Kadar Fosfor (P) dalam Cairan Sulkus Gingiva
Penderita Penyakit Periodontal
Deosy Kusuma Ardiani, AgustinWulon Suci Dharmayanti, PeniPujiostuti
Perawatan Interseptif Dental Pasien Anak Penderita Cleft-Palate
AlfiniOctavia
Hubungan antara Status Gizi dengan Status Erupsi Gigi lnsisivus Sentralis Permanen Mandibula
Atiek Driano
Rahmawati, Hostomi Retriasih, Ana MedawatiPerkembangan Plasenta dan Pertumbuhan Janin pada Tikus Hamil yang Diinfeksi
Banun Kusumawardani, Yuliana
MD
Arina, Azham PurwandhonoPerbedaan Daya
Anti
bakteri
antara KlorheksidinDiglukonat 2% dan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn) Berbagai Konsentrasi (Tinjauan Terhadap Enterococcus Faecalis)
Erma Sofiani, Dhita Ar dio n M areta
Lima Komponen Penting dalam Perencanaan OSCE lndriKurniasih
Perawatan Apeksif
ikasi dengan
Pasta
KalsiumHidroksida: EvaluasiSelama 12 Bulan (Laporan Kasus) LikkyTiaroAlphianti
Pasak Fiber Reinforced Composite sebagai Penguat Restorasi Resin Komposit Kelas
lV
pada Gigi Insisivus Lateralis Kanan Maksila Nekrosis Pulpa Disertai Lesi Periapikal (Laporan Kasus)NiaWrtayanti
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Komunikasi
antara Dokter
Gigi
dan
Pasien dalam Pelayanan Perawatan Kesehatan GigiNovitasari Ratna
Astuti.
Julita
Hendrartini, Niken WidyontiSriyonoPotensi
Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia)
dalam Memutihkan Email Gigi yang Mengalami Diskolorasi Nurbaetty Rochmoh, Dwi Merry Ch.R,Sri LestoriGambaran Pengetahuan dan Kecemasan Mahasiswa
Profesi
Kedokteran
Gigi
terhadap
Human I mmunodeff iciency Virus/Acquired I mmunodeff iciencySyndrome (H lvlAl DS) di RSGM UMY
P i pi et O kti Ku s u m a stiw
i
Daya
Anti
bakteri Ekstrak Daun Sirih Merah (PiperCrocatum) terhadap
Bakteri
Enterococcus Faecalis sebagai Bahan Medikamen SaluranAkardengan MetodeDilusi
Perawatan
Apeksifikasi
dengan Pasta
Kalsium
Hidroksida:
Evaluasi
Selama 12
Bulan
(Laporan
Kasus)
Apexification Treatment
with
Calcium
Hydroxide
Paste:
I2
Months
Evaluation
(Case
Report)
Likkv
TiaraAlphianti'
tDepartemen Kedokteran
Gigi
Anak DokterGigi
Fakultas Kedokteran dan Muhammadiyah Yo gyakartaKorespondensi : drq.likky(agmaii.com
Program
Studi
PendidikanIlmu
Kesehatan UniversitasAbstrak
Gigi permanen muda dapat mengalami kematian pulpa sehingga perfumbuhan akar terhenti, apeks masih terbuka. dan saluran akar lebih lebar di bagian apeks dibanding dengan daerah serviks. Perawatan apeksifikasi bernrjuan untuk merangsang proses pembentukan apeks gigi dengan membentuk suatujaringan keras pada apeks gigi tersebut. Penulisan ar-tikel ini bertujuan melaporkan kasus perawatan pada pasien anak usia 12 tahun yang mengalami nekrose pada
gigi
22
dengan apeks yang masih terbuka. Perawatan yang dilakukan adalah apeksifikasi menggunakan bahan pasta kalsium hidroksid.Hasil radiografi penapikal 2 bulan pasca apeksifikasi, tampak ujung akar sudah mulai terkalsifikasi yang ditandai dengan adanya bercak radiopak namun masih terdapat area radiolusen pada ujung akar. Lima bulan pasca apeksifikasi, pada radiograf tampak ujung akar sudah menutup (terkalsifikasi) yang ditandai dengan adanya gambaran radiopak pada ujung akar dengan bentuk blunderbuss. Perawatan saluran akar dan penumpatan dilakukan kemudian. Evaluasi dengan radiograf 12 bulan pasca apeksifrkasi menunjukkan kondisi ujung akar yang baik (radiopak) dan tidak adaarea radiolusen pada periapikalyang merupakan tanda patologis.
