• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Individu Dan Sikap Tubuh Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Individu Dan Sikap Tubuh Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN SIKAP TUBUH DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BONGKAR MUAT

PT. KIRANA SAPTA ANGKOLA TIMUR KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TAHUN 2009

TESIS

OLEH

HOTMATUA RAMBE 067010007/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF INDIVIDUAL FACTOR AND BODY ATTITUDE ON THE WORK PRODUCTIVITY OF THE LOADING AND UNLOADING

WORKERS OF PT. KIRANA SAPTA IN ANGKOLA TIMUR TAPANULI SELATAN DISTRICT

IN 2009

TESIS

OLEH

HOTMATUA RAMBE 067010007/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN SIKAP TUBUH DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BONGKAR MUAT

PT. KIRANA SAPTA ANGKOLA TIMUR KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TAHUN 2009

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH

HOTMATUA RAMBE 067010007/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN SIKAP TUBUH DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BONGKAR MUAT PT. KIRANA SAPTA ANGKOLA TIMUR

KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : Hotmatua Rambe

Nomor Induk Mahasiswa : 067010007

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Kerja

Menyetujui 

Komisi Pembimbing :

(Prof. Dr. Ir. Abdul Rahim Matondang, M.S.I.E)

Ketua 

(dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K)

Anggota 

Ketua Program Studi

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

PERNYATAAN 

PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN SIKAP TUBUH DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BONGKAR MUAT

PT. KIRANA SAPTA ANGKOLA TIMUR KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TAHUN 2009

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Desember 2010

(6)

Telah diuji pada

Tanggal : 19 Juli 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Abdul Rahim Matondang, M.S.I.E Anggota : 1. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K

2. Ir. Nazlina, M.T

(7)

ABSTRAK

 

PT Kirana Sapta terletak di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan yang beroperasi di atas 10 tahun yang merupakan salah satu perusahaan yang mengolah berproduksi cruwb rubber dan rubber smoked seett. Berdasarkan survei awal dari 10 orang pekerja diketahui 60 % mengalami gangguan muskuloskeletal. Jenis penelitian ini survei analitik dengan pendekatan cross sectional untuk menganalisis pengaruh faktor individu dan sikap kerja terhadap produktivitas kerja pekerja bongkar muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian dilakukan dengan pengamatan dan wawancara terhadap pekerja bongkar muat dengan jumlah sampel 31 orang. Analisis data dilakukan dengan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan sikap kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja pekerja bongkar muat pada PT.Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

Disarankan kepada : 1) Pemilik perusahaan untuk memperhatikan perihal kesehatan dan keselamatan kerja pekerja, terutama dalam mensosialisasikan teknik dalam bekerja yang sesuai prosedur dan kapasitas dan menyediakan alat bantu dalam pelaksanaan bongkar muat untuk menghindari kecelakaan dalam bekerja bagi pekerja, 2) Pekerja bongkar muat untuk menggunakan APD pada saat melakukan pekerjaan bongkar muat agar terhindar dari keselamatan kesehatan kerja.

(8)

ABSTRACT

PT. Kirana Sapta operating for more than 10 years in processing and producing crumb rubber and rubber smoked sheet is one of the companies located in Angkola Timur Subdistric, Tapanuli selatan District. Based on the preliminary survey on 10 workers, it was found that 60% of the workers were developing musculoskeletal disorders.

The purpose of this analytical survey study with cross-sectional approach was to analyze the influence of the individual factor and work attide on the work productivity of loading and unloading workers of PT. Kirana Sapta in Angkola Timur Subdistrict, Tapanuli selatan District. This study was carried out through observation and interviewing 31 samples consisting of the loading and unloading workers of PT. kirana Sapta. The data obtain were analyzed through multiple logistic regression tests.

The result of this study showed that the work attitude had significant influence on the work productivity of loading and unloading workers of PT. Kirana Sapta in Angkola Timur Subdistrict, tapanuli Selatan District.

The owner of; 1) the company is suggested to pay an attention to the occupational health and safety of the workers especially in socializing the tecniques used in their work based on the exiting procedures and capacity, and provide the equitments that help the workers during the implementation of loading and unloading activities that an occuptional accident to the workers can be avoided;2) the loading and unloading workers are suggested to wear self-protecting device when doing the loading and unloading activities to avoid from the occuptional accident.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

memberi rahmat dan hidayat-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Faktor Individu dan Sikap Tubuh dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Keselamatan

Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM

& H, M.Sc (CTM), Sp. A (K), selaku rektor universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Medan dan ketua program studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

(10)

4. Prof. Dr. Ir. Abd. Rahim Matondang, MSIE dan dr. Halinda Sari Lubis, MKKK

sebagai pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan kesempatan

dalam membimbing dan memberikan masukkan demi kesempurnaan tesis ini.

5. Ir. Kalsum, M.Kes dan Ir. Nazlina, MT selaku tim penguji yang telah banyak

memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Seluruh staff pengajar pada program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bupati Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Tapanuli Selatan yang telah berkenan memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin

belajar pada sekolah Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Medan, juga saya ucapkan terima kasih.

8. Pimpinan PT. Kirana Sapta Angkola Timur, yang telah banyak membantu dan

memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan

pada sekolah Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Medan, tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih.

Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada keluarga besar ibunda

Alm. Dumroh Harahap dan ayahanda H. Gozali Rambe, keluarga besar ibu mertua

Hj. Masroh Harahap dan ayah mertua Alm. H. Usman Hasibuan yang telah

memberikan dukungan moril serta doa selama penulis menjalani pendidikan.

Teristimewa buat isteri saya yang tercinta dan tersayang Masnauba Hasibuan,

(11)

dan Syapra Satilla Rambe, yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan doa

serta motivasi dan memberikan dukungan moril agar dapat menyelesaikan pendidikan

ini tepat waktu.

Kepada seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas

bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis.

Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan

kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan

harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan

dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2010 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Hotmatua Rambe, lahir pada tanggal 19 Oktober 1968 di Sigumuruk

Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara,

beragama Islam, bertempat tinggal di Kelurahan Sitinjak Kecamatan Angkola Barat

Provinsi Sumatera Utara. Menikah dengan Masnauba Hasibuan, SPd pada tanggal 25

Agustus 1992 dan dikarunia tiga orang putra dan 1 orang putri, yang bernama Haris

Muda Rambe, Hendry Saputra Rambe, Reza Indera Rambe dan Syapra Satilla

Rambe.

Pendidikan, SDN Sitinjak (1982), SMPN Sitinjak (1985), Sekolah Perawat

Kesehatan (1988), Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Graha Nusantara

Padang Sidempuan (2000).

Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan

(13)

DAFTAR ISI

2.1.2. Ruang Lingkup Produktivitas ... 13

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas... 14

2.2. Sikap Kerja... 16

BAB III METODE PENELITIAN……….. 32

3.1. Jenis Penelitian... 32

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 32

3.3. Populasi dan Sampel ... 32

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 33

3.5.1. Variabel Independen ... 33

(14)

3.6. Metode Pengukuran ... 34

3.7. Metode Analisis Data... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN……….. 36

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

4.2. Analisis Univariat ... 36

4.2.1. Faktor Individu... 36

4.2.2. Sikap Kerja... 38

4.2.3. Produktivitas Kerja ... 39

4.2.4. Keluhan Sakit ... 41

4.3. Analisis Bivariat... 47

4.3.1. Pengaruh Faktor Individu dengan Produktivitas Kerja.... 47

4.3.2. Pengaruh Sikap Kerja dengan Produktivitas Kerja... 49

4.4. Analisis Multivariat... 50

BAB V PEMBAHASAN………. 52

5.1. Pengaruh Faktor Individu dengan Produktivitas Kerja... 52

5.1.1. Pengaruh Umur dengan Produktivitas Kerja ... 52

5.1.2. Pengaruh Pendidikan dengan Produktivitas Kerja... 52

5.1.3. Pengaruh Masa Kerja dengan Produktivitas Kerja ... 53

5.1.4. Pengaruh Sikap Kerja dengan Produktivitas Kerja... 53

5.2. Keterbatasan Penelitian... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………... 58

6.1. Kesimpulan ... 58

6.2. Saran... 58

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Gambaran Cidera yang Umumnya Terjadi Karena Posisi Kerja

Tidak Ergonomis... 18

3.1. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen ... 34

4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli

Selatan ... 37

4.2. Gambaran Sikap Kerja Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta

Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan... 39

4.3. Gambaran Kategori Sikap Pekerja Berdasarkan Kategori Sesuai dan Tidak Sesuai Pada Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta

Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan... 39

4.4. Gambaran Waktu Produktivitas Kerja Berdasarkan Waktu Timbulnya Keluhan Sakit Pada Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana

Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan... 40

4.5. Distribusi Berdasarkan Kategori Produktivitas Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten

Tapanuli Selatan... 41

4.6. Gambaran Keluhan Sakit Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta

Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan... 46

4.7. Distribusi Berdasarkan Kategori Keluhan Produktivitas Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur

Kabupaten Tapanuli Selatan ... 47

4.8. Pengaruh Faktor Individu dengan Produktivitas Kerja Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur

Kabupaten Tapanuli Selatan ... 49

4.9. Pengaruh Sikap Kerja dengan Produktivitas Kerja Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten

Tapanuli Selatan... 50

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Beban Maksimum yang Disarankan pada Berbagai Jarak yang

Disarankan ... 29

2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 31

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Analisis... 63

2. Master Data………... 83

3. Gambar Alur Pekerjaan Bongkar Muat Getah PT. Kirana Sapta

(18)

ABSTRAK

 

PT Kirana Sapta terletak di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan yang beroperasi di atas 10 tahun yang merupakan salah satu perusahaan yang mengolah berproduksi cruwb rubber dan rubber smoked seett. Berdasarkan survei awal dari 10 orang pekerja diketahui 60 % mengalami gangguan muskuloskeletal. Jenis penelitian ini survei analitik dengan pendekatan cross sectional untuk menganalisis pengaruh faktor individu dan sikap kerja terhadap produktivitas kerja pekerja bongkar muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian dilakukan dengan pengamatan dan wawancara terhadap pekerja bongkar muat dengan jumlah sampel 31 orang. Analisis data dilakukan dengan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan sikap kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja pekerja bongkar muat pada PT.Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

Disarankan kepada : 1) Pemilik perusahaan untuk memperhatikan perihal kesehatan dan keselamatan kerja pekerja, terutama dalam mensosialisasikan teknik dalam bekerja yang sesuai prosedur dan kapasitas dan menyediakan alat bantu dalam pelaksanaan bongkar muat untuk menghindari kecelakaan dalam bekerja bagi pekerja, 2) Pekerja bongkar muat untuk menggunakan APD pada saat melakukan pekerjaan bongkar muat agar terhindar dari keselamatan kesehatan kerja.

(19)

ABSTRACT

PT. Kirana Sapta operating for more than 10 years in processing and producing crumb rubber and rubber smoked sheet is one of the companies located in Angkola Timur Subdistric, Tapanuli selatan District. Based on the preliminary survey on 10 workers, it was found that 60% of the workers were developing musculoskeletal disorders.

The purpose of this analytical survey study with cross-sectional approach was to analyze the influence of the individual factor and work attide on the work productivity of loading and unloading workers of PT. Kirana Sapta in Angkola Timur Subdistrict, Tapanuli selatan District. This study was carried out through observation and interviewing 31 samples consisting of the loading and unloading workers of PT. kirana Sapta. The data obtain were analyzed through multiple logistic regression tests.

The result of this study showed that the work attitude had significant influence on the work productivity of loading and unloading workers of PT. Kirana Sapta in Angkola Timur Subdistrict, tapanuli Selatan District.

The owner of; 1) the company is suggested to pay an attention to the occupational health and safety of the workers especially in socializing the tecniques used in their work based on the exiting procedures and capacity, and provide the equitments that help the workers during the implementation of loading and unloading activities that an occuptional accident to the workers can be avoided;2) the loading and unloading workers are suggested to wear self-protecting device when doing the loading and unloading activities to avoid from the occuptional accident.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyelenggaraan upaya kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

pembangunan kesehatan dalam dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional,

untuk mewujudkan derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik

buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas sehingga mampu

meningkatkan produktivitas. Upaya kesehatan kerja dilakukan secara menyeluruh

melalui usaha-usaha preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 2002).

Undang-Undang No. 23/ 1992 tentang Kesehatan memberikan ketentuan

mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan kerja

dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik

tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya mereka dapat

mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan program perlindungan

tenaga kerja (Depkes RI, 2002).

Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja,

beban kerja, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa

membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh

produktifitas kerja yang optimal. Upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan

dan lingkungan kerjaan meliputi fisik dan psikis dalam hal cara/metode kerja, proses

(21)

a) Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja disemua

lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan

sosialnya.

b) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan

oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.

c) Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari

kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan

kesehatannya.

d) Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang

sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

Ergonomi merupakan salah satu wahana dalam meningkatkan produktifitas

berupa aturan dalam bekerja yang bermaksud membuat sistem kerja selamat, sehat,

aman dan nyaman. Ergonomi menjamin manusia bekerja sesuai dengan kemampuan,

kebolehan dan keterbatasan yang hasil akhirnya manusia mampu berproduksi lebih

optimal selama umur produktifnya tanpa harus mengorbankan keselamatan dan

kesehatannya (Adiputera, 2004).

Ergonomi sikap kerja dalam bekerja sangat perlu diperhatikan, jika sikap kerja

bertentangan dengan sikap alami tubuh akan menimbulkan kelelahan dan cedera

otot-otot. Dalam sikap yang tidak alami tersebut akan banyak terjadi pergerakan otot yang

tidak seharusnya terjadi sehingga gerakan itu akan boros energi yang menimbulkan

strain dan cedera otot (Adiputera, 2004). Menurut administrator (2008), sikap kerja

(22)

keberhasilan suatu pekerjaan, untuk menghindari hal itu dibutuhkan sikap kerja yang

efektif untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Sikap kerja adalah posisi kerja

secara alamiah dibentuk oleh tubuh pekerja akibat berinteraksi dengan fasilitas yang

digunakan ataupun kebiasaan kerja.

Salah satu pekerjaan yang berpotensi terhadap dampak sikap kerja adalah

pekerja pabrik getah. Pekerja pabrik getah pada umumnya memerlukan kemampuan

kerja fisik yang tinggi sehingga membutuhkan cukup banyak energi maka gerakan

yang akan dilakukan perlu diatur agar dapat dimanfaatkan menurut kekuatan yang

maksimal. Dengan demikian otot akan berprestasi dengan efesiensi yang tinggi dan

keterampilan yang optimal (Sastrowinoto, 1985).

