IMPLEMENTASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS TANJUNG TIRAM
KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2014
Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH NIM. 121021111 SITI RAHMAH
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Dalam Undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional model jaminan sosial yang dianut di Indonesia adalah model asuransi sosial termasuk asuransi kesehatan. Fasilitas kesehatan tingkat pertama terdistribusi lebih besar dibandingkan dengan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan sehingga akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan lebih tinggi. Puskesmas Tanjung tiram belum memiliki komputer yang tersambung dengan jaringan internet, peralatan kesehatan yang belum optimal untuk menangani 155 penyakit yang wajib ditangani oleh puskesmas sebagai FKTP, demikian juga dengan dental unit ada beberapa alat yang mengalami rusak ringan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanjung tiram. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam (indepth interview) kepada para informan, untuk data sekunder dari telaah dokumen. Informan dalam penelitian ini terdiri dari satu orang kepala puskesmas, satu orang petugas puskesmas, satu orang pasien yang merupakan peserta JKN dan satu orang pasien yang bukan merupakan pasien JKN.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanjung tiram belum baik. Tenaga kesehatan di puskesmas sangat minim, sistem logistik belum menggunakan e-katalog, penggunaan dana kapitasi yang tidak sesuai dengan Peraturan Mentri dan belum terbentuknya tim pelaksana Program JKN.
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara untuk menambah petugas puskesmas Tanjung tiram sesuai dengan posisi yang diperlukan, mengawasi penggunaan dana kapitasi terhadap pelaksanaan Program JKN, kepada Puskesmas Tanjung tiram untuk melakukan persiapan menggunakan e-katalog, dan agar secepatnya membentuk Tim pelaksana Program JKN yang berguna untuk menyukseskan Program JKN.
ABSTRACT
In Act No. 40 of 2004 on National Social Security, social security model adopted in Indonesia is a model of social insurance, including health insurance. Distributed first-level health facilities greater than the advanced level health facilities so that people's access to health services is higher. Puskesmas Tanjung Tiram do not yet have a computer connected to the Internet network, which is not optimal medical equipment to handle the 155 diseases that must be addressed by Puskesmas as health center , as well as dental units there are some tools that suffered minor damage.
The research used qualitative method to get more information about the implementation of the National Health Insurance program at Tanjung Tiram Puskesmas in 2014. Primary data were gathered by conducting in-depth interviews with informants, secondary data were obtained from documents. The informants consisted of a person's head puskesmas, a health center officers, one person who is a participant JKN patients and one patient who is not a patient JKN.
The results of the research showed that the implementation of the National Health Insurance program in Puskesmas Tanjung Tiram yet either. Health workers in health centers was minimal, the logistics system is not using e-catalogs, the use of capitation funds that are not in accordance with the Minister and the lack of a regulation implementing team JKN Program.
It is recomended that Batu Bara Health Service increase supervision,add Tanjung Tiram Puskesmas personnel in accordance with the required position, overseeing the use of capitation funding for program implementation JKN, the Tanjung Tiram Puskesmas to prepare for use of e-catalogs, and to immediately form the executive team JKN useful program to succeed JKN Program.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “ Pengaruh Faktor Provider Dan Karakteristik Konsumen
Terhadap Kepuasan Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan Tahun 2014” guna memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas
Sumatera Utara.
Selama penyusunan dan penulisan ini penulis banyak menemui kesulitan
dan hambatan, namun dengan bimbingan, bantuan dan dorongan moril dari
berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasihsedalam dalamnya kepada:
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Heldy BZ, MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan sekaligus dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan
waktu untuk memberikan saran, bimbingan dan arahan dalam penulisan
skripsi.
3. Dr. Juanita, SE, M.Kes, selaku dosen pembimbing I dan dosen penguji yang
telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan dan
4. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes selaku dosen penguji I dan yang telah
memberikan masukan dalam perbaikan skripsi
5. dr. Fauji, SKM, selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan
dalam perbaikan skripsi.
6. Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D, selaku dosen pembimbing akademik.
7. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
8. dr. Hj. Dewi Chailaty Nst, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Batu Bara.
9. dr. Deni Syahputra, Selaku Kepala Puskesmas Tanjung Tiram.
10. Seluruh pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini yang telah
memberikan dukungan dan kerjasama kepada penulis selama melaksanakan
penelitian.
11. Terkhusus penulis ingin menyampaikan terima kasih yang teramat sangat
kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Nazwan dan Ibunda Asmah serta
Suami dan Adik saya yang telah memberikan dukungan semangat dan doanya
ketika penulis melakukan penelitian.
