• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Kadar COD, BOD, dan NH3 Limbah Industri Tahu akibat Pemberian Biokatalis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika Kadar COD, BOD, dan NH3 Limbah Industri Tahu akibat Pemberian Biokatalis"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA KADAR COD, BOD, dan NH

3

LIMBAH INDUSTRI

TAHU AKIBAT PEMBERIAN BIOKATALIS

YOHANNA BR SINGARIMBUN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Kadar COD, BOD, dan NH3 Limbah Industri Tahu akibat Pemberian Biokatalis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

YOHANNA BR SINGARIMBUN. Dinamika Kadar COD, BOD, dan NH3 Limbah Industri Tahu akibat Pemberian Biokatalis. Dibimbing oleh WAHYU PURWAKUSUMA dan YAYAT HIDAYAT.

Limbah industri merupakan salah satu penyebab penurunan kualitas sumberdaya air saat ini. Salah satu sumber limbah industri adalah industri makanan/minuman seperti industri tahu. Industri tahu masih banyak yang menggunakan teknologi sederhana sehingga efesiensi penggunaan air dan bahan baku masih rendah dan tingkat produksi limbah menjadi sangat tinggi. Limbah cair industri tahu merupakan penyumbang bahan organik yang cukup besar sehingga memiliki kadar COD, BOD, dan NH3 yang tinggi. Penelitian ini bertujuan melihat dinamika kadar COD, BOD, dan NH3 limbah industri tahu akibat pemberian biokatalis. Penelitian dilakukan pada skala laboratorium dan dirancang berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu dosis biokatalis ( 0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm) dan waktu diam hidrolik ( 1 hari, 5 hari, 15 hari, 30 hari). Setiap perlakuan percobaan diulang tiga kali.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan dosis biokatalis, waktu diam hidrolik, dan interaksi dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik berpengaruh nyata terhadap kadar COD dan NH3 limbah cair tahu. Perbedaan perlakuan dosis biokatalis dan perlakuan interaksi dosis biokatalis dengan waktu diam hidrolik tidak berpengaruh nyata terhadap kadar BOD. Sedangkan perbedaan perlakuan waktu diam hidrolik berpengaruh nyata terhadap kadar BOD limbah cair tahu. Perlakuan dosis biokatalis 0 ppm dan waktu diam hidrolik 15 hari (D0R3) menjadi perlakuan yang memiliki nilai COD terbesar yaitu 7315 mg/l dan perlakuan dosis biokatalis 2 ppm dan waktu diam hidrolik 30 hari (D2R4) memiliki nilai COD terendah yaitu sebesar 3079 mg/l. Perlakuan D2R4 dan perlakuan dosis biokatalis 4 ppm dan waktu diam hidrolik 30 hari (D4R4) menjadi perlakuan yang memiliki nilai amonia tertinggi secara berturut-turut yaitu sebesar 8,730 mg/l dan 8,357 mg/l. Perlakuan D2R4 dan D4R4 menjadi perlakuan yang memiliki nilai BOD5 terendah yaitu sebesar 3091 mg/l. Hal ini menjelaskan bahwa dosis biokatalis yang paling efektif untuk menurunkan nilai BOD5 pada limbah cair tahu adalah 2 ppm dan 4 ppm dengan waktu diam hidrolik selama 30 hari. Pemberian biokatalis pada limbah cair industri tahu belum dapat memenuhi baku mutu limbah cair yang telah ditentukan dalam KepMen LH No. 51/MENLH/10/1995.

(5)

ABSTRACT

YOHANNA BR SINGARIMBUN. COD, BOD, and NH3 Dynamic of Tofu

Industry’s Pollutant by Biocatalyst. Supervised by WAHYU PURWAKUSUMA and YAYAT HIDAYAT.

Industrial wastewater is one of the factors that cause decreasing quality of water resources. Especially the wastewater which produced by food and drink industry such as tofu industry. Many tofu industries are still using traditional technology which are inefficient in using water and raw material that lead to high waste production. Wastewater in tofu industry has very high organic material that cause increasing of BOD, COD, and NH3 content. The objective of the research is to identify the dynamics of COD , BOD , and NH3 levels due to the provision of biocatalyst on tofu industry’s wastewater. This research conducted on laboratory scale using the completely randomized design. The design consists of two factors i.e. dosage of biocatalyst ( 0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm), and hydraulic detention time (1 day, 5 days, 15 days, 30 days). Each treatment was repeated three times.

COD and NH3 levels were affected significantly by dosage of biocatalyst, hydraulic detention time, and the interaction of dosage of biocatalyst with hydraulic detention time. BOD levels were affected significantly by the hydraulic detention time. However dosage of biocatalyst and the interaction of dosage of biocatalyst with hydraulic detention time have no effect on BOD level. Dosage of biocatalyst of 0 ppm has the highest COD levels in 15 days hydraulic detention time up to 7315 mg/l and dosage of 2 ppm has the least increased COD levels in 30 days hydraulic detention time (D2R4) up to 3079 mg/l. D2R4 and dosage biocatalyst of 4 ppm with 30 days hydraulic detention time (D4R4) has highest of ammonia level respectively up to 8,730 mg/l dan 8,357 mg/l. D2R4 and D4R4 have the lowest BOD levels up to 3091 mg/l. This result explain that dosage biocatalyst of 2 ppm and 4 ppm with 30 days hydraulic detention time are the most effective to decrease BOD level. However the treatment of biocatalyst in

tofu industry’s wastewater can’t yet fulfil the standard level of BOD as mentioned in KepMen LH No. 51/MENLH/10/1995.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DINAMIKA KADAR COD, BOD, dan NH

3

LIMBAH INDUSTRI

TAHU AKIBAT PEMBERIAN BIOKATALIS

YOHANNA BR SINGARIMBUN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Dinamika Kadar COD, BOD, dan NH3 Limbah Industri Tahu akibat Pemberian Biokatalis

