• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perpindahan Merek Produk Minyak Goreng Dengan Menggunakan Rantai Markov

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Perpindahan Merek Produk Minyak Goreng Dengan Menggunakan Rantai Markov"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERPINDAHAN MEREK PRODUK MINYAK GORENG

DENGAN MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV

SKRIPSI

OLEH :

SABAM D. TUMANGGOR

070304029

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS PERPINDAHAN MEREK PRODUK MINYAK GORENG

DENGAN MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV

SKRIPSI

OLEH :

SABAM D. TUMANGGOR

070304029

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat

Gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh Komisi Pembimbing :

Ketua

Anggota

Ir. Luhut Sihombing, MP.

Ir. Thomson Sebayang, MT.

196510081992031001

195711151986011001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

Sabam Dameriama Tumanggor (070304029) dengan judul skripsi

”Analisis Perpindahan Merek Produk Minyak Goreng dengan Menggunakan Rantai Markov“. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Ir. Thomson Sebayang, MT. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pola perpindahan merek minyak goring dari satu merek ke merek lainnya yang dilakukan oleh ibu rumah tangga, untuk menganalisis apa saja yang menjadi pertimbangan ibu rumah tangga dalam memilih dan berpindah merek minyak goreng, dan untuk menganalisis pangsa pasar merek minyak goreng di masa mendatang.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melakukan penyajian hasil informasi dari ibu rumah tangga sebagai konsumen minyak goreng dengan berbagai merek. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.

Hasil dari penelitian ini adalah Konsumen yang beralih ke merek Sania dan Sunco lebih banyak bila dibandingkan dengan konsumen yang pindah dari kedua merek tersebut masing-masing sebesar 25,0% dan 7,7%. Sedangkan jumlah konsumen yang berpindah dari merek Bimoli, Tropical, Filma, dan merek lainnya (Avena, Madina, Kunci Mas, dan curah) lebih banyak bila dibandingkan dengan konsumen yang beralih ke merek-merek tersebut yaitu masing-masing sebesar 3,8%, 2,0%, 21,2%, dan 9,6%. Sebagian besar (22,2%) dari konsumen yang memilih minyak goreng merek Bimoli karena tergolong produk terkenal, mudah diperoleh (tersedia di banyak toko/kedai), dan kebiasaan dari keluarga. Selanjutnya masing-masing konsumen minyak goreng merek Sania, Filma, dan lainnya (Avena, Madina, Kunci Mas, dan curah) sebesar 52,4%, 60%, dan 100% mengatakan adalah dikarenakan harganya ekonomis/murah. Kemudian 36,4% konsumen Sunco mengatakan adalah karena tergolong produk terkenal dan informasi nilai gizi yang ditawarkan, dan 66,7% konsumen Tropical mengatakan adalah karena prosesnya dua kali penyaringan. Sedangkan secara umum 40,4% konsumen mengatakan alasan berpindah merek minyak goreng adalah sekedar mencoba atau kebutuhan mencari variasi lain. Diprediksi minyak goreng merek Bimoli, Sania, dan Sunco akan menguasai pangsa pasar pada satu tahun mendatang masing-masing sebesar 39,40%, 25,10%, dan 20,50% kemudian masing-masing sebesar 39,30%, 24,30%, dan 22,30% pada dua tahun mendatang sejak tahun 2011.

(4)

RIWAYAT HIDUP

SABAM DAMERIAMA TUMANGGOR (070304029) dilahirkan di Nagaraja pada tanggal 15 Mei 1989 sebagai anak ketiga dari 4 bersaudara, dari keluarga Bapak Puner

Tumanggor dan Ibu Rosani Silalahi.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Sekolah Dasar (SD) tahun 1995 – 2001 di SD Negeri No. 102128 Nagur Pane.

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Tahun 2001 – 2004 di SLTP Negeri 1

Tapian Dolok.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2004 – 2007 di YPS SMA TELADAN

Pematang Siantar.

4. Melalui jalur SPMB Tahun 2007 diterima di Program Studi Agribisnis,

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara, Medan.

5. Bulan Juni – Juli 2011, melaksanakan PKL di Desa Suka Ramai, Kecamatan Sei

Balai, Kabupaten Batubara.

6. Bulan September 2011, melaksanakan penelitian skripsi di Kota Medan.

Selama perkuliahan, penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan organisasi

diantaranya:

1. Anggota Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP)

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen USU tahun

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul

dari skripsi ini adalah Analisis Perpindahan Merek Produk Minyak Goreng dengan Menggunakan Rantai Markov” yang merupakan syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Pembimbing dan kepada Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan pembuatan

skripsi ini.

Dan tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Salmiah, MS. Sebagai Ketua Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. sebagai

Sekretaris Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

yang telah membantu di dalam kegiatan akademik dan administrasi serta

organisasi di kampus.

2. Seluruh Dosen Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama masa studi.

3. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian khususnya pegawai Departemen

(6)

4. Pegawai-pegawai yang bekerja di dinas pemerintahan baik Dinas Perindustrian

dan Perdagangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan, dan Badan

Ketahanan Pangan Kota Medan yang telah banyak membantu penulis dalam

mendapatkan data yang dibutuhkan.

5. Seluruh responden yaitu ibu rumah tangga sebagai konsumen minyak goreng

kemasan dan curah yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi

bagi penulis guna melengkapi penulisan skripsi ini.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda P. Tumanggor dan Ibunda R. Silalahi atas kasih sayang dan motivasi baik secara materi dan doa yang diberikan kepada penulis selama menjalani masa studi di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara. Dan rekan-rekan stambuk 2007 Agribisnis yang telah

membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari di dalam pembuatan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan.

Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir

kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2011

(7)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang dan Permasalahan ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Minyak Goreng ... 12

2.1.2 Konsumsi Minyak Goreng ... 7

2.1.3 Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 8

2.1.4 Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 16

2.2.1 Pangsa Pasar (Market Share)... 11

2.2.2 Ekuitas Merek (Brand Equity) ... 12

2.2.3 Perpindahan Merek (Brand Switching) ... 14

2.2.4 Konsep Perpindahan Merek ... 18

2.2.5 Rantai Markov (Markov Chain) ... 19

2.3 Kerangka Pemikiran ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 25

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 25

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 28

(8)

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional... 30

3.5.1 Defenisi ... 30

3.5.2 Batasan Operasional ... 31

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1 Sejarah Kota Medan ... 33

4.2 Kondisi Geografis Kota Medan ... 33

4.3 Pemerintahan Kota Medan... 34

4.4 Kota Medan Secara Ekonomi ... 35

4.5 Kota Medan Secara Sosial ... 37

4.6 Keadaan Penduduk Kota Medan ... 38

4.6.1 Jumlah dan laju Pertumbuhan Penduduk ... 39

4.6.2 Struktur Penduduk ... 40

4.7 Karakteristik Sampel Penelitian ... 42

4.7.1 Umur ... 42

4.7.2 Status Pendidikan ... 43

4.7.3 Jumlah Tanggungan dan Pendapatan Keluarga ... 43

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Perpindahan Merek Minyak Goreng ... 45

5.2 Alasan Konsumen Memilih dan Berpindah Merek Minyak Goreng ... 52

5.3 Analisis Pangsa Pasar (Market Share) Minyak Goreng Saat Ini ... 58

5.4 Prediksi Pangsa Pasar (Market Share) Merek Minyak Goreng dengan Rantai Markov ... 60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 66

6.2 Saran ... 67

(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Tiap Kecamatan 27

Tabel 4.1 Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2007-2009 36

Tabel 4.2 Statistik Pembangunan Kota Medan Tahun 2007-2009 37

Tabel 4.3 Jumlah, Laju Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk Kota

