• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV B SD NEGERI 1 NUNGGALREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV B SD NEGERI 1 NUNGGALREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV B SD NEGERI 1 NUNGGALREJO

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

MAULINDA PUTRI PRASOJO

Berdasarkan hasil observasi di kelas IV B SD Negeri 1 Nunggalrejo, didapatkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini terlihat pada hasil belajar ujian semester ganjil, dari 23 siswa kelas IV B dengan nilai ketuntasan minimal (KKM) 66, hanya 10 siswa atau 43,48% yang tuntas dan 13 siswa lainnya atau 56,52% belum tuntas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B dengan menerapkan pendekatan kontekstual melalui media grafis pada Pembelajaran Tematik.

Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas berbentuk siklus dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan menggunakan lembar observasi dan tes tertulis dengan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan, aktivitas siswa siklus I (65,21%) kategori aktif, pada siklus II menjadi (78,26%) kategori aktif. Nilai rata-rata hasil belajar secara berturut-turut yaitu kognitif siklus I (68,98) persentase (73,91%) kategori tinggi, siklus II menjadi (74,39) persentase (82,6%) kategori sangat tinggi. Afektif siklus I (69,83) persentase (78,86%) kategori membudaya, siklus II menjadi (74,46) persentase (86,95%) kategori membudaya. Psikomotor siklus I (59,78) persentase (69,56%) kategori cukup terampil, siklus II menjadi (73,93) persentase (86,95%) kategori terampil.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti lahir di Bumi Raharjo Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah, tanggal 9 September 1992. Peneliti adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Sarnianto dan Ibu Sukarni.

(7)

MOTO

Biarkan keyakinanmu, 5 centimeter menggantung

mengambang di depan keningmu dan kamu bawa mimpi dan

keyakinanmu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan

percaya bahwa kamu bisa.

(8)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kupersembahkan untuk:

Ayahandaku Sarnianto dan Ibundaku Sukarni tercinta yang selalu berdoa

untuk kebaikan dan kelancaranku, selalu mendengar keluh kesahku, dan

memberikan dukungan baik moral maupun materi. Karya ini adalah salah satu

hadiah kecil yang bisa kuberikan saat ini. Akan ada hadiah-hadiah kecil

berikutnya yang pasti akan kupersembahkan kepada Ayah dan Ibu.

Kakak kandungku tercinta Janjang Prio Utomo, S.A.N yang selalu memberikan

motivasi agar aku segera menyelasaikan tugas akhir ini.

Adik kandungku tersayang Imam Pambudi yang selalu bikin ribut penghuni

rumah. Kelak dewasa nanti, banggakanlah kedua orang tua dengan

prestasimu.

(9)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat, kasih sayang serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”Penerapan Pendekatan Kontekstual melalui Media Grafis untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IV B SD Negeri 1 Nunggalrejo Tahun Pelajaran 2013/2014”. Skripsi

ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang mengesahkan ijasah dan gelar sarjana kami sehingga peneliti termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah mengesahkan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah menyetujui penyusunan skripsi ini.

(10)

dan tenaga untuk memilih dan memilah serta menyetujui judul-judul skripsi kami hingga dapat diseminarkan sehingga pendidikan dapat selesai sesuai dengan yang direncanakan.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua UPP PGSD Metro yang selalu memotivasi dan mengingatkan untuk tidak menunda-nunda pekerjaan sehingga skripsi ini bisa selesai tepat waktu.

6. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd. selaku dosen Pembimbing Pembimbing I dan sekaligus dosen Akademik yang dalam penulisan skripsi ini telah banyak memberikan arahan dan masukan berarti bagi peneliti.

7. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu kapan saja dalam membimbing dan memberikan masukan berarti dengan penuh kesabaran.

8. Bapak Drs. Sarengat, M.Pd., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang sangat bermanfaat bagi peneliti.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak memberikan masukan dan membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. 10. Ibu Rumyati, S. Pd., Kepala Sekolah SD Negeri I Nunggalrejo, serta Dewan

Guru dan Staf Administrasi yang telah mengizinkan dan membantu peneliti selama penyusunan skripsi ini.

11. Ibu Nuraini, S.Pd. SD., selaku wali kelas IV B dan teman sejawat yang banyak membantu dan memberikan saran serta masukan kepada peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

(11)

13. Keluarga besar KKN-KT 2013 Kampung Pagar Dewa Suka Mulya Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat yaitu kawan-kawan satu posko (Syaiful Fajri, Sapto Wega Subagio, Hidayatullah, Septi Wulandari, Leni Setiyawati, Meri Adesta, Nyoman Tri Yulianti, Zulia Astriani), Keluarga Bapak Warwari selaku Kepala Kampung, dan SD Negeri 1 Bakem yang telah memberikan pengalaman sangat berharga bagi kelangsungan studi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

14. Sahabat yang selama 4 tahun ini selalu bersama dan berbagi dalam suka dan duka, Sulihawati, Serlia Hendriyani, Sinta Mahardiyanti, Khusnaini Azizah, Aqmarina Ferial, Indah Fitriani, Tri Wahyunitasari, Umy Faridha, Siti Fatimah.

15. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program S-1 PGSD angkatan 2010 terutama keluarga besar Gester_B yang sudah sibuk dengan skripsinya masing-masing, semoga semua bisa kumpul di GSG Unila.

16. Racana Ki Hajar Dewantara dan R.A Kartini Gugus Depan PGSD UPP Metro yang selalu setia menjadi tempat curahan keletihan peneliti selama penyusunan skripsi ini.

17.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa tulisan ini tidaklah sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, namun semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan peningkatan dunia pendidikan khususnya ke SD-an.

