commit to user
PERBEDAAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL ANAEROB RASIO WAKTU KERJA-ISTIRAHAT 1:3, 1:5 DAN 1:7 TERHADAP PENINGKATAN
KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA BEBAS DITINJAU DARI POWER OTOT LENGAN
(Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Putra Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derejat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Oleh :
Andarias Ginting A120809103
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PERBEDAAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL ANAEROB RASIO WAKTU KERJA-ISTIRAHAT 1:3, 1:5 DAN 1:7 TERHADAP PENINGKATAN
KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA BEBAS DITINJAU DARI POWER OTOT LENGAN
(Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Putra Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan)
Disusun oleh :
Andarias Ginting A120809103
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I. Prof. Dr. Sugiyanto ……….… ….………….
Pembimbing II. Prof.Dr.H.M. Furqon H, M.Pd ……… .………
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
commit to user
iii
PERBEDAAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL ANAEROB RASIO WAKTU KERJA-ISTIRAHAT 1:3, 1:5 DAN 1:7 TERHADAP PENINGKATAN
KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA BEBAS DITINJAU DARI POWER OTOT LENGAN
(Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Putra Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan)
Disusun oleh :
Andarias Ginting A120809103
Telah disetujui dan disyahkan oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Prof. Dr. M. Doewes, dr., AIFO ..………….… ….………….
Sekretaris Dr. Kiyatno, dr., M.Or., AIFO ……… .……….
Anggota
Penguji : 1. Prof. Dr. Sugiyanto ……… …………..…
2. Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd ……… ………
Surakarta, Agustus 2011
Mengetahui,
Direktur PPs UNS Ketua Prodi Ilmu Keolahragaan
Pascasarjana UNS
Prof. Drs. Suranto., M.Sc., Ph.D Prof. Dr. Sugiyanto
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Andarias Ginting
NIM : A120809103
Program Studi : Ilmu Keolahragaan
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul ” Perbedaan Pengaruh Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja-Istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 Terhadap Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Ditinjau Dari Power Otot Lengan” adalah benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 25 Juli 2011
Yang membuat pernyataan,
commit to user
v
MOTTO
Dengan Ketulusan Hati Tesis Ini Penulis Persembahkan Kepada ;
v Ayahanda Amir Ginting dan Ibunda Alhm. Asaria Br Sitepu Beserta Seluruh Keluarga yang Saya Mulyakan
v Istri Tercinta Diana Novita Br Sitepu dan Anak-Anakku ; Irsyad El Hamdi Ginting dan
Firnannisa Masthura Br Ginting.
v Seluruh Pembaca
DENGAN
ILMU PENGETAHUAN
SEJAHTERAKAN KELUARGA dan BAHAGIAKAN ORANG LAIN
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa,
karena atas berkat, rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini
dengan bejudul ”Perbedaan Pengaruh Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu
Kerja-Istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 Terhadap Peningkatan Kecepatan Renang 50
Meter Gaya Bebas Ditinjau Dari Power Otot Lengan”
Dalam kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga, terutama kepada Dosen Pembimbing yaitu yang terhormat
Prof. Dr. Sugiyanto dan Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd yang telah
dengan sabar membimbing dan senantiasa memberikan semangat, ilmu, arahan,
masukan, koreksi sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Serta kepada seluruh
Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret, yang dengan tulus telah memberikan ilmu dan pengetahuan, serta
berbagai pengalaman kepada penulis selama menempuh pendidikan di Program
Studi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memeberikan
kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
2. Rektor Universitas Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan tugas
belajar kepada penulis untuk melanjutkan Pendidikan di Program Studi Ilmu
Keolahragaan PPs Universitas Sebelas Maret.
3. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melakukan penelitian dalam rangka memenuhi tugas akhir.
4. Prof. Dr. Sugiyanto., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan PPs
Universitas Sebelas Maret yang senantiasa memberikan motivasi, bimbingan,
commit to user
vii
5. Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr., PFark., MARS., AIFO., selaku Sekretaris
Program Studi Ilmu Keolahragaan PPs Universitas Sebelas Maret yang
senantiasa memeberikan motivasi, bimbingan, serta dorongan untuk segera
menyelesaikan tesis ini.
6. Drs. Basyaruddin Daulay, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Medan yang memberikan ijin penelitian kepada penulis
serta bimbingan dan motivasinya untuk menyelesaikan tesis ini.
7. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fik Unimed
yang telah memberikan dorongan, semangat dan motivasi untuk
menyelesaikan tesis ini.
8. Ketua, Koordinator dan seluruh anggota I–MHERE Unimed, yang telah
memberikan kesempatan, bantuan moril, materil dan motivasi untuk
melanjudkan studi sampai akhir penyelesaian tesis ini
9. Pimpinan kolam renang Sejahtera Club Chain Unimed yang telah
memberikan izin pemakaian tempat dan fasilitas kolam renang dalam
pelaksanaan penelitian tesis ini.
10. Seluruh rekan-rekan Dosen Fakutas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Medan serta Abangnda Sabar Surbakti dan Sumanto yang telah memberikan
dorongan, semangat dan motivasi untuk menyelesaikan tesis ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.
Terakhir harapan penulis, semoga kebaikan dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal oleh Allah Yang Maha
Kuasa serta memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Surakarta, Juli 2011 Peneliti,
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan... 23
c. Prinsip Pelatihan Kecepatan... 26
commit to user
a. Sistem ATP-PC (Adenosine Triphosphate –Phospho Creatine) ... 35
b. Sistem Glikolisis Anaerobik (Lactic Acid System)... 37
c. Sistem Aerobik atau Sistem Oksigen... 39
1). Glikolisis Aerob (Aerobic Glycolysis)... 41
2). Siklus Krebs (The Krebs Cycle)... 42
3). Sistem Transport Elektron (The Electron Transport System)... 45
4. Pelatihan Interval Anaerob ... 47
a. Kebutuhan Waktu Pemulihan ... 58
1). Pemulihan Oksigen ... 59
2). Pemulihan Energi... 61
b. Jenis Relief Interval ... 64
1). Istirahat Diantara Repetisi (Take a Rest Among Repetition.)... 65
2). Istirahat Diantara Set ... 65
c. Rasio Waktu Kerja-Istirahat... 65
1). Kelebihan dan Kekurangan Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja – Istirahat 1:3... 66
2). Kelebihan dan Kekurangan Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja – Istirahat 1:5... 67
3). Kelebihan dan Kekurangan Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja – Istirahat 1:7... 69
5. Power Otot... 70
a. Power Otot Lengan ... 72
commit to user
x
c. Peranan Power Otot Lengan Terhadap Peningkatan
Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas... 77
B.Penelitian Yang Relevan... 79
C.Kerangka Berfikir ... 81
D.Pengajuan Hipotesis... 85
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 86
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 86
B. Metode Penelitian... 86
C. Variabel Penelitian ... 88
D. Definisi Operasional Variabel ... 88
E. Populasi dan Sampel ... 90
F. Teknik Pengumpulan Data ... 91
G. Teknik Analisa Data ... 95
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 103
A. Deskripsi Data... 103
B. Pengujian Prasyarat Analisis Variansi ... 109
1. Uji Normalitas Populasi ... 109
2. Uji Homogenitas Variansi Populasi ... 110
C. Pengujian Hipotesis ... 111
1. Hipotesis Pertama... 111
2. Hipotesis Kedua ... 112
3. Hipotesis Ketiga ... 112
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 113
E. Keterbatasan Penelitian ... 117
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 118
A. Kesimpulan ... 118
B. Implikasi... 119
C. Saran... 122
DAFTAR PUSTAKA ... 123
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Istilah-istilah yang Biasa Digunakan dalam Pelatihan Interval
dan Definisinya ... 53
Tabel 2. Resep Pelatihan Interval Berdasarkan Jarak Pelatihan ... 53
Tabel 3. Pembentukan Phosphagen Selama Istirahat Setelah Pelatihan ... 63
Tabel 4. Rekomendasi Waktu Pemulihan yang Dianjurkan Setelah Pelatihan .. 63
Tabel 5. Rancangan Penelilian (factorial design) 3x2... 87
