• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kelayakan Pendirian Pabrik Minyak Daun Cengkeh (Eugenia aromatica) di Kabupaten Halmahera Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kelayakan Pendirian Pabrik Minyak Daun Cengkeh (Eugenia aromatica) di Kabupaten Halmahera Barat."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN PABRIK MINYAK DAUN

CENGKEH (

Eugenia aromatica)

DI KABUPATEN

HALMAHERA BARAT

ZEFIKA ZAHLINAR

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Kelayakan Pendirian Pabrik Minyak Daun Cengkeh (Eugenia aromatica) di Kabupaten Halmahera Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

ABSTRAK

ZEFIKA ZAHLINAR. Studi Kelayakan Pendirian Pabrik Minyak Daun Cengkeh (Eugenia aromatica) di Kabupaten Halmahera Barat. Dibimbing oleh SUKARDI.

Minyak daun cengkeh merupakan minyak atsiri (essential oil) yang berasal dari daun cengkeh. Minyak daun cengkeh digunakan sebagai bahan baku oleh industri karena kandungan eugenolnya yang tinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui kelayakan pendirian pabrik minyak daun cengkeh di Kabupaten Halmahera Barat. Metode yang digunakan adalah metode analisis kelayakan investasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat permintaan lebih tinggi dibanding tingkat penawaran. Kapasitas pabrik minyak daun cengkeh sebesar 2 ton daun cengkeh kering/hari, berlokasi di Kecamatan Jailolo, Halmahera Barat. Investasi yang dibutuhkan sebesar Rp 722,24 juta dan modal kerja sebesar Rp 165 juta. Kriteria investasi menunjukkan nilai Net Present Value sebesar Rp 586 juta, IRR 20%, B/C Ratio 1.71, dan Pay Back Period selama 4 tahun 3 bulan. Titik impas tercapai saat penjualan minyak cengkeh sebanyak 13 ton. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa pabrik layak didirikan bila penurunan kapasitas produksi maksimum sebesar 6,85%, penurunan harga jual maksimum sebesar 4,1%, dan kenaikan harga bahan baku maksimum sebesar 16,3%. Berdasarkan seluruh aspek yang dianalisis, pabrik minyak daun cengkeh layak didirikan di Kabupaten Halmahera Barat.

Kata kunci: Minyak daun cengkeh, minyak atsiri, studi kelayakan, halmahera barat.

ABSTRACT

ZEFIKA ZAHLINAR. Feasibility Studi of Establishment Clove (Eugenia aromatica) Leaf Oil Factory in West Halmahera. Supervised by SUKARDI.

Clove leaf oil is an essential oil which derived from clove leaf. Clove leaf oil is used as a raw material by the industry because of the high content of eugenol. This research aims to provide an overview of information and feasibility of establishment clove leaf oil factory. The method used is the method of investment feasibility analysis. Market demand of clove oil higher than its supply. The capacity of clove leaf oil factory planned 2 tons of dried clove leaf/day, location in District Jailolo, West Halmahera. Investment required is about 722 million rupiah and working capital is about 165 million rupiah. Investment criteria indicates the value of Net Present Value is Rp 586 milion, IRR 20%, B/C Ratio 1.71, and Pay Back Period is 4 years and 3 months. Break-even point is reached when the sale of clove oil as much as 13 tons. The sensitivity analysis shows that the industry is feasible when the maximum decrease in production capacity is 6,85%, the maximum decrease of selling price is 4,1%, and the maximum increase purchase price of leaf clovers is 16,3%. Based on the results of research, the clove leaf oil factory is feasible for built in West Halmahera.

(5)

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN PABRIK MINYAK DAUN

CENGKEH (

Eugenia aromatica)

DI KABUPATEN

HALMAHERA BARAT

ZEFIKA ZAHLINAR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Studi Kelayakan Pendirian Pabrik Minyak Daun Cengkeh (Eugenia aromatica) di Kabupaten Halmahera Barat

Nama : Zefika Zahlinar

NIM : F34110091

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Sukardi, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai syarat mendapatkan gelar S.Tp dari Departemen Teknologi Industri Pertanian di Institut Pertanian Bogor. Salawat dan salam juga saya limpahkan pada nabi besar Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah studi kelayakan, dengan judul Studi Kelayakan Pendirian Pabrik Minyak Daun Cengkeh (Eugenia aromatica) di Kabupaten Halmahera Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sukardi, MM. selaku pembimbing. Di samping itu, ucapan terimakasih juga disampaikan kepada para pakar yang sangat berperan dalam karya ilmiah ini, yaitu Bapak Eko Sudarmono, Bapak Agus, Bapak Hendra, Bapak Meika Syahbana Rusli, Bapak Andes, Rayza Pranadipa, dan Amina.

Cinta dan kasih sayang juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua saya, Drh Sumardi dan Chairiah Batarfie untuk doa-doa mereka, dukungan, dan kepercayaan yang mereka berikan agar saya selalu menjadi yang terbaik. Tidak luput juga cinta kasih kepada kakak-kakak sayang, Safirah Irsalina, Irhazh Salsabil, dan Miqdad Aufa yang selalu membimbing saya menjadi pribadi yang lebih baik, lalu sepupu saya, Sindi Naulah, yang mengikuti saya untuk kuliah di departemen ini. Semoga seluruh keluarga selalu berada di bawah perlindungan Allah Subhanahu Wa

Ta’ala.

Penulisan karya ilmiah ini dan masa-masa kuliah penulis juga tidak akan berjalan mudah bila tidak adanya teman-teman saya yang selalu mendukung dan memberi masukan. Terimakasih kepada Risda Gustriani, Raudhatul Jannah, Nadira Tizani, dan Luni Aulia Syafwani atas segala memori dan waktunya selama empat tahun ini dalam menemani saya dalam suka dan duka juga menjadi pendengar terbaik saya. Semoga kita dapat terus menjaga silaturahmi hingga tua nanti. Terimakasih kepada teman-teman terbaik dalam petualangan hidup saya Fauzan Alhakim, Tio Nandika E.P, Naura Narinda, Adya Dinda, Fitrian Rakadiaputra, Andi Prawoto, Reno Panji, Imam Muharram, M. Irham Raenaldi, dan anggota Kopadjo and friends lainnya, juga kepada teman-teman sebimbingan saya, Nur Afni, Rakhmat Irham, Alfiyan Hudan, M Basyir Tomo yang selalu saling mendukung dan kepada seluruh keluarga besar TINFORMERS yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(9)

DAFTAR ISI

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Data Penelitian 3

Metode Pengumpulan Data 3

Metode Pengolahan Data dan Analisis 3

Analisis Pasar dan Pemasaran 4

Analisis Teknis dan Teknologis 4

Analisis Manajemen dan Organisasi 4

Analisis Lingkungan dan Legalitas 5

Analisis Finansial 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Aspek Pasar dan Pemasaran 7

Potensi Pasar 7

Identifikasi Hambatan 8

Strategi Pemasaran 8

Aspek Teknis dan Teknologis 9

Bahan Baku 9

Ketersediaan Bahan Baku 9

Kapasitas Produksi 9

Proses Produksi 10

Neraca Massa 12

Kebutuhan Mesin dan Peralatan 12

Lokai Pabrik 13

Kebutuhan Luas Ruangan 13

Perancangan Tata Letak dan Layout Pabrik 15

Aspek Manajemen dan Organisasi 18

Struktur Organisasi 18

Kebutuhan Tenaga Kerja 19

Deskripsi Pekerjaan 19

Aspek Legalitas dan Lingkungan 20

(10)

Analisis Titik Impas 24

Harga Pokok Produksi dan Harga Penjualan 25

Proyeksi Arus Kas 25

Analisis Sensitivitas 25

SIMPULAN DAN SARAN 26

Simpulan 26

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 28

RIWAYAT HIDUP 41

DAFTAR TABEL

1 Prakiraan Potensi Ketersediaan Bahan Baku Daun Cengkeh Gugur di

Kabupaten Halmahera Barat 1

2 Spesifikasi Minyak Daun Cengkeh 8

3 Spesifikasi Minyak Cengkeh di Beberapa Perusahaan Eksportir 8

4 Baku Mutu Air Umpan Boiler 10

5 Mesin dan Peralatan Penyulingan Minyak Daun Cengkeh 12

6 Kebutuhan Luas Ruang 15

7 Alasan Penilaian Derajat Keterkaitan 16

8 Kebutuhan Tenaga Kerja 19

9 Biaya Pra Investasi 22

10 Komposisi Biaya Modal Kerja 23

11 Biaya Investasi 23

12 Kriteria Investasi 25

13 Analisis Sensitivitas 26

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir analisis aspek manajemen dan organisasi 5

2 Skema Distilasi Kukus 12

3 Peralatan penyulingan: (a) Boiler pipa api (b) Ketel suling (c) Kumparan

kondensor 13

4 Diagram Keterkaitan Aktivitas pada Pabrik Minyak Daun Cengkeh 16

5 Grafik Hasil Perhitungan Nilai TCR 17

6 Template Keterkaitan Aktivitas 18

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Neraca Massa Minyak Daun Cengkeh 28

