• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar NH3 dan CH4 serta CO2 dari Petrnakan Broiler pada Kondisi Lingkungan dan Manajemen Peternakan yang Berbeda di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kadar NH3 dan CH4 serta CO2 dari Petrnakan Broiler pada Kondisi Lingkungan dan Manajemen Peternakan yang Berbeda di Kabupaten Bogor"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

KADAR NH

3

DAN CH

4

SERTA CO

2

DARI PETERNAKAN

BROILER PADA KONDISI LINGKUNGAN YANG BERBEDA

DI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

SKRIPSI

RATNA PATIYANDELA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KADAR NH

3

DAN CH

4

SERTA CO

2

DARI PETERNAKAN BROILER PADA

(2)

RINGKASAN

Ratna Patiyandela. D14063281. 2013. Kadar NH3 dan CH4 serta CO2 pada

Peternakan Ayam Broiler dengan Kondisi Lingkungan dan Manajemen Peternakan yang Berbeda di Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Maria Ulfah, S.Pt., M.Sc. Agr. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Siti Badriyah Rushayati, M.Si.

Peningkatan populasi ayam broiler disamping memberikan dampak positif bagi ketersediaan daging di Indonesia, ternyata juga memberikan dampak negatif bagi ayam Broiler, manusia dan lingkungan akibat meningkatnya jumlah manur yang dihasilkan oleh peternakan ayam broiler. Manur ini dapat menyebabkan timbulnya polusi udara dan bau yang tidak sedap akibat adanya gas-gas dan partikel lain yang dihasilkan. Amonia (NH3), metana (CH4), dan karbondioksida (CO2) merupakan

contoh gas yang dihasilkan dari peternakan ayam broiler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar NH3, CH4 dan CO2 di udara (udara di dalam kandang

maupun di area sekitar kandang) dari peternakan ayam broiler pada lingkungan yang berbeda.

Penelitian dilakukan di peternakan ayam broiler Ikhtiar Farm yang terletak di Desa Cikoneng Talang, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor (berada pada ketinggian 520 m dpl) dan di peternakan ayam broiler Bagus Farm yang terletak di Desa Semplak Barat, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor (berada pada ketinggian 170 m dpl) selama 1 minggu. Metode penangkapan udara untuk NH3 dan CO2

menggunakan metode impinger, sedangkan untuk CH4 menggunakan syringe.

Analisis kadar NH3 dilakukan dengan menggunakan metode indofenol, kadar CO2

menggunakan metode titrasi dan kadar CO2 menggunakan metode Gas

Chromatography – Flame Ionization Detector (GC-FID).

Rataan suhu udara harian pada Peternakan Bagus Farm di dalam kandang adalah 26,75-28,20 ºC dan di luar kandang adalah 27,73-29,63 ºC, sedangkan pada Peternakan Ikhtiar Farm, rataan suhu udara harian di dalam kandang adalah 25,58-27,03 ºC dan di luar kandang adalah 25,93-27,85 ºC. Rataan kelembaban udara harian pada Peternakan Bagus Farm di dalam kandang adalah 81%-92% dan di luar kandang adalah 77%-87%, sedangkan pada Peternakan Ikhtiar Farm di dalam kandang adalah 70%-85% dan di luar kandang adalah 67%-84%. Rataan kecepatan angin harian di Peternakan Bagus Farm adalah 0,87-1,50 m/det dan di Peternakan Ikhtiar Farm adalah 0,37-3,27 m/det.

Kadar NH3 di Peternakan Bagus Farm berada pada kisaran 0,0745-0,8971

ppm lebih tinggi daripada Peternakan Ikhtiar Farm yang berada pada kisaran 0,0081-0.0862 ppm. Kadar CH4 di Peternakan Bagus Farm adalah 0,0957-0.1202 µg/mm3

(3)

protein), manajemen perkandangan (tipe kandang, atap kandang dan alas kandang), nutrien dalam pakan dan performa ayam broiler.

(4)

ABSTRACT

Levels of NH3 and CH4 also CO2 from Broiler Chicken House at Different

Environmental Condition and Management in Bogor Regency Patiyandela, R., M. Ulfah, and S. B. Rushayati

The development of broiler population may cause negative impact such as gases emission including of NH3, CH4, and CO2, for broiler, human and environment. The

levels of NH3, CH4, and CO2 resulted from broiler house can be affected by

microclimate condition. Information about the levels of NH3, CH4, and CO2 in

broiler house in Bogor regency is still limited. The purpose of this research is to estimate the levels of NH3, CH4 dan CO2 inside and outside broiler houses at

different environmental condition. This research was conducted on Bagus Farm that located in West Semplak, Kemang District, Bogor Regency (170 m above see level) and Ikhtiar Farm that located in Cikoneng Talang, Pamijahan District, Bogor Regency (520 m above sea level). This research was conducted during October until November 2010. The result shows that the levels of NH3, CH4, and CO2 in Bagus

Farm was higher than Ikhtiar Farm. The level of NH3 is lower than standard of NH3

consisted in ambient air. The differentiation of NH3, CH4, and CO2 levels between

Bagus Farm and Ikhtiar Farm can be influenced by some factors such as microclimate condition (temperature, humidity, and air velocity), housing management, feed nutrient, manure management and composition.

Keyword : broiler chicken farm, microclimate condition, house type, level of NH3,

(5)

KADAR NH

3

DAN CH

4

SERTA CO

2

DARI PETERNAKAN

BROILER PADA KONDISI LINGKUNGAN YANG BERBEDA

DI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

RATNA PATIYANDELA D14063281

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KADAR NH

3

DAN CH

4

SERTA CO

2

DARI PETERNAKAN BROILER PADA

(6)

Judul : Kadar NH3 dan CH4 serta CO2 dari Petrnakan Broiler pada Kondisi

Lingkungan dan Manajemen Peternakan yang Berbeda di Kabupaten Bogor

Nama : Ratna Patiyandela NIM : D14063281

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Maria Ulfah, S.Pt., M.Sc.Agr.) (Dr. Ir. Siti Badriyah Rushayati, M.Si.) NIP. 19761101 199903 2 001 NIP. 19650704 200003 2 001

Mengatahui, Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.) NIP. 19591212 198603 1 004

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Januari 1988 di Bondowoso, Jawa Timur. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Samik Rufiadi dan Ibu Sumiwarti.

Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1994 di Sekolah Dasar Dabasah 3 Bondowoso dan diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2000 dan diselesaikan pada tahun 2003 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Bondowoso. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bondowoso pada tahun 2003 dan diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan pada tahun 2007. Penulis aktif dalam organisasi HIMAPROTER (Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan) periode 2007-2008 sebagai pengurus Klub Budidaya dan Produksi dan pada periode 2008-2009 sebagai Badan Pengawas HIMAPROTER. Penulis pernah mengikuti

kegiatan magang di PT. Tanduran Sari (Feedlot) dan BPPT Sapi Potong di Ciamis serta peternakan lebah madu Sari Bunga di Sukabumi.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Sang Pencipta alam semesta dan Pemilik ilmu pengetahuan, Tuhan Yang Maha Esa yang menjadikan alam ini mempunyai banyak rahmat bagi makhluk-Nya. Rasa syukur penulis panjatkan atas segala nikmat dan karunia-Nya

yang telah diberikan sehingga Penulis memperoleh kemudahan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi yang berjudul Kadar NH3 dan CH4 serta CO2 dari

Peternakan Broiler pada Kondisi Lingkungan dan Manajemen Peternakan yang Berbeda di Kabupaten Bogor sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Dunia peternakan khususnya peternakan broiler yang merupakan salah satu sumber ketersediaan pangan bagi manusia juga merupakan salah satu penyumbang gas-gas rumah kaca penyebab terjadinya global warming sejak beberapa tahun terakhir. Penelitian ini dilakukan untuk untuk mengetahui besarnya kadar gas-gas rumah kaca yang dihasilkan dari peternakan broiler. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai landasan dalam menyusun strategi untuk meminimalkan produksi gas-gas rumah kaca dari peternakan ayam broiler.

Penelitian ini merupakan penilitian awal untuk penelitian selanjutnya mengenai gas-gas yang dihasilkan dari peternakan broiler. Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dibidang peternakan dan bermanfaat bagi banyak pihak terutama dalam peningkatan kualitas lingkungan di dalam dan sekitar peternakan kearah yang lebih

baik.

