• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN

KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP PRESTASI

KERJA KARYAWAN

(The Influences Of Job Satisfaction And Organizational Commitment

Toward Employee Performance)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Psikologi Profesi pada Program Magister Psikologi Profesi

Universitas Sumatera Utara

Ridzky Anggarini

117029003

MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan

Ridzky Anggarini, Eka Danta Jaya Ginting, Ferry Novliadi

(3)

ABSTRACT

The Influences of Job Satisfaction and Organizational Commitment Toward Employee Performance

Ridzky Anggarini, Eka Danta Jaya Ginting, Ferry Novliadi

The employee performance can help company to manifest its vision and goals, as well as a reflection of the company's success in managing the needs of employees. There are several variables that affect employee performance such as job satisfaction and organizational commitment. This study was conducted to investigate the role of jobs satisfaction and organizational commitment toward employee performance. The subject in this study involved of 57 employees. Job satisfaction was measured by using job satisfaction scale; organizational commitment was measured by using organizational commitment scale; and employee performance was measured by the raw score of performance appraisal score. The results of analysis data showed that there were relationship between job satisfaction and organizational commitment with employee performance (p< 0.05). After analyzed with stepwise method, that was only organizational commitment gave positive contribution to employee performance (R2 = 0.410; F = 38.185 ; and p< 0.05) and gave contribution 41%. In additional, this study also showed that there were two aspect of organizational commitment contributed to employee performance namely involvement and loyality. Involvement gave the strong impact on employee performance.

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi rabbil ‘alamiin puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya karena kuasanya saya dapat menyelesaikan tesis ini. Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya untuk bantuan dan dukungan dari banyak pihak yang telah memungkinkan selesainya penyusunan maupun penyajian laporan tesis ini, kepada :

1. Bapak Budiono, SE dan Ibu Herta Lamria, SE. Ucapan terimakasih yang tidak terhingga saya haturkan kepada orangtua tercinta, terimakasih atas kasih sayang, cinta, dukungan baik moril dan materil. Bimbingan fisik maupun rohani yang diberikan kepada adek sejak dari kecil. Kalianlah psikolog terbaik yang pernah ada dalam hidup kiki.

2. Bapak Ekadanta Jaya Ginting, M.A, psikolog sebagai dosen pembimbing utama yang dengan penuh perhatian dan kesabaran serta selalu memberi masukan dan bimbingan selama penyusunan tesis ini.

3. Bapak Ferry Novliadi, M.Si sebagai dosen pembimbing kedua yang dengan penuh perhatian dan kesabaran serta selalu memberikan bimbingan dan masukan selama penyusunan tesis ini.

4. Bapak Zukarnain, Ph.d sebagai dosen penguji, terimakasih atas waktu dan bimbingan yang telah bapak berikan dengan sabar kepada saya.

(5)

6. Amalia Pratiwi, S.Farm, Apt, Aga Nugraha, ST dan M.Ashari, S.Kom. Terimakasih kakak dan abang tersayang yang telah memberikan bimbingan, dukungan, kasih sayang.

7. Ibu Satsiwi Eko Rini, ibu manajer paling gaul, paling cantik, paling baik sedunia terimakasih atas segala dukungan dan kasih sayangnya ya bu.

8. Buat keluarga keduaku : Pina, Maya, Gita, Bang ono dan Bang bayu, terimakasih dukungan baik moril maupun materil, traktiran, antar jemput sampai ke kosan, dan cinta kasih yang tertunda. Takkan bisa selesai ini semua tanpa PT. Angkasa Pura II Kantor Cabang Polonia Medan.

9. Alfathir Arka Rayhan, keponakan tersayang yang selalu menemani aunty nya dalam pengerjaan tesis ini. Mudah-mudahan abang bisa sekolah setinggi-tingginya ya nak, kalahin aunty.

10. Geri Wahyudi Karim, S.Psi, MM. Paman kaki panjang ku, abang tersayang yang selalu memberikan bimbingan, bantuan moril dan materil. Akhirnya selesai juga kuliah adek mu ini bang.

11. Dewina Nasution, M.Psi, psikolog (soon), Elna Yuslaini Srg, M.Psi, psikolog, dan Suri Handayani, M.Psi, psikolog. Terimakasih semangat dan motivasinya dari ejekan kalian terselip kasih sayang yang dalam.

12. Ivi Vanessa, M.Psi, Psikolog dan Amelia Alsa, M.Psi, psikolog my partner in crime

akhirnya kita selesaikan semua cobaan ini dengan baik. Terimakasih atas “timeline

yang dibuat untuk saya. Trio embisil udah selesai dengan baik, ingat setiap cambukan yang kita terima selama dua tahun ini teman.

(6)

14. Terimakasih untuk nita, una dan ayang adek-adek yang selalu membantu terciptanya tesis ini.

Penulis berharap tesis ini dapat dikembangkan lagi sebagai dasar oleh para peneliti ke depan dalam bidang penelitian psikologi khususnya psikologi industri dan organisasi. Penulis menyadari bahwa penyusunan maupun penyajian tesis ini kurang sempurna. Oleh sebab itu, penulis mohon maaf atas semua kekurangan dalam tesis ini dan menerima dengan senang hati segala bentuk kritik maupun saran yang membangun.

Medan, Oktober 2013 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Abstrak

Kata Pengantar Daftar Isi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………. 9 1. Pengertian Prestasi Kerja Karyawan ……… 13

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Karyawan... 14

3. Penilaian Prestasi Kerja Karyawan ………... 17

4. Tujuan dan Manfaat Penilaian Prestasi Kerja Karyawan …... 18

5. Metode Penilaian Prestasi Kerja Karyawan ……… 22

B. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja ……….... 23

2. Dimensi Kepuasan Kerja ………... 25

3. Cara Mengukur Kepuasan Kerja ………... 26

4. Ciri-Ciri Karyawan Yang Memiliki Kepuasan Kerja Tinggi………... 27

C.Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi ………... 27

2. Aspek-Aspek Komitmen Organisasi ………... 30

(8)

D.Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi Kerja

Karyawan ....….………... 33 E. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Prestasi

Kerja Karyawan………... 34 F. Hipotesa Penelitian……….….………... 36

BAB III METODE PENELITIAN

A.Identifikasi Variabel Penelitian …….………....…. 37

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………... 37

C.Populasi Penelitian ………... 39

D.Instrumen atau Alat Ukur

1. Skala Kepuasan Kerja ……….………... 41

2. Skala Komitmen Organisasi …….……….... 44

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1.Validitas ……….………... 46

2.Reliabilitas ………... 46

3.Daya Beda Aitem .………... 48

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian ……… 48

2. Pelaksanaan Penelitian ……….. 49

3. Pengolahan Data Penelitian ……… 49

G. Metode Analisa Data

1. Uji Asumsi Klasik ……….. 50

2. Uji Hipotesis ………... 53

BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

1. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ………. 54

2. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 55

3. Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………… 55

4. Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Bekerja ………. 55

B. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi Klasik ………. 56

(9)

C. Pembahasan ………. 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………. 75

B. Saran

1. Saran Metodologis ……….... 76

2. Saran Praktis………. ……… 77

(10)

ABSTRAK

Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan

Ridzky Anggarini, Eka Danta Jaya Ginting, Ferry Novliadi

(11)