Nama : Yohanna Br Singarimbun

NIM : A14100051

Disetujui oleh

Ir Wahyu Purwakusuma,MSc Pembimbing I

Dr Ir Yayat Hidayat, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah Bioremediasi, dengan judul Dinamika Kadar COD, BOD, dan NH3 Limbah Industri Tahu akibat Pemberian Biokatalis.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Wahyu Purwakusuma, MSc dan Bapak Dr Ir Yayat Hidayat, MSi selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Burton Singarimbun) dan ibu (Setia Br Sinuhaji) atas segala doa, motivasi, dukungan dan kasih sayangnya. Terima kasih untuk Miseri Cordias Domini Ginting atas kesabaran, doa, motivasi, dan kasih sayangnya. Terima kasih untuk Chitra Novia Ananditha selalu setia menemani saya. Terima kasih untuk Gadis Perwira 52 (Apriyani Selvianti, Adriyani, Iska Kristiani, Mely Shara, dan Vitis Benneti) atas segala doa dan dukungannya. Terima kasih untuk sahabat terkasih (Asti Nurmilah, Lutfia Nursetya, Rahayu W Aurika, Ria Lukman, dan Tria Purwanti), keluarga Soiler 47, teman seperjuangan SMAN 1 Berastagi angkatan 2010 dan PERMATA GBKP Bogor atas segala doa dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Metode Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Total Mikroba 4

Chemical Oxygen Demand 5

Biologycal Oxygen Demand 6

Amonia (NH3-N) 10

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 14

(12)

DAFTAR TABEL

1 Kualitas air yang dianalisis 3

2 Hasil analisis total mikroba 5

3 Nilai COD (mg/l) dari interaksi dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik 6

4 Nilai BOD5 (mg/l) dari interaksi dosis biokatalis dan waktu diam

hidrolik 8

5 Nilai NH3-N (mg/l) dari interaksi dosis biokatalis dan waktu diam

hidrolik 11

DAFTAR GAMBAR

1 Nilai COD pada berbagai dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik 5

2 Nilai BOD5 pada berbagai dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik 7 3 Nilai BOD5 hasil penelitian Amata City Industrial Park 9 4 Nilai NH3-N pada berbagai dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis sidik ragam perubahan nilai COD 14

2 Hasil analisis sidik ragam perubahan nilai BOD5 14

3 Hasil analisis sidik ragam perubahan nilai NH3-N 15

4 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk perlakuan dosis biokatalis

terhadap nilai COD 15

5 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk perlakuan waktu diam hidrolik

terhadap nilai COD 16

6 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk perlakuan dosis biokatalis

terhadap nilai BOD5 17

7 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk perlakuan waktu diam hidrolik

terhadap nilai BOD5 18

8 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk perlakuan dosis bioakatlis

terhadap nilai NH3-N 18

9 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk perlakuan waktu diam hidrolik

terhadap nilai NH3-N 19

10 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk interaksi perlakuan dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik terhadap nilai COD 20 11 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk interaksi perlakuan dosis

biokatalis dan waktu diam hidrolik terhadap nilai BOD5 21 12 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk interaksi perlakuan dosis

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki sumber air sebanyak hampir 6% sumber air dunia, atau sekitar 21% sumber air di wilayah Asia Pasifik, namun pada kenyataannya air bersih menjadi masalah serius di Indonesia. Konsumsi air cenderung meningkat secara signifikan. Menurut data yang dimiliki oleh Ditjen Sumberdaya Air, total kebutuhan air baku nasional pada tahun 2010 mencapai 143.005 juta m3per tahun. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang memiliki kebutuhan air yang besar yaitu mencapai 27.741 juta m3 per tahun. Pada tahun 2015 diperkirakan kebutuhan air untuk kegiatan industri meningkat menjadi 55.762 juta m3 per tahun dan pada tahun 2030 diperkirakan meningkat tajam menjadi 276.125 juta m3 per tahun (www.kompasiana.com). Namun ketersediaan air bersih dari segi kuantitas cenderung menurun akibat kerusakan lingkungan dan polusi. Tingkat degradasi sumberdaya air mencapai 15-35 % per kapita per tahun (WEPA 2012).

Limbah Industri makanan dan minuman merupakan penyumbang bahan organik yang cukup besar karena kadar BOD, COD, dan NH3 limbah tersebut sangat tinggi. Jumlah limbah sangat besar dan dapat mencemari lingkungan. Dalam rangka pengendalian pencemaran lingkungan oleh limbah industri, Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan PP No. 82 tahun 2001 tentang pengolahan air limbah dan pengendalian pencemaran air dan KepMen LH No. 51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair industri bagi kegiatan industri. Perundang- undangan tersebut mewajibkan setiap industri melakukan pengolahan limbah sampai memenuhi persyaratan baku mutu air limbah sebelum dibuang ke lingkungan yaitu kadar COD sebesar 100 mg/l, BOD5 sebesar 50 mg/l, dan amonia sebesar < 0,02 mg/l.

Pengolahan limbah cair secara biologis merupakan alternatif pilihan karena mempunyai potensi tinggi untuk mengolah air limbah yang mengandung bahan cemaran organik tinggi, prosesnya lebih efektif, sederhana, dan murah. Salah satunya adalah teknologi biokatalis. Teknologi biokatalis memanfaatkan bakteri untuk melakukan perombakan bahan organik serta adanya bantuan enzim aktif dan ko-factor sehingga proses perombakan tersebut dapat berlangsung lebih cepat. Enzim-enzim tersebut dapat berupa enzim yang telah diisolasi atau enzim yang masih berada di dalam sel hidup.

Tujuan Penelitian

(14)

2

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Januari hingga Maret 2014, di Laboratorium Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisis COD, BOD, dan NH3 limbah cair tahu dilakukan di Laboratorium ProLing, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah limbah cair tahu, air mineral, aquades, larutan buffer fosfat, larutan magnesium sulfat (MgSO4.7H2O), larutan kalsium klorida (CaCl2), larutan ferri klorida (FeCl3.6H2O), larutan mangan sulfat (MnSO4), larutan alkali-iodida-azida (NaOH+KI), larutan asam sulfat (H2SO4) pekat, larutan tiosulfat 0,0236 N, larutan tiosulfat 0,02387 N, indikator kanji (amilum), larutan pencerna (high), larutan Ag2SO4+ H2SO4, larutan fenol, larutan sodium nitroprusit, larutan pengoksidasi (larutan sodium hipoklorit dan larutan alkalin), dan biokatalis. Biokatalis adalah bahan yang mengandung makhluk hidup yang bekerja mempercepat perombakan bahan organik. Bahan ini terdiri dari konsorsium bakteri, enzim, dan ko-factor.