PT.Kirana Sapta yang merupakan salah satu perusahaan yang mengolah getah

menjadi karet di Kecamatan Angkola Timur yang telah beroperasi lebih dari 10

tahun. PT Kirana Sapta ini mempekerjakan 498 pekerja yang masing-masing

ditempatkan di tempatkan di kebun-kebun getah, unit-unit pengolahan maupun

unit-unit lain yang ada dalam PT Kirana Sapta. Berdasarkan alur pekerja di PT

Kirana Sapta adalah dimulai dari proses bongkar muat getah karet yang sudah

menjadi kubus-kubus dengan menggunakan Gancu yang melibatkan 30 orang pekerja

dan khusus kerja bongkar muat dilakukan 24 jam setiap hari kerja secara 3 (tiga)

shift, penggergajian dan penimbangan getah dilakuan setiap hari kerja mulai pukul

08.00 s/d 17.00 wib. Alur pekerja bongkar muat sebagai berikut :

1. Untuk mobil Fuso dengan jumlah barang 10 Ton dikerjakan 5 orang petugas

(23)

2. Untuk mobil Coldisel jumlah barang 5 ton dikerjakan 3 orang pekerja bongkar

muat.

3. Untuk mobil Hijet 1000 petak dengan jumlah barang 2 Ton dikerjakan 1 orang

pekerja bongkar muat.

Setiap kubus crumb rubber beratnya rata-rata 50 Kg. Menggunakan alat gancu

sebagai alat pemindah disertai sikap kerja berdiri dan bungkuk dengan menghabiskan

waktu rata-rata 8 jam bekerja, sehingga berpotensi menyebabkan penyakit akibat

kerja misalnya : Muskuloskletal Disorder. Keesokan harinya seluruh crumb rubber

tersebut dilakukan pemotongan dengan menggunakan gergaji secara bersama-sama

sekaligus transaksi penimbangan crumb rubber yang sudah dipotong dalam mesin

pengolahan menjadi Rubber Smoked.

Menurut Hasibuan (2008) mengemukakan bahwa produktivitas adalah

perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik

ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan

sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga

kerjanya. Menurut Sinungan (2005) mengatakan manusia adalah faktor salah satu

produktivitas yang meliputi kuantitas, tingkat keahlian, latar belakang kebudaya dan

pendidikan, kemampuan, sikap, minat, struktur pekerjaan, keahlian, masa bekerja dan

umur.

Penelitian Eva Koesumawati (2004) mengemukakan ada pengaruh yang

signifikan pendidikan dan masa kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada

(24)

sikap duduk statis dalam proses pembuatan dodol menimbulkan dampak kelelahan

dengan rata-rata denyut nadi sebesar 130,36, dan umumnya terjadi keluhan pada

lengan bagian atas kanan dan kiri, pinggang, punggung dan bokong.

Hasil penelitian Gempur (2003) diperlihatkan pula bahwa terdapat pengaruh

antara perubahan posisi berdiri, Perobahan Sudut Tubuh (PST),Tingkat Kelelahan

Otot Biomekanik (TKOB), dan produktivitas kerja. Rata-rata hasil produktivitas kerja

kelompok kerja bubut posisi berdiri tegak (TG) (23,000 ± 3,5692), posisi berdiri

Setengah duduk tanpa sandaran (SDTS) (28,060 ± 2,4833), dan posisi berdiri

Setengah duduk pakai sandaran (SDPS) (27,061 ± 1,6789). Hasil produktivitas kerja

kelompok TG jauh dibawah hasil produktivitas kerja kelompok SDTS maupun SDPS.

Hal ini sebagai bukti bahwa sikap kerja dengan posisi berdiri TG mengalami

kelelahan otot biomekanik lebih tinggi, sehingga mempunyai produktivitas kerja

rendah.

Berdasarkan survei awal terhadap 10 pekerja bongkar muat pada PT. Kirana

Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan, 60% dari pekerja

tersebut mengalami gangguan pada muskuluskletal yang permanen. Hal ini diketahui

berdasarkan wawancara pada pekerja tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka para peneliti tertarik melakukan penelitian

mengenai pengaruh antara faktor individu (umur, pendidikan dan masa kerja) dan

sikap kerja dengan produktivitas pekerja bongkar muat pada pabrik Getah PT Kirana

(25)

1.2. Permasalahan

Pekerjaan bongkar muat getah pada PT Kirana Sapta dilakukan secara manual oleh pekerja bongkar muat dengan sikap kerja yang berpotensi terhadap risiko

penyakit akibat kerja. Sikap kerja pekerja bongkar muat adalah berdiri dan

membungkuk yang dilakukan secara berulang-ulang untuk memindahkan beban

rata-rata 50 kg dengan menggunakan Gancu.

Konsekuensi kesalahan dan rutinitas sikap kerja yang tidak ergonomis dapat

menyebabkan gangguan muskoletal pekerja bongkar muat, dan secara langsung

berdampak terhadap produktivitas kerja. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana pengaruh umur dengan produktivitas kerja pekerja bongkar muat

PT Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Bagaimana pengaruh pendidikan dengan produktivitas kerja pekerja bongkar

muat PT Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

3. Bagaimana pengaruh masa kerja dengan produktivitas kerja pekerja bongkar

muat PT Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

4. Bagaimana pengaruh sikap kerja dengan produktivitas kerja pekerja bongkar

muat PT Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh antara

(26)

produktivitas kerja kerja pekerja pada PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur

Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1) Ada pengaruh faktor individu (umur, pendidikan, dan masa kerja) dengan

produktivitas kerja pekerja pada pabrik Getah PT Kirana Sapta Kecamatan

Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

2) Ada pengaruh antara sikap kerja dengan produktivitas kerja pekerja pada pabrik

Getah PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan kepada pihak perusahaan mengenai gambaran produktivitas

kerja pekerja pada pabrik Getah PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur

Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Memberi masukan bagi manajemen PT Kirana Sapta dalam membuat

perencanaan peningkatan pelayanan kesehatan pada pekerja dan peningkatan

sistem keselamatan dan kesehatan kerja.

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Produktifitas Kerja 2.1.1. Pengertian

Secara umum, produktivitas diartikan sebagai pengaruh antara hasil nyata

maupun fisik (barang-barang dan jasa) dengan masukan yang sebenarnya.

Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil

keluaran dan masukan atau output : input. Masukan sering dibatasi dengan masukan

tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai.

Produktivitas juga diartikan sebagai tingkat efisiensi dalam memproduksi

barang-barang atau jasa-jasa. Dimana produktifitas mengutarakann cara pemanfaatan secara

baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang (Sinungan, 2005).

Hasil konferensi Oslo dalam Sinungan (2005), secara umum produktivitas

yaitu suatu konsep yang bersifat universal bertujuan menyediakan lebih banyak

barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber

riil yang makin sedikit. Produktivitas merupakan pendekatan interdisipliner untuk

menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang

produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, dan tetap menjaga

adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara

(28)

informasi, energi, dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan

peningkatan standar hidup.

Whitmore dalam Sedarmayanti (2001) mengemukakan “productivity is

a measure of the use resources of an organization and is usually expressed as a ratio

of the output obtained by the uses resources to the amount of reseources employed”.

Whitemore memandang bahwa produktivitas sebagai suatu ukuran atas penggunaan

sumber daya dalam suatu organisasi yang biasanya dinyatakan sebagai rasio dari

keluaran yang dicapai dari sumber daya yang digunakan. Dengan kata lain

produktivitas dapat diartikan bahwa pengertian produktivitas memiliki dua dimensi,

yakni efektivitas dan efisiensi. Produktivitas merupakan komponen menentukan

syarat utama dalam keberhasilan suatu perusahaan. Produktivitas menunjukkan

tingkat kualitas perusahaan dalam menghadapi era persaingan sehingga perusahaan

dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dimensi pertama dikaitkan dengan

pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan

dimensi kedua berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi

penggunaannya dan bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Suatu perusahaan industri merupakan unit proses yang mengolah sumber daya

(input) menjadi (output) dengan suatu transformasi tertentu. Dalam proses inilah

terjadi penambahan nilai atas sumber daya sehingga secara ekonomis output yang

dihasilkan mempunyai nilai lebih jika dibandingkan sebelum diproses. Perhatian dan

harapan terhadap produktivitas demikian besar dan fundamental. Manfaat

(29)

• Produktivitas dapat dijadikan sebagai ukuran kinerja dan daya saing

perusahaan.