Tabel 6. Standard untuk Menginterpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas... 95
Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data ... 95
Tabel 8. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan... 99
Tabel 9. Deskripsi Gain Skor Tes Awal dan Tes Akhir Keseluruhan Kelompok Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja-Istirahat ... 109
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Populasi ... 110
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Populasi ... 110
Tabel 12. Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan ... 111
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Illustrasi Grafik Prestasi Olahraga Sumatera Utara
pada PON I – XV ... 1
Gambar 2. Posisi Badan (body position) Meliuk Saat Berenang... 17
Gambar 3. Gerakan Kaki (floating kick)... 18
Gambar 4. Gerakan Mengambil Nafas/pernafasan (breathing)... 19
Gambar 5. Pola Gerak Tangan S Pattern... 22
Gambar 6. Pola Gerak Tanda Tanya Terbalik Lengan pada Renang Gaya Crawl Dilihat dari Bawah ... 22
Gambar 7. Gerakan Renang Gaya Bebas ... 23
Gambar 8. Skematik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan ... 24
Gambar 9. Selisih Besarnya Hambatan dan Dorongan dalam Renang Gaya Bebas ... 26
Gambar 10. Siklus Energi Biologi ... 32
Gambar 11. Struktur ATP ... 33
Gambar 12. ATP dan PC Merupakan Sumber Energi Tinggi yang Bersifat Anaerob ... 34
Gambar 13. Siklus Krebs ... 43
Gambar 14. Sistem Transport Elektron... 45
Gambar 15. Kurva Peningkatan Beban Pelatihan Secara Bertahap... 54
Gambar 16. Pengosongan dan Pengisian Kembal Energi ATP dan PC pada Kerja intermeittent... 62
Gambar 17. Illustrasi Interdependensi Antara Kemampuan Gerak ... 75
Gambar 18. Gerakan Tangan Menyisir... 77
Gambar 19. Gerakan Tangan Menyisir Dianalogikan Dengan Gerakan Baling-baling... 78
Gambar 20. Illustrasi Pembagian Kelompok Sampel Penelitian ... 91
commit to user
xiii
Gambar 22. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas
Kelompok a1b1... 103
Gambar 23. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Kelompok a1b2... 104
Gambar 24. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Kelompok a2b1... 105
Gambar 25. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Kelompok a2b2... 106
Gambar 26. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Kelompok a3b1... 107
Gambar 27. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Kelompok a3b2... 108
Gambar 28. Sampel Melakukan Penimbangan Berat Badan ... 164
Gambar 29. Sampel Saat Melakukan Awalan Vertical Arm Pull Test... 164
Gambar 30. Sampel Saat Pelaksanaan Vertical Arm Pull Test... 165
Gambar 31. Pengukuran Hasil Vertical Arm Pull Test ... 165
Gambar 32. Sampel Saat Diatas Balok Start... 166
Gambar 33. Sampel Saat Pelaksanaan Renang 50 Meter Gaya Bebas ... 166
Gambar 34. Sampel Saat Finish Renang 50 Meter Gaya Bebas... 167
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rancangan Perencanaan Penelitian... 126
Lampiran 2. Program Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu
Kerja – Istirahat 1:3 ... 127
Lampiran 3. Program Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu
Kerja – Istirahat 1:5 ... 128
Lampiran 4. Program Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu
Kerja – Istirahat 1:7 ... 129
Lampiran 5. Prosedur Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Power
Otot Lengan... 130
Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Tes Power Otot Lengan ... 132 Lampiran 7. Uji Reliabilitas Power Otot Lengan Dengan Anava ... 133 Lampiran 8. Prosedur Pelaksana Tes dan Pengukuran Kecepatan
Renang 50 Meter Gaya Bebas... 136
Lampiran 9. Hasil Tes Awal Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas ... 137
Lampiran 10. Uji Reliabilitas Hasil Tes Awal Kecepatan Renang 50 Meter
Gaya Bebas Dengan Anava... 138
Lampiran 11. Klasifikasi Hasil Tes Power Otot Lengan ... 141 Lampiran 12. Kelompok Pelatihan Interval Anaerob Ratio Waktu
Kerja- Istirahat Berdasarkan Klasifikasi Power Otot Lengan
Baik dan Kurang yang di Random... 142 Lampiran 13. Hasil Tes Akhir Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas... 144
Lampiran 14. Uji Reliabilitas Hasil Tes Akhir Kecepatan Renang 50 Meter
Gaya Bebas Dengan Anava... 145
Lampiran 15. Rekapitulasi Hasil Tes Kecepatan Renang 50 Meter Gaya
Bebas, Klasifikasi Power Otot Lengan dan Pembagian
commit to user
xv
Lampiran 16. Gain Skor Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan
Renang 50 Meter Gaya Bebas... 149
Lampiran 17. Uji Normalitas dengan Metode Lilliefors... 151
Lampiran 18. Uji Homogenitas Variansi Populasi ... 154
Lampiran 19. Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Sama ... 155
Lampiran 20. Uji Lanjut Pasca Anava ... 158
Lampiran 21. Profil Interaksi ... 163
Lampiran 22. Dokumentasi dan Surat-Surat Penelitian... 164
Lampiran 23. Distribusi Normal Baku... 168
Lampiran 24. Nilai Kritik untuk Uji Lilliefors... 169
Lampiran 25. Nilai χ2α;ν... 170
commit to user
xvi ABSTRAK
ANDARIAS GINTING. NIM. A.120809103. 2011 PERBEDAAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL ANAEROB RASIO WAKTU KERJA-ISTIRAHAT 1:3, 1:5 DAN 1:7 TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA BEBAS DITINJAU DARI POWER OTOT LENGAN. (Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Putra Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan). Komisi Pembimbing I : Prof. Dr. Sugiyanto., Pembimbing II : Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd. Tesis. Program Studi Ilmu Keolahrgaan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1). Perbedaan pengaruh antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja - istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. (2). Perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas antara perenang yang memiliki power otot lengan baik dan kurang. (3). Pengaruh interaksi antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja–istirahat dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas.
Penelitian dilaksanakan di Kolam Renang SCC Universitas Negeri Medan selama dua bulan. Penelitian dilaksanakan dengan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 3x2. Populasi penelitian adalah mahasiswa putra Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan yang berjumlah 64 orang. Sampel penelitian berjumlah 36 orang yang diambil dengan teknik purposif sampling. Variabel penelitian terdiri dari variabel independen manipulatipyaitu ; pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7. Variabel independen atributip yaitu ; power otot lengan baik dan kurang serta variabel dependen yaitu ; peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. Teknik pengumpulan data power otot lengan diperoleh melalui vertical arm full test, data kecepatan renang dengan tes renang jarak 50 meter. Teknik analisis data menggunakan analisis variansi dua jalan dengan taraf signifikansi α = 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1). Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. Terbukti berdasarkan analisis variansi dengan hasil Fobs= 1,18 < Fα= 3.32.
2). Tidak ada perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas yang signifikan antara perenang yang memiliki power otot lengan baik dan kurang. Terbukti berdasarkan analisis variansi dengan hasil Fobs= 1,40 < Fα= 4.17.
3). Tidak ada pengaruh interaksi yang signifikan antara pelatihan interval anerob rasio waktu kerja-istirahat dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. Terbukti berdasarkan analisis variansi dengan hasil Fobs=1,19 < Fα=3.32.
commit to user
xvii ABSTRACT
ANDARIAS GINTING. NIM. A.120809103. 2011 EFFECT OF DIFFERENT TRAINING TIME WORK INTERVAL ANAEROBIC-REST RATIO 1:3, 1:5 AND 1:7 ON INCREASING THE SPEED POOL 50 METRES FREE STYLE FROM REVISED POWER ARM MUSCLES. (Experimental Study On Student Son Sport Science Faculty, State University of Medan). The First Commission of Supervision: Prof. Dr. Sugiyanto., The Secont Supervision is: Prof. Dr. H. M Furqon H, M.Pd. Thesis. Sport Science Program, Graduate Program, Sebelas Maret University. Surakarta
This study aims to determine: (1). The difference between the effect of anaerobic interval training ratio of working time - a break 1:3, 1:5 and 1:7 to increase the speed of 50 meters freestyle swimming. (2). The difference increased speed of 50 meters freestyle swimming between swimmers who have a good power arm muscles and less. (3). Interaction effect between anaerobic interval training time work-rest ratio and arm muscle power to increase the speed of 50 meters freestyle swimming.
