• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL ANAEROB RASIO WAKTU KERJA ISTIRAHAT 1 3, 1 5 DAN 1 7 TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA BEBAS DITINJAU DARI POWER OTOT LENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL ANAEROB RASIO WAKTU KERJA ISTIRAHAT 1 3, 1 5 DAN 1 7 TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA BEBAS DITINJAU DARI POWER OTOT LENGAN"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERBEDAAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL ANAEROB RASIO WAKTU KERJA-ISTIRAHAT 1:3, 1:5 DAN 1:7 TERHADAP PENINGKATAN

KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA BEBAS DITINJAU DARI POWER OTOT LENGAN

(Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Putra Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derejat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh :

Andarias Ginting A120809103

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PERBEDAAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL ANAEROB RASIO WAKTU KERJA-ISTIRAHAT 1:3, 1:5 DAN 1:7 TERHADAP PENINGKATAN

KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA BEBAS DITINJAU DARI POWER OTOT LENGAN

(Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Putra Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan)

Disusun oleh :

Andarias Ginting A120809103

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I. Prof. Dr. Sugiyanto ……….… ….………….

Pembimbing II. Prof.Dr.H.M. Furqon H, M.Pd ……… .………

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

(3)

commit to user

iii

PERBEDAAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL ANAEROB RASIO WAKTU KERJA-ISTIRAHAT 1:3, 1:5 DAN 1:7 TERHADAP PENINGKATAN

KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA BEBAS DITINJAU DARI POWER OTOT LENGAN

(Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Putra Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan)

Disusun oleh :

Andarias Ginting A120809103

Telah disetujui dan disyahkan oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. M. Doewes, dr., AIFO ..………….… ….………….

Sekretaris Dr. Kiyatno, dr., M.Or., AIFO ……… .……….

Anggota

Penguji : 1. Prof. Dr. Sugiyanto ……… …………..…

2. Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd ……… ………

Surakarta, Agustus 2011

Mengetahui,

Direktur PPs UNS Ketua Prodi Ilmu Keolahragaan

Pascasarjana UNS

Prof. Drs. Suranto., M.Sc., Ph.D Prof. Dr. Sugiyanto

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Andarias Ginting

NIM : A120809103

Program Studi : Ilmu Keolahragaan

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul Perbedaan Pengaruh Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja-Istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 Terhadap Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Ditinjau Dari Power Otot Lengan” adalah benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 25 Juli 2011

Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

v

MOTTO

Dengan Ketulusan Hati Tesis Ini Penulis Persembahkan Kepada ;

v Ayahanda Amir Ginting dan Ibunda Alhm. Asaria Br Sitepu Beserta Seluruh Keluarga yang Saya Mulyakan

v Istri Tercinta Diana Novita Br Sitepu dan Anak-Anakku ; Irsyad El Hamdi Ginting dan

Firnannisa Masthura Br Ginting.

v Seluruh Pembaca

DENGAN

ILMU PENGETAHUAN

SEJAHTERAKAN KELUARGA dan BAHAGIAKAN ORANG LAIN

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa,

karena atas berkat, rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini

dengan bejudul ”Perbedaan Pengaruh Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu

Kerja-Istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 Terhadap Peningkatan Kecepatan Renang 50

Meter Gaya Bebas Ditinjau Dari Power Otot Lengan”

Dalam kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih

yang tak terhingga, terutama kepada Dosen Pembimbing yaitu yang terhormat

Prof. Dr. Sugiyanto dan Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd yang telah

dengan sabar membimbing dan senantiasa memberikan semangat, ilmu, arahan,

masukan, koreksi sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Serta kepada seluruh

Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret, yang dengan tulus telah memberikan ilmu dan pengetahuan, serta

berbagai pengalaman kepada penulis selama menempuh pendidikan di Program

Studi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan terima kasih yang tak

terhingga kepada :

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memeberikan

kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

2. Rektor Universitas Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan tugas

belajar kepada penulis untuk melanjutkan Pendidikan di Program Studi Ilmu

Keolahragaan PPs Universitas Sebelas Maret.

3. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

melakukan penelitian dalam rangka memenuhi tugas akhir.

4. Prof. Dr. Sugiyanto., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan PPs

Universitas Sebelas Maret yang senantiasa memberikan motivasi, bimbingan,

(7)

commit to user

vii

5. Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr., PFark., MARS., AIFO., selaku Sekretaris

Program Studi Ilmu Keolahragaan PPs Universitas Sebelas Maret yang

senantiasa memeberikan motivasi, bimbingan, serta dorongan untuk segera

menyelesaikan tesis ini.

6. Drs. Basyaruddin Daulay, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Medan yang memberikan ijin penelitian kepada penulis

serta bimbingan dan motivasinya untuk menyelesaikan tesis ini.

7. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fik Unimed

yang telah memberikan dorongan, semangat dan motivasi untuk

menyelesaikan tesis ini.

8. Ketua, Koordinator dan seluruh anggota I–MHERE Unimed, yang telah

memberikan kesempatan, bantuan moril, materil dan motivasi untuk

melanjudkan studi sampai akhir penyelesaian tesis ini

9. Pimpinan kolam renang Sejahtera Club Chain Unimed yang telah

memberikan izin pemakaian tempat dan fasilitas kolam renang dalam

pelaksanaan penelitian tesis ini.

10. Seluruh rekan-rekan Dosen Fakutas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Medan serta Abangnda Sabar Surbakti dan Sumanto yang telah memberikan

dorongan, semangat dan motivasi untuk menyelesaikan tesis ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

Terakhir harapan penulis, semoga kebaikan dan bantuan yang telah

diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal oleh Allah Yang Maha

Kuasa serta memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Surakarta, Juli 2011 Peneliti,

(8)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan... 23

c. Prinsip Pelatihan Kecepatan... 26

(9)

commit to user

a. Sistem ATP-PC (Adenosine Triphosphate –Phospho Creatine) ... 35

b. Sistem Glikolisis Anaerobik (Lactic Acid System)... 37

c. Sistem Aerobik atau Sistem Oksigen... 39

1). Glikolisis Aerob (Aerobic Glycolysis)... 41

2). Siklus Krebs (The Krebs Cycle)... 42

3). Sistem Transport Elektron (The Electron Transport System)... 45

4. Pelatihan Interval Anaerob ... 47

a. Kebutuhan Waktu Pemulihan ... 58

1). Pemulihan Oksigen ... 59

2). Pemulihan Energi... 61

b. Jenis Relief Interval ... 64

1). Istirahat Diantara Repetisi (Take a Rest Among Repetition.)... 65

2). Istirahat Diantara Set ... 65

c. Rasio Waktu Kerja-Istirahat... 65

1). Kelebihan dan Kekurangan Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja – Istirahat 1:3... 66

2). Kelebihan dan Kekurangan Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja – Istirahat 1:5... 67

3). Kelebihan dan Kekurangan Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja – Istirahat 1:7... 69

5. Power Otot... 70

a. Power Otot Lengan ... 72

(10)

commit to user

x

c. Peranan Power Otot Lengan Terhadap Peningkatan

Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas... 77

B.Penelitian Yang Relevan... 79

C.Kerangka Berfikir ... 81

D.Pengajuan Hipotesis... 85

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 86

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 86

B. Metode Penelitian... 86

C. Variabel Penelitian ... 88

D. Definisi Operasional Variabel ... 88

E. Populasi dan Sampel ... 90

F. Teknik Pengumpulan Data ... 91

G. Teknik Analisa Data ... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 103

A. Deskripsi Data... 103

B. Pengujian Prasyarat Analisis Variansi ... 109

1. Uji Normalitas Populasi ... 109

2. Uji Homogenitas Variansi Populasi ... 110

C. Pengujian Hipotesis ... 111

1. Hipotesis Pertama... 111

2. Hipotesis Kedua ... 112

3. Hipotesis Ketiga ... 112

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 113

E. Keterbatasan Penelitian ... 117

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Implikasi... 119

C. Saran... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 123

(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Istilah-istilah yang Biasa Digunakan dalam Pelatihan Interval

dan Definisinya ... 53

Tabel 2. Resep Pelatihan Interval Berdasarkan Jarak Pelatihan ... 53

Tabel 3. Pembentukan Phosphagen Selama Istirahat Setelah Pelatihan ... 63

Tabel 4. Rekomendasi Waktu Pemulihan yang Dianjurkan Setelah Pelatihan .. 63

Tabel 5. Rancangan Penelilian (factorial design) 3x2... 87

Tabel 6. Standard untuk Menginterpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas... 95

Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data ... 95

Tabel 8. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan... 99

Tabel 9. Deskripsi Gain Skor Tes Awal dan Tes Akhir Keseluruhan Kelompok Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja-Istirahat ... 109

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Populasi ... 110

Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Populasi ... 110

Tabel 12. Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan ... 111

(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Illustrasi Grafik Prestasi Olahraga Sumatera Utara

pada PON I – XV ... 1

Gambar 2. Posisi Badan (body position) Meliuk Saat Berenang... 17

Gambar 3. Gerakan Kaki (floating kick)... 18

Gambar 4. Gerakan Mengambil Nafas/pernafasan (breathing)... 19

Gambar 5. Pola Gerak Tangan S Pattern... 22

Gambar 6. Pola Gerak Tanda Tanya Terbalik Lengan pada Renang Gaya Crawl Dilihat dari Bawah ... 22

Gambar 7. Gerakan Renang Gaya Bebas ... 23

Gambar 8. Skematik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan ... 24

Gambar 9. Selisih Besarnya Hambatan dan Dorongan dalam Renang Gaya Bebas ... 26

Gambar 10. Siklus Energi Biologi ... 32

Gambar 11. Struktur ATP ... 33

Gambar 12. ATP dan PC Merupakan Sumber Energi Tinggi yang Bersifat Anaerob ... 34

Gambar 13. Siklus Krebs ... 43

Gambar 14. Sistem Transport Elektron... 45

Gambar 15. Kurva Peningkatan Beban Pelatihan Secara Bertahap... 54

Gambar 16. Pengosongan dan Pengisian Kembal Energi ATP dan PC pada Kerja intermeittent... 62

Gambar 17. Illustrasi Interdependensi Antara Kemampuan Gerak ... 75

Gambar 18. Gerakan Tangan Menyisir... 77

Gambar 19. Gerakan Tangan Menyisir Dianalogikan Dengan Gerakan Baling-baling... 78

Gambar 20. Illustrasi Pembagian Kelompok Sampel Penelitian ... 91

(13)

commit to user

xiii

Gambar 22. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas

Kelompok a1b1... 103

Gambar 23. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Kelompok a1b2... 104

Gambar 24. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Kelompok a2b1... 105

Gambar 25. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Kelompok a2b2... 106

Gambar 26. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Kelompok a3b1... 107

Gambar 27. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Kelompok a3b2... 108

Gambar 28. Sampel Melakukan Penimbangan Berat Badan ... 164

Gambar 29. Sampel Saat Melakukan Awalan Vertical Arm Pull Test... 164

Gambar 30. Sampel Saat Pelaksanaan Vertical Arm Pull Test... 165

Gambar 31. Pengukuran Hasil Vertical Arm Pull Test ... 165

Gambar 32. Sampel Saat Diatas Balok Start... 166

Gambar 33. Sampel Saat Pelaksanaan Renang 50 Meter Gaya Bebas ... 166

Gambar 34. Sampel Saat Finish Renang 50 Meter Gaya Bebas... 167

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rancangan Perencanaan Penelitian... 126

Lampiran 2. Program Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu

Kerja – Istirahat 1:3 ... 127

Lampiran 3. Program Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu

Kerja – Istirahat 1:5 ... 128

Lampiran 4. Program Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu

Kerja – Istirahat 1:7 ... 129

Lampiran 5. Prosedur Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Power

Otot Lengan... 130

Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Tes Power Otot Lengan ... 132 Lampiran 7. Uji Reliabilitas Power Otot Lengan Dengan Anava ... 133 Lampiran 8. Prosedur Pelaksana Tes dan Pengukuran Kecepatan

Renang 50 Meter Gaya Bebas... 136

Lampiran 9. Hasil Tes Awal Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas ... 137

Lampiran 10. Uji Reliabilitas Hasil Tes Awal Kecepatan Renang 50 Meter

Gaya Bebas Dengan Anava... 138

Lampiran 11. Klasifikasi Hasil Tes Power Otot Lengan ... 141 Lampiran 12. Kelompok Pelatihan Interval Anaerob Ratio Waktu

Kerja- Istirahat Berdasarkan Klasifikasi Power Otot Lengan

Baik dan Kurang yang di Random... 142 Lampiran 13. Hasil Tes Akhir Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas... 144

Lampiran 14. Uji Reliabilitas Hasil Tes Akhir Kecepatan Renang 50 Meter

Gaya Bebas Dengan Anava... 145

Lampiran 15. Rekapitulasi Hasil Tes Kecepatan Renang 50 Meter Gaya

Bebas, Klasifikasi Power Otot Lengan dan Pembagian

(15)

commit to user

xv

Lampiran 16. Gain Skor Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan

Renang 50 Meter Gaya Bebas... 149

Lampiran 17. Uji Normalitas dengan Metode Lilliefors... 151

Lampiran 18. Uji Homogenitas Variansi Populasi ... 154

Lampiran 19. Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Sama ... 155

Lampiran 20. Uji Lanjut Pasca Anava ... 158

Lampiran 21. Profil Interaksi ... 163

Lampiran 22. Dokumentasi dan Surat-Surat Penelitian... 164

Lampiran 23. Distribusi Normal Baku... 168

Lampiran 24. Nilai Kritik untuk Uji Lilliefors... 169

Lampiran 25. Nilai χ2α;ν... 170

(16)

commit to user

xvi ABSTRAK

ANDARIAS GINTING. NIM. A.120809103. 2011 PERBEDAAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL ANAEROB RASIO WAKTU KERJA-ISTIRAHAT 1:3, 1:5 DAN 1:7 TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA BEBAS DITINJAU DARI POWER OTOT LENGAN. (Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Putra Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan). Komisi Pembimbing I : Prof. Dr. Sugiyanto., Pembimbing II : Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd. Tesis. Program Studi Ilmu Keolahrgaan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1). Perbedaan pengaruh antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja - istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. (2). Perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas antara perenang yang memiliki power otot lengan baik dan kurang. (3). Pengaruh interaksi antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja–istirahat dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas.

Penelitian dilaksanakan di Kolam Renang SCC Universitas Negeri Medan selama dua bulan. Penelitian dilaksanakan dengan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 3x2. Populasi penelitian adalah mahasiswa putra Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan yang berjumlah 64 orang. Sampel penelitian berjumlah 36 orang yang diambil dengan teknik purposif sampling. Variabel penelitian terdiri dari variabel independen manipulatipyaitu ; pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7. Variabel independen atributip yaitu ; power otot lengan baik dan kurang serta variabel dependen yaitu ; peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. Teknik pengumpulan data power otot lengan diperoleh melalui vertical arm full test, data kecepatan renang dengan tes renang jarak 50 meter. Teknik analisis data menggunakan analisis variansi dua jalan dengan taraf signifikansi α = 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1). Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. Terbukti berdasarkan analisis variansi dengan hasil Fobs= 1,18 < Fα= 3.32.

2). Tidak ada perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas yang signifikan antara perenang yang memiliki power otot lengan baik dan kurang. Terbukti berdasarkan analisis variansi dengan hasil Fobs= 1,40 < Fα= 4.17.

3). Tidak ada pengaruh interaksi yang signifikan antara pelatihan interval anerob rasio waktu kerja-istirahat dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. Terbukti berdasarkan analisis variansi dengan hasil Fobs=1,19 < Fα=3.32.

(17)

commit to user

xvii ABSTRACT

ANDARIAS GINTING. NIM. A.120809103. 2011 EFFECT OF DIFFERENT TRAINING TIME WORK INTERVAL ANAEROBIC-REST RATIO 1:3, 1:5 AND 1:7 ON INCREASING THE SPEED POOL 50 METRES FREE STYLE FROM REVISED POWER ARM MUSCLES. (Experimental Study On Student Son Sport Science Faculty, State University of Medan). The First Commission of Supervision: Prof. Dr. Sugiyanto., The Secont Supervision is: Prof. Dr. H. M Furqon H, M.Pd. Thesis. Sport Science Program, Graduate Program, Sebelas Maret University. Surakarta

This study aims to determine: (1). The difference between the effect of anaerobic interval training ratio of working time - a break 1:3, 1:5 and 1:7 to increase the speed of 50 meters freestyle swimming. (2). The difference increased speed of 50 meters freestyle swimming between swimmers who have a good power arm muscles and less. (3). Interaction effect between anaerobic interval training time work-rest ratio and arm muscle power to increase the speed of 50 meters freestyle swimming.