2 Kebutuhan Luas Ruangan Produksi 28

3 Layout Pabrik Minyak Daun Cengkeh 29

4 Struktur Organisasi Pabrik Minyak Daun Cengkeh 30

5 Rincian Biaya Investasi 31

6 Proyeksi Laba-Rugi 32

7 Proyeksi Harga Pokok Produksi 32

8 Arus Kas dan Kriteria Investasi 33

9 Analisis Sensitivitas (1) 35

10 Analisis Sensitivitas (2) 37

(12)
(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cengkeh (Eugenia aromatica O.K) adalah tanaman asli Indonesia yang memiliki jumlah lahan cukup luas. Hingga sampai saat ini pun, cengkeh masih menjadi komoditas utama yang dihasilkan di seluruh kabupaten di Maluku Utara tidak terkecuali Kabupaten Halmahera Barat. Hal ini disebabkan wilayah timur Indonesia memiliki iklim kering dengan curah hujan yang relatif rendah yang baik untuk tanaman cengkeh. Hasil utama perkebunan cengkeh ialah bunga cengkeh dengan hasil samping daun cengkeh gugur yang menjadi sampah bagi petani. Kabupaten Halmahera Barat ialah salah satu kabupaten yang memiliki lahan cengkeh besar di Indonesia dengan luas lahan 1.886 Ha. Daun cengkeh gugur terhitung banyak di kabupaten ini. Dengan asumsi jarak tanam setiap pohon cengkeh yakni 8x8 m, maka terdapat pohon cengkeh sebanyak 294.687. Jika daun cengkeh gugur per pohon sebanyak 0,5 kg/minggu, maka daun cengkeh gugur yang tersedia di kabupaten ini sebanyak 7.662 ton/tahun. Prakiraan ketersediaan daun cengkeh gugur dihitung dari tingkat produksi cengkeh per tahun yang disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Prakiraan Potensi Ketersediaan Bahan Baku Daun Cengkeh Gugur di Kabupaten Halmahera Barat

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, 2013

(14)

2

umumnya hanya sebagai buruh panen dan nelayan karena turut serta melibatkan masyarakat dalam kontinuitas pabrik. Banyaknya alternatif dalam memulai pabrik minyak daun cengkeh menyebabkan butuhnya kajian atau studi kelayakan. Semua data, fakta, dan berbagai pendapat yang dikemukakan dalam studi kelayakan tersebut dapat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan pendirian industri minyak daun cengkeh apakah proyek yang bersangkutan akan direalisasikan, dibatalkan, atau direvisi. Proyek terdiri dari tahapan prakonstruksi (pra investasi), tahapan konstruksi implementasi (investasi), dan tahapan operasi. Studi kelayakan ini mengkaji beberapa aspek yang berpengaruh terhadap kelayakan pendirian industri tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengkaji kelayakan pendirian pabrik minyak daun cengkeh yang meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan organisasi, aspek legalitas dan lingkungan, serta aspek finansial.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi berbagai aspek yang mempengaruhi pendirian pabrik minyak daun cengkeh mulai dari perencanaan bahan baku sampai terbentuk produk dalam skala industri. Aspek-aspek yang akan dikaji yaitu aspek pemasaran yang melingkupi potensi pasar, identifikasi hambatan, dan strategi pemasaran. Aspek teknis dan teknologis meliputi bahan baku, ketersediaan bahan baku, kapasitas produksi yang akan berpengaruh terhadap proses produksi, proses produksi, neraca massa, kebutuhan mesin dan peralatan yang digunakan, lokasi pabrik, kebutuhan luas ruangan, serta perancangan tata letak dan layout pabrik. Aspek manajemen operasional meliputi kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, dan deskripsi pekerjaan. Aspek legalitas dan lingkungan meliputi bentuk badan hukum pabrik minyak atsiri dan perizinan yang harus dipenuhi terkait industri minyak atsiri, serta pengolahan limbah yang dihasilkan oleh industri minyak atsiri. Aspek finansial, meliputi prakiraan jumlah dana yang dibutuhkan seperti biaya investasi dan operasional, pengkajian laba rugi, pengkajian harga pokok produksi dan penerimaan, prakiraan titik impas, arus kas dan kriteria-kriteria investasi yang akan berpengaruh terhadap kelayakan pabrik, serta kajian analisis sensitivitas.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

(15)

3

Data Penelitian

Data-data dalam penelitian ini terbagi dalam dua jenis, yaitu data primer dan sekunder. Data primer yang dibutuhkan yaitu alur proses penyulingan, spesifikasi mesin penyulingan, tipe kemasan yang umum digunakan, profesi masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat, harga beli bahan baku daun cengkeh, harga jual minyak cengkeh di tingkat penyuling, harga mesin penyulingan, industri-industri pengguna minyak cengkeh, dan jumlah kebutuhan industri.

Adapun data sekunder yang dibutuhkan yaitu tingkat produksi minyak cegkeh, tingkat ekspor minyak cengkeh, kandungan minyak daun cengkeh, kadar eugenol daun cengkeh, luas lahan cengkeh di Kabupaten Halmahera Barat, jumlah populasi tanaman cengkeh, tingkat produksi cengkeh, waktu penyulingan daun cengkeh, metode-metode penyulingan, rendemen minyak daun cengkeh dari bahan baku di daerah Halmahera, persyaratan izin pendirian pabrik, metode pengolahan limbah, dan besarnya pajak (pph dan pbb) yang digunakan.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian ini. Pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menurut jenis data yang dikumpulkan. Data primer diperoleh dengan metode pengamatan langsung (observasi), dokumentasi, kuesioner terbuka, dan metode wawancara terstruktur melalui daftar pertanyaan yang diisi langsung oleh peneliti sesuai dengan hasil wawancara yang diperoleh dari pakar (praktisi ataupun akademisi). Pengamatan langsung dilakukan dengan mengamati aktivitas penyulingan daun cengkeh kering menjadi minyak daun cengkeh yang dilakukan oleh pengusaha minyak cengkeh rakyat. Data sekunder dikumpulkan melalui metode studi pustaka seperti penelusuran buku, laporan, artikel, jurnal, data statistik dari instansi-instansi pemerintah, swasta, balai penelitian, dan sebagainya.

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yang didasarkan atas tujuan tertentu. Sampel yang diambil terdiri dari dua jenis, yaitu sampel judgemental yang dipilih berdasarkan pendapat analis dan hasil penelitian digunakan untuk menarik kesimpulan tentang item-item di dalam sampel yaitu pada observasi sesungguhnya dan jenis sampel lainnya yaitu sampel statistikal yang dipilih secara acak/random dari seluruh populasi dan hasil penelitiannya dapat digunakan untuk menarik kesimpulan tentang seluruh populasi. Dari keseluruhan pabrik minyak daun cengkeh merupakan pelaku industri minyak atsiri. Selain itu, peneliti juga mengambil data dari informan yang merupakan pihak eksternal dari pabrik minyak daun cengkeh tersebut, seperti aparatur pemerintah, asosiasi pengusaha atsiri (Dewan Atsiri Indonesia), dan lembaga pemasaran atsiri.

Metode Pengolahan Data dan Analisis

(16)

4

kebutuhan tenaga kerja; aspek pasar dan pemasaran dari segi identifikasi potensi pasar dan analisis sistem pemasaran atsiri; dan aspek finansial dari segi perhitungan arus kas dan laba rugi, analisis sensitivitas, serta kriteria kelayakan investasi proyek seperti NPV, IRR, Net B/C dan PBP; sedangkan analisis kualitatif berupa statistik deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai aspek lingkungan dan legalitas seperti analisis dampak lingkungan, perarturan pemerintah, dan perizinan; aspek manajemen dan organisasi seperti struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, dan spesifikasi kerja; dan aspek pasar dan pemasaran seperti strategi pemasaran.

Analisis Pasar dan Pemasaran

Aspek pasar dan pemasaran dikaji untuk mengungkapkan permintaan, penawaran, harga, sistem pemasaran, dan perkiraan penjualan yang dapat dicapai oleh perusahaan, atau pangsa pasar yang dapat dikuasai oleh perusahaan. Aspek-aspek yang dikaji pada analisis pasar dan pemasaran meliputi analisis potensi pasar, identifikasi hambatan, dan strategi pemasaran untuk mencapai pangsa pasar tersebut. Semua aspek tersebut diukur dengan teknik yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dan sumber data yang diperoleh.

Analisis Teknis dan Teknologis

Analisis teknis dan teknologis mencakup teknis suatu proyek industri secara spesifik yang terdiri dari bahan baku, kapasitas produksi, proses produksi, mesin dan peralatan, perancangan aliran bahan, lokasi usaha, keterkaitan antar aktivitas, penentuan luas pabrik, dan perancangan tata letak pabrik. Pemilihan jenis teknologi proses produksi didasarkan pada kemudahan proses produksi dan perkiraan biaya produksi. Pemilihan mesin dan peralatan ditentukan berdasarkan teknologi dan proses produksi yang dipilih. Neraca massa disusun untuk melihat laju alir, jumlah input, dan jumlah output masing-masing komponen bahan pada setiap proses. Di dalam menganalisis dan merancang keterkaitan aktivitas untuk menentukan tata letak pabrik dapat digunakan bagan keterkaitan antar kegiatan (Activity Relationship-Chart) (Wignjosoebroto 2009). Alasan-alasan yang mendukung kedekatan hubungan meliputi keterkaitan produksi, keterkaitan pekerja, dan aliran informasi.