Alat

Peralatan yang digunakan adalah wadah pengamatan yaitu ember plastik (24 liter), wadah pengambilan sampel untuk analisis sifat kimia yaitu botol polyetilen (1 liter), dan peralatan analisis meliputi spektrofotometer, alat titrasi, dan botol Winkler.

Metode Penelitian

Perlakuan

(15)

3 Parameter yang diamati adalah nilai BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), dan Amonia (NH3). Setiap perlakuan percobaan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali sehingga terdapat 60 unit percobaan.

Pelaksanaan Penelitian

Teknologi pengolahan limbah dengan biokatalis adalah teknologi pengolahan limbah secara biologi. Biokatalis adalah bahan yang mengandung makhluk hidup yang bekerja mempercepat perombakan bahan organik. Bahan ini terdiri dari konsorsium bakteri, enzim, dan ko-factor sehingga dalam proses perombakan limbah menjadi lebih efektif daripada pengolahan limbah secara biologi lainnya. Manfaat penggunaan teknologi biokatalis untuk pengolahan air limbah secara biologi adalah (1) meningkatkan degradasi bahan organik menjadi bentuk yang lebih sederhana dan mudah terdegradasi sehingga menghasilkan produk yang lebih stabil, (2) menurunkan jumlah sludge, (3) mengurangi bau emisi yang dihasilkan.

Sebelum digunakan biokatalis harus diaktifkan terlebih dahulu. Aktivasi biokatalis dapat dilakukan dengan melarutkan butiran biokatalis ke dalam air bersih dengan pemberian aerasi selama 24 jam (Fennema 2013).

Penelitian dilakukan sesuai dengan waktu diam hidrolik, yaitu 1 hari (R1), 5 hari (R2), 15 hari (R3), dan 30 hari (R4) dan selama penelitian dilakukan pengadukan terhadap semua limbah cair tahu yang digunakan dalam percobaan. Parameter yang diamati meliputi parameter kimia air serta parameter biologi dari biakan Biokatalis, parameter biologi limbah cair tahu, dan parameter biologi limbah yang telah diberikan perlakuan. Parameter yang diamati selama penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kualitas air yang dianalisis

Kualitas Air Satuan Metode*

BOD mg/L Titrimetri

COD mg/L Dikromat refluks tertutup

NH3-N mg/L Fenatrolin- spektro

*

Sumber: Eaton et al. 2005

Analisis Data

Analisis sidik ragam atau Analysis of Variance digunakan untuk membandingkan dua nilai tengah dari perlakuan sehingga dapat diketahui pengaruh dari setiap perlakuan yang diberikan dalam percobaan. Model linear aditif yang digunakan adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2006):

Y

ijk

= µ + α

i

+ β

j

+ (αβ)

ij

+ ε

ijk

(16)

4

µ= rataan umum

αi= pengaruh utama faktor dosis biokatalis

βj= pengaruh utama faktor waktu diam hidrolik

(αβ)ij= pengaruh interaksi dari faktor dosis biokatalis dan faktor waktu diam hidrolik

εijk= pengaruh acak yang menyebar normal (0, σ2)

Uji Beda Nyata Terkecil digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh nyata pada setiap perlakuan. Uji BNT merupakan prosedur pengujian perbedaan di antara rata-rata perlakuan yang paling sederhana dan umum digunakan. Untuk menggunakan uji BNT, komponen yang diperlukan adalah nilai kuadrat tengah sisa/galat, taraf nyata, derajat bebas sisa/galat, dan tabel t-student (Mattjik dan Sumertajaya 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Total Mikroba

Pengolahan limbah dengan biokatalis mengandalkan pada kinerja konsorsium bakteri yang ditunjang dengan enzim dan ko-factor sehingga proses perombakan bahan organik menjadi lebih cepat. Enzim yang terkandung dalam biokatalis terdiri dari enzim pencernaan alami dan enzim metabolik (pernapasan) termasuk selulase, amilase, protease, dan enzim yang berperan dalam siklus Krebs seperti ATP sintase. Bakteri utama adalah Lactobacillus dan Bacillus (subtilis) serta beberapa bakteri lainnya dalam jumlah yang lebih sedikit. Biokatalis tersebut berbentuk butiran berwarna coklat. Biokatalis ini dapat bekerja pada kondisi yang ekstrim yaitu pada pH 3,5 hingga 9,6 dan kadar oksigen rendah (0,5 ppm) karena bersifat anaerob fakultatif. Kondisi dengan lingkup kadar salinitas luas hingga 200,000 ppm. Toleransi temperatur 0-60ºC/ 32-145ºF. Selain itu, biokatalis tersebut juga masih dapat bekerja pada kandungan antibiotik hingga 30 ppm, kadar tembaga hingga 5 ppm, dan kadar air berklorinasi hingga 3 ppm (Fennema 2013).

Analisis total mikroba dilakukan pada waktu diam hidrolik 15 hari. Analisis total mikroba dilakukan untuk melihat keberadaan mikroorganisme pada limbah cair tahu yang diberikan perlakuan, limbah cair tahu yang tidak diberikan perlakuan, dan biakan. Hasil analisis total mikroba menunjukkan bahwa limbah cair tahu tanpa pemberian biokatalis memiliki total mikroba sebesar 18,95 x 106 Satuan Pembentuk Koloni (SPK)/gram dan biakan memiliki total mikroba sebesar 3,35 x 106 SPK/gram. Total mikroba pada perlakuan dosis biokatalis 8 ppm yaitu sebesar 15,70 x 106 SPK/gram. Hal ini berkaitan dengan kadar BOD5 pada perlakuan dosis biokatalis 0 ppm pada waktu diam hidrolik 15 hari memiliki nilai

Keterangan:

t (α/2) = nilai dari Tabel t (α = 5 %) dbs = derajat bebas sisa

(17)

5 BOD5 yang lebih tinggi daripada perlakuan dosis 8 ppm yaitu sebesar 6570 mg/l (Gambar 2).

Tabel 2 Hasil analisis total mikroba

Perlakuan Total Mikroba (SPK/g)

0 ppm 18,95 x 106

8 ppm 15,70 x 106

Biakan 3,35 x 106

Chemical Oxygen Demand

Chemical oxygen demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah kebutuhan oksigen untuk mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi (Kawabe dan Kawabe 1997). Nilai COD yang diperoleh dari penelitian disajikan pada Gambar 1. Nilai COD memiliki pola yang relatif sama untuk setiap perlakuan dosis dan waktu diam hidrolik. Nilai COD mengalami peningkatan mulai R1 (1 hari) hingga R3 (15 hari), kemudian mengalami penurunan pada R4 (30 hari). Peningkatan nilai COD disebabkan adanya akumulasi senyawa organik hasil pembusukan dari karbohidrat, protein, dan lemak yang terdapat pada limbah cair tahu. Penurunan nilai COD disebabkan bahan organik pada limbah cair tahu yang telah membusuk terdegradasi secara alami.