Research conducted at the SCC Swimming Pool, State University of Medan for two months. Research carried out by the experimental method with 3x2 factorial design. The study population is a student son coaching Sport Department of Education, Faculty of Sport Sciences, State University of Medan, amounting to 64 people. The samples numbered 36 people taken with the purposive sampling technique. Study variables consisted of the independent variable manipulation, namely: anaerobic interval training work-break time ratio 1:3, 1:5 and 1:7. Attributive independent variables, namely: good arm muscle power and less and dependent variables, namely: an increase in swimming speed of 50 meters freestyle. Engineering data collection arm muscle power obtained through the vertical arm full test, the data speed of swimming pool with a test distance of 50 meters. Data analysis techniques using two-way analysis of variance with significance level α = 0.05.

Based on the results of research can be concluded: 1). There was no significant difference in effect between anaerobic interval training time work-rest ratio of 1:3, 1:5 and 1:7 to increase the speed of 50 meters freestyle swimming. Proven by analysis of variance with the results of Fobs = 1.18 < F α =

3.32. 2). There was no difference in speed increase of 50 meters freestyle swimming significantly between the swimmer who has a good arm muscle power and less. Proven by analysis of variance with the results of F obs =

1.40 < F α = 4.17. 3). There was no significant interaction effect between training intervals anerob time work-rest ratio and arm muscle power to increase the speed of 50 meters freestyle swimming. Proven by analysis of variance with the results of Fobs = 1.19 < F α = 3.32.

(18)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Peringkat Nasional Provinsi Sumatera Utara pada umumnya semakin

meningkat setelah pernah terpuruk pada PON ke XIV tahun 1996 di Jakarta,

Sumatera Utara berada pada peringkat 12 Nasional namun pada PON berikutnya

tahun 2000, 2004 dan 2008 menunjukkan perubahan peringkat yang signifikan.

Grafik peningkatan peringkat olahraga Provinsi Sumatera Utara dalam PON II

(19)

commit to user

Peringkat Provinsi Sumatera Utara secara umum memang meningkat, seperti pada

PON XVII 2008 Kalimantan Timur yang mampu mencapai peringkat 7 Nasional,

sedangkan sebelumnya pada PON XVI 2004 Sumatera Selatan hanya mampu

pada peringkat 12 nasional. Setiap cabang olahraga yang mampu menyumbang

medali tentunya akan meningkatkan peringkat nasional suatu Provinsi pesera

PON, namun dalam perolehan medali per cabang olahraga ada yang menunjukkan

prestasi maksimal dan ada yang tidak.

Cabang olahraga akuatik pada PON XIV, atlet PRSI Provinsi Sumatera

Utara, hanya mampu memperoleh 2 medali, pada nomor 200 m gaya kupu-kupu

memperoleh medali perak dan 100 m gaya kupu-kupu memperoleh medali

perunggu, sementara renang gaya bebas tidak menunjukkan prestasi yang

memuaskan. Atlet PRSI Provinsi Sumatera Utara Pada PON XV Surabaya cabang

olahraga akuatik sama sekali tidak dapat menyumbang medali, namun pada PON

XVI Palembang terjadi peningkatan, atlet cabang olahraga akuatik mampu

menyumbang dua medali perunggu pada nomor 200 m renang gaya bebas dan 400

m renang gaya ganti perorangan. Renang gaya bebas juga tidak menunjukkan

prestasi yang memuaskan. Pada PON XVII Kalimantan Timur yang baru saja

berlangsung atlet cabang olahraga akuatik, nomor renang mampu menyumbang 2

medali emas yaitu 100 meter dan 200 meter gaya dada, namun pada nomor renang

gaya bebas, gaya punggung dan gaya kupu-kupu tidak menunjukkan prestasi.

Khususnya renang gaya bebas yang merupakan nomor perlombaan yang

bergengsi karena merupakan teknik renang yang menuntut kecepatan tinggi, sama

(20)

commit to user

XVIII mendatang Gubernur Sumatera Utara menantang para pengurus PRSI, bisa

merebut 7 hingga 8 medali emas di PON XVIII tahun 2012 di Pekanbaru. “Jika di

PON 2008 meraih 3 emas dan 2 perunggu, maka di PON Pekanbaru nanti

hendaknya bisa meraih 7 atau 8 emas,” tantang Gubernur Sumatera Utara.

Karenanya, para pengurus harus menjalankan organisasi dengan baik. Jadi

pengurus olahraga harus ikhlas dan siap meladeni atlet, bukan malah minta

diladeni,” ujar Gubernur Sumatera Utara.

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=PRSI+SUMUT&aq=o&aqi=&aql=&oq =&gs_rfai = http://www.pempropsu.go.id/lengkap.php?id=2112 (diunduh 14 Juni 2010)

Tantangan sekaligus amanah dari Gubernur Sumatera Utara ini menjadi

suatu motivasi untuk meningkatkan prestasi, namun untuk meningkatkan prestasi

olahraga bukan hal yang mudah, karena diperlukan persiapan, perencanan, waktu

yang lama, pelatihan yang terus menerus dan pengetahuan yang luas dengan

memaksimalkan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.

Prestasi renang yang memuaskan tidak akan tercapai dengan spekulatif, tetapi

harus melalui pelatihan yang intensif dengan program pelatihan yang baik

berdasarkan prinsip-prinsip pelatihan yang benar.

Pembinaan cabang olahraga renang harus mampu menciptakan inovasi

metode pelatihan baru yang dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, dengan :

1). Menerapkan penemuan-penemuan metode baru dari hasil penelitian ilmiah, 2).

menerapkan metode pelatihan yang relevan, selaras dengan perkembangan

pemanfaatan bidang ilmu dan teknologi, dan 3). Mengkolaborasi antara penemuan

(21)

commit to user

Kendala yang menyebabkan prestasi olahraga renang Sumatera Utara tidak

menunjukkan peningkatan prestasi yang signifikan adalah kuranganya pelatih

menerapkan ilmu keolahragaan yang semakin komplek. Pada umumya pelatihan

renang yang diterapkan disetiap perkumpulan (klub) renang yang ada di Sumatera

Utara khususnya di kota Medan, belum memaksimalkan pemanfaatan ilmu

pengetahuan dan teknologi keolahragaan, diantaranya pendekatan pelatihan belum

berlandaskan pada kajian ilmiah secara obtimal, penyusunan program pelatihan

yang belum mencapai tingkat kecermatan dan keakurasian, belum menyentuh

pada pengkajian sistem energi dominan yang dibutuhkan terhadap nomor

pertandingan olahraga tersebut. Program pelatihan disusun berdasarkan

pengalaman yang diperoleh oleh pelatih terdahulu sewaktu menjadi atlet dan

kemudian diterapkan kepada atlet-atlet berikutnya dan program ini tidak di

dukung oleh kajian ilmiah secara mendalam. Mereka pada umumnya percaya

bahwa lebih banyak melakukan pelatihan fisik berarti lebih baik. Sebenarnya yang

menentukan keberhasilan seorang atlet bukannya seberapa berat atau seberapa

banyak atlet itu berlatih, tetapi yang terpenting adalah keakuratan intensitas

pelatihan. (Janssen, Peter G.J.M, 1987:155)

Pelatih-pelatih renang di berbagai club renang, diberbagai daerah di

Provinsi Sumatera Utara, khususya kota Medan adalah alumni dari Fik Unimed

yang telah memperoleh ilmu kepelatihan saat perkuliahan dan ditambah dengan

pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh top organisasi PRSI Sumatera

Utara. Namun metode pelatihan yang diberikan tetap tidak mengalami perubahan,

(22)

commit to user

kependidikan bukan ilmu keolahragaan seperti sekarang ini, sehingga tetap

mengalami kesulitan dalam memahami apalagi menerima dan menerapkan

program pelatihan yang berdasarkan kajian ilmiah keolahragaan, seperti yang

telah diterapkan di daerah-daerah Provinsi lain di Indonesia.