(12)

v

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Pembelajaran 1. Pengertian Pendekatan Kontekstual ... 9

2. Komponen Pendekatan Kontekstual ... 10

3. Karakteristik Pendekatan Kontekstual ... 12

4. Langkah-langkah Pendekatan Kontekstual ... 13

5. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual ... 13

B. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran ... 14

2. Fungsi Media Pembelajaran ... 15

3. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 16

4. Media Grafis ... 18

5. Fungsi Media Grafis ... 18

6. Langkah-langkah Penggunaan Media Grafis ... 19

7. Kelebihan dan Kekurangan Media Grafis ... 20

C. Belajar 1. Pengertian Belajar... 21

2. Aktivitas Belajar ... 22

3. Hasil Belajar ... 24

D. Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 25

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 26

3. Penilaian Pembelajaran Tematik ... 27

(13)

vi e. Karakteristik Penilaian Autentik dalam Pembelajaran

Tematik ... 31

f. Teknik Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik ... 32

F. Hipotesis Tindakan ... 33

G. Indikator Keberhasilan ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil SD Negeri 1 Nunggalrejo Kecamatan Punggur... 50

B. Pelaksanaan Pembelajaran ... 51

C.Hasil Penelitian ... 52

1. Siklus I ... 52

a. Pertemuan 1 ... 52

b. Pertemuan 2 ... 60

c. Hasil Observasi pada Siklus I 1) Kinerja Guru ... 65

(14)

vii B. Saran ... 108 DAFTAR PUSTAKA

(15)

v DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kategori Peningkatan Aktivitas Siswa Berdasarkan Ketercapaian

Individu ... 38

2. Kategori Peningkatan Aktivitas Siswa secara Klasikal ... 38

3. Kategori Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 39

4. Kategori Hasil Belajar Afektif dalam Pembelajaran ... 39

5. Kategori Hasil Belajar Psikomotor dalam Pembelajaran ... 40

6. Kriteria Keberhasilan Belajar Siswa secara Klasikal ... 42

7. Kinerja Guru Siklus I ... 66

8. Persentase Aspek Aktivitas Siswa secara Klasikal Siklus I ... 68

9. Nilai Aktivitas Siswa Siklus I ... 70

10. Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siklus I ... 71

11. Hasil Belajar Afektif Siklus I ... 73

12. Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siklus I secara Klasikal... 74

13. Hasil Belajar Psikomotor Siklus I ... 75

14. Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotor Siklus I secara Klasikal ... 76

15. Kinerja Guru Siklus II ... 87

16. Persentase Aspek Aktivitas Siswa secara Klasikal Siklus II ... 90

17. Nilai Aktivitas Siswa Siklus II ... 91

18. Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siklus II... 93

19. Hasil Belajar Afektif ... 94

20. Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siklus II secara Klasikal ... 95

21. Hasil Belajar Psikomotor Siklus II ... 96

22. Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotor Siklus II secara Klasikal ... 97

23. Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru per-Siklus ... 99

24. Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa per-Siklus ... 100

25. Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif per-Siklus ... 102

26. Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif per-Siklus ... 104

(16)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.Siklus PTK ... 35

2.Teknik Senam Lantai ... 54

3.Contoh Garis Paralel dan Berpotongan ... 56

4.LKS mengenai WALHI ... 57

5.Motif Batik Geometris ... 62

6.Pola Geometri... 62

7.Peta Konsep Kebiasaan Baik ... 64

8.Bentuk Bangun Datar Segitiga ... 81

9.Bentuk Bangun Datar Segiempat ... 85

10.Gerakan Kebugaran Jasmani ... 86

11.Nilai Kinerja Guru per-Siklus ... 100

12.Persentase Aktivitas Belajar Siswa per-Siklus ... 101

13.Rekapitu;asi Hasil Belajar Kognitif per-Siklus ... 103

14.Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif per-Siklus ... 105

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau disebut juga dengan proses humanisasi. Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat didalamnya untuk bekerja sama secara maksimal, penuh rasa tanggung jawab dan loyalitas yang tinggi dalam meningkatkan mutu pendidikan.

UU No. 20 Tahun 2003, Bab I pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk meiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dijelaskan juga dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

(18)

bersifat sepanjang hayat. Di sisi lain, pendidikan juga bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kreasi siswa sebagai generasi bangsa di masa depan. Sedangkan untuk dapat membentuk generasi yang siap tantangan diperlukan adanya inovasi yang senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan. Sebagaimana dijelaskan oleh Sa’ud (2006: 6) bahwa pada hakikatnya inovasi pendidikan merupakan suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dari hal yang sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan dalam pendidikan.

(19)

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti di kelas IV B SD Negeri 1 Nunggalrejo pada 10 Januari 2014, didapatkan hasil bahwa pada saat pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa enggan untuk memperhatikan materi pembelajaran. Banyak siswa yang mengobrol dengan temannya ketika guru sedang menyampaikan materi sehingga pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru jarang sekali direspon oleh siswa. Guru lebih mendominasi aktivitas yang terjadi di kelas sedangkan siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Belum maksimalnya penggunaan media pembelajaran juga membuat suasana belajar menjadi kurang menarik dan bergairah. Karena siswa cenderung pasif maka berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini terlihat pada hasil belajar ujian semester ganjil, dari 23 siswa kelas IV B dengan nilai ketuntasan yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 66, hanya 10 siswa atau 43,48% yang tuntas dan 13 siswa lainnya atau 56,52 % tidak tuntas.

(20)

inovasi pembelajaran yaitu menerapkan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek di kelas secara lebih profesional (Muslikah, 2010: 32).

Pelaksanaan PTK perlu menggunakan pendekatan, model, metode, atau media yang dapat membantu memperbaiki kulitas pembelajaran tersebut. Namun tidak semua pendekatan, model, metode, atau media dapat digunakan untuk semua mata pelajaran sehingga seorang guru harus memilih pendekatan, model, metode, atau media yang benar-benar tepat untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Seperti teori kognitif yang dipaparkan oleh Piaget (dalam Sumantri, 2007: 1.15) bahwa siswa pada usia 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkret, sehingga dalam pembelajaran siswa harus dihadapkan dengan permasalahan yang konkret dan relevan dengan kehidupannya.

