• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI INAKTIVASI PENGAWET KLOROBUTANOL 0,35% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl DOSIS GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI INAKTIVASI PENGAWET KLOROBUTANOL 0,35% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl DOSIS GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

CITRA INDRISWARI

STUDI INAKTIVASI PENGAWET KLOROBUTANOL

0,35% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl

DOSIS GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii

Lembar Pengesahan

STUDI INAKTIVASI PENGAWET KLOROBUTANOL

0,35% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl

DOSIS GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang 2013

Oleh:

CITRA INDRISWARI NIM: 09040117

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

iii

Lembar Pengujian

STUDI INAKTIVASI PENGAWET KLOROBUTANOL

0,35% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl

DOSIS GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN

SKRIPSI

Telah Diuji dan Dipertahankan di Depan Tim Penguji pada Tanggal 29 Juni 2013

Oleh :

CITRA INDRISWARI NIM: 09040117

Disetujui Oleh:

Penguji I Penguji II

Drs. Sugiyartono, M.Sc., Apt. Arina Swastika Maulita, S.Farm., Apt.

Penguji III Penguji IV

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia atas seluruh hambanya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada rasulullah SAW. Akhirnya skripsi yang berjudul “STUDI INAKTIVASI PENGAWET KLOROBUTANOL 0,35% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl DOSIS GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN” dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Dalam memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Dengan terselesaikannya skripsi ini, perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Sugiyartono M.Sc., Apt., sebagai Pembimbing I dan Arina Swastika Maulita, S.Farm, Apt., sebagai Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran, membimbing dan selalu meluangkan waktu maupun dorongan moral memberi arahan-arahan terbaik kepada saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Drs. H. Achmad Inoni, Apt. dan Engrid Juni Astuti, S.Farm, Apt., sebagai Tim Penguji yang memberikan saran, masukan, dan kritik yang membangun sehingga skripsi ini dapat diselesaikan..

3. Tri Lestari Handayani, M.Kep., Sp.Mat., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti program sarjana.

4. Dra. Uswatun Chasanah, M.Kes., Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Sovia Aprina Basuki, M.Si., Apt., sebagai Dosen Wali dan Nailis Syi’fa, M.Sc., Apt., sebagai Wakil Dosen Wali yang telah memberikan bimbingan dan nasehat selama mengikuti pendidikan di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Sovia Aprina Basuki, M.Si., Apt., sebagai Kepala Laboratorium di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

(5)

v 8. Seluruh staf pengajar Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan selama saya mengikuti program sarjana.

9. Kedua Orang tuaku tercinta dan adek-adekku tercinta. Terimakasih banyak atas kasih sayang, kesabaran, keikhlasan, nasehat, kesabaran, dukungan

moral maupun materi dan do’a yang telah diberikan. Apa yang saya peroleh tidak mampu membalas semua yang telah kalian berikan.

10. Teman-teman skripsi Steril : Hendra, Sulis, Badi , Rhima, Kiki, Aminah, Rizka. Terima kasih banyak atas semangat, kerjasama, saran, kritik, dan masukannya kalian. Terimakasih telah menjadi keluarga baru yang menemani, membantu dan memberi dukungan

11. Iva teman pertama di Farmasi, terima kasih telah membantu dan menemani selama 4 tahun.

12. Teman-teman Kosan : Sulis, Intan dan Oktaphika yang memberi motivasi, dan dukungan.

13. Ahmad Zainul Arif yang selalu memberi motivasi, dukungan, dan do’a. 14. Teman-teman angkatan 2009 Farmasi UMM terimakasih atas persahabatan

kita selama 4 tahun ini. Semoga masih bisa seperti ini dan tetap dekat seperti keluarga.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimakasih atas bantuan, dukungan, semangat, dan doa yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kefarmasian dan bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Malang, Juli 2012

(6)

vi

RINGKASAN

STUDI INAKTIVASI PENGAWET KLOROBUTANOL 0,35% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl DOSIS GANDA DENGAN

METODE PENGENCERAN

Sediaan injeksi disuntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir (Lukas, 2006). Sterilitas sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi yang dapat terjadi dengan mudah (Ansel, 2005). Salah satu bentuk sediaan injeksi adalah injeksi dosis ganda. Injeksi dosis ganda mutlak harus ditambahkan pengawet karena pemakaiannya berulang rentan terkontaminasi mikroorganisme. Namun, adanya pengawet dalam sediaan akan mempengaruhi uji sterilitas yang akan dilakukan. Sehingga sebelum dilakukan uji sterilitas, dilakukan uji inaktivasi pengawet.