Perawatan apeksifikasi menggunakan pasta kalsium hidroksid pada kasus ini menunjukkan keberhasilan dalam penutupan ujung akar setelah 5 bulan. Evaluasi 12 bulan kemudian menunjukkan kondisi ujung akar yang baik tanpa ada tanda-tanda patologis.
Kata Kunci: apeksifikasi, pasta kalsium hidroksid, CaOH
Abstract
Young permanent teeth could have pulp necrosis so that root growth will stop, meanwhile the tooth apex is still opel, and the root canal is wider at the apex than the cervical region. The goal of Apexification treatment is to stimulate the process of forming the apex of the tooth by formation of hard tissues at the tooth apex. The pulpose of this article was to report an apexification treatment case in a 12 years old child who had necrosis on
tooth22 with open apex. Apexification treatment was performed using calcium hydroxide paste.
Based on the radiography examination on two months after the treatment, the tooth apex begin to calcified, radiopaque patches were appear at the tooth apex but there was radiolucent area that still remain. Five months after apexification, from the radiograph seemed that the tooth apex has been close (calcified) entirely, which was characterized by radiopaque on the tooth apex with blunderbuss shaped. Root canal treatment (pulpectomy) and tooth filling was done aflerwards. Radiograph evaluation 12 months after the treatment showed good condition of tooth apex (radiopaque), there is no radiolusent area on periapical which was a
pathological signs.
On this case, the apexification treatment using calcium hydroxide paste demonstrated succeed in closing rhe tooth apex after 5 months. Evaluation on 12 months after the treatment showed good condition of tooth apex u'ith no pathological signs.
IDJ, Vol. 3 No. I Bulan Mei Tahun 2014
Pendahuluan
Gigi
tetap
muda
dapat
mengalami kematian pulpa yang disebabkan oleh karies (gangren), kelainan pulpa maupun periapikalatau
akibat
adanya
trauma pada
gigi, sehingga pertumbuhan akar terhenti. Apeks menjadi terbuka dan saluran akarlebih
lebardi
bagian apeks dibanding
dengan daerahserviks dan dikenal
denganbentuk
saluran akarblunderbussl.
Perawatansaluran
akar belum bisa dilakukan apabila ujung akar gigidalam
kondisi
terbuka,
maka
dari
itu
dilakukan
perawatan penutupanujung
akargigi
yang disebut apeksifikasi 2.Apeksifikasi adalah suatu
perawatanendodontik
yang
bertujuan
untuk
merang-sang
perkembangan
lebih lanjut
atalu meneruskan proses pembentukan apeksgigi
yang belum tumbuh
sempurnatetapi
sudahmengalami kematian
pulpa
dengan
mem-bentuk suatujaringan
keras pada apeksgigi
tersebut2'3.Apeksifikasi bertujuan
untuk merangsang perkembanganlebih
lanjut
atau meneruskan proses pembentukan apeks gigiyang belum tumbuh
sempurnatetapi
sudahmengalami kematian
pulpa
dengan
mem-bentuk suatujaringan
keras pada apeksgigi
tersebut2'3.
Perawatan
apeksifikasi
diindi-kasikan pada
gigi
nonvital
dimana foramenapikalnya
masih terbuka atau belum
ter-bentuk sempuma. Perawatan apeksifikasiini
tidak dilakukanjika
ada kelainan periapikala.Frank (1966)
menjelaskan terdapat
4 tipe dasar penutupan apeks setelah dilakukan apeksifikasi.Tipe
I,
saluran akar dan apeksterbentuk sesuai dengan
konfigurasi
normalakar.
Tipe
II'apabila
apeks menutup tetapisaluran
akar
tetap berbentuk
blunderbuss.Tipe
III,
tidak
terlihat
perubahan
secararadiografis tetapi
suatubarier
osteoid yangtipis
terbentuk menjadi stop pada apeks ataudekat
dengan
apeks.