Gambar 1. Grafik nilai COD selama penelitian.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik serta interaksinya berpengaruh nyata terhadap nilai COD limbah cair tahu (p<0.05) (Lampiran 1). Hasil uji BNT menunjukkan bahwa

(18)

6

berbeda nyata dengan perlakuan waktu diam hidrolik R2 (5 hari) dan R3 (15 hari). Perlakuan waktu diam hidrolik R2 berbeda nyata dengan perlakuan waktu diam hidrolik R3 (Lampiran 5).

Nilai COD untuk setiap interaksi dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik disajikan pada Tabel 3. Interaksi tersebut digunakan untuk mengidentifikasi perlakuan yang paling efektif untuk menurunkan nilai COD.

Tabel 3 Nilai COD (mg/l) dari interaksi dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik WaktuDiam

Hidrolik (hari)

Dosis Biokatalis (ppm)

D0 D1 D2 D4 D8

R1 (1 hari) 3116 ab 3332 c 3527 abc 3636 c 4040 abc R2 (5 hari) 4208 d 4228 d 4172 d 4204 d 4152 d R3 (15 hari) 7315 g 6929 d 6909 e 6919 f 6452 e R4 (30 hari) 3635 bc 3704 c 3079 a 3218 ab 3446 abc Angka-angkayang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Nilai COD pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan D0R3 menjadi perlakuan yang memiliki nilai COD terbesar yaitu 7315 mg/l dan perlakuan D2R4 memiliki nilai COD terendah yaitu sebesar 3079 mg/l. Perlakuan D2R4 menjadi perlakuan yang paling berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (p<0.05) dan menjadi perlakuan yang paling efektif karena memiliki nilai COD paling rendah. Namun, perlakuan D2R4 menunjukkan pola yang sama dengan perlakuan D0. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian biokatalis pada limbah cair tahu tidak berpengaruh terhadap nilai COD secara langsung sehingga pemberian biokatalis pada limbah cair tahu belum dapat memenuhi baku mutu kadar COD yang telah ditetapkan dalam KepMen LH No. 51/MENLH/10/1995 yaitu sebesar 100 mg/l.

Biologycal Oxygen Demand

(19)

7

Gambar 2. Grafik nilai BOD5 selama penelitian.

Nilai BOD5 untuk perlakuan dosis D0 mengalami peningkatan mulai R1 (1 hari) hingga R3 (15 hari) kemudian mengalami penurunan hingga R4 (30 hari) (Gambar 2). Hal ini disebabkan adanya akumulasi senyawa organik hasil pembusukan dari karbohidrat, protein, dan lemak yang terdapat pada limbah industri tahu sehingga nilai BOD5 meningkat hingga 15 hari. Kemudian nilai BOD5 menurun karena bahan organik pada limbah cair tahu yang telah membusuk terdegradasi secara alami. Penurunan nilai BOD5 untuk perlakuan dosis D1, D2, D3, dan D4 disebabkan biokatalis yang diberikan mulai bekerja mendegradasi senyawa organik dalam limbah cair tahu. Bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.) dan bakteri Bacillus subtilis yang terdapat dalam biokatalis memfermentasikan bahan organik limbah cair tahu menjadi senyawa asam laktat yang berfungsi mempercepat perombakan bahan organik (Isa dalam Munawaroh 2013). Selain itu adanya bantuan beberapa enzim yang terdapat dalam biokatalis seperti enzim selulase, amilase, protease, dan ATP sintase dapat meningkatkan kecepatan proses perombakan bahan organik tersebut. Enzim tersebut bekerja merombak bahan organik menjadi senyawa organik yang lebih sederhana dan menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh bakteri Lactobacillus sp. dan bakteri Bacillus subtilis sebagai suplai energi sehingga bakteri tersebut dapat bekerja lebih cepat.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan waktu diam hidrolik berpangaruh nyata terhadap nilai BOD5 (p<0.05). Sedangkan perlakuan dosis biokatalis dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap nilai BOD5 (p>0.05) (Lampiran 2). Hasil uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan dosis D0 dan D4 berbeda nyata dengan perlakuan dosis D8 (Lampiran 6). Perlakuan waktu diam hidrolik R1 (1 hari) berbeda nyata dengan perlakuan waktu diam hidrolik R2 (5 hari), R3 (15 hari), dan R4 (30 hari). Perlakuan waktu diam hidrolik R2 berbeda nyata dengan perlakuan waktu diam hidrolik R4 (Lampiran 7).

0

(20)

8

Nilai BOD5 untuk setiap interaksi dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik disajikan pada Tabel 4. Interaksi tersebut digunakan untuk mengidentifikasi perlakuan yang paling efektif untuk menurunkan nilai BOD5.

Tabel 4 Nilai BOD5 (mg/l) dari interaksi dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik WaktuDiam

Hidrolik (hari)

Dosis Biokatalis (ppm)

D0 D1 D2 D4 D8

R1 (1 hari) 3837 a 7675 b 7675 b 5756 ab 11512 c R2 (5 hari) 4808 ab 4808 ab 5655 ab 5433 ab 5655 ab R3 (15 hari) 6570 a 4011 a 4011 a 4011 a 4098 a R4 (30 hari) 3120 a 3106 a 3091 a 3091 a 3135 a Angka-angkayang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Nilai BOD5 pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan D2R4 dan D4R4 menjadi perlakuan yang memiliki nilai BOD5 terendah yaitu sebesar 3091 mg/l dan perlakuan D8R1 memiliki nilai BOD5 tertinggi yaitu sebesar 11512 mg/l.Perlakuan D8R1 menjadi perlakuan yang paling berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (p<0.05). Perlakuan D2R4 dan D4R4 menjadi perlakuan yang paling efektif karena memiliki nilai BOD5 paling rendah. Secara keseluruhan pemberian biokatalis dapat menurunkan kadar BOD5 limbah cair tahu. Namun, pemberian biokatalis pada limbah cair tahu belum dapat memenuhi baku mutu kadar BOD5yang telah ditetapkan dalam KepMen LH No. 51/MENLH/10/1995 yaitu sebesar 50 mg/l.