Dalam penelitian ini akan digunakan sampel sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis ganda bervolume 15 ml dengan nomor bacth yang sama dilakukan penambahan zat pengawet klorobutanol 0,35 % b/v. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengenceran yang dibutuhkan untuk menginaktivasi (menghilangkan) pengaruh pengawet klorobutanol 0,35% b/v yang ditambahkan pada sediaan serta untuk mengetahui sterilitas dari sampel. Menurut Suplemen 1 Farmakope Indonesia edisi IV, bahwa jika bahan uji mempunyai aktivitas antimikroba, lakukan uji setelah dinetralisasi dengan bahan penetral yang sesuai atau dengan cara mengencerkan dalam sejumlah media yang cukup. Metode inaktivasi pengawet yang digunakan adalah metode pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh antibakteri dan antifungi yang ada dalam sediaan injeksi dosis ganda sehingga tidak mempengaruhi hasil uji. Dilakukan pengenceran sediaan dengan aqua pro injeksi dengan perbandingan 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, replikasi sebanyak 3 kali kemudian media diinkubasi, untuk media thioglikolat diinkubasi pada suhu 32,5o ± 2,5oC selama 14 hari sedangkan untuk media kasamino diinkubasi pada suhu 22,5 o ± 2,50C selama 14 hari. Setelah itu dilakukan uji sterilitas sampel sebanyak 8 vial dan diamati selama 14 hari. Penafsiran hasil diketahui dengan cara membandingkan dengan kontrol positif dan kontrol negatif.

Untuk media kontrol lingkungan Laminar Air Flow digunakan nutrien broth agar, untuk mengontrol kondisi LAFC diantaranya filter udara, serta cabinet apakah sudah memenuhi persyaratan kondisi aseptis. Sedangkan untuk kontrol positif digunakan media Thioglikolat ditambah bakteri Pseudomonas aeruginosa dan media Kasamino ditambah jamur Candida albicans, sedangkan untuk kontrol negatif digunakan media Thioglikolat dan media Kasamino tanpa penambahan bakteri.

(7)

vii

ABSTRACT

THE STUDY OF INACTIVATION PRESERVATIVE CHLOROBUTANOL 0,35 % W/V ON INJECTION PREPARATIONS MULTIPLE DOSE

DIPHENHYDRAMINE HCl WITH DILUTION METHOD

One of the type injection preparation is multiple dose. Multiple dose must be added with preservative because its repeated usage was prone to be contaminated by microorganism. The presence of preservatives will effect the sterility test. According to the Indonesian Pharmacopoeia Supplement 1 IV edition, that if the test materials have antimicrobial activity, do the test after neutralization with an appropriate neutralizing material or by diluting in a sufficient number of media. The study aims to determine the level of dilution required to inactivate the preservative chlorobutanol 0,35% w/v and to know the results of sterility testing of diphenhydramine hydrochloride injection dosage multiple doses. This test is conducted by a method of the dilution of preparation in number of medium with a sufficient range of comparison to eliminate the effects of the antibacterial and antifungal, it made preparations dilution with aqua pro injection with a ratio of 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, observed for 14 days. After that we done sterility test sample for 8 vials. For environmental control media, Laminar Air Flow used nutrient broth. Whereas for the comparator control is used a media Thionglikolat with the bacterium Pseudomonas aeruginosa and Kasamino media with the fungus Candida albicans for fertility testing,the results obtained by comparing with the positive control and negative control. while sterility test used Kasamino media and Thioglikolat media without the addition of bacteria and fungi. From the result of the studi we can define that the rate of dilution needed to inactivate preservative chlorobutanol 0,35% w/v, that is 1:2 for medium thioglikolat and 1:2 for kasamino, and sterility preparation test we got the result that the preparation was sterile.