Tipe
IV,
terjadi pembentukanbarier
di
dalam
saluran akar, sebelum apekst'0.lentuk
penutupan saluranakar
tergan-tung pada jenisjaringan periapikal
yang adadi
sekitar
apeks.Bila
masih terdapat
sisajaringan pulpa yang
vital, jaringan
yang ter-bentuk adalahjaringan
dentin. Pertumbuhanakar
masih
dapatberlanjut dalam
keadaan selubung epitel akar Hertwig masih utuh atauhanya
sebagianutuh,
sebaliknya
jaringan keras yang terbentuk hanya berupa jembatan yang melintang menutup daerah saluran akardi
tempat
dimana
jaringan
pulpa
dan selubung akar mengalami nekrosisl' a' 5.Indikasi
perawatanapeksifikasi
dilaku-kan
pada
gigi
dengan
kondisi
non
vital
dengan foramenapikal
terbuka atau belum terbentuk sempurna. Perawatan apeksifrkasiini
tidak
dapatdilakukan (kontra
indikasi) padagigi
pennanen mudanon
vital
dengan kelainan periapikal3.Tipe I Tipe II
Laporan
KasusSeorang anak perempuan usia 2 tahun datang
ke
klinik
gigi
pada tanggal 15 Mei
2010 dengan keluhan
gigi
depankiri
atasnyaberlubang
dan
saat
ini
terasa
sakit.Berdasarkan
riwayat
perjalanan
penyakit,gigi
tersebut pernahditambal
6
bulan
yanglalu,
danmulai 1
minggu yang
lalu
terasa sakitjika
digunakan untuk menggigit disertaigusi
pada
daerah tersebutbengkak'
Pasien tidak ditengarai mederita penyakit sistemik.Pemeriksaan
obyektif
menunjukkan, pada elemen22
terdapatkaries
kedalamanpulpa,
tes
vitalitas
gigi 22
menunjukkan sondasi(-),
CE
(-),
perkusi
(+),
dan palpasi(+).
Terdapat
pembengkakan
gingiva
di bagianlabial
gigi 22 dengan diameter 5 mm.Hasil
pemeriksaan
radiografi
periapikal menunjukkan terdapat area radiolusen pada mahkota gigi 22 mencapai pulpa, pada ujungapeks terdapat
area
radiolusen,
yang menunjukkan bahwaujung
akargigi
belum menutup sempurna.Gambar
2.
Hasil
radiografi
periapikal
yang
diambil
15Mei
2010,tampak ujung
akar gigi
22
yang belum menutup
sem-purna.
Diagnosa
Yang daPat
ditarik
berdasarkan hasil pemeriksaan subyektif dan
obyektif
pada
gigi 22
adalah
karieskedalaman pulpa (profunda) dengan necrose
pulpa
disertai
dengan abses
periapikal.Rencana perawatan
yang
akan
diberikan antaralain
trepanasi
kavitas,
apeksifikasi, perawatan saluran akar, opdent, kontrol.Penatalaksanaan Kasus
Pada kunjungan pertama tanggal 1 5
Mei
2010, dilakukan trepanasi menggunakan bur
bulat
sampai mencapai kedalaman
pulpa.Spulling dilakukan
kemudian menggunakancampuran
iod
gliserin
dan
saline
steril.Medikasi
menggunakanobat
Percosin 250mg
(S3dd)
dan
Cataflam
25 mg
(S2dd)diberikan kepada pasien. Pasien
diins-truksikan untuk kembali 3-7 hari kemudianPasien datang
kembali 1
bulan
setelah kunjunganawal yaitu
pada tanggal30
Juni2010. Pada kunjungan kedua
ini
pasien sudah tidak mengeluhkan sakit padagigi
dangusinya.
Pemeriksaanobyektif
menunjuk-kan
sondasi(-),
perkusi
(-),
palpasi(-),
CE (-). Penatalaksanaan selanjutnya adalahpera-watan
apeksifikasi,diawali
dengan pembu-kaankamar pulpa
menggunakanbur
bulat,dan
pengangkatanjaringan
pulpa
sampaidengan
menemukan
orifice.
Pengambilanjaringan
pulpa/syaraf
pada
saluran
akardilakukan
menggunakan
barbed
broach.Pengukuran
panjang
kerja
dilakukankemudian, didapatkan
hasil
20,5
mm.Preparasi
saluran akar dilakukan
denganmetode
crown down.
PreParasi
awal menggunakanK-file
no.
15 sampai masuk ke kedalaman saluranakar
sepanj ang 213 daripanjang
kerja
(t
13,5
mm)
lalu
irigasi dengan NaOCl, dilanjutkan preparasi denganfile pro-tapper
51
dengan kedalaman yang sama, kemudiandilakukan
irigasi
(NaOCl). Selanjutnya adalah preparasi denganfile
SrIDJ, Vol. 3 No. 1 Bulan Mei Tahun 2014
(20,5 mm),
setelahpanjang
kerja
tercapai dilanjutkan denganfile
Sz sampai kedalamanpanjang
kerja,
kemudian
irigasi
denganNaOCl.
