PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 MEDAN Oleh:
Irawati NIM. 4123111033
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
iii
RIWAYAT HIDUP
Irawati dilahirkan di Taput (Silalahi) pada tanggal 29 Maret 1994. Anak kedua
dari Ayah yang bernama Ramlan Panjaitan dan Ibu yang bernama Resmauli
Siagian. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Swasta GKPI Bt.200 dan lulus pada
tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Lawe
Sigala-gala dan lulus pada tahun 2009. Setelah itu penulis melanjutkan sekolah di
SMA Negeri 1 Lawe Sigala-gala dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012,
penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika
ii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHANMASALAH MATEMATIK
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 MEDAN Irawati (4123111033)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswadengan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan siswa dengan model pembelajaran biasa di kelas VIII SMP Negeri 6 MedanTahun Ajaran 2016/2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 6 Medandan sampel dalampenelitian ini adalah siswa kelas VIII-A dankelas VIII-B sebanyak 61orang.Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Data yang digunakan adalah tes PAM yang diambil dari 15 butir soal UN Sekolah Dasar dan tes kemampuan pemecahan masalah berbentuk uraian sebanyak 4 soal. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas tes dengan menggunakan uji Liliefors dan homogenitas tes menggunakan uji F. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa hasil tes PAM kedua sampel berdistribusi normal dan homogen, dengan demikian penulis bisa memberikan perlakuan kepada kedua sampel.Dari hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematikyang diberi pembelajaran berbasis masalah adalah dengan simpangan baku dan rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematikyang diberi pembelajaran biasa adalah simpangan baku . Untuk uji hipotesis digunakan uji t, dari hasil perhitungan diperoleh dan . Ternyata , sehingga ditolak dan
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik sesuai waktu yang direncanakan.
Skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 6 Medan” ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak
Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran - saran kepada penulis sejak awal
penyusunan proposal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd,
Bapak Drs. Wingston Leonard Sihombing, M.Pd dan Ibu Dra. Lucy Karyati
Basar, M.Si selaku dosen narasumber yang telah memberikan kritik serta saran
dalam pembuatan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada
Bapak Prof. Dr. P. Siagian, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik, kepada
Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin
Lubis, M.Pd, selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku
Ketua Jurusan Matematika FMIPA UNIMED dan seluruh Bapak, Ibu Dosen
beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah
membantu penulis.
Terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Ariffudin, S.Pd selaku
Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Medan, dan Ibu Masriani Hutasuhut selaku guru
mata pelajaran di Sekolah SMP Negeri 6 Medan yang telah membantu selama
penelitian. Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada yang terkasih
Ayahanda Ramlan Panjaitan dan Ibunda Resmauli Siagian yang setia berdoa dan
memberikan dukungan material serta spiritual yang tak ternilai harganya hingga
penulis bisa memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika. Buat saudara/i ku
v
Panjaitan terima kasih atas jasa, doa, dan semangat juga selalu menemani dalam
situasi apapun.
Terima kasih juga untuk Crackers terkasih (Mimi Silvianti, Fitri Mustika
Arnis, Siti Nurzannah, Wulandari, Hermanto), Kanura Marekhan, Tia Mairani
Maria Silalahi, rekan seperjuangan di Kelas Matematika Reguler B 2012, sahabat
PPLT SMK Negeri 1 Sei Rampah yang telah memberikan semangat dan motivasi
selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada
penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun tata
bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya khasana ilmu pengetahuan.