ABSTRACT

The Influences of Job Satisfaction and Organizational Commitment Toward Employee Performance

Ridzky Anggarini, Eka Danta Jaya Ginting, Ferry Novliadi

The employee performance can help company to manifest its vision and goals, as well as a reflection of the company's success in managing the needs of employees. There are several variables that affect employee performance such as job satisfaction and organizational commitment. This study was conducted to investigate the role of jobs satisfaction and organizational commitment toward employee performance. The subject in this study involved of 57 employees. Job satisfaction was measured by using job satisfaction scale; organizational commitment was measured by using organizational commitment scale; and employee performance was measured by the raw score of performance appraisal score. The results of analysis data showed that there were relationship between job satisfaction and organizational commitment with employee performance (p< 0.05). After analyzed with stepwise method, that was only organizational commitment gave positive contribution to employee performance (R2 = 0.410; F = 38.185 ; and p< 0.05) and gave contribution 41%. In additional, this study also showed that there were two aspect of organizational commitment contributed to employee performance namely involvement and loyality. Involvement gave the strong impact on employee performance.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi yang sarat dengan kemajuan teknologi dan perkembangan dalam segala bidang memaksa setiap perusahaan untuk memikirkan dan melakukan resolusi baru agar dapat memenuhi tuntutan perkembangan zaman. Tujuannya untuk mendapatkan peluang yang lebih baik demi memenuhi tuntutan zaman (Kotler & Armstrong, 2007).

Salah satu usaha yang banyak dilakukan oleh perusahaan agar dapat memenuhi tuntutan perkembangan zaman dan memenangkan persaingan di era globalisasi ini adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam kegiatan perusahaan. Tingkat persaingan dan produktivitas yang tinggi, tidak dapat disangkal bahwa perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang unggul, terampil, dan memiliki keterlibatan yang tinggi pada pekerjaan, sehingga dapat menampilkan performa terbaiknya dalam bekerja (Prawitasari, 2007).

Usaha peningkatan sumber daya manusia ini dianggap penting oleh setiap perusahaan, karena sumber daya manusia yaitu para karyawan adalah aset penting bagi perusahaan. (Endri, 2010). Hussin (2011) menambahkan karyawan memiliki peran penting bagi perusahaan, dengan menyumbangkan kontribusi yang besar bagi perkembangan perusahaan.

Mas’ud (1998) berpendapat bahwa kemajuan dan keberhasilan organisasi sangat

(13)

Maka dari itu, karyawan harus lebih diperhatikan kesejahteraannya baik fisik maupun psikologis dalam bekerja. Karena hal ini dapat berdampak terhadap prestasi kerja karyawan. Prestasi kerja karyawan dapat membantu perusahaan untuk mewujudkan visi dan tujuan dari perusahaan tersebut (Berry, 1997).

Prestasi kerja karyawan juga merupakan cerminan keberhasilan perusahaan dalam mengelola kebutuhan karyawan (Hasibuan, 2001). Bagi karyawan yang berprestasi dalam bekerja biasanya perusahaan akan memberikan reward seperti kesempatan promosi kejenjang karir yang lebih tinggi, tambahan insentif yang diterima, ataupun penghargaan bagi karyawan tersebut. Prestasi kerja karyawan juga memiliki hubungan yang positif terhadap jenjang karir karyawan (Van Scotter, Motowidlo, & Cross, 2000).

Prestasi kerja diartikan oleh Jex (2002) sebagai seberapa baik kinerja karyawan tersebut ketika bekerja. Bernadin & Russel (2006) mengatakan prestasi kerja adalah suatu catatan atas kinerja karyawan yang dihasilkan dari pekerjaan yang dilakukannya selama satu periode waktu tertentu. Untuk mengetahui prestasi kerja para karyawannya perusahaan biasanya melakukan penilaian atas prestasi kerja karyawan.

Penilaian prestasi kerja karyawan adalah proses evaluasi dan penilaian prestasi kerja karyawan (Handoko, 1996). Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-kepuusan pihak personalia dan memberikan umpan balik kepada para

karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. Penilaian terhadap suatu pekerjaan yang dalam sebuah perusahaan merupakan sebuah tahapan untuk mengevaluasi efektifitas karyawan yang dapat meningkatkan kualitas pekerjaan bagi kelangsungan aktivitas perusahaan (Istijanto, 2006).

(14)

penilaian prestasi kerja sebagai acuan atau standar didalam membuat keputusan yang berkenaan dengan kondisi pekerjaan karyawan, termasuk untuk promosi pada jenjang karir yang lebih tinggi, pemberhentian, penghargaan atau penggajian. Sedangkan untuk pengembangannya adalah cara untuk memotivasi dan meningkatkan keterampilan kerja, termasuk pemberian konseling pada perilaku karyawan dan menindaklanjuti dengan pengadaan training. Penilaian prestasi kerja merupakan alat perusahaan yang dianggap efektif untuk memantau prestasi kerja karyawan dan mendorong karyawan untuk semakin meningkatkan prestasi serta memperbaiki kinerja (Gomez-Meija, Balkin, & Cardy, 2001).

Penilaian prestasi kerja karyawan bisa dilakukan oleh pihak internal perusahaan yaitu atasan, bawahan, ataupun rekan kerja. Penilaian prestasi kerja karyawan juga dapat dilakukan oleh pihak luar perusahaan biasanya bagi perusahaan yang berada disektor pelayanan, penilaian atas prestasi karyawan dapat dilakukan oleh pelanggan. Perusahaan dirasa perlu untuk melakukan penilaian prestasi kerja karyawan yang melibatkan, tujuannya agar mereka dapat memperbaiki kinerja mereka dimasa yang akan datang (Aamodt, 2001).

(15)

Produk-produk yang di hasilkan oleh PT. Sarana Industama Perkasa biasanya dijadikan bahan baku bagi beberapa industri lain seperti farmasi, toiletries, dan kosmetik. Fatty alcohol sebagian besar digunakan untuk produksi deterjen sebesar 48% dan pembersih kemudian disusul oleh penggunaan sebagai bahan antioksidan sebesar 11%. Sedangkang liserin banyak digunakan antara lain untuk sabun, kosmetik dan obat-obatan yang mencakup 37% dari total konsumsi material ini. Kelompok produk lainnya yang cukup banyak menggunakan gliserin adalah Alkyd resin dan makanan masing-masing 13% dan 12% .

Namun akhir-akhir ini perusahaan sedang mengalami penurunan produksi, yang disebabkan beberapa kendala. Hal ini diakui oleh G-head section of training and development :

perusahaan kami sekarang lagi mengalami beberapa kendala dalam produksi,

jadi ya sekarang produktivitas pabrik juga menurun…” (Komunikasi Interpersonal,

11/0702013)

G mengakui banyak kendala yang dialami perusahaan nya yaitu masalah keuangan, bahan baku, modal, izin kesiapan mesin sampai masalah politik hal ini sangat memengaruhi kinerja perusahaan yang menjadi menurun drastis. Menurunnya produksi perusahaan juga mempengaruhi prestasi kerja karyawan.

