• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Performansi Mesin Pengering Tenaga Surya Dengan Produk Yang Dikeringkan Adalah Ubi Kayu Dengan Bentuk Produk Bujur Sangkar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengujian Performansi Mesin Pengering Tenaga Surya Dengan Produk Yang Dikeringkan Adalah Ubi Kayu Dengan Bentuk Produk Bujur Sangkar"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN PERFORMANSI MESIN PENGERING TENAGA

SURYA DENGAN PRODUK YANG DIKERINGKAN ADALAH

UBI KAYU DENGAN BENTUK PRODUK BUJUR SANGKAR

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

APRIZAL NASUTION NIM. 110421034

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini yang berjudul :

“PENGUJIAN PERFORMANSI MESIN PENGERING TENAGA SUR YA DENGAN PRODUK YANG DIKERINGKAN ADALAH UBI KAYU

DENGAN BENTUK PRODUK BUJUR SANGKAR”

Dalam penyusunan tugas akhir ini bukan semata karena kemampuan

penyusun, tapi juga karena adanya campur tangan berbagai pihak yang mau

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam penyelesaian tugas akhir ini. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Bapak Ir. Mulfi Hazwi, M.Sc selaku Dosen pembimbing dan dosen wali penulis, yang telah membantu dalam bimbingan, saran, serta dukungan dalam penulisan

laporan tugas akhir ini.

2. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. M. Syahril Gultom, MT. selaku Sekretaris Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua penulis, yang tidak pernah putus-putusnya memberikan

dukungan, do’a serta kasih sayangnya yang tidak terhingga kepada penulis. 5. Abang dan adik penulis, yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada

penulis.

6. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin.

7. Rekan-rekan satu tim skripsi yaitu Andri M Sijabat dan Muhardityah yang telah bersama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi dan saling bertukar pikiran selama proses penyusunan skripsi.

8. Ibu S. Farah Dina yang juga telah membantu penulis selama proses penyusunan skripsi ini mulai dari awal sampai akhir.

(6)

Magister Teknik Mesin, semua yang telah mendukung dan memberi semangat

kepada penulis.

10. Kepada pihak-pihak lain yang turut membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Dalam menyelesaikan tulisan ini penulis telah mencoba semaksimal mungkin guna tersusunnya skripsi ini. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu penulis akan sangat berterima kasih dan dengan senang hati menerima saran dan kritik yang dapat membangun den mendukung penulis demi tercapainya isi tulisan yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberi manfaat kepada pembaca. Terima kasih.

Medan, Juni 2014

Aprizal Nasution

(7)

ABSTRAK

Telah dirancang sebuah alat pengering hasil pertanian berukuran 2m x 1m x 1m yang menggunakan kolektor surya plat datar menggunakan plat seng sebagai

absorber yang berukuran 2m x 1,761m serta menggunakan panas matahari sebagai sumber energinya. Pada kolektor surya, radiasi matahari yang jatuh di permukaan kolektor akan diserap oleh plat absorber yang diteruskan oleh kaca sehingga panas yang dihasilkan oleh absorber akan mengalir ke dalam box

pengering secara konveksi natural. Di dalam ruang box pengering panas mengalir melewati produk yang diletakkan di atas tray dan membawa kadar air produk dengan mengalami proses penguapan dan membawa uap air keluar melewati

chimney. Salah satu produk hasil pertanian yang dikeringkan alat pengering ini adalah Ubi Kayu. Pengujian dilakukan pada pukul 09:00 – 17:00 WIB pada saat kondisi cuaca cerah. Efisiensi rata-rata kolektor surya alat pengering adalah 69,70%.

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGAN TAR ...i

ABSTRAK...iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR GRAFIK ...x

DAFTAR SIMBOL ...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ...1

1.2Batasan Masalah...3

1.3Tujuan Pengujian...3

1.4Manfaat Pengujian...4

1.5Sistematika Penulisan...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengeringan Hasil Pertanian dan Perkebunan...6

2.2Jenis - Jenis Pengeringan...6

2.2.1Konsep Dasar Pengeringan ...8

2.3 Matahari (Surya) ...9

2.3.1 Karakteristik Matahari...9

2.3.2 Teori Dasar Radiasi Surya ...11

2.3.3 Rumusan Radiasi Surya...13

2.4 Kolektor Surya...20

(9)

2.5.1 Perpindahan Panas Konduksi ...25

2.5.2 Perpindahan Panas Konveksi ...26

2.5.3 Perpindahan Panas Radiasi ...28

2.5.4 Perpindahan Massa ...29

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pengujian...31

3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan ...31

3.2.1 Alat ...31

3.2.2 Bahan ...38

3.3 Experimental Set Up ...41

3.4 Prosedur Pengujian ...43

3.5 Diagram Alir Pengujian ...44

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA 4.1 Analisa Radiasi Surya (Solar Radiation)...45

4.1.1 Analisa Radiasi Surya (Solar Radiation) Untuk Sampel 1 Pada Tanggal 14 April 2014 ...45

4.1.2 Analisa Radiasi Surya (Solar Radiation) Untuk Sampel 1 Pada Tanggal 15 April 2014 ...52

4.1.3 Analisa Radiasi Surya (Solar Radiation) Untuk Sampel 2 Pada Tanggal 16 April 2014 ...54

(10)

4.2 Hasil Pengukuran Temperatur Ruang Pengering dan Inti Ubi kayu ...59

4.2.1 Hasil Pengukuran Temperatur Pengeringan Sampel 1 ...59

4.2.2 Hasil Pengukuran Temperatur Pengeringan Sampel 2 ...60

4.3 Analisa Model Persamaan Pengeringan Ubi kayu ...61

4.3.1 Analisa Moisture Ratio (MR) Pada Pengeringan Ubi kayu...61

4.4 Efisiensi Alat Pengering ...67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...72

5.2 Saran ...72

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Urutan Hari Berdasarkan Bulan ... 14

Tabel 2.2 Faktor Koreksi Iklim ... 18

Tabel 3.1 Spesifikasi Pyranometer ... 34

Tabel 3.2 Spesifikasi Wind Velocity Sensor... 35

Tabel 3.3 Spesifikasi Measurement Apparatus... 36

Tabel 3.4 Spesifikasi T and RH Smart Sensor ... 36

Tabel 3.5 Spesifikasi Load Cell ... 38

Tabel 4.1 Data Radiasi Pengukuran 14 April 2014 ... 45

Tabel 4.2 Perhitungan Urutan Hari Berdasarkan Bulan... 46

Tabel 4.3 Data Radiasi Pada Kondisi Langit Cerah 14 April 2014 ... 50

Tabel 4.4 Perbandingan Radiasi Pengukuran dan Radiasi Pada Kondisi Langit Cerah 14 April 2014 ... 51

Tabel 4.5 Data Radiasi Pengukuran 15 April 2014... 52

Tabel 4.6 Data Radiasi Pada Kondisi Langit Cerah 15 April 2014 ... 53

Tabel 4.7 Perbandingan Radiasi Pengukuran dan Radiasi Pada Kondisi Langit Cerah 15 April 2014 ... 53

Tabel 4.8 Data Radiasi Pengukuran 16 April 2014 ... 54

Tabel 4.9 Data Radiasi Pada Kondisi Langit Cerah 16 April 2014 ... 55

Tabel 4.10 Perbandingan Radiasi Pengukuran dan Radiasi Pada Kondisi Langit Cerah 16 April 2014 ... 56

Tabel 4.11 Data Radiasi Pengukuran 17 April 2014... 57

Tabel 4.12 Data Radiasi Pada Kondisi Langit Cerah 17 April 2014 ... 57

(12)

Tabel 4.14 Moisture ratio ubi kayu sampel pertama ... 62

Tabel 4.15 Moisture ratio ubi kayu sampel kedua... 64

Tabel 4.16 Perbandingan massa ubi kayu yang dikeringkan menggunakan

alat pengering dan yang dikeringkan langsung dibawah

sinar matahari ... 66

Tabel 4.17 Data Perhitungan Panas dan Efisiensi Kolektor

Tanggal 25 Maret 2014 ... 68

Tabel 4.18 Data Perhitungan Panas dan Efisiensi Kolektor

(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perbandingan radiasi pengukuran dengan radiasi pada kondisi langit

cerah pada 14 april 2014 ... 51

Grafik 4.2 Perbandingan radiasi pengukuran dengan radiasi pada kondisi langit cerah pada 15 april 2014 ... 54

Grafik 4.3 Perbandingan radiasi pengukuran dengan radiasi pada kondisi langit cerah pada 16 april 2014 ... 56

Grafik 4.4 Perbandingan radiasi pengukuran dengan radiasi pada kondisi langit cerah pada 17 april 2014 ... 59