Medan, Januari 2017
Penulis,
Irawati
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian 35
Gambar 4.1 Diagram Rata-rata dan Simpangan Baku Data PAM 41
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Kesalahan siswa dalm menyelesaikan soal 3
Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah 19
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 33
Tabel 3.2. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan
Tahap Pemecahan Masalah Oleh Polya 35
Tabel 4.1. Data Nilai Tes PAM kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40
Tabel 4.2. Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 42
Tabel 4.3. Data Hasil Uji Normalitas 43
Tabel 4.4. Data Hasil Uji Homogenitas 43
Tabel 4.5. Data Hasil Uji Hipotesis Penelitian 44
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Kelas Eksperimen) 56
Lampiran 2 Lembar Aktivitas Siswa 1 62
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (K 4;ll;lllllllp0elas
Eksperimen) 66
Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa 2 71
Lampiran 5 Tes Pengetahuan Awal Matematika 76
Lampiran 6 Alternatif Tes Pengetahuan Awal Matematika 79
Lampiran 7 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 80
Lampiran 8 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika (PMM) 81
Lampiran 9 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan PMM 83
Lampiran 10 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah Matematika 87
Lampiran 11 Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 88
Lampiran 12 Data Tes Kemampuan Awal Matematik Siswa 91
Lampiran 13 Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik 93
Lampiran 14 Perhitungan Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku 95
Lampiran 15 Perhitungan Uji Normalitas Data 97
Lampiran 16 Perhitungan Uji Homogenitas Data 102
Lampiran 17 Uji Hipotesis Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 104
Lampiran 18 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 Ke Z 106
Lampiran 19 Daftar Nilai Kritis untuk Uji Liliefors 107
Lampiran 20 Daftar Nilal Persentil untuk Distribusi F 108
Lampiran 21 Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi t 110
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang
pendidikan, mulai dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Hal
ini disebabkan karena matematika sangat penting, baik dalam pendidikan formal
maupun non formal. Menurut Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009: 253) bahwa:
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting, karena dalam pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah. Hal
ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Shadiq (2014: 109) bahwa
pembelajaran pemecahan masalah akan menjadi hal yang akan sangat
menentukan keberhasilan pendidikan matematika, sehingga pengintegrasian
pemecahan masalah (problem solving) selama proses pembelajaran berlangsung
hendaknya menjadi suatu keharusan. Pentingnya aspek kemampuan pemecahan
masalah dalam pembelajaran matematika juga diungkapkan Branca (dalam
Nurkholis, 2013: 225) :
Pemecahan masalah memiliki tiga interpretasi yaitu: (1) pemecahan masalah sebagai suatu tujuan utama (goal); (2) pemecahan masalah sebagai suatu proses; (3) pemecahan masalah sebagai keterampilan dasar. Ketiga hal itu mempunyai implikasi dalam pengembangan pembelajaran.
Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan pemecahan masalah
dalam pembelajaran matematika ketika siswa mencapai kriteria-kriteria tertentu
atau biasa dikenal dengan indikator. Ada empat indikator pemecahan masalah
2
(memahami masalah), (2) Devising a plan (merencanakan penyelesaian masalah),
(3) Carrying out the plan (melaksanakan rencana penyelesaian masalah), dan (4)
Looking back (memeriksa kembali, apakah hasil dan prosedur yang diperoleh
sebelumnya dapa digunakan untuk permasalahan lain).
Wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ibu Hutasuhut (salah satu
guru matematika di SMP Negeri 6 Medan) menyatakan tidak sedikit siswa
menganggap matematika paling sulit untuk dipelajari. siswa kurang mampu
menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan
tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan, jika menemukan masalah dalam
kehidupan nyata yang berhubungan dengan pengetahuan yang dimilikinya. Pada
umumnya, kesulitan siswa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari
dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan terletak
pada kurangnya pemahaman konsep matematika, siswa cenderung menghafal
konsep matematika, dan mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah
matematiknya rendah.
Studi awal yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 6 Medan juga
menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih rendah.
Hal tersebut didukung dengan pemberian soal berbentuk uraian kepada siswa
kelas IX-B SMP Negeri 6 Medan untuk mengetahui tingkat kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa. Soal uraian yang diberikan pada saat
melakukan observasi adalah:
Intan ingin membuat kotak pernak-pernik berbentuk kubus dari kertas karton. Jika kotak pernak-pernik tersebut memiliki panjang rusuk 12 cm, berapakah luas karton yang dibutuhkan Intan untuk membuat 5 buah kotak pernak-pernik?
a. Data apa sajakah yang diketahui dari soal di atas
b. Bagaimana cara menghitung luas karton (luas permukaan kubus) yang dibutuhkan Intan untuk membuat 5 buah kotak pernak-pernik?
c. Hitunglah luas karton yang dibutuhkan Intan untuk membuat 5 buah kotak pernak-pernik!