“...kendalanya bukan hanya masalah uang, banyak juga mulai dari bahan baku,

modal, izin kesiapan mesin sampai kemasalah politik. Dampaknya ya ke

produksi pabrik yang menurun…..” (Komunikasi Interpersonal, 11/0702013)

Kondisi perusahaan yang tidak stabil ini dalam hal operasional pabrik, membuat karyawan tidak maksimal dalam menunjukkan kontribusi mereka dalam bekerja, hal ini bisa berdampak pada prestasi kerja mereka.

(16)

pekerjaannya, ya kita pihak manajemen bisa bilang apa, memang keadaan

perusahaannya sedang gak stabil….” (Komunikasi Interpersonal, 11/07/2013)

Hal ini juga diungkapkan oleh ES – Manager Produksi. Beliau menyatakan saat ini karyawan yang berada di bawah departmentnya mulai merasa bosan karena ketidakpastian perusahaan dalam hal produksi, kadang mereka bekerja kadang tidak bekerja. Menanggapi kondisi seperti ini, ES lebih banyak membuat refreshment training, yaitu pelatihan penyegaran kepada para karyawan. materi yang diberikan bisa berupa pendalaman SOP, hingga ke masalah manajerial.

Macam mana lagi kita mau buat, pabrik kadang jalan kadang enggak. Aku dah lihat mereka udah nggak semangat bekerja, ada yang maen catur lah, maen

kartu lah… Kalau aku lewat, pura-pura mereka bekerja, padahal tahunya aku

apa kerjaan mereka. Ya udah, daripada bengong seperti itu, aku buat aja training-training, kayak Training SOP, Training Leadership… Kerja-sama dengan HRD, aku yang ngusulkan, mereka yang jalankan″. (Komunikasi

Interpersonal, 04/09/2013)

Menanggapi kondisi perusahaan yang tidak berjalan dengan mulus. AS –

Manager Finance and Accounting, menyatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan saat ini memang sedang tidak bagus. Hal ini akibat dampak dari grup perusahaan secara keseluruhan. Konglomerasi perusahaan ada yang mengalami penurunan performa, imbas dari perekonomian dunia yang juga sedang tidak stabil.

...Pada dasarnya keuangan perusahaan bagus, namun karena Group sedang mengalami pasang-surut, ya otomatis keuangan kami juga terganggu. Kondisi ini akibat dari perekonomian dunia yang tidak stabil. Harga jual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit bahkan pernah turun drastis hingga dibawah Rp. 1.000 rupiah per kilogram. Ini membuat konglomerasi perusahaan di bidang

perkebunan menurun omzetnya.” (Komunikasi Interpersonal, 13/09/2013)

(17)

(2011) menjelaskan faktor-faktor ekternal yang mempengaruhi prestasi kerja adalah remunerasi, gaya kepemimpinan, dan kondisi fisik pekerjaan. Perusahaan yang mementingkan karyawan adalah perusahaan yang memikirkan bagaimana lingkungan kerja yang baik dan menyenangkan. Adapun beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan salah satunya kepuasan kerja karyawan.

Robbins (2007) mengatakan kepuasan kerja adalah suatu sikap seseorang terhadap pekerjaan sebagai perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan banyaknya yang diyakini yang seharusnva diterima. Kepuasan kerja sebagai faktor internal dalam diri karyawan dinilai memiliki pengaruh terhadap munculnya prestasi kerja karyawan (Judge, Thoresen, Bono, & Patton, 2001), hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ajzen (2005) bahwa karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi akan memiliki prestasi dalam bekerja.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Baidjuri (2001) yang mengatakan bahwa pemenuhan akan kepuasan kerja dalam diri karyawan umumnya bertujuan agar karyawan dapat lebih menyenangi pekerjaan, mau memperbaiki dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan pekerjaannya agar semakin mampu meningkatkan prestasi kerja sehingga memberikan kontribusi yang lebih baik dalam perusahaan.

Shikdar (2005) juga menambahkan bahwa salah satu strategi dalam meningkatkan prestasi kerja dengan memberikan daya tarik dalam bekerja yang bisa memberikan rasa puas pada diri karyawan dalam melakukan pekerjaan tersebut. Robbins (2007) juga mengatakan bahwa umumnya seorang karyawan yang berprestasi adalah karyawan yang puas dengan pekerjaannya.

(18)

kepuasan kerja yang tinggi akan memperbesar kemungkinan tercapainya prestasi kerja yang tinggi. Karyawan yang tidak merasa puas terhadap pekerjaanya, cenderung akan melakukan atau menghindarkan diri dari situasi-situasi pekerjaan baik yang bersifat fisik maupun psikologis (Saetang, 2010).

Kepuasan kerja merupakan hal yang penting bagi organisasi karena memiliki banyak manfaat jika perusahaan mampu untuk menumbuhkan hal tersebut dalam diri karyawannya, antara lain kepuasan kerja mampu membentuk karyawan untuk lebih bertanggung jawab dengan pekerjaannya, dapat lebih disiplin karyawan, meningkatkan produktivitas kerja, serta dengan adanya kepuasan kerja serta menurunkan tingkat

turnover (Spector, 1997).

Mahdi, Nor, & Asmadi (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa kepuasan kerja merupakan faktor penting dalam diri karyawan yang mempengaruhi keputusan karyawan untuk tetap atau pergi dari organisasi. Tingkat turnover karyawan yang tinggi juga merupakan masalah yang pelik di perusahaan karena dapat mengganggu jalannya perusahaan. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 1

Tabel.1 Turnover Berdasarkan Department Tahun 2010 – 2012

Sumber: Data HRD PT. Sarana Industama Perkasa Tahun 2012

No Departemen Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

(19)

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa departemen yang tingkat turnover paling besar adalah production, yang terdiri dari fatty alcohol dan fatty acid. Secara keseluruhan departemen produksi memiliki tingkat turnover sebesar 21.05%. Angka ini melebihi batas wajar tingkat keseluruhan turnover sebesar 10.34%.

Rezky (2013) dalam penelitiannya yang pernah dilakukan sebelumnya di PT. Sarana Industama Perkasa menjelaskan bahwa kepuasan kerja karyawan mempengaruhi tingkat turnover, dan hal tersebut berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan. Dengan demikian tingkat turnover yang tinggi berdampak pada produktivitas perusahaan dan banyak karyawan yang memilikih untuk tetap tinggal di perusahaan mendapatkan beban kerja yang tinggi.

Selain kepuasan kerja, perusahaan juga harus memperhatikan faktor internal lainnya yang sama pentingnya untuk menangani masalahnya yaitu komitmen karyawan terhadap perusahaan atau organisasi. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Khan (2010) bahwa komitmen karyawan terhadap perusahaan dapat meningkatan prestasi kerja karyawan. Elangovan (2001) juga mengatakan komitmen karyawan terhadap perusahaan adalah satu hal yang penting, karena dinilai dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan.

(20)

terhadap tugas individu, sementara komitmen organisasi lebih berorientasi terhadap pencapaian tujuan organisasi (Glisson dan Durick, 1988).

Steers & Porter (1987) mengatakan bahwa karyawan yang memiliki komitmen tinggi terhadap perusahaan, pada umumnya mempunyai kebutuhan yang besar untuk mengembangkan diri dan senang berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan di organisasi tempat mereka bekerja. Hasilnya mereka jarang terlambat, tingkat absensi yang rendah, produktivitas yang tinggi, serta berusaha menunjukkan prestasi terbaiknya dalam bekerja

Beberapa penelitian menunjukkan karyawan dan tim yang berkomitmen terhadap tujuan dan nilai yang dimiliki organisasi akan memiliki moral yang tinggi, tingkat turnover yang rendah, meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan prestasi kerja karyawan (Allen & Meyer, 1997).