Bogor, Mei 2013

(9)

DAFTAR ISI

Penentuan Lokasi Penelitian ... 11

Pengukuran Mikroklimat ... 12

Kondisi Lingkungan dan Perkandangan di Peternakan Bagus Farm ... 17

(10)

Performa Ayam Broiler dan Kandungan Nutrien dalam Pakan dan

Manur ... 19

Performa Ayam Broiler ... 19

Kandungan Nutrien dalam Pakan Ayam Broiler ... 21

Kandungan Nutrien dalam Manur Ayam Broiler ... 22

Kondisi Mikroklimat di Peternakan Ayam Broiler ... 24

Ketinggian Lokasi Peternakan Ayam Broiler ... 24

Suhu Udara di Lokasi Peternakan Ayam Broiler ... 25

Kelembaban Udara di Lokasi Peternakan Ayam Broiler... 27

Kecepatan dan Arah Angin di Lokasi Peternakan ... 28

Kadar NH3, CO2 dan CH4 di Peternakan Ayam Broiler ... 29

Kadar NH3 ... 29

Kadar CH4 ... 32

Kadar CO2 ... 34

Diskusi Umum ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

Kesimpulan ... 41

Saran ... 41

UCAPAN TERIMA KASIH ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Populasi Ayam Broiler di Pulau Jawa dan Bali ... 1

2. Karakter dan Produksi Kotoran Segar Ayam Broiler per 1000 kg Bobot Hidup/Hari ... 3

3. Ambang Batas Kadar NH3 pada Ayam Broiler ... 5

4. Karakteristik Kondisi Peternakan ... 12

5. Karakteristik Perkandangan ... 12

6. Kandungan Nutrien dalam Manur Ayam Broiler di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm... 15

7. Performa Ayam Broiler di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm di Kabupaten Bogor ... 20

8. Kandungan Nutrien Pakan di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm ... 22

9. Hasil Pengukuran Kadar NH3 di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm ... 30

10. Hasil Pengukuran Kadar CH4 di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm ... 33

11. Hasil Pengukuran Kadar CO2 di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm ... 34

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Denah Kandang di Peternakan Bagus Farm... 17 2. Denah Kandang di Peternakan Ikhtiar Farm ... 19 3. Grafik Rataan Suhu Udara di Dalam dan di Luar Kandang

Ayam Ayam Broiler selama 1 Minggu: (A) Peternakan Bagus

Farm dan (B) Peternakan Ikhtiar Farm ... 26 4. Grafik Rataan Kelembaban Udara di Dalam dan di Luar

Kandang Ayam Ayam Broiler Selama 1 Minggu : (A)

Peternakan Bagus Farm (B) Peternakan Ikhtiar Farm……… ... 27 5. (A) Diagram Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Kegiatan

Manusia dan (B) Diagram Sumber Gas Rumah Kaca (US EPA,

2007) ... 36 6. Diagram Hubungan Kondisi Mikroklimat, Performa Ayam

Broiler, Kualitas Pakan dan Manur Serta kondisi Perkandangan

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kondisi Perkandangan dan Pengambilan Sampel Udara di Bagus

Farm ... 48 2. Kondisi Perkandangan dan Pengambilan Sampel Udara di

Ikhtiar Farm. ... 49 3. Rataan Suhu Udara Harian di Peternakan Bagus Farm dan

Ikhtiar Farm Dalam Satu Minggu... 50 4. Rataan Kelembaban Udara Harian di Peternakan Bagus Farm

dan Ikhtiar Farm Dalam Satu Minggu ... 51 5. Rataan Kecepatan Angin Harian dan Arah Angin Dominan di

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan ayam broiler merupakan salah satu subsektor peternakan dengan tingkat permintaan yang cukup tinggi di Indonesia. Peningkatan permintaan

konsumen terhadap daging ayam memicu meningkatnya jumlah populasi ayam broiler di Indonesia, khususnya di pulau Jawa dan Bali, yang secara umum terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Tabel 1).

Tabel 1. Populasi Ayam Broiler di Pulau Jawa dan Bali Provinsi Tahun (ekor)

2009 2010 2011*

DKI Jakarta 137.100 132.200 131.827 Jawa Barat 455.258.895 497.814.154 526.931.620 Jawa Tengah 58.350.965 64.332.799 64.397.132 DI. Yogyakarta 5.276.897 5.435.521 5.556.967 Jawa Timur 147.006.266 56.993.631 58.494.332 Banten 80.023.212 41.146.851 45.508.417 Bali 5.263.645 5.404.657 5.444.653

Keterangan : * angka sementara

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

Peningkatan populasi ayam broiler disamping memberikan dampak positif bagi ketersediaan daging di Indonesia, ternyata juga memberikan dampak negatif

bagi ayam broiler, manusia dan lingkungan akibat meningkatnya jumlah manur yang dihasilkan oleh peternakan ayam broiler. Manur ini dapat menyebabkan timbulnya polusi udara dan bau yang tidak sedap akibat adanya gas-gas dan partikel lain yang dihasilkan. Menurut Patterson dan Adrizal (2005) keberadaan gas-gas tersebut menyebabkan penurunan pada performa dan produktivitas ayam broiler, seperti penurunan laju pertumbuhan dan konversi pakan, serta timbulnya penyakit tetelo (New Castle Disease/ND). Dampak bagi manusia diantaranya mata berair, bersin-bersin, sakit leher, batuk kronis, sesak nafas, sakit kepala, dan mual (Golbabei dan Islami, 2000).

(15)

menyebabkan sinar infra merah yang dipancarkan kembali ke bumi semakin besar sehingga dapat meningkatkan suhu bumi (Cicerone, 1987). Gas-gas rumah kaca ini menimbulkan efek rumah kaca. Amonia (NH3), metana (CH4), dan karbondioksida

(CO2) merupakan contoh gas yang dihasilkan dari peternakan ayam broiler dan

berpengaruh terhadap timbulnya efek rumah kaca yang berdampak pada peningkatan suhu di sekitar lokasi peternakan. Data mengenai gas-gas tersebut masih terbatas hingga saat ini, terutama pada peternakan ayam broiler dengan kandang konvensional yang banyak ditemui di Indonesia, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengukur kadar gas-gas tersebut.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar NH3, CH4 dan CO2 di udara

(udara di dalam kandang maupun di area sekitar kandang) dari peternakan ayam broiler pada lingkungan yang berbeda.

Manfaat

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk melakukan perkiraan terhadap kadar gas-gas tersebut (NH3, CH4 dan CO2) yang dihasilkan oleh

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Manur Ayam

Manur merupakan bahan campuran hasil ekskresi tubuh yang berasal dari pakan tidak tercerna dalam saluran pencernaan dan sisa hasil metabolisme (Ensminger, 1992). Jumlah dan komposisi manur yang diproduksi berbeda-beda tergantung jenis unggas, bobot badan, waktu pengambilan ekskreta, jenis dan jumlah pakan, serta cuaca (Muller, 1980; Ensminger, 1992). Manur ayam mengandung N

total sebanyak 13-17 g/kg dari bahan kering, yang terdiri atas 60%-75% berupa asam urat, 0%-3% berupa amonium, dan 25%-34% berupa protein tidak tercerna (Patterson dan Adrizal, 2005). Kandungan gas amonia yang tinggi dalam manur menunjukkan kurang sempurnanya proses pencernaan atau protein yang berlebihan dalam pakan ternak, sehingga tidak semua dapat terabsorpsi tetapi dikeluarkan sebagai amonia dalam manur (Rohaeni, 2005). Karakter dan jumlah ekskreta yang dihasilkan oleh ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakter dan Produksi Kotoran Segar Ayam Broiler per 1000 kg Bobot Hidup/Hari

(17)

Gas Rumah Kaca

Gas rumah kaca adalah gas-gas yang dapat membentuk suatu lapisan perangkap panas di atmosfer bumi yang dapat menyerap dan memancarkan kembali radiasi gelombang panjang yang dipancarkan bumi sehingga mengkibatkan panas

tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Gas berbahaya yang sering ditemukan dalam kandang antara lain NH3, H2S, CO2, dan CH4. Pada konsentrasi tertentu,

gas-gas tersebut dapat menyebabkan kematian (North dan Bell, 1990).

Amonia (NH3)

Amonia atau NH3 adalah salah satu senyawa nitrogen hasil transformasi

N-organik melalui proses amonifikasi (Jenie dan Rahayu, 1993). Amonia bersifat racun, tidak berwarna, dapat menyebabkan karat pada beberapa bahan dan memiliki bau tajam yang khas. Amonia juga merupakan salah satu senyawa penyebab timbulnya bau dari kotoran ayam (Korner et al., 2005)

Amonia pada peternakan ayam broiler berasal dari penguraian asam urat. Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme protein dan nitrogen pada unggas. Penguraian asam urat adalah sebagai berikut (Patterson dan Adrizal, 2005) :

C5H4O3N4 + 1,5O2 + 4H2O 5CO2 + 4NH3

Pembentukan NH3 dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi temperatur,

kelembaban, pH, kandungan N dalam litter atau manure, serta populasi mikroorganisme.

Hasil penelitian Vucemilo et al. (2007) menunjukkan bahwa nilai rata-rata konsentrasi NH3 di dalam kandang ayam broiler pada minggu keempat adalah 8,67

ppm. Suhu dan kelembaban rata-rata di dalam kandang pada minggu ke empat adalah 23,67 °C dan 52,20%, dengan kecepatan aliran udara sebesar 0,07 m/s. Penelitian

dilakukan selama musim semi di tahun 2006 di peternakan ayam broiler berkapasitas 5.300 ekor dengan strain ayam broiler yang digunakan adalah hobb. Hasil penelitian lainnya, yang dilakukan oleh Vucemilo et al. (2008) menunjukkan bahwa nilai rata-rata konsentrasi NH3 di dalam kandang ayam broiler pada minggu keempat adalah

(18)

Penelitian dilakukan selama musim semi di peternakan ayam broiler berkapasitas 22.000 ekor dengan strain ayam broileryang digunakan adalah Ross-308 breed.