(21)

9

Hasil penelitian pada awal inkubasi menunjukkan pola yang relatif sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amata City Industrial Park. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan nilai BOD5 pada awal pemberian biokatalis yaitu pada waktu diam hidrolik 1 hari. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amata City Industrial Park juga menunjukkan adanya peningkatan nilai BOD5 pada awal pemberian biokatalis yaitu pada waktu diam hidrolik 2 hari. Namun, hasil penelitian Amata City Industrial Park menunjukkan penurunan nilai BOD5 yang lebih konstan mulai dari waktu diam hidrolik 3 hari sampai 15 hari. Nilai BOD5 tertinggi setelah pemberian biokatalis adalah kurang dari 300 mg/l dan lebih konstan hingga 15 hari. Sedangkan nilai BOD5 tertinggi setelah pemberian biokatalis hingga 30 hari dari hasil penelitian yang dilakukan masih mencapai 3000 mg/l. Hal ini disebabkan adanya perbedaan metode pemberian dosis biokatalis antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amata City Industrial Park. Pada penelitian yang dilakukan oleh Amata City Industrial Park pemberian dosis biokatalis dilakukan setiap hari pada limbah yang digunakan, yaitu pada hari ke-1 sebesar 4 ppm, hari ke-2 sebesar 2 ppm, hari ke-3 sebesar 1 ppm, dan hari ke-4 sampai hari ke-15 sebesar 0,5 ppm. Selain itu, selama inkubasi diberikan aerasi pada limbah yang digunakan sehingga pemberian biokatalis tersebut dapat memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Penelitian dilakukan mulai 5 Mei 2008 sampai 30 Juni 2008. Pengambilan data dilakukan selama 15 hari dengan pemberian dosis biokatalis pada hari ke-1 sebesar 4 ppm, hari ke-2 sebesar 2 ppm, hari ke-3 sebesar 1 ppm, dan hari ke-4 sampai hari ke-15 sebesar 0,5 ppm (Fennema 2013).

(22)

10

Amonia (NH3-N)

Nilai amonia pada penelitian ini berasal dari dekomposisi bahan organik oleh biokatalis. Kadar amonia selama penelitian disajikan pada Gambar 3.

Gambar 4 Nilai NH3-N pada berbagai dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai amonia memiliki pola yang relatif sama pada semua perlakuan dosis. Nilai amonia pada penelitian ini berasal dari dekomposisi bahan organik oleh bakteri Lactobacillus sp. dan bakteri Bacillus subtilis yanng terdapat dalam biokatalis. Nilai amonia mengalami fluktuasi mulai R1 (1 hari) hingga R3 (15 hari) kemudian mengalami peningkatan yang tajam hingga R4 ( 30 hari) untuk semua perlakuan dosis. Peningkatan nilai amonia tersebut disebabkan oleh dekomposisi bahan organik yang terdapat dalam limbah industri tahu yang banyak mengandung senyawa nitrogen (protein). Limbah cair tahu mengandung senyawa- senyawa organik yang tinggi, diantaranya protein 40-60%, karbohidrat 25-50% dan lemak 10%. Komponen terbesar adalah protein (N-total) yaitu sebesar 226.06- 434,78 mg/l (Herlambang dalam Kaswinarni, 2007). Bakteri anaerob fakultatif Lactobacillus sp. dan Bacillussubtilis mengubah bahan-bahan organik menjadi senyawa organik sederhana seperti karbon dioksida (CO2), metan (CH4), hidrogen sulfida (H2S), dan amonia (NH3) (Linsley dan Joseph 1996). Mekanisme penguraian bahan organik oleh mikroorganisme yaitu (Takwayana dalam Munawaroh 2013):

COHNS + O2 + bakteri CO2 + H2O + NH3 + produk akhir lain + energi ...(1)

Berdasarkan reaksi (1) tersebut mikroorganisme merombak bahan organik menjadi senyawa organik yang lebih sederhana seperti CO2 dan NH3 sehingga kadar amonia dalam limbah tahu meningkat.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis biokatalis, waktu diam hidrolik, dan interaksinya berpengaruh nyata terhadap nilai amonia (p< 0.05) (Lampiran 3). Hasil uji BNT menunjukkan perlakuan dosis D1 berbeda

(23)

11 nyata dengan perlakuan dosis D0, D2, dan D4. Perlakuan D8 berbeda nyata dengan D2 dan D4 (Lampiran 8). Perlakuan waktu diam hidrolik R1 (1 hari) dan R2 (5 hari) berbeda nyata dengan perlakuan waktu diam hidrolik R3 (15 hari) dan R4 (30 hari). Perlakuan waktu diam hidrolik R3 (15 hari) berbeda nyata dengan perlakuan waktu diam hidrolik R4 (30 hari) (Lampiran 9).

Nilai NH3 untuk setiap interaksi dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik yang diperlukan untuk mengetahui perlakuan yang paling efektif disajikan pada Tabel 5. Nilai amonia pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan D2R4 dan D4R4 menjadi perlakuan yang memiliki nilai amonia tertinggi secara berturut-turut yaitu sebesar 8,730 mg/l dan 8,357 mg/l. Perlakuan D2R4 dan D4R4 menjadi perlakuan yang paling berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (p<0.05) dan menjadi perlakuan yang paling efektif karena memiliki nilai NH3 paling tinggi.

Tabel 5 Nilai NH3 (mg/l) dari interaksi dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik WaktuDiam Angka-angkayang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Perlakuan D2R4 dan D4R4 menjadi perlakuan yang memiliki nilai amonia tertinggi secara berturut-turut yaitu sebesar 8,730 mg/l dan 8,357 mg/l (Tabel 5). Semakin tinggi nilai amonia menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas bakteri Lactobacillus sp. dan Bacillus subtilis dalam merombak bahan organik menjadi senyawa organik yang lebih sederhana sehingga nilai BOD5 juga menurun serta adanya enzim protease dalam biokatalis membantu mempercepat proses perombakan senyawa protein menjadi senyawa amonia. Perlakuan D2R4 dan D4R4 menjadi perlakuan yang paling berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (p<0.05) dan menjadi perlakuan yang paling efektif karena memiliki nilai amonia paling tinggi.Namun, pemberian biokatalis pada limbah cair tahu belum dapat memenuhi baku mutu kadar NH3yang telah ditetapkan dalam PP No. 82 tahun yaitu sebesar < 0,02 mg/l.

