• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

DI SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

AQMARINA FERIAL

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B pada pembelajaran tematik terpadu di SD Negeri 7 Metro Pusat. Hasil pengamatan menunjukkan pembelajaran tematik terpadu belum berjalan sesuai yang diharapkan. Pembelajaran belum disesuaikan dengan tema, siswa belum terbiasa dengan kegiatan penyelidikan dan presentasi, kurangnya pemanfaatan media grafis, dan rendahnya hasil belajar siswa yang mencapai KKM. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model Problem Based Learning dengan media grafis pada pembelajaran tematik terpadu.

Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berbentuk siklus, tahapannya yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi dan soal tes yang diolah menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil analisis data menunjukkan, aktivitas siswa siklus I mencapai kualifikasi “Cukup Aktif” menjadi “Aktif” pada siklus II. Hasil belajar afektif siswa siklus I berkategori “Cukup” menjadi “Baik” di siklus II, kategori keterampilan siswa siklus I mencapai “Cukup Terampil” menjadi “Terampil” pada siklus II, dan persentase ketuntasan kognitif siswa siklus I sebesar 68% menjadi 80% pada siklus II. Penerapan model Problem Based Learning dengan media grafis dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(2)

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

DI SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

AQMARINA FERIAL

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Metro pada tanggal 13 Oktober

1992. Merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Putri

bungsu dari Bapak Sriyono dan Ibu Sulistantari.

Peneliti mengawali pendidikan di Taman Kanak- kanak

(TK) PKK 1 Yosomulyo yang diselesaikan tahun 1998,

sekolah dasar di SD Negeri 7 Metro Pusat selesai pada tahun 2004, dilanjutkan ke

jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP N 4 Metro selesai pada tahun

2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA N 1 Metro diselesaikan pada

tahun 2010.

Peneliti tercatat sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar (PGSD) jurusan Ilmu Pendidikan (IP) Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan (FKIP), Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur Ujian

Mandiri (UM).

(7)

MOTO

Barang siapa yang tidak ridha terhadap ketentuan

-Ku dan

tidak sabar atas musibah dari-

Ku, maka carilah Tuhan selain Aku

(HR. Bukhari dan Muslim)

Lokasi lahir boleh dimana saja, tapi lokasi mimpi harus di langit

(Anies Baswedan)

Bukan kemampuan yang menunjukkan diri seseorang

melainkan pilihan yang diambil.

(8)

PERSEMBAHAN

Ku awali dengan lafal Bismillahirrohmanirrohim

Goresan tinta dalam lembaran perjuangan yang tak lain hanya ku persembahkan teruntuk

Sepasang malaikat penjaga ku di dunia

selalu menunggu kabar kesuksesanku, bapak dan ibu yang luar biasa

saudara kandung ku Mbak Ria,

mbah uti dan alm mbah kakung, bude Rochani dan Adi penyemangat ketika mendung itu menghampiri

seseorang yang meniti waktu dengan sabar, sahabat, dan rekan- rekan guru masa depan angkatan 2010

(9)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Media Grafis untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV B pada Pembelajaran Tematik Terpadu di SD Negeri 7 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014” dengan baik.

Penelitian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila yang telah memberikan dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PGSD secara umum dan memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(10)

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua PGSD UPP Metro yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi. 5. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd., selaku dosen Pembahas yang telah

banyak memberikan arahan, masukan, dan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., selaku dosen Pembimbing I atas tenaga, waktu dan pikiran yang diberikan untuk memberikan bimbingan berupa masukan dan saran dengan penuh kesabaran.

7. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd., selaku dosen Pembimbing II dan dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan saran, masukan dan bimbingan dalam penelitian skripsi ini.

8. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan PGSD UPP Metro yang telah membimbing dan membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Kepala SD Negeri 7 Metro Pusat, Ibu Tri Sulistiyowati, S.Pd., dan Ibu

Yohana, S.Pd., selaku guru kelas IV B yang telah mengizinkan penyelenggaraan penelitian dan membantu peneliti selama melakukan penelitian.

(11)

11. Teman-teman PPL dan KKN David, Sovian, Pindo, Imam, Sumarmi, Novi, Septi, Nikmah, Dwi, Diah, dan Dian yang menambah anggota baru dalam keluarga.

12. Teman-teman angkatan 2010 khususnya keluargaku semester B yang selalu menemani, memotivasi, dan kompak dalam setiap kegiatan.

13. Siswa-siswi SD Negeri 7 Metro Pusat khususnya kelas IV B, atas partisipasi dan kerjasamanya.

Peneliti berharap semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Selain itu, peneliti juga menyadari mungkin masih ada kekurangan dalam penelitian skripsi ini sehingga peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi peneliti maupun pembaca.

(12)

DAFTAR ISI

5. Kelebihan dan Kekurangan Model PBL ... 16

B. Media Grafis ... 18

1. Pengertian Media... 18

2. Pengertian Media Grafis... 19

3. Jenis-jenis Media Grafis ... 20

4. Fungsi Media Grafis ... 22

5. Kelebihan dan Kekurangan Media Grafis ... 23

6. Penggunaan Media Grafis dalam Pembelajaran di SD ... 24

C. Belajar ... 25

1. Pengertian Belajar ... 25

2 Aktivitas Belajar ... 27

3. Hasil Belajar ... 28

D. Pembelajaran Tematik Terpadu ... 31

1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu ... 32

(13)

G. Hipotesis Tindakan ... 42

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 51

G.Indikator Keberhasilan ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 62

1. Profil Sekolah ... 62

2. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus I ... 63

3. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus II ... 82

B.Pembahasan ... 96

1. Kinerja Guru ... 96

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 98

3. Sikap Disiplin dan Kerjasama Siswa ... 100

4. Keterampilan Siswa... 101

5. Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... 105

B.Saran ... 106

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kisi-kisi Instrumen Kinerja Guru... 46

2. Indikator Aktivitas Siswa ... 47

3. Indikator Hasil Belajar Afektif (Sikap) Siswa ... 47

4. Indikator Hasil Belajar Psikomotor (Keterampilan) Siswa... 48

5. Kualifikasi Hasil Observasi ... 49

10. Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Secara Klasikal Siklus I ... 76

11. Rekapitulasi Rata-rata Nilai Sikap Disiplin dan Kerjasama Siswa Secara Klasikal Siklus I ... 78

12. Rekapitulasi Rata-rata Nilai Keterampilan Siswa Secara Klasikal Siklus I 79

13. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I ... 80

14. Kinerja Guru pada Siklus II ... 91

15. Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Secara Klasikal Siklus II ... 92