Kadar NH3 yang berlebihan di dalam kandang dapat mempengaruhi

kesehatan ayam broiler dan pekerja kandang. Kadar NH3 di dalam kandang

sebaiknya tidak lebih dari 25 ppm dan ambang batas kadar NH3 bagi manusia adalah

25 ppm selama 8-10 jam (Ritz et al., 2004). Batas toleransi kadar NH3 pada ayam

broiler disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Ambang Batas Kadar NH3 pada Ayam Broiler

Kadar NH3 (ppm) Pengaruh

20 Mengganggu kesehatan dan performa ayam broiler, meningkatnya penyakit tetelo (New Castle Disease/ND) dan kerusakan sistem pernafasan (dalam waktu lama)

25 Pertambahan bobot badan yang rendah, penurunan efisiensi pakan (selama 42 hari), menyebabkan timbulnya airsacculitis yang diikuti oleh infectious bursal disease (setelah 56 hari) 25-125 Penurunan konsumsi pakan dan efisiensi pakan, menimbulkan

gejala keracunan pada ayam broiler meliputi iritasi pada trachea, radang kantong udara, conjunctivity, dan dyspnea 75-100 Perubahan epithelium pernafasan, termasuk hilangnya silia

dan meningkatnya jumlah sel pengeluaran lender

46-102 Menyebabkan kerusakan pada mata dalam bentuk

keratokonjunctivitis

Sumber: Ritz et al. (2004)

Sumber emisi NH3 dari kegiatan manusia diperkirakan 50% berasal dari

kegiatan peternakan. Produksi peternakan ayam diperkirakan menghasilkan emisi amonia sebanyak 1,9 juta metric ton per tahun atau 2,1 Tg (tera gram) per tahun (Ritz

et al., 2004). Emisi NH3 dapat dengan cepat bereaksi dengan komponen asam yang

terdapat di atmosfer, seperti asam nitrit dan asam sulfur, dan berubah menjadi parti-kel aerosol amonium, seperti amonium sulfat dan amonium nitrat (Ritz et al., 2004).

(19)

kecepatan angin, topografi, dan tanah, mempengaruhi emisi yang dihasilkan dari peternakan (National Research Council, 2002). Gates et al. (2004) melakukan penelitian selama musim dingin dan musim semi dan menunjukkan bahwa angka emisi amonia untuk peternakan ayam broiler dengan kapasitas 20.000 ekor adalah 0,27 g NH3/ekor/hari. Angka emisi amonia untuk peternakan ayam broiler dengan

kapasitas 25.000 ekor adalah 0,45 g NH3/ekor/hari.

Metana (CH4)

Metana merupakan salah satu gas rumah kaca. Metana, paling besar disebabkan oleh bakteri yang merombak bahan organik pada kondisi anaerobik. Aktifitas manusia diperkirakan menyumbang 60%-80% dari total emisi CH4. Metana

yang dilepaskan ke atmosfer, sebagian besar melalui proses oksidasi oleh hidroksil (OH) dan diperkirakan dapat bertahan di atmosfer antara 9-15 tahun (Pipatti, 1998). Peternakan ayam diperkirakan menyumbangkan emisi metana sebesar 1,28 Tg/tahun (Khalil, 2000).

Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida merupakan gas rumah kaca yang mengatur energi panas yang dapat dipancarkan bumi kembali ke angkasa. Gas rumah kaca dapat ditembus radiasi matahari yang baru masuk ke atmosfer, dan menjerap radiasi sinar inframerah sehingga tidak dapat dipancarkan kembali ke angkasa. Gas-gas rumah kaca, seperti karbondioksida ini mengakibatkan panas matahari tertahan dekat dengan permukaan bumi, sehingga menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim lainnya (Griffin, 2003). Karbondioksida dianggap sebagai penyumbang paling banyak pada pemanasan global sejak lebih dari 250 tahun terakhir. Jumlah CO2 yang dihasilkan

dari proses pernafasan pada peternakan mencapai 3.000 Tg/tahun (Pitesky et al.,

2009).

Konsentrasi karbondioksida (CO2) di udara relatif rendah yaitu sekitar 0,03%.

Konsentrasi yang relatif rendah ini disebabkan oleh absorbsi CO2 oleh tumbuhan

selama fotosintesis dan karena kelarutan CO2 di dalam air. Tumbuhan berperan

sebagai produsen pertama dalam ekosistem yang mengubah energi surya menjadi energi potensial untuk makhluk hidup lain dan mengubah CO2 menjadi O2, sehingga

(20)

mengrangi CO2 dan zat pencemar lainnya. Konsentrasi CO2 yang berlebihan dalam

suatu lingkungan dapat menimbulkan efek sistematik, karena meracuni tubuh dengan cara pengikatan oleh hemoglobin yang merupakan bagian amat vital dalam proses oksigenasi jaringan tubuh, dan apabila otak kekurangan oksigen maka dapat menimbulkan kematian. Dalam jumlah sedikit dapat menimbulkan gangguan berfikir, gerakan otot, maupun gangguan jantung (Farida, 2004). Konsentrasi CO2 di

atmosfer ternyata telah meningkat lebih dari seabad lalu, peningkatan konsentrasinya mencapai 1 ppm/tahun. Peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer yang terus menerus

akan menyebabkan perubahan yang besar pada iklim global (Shakhashiri, 2008). Vucemilo et al. (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa nilai rata-rata konsentrasi CO2 di dalam kandang ayam broiler pada minggu ke empat 0,07%. Suhu

dan kelembaban rata-rata di dalam kandang pada minggu ke empat adalah 23,67 °C dan 52,20%, dengan kecepatan aliran udara sebesar 0,07 m/s. Penelitian dilakukan

selama musim semi di tahun 2006 di peternakan ayam broiler berkapasitas 5.300 ekor dengan strain ayam broiler yang digunakan adalah hobb. Penelitian lain yang dilakukan oleh Vucemilo et al. (2008) menyatakan bahwa Nilai rata-rata konsentrasi CO2 di dalam kandang ayam broiler pada minggu ke empat 0,21%. Suhu dan

kelembaban rata-rata di dalam kandang pada minggu ke empat adalah 24,17 °C dan 65,45%, dengan kecepatan aliran udara sebesar 0,07 m/s. Penelitian dilakukan selama musim semi di peternakan ayam broiler berkapasitas 22.000 ekor dengan strain ayam broiler yang digunakan adalah ross-308 breed.

Kualitas Udara

(21)

Kadar polutan yang terdapat di suatu lokasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1) jarak sumber polutan dengan lokasi, 2) faktor penurun kadar polutan (vegetasi), dan 3) kondisi meteorologi dan topografi lokasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar polutan di atmosfer adalah : 1) jumlah total cemaran yang dikeluarkan atau dipancarkan, 2) kondisi meteorologi di suatu lokasi pencemar dan sekitarnya, 3) keadaan topografi di suatu lokasi pencemar dan sekitarnya, dan 4) sifat dan karakteristik zat pencemar (Soedomo, 2001).

Faktor Meteorologis

Faktor meteorologis mempunyai peranan yang penting dalam menentukan kualitas udara di suatu daerah. Menurut Soedomo (2001) kondisi atmosfer sangat ditentukan oleh berbagai faktor meteorologis, seperti : 1) kecepatan dan arah angin, 2) kelembaban, 3) suhu, 4) tekanan udara, dan 5) aspek tinggi permukaan (topografi). Faktor meteorologis akan menentukan penyebaran pencemar di udara ambien, baik yang berasal dari emisi sumber tidak bergerak maupun dari sumber bergerak. Kondisi meteorologi akan menentukan luasan penyebaran pencemar, pola penyebaran, dan jangkauan penyebaran serta jangka waktu penyebarannya.

Suhu Udara

Soedomo (2001) menyatakan suhu udara secara langsung mempengaruhi kondisi kestabilan atmosfer. Dalam kondisi stabil, yaitu pada suhu udara yang lebih rendah dari lingkungan, maka massa udara polutan tidak dapat naik tetapi tetap berada di atmosfer dan terakumulasi, sehingga akan menaikkan konsentrasi polutan. Sebaliknya, pada saat suhu udara lebih tinggi daripada suhu lingkungan, maka massa udara polutan akan naik dan menyebar sehingga tidak terjadi pengendapan di permukaan dan akan meminimalkan konsentrasi polutan.

Kecepatan dan Arah Angin

(22)

Arah angin berperan dalam penyebaran polutan yang akan membawa polutan tersebut dari satu sumber tertentu ke area lain searah dengan arah angin. Kecepatan angin memegang peranan dalam jangkauan dari pengangkutan dan penyebaran polutan. Kecepatan angin mempengaruhi distribusi pencemar, konsentrasi pencemar akan berkurang jika angin berkecepatan tinggi dan membagikan kecepatan tersebut secara mendatar atau vertikal (Sastrawijaya, 1991).

Analisis Kualitas Udara

Metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) tergolong dalam senyawa karbon

yang mudah menguap. Metode yang sering digunakan dalam menganalisis senyawa karbon ini adalah metode kromatografi gas dengan detektor pengionan nyala / flame ionization detector (FID) (Nahas et al., 2008). Kromatografi gas dengan detektor pengionan nyala atau Gas Chromatography – Flame Ionization Detector (GC-FID) memiliki fase stasioner atau fase diam berupa cairan dan fase bergerak berupa gas yang sering disebut sebagai kromatografi gas-cair (GLC) serta menggunakan jenis detektor pengionan nyala atau flame ionization detector (FID). Kelebihan dari kromatografi jenis ini adalah stabil, linier pada rentang zat terlarut yang besar, cepat,

peka, responsif terhadap hampir semua senyawa organik. Kekurangannya adalah tidak responsif pada hampir semua senyawa inorganik termasuk air, bersifat menghancurkan komponen sampel, dan lebih mahal (Day dan Underwood, 2002).