(24)

12

amonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri genus Nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri dari genus Nitrobacter. Bakteri nitrifikasi banyak ditemukan pada lokasi yang memiliki kadar oksigen tinggi. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi nitrifikasi adalah ketersediaan oksigen terlarut dan laju pertumbuhan bakteri yang bekerja dalam proses tersebut (Novotny & Olem 1994). Peningkatan oksigen terlarut menyebabkan penurunan amonia dan peningkatan nitrat (Sudaryanti 1990). Waktu yang dibutuhkan untuk generasi bakteri Nitrosomonas adalah 7-24 jam, sedangkan bakteri Nitrobacter membutuhkan waktu lebih lama, yaitu 10-140 jam (Bock et al. 1991 dalam Strauss 2000).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian biokatalis dapat menurunkan BOD dan meningkatkam kadar amonia pada limbah industri tahu. Akan tetapi, pemberian biokatalis tidak berpengaruh terhadap nilai COD limbah industri tahu. Pemberian biokatalis pada limbah cair industri tahu belum dapat memenuhi baku mutu limbah cair yang telah ditentukan dalam KepMen LH No. 51/MENLH/10/1995.

Saran

1. Pengukuran kadar COD, BOD, dan amonia setelah pemberian biokatalis dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama dan dengan hari pengukuran yang lebih banyak.

2. Pemberian biokatalis pada limbah cair industri tahu dapat dilakukan dengan dosis yang lebih luas sehingga memberikan perbedaan yang lebih signifikan.

(25)

13

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, CE. 1979. Water quality in warmwater fish ponds. Auburn University. Alabama. vii + 354 p.

Eaton, DA, Clebceri SL, Greenberg EA. 2005. Standard Methods for Examination of Waterand Wastewater. 21stedition. Washington DC (US): American Public Health Association.

Fennema, D. 2013. Waste water treatment. (www.biowishtech.com) diakses tanggal 19 Oktober 2013.

Habibi, Islam. 2012. Tinjauan instalasi pengolahan air limbah industri tekstil PT. Sukun Tekstil Kudus [proyek akhir]. Yogyakarta (ID): Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.

Jayadi, M. 2013. Indonesia diambang krisis air bersih.(www.kompasiana.com) diakses tanggal 19 Juni 2014.

Kaswinarni, Fibria. 2007. Kajian teknis pengolahan limbah padat dan cair industri tahu [tesis]. Semarang (ID): Magister Ilmu Lingkungan, Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Kawabe, M, Kawabe M. 1997. Factors Determining Chemical Oxygen Demandin Tokyo Bay. Journal of Oceanography. 53: 443-453.

Linsley, Ray K, Joseph B Franzini. 1996. Teknik Sumberdaya Air. Djoko Sasongko, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Water-Resources Engineering, 3rd Edition.

Mattjik, Ahmad Ansori, I Made Sumertajaya. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Press. 282 hlm.

Mattjik, Ahmad Ansori, I Made Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab.Bogor (ID): IPB Press. hlm 101-102. Munawaroh, Ulum, Mumu Sutisna, Kancitra Pharmawati. 2013. Penyisihan

parameter pencemar lingkungan pada limbah cair industri tahu menggunakan efektif mikroorganisme 4 (EM4) serta pemanfaatannya. Reka Lingkungan. Bandung: Institut Teknologi Nasional Bandung Press.

Novotny V, Olem H. 1994. Water quality, prevention, identification, and management of diffuse pollution. Van Nostrand Reinhold. New York. Strauss, EA. 2000. The effects of organic carbon and nitrogen availability on

nitrification rates in stream sediments. Disertasi. Departement of Biological Sciences, Notre Dame, Indiana. vii + 95 p.

Subagiyo, Azizah R, dan Supriyantini E. 2002. Bioremediasi amonia dalam media kultur larva udang menggunakan kombinasi acclimated konsortia dan sukrosa. Skripsi. Pusat Kajian Pesisir dan Laut Tropis, Universitas Diponegoro.

Sudaryanti S. 1991. Dampak mekanisme alat Limnotek 3.1. terhadap sebaran oksigen terlarut (studi restorasi di perairan Situ Bojongsari, Bogor). Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. viii + 78 hlm.

(26)

14

Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam perubahan nilai COD

Lampiran 2 Hasil analisis sidik ragam perubahan nilai BOD5 Sumber

Tipe III Jumlah

Kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.

ModelKoreksi 9.876E7a 19 5197857.330 103.680 .000

Intersep 7.769E8 1 7.769E8 1.550E4 .000

Dosis 1073500.650 4 268375.162 5.353 .004

Hari 9.481E7 3 3.160E7 630.351 .000

Dosis * Hari 2880761.550 12 240063.462 4.788 .001

Galat 1002668.500 20 50133.425

Total 8.767E8 40

Total Koreksi 9.976E7 39

a. R Squared = ,990 (Adjusted R Squared = ,980)

Sumber

Tipe III Jumlah

Kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.

Model Koreksi 1.630E8a 19 8578093.499 4.387 .001

Intersep 9.167E8 1 9.167E8 468.824 .000

Dosis 1.649E7 4 4122166.525 2.108 .118

Hari 9.802E7 3 3.267E7 16.710 .000

Dosis * Hari 4.847E7 12 4039574.258 2.066 .073

Galat 3.911E7 20 1955321.425

Total 1.119E9 40

Total Koreksi 2.021E8 39

(27)

15

Lampiran 4 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk perlakuan dosis biokatalis terhadap nilai COD

D0 D1 42.37500 1.119525E2 .709 -191.15377 275.90377

D2 367.62500* 1.119525E2 .004 134.09623 601.15377

D4 55.62500 1.119525E2 .625 -177.90377 289.15377

D8 362.25000* 1.119525E2 .004 128.72123 595.77877

D1 D0 -42.37500 1.119525E2 .709 -275.90377 191.15377

D2 325.25000* 1.119525E2 .009 91.72123 558.77877

D4 13.25000 1.119525E2 .907 -220.27877 246.77877

D8 319.87500* 1.119525E2 .010 86.34623 553.40377

D2 D0 -367.62500* 1.119525E2 .004 -601.15377 -134.09623

D1 -325.25000* 1.119525E2 .009 -558.77877 -91.72123

D4 -312.00000* 1.119525E2 .011 -545.52877 -78.47123

D8 -5.37500 1.119525E2 .962 -238.90377 228.15377

D4 D0 -55.62500 1.119525E2 .625 -289.15377 177.90377

D1 -13.25000 1.119525E2 .907 -246.77877 220.27877

D2 312.00000* 1.119525E2 .011 78.47123 545.52877

Lampiran 3 Hasil analisis sidik ragam perubahan nilai NH3

Sumber

Tipe III Jumlah

Kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.