3
Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa siswa yang melakukan
kesalahan dalam menyelesaikan soal uraian diatas, dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1.1. Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
Berdasarkan hasil dari soal uraian yang diberikan di kelas IX-B SMP
Negeri 6 Medan terdapat 32,48 % siswa mampu memahami masalah (tergolong
rendah), 31,42% siswa mampu merencanakan penyelesaian masalah (tergolong
rendah), 37,14% siswa yang mampu melaksanakan penyelesaian masalah
(tergolong rendah), dan 20% siswa yang mampu menggunakan hasil dan prosedur
yang diperoleh sebelumnya untuk menyelesaikan masalah lain (tergolong rendah).
No Hasil Pekerjaan Siswa Analisis Kesalahan
1a
1b
1c
1d
Siswa tidak mampu memahami masalah dengan tidak
menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dengan benar
Siswa tidak mampu merencanakan penyelesaian dengan tidak menuliskan secara lengkap rumus yang akan digunakan
Siswa tidak mampu menyelesaikan masalah dimana pelaksanaan yang dilakukan masih salah
4
Berdasarkan data yang diperoleh tersebut maka kemampuan pemecahan masalah
matematik siswa masih rendah.
Berdasarkan hasil dari soal uraian yang diberikan di kelas IX-B SMP
Negeri 6 Medan juga menunjukkan proses jawaban siswa dalam menyelesaikan
masalah yang diberikan masih rendah. Dalam proses jawabannya, siswa kurang
mampu untuk menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dari masalah yang
diberikan dengan benar, siswa kurang mampu membuat perencanaan
penyelesaaian masalah dengan benar, siswa kurang mampu melaksanakan rencana
penyelesain dengan benar dan siswa juga kurang mampu menggunakan hasil dan
prosedur yang diperoleh sebelumnya untuk menyelesaikan masalah lain.
Selain kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa, rendahnya kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa juga disebabkan oleh model pembelajaran
cenderung berpusat pada guru. Wawancara dengan Ibu Hutasuhut (salah satu guru
matematika di SMP Negeri 6 Medan) mengatakan guru kurang menguasai model
dan metode pembelajaran yang ada, sehingga selama ini siswa terbiasa diajarkan
dengan metode pembelajaran biasa.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut, seorang guru harus mampu
memilih dan menguasai model pembelajaran yang tepat sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Model
pembelajaran yang digunakan harus dapat memperbaiki kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa.
Salah satu upaya memperbaiki kemampuan pemecahan masalah
matematik siswa adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning). Menurut Major (dalam Yumiati, 2013: 189) keterampilan pemecahan
masalah siswa dapat berkembang melalui pembelajaran berbasis masalah (PBM).
Arends (2008: 43) menyatakan pembelajaran berbasis masalah dirancang terutama
membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan
menyelesaikan masalah dan keterampilan intelektualnya.
Model pembelajaran ini diawali dengan mengorientasikan siswa pada
masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar yang berhubungan dengan
5
mengumpulkan informasi yang sesuai dan pemecahan masalah, kemudian siswa
diminta untuk menyajikan hasil pemecahan masalahnya di depan kelas, tahap
terakhir ialah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Ibrahim
dalam Trianto, 2009: 98).
Peran guru dalam pembelajaran ini adalah mengajukan fenomena atau
demonstrasi, atau cerita untuk memunculkan masalah autentik,
mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok siswa, membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
hasil yang diperoleh dan membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap proses-proses penyelesaian masalah yang mereka gunakan. Pengalaman
ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, agar kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah berkembang.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa
kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan pembelajaran matematika
yang sangat penting, dan salah satu pembelajaran yang dapat mendorong siswa
belajar menyelesaikan pemecahan masalah matematik adalah pembelajaran
berbasis masalah, maka dilakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Medan”.
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang
timbul sebagai berikut:
1. Siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/ diaplikasikan pada situasi
baru
2. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih rendah
3. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah matematik masih rendah
6
5. Belum adanya penggunaan model pembelajaran berbasis masalah untuk
mengaktifkan siswa agar kemampuan pemecahan masalah matematik siswa
meningkat di SMP Negeri 6 Medan
1.3.Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka perlu
adanya pembatasan masalah agar penelitian dapat terlaksana dengan baik dan
terarah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada identifikasi masalah nomor 2,
3 dan 5.