12. Sahabat-sahabat tersayang: Pudev, wiki, astri, yang turut serta memberi
dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman seperjuangan AKK FKM USU, khususnya Rismaida, Sartika,
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Medan, April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… 1
1.2. Rumusan Masalah ………. 4
1.3. Tujuan Penelitian……… 5
1.4. Manfaat Penelitian……….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Implementasi Kebijakan ……… 7
2.1.1. Definisi Implementasi Kebijakan ………. 7
2.1.2. Model – model Implementasi Kebijakan ……… 11
2.2. Sistem Jaminan Sosial Nasional ……….... 15
2.2.1. Pengertian Sistem Jaminan Sosial Nasional ……….… 15
2.3. Jaminan Kesehatan Nasional……….. 15
2.3.1. Asuransi Kesehatan ………... 15
2.3.2. Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional ….………. 16
2.3.3. Kepesertaan ………….………... 18
2.3.5.3. Penyelenggaraan Kesehatan ……….... 23
2.4. Konsep Puskesmas ……… 25
2.4.1. Pengertian Puskesmas………. ….. 25
2.4.2. Visi dan Misi Puskesmas ………... 26
2.4.3. Tujuan Puskesmas ………... 27
2.4.4. Fungsi Puskesmas ……….………... 27
2.4.4.2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat ……… 28
2.4.4.3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama …… 28
2.4.5. Struktur Organisasi Puskesmas ……….…... 29
2.5. Kerangka Pikir ……… 30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bentuk Penelitian ……….…….. 32
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……… 32
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 32
3.2.2. Waktu Penelitian ... 33
3.3. Informan Penelitian ……… 33
3.4. Karakteristik Informan ………... 34
3.5. Teknik Pengumpulan Data ……….. 34
3.6 Teknik Analisis Data……….. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38
4.2. Karakteristik Informan ... 47
4.3. Pelaksanaan Implementasi Program JKN di Puskesmas Tanjung tiram Kabupaten Batu bara ... 48
4.3.1. Pernyataan Informan Tentang Sosialisasi Program JKN... 48
4.3.2. Pernyataan Informan Tentang Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 49
4.3.3. Pernyataan Informan Tentang Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 49
4.3.4. Pernyataan Informan Tentang Sarana dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 51
4.3.5. Pernyataan Informan Tentang Tim Penyelenggara Program JKN di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 52
4.3.6. Pernyataan Informan Tentang SOP di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 52
4.3.7. Pernyataan Informan Tentang Sistem Kapitasi di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 53
4.3.8. Pernyataan Informan Tentang Logistik Obat-obatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 54
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Masukan (Input) ... 57
5.1.1. Tenaga Kesehatan ... 57
5.1.2. Sarana dan Prasarana ... 59
5.1.3. Logistik ... 59
5.1.4. Sumber Biaya ... 61
5.2. Proses (Process) ... 62
5.2.1. Sosialisasi ... 62
5.2.2. Pelatihan ... 62
5.2.3. Sistem Rujukan ... 63
5.3. Keluaran (Output) ... 64
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 66
6.2. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN:
Pedoman Wawancara
Surat Permohonan Izin penelitian Surat Izin Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Batu Bara ... 38 Tabel 4.2. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram. 40 Tabel 4.3. Jumlah Fasilitas Gedung Puskesmas Tanjung Tiram ... 41 Tabel 4.4. Jumlah Kunjungan Puskesmas Tanjung Tiram Sebelum dan
Sesudah Program JKN ... 46 Tabel 4.5. Jumlah Kasus yang Diujuk Ke Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjutan yang Tidak Termasuk dan Termasuk Dalam 155 Penyakit yang Wajib Ditangani Oleh Puskesmas Sebagai FKTP ... 47 Tabel 4.6. Karakteristik Informan ... 47 Tabel 4.7. Matriks Pernyataan Informan Tentang Sosialisasi Program JKN di
Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 48 Tabel 4.8. Matriks Pernyataan Informan Tentang Ketersediaan Tenaga
Kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara .... 49 Tabel 4.9. Matriks Pernyataan Informan Tentang Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 50 Tabel 4.10. Matriks Pernyataan Informan Tentang Sarana dan Prasarana
Kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 51 Tabel 4.11. Matriks Pernyataan Informan Tentang Tim Penyelenggara Program
di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 52 Tabel 4.12. Matriks Pernyataan Informan Tentang SOP di Puskesmas Tanjung
Tiram Kabupaten Batu Bara ... 53 Tabel 4.13. Matriks Pernyataan Informan Tentang Sistem Kapitasi di
Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 53 Tabel 4.14. Matriks Pernyataan Informan Tentang Logistik Obat-obatan di
Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 54 Tabel 4.15. Matriks Pernyataan Informan Tentang Sistem Rujukan di
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISTILAH
Singkatan : Singkatan dari
SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional JKN : Jaminan Kesehatan Nasional Jamkesda : Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat NHS : National Health Services
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
SDM : Sumber Daya Manusia
ASKES : Asuransi Kesehatan PBI : Penerima Bantuan Iuran
NON PBI : Bukan Penerima Bantuan Iuran FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama FKTL : Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
UKBM : Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat SOP : Standart Operating Prosedure
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas
Nama : Siti Rahmah
Tempat/Tanggal lahir : T. Tiram/15 Februari 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak Ke : 1 dari 6 bersaudara
Nama Ayah : Nazwan
Nama Ibu : Asmah
Status Perkawinan : Menikah
Alamat Rumah : Komp. Grand Gading Residence Kel. Harjosari II Kec.
Medan Amplas, Medan
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1996-2002 : SDN 010163 Tanjung Tiram
2. Tahun 2002-2005 : MTsS Al-Wasliyah Tanjung Tiram
3. Tahun 2005-2008 : MAS Al- Wasliyah Tanjung Tiram
4. Tahun 2008-2011 : Akademi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan
ABSTRAK
Dalam Undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional model jaminan sosial yang dianut di Indonesia adalah model asuransi sosial termasuk asuransi kesehatan. Fasilitas kesehatan tingkat pertama terdistribusi lebih besar dibandingkan dengan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan sehingga akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan lebih tinggi. Puskesmas Tanjung tiram belum memiliki komputer yang tersambung dengan jaringan internet, peralatan kesehatan yang belum optimal untuk menangani 155 penyakit yang wajib ditangani oleh puskesmas sebagai FKTP, demikian juga dengan dental unit ada beberapa alat yang mengalami rusak ringan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanjung tiram. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam (indepth interview) kepada para informan, untuk data sekunder dari telaah dokumen. Informan dalam penelitian ini terdiri dari satu orang kepala puskesmas, satu orang petugas puskesmas, satu orang pasien yang merupakan peserta JKN dan satu orang pasien yang bukan merupakan pasien JKN.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanjung tiram belum baik. Tenaga kesehatan di puskesmas sangat minim, sistem logistik belum menggunakan e-katalog, penggunaan dana kapitasi yang tidak sesuai dengan Peraturan Mentri dan belum terbentuknya tim pelaksana Program JKN.
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara untuk menambah petugas puskesmas Tanjung tiram sesuai dengan posisi yang diperlukan, mengawasi penggunaan dana kapitasi terhadap pelaksanaan Program JKN, kepada Puskesmas Tanjung tiram untuk melakukan persiapan menggunakan e-katalog, dan agar secepatnya membentuk Tim pelaksana Program JKN yang berguna untuk menyukseskan Program JKN.