16. Rekapitulasi Rata-rata Nilai Sikap Disiplin dan Kerjasama Siswa Secara Klasikal Siklus II ... 93

17. Rekapitulasi Rata-rata Nilai Keterampilan Siswa Secara Klasikal Siklus II 94 18. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II ... 95

19. Rekapitulasi Rata-rata Peningkatan Kinerja Guru ... 97

20. Rekapitulasi Persentase Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Siklus Penelitian ... 98

21. Rekapitulasi Rata-rata Nilai Sikap Siswa Setiap Siklus ... 100

22. Rekapitulasi Rata-rata Keterampilan Siswa Setiap Siklus ... 102

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir ... 41 2. Bagan Tahapan PTK ... 44 3. Grafik Rekapitulasi Rata-rata Peningkatan Kinerja Guru ... 97 4. Grafik Rekapitulasi Persentase Peningkatan Aktivitas Siswa

Dalam Siklus Penelitian ... 99 5. Grafik Rekapitulasi Peningkatan Rata-rata Nilai Sikap Siswa

Setiap Siklus ... 100

6. Grafik Rekapitulasi Rata-rata Nilai Keterampilan Siswa Setiap Siklus ... 102 7. Grafik Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Kognitif Siswa

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dianggap sebagai suatu faktor yang penting dalam pembangunan Nasional di Indonesia. Hal ini tampak jelas pada tujuan Nasional yang termaktub dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan jalan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki sehingga menjadi manusia yang bermanfaat untuk dirinya sendiri, orang lain, bangsa dan negaranya.

(17)

Dengan demikian pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa karena melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang terampil dan berkualitas. Berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, disebutkan bahwa visi pendidikan Nasional adalah terwujudnya pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (Anonim, 2007: 5).

Salah satu usaha untuk mewujudkan visi pendidikan Nasional tersebut adalah dengan membekali siswa agar mampu dan mau berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari (Wardhani dkk., 2010: 2). Sebagaimana dalam Permendikbud No.67 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar, kurikulum bertujuan mempersiapkan manusia sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

(18)

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern sehingga menggunakan pendekatan yang mampu menunjang siswa dalam pembelajaran yang diharapkan. Pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013 ini adalah pendekatan ilmiah atau Scientific Approach. Pendekatan ilmiah ini mendorong dan menginspirasi siswa untuk berpikir kritis analitis dalam menggali informasi dengan cara mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring atau mengkomunikasikan hasil temuan. Selain itu, pendekatan Scientific memberikan relevansi materi pembelajaran yang berlandaskan masalah dalam konteks dunia nyata siswa.

Sementara itu berdasarkan observasi peneliti pada tanggal 13 Januari 2014 didapatkan hasil bahwa proses pembelajaran belum sepenuhnya menggunakan tematik terpadu yang ditekankan dalam kurikulum 2013. Guru masih menyampaikan materi ajar secara terpisah belum dikaitkan dengan tema yang sesuai sehingga bukan permasalahan yang disajikan tapi materi ajar yang terpaku pada buku. Penyampaian materi ajar yang terpaku dengan buku membuat guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas (teacher centered). Selain itu, siswa masih bergantung pada guru dalam menyelesaikan tugas, belum adanya kemandirian dari siswa untuk memecahkan masalah yang disajikan dengan alternatif jawaban yang mereka temukan sendiri.

Penelusuran lebih lanjut, diketahui dari laporan hasil capaian kompetensi siswa yang memuat hasil belajar yang disajikan secara deskriptif untuk masing-masing kompetensi inti pada siswa kelas IV B SD N 7 Metro Pusat pada

(19)

25 siswa hampir 60% dari jumlah siswa masih dalam kategori “cukup”, 24%

kategori “baik”, dan hanya 16% yang termasuk dalam kategori “sangat baik”.

Penyebab rendahnya persentase siswa dengan kategori “sangat baik” dan

“baik” ini menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa yang mencapai KKM ≥

66 sebagai akibat dari kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran. Siswa belum sepenuhnya diberi kepercayaan dalam merumuskan alternatif jawaban mereka sendiri sehingga siswa juga belum terbiasa dengan kegiatan penyelidikan dan mengkomunikasikan hasil temuan mereka baik secara individu maupun kelompok. Guru juga kurang dapat mengaitkan pembelajaran dengan dunia nyata siswa. Kurangnya guru dalam mengaitkan materi dengan dunia nyata siswa ini karena minimnya pemanfaatan media pembelajaran yang digunakan untuk mempermudah dalam menyampaikan materi pelajaran. Sedangkan pengembangan kurikulum 2013 dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan mampu menghadapi kehidupan pada masa mendatang.

(20)

informasi serta menyajikan hasil karya dapat mendorong siswa melakukan penyelidikan dan mengkomunikasikan hasil temuannya. Penerapan model PBL ini juga akan semakin optimal jika dibantu dengan media grafis untuk memudahkan guru menyampaikan pesan pelajaran secara konkret kepada siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Bertolak dari paparan di atas perlu diadakan perbaikan dalam proses pembelajaran menggunakan penelitian tindakan kelas. Berkaitan dengan penelitian tersebut peneliti mengmabil judul ”Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Dengan Media Grafis Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV B Pada Pembelajaran Tematik Terpadu di SD Negeri 7 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014”. Khususnya pada tema “Indahnya

Negeriku”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi ajar secara terpisah belum dikaitkan dengan tema sehingga materi yang disampaikan masih terpaku pada buku pelajaran.

2. Guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas (teacher centered) 3. Siswa belum mandiri artinya masih bergantung pada guru dalam

menyelesaikan tugas.

(21)

5. Guru kurang memanfaatkan media sebagai alat bantu dalam pembelajaran 6. Guru juga kurang dapat mengaitkan pembelajaran dengan dunia nyata siswa

sehingga pemahaman konsep siswa tidak berkembang, kurang mengedepankan aspek berpikir analitis yang mandiri.

7. Persentase siswa dalam kategori “cukup” sebesar 60%, membuktikan ada 15 siswa yang belum mencapai KKM ≥ 66.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti dapat merumuskan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas IV B SD Negeri 7 Metro Pusat. 2. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 7 Metro Pusat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IVB melalui penerapan model PBL dengan media grafis pada pembelajaran tematik terpadu di SD Negeri 7 Metro Pusat tahun pelajaran 2013/2014?