Analisis Manajemen dan Organisasi

(17)

5

Gambar 1 Diagram alir analisis aspek manajemen dan organisasi

Analisis Lingkungan dan Legalitas

Analisis lingkungan meliputi sejauh mana keadaan tingkat lingkungan dapat menunjang perwujudan pendirian industri, terutama sumber daya yang diperlukan, seperti air, energi, manusia, dan ancaman alam sekitar, serta analisis mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh proyek pabrik ini. Analisis legalitas meliputi mekanisme perizinan dan peraturan-peraturan yang berlaku.

Analisis Finansial

Kriteria-kriteria yang digunakan dalam analisis finansial meliputi Break-Even Point, Net Present Value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Pay Back Period, dan analisis sensitivitas. Kriteria-kriteria ini digunakan untuk melihat kelayakan industri secara finansial.

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan selisih dari nilai investasi sekarang dengan nilai penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Park dan Tippett 1999). Formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:

(18)

6

t = periode investasi (t = 0,1,2,3,…,n)

n = umur ekonomis proyek

Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV > 0. Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal.

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) atau arus pengembalian internal dihitung untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Menurut Park dan Tippet (1999), rumus IRR adalah sebagai berikut.

��� = �+ + ������+

+ − ���− [� − − �+ ]

dengan NPV(+) = NPV bernilai positif

NPV(-) = NPV bernilai negatif

i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif

i(-) = suku bunga yang membuat NPV negatif

Proyek layak dijalankan bila nilai IRR besar dari nilai suku bunga yang digunakan atau tingkat suku bunga minimum (MARR) yang menguntungkan.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara jumlah

present value yang bernilai negatif (modal investasi) dan positif untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan (Grant et al. 1996). Formulasi perhitungan net B/C adalah sebagai berikut:

� = ∑

Jika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti proyek layak dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan.

4. Break-Even Point (BEP) dan Payback Period (PBP)

Break Even Point atau titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut Giatman (2006), hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat disajikan pada rumus berikut :

�� = FC

P − VC �� �� =

FC − VC/P dengan: FC = Fix Cost (biaya tetap)

(19)

7

Analisis payback period (PBP) bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) kembalinya investasi saat terjadinya kondisi titik impas (BEP). Lamanya periode pengembalian (k) saat kondisi BEP adalah:

k � = ∑ CF�

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud (Giatman 2006). Parameter-parameter investasi yang memerlukan analisis sensitivitas antara lain : investasi,

benefit atau pendapatan, faktor produksi, dan suku bunga (i).

Park dan Tippett (1999) menambahkan, analisis sensitivitas diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi perubahan variabel-variabel pada saat proyek tersebut dilaksanakan. Perhitungan kembali perlu dilaksanakan, mengingat proyeksi-proyeksi yang ada banyak mengandung unsur ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Pasar dan Pemasaran

Potensi Pasar

Potensi pasar adalah seluruh permintaan/kebutuhan konsumen. Salah satu faktor yang mendasari potensi pasar ini ialah jumlah konsumen potensial, yaitu konsumen yang memiliki keinginan untuk membeli (Sulistiorini 2011). Minyak cengkeh merupakan produk setengah jadi yang umumnya digunakan sebagai bahan baku industri minyak atsiri, diantaranya PT Djasula Wangi, CV Indaroma, CV Sumber Multi Atsiri, PT IFF Indonesia, PT Givaudan Indonesia, PT Indesso, dan PT Haldin Pasific Semesta. Pasar minyak cengkeh Indonesia menguasai 70% dari ekspor dunia, yaitu sebanyak 3.850 ton/tahun yang cenderung meningkat tiap tahunnya. Dari segi penawaran, tingkat produksi minyak cengkeh dan produk turunannya berkisar 3.500 ton/tahun yang terdiri dari 60% minyak cengkeh, 30% produk turunan minyak cengkeh, dan 10% digunakan kembali untuk kebutuhan industri (Ketua DAI 2015). Kebutuhan minyak cengkeh ini dapat dipenuhi dari berbagai bahan baku cengkeh seperti bunga, batang, dan daun karena tipisnya perbedaan kandungan eugenol dari tiap bahan.

(20)

8

dengan tingkat penawaran. Semakin meningkatnya permintaan akan minyak cengkeh membuktikan bahwa potensi pasar untuk minyak cengkeh sangat baik.

Identifikasi Hambatan

Hambatan yang mungkin terjadi ialah tingginya risiko saat distribusi produk baik itu dari segi waktu, biaya, dan produk. Selain itu, adanya kemungkinan sistem pengumpulan bahan baku tidak berjalan sehingga perlu adanya stok bahan baku untuk minimasi risiko tidak produksi. Pada bagian produksi sendiri hambatan yang biasa terjadi adalah mesin yang rusak, waktu idle yang banyak dan masalah teknis lainnya. Mesin biasanya mudah rusak bila telah memiliki umur yang cukup lama dan tidak teratur dilakukan perbaikan berkala, sehingga mesin akan mudah mengalami kerusakan dan membuat terhentinya proses produksi.

Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran yang dapat diterapkan pada pabrik ini ialah dengan memfokuskan pada pasar pengolahan minyak daun cengkeh di Pulau Jawa. Industri besar seperti Indesso umumnya menerima minyak daun cengkeh secara kontinyu (sustainable) dengan minimum bahan 200 kg. Namun bila tidak bisa memenuhi secara kontinyu, pengiriman minyak daun cengkeh dapat melalui agen-agen pengumpul Indesso. Umumnya konsumen atau perusahaan minyak atsiri memiliki spesifikasi tersendiri dalam sistem penerimaan bahan. Spesifikasi minyak daun cengkeh disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Spesifikasi Minyak Daun Cengkeh

Jenis Uji Satuan Persyaratan

Keadaan warna - Kuning-coklat

Densitas (g/ml) 1,0250-1,0609

Indeks Bias pada suhu 25oC - 1,52-1,54

Kelarutan dalam Etanol - 1:02

Eugenol Total %, v/v Min. 72

Sumber: I; MBUKSW, 2014

Sistem pasar minyak daun cengkeh juga dapat berbeda di beberapa perusahaan lain seperti yang disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Sistem Pasar Minyak Daun Cengkeh di Beberapa Perusahaan Eksportir

Indikator Perusahaan

DW IA SM

Jenis Minyak Semua minyak atsiri Nilam, cengkeh Nilam, pala, cengkeh

Kuota Min 1 kg hingga tak

Syarat Kadar eugenol 72% Kadar eugenol

(21)

9

Aspek Teknis dan Teknologis

Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan adalah daun cengkeh gugur yang telah mengering yang berasal dari perkebunan cengkeh di Kabupaten Halmahera Barat. Kandungan minyak daun cengkeh di wilayah ini terbilang cukup tinggi, yaitu berkisar 2-4%, dengan kadar eugenol berkisar 65-75%. Hal ini karena kesesuaian iklim dan curah hujan yang cukup kering di Halmahera, suhu rata-rata 28,05oC, kelembaban 73-82%, dan curah hujan 1.500 mm/tahun. Dibanding dengan wilayah penyulingan lain, daerah Purwakarta Jawa Barat memiliki suhu rata-rata 25oC, kelembaban berkisar 80%, dan curah hujan 3.093 mm/tahun, sehingga Kabupaten Halmahera Barat memiliki kondisi yang lebih sesuai untuk bahan baku penyulingan daun cengkeh. Selain itu, daun gugur juga lebih banyak diperoleh dari tanaman produktif dengan kondisi musim kering yang panjang. Namun pada musim penghujan diperlukan proses pengeringan di rumah kaca terlebih dahulu hingga daun kering bisa dipatahkan. Hal ini bertujuan mempercepat proses ekstraksi dan memperbaiki mutu minyak.

Hingga saat ini, daun cengkeh gugur belum digunakan secara optimal. Di kabupaten ini, daun cengkeh yang gugur hanya menjadi sampah yang secara berkala dikumpulkan lalu dibakar. Pengumpulan dan pembakaran ini dilakukan oleh buruh yang dibayar pemilik lahan. Dengan adanya sistem pengumpul, daun cengkeh yang dikumpulkan secara berkala tersebut dapat dihargai sebesar Rp 650/kg di tingkat pengumpul dan harga beli pabrik sebesar Rp 750/kg, sehingga pemilik lahan tidak perlu lagi membayar buruh untuk membersihkan lahannya.