Model Koreksi 349.015a 19 18.369 118.365 .000

Intersep 160.669 1 160.669 1.035E3 .000

Dosis 3.177 4 .794 5.119 .005

Hari 336.663 3 112.221 723.116 .000

Dosis * Hari 9.174 12 .765 4.926 .001

Galat 3.104 20 .155

Total 512.787 40

Total Koreksi 352.118 39

(28)

16

D8 306.62500* 1.119525E2 .013 73.09623 540.15377

D8 D0 -362.25000* 1.119525E2 .004 -595.77877 -128.72123

D1 -319.87500* 1.119525E2 .010 -553.40377 -86.34623

D2 5.37500 1.119525E2 .962 -228.15377 238.90377

D4 -306.62500* 1.119525E2 .013 -540.15377 -73.09623

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 50133,425.

*. The mean difference is significant at the 0,05 level.

Lampiran 5 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk perlakuan waktu diam hidrolik terhadap nilai COD

1 hari 5 hari -922.70000* 1.001333E2 .000 -1131.57448 -713.82552

15 hari -3733.60000* 1.001333E2 .000 -3942.47448 -3524.72552

30 hari 46.40000 1.001333E2 .648 -162.47448 255.27448

5 hari 1 hari 922.70000* 1.001333E2 .000 713.82552 1131.57448

15 hari -2810.90000* 1.001333E2 .000 -3019.77448 -2602.02552

30 hari 969.10000* 1.001333E2 .000 760.22552 1177.97448

15 hari 1 hari 3733.60000* 1.001333E2 .000 3524.72552 3942.47448

5 hari 2810.90000* 1.001333E2 .000 2602.02552 3019.77448

30 hari 3780.00000* 1.001333E2 .000 3571.12552 3988.87448

30 hari 1 hari -46.40000 1.001333E2 .648 -255.27448 162.47448

5 hari -969.10000* 1.001333E2 .000 -1177.97448 -760.22552

15 hari -3780.00000* 1.001333E2 .000 -3988.87448 -3571.12552

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 50133,425.

(29)

17 Lampiran 6 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk perlakuan dosis biokatalis

terhadap nilai BOD5

D0 D1 -883.25000 6.991640E2 .221 -2341.68063 575.18063

D2 -883.12500 6.991640E2 .221 -2341.55563 575.30563

D4 -403.50000 6.991640E2 .570 -1861.93063 1054.93063

D8 -1918.75000* 6.991640E2 .013 -3377.18063 -460.31937

D1 D0 883.25000 6.991640E2 .221 -575.18063 2341.68063

D2 .12500 6.991640E21.000 -1458.30563 1458.55563

D4 479.75000 6.991640E2 .500 -978.68063 1938.18063

D8 -1035.50000 6.991640E2 .154 -2493.93063 422.93063

D2 D0 883.12500 6.991640E2 .221 -575.30563 2341.55563

D1 -.12500 6.991640E21.000 -1458.55563 1458.30563

D4 479.62500 6.991640E2 .501 -978.80563 1938.05563

D8 -1035.62500 6.991640E2 .154 -2494.05563 422.80563

D4 D0 403.50000 6.991640E2 .570 -1054.93063 1861.93063

D1 -479.75000 6.991640E2 .500 -1938.18063 978.68063

D2 -479.62500 6.991640E2 .501 -1938.05563 978.80563

D8 -1515.25000* 6.991640E2 .042 -2973.68063 -56.81937

D8 D0 1918.75000* 6.991640E2 .013 460.31937 3377.18063

D1 1035.50000 6.991640E2 .154 -422.93063 2493.93063

D2 1035.62500 6.991640E2 .154 -422.80563 2494.05563

D4 1515.25000* 6.991640E2 .042 56.81937 2973.68063

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 1955321,425.

(30)

18

Lampiran 7 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk perlakuan waktu diam hidrolik terhadap nilai BOD5

1 hari 5 hari 2482.90000* 6.253513E2 .001 1178.43999 3787.36001

15 hari 3349.50000* 6.253513E2 .000 2045.03999 4653.96001

30 hari 4182.30000* 6.253513E2 .000 2877.83999 5486.76001

5 hari 1 hari -2482.90000* 6.253513E2 .001 -3787.36001 -1178.43999

15 hari 866.60000 6.253513E2 .181 -437.86001 2171.06001

30 hari 1699.40000* 6.253513E2 .013 394.93999 3003.86001

15 hari 1 hari -3349.50000* 6.253513E2 .000 -4653.96001 -2045.03999

5 hari -866.60000 6.253513E2 .181 -2171.06001 437.86001

30 hari 832.80000 6.253513E2 .198 -471.66001 2137.26001

30 hari 1 hari -4182.30000* 6.253513E2 .000 -5486.76001 -2877.83999

5 hari -1699.40000* 6.253513E2 .013 -3003.86001 -394.93999

15 hari -832.80000 6.253513E2 .198 -2137.26001 471.66001

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 1955321,425.

*. The mean difference is significant at the 0,05 level.

