

Merupakan fasilitas kredit yang telah disetujui oleh bank untuk diberikan kepada nasabah dan masih berlaku untuk digunakan nasabah. Fasilitas kredit yang diberikan disajikan sebesar komitmen yang belum ditarik. Jenis transaksi ini banyak ditemukan dalam kegiatan operasional bank sehari-hari.

Penarikan atas fasilitas kredit yang telah diberikan tersebut terkadang dilakukan beberapa hari atau bulan setelah kredit disetujui sehingga terjadi tenggang waktu antar persetujuan dengan realisasi atau penarikan kredit. Selama tenggang waktu ini, bank harus mengetahui berapa besar kewajibannya untuk memenuhi tuntutan nasabah dalam penarikan kredit. Kewajiban ini harus dicatat dengan nilai yang tepat sebagai dasar untuk pengelolaan dana dan likuiditas yang harus disediakan kepada nasabah apabila nasabah menarik kredit.

(4)

Contoh, Apabila seorang nasabah telah disetujui untuk menerima fasilitas kredit sebesar Rp.120 juta maka, transaksi akan dicatat sebagai komitmen kewajiban dengan ayat jurnal sebagai berikut :

K : RAR – Fasilitas Kredit Yang diberikan ……

Rp.120.000.000,-Penarikan yang dilakukan oleh nasabah yang bersangkutan akan mengurangi saldo rekening administratif tersebut. Misal nasabah tersebut melakukan penarikan cek sebesar Rp. 35 juta dan disetorkan ke nasabah Bank Mandiri melalui kliring, akan dibukukan sebagai berikut :

D : Debitur ………Rp.35.000.000,-K : Bank Indonesia-Giro

………...……….Rp.35.000.000,-Ayat jurnal (komitmen), single entry rekening administrasinya sebagai berikut :

D : Rekening Administratif Rupiah

…………...Rp.35.000.000,-Sisa kredit yang masih dapat ditarik oleh nasabah menjadi sebesar Rp. 85 juta yang terlihat dari sisa rekening administratif. Setiap penarikan akan mengurangi rekening administratif ini hingga saldonya kosong yang berarti pagu kredit telah dipergunakan seluruhnya.

3. Kewajiban Pembelian Kembali Aktiva Bank Yang Dijual Dengan Syarat Repo

Adalah kewajiban bank untuk membeli kembali aktiva bank pada waktu tertentu yang sesuai dengan perjanjian. Transaksi ini merupakan komitmen kewajiban bank kepada nasabah dan harus disajikan sebesar harga pembelian yang disepakati bank dengan nasabahnya. Kesepakatan harga ditentukan pada saat penjualan aktiva yang harus disetujui kedua belah pihak, yakni nasabah dan pihak bank sendiri. Kesepakatan ini akan dicatat dalam rekening administratif sebagai kewajiban sebesar harga pembelian kembali yang telah disepakati. Contoh transaksi ini bisa dijumpai pada transaksi valuta asing seperti Swap.

4. Letter of Credit Yang Tidak Dapat Dibatalkan Yang Masih Berjalan

Letter of credit yang tidak dapat dibatalkan dan masih berjalan merupakan suatu jaminan keuangan yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya dalam rangka lalu lintas perdagangan baik dalam impor maupun ekspor. Maksud dari komitmen L/C yang tidak dapat dibatalkan yakni L/C berdokumen yang dibuka dengan syarat tidak dapat dibatalkan. Komitmen ini merupakan kewajiban bank kepada nasabahnya karena telah menerbitkan L/C yang tidak dapat dibatalkan. Maka, perlu pencatatan dalam rekening administratif dalam bentuk single entry.

