• Tidak ada hasil yang ditemukan

INKULTURASI PADA GAYA ARSITEKTUR ISTANA DATUK LIMA LARAS KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INKULTURASI PADA GAYA ARSITEKTUR ISTANA DATUK LIMA LARAS KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

INKULTURASI PADA GAYA ARSITEKTUR ISTANA DATUK

LIMA LARAS KECAMATAN TANJUNG TIRAM

KABUPATEN BATU BARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

LISA ODILLIA

2122151004

JURUSAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

  ABSTRAK

Lisa Odillia, Nim. 2122151004, “Inkulturasi Pada Gaya Arsitektur Istana Datuk Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Seni Rupa S1, Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Medan, 2016.

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang memiliki beberapa budaya diantaranya adalah Batak Toba, Batak Karo, Pak-Pak Dairi, Batak Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias. Satu dengan lainnya terdapat perbedaan, hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan kebudayaan. Bangunan Istana Datuk Lima Laras adalah salah satu arsitektur yang mendapat pengaruh dari budaya luar, hal ini terjadi akibat adanya proses inkulturasi budaya. Terjadinya proses ini disebabkan oleh gaya kolonial yang berkembang bebas pada masa itu. Perubahan-perubahan yang terjadi pada bentuk istana menjadi suatu hal terkait dengan perubahan arsitektur budaya istana yang tidak sesuai dengan arsitektur budaya setempat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam bentuk hasil inkulturasi arsitektur yang terdapat pada bagian-bagian bangunan Istana Datuk Lima Laras dan perubahan-perubahan bentuk pada bangun Istana Datuk Lima Laras sebagai akibat adanya proses inkulturasi.

Penelitian ini menggunakan metode Deskripsi Kualitatif yang populasinya seluruh bagian-bagian arsitektur istana yang bergaya Melayu, Cina dan Eropa. Sampel yang diambil dengan tehnik Purposive Sampling, yaitu keseluruhan bagian-bagian arsitektur yang bergaya Melayu, Cina dan Eropa yang terdapat pada Istana Datuk Lima Laras. Penelitian dimulai dari observasi, wawancara, dokumentasi, pengelolaan data, analisis data sampai pembuatan draf skripsi.

Setelah diadakan observasi, dokumentasi, dan wawancara lalu data dianalisis dan dikelompkkan sesuai bentuk, ciri/gaya dan klasifikasinya dengan dijabarkan dan dibahas satu persatu. Maka hasil yang ditemukan menyatakan bahwa bentuk arsitektur yang terdapat pada Istana Datuk Lima Laras terdiri dari 3 jenis gaya arsitektur yaitu Melayu, Cina dan Eropa. Bagian –bagian sisi bangunan Istana Datuk Lima Laras sebagian memiliki bentuk yang sama pada tempat yang berbeda, seperti anjungan, balkon, dan lainnya. Warna yang digunakan adalah warna merah, merah tua, putih, hijau tua, hijau daun, krem, abu-abu, biru, coklat, kuning, dan kuning keemasan. Semua bentuk-bentuk gaya arsitektur ini menggambarkan sebuah kekokohan dan kemewahan serta variasi yang menambah keindahan bentuk bangunan istana di tanah masyarakat Melayu. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi pemerintah khususnya daerah Kabupaten Batu Bara serta menghimbau masyarakat untuk lebih memperhatikan dan menjaga kelestarian peninggalan bersejarah.

(7)

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan bagi Penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat berangkaikan salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafaatnya di kemudian hari kelak.

Penulisan Skripsi oleh penulis yang berjudul : Inkulturasi Pada gaya Arsitektur Istana Datuk Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara merupakan karya ilmiah yang harus diselesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya Skripsi ini belum mencapai hasil yang maksimal, untuk itu sangat diharapkan saran dan masukan yang membangun dari pembaca. Semoga Skripsi ini bisa memberi kontribusi terhadap pengetahuan. Penulis juga menyadari bahwa banyak hambatan dan kesulitan yang dialami dalam menyelesaikan skripsi ini, tetapi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan sebuah karya ilmiah tidaklah terwujud tanpa bantuan dari semua pihak, baik dukungan moral, materi, fasilitas dari lembaga berperan dalam kelancaran penyusunan Skripsi ini.

Pada kesempatan yang berbahagia ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

 Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan.  Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan.

 Drs. Mesra, M.Sn. Ketua Jurusan Seni Rupa, Narasumber dan Penguji  Drs.Gamal Kartono, M.Si . Sekretaris Jurusan Seni Rupa.

