• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembuatan Bandrek Instan Pada Rradh Indonesia Fic, Kota Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembuatan Bandrek Instan Pada Rradh Indonesia Fic, Kota Sukabumi"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

PEMBUATAN SERBUK MINUMAN BANDREK INSTAN

PADA RRADH INDONESIA FIC, KOTA SUKABUMI

DIANA HERLINA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembuatan Serbuk Minuman Bandrek Instan pada Rradh Indonesia FIC, Kota Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

Diana Herlina NIM H34110019

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak

(4)

ABSTRAK

DIANA HERLINA. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembuatan Bandrek Instan pada Rradh Indonesia FIC, Kota Sukabumi. Dibimbing oleh JUNIAR ATMAKUSUMA.

Bandrek merupakan salah satu minuman tradisional Jawa Barat yang menjadi salah satu produk unggulan Kota Sukabumi. Rradh Indonesia FIC merupakan salah satu produsen bandrek instan di Kota Sukabumi. Permintaan konsumen yang meningkat menjadi peluang usaha bagi Rradh Indonesia FIC untuk meningkatkan produksi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan yang akan dilakukan oleh Rradh Indonesia FIC. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif untuk aspek non finansial dan metode kuantitatif untuk aspek finansial. Berdasarkan hasil analisis aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek ekonomi sosial dan lingkungan, usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan layak untuk dijalankan. Hasil analisis finansial berdasarkan kriteria investasi NPV, Net B/C, IRR, dan payback period menunjukkan rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan layak untuk dijalankan. Sedangkan berdasarkan analisis switching value, usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi pada penurunan penjualan produk.

Kata kunci: kelayakan, minuman tradisional, pengembangan ABSTRACT

DIANA HERLINA. Feasibility Analysis of Bandrek Instant Production Business Development at Rradh Indonesia FIC in Sukabumi. Supervised by JUNIAR ATMAKUSUMA.

Bandrek is one of traditional beverages from West Java that became one of supreme products in Sukabumi. Rradh Indonesia FIC is one of the bandrek instant producers in Sukabumi. The increasing of consumer’s demand of bandrek instant has become Rradh Indonesia FIC’s opportunity to increase production. The purpose of this study is to analyze the feasibility of developing bandrek instant production that are going to be performed by Rradh Indonesia FIC. Data analysis methods that are used in this study were a qualitatif analysis method for non-financial aspects and quantitatif analysis method for non-financial aspects. The results of financial analysis showed that the business is feasible to run based on non-financial aspects such as market, technical, management and legal aspect, and also economic social and environmental aspect. The result of financial analysis based on investment criteria such as NPV, Net B/C, IRR, and payback period showed that development plan from this business is feasible to run. Meanwhile, according to switching value analysis shows that the business of bandrek instant production in Rradh Indonesia FIC has high sensitifity in product selling.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

SERBUK MINUMAN BANDREK INSTAN PADA

RRADH INDONESIA FIC, KOTA SUKABUMI

DIANA HERLINA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2015 dengan judul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembuatan Serbuk Minuman Bandrek Instan pada Rradh Indonesia FIC, Kota Sukabumi”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan pada Rradh Indonesia FIC, Kota Sukabumi berdasarkan aspek non finansial dan aspek finansial.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir Juniar Atmakusuma, MS selaku pembimbing, serta Dr Ir Burhanuddin, MM dan Etriya, SP MM yang telah banyak memberikan saran dan masukan. Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para staf dan dosen Departemen Agribisnis yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi, Bapak Dana Saidana selaku pemilik usaha yang telah bersedia memberikan informasi serta menjadi tempat penelitian penulis, serta teman-teman seperjuangan yang ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Minuman Tradisional Serbuk Instan 6

Kelayakan Pengembangan Usaha 7

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Kerangka Pemikiran Operasional 15

METODE PENELITIAN 18

Lokasi dan Waktu Penelitian 18

Jenis dan Sumber Data 18

Metode Pengumpulan Data 18

Metode Pengolahan dan Analisis Data 18

Analisis Aspek Non Finansial 19

Analisis Aspek Finansial 20

Analisis Switching Value 22

Asumsi Dasar Penelitian 22

GAMBARAN UMUM USAHA 23

Sejarah dan Gambaran Umum Usaha 23

Visi dan Misi Perusahaan 24

Keadaan Lokasi 24

Peralatan Produksi untuk Pembuatan Serbuk Minuman Bandrek Instan 25

HASIL DAN PEMBAHASAN 26

Analisis Aspek Non Finansial 26

(12)

Analisis Switching Value 52

SIMPULAN DAN SARAN 53

Simpulan 53

Saran 54

DAFTAR PUSTAKA 54

(13)

DAFTAR TABEL

1 Nilai produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Sukabumi menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2013 1 2 Jumlah industri pengolahan di Kota Sukabumi berdasarkan jenis

kegiatan tahun 2010-2014 2

3 Daftar nama UKM pengolahan serbuk minuman bandrek instan di

Kota Sukabumi tahun 2014 3

4 Sebaran permintaan dan produksi produk serbuk minuman bandrek

instan di Rradh Indonesia FIC tahun 2015 27

5 Kapasitas produksi per bulan di Rradh Indonesia FIC pada tahun 2014 34

6 Gaji tenaga kerja di Rradh Indonesia FIC 41

7 Proyeksi penerimaan penjualan serbuk minuman bandrek instan per

tahun di Rradh Indonesia FIC 44

8 Nilai sisa investasi usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan

di Rradh Indonesia FIC 45

9 Biaya investasi rencana pengembangan usaha di Rradh Indonesia FIC 46 10 Umur ekonomis dan nilai penyusutan per tahun dari investasi pada

rencana pengembangan usaha di Rradh Indonesia FIC 47 11 Hasil kelayakan investasi rencana pengembangan usaha di Rradh

Indonesia FIC 50

12 Hasil analisis switching value pada rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC 52

DAFTAR GAMBAR

1 Permintaan produk serbuk minuman bandrek instan pada Rradh

Indonesia FIC tahun 2014 4

2 Hubungan antara NPV dan IRR 14

3 Kerangka pemikiran operasional 17

4 Lokasi usaha Rradh Indonesia FIC 24

5 Peralatan produksi pembuatan serbuk minuman bandrek instan di

Rradh Indonesia FIC 26

6 Persentase market share dari industri produk serbuk minuman bandrek

instan di Kota Sukabumi 28

7 Produk serbuk minuman bandrek instan Rradh Indonesia FIC 30 8 Skema distribusi produk serbuk minuman bandrek instan Rradh

Indonesia FIC 31

9 Persentase market share produk serbuk minuman bandrek instan di

Rradh Indonesia FIC 32

10 Proses produksi serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia

FIC 34

11 Penjemuran bahan baku 35

12 Penyangraian rempah-rempah 35

(14)

14 Pencampuran dan pengemasan 36

15 Produk siap didistribusi 37

16 Mesin penepung 38

17 Mesin pengemas sachet 38

18 Layout lokasi usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di

Rradh Indonesia FIC 39

19 Struktur organisasi Rradh Indonesia FIC 40

20 Hubungan antara NPV dan tingkat suku bunga pada rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di

Rradh Indonesia FIC 51

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perizinan dan sertifikat dari usaha pembuatan serbuk minuman

bandrek instan di Rradh Indonesia FIC 56

2 Rangkuman hasil kelayakan aspek-aspek non finansial pada Rradh

Indonesia FIC 57

3 Rincian biaya variabel per tahun pada rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC 60 4 Annuitas pengembalian pinjaman modal investasi rencana

pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan

pada Rradh Indonesia FIC 61

5 Laba rugi rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman

bandrek instan di Rradh Indonesia FIC 62

6 Cash flow rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman

bandrek instan di Rradh Indonesia FIC 63

7 Analisis switching value kenaikan harga gula semut pada rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di

Rradh Indonesia FIC 66

8 Analisis switching value penurunan jumlah penjualan produk RISD Super Bandrek original pada rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC 69 9 Analisis switching value penurunan jumlah penjualan produk RISD

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia yang memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi terutama di Jawa Barat (BPS Provinsi Jawa Barat 2014). Pembangunan bidang industri merupakan bagian dari pembangunan nasional yang harus dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan, sehingga pembangunan bidang industri dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Sektor industri merupakan sektor yang didorong untuk menciptakan struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh dalam rangka menciptakan landasan ekonomi yang kuat agar tumbuh berkembang atas kekuatan sendiri (BPS Kota Sukabumi 2014).

