• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PKMD, PKM Loa Ipuh Tenggarong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA PKMD, PKM Loa Ipuh Tenggarong"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

2.2 Profil Puskesmas Loa Ipuh 2.2.1 Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya, Puskesmas Loa Ipuh dilengkapi dengan sarana dan prasarana berupa tanah, bangunan kantor, kendaraan dinas, inventaris, dan fasilitas lainnya. Sarana dan prasarana tersebut sebagian dalama kondisi kurang baik, dan masih bias dimanfaatkan secara optimal (Puskesmas Loa Ipuh, 2014).

Adapun luas bangunan Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong 295 m2 yang terdiri dari :

Tabel 2.1 Ruangan/poli di Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong

No Nama Ruangan / Poli Jumlah

1 Ruang Pimpinan 1

2 Ruang TU 1

3 Poli Kebidanan 1

4 Poli Gigi 1

5 Poli Anak 1

6 Poli Imunisasi dan Gizi 1

7. Poli Umum 1

8 Ruang Laboratorium 1

9 Ruang Apotik 1

10 Ruang Pertemuan 1

11 Ruang Pendaftaran/Kartu Pasien 1

12 Ruang Dapur 1

(2)

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Puskesmas Loa Ipuh di tunjang dengan sumber daya aparatur sebanyak 50 orang, yang terdiri dari PNS sebanyak 42 orang, PTT 8 orang.

2.2.3 Sarana dan Prasarana di Laboratorium Puskesmas Loa Ipuh Sarana dan prasarana di laboratorium puskesmas Loa Ipuh antara lain:

a. Sarana

1. Mikroskop 2. Sentrifuge

3. Reagen – reagen untuk pemeriksaan hematologi manual 4. Tabung – tabung reaksi dan rak tabung, serta tabung sahli 5. Pipet ukur, dan pipet thoma

6. Objek glass, cover glass, serta bilik hitung 7. Bunsen

8. Rak pengecatan 9. Haemometer sahli 10. Autoclick dan lancet b. Prasarana

1. Meja dan kursi 2. Lemari reagen 3. Lemari buku 4. Wastafel

5. Meja pemeriksaan 6. Rak reagen

7. Tempat sampah medis dan non medis

2.2.4 Jenis Pelayanan Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas Loa Ipuh Tabel 2.2 Jenis Pelayanan Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas Loa Ipuh

No Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan

1 Hematologi Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit, golongan darah

2 Kimia Asam urat, Kolesterol dan glukosa darah 3 Bakteriologi Pemeriksaan BTA

4 Urine Pemeriksaan urine reduksi, PP test/ test keamilan, Protein, Benzodiazepines

2.3 Alat-alat Untuk Pemeriksaan a. Lanset Darah

(3)

semacam lanset. Lanset darah yang sebaiknya dipakai ialah yang dibuat untuk sekali pakai saja (disposable). Meskipun demikian, ia dapat juga dipergunakan berkali-kali, asalkan setelah dipakai disterilkan lagi. Cara mensterilkan harus dilakukan dengan autoclave, agar terjamin bebas hama, memasak lanset dalam air tidak dapat dibenarkan karena bahaya memindahkan tidak terhindar. Merendam lanset dalam alkohol, apalagi sekedar menghapusnya dengan kapas basah alkohol sama sekali tidak dapat dibenarkan.

b. Hemoglobinometer (hemometer)

Meskipun cara penetapan kadar hemoglobin dalam darah yang di anjurkan masa kini bukanlah yang memakai hemoglobinometer menurut sahli, ada baiknya juga mengenal dan memahami pemakaian alat ini, karena ia masih berguna dalam laboratorium kecil.

Hemometer sahli adalah alat pengukur kadar hemoglobin berdasarkan cara hematin asam dan terdiri dari alat pembanding warna, tabung pengencer, pipet darah dan pipet pengencer.

Batang standar yang terdapat dalam alat pembanding warna itu terbuat dari kaca yang tidak dapat memucat. Tabung pengencer yang berupa persegi atau bulat sering mempunyai garis tanda pada kedua belah sisinya. Garis-garis pada sisi pertama menunjukkan kadar hemoglobin dalam “persen” dan garis tanda pada sisi lain menunjukkan kadar hemoglobin dalam gram/100 ml darah (g/dl).

Pipet darah yang terdapat pada hemometer (pipet hemoglobin) mempunyai garis tanda 20 mm (20 µl), pipet pengencer ialah pipet polos biasa untuk meneteskan cairan.

c. Urinalisis

(4)

bermulut lebar yang dapat disumbat rapat, sebaiknya pula urin dikeluarkan langsng ke dalam wadah itu, sebuah wadah yang 300 ml mencukupi urin sewaktu, jika hendak menumpulkan urin kumpulan, pakailah wadah yang lebih besar.