 Dr. Daulat Saragi, M.Hum. Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan waktu, arahan, bimbingan serta dorongan sehingga penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan

 Drs. Heru Maryono, M.Sn. Pembimbing Akademik, Narasumber dan Penguji.

 Drs. Anam Ibrahim, M.Pd. Narasumber dan penguji

 Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Staf Jurusan Seni Rupa serta Administrasi dan perlengkapan di lingkungan FBS Universitas Negeri Medan.

 Kedua Orang Tua penulis (M. Yusuf dan Fatmawati Sinambela) dan abang saya Bayu Sandra, atas bantuan doa, materi, moral dan motivasinya.

 Instansi Pemerintah Kabupaten Batu Bara yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)
(9)
(10)

ii 

H. Sistematika Langkah-Langkah Penelitian ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Hasil Penelitian ... 57

1. Proses Inkulturasi Pada gaya Arsitektur Istana Datuk Lima Laras. 57

2. Deskripsi Data Penelitian ... 62

a. Denah Jalan menuju Istana Datuk Lima Laras ... 62

b. Bangunan Istana Datuk Lima Laras ... 63

c. Denah Layout Istana Datuk Lima Laras ... 64

3. Bagian-Bagian Arsitektur Istana Datuk Lima Laras ... 65

4. Orientasi Bangunan ... 68

5. Bentuk Bangunan ... 68

6. Bagian-Bagian Depan Istana Datuk Lima Laras ... 69

7. Bagian- Bagian Sisi Sebelah Timur dan Barat Istana ... 74

8. Lantai Dasar Bangunan Istana ... 80

(11)

iii 

C. Temuan Penelitian ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(12)

iv 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rumah Adat Melayu ... 15

Gambar 2.2. Pola Rumah Adat Melayu ... 16

Gambar 2.3. Ilustrasi Bagian-Bagian Rumah Melayu ... 16

Gambar 2.4. Bubungan Atap Menjungkit ... 17

Gambar 2.16. Coridor Bangunan Istana Terlarang Beijing ... 29

Gambar 2.17. Warna Merah Mendominasi Warna Klenteng ... 29

Gambar 2.18. Ornamen Cina ... 30

Gambar 2.19. Model Pintu Dan Dinding Arsitektur Cina ... 30

Gambar 2.20. Model Tangga Dalam Arsitektur Cina ... 31

Gambar 2.21. Atap Model Ngang Shan ... 31

Gambar 2.22. Pola Arsitektur Rumah Cina ... 32

Gambar 2.23. Istana Terlarang Kota Beijing Cina ... 32

Gambar 2.24. Keseluruhan Tanpak Depan Arsitektur Khas Cina ... 33

Gambar 2.25. Arsitektur Neo Klasik... 33

Gambar 2.26. The Arc De Triomphe Of Palace De I’etoile ... 35

Gambar 2.27. Gold Altar Statues Basilica Guanajuato Mexico ... 35

(13)

Gambar 2.29. Tangga Melingkar ... 36

Gambar 2.30. Old Spanish Ceiling ... 38

Gambar 2.31. Jendela Kaca Pada Bangunan Prancis ... 38

Gambar 2.32. Jendela Bergaya Neo Klasik ... 38

Gambar 2.33. Dinding dengan deretan jendela ... 39

Gambar 2.34. A Brington Door (1810) ... 39

Gambar 2.35. Royal Saltworks At Arc-Et Senans Prancis ... 41

Gambar 2.36. Tangga Gaya Hibrida Spanyol ... 42

Gambar 2.37. Istana Datuk Lima Laras ... 43

Gambar 3.1. Sistematika Langkah-langkah Penelitian ... 56

Gambar 4.1. Denah Jalan Menuju Istana Datuk Lima Laras ... 62

Gambar 4.7. Tampak Bangunan Belakang Sebelah Barat Istana... 66

Gambar 4.8. Tampak Bangunan Sebelah Timur Istana ... 67

Gambar 4.9. Tampak Bangunan Depan Sebelah Timur Istana ... 67

Gambar 4.10. Bagian-Depan Tiang Utama Istana Datuk Lima Laras ... 70

Gambar 4.11. Tiang Istana ... 70

Gambar 4.12. The Arc De Triomphe (Prancis) ... 70

Gambar 4.13. Sisi Bangunan Sebelah Barat Istana ... 71

Gambar 4.14. Gevel ... 72

Gambar 4.15. Kisi-Kisi Ornamen Melayu Bangunan ... 72

Gambar 4.16. Ornamen Pada Balkon Lantai Dua ... 73

Gambar 4.17. Gambar Ornamen Pada Pintu Masuk Sisi Timur Dan Barat Menuju Lantai Dua ... 74