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan tingkat pertumbuhan industri pengolahan makanan dan minuman yang cukup tinggi dibandingkan industri lainnya. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat tahun 2014, jumlah industri pengolahan makanan dan minuman di Jawa Barat pada tahun 2011 telah mencapai 1 989 unit usaha. Sebanyak 58.82 persen, kegiatan industri pengolahan makanan dan minuman di Jawa Barat dilakukan oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Saat ini kegiatan industri pengolahan makanan dan minuman tidak hanya berada di kota-kota besar saja namun sudah merambah hingga ke kota-kota kecil, salah satunya yaitu Kota Sukabumi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi tahun 2014, sektor pengolahan di Kota Sukabumi telah memberikan kontribusi sebesar 5.14 persen pada produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Sukabumi. Tabel 1 menunjukkan nilai PDRB Kota Sukabumi menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2013.

Tabel 1 Nilai produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Sukabumi menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2013

No Lapangan usaha PDRB

(juta Rupiah)

Persentase (%) 1 Pertanian, peternakan, kehutanan, dan

perikanan

62 305.04 3.25

2 Pertambangan dan penggalian 88.67 0.00

3 Industri pengolahan 124 039.16 5.14

4 Listrik, gas, dan air bersih 30 804.55 1.33

5 Bangunan 158 415.42 5.21

6 Perdagangan, hotel, dan restoran 1 029 262.80 47.80 7 Pengangkutan dan komunikasi 386 821.41 16.43 8 Keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan

197 864.69 8.32

9 Jasa-jasa 265 285.74 12.53

(16)

Kontribusi sektor industri pengolahan pada PDRB Kota Sukabumi diharapkan dapat meningkat seiring dengan peningkatan nilai investasi yang ditanamkan untuk sektor industri pengolahan setiap tahunnya. Berdasarkan data Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Sukabumi, investasi di berbagai kegiatan sektor industri pengolahan pada tahun 2014 mencapai Rp47 708 000 000 atau naik 1.44 persen dibanding tahun 2013. Selain itu, berdasarkan data BPS Kota Sukabumi tahun 2014, laju pertumbuhan sektor industri pengolahan di Kota Sukabumi pada tahun 2013 berdasarkan harga konstan mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan sektor lainnya, yakni sebesar 7.93 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan.

Industri pengolahan di Kota Sukabumi terdiri dari industri pengolahan makanan dan minuman, industri kayu olahan, dan industri kerajinan tangan. Setiap tahunnya jumlah industri pengolahan di Kota Sukabumi mengalami peningkatan. Tabel 2 menunjukkan peningkatan jumlah industri pengolahan di Kota Sukabumi berdasarkan jenis kegiatan tahun 2010 hingga 2014.

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa industri pengolahan di Kota Sukabumi lebih banyak dilakukan pada kegiatan pengolahan makanan dan minuman. Peningkatan jumlah industri pengolahan makanan dan minuman yang lebih tinggi dibandingkan industri pengolahan lainnya menunjukkan bahwa industri pengolahan makanan dan minuman memiliki potensi yang cukup baik di Kota Sukabumi. Pengembangan sektor industri pengolahan makanan dan minuman terutama produk makanan dan minuman khas di Kota Sukabumi merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Sukabumi untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke Kota Sukabumi dan meningkatkan pendapatan daerah. Salah satu produk unggulan dari sektor pengolahan makanan dan minuman di Kota Sukabumi adalah bandrek instan.

Bandrek dikenal sebagai minuman tradisional Jawa Barat. Minuman bandrek terbuat dari bahan-bahan alami dengan racikan dan komposisi yang tepat sehingga memiliki rasa dan aroma yang khas. Selain sebagai minuman penyegar, bandrek juga memiliki aspek fungsional bagi kesehatan dan dapat menjaga kebugaran tubuh. Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini bandrek telah dibuat menjadi produk serbuk minuman instan sehingga lebih praktis dan memiliki daya simpan yang lebih lama. Aspek kemudahan dalam penyajian,

(17)

penyimpanan, dan transportasi menjadi nilai tambah dari produk serbuk minuman instan. Cita rasa yang khas serta tampilan dan bentuk kemasan yang menarik merupakan alasan produk serbuk minuman bandrek instan ini dapat menjadi produk unggulan Kota Sukabumi.

Hingga tahun 2014, terdapat enam unit UKM yang memproduksi serbuk minuman bandrek instan di Kota Sukabumi. Adapun daftar nama UKM yang memproduksi serbuk minuman bandrek instan di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 3.

Rradh Indonesia Family Industry Company (FIC) merupakan salah satu UKM di Kota Sukabumi yang bergerak di bidang pembuatan serbuk minuman bandrek instan dengan merek RISD Super Bandrek. Rradh Indonesia FIC merupakan produsen serbuk minuman bandrek instan pertama di Kota Sukabumi. Keunggulan dari produk Rradh Indonesia FIC adalah penggunaan lada hitam sebagai bahan bakunya serta tampilan kemasan yang menarik sehingga cocok untuk menjadi buah tangan bagi wisatawan. Produk serbuk minuman bandrek instan dari Rradh Indonesia FIC telah lama dikenal sebagai produk khas Kota Sukabumi, bahkan Rradh Indonesia FIC sudah pernah menerima pesanan dari luar negeri, seperti Arab Saudi, Malaysia, dan Rusia. Selain memproduksi serbuk minuman bandrek instan merek RISD Super Bandrek, Rradh Indonesia FIC juga memproduksi serbuk minuman bandrek instan untuk perusahaan lain.

Rumusan Masalah

Rradh Indonesia FIC merupakan salah satu binaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Sukabumi. Dengan bantuan Deskranasda Kota Sukabumi, produk serbuk minuman bandrek instan diperkenalkan dan dipromosikan sebagai salah satu produk khas unggulan Kota Sukabumi. Dekranasda Kota Sukabumi telah menunjuk Rradh Indonesia FIC sebagai salah satu produsen utama bandrek instan khas Kota Sukabumi, karena produk bandrek instan Rradh Indonesia memiliki ciri khas tersendiri, yakni menggunakan lada hitam sebagai bahan bakunya. Pemilihan lada hitam sebagai bahan baku dari serbuk minuman bandrek instan ini karena lada hitam lebih aman dikonsumsi bagi penderita mag. Selain itu, tampilan kemasan yang menarik menjadi salah satu nilai tambah dari produk Rradh Indonesia FIC.