2.4 Jenis Pemeriksaan Laboratorium 2.4.1 Pemeriksaan Hematologi

a. Pemeriksaan Golongan Darah

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membrane sel darah merah.

Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen yang ada di dalam sel atau penetapan aglutinin di dalam serum (reverse gruping), serum gruping atau confirmation grouping. Jika tidak melihat kepada subgroup, maka dikenal 4 golongan darah, yaitu :

1. Golongan darah A (eritrosit mengandung aglutinogen A dan serum agglutinin anti-B).

2. Golongan darah B (eritrosit mengandung aglutinogen B dan serum agglutinin anti-A).

3. Golongan darah O (eritrosit tidak mengandung aglutinogen, sedangkan serum tidak mengandung agglutinin).

4. Golongan darah AB (eritrosit mengadung aglutinogen A dan B dan serum agglutinin anti-A dan anti-B).

b. Pemeriksaan Hemoglobin

(5)

Sel darah merah mengandung banyak hemoglobin. Darah berwarna merah disebabkan hemoglobin berwarna merah tua. Hemoglobin berfungsi membawa oksigen untuk masuk ke dalam tubuh dan membawa keluar gas karbondioksida dan ion hydrogen dari tubuh (Handojo, 1982). Bila presentase hematokrit dan jumlah hemoglobin dalam masing-masing sel nilainya normal, maka seluruh darah seseorang pria mengandung hemoglobin sekitar 16 gr/dl dan pada wanita rata-rata 14 gr/dl (Handojo, 1982).

Pemeriksaan hemoglobin dapat dibagi menjadi beberapa cara yaitu ( Baron, 1990):

a. Cara fisika : dengan CuSo4

b. Cara kimia : dengan mengukur kadar Fe dalam darah c. Cara gasometrik : dengan mengukur jumlah oksigen untuk

menjenuhkan darah sehingga terbentuk oksi-Hb

d. Cara kolorimetrik : visual (metode Hb sahli dan fotoelektrik).

Mengukur kadar Hb dengan menggunakan metode sahli adalah pemeriksaan yang paling sederhana, namun kurang teliti, dimana ketelitian bias mencapai 10%, pemeriksaan secara visual dengan membandingkan asam hematin yang diencerkan dengan aquadest terhadap alat warna pembanding. Cara ini kurang baik karena tidak semua jenis hemoglobin diubah menjadi hematin asam, seperti karboksihemoglobin, methohemoglobin, dan sulfhemoglobin (Gandasoebrata, 2006).

2.4.2 Pemeriksaan Tes Kehamilan (PP Test)

(6)

Segera setelah pembelahan ini terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan lancer. Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat dengan fudus uteri. Jika nidasi ini terjadi barulah dapat disebut adanya kehamilan. Kadang-kadang pada saat nidasi yakni masuknya ovarium ke dalam endomaterium, terjadi perdarahan pada luka desidua (tanda hantaman) (Kresno, 1985).

Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah kavum uteri disebut desidua kapsularis, yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis, disitulah plasenta akan dibentuk. Plasenta adalah tempat pembuahan hormon-hormon khususnya korionik gonadotropin, korionik somato-mammotropin (plasenta lactogen), estrogen dan progesteron (Kresno, 1985).

Dalam urine perempuan yang sedang hamil terdapat semacam hormone yang sifatnya menyerupai hormone gonadotropin (yang membentuk glikoprotein) dari bagian depan (lobus anterior) kelenjar hipofisis. Hormon ini tidak hanya pada perempuan hamil saja, tetapi juga terdapat pada cancer ovarium, permukaan menopause, kehamilan yang abnormal, abortus mela, tumor dari testis dan lain sebagainya (Ibrahim, 1971).

2.4.3 Pemeriksaan Kimia Darah a. Pemeriksaan Glukosa Darah

(7)

glukosa dikembalikan ke dalam darah untuk menjaga agar kadar glukosa dalam darah tetap konstan (Hardjoeno, 2007).

Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis. Jika didalam tubuh kita ada insulin, atau jumlahnya sedikit sekali maka glukosa dalam tubuh tidak bisa dimanfaatkan oleh tubuh sebagai sumber tenaga. Selain itu proses pemecahan glukosa menjadi glikogen, lemak, protein dan sebagainyapun tidak dapat berjalan, akibatnya kadar gula dalam darah semakin meningkat (Hardjoeno, 2007).