ABSTRACT
In Act No. 40 of 2004 on National Social Security, social security model adopted in Indonesia is a model of social insurance, including health insurance. Distributed first-level health facilities greater than the advanced level health facilities so that people's access to health services is higher. Puskesmas Tanjung Tiram do not yet have a computer connected to the Internet network, which is not optimal medical equipment to handle the 155 diseases that must be addressed by Puskesmas as health center , as well as dental units there are some tools that suffered minor damage.
The research used qualitative method to get more information about the implementation of the National Health Insurance program at Tanjung Tiram Puskesmas in 2014. Primary data were gathered by conducting in-depth interviews with informants, secondary data were obtained from documents. The informants consisted of a person's head puskesmas, a health center officers, one person who is a participant JKN patients and one patient who is not a patient JKN.
The results of the research showed that the implementation of the National Health Insurance program in Puskesmas Tanjung Tiram yet either. Health workers in health centers was minimal, the logistics system is not using e-catalogs, the use of capitation funds that are not in accordance with the Minister and the lack of a regulation implementing team JKN Program.
It is recomended that Batu Bara Health Service increase supervision,add Tanjung Tiram Puskesmas personnel in accordance with the required position, overseeing the use of capitation funding for program implementation JKN, the Tanjung Tiram Puskesmas to prepare for use of e-catalogs, and to immediately form the executive team JKN useful program to succeed JKN Program.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingginya biaya pelayanan kesehatan di Indonesia merupakan masalah
yang sangat serius karena sangat membebani masyarakat pengguna jasa pelayanan
kesehatan. Masalah tingginya biaya pelayanan kesehatan ini semakin dirakan
setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar
komponen perawatan kesehatan seperti obat-obatan dan teknologi kedokteran
masih diimpor, sementara nilai tukar rupiah belum terangkat. Disisi lain,
kemampuan dana pemerintah juga masih terbatas sehingga subsidi kepada
masyarakat yang kurang mampu akan memjadi beban anggaran pemerintah.
Deklarasi PBB tahun 1948 menyatakan bahwa health is a fundamental
human right. Setiap manusia di muka bumi berhak hidup sehat. Untuk itu,
kesehatan warga negara wajib mendapatkan perlindungan Negara. Atas dasar
inilah pembentukan UU no 40 tahun 2004.
Model jaminan kesehatan di Indonesia disahkan dengan dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN).Dalam undang-undang tersebut tercantum bahwa model jaminan sosial
yang dianut di Indonesia adalah model asuransi sosial termasuk asuransi
kesehatan.Dengan adanya asuransi kesehatan, maka setiap penduduk Indonesia
mendapat akses terhadap pelayanan kesehatan yang dikenal istilah cakupan
semesta (universal coverage).Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi
masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan
perorangan.
Usaha kearah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan
menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan,
diantaranya adalah melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan
Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) untuk masyarakat miskin dan tidak
mampu. Namun demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi,
terbagi-bagi, biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali.
Ada beberapa cara pembiayaan kesehatan yakni dengan cara out of pocket
payment, ditanggung oleh pemerintah dan asuransi.Out of pocket payment adalah
pasien membayar langsung kepada dokter atau pemberi pelayanan kesehatan
lainnya untuk pelayanan kesehatan yang sudah diterima. Namun, pasien dan
keluarga akan sangat rentan untuk mengalami pengeluaran bencana (catastrophic
expenditure) karena harus membayar biaya kesehatan yang mahal pada suatu saat
ketika sakit, sehingga bisa menyebabkan pasien dan keluarganya jatuh miskin.
Di negara Inggris pemerintah menarik pajak umum (general taxation) dari
warga yang digunakan untuk membiayai pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh NHS (National Health Services).Pemerintah Indonesia juga
menarik pajak umum yang digunakan untuk membayar sebagian dari biaya
pelayanan kesehatan pasien yang diberikan pada fasilitas kesehatan pemerintah,
misalnya puskesmas dan rumah sakit pemerintah pusat maupun daerah. Asuransi
dibayarkan oleh individu untuk menjamin pembiayaan kesehatannya
(www.fk.uns.ac.id).
Sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 menetapkan Jaminan Sosial
Nasional diselenggarakan oleh Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS), yang
terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk JKN
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya telah dimulai pada 1
Januari 2014. Mendukung pelaksanaan tersebut, puskesmas yang merupakan
ujung tombak pelayanan kesehatan yakni sebagai pelaksana pelayanan kesehatan
tingkat pertama harus memberikan pelayanan kesehatan tingkat dasar yang terbaik
seperti SDM kesehatan yang terampil serta sarana dan prasarana yang memadai.
Berdasarkan Permenkes no. 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upayaupaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakatyang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya. Puskesmas hadir sebagai upaya untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang memadai dan memiliki jangkauan luas bagi masyarakat. Tujuan
umum pelayanan kesehatan melalui puskesmas adalah untuk terselenggaranya
upaya kesehatan masyarakat yang bermutu, merata, terjangkau, dan peran serta
masyarakat.
Fasilitas kesehatan tingkat pertama terdistribusi lebih besar dibandingkan
dengan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan sehingga akses masyarakat terhadap
kesehatan tingkat pertama harus mampu membuat diagnosa klinik dan melakukan
penatalaksanaan 155 penyakit secara mandiri sesuai dengan Permenkes No. 5
Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer yang berpedoman pada panduan praktik klinis, hal ini dilakukan
karena fasilitas kesehatan tingkat pertama merupakan penapis rujukan ke fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan agar tidak terjadi ledakan pasien di fasilitas tingkat
lanjutan tersebut (BPJS Kesehatan, 2014).
Tahun 2008 masyarakat yang terlindungi ASKES sebanyak 13.764 orang
atau sebesar 3,63% di tahun 2009 meningkat menjadi 3,79% dari 373 .836
penduduk. Pada tahun 2010 penduduk yang dilindungi ASKES yaitu 3,25% dari
375.885 penduduk. Pada tahun 2011 penduduk yang dilindungi ASKES 3,25%
dari 379.400 penduduk. Pada tahun 2012 penduduk yang dilindungi ASKES
sebesar 3,25% dari 381.023 penduduk (Profil Dinas Kesehatan Batu Bara, 2013).
