PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN SIKAP TUBUH DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BONGKAR MUAT
PT. KIRANA SAPTA ANGKOLA TIMUR KABUPATEN TAPANULI SELATAN
TAHUN 2009
TESIS
OLEH
HOTMATUA RAMBE 067010007/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE INFLUENCE OF INDIVIDUAL FACTOR AND BODY ATTITUDE ON THE WORK PRODUCTIVITY OF THE LOADING AND UNLOADING
WORKERS OF PT. KIRANA SAPTA IN ANGKOLA TIMUR TAPANULI SELATAN DISTRICT
IN 2009
TESIS
OLEH
HOTMATUA RAMBE 067010007/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN SIKAP TUBUH DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BONGKAR MUAT
PT. KIRANA SAPTA ANGKOLA TIMUR KABUPATEN TAPANULI SELATAN
TAHUN 2009
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
OLEH
HOTMATUA RAMBE 067010007/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN SIKAP TUBUH DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BONGKAR MUAT PT. KIRANA SAPTA ANGKOLA TIMUR
KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2009
Nama Mahasiswa : Hotmatua Rambe
Nomor Induk Mahasiswa : 067010007
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Kerja
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
(Prof. Dr. Ir. Abdul Rahim Matondang, M.S.I.E)
Ketua
(dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K)
Anggota
Ketua Program Studi
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
PERNYATAAN
PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN SIKAP TUBUH DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BONGKAR MUAT
PT. KIRANA SAPTA ANGKOLA TIMUR KABUPATEN TAPANULI SELATAN
TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Desember 2010
Telah diuji pada
Tanggal : 19 Juli 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. Abdul Rahim Matondang, M.S.I.E Anggota : 1. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K
2. Ir. Nazlina, M.T
ABSTRAK
PT Kirana Sapta terletak di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan yang beroperasi di atas 10 tahun yang merupakan salah satu perusahaan yang mengolah berproduksi cruwb rubber dan rubber smoked seett. Berdasarkan survei awal dari 10 orang pekerja diketahui 60 % mengalami gangguan muskuloskeletal. Jenis penelitian ini survei analitik dengan pendekatan cross sectional untuk menganalisis pengaruh faktor individu dan sikap kerja terhadap produktivitas kerja pekerja bongkar muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian dilakukan dengan pengamatan dan wawancara terhadap pekerja bongkar muat dengan jumlah sampel 31 orang. Analisis data dilakukan dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan sikap kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja pekerja bongkar muat pada PT.Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.
Disarankan kepada : 1) Pemilik perusahaan untuk memperhatikan perihal kesehatan dan keselamatan kerja pekerja, terutama dalam mensosialisasikan teknik dalam bekerja yang sesuai prosedur dan kapasitas dan menyediakan alat bantu dalam pelaksanaan bongkar muat untuk menghindari kecelakaan dalam bekerja bagi pekerja, 2) Pekerja bongkar muat untuk menggunakan APD pada saat melakukan pekerjaan bongkar muat agar terhindar dari keselamatan kesehatan kerja.
ABSTRACT
PT. Kirana Sapta operating for more than 10 years in processing and producing crumb rubber and rubber smoked sheet is one of the companies located in Angkola Timur Subdistric, Tapanuli selatan District. Based on the preliminary survey on 10 workers, it was found that 60% of the workers were developing musculoskeletal disorders.
The purpose of this analytical survey study with cross-sectional approach was to analyze the influence of the individual factor and work attide on the work productivity of loading and unloading workers of PT. Kirana Sapta in Angkola Timur Subdistrict, Tapanuli selatan District. This study was carried out through observation and interviewing 31 samples consisting of the loading and unloading workers of PT. kirana Sapta. The data obtain were analyzed through multiple logistic regression tests.
The result of this study showed that the work attitude had significant influence on the work productivity of loading and unloading workers of PT. Kirana Sapta in Angkola Timur Subdistrict, tapanuli Selatan District.
The owner of; 1) the company is suggested to pay an attention to the occupational health and safety of the workers especially in socializing the tecniques used in their work based on the exiting procedures and capacity, and provide the equitments that help the workers during the implementation of loading and unloading activities that an occuptional accident to the workers can be avoided;2) the loading and unloading workers are suggested to wear self-protecting device when doing the loading and unloading activities to avoid from the occuptional accident.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberi rahmat dan hidayat-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Faktor Individu dan Sikap Tubuh dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan”.
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan
pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Keselamatan
Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Medan.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM
& H, M.Sc (CTM), Sp. A (K), selaku rektor universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Medan dan ketua program studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
4. Prof. Dr. Ir. Abd. Rahim Matondang, MSIE dan dr. Halinda Sari Lubis, MKKK
sebagai pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan kesempatan
dalam membimbing dan memberikan masukkan demi kesempurnaan tesis ini.
5. Ir. Kalsum, M.Kes dan Ir. Nazlina, MT selaku tim penguji yang telah banyak
memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tesis ini.
6. Seluruh staff pengajar pada program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Bupati Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Tapanuli Selatan yang telah berkenan memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin
belajar pada sekolah Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan, juga saya ucapkan terima kasih.
8. Pimpinan PT. Kirana Sapta Angkola Timur, yang telah banyak membantu dan
memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan
pada sekolah Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan, tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih.
Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada keluarga besar ibunda
Alm. Dumroh Harahap dan ayahanda H. Gozali Rambe, keluarga besar ibu mertua
Hj. Masroh Harahap dan ayah mertua Alm. H. Usman Hasibuan yang telah
memberikan dukungan moril serta doa selama penulis menjalani pendidikan.
Teristimewa buat isteri saya yang tercinta dan tersayang Masnauba Hasibuan,
dan Syapra Satilla Rambe, yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan doa
serta motivasi dan memberikan dukungan moril agar dapat menyelesaikan pendidikan
ini tepat waktu.
Kepada seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis.
Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan
harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan
dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Juni 2010 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Hotmatua Rambe, lahir pada tanggal 19 Oktober 1968 di Sigumuruk
Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara,
beragama Islam, bertempat tinggal di Kelurahan Sitinjak Kecamatan Angkola Barat
Provinsi Sumatera Utara. Menikah dengan Masnauba Hasibuan, SPd pada tanggal 25
Agustus 1992 dan dikarunia tiga orang putra dan 1 orang putri, yang bernama Haris
Muda Rambe, Hendry Saputra Rambe, Reza Indera Rambe dan Syapra Satilla
Rambe.
Pendidikan, SDN Sitinjak (1982), SMPN Sitinjak (1985), Sekolah Perawat
Kesehatan (1988), Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Graha Nusantara
Padang Sidempuan (2000).
Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan
DAFTAR ISI
2.1.2. Ruang Lingkup Produktivitas ... 13
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas... 14
2.2. Sikap Kerja... 16
BAB III METODE PENELITIAN……….. 32
3.1. Jenis Penelitian... 32
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 32
3.3. Populasi dan Sampel ... 32
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 33
3.5.1. Variabel Independen ... 33
3.6. Metode Pengukuran ... 34
3.7. Metode Analisis Data... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN……….. 36
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36
4.2. Analisis Univariat ... 36
4.2.1. Faktor Individu... 36
4.2.2. Sikap Kerja... 38
4.2.3. Produktivitas Kerja ... 39
4.2.4. Keluhan Sakit ... 41
4.3. Analisis Bivariat... 47
4.3.1. Pengaruh Faktor Individu dengan Produktivitas Kerja.... 47
4.3.2. Pengaruh Sikap Kerja dengan Produktivitas Kerja... 49
4.4. Analisis Multivariat... 50
BAB V PEMBAHASAN………. 52
5.1. Pengaruh Faktor Individu dengan Produktivitas Kerja... 52
5.1.1. Pengaruh Umur dengan Produktivitas Kerja ... 52
5.1.2. Pengaruh Pendidikan dengan Produktivitas Kerja... 52
5.1.3. Pengaruh Masa Kerja dengan Produktivitas Kerja ... 53
5.1.4. Pengaruh Sikap Kerja dengan Produktivitas Kerja... 53
5.2. Keterbatasan Penelitian... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………... 58
6.1. Kesimpulan ... 58
6.2. Saran... 58
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Gambaran Cidera yang Umumnya Terjadi Karena Posisi Kerja
Tidak Ergonomis... 18
3.1. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen ... 34
4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli
Selatan ... 37
4.2. Gambaran Sikap Kerja Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta
Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan... 39
4.3. Gambaran Kategori Sikap Pekerja Berdasarkan Kategori Sesuai dan Tidak Sesuai Pada Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta
Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan... 39
4.4. Gambaran Waktu Produktivitas Kerja Berdasarkan Waktu Timbulnya Keluhan Sakit Pada Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana
Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan... 40
4.5. Distribusi Berdasarkan Kategori Produktivitas Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten
Tapanuli Selatan... 41
4.6. Gambaran Keluhan Sakit Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta
Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan... 46
4.7. Distribusi Berdasarkan Kategori Keluhan Produktivitas Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur
Kabupaten Tapanuli Selatan ... 47
4.8. Pengaruh Faktor Individu dengan Produktivitas Kerja Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur
Kabupaten Tapanuli Selatan ... 49
4.9. Pengaruh Sikap Kerja dengan Produktivitas Kerja Pekerja Bongkar Muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten
Tapanuli Selatan... 50
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Beban Maksimum yang Disarankan pada Berbagai Jarak yang
Disarankan ... 29
2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Hasil Analisis... 63
2. Master Data………... 83
3. Gambar Alur Pekerjaan Bongkar Muat Getah PT. Kirana Sapta
ABSTRAK
PT Kirana Sapta terletak di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan yang beroperasi di atas 10 tahun yang merupakan salah satu perusahaan yang mengolah berproduksi cruwb rubber dan rubber smoked seett. Berdasarkan survei awal dari 10 orang pekerja diketahui 60 % mengalami gangguan muskuloskeletal. Jenis penelitian ini survei analitik dengan pendekatan cross sectional untuk menganalisis pengaruh faktor individu dan sikap kerja terhadap produktivitas kerja pekerja bongkar muat PT. Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian dilakukan dengan pengamatan dan wawancara terhadap pekerja bongkar muat dengan jumlah sampel 31 orang. Analisis data dilakukan dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan sikap kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja pekerja bongkar muat pada PT.Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.
Disarankan kepada : 1) Pemilik perusahaan untuk memperhatikan perihal kesehatan dan keselamatan kerja pekerja, terutama dalam mensosialisasikan teknik dalam bekerja yang sesuai prosedur dan kapasitas dan menyediakan alat bantu dalam pelaksanaan bongkar muat untuk menghindari kecelakaan dalam bekerja bagi pekerja, 2) Pekerja bongkar muat untuk menggunakan APD pada saat melakukan pekerjaan bongkar muat agar terhindar dari keselamatan kesehatan kerja.
ABSTRACT
PT. Kirana Sapta operating for more than 10 years in processing and producing crumb rubber and rubber smoked sheet is one of the companies located in Angkola Timur Subdistric, Tapanuli selatan District. Based on the preliminary survey on 10 workers, it was found that 60% of the workers were developing musculoskeletal disorders.
The purpose of this analytical survey study with cross-sectional approach was to analyze the influence of the individual factor and work attide on the work productivity of loading and unloading workers of PT. Kirana Sapta in Angkola Timur Subdistrict, Tapanuli selatan District. This study was carried out through observation and interviewing 31 samples consisting of the loading and unloading workers of PT. kirana Sapta. The data obtain were analyzed through multiple logistic regression tests.
The result of this study showed that the work attitude had significant influence on the work productivity of loading and unloading workers of PT. Kirana Sapta in Angkola Timur Subdistrict, tapanuli Selatan District.
The owner of; 1) the company is suggested to pay an attention to the occupational health and safety of the workers especially in socializing the tecniques used in their work based on the exiting procedures and capacity, and provide the equitments that help the workers during the implementation of loading and unloading activities that an occuptional accident to the workers can be avoided;2) the loading and unloading workers are suggested to wear self-protecting device when doing the loading and unloading activities to avoid from the occuptional accident.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyelenggaraan upaya kesehatan kerja merupakan salah satu upaya
pembangunan kesehatan dalam dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional,
untuk mewujudkan derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik
buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas sehingga mampu
meningkatkan produktivitas. Upaya kesehatan kerja dilakukan secara menyeluruh
melalui usaha-usaha preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 2002).
Undang-Undang No. 23/ 1992 tentang Kesehatan memberikan ketentuan
mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan kerja
dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik
tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya mereka dapat
mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan program perlindungan
tenaga kerja (Depkes RI, 2002).
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh
produktifitas kerja yang optimal. Upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan
dan lingkungan kerjaan meliputi fisik dan psikis dalam hal cara/metode kerja, proses
a) Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja disemua
lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan
sosialnya.
b) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan
oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
c) Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan
kesehatannya.
d) Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.
Ergonomi merupakan salah satu wahana dalam meningkatkan produktifitas
berupa aturan dalam bekerja yang bermaksud membuat sistem kerja selamat, sehat,
aman dan nyaman. Ergonomi menjamin manusia bekerja sesuai dengan kemampuan,
kebolehan dan keterbatasan yang hasil akhirnya manusia mampu berproduksi lebih
optimal selama umur produktifnya tanpa harus mengorbankan keselamatan dan
kesehatannya (Adiputera, 2004).
Ergonomi sikap kerja dalam bekerja sangat perlu diperhatikan, jika sikap kerja
bertentangan dengan sikap alami tubuh akan menimbulkan kelelahan dan cedera
otot-otot. Dalam sikap yang tidak alami tersebut akan banyak terjadi pergerakan otot yang
tidak seharusnya terjadi sehingga gerakan itu akan boros energi yang menimbulkan
strain dan cedera otot (Adiputera, 2004). Menurut administrator (2008), sikap kerja
keberhasilan suatu pekerjaan, untuk menghindari hal itu dibutuhkan sikap kerja yang
efektif untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Sikap kerja adalah posisi kerja
secara alamiah dibentuk oleh tubuh pekerja akibat berinteraksi dengan fasilitas yang
digunakan ataupun kebiasaan kerja.
Salah satu pekerjaan yang berpotensi terhadap dampak sikap kerja adalah
pekerja pabrik getah. Pekerja pabrik getah pada umumnya memerlukan kemampuan
kerja fisik yang tinggi sehingga membutuhkan cukup banyak energi maka gerakan
yang akan dilakukan perlu diatur agar dapat dimanfaatkan menurut kekuatan yang
maksimal. Dengan demikian otot akan berprestasi dengan efesiensi yang tinggi dan
keterampilan yang optimal (Sastrowinoto, 1985).