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ……… .. vi

ABSTRAK………. .. vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Tinjauan Tentang Sediaan Parenteral ... 5

2.1.1Definisi Sediaan Parenteral ... 5

2.1.2Definisi Sediaan Injeksi ... .... 5

2.1.3Karakteristik dan Persyaratan Pemberian Obat Secara Parenteral ... 6

2.1.4Keuntungan Pemberian Obat Secara Parenteral ... 6

2.1.5 Bahaya (resiko) yang dapat terjadi selama dan sesudah pemberian sediaan parenteral ... .... 7

2.1.6Bentuk Sediaan Injeksi... 8

2.1.7Wadah Sediaan Injeksi ... 9

2.2 Tinjauan Difenhidramin HCl ... 9

2.2.1 Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Difenhidramin HCl ... 10

(9)

ix

2.3 Tinjauan Pengawet ... 12

2.3.1 Definisi Pengawet... ... 12

2.3.2 Mekanisme Kerja Pengawet ... ... 13

2.3.3 Tinjauan Pengawet Klorobutanol ... ... 13

2.4 Tinjauan Pembawa (Aqua Pro Injeksi)... 16

2.5 Tinjauan Tentang Sterilisasi ... 16

2.5.1 Definisi Sterilisasi ... 16

2.5.2 Alasan Melakukan Sterilisasi ... 16

2.5.3 Metode Sterilisasi Uap (Lembab Panas) ... 17

2.6 Tinjauan Tentang Mikrobiologi ... 17

2.6.1Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme ... 18

2.6.2Bahan Penghambat Pertumbuhan ... 20

2.6.3Sumber-Sumber Kontaminasi Mikroorganisme ... 21

2.6.4Mikroorganisme Percobaan ... 23

2.7 Tinjauan Tentang Uji Inaktivasi Pengawet ... 24

2.8 Tinjauan Tentang Uji Sterilitas ... 25

2.8.1Media Untuk Uji Sterilitas ... 25

2.8.2Prosedur Umum ... 28

2.8.3Metode Uji Sterilisasi... 30

2.8.4Kontrol / Uji Kesesuaian dalam Uji Sterilitas ... 31

2.9 Tinjauan Tentang Teknik Aseptis ... 33

2.10 Pengamatan dan Penafsiran Hasil Uji ... 35

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 36

3.1 Uraian Kerangka Konseptual ... 37

3.2 Skema Kerangka Konseptual ... 39

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN... 40

4.1 Desain Penelitian ... 40

4.2 Lokasi Penelitian ... 40

4.3 Waktu Penelitian ... 40

4.4 Bahan dan Alat yang Digunakan ... 40

(10)

x

4.4.2Alat ... 41

4.5 Prosedur Penelitian ... 41

4.5.1Sterilisasi Alat ... 41

4.5.2Penyiapan “Laminar Air Flow” ... 43

4.5.3Kontrol Lingkungan Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) ... 43

4.5.4Formulasi ... 44

4.5.5Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif) ... 45

4.5.6Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) ... 46

4.5.7Uji Inaktivasi Pengawet ... 46

4.5.8Uji Sterilitas sampel ... 47

4.6 Skema Kerangka Operasional ... ... 49

BAB V HASIL PENELITIAN ... 50

5.1 Hasil Uji Efektifitas LAFC Uji Inaktivasi ... 50

5.2 Hasil Uji Efektifitas LAFC Uji Sterilitas ... 51

5.3 Hasil Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif)... 52

5.4 Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol negatif) ... 53

5.5 Hasil Pemeriksaan Pendahuluan ... 54

5.6 Uji Inaktivasi Pengawet Klorobutanol ... 54

5.7 Hasil uji Sterilitas Sampel ... 57

BAB VI PEMBAHASAN ... 58

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

7.1 Kesimpulan ... 63

7.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Jumlah Volume Bahan dan Media untuk Bahan Cair ... 29

II.2 Jumlah Minimum yang Digunakan untuk Tiap Media... 29

II.3 Jumlah Minimum Bahan yang Diuji Sesuai dengan Jumlah Bahan dalam Bets ... 30

II.4 Galur Mikroba Uji yang Sesuai untuk Penggunaan Uji Fertilitas dan Uji Validasi... 31