Grafik 4.5 Temperatur ruang pengering dan inti ubi kayu sampel 1 hari 1 ... 59

Grafik 4.6 Temperatur ruang pengering dan inti ubi kayu sampel 1 hari 2 ... 60

Grafik 4.7 Temperatur ruang pengering dan inti ubi kayu sampel 2 hari 1 ... 60

Grafik 4.8 Temperatur ruang pengering dan inti ubi kayu sampel 2 hari 2 ... 61

Grafik 4.9 Moisture ratio ubi kayu sampel pertama ... 63

Grafik 4.10 Moisture ratio ubi kayu sampel kedua ... 69

Grafik 4.11 Waktu vs Temperatur tanggal 25 Maret 2014 ... 69

Grafik 4.12 Waktu vs Intensitas Radiasi Matahari dan Efisiensi tanggal 25 Maret 2014... 74

Grafik 4.13 Waktu vs Temperatur tanggal 10 April 2014 ... 70

(14)

DAFTAR SIMBOL

SIMBOL KETER ANGAN SATUAN

A Luas Penampang m2

A Altitude ( ketinggian dari permukaan laut ) km

B Konstanta Yang Bergantung Pada n

Panas Jenis kJ/kg K

Gsc Daya radiasi rata-rata yang diterima

atmosfer bumi (1367) W/m2

� Radiasi Total W/m2

GrL Bilangan Grashof

(15)

hm Koefisien perpindahan massa m/s

I Tanggal

I Intensitas radiasi W/m2

k slope (drying constant) 1/menit

k Konduktivitas Bahan Termal W/mK

L Panjang kolektor m

L Setengah dari ketebalan slab (ukuran ubi kayu) m

Le Bilangan Lewis

Lloc Posisi Bujur o

Lst Standart Meridian untuk waktu lokal o

m Air mass

Moisture Ratio

M Massa spesimen pada saat pengeringan gr

Me Massa kering specimen gr

Mi Massa awal specimen gr

Laju Aliran Massa Udara kg/s

Nu Bilangan nusselt

Re Bilangan Reynold

ST Solar Time (Jam Matahari)

STD Waktu Lokal

Ti Temperatur udara lingkungan K

(16)

s

T Temperatur dinding K

T∞ Temperatur udara lingkungan K

Temperatur Rata-Rata Keluar Dari Kolektor K

t Waktu pengeringan menit

u Kecepatan udara ruang pengering m/s

Qc Laju perpindahan panas konduksi Watt

Qh Laju perpindahan panas konveksi Watt

Qin Panas yang diterima kolektor W/m2

Qu Panas yang dimanfaatkan kolektor W/m2

Sc Bilangan schmidt

V Kecepaatan rata-rata dari fluida m/s

( ) Kecepatan karakteristik yang merupakan

fungsi jarak searah panjang plat (sumbu-y) m/s

Profil kecepatan dalam lapisan batas

∆ Perbedaan temperatur awal dan akhir oC

Δt Selang waktu perhitungan s

θz Sudut zenith o

Sudut posisi lintang o

Sudut deklinasi o

Tebal lapisan batas m

(17)

� Fraksi radiasi yang Dditeruskan untuk masuk

ke atmosphere bumi

� Efisiensi %

µ Viskositas dinamik .

� Massa Jenis kg/m3

Emisivitas panas permukaan

Kontanta Stefan Boltzomann (5,67 x 10-8) W/m2 K4

(18)

ABSTRAK

Telah dirancang sebuah alat pengering hasil pertanian berukuran 2m x 1m x 1m yang menggunakan kolektor surya plat datar menggunakan plat seng sebagai

absorber yang berukuran 2m x 1,761m serta menggunakan panas matahari sebagai sumber energinya. Pada kolektor surya, radiasi matahari yang jatuh di permukaan kolektor akan diserap oleh plat absorber yang diteruskan oleh kaca sehingga panas yang dihasilkan oleh absorber akan mengalir ke dalam box

pengering secara konveksi natural. Di dalam ruang box pengering panas mengalir melewati produk yang diletakkan di atas tray dan membawa kadar air produk dengan mengalami proses penguapan dan membawa uap air keluar melewati

chimney. Salah satu produk hasil pertanian yang dikeringkan alat pengering ini adalah Ubi Kayu. Pengujian dilakukan pada pukul 09:00 – 17:00 WIB pada saat kondisi cuaca cerah. Efisiensi rata-rata kolektor surya alat pengering adalah 69,70%.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 1996 Gustav Grob menekankan lagi prediksi Club of Rome di

awal tahun 1970an bahwa bahan bakar fosil, yang sifatnya mencemarkan

lingkungan, kian berkurang jumlahnya dan dalam waktu dekat akan diganti oleh

sumber energi terbarukan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yang meliputi

sumber-sumber energi surya, biomassa, angin, hidro, dan lain- lain.

Ketergantungan kita atas bahan bakar fosil mungkin akan berlanjut sampai

beberapa dekade lagi tetapi dalam jumlah yang jauh lebih kecil dari apa yang di

konsumsikan sebelum tahun 2000.

Penggunaan energi fosil saat ini diperkirakan akan terus meningkat

disebabkan karena tetap meningkatnya jumlah penduduk dunia, yang memerlukan

pangan dan kesejahteraan serta kualitas hidup yang lebih baik, yang hanya dapat

dipenuhi dengan pemacuan proses industrialisasi. Sebagai konsekuensi energi

yang merupakan motor penggerak industrialisasi tersebut. Sejauh mana

pengurangan konsumsi bahan bakar fosil untuk kedepannya tergantung kepada

kesadaran kita terhadap masalah serta dampak pencemaran lingkungan yang

disebabkan oleh pemakaian bahan bakar fosil tersebut, dan perkembangan hasil

teknologi energi alternatif.

Sinar matahari adalah salah satu gelombang elektromagnetik yang

memancarkan energi yang disebut dengan energi surya ke permukaan bumi secara

terus menerus. Energi ini mempunyai sifat antara lain tidak bersifat polutan, tidak

dapat habis (terbarukan) dan juga gratis. Tetapi, potensi energi yang sangat besar

ini belum dimanfatkan secara optimal dan masih terbuang begitu saja.

Sebagai negara yang terletak di daerah katulistiwa, yaitu pada 60LU –110LS

dan 950BT – 1410BT, dan dengan memperhatikan peredaran matahari dalam

setahun yang berada pada daerah 23,50LU dan 23,50LS akan mengakibatkan suhu

di Indonesia cukup tinggi (antara 26º C - 35º C) dan bila saat cuaca cerah akan

disinari matahari selama 11-12 jam dalam sehari. Sifat radiasi matahari yang

(20)

rata-rata tiap tahunnya. Dilain pihak, pancaran radiasi ini sifatnya periodik setiap hari

dan setiap tahunnya secara terus menerus.

Ada dua cara memanfaatkan energi surya yang berlimpah ini, yaitu dengan

sel surya dan surya termal. Teknologi dengan sel surya tergolong efisien dan

bersih, tetapi memerlukan peralatan yang cukup mahal. Sementara, teknologi

surya termal adalah mengumpulkan radiasi surya dalam bentuk panas. Cara ini

umumnya tidak membutuhkan peralatan yang rumit dan relatif lebih mudah untuk

dilakukan. Secara global pemanfaatan energi surya termal masih jauh lebih

banyak dibanding sel surya. Fakta ini menunjukkan bahwa tersedia energi surya

yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan dalam bentuk energi termal.

Industri pengering, termasuk pengeringan produk pertanian adalah termasuk

salah satu proses produksi yang banyak menggunakan energi. Studi di beberapa

negara menunjukkan bahwa persentasi konsumsi energi nasional untuk

pengeringan relatif cukup besar. Menurut studi negara-negara seperti USA,

Kanada, Perancis, Inggris mengkonsumsi sekitar 10-15% dari energi nasionalnya

untuk pengeringan. Jerman dan Denmark bahkan lebih besar yaitu sekitar

20-25%. Meskipun belum ada studi yang melaporkannya, diperkirakan Indonesia

dan negara- negara lainnya, menggunakan konsumsi energi nasionalnya untuk

pengeringan pada kisaran 5-25%. Secara global, data tahun 2007 menyatakan

86,4% konsumsi energi dunia dipasok oleh sumber energi berbasis fosil seperti

mendatang seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi dunia. Gas inilah salah

satu yang akan menyebabkan pemanasan global, dan jika lajunya tidak dikurangi

akan membahayakan kelangsungan hidup bumi sebagai planet yang bisa dihuni

umat manusia dan mahluk hidup lainnya. Fakta- fakta ini menunjukkan bahwa

proses pengeringan termasuk salah satu penyumbang pelepasan karbon dioksida

(21)

Untuk mengurangi pemakaian energi berbasis fosil yang akan menyebabkan

pemanasan global, salah satunya adalah pemanfaatan energi sinar matahari.