Dalam merancang program pelatihan, kesulitan yang selalu dihadapi

pelatih adalah cara menentukan intensitas pelatihan, menyelaraskan antara kerja

dan istirahat untuk pemulihan serta menyusun program pelatihan fisik yang

efisien dan memiliki relevansi dengan tujuan latihan serta evaluasi program

pelatihan. Penyebab pokoknya dikarenakan pelatih belum memanfaatkan

kemajuan ilmu keolahragaan dan teknologi yang ada sekarang ini.

Perkembangan dewasa ini pelatihan renang telah menekankan pada

program pelatihan interval dengan mengacu pada cacatan waktu yang berhasil

ditempuh perenang dalam setiap ulangannya (work interval), tanpa

memperhatikan interval istirahatnya (relief interval). Harus diingat bahwa waktu kerja, sama pentingnya dengan waktu istirahat. Seperti yang dikemukakan oleh

(Russhall, Brent S., and Pyke, Frank S, 1990:63) yang mengatakan bahwa:

pemulihan harus menjadi bagian integral dari suatu sesi pelatihan. Kebiasaan bahwa untuk masa istirahat tidak dilakukan kontrol dan waktu istirahatnya

tergantung dari perenang sendiri. Pelatih bertanya apakah perenang sudah siap

untuk melakukan ulangan renang (repetisi berikutnya). Jawaban atlet

berbeda-beda, ada yang sudah siap dan ada yang belum, bahkan ada yang berhenti karena

(23)

commit to user

(Fox, Edward L, 1984:207) menyatakan bahwa hampir semua cabang

olahraga merupakan aktivitas fisik yang “intermittent”. Selanjutnya (Fox, Edward L., Bowers, Richard W., and Foss, Merle L, 1993:300) menyebutkan berbagai

metode pelatihan dan salah satu diantaranya adalah pelatihan interval. Metode

pelatihan interval adalah metode pelatihan yang mengharuskan atlet bergantian

melakukan aktivitas antara interval kerja dan interval istirahat. Kontribusi sistem

energi utama pada saat interval kerja yang dipergunakan adalah sistem anaerob,

sedangkan sistem energi utama saat interval istirahat adalah sistem energi aerob.

Dalam metode pelatihan renang belum dijalankan bentuk-bentuk pelatihan fisik

secara akurat dengan penggunaan sistem energi utama.

Program pelatihan yang efektif akan tampak baik bila cara pelatihannya

sesuai dengan sistem energi yang digunaknnya. (Fox, Edward L., and Mathews,

Donald K, 1981:280) menyatakan, sumber energi yang tepat tergantung terutama

pada waktu dan intensitasnya, tanpa perlu merinci sifat-sifat dari cabang

olahraganya, waktu merupakan hal terpenting untuk diperhatikan. Memahami

hubungan antara sistem energi utama dengan waktu pelaksanaan kerja merupakan

dasar untuk menyusun dan menentukan rasio interval kerja dan interval istirahat,

termasuk dalam program pelatihan interval anaerob. Pada program pelatihan

interval anaerob untuk renang 50 meter gaya bebas menggunakan jarak tempuh

renangan yang disesuaikan dengan penggunaan sistem energi. Jarak tempuh

pelatihan interval anaerob meliputi jarak 25 meter. Sistem energi utama yang

dipakai dalam pelatihan interval anaerob jarak 25 meter adalah sistem energi

(24)

commit to user

Berdasarkan sistem energi utama, waktu pelaksanaan kerja (performance time) merupakan dasar untuk menyusun interval kerja dan interval istirahat, termasuk

dalam program pelatihan renang 50 meter gaya bebas. Interval pemulihan

menurut (Fox, Edward L., Bowers, Richard W., dan Foss, Merle L, 1993:302)

dinyatakan dalam hubungan rasio pemulihan dengan kerja dan dapat dinyatakan

sebagai berikut ; 1:½, 1:1, 1:2 atau 1:3. Rasio 1:½ menyatakan bahwa waktu

interval pemulihannya sama dengan setengah waktu interval kerja, rasio 1:1

menyatakan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan waktu interval

kerja. Pada interval kerja yang memakan waktu lebih pendek, rasionya 1:3 karena

intensitasnya yang tinggi, sedangkan interval kerja yang memakai waktu lebih

lama, rasio kerja-pemulihan 1:½ atau 1:1.

Energi (ATP) yang telah tersedia didalam otot akan dipergunakan dengan

seketika ketika otot berkontraksi dengan kuat dan cepat, seperti halnya gerakan

kayuhan lengan (menarik dan mendorong) air dengan kuat dan cepat. Untuk dapat

melakukan gerakan kayuhan lengan dengan kuat dan cepat dibutuhkan komponen

kondisi fisik power otot lengan yang baik. Gerakan kayuhan lengan ini merupakan teknik yang harus dikuasai perenang, karena dengan gerakan ini disertai dengan

power otot yang baik, perenang mendapat tenaga penggerak yang kuat dan cepat

untuk membawa badan meluncur jauh kedepan saat berenang dan juga berfungsi

(25)

commit to user

Perenang setingkat mahasiswa telah memiliki power otot lengan, walaupun diantara mereka ada yang memiliki power otot yang lebih baik dari yang lain, demikian juga dengan kecepatan berenangnya dalam menempuh jarak

50 meter, juga kemampuan pulih asal dalam mengganti energi (ATP) yang telah

dipakai saat berenang (kebutuhan waktu istirahat yang berbeda). Dari beberapa

pendapat mengenai pelatihan interval, nampak jelas betapa luas variasi yang

ditunjukkan pada berbagai rasio waktu istirahat. Variasi rasio waktu

kerja-istirahat ini menjadi penting dalam menentukan keberhasilan program pelatihan

interval anaerob yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan renang 50 meter

gaya bebas, oleh sabab itu ketepatan pengaturan rasio waktu kerja dan waktu

istirahat merupakan masalah pokok yang akan dikaji. Oleh sebab itu penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan dasar ilmiah dengan tinjauan teoritis

tentang program pelatihan interval anaerob yang berkaitan dengan power otot

lengan dengan menekankan pada rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 pada

mahasiswa putra Fik Unimed.

B.Identifikasi Masalah

Identifikasi beberapa masalah sebagai berikut : Faktor-faktor apa sajakah

yang dapat mempengaruhi kecepatan renang 50 meter gaya bebas ? Dari berbagai

faktor yang mempengaruhi, komponen mana yang paling dominan memberi

pengaruh terhadap kecepatan renang 50 meter gaya bebas ?. Apakah program

pelatihan yang diberikan kepada perenang sesuai dengan tujuan dan

kebutuhannya ? Apakah waktu istirahat yang singkat antara interval pelatihan

(26)

commit to user

Apakah waktu istirahat yang lama antara interval pelatihan memberi pengaruh

terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas? Berapakah waktu

kerja - istirahat yang ideal bagi perenang untuk meningkatkan kecepatan renang

50 meter gaya bebas? Apakah pelatihan interval anaerob rasio waktu

kerja-istirahat 1:3 memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan renang 50

meter gaya bebas? Apakah pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat

1:5 memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya

bebas?. Apakah pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:7

memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya

bebas?. Sejauhmanakah pengaruh yang diberikan oleh pelatihan interval anaerob

rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan kecepatan

renang 50 meter gaya bebas ?. Apakah ada perbedaan pengaruh antara pelatihan

interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan

kecepatan renang 50 meter gaya bebas ?. Apakah terdapat perbedaan peningkatan

kecepatan renang 50 meter gaya bebas antara perenang yang memiliki power otot

lengan baik dan kurang ? Apakah ada pengaruh interaksi antara pelatihan interval

anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan

kecepatan renang 50 meter gaya bebas ditinjau dari power otot lengan ?

C.Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, masalah dibatasi tentang :

1. Pengaruh pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7

(27)

commit to user

2. Perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas antara perenang

yang memiliki power otot lengan baik dan kurang.

3. Pengaruh interaksi antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja – istirahat

dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas.

D.Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka perlu

adanya rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Adakah perbedaan pengaruh antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja

- istirahat 1:3, 1:5 dan 1;7 terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter

gaya bebas?

2. Adakah perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas antara

perenang yang memiliki power otot lengan baik dan kurang ?