Tabel 3 Daftar nama UKM pengolahan serbuk minuman bandrek instan di Kota Sukabumi tahun 2014

(18)

Dengan adanya promosi bandrek instan sebagai salah satu produk unggulan Kota Sukabumi, maka permintaan terhadap produk serbuk minuman bandrek instan dari Rradh Indonesia FIC mengalami peningkatan. Gambar 1 menunjukkan permintaan produk serbuk minuman bandrek instan dari Rradh Indonesia FIC pada tahun 2014.

Peningkatan permintaan tersebut tidak dapat diimbangi dengan jumlah produksi Rradh Indonesia FIC yang cenderung konstan akibat keterbatasan kapasitas produksi. Saat ini, kapasitas produksi Rradh Indonesia FIC per bulan sebanyak 16 250 sachet yang terdiri dari 7 250 sachet bandrek original dan 9 000 sachet bandrek susu. Permintaan yang belum terpenuhi berasal toko makanan atau souvenir yang berada di Kota Sukabumi. Selain itu, mulai bulan Juni 2015 Rradh Indonesia FIC juga mendapat pesanan untuk memproduksi serbuk minuman bandrek instan original dan serbuk minuman bandrek instan susu secara kontinyu dari trader. Kegiatan pengemasan serbuk minuman bandrek instan pada Rradh yang masih dilakukan secara manual menjadi penyebab utama terbatasnya jumlah produk yang dapat dihasilkan. Selain itu, kapasitas blender yang digunakan untuk menghaluskan bahan baku juga masih sedikit yakni 150 gram rempah-rempah pada sekali proses penghalusan. Agar dapat memenuhi permintaan pasar, maka Rradh Indonesia FIC berencana untuk melakukan pengembangan usaha untuk memenuhi permintaan akan produk serbuk minuman bandrek instan di perusahaannya.

Adapun upaya pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Rradh Indonesia FIC meliputi pembelian peralatan produksi dan peningkatan kapasitas produksi. Peningkatan kapasitas produksi dilakukan dengan penambahan mesin tanpa harus mengurangi atau menggangu proses produksi yang sedang dilakukan saat ini. Kegiatan pengembangan usaha tersebut memerlukan modal investasi yang cukup besar dan hingga saat ini usaha yang dijalankan Rradh Indonesia FIC belum pernah dianalisis kelayakan usahanya sehingga diperlukan analisis kelayakan usaha terkait pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan ini untuk mengkaji apakah kegiatan investasi ini layak atau tidak untuk dilaksanakan.

(19)

Kondisi lingkungan usaha yang tidak pasti atau dapat mengalami perubahan seperti harga input dan penjualan output yang berfluktuasi akan mempengaruhi biaya dan manfaat yang diperoleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya. Untuk itu diperlukan analisis switching value untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimum dari harga input maupun penjualan output yang dapat ditolerir pada usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan ini agar tetap dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan aspek non finansial pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan aspek finansial pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan dilihat dari kriteria investasi yaitu net present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net B/C), internal rate of return (IRR), dan payback period (PP)?

3. Bagaimana switching value kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan jika terjadi peningkatan harga bahan baku dan penurunan penjualan produk?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan ditinjau dari aspek non finansial.

2. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan ditinjau dari aspek finansial.

3. Menganalisis switching value kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan jika terjadi peningkatan harga bahan baku dan penurunan penjualan produk.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada pada penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, seperti: 1. Penulis, yakni penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah

2. Pemilik usaha, yakni penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan yang bermanfaat dalam mengembangkan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan ini

3. Calon investor, yakni dapat memberikan gambaran mengenai kondisi usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan, terutama di tempat penelitian dilakukan

(20)

Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah meneliti kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC berdasarkan aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial yang dianalisis adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Aspek finansial yang dianalisis meliputi analisis laporan laba/rugi, analisis cash flow berdasarkan kriteria kelayakan investasi, dan analisis switching value. Adapun kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah net present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net B/C), internal rate of return (IRR), dan payback period (PP).

TINJAUAN PUSTAKA

Minuman Tradisional Serbuk Instan

Minuman khas Indonesia merupakan minuman tradisional yang terbuat dari bahan baku rempah maupun tanaman obat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Minuman tradisional tersebut umumnya berbentuk minuman dan dikenal sebagai jamu yang merupakan racikan dari berbagai jenis rempah (Ratnaningsih 2008). Minuman tradisional memiliki khasiat yang penting bagi kesehatan, diantaranya untuk mencegah masuk angin, influenza, rematik dan batuk juga menghangatkan badan dan meningkatkan stamina (Wasini 2009). Beberapa jenis minuman tradisional Indonesia adalah kunyit asam, beras kencur, bandrek, sekoteng, bajigur, wedang secang dan lain-lain.

Bandrek adalah salah satu minuman tradisional yang berasal dari daerah Jawa Barat. Bandrek terbuat dari campuran gula palem, lada, jahe, kayu manis, cengkeh, cabe jawa dan rempah-rempah lainnya. Variasi bahan dalam pembuatan bandrek dipengaruhi oleh kebiasaan daerah masing-masing. Bandrek Parahiyangan yang menambahkan lada halus (merica halus) dan cabe kering yang dimemarkan selain bahan utamannya yaitu jahe dan gula jawa, sedangkan pada bandrek Wetan ditambahkan serai untuk menambah aroma dan rasa pada bandrek (Wasini 2009). Selain menggunakan beragam rempah-rempah, bandrek pun dapat divariasikan dengan bahan lainnya seperti susu dan serutan kelapa muda.

Bandrek biasa disajikan pada saat cuaca dingin, yakni saat hujan ataupun malam hari. Minuman ini berkhasiat untuk meningkatkan kehangatan tubuh, meringankan batuk, mencegah masuk angin, melancarkan peredaran darah, mengobati mual dan menjaga stamina tubuh. Minuman bandrek termasuk dalam kategori pangan fungsional (food suplement) karena dilihat dari definisinya, pangan fungsional merupakan makanan atau minuman yang mengandung bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan (Wasini 2009).

(21)

daya simpan lebih lama, membutuhkan ruangan lebih kecil untuk transportasi, dan lebih mudah dikemas (Utami 2008). Penyajian dalam bentuk bubuk cepat saji (instan) merupakan suatu alternatif untuk menyediakan minuman yang menyehatkan dan praktis (Ratnaningsih 2008).

Kelayakan Pengembangan Usaha

Menurut Nurmalina et al (2009), studi kelayakan bisnis atau studi kelayakan investasi adalah penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Studi kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Bagi penanam modal, studi kelayakan bisnis dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat manfaat (benefit) yang dapat diterima oleh suatu bisnis sehingga hal ini merupakan dasar dalam pengambilan keputusan investasi.

Studi kelayakan usaha digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha yaitu yang pertama jika dia merupakan suatu usaha baru dan yang kedua apabila terdapat investasi baru pada usaha tersebut. Salah satu jenis pengembangan usaha yang dapat dilakukan adalah penambahan alat produksi maupun peningkatan kapasitas produksi (Hastriratna 2014). Alasan pengembangan usaha tersebut dilakukan karena terdapat permintaan pasar yang belum bisa dipenuhi karena keterbatasan kapasitas produksi ataupun produktivitas yang rendah akibat teknologi yang digunakan masih sederhana (Firdaus 2013). Pengembangan usaha berupa peningkatan kapasitas produksi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produksi sesuai dengan kapasitas mesin yang dimiliki maupun penambahan alat produksi (Indyastuti 2010). Selain untuk meningkatkan kapasitas produksi, penambahan alat dapat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas produk (Firdaus 2013) atau menambah variasi dari ukuran produk yang dihasilkan (Hastriratna 2014). Pada analisis kelayakan pengembangan usaha ini, terdapat dua aspek yang diteliti yakni kelayakan usaha berdasarkan aspek non finansial dan kelayakan usaha berdasarkan aspek non finansial.