Ketersediaan Bahan Baku

Tanaman cengkeh Indonesia tersebar di seluruh Indonesia dengan luas lahan yang beragam. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara tahun 2013 pada Tabel 1 yang telah dipaparkan sebelumnya di latar belakang, ketersediaan daun cengkeh di Kabupaten Halmahera Barat sebanyak 7.662 ton/tahun sedangkan untuk Kecamatan Jailolo sendiri memiliki 60% dari keseluruhan lahan sehingga terdapat 4.597 ton/tahun daun cengkeh kering di kecamatan ini. Jumlah tersebut sangat melimpah untuk dijadikan suplai bahan baku, sehingga ketersediaan bahan baku untuk pabrik minyak daun cengkeh masih sangat tercukupi. Pengumpulan bahan baku daun cengkeh gugur akan dilakukan oleh masyarakat sekitar melalui pembentukan tim secara tersistem sehingga bahan baku yang didapat dari pengumpul pun tidak kurang atau berlebih dan sesuai dengan kebutuhan pabrik minyak daun cengkeh ini. Pengumpul terdiri dari enam kelompok yang bertanggung jawab untuk memasok kebutuhan selama enam hari produksi. Dengan asumsi per karung daun cengkeh sebanyak 18 kg maka dibutuhkan minimal 112 karung per kelompok per minggu atau 19 karung per kelompok per hari. Dengan asumsi per orang dapat mengumpulkan minimal 3 karung per hari, maka terdapat 7 orang per kelompok. Sistem ini bersifat terbuka sehingga siapapun di luar kelompok dapat ikut mengumpulkan dan menjual daun cengkeh tersebut ke tengkulak/pengumpul untuk dijadikan stok bahan baku di musim penghujan.

Kapasitas Produksi

(22)

10

7.662 ton/tahun bahan baku yang tersedia, dan 600 ton/tahun kemampuan pengumpul bahan baku daun cengkeh. Dengan demikian, produksi dapat dilakukan setiap 6 hari dalam seminggu. Kapasitas produksi juga ditentukan dari pertimbangan aspek kemampuan teknis industri. Kapasitas mesin terpasang sebesar 1 ton/siklus dan waktu siklus sebesar 8 jam yang terdiri dari 6 jam proses penyulingan dan 2 jam bongkar pasang mesin. Siklus efektif produksi sebanyak 2 kali/hari sehingga kapasitas produksi ditetapkan sebesar 2 ton/hari yang setara dengan 600 ton/tahun bahan baku atau sebesar 56 kg/hari minyak daun cengkeh.

Proses Produksi

Pada proses produksi minyak daun cengkeh diperlukan beberapa persiapan dan pengolahan awal sampai menjadi produk. Berikut adalah beberapa tahapan dalam memproduksi minnyak daun cengkeh:

1. Proses Loading (Penerimaan)

Pada proses ini bahan baku di diterima pada ruang penerimaan. Pada tahap ini bahan baku dipersiapkan dan ditimbang sesuai dengan kapasitas yang akan diproduksi. Pada tahap ini juga dilakukan proses penjemuran daun cengkeh bila daun cengkeh lembab karena kondisi iklim dan cuaca yang tidak sesuai dengan spesifikasi bahan baku yang dibutuhkan. Pada proses pengeringan ini juga dilakukan sortasi bahan baku untuk menghindari daun busuk dan kotoran yang menempel pada daun.

2. Penyiapan Boiler dan Air Umpan

Boiler digunakan dalam mengubah energi air menjadi uap (steam) sebagai pemindah tenaga kalor dengan bantuan panas dari pembakaran ampas daun cengkeh. Untuk menguapkan 1 kg air dibutuhkan 540 kkal bahan bakar. Dalam satu siklus produksi membutuhkan 1.000 kg air sehingga energi yang dibutuhkan yaitu 540.000 kkal. Nilai kalori ampas daun per kg sebesar 3.670 kkal maka kebutuhan energi pembakaran ini setara dengan 147,14 kg ampas daun cengkeh kering. Kebutuhan air umpan boiler ini tidak dapat langsung diambil dari sungai melainkan harus diolah terlebih dahulu karena air yang akan digunakan sebagai umpan boiler adalah air yang tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya endapan yang dapat membentuk kerak pada boiler dan air yang tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan korosi boiler. Baku mutu air untuk umpan boiler disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Baku Mutu Air Umpan Boiler

Parameter Satuan Standar

PH unit 10,5-11,5

Conductivity Ymhos/cm 5000, max

TDS Ppm 3500, max

SulpHite residual Ppm 20,5

PH Condensate Unit 8,0 – 9,0

(23)

11

Salah satu metode pengolahan air umpan boiler ialah dengan metode demineralisasi.Demineralisasi berfungsi untuk membebaskan air dari unsur-unsur silika, sulfat, klorida, dan karbonat dengan menggunakan resin. Demineralisasi terdiri dari beberapa urutan proses, yaitu cation exchanging, degasifer, anion exchanging, lalu diakhiri dengan mix bed polishing. Air yang telah bebas mineral ini kemudian ke polish water tank yang dapat langsung digunakan sebagai air umpan boiler.

3. Proses Penyulingan

Penyulingan daun cengkeh dilakukan dengan metode distilasi kukus (steam distillation). Proses distilasi kukus adalah ekstraksi minyak atsiri dari bahan bakunya yang diletakkan pada suatu pelat berlubang atau sarangan (screen plate), dengan uap (steam) yang dihasilkan dari boiler yang letaknya terpisah dari ketel. Uap dari boiler dialirkan ke dalam ketel dengan tekanan yang secara gradual meningkat. Peningkatan tekanan ini dilakukan untuk mengefisiensikan ekstraksi semua minyak dalam sel-sel daun. Proses dengan tekanan gradual ini dapat meningkatkan hasil tambahan sekitar 1-2% lebih tinggi dibandingkan dengan cara konvensional yang menggunakan tekanan atmosfer.

(24)

12

Gambar 2 Skema Distilasi Kukus

4. Pengemasan

Proses pengemasan dilakukan dengan memasukkan langsung minyak hasil penyulingan ke dalam jerigen-jerigen HDPE berwarna berukuran 25 L yang dapat menampung 20 kg minyak daun cengkeh. Pemilihan kemasan primer ini dilakukan agar produk mudah didistribusikan dan minimasi risiko melalui ekspedisi jalur laut. Dalam proses ini perlu lebih berhati-hati karena tingginya kemungkinan loss massa akibat tercecer atau tumpah.

Neraca Massa

Neraca massa berguna untuk mengetahui besaran input dan output yang dibutuhkan dan dihasilkan dalam satu rangkaian proses (satu siklus). Perhitungan neraca massa ini juga dapat digunakan untuk merekayasa kebutuhan bahan baku dalam mencapai target produksi yang diinginkan. Basis yang digunakan dalam perhitungan ini ialah 1 ton daun cengkeh kering, neraca massa penyulingan daun cengkeh kering dapat dilihat pada Lampiran 1.

Dengan asumsi rendemen 2,8% untuk bahan baku di daerah Maluku (Mirna 1989) serta kebutuhan air boiler setara dengan input bahan baku, minyak daun cengkeh yang dihasilkan sebanyak 28 kg. Ampas daun cengkeh sebagai residu dapat dimanfaatkan kembali uuntuk pembakaran boiler sedangkan air kondensat minyak cengkeh harus diolah kembali agar aman untuk dibuang ke lingkungan.

Kebutuhan Mesin dan Peralatan

Kebutuhan peralatan yang digunakan untuk proses produksi minyak daun cengkeh dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 3.

Tabel 5 Mesin dan Peralatan Penyulingan Minyak Daun Cengkeh

Mesin/Peralatan Unit Spesifikasi

Ketel Suling 4 Kapasitas 250 kg daun, tipe bejana vertikal, bahan stainless steel, D: 100 cm, H: 150 cm, pengukur tekanan: presure gage 6 kg/cm2.

Boiler 1 Tabung vertikal, sistem pipa api modifikasi, bahan

bakar padatan (ampas daun/kayu bakar), material besi, D: 175 cm, H: 100 cm, volume 2.400 L.

Pemisah Minyak 4 Tipe tabung vertikal, material stainless steel, D: 39 cm, H: 35 cm, volume total: 45 L.

Kondensor 4 Tipe spiral kondensor (direndam dalam kolam

pendingin), material pipa stainless steel, D pipa 2 in, panjang total pipa 42 m.

Keterangan: 1. Material suling

2. Campuran uap air dan minyak atsiri 3. Pasokan kukus atau steam

(25)

13

Gambar 3 Peralatan penyulingan: (a) Boiler pipa api (b) Ketel suling (c) Kumparan kondensor

Lokai Pabrik

Lokasi pabrik minyak daun cengkeh ialah di Kecamatan Jailolo yang memiliki luas lahan cengkeh terbesar di Kabupaten Halmahera Barat, yaitu 60% dari keseluruhan lahan. Kecamatan ini memenuhi kriteria yang dibutuhkan untuk menjalankan pabrik seperti kedekatan dengan bahan baku, kedekatan dengan sumber air, aksesibilitas transportasi dan distribusi, keamanan, serta infrastruktur. Profesi masyarakat sekitar didominasi oleh nelayan kecil dan buruh tani yang hanya bekerja saat panen raya cengkeh sehingga dengan adanya pabrik penyulingan ini masyarakat juga dapat berperan aktif dan dapat meningkatkan perekonomian mereka dengan cara menjual hasil pengumpulan daun cengkeh gugur secara tim. Lokasi bangunan bersebelahan dengan sungai sehingga dapat memenuhi kebutuhan bahan baku air untuk pembakaran boiler. Lokasi ini juga dekat dengan jalan utama yang menghubungkan Halmahera Utara dan Halmahera Selatan.