Gambar 4.18. Tangga Sebelah Timur ... 74

Gambar 4.19. Tangga Sebelah Barat... 74

(14)

vi 

Gambar 4.21. Tiang Melayu Terletak Di Pintu Masuk Lantai Dua ... 77

Gambar 4.22. Tangga Lantai Dua Istana Sebelah Timur ... 78

Gambar 4.23. Tangga Istana Bagian Timur ... 79

Gambar 4.24. Tangga Gaya Hibrida Spanyol ... 80

Gambar 4.25. Kolong Di Bawah Tangga ... 76

Gambar 4.26. Pagar Tangga Sebelah Timur ... 78

Gambar 4.27. Kisi-Kisi Tangga ... 79

Gambar 4.28. Tangan Tangga Bawah ... 79

Gambar 4.29. Tangga Di Beranda Menuju Dapur ... 79

Gambar 4.30. Sisi Timur Bagian Istana ... 80

Gambar 4.31. Ornamen Motif Bunga Pada Dinding Lantai ... 80

Gambar 4.32. Kisi-Kisi Lantai Satu ... 81

Gambar 4.33. Ragam Hias Melayu ... 81

Gambar 4.34. Tiang Lantai Satu Istana ... 82

Gambar 4.35. Tiang ada Bangunan Kolonial Di kota Tua Jakarta ... 82

Gambar 4.36. Bagian Sebelah Barat Istana ... 82

Gambar 4.37. Tangga Depan Pintu Masuk Istana... 83

Gambar 4.38. Tangga Di Kuil Cina ... 83

Gambar 4.39. Dindind Lantai Satu Istana ... 84

Gambar 4.40. Ruang Penjara Lantai Satu Istana... 85

Gambar 4.41. Pintu Kolonial ... 85

Gambar 4.42. Jendela Kolonial Berpanel ... 85

Gambar 4.43. Ornamen Vilagge Yongin Di Korea Selatan ... 86

Gambar 4.44. Teras Atau Beranda Depan Istana ... 87

Gambar 4.45. Pintu Masuk Utama Lantai Dua ... 88

Gambar 4.46. Bagian Timur Istana ... 89

Gambar 4.47. Jendela Sebelah Timur Istana ... 90

Gambar 4.48. Ventilasi Bagian Sebelah Timur Istana ... 90

Gambar 4.49. Balkon Istana Bagian Depan ... 91

Gambar 4.50. Jendela Kolonial ... 91

(15)

vii 

Gambar 4.52. Bagian Dalam Ruang Utama Istana ... 92

Gambar 4.53. Kuil Tua Jiho Cina ... 93

Gambar 4.54. Tangga Istana ... 94

Gambar 4.55. Tangga Melingkar Yunani Romawi Kuno ... 94

Gambar 4.56. Lantai 3 Istana ... 95

Gambar 4.57. Jendela Kaca Lantai 3 Istana ... 95

Gambar 4.58. Jendela Kaca Prancis ... 95

Gambar 4.59. Langit-Langit Lantai Tiga Istana... 96

Gambar 4.60. Old Spanish Ceiling ... 96

Gambar 4.61. Ventilasi Lantai Tiga ... 97

Gambar 4.62. The Forbidden City Beijing... 98

Gambar 4.63. Atap Anjungan Istana ... 99

Gambar 4.64. Atap Anjungan Istana ... 100

Gambar 4.65. Claude Nicolas Ledoux Prancis ... 100

Gambar 4.66. Dapur Istana ... 101

Gambar 4.67. Bangunan Di Samping Dapur ... 101

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rumah Adat Melayu ... 15

Gambar 2.2. Pola Rumah Adat Melayu ... 16

Gambar 2.3. Ilustrasi Bagian-Bagian Rumah Melayu ... 16

Gambar 2.4. Bubungan Atap Menjungkit ... 17

Gambar 2.16. Coridor Bangunan Istana Terlarang Beijing ... 29

Gambar 2.17. Warna Merah Mendominasi Warna Klenteng ... 29

Gambar 2.18. Ornamen Cina ... 30

Gambar 2.19. Model Pintu Dan Dinding Arsitektur Cina ... 30

Gambar 2.20. Model Tangga Dalam Arsitektur Cina ... 31

Gambar 2.21. Atap Model Ngang Shan ... 31

Gambar 2.22. Pola Arsitektur Rumah Cina ... 32

Gambar 2.23. Istana Terlarang Kota Beijing Cina ... 32

Gambar 2.24. Keseluruhan Tanpak Depan Arsitektur Khas Cina ... 33

Gambar 2.25. Arsitektur Neo Klasik... 33

Gambar 2.26. The Arc De Triomphe Of Palace De I’etoile ... 35

Gambar 2.27. Gold Altar Statues Basilica Guanajuato Mexico ... 35

(17)