(22)

mengetahui bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan usaha (Indyastuti 2010).

Pada analisis mengenai aspek finansial, kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah net present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net B/C), internal rate of return (IRR), payback period (PP), dan analisis switching value. Pada penelitian Firdaus (2013) ditambahkan perhitungan incremental net benefit untuk menunjukkan manfaat bersih tambahan yang diperoleh setelah pemanfaatan faktor-faktor produksi yang belum termanfaatkan. Untuk penelitian mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha, analisis mengenai aspek finansial dilakukan pada dua skenario, yakni pada kondisi aktual (sebelum pengembangan) dan kondisi setelah pengembangan.

Untuk mendanai suatu kegiatan investasi pada kegiatan pengembangan usaha maka biasanya diperlukan dana yang relatif cukup besar sehingga dapat menjadi kendala untuk melakukan pengembangan bisnis atau investasi. Perolehan dana dapat dicari dari berbagai sumber dana yang ada, seperti dari modal sendiri, modal pinjaman, atau keduanya. Pada penelitian Agustika (2009) dan Rohmawati (2010), sumber modal untuk melakukan pengembangan usaha berasal dari gabungan modal sendiri dan pinjaman ke bank. Namun, tingkat diskonto yang digunakan oleh Agustika (2009) hanya menggunakan suku bunga pinjaman ke bank, sedangkan tingkat diskonto yang digunakan oleh Rohmawati (2010) merupakan suku bunga rata-rata dari suku bunga pinjaman bank dan suku bunga deposito.

Pada penelitian Indyastuti (2010) tentang Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten) dan penelitian Hastriratna (2014) mengenai Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kecap CV Maja Menjangan di Kabupaten Majalengka, disimpulkan bahwa kedua skenario dikatakan layak untuk dijalankan. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian Indyastuti (2010) bahwa sebelum dilakukan pengembangan diperoleh nilai NPV sebesar Rp1 063 214 374.71, IRR sebesar 65 persen, Net B/C sebesar 3.6 persen, dan PP selama 2 tahun 2 bulan 12 hari. Setelah dilakukan pengembangan usaha, diperoleh nilai NPV sebesar Rp1 415 855 468.24, IRR sebesar 77 persen, Net B/C sebesar 4.3, dan PP selama 1 tahun 10 bulan 11 hari. Hastriratna (2014) memperoleh nilai NPV sebesar Rp561 581 471, Net B/C sebesar 1.642, IRR sebesar 16.75 persen, dan PP selama 7.42 tahun untuk kondisi aktual, serta diperoleh nilai NPV sebesar Rp991 447 447, Net B/C 2.12, IRR 24.34 persen dan PP selama 4.9 tahun untuk kondisi pengembangan.

(23)

usaha lebih layak untuk dijalankan didasarkan pula dari hasil perhitungan incremental net benefit yang menunjukkam total incremental net benefit selama 10 tahun dari usaha ini sebesar Rp85 122 300, sehingga diperoleh nilai NPV sebesar Rp62 634 376, Net B/C sebesar 12.03 dan PP 2.71 tahun. Pada penelitian pengembangan usaha dengan sumber modal tambahan pinjaman ke bank, hasil penelitian Rohmawati (2009) mengenai Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, memperoleh hasil bahwa pengembangan usaha dengan tambahan modal dari pinjaman bank layak untuk dilakukan. Berdasarkan hasil analisis aspek finansial diperoleh nilai NPV sebesar Rp2 039 639 749, Net B/C sebesar 4.08, IRR sebesar 60 persen, dan payback period sebesar 2.03 tahun.

Setelah analisis aspek finansial, dilakukan pula analisis sensitivitas untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (switching value). Analisis switching value dilakukan untuk mengetahui perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow atau perubahan komponen outflow yang dapat ditoleransi sehingga bisnis masih tetap layak untuk dijalankan (Indyastuti 2010). Perubahan yang terjadi pada usaha tersebut dapat berupa peningkatan harga bahan baku dan penurunan harga produk (Firdaus 2013).

Berdasarkan hasil analisis Indyastuti (2010), peningkatan harga gula cetak maksimum untuk kondisi aktual sebesar 6.3 persen sedangkan untuk kondisi pengembangan sebesar 6.9 persen, dan untuk penurunan harga gula semut maksimum untuk kondisi aktual sebesar 5.9 persen, sedangkan untuk kondisi pengembangan sebesar 6.0 persen. Hasil analisis switching value oleh Hastriratna (2014) menunjukkan bahwa kenaikan harga gula aren pada kondisi aktual sebesar 49.73 persen, sedangkan pada kondisi setelah pengembangan sebesar 71.7 persen, dan penurunan produksi maksimum pada kondisi aktual sebesar 8.5 persen sedangkan pada kondisi setelah pengembangan sebesar 12 persen. Pada penelitian Firdaus (2013), analisis switching value hanya dilakukan pada kondisi setelah pengembangan. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh hasil bahwa perubahan maksimum dari penurunan harga penjualan tepung ubi jalar sebesar 17.61 persen dan kenaikan harga bahan baku maksimum sebesar 70.43 persen.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan landasan teori atau kumpulan teori-teori yang relevan dengan masalah. Berikut ini adalah teori-teori-teori-teori yang relevan dan dapat digunakan pada penelitian ini.

Studi Kelayakan Bisnis

(24)

sungguh-sungguh data dan informasi yang ada, kemudian diukur, dihitung dan dianalisis dengan menggunakan metode-metode tertentu.

Nurmalina et al (2010) menyatakan studi kelayakan bisnis diperlukan agar dapat menunjukkan apakah kegiatan investasi dalam bentuk bisnis yang direncanakan atau sudah dilakukan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan. Studi kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan.

Tahap-tahap dalam melakukan studi kelayakan bisnis yang umum dilakukan menurut Kasmir dan Jakfar (2003) adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data dan informasi

Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan data dan informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya, baik data primer maupun data sekunder.

2. Pengolahan data

Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data dan informasi tersebut. Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat dengan metode-metode yang telah lazim digunakan dan hendaknya perhitungan tersebut diperiksa ulang untuk memastikan kebenaran dari pengolahan data yang telah dilakukan.

3. Analisis data

Kelayakan bisnis ditentukan dari kriteria-kriteria seluruh aspek yang telah memenuhi syarat sesuai kriteria yang layak untuk digunakan. Setiap jenis usaha memiliki kriteria tersendiri untuk dikatakan layak atau tidak untuk dilakukan. 4. Mengambil keputusan

Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan mendapatkan hasil dari pengukuran, selanjutnya adalah mengambil keputusan terhadap hasil tersebut. Mengambil keputusan layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan sesuai dengan hasil pengukuran dan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

5. Memberikan rekomendasi

Rekomendasi diberikan kepada pihak-pihak tertentu terhadap laporan studi kelayakan bisnis yang telah disusun. Pemberian saran serta perbaikan dilakukan apabila ada suatu kesalahan dalam melaksanakan usaha.

Tujuan Dan Manfaat Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis perlu dilakukan agar suatu usaha atau proyek yang dijalankan tidak akan sia-sia. Adanya studi kelayakan bisnis sangat membantu saat sebelum maupun dalam menjalankan bisnis. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), tujuan dari studi kelayakan bisnis adalah menghindari risiko kerugian, memudahkan perencanaan, memudahkan pelaksanaan pekerjaan, memudahkan pengawasan, dan memudahkan pengendalian.