Di Kabupaten Batu Bara terdapat 13 puskesmas yang tersebar diseluruh
Kabupaten Batu Bara. Salah satunya adalah Puskesmas Tanjung Tiram,
Puskesmas Tanjung Tiram memiliki 43 orang tenaga kesehatan yakni 1 orang
dokter umum, 2 orang tenaga kesehatan masyarakat, 26 orang bidan, 11 orang
perawat (d-iii), 1 orang nutrisionis, 1 orang perawat gigi dan 1 orang tenaga
pendukung.
Berdasarkan survei awal diperoleh data kunjungan di Puskesmas Tanjung
Tiram menurun lebih dari 50% setelah bulan maret 2014, antusiasme warga dalam
mendaftarkan diri menjadi peserta BPJS Kesehatan Mandiri sudah baik.
peralatan kesehatan sudah optimal untuk menangani 155 penyakit yang wajib
ditangani oleh puskesmas sebagai FKTP, demikian juga dengan dental unit ada
beberapa alat yang mengalami rusak ringan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam
mengenai Implementasi JKN di Puskesmas Tanjung Tiram meliputi ketersediaan
SDM Kesehatan, peralatan medis dan non medis yang mendukung terlaksananya
program JKN.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Implementasi JKN di Puskesmas Tanjung Tiram
Kabupaten Batu Bara Tahun 2014
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi JKN di
Puskesmas Tanjung Tiram meliputi ketersediaan SDM kesehatan, sumber biaya,
sarana dan prasarana, penggunaan e-katalog untuk persediaan logistik bahan habis
pakai maupun obat-obatan, yang mendukung terlaksananya program JKN di
Kabupaten Batu Bara.
1.4 Manfaat penelitian
1. sebagai masukan guna meningkatkan pelayanan secara optimal supaya
pelayanan yang diberikan dapat terlaksana sesuai fungsi sebagai
gatekeeper kepada pasien khususnya peserta BPJS.
2. Agar dapat melihat sejauh mana persiapan puskesmas dalam pelaksanaan
program JKN
3. Sebagai referensi karena dapat menjadi informasi bagi peneliti yang akan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Implementasi Kebijakan
2.1.1. Definisi Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas,merupakan
alat administrasi hukum di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur,dan teknik
yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraihdampak
atau tujuan yang diinginkan. Van Meter dan Van Horn membatasiimplementasi
kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu
(kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untukmencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusankebijakan
sebelumnya (Winarno, 2012).
Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses
kebijakanpublik. Proses kebijakan adalah suatu rangkaian tahap yang saling
bergantungyang diatur menurut urutan waktu: penyusunan agenda, formulasi
kebijakan,adopsi kebijakan, dan penilaian kebijakan (Winarno, 2012).
Implementasi atau pelaksanaan merupakan kegiatan yang penting
darikeseluruhan proses perencanaan program/kebijakan. Kebijakan yang
telahdirekomendasikan untuk dipilih oleh policy makers bukanlah jaminan
bahwakebijakan tersebut pasti berhasil dalam implementasinya. Ada banyak
variabel yang memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan baik bersifat
individualmaupun kelompok atau institusi. Implementasi dari suatu program
pelaksana agarbersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok
sasaran. (Subarsono, 2005)
Patton dan Sawicki dalam Tangkilisan (2003) meyatakan
bahwaimplementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan
untukmerealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara
untukmengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang
telahdiseleksi. Sehingga dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu
mengatursecara efektif dan efisien sumber daya, unit-unit dan teknik yang dapat
mendukungpelaksanaan program, serta melakukan interpretasi terhadap
perencanaan yangtelah dibuat, dan petunjuk yang dapat diikuti dengan mudah
bagi realisasiprogram yang dilaksanakan.
Pressman dan Wildavsky (Solichin, 1997) menyatakan bahwa sebuahkata
kerja mengimplementasikan itu sudah sepantasnya terkait langsung dengankata
benda kebijaksanaan. Senada dengan ini, Van Meter dan Van Hornmemberikan
batasan terhadap konsep implementasi dengan menyatakan bahwaimplementasi
kebijakan adalah: tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau
kelompok-kelompok), pemerintah, atau swasta yang diarahkanuntuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusankebijakan sebelumnya.
Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untukmencapai
perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.
Lineberry dalam Putra (2003) menyatakan implementasi
adalahtindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta yang diarahkanpada
Sedangkan menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabartier dalam Wahab
(2005) implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaandasar, biasanya
dalam bentuk Undang-Undang namun dapat pula berbentukperintah-perintah atau
keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusanbadan peradilan.
Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu,biasanya diawali
dengan tahapan pengesahan Undang-Undang kemudian outputkebijakan dalam
bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksana,dan akhirnya
perbaikan-perbaikan penting terhadap Undang-Undang atauperaturan yang
bersangkutan. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi masalahyang terjadi
sehingga tercipta rangkaian yang terstruktur dalam upayapenyelesaian masalah
tersebut.
Sebelum dilakukan pelayanan publik, tentunya akan
dirumuskankebijakanuntuk mengatur teknis pelayanan tersebut kepada
masyarakat pengguna. Bagaimana agar kebijakan publik yang dirumuskan sesuai
dengan yang diinginkanoleh masyarakat, adalah merupakan titik pangkal dari
keberhasilan PemerintahDaerah dalam menerima dan mengimplementasikannya.
Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi
keputusanadalah:
1. Penafsiran yaitu merupakan kegiatan yang menterjemahkan makna
program kedalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat
dijalankan.
2. Organisasi yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan
3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi
pelayanan, upah dan lain-lain (Tangkilisan, 2003).