(21)

Nunggalrejo Tahun Pelajaran 2013/2014”. Dalam pembelajaran tematik ini, peneliti memilih tema Cita-Citaku.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ada sebagai berikut:

1. Proses pemebelajaran masih didominasi oleh guru sehingga siswa cenderung pasif pada saat pembelajaran.

2. Siswa mengalami kesulitan untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh di sekolah pada kehidupan sehari-hari karena pembelajaran masih bersifat abstrak.

3. Sebagian besar siswa jarang bertanya kepada guru selama proses pembelajaran.

4. Kurang maksimal dalam menggunakan media pembelajaran.

5. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 1 Nunggalrejo hanya 43,48% yang mencapai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah.

6. Siswa belum bisa memanfaatkan yang telah dipelajari di sekolah untuk kehidupan sehari-hari siswa karena sumber belajar yang digunakan hanya sebatas buku siswa.

(22)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan pendekatan kontekstual melalui media grafis dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IV B SD Negeri 1 Nunggalrejo Tahun Pelajaran 2013/2014?

2. Bagaimanakah penerapan pendekatan kontekstual melalui media grafis dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 1 Nunggalrejo Tahun Pelajaran 2013/2014?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan aktivitas belajar menggunakan pendekatan kontekstual melalui media grafis pada siswa kelas IV B SD Negeri 1 Nunggalrejo Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Meningkatkan hasil belajar menggunakan pendekatan kontekstual melalui media grafis pada siswa kelas IV B SD Negeri 1 Nunggalrejo Tahun Pelajaran 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Siswa

(23)

2. Guru

Penerapan pendekatan kontekstual melalui media grafis dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan kinerja guru dalam mengajar. 3. Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran tematik dengan menerapkan pendekatan kontekstual melalui media grafis.

4. Peneliti

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendekatan Pembelajaran

Proses pembelajaran tidak terlepas dengan suatu pendekatan pembelajaran agar proses pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik, menyenangkan, dan lebih bermakna. Menurut Rusman (2012: 380) pendekatan diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Sementara itu, menurut Komalasari (2013: 54) pendekatan pembelajaran diartikan sebagai sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum yang didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.

(25)

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru. Contextual Learning (CTL) adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan kehidupan sehari-hari siswa (Johnson, 2006: 65).

Hull’s dan Sounders (dalam Komalasari, 2013: 6) menjelaskan bahwa

didalam pembelajaran kontekstual, siswa menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dunia nyata. Siswa menyangkutkan konsep melalui penemuan, penguatan, dan keterhubungan. Pembelajaran kontekstual menghendaki kerja sebuah tim, misalnya di sekolah, di tempat kerja, maupun di rumah. Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar yang merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Sedangkan menurut Sa’ud (2006: 38) CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupannya.

(26)

pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan kehidupan nyata yang sehari-harinya dialami oleh siswa, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat yang pada akhirnya bertujuan untuk menemukan arti dan makna materi yang telah dipelajari bagi kehidupan siswa sehari-hari.

2. Komponen Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret melalui keterlibatan aktivitas siswa mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, melainkan juga dari sisi proses. Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama yang harus dikembangkan menurut Ditjen Dikdasmen (dalam Hernawan, dkk., 2007: 158-160) sebagai berikut:

a. Kontruktivisme (Contructivisme)

Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukan seperangkat fakta dan konsep yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata.

b. Menemukan (Inquiry)

(27)

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, akan mendorong proses dan hasil belajar yang lebih luas dan mendalam, dan akan banyak ditemukan unsur-unsur lain yang terkait yang sebelumnya tidak terpikirkan baik oleh guru maupun siswa.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Jadi, hasil pembelajarannya diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman.

e. Pemodelan (Modeling)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.

f. Refleksi (Reflection)

(28)

g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian adalah suatu proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa.

3. Karakteristik Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual sebagai pendekatan yang mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa, memiliki beberapa karakteristik tersendiri. Menurut Komalasari (2013: 13-15), karakteristik pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut:

a. Keterkaitan (relating), yaitu proses pembelajaran yang memiliki keterkaitan dengan bekal pengetahuan yang telah ada pada diri siswa dengan konteks pengalaman dalam kehidupan dunia nyata siswa.

b. Pengalaman langsung (experiencing), yaitu proses pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan cara menemukan dan mengalami sendiri secara langsung.

c. Aplikasi (applying), yaitu proses pembelajaran yang menekankan pada penerapan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks lain yang berbeda sehingga bermanfaat bagi kehidupan siswa.

d. Kerja sama (cooperating), yaitu pembelajaran yang mendorong kerja sama diantara siswa, antara siswa dengan guru dan sumber belajar.

e. Pengaturan diri (self-regulating), yaitu pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengatur diri dan pembelajarannya secara mandiri.

(29)

4. Langkah-langkah Pendekatan Kontekstual

Sebelum melaksanakan pembelajaran, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya. Menurut Trianto (2009: 111) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kontekstual sebagai berikut:

a. Mengembangkan pemikiran anak bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri semua topik. c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. d. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam

kelompok-kelompok).

e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f. Melakukan refleksi diakhir pertemuan.

g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

5. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual

Penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran tematik ini pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Berikut ini adalah kelebihan pendekatan kontekstual.

a. Pembelajaran lebih bermakna, artinya siswa melakukan sendiri kegiatan yang berhubungan dengan materi yang ada sehingga siswa dapat memahaminya sendiri.

b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena pembelajaran kontekstual menutut siswa menemukan sendiri bukan menghafal.

c. Menumbuhkan keberanian siswa mengemukakan pendapat tentang materi yang dipelajari.

d. Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang materi yang dipelajari dengan bertanya kepada guru.

e. Menumbuhkan kemampuan dalam bekerjasama dengan teman yang lain untuk memecahkan masalah yang ada.