3. Adakah pengaruh interaksi antara pelatihan interval anaerob rasio waktu

kerja-istirahat dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter

gaya bebas?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara pelatihan interval anaerob rasio

waktu kerja - istirahat1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan kecepatan renang

(28)

commit to user

2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas

antara perenang yang memiliki power otot lengan baik dan kurang.

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara pelatihan interval anaerob rasio

waktu kerja – istirahat dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Secara teoritis mendukung dan memperkaya ilmu pengetahuan tentang metode

pelatihan interval yang sudah ada, khususnya pada teori metode pelatihan interval

dengan menekankan pada pemakaian sistem energi anaerob dengan perbandingan

rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5, 1:7 dan keterkaitannya dengan power otot lengan dalam meningkatkan kecepatan renang 50 meter gaya bebas.

2. Sebagai rekomendasi, acuan dan masukan bagi para pelatih dalam perubahan

program/metode pelatihan interval anaerob dengan memperhatikan rasio waktu

kerja-istirahat (ratio work-relief )

3. Bagi peneliti yang lain secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat

sebagai bahan pembanding dan perimbang bila akan mengadakan penelitian

(29)

commit to user

12 BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A.Kajian Teori

Kajian teori adalah penjabaran tentang ha-hal yang akan dibicarakan

dalam penelitian. Kajian teori diperoleh dari penelaahan buku-buku serta sumber

bacaan lain yang relevan dengan permasalahan. Kajian teori yang menjadi

bahasan dalam penelitian ini adalah tentang program pelatihan interval anaerob

dengan menekankan pada rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 yang

berkaitan dengan power otot lengan pada mahasiswa putra Fik Unimed. Untuk lebih jelas dalam bab ini dikemukakan penjelasan tentang masalah yang menjadi

sumber bahasan.

1. Renang

Olahraga renang adalah olahraga yang dilakukan di air, dan tempat

olahraga tersebut tidak sama dengan kehidupan kita sehari-hari. Renang tidak

menentukan suatu pola gerak tangan atau kaki yang harus dilakukan artinya

dapat menggunakan tangan dan kaki sekehendak hati, sehingga dapat bergerak

dan berpindah dari suatu tempat ketempat lain. Namun suatu kombinasi

tertentu dari beberapa jenis gerakan dapat lebih efisien dari pada kombinasi

yang lain sehingga para perenang mengelompokkan kombinasi gerakan

tersebut ke dalam gaya-gaya renang. Gaya-gaya renang tersebut terdiri dari

gaya bebas, gaya dada, gaya punggung dan gaya kupu-kupu. Dalam olahraga

renang ada empat jenis gaya yang lazim diperlombakan ditingkat nasional

(30)

commit to user

- Gaya Dada ( the breast stroke ).

Gaya dada adalah gaya yang dimulai dengan dayungan lengan yang pertama

sesudah start dan sesudah pembalikan badan harus tetap menelungkup dan

kedua bahu segaris dengan permukaan air. (Dumadi dan Kasiyo DW,

1992:71).

- Gaya Bebas ( the crawl stroke ).

Gaya bebas adalah renang yang benar-benar bebas menggunakan salah satu

gaya renang dalam nomor gaya bebas, tapi tidak boleh menggunakan tiga

gaya renang yang mendahuluinya (gaya dada, gaya punggung dan gaya

kupu-kupu). Istilah lain renang gaya bebas adalah gaya crawl, the front

crawl stroke, dan the crawl stroke. (Dumadi dan Kasiyo DW, 1992:2). - Gaya Punggung ( the back stroke ).

Gaya punggung adalah suatu gaya yang dilaksanakan dengan cara perenang

selalu berada di bagian bawah dari sikap badan di air. (Dumadi dan Kasiyo

DW, 1992:113).

- Gaya Kupu-kupu ( the butterfly stroke ).

Gaya kupu-kupu adalah gaya yang meniru lecutan ekor ikan dolphin

sehingga dinamakan The Butterfly Dophin Kick. (Dumadi dan Kasiyo DW,

(1992:154).

Dari ke empat gaya renang tersebut, gaya renang yang paling populer adalah

gaya bebas. Sehingga dalam penelitian ini akan dikaji mengenai renang gaya

(31)

commit to user

a. Renang Gaya Bebas.(Front Crawl)

Gaya renang ini (gaya bebas) menyerupai cara berenang seekor

binatang, oleh sebab itu disebut “crawl” yang artinya merangkak. Gerakan

asli dari gaya ini adalah menirukan gerakan dari anjing yang berenang atau

dikenal dengan renang gaya anjing (dog style). Gaya bebas ini juga disebut

dengan gaya rimau, yang berasal dari kata “harimau”, hingga saat ini gaya

ini dikenal dengan nama front crawl. Dengan adanya perlombaan-perlombaan dalam olahraga renang, dan untuk mencapai kemenangan itu

perlu diusahakan agar dapat berenang dengan kecepatan tinggi, maka

tumbullah perubahan dan variasi gerakan dalam gaya renang tersebut.

Dalam buku-buku peraturan renang menyatakan bahwa renang gaya bebas

berarti bahwa segala macam gaya renang diperbolehkan sesuai dengan

keinginan para perenang yang berlomba. Tanpa kecuali, gaya yang menjadi

pilihan dalam perlombaan renang gaya bebas adalah gaya yang

menggunakan gerakan mengayunkan tangan lewat atas permukaan air atau

gaya crawl. Gaya bebas itu sama juga artinya dengan gaya crawl. (Thomas, David G, 1998:111). Selanjutnya (Bachtiar Burhan, dkk., 2000:31)

menyatakan bahwa yang dimaksut dengan free style dalam suatu nomor

perlombaan dimana seseorang perenang dapat melakukan gaya apa saja,

(32)

commit to user

Kemudian (Sukintaka, 1987:86) menyatakan bahwa renang gaya crawl

adalah renang yang diperlombakan ditingkat nasional maupun internasional

dan termasuk dalam nomor gaya bebas.

Berdasarkan uraian, pengertian renang gaya bebas yang telah

diutarakan diatas dapat disimpulkan bahwa renang gaya bebas merupakan

suatu gaya renang apa saja yang dapat digunakan untuk mencapai jarak

renangan dengan secepat-cepatnya dan gaya yang digunakan pada

umumnya adalah gaya renang yang menirukan gerakan seekor binatang

(anjing/harimau) yang berenang, kemudian berkembang sesuai dengan

penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahun dan kebutuhan

perlombaan baik nasional maupun internasional agar dapat berenang dengan

lebih cepat sehingga pada akhirnya gaya ini dikenal dengan gaya free style. Penguasaan keterampilan yang baik dapat diperoleh melalui usaha

belajar dan pelatihan serta pengkajian terhadap teknik-teknik dan

faktor-faktor yang menunjang pada cabang olahraga yang bersangkutan. Menurut

(Pyke, Frank S, 1991:61) bahwa tanpa belajar atau pelatihan suatu

keterampilan tidak akan tercapai. Pembentukan keterampilan olahraga pada

umumnya banyak berhubungan dengan gerakan-gerakan koordinasi dari

komponen-komponen/organ-organ tubuh. Koordinasi gerakan tubuh

dipengaruhi oleh fungsi syaraf dan diperoleh dari hasil belajar dan pelatihan,

oleh sebab itu untuk memperoleh tingkat keterampilan gerak yang tinggi

diperlukan pelatihan dalam jangka waktu yang lama agar fungsi sistem

(33)

commit to user

gerak. Teknik renang gaya bebas merupakan kombinasi dari posisi badan,

gerakan lengan, gerakan kaki dan pernafasan yang harus dikoordinasikan

menjadi suatu rangkaian gerakan yang utuh, tidak terputus-putus.

Teknik-teknik renang gaya bebas yang harus dikuasai adalah sebagai

berikut :

1. Posisi Badan (Body Position)

- Posisi badan yang baik menurut (Hay, James G, 1993: 430) adalah

posisi yang dapat memberikan gaya dorong maksimal dan mengurangi

gaya hambatan sampai minimal. Untuk memenuhi persyaratan

tersebut, posisi badan terlungkup, kepala sedikit dibawah permukaan

air, tungkai lemas lurus kebelakang.

- Pada prinsipnya dalam berenang ini diusahakan supaya letak tubuh itu

hampir sejajar dengan permukaan air (streamline atau hidrodinamis)

kemudia dahi, letak bahu, dan pinggul berada di tengah-tengah

permukaan air disertai dengan letak tumit sedikit di atas permukaan

air.

