IDENTIFIKASI
DAN SALURAN
gouramy) DI
PA
SI DAN PREVALENSI PARASIT PAD
N PENCERNAAN IKAN GURAMI (O
DI DESA LANTASAN LAMA KECAM
PATUMBAK SUMATERA UTARA
SKRIPSI
NABILA MAISARAH 100805058
ADA INSANG
I (Osphronemus
IDENTIFIKASI
DAN SALURAN
gouramy) DI
PA
Diajukan untuk m
FAKULTAS MA U
SI DAN PREVALENSI PARASIT PAD
N PENCERNAAN IKAN GURAMI (O
DI DESA LANTASAN LAMA KECAM
PATUMBAK SUMATERA UTARA
SKRIPSI
melengkapi tugas dan memenuhi syarat me Sarjana Sains
NABILA MAISARAH 100805058
DEPARTEMEN BIOLOGI
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHU UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ADA INSANG
I (Osphronemus
AMATAN
mencapai gelar
PERSETUJUAN
Judul : Identifikasi dan Prevalensi Parasit pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) di Desa Lantasan Lama Kecamatan Patumbak Sumatera Utara
Kategori : Skripsi
Nama : Nabila Maisarah Nomor Induk Mahasiswa : 100805058
Program Studi : Sarjana (S1) Biologi Departemen : Biologi
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui Medan, Februari 2015
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Drs. Nursal, M.Si. Masitta Tanjung, S.Si., M.Si. NIP. 19610903 199103 1 002 NIP. 19710910 200012 2 001
PERNYATAAN
IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI PARASIT PADA INSANG DAN SALURAN PENCERNAAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)
DI DESA LANTASAN LAMA KECAMATAN PATUMBAK SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Februari 2015
PENGHARGAAN
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI PARASIT PADA INSANG DAN SALURAN PENCERNAAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) DI DESA LANTASAN LAMA KECAMATAN PATUMBAK SUMATERA UTARA” sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana sains pada Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada ibu Masitta Tanjung S.Si. M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan bapak Drs. Nursal M.Si selaku dosen pembimbing 2 atas segala bimbingan, arahan, motivasi dan atas segala waktu yang telah disediakan bagi penulis. Terimakasih juga kepada bapak Dr. Salomo Hutahaean M.Si selaku dosen penguji 1 dan ibu Dr. Erni Jumilawaty M.Si selaku dosen penguji 2 atas segala masukan dan arahan yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu Dr. Nursahara Pasaribu M.Sc selaku ketua Departemen Biologi FMIPA USU, ibu Dr. Saleha Hanum M.Si selaku sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU dan ibu Dr. It Jamilah M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan dan motivasi mulai awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, kak ros dan bang ewin selaku staff pegawai di Departemen Biologi, dan kepada seluruh dosen di Departemen Biologi atas segala ilmu pengetahuan dan perkuliahan yang telah diberikan yang bermanfaat sebagai bekal dimasa depan.
semangat, nasihat, serta kasih sayang yang tiada henti kepada penulis. Terimakasih juga kepada abang tercinta Yogasara Pradipta yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang dan semangat kepada penulis. Terimakasih kepada atok aboe samah dan nenek hamidah untuk nasihat dan motivasinya selama ini. Terima kasih kepada sepupu tersayang agil, yaya, popo, dinda, ayaz, dilpa, tia. Terimakasih juga kepada uwo yus, uwo umi,uwo anik, uwo ipah, uwo upik, uwo ijah, kak nana, kak rivna, kak eni, dan maftuh untuk dukungan dan semangat yang diberikan selama ini kepada penulis hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kalian.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada bapak Sajong selaku pemilik kolam budidaya di Desa Lantasan Lama Kecamatan Patumbak Sumatera Utara, ayahanda dan ibunda kiki dian pratiwi serta adinda ami atas segala bantuan selama penelitian berlangsung hingga akhir. Kepada sahabat-sahabatku terkasih farah, jais, intan, karina, kiki, mailani, nisa, nonik, nurul, tari terimakasih untuk tawa canda, suka duka, kebersamaan yang terjalin selama ini, semoga persahabatan kita untuk selamanya. Terimakasih juga kepada doni tua atas bantuan yang diberikan.
Terimakasih untuk teman-teman biologi stambuk 2010 lintar, inur, aulia, inggin, lisbet, norton, netty, iyus, septy, elfrida,ledy, nova, silvia, yuli, krestina, anita, yantika, samuel dan lain-lain yang tidak disebutkan namanya. Kepada saudara asuh delisma (2010), kakak asuh novi malinda (2008), kakak - kakak stambuk 2007, 2008, 2009 dan adik - adik stambuk 2011, 2012, 2013 dan 2014, kepada HIMABIO, IPKB atas semangat dan dukungannya serta semua pihak yang ikut membantu hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan selama ini. Amin ya Rabbal Alamin.
Medan, Februari 2015
IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI PARASIT PADA INSANG DAN SALURAN PENCERNAAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) DI
DESA LANTASAN LAMA KECAMATAN PATUMBAK SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Pada setiap kegiatan budidaya ikan terdapat kendala yang dapat menyebabkan menurunnya produksi. Penyebab utama terjadinya kegagalan produksi ikan budidaya karena adanya penyakit dan parasit ikan. Penelitian tentang Identifikasi dan Prevalensi Parasit pada Insang dan Saluran Pencernaan (usus) Ikan gurami (Osphronemus gouramy) dilakukan di Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Medan I bagian Parasitologi Desa Aras Kabu, Kecamatan Beringin Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian dimulai bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September 2014. Penelitian bertujuan untuk melihat jenis parasit yang terdapat pada insang dan saluran pencernaan ikan gurami (Osphronemus gouramy) dengan cara mengidentifikasi dan menghitung tingkat prevalensi parasit yang ditemukan. Penelitian dilakukan dengan mengambil 10 sampel ikan gurami (Osphronemus gouramy) yang diawali dengan melakukan decerebrospinal pada bagian kepala ikan, kemudian diambil organ insang dan saluran pencernaan (usus) untuk proses identifikasi.Organ insang dan saluran pencernaan (usus) diletakkan ke dalam cawan petri yang berisi NaCl fisiologis 0,85% dan diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada organ insang ikan gurami (Osphronemus gouramy) ditemukan parasit Dactylogyrus sp. dan prevalensi pada organ insang sebesar 10% termasuk kategori often dan pada organ saluran pencernaan (usus) ditemukanCamallanussp. sebesar 30% termasuk kategoricommonly.
IDENTIFICATION AND PREVALENCE OF PARASITES ON THE GILLS AND DIGESTIVE TRACT IN DESA LANTASAN LAMA KECAMATAN
PATUMBAK SUMATERA UTARA
ABTRACT
Each fish farming activity has obstacles that can cause a reduction in production. The main causes of failure in farming fish’s production are disease and parasites in fish. The research based on identification and prevalence of parasites on the gills and digestive tract (gut) of giant gouramy (Osphronemus gouramy) was done in Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Medan I bagian Parasitologi Desa Aras Kabu, Kecamatan Beringin, Deli Serdang, Sumatera Utara. The research started in july 2014 through the month of September 2014. The research aims to look at the type of parasites that found in gills and digestive tract of giant gouramy (Osphronemus gouramy) by identifying and calculating the rate of prevalence of parasites that were found. The research was conducted by taking 10 samples of giant gouramy (Osphronemus gouramy) that was initiated bydecerebrospinalat the head of the fish, then gills organs and the digestive tract (gut) were taken for the identification process. Organ gills and digestive tract (gut) were placed into petridish containing physiological saline 0,85% and identificated by using a microscope. The result shown that in the organs of giant gouramy gills (Osphronemus gouramy) were found parasites Dactylogyrus sp. and with prevalence of 10% in gills organs classified as often category and in the organs of the digestive tract (gut) were found parasites Camallanussp. of 30% with the prevalence classified as commonly.