(22)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV B melalui penerapan model PBL dengan media grafis pada pembelajaran tematik terpadu di SD Negeri 7 Metro Pusat tahun pelajaran 2013/2014.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV B melalui penerapan model PBL dengan media grafis pada pembelajaran tematik terpadu di SD Negeri 7 Metro Pusat tahun pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IV B SD Negeri 7 Metro Pusat sebagai berikut.

1. Bagi siswa

Guna memberikan kontribusi untuk meningkatkan aktivitas, dan minat agar mampu dalam memecahkan masalah secara mandiri pada pembelajaran tematik terpadu sehingga hasil belajarnya juga dapat meningkat.

2. Bagi Guru

(23)

3. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran dan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan mutu sekolah dan para pendidik. Memperkenalkan dan menerapkan kurikulum 2013 dalam meningkatkan kualitas pendidik dan siswa dalam ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diintegrasikan dalam suatu proses yang diimplementasikan melalui tindakan.

4. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman tentang penelitian tindakan kelas, sehingga kelak ketika menjadi seorang guru mampu menjalankan tugas dan pekerjaannya secara profesional khususnya dalam proses pembelajaran. Selain itu, peneliti juga dapat berlatih dalam membuat perangkat pembelajaran kurikulum 2013.

G. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan guru kelas IV B SD Negeri 7 Metro Pusat.

Jumlah siswa dalam kelas tersebut adalah 25 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

(24)

3. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan lama penelitian 6 bulan terhitung dari bulan Januari - Juni 2014.

4. PBL adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai landasan dalam pembelajaran agar siswa terampil memecahkan masalah secara mandiri melalui kegiatan penyelidikan untuk menghasilkan produk yang selanjutnya akan dipamerkan.

5. Pendekatan Scientific adalah pendekatan yang mendorong siswa berpikir ilmiah, analitis, mengidentifikasi, dan memecahkan masalah yang diapalikasikan dalam materi pembelajaran.

6. Media grafis adalah media atau perantara untuk menyalurkan pesan pembelajaran yang bersifat visual.

7. Aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan siswa baik mental maupun emosional yang terjadi dalam proses pembelajaran sehingga berdampak terhadap perubahan perilaku, pemahaman serta keterampilan kearah yang lebih maju.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model PBL

1. Pengertian PBL

Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa dihadapkan dengan masalah sehari-hari dengan maksud agar terampil dalam menyusun pemecahan masalah. Arends (dalam Wardhani, 2006: 5) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang bertujuan merangsang terjadinya proses berpikir tingkat tinggi dalam situasi yang berorientasi masalah. Lebih lanjut PBL dikembangkan untuk membantu siswa sebagai berikut: a. Mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Menurut Lauren

(26)

tidak segala sesuatu terkait dengan tugas yang telah diketahui, (7) melibatkan pengaturan diri dalam proses berpikir, yang berarti bahwa dalam proses menemukan penyelesaian masalah, tidak diijinkan adanya bantuan orang lain pada setiap tahapan berpikir, (8) melibatkan pencarian makna, dalam arti menemukan struktur pada keadaan yang tampaknya tidak teratur, (9) menuntut dilakukannya kerja keras, dalam arti diperlukan pengerahan kerja mental besar-besaran saat melakukan berbagai jenis elaborasi dan pertimbangan yang dibutuhkan.

b. Belajar berbagai peran orang dewasa.

Dengan melibatkan siswa dalam pengalaman nyata atau simulasi (pemodelan orang dewasa), membantu siswa untuk berkinerja dalam situasi kehidupan nyata dan belajar melakukan peran orang dewasa. c. Menjadi pelajar yang otonom dan mandiri

(27)

Sementara itu Moffit (dalam Supinah, 2010: 62) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah, sebagai suatu pendekatan yang melibatkan siswa dalam penyelidikan dalam pemecahan masalah yang memadukan ketrampilan dan konsep dari berbagai kandungan area.

Pendapat tersebut sejalan dengan Winarno (2013: 77) yang mendefinisikan PBL sebagai pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai materi pembelajaran bagi siswa sehingga siswa dapat belajar berpikir kritis dan terampil memecahkan berbagai masalah untuk memperoleh konsep atau pengetahuan yang esensial.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka peneliti mendefinisikan PBL sebagai model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai landasan dalam pembelajaran agar siswa terampil memecahkan masalah secara mandiri melalui kegiatan penyelidikan untuk menghasilkan produk yang selanjutnya akan dipamerkan.

2. Ciri-ciri PBL

Sama halnya dengan model yang lain, PBL juga mempunyai ciri khusus. Menurut Krajcik et.al, dan Slavin et.al (dalam Wardhani, 2006: 8), ciri-ciri khusus dari PBL adalah sebagai berikut.

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah

(28)

b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

Masalah yang diangkat hendaknya dipilih yang benar-benar nyata sehingga dalam pemecahannya siswa dapat meninjaunya dari banyak mata pelajaran.

c. Penyelidikan autentik

Penyelidikan autentik, berarti siswa dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Metode yang digunakan tergantung pada masalah yang dipelajari.

d. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya

Siswa dituntut untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak. Artefak yang dihasilkan antara lain dapat berupa transkrip debat, laporan, model fisik, video, program komputer. Siswa juga dituntut untuk menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Penjelasan antara lain dapat dilakukan dengan presentasi, simulasi, peragaan.

Ciri-ciri PBL menurut Baron (dalam Rusmono, 2012: 74) adalah (1) menggunakan permasalahan dalam dunia nyata, (2) pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah, (3) tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa, dan (4) guru sebagai fasilitator.

(29)

disajikan diangkat dari dunia nyata siswa, melakukan penyelidikan, dan menghasilkan produk yang nantinya akan di pamerkan.

3. Langkah-langkah PBL

Ada lima langkah pembelajaran pada PBL. Lima langkah ini sering dinamai tahap interaktif, yang sering juga sering disebut sintaks dari PBL. Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010: 243) lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap tahapan pembelajaran tergantung pada jangkauan masalah yang diselesaikan.

Langkah-langkah PBL menurut Rusman (2010: 243) sebagai berikut:

1 . Orientasi siswa pada situasi masalah, guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, logistik yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan tugas, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

2 . Mengorganisasi siswa untuk belajar, guru membantu siswa

mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3 . Membimbing pengalaman individual maupun kelompok, guru

mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4 . Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, guru membantu

siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pelaksanaan tugas, misalnya berupa laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

5 . Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah,

guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka tempuh.

(30)

menyajikan hasil, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses penyelidikan.