Kebutuhan Luas Ruangan

Kebutuhan luas ruangan pada pabrik minyak daun cengkeh ini terdiri dari ruang produksi dan ruang non produksi. Ruang produksi berfungsi sebagai tempat melakukan proses pengolahan bahan baku menjadi produk sedangkan ruangan non produksi adalah ruangan yang berfungsi untuk kegiatan-kegiatan selain kegiatan produksi yang mendukung kegiatan produksi tersebut. Berikut ini beberapa ruangan yang dibutuhkan dalam pembuatan usaha minyak daun cengkeh :

A. Ruangan Non-Produksi 1. Ruangan Kantor

Bangunan kantor yang terdiri dari ruang kantor utama dan ruang rapat, Ruangan tersebut digunakan untuk aktivitas non produksi yang mengurus manajemen perusahaan termasuk administrasi. Ruang kantor ini berukuran 16 m2 (4x4 m) yang cukup untuk meletakkan meja, kursi, dan perangkat kebutuhan rapat lainnya.

2. Mushola dan Toilet

(26)

14

3. Area Parkir dan Halaman

Area ini berfungsi sebagai jalur bongkar muat produk-produk yang akan didistribusikan. Area parkir ini diasumsikan seluas 38,5 m2 (7x5,5 m).

B. Ruangan Produksi 1. Ruangan Penerimaan

Ruangan ini berfungsi untuk menerima pasokan bahan baku dan tempat penyimpanan sementara daun cengkeh kering. Luas ruang penerimaan diasumsikan 8 m2 (4x2 m) dengan adanya lorong untuk mobilitas.

2. Green House Penjemuran dan Penyimpanan Sementara

Bangunan ini tepat bersebelahan dengan bangunan pabrik yang berfungsi sebagai tempat penjemuran daun cengkeh saat musim penghujan. Green house

ini direncanakan sebesar 38 m2 (19x2 m) yang terbagi dua oleh lorong untuk mobilitas pekerja.

3. Ruangan Proses

Ruangan ini berfungsi sebagai inti pabrik, yaitu tempat berlangsungnya proses penyulingan dan pemisahan minyak hingga produk dikemas dalam jerigen-jerigen berukuran 25 L yang cukup untuk 20 kg minyak. Kebutuhan luas ruang proses sebesar 58,08 m2 yang direncanakan 7,5x8 m. Rincian perhitungan

disajikan di Lampiran 2. 4. Ruangan Penyimpanan Produk

Ruangan ini berfungsi sebagai tempat pemberhentian terakhir dari produk yang telah diporses. Penyimpanan produk ini berdekatan dengan ruangan proses dan parkir agar memudahkan dalam distribusi produk. Distribusi produk dilakukan seminggu sekali, sehingga terdapat 336 kg minyak yang disimpan yang setara dengan 17 jerigen dengan asumsi 20 kg minyak/jerigen. Luas per satuan jerigen 0,4x0,4 m, sehingga luas kebutuhan penyimpanan produk sebesar 4 m2 dengan kelonggaran 150%.

5. Area Pengolahan Limbah

Area ini berfungsi sebagai tempat pengolahan limbah cair dari hasil samping produksi minyak hingga hasil akhirnya aman untuk dibuang ke sungai. Kolam pengolahan limbah diasumsikan sebesar 6 m2 (4x1,5 m) yang disekat untuk pengolahan primer dan sekunder. Total kebutuhan luas ruang ini dengan adanya ruang untuk operator dan kelonggaran sebesar 23,8 m2 (6x4 m). 6. Ruang Boiler dan Pengolahan Air Umpan

Ruang ini berfungsi sebagai ruang utilitas, penyedia daya, baik itu steam

maupun air yang sebelumnya telah diolah sesuai standar baku air umpan. Total kebutuhan kedua ruangan ini sebesar 15,61 m2 (8x8 m).

(27)

15

Tabel 6 Kebutuhan Luas Ruang

No. Nama Ruang Kebutuhan Luas Ruang

beserta Allowance (m2)

Alokasi yang dibutuhkan menyesuaikan dengan lahan yang tersedia dan kemudahan perhitungan sehingga pabrik akan dibangun dengan ukuran 11,5x19 m. Total luasan pabrik minyak daun cengkeh sebesar 218,5 m2.

Perancangan Tata Letak dan Layout Pabrik

Pabrik minyak daun cengkeh termasuk pabrik yang hanya menghasilkan satu jenis produk, sehingga pusat-pusat aktivitas/kerja dan mesin/peralatan disusun dalam satu line sesuai dengan urutan operasi/prosesnya secara kontinu (Rohmawati 2007). Tipe tata letak yang sesuai dengan pabrik ini ialah tata letak lintas produksi atau

product layout. Tujuan pemilihan tipe tata letak product layout ini adalah untuk mengurangi biaya penanganan material, memudahkan pengawasan, pekerja lebih terspesialisasi, sehingga dapat melakukan penghematan biaya. Pola aliran bahan yang digunakan membentuk aliran lurus yang bertujuan mengefisiensikan waktu dan pergerakan.

Product layout dirancang dengan metode A-R Chart (Activity-Relationship Chart). A-R Chart merupakan suatu metode yang menghubungkan aktivitas-aktivitas secara berpasangan sehingga semua aktivitas akan diketahui tingkat hubungannya (Wignjosoebroto 2009). Dalam metode A-R Chart, keterkaitan aktivitas dinilai menggunakan derajat hubungan yang beralasan. Alasan penilaian derajat dan bagan keterkaitan aktivitas dapat dilihat pada Tabel 7. Derajat hubungan aktivitas dapat diberi tanda sandi dan nilai sebagai berikut:

A : Harus bersebelahan (absolutely necessary) = 34

E : Harus berdekatan (Especially important) = 33 I : Cukup berdekatan (important) = 32

O : Tidak harus berdekatan (ordinariy ok) = 31

U : Bebas dan tidak saling terkait (unimportant) =30

(28)

16

Tabel 7 Alasan Penilaian Derajat Keterkaitan

Kode Alasan

1 Urutan proses dan kerja

2 Penggunaan pekerja yang sama

3 Pengawasan dan keamanan

4 Efisiensi waktu

5 Keindahan, kebersihan, dan kenyamanan 6 Adanya komunikasi dan pencatatan 7 Kontak antar pekerja

8 Bising, asap, debu, atau bau.

Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam merancang hubungan antar aktivitas, yaitu persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk kegiatan atau ruang tertentu, karakteristik bangunan, letak bangunan, fasilitas eksternal, dan kemungkinan perluasan (Caessara 2011). Perancangan hubungan tersebut membutuhkan opini pakar (akademisi dan praktisi) yang kemudian disusun dalam diagram keterkaitan aktivitas seperti Gambar 4.

10 Pengolahan Air Um pan

Gambar 4 Diagram Keterkaitan Aktivitas pada Pabrik Minyak Daun Cengkeh

(29)

17

Gambar 5 Grafik Hasil Perhitungan Nilai TCR

Ruang proses produksi dan penerimaan memiliki nilai TCR yang tertinggi, hal ini berarti posisi ruangan ini harus berada di tengah-tengah/pusat pabrik karena kedua ruangan ini cukup berkaitan dengan ruangan lainnya ataupun menjadi kunci utama pabrik (center). Begitupun pada penelitian Purwanti (2014), ruang produksi dan gudang bahan baku memiliki nilai TCR tertinggi yang berarti harus berada di pusat pabrik. Data dari diagram keterkaitan aktivitas dan perhitungan TCR kemudian digunakan untuk membuat diagram keterkaitan antar aktivitas. Diagram tersebut menggunakan template yang menggambarkan kegiatan yang ada. Setiap template

mencantumkan informasi mengenai derajat keterkaitan kegiatan tersebut dengan kegiatan lainnya. Template keterkaitan antar aktivitas disajikan pada Gambar 6.

111

13

127

331

179

331

133

61

115

141

Kantor

Mushola

Parkir dan Halaman

Penerimaan

Penjemuran dan

Penyimpanan Sementara Proses Produksi

Penyimpanan Produk

Pengolahan Limbah

Boiler

(30)

18

Gambar 6 Template Keterkaitan Aktivitas

Template keterkaitan ini disusun berdasarkan urutan proses dari bahan baku hingga menjadi produk yang dapat langsung didistribusikan. Pembangunan ruangan dan pengaturan tata letak harus disesuaikan dengan ukuran luas tempat yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan untuk mengefisiensikan tempat dan biaya yang akan digunakan untuk membangun ruangan tersebut. Berdasarkan data perancangan tata letak dan kebutuhan luas ruang, maka didapat layout pabrik di Lampiran 3.