Medan Tahun 2007-2009 39

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

di Kota Medan Tahun 2009 40

Tabel 4.5 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian

di Kota Medan Tahun 2009 41

Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur 42

Tabel 4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Pendidikan 43

Tabel 4.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan dan

Pendapatan Keluarga 44

Tabel 5.1 Jumlah Konsumen Minyak Goreng Saat ini dan Saat Lalu 46

Tabel 5.2 Konsumen yang Bertambah dari Merek Lain pada Berbagai

Merek Minyak Goreng 48

Tabel 5.3 Konsumen yang Berpindah ke Merek Lain pada Berbagai

Merek Minyak Goreng 49

Tabel 5.4 Brand Switching Patern (Pola Perpindahan Merek) 51 Tabel 5.5 Merek Minyak Goreng dan Jumlah Konsumen 53

Tabel 5.6 Alasan Konsumen Memilih Merek Minyak Goreng 55

Tabel 5.7 Alasan Konsumen Berpindah Merek Minyak Goreng 57

(10)

Tabel 5.9 Probabilitas Transisi Merek Minyak Goreng 61

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian 9

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran 24

Gambar 5.1 Grafik Prediksi Pangsa Pasar Minyak Goreng Berbagai

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

Lampiran 1 Karakteristik Konsumen Sampel

(13)

ABSTRAK

Sabam Dameriama Tumanggor (070304029) dengan judul skripsi

”Analisis Perpindahan Merek Produk Minyak Goreng dengan Menggunakan Rantai Markov“. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Ir. Thomson Sebayang, MT. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pola perpindahan merek minyak goring dari satu merek ke merek lainnya yang dilakukan oleh ibu rumah tangga, untuk menganalisis apa saja yang menjadi pertimbangan ibu rumah tangga dalam memilih dan berpindah merek minyak goreng, dan untuk menganalisis pangsa pasar merek minyak goreng di masa mendatang.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melakukan penyajian hasil informasi dari ibu rumah tangga sebagai konsumen minyak goreng dengan berbagai merek. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.

Hasil dari penelitian ini adalah Konsumen yang beralih ke merek Sania dan Sunco lebih banyak bila dibandingkan dengan konsumen yang pindah dari kedua merek tersebut masing-masing sebesar 25,0% dan 7,7%. Sedangkan jumlah konsumen yang berpindah dari merek Bimoli, Tropical, Filma, dan merek lainnya (Avena, Madina, Kunci Mas, dan curah) lebih banyak bila dibandingkan dengan konsumen yang beralih ke merek-merek tersebut yaitu masing-masing sebesar 3,8%, 2,0%, 21,2%, dan 9,6%. Sebagian besar (22,2%) dari konsumen yang memilih minyak goreng merek Bimoli karena tergolong produk terkenal, mudah diperoleh (tersedia di banyak toko/kedai), dan kebiasaan dari keluarga. Selanjutnya masing-masing konsumen minyak goreng merek Sania, Filma, dan lainnya (Avena, Madina, Kunci Mas, dan curah) sebesar 52,4%, 60%, dan 100% mengatakan adalah dikarenakan harganya ekonomis/murah. Kemudian 36,4% konsumen Sunco mengatakan adalah karena tergolong produk terkenal dan informasi nilai gizi yang ditawarkan, dan 66,7% konsumen Tropical mengatakan adalah karena prosesnya dua kali penyaringan. Sedangkan secara umum 40,4% konsumen mengatakan alasan berpindah merek minyak goreng adalah sekedar mencoba atau kebutuhan mencari variasi lain. Diprediksi minyak goreng merek Bimoli, Sania, dan Sunco akan menguasai pangsa pasar pada satu tahun mendatang masing-masing sebesar 39,40%, 25,10%, dan 20,50% kemudian masing-masing sebesar 39,30%, 24,30%, dan 22,30% pada dua tahun mendatang sejak tahun 2011.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik

(nasional) maupun di pasar internasional/global. Untuk memenangkan persaingan,

perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada para pelanggannya, misalnya

dengan memberikan produk yang mutunya lebih baik, harganya lebih murah, penyerahan

produk yang lebih cepat dan pelayanan yang lebih baik dari pada pesaingnya. Produk

dengan mutu jelek, harga yang mahal, penyerahan produk yang lambat bisa membuat

pelanggan merasa tidak puas, walaupun dengan tingkatan yang berbeda. Pelanggan yang

merasa tidak puas akan meninggalkan perusahaan dan menjadi pelanggan pesaing. Hal

ini akan menyebabkan penurunan penjualan dan pada gilirannya akan menurunkan laba

perusahaan (Supranto, 2006).

Salah satu aset terbesar perusahaan adalah merek (brand). Merek dapat digunakan untuk membangun persepsi. Merek mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan

kepastian pelanggan. Merek merupakan “aset prestisius”. Merek yang prestisius dapat

disebut memiliki brand equity (ekuitas merek) yang kuat. Dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi dan loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan. Beberapa produk

dengan kualitas, model, features (karakteristik tambahan dari produk) yang relatif sama, dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda di pasar karena perbedaan persepsi dari produk

tersebut di benak konsumen. Produk dengan brand equity yang kuat akan membentuk

(15)

suatu merek dalam persaingan apapun dalam jangka waktu yang lama. Dan jika merek

telah diterima konsumen, praktis hal ini akan menguntungkan perusahaan dengan

perolehan laba penjualannya (Rangkuti, 2002).

Umar (2000) mengatakan bahwa dalam era globalisasi yang didorong oleh kemajuan

pesat di bidang teknologi, liberalisasi perdagangan, serta faktor-faktor lain, jumlah merek

dan produk yang bersaing dalam pasar menjadi sangat banyak sehingga konsumen

memiliki beragam pilihan dan alternatif produk atau jasa yang dapat memenuhi

kebutuhannya. Dalam keadaan demikian maka posisi tawar konsumen terhadap produsen

menjadi lebih kuat karena konsumen kini mampu mengakses dan menjangkau produk

atau jasa yang diinginkan meskipun produk atau jasa tersebut terletak jauh dari tempat

dimana konsumen tersebut berada.

Berbagai macam pilihan produk baik barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen,

memberikan kesempatan bagi konsumen untuk melakukan konsumsi dengan berbagai

pilihan merek. Beragamnya merek produk yang ditawarkan kepada konsumen membuat

konsumen memiliki kesempatan untuk beralih dari satu merek ke merek lainnya. Oleh

karena itu, produsen perlu melakukan berbagai macam langkah dalam mempertahankan

dan meningkatkan loyalitas merek yang sudah dibangun sebelumnya. Loyalitas merek

merupakan suatu kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah

merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut dan bermaksud meneruskan

pembeliannya di masa mendatang (Mowen dan Minor, 2002).

Menurut Swastha (2002), perilaku perpindahan merek pada pelanggan merupakan suatu

fenomena yang kompleks yang dipengaruhi banyak faktor. Seperti ketidakpuasan

(16)

konsumen juga dapat disebabkan oleh pencarian variasi (variety seeking) yang dipengaruhi oleh promosi penjualan maupun iklan yang dilakukan oleh produsen dalam

strategi memasarkan dan mempertahankan produk mereka dari kompetitor.

Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa persaingan yang ketat diantara pelaku

dunia usaha untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas lagi. Berbagai pendekatan

dilakukan untuk mendapatkan simpati masyarakat/konsumen baik melalui peningkatan

mutu atau kualitas dengan menggunakan teknologi tinggi maupun peningkatan sumber

daya manusia. Persaingan untuk mendapatkan yang terbaik telah menempatkan

konsumen sebagai pengambil keputusan. Semakin banyak perusahaan sejenis yang

beroperasi dengan produk atau jasa yang ditawarkan, membuat masyarakat/konsumen

dapat menentukan pilihan sesuai kebutuhan dan selera masing-masing (Istijanto, 2005).

Salah satunya adalah perusahaan yang menghasilkan minyak goreng. Minyak goreng

yang beredar di pasaran seperti kita ketahui terdiri dari 2 jenis yaitu curah dan kemasan.

Selain jenis juga terdiri dari berbagai merek dengan karakteristik masing-masing.