Pemanfaatan energi sinar matahari dapat digunakan pada mesin pengering, seperti

mesin pengering hasil pertanian dan perkebunan. Pengolahan pasca panen hasil

pertanian atau perkebunan mempunyai peranan penting dalam kehidupan

masyarakat Indonesia, yang sekaligus juga merupakan sumber pemasukan devisa

negara yang cukup besar. Dengan penerapan sistem energi sinar matahari pada

teknologi ini, diharapkan akan mempercepat proses pengeringan hasil pertanian

dan perkebunan. Selain untuk mempercepat pengeringan, juga dapat menjaga

mutu dan kwalitas hasil pertanian dan perkebunan tersebut. Hal- hal inilah yang

melatar belakangi tugas akhir ini.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam pengujian ini adalah :

1. Lokasi pengujian di kota Medan yang terletak pada posisi 3,43 oLU sampai

98,44 oBT dan ketinggian 37,5 meter dari permukaan laut.

2. Kemiringan sudut solar collector adalah 45o.

3. Pengujian dilakukan dengan sifat intermitten.

4. Pengujian dilakukan antara pukul 08.00 Wib sampai 17.00 Wib.

5. Pengujian dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah.

6. Produk hasil pertanian dan perkebunan yang dipakai adalah ubi kayu.

1.3 Tujuan Pengujian

Adapun tujuan dari pengujian ini adalah:

1. Untuk memperoleh nilai dan kurva pengurangan kadar air (MR = moisture

ratio) suatu produk hasil pertanian dan perkebunan terhadap waktu dengan

alat pengering tenaga surya.

2. Untuk mengetahui perbandingan persentase kadar kering ubi kayu yang

dikeringkan menggunakan alat dan yang dijemur secara langsung.

3. Untuk mendapatkan efisiensi dari alat pengering

4. Untuk mempercepat proses pengeringan produk hasil pertanian dan

(22)

1.4 Manfaat Pengujian

Adapun manfaat dari pengujian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengurangi penggunaan listrik dan bahan bakar yang tidak dapat

diperbaharui lainnya.

2. Untuk mengurangi pemanasan global dengan menggunakan energi bersih.

3. Untuk memberi model alat pengering untuk pengeringan hasil pertanian dan

perkebunan yang dapat dikembangkan di masyarakat luas.

4. Untuk memberi sumbangsih yang nyata dari departemen Teknik Mesin

dalam perkembangan teknologi pengolahan produk hasil pertanian.

1.5 Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini tersusun secara sistematis dan mudah untuk

dipahami, maka skripsi ini disusun kedalam beberapa bagian, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan pendahuluan tentang studi kasus dan pemecahan

masalah yang berisi antara lain : Latar belakang, batasan masalah, tujuan

pengujian, manfaat pengujian , dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dibahas mengenai teori-teori dan topik yang berhubungan

dengan penulisan skripsi. Dasar teori diperoleh dari berbagai sumber dan literatur,

diantaranya: buku-buku literatur, jurnal, e-book, dan website.

BAB III : METODOLOGI PENGUJIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai metode yang akan digunakan untuk

menyelesaikan penulisan skripsi. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai waktu

dan tempat pengujian, alat dan bahan pengujian, experimental set up, dan

(23)

BAB IV : DATA D AN ANALISA DATA

Pada bab ini akan dianalisa dan dibahas mengenai data-data yang telah

diperoleh dari hasil pengujian yang telah dilakukan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Di dalam bab ini berisi kesimpulan dari penulisan tugas akhir dan

saran-saran yang dapat digunakan sebagai tindak lanjut dari pengujian yang telah

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeringan Hasil Pertanian dan Perkebunan

Pengeringan hasil pertanian dan perkebunan merupakan salah satu unit

operasi energi paling intensif dalam pengolahan pasca panen. Unit operasi ini

diterapkan untuk mengurangi kadar air produk seperti berbagai buah-buahan,

sayuran, dan produk pertanian atau perkebunan lainnya setelah panen.

Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan yang

memerlukan panas untuk menguapkan air dari permukaan bahan tanpa mengubah

sifat kimia dari bahan tersebut. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya

penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dan

bahan yang dikeringkan. Laju pemindahan kandungan air dari bahan akan

mengakibatkan berkurangnya kadar air dalam bahan tersebut.

Pada prinsipnya, pengeringan hasil pertanian dan perkebunan bertujuan

untuk mengurangi kadar air yang terkandung pada bahan sampai pada kadar air

yang diinginkan. Tujuan mengurangi kadar air adalah untuk memperpanjang

kehidupan rak-produk bio-asal dengan mengurangi kadar air ke tingkat yang

cukup rendah sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme, reaksi

enzimatik, dan reaksi lainnya yang memperburuk produk pertanian dan

perkebunan tersebut.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pengeringan adalah suhu,

kelembaban udara, laju aliran udara, kadar air awal bahan dan kadar air akhir

bahan.

2.2 Jenis - Jenis Pengeringan

Jenis-jenis pengeringan berdasarkan karakteristik umum dari beberapa

pengering konvensional dibagi atas 8 bagian, yaitu : (Arun S. Mujumdar, Chung

Lim Law. 2009)

a) Baki atau wadah

Pengeringan jenis baki atau wadah adalah dengan meletakkan material

yang akan dikeringkan pada baki yang lansung berhubungan dengan media

(25)

konveksi dan perpindahan panas secara konduksi juga dimungkinkan

dengan memanaskan baki tersebut.

b) Rotary

Pada jenis ini ruang pengering berbentuk silinder berputar sementara

material yang dikeringkan jauh di dalam ruang pengering. Medium

pengering, umumnya udara panas, dimasukkan ke ruang pengering dan

bersentuhan dengan material yang dikeringkan dengan arah menyilang.

Alat penukar kalor yang dipasang di dalam ruang pengering untuk

memungkinkan terjadinya konduksi.

c) Flash

Pengering dengan flash (flash dryer) digunakan untuk mengeringkan

kandungan air yang ada di permukaan produk yang akan dikeringkan.

Materi yang dikeringkan dimasukkan dan mengalir bersama medium

pengering dan proses pengeringan terjadi saat aliran medium pengering

ikut membawa produk yang dikeringkan. Setelah proses pengeringan

selesai, produk yang dikeringkan akan dipisahkan dengan menggunakan

hydrocyclone.

d) Spray

Teknik pengeringan spray umumnya digunakan untuk mengeringkan

produk yang berbentuk cair atau larutan suspensi menjadi produk padat.

Contohnya, proses pengeringan susu cair menjadi susu bubuk dan

pengeringan produk-produk farmasi. Cara kerjanya adalah cairan yang

akan dikeringkan dibuat dalam bentuk tetesan oleh atomizer dan

dijatuhkan dari bagian atas. Medium pengering (umumnya udara panas)

dialirkan dengan arah berlawanan atau searah dengan jatuhnya tetesan.

Produk yang dikeringkan akan berbentuk padatan dan terbawa bersama

medium pengering dan selanjutnya dipisahkan dengan hydrocyclone.

e) Fluidized bed

Pengeringan dengan menggunakan kecepatan aliran udara yang relatif

tinggi menjamin medium yang dikeringkan terjangkau oleh udara. Jika

dibandingkan dengan jenis wadah, jenis ini mempunyai luas kontak yang

(26)

f) Vacum

Pengeringan dengan memanfaatkan ruangan bertekanan udara rendah.

Dimana pada ruangan tersebut tidak terjadi perpindahan panas, tetapi yang

terjadi adalah perpindahan massa pada suhu rendah.

g) Membekukan

Pengeringan dengan menggunakan suhu yang sangat rendah. Biasanya

digunakan pada produk-produk yang bernilai sangat tinggi, seperti produk

farmasi dan zat-zat kimia lainnya.

h) Batch dryer

Pengeringan jenis ini hanya baik digunakan pada jumlah material yang

sangat sedikit, seperti penggunaan pompa panas termasuk pompa panas

kimia.

2.2.1 Konsep Dasar Penge ringan

Pengeringan adalah proses pengeluaran air dari suatu bahan pertanian

menuju kadar air kesetimbangan dengan udara sekeliling atau pada tingkat kadar

air dimana mutu bahan pertanian dapat dicegah dari serangan jamur, enzim

aktifitas serangga (Hederson and Perry, 1976). Sedangkan, menurut Hall (1957)

and Brooker et. al. (1981), proses pengeringan adalah proses pengambilan atau

penurunan kadar air sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat laju

kerusakan bahan pertanian akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan

diolah atau dimanfaatkan.

Pengeringan merupakan salah satu cara dalam teknologi pangan yang

dilalakukan dengan tujuan pengawetan. Manfaat lain dari pengeringa adalah

memperkecil volume dan berat bahan dibanding kondisi awal sebelum

pengeringan. Sehingga, akan menghemat ruang (Rahman dan Yuyun, 2005).