PT.Kirana Sapta yang merupakan salah satu perusahaan yang mengolah getah
menjadi karet di Kecamatan Angkola Timur yang telah beroperasi lebih dari 10
tahun. PT Kirana Sapta ini mempekerjakan 498 pekerja yang masing-masing
ditempatkan di tempatkan di kebun-kebun getah, unit-unit pengolahan maupun
unit-unit lain yang ada dalam PT Kirana Sapta. Berdasarkan alur pekerja di PT
Kirana Sapta adalah dimulai dari proses bongkar muat getah karet yang sudah
menjadi kubus-kubus dengan menggunakan Gancu yang melibatkan 30 orang pekerja
dan khusus kerja bongkar muat dilakukan 24 jam setiap hari kerja secara 3 (tiga)
shift, penggergajian dan penimbangan getah dilakuan setiap hari kerja mulai pukul
08.00 s/d 17.00 wib. Alur pekerja bongkar muat sebagai berikut :
1. Untuk mobil Fuso dengan jumlah barang 10 Ton dikerjakan 5 orang petugas
2. Untuk mobil Coldisel jumlah barang 5 ton dikerjakan 3 orang pekerja bongkar
muat.
3. Untuk mobil Hijet 1000 petak dengan jumlah barang 2 Ton dikerjakan 1 orang
pekerja bongkar muat.
Setiap kubus crumb rubber beratnya rata-rata 50 Kg. Menggunakan alat gancu
sebagai alat pemindah disertai sikap kerja berdiri dan bungkuk dengan menghabiskan
waktu rata-rata 8 jam bekerja, sehingga berpotensi menyebabkan penyakit akibat
kerja misalnya : Muskuloskletal Disorder. Keesokan harinya seluruh crumb rubber
tersebut dilakukan pemotongan dengan menggunakan gergaji secara bersama-sama
sekaligus transaksi penimbangan crumb rubber yang sudah dipotong dalam mesin
pengolahan menjadi Rubber Smoked.
Menurut Hasibuan (2008) mengemukakan bahwa produktivitas adalah
perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik
ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan
sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga
kerjanya. Menurut Sinungan (2005) mengatakan manusia adalah faktor salah satu
produktivitas yang meliputi kuantitas, tingkat keahlian, latar belakang kebudaya dan
pendidikan, kemampuan, sikap, minat, struktur pekerjaan, keahlian, masa bekerja dan
umur.
Penelitian Eva Koesumawati (2004) mengemukakan ada pengaruh yang
signifikan pendidikan dan masa kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada
sikap duduk statis dalam proses pembuatan dodol menimbulkan dampak kelelahan
dengan rata-rata denyut nadi sebesar 130,36, dan umumnya terjadi keluhan pada
lengan bagian atas kanan dan kiri, pinggang, punggung dan bokong.
Hasil penelitian Gempur (2003) diperlihatkan pula bahwa terdapat pengaruh
antara perubahan posisi berdiri, Perobahan Sudut Tubuh (PST),Tingkat Kelelahan
Otot Biomekanik (TKOB), dan produktivitas kerja. Rata-rata hasil produktivitas kerja
kelompok kerja bubut posisi berdiri tegak (TG) (23,000 ± 3,5692), posisi berdiri
Setengah duduk tanpa sandaran (SDTS) (28,060 ± 2,4833), dan posisi berdiri
Setengah duduk pakai sandaran (SDPS) (27,061 ± 1,6789). Hasil produktivitas kerja
kelompok TG jauh dibawah hasil produktivitas kerja kelompok SDTS maupun SDPS.
Hal ini sebagai bukti bahwa sikap kerja dengan posisi berdiri TG mengalami
kelelahan otot biomekanik lebih tinggi, sehingga mempunyai produktivitas kerja
rendah.
Berdasarkan survei awal terhadap 10 pekerja bongkar muat pada PT. Kirana
Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan, 60% dari pekerja
tersebut mengalami gangguan pada muskuluskletal yang permanen. Hal ini diketahui
berdasarkan wawancara pada pekerja tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka para peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai pengaruh antara faktor individu (umur, pendidikan dan masa kerja) dan
sikap kerja dengan produktivitas pekerja bongkar muat pada pabrik Getah PT Kirana
1.2. Permasalahan
Pekerjaan bongkar muat getah pada PT Kirana Sapta dilakukan secara manual oleh pekerja bongkar muat dengan sikap kerja yang berpotensi terhadap risiko
penyakit akibat kerja. Sikap kerja pekerja bongkar muat adalah berdiri dan
membungkuk yang dilakukan secara berulang-ulang untuk memindahkan beban
rata-rata 50 kg dengan menggunakan Gancu.
Konsekuensi kesalahan dan rutinitas sikap kerja yang tidak ergonomis dapat
menyebabkan gangguan muskoletal pekerja bongkar muat, dan secara langsung
berdampak terhadap produktivitas kerja. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana pengaruh umur dengan produktivitas kerja pekerja bongkar muat
PT Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.
2. Bagaimana pengaruh pendidikan dengan produktivitas kerja pekerja bongkar
muat PT Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.
3. Bagaimana pengaruh masa kerja dengan produktivitas kerja pekerja bongkar
muat PT Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.
4. Bagaimana pengaruh sikap kerja dengan produktivitas kerja pekerja bongkar
muat PT Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh antara
produktivitas kerja kerja pekerja pada PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur
Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1) Ada pengaruh faktor individu (umur, pendidikan, dan masa kerja) dengan
produktivitas kerja pekerja pada pabrik Getah PT Kirana Sapta Kecamatan
Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.
2) Ada pengaruh antara sikap kerja dengan produktivitas kerja pekerja pada pabrik
Getah PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan kepada pihak perusahaan mengenai gambaran produktivitas
kerja pekerja pada pabrik Getah PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur
Kabupaten Tapanuli Selatan.
2. Memberi masukan bagi manajemen PT Kirana Sapta dalam membuat
perencanaan peningkatan pelayanan kesehatan pada pekerja dan peningkatan
sistem keselamatan dan kesehatan kerja.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Produktifitas Kerja 2.1.1. Pengertian
Secara umum, produktivitas diartikan sebagai pengaruh antara hasil nyata
maupun fisik (barang-barang dan jasa) dengan masukan yang sebenarnya.
Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil
keluaran dan masukan atau output : input. Masukan sering dibatasi dengan masukan
tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai.
Produktivitas juga diartikan sebagai tingkat efisiensi dalam memproduksi
barang-barang atau jasa-jasa. Dimana produktifitas mengutarakann cara pemanfaatan secara
baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang (Sinungan, 2005).
Hasil konferensi Oslo dalam Sinungan (2005), secara umum produktivitas
yaitu suatu konsep yang bersifat universal bertujuan menyediakan lebih banyak
barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber
riil yang makin sedikit. Produktivitas merupakan pendekatan interdisipliner untuk
menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang
produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, dan tetap menjaga
adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara
informasi, energi, dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan
peningkatan standar hidup.
Whitmore dalam Sedarmayanti (2001) mengemukakan “productivity is
a measure of the use resources of an organization and is usually expressed as a ratio
of the output obtained by the uses resources to the amount of reseources employed”.