Perlu ditekankan bahwa tahap implementasi kebijakantidak akan dimulai
sebelum tujuan dan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasioleh
keputusan-keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasiterjadi hanya setelah
undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untukmembiayai implementasi
kebijakan tersebut (Winarno, 2012).
Dengan demikian kebijakan publik merupakan sebuah awal dan
belumdapat dijadikan indikator dari keberhasilan pencapaian maksud dan tujuan.
Prosesyang jauh lebih esensial adalah pada tahapan implementasi kebijakan
yangditetapkan. Karena kebijakan adalah suatu perkiraan akan masa depan yang
lebihbersifat semu, abstrak dan konseptual. Namun ketika telah masuk di
dalamtahapan implementasi dan terjadi interaksi antara berbagai faktor
yangmempengaruhi kebijakan, barulah keberhasilan maupun ketidakberhasilan
akandiketahui.
Suatu kebijakan (publik) dikatakan berhasil bila dalam
implementasinyamampu menyentuh kebutuhan kepentingan publik.
Pertanyaannya adalah ketikasuatu kebijakan tidak lagi memenuhi kepentingan
publik, bagaimana bisa disebutsebagai kebijakan yang berhasil? Peters
(Tangkilisan, 2003) mengatakanbahwa:“Implementasi kebijakan yang gagal
disebabkan beberapa faktor,yaitu informasi, di mana kekurangan informasi
dengan mudahmengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada
dimana implementasi kebijakan dapat gagal karena masihsamarnya isi atau tujuan
kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasanintern ataupun ekstern kebijakan
itu sendiri; dukungan, dimanaimplementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila
pada pelaksanaannyatidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut; pembagian
potensi,dimana hal ini terkait dengan pembagian potensi di antaranya para
aktorimplementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam
kaitannyadengan diferensiasi tugas dan wewenang”.
2.1.2 Model-model Implementasi Kebijakan
Untuk melaksanakan kegiatan dalam tahap implementasi maka
dapatdilihat dari berbagai model implementasi kebijakan. Berikut ini
model-modelimplementasi kebijakan:
1. Model Donald S. van Meter dan Carl E. van Horn
Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan
secaralinier dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik.
Donal SVan Meter dan Carl E Van Horn menerapkan model implementasi dengan
lebihmemfokuskan ke sisi teknisnya. Menurut Meter dan Horn (Indiahono,
2009),ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:
a. Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan pada
dsarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan.
b. Sumber daya. Sumber daya menunjuk kepada seberapa besar dukungan
financial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau
c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas. Hal ini menunjukan
kepada mekanisme prosedur yang dicanangkan untuk mencapai sasaran
dan tujuan program.
d. Karakterisktik agen pelaksana. Hal ini menunjuk seberapa besar daya
dukung struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan
komunikasi yang terjadi di internal birokrasi.
e. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Menunjuk bahwa kondisi dalam
ranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi itu
sendiri.
f. Disposisi implementor. Hal ini menunjukkan bahwa sikap pelaksana
menjadi variabel penting dalam implementasi kebijakan. Seberapa
demokratis, antusias, dan responsif terhadap kelompok sasaran dan
lingkungan beberapa yang dapat ditunjuk sebagai bagian dari sikap
pelaksana ini.
2. Model Merilee S. Grindle
Keberhasilan implementasi menurut Grindle dipengaruhi oleh dua
variabelbesar, yaitu isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan
mencakuptentang kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan, jenis manfaat
yang akan dihasilkan, derajat perubahan yang diinginkan, kedudukan pembuat
kebijakan,siapa pelaksana program, dan sumber daya yang dikerahkan. Sementara
itu,konteks implementasinya lebih mencakup ke arah politis seperti
kekuasaan,kepentingan dan strategi aktor yang terlibat; karakteristik lembaga dan
3. Model Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier
Mazmanian dan Sabatier (Dwidjowijoto, 2006) mengklasifikasikanproses
implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel. Pertama, variabelindependen,
yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan denganindikator
masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman obyek, dan perubahanseperti apa
yang dikehendaki.Kedua, variabel intervening, yaitu variabel kemampuan
kebijakan untukmenstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan
dan konsistensitujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber
dana, keterpaduan di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga
pelaksana,dukungan publik, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dan komitmen
sertakualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.Ketiga, variabel dependen,
yaitu tahapan dalam proses implementasidengan lima tahapan. Yaitu, pemahaman
dari lembaga/badan pelaksana dalambentuk disusunnya kebijakan pelaksana,
kepatuhan obyek, hasil nyata, penerimaanatas hasil nyata tersebut, dan akhirnya
mengarah kepada revisi atas kebijakanyang dibuat dan dilaksanakan tersebut
ataupun keseluruhan kebijakan yangbersifat mendasar.
4. Model George C. Edwards III
Model implemetasi dalam pandangan George C.Edwards ini lebih
melihatdari sisi administrasinya .Dalam pandangan Edwards III, implementasi
kebijakandipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:
a. Komunikasi.
Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor
kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan
mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan
tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka
kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.
b. Sumberdaya.
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan
konsisten, tetapi bila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan,
implementasi tidak akan berjalan dengan efektif. Tanpa sumberdaya, kebijakan
hanya tinggal diatas kertas dan menjadi dokumen saja. Sumberdaya tersebut dapat
berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumberdaya
finansial serta fasilitas-fasilitas.
c. Disposisi.
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor,
seperti kejujuran, komitmen, dan sifat demokratis. Apabila implementator
memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan
baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor
memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka
proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.
d. Struktur Birokrasi.
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu
dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya
menggunakan SOP, para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia.
SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. (Subarsono,
2005).
2.2. Sistem Jaminan Sosial Nasional
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Dijelaskan Bahwa :
2.2.1. Pengertian Sistem Jaminan Sosial Nasional
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan
program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.
Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan,
asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jenis program Jaminan Sosial meliputi :
1. Jaminan Kesehatan
2. Jaminan Kecelakaan Kerja
3. Jaminan Hari Tua
4. Jaminan Pensiun; dan
5. Jaminan Kematian
2.3. Jaminan Kesehatan Nasional 2.3.1. Asuransi Kesehatan
Beberapa pengertian yang perlu diketahui terkait asuransi tersebut
1. Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat
wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas
resiko sosial ekonomi yang menimpa mereka ataupun keluarganya.
2. Jaminan sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Kebutuhan dasar hidup yang layak dimaksudkan oleh UU SJSN adalah
kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup layak demi terwujudnya
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Jaminan kesehatan adalah sebuah sistem yang memungkinkan seseorang terbebas
dari beban biaya berobat yang relatif mahal yang menyebabkan gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar hidup lain.
4. BPJS adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS kesehatan dan BPJS
ketenagakerjaan.
2.3.2 Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari
SJSN.SJSN ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial
yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk
Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak (Kemenkes RI,2012).
Menurut buku pegangan sosialisasi JKN mengacu pada prinsip-prinsip
1. Prinsip kegotongroyongan.
Gotongroyong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup
bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam
SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang
kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang beresiko
tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena
kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu.
Dengan demikian, melalui prinsip gotongroyong jaminan sosial dapat menumbuhkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Prinsip nirlaba.
Pengelolaan dana amanat oleh BPJS adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for
profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat,
sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk
kepentingan peserta.
3.Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang
berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga
dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifatwajib bagi seluruh rakyat, penerapannya
tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan
bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga
pada akhirnya SJSN dapat mencakup seluruh rakyat.
5. Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana
tersebut untuk kesejahteraan peserta.
6. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
2.3.3. Kepesertaan 1. Jenis-jenis peserta
a. Peserta Penerima Bantuan Iuran jaminan kesehatan (PBI) meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu yang terdiri atas :
1) Pekerja Penerima Upah dan keluarganya, yaitu Pegawai Negeri
Sipil, anggota TNI, anggota Polri, pejabat Negara, pegawai
pemerintah non pegawai negeri, pegawai swasta dan pekerja lain.
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu
pekerja diluar hubungan kerja/pekerja mandiri dan pekerja yang
penerima upah.
3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas : investor,
pemberi kerja, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan
4) Penerima pensiun terdiri atas : PNS yang berhenti dengan hak
pensiun, anggota TNI dan anggota POLRI yang berhenti dengan
hak pensiun serta pejabat Negara yang berhenti dengan hak
pensiun.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi : a) Istri/suami
yang sah dari peserta; dan b) Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang
sah dari peserta, dengan kriteria : tidak atau belum pernah menikan atau tidak
mempunyai penghasilan sendiri; dan belum berusia 21 tahun atau belum berusia
25 tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal. Sedangkan peserta non PBI
dapat juga mengikutsertakan anggota keluarga yang lain.
2. Lokasi pendaftaran peserta
Pendaftaran peserta dilakukan di kantor BPJS terdekat/setempat.
3. Prosedur pendaftaran peserta
a. Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai peserta kepada BPJS
Kesehatan.
b. Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan
diri sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan
keluarganya sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.
4. Hak dan kewajiban peserta Hak Peserta
a. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan
b. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta
prosedur pelayanan kesehatan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan
d. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan maupun
tertulis kekantor BPJS Kesehatan.
Kewajiban peserta
a. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang
besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan, perceraian,
kelahiran, pindah alamat atau pidah fasilitas kesehatan tingkat I
c. Menjaga kartu peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh
orang yang tidak berhak
d. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.
5. Masa berlaku kepesertaan
a. Kepesertaan JKN berlaku selama yang bersangkutan membayar iuran sesuai
dengan kelompok peserta.
b. Status kepesertaan akan hilang bila peserta tidak membayar iuran sesuai
dengan kelompok peserta.
6. Penetapan kepesertaan
Kepesertaan JKN dilakukan secara bertahap, yaitu tahap pertama mulai 1
Januari 2014, kepesertaannya paling sedikit meliputi : PBI Jaminan Kesehatan;
keluarganya; anggota Polri/PNS di lingkungan Polri dan anggota keluarganya;
peserta asuransi kesehatan PT. Askes (Persero) beserta keluarganya, serta peserta
jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan anggota keluarganya. Selanjutnya
tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai Peserta BPJS
Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.
2.3.4. Pembiayaan 2.3.4.1. Iuran
Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara
teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan
Kesehatan (pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).
2.3.4.2. Pembayar Iuran
a. Bagi PBI Jaminan Kesehatan iuran dibayar oleh pemerintah
b. Bagi peserta pekerja penerima upah, iurannya dibayar oleh pemberi kerja dan
pekerja.
c. Bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja iuran
dibayar oleh peserta yang bersangkutan.
d. Besarnya iuran JKN ditetapkan melalui Perpres dan ditinjau ulang secara
berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar
hidup layak.
2.3.4.3. Pembayaran Iuran
Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan
berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu
Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya,
menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan
iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat
tanggal 10 setiap bulan). Keterlambatan pembayaran iuran JKN akan dikenakan
denda administratif sebesar 2% perbulan dari total iuran yang tertunggak dan
dibayar oleh Pemberi Kerja.
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja wajib
membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10
setiap bulan kepada BPJS Kesehatan.
2.3.5. Pelayanan
2.3.5.1. Jenis Pelayanan
Ada 2 jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu berupa
pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat non
medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan
dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non
spesialistik yang mencakup :
a. Administrasi pelayanan
b. Pelayanan promotif dan preventif
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
d. Tindakan medis spesialistik, baik operatif maupun non operatif
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama
h. Rawat inap tingkat pertama dengan indikasi medis
2.3.5.2. Prosedur Pelayanan
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus
memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
tempat peserta terdaftar, kecuali berada diluar wilayah fasilitas kesehatan tingkat
pertama tempat peserta terdaftar atau dalam keadaan kegawatdaruratan medis.