- Tubuh harus berputar pada garis pusat atau pada rotasinya.

- Hindarkan kemungkinan terjadinya gerakan-gerakan tangan dan kaki

(34)

commit to user

Gambar 2. Posisi Badan (body Position) Meliuk Saat Berenang. (Bachtiar Burhan, dkk., 2000:67)

- Pada sikap kepala yang normal

· Untuk perenang jarak pendek/sprinters, sikap kepala cenderung

agak naik (arah pandangan agak lurus kedepan)

· Untuk perenang jarak menengah dan jarak jauh, sikap kepala agak

rendah (arah pandangan sedikit membentuk sudut dengan dasar

kolam)

2. Gerakan Kaki (Floating Kick)

- Fungsi kaki yang utama adalah sebagai stabilitator (pengatur

keseimbangan tubuh) dan sebagai alat pendorong/penggerak untuk

menjadikan tubuh tetap dalam keadaan streamline, sehingga tahanan

menjadi kecil.

- Irama gerakan kaki terdiri dari beberapa macam yaitu ;

(35)

commit to user

· Naik turun dengan 6 pukulan kaki (the six baet kick), dengan kedalaman kaki di bawah permukaan air ketika naik turun dari atas

permukaan air berkisar 25-30 cm.

· Naik turun dengan 4 pukulan kaki (the four beat kick)

· Naik turun dengan 2 pukulan kaki (the two baet kick)

Gambar 3. Gerakan Kaki (floating kick). (Thomas, David G. 1998:114)

3. Pernafasan (Breathing)

- Pengambilan nafas sebaiknya dilakukan se efektif mungkin, agar

hambatan yang terjadi dalam gerak maju lebih kecil. Pengambilan

nafas dilakukan dengan beberapa cara :

· Memutar kepala ke arah kanan saja,

· Memutar kapala ke arah kiri saja

· Memutar kepala ke kanan atau ke kiri pada jarak tertentu.

- Pengambilan nafas dilakukan pada saat berakhirnya gerakan tangan

(36)

commit to user

Gambar 4. Gerakan Mengambil Nafas/pernafasan (Breathing). (Thomas, David G. 1998:114)

4. Gerakan Lengan/ Rotasi Tangan (Hand Rotation)

Gerakan lengan ditekankan pada gerakan menarik dan mendorong air

dengan cepat agar tubuh meluncur ke depan disamping sebagai

pengaturan keseimbangan tubuh.

a. Fase-fase rotasi tangan gaya bebas terdiri dari :

- Fase masuk permukaan air (entry phase)

· Masuk permukaan air dengan menggunakan ujung-ujung jari,

dengan posisi telapak tangan menghadap ke bawah (telungkup)

dan ibu jari masuk terlebih dahulu.

· Usahakan masuknya tangan ke permukaan air, sejauh mungkin

dapat dijangkau lurus ke depan.

- Fase menangkap (catch Phase)

· Fase ini dilakukan setelah fase masuk tangan ke permukaan air

(37)

commit to user

· Fase ini terbagi dua yaitu fase membuka (outward atau

outsweep) dan fase menekan (downward)

- Fase menarik (pullphase)

Untuk memahami fase menarik ini, perlu digambarkan bahwa

tubuh pada dasarnya mempunyai garis tengah atau garis sumbu

yang sifatnya khayal yang sering disebut dengan nama garis pusat

(centre line). Fase menarik dapat dilakukan dengan beberapa cara,

yaitu :

· Menarik hingga jari tangan berada pada posisi agak jauh dari

garis pusat.

· Menarik hingga jari tangan berada pada posisi mendekati garis

pusat

· Menarik hingga jari tangan berada pada posisi menyilang tubuh

dan memotong garis pusat.

· Versi Maglischo, fase menarik diberi istilah dengan nama fase

sapuan ke dalam (insweep atau inward). - Fase mendorong (push phase)

Fase ini dilakukan setelah fase menarik ke dalam telah berakhir.

Akhir dari fase mendorong adalah bagian bawah dari paha, dengan

patokan ibu jari menyentuh bagian samping paha.

- Fase istirahat (recovery phase)

Sesuai dengan tingkat kelentukan tubuh, khusus pada bahu maka

(38)

commit to user

· Siku diangkat tinggi, mereka yang memiliki kelentukan tinggi

· Siku diangakat sedang, kelentukan sedang

· Siku rendah dan kadang-kadang mengarah lurus, tingkat

kelentukan sangat rendah

· Fase ini dilakukan setelah berakhirnya fase mendorong,

perhatikan agar saat dimulainya fase ini posisi telapak tangan

menghadap ke dalam.

b. Pola Gerak Lengan di Dalam Air

Gerakan lengan di dalam air, harus diperhitungkan berdasarkan pola

gerak disamping teknik gerak. Pola gerak modern yang dipakai oleh

para perenang gaya crawl pada saat ini adalah pola gerak S dan pola gerak tanda tanya terbalik, kedua pola gerak tersebut mempunyai

pengaruh terhadap kecepatan. Gerakan lengan renang gaya crawl yang

sesuai dengan biomekanika dan tuntutan agar bergerak cepat untuk

mengejar waktu yang sependek mungkin (secepat-cepatnya), maka

pada waktu di udara lengan tidak lurus, tetapi ditekuk pada siku.

-Pola Gerak S

Pola gerak S merupakan merupakan pendekatan teori berdasarkan

(39)

commit to user

Keterangan :

--- = Arah gerak

S = Gerakan yang dibayangkan melalui mental imajinasi

Gambar 5. Pola Gerak Tangan S. Pattern. (Dumadi dan

Kasiyo DW, 1992:42)

- Pola gerak tanda tanya terbalik

Pola gerak tanda tanya terbalik juga merupakan perwujudan dari

teori baling-baling (teori Propeller) yang berlandaskan hukum

Bernouille. Pola gerak lengan tanda tanya terbalik dalam renang gaya crawl dapat dilihat gambar dibawah ini :

Keterangan :

--- = Arah gerakan tanda tanya

terbalik

(40)

commit to user

5. Renang lengkap (koordinasi gerak saat berenang)

Setelah menguasai bagian demi bagian dalam teknik renang gaya bebas,

maka langkah selanjutnya adalah mengkoordinasikan dari

gerakan-gerakan yang telah di uraikan tersebut untuk membentuk suatu kesatuan

gerak yang utuh yang disebut dengan renang gaya bebas, seperti gambar

berikut ini :

Gambar 7. Gerakan Renang Gaya Bebas. (Hay, James G, 1993:359)

b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Renang

Kecepatan mencakup tiga jenis yaitu waktu reaksi, frekuensi gerakan

setiap satuan waktu dan kecepatan untuk menempuh jarak tertentu. Unsur

kecepatan meliputi kecepatan reaksi atau kecepatan menjawab suatu

rangsangan, kecepatan bergerak (speed of movement), kecepatan (sprint)

atau kemampuan organisme untuk bergerak ke depan dengan sangat cepat.

Menurut (Pate, Russell R., Mc. Clenaghan, Bruce., and Rotella, Robert,

1984:96) bahwa kecepatan ditentukan oleh tipe otot atau banyaknya otot

(41)

commit to user

teknik gerakan serta kekuatan otot. Olahragawan yang memiliki serabut otot

cepat (fast twitch fiber) lebih banyak, kecepatannya lebih tinggi. Hal ini dikarenakan otot cepat mampu berkontraksi lebih cepat dibandingkan

dengan otot lambat (slow twitch fiber). (Nossek, J. 1982:56) mengemukakan secara skematik faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan gerak suatu

otot adalah sebagai berikut :

Gambar 8. Skematik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan. (Nossek, J. 1982:35)

Selanjudnya (Suharno H.P, 1993:79). Menyatakan bahwa “

kecepatan dipengaruhi oleh macam myofibril otot yang dibawa sejak lahir

(pembawaan), pengaturan sistem persarafan, kekuatan otot, kemampuan

elastisitas otot, relaksasi otot, kemauan dan disiplin individu atlet”.