DAFTAR ISI
2.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Gurami 3
2.2. Biologi Ikan Gurami 4
2.3. Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Gurami 6
2.4. Parasit Ikan 7
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 12
3.2. Alat dan Bahan 12 3.3.5. Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan 14
4.2. Prevalensi Parasit pada Insang dan Saluran Pencernaan (usus) Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)
21
4.3. Proses Sistematika Parasit yang Ditemukan pada Kolam Budidaya di Desa Lantasan Lama Kecamatan Patumbak Sumatera Utara.
23
BAB 5. Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan 25
5.2. Saran 25
Daftar Pustaka 26
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Judul Halaman
3.1. Pengukuran faktor fisik 14
3.2. Kategori infeksi berdasarkan prevalensi 15 4.1. Jenis parasit yang ditemukan pada organ insang dan
saluran pencernaan (usus) ikan gurami (Osphronemus gouramy)
16
4.2. Prevalensi parasit pada insang dan saluran pencernaan (usus) ikan gurami (Osphronemus gouramy)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Judul Halaman
2.1. Ikan gurami (Osphronemus gouramy) 4
2.2. Siklus hidup ikan gurami 5
2.3. Siklus hidupNematoda 9
4.1. Organ insang ikan gurami (Osphronemus gouramy) 18 4.2. Dactylogyrus sp. yang menginfeksi ikan gurami
(Osphronemus gouramy)
19
4.3. Anatomi Dactylogyrus sp. yang menginfeksi ikan gurami (Osphronemus gouramy)
19
4.4. Camallanus sp. yang ditemukan pada saluran pencernaan ikan gurami (Osphronemus gouramy)
20
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lamp
Judul Halaman
1. Foto kerja 28
2. Jumlah ikan yang diperlukan untuk mendeteksi parasit
29
3. Data berat badan, jenis kelamin dan jumlah parasit Dactylogyrus sp. pada organ insang ikan gurami (Osphronemus gouramy)
30
4. Data berat badan, jenis kelamin dan jumlah parasit Camallanus sp. pada organ saluran pencernaan (usus) ikan gurami (Osphronemus gouramy)
31
5. Perhitungan nilai prevalensi serangan parasit Dactylogyrus sp. dan Camallanus sp. pada ikan gurami (Osphronemus gouramy)
32
6. Data kualitas air dari lokasi pengambilan sampel ikan gurami (Osphronemus gouramy) di Desa Lantasan Lama Kecamatan Patumbak Deli Serdang Sumatera Utara
IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI PARASIT PADA INSANG DAN SALURAN PENCERNAAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) DI
DESA LANTASAN LAMA KECAMATAN PATUMBAK SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Pada setiap kegiatan budidaya ikan terdapat kendala yang dapat menyebabkan menurunnya produksi. Penyebab utama terjadinya kegagalan produksi ikan budidaya karena adanya penyakit dan parasit ikan. Penelitian tentang Identifikasi dan Prevalensi Parasit pada Insang dan Saluran Pencernaan (usus) Ikan gurami (Osphronemus gouramy) dilakukan di Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Medan I bagian Parasitologi Desa Aras Kabu, Kecamatan Beringin Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian dimulai bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September 2014. Penelitian bertujuan untuk melihat jenis parasit yang terdapat pada insang dan saluran pencernaan ikan gurami (Osphronemus gouramy) dengan cara mengidentifikasi dan menghitung tingkat prevalensi parasit yang ditemukan. Penelitian dilakukan dengan mengambil 10 sampel ikan gurami (Osphronemus gouramy) yang diawali dengan melakukan decerebrospinal pada bagian kepala ikan, kemudian diambil organ insang dan saluran pencernaan (usus) untuk proses identifikasi.Organ insang dan saluran pencernaan (usus) diletakkan ke dalam cawan petri yang berisi NaCl fisiologis 0,85% dan diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada organ insang ikan gurami (Osphronemus gouramy) ditemukan parasit Dactylogyrus sp. dan prevalensi pada organ insang sebesar 10% termasuk kategori often dan pada organ saluran pencernaan (usus) ditemukanCamallanussp. sebesar 30% termasuk kategoricommonly.
IDENTIFICATION AND PREVALENCE OF PARASITES ON THE GILLS AND DIGESTIVE TRACT IN DESA LANTASAN LAMA KECAMATAN
PATUMBAK SUMATERA UTARA
ABTRACT
Each fish farming activity has obstacles that can cause a reduction in production. The main causes of failure in farming fish’s production are disease and parasites in fish. The research based on identification and prevalence of parasites on the gills and digestive tract (gut) of giant gouramy (Osphronemus gouramy) was done in Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Medan I bagian Parasitologi Desa Aras Kabu, Kecamatan Beringin, Deli Serdang, Sumatera Utara. The research started in july 2014 through the month of September 2014. The research aims to look at the type of parasites that found in gills and digestive tract of giant gouramy (Osphronemus gouramy) by identifying and calculating the rate of prevalence of parasites that were found. The research was conducted by taking 10 samples of giant gouramy (Osphronemus gouramy) that was initiated bydecerebrospinalat the head of the fish, then gills organs and the digestive tract (gut) were taken for the identification process. Organ gills and digestive tract (gut) were placed into petridish containing physiological saline 0,85% and identificated by using a microscope. The result shown that in the organs of giant gouramy gills (Osphronemus gouramy) were found parasites Dactylogyrus sp. and with prevalence of 10% in gills organs classified as often category and in the organs of the digestive tract (gut) were found parasites Camallanussp. of 30% with the prevalence classified as commonly.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan merupakan sumber protein hewani yang potensial, mudah didapat,
jumlahnya relatif banyak di alam dan harganya lebih murah jika dibandingkan
dengan sumber protein hewani lainnya seperti daging sapi. Kandungan protein
ikan tidak kalah dengan kandungan protein yang berasal dari daging sapi.
Kandungan protein ikan 17-24% dari berat tubuhnya (Fardiaz, 1995). Ikan
merupakan jenis sumber bahan makanan sehat yang rendah lemak jenuh dan
merupakan sumber penting asam lemak omega 3. Ikan baik untuk tambahan diet
karena kaya akan vitamin, mineral, dan nutrisi yang dibutuhkan agar tubuh tetap
sehat (Hartati, 2006).
Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan ikan asli Indonesia yang
berasal dari Jawa Barat. Sebagai salah satu ikan budidaya, ikan gurami sudah
dikenal sebagai ikan konsumsi dan ikan hias sejak tahun 1802. Ikan ini
berkembang secara alami dan bersifat omnivora (Sitanggang & Sarwono, 2002).