(30)

Sedangkan kelemahan dari pendekatan kontekstual yaitu sebagai berikut:

a. Bagi siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran, tidak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sama dengan teman lainnya karena siswa tidak mengalami sendiri.

b. Perasaan khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik siswa karena harus menyesuaikan dengan kelompoknya.

c. Banyak siswa yang tidak senang apabila disuruh bekerjasama dengan yang lainnya, karena siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam kelompoknya.

(Dzaki dalam www.sekolahdasar.net)

B. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Sehubungan dengan adanya proses pembelajaran agar dapat berjalan efektif dan menyenangkan, maka diperlukan alat bantu dalam pengajaran yang biasa disebut media pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti „tengah’, „perantara’, atau „pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar

pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

(31)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan oleh guru yang bertujuan untuk menyampaikan materi pelajaran guna merangsang keaktivan siswa untuk belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Penggunaan media dalam pembelajaran mempunyai banyak fungsi. Media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu: (a) memotivasi minat dan tindakan, (b) menyajikan informasi, dan (c) memberi instruksi (Kemp dan Dayton dalam Arsyad, 2013: 23).

Sedangkan menurut Arsyad (2013: 25) media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang tedapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Sementara itu, manfaat media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (2011: 2) yaitu: (a) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa, (b) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, (c) metode mengajar akan lebih bervariasi, dan (d) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar.

(32)

Fungsi-fungsi tersebut dapat mendukung pelaksanaan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Media merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Dalam perkembangannya, media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Berdasarkan perkembangan teknologi, media pembelajaran dapat diklasifikasikan kedalam empat jenis menurut Arsyad (2013: 31-34), yaitu:

a. Media hasil teknologi cetak, yaitu media yang dihasilkan dalam bentuk salinan tercetak. Media hasil teknologi cetak juga dikenal sebagai media visual yang penyerapan materinya melalui pandangan. Contohnya meliputi teks bacaan, grafik, foto atau gambar, representasi fotografik, dan reproduksi.

b. Media hasil teknologi audio-visual, yaitu media yang dihasilkan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik. Penyerapan materi melalui media audio-visual melalui pandangan dan pendengaran. Contohnya meliputi video kaset dan film bingkai.

(33)

d. Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer, media yang dihasilkan dengan menggabungkan beberapa bentuk media yang dihasilkan oleh komputer misalnya hypermedia.

Sedangkan Sadiman, dkk. (2005: 28-55) mengklasifikasikan media yang lazim digunakan dalam proses pembelajaran yaitu:

a. Media grafis, media yang menyalurkan pesan melalui indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan berupa simbol-simbol komunikasi visual. Contohnya yaitu gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flanel, dan papan buletin.

b. Media audio, media yang menyalurkan pesan melalui indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan berupa lambang-lambang auditif, baik verbal maupun non verbal. Contohnya yaitu radio, alat perekam pita magnetik, dan laboratorium bahasa.

c. Media proyeksi diam, media ini mempunyai persamaan dengan media grafik namun bedanya ialah media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada media proyeksi, pesan tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat. Contohnya yaitu film bingkai, film rangkai,

overhead proyektor, proyektor opaque, tachitoscope,

microprojection, dan microfilm.

(34)

karena media grafis dinilai dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan media grafis maka pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga siswa dapat lebih memahami materi dan lebih aktif untuk bertanya.

4. Media Grafis

Pembelajaran di dalam kelas menuntut guru untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan media sebagai alat bantu mengajar. Dari beberapa macam jenis media salah satunya adalah media grafis. Sadirman, dkk. (2005: 28) mengemukakan bahwa media grafis merupakan media visual yang bertujuan untuk menyalurkan pesan dari sumber kepenerima pesan. Pesan yang disampaikan berupa simbol-simbol komunikasi visual.

Selanjutnya Asyhar (2013: 102) berpendapat bahwa media grafis adalah visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa yang dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk seperti foto, gambar, sketsa, grafik, bagan, atau chart. Sedangkan menurut Angkowo dan Kosasih (2007: 13) media grafis merupakan pesan yang akan disampaikan dan dituangkan kedalam simbol-simbol visual. Dapat disimpulkan bahwa media grafis merupakan alat bantu guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang bersifat visual dan menitikberatkan pada indera penglihatan.

5. Fungsi Media Grafis

(35)

sumber kepenerima pesan (Sadiman, dkk., 2005: 28). Sementara Asyhar (2013: 89) mengungkapkan bahwa ada beberapa fungsi media grafis yaitu dapat memperlancar pemahaman siswa, memperkuat ingatan, menarik perhatian siswa, dan memberikan hubungan antara isi dan materi pelajaran dengan dunia nyata. Sedangkan Sudjana dan Rivai (2011: 20) mengungkapkan fungsi media grafis yaitu menarik perhatian dan minat dalam menyampaikan informasi tertentu secara cepat dan memvisualisasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan dalam bentuk yang ringkas dan padat.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa fungsi media grafis yaitu alat bantu guru untuk mengajar dalam bentuk visualisasi yang dapat menarik minat dan perhatian siswa guna mencapai tujuan pembelajaran.

6. Langkah-langkah Penggunaan Media Grafis

Diantara beberapa contoh media grafis, penulis akan menggunakan gambar atau foto dalam menyampaikan materi pelajaran. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam penggunaannya menurut Ruminiati (2007: 2.23).

a. Menganalisis pokok bahasan yang akan dituangkan dalam bentuk gambar atau foto.

b. Menyiapkan bahan-bahan yang digunakan.

(36)

d. Guru menjelaskan materi pelajaran melalui media yang telah disiapkan sekaligus menanamkan nilai moral dan norma yang menjadi target harapannya.