Metode yang digunakan dalam menganalisis amonia (NH3) adalah

menggunakan metode spektroskopi. Analisis spektroskopi pada dasarnya mengukur

jumlah radiasi yang dihasilkan atau diserap oleh molekul atau atom yang lebih spesifik (Skoog et al., 1999). Spektrometer adalah alat spektroskopik yang menggunakan monokromator atau polikromator bersama dengan tansduser mengubah intensitas pancaran menjadi sinyal listrik. Spektrofotometer adalah spektrometer yang memungkinkan untuk mengukur rasio kekuatan radiasi dari dua sinar yang dibutuhkan untuk mengukur absorbansi. Fotometer menggunakan sebuah filter untuk memilih panjang gelombang bersama dengan transduser radiasi (Skoog

et al., 1999). Pengukuran NH3 dengan menggunakan spektrofotometer dilakukan

(23)
(24)

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Pengumpulan sampel udara dilakukan di peternakan ayam broiler Ikhtiar Farm yang terletak di Desa Cikoneng Talang, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor dan di peternakan ayam broiler Bagus Farm yang terletak di Desa Semplak Barat, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Analisis kandungan NH3, CH4 dan

CO2 dilaksanakan di Laboratorium PPLH-LPPM (Pusat Penelitian Lingkungan

Hidup-Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat), Kampus IPB Darmaga, Bogor. Penelitian masing-masing dilakukan selama 1 minggu di peternakan Bagus Farm (19-25 Oktober 2010) dan di peternakan Ikhtiar Farm (5-11 November 2010).

Materi

Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel udara ambien di

dalam kandang ayam broiler dan di sekitar peternakan ayam broiler. Materi pendukung adalah komposisi nutrisi dari ransum komplit yang digunakan pada masing-masing peternakan, dan manur ayam dari setiap peternakan.

Peralatan yang digunakan adalah impinger portable, digital electronic thermo hygrometer LS-207, anemometer RS 232 BTU – Psychrometer, syringe, flowmeter, altimeter, kompas, botol sampel, alat tulis, dan kamera digital. Peralatan yang digunakan untuk menganalisis sampel udara adalah spektrofotometer UV-VIS dan kromatografi gas dengan detektor pengionan nyala.

Prosedur

Penentuan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode

purposive sampling. Pertimbangan yang digunakan sehingga kedua lokasi tersebut

(25)

perkandangan yang berbeda dengan peternakan ayam broiler yang terletak di Desa Cikoneng Talang. Perbedaan tersebut disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5 :

Tabel 4. Karakteristik Kondisi Peternakan 1. Tipe perkandangan Kombinasi postal dan

panggung Panggung* 2. Tipe atap kandang Tipe A Tipe A 3. Bahan atap kandang Kombinasi asbes dan

rumbia Rumbia 4. Posisi kandang Membujur dari utara ke

selatan 2) Selatan Kebun jambu biji Kebun papaya 3) Timur Kebun jambu biji Lahan pertanian 4) Barat

Lahan pertanian (padi) Kolam ikan dan lahan pertanian

Keterangan : * Tinggi kandang dari tanah sekitar 1,5 meter

Pengukuran Mikroklimat

(26)

T rata-rata harian = (2 × T7) + T13 + T18

4

Keterangan:

T rata-rata harian = suhu harian rata-rata;

T7, T13, T18 = pengamatan suhu udara pada pukul 07.00, 13.00, dan 18.00 WIB.

Kelembaban udara diukur dengan menggunakan digital electronic thermo

hygrometer LS-207 juga. Kelembaban udara rata-rata harian dihitung dengan

persamaan :

RH rata-rata harian = (2 × RH7) + RH13 + RH18

4

Keterangan :

RH rata-rata harian = kelembaban harian rata-rata;

RH7, RH13, RH18 = pengamatan kelembaban udara pada pukul 07.00, 13.00, dan 18.00 WIB.

Kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer RS 232 BTU – Psychrometer, sementara arah angin diukur menggunakan metode sederhana, yaitu dengan bantuan asap dan kompas. Pengukuran kecepatan angin dilakukan pada ketinggian sekitar dua meter di atas permukaan tanah.

Pengukuran terhadap suhu dan kelembaban dilakukan di dalam kandang dan di luar kandang. Pengukuran kecepatan dan arah angin hanya dilakukan di luar

kandang.

Pengambilan Sampel

Sampel Udara. Pengambilan sampel udara untuk analisis NH3, CH4, dan CO2

dilakukan melalui penangkapan udara di lapangan dengan bantuan pereaksi kimia. Metode penangkapan udara untuk NH3 dan CO2 menggunakan metode impinger

(Agustini et al., 2005). Prinsip dari metode ini adalah menjerap udara terkontaminasi ke dalam larutan penangkap dalam impinger. Penangkapan sampel udara untuk CH4

menggunakan syringe. Sampel udara tersebut kemudian dianalisis di laboratorium

untuk dapat diketahui konsentrasi dari NH3, CH4, dan CO2.

(27)

Sampel Pakan dan Manur. Pengambilan sampel manur ayam broiler dilakukan tiga kali (pagi, siang, dan sore) per hari selama satu minggu dari setiap peternakan. Pengambilan contoh manur ayam dilakukan secara acak. Manur ayam dikumpulkan dalam botol sampel dan kemudian disimpan pada suhu freezer (sekitar -10 °C) kemudian dikeringkan pada suhu 120 °C dan selanjutnya dianalisis. Pengambilan sampel pakan juga dilakukan untuk dianalisis. Data analisis manur dan pakan digunakan sebagai data pendukung.

Analisis Sampel

Analisis Kadar NH3 (Amonia). Analisis ini dilakukan dengan menggunakan

metode indofenol menggunakan spektrofotometer (Badan Standarisasi Nasional, 2005b). Prinsip dari metode ini adalah amonia dari udara ambien yang telah dijerap oleh larutan penjerap asam sulfat, kemudian direaksikan dengan fenol dan natrium hipoklorit dalam suasana basa, membentuk senyawa komplek indofenol yang berwarna biru. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm (Badan Standarisasi Nasional, 2005b). Konsentrasi NH3 dalam dalam udara dihitung dengan rumus sebagai berikut:

C = (a / V) x 1000

Keterangan :

C = Konsentrasi NH3 di udara (µg/m3);

a = Jumlah NH3 dalam contoh uji berdasarkan kurva standar (µg);

V = Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25 °C, 760 mmHg (L); 1000 = Konversi dari L ke m3.

Analisis Kadar CO2 (Karbondioksida). Analisis ini dilakukan dengan

menggunakan metode titrasi. Prinsip dari metode titrasi adalah prinsip asam basa dan pewarnaan. Bahan yang digunakan adalah Na2CO3 (sodium kabonat) sebagai

larutan penjerap, PP merah sebagai pemberi warna, dan HCl 0,02N sebagai titran. Larutan uji (campuran antara larutan penjerap dan gas CO2) dimasukkan ke dalam

tabung uji. Larutan ditetesi HCl 0,02N hingga larutan yang berwarna merah menjadi

tidak berwarna. Proses titrasi juga dilakukan pada blanko. Jumlah HCl 0,02N yang digunakan untuk menjernihkan larutan uji dicatat, untuk kemudian dimasukkan ke dalam rumus perhitungan kadar CO2. Konsentrasi CO2 dalam dalam udara dihitung

(28)

C = a / V

Keterangan :

C = konsentrasi CO2 di udara (µg/m3);

a = jumlah CO2 dalam contoh uji berdasarkan kurva standar (µg);

V = volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25 °C, 760 mmHg (L).

Analisis Kadar CH4 (Metana). Analisis ini dilakukan dengan menggunakan

metode Gas Chromatography – Flame Ionization Detector (GC-FID) (Nahas et al., 2008). Gas Chromatography – Flame Ionization Detector (GC-FID) merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menganalisis senyawa karbon seperti CH4. Instrumen ini akan mendeteksi analit dengan mengukur arus listrik yang

ditimbulkan oleh elektron saat partikel karbon dalam sampel terbakar (Nahas et al., 2008).

Analisis Pakan dan Manur. Analisis yang dilakukan pada pakan dan manur ayam broiler adalah untuk mengetahui kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, kalsium, fosfor, gross energi dan nitrogen bebas. Analisis kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dilakukan dengan menggunakan metode analisis proksimat. Metode yang digunakan untuk menganalisis gross energi dan nitrogen bebas masing-masing adalah Bomb Kalorimeter dan Kjehdal. Analisis ini dilakukan di Balai Pengujian Mutu Pakan dan Ternak (BPMPT) di Bekasi. Data analisis proksimat manur ayam Broiler masing-masing dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan Nutrien dalam Manur Ayam Broiler di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm Gross Energi (kkal/kg) 3718,31 3359,11 Nitrogen Bebas (%) 0,89 0,53 Jumlah Manur * 2.817,50 2.747,50

(29)

Rancangan dan Analisis Data

Data tentang kadar NH3, CH4, dan CO2 selanjutnya dibandingkan dengan

Baku Mutu Udara Ambien yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu yang terdapat dalam PP RI No.41 Tahun 1999 (Biro Peraturan Perundang-undangan, 1999). Data

kadar NH3, CH4, dan CO2 di peternakan ayam broiler tersebut selanjutnya dianalisis

secara deskriptif dan kemudian dikaitkan dengan kondisi umum dari lokasi peternakan, kondisi iklim (suhu udara, kelembaban udara, kecepatan dan arah angin serta ketinggian lokasi peternakan) pada saat pengambilan sampel udara, dan sistem pemeliharaan yang diterapkan di peternakan ayam broiler tersebut.