Pengeringan produk atau hasil pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor,

(27)

air. Ukuran bahan juga mempengaruhi cepat lambatnya pengeringan. Selain itu

jenis alat pengering juga mempengaruhi proses pengeringan (Taib, dkk, 1988).

Kelembaban udara (RH) juga mempengaruhi proses pengeringan.

Kelembaban udara berbanding lurus dengan waktu pengeringan. Semakin tinggi

kelembaban udara maka proses pengeringan (waktu pengeringan) akan

berlangsung lebih lama. Apabila bahan pangan dikeringkan dengan menggunakan

udara sebagai medium pengering, maka semakin panas udara tersebut semakin

cepat perngeringan. Berbeda dengan RH, kecepatan aliran udara berbanding

tebalik dengan waktu pengeringa. Semakin tinggi kecepatan aliran udara, proses

pengeringan akan berjalan lebih cepat (Brooker, dkk., 1981).

Faktor lain yaitu kadar air bahan yang dikeringkan bahwa pengeringan

bertujuan untuk mengurangi kadar air bahan untuk menghambat perkembangan

organisme pembusuk. Kadar air suatu bahan berpengaruh terhadap banyaknya air

yang diuapkan dan lamanya proses pengeringan. Kadar air bahan pangan dapat

dinyatakan sebagai kadar air basi kering dan kadar air basis basah. Kadar air basis

kering adalah perbandingan berat air dalam bahan dengan berat bahan keringnya.

Kadar air basis basah adalah perbandingan berat air dalam bahan dengan berat

bahan total (Heldman and Signh, 1981).

Pada bagian tugas akhir ini akan dilakukan simulasi pada pengeringan tipe

wadah dengan menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi pemanas udara

pengering.

2.3 Matahari (Surya) 2.3.1 Karakteristik Matahari

Matahari adalah bintang terdekat dari bumi. Seperti halnya bintang yang

lain, matahari memancarkan cahayanya sendiri. Cahaya yang terpancar dari

matahari disebabkan oleh adanya reaksi fusi nuklir yang terjadi di inti matahari.

Selain memancarkan cahaya, matahari juga menghasilkan energy yang sangat

besar dalam bentuk panas. Energi dari proses reaksi di inti hingga terhantar ke

(28)

reaksi nuklir di inti dan proses penghantarannya di bagian dalam matahari

menyebabkan matahari selalu beraktivitas secara dinamis sepanjang waktu.

Gambar 2.1 Matahari

a) Inti matahari

Matahari bukanlah satu benda padat yang homogen, tetapi seperti bola gas raksasa yang terdiri atas lapisan- lapisan yang berbeda. Pada

bagian inti, reaksi fusi nuklir berlangsung pada suhu sekitar 15 juta derajat

Celcius. Inti matahari mengsisi sepertiga jari-jari terdalam dari matahari.

Di sini, bergabung empat inti hydrogen membentuk satu buah inti helium.

Reaksi ini menghasilkan energy yang sangat besar dalam bentuk

gelombang electromagnet dan partikel. Energi yang besar ini kemudian

merambat ke bagian yang lebih luar melalui cara radiasi atau pancaran.

b) Daerah radiasi

Bagian dalam matahari yang menghantarkan energy secara radiasi disebut sebagai daerah radiasi (radiation zone). Daerah radiasi ada pada

bagian terluar inti matahari hingga jarak sekitar 0.8 jari-jari matahari.

Daerah radiasi memiliki kerapatan yang sangat tinggi sehingga gelombang

elektromagnetik dari inti matahari membutuhkan waktu hingga ratusan

ribu tahun untuk sampai di bagian terluarnya. Pada bagian dasar daerah

radiasi, suhunya mencapai 7 juta derajat Celcius, sedangkan bagian

luarnya memiliki suhu 2 juta derajat Celcius.

(29)

Di bagian luar daerah radiasi terdapat daerah konveksi. Di bagian ini, energy menjalar ke permukaan matahari melalui proses konveksi atau

aliran. Aliran energy ini terbawa oleh medium plasma yang mengisi

daerah konveksi. Plasma adalah gas yang terionisasi oleh suhu yang sangat

tinggi sehingga electron-elektronnya terpisah dari atom atau molekulnya .

Pada daerah konveksi, aliran plasma begitu kompleks sehingga

menghasilkan medan magnet yang berfluktuasi sepanjang waktu.

Dinamika medan magnet ini sangat aktif sehingga mempengaruhi

munculnya beragam aktivitas di permukaan matahari. Aktivitas matahari

ini kadang teramati dari bumi dan sering mengakibatkan pengaruh yang

besar terhadap kondisi cuaca antariksa secara keseluruhan.

Bagian matahari yang terlihat dari bumi adalah permukaan matahari atau

fotosfer. Fotosfer terletak di atas daerah konveksi. Suhu di fotosfer sekitar 6000

derajat Celcius. Sebagian dari proses konveksi tampak di fotosfer berupa luapan

plasma seperti gelembung yang disebut granula. Di fotosfer juga terjadi beberapa

aktivitas matahari akibat dari dinamika medan magnet di daerah konveksi.

Di atas fotosfer terdapat lapisan atmosfer matahari yang disebut kromosfer.

Kromosfer memiliki suhu antara 4500 hingga 25.000 derajat Celcius. Suhu di atas

kromosfer meningkat dengan tajam hingga mencapai 2 juta derajat Celcius pada

daerah yang dinamakan korona. Meskipun jauh lebih panas dari permukaan

matahari, korona lebih redup darinya sehingga tidak tampak dari bumi kecuali

pada saat gerhana matahari. Pada bagian atmosfer matahari ini terjadi beberapa

aktivitas matahari yang dapat berpengaruh pada cuaca anatraiksa.

2.3.2 Teori Dasar Radiasi Surya

Radiasi adalah proses perpindahan panas tanpa melalui media. Bila energi

radiasi menimpa permukaan suatu bahan, maka sebagian akan dipantulkan

(refleksi) , sebagian lagi akan diserap (absorbsi) dan sebagian lagi akan diteruskan

(transmisi). Kebanyakan benda padat tidak bisa mentransmisikan radiasi thermal

(30)

Gambar 2.2 Radiasi surya

Terdapat dua jenis pantulan radiasi yaitu spekular dan diffuse. Jika sudut

pantulan radiasi sama, maka pantulannya disebut spektular. Jika sudut

pantulannya beragam ke semua arah maka pantulannya adalah diffuse.

Atmosfer bumi terdiri atas empat lapisan dari yang terdekat dari permukaan

bumi yaitu troposfer (0-10 km), stratosfer (10-40 km), mesosfer (40-50 km), dan

thermosfer (50-300 km).

Gambar 2.3 Lapisan atmosfer bumi

Radiasi yang sampai di lapisan thermosfer dilambangkan (Gon). Radiasi

yang diteruskan ke permukaan bumi dilambangkan (Gbeam). Radiasi akibat

(31)

2.3.3 Rumusan Radiasi Surya

Matahari mempunyai diameter 1,39×109 m. Bumi mengelilingi matahari

dengan lintasan berbentuk ellipse dan matahari berada pada salah satu

pusatnya. Jarak rata-rata matahari dari permukaan bumi adalah 1,49×1011 m.

Lintasan bumi terhadap matahari berbentuk ellipse, maka jarak antara bumi

dan matahari adalah tidak konstan. Jarak terdekat adalah 1,47x1011 m yang terjadi

pada tanggal 3 Januari 2011,dan jarak terjauh pada tanggal 3 juli dengan jarak

1,52x1011 m. Karena adanya perbedaan jarak ini, menyebabkan radiasi yang

diterima atmosfer bumi juga akan berbeda.

Gambar 2.4 Pergerakan bumi terhadap matahari

Untuk menghitung radiasi pada hari ke- n, diperlukan rumusan Duffie dan

(32)

Persamaan radiasi pada atmosfer yang diajukan oleh Spencer pada tahun

1971.

Gon = Gsc (1,00011 + 0,034221 cos B + 0,00128 sin B + 0,000719 cos 2B

+ 0,000077 sin 2B) ... .(2.1)

dengan nilai B (konstanta hari) sebagai berikut :

B =

n−1 360

365

...