Research conducted at the SCC Swimming Pool, State University of Medan for two months. Research carried out by the experimental method with 3x2 factorial design. The study population is a student son coaching Sport Department of Education, Faculty of Sport Sciences, State University of Medan, amounting to 64 people. The samples numbered 36 people taken with the purposive sampling technique. Study variables consisted of the independent variable manipulation, namely: anaerobic interval training work-break time ratio 1:3, 1:5 and 1:7. Attributive independent variables, namely: good arm muscle power and less and dependent variables, namely: an increase in swimming speed of 50 meters freestyle. Engineering data collection arm muscle power obtained through the vertical arm full test, the data speed of swimming pool with a test distance of 50 meters. Data analysis techniques using two-way analysis of variance with significance level α = 0.05.
Based on the results of research can be concluded: 1). There was no significant difference in effect between anaerobic interval training time work-rest ratio of 1:3, 1:5 and 1:7 to increase the speed of 50 meters freestyle swimming. Proven by analysis of variance with the results of Fobs = 1.18 < F α =
3.32. 2). There was no difference in speed increase of 50 meters freestyle swimming significantly between the swimmer who has a good arm muscle power and less. Proven by analysis of variance with the results of F obs =
1.40 < F α = 4.17. 3). There was no significant interaction effect between training intervals anerob time work-rest ratio and arm muscle power to increase the speed of 50 meters freestyle swimming. Proven by analysis of variance with the results of Fobs = 1.19 < F α = 3.32.
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Peringkat Nasional Provinsi Sumatera Utara pada umumnya semakin
meningkat setelah pernah terpuruk pada PON ke XIV tahun 1996 di Jakarta,
Sumatera Utara berada pada peringkat 12 Nasional namun pada PON berikutnya
tahun 2000, 2004 dan 2008 menunjukkan perubahan peringkat yang signifikan.
Grafik peningkatan peringkat olahraga Provinsi Sumatera Utara dalam PON II
commit to user
Peringkat Provinsi Sumatera Utara secara umum memang meningkat, seperti pada
PON XVII 2008 Kalimantan Timur yang mampu mencapai peringkat 7 Nasional,
sedangkan sebelumnya pada PON XVI 2004 Sumatera Selatan hanya mampu
pada peringkat 12 nasional. Setiap cabang olahraga yang mampu menyumbang
medali tentunya akan meningkatkan peringkat nasional suatu Provinsi pesera
PON, namun dalam perolehan medali per cabang olahraga ada yang menunjukkan
prestasi maksimal dan ada yang tidak.
Cabang olahraga akuatik pada PON XIV, atlet PRSI Provinsi Sumatera
Utara, hanya mampu memperoleh 2 medali, pada nomor 200 m gaya kupu-kupu
memperoleh medali perak dan 100 m gaya kupu-kupu memperoleh medali
perunggu, sementara renang gaya bebas tidak menunjukkan prestasi yang
memuaskan. Atlet PRSI Provinsi Sumatera Utara Pada PON XV Surabaya cabang
olahraga akuatik sama sekali tidak dapat menyumbang medali, namun pada PON
XVI Palembang terjadi peningkatan, atlet cabang olahraga akuatik mampu
menyumbang dua medali perunggu pada nomor 200 m renang gaya bebas dan 400
m renang gaya ganti perorangan. Renang gaya bebas juga tidak menunjukkan
prestasi yang memuaskan. Pada PON XVII Kalimantan Timur yang baru saja
berlangsung atlet cabang olahraga akuatik, nomor renang mampu menyumbang 2
medali emas yaitu 100 meter dan 200 meter gaya dada, namun pada nomor renang
gaya bebas, gaya punggung dan gaya kupu-kupu tidak menunjukkan prestasi.
Khususnya renang gaya bebas yang merupakan nomor perlombaan yang
bergengsi karena merupakan teknik renang yang menuntut kecepatan tinggi, sama
commit to user
XVIII mendatang Gubernur Sumatera Utara menantang para pengurus PRSI, bisa
merebut 7 hingga 8 medali emas di PON XVIII tahun 2012 di Pekanbaru. “Jika di
PON 2008 meraih 3 emas dan 2 perunggu, maka di PON Pekanbaru nanti
hendaknya bisa meraih 7 atau 8 emas,” tantang Gubernur Sumatera Utara.
Karenanya, para pengurus harus menjalankan organisasi dengan baik. Jadi
pengurus olahraga harus ikhlas dan siap meladeni atlet, bukan malah minta
diladeni,” ujar Gubernur Sumatera Utara.
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=PRSI+SUMUT&aq=o&aqi=&aql=&oq =&gs_rfai = http://www.pempropsu.go.id/lengkap.php?id=2112 (diunduh 14 Juni 2010)
Tantangan sekaligus amanah dari Gubernur Sumatera Utara ini menjadi
suatu motivasi untuk meningkatkan prestasi, namun untuk meningkatkan prestasi
olahraga bukan hal yang mudah, karena diperlukan persiapan, perencanan, waktu
yang lama, pelatihan yang terus menerus dan pengetahuan yang luas dengan
memaksimalkan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.
Prestasi renang yang memuaskan tidak akan tercapai dengan spekulatif, tetapi
harus melalui pelatihan yang intensif dengan program pelatihan yang baik
berdasarkan prinsip-prinsip pelatihan yang benar.
Pembinaan cabang olahraga renang harus mampu menciptakan inovasi
metode pelatihan baru yang dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, dengan :
1). Menerapkan penemuan-penemuan metode baru dari hasil penelitian ilmiah, 2).
menerapkan metode pelatihan yang relevan, selaras dengan perkembangan
pemanfaatan bidang ilmu dan teknologi, dan 3). Mengkolaborasi antara penemuan
commit to user
Kendala yang menyebabkan prestasi olahraga renang Sumatera Utara tidak
menunjukkan peningkatan prestasi yang signifikan adalah kuranganya pelatih
menerapkan ilmu keolahragaan yang semakin komplek. Pada umumya pelatihan
renang yang diterapkan disetiap perkumpulan (klub) renang yang ada di Sumatera
Utara khususnya di kota Medan, belum memaksimalkan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi keolahragaan, diantaranya pendekatan pelatihan belum
berlandaskan pada kajian ilmiah secara obtimal, penyusunan program pelatihan
yang belum mencapai tingkat kecermatan dan keakurasian, belum menyentuh
pada pengkajian sistem energi dominan yang dibutuhkan terhadap nomor
pertandingan olahraga tersebut. Program pelatihan disusun berdasarkan
pengalaman yang diperoleh oleh pelatih terdahulu sewaktu menjadi atlet dan
kemudian diterapkan kepada atlet-atlet berikutnya dan program ini tidak di
dukung oleh kajian ilmiah secara mendalam. Mereka pada umumnya percaya
bahwa lebih banyak melakukan pelatihan fisik berarti lebih baik. Sebenarnya yang
menentukan keberhasilan seorang atlet bukannya seberapa berat atau seberapa
banyak atlet itu berlatih, tetapi yang terpenting adalah keakuratan intensitas
pelatihan. (Janssen, Peter G.J.M, 1987:155)
Pelatih-pelatih renang di berbagai club renang, diberbagai daerah di
Provinsi Sumatera Utara, khususya kota Medan adalah alumni dari Fik Unimed
yang telah memperoleh ilmu kepelatihan saat perkuliahan dan ditambah dengan
pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh top organisasi PRSI Sumatera
Utara. Namun metode pelatihan yang diberikan tetap tidak mengalami perubahan,
commit to user
kependidikan bukan ilmu keolahragaan seperti sekarang ini, sehingga tetap
mengalami kesulitan dalam memahami apalagi menerima dan menerapkan
program pelatihan yang berdasarkan kajian ilmiah keolahragaan, seperti yang
telah diterapkan di daerah-daerah Provinsi lain di Indonesia.