• Pengaruh produktivitas terhadap kerja makro ekonomi. Suatu organisasi dapat

melakukan lompatan besar dalam memperbaiki produktivitas.

• Suatu organisasi dapat memanfaatkan karyawan dan supervisor dengan sikap

baru dalam proses kerja tradisional secara efisien untuk meningkatkan standar

kehidupan yang lebih tinggi.

• Perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dengan komitmen yang ada

tanpa mengganti fasilitas produksi seperti mesin/peralatan, tenaga kerja dan

lain-lain.

• Produktivitas dapat mengendalikan inflasi.

• Manajemen dapat memperbaiki cara pengelolaan kompleksitas dengan inovasi

dalam proses perencanaan dan pelaksanaan berdasarkan pengalaman dan

pencapaian produktivitas.

• Manajemen dapat memotivasi para pekerja ke arah pencapaian produktivitas

yang tinggi.

• Produktivitas dapat diukur pada berbagai tingkat organisasi (nasional, industri

maupun tingkat perusahaan).

Pada level nasional, produktivitas berkaitan dengan National Income (NI),

Gross Domestic Product (GDP), National Economy Welfare Index (NEWI) dan

(30)

Peningkatan produksitivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan

utama untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya,

pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga merupakan sumber yang penting

dalam menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas jangka panjang. Dengan

demikian, pertumbuhan dan produktivitas bukan dua hal yang terpisah atau memiliki

pengaruh satu arah, melainkan keduanya adalah saling tergantung dengan pola

pengaruh yang dinamis, tidak mekanistik, non linear dan kompleks. Secara makro,

sumber pertumbuhan dapat dikelompokkan ke dalam unsur berikut : Pertama,

peningkatan stok modal sebagai hasil akumulasi dari proses pembangunan yang terus

berlangsung. Proses akumulasi ini merupakan hasil dari proses investasi. Kedua,

peningkatan jumlah tenaga kerja juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan

ekonomi. Ketiga, peningkatan produktivitas merupakan sumber pertumbuhan yang

bukan disebabkan oleh peningkatan penggunaan jumlah dari input atau sumber daya,

melainkan disebabkan oleh peningkatan kualitasnya. Dengan jumlah tenaga kerja dan

model yang sama, pertumbuhan output akan meningkat lebih cepat apabila kualitas

dari sumber daya tersebut meningkat. Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat

dirinci, pengukuran konstribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sering

dihadapkan pada berbagai kesulitan. Di samping itu, kedudukan manusia, baik

sebagai tenaga kerja kasar maupun sebagai manajer, dari suatu aktivitas produksi

tertentunya juga tidak sama dengan mesin atau alat produksi lainnya. Seperti

diketahui bahwa output dari setiap aktivitas ekonomi tergantung pada manusia yang

(31)

utama dalam pembangunan. Sejalan dengan fenomena ini, konsep produktivitas yang

dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja. Tentu saja, produktivitas tenaga kerja ini

dipengaruhi, dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi

komplementernya seperti alat dan mesin. Namun demikian konsep produktivitas

adalah mengacu pada konsep produktivitas sumber daya manusia. Secara umum

konsep produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan

masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila :

1. Jumlah produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya

yang sama.

2. Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah

masukan/sumber daya lebih kecil.

3. Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya

yang relatif kecil (Soeripto, 1989; Chew, 1991 dan Pheasant, 1991).

Konsep tersebut tentunya dapat dipakai di dalam menghitung produktivitas

di semua sektor kegiatan. Menurut Manuaba (1992) peningkatan produktivitas dapat

dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam

memanfaatkan sumber daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran

sebesar-besarnya (do the thing right). Dengan kata lain bahwa produktivitas

merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektivitas kerja secara total.

2.1.2. Ruang Lingkup Produktivitas

(32)

1) Ruang lingkup rasional, memandang negara secara keseluruhan. Dalam hal ini

memperhitungkan faktor-faktor, secara sederhana seperti pengaruh dari buruh,

manajemen, bahan mentah dan sumber lainnya sebagai kekuatan yang

mempengaruhi barang-barang ekonomi dan jasa.

2) Ruang lingkup industri, dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi dan

berpengaruh dikelompokkan dalam ke ompok industri yang sama, misalnya,

industri penerbangan, industri minyak, industri baja, dan lain-lain.

3) Ruang lingkup perusahaan/organisasi. Dalam sebuah perusahaan/organisasi

pengaruh antara faktor-faktor lebih memungkinkan untuk diukur. Produk per jam

dapat diukur dan dapat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya atau

dibandingkan dengan perusahaan lain. Dalam sebuah organisasi, produktivitas

tak hanya diukur dari beberapa dan seberapa baik buruh melakukan

pekerjaannya.

4) Ruang lingkup pekerjaan perorangan. Produktivitas perorangan dipengaruhi oleh

lingkungan kerja serta peralatan yang digunakan proses dan perlengkapan. Di

sini timbul faktor baru yang tak dapat diukur yaitu motivasi. Motivasi sangat

dipengaruhi oleh kelompok kerja dimana si pekerja menjadi anggota dipengaruhi

oleh kelompok dan sebab-sebab mengapa si pekerja dapat bekerja lebih

produktif.

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Agar seorang tenaga kerja dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti

dapat menjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya,

(33)

di antaranya yaitu faktor beban kerja, kapasitas kerja, beban tambahan akibat

lingkungan kerja (Suma’mur, 1999).

(1) Beban Kerja

Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja

baik berupa fisik maupun mental dan menjadi tanggung jawabnya. Dalam hal ini,

harus ada keseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan individu agar tidak

terjadi hambatan ataupun kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Seorang tenaga kerja mempunyai kemampuan tersendiri dalam pengaruh

dengan beban kerja, mungkin di antara pekerjaan ada yang cocok untuk beban fisik,

mental atau sosial, namun sebagai persamaan yang umum, hanya mampu memikul

sampai suatu berat tertentu. Bahkan ada beban dirasa optimal bagi seseorang. Inilah

maksud penempatan yang tepat pada pekerjaan yang tepat (Suma’mur, 1999:102).

Pembebanan fisik yang dibenarkan adalah pembebanan yang melebihi

30 – 40 % dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam waktu 8 jam sehari

dengan memperhatikan peraturan jam kerja yang berlaku. Pembebanan yang lebih

berat diperkenankan dalam waktu yang lebih singkat dan ditambah dengan istirahat

yang sesuai dengan bertambah beratnya beban (Suma’mur, 1999:54).

(2) Kapasitas Kerja

Kemampuan seorang tenaga kerja berbeda antara yang satu dengan yang

lainnya dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, usia, masa kerja,

status gizi dan kesehatan.