Contoh, Bank Permata menerbitkan L/C irrevocable senilai Rp.300 juta untuk nasabahnya, PT Cahya yang setoran jaminannya sebesar 30 %, maka jurnalnya adalah :

K : RAR – Irrevocable L/C Dalam Negeri Repo …. Rp.300.000.000,-5. Akseptasi Wesel Impor Atas Dasar L/C Berjangka

(5)

Akseptasi wesel impor atas dasar L/C berjangka dicatat dan disajikan sebesar nilai wesel yang diaksep tersebut. Akseptasi wesel impor merupakan pemberian perintah kepada bank koresponden untuk mengaksep wesel atas nama bank sepanjang semua dokumen yang dipersyaratkan L/C berjangka yang bersangkutan dipenuhi dan bank telah mendapatkan konfirmasi pelaksanaannya dari bank koresponden yang melaksanakan perintah tersebut.

Contoh, Apabila bank koresponden Bank Mandiri yang merupakan bank pembayar atas L/C DN yang telah diterbitkan Bank Permata cabang Jakarta menerbitkan wesel berjangka senilai Rp.400 juta dan meminta agar Bank Permata mengaksepnya, maka oleh Bank Permata cabang Jakarta akan diaksep dengan jurnal sebagai berikut :

K : RAR – Wesel Berjangka Usance L/C DN yang diaksep ………Rp.400.000.000,-6. Transakasi Valuta Asing Tunai (SPOT) Yang Belum Diselesaikan

Adalah komitmen bank yang bersifat tagihan atau kewajiban yang timbul karena transaksi valas tunai (SPOT). Transaksi spot yang belum diselesaikan harus dicatat dalam rekening adminstratif rupiah dengan menerapkan kurs spot yang dipergunakan pada saat menutup transaksi.

Kelaziman dalam perdagangan valuta asing internasional penyelesaiannya membutuhkan waktu selambat-lambatnya 2 hari kerja setelah tanggal transaksi. Penyelesaian tersebut meliputi kegiatan administrasi transaksi dan penyerahan valuta yang bersangkutan kepada masing-masing pihak. Hal ini bisa terjadi tenggang waktu antara tanggal transaksi dengan penyelesaian transaksi spot

tersebut. Transaksi spot ini akan menimbulkan kewajiban atau tagihan bank untuk menerima sejumlah valuta asing dan rupiah.

Contoh, Bank Permata menjual valuta US$ 20.000 kepada seorang nasabah giro rupiah dengan kurs Rp.2.050,-. Penjualan valas (bank note) ini akan menciptakan kewajiban dalam valuta asing yang dijual (US$) dan tagihan dalam valuta rupiah sebesar nilai lawannya, maka jurnal yang dibuat oleh Bank Permata sebagai berikut :

D : RAR – Transaksi Penjualan Valas Tunai (SPOT) Yang Belum Diselesaikan….

Rp.41.000.000,-Ketika valuta asing sebesar US$ 20.000 diserahkan kepada nasabah yang bersangkutan, transaksi tersebut akan menghapus rekening administratif di atas dan akan dibukukan dalam rekening efektif.

Misal Bank Permata membeli valas sebesar DM 10.000 dari Bank Mandiri dengan kurs Rp. 1.290,- per DM. Pada waktu menutup transaksi tersebut dan belum ada penyerahan valuta, oleh Bank Permata akan dianggap sebagai komitmen tagihan dalam valuta asing dan komitmen kewajiban dalam Rupiah, maka jurnal yang dibuat oleh Bank Permata :

K : RAR – Transaksi Penjualan Valas Tunai (SPOT) Yang Belum Diselesaikan ….

Rp.12.900.000,-Pada saat terjadi penyerahan valuta asing, transkasi tersebut akan menghapus rekening administratif di atas.

(6)

Dalam transaksi suatu bank devisa banyak dijumpai transaksi pembelian dan penjualan berjangka yang melibatkan beberapa valuta asing. Transaksi pembelian dan penjualan secara berjangka ini akan dibukukan sebagai kewajiban dan tagihan dalam valuta rupiah yang harus dibukukan dalam rekening administratif. Tagihan atau kewajiban yang timbul dari transaksi berjangka valas dicatat dan disajikan sebesar tagihan atau kewajiban bank. Saldo tagihan atau kewajiban berjangka dalam valas dijabarkan ke dalam Rupiah menggunakan kurs tengah tanggal laporan.