Peubah yang diamati

Peubah-peubah yang diamati adalah kadar NH3, CH4, dan CO2 dan data

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Lingkungan dan Perkandangan di Peternakan Bagus Farm Peternakan ayam broiler Bagus Farm terletak di Desa Semplak Barat, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor pada ketinggian 170 m dpl. Tata letak kandang peternakan Bagus Farm dapat dilihat pada Gambar 1. Pada gambar tersebut terlihat posisi kandang ayam broiler membujur dari utara ke selatan sehingga menyebabkan hanya salah satu sisi kandang yang terkena sinar matahari pada pagi

hari maupun sore hari. Posisi kandang seperti ini sangat memungkinkan panas matahari langsung masuk ke dalam kandang sehingga berdampak pada peningkatan suhu yang cepat di dalam kandang. Posisi kandang yang ideal adalah membujur dari timur ke barat karena dapat menurunkan pengaruh langsung dari sinar matahari ke dalam kandang (Lesson dan Summers, 2001).

Keterangan : 1. Kandang 2. Kebun jambu

3. Lahan pertanian (padi, umbi-umbian)

4. Permukiman penduduk

Gambar 1. Denah Kandang di Peternakan Bagus Farm

Kandang dengan kapasitas 3.500 ekor ini adalah kombinasi antara tipe kandang postal dan panggung dengan bambu sebagai bahan utama kandang. Kombinasi tipe kandang ini dilakukan karena kondisi dataran yang tidak rata (dataran sebelah timur kandang lebih tinggi dari sebelah barat). Alas kandang di peternakan Bagus Farm menggunakan karung yang bagian atasnya dilapisi litter sekam. Penggunaan karung berguna untuk menutupi celah-celah pada alas kandang sehingga sekam serta manur tidak berjatuhan ke bagian bawah kandang dan mencegah kaki ayam broiler tidak terperosok ke dalam celah-celah. Atap kandang

(31)

kandang menjadi lebih panas di siang hari dan lebih dingin di malam hari, dikarenakan atap dengan bahan asbes mudah menyerap panas dan kemudian meneruskannya ke dalam kandang (Wibisono, 2010).

Kondisi sekitar kandang dapat dilihat pada Tabel 5. Kebun jambu biji berada di sebelah timur dan selatan kandang Peternakan Bagus Farm dengan tinggi pohon berkisar antara 2-2,5 m dan jarak pohon terdekat sekitar 2 m dari kandang. Keberadaan pohon/tanaman di sekitar kandang dapat mempengaruhi kondisi mikroklimat di dalam kandang. Tanaman dapat digunakan sebagai pelindung terhadap radiasi matahari, dapat menurunkan suhu udara di sekitar bangunan, serta efek bayangan dari tanaman dapat menghalangi pemanasan permukaan bangunan dan tanah dibawahnya, serta dapat dimanfaatkan sebagai pengatur aliran udara ke dalam bangunan (Talarosa, 2005). Fungsi lain dari tanaman adalah dapat menyerap dan menjerap debu serta unsur pencemar udara lainnya yang berasal dari kandang

ayam broiler. Sekumpulan pohon, dalam hal ini adalah kebun jambu biji, dapat dimanfaatkan pula sebagai wind break (pemecah angin), sehingga kecepatan angin yang masuk kedalam kandang dapat berkurang.

Pemukiman penduduk berada di sebelah timur dan selatan kandang dengan jarak sekitar 200 m dari kandang. Jarak antara kandang ayam broiler dan permukiman sudah memenuhi anjuran dari Fadilah et al. (2007) yang mengungkapkan bahwa jarak ideal antara kandang ayam broiler dan permukiman warga, minimal adalah 50 m. Jarak kandang yang cukup jauh dari permukiman dapat menghindari kebisingan, penyebaran penyakit, polusi serta bau dari peternakan ayam Broiler ke wilayah permukiman penduduk.

(32)

Keterangan : 1.Kandang

2.Lahan pertanian (padi, pepaya) 3.Kolam ikan

4.Penggilingan padi 5.Permukiman penduduk 6.Jalan

Gambar 2. Denah Kandang di Peternakan Ikhtiar Farm

Bangunan kandang ayam broiler Ikhtiar Farm juga membujur dari utara ke selatan sehingga hanya salah satu sisi kandang juga yang terkena sinar matahari pada saat pagi hari maupun sore hari. Tipe kandang yang digunakan adalah tipe panggung dengan bambu sebagai bahan utama bangunannya. Jarak alas kandang dari tanah adalah sekitar 1,5 m. Tipe kandang ini memungkinkan kotoran tidak menumpuk di alas kandang tetapi langsung jatuh ke tanah. Tipe kandang panggung juga beresiko bagi ayam broiler karena dapat menyebabkan cidera pada kaki akibat terperosok pada celah-celah bambu yang sengaja dibuat sebagai tempat jatuhnya kotoran ayam. Atap kandang menggunakan rumbia. Menurut Wibisono (2010) atap berbahan rumbia dapat meminimalkan peningkatan suhu di dalam kandang karena kemampuan bahan ini dalam menyerap dan memantulkan panas cukup rendah, selain itu harganya lebih ekonomis. Kekurangan dari atap dengan bahan rumbia adalah daya tahan dari atap relatif lebih singkat dan seringkali menjadi tempat bersarang bagi tikus dan hewan lain.

Performa Ayam Broiler dan Kandungan Nutrien dalam Pakan dan Manur

Performa Ayam Broiler

(33)

hidup, pertambahan bobot badan, akumulasi konsumsi ransum, konsumsi pakan setiap minggu, akumulasi konversi pakan, dan konversi pakan setiap minggu.

Tabel 7. Performa Ayam Broiler di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm di Kabupaten Bogor

Keterangan : 1Cobb Vantress (2008); 2Bell & Weaver (2002); *Mortalitas tertinggi terjadi pada minggu ke-4 hingga umur panen

Jumlah populasi ayam broiler di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm masing-masing adalah 3.500 ekor. Rataan berat panen ayam broiler dari Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm, masing-masing adalah 1,67 kg/ekor dan 1,51 kg/ekor. Perbedaan rataan berat panen ayam broiler dari kedua peternakan diantaranya dapat disebabkan oleh jumlah konsumsi pakan dan lama pemeliharan (Tabel 7) serta kondisi mikroklimat dari kedua lokasi peternakan.

Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam broiler di Peternakan Bagus Farm mencapai 8.050 kg lebih tinggi dari jumlah pakan yang dikonsumsi di Peternakan Ikhtiar Farm yaitu 7.850 kg. Konsumsi ransum setiap ternak berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh bobot badan, strain, tingkat produksi, tingkat cekaman, aktifitas ternak, mortalitas, kandungan energi dalam ransum dan suhu lingkungan sekitar (North dan Bell, 1990). Perbedaan jumlah konsumsi pakan antara Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm salah satunya disebabkan oleh lamanya waktu pemeliharaan yang selanjutnya mempengaruhi lamanya masa pemberian pakan pada ayam broiler. Umur panen ayam broiler di Peternakan Bagus Farm (32-33 hari) lebih lama daripada umur panen di Peternakan Ikhtiar Farm (31-32 hari). Konsumsi

pakan secara umum akan meningkat seiring dengan meningkatnya berat badan ayam. Menurut Kartadisastra (1997), berat badan badan berbanding lurus dengan konsumsi pakan, semakin tinggi berat badan semakin tinggi pula konsumsi pakannya.

Lacy dan Veast (2000) menyatakan bahwa konversi pakan berguna untuk mengukur produktivitas ternak yang didefinisikan sebagai rasio antara konsumsi

(34)

pakan dan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama kurun waktu tertentu. Peternakan Ikhtiar Farm memiliki nilai konversi pakan yang lebih baik (1,48) bila dibandingkan dengan nilai konversi pakan di Peternakan Bagus Farm (1,72). CJ Feed Indonesia (2011) menyatakan bahwa konversi pakan untuk ayam broiler dengan strain Cobb adalah 1,65. Nilai konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dasar genetik, tipe pakan yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam pakan, manajemen pemeliharaan, dan suhu lingkungan (James, 2004). Tingginya nilai konversi pakan di Peternakan Bagus Farm diantaranya dipengaruhi oleh tingkat mortalitas. Angka mortalitas yang tinggi mengakibatkan total berat panen di Peternakan Bagus Farm lebih rendah dari Peternakan Ikhtiar Farm, dan nilai konsumsi pakan di Peternakan Bagus Farm juga lebih tinggi daripada di Peternakan Ikhtiar Farm sehingga menyebabkan nilai konversi pakan menjadi tinggi.

Tingkat mortalitas di peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm masing-masing adalah 20% dan 1,7%. Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa persentase kematian selama periode pemeliharaan tidak boleh lebih dari 4%. Angka kematian pada minggu pertama selama periode pemeliharaan tidak boleh lebih dari 1%, kematian selanjutnya harus relatif lebih rendah sampai hari terakhir minggu tersebut dan terus dalam keadaan konstan sampai berakhirnya periode pemeliharaan. Tingkat mortalitas yang tinggi di peternakan Bagus Farm kemungkinan disebabkan oleh tingginya suhu udara pada siang hari yang dapat mencapai hingga 36,3 °C. Appelby et al. (2004) menyatakan bahwa suhu lingkungan yang baik dalam pemeliharaan ayam Broiler adalah 19-23 °C.