Contohnya Bimoli, Sania, Tropical, Sunco, Kunci Mas, Filma, Avena, Madina, dan lain

sebagainya. Dengan berbagai merek tersebut maka masing-masing perusahaan harus

berusaha untuk mempertahankan konsumen/pelanggan yang mungkin bisa berpindah ke

merek lain karena alasan kepuasan, selera/perilaku, kesehatan, harga, waktu, dan

persaingan.

Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mempengaruhi

kandungan kolesterol dalam masakan. Kota Medan dengan jumlah penduduk 2.121.053

(17)

kemasan (bermerek) untuk memasarkan produknya. Karena dengan jumlah penduduk

yang sangat besar maka akan terdapat perbedaan dan keragaman karakteristik

masyarakat termasuk perilaku konsumsinya. Menyikapi kondisi tersebut maka agar para

produsen dapat bertahan dalam persaingan, mereka harus dapat mengidentifikasi,

mengetahui dan menyesuaikan keinginan serta harapan konsumen dengan produk yang

dihasilkannya.

1.1Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka disusun permasalahan sebagai berikut:

1) Bagaimana gambaran pola perpindahan merek (brand switching) minyak goreng yang dilakukan oleh ibu rumah tangga?

2) Apa saja yang menjadi pertimbangan ibu rumah tangga dalam memilih dan berpindah

merek minyak goreng?

3) Bagaimana pangsa pasar merek minyak goreng di masa mendatang?

1.2Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah di atas maka tujuan penelitian adalah untuk:

1) Untuk menjelaskan pola perpindahan merek minyak goreng dari satu merek ke merek

lainnya yang dilakukan oleh ibu rumah tangga.

2) Untuk menganalisis apa saja yang menjadi pertimbangan ibu rumah tangga dalam

memilih dan berpindah merek minyak goreng.

(18)

1.3Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1) Sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola dan mempertahankan merek agar tetap

menjadi pilihan konsumen mengingat persaingan antar merek yang semakin

meningkat.

2) Sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam melakukan penelitian yang

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1Tinjuan Pustaka 2.1.1 Minyak Goreng

Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang penting bagi

masyarakat Indonesia. Konsumsi minyak goreng masyarakat terbagi dalam dua kategori

yaitu minyak goreng curah dan kemasan. Minyak goreng curah adalah minyak yang tidak

memiliki merek dan diukur dalam satuan massa (kilogram). Minyak goreng kemasan

adalah minyak goreng yang diberi merek dan dikemas dengan botol, plastik refill, dan jerigen. Minyak goreng kemasan diukur dalam satuan volume (liter). Pada umumnya

minyak goreng yang beredar di Indonesia berasal dari kelapa sawit (Irvani, 2008).

Minyak goreng dapat dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik yang

berada di pedesaan maupun di perkotaan. Oleh karena itu, minyak goreng dapat pula

dikategorikan sebagai komoditas yang cukup strategis, karena pengalaman selama ini

menunjukkan bahwa kelangkaan minyak goreng dapat menimbulkan dampak ekonomis

dan politis yang cukup berarti bagi perekonomian kita (Amang, 1996).

Minyak goreng juga merupakan salah satu produk kebutuhan rumah tangga yang

digunakan untuk kebutuhan memasak. Peningkatan kebutuhan manusia dalam

mengkonsumsi makanan akan cenderung meningkatkan permintaan produk minyak

goreng. Banyaknya produk minyak goreng yang beredar di pasar seperti Bimoli, Sania,

(20)

karakteristik (feature) dan keunggulan masing-masing mulai dari warna, kandungan gizi, kemasan, dan lain sebagainya semakin memacu para produsen untuk memasuki tingkat

persaingan yang tinggi dalam mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasarnya agar

jangan diambil alih oleh perusahaan kompetitor (Afifuddin, 2007).

2.1.2 Konsumsi Minyak Goreng

Sebagian besar permintaan terhadap minyak goreng adalah untuk konsumsi rumah

tangga. Tingginya tingkat permintaan terhadap minyak goreng adalah dikarenakan

minyak goreng adalah salah satu dari bahan pangan pokok yang tidak bisa tidak

dikonsumsi. Selain itu juga sebagian besar penduduk Indonesia menyukai menu makanan

yang berbau goreng-gorengan. Sedangkan di Kota Medan, konsumsi minyak/lemak pada

tahun 2010 adalah sebesar 40,45 (ribu ton/tahun) yang terbagi dalam dua kategori yaitu

konsumsi minyak kelapa sebesar 12,69 (ribu ton/tahun) dan minyak sawit 27,76 (ribu

ton/tahun(Badan Ketahanan Pangan, 2010).

Seiring dengan perkembangan zaman, maka masalah kesehatan saat ini menjadi suatu hal

yang sangat penting. Sehingga menyebabkan terjadinya pola hidup sehat yang

menimbulkan perubahan pada pola konsumsi pangan dan berimplikasi pada perpindahan

merek minyak goreng yang digunakan (Irvani, 2008).

Dan sebagaimana diketahui bahwa minyak goreng memiliki kandungan lemak yang

tinggi sehingga konsumsinya cenderung dibatasi atau bahkan dikurangi. Semakin tinggi

tingkat pendapatan keluarga, semakin besar pula peluang untuk menggantikan minyak

goreng yang mengandung lemak atau minyak goreng curah dengan minyak goreng yang

(21)

2.1.3 Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Istilah perilaku erat hubungannya dengan objek yang studinya diarahkan pada

permasalahan manusia. Di bidang studi pemasaran, konsep perilaku konsumen secara

terus-menerus dikembangkan dengan berbagai pendekatan. Menurut Sumarwan (2004)

menyatakan bahwa perilaku konsumen (consumer behavior) diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan

menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan

mereka.

Menurut Engel, Roger dan Paul (2000), perilaku konsumen diartikan “Those actions directly involved in obtaining, consuming, and disposing of products and services,

including the decision processes that precede and follow this action”. Perilaku konsumen

merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam memperoleh,

mengkonsumsi, dan membuang suat

mendahului dan mengikuti tindakan – tindakan tersebut.

Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi

pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan

untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi. Perilaku konsumen menitikberatkan

pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. (Hanna & Wozniak,

2001).

Menurut Kotler (2001), Keputusan pembelian dari pembeli merupakan hasil suatu

hubungan yang saling mempengaruhi dan yang rumit antara faktor-faktor internal yaitu

(22)

Pengenalan

1) faktor budaya (kebudayaan, subbudaya, dan kelas sosial),

2) faktor sosial (kelompok acuan, keluarga, peran dan status),

3) faktor pribadi (umur, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian), dan

4) faktor psikologis (pengetahuan, motivasi, keyakinan, dan sikap).

Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal yang menimbulkan persepsi

konsumen yaitu faktor stimulus pemasaran yang terdiri atas produk, harga, distribusi, dan

promosi. Faktor internal dan faktor eksternal ini kemudian menimbulkan dua persepsi

konsumen yaitu persepsi internal konsumen dan persepsi stimulus konsumen. Kedua

persepsi ini sangat mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan membeli produk

berdasarkan selera mereka (Umar, 2000).

Kotler (2001) juga menjelaskan bagaimana seseorang dalam mengambil keputusan dalam

pembelian suatu produk. Keputusan membeli yang dilakukan oleh konsumen melalui

beberapa tahap yaitu: tahap pengenalan kebutuhan, tahap pencarian informasi, tahap

evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan terakhir tahap perilaku setelah pembelian.