Dalam merancang program pelatihan, kesulitan yang selalu dihadapi
pelatih adalah cara menentukan intensitas pelatihan, menyelaraskan antara kerja
dan istirahat untuk pemulihan serta menyusun program pelatihan fisik yang
efisien dan memiliki relevansi dengan tujuan latihan serta evaluasi program
pelatihan. Penyebab pokoknya dikarenakan pelatih belum memanfaatkan
kemajuan ilmu keolahragaan dan teknologi yang ada sekarang ini.
Perkembangan dewasa ini pelatihan renang telah menekankan pada
program pelatihan interval dengan mengacu pada cacatan waktu yang berhasil
ditempuh perenang dalam setiap ulangannya (work interval), tanpa
memperhatikan interval istirahatnya (relief interval). Harus diingat bahwa waktu kerja, sama pentingnya dengan waktu istirahat. Seperti yang dikemukakan oleh
(Russhall, Brent S., and Pyke, Frank S, 1990:63) yang mengatakan bahwa:
pemulihan harus menjadi bagian integral dari suatu sesi pelatihan. Kebiasaan bahwa untuk masa istirahat tidak dilakukan kontrol dan waktu istirahatnya
tergantung dari perenang sendiri. Pelatih bertanya apakah perenang sudah siap
untuk melakukan ulangan renang (repetisi berikutnya). Jawaban atlet
berbeda-beda, ada yang sudah siap dan ada yang belum, bahkan ada yang berhenti karena
commit to user
(Fox, Edward L, 1984:207) menyatakan bahwa hampir semua cabang
olahraga merupakan aktivitas fisik yang “intermittent”. Selanjutnya (Fox, Edward L., Bowers, Richard W., and Foss, Merle L, 1993:300) menyebutkan berbagai
metode pelatihan dan salah satu diantaranya adalah pelatihan interval. Metode
pelatihan interval adalah metode pelatihan yang mengharuskan atlet bergantian
melakukan aktivitas antara interval kerja dan interval istirahat. Kontribusi sistem
energi utama pada saat interval kerja yang dipergunakan adalah sistem anaerob,
sedangkan sistem energi utama saat interval istirahat adalah sistem energi aerob.
Dalam metode pelatihan renang belum dijalankan bentuk-bentuk pelatihan fisik
secara akurat dengan penggunaan sistem energi utama.
Program pelatihan yang efektif akan tampak baik bila cara pelatihannya
sesuai dengan sistem energi yang digunaknnya. (Fox, Edward L., and Mathews,
Donald K, 1981:280) menyatakan, sumber energi yang tepat tergantung terutama
pada waktu dan intensitasnya, tanpa perlu merinci sifat-sifat dari cabang
olahraganya, waktu merupakan hal terpenting untuk diperhatikan. Memahami
hubungan antara sistem energi utama dengan waktu pelaksanaan kerja merupakan
dasar untuk menyusun dan menentukan rasio interval kerja dan interval istirahat,
termasuk dalam program pelatihan interval anaerob. Pada program pelatihan
interval anaerob untuk renang 50 meter gaya bebas menggunakan jarak tempuh
renangan yang disesuaikan dengan penggunaan sistem energi. Jarak tempuh
pelatihan interval anaerob meliputi jarak 25 meter. Sistem energi utama yang
dipakai dalam pelatihan interval anaerob jarak 25 meter adalah sistem energi
commit to user
Berdasarkan sistem energi utama, waktu pelaksanaan kerja (performance time) merupakan dasar untuk menyusun interval kerja dan interval istirahat, termasuk
dalam program pelatihan renang 50 meter gaya bebas. Interval pemulihan
menurut (Fox, Edward L., Bowers, Richard W., dan Foss, Merle L, 1993:302)
dinyatakan dalam hubungan rasio pemulihan dengan kerja dan dapat dinyatakan
sebagai berikut ; 1:½, 1:1, 1:2 atau 1:3. Rasio 1:½ menyatakan bahwa waktu
interval pemulihannya sama dengan setengah waktu interval kerja, rasio 1:1
menyatakan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan waktu interval
kerja. Pada interval kerja yang memakan waktu lebih pendek, rasionya 1:3 karena
intensitasnya yang tinggi, sedangkan interval kerja yang memakai waktu lebih
lama, rasio kerja-pemulihan 1:½ atau 1:1.
Energi (ATP) yang telah tersedia didalam otot akan dipergunakan dengan
seketika ketika otot berkontraksi dengan kuat dan cepat, seperti halnya gerakan
kayuhan lengan (menarik dan mendorong) air dengan kuat dan cepat. Untuk dapat
melakukan gerakan kayuhan lengan dengan kuat dan cepat dibutuhkan komponen
kondisi fisik power otot lengan yang baik. Gerakan kayuhan lengan ini merupakan teknik yang harus dikuasai perenang, karena dengan gerakan ini disertai dengan
power otot yang baik, perenang mendapat tenaga penggerak yang kuat dan cepat
untuk membawa badan meluncur jauh kedepan saat berenang dan juga berfungsi
commit to user
Perenang setingkat mahasiswa telah memiliki power otot lengan, walaupun diantara mereka ada yang memiliki power otot yang lebih baik dari yang lain, demikian juga dengan kecepatan berenangnya dalam menempuh jarak
50 meter, juga kemampuan pulih asal dalam mengganti energi (ATP) yang telah
dipakai saat berenang (kebutuhan waktu istirahat yang berbeda). Dari beberapa
pendapat mengenai pelatihan interval, nampak jelas betapa luas variasi yang
ditunjukkan pada berbagai rasio waktu istirahat. Variasi rasio waktu
kerja-istirahat ini menjadi penting dalam menentukan keberhasilan program pelatihan
interval anaerob yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan renang 50 meter
gaya bebas, oleh sabab itu ketepatan pengaturan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat merupakan masalah pokok yang akan dikaji. Oleh sebab itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan dasar ilmiah dengan tinjauan teoritis
tentang program pelatihan interval anaerob yang berkaitan dengan power otot
lengan dengan menekankan pada rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 pada
mahasiswa putra Fik Unimed.
B.Identifikasi Masalah
Identifikasi beberapa masalah sebagai berikut : Faktor-faktor apa sajakah
yang dapat mempengaruhi kecepatan renang 50 meter gaya bebas ? Dari berbagai
faktor yang mempengaruhi, komponen mana yang paling dominan memberi
pengaruh terhadap kecepatan renang 50 meter gaya bebas ?. Apakah program
pelatihan yang diberikan kepada perenang sesuai dengan tujuan dan
kebutuhannya ? Apakah waktu istirahat yang singkat antara interval pelatihan
commit to user
Apakah waktu istirahat yang lama antara interval pelatihan memberi pengaruh
terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas? Berapakah waktu
kerja - istirahat yang ideal bagi perenang untuk meningkatkan kecepatan renang
50 meter gaya bebas? Apakah pelatihan interval anaerob rasio waktu
kerja-istirahat 1:3 memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan renang 50
meter gaya bebas? Apakah pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat
1:5 memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya
bebas?. Apakah pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:7
memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya
bebas?. Sejauhmanakah pengaruh yang diberikan oleh pelatihan interval anaerob
rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan kecepatan
renang 50 meter gaya bebas ?. Apakah ada perbedaan pengaruh antara pelatihan
interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan
kecepatan renang 50 meter gaya bebas ?. Apakah terdapat perbedaan peningkatan
kecepatan renang 50 meter gaya bebas antara perenang yang memiliki power otot
lengan baik dan kurang ? Apakah ada pengaruh interaksi antara pelatihan interval
anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan
kecepatan renang 50 meter gaya bebas ditinjau dari power otot lengan ?