Contoh, Bank Permata menutup kontrak pembelian berjangka dengan Bank Mandiri untuk membeli valas US$ 20.000 dengan kurs Rp.2.070 per US$ yang akan direalisasikan sebulan kemudian. Pada saat menutup kontrak ini akan dibukukan sebagai komitmen tagihan dalam tagihan valas dan kewajiban dalam valuta rupiah, maka ayat jurnal dalam valuta rupiah yang menyangkut rekening administrative akan dibukukan sebagai berikut :

K: RAR – Transaksi Pembelian Forward Valas Yang Belum Direalisir ….

Rp.41.400.000,-Ayat jurnal ini akan tetap outstanding hingga tanggal kontrak pembelian tersebut jatuh waktu tempo sebulan kemudian. Dalam hal kontrak akan tercipta komitmen kewajiban dalam valuta asing untuk menyerahkan sejumlah valuta yang dijualnya dan komitmen tagihan dalam rupiah sebesar nilai lawannya.

Apabila Bank Permata menutup transaksi penjualan sebesar US$ 15.000 kepada Bank Mandiri dengan kurs Rp.2.075,- per US$ yang akan jatuh tempo sebulan kemudian, maka akan dicatat oleh Bank Permata sebagai berikut :

D : RAR – Transaksi Penjualan Forward Valas Yang Belum Direalisir ….

Rp.31.125.000,-Rekening ini akan menjadi kosong pada saat terjadi penyerahan valuta pada jatuh waktu dan akan tercipta perubahandalam pos-pos neraca.

Laporan Komitmen

Untuk mencatat berbagai jenis transaksi komitmen maupun kontinjensi, bank diwajibkan untuk menyusun sebuah laporan. Laporan komitmen wajib ditampilkan pada laporan publikasi setiap triwulan.

Laporan Komitmen adalah laporan suatu kewajiban bagi bank untuk melaporkan besarnya tagihan atau kewajiban bersih atas seluruh transaksi komitmen yang telah dilakukan. Tujuannya sebagai alat kontrol bagi bank yang bersangkutan dalam mengelola aktiva dan kewajibannya termasuk di dalamnya pengelolaan alat likuid untuk memenuhi kewajiban yang diperkirakan akan terjadi beberapa hari atau bulan yang akan datang yang akan dikaitkan dengan tagihan yang akan diterima.

(7)

LAPORAN KOMITMEN

Per 31 Januari 20XX

(dalam Jutaan Rupiah)

TAGIHAN KEWAJIBAN

1. Fasilitas Pinjaman Yang Diterima ...Rp. 125.000,- 1.Fasilitas Kredit Yang Diberikan…….Rp. 85,-2. Penjualan Spot Valas……... Rp. 41,- 2.Irrevocable L/C DN Repo …...Rp. 300,-3. Penjualan Forward Valas…...Rp.

31,125,-3.Wesel Berjangka Yang Diaksep ...Rp.

400,-4. Pembelian Spot Valas…………...…Rp. 12,9,-5.Pembelian Forward Valas………...Rp.

41,4,-Jumlah Tagihan………...…Rp. 125.072,125 Jumlah Kewajiban…...……….Rp. 839,3 Jumlah Tagihan Bersih Rp. 124.232,825 Juta

Dengan demikian, Bank Permata masih akan mendapatkan dana sebesar Rp. 124.23 milyar yang berarti akan ada pertumbuhan dalam jumlah aktiva.

2. KONTINJENSI

Kontinjensi atau lebih dikenal dengan peristiwa atau transaksi yang mengandung syarat merupakan transaksi yang paling banyak ditemukan dalam kegiatan bank sehari-hari. Kontinjensi yang dimiliki oleh suatu bank dapat berakibat tagihan atau kewajiban bagi bank yang bersangkutan. Istilah kewajiban bersyarat digunakan untuk menyatakan kewajiban yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidaknya satu peristiwa di masa yang akan datang, dan dengan demikian pada tanggal neraca belum terdapat kepastian mengenai ada tidaknya kewajiban tersebut.