Tahap selanjutnya adalah preparasidengan
file
F1, lalu
irigasi
NaOCI
dandilanjutkan
file
F2
dan
diakhiri
denganirigasi NaOCl.
Saiuran
akar
dikeringkan meggunakanpapper
point
sampai
benar-benarkering.
Aplikasi
bahan pasta kalsiumhidroksid, sambil
ditekan-tekan
ke
dalamsaluran akar sampai padat
menggunakanlentulo.
Tumpat dengan
SIK (Fuji
II).
Pengambilanronsen
foto
gigi
22.
Pasiendiinstruksikan
untuk kembali
1
bulan kemudian.Pasien
datangkembali
2
bulan
pascaperawatan
apeksifikasi, tanggal
2I
S"p-tember 2010 (kunjungan ke-3). Pemeriksaan subyetiftidak
menunjukkan adanya keluhandari pasien.
Pemeriksaanobyektif
menun-jukkan
sondasi(-), CE (-),
perkusi
(-),
danpalpasi
(-)
Berdasarkan
hasil
radiografiperiapikal,
tampak
ujung
akar
sudahterkalsifikasi,
namun masihbelum
menutup sempurna,ditandai
denganmasih
terdapat area radiolusenpada
ujung
akar
walaupunsudah
lebih
sedikit
dibandingkan
pada kunjungan sebelumnya.Lima
bulan
pasca apeksifrkasi, tanggal21
Desember2010,
pasien datang kembaliuntuk kontrol.
Pada kunjungan
ke-4
ini
pasientidak
menunjukkan
adanya keluhan. Pemeriksaanobyektif
menunjukkan
bahwa sondasi(-), CE (-),
perkusi
(-),
palpasi
(-).Hasil
pemeriksaan
radiografi
periapikalmenunjukkan
ujung
akar
sudah
menutupyang ditandai
dengan
gambaran radiopak padaujung akar dengan bentuk blunderbuss,sehingga
dapat dilanjutkan
dengan
pera-watan saluran akar. Pembongkaran fumpatan dilakukan menggunakanbur bulat.
Pengam-bilan
pastakalsium hidroksid dari
saluran akar dan sekaligus dilakukan preparasi ulang dengan tahapan sama seperti
pada kunjungan ke-2 sampai saluran akar benar-benar bersihdari
sisa-sisapasta
kalsium hidroksid
ter-sebut.Irigasi
menggunakanNaOCI
dilaku-kan
kemudian. Saluran
akar
dikeringkansampai benar-benar
kering
dengan
paperpoint.
Obturasi saluran akar
menggunakanbahan guta
perca
dan
sealer.
Penutupancavitas dengan semen
Zinc
Phosphate, kemudian dilakukan pengambilan radiografiperiapikal. Pasien
diinstruksikan
untukkontrol
I
minggu kemudian.Pasien
datang
kembali
untuk
kontrol pada tanggal 30 Desember 2015 (kunjunganke-5).
Pemeriksaansubyektif
tidak
menun-jukkan
adanya keluhandari
pasien.
peme-riksaan
obyektif
menunjukkan
sondasi (-), CE (-), perkusi(-),
dan palpasi (-). Padakun-jungan
ini
dilakukan
penumpatanmenggu-nakan
semenionomer
kaca
(Fuji
II
LC),selanjutnya
dilakukan
pengambilan
radio-grafi periapikal.Enam
bulan
setelah
kunjungan
yang terakhir, tanggal 10 Juni 2011, pasien datang kembali untukkontrol.
Pemeriksaansubyek-tif
tidak
menunjukkan adanya
keluhan. Pemeriksaanobyektif
menunjukkan
bahwa sondasi(-), CE (-),
perkusi
(-),
dan palpasi(-).
Gambaran radiografisgigi 22
pada bulan ke-12 pasca perawatan apeksifikasimenun-jukkan
kondisi
ujung akar yang
baik(radiopak) dan
tidak
ada area
radiolusenGambar
3. Pada ronsenfoto tampak
pastakalsium
hidroksid
yang
mengisisaluran akar
padagigi
22 yangujung
akarnya belum menutup
sempurna'Gambar
4.Terdapat
arearadiopak
dengansedikit
arearadiolusen
padaujung
akar
(walaupun
sudahlebih sedikit
area radiolusen yangtampak dibandingkan
padakunj ungan sebelumnYa).
