• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam Peningkatan Kedinamisan Kelompok Tani di Desa Cipelang Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam Peningkatan Kedinamisan Kelompok Tani di Desa Cipelang Bogor"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN GAPOKTAN

“MEKAR

SEJAHTERA” DALAM PENINGKATAN KEDINAMISAN

KELOMPOK TANI DI DESA CIPELANG BOGOR

INTAN ENDAWATY KENCANA PUTRI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Efektivitas Kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam Peningkatan Kedinamisan Kelompok Tani di Desa Cipelang Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

(3)

ABSTRAK

INTAN ENDAWATY KENCANA PUTRI. Efektivitas Kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam Peningkatan Kedinamisan Kelompok Tani di Desa Cipelang Bogor. Di bawah bimbingan SITI AMANAH

Peningkatan kedinamisan kelompok tani dapat ditunjang oleh berbagai faktor, yaitu karakteristik anggota kelompok, program Gapoktan, dan efektivitas kepemimpinan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik anggota, menganalisis program-program apa saja yang dilaksanakan, menganalisis tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan, dan hubungannya dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan. Ada tiga kelompok tani dalam penelitian ini, Mekar Sejahtera, Mekar Wangi, dan Harapan Sejahtera. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Hasilnya menunjukan diantara ketiga kelompok tani terdapat perbedaan mengenai bidangnya, yaitu hortikultura (Mekar Sejahtera), pengolahan hasil hortikultura (Mekar Wangi), dan padi sawah (Harapan Sejahtera). Berdasarkan hasil uji kolerasi menunjukkan tidak terdapat kolerasi antara karakteristik anggota, program Gapoktan, dan tingkat efektivitas kepemimpinan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan.

Kata kunci: karakteristik anggota, program Gapoktan, efektivitas kepemimpinan, tingkat kedinamisan kelompok tani

ABSTRACT

INTAN ENDAWATY KENCANA PUTRI. The Leadership Effectiveness Gapoktan Mekar Sejahtera in Improving Farmers Group Dynamics at Cipelang Village Bogor. Supervised by SITI AMANAH.

Improving dynamics of farmer groups can be supported by various factors, includes the characteristics of the group members, the Gapoktan programs, and the leadership effectiveness. The purpose of this study is to identify the characteristics of the members, analyze what programs are implemented, analyze the level of effectiveness of Gapoktan, and the relationship with the dynamic level of the farmer group members of Gapoktan. There are three farmers groups in this studied, named Mekar Sejahtera, Mekar wangi, and Harapan Sejahtera. The technique used in this study are quantitative and qualitative. The result show that amongst the three farmers groups. The differences in terms of their speciality, horticulture (Mekar Sejahtera), processing the holticulture products (Mekar Wangi),, and rice fields (Harapan Sejahtera). However, from the corelation test shows that there is no correlation between the characteristics of member, the Gapoktan programs, and the effectiveness of leadership with the dynamic level of the farmer group members of Gapoktan.

(4)
(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN GAPOKTAN

“MEKAR

SEJAHTERA” DALAM PENINGKATAN KEDINAMISAN

KELOMPOK TANI DI DESA CIPELANG BOGOR

INTAN ENDAWATY KENCANA PUTRI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Efektivitas Kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam Peningkatan Kedinamisan Kelompok Tani di Desa Cipelang Bogor Nama : Intan Endawaty Kencana Putri

NIM : I34090047

Disetujui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam Peningkatan Kedinamisan Kelompok Tani di Desa Cipelang Bogor”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Siti Amanah, MSc sebagai dosen pembimbing yang selalu menyempatkan waktunya dan memberikan saran juga masukan selama proses penulisan hingga karya tulis ini dapat selesai dengan baik. Penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada Ketua Gapoktan Mekar Sejahtera, Bapak Dayat, Ketua kelompok Tani Mekar Sejahtera, Bapak Rahmat, seluruh pengurus maupun anggota dari tiga kelompok tani, yaitu Mekar Sejahtera, Mekar Wangi, dan Harapan Sejahtera, dan seluruh staf pemerintahan Desa Cipelang Bogor yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data untuk karya tulis ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Endang Suherman, SE, M.Si dan Ibu Desi Tianawati, juga kepada kakak-kakak tersayang, Irfan Hermawan dan Indra Herdiansyah. Terima kasih kepada Melisa Ansela dan Herna Puspita selaku teman sebimbingan yang selalu menyemangati dan menjadi teman diskusi selama proses pengerjaan karya tulis ini dari awal hingga selesai. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman penulis yaitu Eka Sandra Putri, Fildah Amalina, Ika Syahfitri, Yusi Nurmala, Nindya Ayu Wradsari, Resty Nur Octaviana, Selvi Anggraini, Relita Resa, Siti Chairunnisa, Sri Wahyuni, Rangga Husein, Adhi Pamungkas, dan Jajang Soemantri yang selalu menemani dan memberikan semangat, dukungan, motivasi dalam menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga besar Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 45, 46, dan 47.

Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2013

(8)
(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Kepemimpinan 5

Fungsi-fungsi Kepemimpinan 6

Teori-teori Kepemimpinan 6

Gaya Kepemimpinan 8

Karakteristik Kepemimpinan 9

Efektivitas Kepemimpinan 10

Kelompok Tani 10

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) 11

Dinamika Kelompok 12

KERANGKA PEMIKIRAN 13

Hipotesis 14

Definisi Operasional 14

PENDEKATAN LAPANG 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

(10)

DAFTAR ISI (lanjutan)

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 22

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 22

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25

Keadaan Geografis 25

Keadaan Demografi, Sosial, dan Budaya 26

Sarana dan Prasarana 27

Organisasi dan Lembaga Kemasyarakatan 27

Sejarah Singkat Gapoktan Mekar Sejahtera 28

Anggaran Dasar Gapoktan Mekar Sejahtera 28

Anggaran Rumah Tangga Gapoktan Mekar Sejahtera 29

KARAKTERISTIK RESPONDEN 31

Usia 32

Pendidikan Formal 32

Pendidikan Non Formal 32

Pengalaman Organisasi 33

Masa Keanggotaan 33

Motivasi 33

HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN TINGKAT KEDINAMISAN KELOMPOK TANI ANGGOTA

35 Hubungan Karakteristik Anggota dengan Struktur Kelompok Tani

Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

35 Hubungan Karakteristik Anggota dengan Tujuan Kelompok Tani

Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

37 Hubungan Karakteristik Anggota dengan Pembinaan Kelompok Tani

Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

(11)

DAFTAR ISI (lanjutan)

Hubungan Karakteristik Anggota dengan Kekompakan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

41 Hubungan Karakteristik Anggota dengan Suasana Kelompok Tani

Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

43 Hubungan Karakteristik Anggota dengan Efektivitas Kelompok Tani

Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

45

HUBUNGAN PROGRAM GAPOKTAN DENGAN TINGKAT

KEDINAMISAN KELOMPOK TANI ANGGOTA

47

Program Gapoktan 47

Hubungan Program Gapoktan sebagai Inisiator dan Pelaksana dengan Tingkat Kedinamisan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar

Sejahtera 48

HUBUNGAN TINGKAT EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN DENGAN

TINGKAT KEDINAMISAN KELOMPOK TANI ANGGOTA

GAPOKTAN MEKAR SEJAHTERA 53

Karakteristik Pemimpin 53

Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Struktur Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

55 Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Tujuan Kelompok Tani

Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

57 Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Pembinaan Kelompok Tani

Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

58 Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Kekompakan Kelompok

Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

60 Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Suasana Kelompok Tani

Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

61 Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Efektivitas Kelompok Tani

Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

(12)

DAFTAR ISI (lanjutan)

Gaya Kepemimpinan 64

Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Struktur Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

65 Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Tujuan Kelompok Tani

Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

66 Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Pembinaan Kelompok Tani

Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

67 Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kekompakan Kelompok Tani

Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

68 Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Suasana Kelompok Tani

Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

70 Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Efektivitas Kelompok Tani

Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

71 Anatomi Tiga Kelompok Tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera 72 HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA GAPOKTAN,

PROGRAM GAPOKTAN, TINGKAT EFEKTIVITAS

KEPEMIMPINAN DAN TINGKAT KEDINAMISAN KELOMPOK

TANI ANGGOTA 73

Hubungan Antara Karakteristik Anggota Gapoktan dengan Tingkat Kedinamisan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

73 Hubungan Antara Program Gapoktan dengan Tingkat Kedinamisan

Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

74 Hubungan Antara Tingkat Efektivitas Kepemimpinan Gapoktan

dengan Tingkat Kedinamisan Kelompok Tani Anggota Gapoktan

Mekar Sejahtera 76

KESIMPULAN DAN SARAN 79

DAFTAR PUSTAKA 81

(13)

DAFTAR TABEL

1 Kerangka sampling kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera yang menjadi responden

21 2 Luas dan persentase pemanfaatan dan penggunaan lahan di Desa

Cipelang Tahun 2012

25

3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cipelang berdasarkan jenis mata pencaharian tahun 2012

26

4 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cipelang berdasarkan tingkat pendidikan Tahun 2012

26

5 Jumlah dan persentase petani di tiga kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan Mekar Sejahtera berdasarkan karakteristik anggota

31 6 Hubungan karakteristik anggota dengan struktur kelompok tani

anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

35 7 Hubungan karakteristik anggota dengan tujuan kelompok tani anggota

Gapoktan Mekar Sejahtera

37 8 Hubungan karakteristik anggota dengan pembinaan kelompok tani

anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

39 9 Hubungan karakteristik anggota dengan kekompakan kelompok tani

anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

41 10 Hubungan karakteristik anggota dengan suasana kelompok tani

anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

43 11 Hubungan karakteristik anggota dengan efektivitas kelompok tani

anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

45 12 Jumlah dan persentase keterlibatan responden dalam program

Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana

47 13 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana

dengan struktur kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

48 14 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana

dengan tujuan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

(14)

DAFTAR TABEL (lanjutan)

15 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana dengan pembinaan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

49 16 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana

dengan kekompakan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar

Sejahtera 50

17 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana dengan suasana kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

50 18 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana

dengan suasana kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

51

19 Jumlah dan persentase karakteristik pemimpin 53

20 Hubungan karakteristik pemimpin dengan struktur kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

55 21 Hubungan karakteristik pemimpin dengan tujuan kelompok tani

anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

57 22 Hubungan karakteristik pemimpin dengan pembinaan kelompok tani

anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

58 23 Hubungan karakteristik pemimpin dengan kekompakan kelompok

tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

60 24 Hubungan karakteristik pemimpin dengan suasana kelompok tani

anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

61 25 Hubungan karakteristik pemimpin dengan efektivitas kelompok tani

anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

62 26 Jumlah dan persentase gaya kepemimpinan ketua Gapoktan Mekar

Sejahtera

64 27 Hubungan gaya kepemimpinan dengan struktur kelompok tani

anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

65 28 Hubungan gaya kepemimpinan dengan tujuan kelompok tani anggota

Gapoktan Mekar Sejahtera

(15)

DAFTAR TABEL (lanjutan)

29 Hubungan gaya kepemimpinan dengan pembinaan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

67

30 Hubungan gaya kepemimpinan dengan kekompakan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

68 31 Hubungan gaya kepemimpinan dengan suasana kelompok tani anggota

Gapoktan Mekar Sejahtera

70 32 Hubungan gaya kepemimpinan dengan efektivitas kelompok tani

anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

71 33 Anatomi tiga kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera 72 34 Hasil uji kolerasi antara karakteristik anggota Gapoktan dengan tingkat

kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

73 35 Hasil uji kolerasi antara program Gapoktan dengan tingkat kedinamisan

kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera

75 36 Hasil uji kolerasi antara tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan

dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar

Sejahtera 76

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran hubungan tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam peningkatan kedinamisan kelompok

tani anggota 13

LAMPIRAN

1 Peta lokasi Desa Cipelang Tahun 2012 83

2 Struktur organisasi Gapoktan Mekar Sejahtera 84

3 Kerangka sampling 85

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sensus penduduk oleh BPS (2010) melaporkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 237 641 326 juta jiwa dan memerlukan kebutuhan akan pangan. Hal ini mendorong pembangunan pertanian untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Sektor pertanian diharapkan menjalankan perannya secara optimal karena sektor ini telah menjadi tumpuan bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi para petani. Petani biasanya tergabung kedalam kelompok-kelompok tani agar mempermudah tugas-tugasnya dan untuk mencapai tujuan kelompok tani yang diikutinya. Menurut Peraturan Menteri Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Penumbuhan dan Tingkat Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), yang dimaksud dengan kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya. Kelompok Tani terbentuk karena adanya kesamaan kebutuhan dan kepentingan yang dirasakan oleh petani.

Pada kenyataannya, petani masih dihadapkan oleh masalah on farm dan off farm, seperti sulitnya akses sumber permodalan, pasar, teknologi, serta akses penyediaan Saprotan (Sarana Produksi Pertanian). Penggabungan kelompok tani ke dalam Gapoktan dapat dilakukan agar permasalahan-permasalahan tersebut teratasi. Selain itu, kelompok tani akan lebih berdaya dan lebih berhasil. Gapoktan yang kuat dan mandiri akan membantu kelompok taninya untuk meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya. Menurut Peraturan Menteri Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Penumbuhan dan Tingkat Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani, yang dimaksud dengan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

Gapoktan yang kuat dan mandiri akan berpengaruh kepada peningkatan kedinamisan kelompok tani. Kedinamisan kelompok tani dapat dilihat dari unsur-unsur dinamika kelompok. Menurut Syamsu (1991), dinamika kelompok adalah berbagai kekuatan yang menentukan perilaku anggota dan perilaku kelompok yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Unsur-unsur dinamika kelompok adalah struktur kelompok, tujuan kelompok, fungsi tugas, pembinaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan pada kelompok, dan efektivitas kelompok (Slamet 1978).

Peningkatan kedinamisan Kelompok Tani yang tergabung di dalam sebuah Gapoktan tidak terlepas dari peran kepemimpinan seorang pemimpin. Menurut Robbins (2002), kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian tujuan. Hal tersebut menunjukan bahwa di dalam sebuah Gapoktan dibutuhkan seorang sosok pemimpin yang dapat mempengaruhi anggotanya dan pemimpin harus bisa memotivasi, memberi contoh, dan mengarahkan anggotanya guna mencapai tujuan-tujuan Gapoktan.

(18)

Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang efektif dan efisien dalam menjalani perannya sebagai pemimpin dan membantu anggotanya untuk mecapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas kepemimpinan menurut Rahmawati (2002) tidak terlepas dari penilaian oleh anggota organisasi, dimana kepemimpinan akan dikatakan efektif apabila semua anggota menyatakan kepuasan terhadap semua yang diterapkan oleh pemimpin. Efektivitas kepemimpinan dapat ditunjang oleh karakteristik pribadi individu pemimpin dan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin Gapoktan. Faktor gaya kepemimpinan memberikan kontribusi yang relatif besar dan sangat signifikan terhadap peningkatan kinerja pegawai pada organisasi dan tingkat organisasi (Tampubolon 2007) .

Selain itu, peningkatan kedinamisan Kelompok Tani juga ditunjang oleh karakteristik anggota yang tergabung di dalam Gapoktan tersebut. Menurut Sulaksana (2002) karakteristik anggota kelompok Gapoktan merupakan variabel paling signifikan dan positif dengan keberlanjutan kelompok. Hal ini menunjukan bahwa karakteristik individu adalah salah satu faktor yang berpengaruh dalam keberlanjutan kelompok yang mampu ditunjang oleh peningkatan kedinamisan kelompok.

Menurut data statistik Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K), potensi kelompok tani dan Gapoktan di wilayah Kabupten Bogor pada tahun 2010 dibagi menjadi tiga, yaitu berdasarkan komoditas, kelas kemampuan, dan jumlah Gapoktan. Pertama, komoditas terdapat sebanyak 1 871 kelompok tani dan hutan, 240 kelompok ternak, dan 165 klompok pembudidaya ikan. Kedua, berdasarkan kelas kemampuan terdapat sebanyak 798 kelompok pemula, 1 154 kelompok lanjut, 252 kelompok madya, dan 18 kelompok utama. Ketiga, jumlah Gapoktan di wilayah Kabupaten Bogor sebanyak 241 unit.

Salah satu Gapoktan yang berada di wilayah Kabupaten Bogor, yaitu Gapoktan Mekar Sejahtera. Gapoktan ini berada di Kecamatan Cijeruk, Desa Cipelang dan dikenal sebagai Gapoktan yang cukup berprestasi. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin melihat bagaimana hubungan efektivitas kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera terhadap tingkat kedinamisan Kelompok Tani Anggota Gapoktan.

Perumusan Masalah

Salah satu aspek penting dalam kelangsungan sebuah Gapoktan adalah aspek kepemimpinannya. Bukan sekedar pemimpin yang hanya memimpin jalannya Gapoktan, tetapi dibutuhkan kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan efektif dicirikan oleh perilaku kepemimpinan yang dapat mempengaruhi, memotivasi, memberikan contoh, dan mengarahkan anggota agar mencapai tujuan-tujuan Gapoktan. Selain itu, kepemimpinan yang efektif didukung pula oleh faktor-faktor seperti karakteristik pemimpin, gaya kepemimpinan yang digunakan, suasana di dalam Gapoktan dan juga karakteristik anggota kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan.

(19)

sudah lama tidak berjalan. Selain itu, program-program lainnya seperti budidaya pohon alpukat juga tidak berhasil. Rutinitas pertemuan antar kelompok maupun pertemuan anggota kelompok terbilang tidak terlalu sering dilakukan dan masih banyak petani di Desa Cipelang yang belum bergabung dengan kelompok tani maupun Gapoktan.

Maka dari itu, hal-hal tersebut bisa terjadi salah satunya karena kepemimpinan kurang efektif yang berasal dari dalam diri pemimpin maupun dukungan dari kelompok tani anggota Gapoktan. Oleh karena itu, kepemimpinan yang efektif harus dibangun dengan adanya kerjasama diantara pemimpin dengan kelompok tani sehingga tujuan-tujuan Gapoktan dan kelompok tani di dalam Gapoktan semakin dinamis sehingga dapat tercapai dan terlaksana dengan baik. Dari uraian sebelumnya, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik anggota Gapoktan, dilihat dari usia, tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman organisasi, masa keanggotaan, dan motivasi dan hubungannya dengan kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan?

2. Program-program apa saja yang dilaksanakan oleh Gapoktan dan hubungannya dengan kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan? 3. Bagaimana tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan dan hubungannya

dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan?

4. Bagaimana hubungan antara karakteristik anggota, program-program Gapoktan, tingkat efektivitas kepemimpinan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji Efektivitas Kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam Kedinamisan Kelompok Tani di Desa Cipelang Bogor. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi karakteristik anggota Gapoktan dilihat dari usia, tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman organisasi, masa keanggotaan, motivasi, dan hubungannya dengan kedinamisan kelompok tani.

2. Menganalisis program-program apa saja yang dilaksanakan oleh Gapoktan dan hubungannya dengan kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan. 3. Menganalisis bagaimana tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan dan

hubungannya dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan.

(20)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi akademisi, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu

sumber informasi dan pengetahuan tentang hubungan efektivitas kepemimpinan dalam peningkatan kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan, serta dapat menjadi awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya secara lebih mendalam terkait penelitian sejenis.

2. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk menumbuhkan kembali potensi yang dimiliki oleh Gapoktan, kelompok tani anggota Gapoktan, dan juga mendukung kepemimpinannya dalam Gapoktan dengan memberikan pelatihan secara berkala.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Kepemimpinan

Pemimpin adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab dan sifat-sifat kepemimpinan, sehingga pemimpin akan mempunyai bawahan sebagai pengikut. Kemampuan pemimpin mempengaruhi orang-orang yang menjadi pengikut agar ia dapat menyumbangkan kegiatannya ikut bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu merupakan aktivitas “kepemimpinan” (leadership) (Pangewa 2004). Pengertian kepemimpinan menurut Robbins (1996) adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Pemimpin akan memberikan pengaruh yang meliputi: nilai yang akan dicapai, arah yang menuntun masa depan, dan cara yang akan memberikan petunjuk bagaimana tugas-tugas diselesaikan Selain itu, menurut Wiriadihardja (1987), pemimpin adalah seseorang yang dengan cara apapun, mampu mempengaruhi pihak orang lain untuk berbuat sesuatu, sesuai dengan kehendak orang itu sehingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seseorang yang dengan cara apapun mampu mempengaruhi pihak lain, untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, sesuai dengan kehendak orang itu, sehingga berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Melihat dari beberapa pengertian atau definisi mengenai pemimpin dan kepemimpinan yang telah disebutkan, dapat diambil benang merahnya bahwa kepemimpinan identik dengan kata “mempengaruhi”. Dalam sebuah kepemimpinan, kemampuan mempengaruhi orang lain sangatlah penting agar tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik dan lebih terarah. Kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi dan mengarahkan anggotanya tidak terlepas dari adanya kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin. Menurut French dan Raven (1968) dalam Gibson et al. (1997) kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin dapat bersumber dari:

1. Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.

2. Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya

3. Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.

(22)

Fungsi-fungsi Kepemimpinan

Adanya seorang pemimpin dalam sebuah kelompok atau organisasi tidak terlepas dari fungsi kepemimpinannya. Fungsi kepemimpinan perlu diketahui oleh seorang pemimpin bertujuan agar pemimpin mengetahui untuk apa ia memimpin kelompok atau organisasi tersebut, mengetahui bagaimana menentukan sikap didepan anggota kelompok atau organisasi, dan mempermudah dalam pencapaian tujuan kelompok atau organisasi. Menurut Pangewa (2004)1 terdapat dua macam klasifikasi fungsi kepemimpinan, yakni: (1) Task Function (Fungsi Tugas), fungsi tugas berkenaan dengan sesuatu yang harus dilaksanakan untuk memilih dan mencapai tujuan secara rasional; dan (2) Maintenance function (Fungsi Pemeliharaan), fungsi pemeliharaan berhubungan dengan kepuasan emosi yang diperlukan untuk mengembangkan dan memelihara kelompok, masyarakat, atau untuk keberadaan organisasi.

Pemimpin memiliki peran penting dalam menjalankan fungsi kepemimpinan. Dalam hal fungsi tugas, pemimpin akan mengarahkan anggotanya untuk melaksanakan tugas-tugas kelompok atau keorganisasiannya untuk mencapai tujuan. Sedangkan, peran pemimpin dalam menjalankan fungsi pemeliharaan yaitu dengan membangun hubungan baik dengan anggota kelompok atau organisasi maupun dengan pihak diluar kelompok atau organisasi, maksudnya adalah agar semua pihak dapat membantu kelangsungan perjalanan organisasi dan pencapaian tujuan. Kedua macam fungsi tersebut perlu diketahui oleh seorang pemimpin dalam kepemimpinannya agar pencapaian tujuan dan kepuasan anggota kelompok atau para pengikutnya dapat dicapai dengan efektif. Fungsi-fungsi tersebut pun akan dapat membantu pemimpin agar lebih memahami perannya sebagai seseorang yang memimpin sebuah kelompok, masyarakat, maupun organisasi.

Teori-Teori Kepemimpinan

Menurut Robbins (2002), ada beberapa teori mengenai kepemimpinan seorang pemimpin, salah satunya adalah Teori Kepemimpinan Sifat, Teori Kepemimpinan Fiedler, dan Teori Kepemimpinan Model Path-Goal.

Teori Kepemimpinan Sifat

Teori sifat dibuat berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik banyak pemimpin – baik pemimpin yang sukses maupun yang tidak sukses – dan digunakan untuk memprediksi efektivitas kepemimpinan seseorang. Teori kepemimpinan sifat adalah suatu pandangan atau pendapat yang mengatakan bahwa efektivitas seorang pemimpin banyak ditentukan oleh sifat-sifat atau karakter yang dimiliki oleh pemimpin tersebut. Teori ini membedakan pemimpin dari non pemimpin yang memusatkan perhatian pada kualitas dan karaktersitik pribadi seseorang.

1

Merujuk kepada William R. Lassey dalam bukunya Wahjosumidjo yang berjudul Kepemimpinan dan Motivasi (1982)

2

(23)

Teori Kepemimpinan Model Fiedler

Teori ini menyatakan bahwa kinerja kelompok efektif tergantung pada pasangan yang cocok antara gaya pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya dan tingkatan di mana keadaan memberi pengaruh serta kendali terhadap pemimpin. Gaya kepemimpinan diukur dengan sebuah instrumen Least-Prefered Co-Worker Scale Quetionnaire (Daftar pertanyaan LPC), yang mengukur tingkat perasaan positif atau negatif yang dimiliki seseorang terhadap orang lain yang paling tidak dipilih untuk bekerja sama. Acuannya adalah apakah seseorang bersifat task-oriented atau relationship-oriented. Menurut Ivancevich (2007), nilai yang rendah dalam LPC dianggap gaya kepemimpinan yang task oriented (berorientasi tugas), yaitu gaya yang mengontrol dan terstruktur. Sedangkan nilai yang tinggi diasosiasikan dengan gaya kepemimpinan yang relationship-oriented (berorientasi hubungan, yaitu gaya yang pasif dan memiliki kepedulian. Setelah gaya kepemimpinan dasar seseorang individu dinilai melalui LPC, perlu menyesesuaikan pemimpin dengan situasi. Tiga faktor kondisi atau dimensi kontinjensi yang dikenalkan oleh Fieldler ditetapkan sebagai berikut:

a. Hubungan pemimpin-anggota: Tingkat keyakinan, kepercayaan, dan penghargaan bawahan terhadap pemimpin mereka.

b. Struktur tugas: Tingkatan pada tugas-tugas kerja bawahan tersrtuktur atau tidak terstruktur.

c. Wewenang jabatan: Tingkat pengaruh seseorang pemimpin terletak pada variasi wewenang, seperti mempekerjakan, memecat, mendisiplinkan, memperomosikan, dan menaikan gaji.

Fiedler menyatakan bahwa semaik baik hubungan antara pemimpin dan anggota, semakin tinggi tingkat struktur kerja, dan semakin kuat wewenang jabatan, semakin besar pengaruh yang dimiliki oleh pemimpin.

Teori Kepemimpinan Model Path-Goal

(24)

Gaya Kepemimpinan

Dalam menjalankan peran sebagai seorang pemimpin diperlukan teknik-teknik tertentu agar anggota atau bawahannya mau mengikuti apa yang ditugaskan atau diperintahkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan dengan baik. Seorang pemimpin akan menggunakan gaya-gaya kepemimpinan dalam menjalankan kelompok atau organisasi yang dipimpinnya. Gaya-gaya kepemimpinan yang digunakan harus disesuaikan dengan keadaan intern anggota atau bawahannya maupun keadaan kelompok atau organisasi yang dipimpinnya. Menurut Iskandar (2004)2, secara relatif ada tiga macam gaya kepemimpinan , yakni:

1. Gaya kepemimpinan otokratis (otoriter) ini hanya tepat diterapkan dalam organisasi yang sedang menghadapi keadaan darurat karena sendi-sendi kelangsungan hidup organisasi terancam, apabila keadaan darurat telah selesai, gaya kepemimpinan otoriter ini harus ditinggalkan oleh pemimpin. 2. Gaya kepemimpinan demokratis kualitasnya lebih baik dan masalahnya lebih sedikit, terjadi saling saran antara pimpinan dan bawahan, saling berpendapat, semua orang dianggap sama penting dalam menyumbangkan ide dalam pembuatan keputusan.

3. Gaya kepemimpinan laissez faire bisa diterapkan ketika anggota organisasi sudah mampu untuk mengetahui dan menjalankan tugas-tugas keorganisasiannya tanpa harus diarahkan oleh pemimpin. Pemimpin bersifat pasif dalam gaya kepemimpinan ini.

Selain gaya kepemimpinan yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa gaya kepemimpinan lainnya. Salah satunya menurut House (1971) dalam Robbins (2002), terdapat 4 macam gaya kepemimpinan, yaitu:

1. Kepemimpinan direktif, gaya kepemimpinan ini mengharuskan pemimpin memberikan panduan atau arahan kepada anggota organisasi mengenai apa dan bagaimana cara menjalankan tugas-tugas keorganisasiannya;

2. Kepemimpinan suportif, disini pemimpin akan lebih menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan dan kebutuhan karyawan, bersikap ramah, dan memperlakukan anggota organisasi sebagai orang yang setara dengan dirinya;

3. Kepemimpinan partisipatif mewajibkan pemimpin harus selalu berkonsultasi dengan para karyawan dan serius mempertimbangkan gagasan mereka pada saat pengambilan keputusan;

4. Kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian ( Achievement-Oriented) diterapkan oleh pemimpin dengan cara mendorong para karyawan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi mereka dengan menetapkan tujuan yang menantang, menekan pada kesempurnaan dan memperlihatkan kepercayaan diri atas kemampuan karyawan.

Gaya-gaya kepemimpinan yang telah dijelaskan di atas diperlukan dalam sebuah kelompok atau organisasi. Seorang pemimpin akan merasa lebih sulit dalam menjalankan kepemimpinannya apabila ia tidak menggunakan gaya-gaya kepemimpinan dalam memimpin anggota kelompok atau organisasinya. Gaya kepemimpinan akan membantu pemimpin dalam menghadapi karakter anggota,

2

(25)

masalah dalam kelompok atau organisasi dan berbagai situasi di dalam kelompok atau organisasi, termasuk dalam hal pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan dapat disesuaikan dengan keadaan kelompok atau organisasi agar tujuan yang disepakati bersama dapat dicapai dengan baik. Gaya kepemimpinan pun salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kinerja anggota kelompok atau organisasi, seperti yang dikemukakan oleh Tampubolon (2007) yaitu faktor gaya kepemimpinan memberikan kontribusi yang relatif besar dan sangat signifikan terhadap peningkatan kinerja pegawai pada organisasi dan tingkat organisasi. Tidak berbeda jauh dengan yang dikemukakan oleh Randhita (2009) dan Norman (2010) bahwa pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan dalam menjalankan organisasinya adalah salah satu faktor yang akan menentukan keberhasilan dan keefektifan organisasi yang dipimpinnya.

Karakteristik Pemimpin

Karakteristik pemimpin adalah ciri khas atau sifat atau perilaku yang melekat dan dimiliki oleh seorang pemimpin. Karakteristik pemimpin dapat ditelusuri melalui sifat, watak, dan perangai dari seorang pemimpin itu sendiri. Sifat, watak dan perangai yang dimiliki oleh seorang pemimpin dapat mendukung tercapainya kepemimpinan yang efektif. Menurut Wiriadihardja (1987), beberapa sifat, watak, dan perangai kepemimpinan adalah sebagai berikut:

1. Toleransi, seorang pemimpin yang berhasil, tidak menutup diri terhadap berbagai ide dari luar. Dia terbuka bagi segala pandangan atau gagasan dengan asumsi bahwa setiap pengusul gagasan bertanggung jawab dan dapat menjelaskan atau mempertahankan sifat kepraktisan dari gagasan yang diajukan.

2. Keuletan, seorang pemimpin yang sukses digambarkan sebagai memiliki keuletan dan kestabilan emosi. Dia memiliki kepercayaan terhadap dirinya sendiri sekalipun tidak dalam segala hal. Kedudukannya sebagai pemimpin mendorong sifatnya serba ingin tahu.

3. Rasa Kesungguhan, pemimpin yang berhasil mencerminkan tanda-tanda kepribadian yang memiliki rasa kesungguhan mengenai pekerjaannya, organisasi, dan masa depannya. Kepuasan dirinya terletak pada hasil kemajuan yang dicapai oleh usahannya atau usaha organisasinya. Dia berpegang pada tugasnya, belajar serta menarik pengalaman sebaik-baiknya dari pekerjannya dan melatih secara baik-baik bawahannya untuk dapat diserahi tanggung jawab.

4. Tenang, penelitian kepemimpinan, menunjukan adanya ciri dan sifat yang tidak menonjolkan kekakuan, tidak pasif, dan selalu tanggap terhadap segala ketidaktretiban. Hambatan dan tantangan dalam tugas, dianggapnya sebagai hal yang wajar dan harus diperhitungkan dalam setiap perjuangan hidupnya.

5. Terarah, cakap mengarahkan para pekerja dan pekerjaannya. Mempunyai wibawa, kesetiaan, dan dukungan kerjasama dari bawahannya. Mempunyai nama baik dalam menyelesaikan tugas secara efisien dan efektif.

(26)

tepat. cepat menentukan fakta dan situasi serta berdasarkan itu membuat putusan yang tepat.

7. Cakap dan luwes, memiliki daya kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Memiliki ilmu pengetahuan, pengalaman, dan kecakapan yang diperlukan untuk menyukseskan tanggungjawabnya. Mampu mengubah perhatian dari permasalahan yang satu kepada yang lain, sehingga semua memperoleh perhatian manajemen secara merata. Memiliki imajinasi, menyetujui pertanggung jawab, melaksanakan dan menjamin prestasi pekerjaan serta memiliki para pembantunya yang cakap. Selain itu, menurut Davis (1972) dalam Thoha (1991), empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan sebuah kelompok atau organisasi adalah sebagai berikut: (1) Kecerdasan; (2) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial; (3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi; (4) sikap-sikap hubungan kemanusiaan.

Efektivitas Kepemimpinan

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dicapainya keberhasilan, dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Rahmawati (2002), efektivitas kepemimpinan adalah kualitas pelaksanaan fungsi kepemimpinan yang merupakan kemampuan mencapai sasaran-sasaran dan tujuan perusahaan yang diukur berdasarkan persepsi anggota organisasi tentang perilaku-perilaku kepemimpinan perusahaan dan ketrampilan kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa tercapainya efektivitas kepemimpinan dilihat dari sejauh mana pemimpin mampu mencapai sasaran atau tujuan, khususnya tujuan-tujuan Gapoktan dengan baik dan penilaian ini dinilai oleh kepuasan anggota Gapoktan terhadap kinerja pemimpin dalam menjalani fungsi-fungsinya sebagai pemimpin. Menurut hasil penelitian Andriani dan Rusli (2008), efektivitas kepemimpinan diwujudkan dalam meningkatkan kinerja pekerja untuk mencapai tujuan. salah satu prinsip kepemimpinan yang efektif adalah kemampuan memenuhi (pemuasan) kebutuhan bersama.

Kelompok Tani

Departemen Pertanian Tahun 1971 mengemukakan bahwa kelompok tani adalah kumpulan orang-orang tani yang bersifat informil. Anggotanya adalah petani-petani yang berada dalam lingkungan pengasuhan seorang kontak tani. Ikatan dalam kelompok tani berpangkal kepada keserasian dalam arti mempunyai pandangan, kepentingan, dan kesenangan yang sama. Sedangkan menurut Peratuan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengambangkan usaha anggota. Fungsi kelompok tani adalah untuk kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi.

(27)

mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri yang dicirikan antara lain:

1. Adanya pertemuan/rapat anggota/rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan;

2. Disusunnya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi;

3. Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama; 4. Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang rapih;

5. Sebagai sumber serta layanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota kelompok tani khususnya;

6. Adanya jalinan kerja sama antara kelompok tani dengan pihak lain;

7. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggta atau penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok.

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 yang dimaksud dengan Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. selain itu, Departemen Pertanian Tahun 1971 menyebutkan pengertian mengenai Himpunan Tani atau Gapoktan, yaitu Himpunan tani atau Gapoktan adalah organisasi-organisasi yang bersifat formil, dimana pengurus dan anggota-anggotanya jelas terdaftar. Penggabungan kelompok tani ke dalam Gapoktan dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya dan berhasil dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar. Menurut Peratuan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, Gapoktan melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Merupakan satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan harga);

2. Penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, kualitas, kontinuitas, dan lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui kelompoknya;

3. Penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit/pinjaman kepada para petani yang memerlukan.

4. Melakukan proses pengolahan produk para anggota (penggilingan, grading, pengepakan dan lainnya) yang dapat meningkatkan nilai tambah;

5. Menyelenggarakan perdaganyan, memasarkan/menjual produk petani kepada pedagang/industri hilir.

(28)

1. Adanya pertemuan/rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan;

2. Disusunnya rencana kerja Gapoktan secara bersamaan dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi;

3. Memiliki aturan/norma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama;

4. Memiliki pencatatan/pengadministrsian setiap anggota organisasi yang rapih;

5. Memfasilitsi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir; 6. Memfasilitas usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar;

7. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota kelompok tani khususnya;

8. Adanya jalinan kerjasama antara Gapoktan dengan pihak lain;

9. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan Gapoktan.

Dinamika Kelompok

(29)

KERANGKA PEMIKIRAN

Sebuah Gapoktan yang kuat dan mandiri tidak terlepas dari peran kepemimpinan seorang pemimpin Gapoktan. Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang efektif dan efisien, juga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi, memberikan contoh, dan mengarahkan anggotanya agar memiliki kinerja yang lebih baik. Maka dari itu, efektivitas kepemimpinan ditunjang oleh karateristik individu pemimpin dan gaya kepemimpinan yang digunakan dalam memimpin anggota kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan. Efektivitas kepemimpinan ini diduga terdapat hubungan kepada tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan. Selain itu, karakteristik anggota kelompok tani dalam Gapoktan pun diduga terdapat hubungan terhadap tingkat kedinamisan Kelompok Tani Anggota. Tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan dalam penelitian ini diukur dengan enam unsur-unsur dinamika kelompok, yaitu struktur kelompok, tujuan kelompok, pembinaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, dan efektivitas kelompok.

s

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam tingkat kedinamisan kelompok tani Keterangan:

Hubungan (X.2) Program Gapoktan

(X 2.1) Gapoktan sebagai inisiator (X2.2) Gapoktan sebagai pelaksana

(X3) Efektivitas Kepemimpinan (X3.1) Karakteristik Pemimpin (X3.2) Gaya Kepemimpinan

(Y1) Tingkat Kedinamisan Kelompok Tani Anggota Gapoktan (Y1.1) Struktur Kelompok (Y1.2) Tujuan Kelompok (Y1.3) Pembinaan Kelompok (Y1.4) Kekompakan

Kelompok

(Y1.5) Suasana Kelompok (Y1.6) Efektivtias Kelompok (X) Karakteristik Anggota

Gapoktan (X1.1) Usia Petani

(30)

Hipotesis

Hipotesis penelitian yang dapat ditarik oleh peneliti sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara karakteristik anggota Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan

2. Terdapat hubungan antara program Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan

3. Terdapat hubungan antara efektivitas kepemimpinan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan

Definisi Operasional

Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

X1.2 Karakteristik Anggota Gapoktan, yaitu ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh anggota organisasi Gapoktan. Berikut variabel-variabelnya:

X1.2.1 Usia petani anggota, yaitu lamanya seseorang hidup di dunia hingga wawancara ini dilakukan. Skala yang digunakan dalam usia adalah skala rasio. Namun untuk keperluan analisis data statistik deskriptif, maka data dipilah menjadi tiga kelompok, yaitu: rendah, sedang, tinggi.

Rendah : masa awal dewasa (18-30 tahun)

Sedang : masa usia pertengahan (30-50 tahun)

Tinggi : masa tua (>55 tahun)

X1.2.2 Pendidikan formal petani anggota, yaitu jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah dijalani oleh petani hingga saat wawancara dilakukan. Tota pertanyaan 1. Skala yang digunakan adalah skala ordinal, rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3), yaitu:

 Rendah : Tidak sekolah/SD

 Sedang : SMP dan sederajat

 Tinggi : SMA/D3/S1

X1.2.3 Pendidikan non formal petani, yaitu jumlah kursus atau pealtihan yang diikuti oleh petani dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Total pertanyaan 1. Skala yang digunakan adalah skala ordinal, rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). yaitu:

 Rendah : < 2

 Sedang : 3-5

 Tinggi : > 5

X1.2.4 Pengalaman organisasi, yaitu pernah atau tidaknya individu menjadi pengurus Gapoktan Mekar Sejahtera. Skala yang digunakan adalah skala ordinal, yaitu:

 Tidak : 1

 Pernah : 2

(31)

 Rendah : < 1 tahun

 Sedang : 2-5 tahun

 Tinggi : > 5 tahun

X1.2.6 Motivasi, yaitu hal yang mendorong yang dimiliki oleh anggota dalam menjalani organisasi untuk mencapai tujuan organisasi, bisa dalam bentuk materi dan non materi. Skala yang digunakan adalah skala ordinal dengan kategori yaitu rendah (skor 1) , sedang (skor 2), dan tinggi (skor 3). Total pertanyaan dalam kuesioner sebanyak 8 pertanyaan.

 Rendah : 8-13

 Sedang : 14-19

 Tinggi : 20-24

X.2 Program Gapoktan adalah berbagai kegiatan Gapoktan yang direncanakan, dilaksanakan, dimonitoring dan dievaluasi oleh pengurus Gapoktan maupun anggota kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan.

X2.1 Gapoktan sebagai inisiator adalah program-program yang ada di dalam Gapoktan dan dibuat oleh pemimpin, pengurus, dan anggota. Indikatornya adalah keikutsertaan pemimpin, pengurus, dan anggota dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring evaluasi program Gapoktan. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 5 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 5-7

 Sedang : 8-10

 Tinggi : 11-15

X2.2 Gapoktan sebagai pelaksana adalah program-program yang diinisiasi oleh pihak luar Gapoktan (misalnya program dari pemerintah atau swasta). Indikatornya adalah keikutsertakan pemimpin, pengurus, dan anggota dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring evaluasi program yang diberikan kepada Gapoktan. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 6 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 6-9

 Sedang : 10-13

 Tinggi : 14-18

(32)

X3.1 Karakteristik Pemimpin, yaitu ciri-ciri khusus (sifat, watak, dan perilaku) yang melekat dan dimiliki oleh individu yang menjadi seorang pemimpin. Berikut terdapat tujuh variabelnya:

X3.1.1 Toleransi adalah terbuka bagi segala pandangan, ide, gagasan yang diajukan oleh anggota Gapoktan dengan asumsi setiap pengusul gagasan bertanggung jawab dengan gagasannya. Indikator toleransi adalah diukur berdasarkan keterbukaan terhadap pandangan dan gagasan, kemauan menerima perbedaan, dan perilaku yang tidak memaksakan kemauannya. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaan dalam kuesioner sebanyak 3 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 3-4

 Sedang : 5-6

 Tinggi : 7-9

X3.1.2 Keuletan adalah perilaku yakin dan percaya terhadap diri sendiri sebagai pemimpin dalam menjalani tugas dan peran sebagai seorang pemimpin. Indikator keuletan adalah diukur berdasarkan memberi informasi, usaha memajukan Gapoktan, dan menggunakan keahliannya dalam memajukan Gapoktan.. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaan dalam kuesioner sebanyak 4 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 4-6

 Sedang : 7-9

 Tinggi : 10-12

X3.1.3 Rasa Kesungguhan adalah keteguhan yang dimiliki oleh pemimpin untuk berpegang pada tugas, belajar, serta menarik pengalaman sebaik-baiknya dari pekerjaannya dan melatih secara baik-baik anggotanya untuk dapat diserahi tanggung jawab. Indikator rasa kesungguhan adalah diukur berdasarkan kemampuan menjalankan tugas, menjadi pemimpin yang baik, dan minat pada posisinya sebagai pemimpin. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 3 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 3-4

 Sedang : 5-6

 Tinggi : 7-9

(33)

keputusan. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 3 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 3-4

 Sedang : 5-6

 Tinggi : 7-9

X3.1.5 Terarah adalah kemampuan yang dimiliki pemimpin dalam mengarahkan anggota Gapoktan dalam menjalani tugas-tugasnya sehingga tujuan Gapoktan dapat tercapai dengan efektif. Indikator terarah adalah diukur berdsarkan kemampuan pemimpin untuk mengarahkan, membimbing, memberi dukungan kepada anggota. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 3 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 3-4

 Sedang : 5-6

 Tinggi : 7-9

X3.1.6 Tanggap dan Terampil adalah kemampuan yang dimiliki pemimpin dalam memahami, mengikuti, merespon instruksi, dan menangkap penjelasan dengan baik dan cepat. Juga dalam menanggapi/menilai situasi, terutama situasi kritis yang dialami oleh Gapoktan. Indikator tanggap dan terampil adalah diukur berdasarkan kecepatan pemimpin mengerti dan menangkap instruksi dan penjelasan, menilai situasi dan kondisi, merespon permasalahan. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 3 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 3-4

 Sedang : 5-6

 Tinggi : 7-9

X3.1.7 Cakap dan Luwes adalah kemampuan yang dimiliki pemimpin dalam beradaptasi dengan lingkungan Gapoktan, termasuk anggota Gapoktan. Mampu mengubah perhatian dari permasalahan yang satu dengan yang lain. Indikator cakap dan luwes adalah diukur berdasarkan keberhasilan tanggung jawab yang dijalani, kemampuan beradaptasi dengan permasalahan. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 3 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 3-4

 Sedang : 5-6

(34)

X3.2 Gaya Kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang diterapkan oleh pemimpin kepada bawahannya agar tujuan organisasi dapat tercapai. X3.2.1 Gaya kepemimpinan direktif, diukur berdasarkan kemampuan pemimpin dalam memberikan panduan atau arahan kepada anggota dalam pembuatan keputusan, pengarahan cara menjalankan tugas, kontrol terhadap pengerjaan tugas, hubungan dengan anggota. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 4 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 4-6

 Sedang : 7-9

 Tinggi : 10-12

X3.2.2 Gaya kepemimpinan suportif, diukur berdasarkan kemampuan pemimpin dalam memperlakukan anggota seperti, sikap terhadap anggota, kepedulian terhadap anggota, dan memberikan bantuan kepada anggota. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 4 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 4-6

 SedSang : 7-9

 Tinggi : 10-12

X3.2.3 Gaya kepemimpinan partisipatif, diukur berdasarkan kemampuan pemimpin dalam memberikan kesempatan bertanya kepada anggota, kesempatan memberikan ide atau gagasan kepada anggota, dan kesempatan dalam pembuatan keputusan kepada anggota. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 4 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 4-6

 Sedang : 7-9

 Tinggi : 10-12

X3.2.4 Gaya kepemimpinan achievement-oriented, diukur berdasarkan kemampuan pemimpin dalam memberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas kepada anggota, pembuatan keputusan, dan kesempatan untuk penerimaan ide atau gagasan dari anggota. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 4 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 4-6

 Sedang : 7-9

(35)

Y1 Tingkat Kedinamisan Kelompok Tani Anggota adalah tinggi atau rendahnya kekuatan yang dimiliki oleh kelompok tani dalam usaha pencapaian tujuan Kelompok Tani yang tergabung dalam Gapoktan Mekar Sejahtera.

Y1.1 Struktur kelompok adalah cara kelompok mengatur dirinya sendiri dalam mencapai tujuan kelompok. Indikatornya adalah kesempatan untuk mengambil keputusan, keterlibatan dalam pengerjaan tugas kelompok, kelancaran komunikasi antar anggota, intensitas interaksi antar anggota kelompok, dan adanya sarana untuk interaksi antar anggota kelompok. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 5 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 5-7

 Sedang : 8-10

 Tinggi : 11-15

Y1.2 Tujuan Kelompok adalah gambaran tentang sesuatu hasil yang diharapkan dapat dicapai oleh kelompok. Indikatornya adalah tujuan kelompok jelas diketahui oleh anggota kelompok, tujuan kelompok dimengerti oleh anggota kelompok, dan tujuan kelompok selaras tujuan anggota kelompok. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 5 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 5-7

 Sedang : 8-10

 Tinggi : 11-15

Y1.3 Pembinaan Kelompok adalah usaha-usaha yang dilakukan agar kehidupan kelompok tetap bertahan. Indikatornya adalah adanya partisipasi anggota di dalam setiap kegiatan kelompok, adanya kegiatan-kegiatan yang mempererat hubungan antar kelompok, adanya usaha untuk menentukan standar atau aturan/norma sebagai alat kontrol sosial dalam kelompok, dan adanya fasilitas untuk mendukung pembinaan kelompok. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 4 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 4-6

 Sedang : 7-9

 Tinggi : 10-12

(36)

pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 5 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 5-7

 Sedang : 8-10

 Tinggi : 11-15

Y1.5 Suasana Kelompok adalah keadaan didalam kelompok yang dirasakan oleh anggota kelompok seperti rasa hangat dan setia kawan, rasa takut dan saling mencurigai, sikap saling menerima, sikap saling menghargai, dan adanya rasa semangat yang tinggi didalam diri anggota kelompok. Indikatornya adalah adanya keeratan hubungan antar anggota, lingkungan fisik kelompok yang menyenangkan, adanya kedemokratisan di dalam kelompok (kebebasan berpartisipasi). Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 6 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 6-9

 Sedang : 10-13

 Tinggi : 14-18

Y1.6 Efektivitas Kelompok adalah usaha yang dilakukan oleh kelompok dalam hal peningkatan keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan. Indikatornya adalah peningkatan hasil atau produktivitas dan kepuasan anggota kelompok. dalam pencapaian tujuan kelompok. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 5 pertanyaan. Skornya sebagai berikut:

 Rendah : 5-7

 Sedang : 8-10

 Tinggi : 11-13

(37)

PENDEKATAN LAPANG

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode pendekatan kuantitatif yang didukung dengan metode pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif adalah menghubungkan antar peubah atau variabel dan fenomena-fenomena sosial dengan ukuran kuantitatif. Instrumen yang digunakan untuk pendekatan kuantitatif yaitu dengan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan data kepada responden yang terpilih. Pendekatan kualitatif yang digunakan, yaitu melalui wawancara mendalam dengan pihak yang terkait, yaitu petani yang menjadi responden, pengurus Gapoktan, dan ketua Gapoktan sebagai informan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi di Desa Cipelang terdapat Gabungan Kelompok Tani Mekar Sejahtera yang membawahi sepuluh kelompok tani, yaitu Mekar Sejahtera, Barokah Tani, Multi Tani, Tunas Sejahtera, Mekar Wangi, Barokah 1, Harapan Sejahtera, Remaja Tani, Aman Sejahtera, dan Amanah. Penelitian dilaksanakan dalam waktu enam bulan. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal penelitian, kolokium, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data di lapang, pengolah dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara daftar pertanyaan serta didukung dari data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi langsung. Sedangkan, data sekunder sebagai data pendukung diperoleh melalui berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yaitu buku, jurnal penelitian, skripsi, dan internet. Serta data monografi penduduk di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Tabel 1 Kerangka sampling kelompok tani yang menjadi responden

Nama Kelompok Tani Populasi (Jiwa) Sampel % dari populasi

Mekar Sejahtera 60 10 16.7

Mekar Wangi 25 10 40.0

Harapan Sejahtera 25 10 40.0

(38)

Mekar Wangi, dan Kelompok Tani Harapan Sejahtera. Untuk memperoleh responden, ditentukan kerangka percontohan (sampling frame) yang berisi anggota-anggota dari ketiga kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan. Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Setiap kelompok tani akan diambil sebanyak 10 orang yang dipilih secara sengaja dengan acuan dari setiap ketua dari tiga kelompok tani dengan sehingga hasil keseluruhan responden berjumlah 30 orang. Informan dalam penelitian ini adalah ketua dan pengurus Gapoktan Mekar Sejahtera.

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah cara untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun dan Effendi 1989). Dalam penelitian ini, uji validitas dan realibitas kuesioner dilakukan di lokasi yang memiliki kesamaan dengan lokasi penelitian proposal ini, yaitu di Kampung Cipari, Kabupaten Cisarua. Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap daftar pertanyaan penelitian ini adalah valid dan dapat terukur.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama, melakukan pengkodean pada pertanyaan dan pernyataan yang telah diajukan, kemudian memasukkan data ke buku kode atau lembaran data (code sheet). Kedua, membuat tabel frekuensi. Ketiga, mengedit yakni mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi baik pada saat mengisi kuesioner, mengkode, maupun memindahkan data dari lembaran kode ke komputer (Singarimbun dan Effendi 2006).

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, untuk menggambarkan tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan terhadap tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan. Data kuantitatif (kuesioner) yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi dengan program Microsoft Excel 2007. Lalu, data hasil kuesioner terhadap responden kemudian diolah secara statistik deskriptif dengan menggunakan software Statistical Package for Social Sciences (SPSS) for Windows Version 16.0. Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan sekumpulan data secara visual baik dalam bentuk gambar maupun tulisan yang digunakan untuk menggambarkan data berupa tabel frekuensi.

(39)

menguji hubungan antara karakteristik anggota Gapoktan terhadap tingkat kedinamisan kelompok tani, hubungan antara program Gapoktan terhadap tingkat kedinamisan kelompok tani, dan hubungan antara efektivitas kepemimpinan terhadap tingkat kedinamisan kelompok tani.

Rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:

Dimana:

ρ atau rs : koefisien korelasi spearman rank di : determinan

n : jumlah data atau sampel

Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam uji korelasi Rank Spearman melalui nilai signifikansi atau probabilitas atau α yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti. Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar α (0.05) artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 95% dan tingkat kesalahan sebesar 5% dan α (0.01) artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 91% dan tingkat kesalahan sebesar 9%. Dasar pengambilan keputusan dirumuskan sebagai berikut:

a. Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0.05 atau < 0.01 maka H0 ditolak. Jadi hubungan kedua variabel signifikan; dan

b. Jika angka signifikansi hasil penelitian > 0.05 atau 0.01 maka H0 diterima. Jadi hubungan kedua variabel tidak signifikan.

(40)
(41)

GAMBARAN UMUM

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran umum lokasi penelitian ini memuat informasi mengenai lokasi yang menjadi tempat penelitian, yaitu Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Informasi yang disajikan adalah informasi mengenai keadaan geografis desa, keadaan demografi dan sosial budaya, sarana dan prasarana, organisasi dan lembaga kemasyarakatan. Selain itu, sesuai dengan topik penelitian mengenai kepemimpinan di dalam Gapoktan, maka terdapat pula informasi mengenai sejarah singkat Gapoktan, asas tujuan dan landasan Gapoktan, dan struktur organisasi Gapoktan.

Kondisi Geografis

Desa Cipelang merupakan Ibu Kota Kecamatan yang terletak di Wilayah Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor yang memiliki Luas Wilayah 645.5 ha terdiri dari tiga (3) dusun, tujuh (7) Rukun Warga (RW), dan tiga puluh (30) Rukun Tetangga (RT) dengan batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanjung Sari dan Cipicung b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Cibalung

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cijeruk dan Warung Menteng d. Sebelah barat berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Gunung

Halimun salak

Pemanfaatan dan penggunaan lahan yang ada di Desa Cipelang lebih banyak digunakan untuk tanah persawahan sebesar 1.24 persen dan tanah perkebunan rakyat maupun swasta sebesar 4.37 persen. Hal ini berkaitan dengan keadaan tofografi di Desa Cipelang yang berada dekat dengan kaki Gunung Salak, sehingga banyak terdapat lahan untuk pertanian, khususnya persawahan dan perkebunan. Rinciannya ada pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2 Luas dan persentase pemanfaatan dan penggunaan lahan di Desa Cipelang Tahun 2012

No Pemanfaatan dan Penggunaan Lahan Luas (Ha) %

1 Perumahan, Pemukiman, dan

Pemakaman

41.0 6.44

2 Tanah Sawah 124.0 19.48

3 Perkebunan Rakyat dan Swasta 436.67 68.59

4 Kolam 8.00 1.26

5 Sungai 19.00 2.98

6 Jalan Kabupaten 4.80 0.75

7 Pemakaman Umum 1.18 0.19

8 Perkantoran 0.02 0.003

9 Lapangan Olah Raga 0.50 0.07

10 Tanah Peribadatan 0.80 0.12

11 Tanah Bangunan Pendidikan 0.60 0.09

Total 636.57 100.00

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran hubungan tingkat efektivitas kepemimpinan
Tabel 2  Luas dan persentase pemanfaatan dan penggunaan lahan di Desa
Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cipelang berdasarkan jenis mata
Tabel 5   Jumlah dan persentase petani di tiga kelompok tani yang tergabung di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses pencocokkan dilakukan setelah data-data citra wajah yakin telah di-training dan telah tersimpan dalam basis data, sehingga data-data tersebut dapat digunakan

Hal ini dikarenakan aroma kopi yang mengundang selera membuat konsumen menginginkannya lagi, walaupun pada awalnya tidak berniat melakukan pembelian ulang, namun dengan

Indikator yang menjadi permasalah- an Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) dirumah tangga yang paling banyak terjadi di Dusun Sawahan yakni peng- gunakan air bersih, mencuci

PPh Pasal 23 adalah Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri (orang pribadi atau badan), serta bentuk usaha tetap

Pujisyukurkehadiran Allah SWT ataslimpahanrahmatdanhidayah-Nya, sehinggapenulisdapatmenyelesaikanpenulisanskripsi yang berjudul: PENGARUH MARKETING MIX TERHADAP

Jawaban dari permasalahan tersebut adalah bahwa rekayasa balik yang dilakukan dalam rangka pembuatan program keygen termasuk perbuatan yang dilarang dalam pasal 30 ayat

Aplikasi pembelajaran dunia hewan untuk pembelajaran ini penulis menggunakan perangkat lunak Eclipse IDE dan Android Development Tools (ADT). Aplikasi berisi

[r]