Menurut Fogarty (dalam Supinah, 2010: 21) PBL dimulai dengan masalah yang tidak terstruktur. Langkah-langkah yang akan dilalui siswa dalam proses PBL adalah (1) menemukan masalah, (2) mendefinisikan masalah, (3) mengumpulkan fakta, (4) menyusun dugaan sementara atau hipotesis, (5) penelitian, (6) menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan, (7) menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan secara kolaboratif, dan (8) mengusulkan solusi.

Berdasarkan beberapa teori di atas peneliti menyimpulkan langkah-langkah PBL adalah menyajikan masalah kepada siswa, mengorganisasikan siswa persiapan diskusi kelompok, melaksanakan penyelidikan, mengkomunikasikan hasil, dan mengevaluasi hasil.

Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam PBL adalah lingkungan belajar terbuka, menggunakan proses demokrasi dan menekankan pada peran aktif siswa. Seluruh proses ini membantu siswa menjadi mandiri dan otonom yang percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri. Lingkungan belajar menekankan pada peran sentral siswa bukan pada guru.

4. Karakteristik PBL

(31)

a. Belajar dimulai dengan suatu permasalahan.

b. Memastikan bahwa permasalahan yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa.

c. Mengorganisasikan pelajaran seputar permasalahan, bukan seputar disiplin ilmu.

d. Memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada siswa dalam mengalami secara langsung proses belajar mereka sendiri.

e. Menggunakan kelompok kecil.

f. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja (performance).

Karakteristik yang dimiliki model PBL membantu guru menerapkan model ini didalam pembelajaran sehingga siswa dapat mengembangkan kemandirian, disiplin, dan kerjasama dalam memecahkan suatu masalah yang disajikan dalam pembelajaran.

5. Kelebihan dan Kekurangan Model PBL

Seperti halnya model lain, PBL pun juga mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam penerapanya. Menurut Warsono dan Hariyanto (2012: 152) secara umum dapat dikemukakan bahwa kelebihan dari penerapan model PBL ini antara lain:

a. Siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah, tidak hanya terkait dengan pembelajaran di kelas tetapi juga menghaapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari (real world) b. Memupuk sollidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan

teman-teman;

c. Makin mengakrabkan guru dengan siswa; d. Membiasakan siswa melakukan eksperimen

(32)

Sedangkan menurut Muiz (2005: http://file.upi.edu/Direktor) kelebihan dan kekurangan model PBL sebagai berikut:

Kelebihan model PBL yaitu mendorong siswa untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata, memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri, pembelajaran berfokus pada masalah, terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok, dan siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.

Sedangkan kelemahanya adalah lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah, tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas, membutuhkan waktu yang tidak sedikit, guru harus memilki kemampuan memotivasi siswa dengan baik, dan keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah.

Berdasarkan teori di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa kelebihan dari model PBL yaitu mendorong siswa untuk terampil dalam memecahkan masalah secara ilmiah melalui kegiatan penyelidikan. Sedangkan kelemahannya yaitu guru harus mampu memotivasi siswa dengan baik, memerlukan waktu yang lama dalam pembelajaran dan adanya keterbatasan sarana.

(33)

model PBL yang dapat dilaksanakan adalah menyajikan masalah yang relevan dengan tema, mengorganisasikan siswa dalam belajar, membimbing siswa melakukan penyelidikan, memfasilitasi siswa menyajikan hasil temuan, dan menganalisis serta mengevaluasi hasil yang diperoleh.

B. Media Grafis

1. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006: 6) menyatakan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sedangkan menurut Djamarah dkk., (2010:121) menyatakan media sebagai alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat Arsyad (2013: 3) bahwa media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.

(34)

belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media pembelajaran tersebut antara lain buku, foto, gambar, grafik, komputer.

2. Pengertian Media Grafis

Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu dalam penyampaian materi pelajaran. Dilihat dari jenisnya media terdiri dari media auditif, visual, dan audiovisual. Pada penelitian ini peneliti mengambil media visual yaitu salah satunya adalah media grafis.

Media grafis menurut Sadiman dkk., (2006: 28) termasuk media visual yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang digunakan menyangkut indera penglihatan. Pesan yang yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar agar pross penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Adapun fungsi khusus media grafis untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengillustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan jika tidak digrafiskan.

(35)

grafis merupakan media pandang dua dimensiyang dirancang khusus untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media grafis adalah media atau perantara untuk menyalurkan pesan pembelajaran yang bersifat visual.

3. Jenis-jenis Media Grafis

Beberapa jenis media grafis menurut Sadiman dkk., (2006: 29-40) diantaranya sebagai berikut:

a. Gambar/foto

Gambar yaitu media yang merupakan reproduksi bentuk asli dalam dua dimensi. Media ini dapat berupa foto atau lukisan. Media gambar juga merupakan media yang paling umum dapat dinikmati dan dimengerti dimana-mana. Oleh karena itu, ada pepatah mengatakan bahwa sebuah gambar dapat berbicara lebih banyak daripada seribu kata. Penggunaan gambar dapat merangsang minat maupun perhatian siswa. Gambar-gambar yang dipilih dan diadaptasi secara tepat dapat membantu siswa mengingat informasi bahan-bahan verbal yang menyertainya.

Adapun syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar/foto agar menjadi media yang baik,yaitu : (a) autentik, (b) sederhana, (c) ukuran relatif, (d) sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan

(36)

b. Sketsa

Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Selain dapat menarik perhatian siswa, menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganya pun murah karena dibuat langsung oleh guru. Tidak memerlukan waktu banyak karena dibuat spontan sementara guru menjelaskan materi ajar.

c. Diagram

Diagram adalah suatu gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol untuk menggambarkan suatu hubungan antar objek secara garis besar. Diagram menyederhanakan hal yang kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan.

d. Bagan (chart)

Istilah bagan meliputi beberapa jenis presentasi grafis seperti gambar, sketsa, lukisan dan poster yang dirancang untuk menyajikan secara logis dan teratur mengenai fakta dan konsep-konsep. Fungsi yang utama dari bagan adalah menguatkan hubungan perbandingan, jumlah relatif, perkembangan, proses pengklasifikasian dan organisasi.

(37)

e. Grafik

Grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar. Untuk melengkapi seringkali simbol-simbol verbal juga digunakan. Fungsi grafik adalah untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menjelaskan perkembangan atau perbandingan suatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Ada beberapa grafik yang dapat digunakan diantaranya adalah grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran, dan grafik gambar.