Kandungan Nutrien dalam Pakan Ayam Broiler

(35)

Tabel 8. Kandungan Nutrien Pakan di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm

Kandungan Nutrien Standar Lokasi Peternakan Bagus Farm Ikhtiar Farm Energi Bruto (kkal/kg) 4.0002 4.217,84 4.124,61 Energi Metabolis (kkal/kg)3 3.2002/3.1664 3.057,93 2.990,34 Nitrogen Bebas (%) 0,37 0,89

Keterangan : 1 BSN (2011), 2 NRC (1994), 3 EM = 0,725 x Energi Bruto, 4 Bell & Weaver (2002)

Konsumsi pakan pada unggas pada dasarnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi metabolis, semakin tinggi energi dalam pakan maka konsumsi akan menurun (Rose, 1997). Berdasarkan data konsumsi pakan pada Tabel 10, jumlah konsumsi pakan ayam broiler dari peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm lebih rendah dari standar (9.646 kg), masing-masing adalah 8.050 kg dan 7.850 kg. Rendahnya jumlah konsumsi pakan juga dapat dipengaruhi oleh kondisi mikroklimat di dalam kandang ayam Broiler.

Kandungan Nutrien dalam Manur Ayam Broiler

Berdasarkan data analisis nutrien manur pada Tabel 6, hasil analisis protein kasar dari manur di Peternakan Bagus Farm (33,72%) lebih tinggi dari manur di Peternakan Ikhtiar Farm (30,88%). Tingginya kadar protein dalam manur di

Peternakan Bagus Farm, dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah manur bercampur dengan litter (sekam) dan protein dalam pakan yang tidak dapat tercerna dengan baik sehingga banyak protein yang terbuang melalui manur. Manur ayam terdiri dari feses yang berasal dari usus besar dan urin yang berasal dari ginjal

(36)

Kadar air dalam manur ayam dipengaruhi oleh konsumsi air minum (Lesson

et al., 1995). Kadar air dalam manur di peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm

masing-masing adalah 12,06% dan 11,86%. Kadar air dalam manur dari Peternakan Bagus Farm lebih tinggi dari Peternakan Ikhtiar Farm. Tingginya kadar air dalam manur dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kadar protein dalam pakan dan suhu lingkungan yang tinggi. Sujono et al. (2001) menyatakan bahwa kadar protein yang tinggi dalam ransum dapat meningkatkan kadar air pada feses, karena kelebihan nitrogen tidak dapat disimpan di dalam tubuh maka kelebihan nitrogen dibuang dalam bentuk asam urat melalui urin sehingga pada proses ini ayam akan memerlukan air yang banyak untuk membuang nitrogen. Kadar nitrogen dalam manur dari Peternakan Bagus Farm (0,89%) pun lebih tinggi dari Peternakan Ikhtiar Farm (0,53%). Menurut Patterson dan Adrizal (2005) manur ayam mengandung N total sebanyak 13-17 g/kg dari bahan kering, yang terdiri atas

60%-75% berupa asam urat, 0%-3% berupa amonium, dan 25%-34% berupa protein tidak tercerna. Asam urat sebagai penyusun terbesar dalam manur, merupakan sumber utama dalam pembentukan NH3.

Hasil perhitungan jumlah manur dari Peternakan Bagus Farm adalah 2.817,5 kg lebih banyak dari jumlah manur dari Peternakan Ikhtiar Farm yaitu 2.747,5 kg. Jumlah manur yang tinggi di Peternakan Bagus Farm menyebabkan ketersediaan nitrogen terutama dalam bentuk asam urat lebih tinggi bila dibandingkan dengan Peternakan Ikhtiar Farm. Kondisi ini memungkinkan proses pembentukan NH3 di

Peternakan Bagus Farm lebih tinggi bila dibandingkan dengan Peternakan Ikhtiar Farm. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kadar nitrogen dan kadar air dalam manur dari Peternakan Bagus Farm lebih tinggi. Kadar air yang tinggi pada manur dapat menyebabkan litter menjadi basah sehingga dapat memicu meningkatnya proses perombakan asam urat menjadi amonia, karena kondisi litter yang lembab merupakan tempat yang cocok bagi bakteri pembentuk amonia. Ritz et al. (2004) menyatakan bahwa pembentukan NH3 (amonia) dipengaruhi oleh beberapa faktor

(37)

Kondisi Mikroklimat di Peternakan Ayam Broiler

Tingkat kenyamanan ayam Broiler selama proses pemeliharaan salah satunya dipengaruhi oleh kondisi mikroklimat. Beberapa faktor mikroklimat tersebut diantaranya adalah ketinggian lokasi, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan dan arah angin.

Ketinggian Lokasi Peternakan Ayam Broiler

Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm memiliki ketinggian tempat yang berbeda, masing-masing adalah 170 m dpl dan 520 m dpl. Peternakan Bagus Farm berada di daerah dataran rendah, sedangkan Peternakan Ikhtiar Farm berada di dataran sedang. Perbedaan ketinggian tempat ini tentu berpengaruh terhadap suhu udara dan kelembaban di setiap lokasi, semakin tinggi lokasi dari suatu tempat maka suhu udara akan semakin menurun. Setiap kenaikan ketinggian 100 m suhu udara akan berkurang antara 0,5-0,6 oC (Lakitan, 1994).

Ketinggian tempat dari kedua lokasi peternakan sebenarnya tidak berada dalam ketinggian tempat yang ideal bagi peternakan ayam broiler. Widodo (2010) menyatakan bahwa lokasi peternakan pada ketinggian 600 m dpl paling cocok untuk

pertumbuhan ayam broiler karena dapat memberikan rasa nyaman. Lokasi Peternakan Bagus Farm yang berada di daerah dataran rendah menyebabkan ayam broiler mudah mengalami cekaman panas bila dibandingkan dengan ayam broiler di Peternakan Ikhtiar Farm, karena suhu di daerah dataran rendah yang lebih tinggi.

Lokasi Peternakan Ikhtiar Farm yang berada di dataran sedang dengan

(38)

Suhu Udara di Lokasi Peternakan Ayam Broiler

Suhu udara merupakan salah satu unsur cuaca yang penting dalam proses pemeliharaan ayam broiler. Suhu udara yang nyaman sangat dibutuhkan selama proses pemeliharaan. Rataan suhu harian di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm

selama penelitian pada Gambar 3.

Hasil pengukuran suhu udara di kedua lokasi peternakan menunjukkan bahwa suhu udara di dalam kandang lebih rendah dari suhu udara di luar kandang. Kisaran suhu udara di dalam kandang Peternakan Bagus Farm adalah 26,8-28,2 °C dan suhu udara di luar kandang adalah 27,7-29,6 °C (Gambar 3). Sedangkan, kisaran suhu di dalam kandang Peternakan Ikhtiar Farm adalah 25,6-27,0 °C dan suhu udara di luar kandang adalah 25,9-27,9 °C (Gambar 3). Kisaran suhu dari kedua lokasi peternakan ternyata tidak berada pada kisaran suhu udara yang nyaman bagi ayam broiler. Appelby et al. (2004) menyatakan suhu lingkungan yang baik dalam pemeliharaan ayam ayam broiler adalah 19-23 °C, sedangkan Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa suhu nyaman untuk mencapai pertumbuhan optimum pada ayam ayam broiler adalah berkisar antara 18-23 °C.

Kisaran suhu udara yang tinggi di Peternakan Bagus Farm baik di dalam kandang maupun di luar kandang daripada Peternakan Ikhtiar Farm dikarenakan oleh penggunaan asbes sebagai bahan atap kandang dan lokasi peternakan yang berada di dataran rendah. Atap berbahan asbes memiliki kemampuan menghantarkan panas matahari yang tinggi bila dibandingkan dengan atap berbahan rumbia. Santoso

(39)

Gambar 3. Grafik Rataan Suhu Udara di Dalam dan di Luar Kandang Ayam Ayam Broiler selama 1 Minggu: (A) Peternakan Bagus Farm dan (B) Peternakan Ikhtiar Farm……….

Rataan suhu udara dalam kandang pada siang hari di Peternakan Bagus Farm lebih tinggi dari Peternakan Ikhtiar Farm yaitu hingga mencapai 30,26 ºC. Suhu

(40)

Kelembaban Udara di Lokasi Peternakan Ayam Broiler

Kelembaban lingkungan merupakan salah satu faktor cuaca yang juga diperhatikan selama pemeliharaan ayam broiler. Rataan kelembaban udara selama penelitian dari kedua lokasi peternakan dapat dilihat dari Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Rataan Kelembaban Udara di Dalam dan di Luar Kandang Ayam Ayam Broiler Selama 1 Minggu : (A) Peternakan Bagus Farm (B) Peternakan Ikhtiar Farm………

Kelembaban udara di dalam kandang Bagus Farm memiliki kisaran antara 81-92% sedangkan kelembaban di luar kandang adalah 77%-87% (Gambar 4). Kisaran kelembaban udara di dalam kandang Ikhtiar Farm adalah 70%-85% sedangkan kelembaban di luar kandang adalah 67%-84% (Gambar 4). Kelembaban udara paling rendah, baik di dalam kandang maupun di luar kandang dicapai pada siang hari, dan kelembaban yang tinggi dicapai pada pagi dan sore hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Handoko (1994) bahwa kelembaban relatif (RH) akan lebih kecil bila suhu udara meningkat dan sebaliknya jika suhu udara lebih rendah maka RH akan tinggi. Kelembaban udara di kedua lokasi peternakan tidak berada pada kisaran

(41)

Vucemillo et al. (2008) menyarankankan kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan ayam broiler adalah berkisar antara 60%-75%.