II.5 Klasifikasi Ruangan Bersih ... 34

II.6 Perlengkapan dan Kandungan Kuman dari Manusia ... 34

II.7 Batas Mikroba yang Disarankan untuk Pemantauan Area Bersih Selama Kegiatan Berlangsung ... 35

V.1 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Uji Inaktivasi ... 51

V.2 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Uji Sterilitas... 52

V.3 Hasil Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif) ... 53

V.4 Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) ... 53

V.5 Hasil Pemeriksaan Pendahuluan ... 54

V.6 Hasil Uji Inaktivasi Pengawet Klorobutanol ... 55

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur Kimia Difenhidramin HCl ... 10

2.2 Struktur Kimia Klorobutanol. ... 13

3.1 Skema Kerangka Konseptual ... 39

4.1 Letak Media Agar dalam Unit Laminar Air Flow Cabinet……… 43

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup ... 66

2. Surat Pernyataan ... 67

3. Sertifikat Difenhidramin HCl……….. 68

4. Sertifikat Klorobutanol……… 69

5. Sertifikat Jamur Candida albicans ... 70

6. Sertifikat Bakteri Pseudomonas aeruginosa ... 71

7. Perhitungan bahan untuk pembuatan sediaan ... 72

8. Foto Hasil Uji Fertilitas dan Uji Sterilitas Media ... 73

9. Foto Jumlah Koloni Bakteri dan Jamur ………. 74

10. Foto Sampel Pengujian ... 75

11. Foto Verifikasi pH Sediaan………. 76

12. Foto Hasil Kontrol LAFC Sebelum dan Saat Pengujian ... 77

13. Foto Hasil Uji Inaktivasi Pengawet ... 80

14. Foto Hasil Uji Sterilitas Sampel ... 84

15. Foto Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian ... 86

(14)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G., 2009. Sediaan Farmasi Steril. Seri Farmasi Industri 4, Bandung: ITB, hal 13 - 16.

Ansel, H.C., 2005. Pengantar Sediaan Farmasi (Penerjemah Farida Ibrahim). Edisi keempat. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, hal 399, 404 - 405, 411 - 418, 423, 426, 433.

Badan Pengawas Obat dan Makanan., 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Jakarta : Badan POM, hal : 126 – 129.

Buchanan, R.E. dan N.E. Gibbons, 1974. Bergey’s Manual of Determinative

Bacteriology. The Williams and Wilkins Co. Baltimore.

Buchanan, EC., Schneider PJ., 2010. Peracikan Sediaan Steril, edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal. 17 – 18, 260.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.,1979. Farmakope Indonesia, edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, hal. 889.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, hal xIviii, 330 - 331.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2009. Suplemen 1 Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta: Departemen kesehatan RI, hal 1512 – 1519.

Gunn’s and Cooper., 1975. Dispensing For Pharmaceutical Student. Twelfth Edition. Pitman Medical, pp : 300 – 549.

Gunawan SG., 2007. Farmakologi Dan Terapi, edisi 5 (Cetak ulang dengan perbaikan, 2008). Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK-UI, hal 273 – 281.

Denyer, P.S., Rosamund, M.B., 2007. Guide to Microbiological Control in Pharmaceutical and Medical Devices. 2nd Edition. New York : CRC Press, pp : 92 – 95.

Hadioetomo, R.S., 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, hal 102 – 140.

Ikatan Apoteker Indonesia, 2012. Informasi Spesialite Obat Indonesia, volume 46-2011 s/d 2012. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan, hal : 46

Jawetz, E., Melnick J.L, Adelberg E.A., 2005. Review of Medical Microbiology,

(15)

xv Katzung, Betram.G., 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi VI. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal : 271

Lachman. L, Lieberman H.A, Kanig. J.L., 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ketiga. Jakarta : Universitas Indonesia Press, hal 1292.

Lukas, S., 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Andi Yogyakarta, hal 25, 30, 37.

Notoatmodjo, S, Dr., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, hal. 156.

Pratiwi Sylvia T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga, hal. 2.

Rowe C Raymond, dkk., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, sixth edition. London: Pharmaceutical Press, pp. 56 – 58.

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia., 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, edisi revisi, Jakarta : Binarupa Aksara

Sweetman, SC., 2009. Martindale, Thirty-sixth edition. London: Pharmaceutical Press. pp: 577-578.