(25)

1. Pihak investor. Calon investor memiliki kepentingan langsung terhadap keuntungan yang akan diperoleh, serta jaminan keselamatan atas modal yang ditanamkannya.

2. Pihak kreditor. Pihak bank sebagai pemberi pinjaman perlu mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, misalnya mengenai bonafiditas dan tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan.

3. Pihak manajemen. Pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan bisnis yang dibuat, misalnya dalam hal pendanaan, berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, serta rencana pendanaan dari investor dan kreditor.

4. Pihak pemerintah dan masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis yang memperhatikan dan membantu kebijakan pemerintah akan diprioritaskan untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain.

5. Bagi tujuan pembangunan ekonomi. Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan terhadap perekonomian nasional.

Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), terdapat beberapa aspek yang perlu dilakukan studi untuk menentukan kelayakan usaha. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, akan tetapi saling berkaitan. Hal ini berarti jika salah satu aspek tidak terpenuhi maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan. Secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, teknis, finansial, manajemen, hukum, ekonomi dan sosial.

1. Aspek pasar

Aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk menganalisis seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market share yang dikuasai oleh para pesaing (Kasmir dan Jakfar 2003). Pengkajian aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada proyek bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan barang/jasa yang dihasilkan proyek tersebut (Umar 2005).

Menurut Nurmalina et al (2010), aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang :

a) Permintaan, baik secara total maupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut.

b) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari impor. Bagaimana perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan dimasa yang akan datang.

c) Harga, dilakukan dengan perbandingan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya.

d) Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan. e) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa

dikuasai.

(26)

a) Ancaman masuknya pendatang baru

Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar, serta seringkali juga sumberdaya yang besar. Akibatnya harga dapat menjadi turun atau biaya membengkak sehingga mengurangi kemampulabaan dari perusahaan.

b) Tingkat persaingan di antara para anggota industri

Persaingan di kalangan anggota industri terjadi untuk memperbaiki posisi dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, perang iklan, introduksi produk, dan meningkatkan pelayanan atau jaminan kepada pelanggan. Beberapa bentuk persaingan, khususnya persaingan harga, sangat tidak stabil dan sangat mungkin membuat keadaan indutri memburuk dari sudut pandang kemampulabaan.

c) Produk pengganti (substitusi)

Produk pengganti (substitusi) merupakan produk-produk yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk yang dihasilkan dalam industri. Produk pengganti mebatasi laba potensial dari industri dengan menetapkan harga pagu (ceiling price) yang dapat diberikan oleh perusahaan dalam industri. Makin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, maka makin ketat pembatasan laba industri.

d) Kekuatan tawar-menawar pembeli

Pembeli bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga turun, tawar-menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta berperan sebagai pesaing satu sama lain yang semuanya akan mengorbankan kemampulabaan industri. Kekuatan dari tiap-tiap kelompok pembeli yang penting dalam industri tergantung pada sejumlah karakteristik situasi pasarnya dan pada kepentingan relatif pembeliannya.

e) Kekuatan tawar-menawar pemasok

Pemasok dapat memanfaatkan kekuatan tawar-menawar atas para anggota industri dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang dan jasa yang dijualnya. Pemasok yang kuat dapat menekan kemampu labaan suatu industri yang tidak dapat mengimbangi kenaikan biaya dengan menaikkan harganya sendiri.

2. Aspek teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al 2010). Aspek teknis berkaitan dengan pemilihan lokasi proyek, jenis mesin, atau peralatan lainnya yang sesuai dengan kapasitas produksi, tata letak dan pemilihan teknologi untuk produksi (Umar 2005).

3. Aspek manajemen dan hukum

Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi (Nurmalina et al 2010). Dalam aspek ini, dilakukan pengkajian tentang bentuk organisasi atau badan usaha, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta jabatan apa saja yang dibutuhkan.

(27)

kegiatan bisnis pada saat bekerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al 2010). Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), aspek hukum digunakan untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dukumen-dokumen yang dimiliki. 4. Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan

Pada aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi dan lingkungan terhadap masyarakat keseluruhan. Menurut Nurmalina et al (2010), hal yang dipelajari pada aspek sosial adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran. Pada aspek ekonomi, suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Pada aspek lingkungan, hal yang dipelajari adalah bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan. Dengan adanya bisnis, apakah akan menciptakan lingkungan yang semakin baik ataukah semakin rusak.

5. Aspek finansial

Analisis aspek finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas proyek bisnis sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana bisnis yang dimaksud (Umar 2005). Penelitian ini meliputi seberapa lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat suku bunga yang berlaku sehingga jika dihitung dengan formula penilaian investasi sangat menguntungkan (Kasmir dan Jakfar 2003).

Menurut Nurmalina et al (2010), untuk menentukan layak atau tidaknya suatu kegiatan investasi pada bisnis digunakan metode yang umum yang dipakai yaitu metode discounted cash flow dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskonto dengan discount factor (DF). Penggunaan discount factor erat kaitannya dengan preferensi waktu atas uang (time preference of money) di mana sejumlah uang sekarang lebih disukai daripada sejumlah uang uang sama pada tahun mendatang. Terdapat beberapa kriteria investasi yang dapat digunakan untuk penilaian kelayakan dari suatu bisnis, yakni sebagai berikut:

a) Net Present Value (NPV)

NPV atau nilai kini manfaat bersih yang akan diperoleh pada masa mendatang merupakan selisih dari nilai kini benefit dengan nilai kini dan biaya. NPV ini menunjukkan manfaat bersih yang diterima usaha selama umur usaha pada tingkat suku bunga tertentu.

 Nilai NPV lebih dari nol (NPV > 0) artinya usaha tersebut sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan atau diteruskan.

 Nilai NPV kurang dari nol (NPV < 0) artinya usaha merugikan dan tidak dapat dilaksanakan.

 Nilai NPV sama dengan nol (NPV = 0) artinya usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi.

b) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

(28)

 Nilai Net B/C lebih besar dari satu (Net B/C > 1) artinya usaha dianggap layak untuk dilaksanakan secara finansial.

 Net B/C kurang dari satu (Net B/C < 1) artinya usaha tidak layak untuk dilaksanakan secara finansial.

 Net B/C sama dengan satu (Net B/C = 1) maka biaya yang dikeluarkan sama dengan keuntungan yang didapatkan.

c) Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan tingkat suku bunga di mana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total atau dapat diartikan sebagai tingkat suku bunga yang menyebabkan NPV = 0. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh bisnis untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Sebaliknya, apabila nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka bisnis tidak layak untuk dilaksanakan. Hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada Gambar 2.

d) Payback Period (PP)

Payback Period merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha (Kasmir dan Jakfar 2003). Metode ini digunakan untuk mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk bisnis yang kemungkinan besar akan dipilih. Metode ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi (Nurmalina et al 2010).

Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)

Menurut Nurmalina et al (2010), analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat.

Menurut Kadariah et al (1999) dalam Nurmalina et al (2010), analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang

Sumber: Nurmalina et al (2010)

(29)

mengandung ketidakpastian tetang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Menurut Gittinger (1986), perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan bisnis pada umumnya disebabkan oleh (1) harga, (2) keterlambatan pelaksanaan, (3) kenaikan dalam biaya, dan (4) hasil produksi.

Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (switching value). Analisis ini digunakan untuk mengukur “perubahan maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Perhitungan switching value mengacu pada berapa besar perubahan yang terjadi yang menyebabkan nilai NPV = 0 atau merupakan titik impas selama umur usaha. NPV = 0 akan membuat nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga dan nilai Net B/C = 1. Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas dengan switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik dan dilihat bagaiaman dampaknya terhadap hasil analisis kelayakan, sedangkan pada perhitungan switching value justru perubahan tersebut dicari, seberapa besar perubahan masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak (Nurmalina et al 2010).

Umur Bisnis

Umur bisnis sangat berpengaruh pada suatu perencanaan dalam studi kelayakan bisnis, di mana bisnis diproyeksikan akan berjalan sesuai dengan umur bisnis. Menurut Nurmalina et al. (2010), terdapat beberapa cara dalam menentukan umur bisnis, diantaranya:

1. Umur ekonomis suatu bisnis ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada di bisnis, yaitu jumlah tahun selama aset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan (masih menguntungkan jika dipakai).

2. Umur teknis. Umur bisnis ini digunakan untuk bisnis besar bergerak (diberbagai bidang) karena lebih mudah menggunakan umur teknis dari unsur-unsur investasi. Umur teknis umumnya lebih panjang dari umur ekonomis, tetapi hal ini tidak berlaku apabila adanya keusangan teknologi (absolence) dengan digunakannya teknologi baru.

3. Umur bisnis yang berumur teknis/ekonomis lebih dari 25 tahun dapat menggunakan umur bisnis yakni 25 tahun karena nilai-nilai sesudah 25 tahun jika di discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10 persen maka present value-nya akan kecil sekali karena nilai discount factor-nya kecil atau mendekati nol.

Kerangka Pemikiran Operasional

(30)

sering dijadikan buah tangan oleh para wisatawan. Serbuk minuman bandrek instan merupakan salah satu produk yang diunggulkan dari Kota Sukabumi.

Rradh Indonesia FIC merupakan salah satu UKM binaan Dekranasda Kota Sukabumi yang memproduksi serbuk minuman bandrek instan yang sedang dipromosikan menjadi salah satu produk minuman khas daerah Kota Sukabumi. Dengan kondisi tersebut, maka permintaan produk dari Rradh semakin meningkat. Selain itu Rradh juga meneriman pesanan khusus untuk memproduksi serbuk minuman bandrek instan secara kontinyu dari beberapa perusahaan. Peningkatan permintaan produk tersebut tidak diimbangi dengan jumlah produksi dari Rradh karena keterbatasan kapasitas produksi. Oleh sebab itu, Rradh bermaksud untuk mengembangkan usahanya dengan cara menambah kapasitas produksi serta membeli peralatan produksi untuk memenuhi permintaan yang ada.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka analisis kelayakan pengembangan usaha ini bertujuan untuk melihat apakah usaha pembuatan minuman bandrek instan ini layak atau tidak untuk dikembangkan. Dalam analisis kelayakan ini dilakukan pengkajian terhadap aspek-aspek kelayakan usaha seperti apek finansial dan aspek non finansial. Pada aspek non finansial, dapat dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek finansial, aspek manajemen dan, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Pada aspek finansial dilakukan analisis mengenai NPV, Net B/C, IRR, PP dan analisis sensitifitas menggunakan switching value.

(31)

- Dipromosikan oleh Dekranasda Kota Sukabumi sebagai produsen utama bandrek instan khas Kota Sukabumi

- Permintaan produk serbuk minuman bandrek instan dari Rradh semakin meningkat - Terdapat pesanan khusus untuk memproduksi serbuk minuman bandrek instan dari

trader

- Kapasitas produksi terbatas

Layak Rradh Indonesia FIC merupakan UKM yang memproduksi serbuk minuman bandrek instan

Switching value:

- Peningkatan harga bahan gula semut - Penurunan jumlah penjualan produk Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha

Usaha dapat dilanjutkan dan dikembangkan

Analisis Finansial Kriteria kelayakan investasi - NPV

- Net B/C - IRR

- Payback Period

Analisis Non Finansial - Aspek Pasar

- Aspek Teknis

- Aspek Manajemen dan Hukum - Aspek Sosial, Ekonomi dan

Lingkungan

Tidak Layak

Keinginan untuk mengembangkan usaha dengan penambahan peralatan dan kapasitas produksi

Perbaikan

(32)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian analisis kelayakan pengembangan usaha ini dilakukan di UKM Rradh Indonesia FIC yang berlokasi di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa produk bandrek instan merupakan salah satu produk yang sedang dipromosikan sebagai produk khas Kota Sukabumi dan Rradh Indonesia FIC merupakan salah satu UKM binaan Dekranasda Kota Sukabumi yang ditunjuk sebagai produsen utama minuman bandrek instan khas Kota Sukabumi. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2015.

Jenis dan Sumber Data

Data dan informasi dikumpulkan untuk menjelaskan gambaran dan keterangan yang berkaitan dengan lingkup usaha. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan langsung dilapangan (observasi) dan wawancara dengan pemilik usaha atau pihak-pihak yang terkait dengan usaha tersebut. Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan yang relevan, penelitian-penelitian terdahulu, serta instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi, Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Sukabumi serta Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan pengisian kuisioner kepada pemilik sekaligus manajer perusahaan. Wawancara yakni pengumpulan data dengan langsung mengadakan tanya jawab kepada objek yang diteliti untuk memperoleh data primer. Pengisian kuesioner yakni teknik pengumpulan data dengan menyusun pertanyaan yang terstruktur kemudian dilakukan pengisian oleh pemilik usaha. Pengumpulan data dengan studi literatur melalui penelusuran pustaka di perpustakaan IPB dan instansi terkait untuk memperoleh data sekunder.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

(33)

Analisis Aspek Non Finansial

Pada penelitian ini aspek-aspek non finansial yang dianalisis adalah sebagai berikut:

Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dilihat dari potensi pasar dari produk khas daerah Kota Sukabumi terutama untuk produk serbuk minuman bandrek instan. Usaha dikatakan layak apabila memiliki potensi dan peluang pasar serta menerapkan strategi pemasaran yang tepat untuk memperoleh konsumen. Pendekatan yang dilakukan dalam analisis aspek pasar dan pemasaran menggunakan analisis lima kekuatan persaingan industri Porter dan bauran pemasaran yang terdiri dari (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).

Aspek Teknis

Penilaian aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada hal-hal teknis dari usaha seperti: alasan pemilihan lokasi usaha, letak pasar yang dituju, ketersediaan bahan baku, peralatan, perlengkapan, kapasitas usaha, rencana pengembangan usaha, teknologi yang digunakan, proses produksi yang dilakukan, dan layout perusahaan. Aspek teknis dikatakan layak apabila komponen-komponen teknis yang dianalisis dapat memberikan kemudahan, efektivitas dan efisiensi kerja untuk mengoptimalkan hasil produksi.

Aspek Manajemen dan Hukum

Analisis aspek manajemen dilakukan secara kualitatif untuk melihat apakah fungsi-fungsi manajemen dapat diterapkan dalam kegiatan operasional usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan. Aspek manajemen yang dikaji meliputi struktur organisasi, jumlah tenaga kerja, deskripsi pekerjaan sekaligus pembagian wewenang dan tanggungjawab serta sistem gaji atau upah anggota maupun tenaga kerja. Bisnis dikatakan layak apabila menggunakan sistem manajemen yang baik.