C.Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, masalah dibatasi tentang :
1. Pengaruh pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7
commit to user
2. Perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas antara perenang
yang memiliki power otot lengan baik dan kurang.
3. Pengaruh interaksi antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja – istirahat
dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas.
D.Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka perlu
adanya rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Adakah perbedaan pengaruh antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja
- istirahat 1:3, 1:5 dan 1;7 terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter
gaya bebas?
2. Adakah perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas antara
perenang yang memiliki power otot lengan baik dan kurang ?
3. Adakah pengaruh interaksi antara pelatihan interval anaerob rasio waktu
kerja-istirahat dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter
gaya bebas?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara pelatihan interval anaerob rasio
waktu kerja - istirahat1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan kecepatan renang
commit to user
2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas
antara perenang yang memiliki power otot lengan baik dan kurang.
3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara pelatihan interval anaerob rasio
waktu kerja – istirahat dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Secara teoritis mendukung dan memperkaya ilmu pengetahuan tentang metode
pelatihan interval yang sudah ada, khususnya pada teori metode pelatihan interval
dengan menekankan pada pemakaian sistem energi anaerob dengan perbandingan
rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5, 1:7 dan keterkaitannya dengan power otot lengan dalam meningkatkan kecepatan renang 50 meter gaya bebas.
2. Sebagai rekomendasi, acuan dan masukan bagi para pelatih dalam perubahan
program/metode pelatihan interval anaerob dengan memperhatikan rasio waktu
kerja-istirahat (ratio work-relief )
3. Bagi peneliti yang lain secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat
sebagai bahan pembanding dan perimbang bila akan mengadakan penelitian
commit to user
12 BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A.Kajian Teori
Kajian teori adalah penjabaran tentang ha-hal yang akan dibicarakan
dalam penelitian. Kajian teori diperoleh dari penelaahan buku-buku serta sumber
bacaan lain yang relevan dengan permasalahan. Kajian teori yang menjadi
bahasan dalam penelitian ini adalah tentang program pelatihan interval anaerob
dengan menekankan pada rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 yang
berkaitan dengan power otot lengan pada mahasiswa putra Fik Unimed. Untuk lebih jelas dalam bab ini dikemukakan penjelasan tentang masalah yang menjadi
sumber bahasan.
1. Renang
Olahraga renang adalah olahraga yang dilakukan di air, dan tempat
olahraga tersebut tidak sama dengan kehidupan kita sehari-hari. Renang tidak
menentukan suatu pola gerak tangan atau kaki yang harus dilakukan artinya
dapat menggunakan tangan dan kaki sekehendak hati, sehingga dapat bergerak
dan berpindah dari suatu tempat ketempat lain. Namun suatu kombinasi
tertentu dari beberapa jenis gerakan dapat lebih efisien dari pada kombinasi
yang lain sehingga para perenang mengelompokkan kombinasi gerakan
tersebut ke dalam gaya-gaya renang. Gaya-gaya renang tersebut terdiri dari
gaya bebas, gaya dada, gaya punggung dan gaya kupu-kupu. Dalam olahraga
renang ada empat jenis gaya yang lazim diperlombakan ditingkat nasional
commit to user
- Gaya Dada ( the breast stroke ).
Gaya dada adalah gaya yang dimulai dengan dayungan lengan yang pertama
sesudah start dan sesudah pembalikan badan harus tetap menelungkup dan
kedua bahu segaris dengan permukaan air. (Dumadi dan Kasiyo DW,
1992:71).
- Gaya Bebas ( the crawl stroke ).
Gaya bebas adalah renang yang benar-benar bebas menggunakan salah satu
gaya renang dalam nomor gaya bebas, tapi tidak boleh menggunakan tiga
gaya renang yang mendahuluinya (gaya dada, gaya punggung dan gaya
kupu-kupu). Istilah lain renang gaya bebas adalah gaya crawl, the front
crawl stroke, dan the crawl stroke. (Dumadi dan Kasiyo DW, 1992:2). - Gaya Punggung ( the back stroke ).
Gaya punggung adalah suatu gaya yang dilaksanakan dengan cara perenang
selalu berada di bagian bawah dari sikap badan di air. (Dumadi dan Kasiyo
DW, 1992:113).
- Gaya Kupu-kupu ( the butterfly stroke ).
Gaya kupu-kupu adalah gaya yang meniru lecutan ekor ikan dolphin
sehingga dinamakan The Butterfly Dophin Kick. (Dumadi dan Kasiyo DW,
(1992:154).
Dari ke empat gaya renang tersebut, gaya renang yang paling populer adalah
gaya bebas. Sehingga dalam penelitian ini akan dikaji mengenai renang gaya
commit to user
a. Renang Gaya Bebas.(Front Crawl)
Gaya renang ini (gaya bebas) menyerupai cara berenang seekor
binatang, oleh sebab itu disebut “crawl” yang artinya merangkak. Gerakan
asli dari gaya ini adalah menirukan gerakan dari anjing yang berenang atau
dikenal dengan renang gaya anjing (dog style). Gaya bebas ini juga disebut
dengan gaya rimau, yang berasal dari kata “harimau”, hingga saat ini gaya
ini dikenal dengan nama front crawl. Dengan adanya perlombaan-perlombaan dalam olahraga renang, dan untuk mencapai kemenangan itu
perlu diusahakan agar dapat berenang dengan kecepatan tinggi, maka
tumbullah perubahan dan variasi gerakan dalam gaya renang tersebut.
Dalam buku-buku peraturan renang menyatakan bahwa renang gaya bebas
berarti bahwa segala macam gaya renang diperbolehkan sesuai dengan
keinginan para perenang yang berlomba. Tanpa kecuali, gaya yang menjadi
pilihan dalam perlombaan renang gaya bebas adalah gaya yang
menggunakan gerakan mengayunkan tangan lewat atas permukaan air atau
gaya crawl. Gaya bebas itu sama juga artinya dengan gaya crawl. (Thomas, David G, 1998:111). Selanjutnya (Bachtiar Burhan, dkk., 2000:31)
menyatakan bahwa yang dimaksut dengan free style dalam suatu nomor
perlombaan dimana seseorang perenang dapat melakukan gaya apa saja,
commit to user
Kemudian (Sukintaka, 1987:86) menyatakan bahwa renang gaya crawl
adalah renang yang diperlombakan ditingkat nasional maupun internasional
dan termasuk dalam nomor gaya bebas.
Berdasarkan uraian, pengertian renang gaya bebas yang telah
diutarakan diatas dapat disimpulkan bahwa renang gaya bebas merupakan
suatu gaya renang apa saja yang dapat digunakan untuk mencapai jarak
renangan dengan secepat-cepatnya dan gaya yang digunakan pada
umumnya adalah gaya renang yang menirukan gerakan seekor binatang
(anjing/harimau) yang berenang, kemudian berkembang sesuai dengan
penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahun dan kebutuhan
perlombaan baik nasional maupun internasional agar dapat berenang dengan
lebih cepat sehingga pada akhirnya gaya ini dikenal dengan gaya free style. Penguasaan keterampilan yang baik dapat diperoleh melalui usaha
belajar dan pelatihan serta pengkajian terhadap teknik-teknik dan
faktor-faktor yang menunjang pada cabang olahraga yang bersangkutan. Menurut
(Pyke, Frank S, 1991:61) bahwa tanpa belajar atau pelatihan suatu
keterampilan tidak akan tercapai. Pembentukan keterampilan olahraga pada
umumnya banyak berhubungan dengan gerakan-gerakan koordinasi dari
komponen-komponen/organ-organ tubuh. Koordinasi gerakan tubuh
dipengaruhi oleh fungsi syaraf dan diperoleh dari hasil belajar dan pelatihan,
oleh sebab itu untuk memperoleh tingkat keterampilan gerak yang tinggi
diperlukan pelatihan dalam jangka waktu yang lama agar fungsi sistem
commit to user
gerak. Teknik renang gaya bebas merupakan kombinasi dari posisi badan,
gerakan lengan, gerakan kaki dan pernafasan yang harus dikoordinasikan
menjadi suatu rangkaian gerakan yang utuh, tidak terputus-putus.