Banyaknya lahan yang tersedia di Sumatera Utara dan tingginya antusias
masyarakat merupakan potensi yang baik bagi keberlangsungan budidaya
perikanan jenis air tawar. Produksi ikan gurami selama 2010-2014 rata-rata
meningkat sebesar 5% per tahun yakni 40.300 ton pada tahun 2010 dan pada
tahun 2014 meningkat menjadi 48.900 ton (Direktorat Jendral Perikanan
Budidaya, 2014). Salah satu lokasi budidaya ikan air tawar khususnya ikan
gurami (O. gouramy) terdapat di Desa Lantasan Lama Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.
Pada setiap kegiatan budidaya ikan terdapat kendala yang dapat
menyebabkan menurunnya produksi. Penyebab utama terjadinya kegagalan
produksi ikan budidaya biasanya karena adanya penyakit dan parasit ikan (Supian,
2013). Penyakit dan parasit yang menyerang ikan air tawar diantaranya
2
sp., Camallanus sp., Procamallanus sp dan lain-lain (Handayani & Samsundari,
2005).
Berdasarkan penelitian Adji (2008), pada saluran pencernaan (usus) ikan
gurami yang diambil dari tambak Desa Carangpulang Kelurahan Karawaci Bogor
ditemukan parasit dari Famili Camallanidae yaitu Procamallanus sp. dan
Camallanus sp. Menurut Yuliartati (2011), pada insang ikan patin (Pangasius
djambal) yang diambil dari beberapa lokasi budidaya ikan patin di Kota Makassar
ditemukan Dactylogyrus sp.
1.2. Permasalahan
Pada budidaya ikan gurami ditemukan beberapa kendala yang dihadapi salah
satunya disebabkan oleh parasit pada insang dan saluran pencernaan (usus) ikan
gurami yang mengakibatkan bentuk ikan menjadi tidak menarik dan penurunan
nilai produksi ikan. Oleh sebab itu perlu adanya penelitian untuk mengetahui
jenis-jenis parasit yang terdapat pada insang dan saluran pencernaan (usus) ikan
gurami (O. gouramy).
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui parasit pada insang dan saluran
pencernaan (usus) ikan gurami (O. gouramy) serta dapat mengetahui tingkat
prevalensi parasit pada ikan gurami.
1.4. Manfaat
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang parasit yang
ditemukan pada insang dan saluran pencernaan (usus) ikan gurami (O. gouramy)
terutama bagi pembudidaya ikan gurami dan untuk menambah pengetahuan dalam
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Gurami
Menurut Saanin (1984) ikan gurami dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
Sub Ordo : Anabantoidei
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy
Ikan gurami (Osphronemus gouramy)(Gambar 2.1.) merupakan jenis ikan
air tawar yang memiliki bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna
merah kecoklatan dan bagian perut berwarna
kekuning-kuningan/keperak-perakan (Sitanggang & Sarwono, 2002). Ikan gurami termasuk golongan ikan
bertulang belakang yang berciri umum yaitu memiliki insang, penutup insang
(operkulum) pada kedua tubuhnya. Bentuk sirip membulat yaitu pinggiran sirip
ekor membentuk garis melengkung dari bagiandorsal hinggaventral.Operkulum
membantu masuknya air melalui mulut dan keluar melalui insang dan
penutupnya. Sewaktu berenang, ikan memanfaatkan ekornya sebagai kemudi dan
sirip sebagai alat keseimbangan. Ikan juga mempunyai indera pendengaran,
penglihatan, penciuman, dan organ yang peka pada kulit dan sirip untuk
merasakan pergerakan di sekelilingnya (Chattopadhyay, 1999). Ikan gurami
mempunyai alat pernapasan tambahan berupa labirin yang berbentuk selaput,
berkelok-kelok dan merupakan penonjolan tepi atas insang pertama (Sitanggang
& Sarwono, 2002). Labirin memiliki pembuluh darah kapiler yang dapat
mengambil oksigen di udara ketika ikan gurami muncul ke permukaan, sehingga
Gambar 2.1. Ikan Gur
terlihat. Gurami jepun,
Barat khususnya Bogor
pun, batu, porselen, bule, paris, putih, blusafir, da
gsa) berbadan relatif panjang, bersisik lebar
, warna putih abu-abu. Gurami jepun (Jepang)
ntuk sisik lebih kecil, panjang maksimum 45 cm
h abu-abu dan kemerahan. Gurami porselen da
bu kehitaman, perbedaan keduanya terletak pa
porselen nampak berwarna kuning sedangka
pun, blausafir dan porselen banyak dikemba
ogor (Sitanggang & Sarwono, 2002).
endjaja & Riski (2002), perbedaan antara
tina diantaranya pada gurami jantan mem
bih tebal, ujung sirip lebih membundar, tutup i
sirippectoral(dada) berwarna lebih putih dan pe
miliki ciri diantaranya dahi lebih rata, dagu
rata dan lurus, tutup insang berwarna putih ke
5
Kalimantan, Malaysia, Thailand, Cina, India dan Australia. Habitat asli ikan
gurami adalah rawa di dataran rendah yang berair dalam. Salah satu yang
membedakan dataran rendah dan tinggi adalah suhu airnya. Berkaitan dengan
suhu, ikan gurami akan tumbuh dengan baik pada suhu 25–28ºC. Ikan gurami
sangat peka terhadap suhu rendah sehingga jika dipelihara dalam air dengan suhu
kurang dari 15ºC, ikan tidak berkembang dengan baik (Jangkaru, 1998).
Berdasarkan penelitian koostati (1994), suhu 31,6°C memberikan nilai konsumsi
pakan dan laju pertumbuhan harian individu yang lebih tinggi. Abulias dalam
Koostati (1994) memberikan kisaran suhu air yang lebih luas yaitu antara
18-31°C.
Sifat gurami yang lebih suka diam membuat gurami dapat hidup pada
perairan yang tidak begitu luas yaitu di kolam-kolam pekarangan atau
empang-empang pedesaan (Puspowardoyo & Djarijah, 1992). Ikan gurami tidak dapat
hidup dengan baik jika seluruh permukaan air tertutup oleh tanaman air yang
mengapung seperti enceng gondok (Susanto, 1989).
Gambar 2.2. Siklus hidup ikan gurami (Effendie, 1999)
Dalam perkembangan ikan gurami fase benih merupakan fase yang rentan
terserang oleh parasit. Hal ini disebabkan pada fase benih semua organ tubuh
belum berfungsi secara sempurna termasuk dengan sistem pertahanan tubuhnya
(Komaruddin, 1991).
Pada usia sekitar 5-6 bulan ikan gurami sudah dapat dipanen untuk ukuran
konsumsi. Pemanenan biasanya dilakukan jika berat ikan mencapai 250-300
gram/ekor. Berat demikian dapat dicapai dengan pemeliharaan yang baik dan
intensif. Pemanenan biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari (Puspowardoyo
6
2.3. Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Gurami
Dalam kegiatan budidaya, pakan memegang peranan yang penting. Pakan
merupakan faktor yang berpengaruh secara dominan terhadap pertumbuhan ikan
karena pakan berfungsi sebagai pemasok energi untuk memacu pertumbuhan
(Huet, 1971).