(34)

Ukuran dan daya tahan tubuh wanita berbeda dengan pria. Pria lebih sanggup

menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak sedikitpun dapat dikerjakan

wanita, kegiatan wanita pada umumnya lebih banyak membutuhkan ketrampilan

tangan dan kurang memerlukan tenaga. Beberapa data menunjukkan bahwa pekerja

wanita lebih diperlukan ada suatu industri yang memerlukan keterampilan dan

ketelitian daripada tenaga kerja laki-laki (Soeripto, 1992:36).

(4) Umur

Peneliti Flippo (1984) menunjukkan bahwa pada pekerja yang mempunyai

tingkat kesukaran absensi tinggi adalah bukan karena penyakit tetapi karena adanya

kesukaran adaptasi terhadap lingkungan kerja. Pada usia tua penyakit syaraf seperti

tumor pada tangan dapat menurunkan produktivitas kerja pada perusahaan yang

memerlukan ketrampilan tangan. Hal ini juga dapat diukur dengan tingkat absensi

yang tinggi pada golongan umur ini.

(5) Masa Kerja

Suma’mur (1999), menunjukkan bahwa masa kerja mempunyai kaitan dengan

kepuasan kerja. Tenaga kerja mempunyai kepuasan kerja yang terus meningkat

sampai masa kerja 5 tahun dan kemudian mulai terjadi penurunan sampai masa kerja

8 tahun, tetapi kemudian setelah tahun ke delapan maka kepuasan kerja secara

perlahan-lahan akan meningkat lagi.

(6) Pendidikan

Bremmer (1982) menemukan bahwa individu yang memiliki tingkat

(35)

ini disebabkan karena faktor pendidikan dapat mempengaruhi ambisi,

harapan-harapan yang lebih tinggi serta adanya pengetahuan tentang pekerjaan tersebut,

sehingga dapat menunjang pencapaian prestasi kerja.

Suma’mur (1996) mengemukakan bahwa faktor pendidikan berpengaruh

positif dengan prestasi kerja. Artinya makin tinggi pendidikan seseorang semakin

tinggi hasil atau prestasi kerja yang dicapai. Faktor pendidikan mempengaruhi

aspirasi pekerja terhadap prestasi yang harus dicapai. Dari pendapat ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap prestasi kerja sehingga

tingkat pendidikan dijadikan variabel sertaan.

2.2. Sikap Kerja

Sikap kerja erat kaitannya dengan ergonomis kerja. Ergonomis yang

merupakan pendekatan multi dan interdisiplin yang berupaya menyerasikan alat, cara

dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan tenaga kerja

sehingga tercipta kondisi kerja yang sehat, selamat, aman, dan efisien (Granjean,

2003).

Dalam hal ini ergonomik juga berupaya menciptakan kesehatan dan

keselamatan kerja bagi tenaga kerja sehingga mampu meningkatkan produktivitas

kerjanya. Tujuan ergonomik dan K3 hampir sama yaitu untuk menciptakan kesehatan

dan keselamatan kerja. Oleh karena itu ergonomik dan K3 perlu diterapkan di semua

tempat kerja untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja tenaga kerja guna

(36)

ergonomik dan K3 di perusahaan terutama di perusahaan kecil dan menengah masih

jauh dari yang diharapkan. Program-program ergonomik dan K3 sering menempati

prioritas yang rendah dan terakhir bagi manajemen perusahaan (Manuaba, 1998).

Menyadari pentingnya ergonomik dan K3 bagi semua orang di manapun

berada maupun bekerja, serta adanya persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap

perusahaan di era globalisasi ini maka mau tidak mau upaya untuk meningkatkan

kesehatan dan keselamatan kerja harus menjadi prioritas dan komitmen semua pihak

baik pemerintah maupun swasta dari tingkat pimpinan sampai ke seluruh karyawan

dalam manajemen perusahaan. Dengan tingkat kesehatan dan keselamatan kerja yang

baik dan jelas mangkir kerja karena sakit akan menurun, biaya pengobatan dan

perawatan akan menurun, kerugian akibat kecelakaan akan berkurang, tenaga kerja

akan mampu bekerja dengan produktivitas yang lebih tinggi, keuntungan akan

meningkat dan pada akhirnya kesejahteraan karyawan maupun pemberi kerja akan

meningkat, namun sebaliknya jika pekerja tidak mematuhi ketentuan dalam

ergonomis kerja maka akan menimbulkan cidera dan kecelakaan kerja (Adiputra,

dkk, 2001).

Beberapa cidera umum yang terjadi jika kerja salah atau tidak ergonomis,

(37)

Tabel 2.1. Gambaran Cidera Yang Umumnya Terjadi Karena Posisi Kerja Tidak Ergonomis

Cedera Gejala Penyebab

Bursitis : meradangnya kantung antara tulang dengan kulit, atau tulang dengan tendon. Dapat terjadi di lutut, siku, atau bahu.

Rasa sakit dan bengkak pada tempat cedera

Berlutut, tekanan pada siku, gerakan bahu yang berulang-ulang

Sindroma pergelangan tangan :

tekanan pada syaraf yang melalui pergelangan tangan

Gatal, sakit, dan kaku pada jari-jemari, terutama di malam hari

Membengkokkan pergelangan berulang-ulang. Menggunakan alat yang bergetar. Kadang diikuti dengan tenosynovitis.

Ganglion : kista pada sendi atau pangkal tendon. Biasanya dibelakang tangan atau pergelangan

Begkak bundar, keras, dan kecil yang biasanya tidak menimbulkan sakit.

Gerakan tangan yang berulang-ulang

Tendonitis : radang pada daerah antara otot dan tendon

Rasa sakit, bengkak, dan merah di tangan, pergelangan, dan/atau lengan. Kesulitan menggerakan tangan

Gerakan yang berulang-ulang.

Tenosynovitis : radang pada tendon dan/atau pangkal tendon

Sakit, bengkak, sulit menggerakan tangan.

Gerakan yang berulang- ulang dan berat. Dapat disebabkan oleh peningkatan kerja yang tiba-tiba, atau pengenalan pada proses baru.

Tegang pada leher atau bahu : radang

pada tendon dan atau pangkal tendon Rasa sakit di leher dan bahu Menahan postur yang kaku

Gerakan jari yang tersentak : radang pada tendon dan/atau pangkal tendon di jari

Kesulitan menggerakkan jari dengan pelan, dengan atau tanpa rasa sakit

Gerakan berulang-ulang. Terlalu lama mencengkam, terlalu keras atau terlalu sering

Sumber: Occuptional Health Program, 2000

Menurut Suma’mur secara umum sikap kerja yang ergonomis dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Sikap kerja dalam pekerjaan dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, dan

penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara harus

(38)

b. Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar-dasar ukuran-ukuran dan

penempatan alat-alat industri. Antropometri akan digunakan sebagai

pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem

kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Untuk mendapatkan

perancangan yang optimum, hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor

seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis dan

dinamis (antropometri statis dan dinamis). Dimensi tubuh manusia dalam posisi

statis adalah aplikasi data antropometri dalam keadaan diam. Sedangkan

dimensi tubuh manusia dalam posisi dinamis adalah pengukuran keadaan

ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak. Menurut Wignjosoebroto (2003)

yang dikutip oleh Sinambela (2006) Pada umumnya manusia berbeda-beda

dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi

ukuran tubuh manusia, yaitu : umur, jenis kelamin, suku dan posisi tubuh

(postur).

c. Posisi duduk yang akan diukur adalah :

1. Tinggi Duduk (TD)

Diukur dari jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung atas

kepala. Ukuran tinggi duduk digunakan untuk menentukan batas ukuran tinggi

daerah kerja agar pengguna bebas bergerak (biasanya diterapkan dalam

(39)

2. Tinggi Bahu (TB)

Diukur dari jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bahu

bagian dalam. Tinggi bahu digunakan untuk menentukan lebar minimum

sandaran kursi yang digunakan.