Teknik-teknik renang gaya bebas yang harus dikuasai adalah sebagai
berikut :
1. Posisi Badan (Body Position)
- Posisi badan yang baik menurut (Hay, James G, 1993: 430) adalah
posisi yang dapat memberikan gaya dorong maksimal dan mengurangi
gaya hambatan sampai minimal. Untuk memenuhi persyaratan
tersebut, posisi badan terlungkup, kepala sedikit dibawah permukaan
air, tungkai lemas lurus kebelakang.
- Pada prinsipnya dalam berenang ini diusahakan supaya letak tubuh itu
hampir sejajar dengan permukaan air (streamline atau hidrodinamis)
kemudia dahi, letak bahu, dan pinggul berada di tengah-tengah
permukaan air disertai dengan letak tumit sedikit di atas permukaan
air.
- Tubuh harus berputar pada garis pusat atau pada rotasinya.
- Hindarkan kemungkinan terjadinya gerakan-gerakan tangan dan kaki
commit to user
Gambar 2. Posisi Badan (body Position) Meliuk Saat Berenang. (Bachtiar Burhan, dkk., 2000:67)
- Pada sikap kepala yang normal
· Untuk perenang jarak pendek/sprinters, sikap kepala cenderung
agak naik (arah pandangan agak lurus kedepan)
· Untuk perenang jarak menengah dan jarak jauh, sikap kepala agak
rendah (arah pandangan sedikit membentuk sudut dengan dasar
kolam)
2. Gerakan Kaki (Floating Kick)
- Fungsi kaki yang utama adalah sebagai stabilitator (pengatur
keseimbangan tubuh) dan sebagai alat pendorong/penggerak untuk
menjadikan tubuh tetap dalam keadaan streamline, sehingga tahanan
menjadi kecil.
- Irama gerakan kaki terdiri dari beberapa macam yaitu ;
commit to user
· Naik turun dengan 6 pukulan kaki (the six baet kick), dengan kedalaman kaki di bawah permukaan air ketika naik turun dari atas
permukaan air berkisar 25-30 cm.
· Naik turun dengan 4 pukulan kaki (the four beat kick)
· Naik turun dengan 2 pukulan kaki (the two baet kick)
Gambar 3. Gerakan Kaki (floating kick). (Thomas, David G. 1998:114)
3. Pernafasan (Breathing)
- Pengambilan nafas sebaiknya dilakukan se efektif mungkin, agar
hambatan yang terjadi dalam gerak maju lebih kecil. Pengambilan
nafas dilakukan dengan beberapa cara :
· Memutar kepala ke arah kanan saja,
· Memutar kapala ke arah kiri saja
· Memutar kepala ke kanan atau ke kiri pada jarak tertentu.
- Pengambilan nafas dilakukan pada saat berakhirnya gerakan tangan
commit to user
Gambar 4. Gerakan Mengambil Nafas/pernafasan (Breathing). (Thomas, David G. 1998:114)
4. Gerakan Lengan/ Rotasi Tangan (Hand Rotation)
Gerakan lengan ditekankan pada gerakan menarik dan mendorong air
dengan cepat agar tubuh meluncur ke depan disamping sebagai
pengaturan keseimbangan tubuh.
a. Fase-fase rotasi tangan gaya bebas terdiri dari :
- Fase masuk permukaan air (entry phase)
· Masuk permukaan air dengan menggunakan ujung-ujung jari,
dengan posisi telapak tangan menghadap ke bawah (telungkup)
dan ibu jari masuk terlebih dahulu.
· Usahakan masuknya tangan ke permukaan air, sejauh mungkin
dapat dijangkau lurus ke depan.
- Fase menangkap (catch Phase)
· Fase ini dilakukan setelah fase masuk tangan ke permukaan air
commit to user
· Fase ini terbagi dua yaitu fase membuka (outward atau
outsweep) dan fase menekan (downward)
- Fase menarik (pullphase)
Untuk memahami fase menarik ini, perlu digambarkan bahwa
tubuh pada dasarnya mempunyai garis tengah atau garis sumbu
yang sifatnya khayal yang sering disebut dengan nama garis pusat
(centre line). Fase menarik dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu :
· Menarik hingga jari tangan berada pada posisi agak jauh dari
garis pusat.
· Menarik hingga jari tangan berada pada posisi mendekati garis
pusat
· Menarik hingga jari tangan berada pada posisi menyilang tubuh
dan memotong garis pusat.
· Versi Maglischo, fase menarik diberi istilah dengan nama fase
sapuan ke dalam (insweep atau inward). - Fase mendorong (push phase)
Fase ini dilakukan setelah fase menarik ke dalam telah berakhir.
Akhir dari fase mendorong adalah bagian bawah dari paha, dengan
patokan ibu jari menyentuh bagian samping paha.
- Fase istirahat (recovery phase)
Sesuai dengan tingkat kelentukan tubuh, khusus pada bahu maka
commit to user
· Siku diangkat tinggi, mereka yang memiliki kelentukan tinggi
· Siku diangakat sedang, kelentukan sedang
· Siku rendah dan kadang-kadang mengarah lurus, tingkat
kelentukan sangat rendah
· Fase ini dilakukan setelah berakhirnya fase mendorong,
perhatikan agar saat dimulainya fase ini posisi telapak tangan
menghadap ke dalam.
b. Pola Gerak Lengan di Dalam Air
Gerakan lengan di dalam air, harus diperhitungkan berdasarkan pola
gerak disamping teknik gerak. Pola gerak modern yang dipakai oleh
para perenang gaya crawl pada saat ini adalah pola gerak S dan pola gerak tanda tanya terbalik, kedua pola gerak tersebut mempunyai
pengaruh terhadap kecepatan. Gerakan lengan renang gaya crawl yang
sesuai dengan biomekanika dan tuntutan agar bergerak cepat untuk
mengejar waktu yang sependek mungkin (secepat-cepatnya), maka
pada waktu di udara lengan tidak lurus, tetapi ditekuk pada siku.
-Pola Gerak S
Pola gerak S merupakan merupakan pendekatan teori berdasarkan
commit to user
Keterangan :
--- = Arah gerak
S = Gerakan yang dibayangkan melalui mental imajinasi
Gambar 5. Pola Gerak Tangan S. Pattern. (Dumadi dan
Kasiyo DW, 1992:42)
- Pola gerak tanda tanya terbalik
Pola gerak tanda tanya terbalik juga merupakan perwujudan dari
teori baling-baling (teori Propeller) yang berlandaskan hukum
Bernouille. Pola gerak lengan tanda tanya terbalik dalam renang gaya crawl dapat dilihat gambar dibawah ini :
Keterangan :
--- = Arah gerakan tanda tanya
terbalik
commit to user
5. Renang lengkap (koordinasi gerak saat berenang)
Setelah menguasai bagian demi bagian dalam teknik renang gaya bebas,
maka langkah selanjutnya adalah mengkoordinasikan dari
gerakan-gerakan yang telah di uraikan tersebut untuk membentuk suatu kesatuan
gerak yang utuh yang disebut dengan renang gaya bebas, seperti gambar
berikut ini :
Gambar 7. Gerakan Renang Gaya Bebas. (Hay, James G, 1993:359)
b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Renang
Kecepatan mencakup tiga jenis yaitu waktu reaksi, frekuensi gerakan
setiap satuan waktu dan kecepatan untuk menempuh jarak tertentu. Unsur
kecepatan meliputi kecepatan reaksi atau kecepatan menjawab suatu
rangsangan, kecepatan bergerak (speed of movement), kecepatan (sprint)
atau kemampuan organisme untuk bergerak ke depan dengan sangat cepat.