Ikan gurami (Osphronemus gouramy) tergolong ikan omnivora yang
biasa memakan fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah sejenis
tumbuhan kecil yang hidup melayang-layang di perairan, merupakan pakan alami
ikan dan hewan lainnya di dalam air serta dapat meningkatkan kadar oksigen
siang hari. Zooplankton adalah hewan kecil yang melayang-layang di perairan,
merupakan pakan alami ikan dan dapat menjadi parasit ikan (Sitanggang &
Sarwono, 2002). Selain itu ikan gurami juga sering diberi pakan alami pada sore
harinya yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti daun keladi, ketela pohon,
pepaya, ketimun dan kangkung (Susanto, 1989). Menurut Ardiwinata (1981),
jenis makanan ikan gurami sampai berumur sepuluh hari hanya berasal dari
makanan cadangan (berupa kuning telur), pada umur 1,5 bulan (1,5 cm) berupa
makanan hewani (rayap, ulat, semut merah). Pada umur 1,5-3,5 bulan (2-3 cm)
berupa makanan hewani, tumbuh-tumbuhan halus, paku air (Azzola) dan bungkil
halus.
Banyaknya makanan yang diperlukan oleh setiap ikan tergantung dari
umur dan ukurannya. Ikan-ikan yang masih muda mempunyai tingkat
metabolisme yang lebih tinggi dibandingkan yang lebih tua, maka ikan-ikan yang
masih muda membutuhkan jumlah makanan yang relatif lebih banyak. Dari hasil
pengamatan jarang sekali ditemukan isi perut ikan muda dalam keadaan kosong.
Jumlah pakan yang diberikan setiap harinya berkisar antara 5-7% dari total berat
tubuh ikan gurami dan diberikan pada pagi dan sore hari. Semakin bertambah
7
Pakan yang tidak memenuhi syarat, baik jumlah maupun kualitas, dapat
menimbulkan pengaruh kurang baik terhadap ikan peliharaan. Penebaran pakan
hendaknya dilakukan tepat pada saat ikan sedang lapar, dengan demikian sebagian
besar pakan yang diberikan akan segera dikonsumsi oleh ikan. Pakan yang tidak
segera dikonsumsi oleh ikan biasanya akan hanyut atau membusuk di dasar
kolam, sehingga dapat menyebabkan timbulnya masalah penyakit (Afrianto &
Liviawaty, 1992).
2.4. Parasit Ikan
Dalam budidaya ikan, serangan penyakit adalah aspek yang harus ditanggulangi
oleh para petani ikan, sebab penyerangan penyakit maupun gangguan hama
dapat mengakibatkan kerugian ekonomis. Penyakit ikan adalah suatu akibat dari
interaksi tiga komponen yaitu lingkungan, ikan itu sendiri, dan agen penyakit
yang menyebabkan ikan budidaya menjadi sakit dan pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian. Penyakit ikan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal
diantaranya oleh virus, bakteri, jamur, parasit dan makanan (Supian, 2013).
Parasit merupakan suatu organisme yang hidup pada tubuh organisme lain
(inang) dan umumnya menimbulkan efek negatif pada organisme yang
ditempatinya. Salah satu organisme yang sering ditempatinya adalah ikan (Akbar,
2011). Kusumah dalam Mairita (1999), menyatakan serangan patogen dikenal
dengan ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit yaitu parasit yang hidup pada
tubuh bagian luar organisme yang ditumpanginya. Endoparasit yaitu parasit yang
hidup pada organ tubuh bagian dalam suatu organisme yang ditumpanginya.
Salah satu parasit yang menyerang ikan adalah dari ordoMonogenea yang
umumnya bersifat ektoparasit dan jarang bersifat endoparasit. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kabata (1985), bahwa Monogenea salah satu parasit yang
sebagian besar menyerang bagian luar tubuh ikan (ektoparasit) jarang menyerang
bagian dalam tubuh ikan (endoparasit) biasanya menyerang kulit dan insang.
Salah satu spesies Monogenea yang paling sering muncul pada ikan air tawar
adalahDactylogyrussp. (Rukyani, 1990dalamTalunga, 2007).
Monogenea merupakan cacing pipih dengan ukuran panjang 0,15-20 mm,
8
sejumlah kait marginal. Dikatakan bahwa ada sekitar 1500 spesies Monogenea
yang ditemukan pada ikan (Gusrina, 2008).
Rukmona (1998) mengatakan ciri ikan yang terserang Monogenea adalah
produksi lendir pada bagian epidermis akan meningkat, kulit lebih pucat dari
normal, frekuensi pernapasan terus meningkat karena insang tidak dapat berfungsi
secara sempurna, kehilangan berat badan (kurus), melompat-lompat di permukaan
air dan terjadi kerusakan pada insang. Gusrina (2008) juga menjelaskan bahwa
insang yang terserang parasit warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan.
Parasit Monogenea dapat berkembang dengan cepat karena beberapa
faktor antara lain kepadatan yang tinggi, nutrisi yang kurang baik, kualitas air
yang kurang baik yang dapat menyebabkan ikan stress sehingga memungkinkan
perkembangan parasit dengan cepat. Padat penebaran yang tinggi juga dapat
mengakibatkan kompetisi terhadap ruang, makanan, dan oksigen (Talunga, 2007).
Sebagian besar parasit Monogenea seperti Dactylogyrus sp. bersifat
ovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larva dan berenang bebas
yang dinamakan oncomiracidium. Oncomiracidium ini akan mencari inang yang
sesuai untuk hidupnya dan akhirnya berkembang menjadi cacing dewasa
(Anshary, 2004).
Parasit dari kelas Nematoda merupakan endoparasit yang sering
menyerang ikan. Nematoda juga sering disebut dengan istilah round worm atau
cacing gilig, biasanya berukuran kecil bila dibandingkan dengan cacing pipih
sehingga banyak diatara nematoda adalah cacing yang mikroskopis (Noble &
Noble, 1989). Menurut Kabata (1985), Nematoda ini mempunyai tubuh panjang
dan silindris dan dilindungi oleh lapisan kutikula yang kuat dibawahnya terdapat
lapisan hypodermis. Noble & Noble (1989) mengatakan bahwa cacing ini sangat
aktif, ramping, biasanya kedua ujungnya runcing dan mempunyai mulut dan anus,
10
Ciri utama ikan yang terkena serangan penyakit atau parasit pada organ
dalam adalah terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan berdirinya
sisik, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ
dalamnya memiliki perut yang sangat kurus. Jika pada kotoran ikan sudah
dijumpai bercak darah, ini berarti pada usus terjadi pendarahan (peradangan). Jika
serangannya sudah mencapai gelembung renang biasanya keseimbangan badan
ikan menjadi terganggu sehingga gerakan berenangnya jungkir balik tidak
terkontrol (Sachlan, 2002).
Infestasi parasit dalam ikan dapat dikurangi dengan penggunaan obat anti
cacing (anthelmintik). Beberapa obat anthelmintikhanya efektif terhadap jenis
cacing tertentu sehingga diperlukan diagnosis yang tepat yaitu dengan
mengidentifikasi jenis cacing yang menginfeksi (Sukarban, 1995). Untuk
mengidentifikasi penyakit ikan para petani ikan perlu dibekali dengan
pengetahuan dan keterampilan khusus untuk mendeteksi tanda-tanda serangan
penyakitnya (Afrianto & Liviawaty, 1992).