Pada penderita DM (Diabetes Mellitus), pemeriksaan glukosa digunakan sebagai indikasi untuk :

1. Penegakkan diagnose

2. Monitoring perjalanan penyakit dan hasil terapi 3. Melacak penderita dengan resiko tinggi (high risk)

4. Membedakan hiperglikemi primer dari hiperglikemi karena kasus lain.

b. Pemeriksaan Asam Urat

Asam urat (uric acid) adalah produk akhir metabolisme purin (adenine dan guanine) yang merupakan konstituen asam nukleat. Asam urat terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk difiltrasi, direabsorbsi sebagain, dan dieksresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urine. Peningkatan kadar asam urat dalam urine dan serum (hiperuresemia) bergantung kepada fungsi ginjal, kecepatan metabolisme purin, dan asupan diet makanan yang mengandung purin (Baron, 1990).

(8)

berkaitan dengan hiperuresemia adalah gout. Kadar asam urat sering berubah dari hari ke hari sehingga pemeriksaan kadar asam urat perlu diulang kembali setelah beberapa hari atau beberapa minggu (Baron, 1990).

Kadar asam urat meningkat dijumpai pada : gout, leukemia (limfositik, mielositik, monositik), kanker metastatik, mieloma multipel, eklampsia berat, alkoholisme, hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus (berat), gagal ginjal, glomerulonefritis, gagal jantung kongestif, anemia hemolitik, limfoma, polisitemia, stress, keracunan timbal, pajanan sinar-X (berlebih), latihan fisik berlebihan, diet penurunan berat badan-tinggi protein (Handojo, 1982).

Obat-obatan yang berpengaruh pada peningkatan kadar asam urat adalah : diuretik (tiazid, furosemid, asetazolamid), levodopa, metildopa, asam askorbat, 6-merkaptopurin, fenotiazin, salisilat (penggunaan dalam jangka waktu lama), teofilin (Handojo, 1982).

Pada gout, peningkatan produksi asam urat dipengaruhi oleh mekanisme idiopatik atau belum diketahui, tetapi biasanya karena peningkatan sintesis asam urat endogen sebagai cacat metabolik bawaan. Pada gout, pangkalan asam urat dalam tubuh bisa lebih dari 10 kali normal, dan natrium urat dideposit di dalam jaringan lunak, terutama sendi, sebagai tofi. Adanya pengkristalan urat menyebabkan sendi membengkak, meradang, dan nyeri. Alopurinol digunakan dalam pengobatan gout yang bekerja sebagai penghambat xantin oksidase (Baron, 1990).

(9)

Pada kegagalan glomerulus ginjal atau bila ada obstruksi aliran keluar urine, asam urat serta ureum dan kreatinin terakumulasi. Asam urat tinggi yang dapat terjadi pada eklampsia tanpa azotemia atau uremia disebabkan oleh lesi ginjal atau perubahan metabolisme asam urat. Asidosis ketotik dan laktat bisa meningkatkan asam urat dengan mengurangi sekresi tubulus ginjal, seperti yang terjadi dengan diuretik tiazid dan furosemid, dan aspirin dosis rendah (Mayer, 2009).

Penurunan kadar asam urat dapat dijumpai pada : penyakit Wilson, asidosis tubulus ginjal proksimal, anemia defisiensi asam folat, luka bakar, kehamilan. Pengaruh obat : alopurinol, azatioprin, koumadin, probenesid, sulfinpirazon (Baron, 1990).

c. Pemeriksaan Kolesterol

Kolesterol merupakan zat berlemak yang diproduksi oleh hati. Kolesterol dapat ditemukan diseluruh tubuh dan berperan penting terhadap terhadap fungsi tubuh sehari-hari (Suhartono, 2011).

Selain itu, kolesterol merupakan bahan semacam lilin dan seperti lemak yang sesungguhnya diperlukan untuk kesehatan kita. Kolesterol merupakan komponen esensial dari setiap sel dan diperlukan oleh tubuh untuk melakukan banyak fungsi dasar. Kolesterol membantu hati menghasilkan empedu, yang diperlukan untuk mencerna lemak, dan merupakan bahan pembentuk yang darinya tubuh membuat kalenjar adrenal dan hormon seks. Kolesterol juga membentuk jubah pelindung disekitar dinding sel dan selubung mielin saraf, serta bekerja sebagai pelumas pada dinding arteri, membantu kelancaran aliran darah (Murray, 2009).

(10)

adrenal, kerusakan hati yang berat (akibat bahan kimia, obat, atau hepatitis), serta gangguan autoimun atau “penyerangan diri sendiri” seperti alergi, lupus, dan artritis rematoid. Kadar kolesterol yang menurun juga telah dihubungkan dengan kanker dan gangguan fungsi kekebalan tubuh secara umum yang tampak melalui kelelahan (Suhartono, 2011).

Jika jumlah lebih banyak dari yang bisa diproses dan digunakan oleh tubuh, kolesterol bisa disimpan dalam dinding pembuluh darah, dimana kemudian menjadi berbahaya bagi tubuh. Kenaikan kadar kolesterol, yaitu angkannya lebih dari 200, merupakan faktor risiko tunggal yang paling penting pada penyakit jantung koroner (Murray, 2009).