Aspek hukum yang dianalisis dalam penelitian ini mengenai legalitas dari perusahaan. Tujuan dari analisis aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Pada aspek hukum ini akan dilihat legalitas perusahaan dan jenis bentuk badan usaha yang dipilih, seperti perusahaan perseorangan, perseroan terbatas (PT), firma, perserikatan komanditer (CV), koperasi, atau yayasan. Analisis layak apabila memiliki legalitas yakni pemilik mendapat izin usaha dari RT/RW atau pemerintah setempat serta izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan

(34)

Analisis Aspek Finansial

Analisis aspek finansial ini bertujuan untuk menilai seberapa besar biaya-biaya yang dikeluarkan dan seberapa besar pendapatan yang akan diterima pada usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC serta menilai kelayakan usahanya. Analisis ini dilakukan dengan menganalisis laporan laba rugi, aliran kas (cash flow), dan kriteria penilaian investasi. Berikut penjelasan tentang hal yang dianalisis pada aspek finansial:

1. Analisis laporan laba/rugi

Laporan ini menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu (Nurmalina et al 2010). Analisis ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu penerimaan penjualan, biaya operasional, laba kotor atau earning before interest and tax (EBIT), biaya bunga, laba sebelum pajak atau earning before tax (EBT), biaya pajak, dan laba bersih atau earning after interest and tax (EAIT). Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Pada biaya tetap terdapat biaya penyusutan. Pada penelitian ini biaya penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, dimana pengurangan harga pembelian dengan nilai sisa dibagi umur ekonomis. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Dari analisis ini akan diperoleh biaya pajak yang digunakan dalam aliran kas (cash flow) dan dari hasil perhitungannya dapat dilihat besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan tiap tahunnya.

2. Aliran kas (cash flow)

Aliran kas berisi tentang semua penerimaan dan pengeluaran dari usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC. Penerimaan yang diperoleh berasal dari nilai produksi total dan nilai sisa. Nilai produksi total dihitung dengan produksi utama dikalikan dengan harga per satuan produk tersebut, sedangkan nilai sisa dihitung dengan nilai pembelian dikurangi nilai sisa, kemudian dibagi dengan umur ekonomis. Untuk sumber modal yang berasal dari pinjaman ke bank, diperoleh pula penerimaan yang berasal dari pinjaman bank. Pengeluaran berasal dari biaya investasi, biaya operasional, biaya pengembalian pinjaman dan biaya pajak. Dari analisis ini dapat dilihat berapa besar manfaat bersih yang diperoleh oleh usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC.

3. Kriteria penilaian investasi

Menurut Nurmalina et al (2010) kriteria penilaian investasi dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan. Beberapa kriteria yang dipakai dalam penilaian kelayakan adalah nilai bersih sekarang (net present value), rasio manfaat biaya bersih (net benefit and cost ratio), tingkat pengembalian investasi (internal rate of return) dan masa pengembalian investasi (payback period).

a. Net Present Value (NPV)

Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih. Suatu bisnis dikatakan layak jika NPV lebih besar

(35)

dari 0 yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. NPV adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Nurmalina et al 2010):

Dimana:

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t

t = Tahun kegiatan bisnis, tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1 i = Tingkat DR (dicount rate)

b. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Manfaat bersih yang menguntungkan bisnis dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut (Nurmalina et al 2010):

Dimana:

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t

t = Tahun kegiatan bisnis, tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1 i = Tingkat DR (dicount rate)

c. Internal Rate of Return (IRR)

Kelayakan bisnis juga dinilai seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Perhitungan IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Berdasarkan Nurmalina et al (2010), adapun rumus IRR yaitu:

Dimana:

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV positif

NPV2 = NPV negatif d. Payback Period (PP)

(36)

Dimana:

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab= Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya Analisis Switching Value

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Nilai pengganti atau switching value merupakan suatu variasi pada analisis sensitivitas. Switching value digunakan untuk mengetahui sampai titik berapa peningkatan atau penurunan maksimum suatu komponen dalam kegiatan usaha seperti kenaikan harga bahan baku dan penurunan penjualan produk. Dengan switching value dapat diketahui berapa batas maksimal perubahan tersebut sehingga usaha masih layak untuk dijalankan. Kondisi tersebut dibuat sampai mencapai nilai NPV mendekati nol, nilai Net B/C mendekati satu, dan nilai IRR mendekati tingkat diskonto.

Asumsi Dasar Penelitian

Asumsi dasar yang digunakan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Umur proyek adalah delapan tahun, berdasarkan umur ekonomis dari bangunan yang merupakan investasi terbesar dari usaha ini.

2. Inflow dan outflow merupakan proyeksi pada penelitian dan berdasarkan informasi yang didapatkan pada saat penelitian.

3. Jumlah hari kerja dalam satu bulan adalah 25 hari, sehingga dalam satu tahun terdapat 300 hari kerja.

4. Produk yang dihasilkan dari usaha ini terdiri dari dua jenis, yaitu bandrek original dan bandrek susu. Produk tersebut untuk merek RISD Super Bandrek dan untuk pesanan khusus.

5. Produk serbuk minuman bandrek instan merek RISD Super bandrek dijual dalam bentuk kemasan berisi lima sachet dengan harga Rp8 000 untuk bandrek original dan Rp10 000 untuk bandrek susu. Untuk bandrek pesanan dijual per sachet dengan harga Rp1 300 untuk bandrek original dan Rp1 500 untuk bandrek susu.

6. Rencana pengembangan usaha dilakukan dengan membeli peralatan produksi berupa mesin pengemas sachet dan mesin penepung, serta meningkatkan kapasitas produksi menjadi 25 000 sachet per bulan yang terdiri dari 12 000 sachet bandrek original dan 13 000 sachet bandrek susu. 7. Peningkatan kapasitas produksi pada rencana pengembangan usaha ini

dimulai pada bulan keenam di tahun pertama.

8. Modal awal yang digunakan pada usaha Rradh Indonesia FIC adalah modal sendiri.

(37)

10. Tingkat diskonto (DR) yang ditetapkan adalah 9.14 persen berdasarkan tingkat suku bunga rata-rata tertimbang dari suku bunga pinjaman ke bank sebesar 19.25 persen dan suku bunga deposito sebesar 7 persen.

11. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam perhitungan ini adalah harga yang berlaku pada Februari 2015 dan diasumsikan konstan hingga akhir tahun umur usaha.

12. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis umur ekonomisnya.

13. Penyusutan adalah penurunan nilai faktor produksi tetap akibat penggunaan. Penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus, yaitu:

14. Pajak pendapatan yang digunakan pada usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan ini berdasarkan Peraturan Perpajakan No 46 Tahun 2013. Tercantum pada pasal 2 dan pasal 3 bahwa penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4 800 000 000 dalam satu tahun pajak, besarnya tarif pajak penghasilan adalah 1 persen dari peredaran bruto yang diterima.

GAMBARAN UMUM USAHA

Sejarah dan Gambaran Umum Usaha

Rradh Indonesia FIC merupakan salah satu UKM yang menghasilkan produk minuman tradisional yaitu serbuk bandrek instan dengan proses tradisional dan menggunakan bahan baku terbaik, aman dikonsumsi, dan tanpa menggunakan bahan pengawet. Salah satu keunggulan dan ciri khas dari produknya adalah penggunaan lada hitam sebagai salah satu bahan baku produknya sehingga memiliki cita rasa yang lebih pedas serta rasa hangat yang lebih lama. Selain itu, serbuk minuman bandrek yang diproduksinya juga aman untuk dikonsumsi oleh penderita mag.