Untuk mengetahui tingkat infeksi atau serangan parasit dalam populasi
inang dikenal istilah prevalensi, intensitas dan kelimpahan parasit. Prevalensi
menggambarkan persentase ikan yang terinfeksi oleh parasit tertentu dalam
populasi ikan, intensitas menggambarkan jumlah parasit tertentu yang ditemukan
pada ikan yang diperiksa dan terinfeksi, sedangkan kelimpahan rata-rata adalah
jumlah rata-rata parasit tertentu yang ditemukan dalam populasi pada ikan baik
yang terinfeksi maupun tidak (Yuliartati, 2011).
2.5. Kualitas Air
Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat dan energi, atau
komponen lain dalam air. Pada kolam budidaya, pergantian air biasanya dilakukan
sekitar 2 bulan sekali. Selain itu pengelolaan kolam merupakan salah satu yang
11
memberantas hama penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk kandang baik
berupa kotoran ternak sapi ataupun kotoran ternak ayam (Puspowardoyo &
Djarijah, 1992).
Dalam pemeliharaan ikan, selain pakan faktor lingkungan banyak
menentukan pertumbuhan dan kelangsungan hidup optimal, maka diperlukan
kondisi lingkungan hidup yang optimal untuk kepentingan proses fisiologis
pertumbuhan. Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh, antara lain:
temperatur, pH, oksigen dan lain-lain (Effendie, 1999).
2.5.1. Temperatur
Setiap ikan mempunyai temperatur tertentu untuk mempertahankan
pertumbuhannya agar tetap normal. Temperatur normal ikan gurami 25-28°C.
Diluar kisaran temperatur tersebut ikan akan mengalami gangguan, sehingga perlu
dilakukannya adaptasi. Perubahan temperatur yang sangat drastis dapat
menimbulkan gangguan terhadap laju respirasi, aktivitas jantung, aktivitas
metabolisme dan aktivitas lainnya (Afrianto & Liviawaty ,1992).
2.5.2. Derajat Keasamaan (pH)
Derajat keasaman (pH) sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan dan pH
perairan yang normal bagi pertumbuhan ikan berkisar antara 6,5-8,5 (Byod,
1982). Menurut Huet (1971), pH air yang terbaik untuk budidaya adalah netral
atau agak alkalin dengan pH antara 7,0-8,0. Lebih lanjut Byod (1982)
menjelaskan hubungan antara pH air dengan kehidupan ikan yaitu perairan
dengan pH 4 akan mematikan ikan, pH antara 6,5-9,0 baik untuk budidaya, lebih
dari 9,5 membahayakan dan pH 11 mematikan ikan.
2.5.3. Oksigen
Oksigen adalah salah satu faktor pembatas penting dalam budidaya ikan.
Beberapa jenis ikan masih mampu bertahan hidup dengan konsentasi oksigen 3
ppm, namun konsentasi minimum pada sebagian besar ikan pada umumnya
12
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September
2014. Pengambilan sampel ikan gurami (Osphronemus gouramy) dilakukan di
kolam budidaya Desa Lantasan Lama Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang Sumatera Utara. Pengamatan dan identifikasi parasit dilakukan di Balai
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I
Medan I bagian Parasitologi Desa Aras Kabu Kecamatan Beringin Deli Serdang
Sumatera Utara.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah alat bedah, bak bedah, pipet tetes, jarum pentul,
timbangan, kaca pembesar, mikroskop, cawan petri, gelas plastik, objek gelas,
kertas label, tissue, kantong plastik ukuran 10 kg, termometer, pH meter dan
kamera digital. Bahan yang digunakan selama penelitian adalah ikan gurami
(Osphronemus gouramy), NaCl fisiologis 0,85 %, MnSO3, KOH-KI, H2SO4,
Na2S2O3, indiktor amilum dan aquades (Adji, 2008).
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Area Penelitian
Luas area kolam budidaya di Desa Lantasan Lama Kecamatan Patumbak Deli
Serdang Sumatera Utara yaitu memiliki panjang kolam 100 m dengan lebar
kolam 50 m dan kedalaman 1 m serta memiliki sistem aerasi yang berfungsi
13
Serdang Sumatera Utara. Jumlah ikan yang diperlukan untuk mendeteksi parasit
berdasarkan tingkat prevalensi 20% adalah sebanyak 10 ekor menurut Amos
(1985) dalam Badan Standar Nasional (2009) (Lampiran 2). Sampel ikan gurami
diambil secara acak dari satu kolam budidaya dengan berat masing-masing setiap
ikan sekitar 300 gram (Lampiran 3 & 4). Sampel ikan gurami dimasukkan ke
dalam 5 kantong plastik ukuran 10 kg. Satu kantong plastik berisi 2 ikan gurami
yang telah diberi oksigen. Selanjutnya ikan dibawa ke Balai Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Medan I Desa Aras
Kabu Kecamatan Beringin Deli Serdang dan diletakkan di aquarium laboratorium.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada setiap sampel ikan gurami (O. gouramy)
(Adji, 2008).
3.3.3. Teknik Parasitologi
Sampel diambil satu persatu dari wadah dan ditimbang berat ikan berkisar
250-330 gram. Selanjutnya diletakkan di atas bak bedah, kemudian dimatikan saraf
otaknya dengan menusuk kepala ikan tersebut atau decerebrospinal. Kemudian
diambil organ-organ tubuhnya yang akan diperiksa yaitu insang dan saluran
pencernaan (usus) (Adji, 2008).
a. Pemeriksaan Organ Insang
Metode yang dipergunakan yaitu metode mouth insang (Kabata, 1985). Langkah
pertama yang dilakukan yaitu tutup insang (operculum) digunting pada bagian kiri
dan kanan (Lampiran 1). Tutup insang tersebut kemudian dibuang, selanjutnya
dikeluarkan organ insang dan diletakkan di atas cawan petri yang telah berisi
NaCl 0,85 %. Lalu dikerok tiap lembaran filamen dengan menggunakan scalpel.
selanjutnya hasil kerokan tersebut diletakkan di atas object glass, ditetesi dengan
NaCl 0,85 %, ditutup dengancover glass dan diamati menggunakan mikroskop.
b. Pemeriksaan Organ Saluran Pencernaan (usus)
Pemeriksaan organ dalam tubuh ikan dilakukan dengan membedah tubuh ikan
terlebih dahulu (Lampiran 1). Setelah ikan dibedah, pertama dikeluarkan usus
ikan dari tubuh ikan dan diletakkan di cawan petri yang berisi NaCl 0,85%.
Pada pemeriksaan usus terbagi menjadi 2 pemeriksaan, yaitu :
14
Dikeluarkan isi usus dengan cara membedah usus ikan. Selanjutnya diambil
sedikit demi sedikit isi usus tersebut, diletakkan di atas object glass ditetesi
NaCl 0,85% dan ditutup dengan cover glass untuk diamati di bawah
mikroskop.
- Pemeriksaan dinding usus ikan
Setelah seluruh isi usus dikeluarkan, selanjutnya dinding usus diletakkan di
cawan petri yang telah berisi NaCl fisiologis 0,85 % dan diamati seluruh
dinding usus di bawah mikroskop, untuk melihat apakah ada parasit yang
menempel pada dinding usus. (Kabata, 1985).
3.3.4. Identifikasi Parasit
Pengamatan parasit dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan identifikasi
parasit dengan menggunakan buku identifikasi Kabata (1985), Lom & Iva (1992),
Wasitoet al., (1999) dan Danaet al., (1994).