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen membuat

keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan dan mengatur pembelian

barang atau jasa. Keputusan ini didasarkan atas persepsi mereka yang dipengaruhi oleh

(23)

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Etriya dkk (2004), mengenai Analisis Ekuitas Berbagai Merek Minyak Goreng dengan menggunakan metode uji Cochran dan Analisis

Rantai Markov diperoleh hasil penelitian dari sampel yang diambil sebanyak 149

responden bahwa merek yang menempati posisi top of mind adalah Bimoli, sedangkan Sania berada pada posisi Brand recall. Pada analisis asosiasi merek, warna kuning jernih dan kemasan menarik menjadi asosiasi bagi Sania. Sedangkan merek Bimoli dan Tropical

memiliki asosiasi yang sama yaitu kuning jernih, kualitas masakan baik, dan mudah

diperoleh. Untuk merek Filma asosiasi mereknya adalah kuning jernih, kualitas masakan

baik, mudah diperoleh, dan teknologi proses yang baik. Sedangkan pada analisis loyalitas

merek, terjadi perpindahan merek yang tinggi untuk merek Sania, Bimoli, Tropicall, dan

Filma. Dugaan pangsa pasar tertinggi minyak goreng kemasan di Bogor ditempati oleh

Bimoli Spesial, sedangkan Sania bersaing ketat dengan Tropical.

Selanjutnya Dewi E. W. (2010), membuat penelitian mengenai Analisis Pasar

Perpindahan Kartu Pra Bayar GSM dengan Rantai Markov (studi kasus mahasiswa

UNDIP Semarang) diperoleh hasil penelitian bahwa harga kartu perdana/voucher isi ulang merupakan faktor yang paling berpengaruh bagi konsumen untuk tetap loyal karena

harga kartu perdana/voucher isi ulang menduduki peringkat pertama. Banyak konsumen yang berpindah merek ke kartu pra bayar IM3, ini ditunjukkan oleh tingginya angka

probabilitas transisi, konsumen dari merek kartu pra bayar IM3 juga memiliki loyalitas

paling tinggi, kemudian diikuti merek kartu pra bayar Simpati, Mentari, AS, XL, Three,

(24)

4,43%; AS sebesar 3,87%; IM3 sebesar 76,25%; Mentari sebesar 0,18%; XL sebesar

1,33%; Three sebesar 4,38%, dan Axis sebesar 9,11%.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pangsa Pasar (Market Share)

Pangsa pasar (Market Share) dapat diartikan sebagai bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau persentase penjualan suatu perusahaan terhadap total penjualan

para pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu. Jika suatu perusahaan dengan

produk tertentu mempunyai pangsa pasar 35%, maka dapat diartikan bahwa jika

penjualan total produk-produk sejenis dalam periode tertentu adalah sebesar 1000 unit,

maka perusahaan tersebut melalui produknya akan memperoleh penjualan sebesar 350

unit. Besarnya pangsa pasar setiap saat akan berubah sesuai dengan perubahan selera

konsumen, atau berpindahnya minat konsumen dari suatu produk ke produk lain

(Durianto dan Sitinjak, 2001).

Dalam tulisan Lubis (2004) strategi pemasaran bisa digolongkan atas dasar pangsa pasar

yang diperoleh suatu perusahaan, maka terbagi atas 4 kelompok, yaitu:

1. Market Leader, disebut pimpinan pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada

pada kisaran 40% atau lebih.

2. Market Chalengger, disebut penantang pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai

berada pada kisaran 30%.

3. Market Follower, disebut pengikut pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada

pada kisaran 20%.

4. Market Nitcher, disebut juga penggarap relung pasar apabila pangsa pasar yang

(25)

2.2.2 Ekuitas Merek (Brand Equity)

Merek adalah nama simbol yang diberikan produsen yang bersifat membedakan barang

atau jasa yang dihasilkan produsen lain. Aaker (1997) mengatakan bahwa ekuitas merek

merupakan satu set Brand Asset dan Liability yang berhubungan dengan sebuah merek dan simbol yang disediakan sebuah produk atau servis bagi pengguna. Ekuitas merek

mempunyai lima kategori, yaitu:

1. Loyalitas merek (Brand Loyality)

2. Kesadaran akan merek (Brand Awareness) 3. Asosiasi merek (Brand Association) 4. Kesan kualitas (Perceived Quality)

5. Aset-aset merek lainnya (Other Propriertary Brand Asset)

Loyalitas merek merupakan inti dari ekuitas merek. Suatu produk dapat mempunyai

brand awareness yang baik, kualitas yang baik, dan brand association yang cukup

banyak, tetapi belum tentu mempunyai loyalitas merek. Sebaliknya, produk yang

memiliki loyalitas merek dapat dipastikan memiliki kesadaran merek yang tinggi, kualitas

yang baik, dan asosiasi yang cukup dikenal (Aaker, 1997).

Adapun komponen dari ekuitas merek menurut Aaker (1997) adalah:

1. Brand Loyality (Loyalitas merek)

Brand Loyality merupakan satu ukuran keterkaitan antara pengguna kepada sebuah

merek. Ukuran ini dapat memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang

pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada merek tersebut didapati

adanya perubahan, baik menyangkut harga maupun unsur-unsur produk. Dalam kaitannya

(26)

Setiap tingkat mewakili tantangan pemasaran yang berbeda, dan mewakili juga tipe aset

yang berbeda dalam mengelola dan mengeksploitasinya. Semuanya mungkin tidak

mewakili kelas produk atau pasar yang spesifik.

2. Brand Awareness (Kesadaran akan merek)

Brand awareness adalah kesanggupan seorang pengguna untuk mengenali dan mengingat

kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu produk tertentu. Pengukuran Brand

awareness, menurut Aaker (1997), didasarkan pada pengertian-pengertian yang

mencakup tindakan dalam kesadaran akan merek yaitu:

a. Top of Mind, menggambarkan merek yang pertama kali diingat atau disebut

responden ketika ditanya tentang suatu produk.

b. Brand Recall, atau pengingatan kembali merek, mencerminkam merek-merek apa

saja yang diingat responden setelah menyebut merek pertama.

c. Brand Recognition, atau merek yang diingat konsumen setelah diberi bantuan.

d. Unware of Brand, merupakan tingkatan yang paling rendah dimana responden tidak

mengenal merek suatu produk meskipun sudah diberi bantuan.

3. Brand Association (Asosiasi merek)

Brand association adalah segala sesuatu yang dapat dihubungkan dalam memori

responden terhadap suatu produk. Berbagai asosiasi merek saling berhubungan akan

membentuk brand image. Pada umumnya asosiasi merek, terutama yang membentuk merek, akan menjadi pijakan bagi pengguna dalam keputusan pembelian dan loyalitas

(27)

4. Perceived Quality (Kesan kualitas)

Perceived quality merupakan persepsi pengguna terhadap kualitas suatu merek produk.

Kesan kualitas ini akan membentuk persepsi kualitas dari suatu produk dimata pengguna.

Dimensi perceived quality dibagi menjadi:

a. Kinerja, melibatkan berbagai karakteristik operasional utama.

b. Pelayanan, mencerminkan kemampuan suatu produk dalam memberikan pelayanan

kepada pelanggan.

c. Ketahanan, mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.

d. Keandalan, konsistensi dari kinerja yang dihasilkan dari suatu pembelian ke

pembelian berikutnya.

e. Karakteristik produk, bagian-bgian tambahan dari suatu produk.

f. Hasil, mengarah kepada kualitas yang dirasakan melibatkan dimensi sebelumnya.

2.2.3 Perpindahan Merek (Brand Switching)

Brand switching adalah kegiatan seorang pengguna yang melakukan perpindahan merek

dari suatu produk yang satu ke produk yang lainnya karena alasan tertentu. Brand

switching ini merupakan bagian dari loyalitas merek dimana seorang pengguna yang setia

menggunakan merek tertentu. Loyalitas merek (Brand Loyality) adalah suatu ukuran keterkaitan pengguna terhadap sebuah merek. Loyalitas merek adalah kondisi pasar

dengan tingkat pertumbuhan yang sangat rendah namun tingkat persaingan yang sangat

ketat saat ini. Keberadaan pengguna sangat loyal pada merek suatu produk sangat

dibutuhkan agar perusahaan dapat bertahan hidup dan upaya mempertahankan pengguna

ini sering menjadi strategi yang jauh lebih efektif daripada menarik pengguna baru untuk

(28)

Dalam kaitannya dengan loyalitas suatu produk, terdapat tingkatan loyalitas merek.