(2.2)

Dimana : Gsc = Daya radiasi rata-rata yang diterima atmosfer bumi (1367 W/m2)

B = konstanta yang bergantung pada nilai n

Gon= radiasi yang diterima atmosfer bumi (W/m2)

Nilai n bergantung pada urutan hari (i)

Tabel 2.1 Urutan Hari Berdasarkan Bulan

Bulan N

Januari I

Februari 31+i

Maret 59+i

April 90+i

Mei 120+i

Juni 151+i

Juli 181+i

Agustus 212+i

September 243+i

Oktober 273+i

November 304+i

(33)

Beberapa Istilah yang biasanya dijumpai pada perhitungan radiasi adalah :

a) Air Mass (m)

Adalah perbandingan massa udara sampai ke permukaan bumi pada

posisi tertentu dengan massa udara yang dilalui sinar jika matahari

tepat pada posisi zenit. Artinya pada posisi tegak lurus (zenit =0) nilai

m=1 , pada sudut zenith 600, m=2. Pada sudut zenit dari 00-700.

Adalah laju energi radiasi yang diterima suatu permukaan persatuan

luas permukaan tersebut Solar irradiance biasanya disimbolkan

dengan G. Dalam bahasa Indonesia besaran ini biasanya disebut

dengan Intensitas radiasi.

f) Irradiation atau Radian Exposure (J/m2)

Jumlah energi radiasi (bukan laju) yang diterima suatu permukaan dalam

interval waktu tertentu. Besaran ini didapat dengan mengintegralkan G

pada interval waktu yang diinginkan, misalnya untuk 1 hari biasa

disimbolkan H dan untuk 1 jam biasa disimbolkan I.

g) Solar Time atau Jam Matahari

Adalah waktu berdasarkan pergerakan semu matahari di langit pada

tempat tertentu. Jam matahari (disimbolkan ST) berbeda dengan

penunjukkan jam biasa (standard time, disimbolkan STD).

(34)

ST =STD ±4(Lst-Lloc)+E ………. (2.4)

Dimana : STD = waktu lokal

Lst = standart meridian untuk waktu lokal (o)

Lloc = derajat bujur untuk daerah yang dihitung (o) ; untuk bujur

timur, digunakan -4, untuk bujur barat digunakan +4

E = faktor persamaan waktu

Pada persamaan ini Lststandard meridian untuk waktu lokal. Lloc adalah

derajat bujur daerah yang sedang dihitung, jika daerah yang dihitung ada

pada bujur timur, maka gunakan tanda minus didepan angka 4 dan jika bujur

barat adalah tanda plus. E adalah equation of time, dalam satuan menit

dirumuskan oleh Spencer pada tahun 1971.

E = 229,2(0,000075 + 0,001868 cos B - 0,032077 sin B - 0,014615 cos 2B -

0,04089 sin 2B ... .(2.5)

Dimana : B = konstanta yang bergantung pada nilai n

E = faktor persamaan waktu

Dalam menentukan arah radiasi terdapat beberapa sudut yang harus

diketahui. Dapat dilihat pada gambar 2.6. Beberapa sudut untuk mendefenisikan

arah radiasi matahari.

(35)

Slope adalah sudut antara permukaan yang dianalisis dengan

horizontal. ζilai 0 ≤ ≤ 900. permukaan adalah sudut penyimpangan sinar

pada bidang proyeksi dimana 0o pada selatan dan positif ke barat. Sudut

penyinaran θ (angle accident) adalah sudut yang dibentuk sinar dan garis

normal dari suatu permukaan. Sudut zenith θz adalah sudut yang dibentuk

garis sinar terhadap garis zenith. Sudut ketinggian matahari αs (solar altitude

angel) adalah sudut antara sinar dengan permukaan. Sudut azimut matahari s

adalah sudut antara proyeksi matahari terhadap se latan, ke timur adalah negatif

dan ke barat adalah positif.

Sudut lain yang sering digunakan dalam menentukan jumlah radiasi

yang dapat diterima oleh sebuah permukaan di bumi antara lain sudut deklinasi

, yaitu kemiringan sumbu matahari terhadap garis normalnya. Kemudian sudut jam ω adalah sudut pergeseran semu matahari dari dari garis siang.

Perhitungan berdasarkan jam matahari (ST), setiap berkurang 1 jam, ω

berkurang 150 dan setiap bertambah 1 jam, ω bertambah 150. Artinya tepat

pukul 1β.00 siang, ω=0 , pukul 11.00 pagi ω= -150 dan pukul 14.00, ω = γ00.

Spencer (1971) mengajukan persamaan untuk menghitung sudut deklinasi :

 = C1 + C2CosB + C3sinB + C4cos2B + C5sin2B + C6cos3B + C7sin3B……..(2.6)

zenith. Cosinus sudut zenith dapat dicari melalui persamaan berikut.

(36)

Dimana z = sudut zenith

= sudut posisi lintang

 = sudut deklinasi.

ω = sudut jam matahari.

Sudut jam matahari (ω) dihitung berdasarkan jam matahari. Definisi sudut

jam matahari adalah sudut pergeseran semu matahari dari garis siangnya.

Perhitungan berdasarkan jam matahari (ST), setiap berkurang 1 jam , ω berkurang

15o, setiap bertambah 1 jam, ω bertambah 15o .

Dengan estimasi langit cerah, radiasi matahari yang diteruskan dari

atmosphere ke permukaan bumi (Duffle, 2006) adalah,

b = ao + a1 exp −k

Tabel 2,2 Faktor Koreksi Iklim

Iklim ro r1 rk

Tropical 0,95 0,98 1,02

Midatude summer 0,97 0,99 1,02

Subarctic Summer 0.99 0,99 1,01

(37)

Radiasi beam adalah radiasi yang langsung di transmisikan dari atmosphere

ke permukaan bumi. Adapun persamaan yang digunakan untuk mencari radiasi

beam :

Gbeam = Gon b cos θz ... (2.10)

Dimana : Gon = radiasi yang diterima atmosphere (W/m2)

b = faksi radiasi yang diteruskan ke bumi

cos θz = cosinus sudut zenith

Gbeam = radiasi yang ditransmisikan dari atmosphere ke

permukaan bumi (W/m2)

Radiasi diffuse adalah radiasi yang di pantulkan ke segala arah, dan

kemudian dimanfaatan. Adapun persamaan yang digunakan untuk mencari radiasi

diffuse adalah :

Gdifuse = Gon cos θz (0,271 –0,β94 b) ... (2.11)

dimana : Gdifuse = Radiasi yang dipantulkan ke segala arah dan kemudian

dapat dimanfaatkan.

Gon = radiasi yang diterima atmosphere (W/m2)

b = faksi radiasi yang diteruskan ke bumi

cos θz = cosinus sudut zenith

Radiasi total adalah jumlah dari radiasi beam dan radiasi diffuse seperti

pada persamaan berikut :

Gtotal = Gbeam + Gdifuse ... (2.12)

Radiasi yang dapat ditangkap oleh luasan kolektor dengan asumsi effisiensi

kaca 90%, intensitas radiasi diperoleh dari alat ukur, dan dihitung permenit,

sehingga energi radiasi dapat di hitung mengunakan rumus :

(38)

Dimana: Q = Energi Radiasi (J)

I = Intensitas radiasi (W/m2)

A = Luas penampang kolektor(m2)

Δt = Selang waktu perhitungan (s)

2.4 Kolektor Surya

Kolektor surya merupakan sebuah alat yang mampu menyerap sinar radiasi

matahari, sehingga dapat memanaskan udara yang ada di dalam ruang kolektor

tersebut. Panas di dalam ruang kolektor dapat digunakan untuk berbagai keperluan

salah satunya adalah untuk pengeringan di dalam bidang pertanian.

Kolektor datar dan konsentrator merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan energi radiasi surya sedemikian sehingga energi termal yang

dihasilkan dapat dimanfaatkan secara lebih praktis untuk berbagai proses.

Kolektor surya yang pada umumnya memiliki komponen-komponen utama, yaitu:

a) Cover (penutup) transparan

Cover berfungsi untuk meyerap panas dari sinar radiasi matahari dan

untuk mengurangi rugi panas secara konveksi menuju lingkungan.

b) Absorber

Absorber berfungsi untuk menyerap panas dari radiasi cahaya matahari

dan dengan panas tersebut digunakan untuk memanaskan udara yang ada

di dalam kolektor.

c) Kanal

Kanal berfungsi sebagai saluran transmisi fluida kerja atau tempat

mengalirnya udara panas dari dalam kolektor menuju ruang pengeringan .

d) Isolator

Isolator berfungsi meminimalisasi kehilangan panas secara konduksi dari

absorber menuju lingkungan.

e) Frame

(39)

Gambar 2.7 Komponen-komponen umum kolektor

Panas dari absorber dimanfaatkan melalui penukar panas ke media

pembawa panas. Media pembawa panas yang umum digunakan dapat merupakan

udara atau air. Ketika menggunakan air sebagai media, absorber akan

mengkonduksikan panas menuju ke permukaan pipa-pipa bagian luar. Selanjutnya

berlangsung konduksi panas dari permukaan luar ke permukaan dalam. Dengan

proses konveksi, panas akan berpindah dari permukaan dalam ke air yang

mengalir di dalam pipa tersebut, sehingga suhu air akan meningkat. Air dengan

suhu yang tinggi kemudian dimanfaatkan pada di bagian lain di luarkolektor datar.