Whitemore memandang bahwa produktivitas sebagai suatu ukuran atas penggunaan
sumber daya dalam suatu organisasi yang biasanya dinyatakan sebagai rasio dari
keluaran yang dicapai dari sumber daya yang digunakan. Dengan kata lain
produktivitas dapat diartikan bahwa pengertian produktivitas memiliki dua dimensi,
yakni efektivitas dan efisiensi. Produktivitas merupakan komponen menentukan
syarat utama dalam keberhasilan suatu perusahaan. Produktivitas menunjukkan
tingkat kualitas perusahaan dalam menghadapi era persaingan sehingga perusahaan
dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dimensi pertama dikaitkan dengan
pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan
dimensi kedua berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi
penggunaannya dan bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Suatu perusahaan industri merupakan unit proses yang mengolah sumber daya
(input) menjadi (output) dengan suatu transformasi tertentu. Dalam proses inilah
terjadi penambahan nilai atas sumber daya sehingga secara ekonomis output yang
dihasilkan mempunyai nilai lebih jika dibandingkan sebelum diproses. Perhatian dan
harapan terhadap produktivitas demikian besar dan fundamental. Manfaat
• Produktivitas dapat dijadikan sebagai ukuran kinerja dan daya saing
perusahaan.
• Pengaruh produktivitas terhadap kerja makro ekonomi. Suatu organisasi dapat
melakukan lompatan besar dalam memperbaiki produktivitas.
• Suatu organisasi dapat memanfaatkan karyawan dan supervisor dengan sikap
baru dalam proses kerja tradisional secara efisien untuk meningkatkan standar
kehidupan yang lebih tinggi.
• Perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dengan komitmen yang ada
tanpa mengganti fasilitas produksi seperti mesin/peralatan, tenaga kerja dan
lain-lain.
• Produktivitas dapat mengendalikan inflasi.
• Manajemen dapat memperbaiki cara pengelolaan kompleksitas dengan inovasi
dalam proses perencanaan dan pelaksanaan berdasarkan pengalaman dan
pencapaian produktivitas.
• Manajemen dapat memotivasi para pekerja ke arah pencapaian produktivitas
yang tinggi.
• Produktivitas dapat diukur pada berbagai tingkat organisasi (nasional, industri
maupun tingkat perusahaan).
Pada level nasional, produktivitas berkaitan dengan National Income (NI),
Gross Domestic Product (GDP), National Economy Welfare Index (NEWI) dan
Peningkatan produksitivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan
utama untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya,
pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga merupakan sumber yang penting
dalam menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas jangka panjang. Dengan
demikian, pertumbuhan dan produktivitas bukan dua hal yang terpisah atau memiliki
pengaruh satu arah, melainkan keduanya adalah saling tergantung dengan pola
pengaruh yang dinamis, tidak mekanistik, non linear dan kompleks. Secara makro,
sumber pertumbuhan dapat dikelompokkan ke dalam unsur berikut : Pertama,
peningkatan stok modal sebagai hasil akumulasi dari proses pembangunan yang terus
berlangsung. Proses akumulasi ini merupakan hasil dari proses investasi. Kedua,
peningkatan jumlah tenaga kerja juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi. Ketiga, peningkatan produktivitas merupakan sumber pertumbuhan yang
bukan disebabkan oleh peningkatan penggunaan jumlah dari input atau sumber daya,
melainkan disebabkan oleh peningkatan kualitasnya. Dengan jumlah tenaga kerja dan
model yang sama, pertumbuhan output akan meningkat lebih cepat apabila kualitas
dari sumber daya tersebut meningkat. Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat
dirinci, pengukuran konstribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sering
dihadapkan pada berbagai kesulitan. Di samping itu, kedudukan manusia, baik
sebagai tenaga kerja kasar maupun sebagai manajer, dari suatu aktivitas produksi
tertentunya juga tidak sama dengan mesin atau alat produksi lainnya. Seperti
diketahui bahwa output dari setiap aktivitas ekonomi tergantung pada manusia yang
utama dalam pembangunan. Sejalan dengan fenomena ini, konsep produktivitas yang
dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja. Tentu saja, produktivitas tenaga kerja ini
dipengaruhi, dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi
komplementernya seperti alat dan mesin. Namun demikian konsep produktivitas
adalah mengacu pada konsep produktivitas sumber daya manusia. Secara umum
konsep produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan
masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila :
1. Jumlah produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya
yang sama.
2. Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah
masukan/sumber daya lebih kecil.
3. Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya
yang relatif kecil (Soeripto, 1989; Chew, 1991 dan Pheasant, 1991).
Konsep tersebut tentunya dapat dipakai di dalam menghitung produktivitas
di semua sektor kegiatan. Menurut Manuaba (1992) peningkatan produktivitas dapat
dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam
memanfaatkan sumber daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran
sebesar-besarnya (do the thing right). Dengan kata lain bahwa produktivitas
merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektivitas kerja secara total.
2.1.2. Ruang Lingkup Produktivitas
1) Ruang lingkup rasional, memandang negara secara keseluruhan. Dalam hal ini
memperhitungkan faktor-faktor, secara sederhana seperti pengaruh dari buruh,
manajemen, bahan mentah dan sumber lainnya sebagai kekuatan yang
mempengaruhi barang-barang ekonomi dan jasa.
2) Ruang lingkup industri, dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi dan
berpengaruh dikelompokkan dalam ke ompok industri yang sama, misalnya,
industri penerbangan, industri minyak, industri baja, dan lain-lain.
3) Ruang lingkup perusahaan/organisasi. Dalam sebuah perusahaan/organisasi
pengaruh antara faktor-faktor lebih memungkinkan untuk diukur. Produk per jam
dapat diukur dan dapat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya atau
dibandingkan dengan perusahaan lain. Dalam sebuah organisasi, produktivitas
tak hanya diukur dari beberapa dan seberapa baik buruh melakukan
pekerjaannya.
4) Ruang lingkup pekerjaan perorangan. Produktivitas perorangan dipengaruhi oleh
lingkungan kerja serta peralatan yang digunakan proses dan perlengkapan. Di
sini timbul faktor baru yang tak dapat diukur yaitu motivasi. Motivasi sangat
dipengaruhi oleh kelompok kerja dimana si pekerja menjadi anggota dipengaruhi
oleh kelompok dan sebab-sebab mengapa si pekerja dapat bekerja lebih
produktif.
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Agar seorang tenaga kerja dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti
dapat menjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya,
di antaranya yaitu faktor beban kerja, kapasitas kerja, beban tambahan akibat
lingkungan kerja (Suma’mur, 1999).
(1) Beban Kerja
Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja
baik berupa fisik maupun mental dan menjadi tanggung jawabnya. Dalam hal ini,
harus ada keseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan individu agar tidak
terjadi hambatan ataupun kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Seorang tenaga kerja mempunyai kemampuan tersendiri dalam pengaruh
dengan beban kerja, mungkin di antara pekerjaan ada yang cocok untuk beban fisik,
mental atau sosial, namun sebagai persamaan yang umum, hanya mampu memikul
sampai suatu berat tertentu. Bahkan ada beban dirasa optimal bagi seseorang. Inilah
maksud penempatan yang tepat pada pekerjaan yang tepat (Suma’mur, 1999:102).
Pembebanan fisik yang dibenarkan adalah pembebanan yang melebihi
30 – 40 % dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam waktu 8 jam sehari
dengan memperhatikan peraturan jam kerja yang berlaku. Pembebanan yang lebih
berat diperkenankan dalam waktu yang lebih singkat dan ditambah dengan istirahat
yang sesuai dengan bertambah beratnya beban (Suma’mur, 1999:54).
(2) Kapasitas Kerja
Kemampuan seorang tenaga kerja berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, usia, masa kerja,
status gizi dan kesehatan.