3.3.5. Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan
Sebagai parameter pendukung dilakukan pengukuran terhadap kualitas air pada
perairan kolam antara lain berupa: suhu, pH, dan Oksigen terlarut (DO) dapat
dilihat pada Tabel 3.1. (Siagian, 2009).
Tabel 3.1. Pengukuran faktor fisik
No. Faktor Fisik Alat Metode
1. Suhu Termometer diambil 1 ember sampel air, kemudian dimasukkan termometer ke dalamnya, biarkan beberapa saat lalu di baca skala dari termometer tersebut kemudian dicatat hasilnya.
15
terbentuk endapan coklat. Sampel diambil 100 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan Na2S2O3
0,0125 N hingga berwarna kuning pucat, lalu ditetesi amilum sebanyak 2-3 tetes dan dihomogenkan hingga terbentuk larutan biru. Kemudian dititrasi menggunakan Na2S2O3 0,0125 N hingga terjadi
perubahan warna menjadi bening. Dihitung volume Na2S2O3 0,0125 N yang terpakai
kemudian dicatat hasilnya.
3.3.6. Analisis Data
Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk gambar dan tabel serta dianalisis
secara deskriptif berdasarkan hasil identifikasi dan kemudian dihitung nilai
prevalensi parasit.
Menurut (Fernando et al., 1972) tingkat prevalensi parasit terhadap ikan
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Prevalensi = N
n x 100%
Keterangan:
Prev = Prevalensi (%)
N = Jumlah ikan yang terinfeksi parasit (ekor)
n = Jumlah sampel yang diperiksa (ekor)
Katagori infeksi berdasarkan prevalensi Menurut (William & Bunkley-William, 1996 dalamHariyadi, 2006) dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Kategori infeksi berdasarkan prevalensi
16
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Jenis parasit yang ditemukan pada organ insang dan saluran pencernaan (usus) ikan gurami (Osphronemus gouramy)
Hasil penelitian jenis parasit yang ditemukan pada organ insang dan
saluran pencernaan (usus) ikan gurami (Osphronemus gouramy) dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Jenis parasit yang ditemukan pada organ insang dan saluran pencernaan (usus) ikan gurami (O. gouramy)
Ikan Organ yang diperiksa
Insang Usus
1 Dactylogyrussp. (2)
-2 - Camallanussp. (1)
3 -
-4 -
-5 -
-6 -
-7 - Camallanussp. (1)
8 -
-9 - Camallanussp. (1)
10 -
-Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa parasit yang ditemukan pada organ
insang dan saluran pencernaan (usus) ikan gurami yaitu Dactylogyrus sp. dan
Camallanus sp. . Dactylogyrus sp. adalah parasit yang ditemukan pada organ
insang, dari 10 sampel ikan yang diperiksa hanya ikan 1 yang terinfeksi parasit
Dactylogyrussp. dengan jumlah parasitDactylogyrusyang ditemukan sebanyak 2
17
dikelompokkan dalam kingdomAnimaliafilumNemathelmintheskelasNematoda
ordoSpiruridafamiliCamallanidaegenusCamallanus.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya,
Dactylogyrus dan Camallanus ditemukan juga pada ikan yang lain. Akbar
(2011), pada Ikan Betok ditemukan dua organ yang terinfeksi parasit yaitu pada
bagian insang ditemukan dua jenis parasit yakni Dactylogyrussp. danTrichodina
sp. dan pada bagian usus ditemukan satu jenis dari kelasNematoda. Alifuddin dkk
(2003), pada ikan hias air tawar (Ikan Cupang, Ikan Gapi, dan Ikan Rainbow)
ditemukan parasit Dactylogyrus yang menginfeksi permukaan tubuh dan insang
ikan, selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan Batara (2008), pada ikan gurami
yang berasal dari perairan tawar ditemukan juga adanya cacing parasit dari kelas
NematodagenusCamallanusdanProcamallanus.
Dari Tabel 4.1. dapat dilihat parasit yang menyerang insang berbeda
dengan parasit yang menyerang saluran perncernaan (usus) ikan gurami (O.
gouramy) hal ini disebabkan karena setiap parasit memiliki habitatnya
masing-masing. Fernando et al. (1972), menjelaskan bahwa setiap jenis parasit memiliki
habitat yang berbeda pada organ inang sebagai tempat hidupnya, parasit yang
menginfeksi pada bagian luar tubuh diantaranya Protozoa,Monogenea,Cepepoda
sedangkan parasit yang menyerang bagian dalam tubuh ikan diantaranya
Protozoa,Digenea,Achantocephala,Nematoda, danCrustacea.
Dari Tabel 4.1. juga terlihat bahwa jumlah parasit yang ditemukan pada
organ insang dan usus ikan gurami (O. gouramy) tidak terlalu banyak. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya ikan yang sehat dibandingkan dengan ikan yang
terserang parasit. Sedikitnya jumlah parasit yang menyerang ikan gurami diduga
karena kegagalan parasit tersebut dalam menyerang, menempel dan berkembang
biak pada tubuh ikan gurami. Hal ini sesuai dengan pernyataan Olsen (1974),
bahwa inang akan melakukan respon jika mendapat serangan dari parasit, jika
parasit tidak mampu melawan respon tersebut maka parasit tidak bisa menempel
ke tubuh inang dan tidak terjadi infeksi.
Ada Perbedaan morfologi antara insang yang sehat dengan insang yang
terserang parasit. Insang yang sehat akan menunjukkan warna lebih cerah
21
Gambar 4.5. Anatomi Camallanus maculatus (Martin et al. 2007) 1. Rongga kapsul 2. Otot esofagus 3. Cincin syaraf 4. Kelenjar esofagus 5. Usus.
4.2. Prevalensi Parasit pada Insang dan Saluran Pencernaan (Usus) Ikan Gurami(Osphronemus gouramy)
Hasil prevalensi parasit pada insang dan saluran pencernaan (usus) Ikan
gurami (Osphronemus gouramy) dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Prevalensi parasit pada organ insang dan saluran pencernaan (usus) ikan gurami (Osphronemus gouramy)
Jenis Parasit Organ insang Organ usus
Dactylogyrussp. 10 %
-Camallanussp. - 30%
Dari Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa prevalensi parasit pada organ insang ikan
gurami (O. gouramy) sebesar 10% dan prevalensi parasit pada saluran pencernaan
(usus) ikan gurami (O. gouramy) sebesar 30%. Menurut (William &
bunkley-William 1996 dalam Hariyadi 2006) prevalensi parasit pada insang sebesar 10%
termasuk dalam katergori often dan prevalesi parasit pada saluran pencernaan
(usus) sebesar 30% termasuk dalam kategoricommonly.
Rendahnya jumlah prevalensi parasit yang ditemukan pada bagian insang
ikan gurami (Tabel 4.2.) dikarenakan sedikitnya padat tebar ikan gurami pada
kolam budidaya yaitu 100.000 ekor dengan luas 5000 m2 (panjang kolam 100 m, 1
2
3
4 spikulum
22
memudahkan penyebaran cacing parasit dari satu ikan ke ikan lainnya, kemudian
menimbulkan adanya gesekkan antar ikan yang mengakibatkan luka, menurunkan
pertumbuhan dan kerentanan inang terhadap parasit akan semakin tinggi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Grabda (1991), bahwa parasit dapat berpindah dari satu
inang ke inang lainnya dan menginfeksi seluruh populasi ikan. Cara penularannya
berbeda-beda tergantung jenis parasitnya. Penularannya dapat terjadi karena ada
kontak langsung antara ikan yang sehat dengan ikan yang terinfeksi.