Gambar 2.29. Tangga Melingkar ... 36

Gambar 2.30. Old Spanish Ceiling ... 38

Gambar 2.31. Jendela Kaca Pada Bangunan Prancis ... 38

Gambar 2.32. Jendela Bergaya Neo Klasik ... 38

Gambar 2.33. Dinding dengan deretan jendela ... 39

Gambar 2.34. A Brington Door (1810) ... 39

Gambar 2.35. Royal Saltworks At Arc-Et Senans Prancis ... 41

Gambar 2.36. Tangga Gaya Hibrida Spanyol ... 42

Gambar 2.37. Istana Datuk Lima Laras ... 43

Gambar 3.1. Sistematika Langkah-langkah Penelitian ... 56

Gambar 4.1. Denah Jalan Menuju Istana Datuk Lima Laras ... 62

Gambar 4.7. Tampak Bangunan Belakang Sebelah Barat Istana... 66

Gambar 4.8. Tampak Bangunan Sebelah Timur Istana ... 67

Gambar 4.9. Tampak Bangunan Depan Sebelah Timur Istana ... 67

Gambar 4.10. Bagian-Depan Tiang Utama Istana Datuk Lima Laras ... 70

Gambar 4.11. Tiang Istana ... 70

Gambar 4.12. The Arc De Triomphe (Prancis) ... 70

Gambar 4.13. Sisi Bangunan Sebelah Barat Istana ... 71

Gambar 4.14. Gevel ... 72

Gambar 4.15. Kisi-Kisi Ornamen Melayu Bangunan ... 72

Gambar 4.16. Ornamen Pada Balkon Lantai Dua ... 73

Gambar 4.17. Gambar Ornamen Pada Pintu Masuk Sisi Timur Dan Barat Menuju Lantai Dua ... 74

Gambar 4.18. Tangga Sebelah Timur ... 74

Gambar 4.19. Tangga Sebelah Barat... 74

(18)

Gambar 4.21. Tiang Melayu Terletak Di Pintu Masuk Lantai Dua ... 77

Gambar 4.22. Tangga Lantai Dua Istana Sebelah Timur ... 78

Gambar 4.23. Tangga Istana Bagian Timur ... 79

Gambar 4.24. Tangga Gaya Hibrida Spanyol ... 80

Gambar 4.25. Kolong Di Bawah Tangga ... 76

Gambar 4.26. Pagar Tangga Sebelah Timur ... 78

Gambar 4.27. Kisi-Kisi Tangga ... 79

Gambar 4.28. Tangan Tangga Bawah ... 79

Gambar 4.29. Tangga Di Beranda Menuju Dapur ... 79

Gambar 4.30. Sisi Timur Bagian Istana ... 80

Gambar 4.31. Ornamen Motif Bunga Pada Dinding Lantai ... 80

Gambar 4.32. Kisi-Kisi Lantai Satu ... 81

Gambar 4.33. Ragam Hias Melayu ... 81

Gambar 4.34. Tiang Lantai Satu Istana ... 82

Gambar 4.35. Tiang ada Bangunan Kolonial Di kota Tua Jakarta ... 82

Gambar 4.36. Bagian Sebelah Barat Istana ... 82

Gambar 4.37. Tangga Depan Pintu Masuk Istana... 83

Gambar 4.38. Tangga Di Kuil Cina ... 83

Gambar 4.39. Dindind Lantai Satu Istana ... 84

Gambar 4.40. Ruang Penjara Lantai Satu Istana... 85

Gambar 4.41. Pintu Kolonial ... 85

Gambar 4.42. Jendela Kolonial Berpanel ... 85

Gambar 4.43. Ornamen Vilagge Yongin Di Korea Selatan ... 86

Gambar 4.44. Teras Atau Beranda Depan Istana ... 87

Gambar 4.45. Pintu Masuk Utama Lantai Dua ... 88

Gambar 4.46. Bagian Timur Istana ... 89

Gambar 4.47. Jendela Sebelah Timur Istana ... 90

Gambar 4.48. Ventilasi Bagian Sebelah Timur Istana ... 90

Gambar 4.49. Balkon Istana Bagian Depan ... 91

Gambar 4.50. Jendela Kolonial ... 91

(19)