Adapun tingkatan tersebut menurut Durianto dan Sitinjak (2001) adalah sebagai berikut:

1. Switcher (Pengguna yang berpindah-pindah)

Pengguna pada tingkat ini dikatakan sebagai pengguna yang berada pada tingkat paling

dasar. Semakin tinggi frekuensi pengguna untuk berpindah dari merek suatu produk ke

produk lainnya mengindikasikan mereka sebagai pengguna yang sama sekali tidak loyal

pada merek tersebut. Pada tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai serta

memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri dari pengguna ini

adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah.

2. Habitual Buyer (Pengguna yang bersifat kebiasaan)

Pada tingkatan ini pengguna dapat dikategorikan sebagai pengguna yang puas dengan

merek yamg dipakainya. Pengguna ini membeli merek suatu produk didasarkan atas

kebiasaan mereka selama ini.

3. Satisfied Buyer with Switching Cost (Pengguna yang puas dengan biaya peralihan)

Pengguna yang berada pada tingkatan ini termasuk dalam kategori puas bila mereka

mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka berpindah ke

merek produk lainnya dengan menggunakan switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka berpindah

merek.

4. Likes the Brand (Pengguna yang menyukai merek tertentu)

Pengguna yang masuk dalam kategori ini merupakan pembeli yang bersungguh-sungguh

(29)

terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan merek produk yang

sebelumnya baik yang digunakan pribadi maupun kerabatnya.

5. Committed Buyer (Pengguna yang setia)

Pada tingkatan ini pengguna merupakan pembeli yang setia. Mereka memiliki

kebanggaan terhadap merek suatu produk bahkan merek tersebut menjadi sangat penting

bagi mereka dipandang dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi diri mereka. Salah satu

aktualisasi dari pelanggan ini ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan

mempromosikan merek tersebut kepada orang lain.

Loyalitas merek pengguna terhadap suatu merek dipengaruhi oleh banyak faktor.

Menurut Supranto (2006), terdapat lima faktor pengguna loyal terhadap merek yang

digunakan, antara lain:

1. Customer Value

Customer value merupakan persepsi pengguna yang membandingkan antara biaya atau

harga atau beban yang harus ditanggung dan manfaat yang diterimanya. Manfaat ini bisa

tangibel, yaitu menyangkut kegunaan secara fisik, bisa pula manfaat intangibel, yaitu

yang bersifat psikologis atau emosional pengguna.

2. Switching Barrier

Switching barrier adalah hambatan atau beban atau biaya yang harus ditanggung

pengguna bila dia akan berpindah dari satu merek ke merek lain. Hambatan ini tidak

selalu karena nilai ekonomi saja, tetapi bisa juga berkaitan dengan fungsi psikologis,

(30)

3. Customer Characteeristic

Customer characteristic adalah karakter pengguna dalam menggunakan merek suatu

produk. Pada kenyataannya setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda dengan

individu lainnya.

4. Customer Satisfaction

Customer satisfaction merupakan pengalaman pengguna ketika menggunakan merek

yang digunakan.

5. Competitive Environment

Competitive Environment menyangkut sejauh mana kompetisi atau persaingan yang

terjadi antar merek dalam satu kategori produk.

2.2.4 Konsep Perpindahan Merek

Menurut Swastha (2002), perilaku perpindahan merek pada pelanggan merupakan suatu

fenomena yang kompleks yang dipengaruhi banyak faktor. Seperti ketidakpuasan

konsumen, perilaku, persaingan, dan harga. Perpindahan merek yang dilakukan oleh

konsumen juga dapat disebabkan oleh pencarian variasi (variety seeking) yang dipengaruhi oleh promosi penjualan maupun iklan yang dilakukan oleh produsen dalam

strategi memasarkan dan mempertahankan produk mereka dari kompetitor.

Sedangkan dalam bukunya Durianto (2001) mengatakan bahwa ada 4 faktor yang

menyebabkan konsumen berpindah merek yaitu ketidakpuasan konsumen, kebutuhan

mencari variasi lain (variety seeking), harga, dan iklan. Seorang konsumen yang mengalami ketidakpuasan mempunyai kemungkinan akan merubah perilaku keputusan

membelinya dengan mencari alternatif merek lain pada konsumsi berikutnya untuk

(31)

Kebutuhan mencari variasi lain (variety seeking) adalah sebuah komitmen kognitif untuk membeli merek yang berbeda karena berbagai alasan yang berbeda, keinginan baru atau

timbul rasa bosan pada sesuatu yang telah lama dikonsumsi. Karena konsumen

diperhadapkan dengan berbagai macam variasi produk dengan berbagai jenis merek,

keadaan ini dapat mempengaruhi konsumen untuk mencoba berbagai macam produk dan

merek sehingga konsumen tidak sepenuhnya setia pada satu produk.

Harga merupakan salah satu variable penting dalan pemasaran dimana harga dapat

mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk.

Harga secara sederhana diartikan sebagai sejumlah uang yang dibutuhkan untuk

mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Harga suatu merek

yang terlalu mahal dengan karakteristik yang ditawarkan sama dengan merek produsen

lain dapat menyebabkan konsumen berpindah merek. Konsumen akan loyal pada merek

berkualitas tinggi dengan harga yang wajar.

Iklan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya keputusan perpindahan merek. Iklan

dan promosi dapat mengubah probabilitas seorang konsumen dalam membeli sebuah

produk dengan merek tertentu pada suatu kategori yang sama di masa yang akan datang.

Iklan memberikan rangsangan dan dorongan pada konsumen untuk berpindah merek

karena menimbulkan ingatan akan pesan promosi yang disampaikan. Konsumen dengan

tingkat persepsi yang berbeda mempunyai berbagai macam kemungkinan untuk

(32)

2.2.5 Rantai Markov (Markov Chain)

Dalam bukunya, Siagian (2006), menyatakan bahwa analisis Rantai Markov adalah suatu

metode yang mempelajari sifat-sifat suatu variabel pada masa sekarang yang didasarkan

pada sifat-sifatnya di masa lalu dalam usaha menaksir sifat-sifat variabel tersebut di masa

yang akan datang. Dalam analisis Markov yang dihasilkan adalah suatu informasi

probabilistik yang dapat digunakan untuk membantu pembuatan keputusan, jadi analisis

ini bukan suatu teknik optimisasi melainkan suatu teknik deskriptif.

Rantai Markov sebenarnya merupakan bentuk khusus dari model probabilitas yang

melibatkan waktu dan lebih dikenal sebagai proses stokastik. Rantai Markov merupakan

proses stokastik dari variable-variabel acak {Xt;t = 0,1,2,3,…} yang membentuk suatu deret dan memenuhi sifat Markov.

Dalam sifat Markov, jika diberikan kejadian-kejadian yang telah berlalu (past states) X0,X1,X2,….,Xt-1, artinya kejadian yang akan datang (future state) Xt+1 bersifat bebas

(independen) dari kejadian-kejadian yang telah berlalu (past state) X0,X1,X2,….,Xt-1, dan

kejadian yang akan datang (future state) Xt+1 hanya bergantung pada kejadian yang

sedang berlangsung (present state) Xt.

Untuk suatu pengamatan yang prosesnya sampai waktu ke t, maka distribusi nilai proses dari waktu ke t+1 hanya bergantung pada nilai dari proses pada waktu t. Secara umum dituliskan:

P(Xt+1 = i│X0 = j0,X1 = j1,…,Xt-1 = jt-1,Xt = jt) = P(Xt+1 = i│Xt = j)

Pengguna Rantai Markov terhadap suatu masalah memerlukan pemahaman tentang tiga

(33)

dalam Rantai Markov hanya berhubungan dengan keadaan transisi. Asumsi-asumsi dalam

Rantai Markov adalah sebagai berikut:

a. Jumlah probabilitas transisi keadaan adalah 1

b. Probabilitas transisi tidak berubah selamanya

c. Probabilitas transisi hanya tergantung pada status sekarang, bukan periode

sebelumnya.