Proses yang mirip terjadi ketika udara digunakan sebagai media pembawa panas,

namun dalam hal ini pipa jarang digunakan. Udara di atas (atau di bawah)

absorber dipanaskan melalui proses konveksi akibat kontak langsung dengan

absorber. Udara dengan suhu tinggi ini kemudian dialirkan keluar kolektor untuk

dimanfaatkan pada proses-proses yang memerlukan udara panas.

Kinerja sebuah kolektor surya akan bergantung dari karakteristik

absorptivitas dari absorber, transmisivitas dari bahan transparan, overall heat

transfer coefficient (koefisien pindah panas keseluruhan) dari insulator, bahan

transparan serta absorber.

Absorbtivitas merupakan porsi cahaya yang diserap oleh suatu objek;

transmisivitas merupakan porsi cahaya yang diteruskan oleh suatu objek;

sedangkan koefisien pindah panas keseluruhan merupakan daya hantar panas atau

(40)

Terdapat empat jenis kolektor surya yang diklasifikasikan ke dalam Solar

Thermal Collector System dan juga memiliki korelasi dengan pengklasifikasian

kolektor surya berdasarkan dimensi dan geometri dari receiver yang dimilikinya

yaitu :

a) Flat-Plate Collectors ( Kolektor Pelat Datar )

Keuntungan utama dari sebuah kolektor surya plat datar adalah bahwa

memanfaatkan kedua komponen radiasi matahari yaitu melalui sorotan

langsung dan sebaran, tidak memerlukan tracking matahari dan juga

karena desainnya yang sederhana, hanya sedikit memerlukan perawatan

dan biaya pembuatan yang murah. Pada umumnya kolektor jenis ini

digunakan untuk memanaskan ruangan dalam rumah, pengkondisian

udara, dan proses-proses pemanasan dalam industri.

Tipe ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada

temperatur di bawah 100°C. Spesifikasi tipe ini dapat dilihat dari

absorber-nya yang berupa plat datar yang terbuat dari material dengan konduktivitas

termal tinggi, dan dilapisi dengan cat berwarna hitam. Kolektor pelat datar

memanfaatkan radiasi matahari langsung dan terpencar (beam dan

diffuse), tidak membutuhkan pelacak matahari, dan hanya membutuhkan

sedikit perawatan. Aplikasi umum kolektor tipe ini antara lain digunakan

untuk pemanas air, pemanas gedung, pengkondisian udara, dan proses

panas industri. Komponen penunjang yang terdapat pada kolektor pelat

datar antara lain; transparent cover, absorber, insulasi, dan kerangka

(41)

b) Prismatic Solar Colector ( Kolektor Surya Prismatik )

Kolektor surya tipe prismatik dapat digolongkan dalam kolektor plat datar

dengan permukaan kolektor berbentuk prisma yang tersusun dari 4 bidang

yang membentuk prisma, 2 bidang berbentuk segi-tiga sama kaki dan 2

bidang yang lain berbentuk segi-empat siku-siku. Keunggulan dari

kolektor surya tipe prismatik ini adalah kemampuannya untuk dapat

menerima energi radiasi matahari dari segala posisi matahari.

Gambar 2.9 Kolektor surya prismatic

c) Concentrating Collectors ( Kolektor Surya Konsentrasi )

Jenis ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada

temperatur antara 100° – 400°C. Kolektor surya jenis ini mampu

memfokuskan energi radiasi cahaya matahari pada suatu receiver,

sehingga dapat meningkatkan kuantitas energi panas yang diserap oleh

absorber. Berdasarkan komponen absorber-nya jenis ini dikelompokan

(42)

Gambar 2.10 Kolektor surya konsentrator

d) Evacuated Tube Collectors

Jenis ini dirancang untuk menghasilkan energi panas yang lebih tinggi

dibandingkan dengan tiga jenis kolektor surya sebelumnya.

Keistimewaannya terletak pada efisiensi transfer panasnya yang tinggi

tetapi faktor kehilangan panasnya yang relatif rendah. Hal ini dikarenakan

fluida yang terjebak diantara absorber dan cover-nya dikondisikan dalam

keadaan vakum, sehingga mampu meminimalisasi kehilangan panas yang

terjadi secara konveksi dari permukaan luar absorber menuju lingkungan.

(43)

2.5 Perpindahan Panas

Apabila dua logam saling berhimpitan dan suhu-suhu benda itu berbeda,

maka akan terjadi proses perpindahan panas dari benda yang panas menuju benda

yang lebih dingin, sehingga menyebabkan suhu keduanya menjadi sama.

Perpindahan panas dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu perpindahan panas

konduksi, konveksi, dan radiasi. Untuk lebih mengetahui defenisi dari klasifikasi

perpindahan panas ini dapat kita lihat pada penjelasan di bawah ini.

2.5.1 Perpindahan Panas Konduksi

Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas dari partikel

yang bertemperatur tinggi ke partikel yang bertemperatur rendah sebagai hasil

dari interaksi antar partikel tersebut. Karena partikelnya tidak berpindah,

umumnya konduksi terjadi pada medium padat atau benda padat lainnya.

Perpindahan panas di sini terjadi akibat interaksi antara partikel tanpa diikuti

perpindahan partikelnya. Dimana pada alat ini terjadi pada peristiwa kehilangan

panas dari kolektor surya yang hilang melewati dinding-dinding dari kolektor.

Gambar 2.12 Perpindahan panas konduksi.

Secara matematik laju perpindahan panas konduksi dapat dinya takan dengan

Hukum Fourrier :

.

dx dT kA Qc 

………...……….

(44)

Dimana :

.

Q

c = laju perpindahan panas (Watt)

k = konduktivitas thermal ( W /m.K)

A = luas penampang yang terletak pada aliran panas (m2)

     

dx dT

= gradien temperatur dalam aliran panas (K/m)

2.5.2 Perpindahan Panas Konveksi

Perpindahan panas secara konveksi adalah adalah perpindahan panas antara

permukaan padat yang berbatasan dengan fluida yang mengalir. Fluida di sini bisa

dalam fasa cair atau fasa gas. Syarat utama mekanisme perpindahan panas

konveksi adalah adanya aliran fluida. Perpindahan panas konveksi pada alat ini

terjadi pada fluida kerja yang digunakan (udara).

Gambar 2.13 Perpindahan panas konveksi.

Perpindahan panas konveksi pada saluran kolektor sangat dipengaruhi oleh

bilangan Reynold, apakah laminar maupun turbulent.Bilangan Reynold pada plat

(45)

Gambar 2.14 Perpindahan panas konveksi pada plat datar.

Bilangan Reynold dirumuskan dengan,

 VL

Re  ……….…..………...…… (β.15)

Dimana : Re = bilangan Reynold

V = kecepatan rata-rata dari fluida (m/s)

L = panjang kolektor( m )

ρ = massa jenis ( kg/m3)

μ = viskositas dinamik (kg/m.s)

Dengan pembagian jenis aliran berdasarkan bilangan Reynold sebagai berikut:

Re < 5x105 Laminar

Re > 5x105 Turbulen

Untuk laju perpindahan panas dapat dinyatakan de ngan persamaan sebagai

berikut :

. .

) ( 

hAT T

Qh s

………...………….……….. (β.16)

Dimana, h = koefisien konveksi ( W / m2. K )

A = luas permukaan kolektor surya (m2)

s

(46)

T∞ = temperatur udara lingkungan( K )

.

Q = laju perpindahan panas ( Watt )

2.5.3 Perpindahan Panas Radiasi

Perpindahan panas secara radiasi adalah proses perpindahan panas melalui

gelombang elektromagnetik atau paket-paket energi (photon) yang dapat dibawa

sampai pada jarak yang sangat jauh tanpa memerlukan interaksi dengan medium.

Berbeda dengan mekanisme konduksi dan konveksi, radiasi tidak membutuhkan

medium perpindahan panas. Sampainya sinar matahari kepermukaan bumi adalah

adalah contoh yang paling jelas dari perpindahan panas radiasi. Perpindahan panas

radiasi pada alat ini terjadi padakolektor surya.

Gambar 2.15 Perpindahan panas radiasi.

Perpindahan panas secara radiasi dirumuskan sebagai,

.

4

. . . s s

r E T

Q  ………...………..………..…….. (2.17)

Dimana: Qr = laju perpindahan panas radiasi (W)

 = emisivitas panas permukaan ( 0  1)

 = konstanta Stefan Boltzmann (5,67 x 10-8 W/m2K4)

(47)

2.5.4 Perpindahan Massa

Koefisien perpindahan massa (mass transfer coefficient) mempunyai

analogi dengan koefisien perpindahan panas, sehingga dapat didefinisikan seperti

halnya perpindahan panas.