Kontinjensi adalah suatu keadaan yang masih diliputi ketidakpastian mengenai kemungkinan diperolehnya laba atau rugi oleh suatu perusahaan, yang baru akan terselesaikan dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang.

Penyajian Dalam Laporan Keuangan

Transaksi kontinjensi belum mepengaruhi posisi dalam neraca dan laba-rugi perusahaan. Kontinjensi harus disajikan sedemikian rupa sehingga bila dikaitkan dengan pos-pos aktiva dan pasiva dapat menggambarkan posisi keuangan bank secara wajar. Kontinjensi merupakan transaksi yang belum mengubah posisi aktiva dan pasiva bank pada tanggal laporan, tetapi hasrus dilaksanakan oleh bank apabila persyaratan yang disepakati dengan nasabah terpenuhi. Kontinjensi tersebut dapat bersifat tagihan atau kewajiban baik dalam Rupiah maupun Valas.

(8)

Azas Konservatif Dalam Kontinjensi

Pengungkapan data transaksi konitnjensi dalam laporan keuangan dikatikan dengan penerapan konsep atau azas konservatif atau berhati-hati dalam prinsip akuntansi. Penyisihan suatu rugi kontijensi dapat dilakukan pada perhitungan rugi-laba bila kedua kondisi berikut dipenuhi :

1. Terdapat petunjuk kuat bahwa telah terjadi penurunan nilai suatu aktiva atau telah timbul kewajiban pada tanggal neraca

2. Jumlah kerugian yang dapat ditaksir secara wajar.

Sedangkan terhadap laba kontinjensi tidak dicantumkan dalam perhitungan laba-rugi tetapi, perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.

Jenis Transaksi Kontinjensi

Dalam transaksi bank dapat ditemukan jenis transaksi kontinjensi seperti garansi bank, letter of credit yang dapat dibatalkan (revocable) yang masih berjalan, transaksi opsi valuta asing, dan pendapatan bunga dalam penyelesaian. Transaksi tersebut wajib dilaporkan dalam laporan keuangan melalui rekening administratif, yang dapat berupa tagihan maupun kewajiban.

1. Garansi Bank

Adalah semua bentuk garansi atau jaminan yang diterima atau diberikan oleh bank yang mengakibatkan pembayaran kepada pihak yang menerima jaminan apabila pihak yang dijamin bank wanprestasi atau cedera janji. Diterbitkan dengan maksud memberikan bantuan fasilitas kepada nasabah yang bersangkutan agar dapat memperlancar transaksi ayng sedang dijalankannya.

Jenis Garansi bank dapat berupa, penerimaan atau penerbitan jaminan dalam bentuk bank garansi baik dalam rangka pemberian kredit, risk sharing, standby L/C maupun dalam rangka pelakasaan proyek seperti bid bonds, performance bonds dan advanced payment bonds, bisa juga berupa akseptasi atau endosemen surat berharga yaitu pemberian jaminan atau garansi dalam bentuk penandatangan kedua dan seterusnya atas wesel dan promes atau aksep.

Garansi bank yang diterima maupun diterbitkan sendiri dicatat sebesar jumlah garansi yang diberikan oleh bank kepada nasabah. Garansi bank yang masih berlaku pada tanggal laporan baik yang diterima atau yang diterbitkan oleh bank, disajikan sebesar jumlah nominal jaminan garansi bank yang bersangkutan. Untuk garansi bank yang diterbitkan secara sindikasi disajikan sebesar pangsa jaminan yang diberikan bank bersangkutan.

Kegunaan Garansi Bank

Ditinjau dari segi kegunaannya, garansi bank dapat dipergunakan untuk transaksi-transaksi sebagai berikut :

1. Tender Dalam Negeri. Garansi bank diberikan untuk kontraktor atau leveransier di dalam negeri.

2. Perdagangan. Garansi bank diberikan kepada pihak pabrikan (produsen) untuk kepentingan agen atau penyalur produk-produk hasil dari pabrik tersebut.