Probabilitas mempunyai banyak persamaan seperti kemungkinan, kesempatan dan

kecendrungan. Probabilitas menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang

bersifat acak. Suatu peristiwa disebut acak jika terjadinya peristiwa tersebut tidak

diketahui sebelumnya. Oleh karena itu, probabilitas dapat digunakan sebagai alat ukur

terjadinya peristiwa di masa yang akan datang.

Nilai probabilitas yang paling kecil adalah 0 yang berarti bahwa peristiwa tersebut pasti

tidak akan terjadi. Sedangkan nilai probabilitas yang terbesar adalah 1 yang berarti bahwa

peristiwa tersebut pasti akan terjadi. Secara umum, nilai probabilitas suatu peristiwa X

adalah:

0 ≤ P(X) ≤ 1

Analisis ini sangat sering digunakan untuk membantu pembuatan keputusan dalam bisnis

dan industri, misalnya dalam masalah ganti merek, masalah hutang-piutang, masalah

operasi mesin, analisis pengawasan, dan lain-lain. Sedangkan di bidang pertanian paling

banyak digunakan di bagian sosial ekonomi. Sebagai statenya antara lain adalah

banyaknya jumlah produksi industri pertanian, lokasi industri pertanian, pertumbuhan

ekonomi, pembangunan pertanian, struktur pasar, dan berbagai jenis merek suatu produk

(34)

2.2Kerangka Pemikiran

Setiap perusahaan memiliki tujuan pemasaran agar dapat memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen. Oleh karena itu, para pemasar seharusnya senantiasa mempelajari

perilaku konsumen dalam membeli kebutuhan mereka sebagai pelanggan sasaran mereka.

Pemahaman pengambilan keputusan konsumen sangat penting bagi suatu organisasi,

karena berhasil atau tidaknya produk tergantung pada persepsi konsumen terhadap

produk tersebut. Memahami tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk berarti

berusaha mengidentifikasikan hal- hal yang menyebabkan seseorang terlibat dalam

pembelian.

Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen membuat

keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan dan mengatur pembelian

barang atau jasa. Keputusan ini didasarkan atas persepsi mereka yang dipengaruhi oleh

faktor internal dan faktor eksternal.

Yang termasuk kedalam faktor internal adalah kebudayaan (kebiasaan), faktor sosial

(kelompok acuan, keluarga, status), faktor pribadi (umur, pekerjaan, situasi

ekonomi/keuangan), dan faktor psikologis (motivasi dan keyakinan). Sedangkan yang

termasuk kedalam faktor eksternal adalah stimulus pemasaran yang terdiri dari produk

(merek, kemasan, label, warna, bau, rasa), harga (diskon), dan promosi (iklan).

Kedua faktor tersebut yaitu faktor internal dan faktor eksternal akan membentuk persepsi

konsumen yaitu persepsi internal dan faktor stimulus konsumen yang akan

mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan membeli produk minyak goreng.

(35)

yang dibelinya, atau dia harus memilih satu dan beberapa pilihan merek minyak goreng

dengan berbagai pertimbangan tertentu untuk memilih produk minyak goreng yang

paling sesuai (best fit) bagi mereka.

Dengan memperhatikan perilaku konsumen yang berbeda-beda dalam membuat

keputusan membeli produk minyak goreng maka produsen harus tanggap dengan

keinginan konsumen terhadap produk minyak goreng yang dipasarkan dengan berbagai

karakteristik yang dapat menyebabkan konsumen berpindah merek dari satu merek

minyak goreng ke minyak goreng lainnya. Sehingga produsen perlu melakukan analisis

pola perpindahan yang dilakukan konsumen untuk mendapatkan informasi mengenai

persepsi konsumen terhadap produk minyak goreng yang dikonsumsinya. Informasi ini

kemudian dapat membantu produsen membuat produk minyak yang sesuai dengan

keinginan/persepsi konsumen dan mengetahui informasi pangsa pasar di masa

(36)

Faktor Internal Faktor Eksternal

Stimulus Pemasaran

Persepsi Internal Konsumen

Keputusan Membeli Minyak Goreng

Analisis Konsumen dan Produk Minyak Goreng

Persepsi Stimulus Konsumen

Peramalan Keinginan Produk Minyak Goreng

di Masa Mendatang

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive atau sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Wirartha, 2006). Penelitian ini

dilakukan di Kota Medan dengan pertimbangan bahwa Kota Medan dengan

jumlah penduduk 2.121.053 orang dan jumlah rumah tangga sebanyak 493.390

pada tahun 2009 merupakan pasar potensial bagi para produsen minyak goreng

baik jenis minyak goreng curah maupun kemasan (bermerek) untuk memasarkan

produknya. Karena dengan jumlah penduduk yang sangat besar maka diyakini

akan terdapat perbedaan dan keragaman karakteristik masyarakat termasuk

perilaku konsumsinya.

3.2Metode Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2000), sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti

dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Metode pengukuran sampel

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah probability sampling yaitu dengan menggunakan sampel acak sederhana secara proporsional dengan maksud agar

jumlah sampel sesuai dengan jumlah populasinya, dimana ukuran sampel setiap

kecamatan diambil secara proporsional dengan menggunakan perhitungan sebagai

berikut:

(38)

(3.2)

(3.3)

Keterangan:

N = populasi

Nn = jumlah populasi tiap kecamatan

nn = jumlah sampel tiap departemen

n0 = perkiraan jumlah sampel

n = jumlah sampel yang diambil

α = tingkat kepercayaan = 0,05

Z = nilai distribusi normal (untuk α = 0,05, Z α /2 = 1,96)

d = batas kesalahan yang bisa ditoleransi dalam menetapkan rata-rata sampel

= 0,05

p = proporsi kesuksesan responden yang berpindah merek

q = 1-p

(Cochran, 2005)

Sebelum dilakukan pengambilan sampel, terlebih dahulu dilakukan survei

pendahuluan dengan menyebarkan kuesioner ke 21 responden. Dari 21 responden

yang mengisi kuesioner ada 20 responden yang mengisi kuesioner dengan benar.

Sehingga besarnya nilai p atau proporsi kesuksesan subjek dalam mengisi

kuesioner adalah 0,95. Proporsi kesuksesan diperoleh dengan cara

(39)

Dengan menggunakan batas kesalahan yang bisa ditoleransi dalan menetapkan

rata-rata sebesar 5%, maka diperoleh banyaknya jumlah sampel dari hasil

perhitungan sebagai berikut:

Sesuai dengan hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang diambil adalah

sebanyak 73. Sehingga hasil perhitungan proporsi sampel tiap kecamatan dapat

dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:

Table 3.1 Jumlah Sampel Tiap Kecamatan

(40)

3.3Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang yang diperoleh secara langsung dari

sumber informasinya dengan menggunakan instrumen kuesioner, survei, dan

wawancara. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak

langsung melalui pihak ketiga seperti Badan Ketahanan Pangan Kota Medan, BPS

Kota Medan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, dan instansi lain

yang mendukung penelitian ini.

3.4Metode Analisis Data

Untuk tujuan pertama yaitu menjelaskan pola perpindahan merek minyak goreng

dari satu merek ke merek lainnya yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dianalisis

secara deskriptif dengan membuat pola perpindahan merek dari satu merek

minyak goreng ke merek minyak goreng lainnya. Sedangkan untuk besarnya

peluang transisi dianalisis dengan menggunakan persamaan:

Pij = (3.4)

Dimana:

Pij = Probabilitas transisi (perpindahan dari merek i ke merek j)

nij(t) = Jumlah konsumen minyak goreng yang berpindah dari merek i ke merek

j dalam periode t

ni(t) = Jumlah konsumen minyak goreng merek i pada awal periode t (Siagian, 2006)

Persamaan ini menunjukkan perbandingan antara hasil bagi dari produk minyak

(41)

periode t terhadap jumlah produk minyak goreng yang berada di merek i pada awal periode t.