Menurut (Pate, Russell R., Mc. Clenaghan, Bruce., and Rotella, Robert,
1984:96) bahwa kecepatan ditentukan oleh tipe otot atau banyaknya otot
commit to user
teknik gerakan serta kekuatan otot. Olahragawan yang memiliki serabut otot
cepat (fast twitch fiber) lebih banyak, kecepatannya lebih tinggi. Hal ini dikarenakan otot cepat mampu berkontraksi lebih cepat dibandingkan
dengan otot lambat (slow twitch fiber). (Nossek, J. 1982:56) mengemukakan secara skematik faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan gerak suatu
otot adalah sebagai berikut :
Gambar 8. Skematik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan. (Nossek, J. 1982:35)
Selanjudnya (Suharno H.P, 1993:79). Menyatakan bahwa “
kecepatan dipengaruhi oleh macam myofibril otot yang dibawa sejak lahir
(pembawaan), pengaturan sistem persarafan, kekuatan otot, kemampuan
elastisitas otot, relaksasi otot, kemauan dan disiplin individu atlet”.
Berikutnya oleh (Bompa, Tudor O, 1999:368) menyebutkan bahwa
commit to user
untuk mengatasi tahanan (resistance) eksternal, teknik, konsentrasi dan semangat serta elastisitas otot. Gerakan yang cepat dan kuat tidak dapat
dilakukan dalam jangka waktu yang lama, hal ini hanya mampu
dipertahankan beberapa detik saja, oleh karena itu kecepatan juga
ditentukan oleh faktor kapasitas anaerobic. Adapun kapasitas anaerobic
seseorang ditentukan oleh : a). Persediaan ATP-PC dan glikogen otot, b).
Prosentase serabut otot cepat, c). Kemampuan menanggung beban asam
laktat, d). Aktivitas enzim yang berperan pada metabolisme anaerobic dan
sistem glikogen.
Kecepatan dalam menempuh suatu jarak tertentu, seperti dalam
renang gaya bebas juga dipengaruhi oleh “hambatan dan dorongan”.
Menurut (Sukintaka. 1987:73) dalam renang ada tiga jenis hambatan air,
yaitu :
1. Hambatan dari depan adalah hambatan terhadap gerakan maju
(meluncur) yang ditimbulkan oleh air yang ada di depan perenang atau
didepan badan.
2. Hambatan berupa gesekan kulit yaitu hambatan yang disebabkan oleh
adanya gesekan kulit dengan air sehingga menimbulkan hambatan pada
sisi badan perenang.
3. Hambatan yang berupa pusaran air dibelakang perenang yaitu hambatan
yang disebabkan oleh air yang dapat menghisap bagian belakang badan
yang tidak mendatar, sehingga badan harus menarik sejumlah
commit to user
Dorongan merupakan daya atau force yang menyebabkan perenang dapat bergerak maju dimana hal ini disebabkan oleh gerakan lengan dan
tungkai yang berhasil menarik dan mendorong air kebelakang. (Soejoko
Hendromartono, 1992:8) mengatakan bahwa dorongan ini diperoleh dari
gerakan tangan atau gerakan kaki. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cepat
atau lambatnya gerakan maju (meluncur) dalam renang gaya bebas adalah
selisih antara besarnya daya dorong dengan hambatannya.
Gambar 9. Selisih Besarnya Hambatan dan Dorongan dalam Renang Gaya Bebas. (Soejoko Hendromartono, 1992 : 2)
c. Prinsip Pelatihan Kecepatan.
Kemampuan maksimal merupakan prestasi yang diperoleh melalui
pelatihan fisik yang sesuai dengan tujuan pelatihan. Namun harus disadari
bahwa konsep dasar dari pelatihan fisik adalah untuk meningkatkan
kemampuan fisik itu sendiri, setelah tercapai, baru dapat mempengaruhi/
meningkatkan prestasi yang dimaksud. Karena tujuan pelatihan adalah
untuk mempengaruhi kecepatan maksimal dalam berenang maka tidak
cukup hanya pelatihan fisik saja yang diperhatikan, namun pelatihan teknik
berenang juga. Pelatihan kecepatan pada perinsipnya bahwa otot lengan
harus berkontraksi berulang-ulang dengan secepat-cepatnya. Di samping itu
untuk meningkatkan kecepatan kontraksi otot, hal yang paling penting D = dorongan
H = hambatan
D
commit to user
adalah prinsip beban bertambah yang diberikan dalam suatu periode
pelatihan guna mencapai beberapa gerakan tubuh yang cepat dalam waktu
yang singkat. Dengan demikian, pelatihan kecepatan berlangsung dalam
waktu yang cepat dan ditentukan oleh kapasitas anaerobic. Disamping itu
dalam pelatihan kecepatan otot harus berkontraksi berulang-ulang dengan
cepat. Kecepatan akan semakin tinggi oleh peningkatan kekuatan dan
kelentukan otot dengan memperbaiki efisiensi mekanika gerak.
d. Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas
Dalam banyak cabang olahraga kecepatan merupakan komponen
yang sangat penting dimana kecepatan menjadi faktor penentu didalam
menentukan tingginya prestasi seseorang seperti lari jarak pendek, renang
jarak pendek dan beberapa cabang olahraga permainan seperti sepak bola,
bola basket dan sebagainya. (Harsono, 1988 : 216) mengatakan kecepatan
adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara
berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan
untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
(Bompa, Tudor O, 1994:309) juga menyatakan bahwa salah satu
kemampuan biomotorik yang sangat penting dilakukan dalam olahraga
adalah kecepatan, atau kapasitas untuk berpindah, bergerak secepat
mungkin. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk
mencapai prestasi maksimal dalam olahraga, dimana penyelesaiannya harus
menempuh suatu jarak tertentu dan dilakukan dalam waktu yang singkat
commit to user
Menurut (Kirkendall, Don R., Gruber, Joseph J., and Johnson,
Robert E, 1980), kecepatan didefinisikan sebagai jarak per satuan waktu,
yakni kecepatan di ukur dengan satuan jarak dibagi dengan satuan waktu.
Secara fisik, kecepatan didefinisikan sebagai jarak per-satuan waktu.
Sedangkan secara fisiologis, kecepatan diartikan sebagai kemampuan
berdasarkan kemampuan gerak yang dipengaruhi sistem syaraf atau
perangkat otot untuk melakukan gerakan dalam satuan waktu tertentu.
Secara ilmu fisika kecepatan diformulasikan dengan rumus :
t d
V= , dimana :
V = Kecepatan (speed). d = Jarak (distance). t = Waktu (time).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat didefinisikan bahwa kecapatan
renang 50 meter gaya bebas adalah kemampuan tubuh untuk bergerak maju
menempuh jarak renangan 50 meter dengan kecepatan penuh dalam waktu
yang secepat-cepatnya.
Menurut (Bompa, Tudor O, 1994:310), bahwa kecepatan dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kecepatan umum dan kecepatan
khusus. Kecepatan umum adalah kapasitas untuk melakukan beberapa
macam gerak reaksi (reaksi motorik) dengan cara cepat. Persipan fisik
secara umum maupun khusus dapat memperbaiki kecepatan umum tersebut.
Kecepatan khusus adalah kapasitas untuk melakukan suatu pelatihan atau
keterampilan pada kecepatan tertentu, yang biasanya sangat tinggi sesuai
commit to user
cabang olahraga dan sebagian tidak dapat ditransferkan. Kecepatan khusus
hanya mungkin dikembangkan melalui metode khusus, namun demikian
perlu dicari bentuk pelatihan alternatifnya. Seseorang tidak akan
memperolah transfer yang positif, kecuali jika memperbaiki struktur
gerakan yang mirip dengan pola keterampilannya. Dalam renang 50 meter
kecepatan ini tidak dapat dipisahkan, dimana kecepatan kayuhan kedua
lengan secara bergantian demikian juga kecepatan pukulan kedua kaki
merupakan kecepatan khusus yang harus dilatih hingga menjadi suatu
keterampilan yang mutlak dalam renang gaya bebas. Inti dari olahraga
renang jarak 50 meter gaya bebas adalah terletak pada kecepatannya, oleh
karena itu faktor kecepatan merupakan unsur utama yang harus di
perhatikan.