(9)

4. Uang Muka Kerja. Garansi bank diberikan untuk ikut ambil bagian dalam suatu kontrak yang diberikan oleh pemilik bangunan.

5. Penanggungan Bea Masuk. Garansi bank diterbitkan untuk memberikan jaminan kepada bea cukai atas pembayaran bea masuk suatu barang.

6. Cukai Rokok. Garansi bank diterbitkan sebagai jaminan untuk penangguhan pembayaran cukai dalam peredaran.

7. Pelaksanaan Pembelian Aktiva Tetap. Garansi bank diterbitkan untuk memberikan jaminan angsuran pembelian suatu aktiva tetap.

Dasar Hukum Garansi Bank

Garansi bank yang diterbitkan mempunyai tanggal jatuh waktu dimana kepada nasabah yang diberikan fasilitas garansi bank berkewajiban memenuhi suluruh kewajibannya dan pihak bank diwajibkan untuk memenuhi kewajibannya untuk membayar kepada nasabah yang diberikan jaminan. Batas waktu berlakunya hanya untuk satu kali saja sesuai dengan klausal yang tercantum dalam surat garansi bank. Dalam hal ini bukan berarti garansi bank tidak dapat diperpanjang. Garansi bank dapat diperpanjang bila ada persetujuan tertulis dari si pemegang garansi bank.

Menurut undang-undang Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967 dalam pasal 23, menyatakan bahwa Bank Umum memberikan jaminan bank (garansi bank) dengan tanggungan yang cukup. Bila dikaitkan dengan KUH Perdata pasal 1820 “Penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana pihak ketiga, guna kepentingan berpiutang mengingatkan diri untuk memenuhinya.” Selanjutnya, dalam pasal 1821 KUH Perdata menyatakan bahwa “Tiada penanggungan jika tidak ada suatu perikatan pokok yang sah dan seterusnya ..”

Dengan demikian garansi bank merupakan perjanjian accessoir(ikutan) yaitu adanya garansi bank tergantung pada adanya suatu perjanjian pokok, sehingga garansi bank akan berakhir karena berakhirnya perjanjian pokok, atau berakhirnya garansi bank sebagaimana ditetapkan dalam garansi bank yang bersangkutan. Sebagai suatu perjanjian accessoir, maka bank tidak dapat mengikat diri untuk lebih atau dengan syarat-syarat yang lebih daripada perikatan pokoknya. Pengajuan klaim dalam garansi bank biasanya sekitar dua minggu semenjak tanggal berakhirnya atau tanggal jatuh tempo garansi bank (untuk garansi bank tertentu lebih dari dua minggu). Dalam batas waktu ini bank berkewajiban memenuhi seluruh kewajibannya yang melekat pada garansi bank. Apabila sudah lewat waktu yang telah ditentukan baru ada pengajuan klaim, maka pihak bank dapat menolak untuk memenuhi kewajibannya.

Akuntasi Untuk Garansi Bank

Akuntansi untuk bank garansi meliputi saat penerbitan dan jatuh waktu. Dalam jatuh waktu bank dihadapkan pada dua situasi yakni apabila nasabah mampu melunasi sisa kewajibannya dan apabila nasabah wanprestasi.

Contoh nasabah mampu melunasi sisa kewajibannya, apabila Bank Permata cabang Jakarta menerbitkan Garansi Bank atas permintaan PT. Sedayu yang ditujukan kepada PT. Cahya di Surabaya senilai Rp. 500 juta. Setoran jaminan dibayarkan oleh PT. Sedayu sebesar 60% atas beban rekening gironya, maka ayat jurnalnya :

(10)

300.000.000,-Ayat jurnal untuk mencatat kontinjensi Garansi Bank adalah sebesar kewajiban penuh atau 100 % sebagai berikut :

K : RAR – Garansi Bank Yang Belum Jatuh Waktu ... Rp.

500.000.000,-Rekening administratif rupiah di atas akan tetap outstanding dalam laporan keuangan hingga tanggal jatuh waktu.