3. Tinggi Siku (TS)

Diukur dari jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah

siku kanan. Tinggi siku digunakan untuk menentukan tinggi sandaran tangan

dan tinggi meja kerja.

4. Lebar Pinggul (LP)

Diukur dari jarak horizontal dari bagian luar pinggul sisi kiri sampai bagian

terluar pinggul sisi kanan. Pinggul digunakan untuk menentukan lebar tempat

duduk.

5. Tinggi Pinggang (TP)

Diukur dari pinggang atas sampai alas duduk.

6. Tinggi Lutut (TL)

Diukur dari lutut sampai alas kaki dalam posisi sikap duduk tegak.

7. Panjang Tungkai Bawah (PTB)

Diukur dari lutut belakang sampai alas kaki dalam sikap duduk pada keadaan

vertikal. Tinggi lutut dan panjang tungkai bawah digunakan untuk

(40)

8. Tinggi Mata (TM)

Diukur dari jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung mata

bagian dalam. Tinggi mata duduk digunakan untuk menentukan tinggi

peralatan di meja kerja.

d. Ukuran-ukuran kerja

- Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5-1 cm

dibawah siku.

- Apabila bekerja berdiri dengan pekerjaan di atas meja, dan jika dataran tinggi

disebut siku O, maka hendaknya dataran kerja untuk pekerjaan:

o Memerlukan ketelitian = 0+5-10) cm

o Ringan = 0 – 5-10)cm

o Berat, yang memerlukan otot punggung =0-(10-20) cm

- Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk.

Sedangkan dari sudut tulang dinasehatkan duduk tegak, agar punggung tidak

bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan pemilihan sikap duduk

yang tegak yang diselingi istirahat sedikit membungkuk.

- Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam

hal ini mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.

- Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23°-37° ke bawah,

sedangkan untuk pekerjaan duduk 32°-44° ke bawah. Arah penglihatan ini

(41)

- Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan

bawah. Pegangan harus diletakkan di daerah tersebut, lebih-lebih bila sikap

tubuh tidak berubah.

- Apabila seorang pekerja dengan atau tanpa beban harus berjalan pada jalan

menanjak atau naik tangga, maka derajat tanjakan optimum adalah adalah

o Jalan menanjak l..k 10°; Tangga rumah l..k 30°, dan Tangga l..k 70°

- Kemampuan seorang bekerja adalah 8-10 jam sehari, lebih dari itu efesiensi

dan kualitas kerja sangat menurun.

Kondisi kerja duduk dan berdiri secara terus menerus memaksa pekerja selalu

berada pada sikap dan posisi kerja yang tidak alamiah yang berlangsung lama dan

menetap/statis. Menurut Grandjean (1988) dan Pheasant (1991) sikap kerja yang

statis dalam jangka waktu yang lama lebih cepat menimbulkan keluhan pada sistem

muskuloskeletal. Akibat lama bekerja yang menyebabkan beban statik yang terus

menerus tanpa memperhatikan faktor-faktor ergonomi akan lebih mudah

menimbulkan keluhan nyeri punggung bawah (Hasyim, 2000). Faktor-faktor

ergonomi berarti menyangkut sikap tubuh saat bekerja, tinggi tempat duduk dengan

lantai, letak ketinggian meja dan faktor lingkungan seperti sirkulasi udara,

pencahayaan, dan tingkat kebisingan ruangan tempat bekerja (Kroemer, K.H.E &

Grandjean, E.1997). Dalam posisi kerja seperti ini jelas merupakan posisi yang tidak

(42)

Sikap kerja yang demikian ini dapat sebagai akibat situasi lingkungan kerja

yang tidak memadai, aktifitas yang repetitif atau berulang, desain alat dan peralatan

yang tidak sesuai dengan pengguna, sikap kerja yang tidak alamiah yang

menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada otot-otot utama

yang terlibat dalam pekerjaan (Sutajaya, 1997).

Dalam posisi duduk otot-otot punggung akan bekerja keras menahan beban

anggota gerak atas yang sedang melakukan pengeboran. Beban kerja paling banyak

dialami oleh daerah pinggang. Akibatnya otot-otot pinggang sebagai penahan baban

utama akan mudah mengalami kelelahan dan selanjutnya akan mudah terjadinya

nyeri pada otot sekitar pinggang/punggung bawah. Apalagi posisi kaki yang

memendek, sehingga tidak ada keseimbangan penyebaran gaya pada otot selain

punggung bawah (Lientje, 2000).

2.2.1 Sikap Duduk

Sikap duduk pada otot rangka (muscolusskelatal) dan tulang belakang

(vertebal) terutama pada pinggang (sacrum lumbar dan thoracic) harus dapat ditahan

oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri (back pain) dan terhindar cepat lelah

(fatique). Menurut Richard Albett (2001) saat ini terdapat 80% orang hidup setelah

dewasa mengalami nyeri pada bagan tubuh belakang (back pain) karena berbagai

(43)

itu, ketika duduk kaki harus berada pada alas kaki dalam sikap susuk dapat bergerak

dengan relaksasi.

Pada posisi duduk tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri

atau berbaring, bila posisi duduk tidak benar. Diasumsikan menurut Eko Nurmianto

(1998) tekanan posisi tidak duduk 100%, maka tekanan akan meningkat 140% bila

sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila

saat duduk dilakukan dengan membungkuk ke depan. Oleh karena itu perlu sikap

duduk yang benar dan dapat relaksasi (tidak Statis).

2.2.2 Sikap Berdiri

Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi

penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila

berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Seperti pembersih (clerks),

dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur (barbers) pasti memerlukan sepatu ketika

bekerja, apabila sepatu tidak pas (tidak sesuai) maka sangat mungin akan sobek

(bengkak) pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Oleh karena itu

perlu adanya penelitian lebih lanjut sepatu kerja secara ergonomis. Sepatu yang baik

adalah sepatu yang dapat menahan kaki (tubuh), bukan kaki direpotkan untuk

menahan sepatu. Desain sepatu untuk kerja berdiri, ukuran sepatu harus lebih longgar

(44)

pada tali sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan hal itu terjadi pada jangka waktu

yang lama, maka otot rangka (muscles) akan mudah mengalami kelelahan (fatigued).

Beberapa penelitian yang lalu telah berusaha untuk mengurangi kelelahan

pada tenaga kerja posisi berdiri, seperti Granjean (1988) dikuti Sanders et al (1993)

merekomedasi bahwa “untuk jenis pekerjaan teliti (precision) letak tinggi meja kerja

diatur 10 cm di atas tinggi siku, untuk jenis pekerjaan ringan (light) letak tinggi meja

diatur sejajr dengan tinggi siku, dan untuk jenis pekerjaan berat (heavy) letak tinggi

meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku”. Begitu pula Suma’mur (1994) menyebutkan

bahwa beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan posisi berdiri “tinggi

kerja” sebaiknya 5-10 cm di bawah siku arah penglihatan 23-37 derajat ke bawah”

Kerja Berdiri Setengah Duduk

Berdasarkan penelitian Gempur (2003) bahwa tenaga kerja bubut yang telah

terbiasa dengan posisi berdiri tegak (TG) diubah menjadi posisi berdiri setengah

duduk yang sandaran (SDTS) dan setengah duduk pakai sandaran (SDPS)