Gambar 4.52. Bagian Dalam Ruang Utama Istana ... 92

Gambar 4.53. Kuil Tua Jiho Cina ... 93

Gambar 4.54. Tangga Istana ... 94

Gambar 4.55. Tangga Melingkar Yunani Romawi Kuno ... 94

Gambar 4.56. Lantai 3 Istana ... 95

Gambar 4.57. Jendela Kaca Lantai 3 Istana ... 95

Gambar 4.58. Jendela Kaca Prancis ... 95

Gambar 4.59. Langit-Langit Lantai Tiga Istana... 96

Gambar 4.60. Old Spanish Ceiling ... 96

Gambar 4.61. Ventilasi Lantai Tiga ... 97

Gambar 4.62. The Forbidden City Beijing... 98

Gambar 4.63. Atap Anjungan Istana ... 99

Gambar 4.64. Atap Anjungan Istana ... 100

Gambar 4.65. Claude Nicolas Ledoux Prancis ... 100

Gambar 4.66. Dapur Istana ... 101

Gambar 4.67. Bangunan Di Samping Dapur ... 101

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh

perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

proses perubahan pada semua tatanan lapisan masyarakat, baik politik, ekonomi,

sosial bahkan sampai pada kebudayaan. Di tengah derasnya arus globalisasi dan

perkembangan teknologi menimbulkan pergeseran-pergeseran pada bentuk dan

wujud arsitektur yang berkembang di Indonesia

Arsitektur sebagai sebuah artefak merupakan suatu produk kebudayaan

yang berkembang dalam waktu yang panjang, sesuai dengan budaya setempat

berdasarkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Perbedaan bentuk dan ciri

arsitektur nusantara merupakan kekayaan warisan sejarah bangsa yang

membanggakan, hal ini dapat terlihat pada bangunan-bangunan istana di

Indonesia

Pada awal didirikannya istana di Indonesia, bentuk bangunan dibuat

dengan ciri khusus sebagai lambang dari sebuah kerajaan sekaligus sebagai pusat

pemerintahan. Bentuk istana pada waktu itu merujuk pada arsitektur dengan gaya

tradisional yang berkembang di masyarakat dengan tampilan yang mencolok di

tengah lingkungannya. Namun dalam perkembangannya pada masa kolonial,

banyak arsitektur istana di Indonesia yang meninggalkan ciri-ciri tradisinya dan

(21)

2   

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

beraneka ragam bentuk istana yang dibangun dengan arsitektur yang dirancang

sesuai dengan budayanya seperti Batak Toba, Batak Karo, Pak-Pak Dairi, Batak

Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias. Satu dengan lainnya terdapat

perbedaan, hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan kebudayaan dan pola

kehidupan masing-masing daerah. Istana Datuk Lima Laras merupakan salah satu

contoh arsitektur yang dibangun berdasarkan ciri dan adat istiadat budaya

Melayu.

Istana Datuk Lima Laras telah menjadi bagian dalam estetika arsitektur

istana Melayu sejak beratus tahun yang lalu. Keberadaannya dianggap sebagai

simbol kebudayaan dan gambaran masyarakat Melayu serta menjadi bagian

terpenting karena sebagai bukti peninggalan kerajaan Melayu yang pada masa itu

telah mencapai puncak kejayaannya.

Dalam perkembangannya, istana kerajaan Melayu dituntut untuk

berkontribusi pada kebudayaan setempat dan diperkaya dengan nilai-nilai, adat

istiadat budaya Melayu. Terjadinya Inkulturasi dalam bangunan kebudayaan

Melayu menjadi perhatian utama dalam arsitektur Istana Datuk Lima Laras.

Istana Datuk Lima Laras dibangun pada masa kolonial di Indonesia,

pembangunan arsitektur pada masa itu berkembang lebih bebas dan tidak lagi

terikat pada kebudayaan setempat melainkan lebih cenderung pada arsitektur

Barat dan Timur yang dibawa oleh arsitek-arsitek kolonial Belanda. Proses

inkulturasi menjadi fenomena perubahan pada perkembangan arsitektur istana

(22)

3   

arsitektur istana Melayu. Masalah ini pada kenyataannya akan menjadi perantara

sebagai bentuk pelestarian arsitektur istana Melayu dalam masyarakat. Bangunan

Istana Melayu yang dibangun dengan inkulturasi akan melahirkan bentuk dan ciri

bangunan istana yang tidak sesuai dengan ciri dan prinsip kebudayaan Melayu.