Ukuran dan daya tahan tubuh wanita berbeda dengan pria. Pria lebih sanggup
menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak sedikitpun dapat dikerjakan
wanita, kegiatan wanita pada umumnya lebih banyak membutuhkan ketrampilan
tangan dan kurang memerlukan tenaga. Beberapa data menunjukkan bahwa pekerja
wanita lebih diperlukan ada suatu industri yang memerlukan keterampilan dan
ketelitian daripada tenaga kerja laki-laki (Soeripto, 1992:36).
(4) Umur
Peneliti Flippo (1984) menunjukkan bahwa pada pekerja yang mempunyai
tingkat kesukaran absensi tinggi adalah bukan karena penyakit tetapi karena adanya
kesukaran adaptasi terhadap lingkungan kerja. Pada usia tua penyakit syaraf seperti
tumor pada tangan dapat menurunkan produktivitas kerja pada perusahaan yang
memerlukan ketrampilan tangan. Hal ini juga dapat diukur dengan tingkat absensi
yang tinggi pada golongan umur ini.
(5) Masa Kerja
Suma’mur (1999), menunjukkan bahwa masa kerja mempunyai kaitan dengan
kepuasan kerja. Tenaga kerja mempunyai kepuasan kerja yang terus meningkat
sampai masa kerja 5 tahun dan kemudian mulai terjadi penurunan sampai masa kerja
8 tahun, tetapi kemudian setelah tahun ke delapan maka kepuasan kerja secara
perlahan-lahan akan meningkat lagi.
(6) Pendidikan
Bremmer (1982) menemukan bahwa individu yang memiliki tingkat
ini disebabkan karena faktor pendidikan dapat mempengaruhi ambisi,
harapan-harapan yang lebih tinggi serta adanya pengetahuan tentang pekerjaan tersebut,
sehingga dapat menunjang pencapaian prestasi kerja.
Suma’mur (1996) mengemukakan bahwa faktor pendidikan berpengaruh
positif dengan prestasi kerja. Artinya makin tinggi pendidikan seseorang semakin
tinggi hasil atau prestasi kerja yang dicapai. Faktor pendidikan mempengaruhi
aspirasi pekerja terhadap prestasi yang harus dicapai. Dari pendapat ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap prestasi kerja sehingga
tingkat pendidikan dijadikan variabel sertaan.
2.2. Sikap Kerja
Sikap kerja erat kaitannya dengan ergonomis kerja. Ergonomis yang
merupakan pendekatan multi dan interdisiplin yang berupaya menyerasikan alat, cara
dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan tenaga kerja
sehingga tercipta kondisi kerja yang sehat, selamat, aman, dan efisien (Granjean,
2003).
Dalam hal ini ergonomik juga berupaya menciptakan kesehatan dan
keselamatan kerja bagi tenaga kerja sehingga mampu meningkatkan produktivitas
kerjanya. Tujuan ergonomik dan K3 hampir sama yaitu untuk menciptakan kesehatan
dan keselamatan kerja. Oleh karena itu ergonomik dan K3 perlu diterapkan di semua
tempat kerja untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja tenaga kerja guna
ergonomik dan K3 di perusahaan terutama di perusahaan kecil dan menengah masih
jauh dari yang diharapkan. Program-program ergonomik dan K3 sering menempati
prioritas yang rendah dan terakhir bagi manajemen perusahaan (Manuaba, 1998).
Menyadari pentingnya ergonomik dan K3 bagi semua orang di manapun
berada maupun bekerja, serta adanya persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap
perusahaan di era globalisasi ini maka mau tidak mau upaya untuk meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja harus menjadi prioritas dan komitmen semua pihak
baik pemerintah maupun swasta dari tingkat pimpinan sampai ke seluruh karyawan
dalam manajemen perusahaan. Dengan tingkat kesehatan dan keselamatan kerja yang
baik dan jelas mangkir kerja karena sakit akan menurun, biaya pengobatan dan
perawatan akan menurun, kerugian akibat kecelakaan akan berkurang, tenaga kerja
akan mampu bekerja dengan produktivitas yang lebih tinggi, keuntungan akan
meningkat dan pada akhirnya kesejahteraan karyawan maupun pemberi kerja akan
meningkat, namun sebaliknya jika pekerja tidak mematuhi ketentuan dalam
ergonomis kerja maka akan menimbulkan cidera dan kecelakaan kerja (Adiputra,
dkk, 2001).
Beberapa cidera umum yang terjadi jika kerja salah atau tidak ergonomis,
Tabel 2.1. Gambaran Cidera Yang Umumnya Terjadi Karena Posisi Kerja Tidak Ergonomis
Cedera Gejala Penyebab
Bursitis : meradangnya kantung antara tulang dengan kulit, atau tulang dengan tendon. Dapat terjadi di lutut, siku, atau bahu.
Rasa sakit dan bengkak pada tempat cedera
Berlutut, tekanan pada siku, gerakan bahu yang berulang-ulang
Sindroma pergelangan tangan :
tekanan pada syaraf yang melalui pergelangan tangan
Gatal, sakit, dan kaku pada jari-jemari, terutama di malam hari
Membengkokkan pergelangan berulang-ulang. Menggunakan alat yang bergetar. Kadang diikuti dengan tenosynovitis.
Ganglion : kista pada sendi atau pangkal tendon. Biasanya dibelakang tangan atau pergelangan
Begkak bundar, keras, dan kecil yang biasanya tidak menimbulkan sakit.
Gerakan tangan yang berulang-ulang
Tendonitis : radang pada daerah antara otot dan tendon
Rasa sakit, bengkak, dan merah di tangan, pergelangan, dan/atau lengan. Kesulitan menggerakan tangan
Gerakan yang berulang-ulang.
Tenosynovitis : radang pada tendon dan/atau pangkal tendon
Sakit, bengkak, sulit menggerakan tangan.
Gerakan yang berulang- ulang dan berat. Dapat disebabkan oleh peningkatan kerja yang tiba-tiba, atau pengenalan pada proses baru.
Tegang pada leher atau bahu : radang
pada tendon dan atau pangkal tendon Rasa sakit di leher dan bahu Menahan postur yang kaku
Gerakan jari yang tersentak : radang pada tendon dan/atau pangkal tendon di jari
Kesulitan menggerakkan jari dengan pelan, dengan atau tanpa rasa sakit
Gerakan berulang-ulang. Terlalu lama mencengkam, terlalu keras atau terlalu sering
Sumber: Occuptional Health Program, 2000
Menurut Suma’mur secara umum sikap kerja yang ergonomis dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Sikap kerja dalam pekerjaan dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, dan
penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara harus
b. Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar-dasar ukuran-ukuran dan
penempatan alat-alat industri. Antropometri akan digunakan sebagai
pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem
kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Untuk mendapatkan
perancangan yang optimum, hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor
seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis dan
dinamis (antropometri statis dan dinamis). Dimensi tubuh manusia dalam posisi
statis adalah aplikasi data antropometri dalam keadaan diam. Sedangkan
dimensi tubuh manusia dalam posisi dinamis adalah pengukuran keadaan
ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak. Menurut Wignjosoebroto (2003)
yang dikutip oleh Sinambela (2006) Pada umumnya manusia berbeda-beda
dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ukuran tubuh manusia, yaitu : umur, jenis kelamin, suku dan posisi tubuh
(postur).
c. Posisi duduk yang akan diukur adalah :
1. Tinggi Duduk (TD)
Diukur dari jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung atas
kepala. Ukuran tinggi duduk digunakan untuk menentukan batas ukuran tinggi
daerah kerja agar pengguna bebas bergerak (biasanya diterapkan dalam
2. Tinggi Bahu (TB)
Diukur dari jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bahu
bagian dalam. Tinggi bahu digunakan untuk menentukan lebar minimum
sandaran kursi yang digunakan.