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik (TKOB)

antar kelompok. Rata-rata nilai nominal TKOB kerja bubut posisi berdiri

TG 2,2 > SDTS 1,8 > SDPS 1,4. Jadi, kerja bubut posisi berdiri TG lebih melelahkan

dibanding SDTS maupun SDPS. Kelelahan otot biomekanik tersebut berbanding

langsung dengan peningkatan asam laktat dan penurunan glukosa, sebagaimana

disebutkan oleh Guyton et.al. (1997) bahwa “ kelelahan otot meningkat hampir

(45)

pula oleh Kroemer et.al.(1986), Anna (1994), Niels (2000) bahwa “dalam keadaan

anaerob, asam laktat banyak terjadi sehingga menimbulkan rasa lelah dan dalam hal

ini glikogen dalam otot berkurang”. Berdasarkan hasil penelitian Gempur (2003)

terbukti bahwa kofisien respons metabolisme energi anaerobik (MEA) posisi berdiri

TG (laktat 4,853 mmol/kg, glukosa 0,221 mg%); SDTS turun menjadi (laktat 3,100

mmol/kg,glukosa 0,017 mg%); dan SDPS menjadi (laktat 3,314 mmol/kg,glukosa

0,07089 mg%).jadi respon MEA pada kerja bubut posisi berdiri TG lebih tinggi

dibanding posisi berdiri SDTS maupun SDPS.

Berdasarkan penelitian Gempur (2003) bahwa posisi kerja berdiri TG, SDTS,

SDPS berpengaruh terhadap perubahan sudut tubuh (PST). Besar PST antar

kelompok kerja bubut, untuk kelompok posisi berdiri TG (PST rata-rata 22,8 ±9,2712

derajat), posisi berdiri SDTS (PST rata-rata 14,7 ± 6,4987 derajat) dan, posisi berdiri

SDPS (PST rata-rata 14,8 ± 7,9554 derajat). Hal ini dapat dijelaskan bahwa, suatu

kondisi tempat kerja untuk jenis kerja posisi berdiri maka akan mengakibatkan

perubahan pula pada performance tubuh. Oleh karena itu, apabila bekerja dalam

jangka waktu yang relatif lama dengan performance posisi berdiri yang berbeda maka

berdampak pada besar performance PST.

Perubahan performance PST berdampak pada TKOB. Hal itu dapat dijelaskan

bahwa kerja posisi berdiri pada awal kerja sampai dengan akhir kerja, tubuh semakin

condong ke depan, akibatnya PST semakin besar pula. Apabila PST semakin besar

maka momen gaya yang diterima otot biomekanik juga semakin besar. Momen gaya

(46)

energi dari pemechanadenosin triphosphat (ATAP) dengan cara metabolisme energi

respirasi anaerobik. Meningkatnya asam laktat tersebut akan mempercepat kelelahan

otot biomekanik.

2.3. Mekanisme Kerja Tubuh

Banyak jenis pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik yang berat seperti mengangkat, menurunkan, menurunkan, mendorong, menarik, melempar,

menyokong, memindahkan beban atau memutar beban dengan tangan atau bagian

tubuh lain. Laserasi, hematoma, fraktur, kelelahan otot dan cedera muskuloskeletal

terutama pada tulang belakang seperti nyeri punggung sering diderita pada jenis

pekerjaan ini ( Harrianto, 2009).

Batang tubuh (kolumna vertebralis) menyebabkan tubuh manusia dapat

berdiri tegak, dibentuk oleh 32 – 33 ruas tulang belakang yang terdiri dari 5 ruas

tulang leher, 12 ruas tulang punggung, 5 ruas tulang pinggang yang saling terpisah

satu sama lain oleh cakram antar ruas, yang dibentuk oleh jaringan ikat yang

berstruktur, serta 5 ruas tulang tungging dan 3 – 4 ruas tulang ekor yang telah bersatu

menjadi sebuah tulang tungging pada saat lahir dan sebuah tulang ekor . Kolumna

vertebralis berbnetuk seperti huruf S, didaerah punggung berbentuk cekung,

sedangkan didaerah daerah cembung bentuknya. Bentuk seperti ini memungkinkan

timbulnya elastisitas batang tubuh untuk menyerap gaya tekanan ke bawah pada saat

(47)

Mekanisme bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam kegiatan mengangkat

atau membawa beban merupakan dasar dari teknik-teknik dan praktik-praktik

pengembangan untuk memastikan otot-otot tidak bekerja melampaui batas. Ruas-ruas

tulang belakang dengan cakram, susunan saraf tulang belakang dan otot-otot

punggung yang dikaitkan ke tonjolan mirip tanduk dari setiap ruas tulang belakang.

Tulang belakang berputar terhadap cakram diantara ruas-ruas tulang belakang dengan

kekuatan yang diaplikasikan oleh otot. Keseluruhan beban yang diangkat diambil alih

oleh tulang belakang. Menurut Ridley (2008), nilai beban pada tulang belakang dapat

diketahui melalui :

Momen lentur terhadap tulang belakang akibat beban = W x y, dimana

W = beban dan y = jarak. Momen ini ditahan oleh momen tarik otot dikali jaraknya

dari ruas tulang belakang = P x r. Oleh karena itu untuk keseimbangan maka W x y =

P x r, dengan demikian beban pada otot tulang belakang P = W x y : r.

Jika nilai r kecil dibandingkan dengan y, maka beban yang ditanggung otot

tulang belakang menjadi beberapa kali lebih besar dari pada beban yang sedang

dibawa. Sebagai contoh, jika beban 10 kg dibawa pada panjang siku lengan, yaitu

400 mm dari tulang belakang dan jarak otot tulang belakang dari pusat cakram adalah

20 mm, maka beban pada otot belakang sebagai berikut :

(48)

Gambar 2.1. Beban Maksimum yang Disarankan pada Berbagai Jarak yang Disarankan

Mencegah regangan punggung (back strain), beban yang diangkat sebaiknya

dibuat serendah mungkin dan dibawa sedekat mungkin ke tubuh. Otot- otot lain

merekat ke tulang-tulang dekat dengan titik putarnya, misalnya lengan dengan

pergelangan tangan, dan dengan cara yang serupa menanggung beban hingga bebrapa

kali berat yang sedang diangkat (Ridley, 2008).

2.4. Landasan Teori

Produktivitas merupakan komponen yang turut menentukan dan menjadi

syarat utama dalam keberhasilan suatu perusahaan. Produktivitas menunjukkan

tingkat kualitas perusahaan dalam menghadapi era persaingan sehingga perusahaan

(49)

(2001), produktivitas merupakan suatu ukuran atas penggunaan sumber daya dalam

suatu organisasi dinyatakan sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dari sumber daya

yang digunakan.

Menurut Suma’mur (1999), beberapa faktor yang mempengaruhi

produktivitas kerja, yaitu faktor internal berpa faktor individu pekerja seperti umur,

pendidikan, jenis kelamin, status gizi dan masa kerja serta sikap kerja, sedangkan

faktor eksternal seperti keadaan lingkungan fisik, kimia dan biologis yang terintegrasi

dalam proses pekerjaannya.

Menurut Suma’mur (1996) sikap tubuh pekerja secara alamiah dibentuk oleh

tubuh pekerja akibat berinteraksi dengan fasilitas yang digunakan ataupun kebiasaan

kerja, dan secara keseluruhan merupakan bagian dari prinsip ergonomi dalam bekerja.