= 12 ……….(β.18)

Difusivitas yang terjadi pada keadaan steady yang melintasi ketebalan

lapisan batas setebal Δy, adalah :

= 1− 2

 = 1− 2 ……….(β.19)

Berdasarkan hukum-hukum fenomena dalam persamaan yang mengatur

perpindahan massa, momentum dan energi mempunyai keserupaan, sehingga

profil suhu, kecepatan dan konsentrasi mempunyai bentuk yang sama dalam

fenomena lapisan batas.

Karena fenomena yang terjadi dalam lapisan batas mempunyai analogi

terhadap hubungan antara profil kecepatan, profil konsentrasi massa dan profil

suhu sehingga dalam persoalan perpindahan panas, hubungan fungsional koefisien

pindah panas dapat dituliskan dalam bentuk :

= , ………..……….(β.β0)

sedangkan dalam hal perpindahan massa, hubungan fungsional koefisien pindah

massa dapat dinyatakan dalam bentuk :

= , ………...………..(β.β1)

Bilangan Schmidt (SC=v/DAB) menyatakan perbandingan antara profil

kecepatan dan konsentrasi, sedangkan untuk profil suhu dan konsentrasi

dinyatakan dalam bentuk bilangan Lewis (Le =α/DAB). Keserupaan antara

persamaan-persamaan yang mengatur perpindahan massa, momentum dan energi

(48)

perpindahan massa mempunyai analogi dengan koefisien perpindahan panas.

Hubungan empirik untuk koefisien perpindahan massa ini dinyatakan oleh

Gilliland (1934) dalam Holman (1981) dalam bentuk persamaan :

= 0.023  0.83 0.44 ……….(β.ββ)

Analogi Reynold untuk perpindahan panas dengan koefisien gesek pada

lapisan batas dapat pula digunakan untuk menentukan koefisien perpindahan

massa dengan koefisien gesek pada lapisan batas, pada aliran laminar, Holman,

J.P, (1981) memberikan bentuk persamaan seperti berikut :

untuk perpindahan panas :

  2

3=

8 ………(β.β3)

untuk perpindahan massa :

  2

3=

(49)

BAB III

METODOLOGI PENGUJIAN

3.1 Waktu danTempat Pengujian

Waktu pengujian: Januari 2014 - April 2014

Lokasi pengujian: Gedung Magister Pascasarjana Teknik Mesin, fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan 3.2.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah:

1. Alat Pengering Tenaga Surya

Gambar 3.1 Alat pengering

Spesifikasi :

Kolektor : Tipe : Plat bersirip

Luas : 2 x 1,7613 m2

Sudut Kemiringan : 45o

(50)

2. Komputer

Digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang telah didapatkan dari

Hobo Microstation data logger dan Agilient 34972 A.

Gambar 3.2 Komputer

Spesifikasi :

a. MSi VR440 series

b. Intel pentium dual-core processor

c. 14"widescreen

d. Os: Microsoft windows xp

3. Agilient 34972 A

Alat ini dihubungkan dengan termokopel yang dipasang pada titik-titik yang

akan diukur temperaturnya. Pencatatan data pengukuran disimpan pada

flashdisk yang dicolokkan pada bagian belakang alat ini.

(51)

Dengan Spesifikasi :

a. Daya 35 Watt

b. Jumlah saluran termokopel 20 buah

c. Tegangan 250 Volt

d. Mempunyai 3 saluran utama

e. Dapat memindai data hingga 250 saluran per detik

f. Mempunyai 8 tombol panel dan sistem kontrol

g. Fungsional antara lain pembacaan suhu termokopel, Resistance

Temperature Detector (RTD), dan termistor,serta arus listrik AC

4. Hobo Microstation Data Logger

Alat ini di hubungkan ke data logger untuk kemudian dihubungkan ke

komputer untuk diolah datanya. Dengan Spesifikasi :

Skala Pengoperasian : 200– 500C dengan baterai alkalin

400 – 700C dengan baterai litium

Input Sensor : 3 buah sensor pintar multi channel monitoring

Ukuran : 8,9 cm x 11,4 cm x 5,4 cm

Berat : 0,36 kg

Memori : 512Kb Penyimpanan data nonvolatile flash.

Interval Pengukuran : 1 detik – 18 jam (tergantung penggunaan)

Akurasi waktu : 0 - 2 detik

(52)

Terdapat beberapa alat ukur pada Hobo Microstation data logger yaitu :

1. Pyranometer

Alat ini digunakan untuk mengukur radiasi matahari pada suatu lokasi.

Satuan alat ukur ini adalah W/m2.

Tabel 3.1 Spesifikasi pyranometer

Parameter pengukuran

intensitas radiasi dengan interval 1 detik

Rentang

Pengukuran 0 sampai 1280 W/m

2

Temperatur kerja Temperature: -40°C to 75°C (-40°F to 167°F)

Akurasi

±10.0 W/m2or ±5% . Tambahan temperatur error 0.38 W/m2/°C from 25°C (0.21 W/m2/°F

from 77°F)

Resolusi 1.5 W/m2

Penyimpangan <±2% per Year

Spektrum cahaya 300 to 1100 nm

Error kosinus

±5%: 0° to 70° dari Vertical

±10%: 70° to 80° dari Vertical

Error Azimuth ±2% Error pada 45° dari Vertical, 360°

Rotation

Housing Anodized Aluminum Housing with Acrylic

Diffuser and O-Ring Seal

Panjang kabel 3 Meters (9.8 ft)

Berat 120 grams (4.0 oz)

Dimensi 41mm Height x 32mm Diameter (1 5/8" x 1

(53)

2. Wind Velocity Sensor

Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan angin. Satuan alat

ukur ini adalah m/s. Berikut adalah spesifikasi wind velocity sensor.

Tabel 3.2 Spesifikasi Wind Velocity sensor

Parameter pengukuran

Kecepatan angin rata-rata

Kecepatan angin terttinggi

Data Channels 2 Channel, 1 Port

Rentang pengukuran 0 to 45 m/s (0 to 100 mph)

Operasi kerja Temperatur: -40C to 75C (-40F to 167F)

Akurasi ±1.1 m/s (2.4 mph) atau 4%

Resolusi 0.38 m/s (0.85 mph)

Ambang batas awal 1 m/s (2.2 mph)

Kecepatan angin

maksimum 54 m/s (120 mph)

Radius pengukuran 3 Meter

Housing

3 buah Anemometer dengan bantalan TEFLON Bearings dan poros Hardened

Beryllium

Panjang kabel 3.0 Meters (10 ft)

Dimensi 190 cm x 51 cm (7.5" x 3.2")

Berat 300 gram (10 oz)

3. Ambient Measurement apparatus

Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur lingkungan sekitar.

(54)

Tabel 3.3 Spesifikasi Measurement apparatus

Rentang

pengukuran -40°C to 125°C (-40°F to 257°F)

Akurasi ±0.22°C at 25°C (±0.4°F at 77°F) see

Diagram

Resolusi 0.02°C @ 25°C (0.04°F @ 77°F)

Penyimpangan 0.05°C/yr + 0.1°C/1000 hrs above 100°C

Waktu Respon

Water: 3.5 minutes to 90%

Air: 10 minutes to 90% ( Moving at 1m/sec)

Akurasi Waktu ±2 Minutes per Month at 25°C (77°F)

Sampling Rate 1 Second to 18 Hours

kapasitas

penyimpanan data 43,000 12-bit Samples/Readings

Konstruksi housing 316L Stainless Steel with O-ring seal

Tekanan/kedalaman

kerja 2200 psi (1500 m/4900 ft) maximum

Lingkungan kerja Air, Water, Steam (0 to 100% RH)

Berat 72 g (2.5 oz)

Dimensi 10.1cm long x 1.75cm diameter

4. T and RH Smart Sensor

Alat ini digunakan untuk mengukur kelembaban. Besarnya nilai yang

diukur oleh alat ini dalam persen (%).

Tabel 3.4 Spesifikasi T and RH smart sensor

Channel 1 Channel kelembapan

Rentang pengukuran -40°C - 100 °C (-40°F - 212°F)

(55)

Resolusi < ±0.03°C dari 0 °C - 50°C (< ±0.054°F dari 32°F - 122°F) Penyimpangan < ±0.1°C (0.18°F)/tahun

Waktu Respon kurang 2.5 Menit sampai RH 90% dalam 1 m/det gerakan udara

Housing Stainless Steel Sensor Tip Pilihan operasi

pengukuran Tersedia

Kondisi Lingkungan kabel dan Sensor Tahan air selama 1 tahun dengan Temperatursampai 50°C Berat w/ 17 Meter Cable: 880 grams (12.0 oz) Dimensi 7 mm x 38 mm (.28" x 1.50") - (Sensor saja)

Gambar 3.5 Alat ukur Hobo Microstation data logger

Keterangan :

Load Cell digunakan untuk mengukur berat produk yang akan dikeringkan

secara real time dengan menggunakan data aquistion (agilent). Alat ini

digunakan selama pengeringan. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa

besar pengurangan berat produk setelah mengalami proses pengeringan

dengan alat pengering. 1

3 2

(56)

Gambar 3.6 load cell

Tabel 3.5 Spesifikasi load cell

Capacity 12 kg/ 25 lb

Operating temp. range -20 to +60º C

Accuracy 3 gr/0,1 oz

Zero balance ±0,1000mv/V

Safe overload 150% R.C.

Cable length 42 cm

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah:

1. Ubi kayu

Bahan yang dipergunakan dalam proses pengeringan ini adalah ubi kayu yang

berkadar air sekitar ± 65%. Sebelum dikeringkan ubi kayu dikupas, lalu

dibentuk menjadi bentuk bujur sangkar dengan ukuran ± 1 cm x 1 cm x 1 cm,

dan jenis ubi yang digunakan adalah ubi roti.

(57)

2. Triplek

Bahan ini digunakan sebagai kerangka luar dari pada solar collector yang

akan dibuat. Juga digunakan sebagai isolator.

Gambar 3.8 Triplek

3. RockWool

Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator, digunakan untuk mencegah

panas dari solar collector hilang keluar. Jenis RockWool yang dipakai adalah

jenis Wire Mesh yang memiliki konduktivitas 0.043 �.

Gambar 3.9 Rockwool

4. Kaca

Bahan ini digunakan sebagai jalur masuknya radiasi matahari. Digunakan

(58)

Gambar 3.10 Kaca

5. Styrofoam

Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator, digunakan untuk mencegah

panas dari solar collector hilang keluar.

Gambar 3.11 Styrofoam

6. Plat Seng

Bahan ini digunakan sebagai absorber. Plat Seng yang memiliki konduktivitas

yang bagus dan di beri cat hitam agar radiasi yang masuk pada solar collector

akan diserap sepenuhnya oleh plat seng.

(59)

7. Lem kaca

Bahan ini digunakan untuk merekatkan kaca pada kolektor agar kaca dapat

menempel dengan kuat pada kolektor.

Gambar 3.13 Lem Kaca

8. Cat

Bahan ini digunakan untuk mencat plat seng. Cat yang digunakan adalah

cat berwarna gelap (hitam).

Gambar 3.14 Cat

3.3 Experime ntal Set Up

Pengujian dimulai dengan menghubungkan kabel-kabel termokopel yang

terhubung ke agilent ditempelkan ke plat absorber, inti ubi kayu, dan ruang

pengering (drying chamber) untuk memperoleh data-data temperature dalam

setiap menitnya (interval waktu perekaman dapat disesuaikan). Lalu pada bagian

belakang agilent dipasang flashdisk untuk merekam data-data temperature dari

setiap kabel-kabel tersebut, kemudian tekan tombol scan pada agilent. Pada load

cell alat untuk mencatat data perubahan massa dari sampel dipasang di dalam

ruang pengering, lalu dihubungkan ke laptop menggunakan kabel data USB.

(60)

dari sampel. Setelah proses perekamam selesai, data dari kedua alat ukur ini dapat

dilihat pada laptop dalam bentuk Microsoft excel

.

Gambar 3.15 Experimental set up

Adapun beberapa parameter yang akan diukur ialah :

1. Temperatur udara lingkungan

Ini adalah temperatur udara lingkungan. Data diambil menggunakan

alat ukur T & RH Smart Sensor yang terhubung ke Hobo micro

station data logger.

2. Temperatur plat.

Ini adalah temperatur plat absorber. Data diambil hanya satu titik

selama proses pengeringan, sehingga temperatur plat dianggap

seragam.

3. Temperatur ruang pengering

Ini adalah temperatur udara ruang pengering (drying chamber). Data

(61)

4. Temperatur inti ubi kayu

Ini adalah temperatur inti ubi kayu. Data diambil hanya satu titik pada

satu sampel, dimana termokopel dimasukkan kedalam inti ubi kayu

selama proses pengeringan.

5. Radiasi matahari

Ini menunjukkan seberapa besar radiasi matahari pada 1 hari dalam 1

m2. Biasanya data di hitung setiap jam, dari jam 08:00-17:00 ,

kemudian dirata-ratakan sehingga didapatkan radiasi matahari per hari.

6. Massa ubi kayu

Parameter ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengurangan massa dari ubi kayu akibat penguapan yang terjadi di

dalam ruang pengering (drying chamber) sama pi mencapai titik

equilibrium (tidak terjadi lagi penurunan massa).

3.4 Prosedur Pengujian

Ada pun prosedur pengujian yang dilakukan adalah :

1. Siapkan komponen-komponen mesin pengering (kolektor, bak

pengering, dan kaki bak pengering).

2. Pasang mesin pengering dalam posisi yang baik dan benar.

3. Pasang kabel-kabel termocouple dari agilient pada plat absorber, ruang

pengering dan inti ubi kayu.

4. Hidupkan Load cell sebelum merekam data load cell di tare kan

terlebih dahulu agar di layar laptop massa berada pada posis 0 gr.

5. Hubungkan parameter-parameter yang akan diukur ke data logger dan

laptop.

6. Timbang ubi kayudan masukkan kedalam ruang pengering.

7. Proses perekaman data dimulai.

8. Pengeringan dilakukan sampai massa ubi kayu mencapai titik

equilibrium.

9. Hasil dari pengujian di analisis.

(62)

3.5 Diagram Alir Pengujian

Dalam skripsi ini, penulis melalui beberapa proses, dapat dilihat pada

gambar

hhhjh

Gambar 3.16 Diagram Blok Proses Pengerjaan Skripsi

(63)

BAB VI

DATA DAN ANALISA DATA

4.1 Analisa Radiasi Surya (Solar Radiation)

4.1.1 Analisa Radiasi Surya (Solar Radiation) Untuk Sampel 1 Pada Tanggal 14 April 2014

a) Analisa Radiasi Surya Hasil Pengukuran

Kita dapat menghitung data radiasi surya secara pengukuran dengan

menggunakan sensor radiasi. Sensor radiasi yang digunakan pada penelitian ini

adalah Hobo Micro station Data Logger. Alat ukur Hobo Micro station Data

Logger ini dapat menghitung data radiasi surya, kecepatan angin, temperatur, dan

RH. Sehingga kita dapat melihat data-data dari sensor tersebut secara bersamaan

dalam bentuk Microsoft Excel. Sensor ini dapat mencatat data-data dalam interval

waktu 1 menit. Alat ukur Hobo Micro station Data Logger ini berada di

Laboratorium Teknik Pendingin Departemen Pasca Sarjana Teknik Mesin

Fakultas Teknik Mesin.

Data radiasi surya pada tanggal 14 April 2014 adalah :

Tabel 4.1 Data Radiasi Pengukuran 14 April 2014

Pukul

Gambar

Gambar 3.14 Cat
gambar
Tabel 4.1 Data Radiasi Pengukuran 14 April 2014
Tabel 4.2 Perhitungan Urutan Hari Berdasarkan Bulan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini digunakan kolektor surya pelat bergelombang yang bertujuan untuk menambah luasan permukaan penerima radiasi matahari, dengan demikian udara yang

judul “ Pengujian Kolektor Surya Plat Datar Untuk Pemanas Air Dengan Membandingkan Performansi Kaca Satu Dengan Kaca Berlapis Ketebalan 5mm ”. Dalam menyelesaikan

a) Plat penyerap, berfungsi untuk menyerap energi radiasi matahari yang diteruskan oleh penutup (kaca) transparan. Bahan plat yang digunakan adalah seng yang memiliki

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU.. DENGAN KACA BERLAPIS

Sistem kerja dari kolektor ini yaitu sinar matahari akan melewati kaca transparan pada kolektor dan langsung menuju lempengan konduktor penyerap panas (plat

Adapun judul dari skripsi ini yaitu ” PENGUJIAN PERFORMANSI MESIN PENGERING TENAGA SURYA DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERSIRIP DAN PRODUK YANG DIKERINGKAN CABAI

Adapun judul dari skripsi ini yaitu ” PENGUJIAN PERFORMANSI MESIN PENGERING TENAGA SURYA DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERSIRIP DAN PRODUK YANG DIKERINGKAN CABAI

Kadar air basis basah adalah perbandingan berat air dalam bahan dengan berat bahan total (Heldman and Signh, 1981). Pada bagian tugas akhir ini akan dilakukan