7. Kelebihan dan Kekurangan Media Grafis

Penggunaan media grafis dalam pembelajaran, tentu ditemui beberapa kelebihan dan kelemahan. Berikut ini adalah beberapa kelebihan media gambar atau foto menurut Sadiman, dkk. (2005: 29-30).

a. Sifatnya konkret. Gambar atau foto lebih realistis menujukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek atau peristiwa tersebut. Gambar atau foto dapat mengatasi hal tersebut. Air terjun Niagara atau Danau Toba dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa lampau, kemarin, atau bahkan semenit yang lalu kadang-kadang tak dapat kita lihat seperti apa adanya. Gambar atau foto amat berguna dalam hal ini. c. Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan

kita. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto.

d. Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

e. Foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut.

a. Gambar atau foto hanya menekankan persepsi indera mata.

b. Gambar atau benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

(37)

C. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia sejak dilahirkan di dunia hingga sepanjang hayatnya untuk memperbaiki dirinya. Banyak teori belajar yang dikembangkan oleh para ahli, diantaranya ada tiga teori belajar yang utama yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.

Salah satu teori belajar yang melandasi pembelajaran kontekstual ialah teori belajar konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi kita sendiri. Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru kesiswa melainkan siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka (Lorsbach dan Tobin dalam Komalasari, 2013: 15).

Menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 10) belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Menurutnya, belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternel, kondisi internal, dan hasil belajar.

(38)

Sedangkan pandangan modern menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku, berkat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Adapun yang dimaksud lingkungan mencakup keluarga, sekolah, dan masyarakat, dimana peserta didik berada (Hanafiah dan Suhana, 2009: 6).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses pembentukan pengetahuan dan perubahan tingkah laku individu yang baru sebagai hasil pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Selama pembentukan pengetahuan dan perubahan tingkah laku individu yang baru melalui interaksi dengan lingkungan ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang harus dipelajari.

2. Aktivitas Belajar

Proses pembelajaran tidak terlepas dari aktivitas belajar yaitu interaksi antara siswa dengan lingkungan dan sumber belajar. Aktivitas belajar merupakan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa itu dapat mengembangkan pengetahuannya guna mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2008: 170).

(39)

perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Dierich (dalam Hamalik, 2011: 90) tentang jenis-jenis aktivitas dalam pembelajaran yaitu:

a. Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi. c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian

bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat out line atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dll.

(40)

menunjukkan rasa ingin tahu ketika menggunakan media grafis, (f) menggunakan media grafis secara efektif dan efisien, dan (g) berani menyampaikan hasil diskusi di depan kelas.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar menurut Suprijono (dalam Thobroni dan Mustofa, 2012: 22) adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Selanjutnya Sudjana (dalam Kunandar, 2013: 62) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar.

Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau refleksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresi dan interpretatif.

(41)

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui pengetahuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan siswa baik kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti hasil belajar kognitif berupa pengetahuan, hasil belajar afektif berupa sikap tanggung jawab dan disiplin, dan hasil belajar psikomotor berupa keterampilan menulis.

D. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Mengacu pada pembaharuan kurikulum yaitu kurikulum 2013, maka dalam pembelajaran saat ini menggunakan pendekatan scientific. Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific). Pendekatan scientific dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Jadi pembelajaran pada kurikulum 2013 saat ini adalah menggunakan pembelajaran tematik terpadu.

(42)

bahasa (language arts contents) sebagai pusat pembelajaran yang dihubungkan dengan berbagai tema atau topik pembelajaran (Saud dkk., 2006: 5).

Menurut Hernawan, dkk. (2007: 128) pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Pelaksanaan pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, materi beberapa mata pelajaran disajikan dalam tiap pertemuan. Kedua, tiap kali pertemuan hanya menyajikan satu jenis mata pelajaran. Pada cara kedua ini, keterpaduannya diikat dengan satu tema. Oleh karena itu pembelajaran tematik ini sering juga disebut pembelajaran terpadu (integrated learning).

Sedangkan Sutirjo dan Mamik (dalam Suryosubroto, 2009: 133) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Pembelajaran tematik memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi siswa dalam belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran yang disatukan dalam satu tema.

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

(43)

Hernawan, dkk. (2007: 131) pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut ini.

a. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

b. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada. f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

3. Penilaian Pembelajaran Tematik

(44)

Penilaian secara umum, diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Kemudian secara sederhana, penilaian dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu (Poerwanti, dkk., 2009: 1.3-1.4).

Penilaian autentik merupakan penilain yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan, proses, dan keluaran pembelajaran (Permendikbud No. 66 th 2013). Penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau kompleks dunia nyata, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan (Johnson dalam Komalasari, 2013: 148).

Selain itu Kunandar (2013: 35) menjelaskan bahwa penilaian autentik adalah kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil melalui berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

(45)

b. Fungsi dan Manfaat Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik

Penerapan penilaian autentik selama dan setelah proses pembelajaran memiliki beberapa fungsi dan manfaat tersendiri. Depdiknas (dalam Komalasari, 2013: 149-150) menjabarkan fungsi dan manfaat penilaian autentik sebagai berikut:

1) Menggambarkan sejauh mana siswa telah menguasai suatu kompetensi.

2) Mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu siswa memahami kemampuan dirinya.

3) Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan siswa sebagai alat diagnosis, apakah ia perlu mengikuti remedial atau pengayaan.

4) Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.

5) Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan perkembangan siswa.

c. Prinsip-prinsip Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik Dalam melakukan penilaian, hendaknya memperhatikan beberapa prinsip penting. Prinsip-prinsip tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Komalasari (2013: 151-152) adalah sebagai berikut. 1) Validitas, menilai apa yang harusnya dinilai dengan

(46)

2) Reliabilitas, berkaitan dengan konsistensi hasil penilaian. Penilaian yang reliable memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi.

3) Menyeluruh, penilaian dilakukan menyeluruh mencakup seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar (kognitif, afektif, dan psikomotor).

4) Berkesinambungan, penilaian dilakukan terencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi siswa dalam kurun waktu tertentu.