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh karyawan, maka dari itu peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai pengaruh kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap prestasi kerja karyawan pada karyawan PT. Sarana Industama Perkasa.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang pemikiran yang telah diuraikan diatas, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap prestasi kerja karyawan di PT. Sarana Industama Perkasa ?

(21)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap prestasi kerja karyawan di PT. Sarana Industama Perkasa. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran masing-masing aspek maupun dimensi dari variabel kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap prestasi kerja karyawan. Selain itu, ingin diketahui pula gambaran kepuasan kerja dan gambaran komitmen organisasi di PT.Sarana Industama Perkasa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi disiplin ilmu psikologi, khususnya bidang industri dan organisasi yang mengkaji mengenai pengaruh kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap prestasi kerja karyawan pada organisasi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber kepustakaan atau informasi untuk penelitian psikologi industri dan organisasi sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penunjang untuk bahan penelitian selanjutnya.

2.Manfaat Praktis

(22)

E. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan

BAB II Landasan Teori

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai definisi prestasi kerja karyawan, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karywan, penilaian prestasi kerja karyawan, tujuan dan manfaat penilaian prestasi kerja, metode penilaian prestasi kerja karyawan, pengertian kepuasan kerja, dimensi kepuasan kerja, cara-cara mengukur kepuasan kerja, ciri-ciri karyawan yang memiliki kepuasan kerja tinggi, definisi komitmen organisasi, aspek komitmen organisasi, hubungan kepuasan kerja dengan prestasi kerja karyawan, hubungan komitmen organisasi dengan prestasi kerja karyawan dan hipotesis penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel prestasi kerja karyawan, kepuasan kerja dan komitmen terhadap organisasi, populasi, metode pengambilan data, uji validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur penelitian dan metode analisa data.

BAB IV Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini memuat mengenai gambaran umum partisipan, uji asumsi, hasil penelitian dan pembahasan.

(23)
(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prestasi Kerja

1. Pengertian Prestasi Kerja

Dalam melaksanakan kerjanya, karyawan menghasilkan sesuatu yang disebut dengan prestasi kerja. Prestasi kerja merupakan hasil kerja seseorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan misalnya standard, target, sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama.

Prestasi kerja disebut juga sebagai kinerja atau di dalam bahasa Inggris disebut dengan performance. Pada prinsipnya, ada istilah lain yang lebih menggambarkan prestasi dalam bahasa Inggris yaitu kata Achievement tetapi karena kata tersebut berasal dari kata to achieve yang berarti mencapai maka dalam bahasa Indonesia sering diartikan menjadi pencapaian, atau apa yang dicapai (Ruky, 2002). Sejalan dengan itu Bernarddin dan Russel (2006) mengatakan ”Performance is defined as the record of

outcomes produced on a specified job function or activities during a specified time

period” (catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu).

Menurut Dharma (2003) prestasi kerja adalah sesuatu yang dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan dan diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang. Selanjutnya Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tangung jawab yang diberikan kepadanya.

(25)

Jackson (2002) berpendapat bahwa prestasi kerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja

Prestasi kerja yang dicapai karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup organisasi. Dalam mencapai prestasi kerja yang tinggi ada beberapa faktor yang mempengaruhi untuk menjadi pemicu apakah prestasi kerja pegawai tinggi atau rendah. Faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi kerja menurut Mangkunegara (2000) adalah:

a.Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi.

b.Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge+skill). Artinya karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh sebab itu karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

(26)

dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka dengan organisasi. Pada banyak organisasi, prestasi kerjanya lebih bergantung pada prestasi kerja dari individu tenaga kerja.

Anoraga (2004) menyatakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi kerja pegawai seperti : motivasi, pendidikan, disiplin kerja, keterampilan, sikap etika kerja, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, lingkungan dan sistem kerja, teknologi, sarana produksi, jaminan sosial, manajemen dan kesempatan berprestasi.

Selanjutnya Brown & Stern (1993) menyatakan bahwa faktor-faktor penentu prestasi kerja individu adalah faktor individu dan faktor lingkungan kerja organisasi. a. Faktor Individu

Secara psikologis, individu yang normal yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah).Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka inidividu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.

Dengan kata lain, tanpa adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam bekerja, maka mimpi pimpinan mengharapkan mereka dapat bekerja produktif dalam mencapai tujuan organisasi. Konsentrasi individu dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh kemampuan potensi, yaitu kecerdasan pikiran/Intelegensi Quetiont (IQ) dan kecerdasan emosi/Emotional Quetiont (EQ).

b. Faktor Lingkungan Organisasi

(27)

jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang relatif memadai.

Sekalipun, jika faktor lingkungan organisasi kurang mendukung, maka bagi individu yang memiliki tingkat kecerdasan yang memadai dengan kecerdasan emosi baik, sebenarnya ia tetap dapat berprestasi dalam bekerja. Hal ini bagi individu tersebut, lingkungan organisasi itu dapat diubah dan bahkan dapat diciptakan oleh dirinya serta merupakan pemacu, tantangan bagi dirinya dalam berprestasi di organisasinya.

Dale (2002) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja terdiri dari faktor internal dan eksternal, yaitu :

a. Faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, prestasi kerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang yang kurang berprestasi dalam bekerja disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya.

(28)

3. Penilaian Prestasi Kerja

Untuk mengetahui tinggi-rendahnya prestasi kerja seseorang, perlu dilakukan penilaian prestasi kerja. Sikula (1981) mengatakan penilaian prestasi kerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan.

Handoko (2000) menyatakan bahwa penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.

Mathis dan Jakson (2002) menyatakan bahwa prestasi kerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukanatau tidak dilakukan karyawan. Prestasi kerja karyawan adalah apa yang telah dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Prestasi karja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk : (1) kuantitas output, (2) kualitas output, (3) jangka waktu output, (4) kehadiran di tempat kerja, dan (5) sikap kooperatif.

(29)

a. Quality, sejauh mana kemampuan menghasilkan sesuai dengan kualitas standar yang ditetapkan perusahaan.

b. Quantity, sejauh mana kemampuan menghasilkan sesuai dengan jumlah standar yang ditetapkan perusahaan.

c. Timeleness, tingkat sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki dengan memperhatikan koodinasi output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan lain.

d. Cost of effectiveness, sejauh mana tingkat penerapan sumberdaya manusia, keuangan, teknologi, dan material yang mampu dioptimalkan.

e. Need of supervision, sejauh mana tingkatan seorang karyawan untuk bekerja dengan teliti tanpa adanya pengawasan yang ketat dari supervisor.

f. Interpersonal input, sejauh mana tingkatan seorang karyawan dalam pemeliharaan harga diri, nama baik dan kerjasama, diantara rekan kerja dan bawahan. Keseluruhan unsur atau komponen penilaian prestasi kerja di atas harus ada dalam pelaksanaan penilaian agar hasil penilaian dapat mencerminkan prestasi kerja dari para karyawan.