3. Tinggi Siku (TS)
Diukur dari jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah
siku kanan. Tinggi siku digunakan untuk menentukan tinggi sandaran tangan
dan tinggi meja kerja.
4. Lebar Pinggul (LP)
Diukur dari jarak horizontal dari bagian luar pinggul sisi kiri sampai bagian
terluar pinggul sisi kanan. Pinggul digunakan untuk menentukan lebar tempat
duduk.
5. Tinggi Pinggang (TP)
Diukur dari pinggang atas sampai alas duduk.
6. Tinggi Lutut (TL)
Diukur dari lutut sampai alas kaki dalam posisi sikap duduk tegak.
7. Panjang Tungkai Bawah (PTB)
Diukur dari lutut belakang sampai alas kaki dalam sikap duduk pada keadaan
vertikal. Tinggi lutut dan panjang tungkai bawah digunakan untuk
8. Tinggi Mata (TM)
Diukur dari jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung mata
bagian dalam. Tinggi mata duduk digunakan untuk menentukan tinggi
peralatan di meja kerja.
d. Ukuran-ukuran kerja
- Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5-1 cm
dibawah siku.
- Apabila bekerja berdiri dengan pekerjaan di atas meja, dan jika dataran tinggi
disebut siku O, maka hendaknya dataran kerja untuk pekerjaan:
o Memerlukan ketelitian = 0+5-10) cm
o Ringan = 0 – 5-10)cm
o Berat, yang memerlukan otot punggung =0-(10-20) cm
- Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk.
Sedangkan dari sudut tulang dinasehatkan duduk tegak, agar punggung tidak
bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan pemilihan sikap duduk
yang tegak yang diselingi istirahat sedikit membungkuk.
- Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam
hal ini mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.
- Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23°-37° ke bawah,
sedangkan untuk pekerjaan duduk 32°-44° ke bawah. Arah penglihatan ini
- Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan
bawah. Pegangan harus diletakkan di daerah tersebut, lebih-lebih bila sikap
tubuh tidak berubah.
- Apabila seorang pekerja dengan atau tanpa beban harus berjalan pada jalan
menanjak atau naik tangga, maka derajat tanjakan optimum adalah adalah
o Jalan menanjak l..k 10°; Tangga rumah l..k 30°, dan Tangga l..k 70°
- Kemampuan seorang bekerja adalah 8-10 jam sehari, lebih dari itu efesiensi
dan kualitas kerja sangat menurun.
Kondisi kerja duduk dan berdiri secara terus menerus memaksa pekerja selalu
berada pada sikap dan posisi kerja yang tidak alamiah yang berlangsung lama dan
menetap/statis. Menurut Grandjean (1988) dan Pheasant (1991) sikap kerja yang
statis dalam jangka waktu yang lama lebih cepat menimbulkan keluhan pada sistem
muskuloskeletal. Akibat lama bekerja yang menyebabkan beban statik yang terus
menerus tanpa memperhatikan faktor-faktor ergonomi akan lebih mudah
menimbulkan keluhan nyeri punggung bawah (Hasyim, 2000). Faktor-faktor
ergonomi berarti menyangkut sikap tubuh saat bekerja, tinggi tempat duduk dengan
lantai, letak ketinggian meja dan faktor lingkungan seperti sirkulasi udara,
pencahayaan, dan tingkat kebisingan ruangan tempat bekerja (Kroemer, K.H.E &
Grandjean, E.1997). Dalam posisi kerja seperti ini jelas merupakan posisi yang tidak
Sikap kerja yang demikian ini dapat sebagai akibat situasi lingkungan kerja
yang tidak memadai, aktifitas yang repetitif atau berulang, desain alat dan peralatan
yang tidak sesuai dengan pengguna, sikap kerja yang tidak alamiah yang
menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada otot-otot utama
yang terlibat dalam pekerjaan (Sutajaya, 1997).
Dalam posisi duduk otot-otot punggung akan bekerja keras menahan beban
anggota gerak atas yang sedang melakukan pengeboran. Beban kerja paling banyak
dialami oleh daerah pinggang. Akibatnya otot-otot pinggang sebagai penahan baban
utama akan mudah mengalami kelelahan dan selanjutnya akan mudah terjadinya
nyeri pada otot sekitar pinggang/punggung bawah. Apalagi posisi kaki yang
memendek, sehingga tidak ada keseimbangan penyebaran gaya pada otot selain
punggung bawah (Lientje, 2000).
2.2.1 Sikap Duduk
Sikap duduk pada otot rangka (muscolusskelatal) dan tulang belakang
(vertebal) terutama pada pinggang (sacrum lumbar dan thoracic) harus dapat ditahan
oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri (back pain) dan terhindar cepat lelah
(fatique). Menurut Richard Albett (2001) saat ini terdapat 80% orang hidup setelah
dewasa mengalami nyeri pada bagan tubuh belakang (back pain) karena berbagai
itu, ketika duduk kaki harus berada pada alas kaki dalam sikap susuk dapat bergerak
dengan relaksasi.
Pada posisi duduk tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri
atau berbaring, bila posisi duduk tidak benar. Diasumsikan menurut Eko Nurmianto
(1998) tekanan posisi tidak duduk 100%, maka tekanan akan meningkat 140% bila
sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila
saat duduk dilakukan dengan membungkuk ke depan. Oleh karena itu perlu sikap
duduk yang benar dan dapat relaksasi (tidak Statis).
2.2.2 Sikap Berdiri
Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi
penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila
berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Seperti pembersih (clerks),
dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur (barbers) pasti memerlukan sepatu ketika
bekerja, apabila sepatu tidak pas (tidak sesuai) maka sangat mungin akan sobek
(bengkak) pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Oleh karena itu
perlu adanya penelitian lebih lanjut sepatu kerja secara ergonomis. Sepatu yang baik
adalah sepatu yang dapat menahan kaki (tubuh), bukan kaki direpotkan untuk
menahan sepatu. Desain sepatu untuk kerja berdiri, ukuran sepatu harus lebih longgar
pada tali sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan hal itu terjadi pada jangka waktu
yang lama, maka otot rangka (muscles) akan mudah mengalami kelelahan (fatigued).