Aspek Manajemen dan Organisasi

Dalam studi kelayakan pendirian pabrik minyak daun cengkeh, aspek manajemen yang dibahas adalah tipe organisasi yang sesuai untuk industri ini. Kajian terhadap manajemen dan organisasi meliputi pemilihan bentuk perusahaan dan struktur organisasi yang sesuai, kebutuhan tenaga kerja, serta deskripsi pekerjaan.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang sesuai dengan pabrik ini menganut sistem pelimpahan wewenang sentralisasi. Hal ini bertujuan agar kebijakan yang seragam dapat menimbulkan kompleksitas permasalahan. Selain itu, dalam sebuah industri pengolahan, wewenang untuk memberi keputusan dimaksudkan agar operasinya dapat berjalan lancar (Subagyo 2008). Struktur organisasi untuk pabrik minyak daun cengkeh dapat dilihat pada Lampiran 4.

(31)

19

Kebutuhan Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terlibat dalam pabrik minyak daun cengkeh ini terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam proses produksi sedangkan tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang terlibat dalam proses non-produksi seperti pemasaran dan keuangan. Tenaga kerja langsung meliputi operator produksi dan pekerja pada penanganan limbah yang dibedakan dalam dua

shift sedangkan tenaga kerja tidak langsung ialah tenaga kerja yang mengurusi bagian manajerial pabrik (Huda 2014). Total tenaga kerja yang dibutuhkan pada pabrik minyak daun cengkeh ini berjumlah 19 orang. Rincian kebutuhan tenaga kerja di pabrik minyak daun cengkeh dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Kebutuhan Tenaga Kerja

No Jabatan Kualifikasi Pendidikan Jumlah (orang)

Tenaga Kerja Tidak Langsung

Deskripsi tugas dan tanggung jawab disusun untuk memudahkan pekerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan antara lain sebagai berikut:

1. Direktur

Direktur bertugas untuk mengelola keseluruhan fungsi perusahaan yang meliputi kegiatan perencanaan, organisasi, dan mengawasi kegiatan manajer yang berada dibawahnya. Tanggung jawab utama perusahaan akan dipegang oleh direktur 2. Manajer Produksi

Manajer produksi bertugas untuk melakukan perencanaa, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan produksi seperti penjagaan kualitas produk dari bahan baku hingga finish product.

3. Manajer Pemasaran

(32)

20

4. Manajer Administrasi dan Keuangan

Manajer administrasi dan keuangan bertanggung jawab dalam kelancaran administrasi serta keuangan perusahaan baik itu dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian ataupun pelaporan. Tugas yang diberikan kepada manajer administrasi dan keuangan bertujuan untuk menjamin audit dan dokumentasi pekerjaan tersimpan dengan baik sesuai prosedur.

5. Manajer Keuangan

Manajer keuangan bertugas mengelola, mengawasi, dan mengaudit semua bentuk penerimaan dan pengeluaran produksi dalam perlahan serta menangani masalah keuangan dalam perusahaan.

6. Staf Administrasi

Staf administrasi bertanggung jawab dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan administrasi di dalam perusahaan, baik dalam pencatatan administrasi perusahaan maupun operasional perusahaan.

7. Staf Keuangan

Staf keuangan bertugas mengawasi dan mengelola pencatatan keuangan perusahaan.

8. Staf Logistik

Staf logistik bertanggung jawab mengelola pengadaan bahan baku dan pengelolaannya, serta pendistribusian produk.

9. Staf Pemasaran

Staf pemasaran bertanggung jawab mendistribusikan produk ke pasar (konsumen), dan membantu manajer pabrik memperoleh informasi kondisi pasar. 10. Keamanan

Keamanan bertugas untuk mengamankan keseluruhan perusahaan, baik secara fisik bangunan maupun orang-orang yang ada di perusahaan.

11. Operator Produksi

Operator bertanggung jawab dalam menjalankan mesin-mesin produksi dan memastikannya sesuai dengan prosedur. Operator akan berkordinasi dengan manajer produksi agar tidak terjadi kesalahan.

Aspek Legalitas dan Lingkungan

Badan Usaha

Terdapat tiga bentuk legal badan usaha, yaitu kepemilikan sendiri (proprietorship), persekutuan (partnership), dan perusahaan (coorporations). Berdasarkan modal investasi dalam pendirian usaha, pabrik ini relatif tidak terlalu besar dan memiliki risiko yang juga tidak terlalu besar, skala pabrik minyak daun cengkeh pun tergolong usaha kecil-menengah (UKM) yang kepemilikan usahanya terdiri dari dua-tiga orang. Oleh karena itu, bentuk badan usaha yang sesuai adalah bentuk persekutuan (partnership).

Perizinan

(33)

21

berisi tentang anggaran dasar dan anggaran rumah tangga badan hukum usaha. Akta pendirian ini diterbitkan oleh Menteri Kehakiman dan HAM RI. Berdasarkan SK Menteri Perindustrian RI No 41/M-IND/Per/6/2008 terhadap semua jenis industri dengan nilai investasi perusahaan yang seluruhnya di atas 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memperoleh IUI. Selain itu, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sangat diperlukan sebelum bangunan didirikan. Setelah mendapatkan IMB maka dilanjutkan dengan Izin Pendirian Bangunan (IPB). Kemudian dilanjutkan dengan Kelayakan Mendirikan Bangunan (KMB) yang dilakukan setiap 5 tahun sekali.

Pengolahan Limbah

Terdapat tiga jenis limbah pada usaha minyak daun cengkeh ini, yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Limbah padat berasal dari residu penyulingan daun cengkeh, limbah cair berasal dari hasil samping penyulingan, sedangkan limbah gas berasal dari pembakaran boiler.

1. Limbah Padat

Residu penyulingan daun cengkeh berkisar 97-98% dari bobot awal bahan. Jumlah padatan sisa dari penyulingan yang berupa ampas daun dapat dimanfaatkan dengan penjemuran terlebih dahulu sebagai bahan bakar boiler. Selain itu, abu dari sisa pembakaran boiler juga masih bisa dimanfaatkan lagi sebagai pupuk tanaman.

2. Limbah Cair

Limbah cair dari hasil samping penyulingan berupa air kondensat minyak cengkeh berjumlah hampir setara dengan banyaknya bahan baku yang disuling. Limbah ini tidak dapat langsung dibuang, harus melalui pengolahan terlebih dulu agar tidak mencemari air dan lingkungan sekitar pabrik karena sifat minyak cengkeh yang keras dan pedas. Limbah kondensat ini juga dapat digunakan sebagai pestisida nabati dengan diencerkan terlebih dahulu menjadi konsentrasi 30%. Bila tidak dimanfaatkan secara langsung, tingkat kandungan berbahaya dari limbah kondensat ini dapat dikurangi dengan metode flokulasi, lalu flok setelah proses dapat dibakar dan air sisanya dapat langsung dibuang ataupun digunakan sebagai air umpan boiler.

3. Limbah Gas

Limbah gas hasil pembakaran saat proses berlangsung mengandung senyawa-senyawa minyak cengkeh sehingga gas berbau cengkeh yang cukup kuat dan berwarna putih. Gas ini tidak begitu mengganggu warga dalam jumlah sedikit. Namun bila dalam jumlah yang cukup banyak, pabrik harus membuat saluran gas dengan filter sehingga dapat menyaring persenyawaan dalam gas yang menyebabkan gas berbau.

Aspek Finansial

(34)

22

memerlukan asumsi-asumsi yang menjadi dasar perhitungan analisis aspek finansial, yaitu sebagai berikut:

1. Umur proyek menyesuaikan dengan umur ekonomis terlama mesin, yaitu 10 tahun produksi

2. Jumlah hari kerja dalam setahun adalah 300 hari (6 hari dalam seminggu)

3. Penyusutan menggunakan Straight Line Method dengan nilai sisa peralatan dan bangunan 10% dari harga awal berdasarkan nilai sisa mesin pada industri sejenis 4. Permodalan dari uang pribadi (modal persekutuan) 100% dengan suku bunga

deposito Bank Mandiri sebesar 6,8% untuk asumsi discount factor

5. Modal terdiri dari investasi dan moda kerja dengan modal kerja ditetapkan selama sebulan pertama produksi

6. Besarnya pajak ditetapkan sebagai berikut :

• Pajak Bumi dan Bangunan 0.1% dari total investasi lahan dan bangunan menurut

UU no 26 tahun 2000

• Pajak kendaraan 0.5% dari harga pembelian menurut UU no 22 tahun 1999

• Pajak penghasilan badan usaha dihitung berdasarkan Undang-undang Nomor 36

Tahun 2008 untuk penghasilan bruto badan usaha di bawah 4,8 miliar sebesar 1%

• Pajak partambahan nilai sebesar 10%

7. Harga jual minyak daun cengkeh dianggap tetap, yaitu Rp 130.000,00 8. Biaya bahan baku dianggap tetap, yaitu Rp 750,00

9. Biaya tenaga kerja dianggap tetap

10. Biaya pemeliharaan, perawatan, dan penggantian peralatan 10% per tahun dari harga mesin dan peralatan

11. Biaya kontingensi 10% dari total investasi.

12. Biaya asuransi 1% dari nilai awal pembelian barang yang diasuransikan. 13. Kapasitas produksi pada tahun pertama sampai kesepuluh adalah 100% 14. Proyek dimulai pada tahun ke-0 dan produksi dimulai pada tahun ke-1

Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang digunakan untuk membiayai pengadaan barang modal. Biaya ini dikeluarkan di awal tahun proyek yang mencakup biaya pra investasi, modal investasi tetap, dan kontingensi. Biaya pra investasi adalah biaya yang dikeluarkan sebelum investasi proyek dimulai. Biaya-biaya tersebut disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9 Biaya Pra Investasi

No. Jenis Pra Investasi Biaya (Rp jutaan)

1 Izin Pendirian CV 6,50

2 IMB 3,41

3 Izin Gangguan 0,70

4 UPL-UKL 15,00

Total Biaya Pra Investasi 25,61

(35)

23

sebesar 10% dari total modal tetap (Hakiki 2011) sehingga biaya kontingensi yang dibutuhkan adalah Rp 63,3 juta. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk pendirian pabrik minyak daun cengkeh ini adalah Rp 722,24 juta. Rincian biaya investasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 sedangkan untuk keseluruhan rincian total investasi dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 10 Biaya Investasi

No. Jenis Biaya Investasi Biaya (Rp jutaan)

1 Pra Investasi 25,61

2 Modal Tetap 633,30

3 Kontingensi 63,33

Total Biaya Investasi 722,24

Biaya Modal Kerja

Biaya modal kerja dihitung dari biaya yang dikeluarkan untuk produksi minyak daun cengkeh saat pertama kali pabrik dijalankan (Arannugroho 2011). Besarnya modal kerja ini ditetapkan untuk biaya operasional pada sebulan pertama, yaitu sebesar Rp 165,47 juta. Nilai penerimaan bruto per bulan, yaitu sebesar Rp 182 juta, lebih besar dari biaya modal kerja sehingga biaya operasional bulan-bulan selanjutnya sudah mampu dipenuhi dari penerimaan. Komposisi biaya modal kerja disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Komposisi Biaya Modal Kerja

Komponen Jumlah Biaya (Rp Jutaan)

Biaya Tetap

Tenaga Kerja 64,50

Biaya Pemeliharaan dan Perawatan 0,96

Biaya ATK 0,15

Biaya Telepon 0,25 Biaya Listrik 0,25 Biaya Asuransi 0,18 Pajak Kendaraan 0,04 Pajak Bumi dan Bangunan 0,03

Pajak Pertambahan Nilai 18,21 Depresiasi/Penyusutan 4,36 Biaya Tidak Tetap

Daun Cengkeh 45,56

Jerigen HDPE 1,26

Biaya Distribusi dan Transportasi 28,01

Kayu Bakar 1,00

Biaya Pengujian Sampel 0,70

(36)

24

Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya untuk menjalankan produksi, disebut sebagai biaya produksi dan pemeliharaan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan sedangkan biaya variabel dipengaruhi oleh naik turunnya produksi. Biaya tetap pabrik minyak daun cengkeh antara lain gaji pekerja, gaji manager dan pemasaran, gaji kepala bagian produksi, biaya pemeliharaan dan perawatan, biaya ATK, biaya telepon, biaya listrik, biaya asuransi, pajak kendaraan, pajak bumi dan bangunan, pajak pertambahan nilai, serta depresiasi/penyusutan sedangkan biaya variabel antara lain biaya pembelian daun cengkeh kering, biaya pembelian jerigen, biaya pengujian lab, dan biaya distribusi dan transportasi. Total biaya operasional yang direncanakan mencapai Rp 2 miliar per tahun. Rincian biaya operasional disajikan pada proyeksi HPP di Lampiran 7.

Proyeksi Laba Rugi

Proyeksi laba rugi diperlukan untuk mengetahui tingkat keuntungan dan kerugian pada pabrik minyak daun cengkeh. Rincian laporan laba rugi pabrik ditunjukan pada Lampiran 6. Perhitungan laba rugi menunjukan bahwa laba bersih dari tahun ke tahun tetap karena tidak adanya penambahan atau pengurangan kapasitas produksi. Pada tahun pertama hingga tahun kesepuluh, laba bersih yang diperoleh sebesar Rp 209 juta.

Analisis Titik Impas

Titik impas dicapai saat total penerimaan sama dengan total pengeluaran sehingga output dari perhitungan titik impas ialah banyaknya produk yang terjual dan lamanya waktu produksi hingga kondisi impas tersebut (Perdana 2011). Analisis titik impas disajikan pada Gambar 7. Titik impas pada pabrik minyak daun cengkeh tercapai saat penjualan produk sebanyak 13 ton dan senilai 1,7 miliar.

(37)

25

Harga Pokok Produksi dan Harga Penjualan

Biaya untuk memproduksi minyak daun cengkeh per kilogramnya sebesar Rp 117.417 sedangkan harga jual minyak daun cengkeh mengikuti harga jual minyak di tingkat pabrik rakyat yaitu Rp 130.000,00. Harga jual yang ditetapkan sudah termasuk biaya distribusi. Dalam proyek investasi minyak daun cengkeh ini diasumsikan bahwa harga jual tetap setiap tahun. Perhitungan prakiraan penerimaan dan HPP secara lebih detail dapat dilihat pada Lampiran 7.

Proyeksi Arus Kas

Arus kas terdiri dari arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk terdiri dari laba bersih dan nilai sisa sedangkan arus kas keluar terdiri dan biaya investasi dan operasional. Proyeksi arus kas dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai kriteria investasi. Penilaian kriteria investasi yang digunakan pada analisis kelayakan ini antara lain adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Pay Back Period (PBP). Proyeksi arus kas secara rinci disajikan pada Lampiran 8. Hasil perhitungan kriteria investasi pabrik minyak daun cengkeh ditunjukkan pada Tabel 12.

NPV menunjukkan selisih dari nilai investasi sekarang dengan nilai penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang sebesar Rp 586 juta dengan tingkat suku bunga 6,8%. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) menunjukkan setiap pengeluaran Rp 1 akan mendapatkan tambahan manfaat sebesar Rp 1,71. IRR atau arus pengembalian internal merupakan tingkat kemampuan proyek untuk menghasilkan keuntungan dan dapat dinyatakan sebagai tingkat suku bunga pinjaman (bank) yang menghasilkan nilai NPV aliran kas masuk sama dengan dengan aliran kas keluar. Tujuan perhitungan IRR adalah mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya yang dibandingkan dengan suku bunga deposito yang digunakan. PBP atau payback period menunjukkan bahwa lamanya tingkat balik modal dari seluruh modal investasi ialah 4 tahun 3 bulan yang tidak melebihi umur proyek. Menurut hasil perhitungan finansial, proyek minyak daun cengkeh ini dinyatakan layak karena nilai

NPV > 0, Net B/C > 1, dan IRR ≥ 6,8%.

Analisis Sensitivitas

(38)

26

Tabel 13 Analisis Sensitivitas

Variabel Perubahan Maksimum

Kapasitas Produksi Turun 6,9%

Harga Jual Turun 4,1%

Harga Bahan Baku Naik 16,3%

Semakin kecil perubahan maksimum nilai suatu unsur terhadap investasi, maka pembuatan keputusan dalam investasi proyek terhadap unsur tersebut semakin sensitif. Rincian analisis sensitivitas disajikan pada Lampiran 9.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ketersediaan bahan baku di Kabupaten Halmahera Barat sangat melimpah, mencapai 7.662 ton/tahun dengan kualitas kadar eugenol yang tinggi karena kesesuaian iklim wilayah tersebut. Permintaan minyak cengkeh belum terpenuhi seluruhnya karena tingkat permintaan yang lebih tinggi dibanding tingkat penawaran sehingga potensi pasar minyak cengkeh pun cukup tinggi. Pabrik ini menghasilkan limbah padat, cair, dan gas. Limbah padat berupa ampas daun cengkeh dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar boiler, limbah cair berupa air kondensat harus diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke sungai ataupun digunakan kembali, sedangkan limbah gas yang dihasilkan pabrik dapat difiltrasi menggunakan saluran gas untuk mengurangi cemaran udara.

Dari segi finansial, total biaya investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan pabrik sebesar Rp 722,24 juta dan modal kerja sebesar Rp 165 juta. Laba bersih yang didapat sebesar Rp 209 juta/tahun dengan HPP sebesar Rp 117.417/kg. Kriteria investasi menunjukkan nilai Net Present Value sebesar Rp 586 juta, IRR 20%, B/C Ratio 1,71, dan Pay Back Period selama 4 tahun 3 bulan. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa pabrik layak didirikan bila penurunan kapasitas produksi maksimum sebesar 6,85%, penurunan harga jual maksimum sebesar 4,1%, dan kenaikan harga bahan baku maksimum sebesar 16,3%. Berdasarkan seluruh aspek yang dianalisis, pabrik minyak daun cengkeh layak didirikan di Kabupaten Halmahera Barat.

Saran

(39)

27

DAFTAR PUSTAKA

Arannugroho RA. 2011. Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Caessara A. 2011. Studi Kelayakan Pendirian Industri Tepung dan Biskuit Ikan Lele

Dumbo (Clarias gariepinus) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Giatman M. 2006. Ekonomi Teknik. Jakarta (ID): Rajawali Pr.

Grant EI, Ireson WG, dan Leavenworth RS. 1996. Dasar-Dasar Ekonomi Teknik. Jilid 1. Komarudin E, Kartasapoetra G, penerjemah. Jakarta (ID): PT. Rineka Cipta. Terjemahan dari: Principles of Engineering Economy.