Tim Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya., 2003.

Bakteriologi Medik. Malang : Bayumedia Publishing. hal 12-13, 31–34. Turco.S., King., 1979. Sterile Dosage Forms. 2nd Edition. Philadelphia : LEA &

FEBIGER, hal 11.

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sediaan parenteral merupakan salah bentuk sediaan farmasi yang masih banyak digunakan, terutama digunakan di puskesmas dan rumah sakit. Sediaan parenteral merupakan salah satu produk steril yakni sediaan dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup (Lachman & Lieberman, 1994).

Salah satu contoh sediaan parenteral yaitu sediaan injeksi. Sediaan injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral. Sediaan injeksi disuntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir (Lukas, 2006). Sterilitas sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi yang dapat terjadi dengan mudah (Ansel, 2005). Oleh karena itu, sediaan injeksi harus bebas kontaminan dan mikroorganisme.

Sediaan injeksi yang paling rentang terkontaminasi mikroorganisme adalah sediaan injeksi dosis ganda karena penggunaannya secara berulang-ulang. Wadah dosis ganda adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya per bagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kualitas atau kemurnian bagian yang tertinggal. Menurut persyaratan USP sediaan dosis ganda dipersyaratkan mampu steril hingga 28 hari setelah penusukan pertama. Oleh karena itu sediaan steril dosis ganda harus terjaga sterilitasnya sampai dengan 28 hari. Beberapa usaha yang dilakukan untuk menjaga sterilitas sediaan wadah dosis ganda antara lain dengan penambahan antimikroba (Ansel, 2005).

(17)

2

beberapa jamur seperti Candida albicans, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus albus. Aktivitas antimikroba klorobutanol adalah lebih

bakteriostatik daripada bakterisida dan tidak toksik (Rowe, 2009).

Sampel yang digunakan yaitu sediaan injeksi antihistamin dosis ganda bervolume kecil dengan penambahan zat pengawet klorobutanol 0,35% b/v. Di Indonesia, penggunaan antihistamin masih banyak digunakan. Salah satu contoh sediaan antihistamin dalam wadah injeksi dosis ganda yang masih beredar di pasaran ialah difenhidramin HCl. Sediaan difenhidramin HCl masih sering digunakan di beberapa puskesmas, praktek dokter serta rumah sakit untuk berbagai keadaan seperti alergi, mual, muntah, batuk karena alergi dan anafilaksis. Sediaan injeksi difenhidramin HCl terdiri dari ampul 1-2 ml dan vial 10-15 ml (Ikatan Apoteker Indonesia, 2012).

Difenhidramin HCl merupakan antihistamin antagonis reseptor H1 yang

berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptornya. Difenhidramin HCl digunakan untuk mengurangi gejala kondisi alergi termasuk urtikaria, angioedema, rhinitis, dan gangguan pruritus pada kulit. Selain itu, juga digunakan sebagai antimuntah pada terapi mual dan muntah, serta terapi vertigo karena berbagai penyebab. Difenhidramin HCl digunakan secara parenteral untuk terapi shock anafilaksis (Sweetman, 2007).

Sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis ganda rentan terkontaminasi adanya mikroba, maka perlu dilakukan pengujian sterilitas pada sediaan. Uji sterilitas merupakan salah satu syarat untuk sediaan injeksi terutama injeksi dosis ganda karena kemungkinan kontaminasi mikroba pada saat pengambilan berulang (Lukas,2006). Uji sterilitas yang dimaksudkan untuk memeriksa kemungkinan adanya mikroorganisme yang hidup atau mempunyai daya hidup di dalam sediaan farmasi yang telah mengalami proses sterilisasi. Pengujian sterilisasi harus dilakukan dengan teknik aseptis yang cocok (Depkes RI, 1979).