2.2.5.3. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan tingkat pertama (Gatekeeper) :
A.Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
tingkat pertama adalah :
1. Rawat Jalan Tingkat pertama
a. Puskesmas atau yang setara
b. Praktik dokter
c. Praktik dokter gigi
d. Klinik pratama atau yang setara
e. Rumah sakit kelas D Pratama atau yang setara
B.Empat fungsi pokok fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagai
Gatekeeper
1. Kontak pertama pelayanan, fasilitas kesehatan tingkat pertama
merupakan tempat pertama yang dikunjungi peserta setiap kali
2. Pelayanan berkelanjutan, hubungan fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan peserta dapat berlangsung secara berkelanjutan sehingga penanganan penyakit dapat berjalan optimal.
3. Pelayanan paripurna, fasilitas kesehatan tingkat pertama memberikan pelayanan yang komprehensif terutama untuk pelayanan promotif dan preventif
4. Koordinasi pelayanan, fasilitas kesehatan tingkat pertama melakukan koordinasi pelayanan dengan penyelengara kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta sesuai dengan kebutuhannya.
C.Kompetensi fasilitas kesehatan sebagai Gatekeeper
1. Kompetensi yang harus dimiliki oleh semua gatekeeper adalah standar kompetensi umum sesuai dengan peraturan konsil kedokteran Indonesia nomor 11 tahun 2012 tentang standar kompetensi dokter Indonesia yaitu kompetensi level 4a dimana pada level tersebut dokter mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan secara mandiri.
2. Kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh gatekeeper adalah : a. Standar kompetensi dokter keluarga
b. Advance Trauma Life Support (ATLS) c. Advance Cardiac Life Support (ACLS) d. Sertifikat keahlian medis Endokrin e. Pelatihan kesehatan kerja
2.4.Konsep Puskesmas 2.4.1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah unit fungsional pelayanan kesehatan kota atau kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, pencegahan, dan penanganan kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya secara terpadu dan terkoordinasi.
a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota (UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2.4.2. Visi dan Misi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat
kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni
masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indicator
Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama, yaitu : 1)
Lingkungan sehat; 2) Perilaku sehat; 3) Cakupan pelayanan kesehatan yang
bermutu; 4) Derajat kesehatan penduduk kecamatan
Misi puskesmas adalah
a) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
b) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya
c) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas
d) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
2.4.3. Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
2.4.4. Fungsi Puskesmas
2.4.4.1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia
usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan.Di samping itu aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2.4.4.2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan
aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pelaksanaan program kesehatan. Perbedaan perorangan, keluarga dan masyarakat
ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial
budaya masyarakat setempat.
2.4.4.3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi :
1. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
dengan tujuan menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan,
tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambahkan
dengan rawat inap.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat, serta
2.4.5. Struktur Organisasi Puskesmas
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun 2004,
struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas
masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu
kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan
penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat
dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut :
1. Kepala puskesmas
2. Unit tata usaha yang bertanggungjawab membantu kepala puskesmas dalam
pengelolaan: data dan informasi, perencanaan dan penilaian, keuangan serta
umum dan kepegawaian.
3. Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas :
a. Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat (UKBM)
b. Upaya kesehatan perorangan.
4. Jaringan pelayanan puskesmas yaitu : puskesmas pembantu, pos kesehatan
desa, puskesmas keliling dan bidan di desa/komunitas.
2.6. Kerangka Pikir
Berdasarkan gambar diatas, dapat dirumuskan definisi fokus penelitian
sebagai berikut:
1. Masukan (input) adalah semua yang dibutuhkan agar terlaksananya
program JKN di Puskesmas Tanjung Tiram, yang terdiri dari: sumber daya
manusia, sarana dan prasarana, logistik, sumber biaya, SOP, dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Sumber daya manusia adalah seluruh staf Puskesmas Tanjung Tiram
baik pegawai negeri sipil, bidan desa dan pegawai tidak tetap yang
terdaftar sebagai staf Puskesmas Tanjung Tiram.
b. Sarana dan prasarana adalah seluruh bahan, peralatan, serta fasilitas
yang digunakan dalam program JKN di Puskesmas Tanjung Tiram.
c. Logistik adalah ketersediaan obat-obatan di Puskesmas Tanjung
Tiram.
d. Sumber biaya adalah sumber dana yang digunakan dalam pelaksanaan
program JKN di Puskesmas Tanjung Tiram.
e. SOP (Standart Operating Prosedure) adalah serangkaian instruksi
kerja tertulis yang didokumentasikan mengenai proses
penyelenggaraan program JKN.
2. Proses (Process) adalah langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat
pelaksanaan Program JKN, meliputi:
Pelayanan Kesehatan
a. Sosialisasi adalah proses pemberitahuan tentang materi yang
medis seperti apa yang akan mereka dapatkan di puskesmas,
penyakit-penyakit seperti apa sajaa yang boleh dirujuk, dll.
b. Pelatihan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melatih para
petugas puskesmas dalam pelaksanaan program JKN di Puskesmas.
c. Pelayanan medis adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
memberikan pelayanan medis berupa pengobatan kepada pasien.
3. Keluaran (Output) adalah hasil dari suatu program dengan adanya
pelayanan kesehatan, baik kesehatan masyarakat maupun perorangan,
meliputi akses dan utilisasi
a. Akses terhadap pelayanan kesehatan terkait kendala biaya kesehatan
dan geografis.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif dengan analisis kualitatif. Sebagaimana yang dikatakan
bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau
fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat
aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki
sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. (Nawawi,
1993)
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan gejala / keadaan
sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan
interpretasi. Peneliti memilih bentuk penelitian dekriptif dengan pendekatan
kualitatif karena peneliti ingin memaparkan/mendeskripsikan bagaimana
implementasi JKN di Puskesmas Tanjung Tiram.
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Tanjung Tiram yang terletak di Kabupaten Batu Bara. Lokasi ini peneliti pilih
dengan alasan bahwa Puskesmas Tanjung Tiram merupakan puskesmas yang
terletak di wilayah perkotaan dan Kecamatan Tanjung Tiram merupakan
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Implementasi JKN di Puskesmas
Tanjung Tiram ini.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan
bulan Januari 2015.