Jadi dapat disimpulkan jenis-jenis media grafis dalam pembelajaran antara lain gambar/poto, sketsa, diagram, bagan, dan grafik.

4. Fungsi Media Grafis

Sebagaimana halnya media yang lain, media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima yang dituangkan melalui simbol-simbol komunikasi visual. Secara umum fungsi media pembelajaran menurut Arsyad (2013: 19) adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Karena media grafis termasuk kedalam salah satu media visual dalam pembelajaran sehingga memiliki fungsi yang sama dengan media pembelajaran.

(38)

Fungsi lain yang dikemukan oleh Derek Rowtrie (dalam Safei, 2007: 120) yaitu (a) pemilikan motivasi pada siswa, (b) pengenalan pelajaran lebih cepat, (c) penyediaan rangsangan akan pelajaran baru, (d) keaktifan respon dari siswa, (e) memberikan umpan balik yang cepat, dan (f) meningkatkan penguasaan praktis.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa fungsi media grafis sama dengan fungsi media pembelajaran pada umumnya yaitu untuk memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran dan dapat memotivasi siswa agar lebih interaktif dalam belajar.

5. Kelebihan dan Kelemahan Media Grafis

Beberapa kelebihan dan kelemahan media grafis menurut Sadiman dkk, (2006: 29-30),yaitu :

1) Kelebihan

a. Sifatnya konkret, lebih realistis dalam menunjukkan pokok masalah b. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu misalnya gambar/photo,

tidak semua benda/peristiwa dapat dibawa kedalam kelas

c. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, yang tak mungkin dapat dilihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar.

d. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah kesalah pahaman. e. Harganya murah, mudah didapat serta digunakan.

f. Untuk sketsa dapat dibuat secara cepat sementara guru menerangkan.

2) Kelemahan

(39)

b. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan

pembelajaran

c. Ukurannya sangat terbatas untuk digunakan dalam kelompok besar

Jadi dapat disimpulkan kelebihan yang dimiliki media grafis yaitu mampu mengkonkretkan materi pelajaran yang abstrak sedangkan kelemahannya hanya menekankan visual saja.

6. Penggunaan Media Grafis dalam Pembelajaran di SD

Penggunaan media pembelajaran khususnya media grafis dalam pendidikan menjadi suatu hal yang penting karena akan lebih meningkatkan daya serap siswa dalam memahami pesan-pesan pembelajaran. Dengan begitu akan mengurangi pembelajaran yang verbalistik sehingga yang ada hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam memecahkan suatu masalah. Secara khusus media grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas ide, mengilustrasikan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan bila tidak digrafiskan. Proses hubungan tersebut dinamakan proses interaksi edukatif. Artinya guru dalam pembelajaran tidak hanya bertindak sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik.

(40)

Adapun langkah-langkah dalam penerapan model PBL dan Scientific yang menggunakan media grafis dalam perbaikan pembelajaran adalah (1) menyajikan masalah yang relevan dengan tema melalui kegiatan mengamati media grafis, (2) membimbing siswa untuk mengkontruksi pengetahuan melalui kegiatan bertanya, (3) membimbing siswa dalam bernalar dengan mengumpulkan informasi baik individu maupun kelompok, (4) memfasilitasi siswa mencoba dengan menyusun alternatif solusi pemecahan masalah, (5) membimbing siswa membuat jejaring serta mengkomunikasikan hasilnya, dan (6) menganalisis serta mengevaluasi hasil kerja siswa yang dibuat secara individu atau kelompok.

C. Belajar

1. Pengertian Belajar

Banyak teori yang mengkaji tentang belajar, salah satunya adalah teori behavioristik yang memandang belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Menurut Skinner (dalam Budiningsih, 2005: 24) hubungan-hubungan yang kompleks antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku.

(41)

terjadi dalam diri seseorang. Menurut Hamalik (2008: 154), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.

Kedua definisi tersebut sejalan dengan pendapat Cronbach (dalam Suprijono, 2011: 2) yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Seperti halnya pendapat Cronbach, R.Gagne (dalam Susanto, 2013: 1) juga mendefinisikan belajar sebagai proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

Bagi Gagne belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku (sikap). Hal ini relevan dengan kurikulum 2013 yang mengutamakan tiga ranah yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diintegrasikan dalam suatu proes dan diimplementasikan dalam bentuk suatu tindakan.

Menurut Djamarah (2010: 32) ada dua jenis belajar, yaitu belajar konsep dan belajar proses. Belajar konsep lebih menekankan hasil belajar kepada pemahaman fakta dan prinsip yang banyak bergantung kepada apa yang diajarkan guru, yaitu bahan atau isi pelajaran, dan lebih bersifat kognitif. Sedangkan belajar proses atau keterampilan proses lebih ditekankan pada masalah bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan dan dipelajari.

(42)

konsep. Pembelajaran konsep membuat siswa dapat memahami dan membedakan benda-benda, peristiwa atau kejadian yang ada dalam lingkungan sekitar.

Baik belajar konsep maupun belajar keterampilan proses keduanya mempunyai ciri-ciri: (1) menekankan pentingnya makna belajar untuk mencapai hasil belajar yang memadai, (2) menekankan pentingnya keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran, (3) menekankan bahwa belajar adalah proses dua arah yang dapat dicapai oleh siswa, dan (4) menekankan belajar secara tuntas dan utuh.

Berdasarkan beberapa pendapat tokoh di atas peneliti menyimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku sebagai hasil dari perolehan individu dari lingkungannya.

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seseorang. Pendapat Kunandar (2010: 277) tentang aktivitas siswa sebagai keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perbuatan dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

(43)

(2) aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa, serta (3) siswa mampu mengerjakan LKS yang diberikan guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala bentuk kegiatan siswa baik mental maupun emosional, yang terjadi dalam proses pembelajaran sehingga berdampak terhadap perubahan perilaku, pemahaman serta keterampilan kearah yang lebih maju. Indikator aktivitas belajar siswa dalam penerapan model PBL dengan media grafis dapat dilihat dari partisipasi, minat, dan perhatian siswa selama pembelajaran.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne (dalam Suprijono, 2011: 5), hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempretasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif yaitu kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

(44)

salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif, sehingga hasil belajar meliputi berbagai aspek perkembangan.

Instrumen penilaian hasil belajar menurut Wardhani dkk., (2010: http://ebook.p4tkmatematika.org) adalah alat (ukur) yang digunakan dalam rangka kegiatan mengumpulkan dan mengolah informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa yang dapat dilihat melalui substansi, kontruksi, dan bahasa.