Peternakan Bagus Farm memiliki kisaran kelembaban udara dalam kandang yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kisaran kelembaban di Peternakan Ikhtiar Farm. Kelembaban udara yang tinggi di Peternakan Bagus Farm dikarenakan lokasi peternakan yang berada di dataran rendah dengan suhu yang tinggi. Suhu udara yang tinggi menyebabkan proses penguapan air ke udara juga menjadi meningkat. Selain itu, penggunaan asbes sebagai bahan atap juga menjadi pemicu peningkatan suhu dan kelembaban di dalam kandang. Santoso (1996) mengemukakan bahwa bahan asbes memiliki kemampuan dengan baik dalam menghantarkan panas dari matahari ke lingkungan mikroklimat kandang. Karakteristik bahan asbes menyebabkan suhu dalam kandang meningkat dengan cepat, sehingga menyebabkan proses penguapan air dalam kandang juga semakin meningkat. Tingginya kelembaban udara di dalam

kandang Bagus Farm juga dipengaruhi oleh mekanisme penguapan secara panting yang dilakukan oleh ayam broiler. Amrullah (2004) menyatakan uap air dari proses pernapasan tidak mudah diserap oleh udara sehingga kelembaban udara menjadi cekaman ikutan dari cekaman panas. Kelembaban udara dalam kandang di Peternakan Bagus Farm yang tinggi menyebabkan konsumsi pakan menurun. Amrullah (2004) menyatakan bahwa kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan konsumsi pakan menurun sebanyak 50%. Konsumsi pakan yang semakin menurun menyebabkan penurunan kualitas performa ayam broiler.

Kecepatan dan Arah Angin di Lokasi Peternakan

(42)

menyebabkan pencampuran dan penyebaran polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar sehingga konsentrasi zat pencemar menjadi encer, begitu juga sebaliknya, hal ini akan menurunkan konsentrasi zat polutan di udara (Hasnaeni, 2004).

Arah angin dominan di peternakan Bagus Farm adalah dari utara menuju selatan dan timur laut. Penentuan arah tujuan angin di peternakan Bagus Farm agak sulit dilakukan karena lokasi peternakan berada di sekitar area persawahan. Angin dominan yang berhembus dari utara ini akan langsung masuk ke dalam kandang ayam broiler dikarenakan di sebelah utara kandang berbatasan langsung dengan lahan persawahan dan tidak terdapat tanaman/kanopi yang berfungsi sebagai wind

break.

Arah angin dominan di peternakan Ikhtiar Farm adalah menuju utara. Sebelah utara kandang merupakan daerah pegunungan dan sebelah selatan adalah

daerah lembah. Selain itu lokasi peternakan Ikhtiar Farm yang terletak pada ketinggian 520 m dpl dan terletak di lereng Gunung Salak, menyebabkan lokasi peternakan sering dilalui angin lembah pada siang hari dan angin gunung pada malam hari. Pengumpulan angin lembah terjadi pada siang hari yang menyebabkan penaikan massa udara, penurunan suhu udara, dan penurunan suhu pengembunan kabut yang relatif banyak, sebaliknya pada malam hari terjadi angin gunung yang menyebabkan menurunnya masa udara dan pendinginan suhu udara (Subaid, 2002).

Kadar NH3, CO2 dan CH4 di Peternakan Ayam Broiler

Perkembangan di bidang peternakan ayam broiler serta meningkatnya jumlah ayam broiler tidak hanya memberikan dampak positif terhadap ketersediaan daging tetapi juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Dampak negatif ini berupa meningkatnya emisi yang dihasilkan dari peternakan ayam broiler, berupa gas-gas seperti NH3, CO2 dan CH4 yang dapat mencemari lingkungan khususnya udara.

Kadar NH3

Peternakan ayam broiler merupakan salah satu sumber penghasil NH3 ke

(43)

dapat terserap oleh partikel debu, litter serta oleh mukosa membran pada mata dan saluran pernafasan (Sujono et al., 2001). Hasil pengukuran kadar NH3 pada dua

lokasi peternakan ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Pengukuran Kadar NH3 di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm

Lokasi Baku Mutu* Satuan U K D Bagus Farm (B) 2,0 Ppm 0,0761 0,8971 0,0745 Ikhtiar Farm (I) 2,0 Ppm 0,0627 0,0862 0,0081

Keterangan : *KLH (1996), U = Titik di luar kandang sebelum angin melewati kandang, K = Titik di dalam kandang, D = Titik di luar kandang setelah angin melewati kandang.

Hasil pengukuran pada Tabel 9 menunjukkan bahwa kadar NH3 di kedua

menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia serta dapat menurunkan produktivitas ayam broiler dan meningkatkan peluang terserangnya penyakit, terutama yang berhubungan dengan penyakit pernafasan.

Kadar NH3 di Peternakan Bagus Farm berada pada kisaran 0,0745-0,8971

ppm. Kadar NH3 terendah diperoleh di titik DB yaitu 0,0745 ppm dan kadar tertinggi

diperoleh di titik KB yaitu 0,8971 ppm. Kadar NH3 di Peternakan Ikhtiar Farm

berada pada kisaran 0,0081-0,0862 ppm. Kadar NH3 terendah diperoleh di titik DI

yaitu 0,0081 ppm dan kadar tertinggi diperoleh di titik KI yaitu 0,0862 ppm.

Amonia atau NH3 adalah salah satu senyawa nitrogen hasil transformasi

N-organik melalui proses amonifikasi (Jenie dan Rahayu, 1993). Amonia bersifat racun, tidak berwarna, dapat menyebabkan karat pada beberapa bahan dan memiliki bau tajam yang khas. Amonia juga merupakan salah satu senyawa penyebab timbulnya bau dari kotoran ayam (Korner et al., 2005). Amonia pada peternakan ayam broiler berasal dari penguraian asam urat. Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme protein dan nitrogen pada unggas. Faktor-faktor yang turut berperan dalam pembentukan NH3 diantaranya adalah suhu, kelembaban, pH dan

(44)

Suhu, kelembaban dan pH memiliki pengaruh langsung terhadap lingkungan hidup mikroorganisme pengubah asam urat menjadi NH3.

Kadar NH3 di Peternakan Bagus Farm berasal dari titik KB, yaitu titik

pengambilan sampel di dalam kandang, sebesar 0,8971 ppm lebih tinggi dari kadar NH3 di Peternakan Ikhtiar Farm yang diperoleh dari titik KI yaitu sebesar 0,0862

ppm. Perbedaan kadar NH3 ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti

kandungan protein dalam manur, suhu, kelembaban, kecepatan dan arah angin, dan kondisi perkandangan. Manur ayam broiler di Peternakan Bagus Farm memiliki kadar protein yang lebih tinggi, yaitu sebesar 33,72%, bila dibandingkan dengan manur ayam Broiler di Peternakan Ikhtiar Farm, yaitu sebesar 30,88% (Tabel 9). Kadar protein yang tinggi dalam manur memberikan peluang yang lebih besar dalam terbentuknya NH3. Penyusun protein yang dapat terurai dengan cepat menjadi NH3

adalah asam urat. Pembentukan asam urat menjadi NH3 dilakukan oleh Bacillus

pasteurii, yang merupakan bakteri utama pembentuk NH3. Proses penguraian

membutuhkan reaksi antara asam urat, air dan oksigen untuk menghasilkan NH3 dan

CO2. Proses penguraian juga melibatkan beberapa enzim, seperti uricase dan ureasae.

Uricase mengubah asam urat menjadi allantoin, yang selanjutnya diubah menjadi glyoxylate dan urea. Urease dengan penambahan air (kelembaban), memecah urea menjadi NH3 dan CO2 (Ritz et al., 2004).

Kadar NH3 yang tinggi di Peternakan Bagus Farm juga dipengaruhi oleh

kelembaban udara harian yang cukup tinggi serta alas kandang yang basah (12,6%). Kelembaban udara harian pada saat pengukuran adalah sebesar 90%. Kondisi ini memicu peningkatan aktifitas mikroba pembentuk NH3. Kelembaban udara memiliki

pengaruh langsung terhadap kelembaban litter. Peningkatan kelembaban udara rata-rata dari 45%-75%, mengakibatkan kadar NH3 menjadi lebih bervariasi dan pada

umumnya meningkatkan (Weaver dan Meijerhof, 1991). Suhu udara di dalam kandang turut mempengaruhi kadar NH3 yang dihasilkan dari suatu lokasi

peternakan. Suhu udara yang tinggi di dalam kandang menyebabkan peningkatan aktifitas bakteri pembentuk NH3 sehingga menyebabkan jumlah NH3 yang dihasilkan

juga meningkat. Peningkatan suhu 1 hingga 2 ºC memberikan efek yang cukup besar

terhadap kadar NH3 (Ritz et al., 2004). Suhu harian rata-rata dalam kandang pada

(45)

Peternakan Ikhtiar Farm adalah 26,08 ºC. Penggunaan atap berbahan asbes mempengaruhi peningkatan suhu udara dalam kandang dengan cepat karena atap berbahan asbes mudah menyerap panas dan meneruskannya ke dalam kandang.