Usaha inkulturasi pada arsitektur Istana Datuk Lima Laras merupakan

bentuk perubahan pada arsitektur budaya Melayu yang menarik untuk diteliti,

terkait dengan pengaruh perubahan arsitektur istana dengan arsitektur kebudayaan

setempat. Inkulturasi pada bangunan Istana Datuk Lima Laras adalah proses

pertemuan antar kebudayaan, mempertemukan arsitektur yang dibawa bangsa

Barat dan Timur dengan kebudayaan setempat, sehingga melahirkan pola yang

berbeda-beda.

Arsitektur tidak terlepas dari tiga aspek utama yaitu fungsi, bentuk, dan

makna, sehingga perubahan yang terjadi pada aspek-aspek tersebut menjadi

perhatian utama dalam arsitektur Istana datuk Lima Laras, keadaan ini

menyebabkan hilangnya bukti keberadaan arsitektur Istana Melayu pada masa lalu

yang sesuai dengan prinsip dan ciri arsitektur Melayu yang khas bagi generasi

yang akan datang.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka penulis membuat penelitian

dengan judul “Inkulturasi Pada Gaya Arsitektur Istana Datuk Lima Laras

Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara”, untuk lebih mendalami

pemahanan bentuk, fungsi dan makna pada arsitektur Melayu Istana Datuk Lima

(23)

4   

B. Identifikasi Masalah

1. Bentuk Arsitektur pada bangunan Istana Datuk Lima Laras tidak

semua murni bergaya Melayu.

2. Masuknya gaya arsitektur Eropa dan Cina pada bangunan Istana Datuk

Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

3. Fungsi bagian-bagian bangunan Istana Datuk Lima Laras yang sudah

tidak sesuai lagi dengan makna arsitektur rumah adat Melayu.

4. Pengaruh bentuk gaya arsitektur Cina dan Eropa terhadap arsitektur

bangunan Istana Datuk Lima Laras

5. Wujud budaya Cina dan Eropa yang terinkulturasi pada Arsitektur

Istana Datuk Lima Laras

6. Pengaruh budaya Cina dan Eropa yang terinkulturasi pada arsitektur

Istana Datuk Lima Laras di tengah Sosial Masyarakat Desa Lima Laras

yang bersuku Melayu

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah di atas penulis membatasi masalah pada:

1. Elemen-elemen arsitektur Eropa dan Cina yang terinkulturasi pada

bagian arsitektur Istana Datuk Lima Laras di Kecamatan Tanjung

Tiram Kabupaten Batu Bara

2. Pengaruh gaya arsitektur Eropa dan Cina yang terinkulturasi pada

bangunan Istana Datuk Lima Laras terhadap arsitektur Melayu di

(24)

5   

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Elemen-elemen bagian arsitektur Eropa dan Cina mana yang

terinkulturasi pada arsitektur Istana Datuk Lima Laras di Kecamatan

Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara?

2. Bagaimana Pengaruh gaya arsitektur Eropa dan Cina yang

terinkulturasi pada bangunan Istana Datuk Lima Laras terhadap

arsitektur Melayu di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu

Bara?

E. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah

sebagai berikut

1. Untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang bentuk-bentuk yang

merupakan hasil inkulturasi pada bangunan Istana Datuk Lima Laras

Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

2. Mengidentifikasi pengaruh dari gaya arsitektur Eropa dan Cina yang

terinkulturasi pada Arsitektur Melayu Istana Datuk Lima Laras di

Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

3. Mengetahui perubahan-perubahan fungsi bangunan Melayu pada

(25)

6   

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai tambahan dokumentasi bagi perpustakaan UNIMED dan

daerah Sumatera Utara.

b. Sebagai bahan rujukan dan referensi yang relevan bagi mahasiswa dan

pemerintah daerah setempat dalam sektor kesenian parawisata

c. Menambah literatur baru tentang arsitektur tradisional peninggalan

budaya Melayu

d. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya khusus yang berkaitan

dengan inkulturasi pada gaya arsitektur bangunan, khususnya

bangunan Melayu.

e. Sebagai bahan referensi dalam pembuatan buku tentang sejarah Istana

Datuk Lima Laras

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pengenalan bagi masyarakat secara khusus generasi

muda tentang pentingnya peninggalan bangunan sejarah Istana Datuk

Lima Laras.

b. Menambah wawasan mengenai jejak peninggalan bersejarah bagi

generasi penerus dan masyarakat yang ingin mengetahui

(26)

7   

c. Sebagai pedoman bagi pemerintah dan masyarakat untuk upaya

(27)