IDJ, Vol. 3 No. 1 Bulan Mei Tahun 2014
Gambar
6.Radiograf gigi
22 1 minggu pasca pengisiansaluran akarl obturasi. Tampak
radiolusen
padasaluran
akar
sampai keujung
akar.
Ujung
akar
sudahmenutup
sempurna.
Gambar
7.Radiograf gigi
22 pada 12bulan
pasca pengisiansaluran akarl obturasi.
Tampak
arearadiopak
padasaluran akar
sampai keujung
akar,
tidak
ada arearadiolusen
padaperiapikal
yangmerupakan tanda
patologis.Pembahasan
Berbagai keadaan dapat membuat gigi
menjadi
non
vital
terutama
pada
gigi
perrnanen muda, seperti: proses karies yang
berlanjut
menjadi gangren,pulpa
gigi
yangnekrosis akibat trauma,
ataupun
kelainanyang
terjadi
pada
pulpa
atau
jaringan periapikal 6. Saat pulpagigi
permanen mudamenjadi non
vital,
fungsi
selubung
epitelakar Hertwig untuk
membentuk
akar
gigi
menjadi terhenti, apeks terbuka, saluran akarlebar, dan panjang akar
lebih
pendek diban-dingkan dengan akar yang normalT.Apeksifikasi
adalah
suatu cara
untukmenciptakan
lingkungan
di
dalam
saluran akar danjaringan
periapikal pada pulpa nonvital
agarterbentuk
barier
terkalsifikasi
didaerah apeks
yang
terbukao. Apeksifikasimerupakan
perawatan
pendahuluan
pada perawatan endodontik dengan menggunakankalsium
hidroksid
sebagai bahan pengisian saluranakar
yang
bersifat
sementara padayang terbuka atau belum terbentuk
sem-purna.
Setelah
dilakukan apeksifikasi
di-harapkan terjadinya penutupan saluran akar padabagian apikal, dan dengan diperolehnya keadaan tersebut selanjutnyadapat
dicapaipengisian saluran
akar yang
sempuma dengan bahan pengisiansaluran akar
yang tetap (guta perca;2'3.Pembentukan akar
gigi
dimulai
setelahepitel
emailluar
dan
dalarh
bertemu dan
membentukcervical
loop
yang
kemudian
akanberploriferasi
membentuk
selubung
epitelakar
Hetwig.
Bentuk dan ukuran akar gigi
ditentukan oleh selubung epitel akar Hetwig.
Sel epitel email dalam akan memicu
selmesenkim
untuk
berploriferasi
menjadi preodontoblasdan
odontoblas
membentuk dentin. Setelahmatriks
dentin terbentuk, selmesenkim dalam saku dental akan mendekat dan berkontak dengan dentin. Sel mesenkim
ini
kemudian
berdiferensiasi
menjadi sementoblas dan membentuk sementuma.Mekanisme pembentukan jaringan keras
oleh
kalsium hidroksida belum
diketahuisecara
pasti.
Tomstad
dkk
(2003) memperkirakansifat
basakuat dari
kalsiumhidroksida
dan
pelepasan
ion
kalsium membuatjaringan
yang berkontak
menjadialkalis. Dalam
suasana basa,resotpsi
atauaktifitas
osteoklas
akan
terhenti
dan osteoblas menjadiaktif
mendeposisi jaringanterkalsifikasi. Asam yang dihasilkan
olehosteoklas
akan
dinetralisir
oleh
kalsium hidroksida dan kemudian terbentuk komplekkalsium fosfat.
Pada perawatan apeksifikasikalsium
hidroksida berkontak
denganjaringan
periodontal ataujaringan
granulasi. Dalam halini,
jaringan keras yang terbentuk dapat berbentukjaringan yang
menyerupai sementum,yaitu
berupa massa padatyang
termineralisasi
yang
bentuknya
tidakberaturan
dan
kadang-kadang terdapatjan-ngan lunak diantaranya5.
Faktor-faktor keberhasilan
perawatanapeksifikasi
yaitu
tidak
ada
rasa
sakit spontan demikian pula rasa sakit pada waktuperkusi
danpalparil.
Keberhasilanapeksifi-kasi
dapatdiketahui
dari
hasil
pemeriksaanradiografis.