Adapun indikator untuk masing-masing aspek tersebut adalah a. Kognitif

Berdasarkan pendapat Gagne di atas, hasil belajar bisa berupa keterampilan intelektual atau kognitif siswa. Pada penerapan model PBL dengan mendia grafis ini indikator hasil belajar kognitif siswa berupa mengidentifikasi masalah, mencari solusi pemecahan masalah, membandingkan konsep dengan pengetahuan yang siswa miliki, menjelaskan hasil temuan, dan mengevaluasi hasil temuan yang didapat.

b. Afektif

(45)

seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Berbeda dengan John H. Harvey dan William P. Smith (dalam Ahmadi, 2007: 150) menyatakan sikap sebagai kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan sikap adalah kecenderungan seseorang dalam merespon secara berulang terhadap situasi tertentu.

Namun, sikap yang dianut oleh banyak orang biasa disebut dengan sikap sosial. Menurut Ahmadi (2007: 149) sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Dalam lingkungan siswa SD banyak sikap sosial yang dapat ditingkatkan dan dikembangkan. Namun pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada sikap disiplin dan kerjasama. Adapun penjelasanya sebagai berikut:

a) Disiplin menurut Fathurrohman dkk., (2013: 19) adalah tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Indikator sikap disiplin masuk kelas tepat waktu, memperhatikan ketika guru menjelaskan, patuh terhadap peraturan di

kelas, dan mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan.

(46)

imbalan, aktif dalam kerja kelompok, mendahulukan kepentingan kelompok daripada kepentingan pribadi, dan membagi tugas kepada teman dalam berdiskusi/ tidak mendominasi.

c. Psikomotor

Hasil belajar bisa berupa psikomotor atau keterampilan siswa sebagai aplikasi dari pengetahuan yang dimilik. Keterampilan tersebut bisa berupa keterampilan berpikir seperti merancang solusi pemecahan masalah dan keterampilan motorik seperti mengumpulkan tugas sesuai dengan petunjuk.

Maka, peneliti menyimpulkan hasil belajar merupakan segala sesuatu yang diperoleh dari aktivitas belajar yang berdampak pada perubahan aspek kognitif, afektif dan psikomotor pihak yang melakukannya. Indikator aspek kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisis. Sedangkan indikator dari aspek afektif meliputi sikap disiplin dan kerjasama serta aspek psikomotor meliputi peniruan, manipulasi, dan artikulasi.

D. Pembelajaran Tematik Terpadu

(47)

Hal tersebut relevan dengan Permendikbud No. 67 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar,yaitu kurikulum 2013 dikembangkan melalui penyempurnaan pola pikir pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif. Ini diaplikasikan kedalam pembelajaran tematik terpadu di kelas. Maka dapat disimpulkan pendekatan Scientific adalah pendekatan yang mendorong siswa berpikir ilmiah, analitis, dan tepat dalam memahami, ,mengidentifikasi, dan memecahkan masalah yang diapalikasikan dalam materi pembelajaran.

1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Menurut Covey (dalam Sagala, 2010: 61) menyatakan pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.

(48)

Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe dari model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik yang dituangkan Depdiknas (dalam Trianto, 2011: 147) pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa yang bersifat holistik. Ini sejalan dengan teori psikologi Gestalt (dalam Sagala, 2010: 47) bahwa pengamatan manusia pada awalnya bersifat global terhadap objek-objek yang dilihat karena itu belajar harus dimulai dari keseluruhan baru kemudian diproses ke bagian-bagian tertentu.

Berdasarkan beberapa teori di atas peneliti menyimpulkan pembelajaran tematik termasuk kedalam pembelajaran terpadu yang mengaitkan antar mata pelajaran yang dipadukan dengan tema agar siswa mendapatkan pengalaman yang bermakna.

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu

Adapun karakteristik pembelajaran tematik terpadu menurut Rusman (2010: 258-259) yang dilaksanakan di sekolah dasar yaitu:

(1) berpusat pada siswa,(2) memberikan pengalaman langsung, (3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran,(5) bersifat fleksibel,(6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, dan (7) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

(49)

pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga siswa tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada siswa seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.

Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang kuat untuk integrasi kompetensi dasar yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Telah banyak peneliti pendidikan yang menekankan pentingnya pembelajaran terpadu seperti Susan Drake, Heidi Hayes Jacobs, James Beane and Gordon Vars.

Berdasarkan teori di atas peneliti menyimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran tematik terpadu bersifat fleksibel disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa agar siswa mendapatkan pengalaman yang bermakna

3. Penilaian Dalam Pembelajaran Tematik Terpadu

Berlakunya kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan Scientific juga berpengaruh terhadap penilaian yang digunakan. Pada pembelajaran tematik terpadu menggunakan penilaian yang sebenarnya atau penilaian autentik (Authentic Assesment).

(50)

Menurut Muller (dalam Nurgiyantoro, 2011: 23) penilaian autentik adalah suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.

Sedangkan Komalasari (2011: 148) menyatakan penilaian autentik sebagai suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks

“dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk

memecahkan masalah dengan alternatif jawaban yang bermacam-macam. Dengan kata lain penilaian autentik memonitor dan mengukur semua aspek hasil belajar yang mencakup kognitif, sikap, serta keterampilan. Baik yang tampak sebagai hasil akhir maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas dan perolehan selama proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian bermakna selama proses pembelajaran yang menuntut siswa menunjukan keterampilannya dalam memecahkan masalah yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan yang dimiliki.

(51)

rangka mengobservasi, menalar, mencoba, mengkomunikasikan, membuat jejaring dll.

Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim atau guru bekerja sama dengan siswa. Guru dapat meminta siswa untuk merefleksikan dan mengevalusai kinerja mereka sendiri (self evaluasi) dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih bermakna serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.

Menurut Komalasari (2011: 148-149) sebagai sebuah proses, penilaian autentik dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap penyusunan alat penilaian, tahap pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukan pencapaian hasil belajar siswa, tahap pengolahan, dan tahap penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa.

Penilaian ini harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki siswa, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, seorang guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan.

Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan Permendikbud No.66 tahun 2013 sebagai berikut:

a. Penilaian kompetensi sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi,

penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh siswa

(52)

scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. 2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta

siswa untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

3) Penilaian antar siswa merupakan teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar siswa.