107 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah data diperoleh, lalu diolah dan dianalisis, kemudian diperolehlah

beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Gaya arsitektur yang terdapat pada bangunan Istana Datuk Lima Laras

merupakan bangunan Melayu yang merupakan hasil inkulturasi arsitektur

Cina dan Eropa. Penempatan arsitektur-arsitektur tersebut dapat dilihat pada

bagian-bagian bangunan istana seperti pada pola bangunan dan atap pada

bagian Barat dan Timur terdapat bentuk Pyramid dengan pola bertumpuk

mirip Istana Terlarang di Cina. Gaya Melayu terlihat pada bentuk bangunan

yang menghadap ke Timur, tangga serta terdapat banyak jenis ornamen

Melayu. Selain itu pada bagian lantai satu bangunan hampir sepenuhnya

menggunakan arsitektur yang bergaya kolonial.

2. Sebagian bentuk arsitektur Istana Datuk Lima Laras merupakan hasil

Inkulturasi dari beberapa gaya arsitektur yang mempengaruhi hampir

seluruh bangunan pada masa itu, bentuk dan wujud bangunan merupakan

(28)

108   

B. Saran-Saran

Berdasrkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka diperoleh

beberapa saran antara lain :

1. Harapan penulis melalui penelitian ini adalah diharapkan bagi pemerintah

daerah Kabupaten Batu Bara tepatnya di Kecamatan Tanjung Tiram Desa Lima

Laras agar lebih memperhatihan dan menjaga warisan peninggalan bersejarah

ini dan lebih memahami tentang bentuk-bentuk arsitektur yang terdapat dalam

bangunan Istana datuk Lima Laras, mempelajari serta memahami nilai-nilai

yang terkandung dalam arsitektur bangunan Istana Datuk Lima Laras ini.

2. Menghimbau kepada masyarakat sekitar agar selalu menjaga dan melestarikan

peninggalan bersejarah, menumbuhkan sikap cinta budaya, sehingga situs-situs

peninggalan budaya tidak musnah begitu saja karena usia yang semakin tua

dan bangunan yang sudah tidak diperdulikan lagi.

3. Mengajak masyarakat dan pemerintah agar melakukan perbaikan-perbaikan,

dan inventarisasi kembali kepada situs bersejarah, mengajarkan kepada

generasi-generasi muda bahwa peninggalan bersejarah harus dilindungi dan

dijaga agar pada masa yang akan datang keberadaan suatu budaya pada suatu

wilayah dapat dikenali dengan bukti peninggalan tersebut.

4. Semoga pemerintah daerah dan masyarakat saling bahu membahu dalam upaya

pelestarian budaya Melayu, baik arsitektur, bahasa, maupun adat istiadat

Melayu, agar keberadaan budaya-budaya lokal tidak hilang begitu saja di

tengah arus globasisasi ini, dan perubahan-perubahan pada generasi muda

(29)

109 

DAFTAR PUSTAKA

Adiyanto, Johannes. 2011. Konsekensi Filsafati Manunggaling Kawula Gusti pada Arsitektur Jawa. Disertasi diterbitkan. Surabaya: Pascasarjana Universitas Teknologi Sepuluh Nopember.

Alamsyah, Bhakti. 2014. Desain Arsitektur Kota Yang Beridentitas Budaya Sebagia Suatu Konsep Yang Berkelanjutan. Jurnal Ruas. Vol.12 No.2 (hlm 14-19). Medan: Universitas Panca Budi.

Antonius, Bungaran. 2010. Melayu Pesisir Dan Batak Pegunungan (Orientasi Nilai Budaya). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta

Asli dkk. 2010. Peradaban Melayu. Medan: CV Nusa Persada.

Azmi. 2012. Rumah Panggung Melayu Deli. Medan: Unimed Press.

Budihardjo, Eko. 1997. Jati Diri Arsitektur Indonesia. Bandung : PT. Alumni

Frick, Heinz. 1988. Arsitektur dan Lingkungan.Yogyakarta: Kanisius

Hadinoto. 2007. Perkembangan Bangunan Etnis Tionghoa di Indonesia (Akhir Abad ke 19 sampai tahun1960 an). Jurnal Dimensi Arsitektur, 32:1-17

Hanum, Meivirina & Chairul Murod. 2014. Proses Inkulturasi Rumah Siput Sebagai Propaganda Budaya Kolonial Pada Tampilan Bentuk Kesultanan Palembang Darussalam. Makalah dalam Seminar Rumah Tradisional: Transformasi Nilai-Nilai Tradisional dalam Arsitektur Masa Kini diselenggarakan Universitas Sriwijaya, Palembang, tanggal 19-20 November

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Reineka Cipta.