Lampiran 8 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk perlakuan dosis bioakatlis terhadap nilai NH3

D0 D1 .58262* .196971 .008 .17175 .99350

D2 -.12450 .196971 .534 -.53538 .28638

D4 -.16412 .196971 .415 -.57500 .24675

D8 .28825 .196971 .159 -.12263 .69913

D1 D0 -.58262* .196971 .008 -.99350 -.17175

D2 -.70712* .196971 .002 -1.11800 -.29625

(31)

19

D8 -.29438 .196971 .151 -.70525 .11650

D2 D0 .12450 .196971 .534 -.28638 .53538

D1 .70712* .196971 .002 .29625 1.11800

D4 -.03963 .196971 .843 -.45050 .37125

D8 .41275* .196971 .049 .00187 .82363

D4 D0 .16412 .196971 .415 -.24675 .57500

D1 .74675* .196971 .001 .33587 1.15763

D2 .03963 .196971 .843 -.37125 .45050

D8 .45237* .196971 .033 .04150 .86325

D8 D0 -.28825 .196971 .159 -.69913 .12263

D1 .29438 .196971 .151 -.11650 .70525

D2 -.41275* .196971 .049 -.82363 -.00187

D4 -.45237* .196971 .033 -.86325 -.04150

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,155.

*. The mean difference is significant at the 0,05 level.

Lampiran 9 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk perlakuan waktu diam hidrolik terhadap nilai NH3

1 hari 5 hari -.15170 .176177 .399 -.51920 .21580

15 hari -.57120* .176177 .004 -.93870 -.20370

30 hari -6.92340* .176177 .000 -7.29090 -6.55590

5 hari 1 hari .15170 .176177 .399 -.21580 .51920

15 hari -.41950* .176177 .027 -.78700 -.05200

30 hari -6.77170* .176177 .000 -7.13920 -6.40420

15 hari 1 hari .57120* .176177 .004 .20370 .93870

5 hari .41950* .176177 .027 .05200 .78700

30 hari -6.35220* .176177 .000 -6.71970 -5.98470

(32)

20

5 hari 6.77170* .176177 .000 6.40420 7.13920

15 hari 6.35220* .176177 .000 5.98470 6.71970

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,155.

*. The mean difference is significant at the 0,05 level.

Lampiran 10 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk interaksi perlakuan dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik terhadap nilai COD

Kombinasi Hari dan Dosis

Subset

1 2 3 4 5 6 7

D2R4 2.8065E3

D0R1 2.9065E3 2.9065E3

D4R4 2.9705E3 2.9705E3

D8R1 3.0910E3 3.0910E3 3.0910E3

D2R1 3.2160E3 3.2160E3 3.2160E3

D8R4 3.2825E3 3.2825E3 3.2825E3

D0R4 3.4165E3 3.4165E3

D1R1 3.5285E3

D4R1 3.5315E3

D1R4 3.5655E3

D8R2 4.1050E3

D2R2 4.1225E3

D0R2 4.1760E3

D1R2 4.2180E3

D4R2 4.2655E3

D8R3 6.3635E3

D2R3 6.6755E3

D1R3 6.8095E3

D4R3 7.3010E3

D0R3 7.7920E3

Sig. .073 .056 .076 .527 .073 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(33)

21 Lampiran 11 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk interaksi perlakuan dosis

biokatalis dan waktu diam hidrolik terhadap nilai BOD5 Kombinasi

Hari dan Dosis

Subset

1 2 3

D1R4 3.0910E3

D2R4 3.0910E3

D4R4 3.0910E3

D0R4 3.1350E3

D8R4 3.1350E3

D0R1 3.8370E3

D1R3 3.8370E3

D2R3 3.8370E3

D4R3 3.8370E3

D0R3 4.0980E3

D8R3 4.0980E3

D0R2 4.8080E3 4.8080E3

D1R2 4.8080E3 4.8080E3

D2R2 4.8080E3 4.8080E3

D4R2 4.8080E3 4.8080E3

D8R2 4.8080E3 4.8080E3

D4R1 5.7560E3 5.7560E3

D2R1 7.6745E3

D1R1 7.6750E3

D8R1 1.1512E4

Sig. .117 .088 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(34)

22

Lampiran 12 Hasil analisis beda nyata terkecil untuk interaksi perlakuan dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik terhadap nilai NH3

Kombinasi Hari dan Dosis

Subset

1 2 3 4

D2R2 .0050

D4R1 .0430 .0430

D0R1 .0610 .0610

D2R1 .0670 .0670

D0R2 .1075 .1075

D8R1 .1370 .1370

D1R1 .1550 .1550

D1R2 .1620 .1620

D1R3 .3945 .3945

D4R2 .4400 .4400

D8R2 .5070 .5070

D8R3 .5740 .5740

D4R3 .5915 .5915

D2R3 .7615 .7615

D0R3 .9975

D1R4 5.4405

D8R4 6.1115

D0R4 7.3165

D4R4 8.0645

D2R4 8.1470

Sig. .115 .052 .104 .058

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,155.

(35)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 27 Agustus 1992 dari ayah Burton Singarimbun (alm.) dan ibu Setia Br Sinuhaji. Penulis adalah putri ketiga dari tiga bersaudara.

Gambar

Gambar 1 Nilai COD pada berbagai dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik Gambar 1. Grafik nilai COD selama penelitian
Tabel 3 Nilai COD (mg/l) dari interaksi dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik
Gambar 2 Nilai BODGambar 2. Grafik nilai BOD5 selama penelitian. 5 pada berbagai dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik
Tabel 4 Nilai BOD5 (mg/l) dari interaksi dosis biokatalis dan waktu diam hidrolik
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengujian hipotesis pertama terdapat interaksi antara pendekatan matematika realistik dalam mempengaruhi kemampuan penalaran matematika siswa. Artinya siswa yang

Cluster yang digunakan pada data penertiban Instansi Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL-PP) ini adalah 4 cluster yaitu tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah berdasarkan

Membantu Direktur I dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan Program Kerja di bidang Pelaksanaan Proyek sebagai penjabaran dari RKAP meliputi pengerahan sumber

Ada beberapa perbaikan yang diusulkan untuk diimplementasikan kepada perusahaan yaitu pengecekan gulungan kawat yang dilakukan secara rutin oleh operator 2, mengganti tutup

Bambu laminasi perlakuan mempunyai kuat rekat rata-rata yang cenderung lebih rendah daripada bambu laminasi kontrol.Bahan pengawet yang terdapat dalam bilah bambu dapat

Dalam hal pencegahan terhadap maraknya poligami di kalangan orang Rimba dan tingginya tingkat perceraian di kalangan mereka, karena ketika isteri menolak untuk

Selain itu, menurut Dinas Kesehatan Kota Malang, pihak Puskesmas harus menjadwal pengambilan sampah medis padat yang kemudian akan diserahkan ke PT.PRIA. Penjadwalan