5) Objektif, penilaian harus adil, terencana, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor.

6) Mendidik, proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar, dan membina siswa agar tumbuh dan berkembang secara optimal.

d. Ciri-ciri Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik

Selama proses pembelajaran yang menggunakan penilaian autentik berlangsung, ada beberapa ciri-ciri penilaian autentik menurut Kunandar (2013: 38-39) sebagai berikut:

(47)

2) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Penilain dilakukan terhadap kompetensi proses selama proses pembelajaran dan kompetensi siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran.

3) Menggunakan berbagai cara dan sumber dalam melakukan penilaian yang bisa digunakan sebagai informasi yang menggambarkan penguasaan kompetensi siswa.

4) Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian. Penilaian tidak hanya menggunakan tes semata melainkan bisa juga menggunakan informasi-informasi lain yang mendukung pencapaian kompetensi siswa.

5) Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa yang nyata dan setiap hari. Siswa harus bisa menceritakan pengalaman mereka yang dilakukan setiap hari.

6) Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan kuantitasnya. Penilaiannya harus mengukur kedalaman terhadap penguasaan kompetensi tertentu secara objektif.

(48)

1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.

2) Bisa digunakan untuk tes formatif maupun tes sumatif.

3) Yang diukur adalah keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta.

4) Berkesinambungan (secara terus menerus). 5) Terintegrasi (satu kesatuan yang utuh). 6) Dapat digunakan sebagai feed back.

f. Teknik Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik

Penggunaan penilaian autentik dalam pembejaran kontekstual harus memperhatikan beberapa hal dalam menggunakannya. Permendikbud No. 66 th 2013 menjelaskan beberapa teknik dalam penilaian autentik, yaitu sebagai berikut:

1) Penilaian Kompetensi Sikap

Kompetensi sikap dinilai melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar peserta didik, dan jurnal.

2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Kompetensi pengetahuan dinilai melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.

3) Penilaian Kompetensi Keterampilan

(49)

E. Hipotesis Tindakan

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang difokuskan pada situasi kelas. Yanti dan Munaris (2012: 13)

mendifinisikan penelitian tindakan kelas sebagai bentuk penelitian yang bersifat relektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Selanjutnya dijelaskan oleh Wardhani (2006: 1.4) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

(51)

penelitian tindakan kelas secara terus menerus bertujuan untuk mendapatkan penjelasan tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaatkan guna memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan berikutnya.

Prosedur penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2010: 16), yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Siklus PTK.

adopsi dari Arikunto, dkk. (2010: 16)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

(52)

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan lama penelitian 5 bulan. Terhitung dari bulan Januari - Mei 2014. Rentang waktu tersebut dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan hasil penelitian. 3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas IV B SD Negeri 1 Nunggalrejo. Jumlah siswa dalam kelas tersebut adalah 23 siswa, dengan komposisi 12 perempuan dan 11 laki-laki.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini adalah tenik tes dan non tes.

1. Teknik tes merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif yaitu nilai hasil belajar kognitif siswa. Tes dilaksanakan setiap akhir siklus setelah pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual melalui media grafis.

(53)

D. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan menggunakan pendekatan kontekstual melalui media grafis.

2. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas belajar, hasil belajar afektif, hasil belajar psikomotor, dan kinerja guru selama pelaksanaan pembelajaran pendekatan kontekstual melalui media grafis berlangsung.

E. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan amalisis kualitatif dan analisis kuantitatif, yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data aktivitas siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran kemudian dideskripsikan.

a. Aktivitas setiap individu diperoleh dengan rumus:

N =

× 100

Keterangan:

N : nilai yang dicapai/diharapkan R : skor mentah yang diperoleh siswa SM : skor maksimum

100 : bilangan tetap

(54)

Berdasarkan nilai yang dicapai pada indikator aktivitas, akan diketahui tingkat aktivitas siswa sesuai kriteria berikut ini.

Tabel 1. Kategori Peningkatan Aktivitas Siswa Berdasarkan Ketercapaian Individu.

Tingkat Pencapaian Individu Kategori

N > 75 Aktif

50 < N ≤ 75 Cukup aktif 25 < N ≤ 50 Kurang aktif

N ≤ 25 Pasif

(adaptasi dari Poerwanti, dkk., 2008: 7.8)

b. Aktivitas siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:

P = ∑

Berdasarkan nilai yang dicapai pada indikator aktivitas, akan diketahui tingkat aktivitas siswa sesuai kriteria berikut ini.

Tabel 2. Kategori Peningkatan Aktivitas Siswa secara Klasikal.

Siswa aktif (%) Kategori

≥ 80 Sangat aktif

60 – 79 Aktif

40 – 59 Cukup aktif

20 – 39 Kurang aktif

< 20 Pasif

(adaptasi dari Aqib, 2009: 41)

c. Kinerja guru dalam pembelajaran diperoleh dengan rumus:

Nilai =

× 100

(modifikasi dari Sudijono, 2011: 318)

(55)

Tabel 3. Kategori Kinerja Guru dalam Pembelajaran.

(adaptasi dari Poerwanti, dkk., 2008: 7.8)

d. Hasil belajar afektif dalam pembelajaran diperoleh dengan rumus:

Nilai =

× 100

Berdasarkan nilai yang dicapai pada indikator, akan diketahui tingkat hasil belajar afektif sesuai kriteria berikut ini.

Tabel 4. Kategori Hasil Belajar Afektif dalam Pembelajaran.

Konversi nilai akhir

(56)

(2) Membudaya, apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten, karena selain sudah ada pemahaman dan kesadaran juga mendapat penguatan lingkungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas (Tahap Sosionomi).

(3) Mulai terlihat, apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten karena sudah ada pemahaman dan mendapat penguatan lingkungan terdekat (Tahap Heteronomi).