Pada saat jatuh waktu, nasabah pembuka garansi bank harus menyetor kekurangan setoran jaminannya. apabila PT. Sedayu melunasi seluruh sisa kewajibannya atas beban rekening giro, pada saat itu pula bank Permata cabang Jakarta akan mengkredit rekening antar kantor cabang Surabaya dengan memerintahkan untuk membayar kepada PT. Cahya, maka ayat jurnalnya adalah sebagai berikut :

D : Giro – PT. Sedayu ……… Rp. 200.000.000,-D : Setoran Jaminan Garansi Bank ………... Rp. 300.000.000,-K : RAK-Cabang Surabaya ………...…. Rp. 500.000.000,

Oleh cabang Surabaya akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut :

D : RAK – cabang Jakarta ………...………Rp. 500.000.000,-K : Giro – PT. Cahya ..……....………. Rp.

500.000.000,-Untuk menghapus pos kontinjensi garansi bank dan mencatat penerimaan kekurangan setoran jaminan adalah sebagai berikut :

D : RAR – Garansi Bank Yang Belum Jatuh Waktu …...Rp.

500.000.000,-Dengan dibukukannya ayat jurnal ini, seluruh transaksi kontinjensi sudah selesai dan Bank Permata cabang Jakarta hanya berhutang pada cabang Surabaya sebesar nilai bank garansi yang telah diterbitkan tersebut.

Adakalanya nasabah yang telah diberikan fasilitas garansi bank tidak dapat memenuhi sisa kewajibannya pada saat garansi bank jatuh waktu. Dalam hal ini terjadi wanprestasi dari pihak nasabah. Wanprestasi akan mengakibatkan bank penerbit garansi bank harus mengkonversi menjadi debitur umum dengan membebankan nasabah sejumlah biaya tertentu.

Contoh nasabah wanprestasi, apabila PT. Dull membuka garansi bank pada Bank Permata cabang Jakarta senilai Rp. 350 juta dengan setoran jaminan sebesar 60 % yang dibayar atas beban rekening gironya. Garansi bank ditujukan kepada nasabah cabang Bandung PT. Dull, maka jurnalnya :

D : Giro – PT. Dull ……….Rp. 210.000.000,-K : Setoran Jaminan Garansi Bank ..………..……..Rp.

210.000.000,-Ayat jurnal administratif atas penerbitan garansi bank adalah sebagai berikut :

(11)

350.000.000,-Pada saat jatuh waktu nasabah PT. Dull belum datang untuk melunasi sisa kewajibannya, bank Permata cabang Jakarta terlebih dahulu membukukan rekening administratif atas garansi bank yang belum jatuh tempo dan menggantinya dengan garansi bank yang telah jatuh tempo, dengan ayat jurnalnya :

D : RAR – Garansi Bank Yang Belum Jatuh Waktu …… Rp. 350.000.000,-K : RAR – Garansi Bank Yang Sudah Jatuh Waktu …… Rp.

350.000.000,-Rekening administratif atas garansi bank yang sudah jatuh tempo ini akan tetap outstanding hingga nasabah datang melunasi sisa kewajibannya. Apabila paling lambat dalam waktu 2 minggu nasabah tidak sanggup melunasi sisa kewajibannya, maka Bank Permata cabang Jakarta harus segera mengonversi garansi bank tersebut ke dalam debitur. Hal ini dilakukan untuk segera meperhtungkan opportunity cost atas dana yang telah dibayarkan kepada nasabah PT. Dull di Bandung. Bila nasabah PT. Dull akan dibebankan kepada nasabah tesebut biaya provisi kredit sebesar Rp. 350.000,- dengan ayat jurnalnya :

D : Debitur ……… Rp. 140.350.000,-D : Setoran Jaminan Garansi Bank………. Rp. 210.000.000,-K : RAK – cabang Bandung.……… Rp. 350.000.000,-K : Pendapatan Provisi Kredit ………. Rp.