Secara umum, penilaian prestasi kerja bertujuan untuk memberikan feedback

kepada karyawan dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya meningkatkan produktifitas organisasi, dan secara khusus dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai kebijaksanaan terhadap karyawan, seperti tujuan promosi (pengembangan karier), kenaikan gaji, pendidikan dan pelatihan.

4. Tujuan Dan Manfaat Penilaian Prestasi Kerja

(30)

karyawan dan pimpinan akan melakukan tugasnya seperti dalam hal berjalannya promosi jabatan terhadap karyawan, begitu pula sebaliknya.

Tujuan penilaian prestasi kerja karyawan menurut Hasibuan (2005), sebagai berikut :

a. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, demosi, pemberhentian dan penempatan besarnya balas jasa.

b. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan dapat sukses dalam pekerjaannya.

c. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dari dalam pekerjaannya.

d. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal kerja dan peralatan kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan peralatan kerja.

e. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan yang berada didalam organisasi.

f. Sebagai alat untuk mendapatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang sempurna.

g. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan dan kelebihan dimasa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.

h. Sebagai kriteria didalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan. i. Sebagai alat memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan. j. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan.

(31)

a. Sumber data untuk perencanaan ketenaga kerjaan dan kegiatan pengembangan jangka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan.

b. Nasihat yang perlu disampaikan kepada para tenaga kerja dalam perusahaan. c. Alat untuk memberikan umpan balik yang mendorong kearah kemajuan dan

kemungkinan memperbaiki atau meningkatkan kualitas kerja bagi para tenaga kerja.

d. Salah satu cara untuk menetapkan prestasi kerja yang dihadapkan dari seorang pemegang tugas dan pekerjaan.

e. Landasan/bahan informasi dalam pengambilan keputusan pada bidang ketenagakerjaan baik promosi, mutasi maupun kegiatan ketenagakerjaan lainnya.

Menilai perilaku dan prestasi kerja karyawan untuk kebijakan masa yang akan datang oleh pimpinan sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang promosi, mutasi, emosi dan lainnya adalah hal yang wajib dilakukan. Keselarasan hubungan yang baik antara pimpinan dengan bawahan adalah suatu akses yang diinginkan oleh perusahaan.

Menurut Handoko (2000) manfaat atau kegunaan-kegunaan penilaian prestasi kerja antara lain adalah :

a. Perbaikan prestasi kerja.

Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dan departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka demi perbaikan prestasi kerja.

b. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi

(32)

c. Keputusan-keputusan penempatan

Promosi, transfer dan demosi (penurunan jabatan) biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja masa lalu.

d. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan

Karyawan yang kurang berprestasi mungkin menunjukan kebutuhan latihan. Demikian juga, prestasi kerja mungkin mencerminkan potensi yang harus dikembangkan.

e. Perencanaan dan pengembangan karier.

Umpanbalik prestasi kerja seseorang karyawan dapat mengarahkan keputusan-keputusan karier, yaitu tentang jalur karier tertentu yang harus diteliti.

f. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing

Prestasi kerja mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia.

g. Ketidakakuratan Informasi.

Karyawan yang kurang berprestasi mungkin menunjukan kesalahan-kesalahan dalam informasi analisa jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia, atau komponen-komponen sistem informasi manajemen personalia lainnya. Menggantungkan diri pada informasi yang tidak akurat dapat mengakibatkan keputusan-keputusan personalia yang diambil menjadi tidak tepat.

h. Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan.

Kurang berprestasi dalam bekerja mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnosa kesalahan-kesalahan tersebut.

(33)

Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.

j. Tantangan-tantangan eksternal.

Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, kondisi financial atau masalah-masalah pribadi lainnya. Dengan penilaian prestasi kerja tersebut departemen personalia dimungkinkan untuk dapat menawarkan bantuan kepada semua karyawan yang membutuhkan atau yang diperkirakan memerlukan.

5. Metode Penilaian Prestasi Kerja

Handoko (2002), mengelompokkan penilaian prestasi kerja sebagai berikut: 1. Metode penilaian yang berorientasi pada masa lalu, kemudian dibagi atas:

a. Rating Scales, pengukuran dilakukan berdasarkan skala prestasi (kuantitatif dan kualitatif) yang sudah berlaku.

b.Checklist, pengukuran dilakukan berdasarkan daftar isian yang berisi berbagai c. Ukuran karakteristik prestasi seorang karyawan.

d.Critical review method, pengukuran dilakukan dengan langsung meninjau lapangan agar mendapatkan informasi langsung dari atasan.

e. Performance test and observation, pengukuran dilakukan bila jumlah pekerja terbatas. Testyang dilakukan bisa berbentuk keterampilan dan pengetahuan.

f. Comparative evaluation approach, pengukuran dilakukan dengan

membandingkan prestasi seorang pegawai dengan pegawai lainnya.

(34)

a. Self appraisal, dilakukan secara mandiri oleh pegawai untuk mengevaluasi pengembangan diri.

b.Management by objectives, pengukuran dilakukan berdasarkan tujuan-tujuan pekerjaan yang terukur dan disepakati bersama antara pegawai dan atasan. c. Psychological appraisal, penilaian ini pada umumnya dilakukan oleh para

psikolog untuk menilai potensi pegawai dimasa yang akan datang

d.Assessment center, bentuk penilaian yang distandarisasikan dimana tergantung pada tipe berbagai penilai.

B. Kepuasan Kerja

Pembahasan mengenai kepuasan kerja perlu didahului bahwa kepuasan kerja

bukanlah hal yang sederhana, baik dalam arti konsep mapun dalam analisis, karena

“kepuasan” mempunyai konotasi yang beraneka ragam dan bersifat individual.

Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting bagi

kepentingan karyawan, perusahaan dan masyarakat. Kreitner & Kinicki (2003)

menyatakan kepuasan kerja adalah suatu efektifitas atau respon emosional terhadap

berbagai aspek pekerjaan.

1. Pengertian Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja menurut Robbins (2001) merupakan keseluruhan sikap

karyawan terhadap pekerjaannya.Kepuasan kerja lebih menunjukkan sikap daripada

perilaku serta berhubungan dengan faktor performansi dan nilai yang dipegang oleh

karyawan dalam perilaku organisasinya.

(35)

diungkapkan oleh individu itu sendiri. Locke (1976) menambahkan bahwa kepuasan kerja adalah reaksi individual terhadap pengalaman kerja dan diartikan sebagai

komponen kognitif dari pengalaman kerja. Kemudian Blum & Rahim (1994)

mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari

beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan

sosial individual di luar kerja.

Cherrington (1995) mengemukakan hal yang serupa, bahwa kepuasan kerja pada dasarnya merujuk pada seberapa besar seorang karyawan menyukai pekerjaannya.

Kepuasan kerja adalah sikap umum pekerja tentang pekerjaan yang dilakukannya,

karena pada umumnya apabila orang membahas tentang sikap pegawai akan membahas

mengenai kepuasan kerja.

Luthans (2005) mengemukakan tiga poin penting dari definisi kepuasan kerja.

Pertama, kepuasan kerja merupakan respon emosional terhadap situasi kerja. Kedua,

kepuasan kerja ditentukan oleh perolehan yang sesuai dengan harapan yang telah

ditargetkan. Ketiga, kepuasan kerja menggambarkan sikap yang saling berkaitan.