Mamerta, Yuliana. 2014. Rumah Adat Melayu. Makalah mata kuliah Tradisi Melayu Universitas Negeri Maritim Raja Ali Haji, Tanjung Pinang.

Martasudjita, E. 2005. Inkulturasi Gereja Katolik Di Indonesia: Problematik, Pengertian, Teologi Inkulturasi. Jurnal Studia Philosophica et Theologica, Vol. 5 No.2 (hlm 127-144). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Ramli, Mohd Anuar 2008. Kebudayaan: Suatu Penaftiran: paper. University of Malaya. (15-22)

(30)

110 

Rumiawati, Asnan &Yurin Hermawan Prasety. 2013. Identifikasi Tipologi Rumah Tradisional Melayu Di Kabupaten Langkat Dan Perubahannya. Dalam Loka Teknologi Pemukiman Medan (Eds), Jurnal Pemukiman Vol.8 No.2 (hlm 78-88). Binjai: Pusat Litbang Pemukiman, Badan Litbang kementrian Pekerjaan Umum.

Sachari, Agus &Yan Yan Sunarya. 2001. Wacana Tranformasi Budaya. Bandung: ITB Bandung.

Samsudi. 2000. Aspek-Aspek Arsitektur Kolonial Belanda Pada Bangunan Puri Mangkunegara. Thesis diterbitkan. Semarang : Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Snyder. James.C & Antony J. Catanese. 1979. Pengantar Arsitektur. Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama, Jakarta

Sugyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sumalyo, Yulianto. 1995. Arsitektur Kolonial Belanda Di Indonesia. Yogyakarya: Gajah Mada University Press.

Surasejta, R. Irawan. 2000. Teori –Teori Arsitektur Dunia Timur dan Barat: penulisan bahan ajar. Universitas Pembangunan Indonesia.(1-14).

Tanpa Nama. 2014. Kondisi Istana Niat Limo Laras Di Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara. Depdikbud.

Umri, Syahwan Hadi. 2010. Ragam Hias Arsitektur Rumah Melayu. Jakarta: Mapan.

Wahid, Julaihi & Bhakti Alamsyah. 2013. Arsitektur & Sosial Budaya Sumatera Utara. Yogyakarta: Graha Ilmu

Wardhani, Laksmi Kusuma & Evelea Isada. 2009. Gaya Desain Kolonial belanda Pada Interior Gereja Katolik Kudus Yesus Surabaya. Jurnal Dimensi Interior, Vol.7 No.1(hlm 52-64). Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana

Annas maulana. 2016. Sejarah Arsitektur: Arsitektur Neo Klasik. http://annasmaulana.blogspot.co.id/2013/06/sejarah-arsitektur-arsitektur-neo-klasik.html. Diakses pada tanggal 10 Juni 2013

http://commons.m.wikimedia.org/wiki/File:TMII_Riau_Pavillion_Malay_House

(31)

111 

Muhar Omtatok. 2009. Rumah Panggung Melayu. http://puakmelayu. blogspot.co.id/2009/02/rumah-tradisional-melayu.html. Diakses pada tanggal 19 Februari 2009.

Propinsi Riau. Rumah Adat Daerah Riau. www.indonesia.go.id. Diakses pada tanggal 21 Maret 2013

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi fisik rumah penduduk sekitar penderita malaria di desa Bagan dalam Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara..

Kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Batu Bara untuk melakukan pengumpulan data tentang anak putus sekolah untuk mengetahui jumlah anak putus sekolah dan bekerja, memberikan

Karakteristik peratalatan tangkap nelayan di Desa Bandar Rahmat Kecamatan Tanjung Tiram dilihat dari jenis perahu/kapal yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi

Selanjutnya pelaksanaan bimbingan konseling islami dalam meningkatkan self control pada siswa di Madrasah Aliyah Al-Washliyah Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara pada

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA NELAYAN (Studi Kasus: Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu

Hasil penelitian menunjukkan upaya peningkatan kemampuan aparatur desa dalam pelaksanaan tugas administrasi di Desa-desa Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara dilakukan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah penulis lakukan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram, maka penulis memperoleh hasil bahwa perkawinan secara paksa yang dilakukan

Saya telah menerima dan mengerti penjelasan tentang penelitian “Karakteristik tempat perkembangbiakan larva nyamuk pada rumah penduduk di Kecamatan Tanjung Tiram,