Usaha Rradh Indonesia FIC dimulai pada bulan Juli 1997. Saat itu kegiatan produksi dilakukan oleh Bapak Hidayat beserta istrinya. Pada awalnya kegiatan produksi dilakukan secara sederhana di rumah Bapak Hidayat. Produk serbuk minuman bandrek instan tersebut pada mulanya dikenal dengan merek Burung Antik. Kegiatan pemasaran hanya dilakukan disekitar Kota dan Kabupaten Sukabumi. Pada tahun 2005, produk Rradh Indonesia FIC kemudian berganti merek menjadi RISD Super Bandrek.

Pada tahun 2007, usaha Rradh Indonesia FIC dilanjutkan oleh salah satu putra dari Bapak Hidayat, yaitu Bapak Dana Saidana. Kegiatan produksi kemudian dipindahkan di Sub Terminal Agribisnis (STA) Bubulang yang terletak di Jalan Terminal Cibeureum, Kota Sukabumi. Sejak tahun 2012 hingga saat ini, kegiatan usaha ini dilakukan di sebuah rumah yang berlokasi di Jalan Ir. H.

(38)

Juanda Gang Adireja No 8 Kelurahan Cikole, Kota Sukabumi. Kegiatan pemasaran telah dilakukan ke daerah Sukabumi, Bandung, Bogor, Jakarta, bahkan pernah menerima pesanan hingga ke luar negeri seperti Arab Saudi, Malaysia, dan Rusia. Sejak saat itu, produk serbuk minuman bandrek instan Rradh Indonesia FIC dikenal sebagai salah satu produk unggulan khas Kota Sukabumi.

Selain memproduksi serbuk minuman bandrek instan dengan merek RISD Super Bandrek, sejak tahun 2010 Rradh Indonesia FIC mulai menerima pesanan khusus untuk memproduksi serbuk minuman bandrek instan dari instansi maupun perusahaan lain seperti Lido Lakes Resort & Conference dan Pangrango Hotel. Untuk pesanan khusus tersebut, produk serbuk minuman bandrek instan dapat dikemas dan menggunakan merek yang diinginkan oleh pemesan.

Visi dan Misi Perusahaan

Visi dan misi merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Visi dan misi merupakan suatu gambaran singkat yang dapat menentukan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Adapun visi dari Rradh Indonesia FIC adalah Knowing the World, sedangkan misi dari Rradh Indonesia FIC adalah:

1. Membuat produk RISD Super Bandrek dengan bahan-bahan alami dengan kualitas terbaik serta aman dikonsumsi oleh seluruh masyarakat

2. Memperkenalkan produk RISD Super Bandrek kepada masyarakat luas 3. Menanamkan kebanggaan kepada masyarakat luas untuk lebih mencintai

hasil produksi dalam negeri

Keadaan Lokasi

Tempat produksi pembuatan serbuk minuman bandrek instan saat ini terletak di Jalan Ir. H. Juanda Gang Adireja No 8 Kelurahan Cikole, Kota Sukabumi. Lokasi usaha tersebut memiliki luas tanah 100 m2 dan luas bangunan 40 m2. Lokasi usaha berada di lingkungan perumahan penduduk yang berada tepat di pusat kota dan pusat pemerintahan Kota Sukabumi. Meskipun berada di sekitar perumahan penduduk, namun kegiatan usaha ini tidak mengganggu kegiatan masyarakat di daerah tersebut. Lokasi usaha yang berada di dalam gang menjadi salah satu kekurangan dari lokasi usaha ini karena akan menyulitkan konsumen untuk menemukan dan menjangkau lokasi usaha terutama apabila menggunakan kendaraan roda empat (Gambar 4).

(39)

Peralatan Produksi untuk Pembuatan Serbuk Minuman Bandrek Instan Peralatan produksi yang digunakan saat ini oleh Rradh Indonesia FIC untuk membuat serbuk minuman bandrek instan hampir sama dengan industri rumah tangga lainnya. Jenis teknologi yang digunakan masih manual dan sehingga kapasitas dari mesin produksi masih sedikit. Adapun jenis peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi adalah sebagai berikut:

a) Blender

Blender merupakan peralatan utama untuk menghaluskan rempah-rempah. Blender yang dimiliki oleh Rradh Indonesia FIC saat ini berjumlah dua buah dengan harga Rp450 000 per unit dan umur ekonomis empat tahun.

b) Tampir

Tampir digunakan sebagai alas rempah-rempah ketika dilakukan penjemuran. Jumlah tampir yang dimiliki oleh Rradh Indonesia FIC sebanyak lima unit dengan harga Rp30 000 per buah dan umur ekonomis empat tahun.

c) Baskom

Baskom digunakan sebagai tempat untuk mencampur seluruh bahan baku dari serbuk minuman bandrek instan. Baskom yang dimiliki oleh Rradh Indonesia FIC sebanyak tiga buah dengan harga Rp20 000 per unit dan umur ekonomis selama empat tahun.

d) Kompor gas dan wajan

Kompor gas dan wajan digunakan untuk menyangrai rempah-rempah agar rempah-rempah dari produk serbuk minuman bandrek instan matang. Jumlah kompor gas yang dimiliki Rradh Indonesia FIC sebanyak satu buah dengan harga Rp450 000, sedangkan wajan yang digunakan sebanyak dua buah dengan harga Rp150 000 per unit. Kedua peralatan tersebut memiliki umur ekonomis selama empat tahun.

e) Timbangan digital

Digunakan untuk melakukan penimbangan bahan baku sebelum dicampur agar perbandingannya sesuai dengan komposisi. Timbangan digital ini digunakan pula untuk menimbang serbuk minuman bandrek instan ketika akan dikemas. Timbangan digital yang dimiliki Rradh Indonesia FIC sebanyak satu unit dengan harga Rp230 000 dan umur ekonomis empat tahun.

f) Hand sealer

Gambar

Tabel 1  Nilai produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Sukabumi
Gambar 1  Permintaan produk serbuk minuman bandrek instan pada Rradh
Gambar 4  Lokasi usaha Rradh Indonesia FIC
Gambar 10  Proses produksi serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alat analisis yang akan digunakan untuk mengkaji aspek finansial usaha dalam penelitian ini adalah analisis PBP, BEP, tingkat pengembalian modal, ROI, Gross B/C rasio, Net B/C rasio,

Aspek- aspek yang dinilai dalam studi kelayakan usaha meliputi aspek hukum karena untuk memulai dan mendirikan suatu usaha perlu adanya keabsahan dan pernyataan resmi dan

Aspek primer merupakan aspek yang utama dalam penyusunan studi kelayakan. Aspek sekunder adalah aspek pelengkap yang disusun berdasarkan permintaan

Marketing Mix, adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari system pemasaran perusahaan, yakni: produk, struktur harga, kegiatan

Beberapa aspek yang perlu untuk dianalisis dalam melakukan pengembangan usaha terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen dan organisasi, serta aspek

Oleh sebab itu perlu diadakannya analisis kelayakan yang matang untuk mengembangkan usaha baik dalam aspek finansial maupun aspek non finansial agar hasilnya dapat

Harga seluruh input di asumsikan tetap (harga bahan baku tahun 2014) dan perubahan yang terjadi diperhitungkan dalam analisis sensitivitas. Faktor-faktor yang akan diteliti dalam

Selanjutnya disusun strategi pemasaran dengan menggunakan bauran pemasaran (marketing mix). Analisis pertama yang dilakukan adalah analisis mengenai STP perusahaan saat