Untuk tujuan kedua yaitu menganalisis apa saja yang menjadi pertimbangan ibu

rumah tangga dalam memilih dan berpindah merek minyak goreng dianalisis

secara deskriptif yaitu dengan mentabulasi data atau informasi merek minyak

goreng yang dikonsumsi oleh rumah tangga di Kota Medan yaitu dengan

menghitung proporsi (proporsi ini ditentukan dari persentase perbandingan jumlah

konsumen minyak goreng tertentu terhadap jumlah responden) yang diperoleh

dari kuesioner yang telah dijawab oleh konsumen.

Untuk tujuan ketiga yaitu menganalisis pangsa pasar merek minyak goreng di

masa mendatang dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan persamaan:

MK(t) = MK(t-1)P (3.5)

Dimana:

MK(t) = Market share / pangsa pasar pada periode t

MK(t-1) = Market share / pangsa pasar pada periode awal

P = Probabilitas Transisi

(Siagian, 2006)

Persamaan di atas menunjukkan perhitungan prediksi pangsa pasar pada periode

yang akan datang yaitu dengan cara mengalikan pangsa pasar periode awal

(42)

3.5Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam

penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.

3.5.1 Defenisi

• Minyak goreng curah adalah minyak yang tidak memiliki merek dan diukur

dalam satuan massa (kilogram).

• Minyak goreng kemasan adalah minyak goreng yang diberi merek dan

dikemas dengan botol, plastik refill, dan jerigen.

• Analisa Rantai Markov adalah suatu metode yang mempelajari sifat-sifat suatu

variabel pada masa sekarang yang didasarkan pada sifat-sifatnya di masa lalu

dalam usaha menaksir sifat-sifat variabel tersebut di masa yang akan datang.

Brand switching adalah kegiatan seorang pengguna yang melakukan

perpindahan merek dari suatu produk yang satu ke produk yang lainnya karena

alasan tertentu.

• Pangsa pasar (Market Share) dapat diartikan sebagai bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau presentase penjualan suatu perusahaan

terhadap total penjualan para pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat

tertentu.

• Perilaku konsumen (consumer behavior) diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan,

mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan

(43)

• Promosi adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai

insentif, umumnya berjangka pendek, yang dapat diatur untuk merangsang

pembelian produk dengan segera.

• Iklan adalah pesan yang bersifat informatif dan persuasif yang disampaikan

melalui media non personal ataupun keduanya untuk memperkenalkan

organisasi ataupun produk yang diwakilinya.

• Harga adalah jumlah dari nilai ekonomi yang ditukar konsumen atas

manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa.

3.5.2 Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka

dibuat batasan operasional sebagai berikut:

1. Daerah penelitian adalah Kota Medan.

2. Penelitian dilakukan pada tahun 2011.

3. Minyak goreng yang diteliti adalah minyak goreng kemasan dengan merek

Bimoli, Sania, Sunco, Tropical, Filma,dan merek lainnya.

(44)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Sejarah Kota Medan

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang,

dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru

Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang

diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan

Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan

ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis ke Medan pada tahun 1887,

sebelum akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipipmpin oleh

seorang Gubernur pada tahun 1915.

Secara historis, perkembangan Kota Medan sejak awal memposisikannya menjadi

jalur lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli

dan Babura, serta adanya kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan

perkebunan tembakau dalam awal perkembangannya, telah mendorong

berkembangnya Kota Medan sebagai pusat perdagangan (ekspor-impor) sejak

masa lalu. Sedang dijadikannya Medan sebagai Ibukota Deli juga telah

mendorong Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat

ini, disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus sebagai ibukota

(45)

4.2 Kondisi Geografis Kota Medan

Secara geografis Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan

langsung dengan Selat Malaka di bagian utara sehingga relative dekat dengan

kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang, Kuala Lumpur Malaysia, dan

Singapura.

Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 3o30’–3o43’ Lintang Utara

dan 98o35’–98o44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 Km2. Sebagian besar

wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi yang cenderung

miring ke utara dan menjadi tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai

Babura dan Sungai Deli.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan temperatur siang 31,10C dan malam

hari 24,10C, rata-rata curah hujan per bulan 175,17 mm dengan rata-rata hari

hujan 17,33 hh/bulan. Kelembaban udara di Kota Medan 84%, kecepatan angin

rata-rata 0,45 m/sec sedangkan laju penguapan tiap bulannya 111,26 mm. Kota

Medan memiliki topografi datar dengan ketinggian 7-25 dpl dengan jenis tanah

alluvial.

Disamping itu, Kota Medan memiliki topografi datar dengan jenis tanah alluvial

dan berada pada ketinggian 2,5–37,5 meter di atas permukaan laut dan secara

administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

- Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

(46)

4.3 Pemerintahan Kota Medan

Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan, fungsi

dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional maupun

nasional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering

digunakan sebagai tolak ukur dalam pembangunan dan penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor

140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefenitif 7 kelurahan

Kota Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 35 Tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan

Kota Daerah Tingkat II, Medan dimekarkan kembali menjadi 21 kecamatan

dengan 151 kelurahan dan 2.004 lingkungan.

Administratif pemerintahan Kota Medan yang dipimpin oleh seorang walikota

pada saat ini terdiri dari 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam

2000 lingkungan. Selain itu juga Kota Medan memiliki unit kerja dengan 18

Dinas Daerah yang membantu pemerintah kota untuk mengatur jalannya proses

pemerintahan. Diantaranya yaitu Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Perhubungan, Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Bina Marga, Dinas Perumahan

dan Pemukiman, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, Dinas Pertamanan, Dinas

Kebersihan, Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran, Dinas Koperasi Usaha

(47)

Pertanian dan Kelautan, Dinas Pendapatan, Dinas Pemuda dan Olah Raga, dan

Dinas Komunikasi dan Informatika.

Sedangkan jumlah anggota DPRD Kota Medan untuk periode 2009 – 2014

adalah sebanyak 50 orang, yang terdiri dari 12 partai politik. Dengan alokasi

perolehan kursi sebagai berikut, yang mendominasi raihan kursi terbanyak adalah

Partai Demokrat dengan 16 kursi, menyusul PKS 7 kursi, PDI-P dan Golkar

masing-masing 5 kursi, PDS dan PAN 4 kursi, PPP 3 kursi, PPIB 2 kursi, PKDI,

Patriot, Buruh dan PPRN masing-masing 1 kursi.

4.4 Kota Medan Secara Ekonomi

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian usaha dan

kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,

memperluas lapangan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat.

Kinerja pembangunan ekonomi daerah mempunyai peranan yang amat penting

karena keberhasilan di bidang ekonomi dapat menyediakan sumber daya yang

lebih luas bagi pembangunan daerah di bidang lainnya.

Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan

masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan

menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi

barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur

perekonomian Kota Medan dapat dilihat dari kontribusi setiap sektor dalam

(48)

Tabel 4.1 Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2007-2009

Kelompok Sektor Kontribusi terhadap PDRB (%)

2007 2008 2009

Primer 2,85 2,87 2,73

a. Pertanian 2,84 2,86 2,72

b. Pertambangan dan Penggalian 0,01 0,01 0,01

Sekunder 27,93 27,26 26,50

a. Industri Pengolahan 16,28 15,98 15,09

b. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,88 1,73 1,79

c. Bangunan 9,77 9,56 9,63

Tersier 69,21 69,87 70,76

a. Perdagangan, Hotel dan Restoran 25,44 25,94 25,79

b. Pengangkutan dan Komunikasi 19,02 19,09 19,47

c. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 14,13 14,53 14,73

d. Jasa-jasa 10,63 10,30 10,77

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2010

Berdasarkan Tabel 4.1, struktur ekonomi Kota Medan relatif tidak mengalami

pergeseran selama periode 2007–2009. Untuk sektor perdagangan, perhotelan, dan

restoran yang merupakan sektor yang paling besar peranannya terhadap

pembentukan PDRB Kota Medan diikuti sektor pengangkutan dan

telekomunikasi. Selanjutnya sektor industri pengolahan dan sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa dan sektor

bangunan(konstruksi). Sedangkan sektor ekonomi yang berkontribusi paling

rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian, diikuti sektor listrik, gas dan

(49)

4.5 Kota Medan Secara Sosial

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama,

suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan

karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Ada berbagai

faktor yang mempengaruhi proses transisi yang terjadi di Kota Medan seperti

perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya.