350.000,-Pada saat rekening administratif atas garansi bank yang sudah jatuh waktu akan dihapus dengan ayat jurnalnya sebagai berikut :

D : RAR – Garansi Bank Yang Sudah Jatuh Waktu ………… Rp. 350.000.000,-2. Letter Of Credit Yang Dapat Dibatalkan (Revocable) Yang Masih Berjalan

Adalah jaminan dalam bentuk L/C yang dapat dibatalkan dalam rangka impor dan ekspor atau lalu lintas perdagangan dan disajikan sebesar sisa jumlah L/C yang belum direalisasi. Akuntansi untuk transaksi ini meliputi saat penerbitan dan saat jatuh waktu L/C yang bersangkutan.

Contoh, apabila Bank Permata cabang Jakarta menerbitkan L/C Dalam Negeri revocable atas permintaan PT.Dull sebesar Rp.300 juta dan ditujukan kepada seorang nasabah di cabang Surabaya. Setoran jaminan dilakukan sebesar 40 % dan dibayarkan oleh PT.Dull atas beban rekening gironya, maka jurnal pada saat penerbitan :

D : Giro – PT.Dull ………Rp. 120.000.000,-K : Setoran Jaminan L/C Dalam Negeri Revocable …………. Rp.

120.000.000,-Ayat jurnal administratif untuk mencatat transaksi kontinjensi ini adalah sebagai berikut :

K : RAR - L/C Dalam Negeri Revocable Yang Diterbitkan …...Rp.

300.000.000,-Apabila terjadi pembatalan L/C DN Revocable atas permintaan nasabah PT.Dull, maka Bank Permata akan mencatat jurnal :

(12)

120.000.000,-Dengan jurnal rekening administratifnya :

K : RAR - L/C Dalam Negeri Revocable Yang Diterbitkan …Rp.

300.000.000,-Dengan demikian seluruh kewajiban Bank Permata dan nasabah selesai. Keuntungan dari pembatalan ini adalah pengendapan dana setoran jaminan dalam bank.

3. Transaksi Opsi Valuta Asing

Transaksi Opsi Valuta Asing adalah transaksi yang melibatkan pembelian (call option) dan penjualan (put option) atas opsi yang telah diterbitkan oleh bank. Opsi (option) adalah perjanjian memberikan hak opsi (pilihan) kepada pembeli opsi untuk merealisasikan kontrak jual beli valas, yang tidak diikuti pergerakan dana dan dilakukan pada atau sebelum waktu yang ditentukan dalam kontrak, dengan kurs opsi yang dijanjikan. Pembeli opsi tidak berkewajiban untuk melaksanakan haknya apabila yang bersangkutan merasa pengunaan hak tersebut tidak bermanfaat.

4. Pendapatan Bunga Dalam Penyelesaian

Adalah perhitungan bunga dari aktiva produktif non-performing (kurang lancar) yang belum dapat diakui sebagai pendapatan bunga dalam periode berjalan. Yang dimaksud dengan aktiva produktif non-performing loan adalah aktiva yang digolongkan kurang lancar, diragukan dan macet menurut kriteria Bank Indonesia. Pendapatan bunga yang dihitung dari saldo aktiva produktif ini digolongkan sebagai bunga dalam penyelesaian. Bunga ini dicatat sebesar jumlah perhitungan bunga sejak saat bank menetapkan kredit atau aktiva tersebut menjadi non-performing dan dilakukan perubahan metode pengakuan bunga sampai dengan saat tanggal laporan. Jumlah pendapatan bunga dalam penyelesaian ini akan dikelompokkan sebagai tunggakan bunga sejak perhitungan bunga atas kredit atau aktiva produktif non-performing dilakukan sampai dengan tanggal laporan.

Dengan demikian, karena sifatnya yang masih menunggu kepastian dari nasabah, dan bunga ini merupakan hak atau pendapatan bank yang harus diterima, maka akan disajikan dalam laporan keuangan sebagai rekening administratif. Bunga ini tidak dapat disajikan dalam rekening neraca karena belum diterima. Apabila disajikan sebagai salah satu pos aktiva hanya akan memperbesar jumlah aktiva yang sebenarnya merupakan praktek dari window dressing.