Kepuasan kerja merefleksikan tingkatan dimana karyawan memiliki kesempatan

untuk memuaskan kebutuhannya dan mencapai sasaran kerja pribadi (Hall, Barling, Kelloway & Iverson, 2003). Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (1996) menyatakan bahwa tiga aspek kepuasan kerja. Pertama kepuasan kerja merupakan fungsi dari

nilai-nilai yaitu apa yang telah diperoleh seseorang, baik sadar ataupun tidak. Kedua

karyawanyang berbeda akan mempunyai pandangan yang berbeda tentang nilai-nilai

yang dianut. Ketiga, karyawan satu akan berbeda dengan karyawan yang lain dalam

(36)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah

keseluruhan sikap karyawan terhadap pekerjaannya yang berhubungan dengan

harapan-harapan yang dimiliki oleh karyawan.

2. Dimensi Kepuasan Kerja

Dimensi kepuasan kerja ini disusun oleh Smith, Kendalll dan Hulin (1985). Dengan menggunakan pengukuran aspek-aspek kepuasan kerja, organisasi dapat memperoleh

gambaran yang lengkap mengenai kekuatan dan kelemahan yang berhubungan dengan

kepuasan kerja karyawan (Saari & Judge, 2004). Dimensi tersebut antara lain :

a. Upah

Upah atau gaji merupakan besarnya imbalan yang diterima oleh karyawan secara

tetap maupun tidak tetap dan merupakan imbalan terhadap kinerja yang telah

diberikan.

b. Pekerjaan itu sendiri

Dimana ini memberikan kepada individu-individu tugas yang menarik,

kesempatan belajar dan peluang untuk menerima tangguung jawab. Nilai dari

pekerjaan itu sendiri merupakan sumber kepuasan

c. Kesempatan promosi

Yaitu peluang peningkatan dalam hirarki yang memiliki dampak yang bervariasi

terhadap kepuasan kerja. Hal ini disebabkan promosi memerlukan bentuk yang

berbeda dan mempunyai variasi imbalan yang menyertainya

d. Supervisi

Merupakan kemampuan atasan untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan

perilaku. Supervisi juga merupakan sumber kepuasan yang cukup penting.

(37)

Suatu kondisi dimana rekan-rekan karyawan secara teknis mampu dan secara

sosial bersifat mendukung. Sifat dari kelompok kerja akan mempunyai dampak

terhadap kepuasan kerja. Rekan kerja yang ramah dan kooperatif adalah sumber

kepuasan kerja bagi karyawan.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa ada lima dimensi yang

mempengaruhi kepuasan kerja yaitu, upah, pekerjaan itu sendiri, kesempatan

promosi, supervisi, dan rekan kerja.

3. Cara Mengukur Kepuasan Kerja

Spector (1997) mengemukakan beberapa metode dalam pengukuran kepuasan

kerja adalah :

1. Single Global Rating

Salah satu metode yang meminta individu merespon atas satu pertanyaan seperti

mempertimbangkan semua hal seberapa puas anda dengan pekerjaan anda.

2. Summation Score

Mengidentifikasi elemen kunci dalam pekerjaan dan menanyakan perasaan

pekerja tentang masing-masing elemen. Faktor spesifik yang diperhitungkan

adalah sifat pekerjaan, supervisi, upah, kesempatan promosi dan hubungan

dengan rekan kerja. Faktor ini dirating pada skala yang distandarkan dan

ditambahkan untuk menciptakan job satisfaction score secara menyeluruh.

4. Ciri-Ciri Karyawan Yang Memiliki Kepuasan Kerja Yang Tinggi

Munandar (2004) mengungkapkan beberapa ciri-ciri pekerja yang

(38)

1. Adanya kepercayaan bahwa organisasi akan memuaskan dalam jangka waktu

yang lama

2. Memperhatikan kualitas kerjanya

3. Memiliki komitmen yang lebih

4. Lebih produktif

C. Komitmen Organisasi

1. Definisi Komitmen Organisasi

Streers dan Porter (1991) mengemukakan bahwa komitmen merupakan suatu keadaan individu dimana individu menjadi sangat terikat oleh tindakannya. Melalui tindakan ini akan menimbulkan keyakinan yang menunjang aktivitas dan dan keterlibatannya, komitmen organisasi sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasi keterlibatan kedalam organisasi. Komitmen organisasi ditandai denagn tiga hal, yaitu penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi, kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi.

(39)

Sedangkan Allen dan Meyer (1997) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu keadaan psikologis yang dikarakteristikkan dengan :

a. meyakini dan menerima tujuan/goal dan value yang dimiliki oleh organisasi b. kesediaan untuk berusaha dengan sungguh–sungguh demi organisasi

c. mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.

Allen dan Meyer (1997) juga menyatakan bahwa karyawan yang memiliki komitmen organisasi akan bekerja dengan penuh dedikasi karena karyawan yang memiliki komitmen tingi menganggap bahwa hal yang penting yang harus dicapai adalah pencapaian tugas dalam organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi juga memiliki pandangan yang positif dan akan melakukan yang terbaik untuk kepentingan organisasi. Hal ini membuat karyawan memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi tempatnya bekerja.

(40)

Menurut Steers, Ongson & Mowday (1985) komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya. Komitmen organisasi merupakan kondisi dimana pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa komitmen karyawan terorganisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi Pada intinya beberapa definisi komitmen organisasi mempunyai penekanan pada proses karyawan dalam mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan organisasi. Disamping itu, komitmen organisasi mengandung pengertian sebagai sesuatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif terhadap organisasi, dengan kata lain komitmen organisasi menyiratkan hubungan pegawai dengan perusahaan atau organisasi secara aktif, karena karyawan yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi tempatnya bekerja.

2. Aspek-aspek Komitmen Organisasi

(41)

a) Identifikasi, merupakan keyakinan dan penerimaan terhadap serangkaian nilai dan tujuan organisasi. Dimensi ini tercermin dalam beberapa perilaku seperti adanya kesamaan nilai dan tujuan pribadi dengan nilai dan tujuan organisasi, penerimaan terhadap kebijakan organisasi serta adanya kebanggan menjadi bagian dari organisasi. Aspek identifikasi ini dapat dikembangkan dengan memodifikasi tujuan organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para karyawan ataupun dengan kata lain perusahaan memasukkan pula kebutuhan dan keinginan karyawan dalam tujuan organisasinya sehingga akan membuahkan suasana saling mendukung diantara para karyawan dengan organisasi. Lebih lanjut, suasana tersebut akan membawa karyawan dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi, karena karyawan menerima tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka pula.

(42)

Mereka hanya absen jika mereka sakit hingga benar-benar tidak dapat masuk kerja. Jadi, tingkat kemangkiran yang disengaja pada individu tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang keterlibatannya lebih rendah.

c) Loyalitas karyawan terhadap organisasi memiliki makna kesediaan seorang untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya demi mencapai kesuksesan dan keberhasilan organisasi tersebut. Kesediaan karyawan untuk mempertahankan diri bekerja dalam perusahaan adalah hal yang penting dalam menunjang komitmen karyawan terhadap organisasi dimana mereka bekerja. Hal ini dapat diupayakan bila karyawan merasakan adanya keamanan dan kepuasan di dalam organisasi tempat ia bergabung untuk bekerja.

Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dari komitmen organisasi terdiri dari tiga yaitu meliputi identifikasi dimana terwujud dalam bentuk kepercayaan karyawan terhadap organisasi, dapat dilakukan dengan memodifikasi tujuan organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para karyawan ataupun dengan kata lain perusahaan memasukkan pula kebutuhan dan keinginan karyawan dalam tujuan organisasinya. Kemudian keterlibatan dimana terwujud dari kemauan dan keinginan karyawan untuk mau terlibat dan bekerja sama dengan pimpinan mereka dan sesama teman kerja, dan loyalitas dimana adanya kesediaan seseorang untuk memperkuat hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi

(43)

a. Karakteristik personal yaitu hal-hal yang berhubungan dengan faktor-faktor personal yang terdapat didalam diri individu seperti, pendidikan, dorongan berprestasi, masa kerja dan usia, dsb. Secara umum, usia dan lama bekerja mempunyai hubungan positif dengan komitmen organisasi. Sementara tingkat pendidikan mempunyai hubungan negatif dengan komitmen organisasi, meskipun hubungan ini tidak terlalu konstan. Wanita cenderung memiliki komitmen organisasi yang lebih tinggi daripada pria. Beberapa karakteristik kepribadian lain seperti motivasi berprestasi dan perasaan kompeten ditemukan berhubungan dengan ko mitmen organisasi.

b. Karakteristik kerja dan peran, yaitu hal-hal yang didalamnya terdapat tantangan

kerja, umpan balik, stres kerja, identifikasi tugas, kejelasan peran, pengembangan diri, karir dan tanggung jawab. Semakin besar kesempatan yang diperoleh dalam bekerja semakin banyak pengalaman yang diperolah yang pada akhirnya memperbesar komitmen karyawan terhadap organisasi. Sedangkan konflik peran mempunyai hubungan yang negatif dengan komitmen terhadap organisasi, demikian halnya dengan ambiguitas peran

c. Karakteristik organisasi yaitu hal-hal yang berhubungan dengan situasi didalam organisasi yang meliputi tingkat partipasi dalam pengambilan keputusan.

(44)

D. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan.

Prestasi kerja diartikan oleh Bernarddin & Russel (2006) sebagai catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu. Prestasi kerja dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya adalah kepuasan kerja. Hubungan antara kedua variabel ini telah dipelajari lebih dari beberapa dekade oleh para ahli, para ahli berpendapat bahwa kepuasan kerja dalam diri karyawan dapat mempengaruhi prestasi kerjanya, hal ini terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Pushpakumari (2008) yang meneliti 237 orang pekerja di Sri Lanka, data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner, dan mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepuasan kerja dengan prestasi kerja karyawan.

Lin dan Ma (2004) dalam penelitiannya mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja dengan prestasi kerja karyawan, semakin tinggi kepuasan kerja karyawan maka akan semakin berprestasi pula karyawan dalam bekerja. Dalam penelitian ini, peneliti mengikut sertakan beberapa variabel yang dihitung secara terpisah yaitu leader member exchange, organizational commitment, dan tingkatan karir karyawan.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Cook (2008) yang meneliti lebih jauh mengenai pengaruh kepuasan kerja terhadap prestasi kerja karyawan, Cook menemukan pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja dengan prestasi kerja. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Riketta (2008) kepuasan kerja dalam diri karyawan akan memotivasi karyawan untuk meningkatkan prestasi kerjanya, namun tidak dengan sebaliknya, yaitu prestasi kerja yang tinggi tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja yang dimiliki oleh karyawan.

(45)

memiliki hubungan positif terhadap prestasi kerja karyawan. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh sebesar 17.8% terhadap peningkatan prestasi kerja karyawan.

Khairul (2006) pada Politeknik Negeri Lhoksumawe juga menemukan dalam penelitiannya bahwa kepuasan kerja mempunyai pengaruh dominan terhadap prestasi kerja karyawan. Hasil penelitian Darwito (2008) juga menemukan bahwa kepuasan kerja memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap prestasi kerja karyawan dibandingkan komitmen organisasi. Susanty (2013) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa variabel kepuasan kerja memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap prestasi kerja karyawan dibandingkan komitmen organisasi.

Berbeda dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan. (Yee, 2008) mengatakan bahwa tidak semua karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi akan berperilaku dan bekerja dengan baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihite (2011) yang meneliti kepuasan kerja terhadap prestasi kerja dosen, penelitian ini menemukan bahwa kepuasan kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan.

E. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan.

(46)

organisasinya namun karyawan memberikan usaha terbaiknya agar tujuan perusahaan tercapai dan menunjukkan prestasi kerja yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang memiliki komitmen rendah.

Komitmen karyawan terhadap perusahaannya tidak hanya dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan tetapi juga dapat mengurangi ketidakhadiran karyawan dan menurunkan tingkat turnover, hal ini akan berdampak pada prestasi kerja yang ditunjukkan oleh karyawan dan tentunya akan berdampak pada produktivitas organisasi.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Walton (1985) yang mengatakan komitmen organisasi memiliki pengaruh yang besar dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan, sehingga karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi cenderung untuk menunjukkan hasil kerja yang baik, ia juga menambahkan bahwa komitmen organisasi yang tinggi akan mempengaruhi produktivitas dan kecenderungan karyawan untuk meninggalkan organisasi.

Dalam penelitiannya Steers, Ongson & Mowday (1985) menemukan bahwa karyawan yang memiliki komitmen terhadap organisasi yang tinggi merasakan lebih aman dan stabil dalam kinerjanya dan hal tersebut memberikan keuntungan kepada perusahaan untuk memenangkan kompetisi dengan perusahaan lain. Allen & Meyer (1997) menambahkan karyawan yang memiliki tingkat komitmen yang tinggi akan menunjukkan perilaku setia terhadap perusahaan meskipun perusahaan dalam kondisi tidak stabil, juga tetap akan bekerja seperti biasa, akan lebih melndung aset perusahaan dan membantu perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Porter (1974) menambahkan bahwa karyawan yang memiliki tingkat komitmen yang tinggi juga lebih kreatif dalam bekerja dibandingkan karyawan memliki komitmen rendah.

(47)

yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasinya akan lebih produktif dalam bekerja, lebih setia kepada perusahaan, serta memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi dibandingkan karyawan yang memiliki tingkat komitmen yang rendah.

Sulaiman (2002) melakukan penelitian di dua puluh perusahaan di Timur Tengah menguji pengaruh komitmen organisasi terhadap prestasi kerja karyawan, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komitmen yang kuat baik melalui komitmen yang timbul secara langsung maupun komitmen yang berkelanjutan memberikan kontribusi yang tinggi dalam meningkatkan kinerja karyawan Dengan komitmen yang kuat, karyawan akan termotivasi untuk bekerja keras untuk kemajuan organisasi.

F. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan konsep dan keragka teori diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Ada pengaruh pengaruh positif yang signifikan antara kepuasan kerja terhadap prestasi kerja karyawan.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan keputusan hasil penelitian. Pembahasan dalam metode penelitian meliputi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subyek penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis (Hadi, 2000).