Sikap kerja pekerja dalam melakukan pekerjaannya berpengaruh terhadap dampak

sikap kerja yang salah seperti kelelahan kerja dan cidera otot. Sikap kerja tersebut

dapat berupa posisi duduk, posisi berdiri, mengangkat, dan menggunakan peralatan

(50)

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teori, maka kerangka konsep penelitian ini sebagai

berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Individu

(1) Umur (2) Pendidikan (3) Masa Kerja

Sikap Kerja

(51)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan

cross sectional study untuk menganalisis pengaruh faktor individu dan sikap kerja

dengan produktivitas kerja pekerja bongkar muat PT Kirana Sapta Kecamatan

Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur

Kabupaten Tapanuli Selatan, dengan pertimbangan hasil survei awal masih

ditemukan pekerja bongkar muat sikap kerja pekerja tidak sesuai dan pekerja

mengeluhkan berbagai keluhan sakit pada anggota tubuh mereka setelah bongkar

muat getah.

Penelitian ini membutuhkan waktu selama 11 (sebelas) bulan terhitung

Desember 2008 sampai November 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja pada bagian

bongkar muat PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli

(52)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden tentang meliputi

faktor individu seperti umur, pendidikan, dan masa kerja serta pengamatan sikap

kerja pekerja saat melaksana pekerjaan bongkar muat getah. Sedangkan untuk data

sekunder diambil berdasarkan catatan atau dokumen di PT Kirana Sapta yang

mencakup jumlah tenaga kerja, hasil evaluasi SMK3.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Independen

1) Umur adalah ulang tahun terakhir tenaga kerja pada saat penelitian dilakukan

2) Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah di lalui oleh tenaga

kerja terdiri dari SD, SLTP dan SLTA

3) Masa kerja adalah waktu pertama kali tenaga kerja diterima bekerja sampai

dengan waktu penelitian ini dilakukan

4) Sikap kerja adalah adalah posisi kerja pekerja ketika melakukan pekerjaanya dan

dilakukan pengamatan

3.5.2. Variabel Dependen

Produktivitas kerja adalah hasil kerja pekerja bongkar muat ketika melakukan

pembongkaran dibandingkan dengan waktu proses pembongkaran getah yang diukur

(53)

keluhan-keluhan yang dialami dengan mengunakan metode pengukuran MSDs

(muscoloskletal Disorders).

3.6. Metode Pengukuran

Metode pengukuran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut:

Tabel 3.1. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen

Variabel Jawaban Kategori Alat Ukur dan

Skala Ukur

Variabel Independen

1. Umur

Data dikelompokkan Kuesioner

(Rasio)

3. Masa Kerja Data dikelompokkan Kuesioner

(Ordinal)

4. Sikap tubuh Ya (2)

Tidak (1)

Sesuai (≥rerata mean) Tidak Sesuai (<rerata mean)

Observasi (nominal) Variabel Dependen

Produktivitas Kerja Pengukuran

waktu kerja dan keluhan penyakit

Baik Kurang

Kuesioner (Ordinal)

3.7. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup :

1. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal

variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat pengaruh variabel

independen dengan dependen menggunakan uji chi square pada taraf

(54)

3. Analisis Multivariat, yaitu analisis lanjutan dari bivariat untuk mengidentifikasi

faktor paling dominan berpengaruk terhadap produktivitas kerja dengan

menggunakan uji regresi logistik berganda dengan rumus sebagai berikut :

(55)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PT Kirana Sapta yang merupakan salah satu perusahaan yang mengolah getah

menjadi karet di Kecamatan Angkola Timur yang telah beroperasi lebih dari 10

tahun. PT Kirana Sapta ini mempekerjakan 498 pekerja yang masing-masing

di tempatkan pada kebun-kebun getah, unit-unit pengolahan maupun unit-unit lain

yang ada dalam PT Kirana Sapta.

Berdasarkan alur pekerjaan yang melibatkan pekerja secara langsung dalam

proses pengolahan getah, diawali dari pengambilan getah langsung dari pohonnya,

kemudian membentuk getah seperti kubus dan memasukkan dalam wadah pencetakan

dalam tanah, penurunan getah dari truk, pemotongan getah menggunakan gergaji,

kemudian dimasukkan dalam mesin pengolah getah. Keseluruhan proses tersebut

berpotensi terhadap dampak sikap kerja berupa kelelahan kerja dan cidera otot yang

berkaitan dengan sikap tubuh pekerja ketika melakukan pekerjaan pada setiap proses.

4.2 Analisis Univariat 4.2.1 Faktor Individu

Pada penelitian ini faktor individu meliputi umur pekerja, pendidikan pekerja

dan masa kerja pekerja. Gambaran distribusi frekuensi faktor individu dapat dilihat

(56)

Berdasarkan tabel 4.1 hasil penelitian menunjukkan kelompok umur pekerja

lebih banyak yang berusia 31-40 tahun yaitu 19 (61,3%) responden disbanding yang

berusia 21-30 tahun yaitu 12 (38,7%) responden. Pada kelompok pendidikan lebih

banyak berpendidikan tamat SLTP yaitu 21 (67,7%) dibandingkan kelompok

pendidikan tamat SLTA yaitu 10 (32,3%). Untuk kelompok masa kerja, masa kerja

6-10 tahun lebih banyak yaitu 17 (54,0%) responden dibanding masa kerja 1-5 tahun

yaitu 14 (45,2%) responden.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja Bongkar Muat PT.Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

No Faktor Individu Pekerja Jumlah (n) Persentase (%)

1 Umur

a 21 - 30 Tahun 12 38,7

b 31 - 40 Tahun 19 61,3

Total 31 100

2 Pendidikan

a Tamat SLTP 21 67,7

b Tamat SLTA 10 32,3

Total 31 100

3 Masa Kerja

a 1 - 5 Tahun 14 45,2

b 6 - 10 Tahun 17 54,8

(57)

4.2.2 Sikap Kerja

Pada penelitian ini sikap kerja pekerja diukur berdasarkan hasil pengamatan

yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap keadaan tubuh pekerja ketika

bekerja yang didasarkan atas 7 item pengamatan. Hasil penelitian dapat dilihat pada

Tabel 4.2.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan sikap tubuh pekerja saat bekerja

menggunakan APD lebih dominan tidak menggunakan APD yaitu 24 (77,4%)

responden dibandingkan dengan yang mengunakan APD yaitu 7 (22,6%) responden.

Pekerja yang mengangkat getah tidak lebih dari 50 kg lebih dominan tidak yaitu 24

(77,4%) responden dibandingkan dengan ya yaitu 7 (22,6%) responden. Pada saat

bekerja pekerja mengangkat dalam posisi bungkuk lebih dominan ya yaitu 29

(93,5%) responden dibandingkan dengan tidak yaitu 2 (6,5%) responden.

Saat bekerja sikap kerja menggunakan APD dalam mengangkat lebih

dominan tidak yaitu 17 (54,8%) responden dibandingkan dengan ya yaitu 14 (45,2%)

responden. Sikap pekerja menggunakan pinggul untuk angkat dan membawa getah

lebih dominan ya yaitu 27 ( 87,1%) responden dibandingkan dengan tidak yaitu

4 (12,9%) responden. Sikap pekerja mengangkat tidak lebih dari 1 jam lebih dominan

tidak yaitu 18 (58,1%) responden dibandingkan dengan ya yaitu 13 (41,9%)

responden. Sikap kerja mengangkat diselingi dengan istirahat lebih dominan ya yaitu

Gambar

Gambar 2.1. Beban Maksimum yang Disarankan pada Berbagai Jarak yang Disarankan
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja Bongkar Muat                        PT.Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam analisis terhadap peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap peningkatan pendatapan petani salak di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli

Metode yang digunakan dalam analisis terhadap peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap peningkatan pendatapan petani salak di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli