• Tidak ada hasil yang ditemukan

0317011077

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "0317011077"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Ekstrak kasar yang dihasilkan dari produksi 1000 mL media fermentasi adalah sebesar 861 mL, dengan aktivitas sebesar 0,157 U mL-1dengan kadar protein 3,536 mg mL-1.

2. Rasio pencampuran optimum untuk enzim dan sorbitol pada konsentrasi sorbitol 0,5; 1; dan 1,5 M secara berturut-turut adalah 3:1, 1:1, dan 1:3. Sedangkan untuk enzim dengan penambahan sukrosa 0,5; 1; dan 1,5 M secara berturut-turut adalah 3:1, 1:3, dan 1:3.

3. Suhu optimum campuran enzim dengan poliol bergeser menjadi lebih tinggi bila dibandingkan enzim tanpa penambahan poliol. Campuran enzim dengan sukrosa pada berbagai konsentrasi sama suhu optimumnya, yaitu pada 50 0C. Untuk campuran enzim dengan sorbitol memiliki suhu optimum sebesar 700C untuk campuran dengan konsentrasi sorbitol 0,5 dan 1,5 M, sedangkan sebesar 67,5 0C untuk campuran sorbitol dengan konsentrasi 1 M.

4. Dari harga ki, t1/2, dan i menunjukkan bahwa enzim dengan penambahan poliol lebih stabil dibandingkan dengan enzim tanpa penambahan poliol, kecuali untuk campuran enzim dengan sukrosa konsentrasi 1,5 M.

(2)
(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Enzim adalah biokatalis yang dihasilkan oleh sel-sel hidup untuk ikut serta dalam reaksi-reaksi biokimia. Tanpa bantuan enzim, reaksi-reaksi biokimia akan berjalan lambat, dan membutuhkan suhu atau tekanan ekstrim. Enzim banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang industri, baik industri pangan maupun industri non-pangan, hal ini dikarenakan enzim memiliki beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan pengolahan secara fisika dan kimia. Menurut Dosanjh & Kaur (2002), proses transformasi biologis yang dikatalisis oleh enzim dewasa ini telah digunakan secara luas dalam sintesis senyawa organik di laboratorium. Hal ini dikarenakan beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari penggunaan enzim, diantaranya kerja enzim yang sangat spesifik sehingga tidak memberikan efek samping yang tidak dikehendaki, dalam penggunaannya tidak diperlukan pH dan suhu yang ekstrim , serta biaya pengolahan limbah yang dapat diperkecil dan juga bersifat ramah lingkungan.

(4)

Di samping dari tanaman dan hewan, dewasa ini lipase mulai diproduksi dari berbagai mikroorganisme. Lipase mikrobial ekstraseluler merupakan lipase yang paling banyak digunakan, karena tersedia secara komersil dan telah banyak dipelajari oleh peneliti dari kalangan industri dan akademik. Salah satu mikroorganisme penghasil enzim lipase adalah bakteri. Menurut Suhartono (1989), keuntungan memproduksi enzim dari mikroorganisme adalah produksi enzim dapat ditingkatkan dalam skala besar dalam ruangan yang relatif terbatas.

Bakteri Bacillus cereus var. fluorescens isolat Tanah Bataranila 1 (TB1), merupakan bakteri yang berasal dari tanah di sekitar penampungan limbah industri karet, yang telah berhasil diisolasi dan dikarakterisasi dan diketahui dapat menghasilkan enzim lipase. Bakteri ini termasuk bakteri Gram positif dengan struktur dinding sel tebal dan berlapis tunggal. Bakteri ini memiliki kondisi optimum pertumbuhan untuk menghasilkan lipase pada pH 7, suhu 35 0C, waktu inkubasi optimum selama 24 jam, dan aktivitas unit enzim lipase pada ekstrak kasar sebesar 0,9 unit mg-1. Sedangkan, kondisi karakterisasi lipase hasil isolasi dan pemurnian adalah pada pH 7, suhu 36 0C, waktu inkubasi 10 menit, dan aktivitas unit 3,33 unit mg-1, kecepatan

maksimum enzim (Vm) sebesar 7,58 mol minyak/mL enzim/menit dan konstanta

Michaelis-Menten (Km) enzim sebesar 0,304 mg substrat/mL (Datasena, 2005).

(5)

suhu tinggi agar dapat mengurangi beberapa faktor yang merugikan seperti kontaminasi mikroba, meningkatkan laju reaksi, dan mengurangi masalah-masalah viskositas (Klibanov, 2001 dalam Virdianingsih, 2002). Beberapa permasalahan tersebut mengakibatkan enzim tidak memungkinkan untuk dipakai dalam industri, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kestabilan dari suatu enzim.

Beberapa cara untuk meningkatkan stabilitas enzim diantaranya teknik imobilisasi, modifikasi kimia, rekayasa molekuler, dan penambahan aditif. Menurut Suhartono (1993), penambahan zat aditif lebih sering digunakan dalam meningkatkan stabilitas enzim, hal ini dikarenakan relatif lebih mudah dan lebih ekonomis.

Poliol adalah suatu alkohol polihidrat, yang merupakan suatu senyawa reaktif yang mengandung sekurangnya tiga karbon atau lebih. Penggunaan golongan alkohol ini memiliki beberapa kelebihan antara lain: meningkatkan stabilitas (daya awet) enzim, sifatnya yang menarik air (hidrofilik) dapat menurunkan aktivitas air sehingga meningkatkan interaksi hidrofobik diantara molekul protein enzim (Suhartono, 1989 dalam Purnamasari, 2008).

B. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini dipelajari pengaruh penambahan senyawa poliol (sorbitol dan sukrosa) terhadap stabilitas termal dari enzim lipase yang berasal dari Bacillus cerreus var. fluorescens

(6)

C. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui pengaruh penambahan aditif jenis poliol dalam meningkatkan kestabilan termal enzim lipase dariBacillus cerreus var. FluorescensIsolat TB1.

2. Mengetahui jenis senyawa poliol yang dapat meningkatkan kestabilan enzim lipase dari

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga di lakukan langkah selanjutnya yaitu menganalisis 8 variabel tersebut menggunakan analisis cluster, dan dihasilkan: Cluster 1 terbentuk karena mempunyai sifat

Beberapa data diatas menjelaskan, permasalahan yang timbul pada Suis Butcher Steak House Setiabudi Bandung ini adalah kurangnya pelayanan yang diberikan, kualitas

Pada penelitian ini tidak dilakukan pengamatan pada aktivitas spesifik manganese superoxide dismutase dan kadar malondialdehyde ginjal tikus, melainkan pada

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat direkomendasikan untuk perusahaan yaitu sebaiknya perusahaan memproduksi bibit tanaman hias pada kondisi

Berdasarkan hasil evaluasi Program PMUK petani sayur di Kabupaten Pelalawan belum berhasil dikarenakan tingkat pendidikan yang masih rendah yaitu 9 tahun, kondisi

disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa dalam satu golongan dari atas ke bawah logam alkali tanah semakin mudah larut dalam senyawa

Solidaritas Sosial Organik dalam Komunitas King Rattle Club Pontianak Johnson (1986:183) menguraikan bahwa “solidaritas organic muncul karena pembagian kerja bertambah