Berikutnya oleh (Bompa, Tudor O, 1999:368) menyebutkan bahwa

(42)

commit to user

untuk mengatasi tahanan (resistance) eksternal, teknik, konsentrasi dan semangat serta elastisitas otot. Gerakan yang cepat dan kuat tidak dapat

dilakukan dalam jangka waktu yang lama, hal ini hanya mampu

dipertahankan beberapa detik saja, oleh karena itu kecepatan juga

ditentukan oleh faktor kapasitas anaerobic. Adapun kapasitas anaerobic

seseorang ditentukan oleh : a). Persediaan ATP-PC dan glikogen otot, b).

Prosentase serabut otot cepat, c). Kemampuan menanggung beban asam

laktat, d). Aktivitas enzim yang berperan pada metabolisme anaerobic dan

sistem glikogen.

Kecepatan dalam menempuh suatu jarak tertentu, seperti dalam

renang gaya bebas juga dipengaruhi oleh “hambatan dan dorongan”.

Menurut (Sukintaka. 1987:73) dalam renang ada tiga jenis hambatan air,

yaitu :

1. Hambatan dari depan adalah hambatan terhadap gerakan maju

(meluncur) yang ditimbulkan oleh air yang ada di depan perenang atau

didepan badan.

2. Hambatan berupa gesekan kulit yaitu hambatan yang disebabkan oleh

adanya gesekan kulit dengan air sehingga menimbulkan hambatan pada

sisi badan perenang.

3. Hambatan yang berupa pusaran air dibelakang perenang yaitu hambatan

yang disebabkan oleh air yang dapat menghisap bagian belakang badan

yang tidak mendatar, sehingga badan harus menarik sejumlah

(43)

commit to user

Dorongan merupakan daya atau force yang menyebabkan perenang dapat bergerak maju dimana hal ini disebabkan oleh gerakan lengan dan

tungkai yang berhasil menarik dan mendorong air kebelakang. (Soejoko

Hendromartono, 1992:8) mengatakan bahwa dorongan ini diperoleh dari

gerakan tangan atau gerakan kaki. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cepat

atau lambatnya gerakan maju (meluncur) dalam renang gaya bebas adalah

selisih antara besarnya daya dorong dengan hambatannya.

Gambar 9. Selisih Besarnya Hambatan dan Dorongan dalam Renang Gaya Bebas. (Soejoko Hendromartono, 1992 : 2)

c. Prinsip Pelatihan Kecepatan.

Kemampuan maksimal merupakan prestasi yang diperoleh melalui

pelatihan fisik yang sesuai dengan tujuan pelatihan. Namun harus disadari

bahwa konsep dasar dari pelatihan fisik adalah untuk meningkatkan

kemampuan fisik itu sendiri, setelah tercapai, baru dapat mempengaruhi/

meningkatkan prestasi yang dimaksud. Karena tujuan pelatihan adalah

untuk mempengaruhi kecepatan maksimal dalam berenang maka tidak

cukup hanya pelatihan fisik saja yang diperhatikan, namun pelatihan teknik

berenang juga. Pelatihan kecepatan pada perinsipnya bahwa otot lengan

harus berkontraksi berulang-ulang dengan secepat-cepatnya. Di samping itu

untuk meningkatkan kecepatan kontraksi otot, hal yang paling penting D = dorongan

H = hambatan

D

(44)

commit to user

adalah prinsip beban bertambah yang diberikan dalam suatu periode

pelatihan guna mencapai beberapa gerakan tubuh yang cepat dalam waktu

yang singkat. Dengan demikian, pelatihan kecepatan berlangsung dalam

waktu yang cepat dan ditentukan oleh kapasitas anaerobic. Disamping itu

dalam pelatihan kecepatan otot harus berkontraksi berulang-ulang dengan

cepat. Kecepatan akan semakin tinggi oleh peningkatan kekuatan dan

kelentukan otot dengan memperbaiki efisiensi mekanika gerak.

d. Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas

Dalam banyak cabang olahraga kecepatan merupakan komponen

yang sangat penting dimana kecepatan menjadi faktor penentu didalam

menentukan tingginya prestasi seseorang seperti lari jarak pendek, renang

jarak pendek dan beberapa cabang olahraga permainan seperti sepak bola,

bola basket dan sebagainya. (Harsono, 1988 : 216) mengatakan kecepatan

adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara

berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan

untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

(Bompa, Tudor O, 1994:309) juga menyatakan bahwa salah satu

kemampuan biomotorik yang sangat penting dilakukan dalam olahraga

adalah kecepatan, atau kapasitas untuk berpindah, bergerak secepat

mungkin. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk

mencapai prestasi maksimal dalam olahraga, dimana penyelesaiannya harus

menempuh suatu jarak tertentu dan dilakukan dalam waktu yang singkat

(45)

commit to user

Menurut (Kirkendall, Don R., Gruber, Joseph J., and Johnson,

Robert E, 1980), kecepatan didefinisikan sebagai jarak per satuan waktu,

yakni kecepatan di ukur dengan satuan jarak dibagi dengan satuan waktu.

Secara fisik, kecepatan didefinisikan sebagai jarak per-satuan waktu.

Sedangkan secara fisiologis, kecepatan diartikan sebagai kemampuan

berdasarkan kemampuan gerak yang dipengaruhi sistem syaraf atau

perangkat otot untuk melakukan gerakan dalam satuan waktu tertentu.

Secara ilmu fisika kecepatan diformulasikan dengan rumus :

t d

V= , dimana :

V = Kecepatan (speed). d = Jarak (distance). t = Waktu (time).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat didefinisikan bahwa kecapatan

renang 50 meter gaya bebas adalah kemampuan tubuh untuk bergerak maju

menempuh jarak renangan 50 meter dengan kecepatan penuh dalam waktu

yang secepat-cepatnya.

Menurut (Bompa, Tudor O, 1994:310), bahwa kecepatan dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu kecepatan umum dan kecepatan

khusus. Kecepatan umum adalah kapasitas untuk melakukan beberapa

macam gerak reaksi (reaksi motorik) dengan cara cepat. Persipan fisik

secara umum maupun khusus dapat memperbaiki kecepatan umum tersebut.

Kecepatan khusus adalah kapasitas untuk melakukan suatu pelatihan atau

keterampilan pada kecepatan tertentu, yang biasanya sangat tinggi sesuai

(46)

commit to user

cabang olahraga dan sebagian tidak dapat ditransferkan. Kecepatan khusus

hanya mungkin dikembangkan melalui metode khusus, namun demikian

perlu dicari bentuk pelatihan alternatifnya. Seseorang tidak akan

memperolah transfer yang positif, kecuali jika memperbaiki struktur

gerakan yang mirip dengan pola keterampilannya. Dalam renang 50 meter

kecepatan ini tidak dapat dipisahkan, dimana kecepatan kayuhan kedua

lengan secara bergantian demikian juga kecepatan pukulan kedua kaki

merupakan kecepatan khusus yang harus dilatih hingga menjadi suatu

keterampilan yang mutlak dalam renang gaya bebas. Inti dari olahraga

renang jarak 50 meter gaya bebas adalah terletak pada kecepatannya, oleh

karena itu faktor kecepatan merupakan unsur utama yang harus di

perhatikan.

(Imam hidayat 1999:147) menyatakan bahwa kecepatan renang

ditentukan oleh frekuensi kayuhan dan panjang kayuhan. Untuk

memperbesar frekuensi kayuhan dalam renang gaya bebas membutuhkan

komponen kecepatan dan daya ledak yang disebut dengan power otot lengan, juga tidak terlepas dari sistem energi predominan yang

dipergunakan dalam pelatihan. Untuk mengembangkan sistem energi

(47)

commit to user

2. Sumber Energi

a. Definisi Energi

Sebelum banyak makna yang dapat diberikan kepada sebuah

pembahasan tentang sumber energi, kita perlu mendefinisikan energi.

Mungkin kita semua memiliki beberapa ide tentang sifat energi. Kata-kata

yang umum seperti gaya, daya, kekuatan, tenaga, gerakan, hidup, dan

bahkan semangat kurang lebih mengemukakan ide tentang energi. Akan

tetapi, istilah ini tidak memberi kita deskripsi yang memuaskan tentang

makna yang sesungguhnya dari energi. Selanjutnya, mereka tidak

meminjamkan dirinya kepada penghitungan ilmiah. Maka dari itu, para

ilmuwan mendefinisikan energi sebagai kapasitas atau kemampuan untuk

melakukan pekerjaan. Kerja kita definisikan sebagai penerapan sebuah gaya

melalui suatu jarak. Akibatnya, energi dan kerja tidak dapat dipisahkan.