3.3 Informan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menetapkan subjek penelitian yang terdiri
dari tiga kelompok informan yakni:
a. Informan Kunci. Dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Kepala Puskesmas adalah orang yang bertanggung jawab akan seluruh aktivitas
yang berjalan dalam Puskesmas.
2. Dokter Puskesmas adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelayanan
pengobatan yang diberikan.
Alasan peneliti memilih kepala puskesmas, dan dokter puskesmas adalah
karena mereka yang mengetahui dan memiliki informasi mengenai bagaimana
implementasi JKN. Selain itu, kepala puskesmas juga bertanggung jawab akan
seluruh aktivitas yang berjalan dalam puskesmas itu sendiri dan segala sesuatu
kebijakan pemerintah yang dijalankan oleh pihak puskesmas terlebih dahulu
b. Informan Utama dalam penelitian ini adalah masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas yang menjadi peserta BPJS dengan alasan bahwa mereka lah yang
mendapatkan pelayanan yang diberikan oleh puskesmas.
Untuk informan utama tidak ditentukan jumlah yang membatasidilakukannya
penelitian. Adapun wawancara terhadap informan utamadilakukan kepada
beberapa masyarakat wilayah kerja Puskesmas yang ditemui langsung oleh
peneliti.
c. Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan
informasiwalaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang
teliti.Dalam hal ini yang menjadi informan tambahan dalam penelitian
adalahmasyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas yang bukan
merupakan peserta BPJS.
3.4 Karakteristik Informan
Adapun informan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Berikut
inidata hasil penelitian dilapangan mengenai karakteristik informan.
1. Identitas Informan Berdasarkan Usia
Usia masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian iniadalah masyarakat
dalam usia yang dianggap dewasa,dimana masyarakat yang berhasil ditemui
oleh peneliti dengan usiaberkisar antara 20 tahun sampai 60 tahun.
2. Identitas Informan Berdasarkan Pekerjaan
3.5 Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan data primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Wawancara mendalam yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang realtif
lama.
b. Pengamatan atau observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan
mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala
yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data- data yang diperlukan
sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian (Bungin, 2007).
2. Teknik Pengumpulan data sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat mendukung
data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan
menggunakan instrument sebagai berikut :
a. Studi Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan
catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian atau
b. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku,
karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki
relevansi dengan masalah yang akan diteliti (Suryanto, 2005).
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah dengan
menggunakan metode analisis data kualitatif. Data diperoleh, kemudian diolah
secara sistematis. Menurut Moleong (2006) teknik analisis data kualitatif
dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data
yang terkumpul, mempelajari data, menelaah dan menyusunnya dalam
satu-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa
keabsahan dan serta penafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan
daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.
Menganalisis data dengan menggunakan model interaktif, yang terdiri dari 3 hal
utama yaitu :
1. Reduksi Data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian dan
penyerdehanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data berlangsung secara
terus-menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung.
2. Penyajian Data, yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
3. Penarikan Kesimpulan, yaitu penarikan arti data yang telah ditampilkan.
Penarikan makna ini tentunya sejauh pemahaman peneliti dan interpretasi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007, yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Asahan. Kabupaten Batu Bara berada pada Kawasan
Pantai Timur Sumatera Utara yang berbatasan dengan selat Malaka. Luas wilayah
Kabupaten Batu Bara keseluruhannya 904,96 Km2. Dengan ketinggian 0 sampai
dengan 50 meter/dpl. Secara administratif Kabupaten Batu Bara terdiri dari 7
kecamatan, 151 desa/kelurahan.
Tabel 4.1. Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Batu Bara
No Sarana Kesehatan Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang ada di
Kabupaten Batu Bara sebanyak 287 dan mayoritas adalah posyandu dan
Kecamatan Tanjung Tiram memiliki luas wilayah 17,379 Km2, memiliki
21 kelurahan dan desa, dengan jumlah penduduk 61,395 jiwa. Kecamatan Tanjung
Tiram memiliki 2 unit puskesmas, yaitu Puskesmas Tanjung Tiram dan
puskesmas Ujung Kubu, Puskesmas Tanjung Tiram sendiri membawahi 14 unit
puskesmas pembantu.
4.1.1. Visi dan Misi Puskesmas Tanjung Tiram
Untuk mancapai pembangunan kesehatan Puskesmas Tanjung Tiram
menetapkan Visi dan Misi. Adapun yang menjadi Visi Puskesmas Tanjung Tiram
adalah Tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Batu bara Sehat secara
mandiri.
Untuk mencapai Visi tersebut maka ditetapkan Misi sebagai berikut :
1. Membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat secara mandiri
2. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang bermutu dan terjangkau
Untuk mencapai Visi dan Misi Puskesmas Tanjung Tiram menciptakan sebuah
Motto yaitu Sehat Milik Kita Bersama. Visi dan Misi ini menjadi cita-citayang
menggerakkan seluruh petugas kesehatan untuk mencapai pembangunan
kesehatan di Kabupaten Batu Bara khusunya Puskesmas Tanjung Tiram. Dengan
motto inijuga diharapkan masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram
merasa bahwa kesehatan adalah hak atau sesuatu barang berharga yang telah kita
miliki yang harus benar-benar dijaga. Sehingga apabila ada masalah keehatan
4.1.2. Fasilitas Sumber Daya Manusia
Puskesmas didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh para sumber daya manusia yang ada di puskesmas. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Puskesmas Tanjung Tiram, tenaga kesehatan yang ada
sebanyak 43 orang. Dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :
Tabe 4.2. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Tanjung Tiram
No. Jenis Standar Realitas
15 Tenaga Pendukung/ Juru (SMK Kes)
1 1
Jumlah 30 43
Sumber: Puskesmas Tanjung Tiram
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas Tanjung Tiram sebanyak 43 Orang dan mayoritas adalah Bidan yaitu
sebanyak 26 Orang.
4.1.3. Fasilitas Gedung