(18)

3

berbagai perbandingan yang sesuai dalam media yang cukup, dinetralisasi dengan bahan penetral yang sesuai, dan penyaringan membran. Uji inaktivasi dilakukan untuk menghilangkan daya bakteriostatik atau fungistatik dari antimikroba karena dengan adanya pengaruh antimikroba dalam sediaan dapat mempengaruhi hasil uji sterilitas. Pada metode penambahan penetral dan penyaringan membran kurang cocok digunakan pada pengawet klorobutanol karena untuk metode penambahan penetral klorobutanol tidak mempunyai penetral yang sesuai sedangkan metode penyaringan membran membutuhkan alat yang khusus. Oleh karena itu, Uji inaktivasi pengawet dilakukan dengan metode pengenceran karena merupakan metode yang sederhana dan dapat diterapkan pada semua pengawet. Metode Pengenceran yaitu metode yang dilakukan secara kuantitatif dan bertahap yaitu dengan cara mengukur larutan secara seksama dan diencerkan dengan air atau pelarut lain dengan perbandingan tertentu dalam satu atau beberapa langkah (Depkes RI, 1995).

Dari uraian diatas maka telah dilakukan penelitian studi inaktivasi pengawet klorobutanol 0,35 % b/v pada sediaan injeksi difenhidramin HCl dengan metode pengenceran.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu berapakah pengenceran yang dibutuhkan untuk menginaktivasi pengawet klorobutanol 0,35 % b/v terhadap uji sterilitas sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis ganda?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat pengenceran yang dibutuhkan untuk menginaktivasi pengawet klorobutanol 0,35 % b/v terhadap sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis ganda.

1.4. Manfaat Penelitian

(19)

4

Referensi

Dokumen terkait

“Pemerintah berkomitmen melakukan pencegahan penyakit menular di tempat kerja, terutama pandemi infl uenza, sebagai bagian dari usaha untuk melindungi pekerja, melalui Surat

[r]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

The automatic metal strips pallet stacker is an upgraded of the slitting machine collector for which the cut metal strips from the slitting machine is deposited at the

Atas rahmat dan ridha Allah jugalah, penulis dapat menyelesaikan penelitian dalam rangka penulisan tesis yang berjudul “PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN LOCUS OF CONTROL

Jeefferie Abd Razak, Sahrim Haji Ahmad, Chantara Thevy Ratnam, Mazlin Aida Mahamood, Juliana Yaakub and Noraiham Mohamad, “Graphene Nanoplatelets Filled NR/EPDM

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

ﻲﻣ نﺎﺸﻧ رﺎﻣآ ﻦﻳا ﻪﺑ ﻪﺟﻮﺗ ﻞﻜﺷ ﺖﺑﺎﻗر سﺎﺳاﺮﺑ ﻪﻛ ﺪﻫد ياﺮـﺑ ﺎـﻜﻳﺮﻣآ و ﻪﻴﺳور نﺎﻴﻣ ﻪﺘﻓﺮﮔ ﻪـﻘﻄﻨﻣ هﺎـﮕﻳﺎﺟ ﻪـﺑ ﻪﺟﻮﺗ ﺎﺑ ﻪﻘﻄﻨﻣ يﺎﻫرﻮﺸﻛ رد هدﺮﺘﺴﮔ ذﻮﻔﻧ و رﻮﻀﺣ رد يﺰـﻛﺮﻣ يﺎﻴـﺳآ يا فﺪﻫ ﻖﻘﺤﺗ

ﻪﻧﺎﺧرﺎﻛ ﻞﻜﺷ ﻦﻳا رد ﻲـﻣ نﺎﻤﻴـﺳ يﺎـﻫ ﻧاﻮﺗ ـﻨ هدﺎﻔﺘـﺳا ﺎـﺑ ﺪ ﺎـﺑ ﻪـﺒﻧﺎﺟ ود يﺎـﻫدادراﺮﻗ زا ﺪﻴﻟﻮﺗ هﺪﻨﻨﻛ ي ﺖﻴﻓﺮﻇ هﺎﮔوﺮﻴﻧ ، هدﺮﻛ مﻼﻋا ﺖﻴﻓﺮﻇ كاﺮﺘﺷا سﺎﺳاﺮﺑ ًﻼﺒﻗ ﻪﻛ ﻲﺘﻴﻓﺮﻇ ﺪﻧا .ﺪﻨﻨﻛ يراﺪﻳﺮﺧ

[r]

[r]

Placebo Not used Assignment Parallel Other design features Secondary Ids empty Ethics committees 1 Ethics committee Name of ethics committee Ethics committee of Tabriz