Ada enam bentuk energi yaitu: (1) kimia, (2) mekanik, (3) panas

(kalor), (4) cahaya, (5) listrik, dan (6) nuklir. Masing-masing dapat diubah

dari satu bentuk ke bentuk yang lain. ‘Transformasi energi’ ini merupakan

kisah yang mengagumkan dan menarik, terutama jika diterapkan pada dunia

biologis. Khususnya, kita tertarik dengan transformasi energi kimia menjadi

energi mekanik. Energi mekanik dimanifestasikan dalam gerakan manusia,

yang sumbernya berasal dari mengubah makanan menjadi energi kimia

(48)

commit to user

b. Siklus Energi Biologis

Semua energi dalam sistem tata surya kita berasal dari matahari.

Darimanakah energi yang disebut energi matahari ini berasal ? Energi

matahari sesungguhnya timbul dari energi nuklir. Beberapa energi nuklir ini

mencapai bumi sebagai sinar matahari atau energi cahaya. Jutaan tanaman

hijau yang mendiami bumi kita menyimpan sebagian dari energi ini dari

sinar matahari masih dalam bentuk lain – energi kimia. Nantinya, energi

kimia ini digunakan oleh tanaman hijau untuk membentuk molekul-molekul

makanan seperti glukosa, selulosa, protein, dan lipid dari karbon dioksida

(CO2) dan air (H2O). Proses ini, dimana tanaman hijau membuat

makanannya sendiri, disebut fotosintesis. Di lain pihak, kita tidak mampu

melakukan hal ini; kita harus memakan tumbuhan dan binatang lain untuk

pasokan makanan kita. Maka dari itu, kita secara langsung tergantung

kepada kehidupan tanaman dan pada akhirnya, kepada sinar matahari untuk

energi kita.

Makanan dengan keberadaan O2 dipecah menjadi CO2 dan H2O

dengan pembebasan energi kimia dengan sebuah proses metabolisme yang

disebut pernapasan. Satu-satunya tujuan dari pernapasan metabolisme

adalah untuk memasok energi yang kita perlukan untuk menjalankan proses

biologis seperti kerja kimia pertumbuhan dan kerja mekanik kontraksi otot.

(49)

commit to user

Gambar 10. Siklus Energi Biologi. (Fox, Edward L., Bowers, Richard W., dan Foss, Merle L, 1993 :14)

c. Adenosin Triphosphat -ATP

Kita sekarang tahu apa yang dimaksud dengan energi, darimana ia

berasal, dan bahwa hal itu dipasok kepada kita oleh makanan yang kita makan.

Masalah kita berikutnya adalah untuk memahamai bagaimana energi ini

digunakan untuk melakukan kerja fisiologis, terutama kerja mekanik kontraksi

otot. Energi yang dilepaskan pada saat pemecahan makanan tidak secara

langsung digunakan untuk melakukan kerja. Melainkan hal ini dipergunakan

untuk membuat senyawa kimia lain yang disebut adenosine trifosfat, atau lebih

mudahnya ATP, yang disimpan didalam semua otot. Hanya dari energi yang

dilepaskan oleh pemecahan ATP sel dapat melakukan usaha khususnya.

Struktur ATP terdiri dari suatu rangkaian komponen adenosine dan tiga

kelompok posfat. (Foss, Merle L., and Keteyian, Steven J, 1998 : 19)

(50)

commit to user

yaitu adenosine dan tiga bagian lainnya yaitu kelompok-kelompok fospat. Ikatan antara dua penghubung kelompok posfat ini dinamakan ikatan berenergi tinggi.

Gambar 11. Struktur ATP. (Foss, Merle L., and Keteyian, Steven J, 1998 : 19)

Keterangan :

A. Struktur ATP yang disederhanakan, menunjukkan ikatan fosfat berenergi tinggi. B. Pemecahan ATP menjadi ADP dan Pi dengan mengeluarkan energi yang berguna. Pemecahan satu mole ATP mengeluarkan energi sebesar 7-12 kcal.

Adenosin Triphosphat (ATP), merupakan energi yang diperlukan untuk

kontraksi otot dan daur cross bridge selama proses kontraksi, tetapi persediaan

ATP di dalam otot hanya sedikit sekali, sehingga akan habis terpakai dalam

kontraksi maksimal otot dalam satu detik. Untungnya tubuh mampu

mengisi/melengkapi ATP hampir secepat waktu yang dibutuhkan untuk

pemecahannya (ATP). (Junusul Hairy, 1989:71)

Karena ATP yang disimpan di dalam sel otot sedikit sekali jumlahnya,

maka keadaan ini sangat sensitif untuk pengaturan metabolisme energi

didalam sel. Untuk mempertahankan sejumlah kecil ATP, konsentrasi relatif

ini segera diganti dengan meningkatkan metabolisme energi didalam sel,

dengan segera merangsang pemecahan simpanan zat-zat gizi untuk

(51)

commit to user

menyediakan energi untuk resintesa ATP. Dalam keadaan demikian

metabolisme energi meningkat dengan cepat pada awal pelatihan. Jumlah total

ATP didalam tubuh pada setiap saat sekitar 3 ons. Jumlah ini hanya dapat

menyediakan energi untuk aktivitas maksimal beberapa detik saja. Karena

ATP tidak dapat disuplai melalu darah atau dari jaringan lain, maka ATP harus

secara kontinyu ada didalam setiap sel. Di dalam sel-sel otot, energi untuk

resintesis ATP disuplai dengan cepat tanpa oksigen dengan mengubah tenaga

kimiawi dari ikatan posfat yang berenergi tinggi, yang disebut posfat cratin

(PC). Konsentrasi PC dalam sel 3 – 5 kali jumlah ATP. Berdasarkan alasan

ini, maka posfat keratin dianggap sebagai cadangan posfat berenergi tinggi.

(Junusul Hairy, 1989:72). Karena PC memiliki energi hidrolisis lebih besar dari

ATP, maka energi hidrolisis posfat disumbangkan secara langsung ke ADP

untuk membentuk kembali ATP. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim kinase keratin.

Apabila energi cukup tersedia, keratin dan posfat dapat besenyawa untuk

membentuk kembali keratin posfat (PC). Demikian juga dengan ATP ; rangkaian

ADP dan P untuk membentuk kembali ATP.

Kerja Bologis

ATP ADP + P +

CP C + P +

Gambar 12. ATP dan PC Merupakan Sumber Energi Tinggi yang Bersifat Anaerob. (Junusul Hairy, 1989:73)

Energi

Gambar

Gambar 3. Gerakan Kaki (floating kick). (Thomas, David G. 1998:114)
Gambar 4. Gerakan Mengambil Nafas/pernafasan (Breathing).
Gambar 6.  Pola Gerak Tanda Tanya Terbalik Lengan pada Renang Gaya  Crawlcommit to user  Dilihat dari Bawah
Gambar  7.  Gerakan Renang Gaya Bebas. (Hay, James  G, 1993:359)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Media spons busa dapat dimanfaatkan sebagai media pengisi kemasan pada transportasi lobster air tawar hidup sistem kering karena memiliki daya serap air yang tinggi,

merupakan suatu unit bisnis yang memerlukan strategi untuk dapat menarik.. wisatawan

Aplikasi ini berisi tentang profile perusahaan yang berisi sejarah, daftar pekerjaan, grafik laba, sumber daya pekerja, struktur organisasi dan foto foto tools perusahaan.

Modifikasi Pembelajaran Permainan Futsal Untuk Meningkatkan Perilaku Aktif Belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu..

Untuk pemrograman aplikasi pada telephone selular digunakan Java 2 Micro Edition atau yang dikenal dengan J2ME .Tahun 1995 , diubah namanya menjadi Java dan mengalami

Hal ini senada dengan Alisyahbana (dalam Markhamah, 2009: 40) yang menyatakan bahwa kalimat perintah adalah suatu ucapan yang memerintah (memaksa, menyuruh, mengajak, meminta),

Berkenaan dengan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Variabel Fitur layanan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan menggunakan kartu ATM+Debet sebagai alat transaksi masyarakat Kabupaten Sleman, dengan t hitung