Pada
bulan
keenam
dapatdilakukan penilaian
melalui
gambaran radiografis.Ada lima
kemungkinan kondisiapikal yang
terjadi, yaitu
:
pefiama,
secararadiografis
tidak
tampak adanya perubahan,tetapi
bila
instrumen
dimasukkan kedalam saluran akar akan terasa adanya tahanan padaapeks;
kedua,
terlihat
adanya
massaterkalsifikasi disekitar
atau pada
apeks;ketiga,
apeks tampakterlutup tanpa
adanyaperubahan
pada
nrangan
saluran
akar;keempat, apeks
terus
terbentuk
dengan penyempitan saluran akar;kelima,
samase-kali tidak
terlihat
perubahan
secararadiografis, gejala
klinis
masih tetap ada, danterjadi
pembentukan lesi periapikal atau lesi periapikal menjadi lebih besarr.Saluran
akar
siapuntuk
diobturasibila
salah satu dari empat kondisi pertama seperli
tersebut
di
atas
sudah tercapai,
terlihat pembentukanjaringan keras yang
tampak radiopak pada apeksgigi, jaringan lunak
di sekitargigi
dalam keadaan normals. Saluran akar dapat diobturasi sampaike
apeks yang terbentuk atau sampaike
stopkalsifik.
Bila
tidak
te4'adi perbaikan, maka
perawatanapeksi fi kasi harus diulange.
Pada kasus
ini,
perawatan apeksifikasimenggunakan
pasta kalsium
hidroksid menunjukkan keberhasilan dalam penutupanujung
akar
setelah5
bulan.
Pada radiograftampak
ujung akar
sudah
menutup(terkalsifikasi)
yang ditandai dengan adanya gambaran radiopak padaujung
akar denganIDJ, Vol. 3 No. 1 Bulan Mei Tahun 2014
kemudian menunjukkan
kondisi ujung
akar yang baik tanpa adatanda-tanda patologis.Kesimpulan
Apeksifikasi adalah suatu
perawatan endodontik padagigi
perrnanen nonvital
di-mana foramen apikalnya masih terbuka atau
belum
terbentuk
sempurnayang
bertujuanuntuk
merangsang pembentukan apeks gigi. Keberhasilan perawatan apeksifikasi ditandai dengantidak
ada
rasa sakit
saat
perkusi, palpasi, dan rasa sakit spontan.Pada
kasus
ini
perawatan apeksifikasidilakukan
padagigi 22
menggtnakan pastakalsium hidroksid,
penutupan
ujung
akartampak pada bulan kelima
pasca
apeksi-fikasi.
serta dilakukan evaluasi selama
12bulan dengan hasil kondisi ujung akar dalam
kondisi
baik
dan
tidak
ada
tanda-tanda patologis.Daftar
Pustaka1. Weine, F.S. Endodontic Therapy. 6th Ed:
St. Louis.
CV
Mosby Co,
pp:
519-29, 20042.
Grossman,LJ.
Endodonticspractice,
9'oEd., Lea
&
Febiger, Philadelphia, p'.ll9,
t918
3. Roedjito,
B.,
i989.
Pemakaian kalsiumhidroksid
untuk
menanggulangi kelainanperiapikal pada
perawatan
pulpektomi.Majalah Kedoheran Gigi
FKG
USAKTI,1 1: 89-98.
4.
Webber,R.T.,
1984. Apexogenesis versusApexification
[n:
Taylor
GN
(Ed). ffte
dental
clinics
of North
America Symposiumon
Endodontics,28(4):
681-95.5. Tronstad
L.
Clinical
Endodontics.
A Textbook.2nd Rev: Stuttgart: Thieme, pp: 120-23,20036. Camp,
J.H.,
Barrett,
E.J.
Pulver
F.Pediatric
Endodontics:
Endodontictreatment
for
theprimary
and
young,permanent dentition
In:
CohenS
BurnsRC
(Eds). Pathwaysof
the
Pulp.
SthEd:St. Louis:
CV
Mosby
Co,
pp:
833-39, 20027. Townbridge,
H.,
Kim, S.,
Suda,
H. Structure andfunctions
of
the dentin andpulp
complex
In:
Cohen
S, Burns
RC(Eds).
Pathwaysof
the pulp.8th
Ed:St. Louis:CV
Mosby Co,pp:
4I5,2002
8.
PittFord,
T.R.,
Shabahang,
S.,
2002.Management
of
incompletely
formed rootsIn:
Walton R., TorabinejadM
(Eds).Principles
and
practice
of
endodontics:388-403.
9.
Sidharta,W.
2000.
Penggunaan kalsiumhidroksida
di
bidang konservasi
gigi.