4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan siswa yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

(53)

menuntut siswa mampu mengingat, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi materi yang sudah dipelajari.

2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan tugas. Dalam penelitian ini untuk mengukur pengetahuan pada siswa, peneliti menggunakan alat ukur tes tertulis dan penugasan di rumah yang dibuat oleh guru.

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.

2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

(54)

tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. 4) Penilaian kinerja, jika guru meminta siswa menyebutkan

unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Instrumen dapat berupa daftar cek (checklist), ctatan anekdot/narasi (anecdotal/narative record), skala penilaian (rating scale), memory (memory approach)

Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa penilaian autentik menilai secara keseluruhan selama proses pembelajaran sikap, kognitif, dan psikomotor.

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Riska Apriani (2013) mahasiswa Universitas Negeri Semarang dengan menggunakan model PBL dalam materi

“Perubahan Lingkungan” pada siswa kelas IV SD Negeri Randugunting 3

Kota Tegal. Terjadi peningkatan hasil tes formatif dari 77,03 pada siklus I menjadi 85,14 pada siklus II, dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari 81,08% menjadi 89,19%. Sedangkan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran meningkat dari 75,47% pada siklus I menjadi 82,88% pada siklus II dan mencapai kriteria aktivitas belajar sangat tinggi.

(55)

rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 64,38 menjadi 78,13 pada siklus II. Peningkatan juga terjadi pada nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I sebesar 69,17 meningkat menjadi 75,67 pada siklus II.

Persamaan dari kedua penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian pertama menggunakan model yang sama yaitu model PBL dan penelitian kedua menggunakan media grafis. Keduanya memiliki kesamaan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, jenjang kelas, siklus yang dilaksanakan. Sedangkan perbedaannya adalah waktu dan tempat penelitian, mata pelajaran atau materi yang diteliti, dan hasil yang diperoleh.

Berdasarkan uraian di atas, kedua penelitian tersebut cukup relevan terhadap efektivitas penerapan model PBL dan media grafis dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sekolah dasar.

F. Kerangka Pikir

(56)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah pembelajaran tematik terpadu, guru menyajikan materi ajar berdasarkan tema tidak lagi terpisah seperti halnya mata pelajaran. Hasil observasi peneliti menunjukkan masih terjadi beberapa masalah di dalam kelas yang belum sesuai dengan penerapan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 telah dipermudah dengan adanya panduan untuk merencanakan perangkan pembelajaran. Buku ajar sudah disusun berdasarkan tema dan kegiatan pembelajaranya tapi guru masih

Masukan (Input)

1. Kurikulum 2013 2. Bahan ajar

3. Media pembelajaran

Tindakan

Penerapan model PBL dan Scientific yang menggunakan media grafis meliputi:

1. menyajikan masalah yang relevan dengan tema melalui kegiatan mengamati media grafis,

2. memfasilitasi siswa untuk mengkontruksi pengetahuan melalui kegiatan bertanya

3. Membimbing siswa dalam bernalar dengan mengumpulkan informasi baik individu maupun kelompok

4. Memfasilitasi siswa mencoba dengan menyusun alternatif solusi pemecahan masalah

5. Membimbing siswa membuat jejaring serta mengkomunikasikan hasilnya

6. Menganalisis serta mengevaluasi hasil kerja siswa yang dibuat secara individu atau kelompok.

Keluaran (Output)

1. Meningkatkan persentase aktivitas belajar siswa minimal mencapai

kualifikasi “Aktif”

2. Meningkatkan hasil belajar siswa meliputi:

a. Kognitif, ketuntasan mencapai ≥ 75 % dari jumlah siswa sesuai dengan KKM ≥ 66

b. Afektif, meningkatkan rata-rata nilai sikap minimal mencapai

kategori “Baik”

c. Psikomotor, meningkatkan rata-rata nilai keterampilan minimal

(57)

menyampaikan materi ajar secara terpisah belum dikaitkan dengan tema. Selain itu, kurikulum juga menuntut guru agar mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran sebagai alat bantu penyalur pesan kepada siswa.

Langkah-langkah dalam penerapan model PBL dan Scientific yang menggunakan media grafis meliputi (1) menyajikan masalah yang relevan dengan tema melalui kegiatan mengamati media grafis, (2) membimbing siswa untuk mengkontruksi pengetahuan melalui kegiatan bertanya, (3) membimbing siswa dalam bernalar dengan mengumpulkan informasi baik individu maupun kelompok, (4) memfasilitasi siswa mencoba dengan menyusun alternatif solusi pemecahan masalah, (5) membimbing siswa membuat jejaring serta mengkomunikasikan hasilnya, dan (6) menganalisis serta mengevaluasi hasil kerja siswa yang dibuat secara individu atau kelompok.

Hasil yang diharapkan melalui penerapan model PBL dan Scientific dengan media grafis ini mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, peneliti merumuskan hipotesis

tindakan sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran tematik terpadu

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas, atau yang dikenal dengan Classroom Action Research. Dalam penelitian ini peneliti bukan hanya memecahkan persoalan di kelasnya saja, tetapi juga berupaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, serta berupaya meningkatkan profesionalisme guru melalui refleksi, colaboratif, dan partisipatif. Menurut Arikunto dkk., (2011: 3) PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

(59)

Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, dimana siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi beberapa kali hingga tujuan pembelajaran di kelas tercapai. Menurut Arikunto (2011: 16) secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilalui, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan pelaksanaan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Bagan Tahapan PTK (Sumber: Arikunto, 2011: 16)

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru dan teman sejawat. Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa dan guru kelas IV B SD Negeri 7 Metro Pusat dengan jumlah

Perencanaan

Siklus I

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Perencanaan

Siklus II

Pengamatan

Pelaksanaan

(60)

25 orang siswa yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV B SD Negeri 7 Metro Pusat yang berlokasi di Jalan Hasanudin No.91 Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 selama 6 bulan. Kegiatan penelitian dimulai dari perencanaan sampai penelitian laporan hasil penelitian (bulan Januari sampai dengan Juni 2014).

C. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan keseluruhan data yang diperoleh berdasarkan instrumen penelitian yaitu dengan teknik tes dan non tes.

1. Teknik tes menurut Arikunto (1999: 139) adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu. Teknik tes ini menghasilkan data yang bersifat kuantitatif berupa nilai-nilai siswa untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa.