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel tergantung (dependen) dalam penelitian ini adalah prestasi kerja sedangkan yang menjadi variabel bebas (independen) kepuasan kerja dan komitmen organisasi.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Prestasi Kerja adalah nilai performance appraisal yang diperoleh karyawan berdasarkan penilaian kinerja karyawan tersebut selama 1 (satu) tahun oleh atasan karyawan dan sudah divalidasi oleh departemen Human Resource Development.

Prestasi Kerja diukur dengan menggunakan nilai Performance Appraisal para karyawan PT.

(49)

dimensi kepuasan kerja yang dikemukakan oleh smith, kendall dan Hulin (dalam Munandar, dkk, 2004) dijelaskan di tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Definisi Operasional Dimensi Kepuasan Kerja

Skor total yang diperoleh pada skala kepuasan kerja menggambarkan kepuasan kerja karyawan. Semakin tinggi skor skala kepuasan kerja yang diperoleh karyawan, menunjukkan semakin tinggi kepuasan kerja yang dimiliki oleh karyawan. Sebaliknya, semakin rendah skor skala kepuasan kerja yang diperoleh karyawan menunjukkan semakin rendah kepuasan kerja yang dimiliki oleh karyawan.

3. Komitmen Organisasi

Komitmen Organisasi merupakan keyakinan karyawan akan tujuan dan nilai-nilai organisasi serta kemauan karyawan untuk memberikan usaha-usaha dalam mencapai tujuan organisasi dan mempertahankan keanggotaan dalam

Dimensi Defenisi Operasional

Upah Perasaan karyawan terhadap besar imbalan yang diterima dari perusahaan

Pekerjaan itu sendiri

Sikap karyawan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, karyawan merasa bahwa pekerjaan yang dilakukannya menarik serta dapat mengembangkan kemampuannya.

Kesempatan promosi

Sikap karyawan terhadap peluang peningkatan hirarki diperusahaan

Atasan Sikap karyawan terhadap kemampuan atasannya dalam memberikan bantuan baik dalam hal teknis maupun dukungan perilaku.

(50)

berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Steers & Porter (1987) seperti yang dijelaskan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Definisi Operasional Dimensi Komitmen Organisasi Aspek Definisi Operasional

Identifikasi Keyakinan dan penerimaan karyawan terhadap serangkaian tujuan organisasi

Keterlibatan Keinginan karyawan yang kuat untuk berusaha demi kepentingan organisasi

Loyalitas Perasaan karyawan bahwa organisasi adalah tempatnya untuk tinggal.

Skor komitmen organisasi diperoleh dari total skor seluruh aspek skala komitmen organisasi. Semakin tinggi total skor skala komitmen organisasi maka semakin tinggi pula komitmen individu terhadap organisasi atau perusahaan tempatnya bekerja. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah total skor skala komitmen organisasi maka semakin rendah pula komitmen individu terhadap organisasi atau perusahaan tempatnya bekerja.

C. Populasi Penelitian

(51)

PT. Sarana Industama Perkasa yang berjumlah 60 orang. Alasan pemilihan staaf dikarenakan jabatan untuk karyawan non-staff adalah operator dan foreman, dan penilaian terhadap mereka tidak dilakukan secara individu, namun kepada section area. Hal ini dilakukan karena tanggungjawab operator tidak bersifat individual, tetapi kolektif.

D. Instrumen Atau Alat Ukur

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 2004).

Menurut Azwar (2004) karakteristik dari skala psikologi yaitu: (a) Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan; (b) Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem, maka skala psikologi selalu banyak berisi aitem-aitem; (c) Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Hanya saja jawaban yang berbeda dinterpretasikan secara berbeda pula.

Hadi (2000) mengemukakan bahwa skala psikologis mendasarkan diri pada laporan–laporan pribadi (self report).Selain itu skala psikologis memiliki kelebihan dengan asumsi sebagai berikut:

(52)

b. Apa yang dikatakan oleh subjek tentang kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

c. Interpretasi subjek tentang pernyataan–pernyataan yang diajukan sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Penelitian ini menggunakan penskalaan model Likert. Penskalaan ini merupakan model penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai sikap (Azwar, 2004). Ada dua skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala Kepuasan Kerja dan skala Komitmen Organisasi.

a.Skala Kepuasan Kerja

Skala kepuasan kerja diukur dengan menggunakan skala yang disusun

berdasarkan lima dimensi kepuasan kerja yang dikemukakan oleh Smith, Kendall dan Hulin (1985) yaitu :

1) Upah

Besarnya upah yang diterima oleh karyawan secara tetap maupun tidak

tetap dan merupakan imbalan terhadap kinerja yang telah diberikan.

2) Pekerjaan itu sendiri

Pemberian kepada individu-individu tugas yang menarik, kesempatan

belajar dan peluang untuk menerima tangguung jawab.

3) Kesempatan promosi

Peluang peningkatan dalam hirarki diperusahaan, dan berdampak pada peningkatan imbalan yang menyertainya

4) Atasan

Merupakan kemampuan atasan untuk memberikan bantuan teknis dan

dukungan perilaku.

(53)

Suatu kondisi dimana rekan-rekan karyawan secara teknis mampu dan

secara sosial bersifat mendukung.

Setiap aspek akan diuraikan ke dalam sejumlah pernyataan favorabel dan

(54)

Tabel 4. Blue Print Skala Kepuasan Kerja yang diterima sesuai dengan kinerja yang diberikan

3 3 6

20

2. Pekerjaan

itu sendiri - Karyawan merasa pekerjaan yang mereka lakukan adalah

Promosi -Karyawan kesempatan promosi jika bekerja dengan baik

- Atasan mampu memberikan bantuan terhadap pekerjaan dalam hal teknis

- Atasan mampu memberikan dukungan perilaku dalam bekerja

3 3 6

20

5. Rekan Kerja - Rekan kerja mampu mendukung karyawan alam hal pekerjaan mengerjakan setiap tugas yang ada

3 3 6

20

Gambar

Tabel.1 Turnover Berdasarkan Department Tahun 2010 – 2012
Tabel 2. Definisi Operasional Dimensi Kepuasan Kerja
Tabel 3. Definisi Operasional Dimensi Komitmen Organisasi
Tabel 4. Blue Print Skala Kepuasan Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Uji F menunjukkan bahwa kepuasan kerja dan komitmen organisasi secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Dosen Politeknik Mandiri Bina

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bahwa kepuasan kompensasi dan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja ,

Hasil analisis korelasi sederhana, regresi linear sederhana, dan uji t diketahui bahwa prestasi kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan pada

Hasil penelitian secara serempak menunjukkan bahwa pendelegasian wewenang dan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan perum bulog

Hasil penelitian secara serempak menunjukkan bahwa pendelegasian wewenang dan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan perum bulog

Hipotesis keempat menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi, komitmen organisasi, kepuasan kerja terhadap prestasi kerja pegawai di

0,05). Artinya hipotesis kedua yaitu keterlibatan  kerja terbukti  berpengaruh  positif  dan  signifikan  terhadap  kepuasan  kerja  karyawan.  Artinya,  semakin 

Penelitian Brahmasari(2008) membuktikan budaya organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, artinya budaya organisasi suatu