Beberapa penelitian yang lalu telah berusaha untuk mengurangi kelelahan
pada tenaga kerja posisi berdiri, seperti Granjean (1988) dikuti Sanders et al (1993)
merekomedasi bahwa “untuk jenis pekerjaan teliti (precision) letak tinggi meja kerja
diatur 10 cm di atas tinggi siku, untuk jenis pekerjaan ringan (light) letak tinggi meja
diatur sejajr dengan tinggi siku, dan untuk jenis pekerjaan berat (heavy) letak tinggi
meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku”. Begitu pula Suma’mur (1994) menyebutkan
bahwa beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan posisi berdiri “tinggi
kerja” sebaiknya 5-10 cm di bawah siku arah penglihatan 23-37 derajat ke bawah”
Kerja Berdiri Setengah Duduk
Berdasarkan penelitian Gempur (2003) bahwa tenaga kerja bubut yang telah
terbiasa dengan posisi berdiri tegak (TG) diubah menjadi posisi berdiri setengah
duduk yang sandaran (SDTS) dan setengah duduk pakai sandaran (SDPS)
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik (TKOB)
antar kelompok. Rata-rata nilai nominal TKOB kerja bubut posisi berdiri
TG 2,2 > SDTS 1,8 > SDPS 1,4. Jadi, kerja bubut posisi berdiri TG lebih melelahkan
dibanding SDTS maupun SDPS. Kelelahan otot biomekanik tersebut berbanding
langsung dengan peningkatan asam laktat dan penurunan glukosa, sebagaimana
disebutkan oleh Guyton et.al. (1997) bahwa “ kelelahan otot meningkat hampir
pula oleh Kroemer et.al.(1986), Anna (1994), Niels (2000) bahwa “dalam keadaan
anaerob, asam laktat banyak terjadi sehingga menimbulkan rasa lelah dan dalam hal
ini glikogen dalam otot berkurang”. Berdasarkan hasil penelitian Gempur (2003)
terbukti bahwa kofisien respons metabolisme energi anaerobik (MEA) posisi berdiri
TG (laktat 4,853 mmol/kg, glukosa 0,221 mg%); SDTS turun menjadi (laktat 3,100
mmol/kg,glukosa 0,017 mg%); dan SDPS menjadi (laktat 3,314 mmol/kg,glukosa
0,07089 mg%).jadi respon MEA pada kerja bubut posisi berdiri TG lebih tinggi
dibanding posisi berdiri SDTS maupun SDPS.
Berdasarkan penelitian Gempur (2003) bahwa posisi kerja berdiri TG, SDTS,
SDPS berpengaruh terhadap perubahan sudut tubuh (PST). Besar PST antar
kelompok kerja bubut, untuk kelompok posisi berdiri TG (PST rata-rata 22,8 ±9,2712
derajat), posisi berdiri SDTS (PST rata-rata 14,7 ± 6,4987 derajat) dan, posisi berdiri
SDPS (PST rata-rata 14,8 ± 7,9554 derajat). Hal ini dapat dijelaskan bahwa, suatu
kondisi tempat kerja untuk jenis kerja posisi berdiri maka akan mengakibatkan
perubahan pula pada performance tubuh. Oleh karena itu, apabila bekerja dalam
jangka waktu yang relatif lama dengan performance posisi berdiri yang berbeda maka
berdampak pada besar performance PST.
Perubahan performance PST berdampak pada TKOB. Hal itu dapat dijelaskan
bahwa kerja posisi berdiri pada awal kerja sampai dengan akhir kerja, tubuh semakin
condong ke depan, akibatnya PST semakin besar pula. Apabila PST semakin besar
maka momen gaya yang diterima otot biomekanik juga semakin besar. Momen gaya
energi dari pemechanadenosin triphosphat (ATAP) dengan cara metabolisme energi
respirasi anaerobik. Meningkatnya asam laktat tersebut akan mempercepat kelelahan
otot biomekanik.
2.3. Mekanisme Kerja Tubuh
Banyak jenis pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik yang berat seperti mengangkat, menurunkan, menurunkan, mendorong, menarik, melempar,
menyokong, memindahkan beban atau memutar beban dengan tangan atau bagian
tubuh lain. Laserasi, hematoma, fraktur, kelelahan otot dan cedera muskuloskeletal
terutama pada tulang belakang seperti nyeri punggung sering diderita pada jenis
pekerjaan ini ( Harrianto, 2009).
Batang tubuh (kolumna vertebralis) menyebabkan tubuh manusia dapat
berdiri tegak, dibentuk oleh 32 – 33 ruas tulang belakang yang terdiri dari 5 ruas
tulang leher, 12 ruas tulang punggung, 5 ruas tulang pinggang yang saling terpisah
satu sama lain oleh cakram antar ruas, yang dibentuk oleh jaringan ikat yang
berstruktur, serta 5 ruas tulang tungging dan 3 – 4 ruas tulang ekor yang telah bersatu
menjadi sebuah tulang tungging pada saat lahir dan sebuah tulang ekor . Kolumna
vertebralis berbnetuk seperti huruf S, didaerah punggung berbentuk cekung,
sedangkan didaerah daerah cembung bentuknya. Bentuk seperti ini memungkinkan
timbulnya elastisitas batang tubuh untuk menyerap gaya tekanan ke bawah pada saat
Mekanisme bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam kegiatan mengangkat
atau membawa beban merupakan dasar dari teknik-teknik dan praktik-praktik
pengembangan untuk memastikan otot-otot tidak bekerja melampaui batas. Ruas-ruas
tulang belakang dengan cakram, susunan saraf tulang belakang dan otot-otot
punggung yang dikaitkan ke tonjolan mirip tanduk dari setiap ruas tulang belakang.
Tulang belakang berputar terhadap cakram diantara ruas-ruas tulang belakang dengan
kekuatan yang diaplikasikan oleh otot. Keseluruhan beban yang diangkat diambil alih
oleh tulang belakang. Menurut Ridley (2008), nilai beban pada tulang belakang dapat
diketahui melalui :
Momen lentur terhadap tulang belakang akibat beban = W x y, dimana
W = beban dan y = jarak. Momen ini ditahan oleh momen tarik otot dikali jaraknya
dari ruas tulang belakang = P x r. Oleh karena itu untuk keseimbangan maka W x y =
P x r, dengan demikian beban pada otot tulang belakang P = W x y : r.
Jika nilai r kecil dibandingkan dengan y, maka beban yang ditanggung otot
tulang belakang menjadi beberapa kali lebih besar dari pada beban yang sedang
dibawa. Sebagai contoh, jika beban 10 kg dibawa pada panjang siku lengan, yaitu
400 mm dari tulang belakang dan jarak otot tulang belakang dari pusat cakram adalah
20 mm, maka beban pada otot belakang sebagai berikut :
Gambar 2.1. Beban Maksimum yang Disarankan pada Berbagai Jarak yang Disarankan
Mencegah regangan punggung (back strain), beban yang diangkat sebaiknya
dibuat serendah mungkin dan dibawa sedekat mungkin ke tubuh. Otot- otot lain
merekat ke tulang-tulang dekat dengan titik putarnya, misalnya lengan dengan
pergelangan tangan, dan dengan cara yang serupa menanggung beban hingga bebrapa
kali berat yang sedang diangkat (Ridley, 2008).
2.4. Landasan Teori
Produktivitas merupakan komponen yang turut menentukan dan menjadi
syarat utama dalam keberhasilan suatu perusahaan. Produktivitas menunjukkan
tingkat kualitas perusahaan dalam menghadapi era persaingan sehingga perusahaan
(2001), produktivitas merupakan suatu ukuran atas penggunaan sumber daya dalam
suatu organisasi dinyatakan sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dari sumber daya
yang digunakan.
Menurut Suma’mur (1999), beberapa faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja, yaitu faktor internal berpa faktor individu pekerja seperti umur,
pendidikan, jenis kelamin, status gizi dan masa kerja serta sikap kerja, sedangkan
faktor eksternal seperti keadaan lingkungan fisik, kimia dan biologis yang terintegrasi
dalam proses pekerjaannya.
Menurut Suma’mur (1996) sikap tubuh pekerja secara alamiah dibentuk oleh
tubuh pekerja akibat berinteraksi dengan fasilitas yang digunakan ataupun kebiasaan
kerja, dan secara keseluruhan merupakan bagian dari prinsip ergonomi dalam bekerja.