(4) Belum terlihat, apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator karena belum memahami makna dari nilai itu (Tahap Anomi).

e. Hasil belajar psikomotor dalam pembelajaran diperoleh dengan rumus:

Nilai =

× 100

Berdasarkan nilai yang dicapai pada indikator, akan diketahui tingkat hasil belajar psikomotor sesuai kriteria berikut ini.

Tabel 5. Kategori Hasil Belajar Psikomotor dalam Pembelajaran.

Konversi nilai akhir

(57)

secara konsisten karena selain sudah ada pemahaman dan kesadaran dan mendapat penguatan lingkungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas sudah tumbuh kematangan moral (Tahap Autonomi).

2) Terampil, apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda keterampilan yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten, karena selain sudah ada pemahaman dan kesadaran juga mendapat penguatan lingkungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas (Tahap Sosionomi).

3) Cukup terampil, apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal keterampilan yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten karena sudah ada pemahaman dan mendapat penguatan lingkungan terdekat (Tahap Heteronomi).

4) Kurang terampil, apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal keterampilan yang dinyatakan dalam indikator karena belum memahami makna dari nilai itu (Tahap Anomi).

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru menggunakan pendekatan kontekstual.

a. Menghitung nilai hasil belajar siswa secara individu menggunakan rumus:

Nilai =

× 100

(modifikasi dari Sudijono, 2011:318)

b. Menghitung nilai rata-rata kelas menggunakan rumus:

Mx = ∑

Keterangan:

Mx : nilai rata-rata yang dicari ∑ : jumlah nilai seluruh siswa N : jumlah siswa

(58)

c. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal menggunakan rumus:

P = ∑

∑ × 100%

(adopsi dari Aqib, 2009: 41)

Berdasarkan persentase yang dicapai, akan diketahui tingkat keberhasilan kognitif siswa secara klasikal sesuai kriteria sebagai berikut.

Tabel 6. Kriteria Keberhasilan Belajar Siswa secara Klasikal.

Tingkat keberhasilan (%) Kategori

80% Sangat tinggi

60 – 79% Tinggi

40 – 59% Sedang

20 – 39% Rendah

< 20% Sangat rendah

(adopsi dari Aqib, 2009: 41)

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus yang dilaksanakan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. 1. Siklus I

a. Perencanaan

(59)

siklus I ini, dilaksanakan pada sub tema Aku dan Cita-citaku pembelajaran 3 dan 5.

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini dilaksanakan sesuai dengan proses pembelajaran yang didesain menggunakan pendekatan kontekstual melalui media grafis. Pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai berikut.

1) Pendahuluan

a) Pengondisian kelas dan menertibkan siswa.

b) Membentuk kelompok belajar menjadi 6 kelompok secara heterogen, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 siswa. c) Membagikan topi bernomor untuk memudahkan dalam

mengamati aktivitas siswa.

d) Guru menyampaikan apersepsi misalnya mengaitkan dengan materi sebelumnya. Pada tahap ini, guru mengonstruksi pengetahuan siswa.

e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. f) Guru memberikan motivasi.

2) Inti

Pada tahap ini akan terlihat penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual. Berikut ini langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual melalui media grafis.

(60)

b) Guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok untuk mengamati media tersebut.

c) Masing-masing kelompok diminta untuk mendiskusikan materi berdasarkan tampilan media. Selama diskusi berlangsung, guru mengawasi kegiatan diskusi.

d) Guru membagikan LKS kepada masing-masing siswa kemudian siswa diminta untuk mengerjakan permasalahan yang ada dalam LKS. Pada tahap ini, siswa mencoba menyelesaikan permasalahan yang ada dalam LKS.

e) Masing-masing kelompok menuliskan hasil diskusi dan jawaban dari pertanyaan yang ada di LKS kemudian menyampaikan hasilnya kepada kelompok lain, lalu kelompok lain memberikan tanggapan.

f) Guru meluruskan hasil diskusi dan jawaban masing-masing kelompok dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti.

g) Guru memberi penghargaan kepada kelompok yang hasil diskusi dan jawabannya paling tepat.

h) Sebagai penguatan, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal yang ada di buku siswa atau yang telah dibuat oleh guru. Pada tahap ini, guru melakukan penilaian autentik.

(61)

3) Penutup

a) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

b) Guru memberikan tugas rumah sebagai tindak lanjut.

c) Menyampaikan materi pembelajaran pada pertemuan berikutnya untuk dipelajari.

c. Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Alat pengumpul data menggunakan lembar observasi. Lembar observasi disiapkan meliputi lembar observasi kinerja guru, aktivitas siswa, afektif, dan psikomotor.

d. Refleksi

Tahap terakhir siklus ini merupakan kegiatan menganalisis seluruh informasi yang telah terkumpul dan diperoleh pada tahap observasi. Peneliti merefleksikan kegiatan yang berlangsung dengan membuat kesimpulan, hasilnya digunakan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan pada pembelajaran berikutnya untuk mencapai tujuan penelitian. Apabila tujuan penelitian belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

(62)

juga terdiri dari 2 pembelajaran yang hasilnya diharapkan lebih baik dari siklus I.

a. Perencanaan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah menganalisis pemetaan kompetensi, menyusun silabus dan RPP, menyiapkan materi pembelajaran, mempersiapkan media pembelajaran, mempersiapkan lembar observasi kinerja guru, aktivitas siswa, afektif, psikomotor, LKS, soal tes hasil belajar siswa, dan kamera untuk mendokumentasi. Pembelajaran pada siklus II ini, dilaksanakan pada sub tema Giat Meraih Cita-Cita pembelajaran 3 dan 4.

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini dilaksanakan sesuai dengan proses pembelajaran yang didesain menggunakan pendekatan kontekstual melalui media grafis. Pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai berikut.