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dengan model
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan siswa dengan model
pembelajaran biasa di kelas VIII SMP Negeri 6 Medan?
2. Bagaimana proses jawaban siswa pada kemampuan pemecahan masalah
matematik siswa dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model
pembelajaran biasa di kelas VIII SMP Negeri 6 Medan?
1.5.Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa
dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan siswa
dengan model pembelajaran konvensional di kelas VIII SMP Negeri 6 Medan.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses jawaban siswa pada kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa dengan model pembelajaran berbasis
masalah dan model pembelajaran konvensional di kelas VIII SMP Negeri 6
7
1.6.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini
adalah:
a. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model
pembelajaran berbasis masalah dalam membantu siswa guna meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematik.
b. Bagi siswa, melalui model pembelajaran berbasis masalah ini dapat membantu
siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik.
c. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan
penyempurnaan program pengajaran matematika di sekolah.
d. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi
peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di
masa yang akan datang.
e. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian sejenis.
1.7.Definisi Operasional
Adapun definisi dalam penelitian ini adalah:
a. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran dimana
dalam menemukan operasional konsep matematika dilakukan dengan
mengajukan masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan
mengacu pada lima langkah pokok, yaitu: (1) mengorientasikan siswa pada
masalah, (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, (3) membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan
manyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
b. Model pembelajaran biasa merupakan suatu pembelajaran yang berpusat pada
guru, pembelajaran ini lebih menekankan guru sebagai pusat informasi serta
peserta didik sebagai penerima informasi. Sebagai contoh, guru memberikan
contoh soal dan penyelesaiannya, kemudian memberi soal-soal latihan, dan
8
menerangkan dan siswa disuruh mendengarkan atau mencatat apa yang
disampaikan guru.
c. Kemampuan pemecahan masalah matematik adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses
menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu:
memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan
rencana pemecahan masalah dan melihat apakah hasil dan prosedur yang
diperoleh sebelumnya dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah lain.
d. Proses jawaban siswa adalah hasil proses penyelesaian jawaban siswa setelah
pembelajaran berlangsung pada masing-masing pembelajaran setelah dua kali
53
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Alfaris, Salman, (2014), Penerapan Pembelajaran Problem Solving Versi Polya pada Pokok Bahasan Keliling dan Luas Lingkaran, Jurnal Pendidkan Matematika, Vol 2 no 1.
Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Arends, R. I., (2008), Learning To Teach, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Dahar, R.W., (1996), Teori-teori Belajar, Erlangga, Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono, (2010), Belajar dan Pembelajaran, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang.
M. Cholik A., (2004), Matematika untuk SMP Kelas VIII, Erlangga, Jakarta.
Minarni, A., (2015), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Jurnal, vol 8 no 3 [Online]
https://www.researchgate.net/publication/311562206, 9 Januari 2017.
Nasution, H. A., (2013), Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Langsung pada Siswa SMP, Tesis, FMIPA UNIMED [Online] http://www.repository.unimed.ac.id, 15 Februari 2016.
54
Nurkholis, E., Meningkatkan Kemampuan Spatial Sense dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa, Prosiding Agustus 2013, vol 1, 211-220.
Polya, G., (1973), How To Solve It, A New Aspect of Mathematical Method, Princeton University Press, Princeton.
Rosyada, D., (2004), Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Kencana, Jakarta.
Rusman, (2014), Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru), Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Ruseffendi, E.T., (1991), Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini, Tarsito, Bandung.
Sanjaya, W., (2008), Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana Prenada Group, Jakarta.
Sari, Shinta, dkk. (2014), Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurnal Pendidkan Matematika, Vol 3 no 2.
Shadiq, F., (2014), Pembelajaran Matematika: Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Stepelman, J. dan Posamentier, A. P., (1990), Teaching Secondary School Mathematics: Techniques and Enrichment Units, Merrill Publishing Company, Columbus.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
55
Sujono, (1988), Pengajaran Matematika Untuk Sekolah Menengah, Depdikbud, Jakarta.
Suprijono, A., (2010), Cooperatif Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Syaiful, (2012), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, Edumatika Vol 2 Nomor 1 [Online] http://eprints.uny.ac.id/7201/1/PM-29%20-%20Syaiful.pdf., 07 Februari 2016.