Kadar NH3 di titik DI (0,0081 ppm) lebih rendah dari DB (0,0745 ppm) dapat

dipengaruhi oleh kecepatan angin pada saat proses pengukuran. Kecepatan angin harian rata-rata selama penelitian di Peternakan Ikhtiar Farm lebih tinggi, yaitu berkisar antara 0,4-3,3 m/detik, daripada di Peternakan Bagus Farm yang berkisar antara 0,8-1,5 m/detik. Angin akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dengan udara di sekitarnya. Kecepatan angin yang semakin tinggi menyebabkan pencampuran dan penyebaran polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar sehingga konsentrasi zat pencemar menjadi encer, begitu juga sebaliknya, hal ini akan menurunkan konsentrasi zat polutan di udara (Hasnaeni, 2004).

Namun secara keseluruhan, kadar NH3 di Peternakan Bagus Farm lebih tinggi

bila dibandingkan dengan kadar NH3 di Peternakan Ikhtiar Farm, baik di dalam

maupun di luar kandang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, kelembaban, dan kecepatan angin serta jumlah dan karakteristik manur. Suhu udara harian rata-rata tertinggi di Peternakan Bagus Farm adalah 29,6 ºC sedangkan di Peternakan Ikhtiar Farm adalah 27,85 ºC. Ketinggian lokasi peternakan yang berbeda menjadi salah satu penyebab adanya perbedaan suhu lingkungan di antara kedua lokasi peternakan. Peternakan Bagus Farm terletak di dataran rendah dengan ketinggian lokasi 170 m dpl menyebabkan suhu udara lingkungan di sekitar kandang lebih tinggi. Rasyaf (1994) mengemukakan bahwa kenaikan tempat dari permukaan laut selalu diikuti dengan penurunan suhu udara rata-rata harian, sehingga semakin rendah suatu daratan maka suhu lingkungan akan semakin tinggi.

Kadar CH4

Hasil pengukuran CH4 dari Peternakan Bagus Farm dan Peternakan Ikhtiar

Farm ditunjukkan pada Tabel 10. Metana (CH4) merupakan salah satu gas rumah

kaca. Penyumbang emisi CH4 terbesar di dunia peternakan adalah hewan

ruminansia, namun hewan non-ruminansia juga dapat memproduksi CH4 walaupun

tidak sebanyak hewan ruminansia. CH4 dihasilkan dari proses fermentasi enterik

(46)

Satu-satunya sumber CH4 dari sektor peternakan unggas adalah manur dikarenakan dalam

sistem pencernaan unggas tidak terjadi proses fermentasi enterik (Verge et al., 2009).

Tabel 10. Hasil Pengukuran Kadar CH4 di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm

Lokasi Standar Satuan U K D

Bagus Farm (B) - µg/mm3 0,0846 0,0957 0,1202 Ikhtiar Farm (I) - µg/mm3 <0,001 <0,001 < 0,001

Keterangan : U = Titik di luar kandang sebelum angin melewati kandang, K = Titik di dalam kandang, D = Titik di luar kandang setelah angin melewati kandang.

Kadar CH4 di peternakan Bagus Farm adalah 0,0957-0,1202 µg/mm3. Kadar

CH4 tertinggi di peternakan Bagus Farm diperoleh di titik DB yaitu 0,1202 µg/mm3

dan yang terendah diperoleh di titik UB yaitu 0,0846 µg/mm3. Kadar CH4 di

peternakan Ikhtiar Farm adalah <0,001 µg/mm3 baik yang diperoleh dari titik UI, KI

maupun DI. Nilai tersebut muncul dikarena alat yang digunakan untuk mengukur

CH4 memiliki batas minimum pengukuran 0,001 µg/mm3.

Kadar CH4 di peternakan Bagus Farm lebih tinggi bila dibandingkan dengan

kadar CH4 di peternakan Ikhtiar Farm. Hal ini diduga disebabkan oleh bentuk

bangunan kandang yang berpengaruh terhadap proses pembuangan manur ayam Broiler. Kandang peternakan Bagus Farm menggunakan tipe postal dengan alas yang dilapisi karung sehingga menyebabkan penumpukan manur ayam Broiler yang berlangsung selama proses produksi. Penambahan sekam dilakukan apabila litter basah. Kondisi ini menyebabkan penguraian manur yang berada di lapisan bawah berlangsung pada kondisi anerobik yang menghasilkan CH4. Perombakan bahan

organik oleh mikroba (proteolitik dan methanogenik) pada kondisi anorganik menyebabkan terbentuknya CH4 dan CO2 (Kelleher et al., 2002).

Kadar CH4 tertinggi di peternakan Bagus Farm diperoleh di titik DB yaitu

0,1202 µg/mm3. Titik DB merupakan titik tujuan angin. Tingginya kadar CH4 di titik

ini selain dikarenakan CH4 yang terbawa angin dari kandang, juga diduga karena

proses pengambilan sampel udara yang dilakukan di lahan persawahan. Lahan persawahan merupakan salah satu sumber penghasil CH4 karena adanya penggunaan

bahan organik (pupuk), keberadaan bahan organik di dalam tanah dan pengolahan tanah. Sedangkan, hasil pengukuran kadar CH4 di peternakan Ikhtiar Farm adalah

(47)

peternakan Ikhtiar Farm yang bertipe panggung. Kandang bertipe panggung meminimalkan penumpukan kotoran ayam broiler di dalam panggung, sehingga proses perombakan manur secara anaerobik dapat diminimalkan. Kecepatan angin juga turut mempengaruhi pengangkutan dan penyebaran pencemar dari sumber pencemar ke lokasi di sekitarnya. Kecepatan angin yang semakin tinggi menyebabkan pencampuran dan penyebaran polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar sehingga konsentrasi zat pencemar menjadi encer, begitu juga sebaliknya, hal ini akan menurunkan konsentrasi zat polutan di udara (Hasnaeni, 2004). Konsentrasi pencemar akan berkurang jika angin berkecepatan tinggi dan membagikan kecepatan tersebut secara mendatar atau vertikal (Sastrawijaya, 1991).

Kadar CO2

Hasil pengukuran kadar CO2 di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm

disajikan pada tabel 11.

Tabel 11. Hasil Pengukuran Kadar CO2 di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm

Lokasi Standar Satuan U K D

Bagus Farm (B) - µg/mm3 26,550 8,358 <5 Ikhtiar Farm (I) - µg/mm3 <5 <5 <5

Keterangan : U = Titik di luar kandang sebelum angin melewati kandang, K = Titik di dalam kandang, D = Titik di luar kandang setelah angin melewati kandang.

Patterson dan Adrizal (2005) menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang sangat mendukung proses perombakan asam urat secara aerobik oleh bakteri, diantaranya suhu lebih dari 20 ºC, pH berkisar antara 5,5-9,0 dan kelembaban litter

antara 40%-60%. Rataan suhu udara harian dan kelembaban udara harian (Lampiran 1 dan 2), ketersediaan manur, serta kadar protein dalam manur (Tabel 6) di Peternakan Bagus Farm yang lebih tinggi daripada di Ikhtiar Farm menjadi beberapa faktor penyebab meningkatnya proses perombakan asam urat secara aerobik oleh mikroba. Kondisi tersebut turut memicu tingginya kadar CO2 di dalam kandang

Bagus Farm (KB) yaitu sebesar 8,358 µg/mm3.

Menurut Miles et al. (2006) kadar CO2 di dalam kandang cenderung

meningkat seiring dengan pertumbuhan ayam broiler dan meningkatnya proses respirasi, CO2 juga dihasilkan melalui proses perombakan asam urat secara aerobik.

Gambar

Tabel 1.  Populasi Ayam Broiler di Pulau Jawa dan Bali
Tabel 2.  Karakter dan Produksi Kotoran Segar Ayam Broiler per 1000 kg Bobot
Tabel 3.  Ambang Batas Kadar NH3 pada Ayam Broiler
Tabel 8.  Kandungan Nutrien Pakan di Peternakan Bagus Farm dan Ikhtiar Farm
+6

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, pada bibit Soppeng memiliki produksi kokon yang lebih tinggi dari Candiroto karena suhu dan kelembaban termasuk kisaran Soppeng sehingga bibit Candiroto memiliki

Kondisi asal iklim tersebut, sapi perah Fries Holland (FH) sangat peka terhadap perubahan iklim mikro terutama suhu dan kelembaban udara yang tinggi menyebabkan sapi perah

Nilai radiative forcing CO 2 dan CH 4 di atmosfer memiliki koefisien determinasi (R2) yang relatif lebih kecil, dibandingkan dengan faktor anomali suhu permukaan laut

udara daripada rumah yang beratap rendah dan suhu bisa dipertahankan lebih baik di. dalam rumah yang

gasifikasi melibatkan reaksi karbon dengan udara, oksigen, uap air, karbon dioksida, atau suatu campuran dari beberapa gas pada temperatur 1300 °F atau lebih tinggi

Data iklim mikro hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur dan kelembaban udara serta nilai THI kandang sapi yang berada pada daerah dataran tinggi (T3) lebih rendah

Data iklim mikro hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur dan kelembaban udara serta nilai THI kandang sapi yang berada pada daerah dataran tinggi (T3) lebih rendah

Disarankan untuk memperbaiki lingkungan di daerah dataran rendah melalui pengaturan suhu dan kelembaban udara yang optimal (THI tidak lebih dari 72), sehingga sesuai