1) Pendahuluan

a) Pengondisian kelas dan menertibkan siswa.

b) Membentuk kelompok belajar menjadi 6 kelompok secara heterogen, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 siswa. c) Membagikan topi bernomor untuk memudahkan dalam

mengamati aktivitas siswa.

d) Guru menyampaikan apersepsi misalnya mengaitkan dengan materi sebelumnya. pada tahap ini, guru mengonstruksi pengetahuan siswa.

(63)

2) Inti

Pada tahap ini akan terlihat penerapan pendekatan kontekstual melalui media grafis. Berikut ini langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual melalui media grafis.

a) Guru menampilkan media yang telah disiapkan untuk pembelajaran. Pada tahap ini, guru melakukan pemodelan menggunakan media grafis.

b) Guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok untuk mengamati media tersebut.

c) Masing-masing kelompok diminta untuk mendiskusikan materi berdasarkan tampilan media. Selama diskusi berlangsung, guru mengawasi kegiatan diskusi.

d) Guru membagikan LKS kepada masing-masing siswa kemudian siswa diminta untuk mengerjakan permasalahan yang ada dalam LKS. Pada tahap ini, siswa mencoba menyelesaikan permasalahan yang ada dalam LKS.

e) Masing-masing kelompok menuliskan hasil diskusi dan jawaban dari pertanyaan yang ada di LKS kemudian menyampaikan hasilnya kepada kelompok lain, lalu kelompok lain memberikan tanggapan.

f) Guru meluruskan hasil diskusi dan jawaban masing-masing kelompok dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti.

(64)

h) Sebagai penguatan, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal yang ada di buku siswa atau yang telah dibuat oleh guru. Pada tahap ini, guru melakukan penilaian autentik.

i) Perwakilan siswa mengumpulkan hasil kerja. 3) Penutup

a) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

b) Guru memberikan tugas rumah sebagai tindak lanjut.

c) Menyampaikan materi pembelajaran pada pertemuan berikutnya untuk dipelajari.

c. Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Alat pengumpul data menggunakan lembar observasi. Lembar observasi disiapkan meliputi lembar observasi kinerja guru, aktivitas siswa, afektif, dan psikomotor.

d. Refleksi

(65)

G. Indikator Keberhasilan

Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual melalui media grafis dikatakan berhasil apabila:

1. Persentase aktivitas siswa minimal mencapai kriteria aktif.

2. Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya.

(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di kelas IV B SD Negeri 1 Nunggalrejo kecematan Punggur Lampung Tengah pada pembelajaran tematik menggunakan pendekatan kontekstual melalui media grafis dapat disimpulkan:

1. Penerapan pendekatan kontekstual melalui media grafis dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Berdasarkan hasil pembahasan setiap siklus diperoleh persentase siklus I (65,21%), siklus II (78,26%), dan meningkat sebesar 13,05% dengan kategori aktif.

2. Penerapan pendekatan kontekstual melalui media grafis dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan peningkatan nilai rata-rata kelas siklus I (68,98), siklus II (74,39), meningkat sebesar 5,41. Persentase ketercapaian KKM pada siklus I (73,91%), siklus II (82,6%), dan meningkat sebesar 8,69% dengan kategori sangat tinggi.

(67)

Persentase dengan ketercapaian KKM pada siklus I (78,86%), siklus II (86,95%), dan meningkat sebesar 8,69% dengan kategori membudaya. 4. Penerapan pendekatan kontekstual melalui media grafis dapat

meningkatkan hasil belajar psikomotor. Hal ini sesuai peningkatan nilai rata-rata kelas siklus I (59,78), siklus II (73,93), meningkat sebesar 14,15. Persentase ketercapaian KKM pada siklus I (69,56%), siklus II (86,95%), dan meningkat sebesar 17,39%dengan kategori terampil.

Dari hasil yang diperoleh peneliti dari apa yang telah diungkapkan sebelumnya, maka dapat menjawab hipotesis penelitian ini, yaitu penerapan pendekatan kontekstual melalui media grafis dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

B. Saran

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan yaitu:

1. Kepada siswa

Siswa dapat memanfaatkan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual melalui media grafis untuk mengaplikasikan materi yang telah dipelajari pada kehidupan sehari-hari.

2. Kepada guru

(68)

pembelajaran lebih menarik dan membuat siswa senang dalam mengikuti pembelajaran.

3. Kepada kepala SD Negeri 1 Nunggalrejo

Gambar

Gambar 1. Siklus PTK. adopsi dari Arikunto, dkk. (2010: 16)
Tabel 1. Kategori Peningkatan Aktivitas Siswa Berdasarkan           Ketercapaian Individu
Tabel 3. Kategori Kinerja Guru dalam Pembelajaran.
Tabel 5. Kategori Hasil Belajar Psikomotor dalam Pembelajaran.
+2

Referensi

Dokumen terkait

dengan menggunakan pembelajaran outdoor activities dan nilai siswa pada kelas kontrol yang. mengajar dengan menggunakan pembelajaran di kelas, apabila data berdistritbusi

Media pembelajaran Fun Lyrics (FL) dikembangkan untuk meningkatkan minat belajar siswa melalui media yang interaktif dan menyenangkan. Terdapat lirik 2 bahasa yaitu

source CRS (concatenated coordinate operation) = source CRS (coordinate operation step 1) target CRS (coordinate operation step i) = source CRS (coordinate operation step i+1); i =

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang

Masjid Al-Aqsa/ akan diruntuhkan.../ Rakyat Palestina/ kini hidup dalam krisis berkepanjangan/ Yahudinisasi juga makin ditegakkan/ melalui pembangunan pemukiman

PENERAPAN METODE KWL (KNOW-WANT TO KNOW- LEARNED) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 3 CIKIDANG.. KABUPATEN

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh ferri sulfat dan zeolit dalam proses penurunan kadar besi dan mangan dengan metode elektrokoagulasi.. Dalam penelitian ini, ferri sulfat

Based on the previous findings, this study was aimed: (1) to identify the English learning model in Mardisiwi Islamic Kindergarten in Ngendroprasto, Surakarta; (2) to determine