Hakiki DN. 2011. Studi Kelayakan Pendirian Industri Surfaktan Metil Ester Sulfonat Berbasis Minyak Kelapa Sawit [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Huda FH. 2014. Studi Kelayakan Pendirian Industri Tepung Singkong Modifikasi

(Mocaf) di Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [I; MBUKSW] Indesso; Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana. 2014.

Cengkeh Sejarah, Budidaya, dan Industri. Jakarta (ID): Gramedia.

Mirna. 1989. Pengaruh Kombinasi Cara dan Lama Penyulingan terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Daun Cengkeh [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Park CS dan Tippett DD. 1999. Engineering Economics and Project Management,

Mechanical Engineering Handbook. Frank Kreith, editor. Boca Raton (US): CRC Press LLC.

Perdana DA. 2011. Kajian Tekno Ekonomi Prototipe Perancangan Proses Produksi Bioetanol dari Limbah Tanaman Jagung [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Purwanti N. 2014. Studi Kelayakan Pendirian Industri Gula Cair Nira Kelapa (Cocos nucifera) di Kabupaten Ciamis [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rasyid MH. 2014. Studi Kelayakan Industri Tepung Telur di Kota Bogor [Skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rohmawati E. 2007. Studi Kelayakan Pendirian Industri Biodiesel Terpadu dari Jarak Pagar di Kawasan Pabrik Gula Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Subagyo A. 2008. Studi Kelayakan. Jakarta (ID) : PT Elex Media Komputindo. Sulistiorini A. 2011. Kajian Teknoekonomi Pendirian Industri Kulit Samoa (Chamois

Leather) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[T] Trubus. 2009. Minyak Asiri. Volume 7. Bogor (ID): Trubus Swadaya.

(40)

28

Lampiran 1 Neraca Massa Minyak Daun Cengkeh

Daun cengkeh

Lampiran 2 Kebutuhan Luas Ruangan Produksi

(41)

29

Lampiran 3 Layout Pabrik Minyak Daun Cengkeh

8,00 4,00

4,00 2,00

2

,00

4

,00

3

,50

6,00

2,

00

8,0 m x 7,5 m Ruang Proses Produksi

3,0 m x 2,0 m Ruang Penerimaan

2,0 m x 2,0 m Ruang Penyimpanan

4,0 m x 4,0 m Kantor

4,0 m x 3,5 m Mushola dan Toilet

4,0 m x 6,0 m Area Pengolahan Limbah

7,0 m x 5,5 m Parkir dan Halaman

3,00

19,0 m x 2,0 m

Green House Penjemuran dan Penyimpanan Sementara 1,0 m x 2,0 m

Ruang Penerimaan

2,

00

4,00 4,0 m x 2,0 m Ruang Boiler

4,0 m x 2,0 m Ruang Pengolahan Air Umpan

(42)

30

Lampiran 4 Struktur Organisasi Pabrik Minyak Daun Cengkeh

Direktur

Manajer Pemasaran Manajer

Produksi

Manajer Administrasi & Keuangan

Operator Produksi

Staf PPIC

Staf Pemasaran

Staf Logistik

Staf Administrasi

Staf Keuangan

Keamanan

(43)

31

Lampiran 5 Rincian Biaya Investasi

Biaya Investasi Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp Jutaan)

Total Biaya (Rp Jutaan)

Umur Ekonomis (tahun)

Nilai Sisa (Rp Jutaan)

Penyusutan per Tahun (Rp Jutaam) A. Biaya Pra Investasi

Izin Pendirian CV paket 1 7 7 - - -

IMB paket 1 3 3 - - -

Izin Gangguan paket 1 1 1 - - -

UPL-UKL paket 1 15 15 - - -

B. Modal Investasi Tetap

Lahan m2 218,5 0,4 87 10 9 8

Bangunan Pabrik m2 142 1,5 213 10 21 19

Greenhouse Penjemuran Daun m2 38 0,5 19 10 2,9 3

Alat Penyulingan Lengkap set 1 115 115 10 12 10

Pompa air unit 2 1 2 5 0,2 0,4

Tower air unit 1 5 5 10 0,5 0,5

Instalasi Peralatan unit 2 15 30 - - -

Biaya Kirim unit 1 25 25 - - -

Troley unit 2 2 4 10 0,4 0,4

Garpu Daun unit 6 0,2 1 5 - 0,2

Timbangan unit 1 2 2 10 0,2 0,2

Kolam Pendingin m2 6 1 6 10 0,6 0,5

Bak Pengolahan Limbah unit 3 2 6 10 0,6 0,5

Saluran Gas Buang unit 1 10 10 10 1 0,9

Kendaraan unit 1 100 100 10 10 9

Notebook unit 1 8 5 10 0,8 0,7

Printer unit 1 2 1 10 0,2 0,2

Whiteboard unit 1 0,2 0,2 10 - -

Meja kantor unit 1 1 1 10 0,1 0,1

Kursi kantor unit 3 0,5 1,5 10 0,2 0,1

Biaya Pemasangan Telepon unit 1 0,5 0,5 - - -

C. Biaya Kontingensi 63

(44)

32

Lampiran 6 Proyeksi Laba-Rugi

Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Minyak Daun Cengkeh 2.185 2.185 2.185 2.185 2.185 2.185 2.185 2.185 2.185 2.185 Total Pendapatan 2.185 2.185 2.185 2.185 2.185 2.185 2.185 2.185 2.185 2.185 Biaya Tetap 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067

Biaya Tidak Tetap 906 906 906 906 906 906 906 906 906 906 TOTAL BIAYA 1.974 1.974 1.974 1.974 1.974 1.974 1.974 1.974 1.974 1.974 Profit Before Tax 211 211 211 211 211 211 211 211 211 211 Tax 1% 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1

Profit After Tax 209 209 209 209 209 209 209 209 209 209

Lampiran 7 Proyeksi Harga Pokok Produksi

URAIAN TAHUN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. Biaya Tetap (Rp Jutaan)

Tenaga Kerja 774 774 774 774 774 774 774 774 774 774 Biaya Pemeliharaan 11,5 11,5 11,5 11,5 11,5 11,5 11,5 11,5 11,5 11,5

Biaya ATK 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8

Biaya Telepon 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 Biaya Listrik 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 Biaya Asuransi 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 Pajak Kendaraan 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Pajak Bumi dan Bangunan 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 Pajak Pertambahan Nilai 218,5 218,5 218,5 218,5 218,5 218,5 218,5 218,5 218,5 218,5

Depresiasi/Penyusutan 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52

B. Biaya Variabel (Rp Jutaan)

Daun cengkeh kering 547 547 547 547 547 547 547 547 547 547

Jerigen 25 L 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Biaya Distribusi dan Transportasi 336 336 336 336 336 336 336 336 336 336

Pengujian Lab 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Total Biaya Operasional (Rp Jutaan) 1.974 1.974 1.974 1.974 1.974 1.974 1.974 1.974 1.974 1.974 Jumlah minyak (kg) 16.808 16.808 16.808 16.808 16.808 16.808 16.808 16.808 16.808 16.808

HPP (Rp/kg produk) 117.417 117.417 117.417 117.417 117.417 117.417 117.417 117.417 117.417 117.417

Gambar

Tabel 1  Prakiraan Potensi Ketersediaan Bahan Baku Daun Cengkeh Gugur di Kabupaten Halmahera Barat
Gambar 1  Diagram alir analisis aspek manajemen dan organisasi
Tabel 3  Sistem Pasar Minyak Daun Cengkeh di Beberapa Perusahaan Eksportir
Tabel 4  Baku Mutu Air Umpan Boiler
+7

Referensi

Dokumen terkait

Eugenol merupakan komponen utama minyak cengkeh yang kandungannya dapat mencapai 70−95 % tergantung dari bahan baku yang digunakan (bunga, tangkai, dan

Hal ini disebabkan karen a kandungan eugenol yang merupakan kandungan utama dalam minyak daun cengkeh, untuk produksi Indonesia masih relatif kecil dibandingkan dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar minyak atsiri bunga dan daun cengkeh serta mutu minyak tersebut.. Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan

Jika'dibandingkan  antara  puncak  yang  diha­ silkan  minyak  daun  cengkeh  sebelum  dan  setelah  pengkelatan  dan  standar  eugenol,  ternyata  hanya  terdapat 

Dengan demikian studi tentang perancangan proses ini bertujuan untuk: (1) merancang proses produksi vanilin dari eugenol minyak daun cengkeh secara kontinu dan

Dengan demikian studi tentang perancangan proses ini bertujuan untuk: (1) merancang proses produksi vanilin dari eugenol minyak daun cengkeh secara kontinu dan

Sementara itu adanya penyalut pada hasil mikroenkapsulasi, menyebabkan interaksi minyak daun cengkeh terhadap pembentukan zona bening yang sebenarnya dibutuhkan menjadi

Oleh karena itu dilakukan penelitian pemurnian eugenol minyak daun cengkeh dengan proses adsorpsi menggunakan zeolit yang bertujuan agar peningkatan konsentrasi