Contoh, apabila semenjak tanggal 1 Juli 20XX nasabah debitur Bank Permata cabang Jakarta, PT. Cahya, yang bersaldo Rp. 400 juta dan suku bunga 18%, tidak sanggup membayar bunga semenjak bulan Mei 20XX, dan oleh Bank Permata digolongkan sebagai debitur yang kurang lancar. Pada pembuatan laporan keuangan tanggal 31 Juli 20XX diadakan perhitungan tunggakan bunga sebagai berikut :

Tunggakan bunga = 3 bulan (Mei-Juli)

Besarnya Bunga = 3/12 * 18% * Rp.400.000.000,- = Rp.

18.000.000,-Oleh Bank Permata cabang Jakarta peristiwa ini akan dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut :

D : RAR – Tunggakan Bunga ………Rp

(13)

Laporan Kontinjensi

Dibuat setiap tanggal laporan yang akan mejabarkan posisi kontinjen bank, apakah terjadi short atau

long position. Dimana posisi short ketika kewajiban lebih besar daripada tagihan sedangkan posisi

long tagihan lebih besar dibanding kewajiban. Dengan mengambil contoh transaksi di atas dan mengasumsikan bahwa terhadap seluruh transaksi kontinjen belum diselesaikan oleh nasabah, maka laporan kontinjen Bank Permata sebagai berikut :

BANK PERMATA LAPORAN KONTINJENSI

Per 31 Desember 20XX

(dalam Jutaan Rupiah)

TAGIHAN KEWAJIBAN

1. Tunggakan Bunga ...Rp. 18,- 1.Bank Garansi Yang Belum Jatuh Waktu …..Rp. 500,-2. Bank Garansi Yang Sudah Jatuh Waktu ....Rp. 350,-3. L/C DN Revocable ...Rp.

300,-Jumlah Tagihan………...…Rp. 18,- Jumlah Kewajiban…...……….Rp. 1.150 Saldo kewajiban Bersih KontijensiRp. 1.132 Juta

REFERENSI

Lapoliwa, N. dan D.S, Kuswandi. 2000. Akuntansi Perbankan : Akuntansi Transaksi Bank Valuta Rupiah. Jilid 1. Institut Bankir Indonesia : Jakarta

Scrib.com. 2016. Akuntansi Komitmen dan Kontinjensi. https://id.scribd.com/doc/.../Akuntansi-Komitmen-Dan-Kontijens

Referensi

Dokumen terkait

pembiayaan musyarakah menurun terjadi bila bagian modal dari Bank akan dialihkan secara bertahap kepada mitra (nasabah), sehingga makin lama dana (modal) dari Bank makin lama

pendapatan bunga yang diterima oleh bank lebih besar dibandingkan dengan. penurunan biaya bunga yang mengakibatkan laba bank menurun,

terjadi peningkatan pendapatan bunga yang diterima oleh bank lebih besar dari.. pada peningkatan biaya bunga yang harus dikeluarkan oleh bank,

ini mengakibatkan terjadinya peningkatan pendapatan bunga yang.. diterima bank lebih besar dibandingkan dengan peningkatan biaya bunga. yang harus dikeluarkan

Jika banyak nasabah yang menggunakan atau beralih bertransaksi melalui E-Banking maka akan meningkatkan pula pendapatan berbasis komisi dan biaya (Fee Based Income),

Dengan  demikian  hubungan  yang  terjadi  antara  variable  tersebut  menunjukan  bahwa  variable  Tingkat  Suku  Bunga  Tabungan  dan  variable  Pelayanan 

sebagai shohibul maal, kedua bagi hasil pendapatan antara bank dengan nasabah dimana bank sebagai shohibul maal dan nasabah sebagai mudharib.5 Bagi hasil dalam yang dimaksud dalam

Jenis-jenis Agunan Berdasarkan sifatnya, agunan dibedakan menjadi dua[11], yaitu: a Agunan Kebendaan Penyerahan hak oleh nasabah atau pihak ketiga atas barang-barang miliknya kepada