Sikap kerja pekerja dalam melakukan pekerjaannya berpengaruh terhadap dampak
sikap kerja yang salah seperti kelelahan kerja dan cidera otot. Sikap kerja tersebut
dapat berupa posisi duduk, posisi berdiri, mengangkat, dan menggunakan peralatan
2.5. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan landasan teori, maka kerangka konsep penelitian ini sebagai
berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Individu
(1) Umur (2) Pendidikan (3) Masa Kerja
Sikap Kerja
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan
cross sectional study untuk menganalisis pengaruh faktor individu dan sikap kerja
dengan produktivitas kerja pekerja bongkar muat PT Kirana Sapta Kecamatan
Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur
Kabupaten Tapanuli Selatan, dengan pertimbangan hasil survei awal masih
ditemukan pekerja bongkar muat sikap kerja pekerja tidak sesuai dan pekerja
mengeluhkan berbagai keluhan sakit pada anggota tubuh mereka setelah bongkar
muat getah.
Penelitian ini membutuhkan waktu selama 11 (sebelas) bulan terhitung
Desember 2008 sampai November 2009.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja pada bagian
bongkar muat PT Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden tentang meliputi
faktor individu seperti umur, pendidikan, dan masa kerja serta pengamatan sikap
kerja pekerja saat melaksana pekerjaan bongkar muat getah. Sedangkan untuk data
sekunder diambil berdasarkan catatan atau dokumen di PT Kirana Sapta yang
mencakup jumlah tenaga kerja, hasil evaluasi SMK3.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Independen
1) Umur adalah ulang tahun terakhir tenaga kerja pada saat penelitian dilakukan
2) Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah di lalui oleh tenaga
kerja terdiri dari SD, SLTP dan SLTA
3) Masa kerja adalah waktu pertama kali tenaga kerja diterima bekerja sampai
dengan waktu penelitian ini dilakukan
4) Sikap kerja adalah adalah posisi kerja pekerja ketika melakukan pekerjaanya dan
dilakukan pengamatan
3.5.2. Variabel Dependen
Produktivitas kerja adalah hasil kerja pekerja bongkar muat ketika melakukan
pembongkaran dibandingkan dengan waktu proses pembongkaran getah yang diukur
keluhan-keluhan yang dialami dengan mengunakan metode pengukuran MSDs
(muscoloskletal Disorders).
3.6. Metode Pengukuran
Metode pengukuran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut:
Tabel 3.1. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen
Variabel Jawaban Kategori Alat Ukur dan
Skala Ukur
Variabel Independen
1. Umur
Data dikelompokkan Kuesioner
(Rasio)
3. Masa Kerja Data dikelompokkan Kuesioner
(Ordinal)
4. Sikap tubuh Ya (2)
Tidak (1)
Sesuai (≥rerata mean) Tidak Sesuai (<rerata mean)
Observasi (nominal) Variabel Dependen
Produktivitas Kerja Pengukuran
waktu kerja dan keluhan penyakit
Baik Kurang
Kuesioner (Ordinal)
3.7. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini mencakup :
1. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal
variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.
2. Analisis bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat pengaruh variabel
independen dengan dependen menggunakan uji chi square pada taraf
3. Analisis Multivariat, yaitu analisis lanjutan dari bivariat untuk mengidentifikasi
faktor paling dominan berpengaruk terhadap produktivitas kerja dengan
menggunakan uji regresi logistik berganda dengan rumus sebagai berikut :
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
PT Kirana Sapta yang merupakan salah satu perusahaan yang mengolah getah
menjadi karet di Kecamatan Angkola Timur yang telah beroperasi lebih dari 10
tahun. PT Kirana Sapta ini mempekerjakan 498 pekerja yang masing-masing
di tempatkan pada kebun-kebun getah, unit-unit pengolahan maupun unit-unit lain
yang ada dalam PT Kirana Sapta.
Berdasarkan alur pekerjaan yang melibatkan pekerja secara langsung dalam
proses pengolahan getah, diawali dari pengambilan getah langsung dari pohonnya,
kemudian membentuk getah seperti kubus dan memasukkan dalam wadah pencetakan
dalam tanah, penurunan getah dari truk, pemotongan getah menggunakan gergaji,
kemudian dimasukkan dalam mesin pengolah getah. Keseluruhan proses tersebut
berpotensi terhadap dampak sikap kerja berupa kelelahan kerja dan cidera otot yang
berkaitan dengan sikap tubuh pekerja ketika melakukan pekerjaan pada setiap proses.
4.2 Analisis Univariat 4.2.1 Faktor Individu
Pada penelitian ini faktor individu meliputi umur pekerja, pendidikan pekerja
dan masa kerja pekerja. Gambaran distribusi frekuensi faktor individu dapat dilihat
Berdasarkan tabel 4.1 hasil penelitian menunjukkan kelompok umur pekerja
lebih banyak yang berusia 31-40 tahun yaitu 19 (61,3%) responden disbanding yang
berusia 21-30 tahun yaitu 12 (38,7%) responden. Pada kelompok pendidikan lebih
banyak berpendidikan tamat SLTP yaitu 21 (67,7%) dibandingkan kelompok
pendidikan tamat SLTA yaitu 10 (32,3%). Untuk kelompok masa kerja, masa kerja
6-10 tahun lebih banyak yaitu 17 (54,0%) responden dibanding masa kerja 1-5 tahun
yaitu 14 (45,2%) responden.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja Bongkar Muat PT.Kirana Sapta Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan
No Faktor Individu Pekerja Jumlah (n) Persentase (%)
1 Umur
a 21 - 30 Tahun 12 38,7
b 31 - 40 Tahun 19 61,3
Total 31 100
2 Pendidikan
a Tamat SLTP 21 67,7
b Tamat SLTA 10 32,3
Total 31 100
3 Masa Kerja
a 1 - 5 Tahun 14 45,2
b 6 - 10 Tahun 17 54,8
4.2.2 Sikap Kerja
Pada penelitian ini sikap kerja pekerja diukur berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap keadaan tubuh pekerja ketika
bekerja yang didasarkan atas 7 item pengamatan. Hasil penelitian dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan sikap tubuh pekerja saat bekerja
menggunakan APD lebih dominan tidak menggunakan APD yaitu 24 (77,4%)
responden dibandingkan dengan yang mengunakan APD yaitu 7 (22,6%) responden.
Pekerja yang mengangkat getah tidak lebih dari 50 kg lebih dominan tidak yaitu 24
(77,4%) responden dibandingkan dengan ya yaitu 7 (22,6%) responden. Pada saat
bekerja pekerja mengangkat dalam posisi bungkuk lebih dominan ya yaitu 29
(93,5%) responden dibandingkan dengan tidak yaitu 2 (6,5%) responden.
Saat bekerja sikap kerja menggunakan APD dalam mengangkat lebih
dominan tidak yaitu 17 (54,8%) responden dibandingkan dengan ya yaitu 14 (45,2%)
responden. Sikap pekerja menggunakan pinggul untuk angkat dan membawa getah
lebih dominan ya yaitu 27 ( 87,1%) responden dibandingkan dengan tidak yaitu
4 (12,9%) responden. Sikap pekerja mengangkat tidak lebih dari 1 jam lebih dominan
tidak yaitu 18 (58,1%) responden dibandingkan dengan ya yaitu 13 (41,9%)
responden. Sikap kerja mengangkat diselingi dengan istirahat lebih dominan ya yaitu