2.4.4 Pemeriksaan Tes Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan

singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Kresno, 1985). Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya (Kresno, 1985).

(11)

tanaman Poppy yang banyak tumbuh di sekitar Thailand, Myanmar dan Laos (The Golden Triangle) maupun di Pakistan dan Afganistan (Kresno, 1985).

Selain Narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan RI adalah NAPZA yaitu singkatan dari Narkotika, Pasikotropika dan Zat adiktif lainnya. Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu kecanduan (adiksi) (Kresno, 1985). Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika.

Test didasarkan pada kompetisi penjenuhan IgG anti-narkoba yang mengandung substrat enzim (ada dalam keadaan bebas di zone S) merupakan “Antibodi Pendeteksi dalam Strip” oleh narkoba sampel/urine “Antigen dalam Sample” atau narkoba yang telah dikonjugasi enzim “Antigen dalam Strip Test” (ada dan terfiksir di zone T). Jika dijenuhi oleh narkoba sampel (sampel positif narkoba), maka IgG anti narkoba-substrat tidak akan berikatan dengan narkoba-enzimnya, sehingga tidak terjadi reaksi enzim-subtrat yang berwarna. Sebaliknya jika tidak dijenuhi (sampel negatif narkoba) atau hanya sebagian dijenuhi (sampel mengandung narkoba dalam jumlah di bawah ambang batas pemeriksaan/CUTOFF), maka IgG anti-narkoba-substrat akan berikatan dengan narkoba-enzimnya secara penuh atau sebagian, sehingga terjadi reaksi enzim-substrat yang berwarna penuh (gelap) atau lamat-lamat (ragu-ragu) (Sacher, 2004).

2.4.5 Pemeriksaan Urine

(12)

tubuh seperti: hati, saluran empedu, pancreas, cortex adrenal,dll (Hardjoeno, 2007).

Jika kita melakukan urinalisis dengan memakai urin kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata susunan urin itu tidak banyak berbeda dari susunan urin 24 jam brikutnya. Akan tetapi kalau kita mengadakan pemeriksaan dengan sampel-sampel urin dari orang itu pada saat-saat yang tidak menentu diwaktu siang atau malam, akan kita lihat bahwa susunan sampel urin dapat berbeda jauh dari sampel lain. Itu sebabnya maka penting sekali untuk memilih sampel urin sesuai dengan tujuan pemeriksaan (Gandasoebrata,2007).

Urinalisa rutin terdiri dari makroskopis, pH, berat jenis, protein, glukosa dan pemeriksaan sedimen. Urinalisa lengkap terdiri dari urinalisa rutin ditambah urobilinogen, urobilin, bilirubin, darah samar, leukosit estrerase dan nitrit (Hardjoeno, 2007).

Pemeriksaan urine dinilai amat penting karena selain dapat membantu menegakkan diagnose penyakit, juga dapat menimbang beratnya faal organ,mengikuti perjalanan penyakit, menilai hasil pengobatan dan memberikan prognosa penyakit saluran kemih dan metabolisme organ tubuh lainnya (Mayer, 2009).

Pengambilan sampel urine memakai wadah atau penampung yang bersih dan bermulut lebar. Urine yang di ambil adalah urine tengah (mid stream) setelah sebelumnya dibersihkan bagian luar alat kelamin. Urinalisa dapat dilakukan terhadap urine sewaktu, urine pagi (urine yang dikeluarkan pada pagi hari), urine pasca makan (urine post prandial) setelah makan 2 jam dan urine kumpulan 24 jam (Sacher, 2004).

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Faktor risiko utama penyakit jantung koroner adalah dislipidemia, karena kadar kolesterol total dan kolesterol LDL yang tinggi serta kadar kolesterol HDL yang

Berilah tanda silang (x) pada huruf di depan jawaban yang paling benar.. Perhatikan teks berikut untuk menjawab soal

Terdapat perbedaan tingkat pemahaman konsep siswa kelas kontrol XI2 yang diberi perlakuan metode ceramah dengan kelas eksperimen XI3 yang diberi perlakuan model

Tesis berjudul “Homogenisasi Tubuh Perempuan Pra-Remaja ( Tween ) Dalam Majalah Girls ” merupakan penelitian yang mengkaji persoalan tubuh perempuan di media anak.. Penelitian

kelapa fermentasi terhadap rataan nilai pH daging kelinci dapat dilihat pada tabel. 7

Smarts, diketahui bahwa standart kompensasi yang sudah ada belum dapat diterapkan secara maksimal sehingga belum dapat memberikan hasil yang optimal, kurangnya kemampuan

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 000912 Tahun 2013 Tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab , dalam

Kosentrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari obat terhadap bakteri uji (Pratiwi, 2008).