Terlihat juga pada Tabel 4.2. bahwa prevalensi pada saluran pencernaan
(usus) lebih besar dibandingkan pada insang. Hal yang sama juga ditemukan pada
ikan betok yang diambil dari Pasar Banjarbaru Kalimantan Selatan, ditemukan
parasitDactylogyrussp. dengan prevalensi sebesar 23,33% dan ditemukan parasit
Nematodapada bagian usus dengan prevalensi 26,66% (Akbar, 2011).
Tingginya prevalensi parasit pada usus sangat ditentukan oleh kualitas
pakan yang diberikan pada kolam budidaya ikan gurami (O. gouramy) berupa
pelet dan pakan alami seperti tumbuh-tumbuhan, fitoplankton, dan zooplankton.
Salah satu penyebab tingginya prevalensi parasit pada bagian usus yaitu pakan
alami dengan kualitas yang tidak baik dapat menjadi pembawa parasit pada
lingkungan budidaya dan dapat menjadi inang antara parasit. Menurut Batara
(2008), faktor yang mempengaruhi timbulnya parasit antara lain pola makan ikan
yang tidak baik, rendahnya daya tahan tubuh ikan, dan kondisi lingkungan yang
buruk. Parasit banyak ditemukan pada ikan gurami disebabkan oleh kebiasaan
makan dan lingkungan yang tidak mendukung. Ikan gurami adalah ikan budidaya
yang bersifat omnivora, dimana sebagian besar diberikan pakan alami secara
langsung sehingga peluang untuk terserang parasit lebih besar.
Kondisi lingkungan budidaya ikan gurami seperti suhu, cuaca dan kualitas
23
4.3. Proses Sistematika Parasit yang Ditemukan pada Kolam Budidaya di Desa Lantasan Lama Kecamatan Patumbak Sumatera Utara.
Proses sistematika parasit yang ditemukan pada kolam budidaya di Desa
Lantasan Lama Kecamatan Patumbak Sumatera Utara terdiri dari:
a. Deskripsi ParasitDactylogyrus
Bentuk tubuh pipih, terdapat dua sucker seperti organ penempel, dan
memiliki usus. Tubuh tidak bersegmen. Merupakan cacing ektoparasit
yang biasa menyerang insang. Memiliki siklus hidup langsung tanpa
melibatkan inang perantara. Memiliki satu organ penempel posterior
dengan satu pasang atau lebih median hook dan sejumlah marginal.
Memiliki opisthaptor dengan 14 marginal hook dan satu pasang anchor.
Memiliki 1-2 bintik mata.
b. Deskripsi ParasitCamallanus
Bentuk tubuh silindris, memanjang dan ramping. Bersifat endoparasit.
Ditemukan pada bagian usus. Siklus hidup melibatkan inang perantara.
Esofagus terbagi menjadi dua bagian. Bentuk mulut memanjang secara
dorsoventral, tanpa bibir dan memiliki buccal capsule yang dilapisi
dengan kutikula yang tebal. Buccal capsule terdiri dari dua katup
masing-masing pada sisi lateral, dan bagian dalam terdapat seperti
batangan/palang yang letaknya membujur. Buccal capsule memberikan
warna oranye kecoklatan dan terdapat kutikula berbentuk cincin yang
menghubungkan antara Buccal capsule dengan esofagus.
c. Kunci Determinasi ParasitDactylogyrusdanCamallanus
1. Bentuk tubuh pipih ...Platyhelminthes
2. Bentuk tubuh silindris ...Nemathelminthes
3. Terdapat dua sucker seperti organ penempel, memiliki usus, tubuh tidak bersegmen, pipih sampai fusiform ...Trematoda
4. Tidak terdapat sucker, memiliki usus, tubuh tidak bersegmen, tubuh tidak pipih ...5
5. Tubuh ramping, memanjang dan memiliki lapisan kutikula yang tebal ...Nematoda
6. Tidak memiliki ciri-ciri seperti di atas ...7 7. Ektoparasit. Satu organ penempel posterior, dengan satu pasang atau lebih
median hook dan sejumlah marginal...Monogenea
24
9. Opisthaptordengan 14 marginal hook ...10 10.Squamodisctidak ada ...Dactylogyridae
11. Mulut memanjang secara dorsoventral, tanpa bibir, dan memiliki buccal capsuleyang dilapisi dengan kutikula yang tebal ...Camallanidae
12. Memiliki satu pasang anchor ...Dactylogyrus
13. Tidak memiliki ciri-ciri seperti di atas ...14 14. Memiliki buccal capsule yang terdiri dari dua katup masing-masing pada
sisi lateral, dan bagian dalam terdapat seperti batangan/palang yang letaknya membujur ...Camallanus
d. Klasifikasi Parasit
ParasitDactylogyrus ParasitCamallanus
Kingdom: Animalia Kingdom: Animalia
Filum: Platyhelminthes Filum: Nemathelminthes
Kelas: Trematoda Kelas: Nematoda
Ordo: Monogenea Ordo: Spirurida
Family: Dactylogyridae Family: Camallanidae
Genus: Dactylogyrus Genus: Camallanus
25
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa :
a. Jenis-jenis parasit yang ditemukan pada ikan gurami (O. gouramy) di Desa
Lantasan Lama Kecamatan Patumbak Sumatera Utara yaitu Dactylogyrus sp.
yang ditemukan pada organ insang dan Camallanus sp. yang ditemukan pada
organ saluran pencernaan (usus).
b. Tingkat prevalensi parasit Dactylogyrus sp. yang menginfeksi organ insang
ikan gurami (O. gouramy) sebesar 10% masuk dalam kategori often dan
Tingkat prevalesi parasit Camallanus sp. yang menginfeksi organ saluran
pencernaan (usus) ikan gurami (O. gouramy) sebesar 30% masuk ke dalam
kategoriCommonly.
5.2. Saran
Dalam usaha budidaya ikan gurami (O. gouramy) agar selalu memperhatikan dan
meningkatkan kesehatan ikan budidayanya dengan cara memilih bibit gurami
yang unggul, memiliki daya tahan tubuh yang baik, serta senantiasa menjaga
lingkungan kolam budidaya terutama kualitas air kolam budidaya dan kualitas
26
DAFTAR PUSTAKA
Adji, AOS. 2008. Studi Keragaman Cacing Parasitik pada Saluran Cerna Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) dan Ikan Tongkol (Euthynnus spp.). Bogor: Jurusan Kedokteran Hewan IPB.
Afrianto, E dan liviawaty, E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Akbar, J. 2011. Identifikasi Parasit pada Ikan Betok (Anabas testudieus). Jurnal Fakultas Perikanan. Kalimantan Selatan: Universitas Lambung Mangkurat.(8)(2): 36-37
Alifuddin, M, Hadiroseyani, Y &Ohoiulum I, 2003. Parasit pada Ikan Hias Air Tawar (Ikan Cupang, Gapi dan Rainbow). Jurnal Akuakultur Indonesia. Bogor: Institut Pertanian Bogor.2(2): 93-100
Anshary, H. 2004. Modul Praktikum Parasitologi Ikan. Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin Makassar.