(61)

terhadap pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan model PBL

Lembar observasi digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan kinerja guru, aktivitas siswa, hasil belajar afektif, dan psikomotor selama pembelajaran berlangsung dalam penerapan model PBL yang dikolaborasikan dengan media grafis. Pada penilaian hasil belajar afektif siswa, peneliti memilih sikap disiplin dan kerjasama untuk diteliti. Peneliti membuat tabel pengamatan yang skornya dikonversi kedalam skala nilai.

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kinerja Guru

No. Indikator

1. Menyajikan masalah yang relevan dengan tema melalui kegiatan mengamati media grafis

2. Membimbing siswa untuk mengkontruksi pengetahuan melalui kegiatan bertanya

3. Membimbing siswa dalam bernalar dengan mengumpulkan informasi baik individu maupun kelompok

4. Memfasilitasi siswa mencoba dengan menyusun alternatif solusi pemecahan masalah

5. Membimbing siswa membuat jejaring serta mengkomunikasikan hasilnya

6. Menganalisis serta mengevaluasi hasil kerja siswa yang dibuat secara individu atau kelompok.

(62)

Tabel 2. Indikator Aktivitas Siswa

No. Aspek yang

diamati Indikator

1. Partisipasi

a. Mengajukan pertanyaan

b. Menjawab dengan benar pertanyaan lisan dari guru

c. Mengemukakan pendapat

d. Mengkomunkasikan hasil diskusi/kerja dihadapan kelompok lain

2. Minat

a. Antusias/menampakkan keceriaan dalam mengikuti pembelajaran

b. Patuh terhadap instruksi yang diberikan c. Terlibat dalam penggunakan media grafis d. Tanggap terhadap instruksi yang diberikan

3. Perhatian

a. Tidak membuat kegaduhan yang dapat mengganggu jalannya pembelajaran b. Menanggapi pendapat teman

c. Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama

d. Menyelesaikan tugas sesuai yang diinstrusikan oleh guru

Contoh instrumen yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar afektif siswa.

Tabel 3. Indikator Hasil Belajar Afektif (Sikap) Siswa

No. Sikap yang diamati Indikator

1. Disiplin

a. Masuk kelas tepat waktu

b. Memperhatikan ketika guru menjelaskan c. Patuh terhadap peraturan di kelas

d. Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan

2. Kerjasama

a. Bersedia membantu teman tanpa mengharap imbalan

b. Aktif dalam kerja kelompok

c. Mendahulukan kepentingan kelompok daripada kepentingan pribadi

d. Membagi tugas kepada teman dalam berdiskusi/ tidak mendominasi

(63)

Tabel 4. Indikator Hasil Belajar Psikomotor (Keterampilan) Siswa

No. Keterampilan yang

diamati

Indikator

1. Peniruan

a. Mengumpulkan tugas sesuai dengan yang diinstrusikan

b. Mengumpulkan fakta dari beberapa sumber

2. Manipulasi a. Membuat rancangan pemecahan masalah

b. Membuat kesimpulan dari beberapa fakta

3. Artikulasi a. Mengkomunikasikan hasil temuan

c. Menanggapi pendapat teman

2. Soal tes

Soal tes digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa guna mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas

IV B dalam pembelajaran tematik terpadu pada tema “Indahnya Negeriku”

melalui model PBL dan media grafis. Tes hasil belajar berupa tes formatif yang diberikan pada akhir subtema atau pokok bahasan.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

1. Analisis kualitatif

(64)

a. Rumus analisis aktivitas belajar siswa Keterangan:

NA = Nilai Aktivitas JS = Jumlah Skor SM = Skor Maksimum 100% = Bilangan tetap Sumber: Adaptasi dari Aqib (dalam Haryani, 2013:23)

Persentase siswa aktif secara klasikal diperoleh dengan rumus

Tabel 5. Kualifikasi Hasil Observasi

No. Nilai Aktivitas (NA)

Yang Diperoleh Kualifikasi 1. 80 % < NA < 100% Sangat Aktif 2. 60 % < NA < 80% Aktif 3. 40 % < NA < 60% Cukup Aktif 4. 0 % < NA < 40% Kurang Aktif Sumber: (Prayitno, 2010: 49)

b. Rumus analisis kinerja guru selama proses pembelajaran

Tabel 6. Konversi Nilai Kinerja Guru

No. Nilai Kategori

1. 90 ≤ AB ≤ 100 Amat Baik

2. 75 ≤ B < 90 Baik

3. 60 ≤ C < 75 Cukup

4. K < 60 Kurang

Sumber : (Kemendikbud, 2013 : 313)

(65)

Tabel 7. Konversi Nilai Sikap (Disiplin dan Kerjasama) Siswa

No. Nilai Konversi Kategori

Angka Huruf

1. 81-100 A Amat Baik

2. 61-80 B Baik

3. 41-60 C Cukup

4. 20-40 D Kurang

Sumber : (Winarno, 2013: 238)

d. Rumus Analisis Keterampilan

Tabel 8. Konversi Nilai Keterampilan Siswa

No. Nilai Kategori

1. 81 – 100 Sangat Terampil

2. 61 – 80 Terampil

3. 41 – 60 Cukup Terampil

4. ≤ 40 Kurang Terampil

Sumber : ( Adaptasi Winarno, 2013: 238) 2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar kognitif siswa dalam bentuk tes formatif.

a. Menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual

S=

Keterangan: S = Nilai siswa (nilai yang dicari)

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

Ketuntasan individual jika siswa memperoleh nilai ≥ 66

Gambar

Tabel
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2. Bagan Tahapan PTK  (Sumber: Arikunto, 2011: 16)
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kinerja Guru
+5

Referensi

Dokumen terkait

Konsultan perencana akan menyediakan jasanya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan pekerjaan perencanaan teknik tersebut, sehingga diperoleh hasil

[r]

[r]

Itu berarti skor ketuntasan siswa kelas IV hanya 34,5% dari batas minimal ketuntasan rata-rata kelas, yaitu 75% sedangkan sesudah diterapkan model Inkuiri Sosial menunjukkan

2015.. PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP NIAT PEMBELIAN YANG DI MEDIASI OLEH CITRA MEREK PADA.. PRODUK LAPTOP

Keanekaragaman tingkat spesies (jenis) adalah keanekaragaman yang ditemukan di antara organisme yang tergolong dalam jenis yang berbeda, baik yang termasuk dalam satu famili

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan menggunakan uji statistic untuk menguji hipotesis agar bisa dijelaskan hubungan variabel

4. Anggaran Belanja Negara, Penetapan formasi PNS bagi suatu organisasi pada akhirnya sangat ditentukan oleh tersedianya anggaran. Oleh karena itu