(Imam hidayat 1999:147) menyatakan bahwa kecepatan renang
ditentukan oleh frekuensi kayuhan dan panjang kayuhan. Untuk
memperbesar frekuensi kayuhan dalam renang gaya bebas membutuhkan
komponen kecepatan dan daya ledak yang disebut dengan power otot lengan, juga tidak terlepas dari sistem energi predominan yang
dipergunakan dalam pelatihan. Untuk mengembangkan sistem energi
commit to user
2. Sumber Energi
a. Definisi Energi
Sebelum banyak makna yang dapat diberikan kepada sebuah
pembahasan tentang sumber energi, kita perlu mendefinisikan energi.
Mungkin kita semua memiliki beberapa ide tentang sifat energi. Kata-kata
yang umum seperti gaya, daya, kekuatan, tenaga, gerakan, hidup, dan
bahkan semangat kurang lebih mengemukakan ide tentang energi. Akan
tetapi, istilah ini tidak memberi kita deskripsi yang memuaskan tentang
makna yang sesungguhnya dari energi. Selanjutnya, mereka tidak
meminjamkan dirinya kepada penghitungan ilmiah. Maka dari itu, para
ilmuwan mendefinisikan energi sebagai kapasitas atau kemampuan untuk
melakukan pekerjaan. Kerja kita definisikan sebagai penerapan sebuah gaya
melalui suatu jarak. Akibatnya, energi dan kerja tidak dapat dipisahkan.
Ada enam bentuk energi yaitu: (1) kimia, (2) mekanik, (3) panas
(kalor), (4) cahaya, (5) listrik, dan (6) nuklir. Masing-masing dapat diubah
dari satu bentuk ke bentuk yang lain. ‘Transformasi energi’ ini merupakan
kisah yang mengagumkan dan menarik, terutama jika diterapkan pada dunia
biologis. Khususnya, kita tertarik dengan transformasi energi kimia menjadi
energi mekanik. Energi mekanik dimanifestasikan dalam gerakan manusia,
yang sumbernya berasal dari mengubah makanan menjadi energi kimia
commit to user
b. Siklus Energi Biologis
Semua energi dalam sistem tata surya kita berasal dari matahari.
Darimanakah energi yang disebut energi matahari ini berasal ? Energi
matahari sesungguhnya timbul dari energi nuklir. Beberapa energi nuklir ini
mencapai bumi sebagai sinar matahari atau energi cahaya. Jutaan tanaman
hijau yang mendiami bumi kita menyimpan sebagian dari energi ini dari
sinar matahari masih dalam bentuk lain – energi kimia. Nantinya, energi
kimia ini digunakan oleh tanaman hijau untuk membentuk molekul-molekul
makanan seperti glukosa, selulosa, protein, dan lipid dari karbon dioksida
(CO2) dan air (H2O). Proses ini, dimana tanaman hijau membuat
makanannya sendiri, disebut fotosintesis. Di lain pihak, kita tidak mampu
melakukan hal ini; kita harus memakan tumbuhan dan binatang lain untuk
pasokan makanan kita. Maka dari itu, kita secara langsung tergantung
kepada kehidupan tanaman dan pada akhirnya, kepada sinar matahari untuk
energi kita.
Makanan dengan keberadaan O2 dipecah menjadi CO2 dan H2O
dengan pembebasan energi kimia dengan sebuah proses metabolisme yang
disebut pernapasan. Satu-satunya tujuan dari pernapasan metabolisme
adalah untuk memasok energi yang kita perlukan untuk menjalankan proses
biologis seperti kerja kimia pertumbuhan dan kerja mekanik kontraksi otot.
commit to user
Gambar 10. Siklus Energi Biologi. (Fox, Edward L., Bowers, Richard W., dan Foss, Merle L, 1993 :14)
c. Adenosin Triphosphat -ATP
Kita sekarang tahu apa yang dimaksud dengan energi, darimana ia
berasal, dan bahwa hal itu dipasok kepada kita oleh makanan yang kita makan.
Masalah kita berikutnya adalah untuk memahamai bagaimana energi ini
digunakan untuk melakukan kerja fisiologis, terutama kerja mekanik kontraksi
otot. Energi yang dilepaskan pada saat pemecahan makanan tidak secara
langsung digunakan untuk melakukan kerja. Melainkan hal ini dipergunakan
untuk membuat senyawa kimia lain yang disebut adenosine trifosfat, atau lebih
mudahnya ATP, yang disimpan didalam semua otot. Hanya dari energi yang
dilepaskan oleh pemecahan ATP sel dapat melakukan usaha khususnya.
Struktur ATP terdiri dari suatu rangkaian komponen adenosine dan tiga
kelompok posfat. (Foss, Merle L., and Keteyian, Steven J, 1998 : 19)
commit to user
yaitu adenosine dan tiga bagian lainnya yaitu kelompok-kelompok fospat. Ikatan antara dua penghubung kelompok posfat ini dinamakan ikatan berenergi tinggi.
Gambar 11. Struktur ATP. (Foss, Merle L., and Keteyian, Steven J, 1998 : 19)
Keterangan :
A. Struktur ATP yang disederhanakan, menunjukkan ikatan fosfat berenergi tinggi. B. Pemecahan ATP menjadi ADP dan Pi dengan mengeluarkan energi yang berguna. Pemecahan satu mole ATP mengeluarkan energi sebesar 7-12 kcal.
Adenosin Triphosphat (ATP), merupakan energi yang diperlukan untuk
kontraksi otot dan daur cross bridge selama proses kontraksi, tetapi persediaan
ATP di dalam otot hanya sedikit sekali, sehingga akan habis terpakai dalam
kontraksi maksimal otot dalam satu detik. Untungnya tubuh mampu
mengisi/melengkapi ATP hampir secepat waktu yang dibutuhkan untuk
pemecahannya (ATP). (Junusul Hairy, 1989:71)
Karena ATP yang disimpan di dalam sel otot sedikit sekali jumlahnya,
maka keadaan ini sangat sensitif untuk pengaturan metabolisme energi
didalam sel. Untuk mempertahankan sejumlah kecil ATP, konsentrasi relatif
ini segera diganti dengan meningkatkan metabolisme energi didalam sel,
dengan segera merangsang pemecahan simpanan zat-zat gizi untuk
commit to user
menyediakan energi untuk resintesa ATP. Dalam keadaan demikian
metabolisme energi meningkat dengan cepat pada awal pelatihan. Jumlah total
ATP didalam tubuh pada setiap saat sekitar 3 ons. Jumlah ini hanya dapat
menyediakan energi untuk aktivitas maksimal beberapa detik saja. Karena
ATP tidak dapat disuplai melalu darah atau dari jaringan lain, maka ATP harus
secara kontinyu ada didalam setiap sel. Di dalam sel-sel otot, energi untuk
resintesis ATP disuplai dengan cepat tanpa oksigen dengan mengubah tenaga
kimiawi dari ikatan posfat yang berenergi tinggi, yang disebut posfat cratin
(PC). Konsentrasi PC dalam sel 3 – 5 kali jumlah ATP. Berdasarkan alasan
ini, maka posfat keratin dianggap sebagai cadangan posfat berenergi tinggi.
(Junusul Hairy, 1989:72). Karena PC memiliki energi hidrolisis lebih besar dari
ATP, maka energi hidrolisis posfat disumbangkan secara langsung ke ADP
untuk membentuk kembali ATP. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim kinase keratin.
Apabila energi cukup tersedia, keratin dan posfat dapat besenyawa untuk
membentuk kembali keratin posfat (PC). Demikian juga dengan ATP ; rangkaian
ADP dan P untuk membentuk kembali ATP.
Kerja Bologis
ATP ADP + P +
CP C + P +
Gambar 12. ATP dan PC Merupakan Sumber Energi Tinggi yang Bersifat Anaerob. (Junusul Hairy, 1989:73)
Energi