Ardiwinata RO. 1981. Pemeliharaan Gurame. Bandung: Penerbit Sumur Bandung.
Badan Standar Nasional, 2009. Prosedur Pengambilan Sampel Contoh Ikan untuk Pemeriksaan Penyakit. Jakarta: Gd. Manggala Wanabakti.
Batara, RJ. 2008. Deskripsi Morfogi Cacing Nematoda pada Saluran Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) dan Ikan Kakap Merah (Lutjanus spp.). Bogor: Jurusan Kedokteran Hewan IPB.
Byod CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. USA: Elsevier Scientific Publishing Company.
Chattopadhyay P. 1999. Fish: Catching and Handling, Spoilage of Fish. San Diego:Academic Press.
Dana. D. et al., 1994. Petunjuk Teknis Determinasi Parasit Ikan. Buku 3. Pusat Karantina Pertanian. Jakarta.
Effendie, M. I. 1999. Metode Biologi Ikan. Bogor. Penerbit Yayasan Dewi Sri.
27
Handayani, H & Samsundari S. 2005. Parasit dan Penyakit Ikan. Malang. Universitas Muhammadiyah Malang.
Hariyadi ARS. 2006. Pemetaan Investasi Cacing Parasitik dan Resiko Zoonosis pada Ikan Laut di Perairan Indonesia Bagian Selatan [Tesis]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Hartati. (2006). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Konsumsi Ikan dan Status Gizi Anak 1 – 2 Tahun di Kecamatan Gandus Kota Palembang Tahun 2005. Program Studi Magister Gizi Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Huet, M. 1971. Text book of fish culture. Breeding and Cultivation of fish. Ryre & spottiswoode Ltd at the press. England.
Jangkaru, Z. 1998. Memacu Pertunbuhan Gurami.Jakarta: Penebar Swadaya.
Kabata, Z. 1985. Parasites and Disease of Fish Cultured In The Tropics. Taylor and Franch. London and Philadelphia.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2014.
Komaruddin, O., O. Preseno & Azwar, Z. I. 1991. Infeksi parasit pada Benih Ikan Mas yang Dipelihara di Kolam dengan Sistem Aerasi. Buletin Penelitian Perikanan Darat10 (1): 121-125
Koostati R. 1994. Pengaruh Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Gurame (Osphronemus gouramy) Pada Suhu Yang Berbeda. Bogor: IPB.
Lom, J and I. Dykova. 1992.Protozoan Parasites of Fishes. Amsterdam: Elsevier.
Mairita, H. 1999. Ektoparasit pada Ikan Jelawat (Leptobarbus haevenii bleker) yang Dipelihara dalam Kolam Kelurahan Langgini Kec. Bangkinang Kab. Kampar Prov. Riau. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Martin MLet al. 2007.Camallanus maculatus n. Sp.(Nematoda: Camallanidae) in an Ornamental fishXiphophorus maculatus(Osteichthyes: Poeciliidae) Cultivated in Sao Paolo State, Brazil.
Noble, E. R, G. A. Noble, G. A. 1989. Parasitology L The Biology of Animal Parasites. Philadelphia, London: Lea dan Febiger.
Noga E. J. 1996. Fish Disease Diagnosis and Treatment. Boston: Mosby Year Book.
Puspowardoyo , H dan Djarijah AS. 1992. Membudidayakan Gurami Secara Intensif. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Olsen OW. 1974.Animal Parasites Their Life Cycle and Ecology. Baltimore, London: University Park Press.
28
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Volume I dan II. Jakarta: Bina Cipta.
Sachlan, M. 2002. Planktonologi. Correspondensi Course Centre. Jakarta.
Sendjaja TJ & Mh Riski. 2002. Usaha Pembenihan Gurami. Jakarta: Penebar Swadaya.
Siagian, C. 2009. Keanekaragaman Dan Kelimpahan Ikan Serta Keterikatannya Dengan Kualitas Perairan Di Danau Toba Balige Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sitanggang M dan Sarwono B. 2002. Budi Daya Gurami. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sukarban S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi-4 Jakarta: University Press.
Supian, E. 2013. Penanggulangan Hama dan Penyakit pada Ikan. Jakarta : Penerbit Pustaka baru Press.
Susanto, H. 1989. Budi Daya Ikan Gurami. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Talunga, J. 2007. Tingkat Infeksi dan Patologi Parasit Monogenea (Cleidodistus sp.) pada Insang Ikan Patin (Pangasius sp.). Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Wasito. R. et al., 1999. Teknik Pengembangbiakan dan Penyimpanan Specimen HPI/HPIK (Parasit, Mikotik, Bakteri dan Virus). Editor: S. Hariyanto. Pusat Karantina Pertanian. Jakarta.
Yanong RPE. 2008. Nematode (Roundworm) Infection in Fish. Sirkular 91 1:33570-3434.
LAMPIRAN 1. F 1. Foto kerja
Lokasi pengambilan sampel ikan
Ikan gurami
Pengambilan organ insang
Pengambilan organ usus
30
LAMPIRAN 2. Jumlah ikan yang diperlukan untuk mendeteksi parasit
Populasi Prevalensi
2% 5% 10% 20% 30% 40% 50%
50 46 29 20 10 7 5 2
100 76 43 23 11 9 7 6
250 110 49 25 10 9 8 7
500 127 54 26 10 9 8 7
1000 136 55 27 10 9 9 8
2500 142 56 27 10 9 9 8
5.000 145 57 27 10 9 9 8
10.000 146 57 27 10 9 9 8
100.000 147 57 27 10 9 9 8
>100.000 150 60 30 10 9 9 8
31
LAMPIRAN 3. Data Berat badan, jenis kelamin dan jumlah parasit
Dactylogyrus sp. pada organ insang ikan gurami (Osphronemus gouramy)
Gurami Berat badan Jenis kelamin Jumlah parasit
1 300 gram Betina 2
2 290 gram Jantan
-3 290 gram Jantan
-4 300 gram Betina
-5 250 gram Betina
-6 260 gram Betina
-7 250 gram Betina
-8 260 gram Jantan
-9 330 gram Betina
-32
LAMPIRAN 4. Data berat badan, jenis kelamin dan jumlah parasit
Camallanus sp. pada organ saluran pencernaan (usus) ikan gurami (Osphronemus gouramy)
Gurami Berat badan Jenis kelamin Jumlah parasit
1 300 gram Betina
-2 290 gram Jantan 1
3 290 gram Jantan
-4 300 gram Betina
-5 250 gram Betina
-6 260 gram Betina
-7 250 gram Betina 1
8 260 gram Jantan
-9 330 gram Betina 1
-33
LAMPIRAN 5. Perhitungan Nilai Prevalensi Serangan Parasit Dactylogyrus
sp. dan Camallanus sp. pada ikan gurami (Osphronemus gouramy)
a. Organ insang
Prevalensi = N
n x 100%
PrevalensiDactylogyrussp. = 1
10
x
100% = 10%b. Organ saluran pencernaan (usus)
Prevalensi = N
n x 100%
PrevalensiCamallanussp. = 3
34
LAMPIRAN 6. Data kualitas air dari lokasi pengambilan sampel ikan gurami (Osphronemus gouramy) di Desa Lantasan Lama Kecamatan Patumbak Deli Serdang Sumatera Utara
Pemeriksaan Hasil
Suhu 29°C
DO 6,8 mg/l