Tabel 4.2 Statistik Pembangunan Kota Medan Tahun 2007-2009

Indikator Satuan Tahun

2007 2008 2009

APK (Angka Partisipasi Kasar)

- SD/MI Persen (%) 112,18 112,85 113,52

- SMP/MTS Persen (%) 98,36 98,49 98,52

- SMA/MA Persen (%) 89,34 89,59 90,84

APM (Angka Partisipasi Murni)

- SD/MI Persen (%) 91,79 92,54 93,29

- SMP/MTS Persen (%) 76,18 77,53 78,88

- SMA/MA Persen (%) 64,71 65,51 66,31

APS (Angka Partisipasi Sekolah)

- 7 – 12 Persen (%) 99,31 99,50 99,70 IPM (Indeks Pembangunan Masyarakat) Persen (%) 75,60 76,00 76,60

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2010

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan

(50)

bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Kondisi sosial Kota Medan dapat dilihat

pada Tabel 4.2 di atas.

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat partisipasi pendidikan di Kota Medan

cenderung menunjukkan peningkatan akses pendidikan masyarakat yang ditandai

dengan tingkat kesadaran masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang

semakin meningkat. Selain itu, indikator lain yang dapat digunakan untuk menilai

kemajuan penyelenggaraan pendidikan dapat dilihat dari angka partisipasi sekolah

(APS) menurut usia sekolah. Jumlah penduduk usia sekolah Kota Medan selama

periode 2007-2009 menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun untuk seluruh

kolompok usia sekolah.

Berdasarkan Tabel 4.2 juga dapat diketahui bahwa IPM Kota Medan mengalami

peningkatan selama periode 2007-2009. Peningkatan IPM Kota Medan

mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat

cenderung semakin membaik. Selain itu, peningkatan ini juga meningkatkan daya

beli masyarakat dan pendapatan masyarakat sehingga mampu meningkatkan

derajat kesehatan dan tingkat pendidikan yang ditandai dengan bertambahnya usia

harapan hidup, rata-rata lama sekolah dan meningkatnya konsumsi (daya beli) per

kapita masyarakat Kota Medan.

4.6 Keadaan Penduduk Kota Medan

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama,

suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan

(51)

menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan

kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin

menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran

adalah perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya.

4.6.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data BPS Kota Medan diketahui ada peningkatan jumlah penduduk

Kota Medan dari 2.083.156 jiwa pada tahun 2007 menjadi 2.102.105 jiwa pada

tahun 2008 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,91%. Sedangkan pada

tahun 2009, jumlah penduduk Kota Medan meningkat menjadi 2.121.053 jiwa

atau tumbuh sebesar 0,90%. Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan dapat

dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Jumlah, Laju Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2007-2009

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2010

Keadaan jumlah penduduk yang semakin meningkat di Kota Medan juga

menyebabkan peningkatan rasio kepadatan penduduk. Hal ini dikarenakan luas

wilayah Kota Medan tidak mengalami perubahan (tetap). Pada Tabel 4.3 dapat

dilihat bahwa rasio kepadatan penduduk Kota Medan mengalami peningkatan dari

7.858 jiwa/Km2 pada tahun 2007 menjadi 7.929 jiwa/Km2 pada tahun 2008 dan

(52)

semakin menyempitnya luas lahan berpeluang menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan antara daya dukung dan daya tampung lingkungan.

4.6.3 Struktur Penduduk

Struktur penduduk pada suatu daerah sangat ditentukan oleh perkembangan

tingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Jika angka kelahiran pada suatu daerah

cukup tinggi, maka dapat mengakibatkan daerah tersebut tergolong sebagai daerah

penduduk usia muda. Dan begitu juga sebaliknya jika angka kelahiran pada suatu

daerah cukup rendah, maka dapat mengakibatkan daerah tersebut tergolong

sebagai penduduk usia tua. Keadaan struktur penduduk Kota Medan dapat dilihat

pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan Tahun 2009

Golongan umur

Laki-laki Perempuan Jumlah Jiwa % Jiwa % Jiwa %

(53)

Selain berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, penduduk Kota Medan

juga dapat dibedakan berdasarkan mata pencaharian. Mata pencaharian penduduk

Kota Medan sangat bervariasi, ada yang bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai

swasta, TNI/POLRI, dan sebagainya. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai

mata pencaharian penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kota Medan Tahun 2009

Mata pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)

Pegawai Negeri 18.465 3,91

Pegawai Swasta 20.570 4,53

TNI/POLRI 14.563 3,08

Tenaga Pengajar 72.382 15,32

Tenaga Kesehatan 3.652 0,77

Lain-lain 342.579 72,54

Jumlah 472.202 100

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2010

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk terbesar adalah

sebagai tenaga pengajar yaitu sebanyak 72.382 orang (15,32%), pegawai negeri

18.465 orang (3,91%), pegawai swasta 20.570 orang (4,36%), TNI/POLRI 14.563

orang (3,08%), tenaga kesehatan 3.652 orang (0,77%), dan mata pencaharian

lainnya yaitu gabungan dari berbagai jenis pekerjaan yang tidak dapat disebutkan

(54)

4.7 Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah konsumen minyak goreng dengan berbagai merek

minyak goreng. Karakteristik konsumen meliputi karakteristik sosial ekonomi

yang terdiri dari umur, status pendidikan, jumlah tanggungan, dan pendapatan.

Berikut ini diuraikan beberapa karakteristik tersebut.

4.7.1 Umur

Keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah

ini:

Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok umur

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa range umur konsumen sampel

terbesar adalah 40 – 44, dan 45 – 49 yaitu dengan jumlah 15 orang (20,5%),

kemudian range umur 50 – 54 yaitu dengan jumlah 13 orang (18,0%). Data ini

menjelaskan bahwa konsumen sampel adalah sebagian besar sudah lama berumah

Gambar

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
Table 3.1 Jumlah Sampel Tiap Kecamatan
Tabel 4.1 Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2007-2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.3 Alasan Responden Memilih Merek Handphone 24 Tabel 4.4 Perolehan Pangsa Pasar Awal Merek Handphone 25 Tabel 4.5 Jumlah Pengguna Handphone Saat Ini dan 1 Tahun Yang Lalu

Untuk memahami lebih jelas tentang pergeseran selera atau perpindahan konsumen dari satu merek ke merek lain, berikut ini akan dibahas mengenai perpindahan merek minuman

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh loyalitas pelanggan beserta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelanggan lainnya, misalkan saja pada merek dan

Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka permasalahan utama yang akan dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana menentukan merek kartu seluler pra bayar GSM

Probabilitas transisi adalah suatu proporsi atau nilai peluang perpindahan yang dilakukan oleh pelanggan atau konsumen yang berusaha untuk beralih dari satu produk

Tahapan pada Markov Chain antara lain: (1) Membuat tabel jumlah pelanggan pada setiap merek; (2) Membuat tabel perpindahan merek yaitu berupa data perubahan atau

Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka permasalahan utama yang akan dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana menentukan merek kartu seluler pra bayar GSM

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketidakpuasan konsumen, karakteristik kategori produk, dan iklan pesaing terhadap keputusan perpindahan merek