• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analysis of vietnam rice import towards national rice stock

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analysis of vietnam rice import towards national rice stock"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS IMPOR BERAS VIETNAM TERHADAP

CADANGAN BERAS NASIONAL

SUCI MAISYARAH

H451110411

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Fungsi Analisis Impor Beras Vietnam Terhadap Cadangan Beras Nasional adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013 Suci Maisyarah

(3)
(4)

RINGKASAN

SUCI MAISYARAH. Analisis Impor Beras Vietnam Terhadap Cadangan Beras Nasional. Dibimbing oleh Dr. ANDRIYONO KILAT ADHI dan SITI JAHROH Ph.D.

Seiring dengan meningkatnya konsumsi beras masyarakat Indonesia produksi padi nasional juga meningkat. Produksi padi di Indonesia meningkat tetapi pemerintah tetap melakukan impor beras guna memenuhi permintaan beras dalam negeri. Perkembangan impor beras Indonesia cenderung berfluktuatif setiap tahun. Impor beras terbesar yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Vietnam dan Thailand. Kedua negara tersebut merupakan negara yang memiliki jumlah produksi beras terbear di Asia. Tingginya produksi beras di Thailand dan Vietnam menjadikan kedua negara sebagai net eskpotir beras di Asia. Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi sasaran tujuan eskpor beras Thailand dan Vietnam.

Tercapainya surplus besar dalam suatu negara tidak lepas dari berhasilnya pengelolaan manajemen cadangan beras. Hampir semua negara di Asia melaksanakan kebijakan stock cadangan beras nasional. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk keperluan darurat seperti bencana alam serta untuk kepentingan stabilisasi harga. Pengelolaan cadangan beras di Indonesia dilakukan oleh pemerintah melalui BULOG. Pemenuhan kebutuhan cadangan beras tidak hanya berasal dari dalam negeri tetapi juga berasal dari luar negeri atau impor dari negara net eskpor beras. Beras impor yang ada dalam cadangan beras pemerintah memiliki fungsi sebagai stok pendukung beras yang ada di dalam negeri untuk tetap dapat menjaga kestabilan harga beras dalam negeri serta sebagai cadangan jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Oleh karena itu impor terhadap cadangan beras adalah menjadi stok beras akhir tahun dengan pengadaan beras dalam negeri yang harus dimiliki oleh BULOG.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kondisi cadangan beras nasional serta bagaimana peran BULOG, menganalisis impor beras Vietnam terhadap cadangan beras nasional dan menganalisis mekanisme cadangan beras di Indonesia serta memberikan saran kebijakan. Untuk dapat menjawab tujuan penelitian digunakan metode deskriptif dan persamaan linear berganda. Hasil yang diperoleh adalah dalam menjalan perannya BULOG melakukan pengadaan beras melalui kerjasama dengan Mitra Kerja, UPGB dan Satgas. Impor beras Vietnam tidak memiliki pengaruh nyata terhadap cadangan beras nasional dan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu tarif impor beras, harga beras dalam negeri, permintaan dalam negeri, pengadaan beras dalam negeri dan produksi beras dalam negeri. Mekanisme cadangan beras yang ada di Indonesia masih berpusat pada rantai tataniaga beras dimana petani memiliki posisi yang tidak menguntungkan. Oleh karena itu perlu dilakukan strategi pembenahan manajemen stok beras yang ada di Indonesia melalui peningkatan hasil produksi dan juga revitalisasi peran BULOG.

(5)

SUMMARY

SUCI MAISYARAH. Analysis of Vietnam Rice Import Towards National Rice Stock. Supervised by Dr. ANDRIYONO KILAT ADHI and SITI JAHROH Ph.D.

Along with Indonesian rice consumption increasing is also national rice production. In indonesia, rice production increased but goverment still import to meet domestic demand. Rice import in Indonesia tend to fluctuate every year. The largest rice import to Indonesia are coming from Vietnam and Thailand. Both countries are also a country has the largest amount of rice production in Asia. The high production of rice in Thailand and Vietnam made two countries as rice net exporter in Asia. Indonesia is one of countries as export of Thailand and Vietnam rice. The achievement of surplus in a country cant separated from succesfull of rice reserves management. Almost all countries in asia implementing national policies about national rice reserves.

Rice reserve have a purpose for emergencies such as natural disasterand for the shake of price stabilization. Rice reserves of management in Indonesia is do by the goverment through BULOG. Meeting the demand of rice reserves are not only from domestic production but also from abroad by imported from countries as net export. Rice import in the rice reserves has a function as a goverment suppport of rice stock in the country to still be able to maintain stable domestic price as well as a back up in a case of a disaster anytime. Hence, the rice import of rice reserve is to be the end of the domestic rice procurement to be owned by BULOG.

Objectives of this research are to analyze a condition of the national reserve and the performance of BULOG. Second, to analyze Vietnamese rice import towards rice reserves and indentifying of other factors. This research is analyzed using descriptif method and multiple linear regression equation. The result is in their role BULOG to procure a rice through cooperation with Mitra Kerja, UPGB and SATGAS. Vietnamese rice import has not influence on national rice reserve and there are other factors such as rice import tariff, domestic price, domestic demand, domestic procurement of rice, and domestic rice production. Rice reserve mechanism in Indonesia is centered in rice chain trading system wheres farmers have unfavorable position. Therefore it is necessery to reform rice stock management in Indonesia trough increase production and revitalizing the role of BULOG.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agribisnis

ANALISIS IMPOR BERAS VIETNAM TERHADAP CADANGAN BERAS NASIONAL

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

SUCI MAISYARAH

(8)

Penguji Ujian Tesis Luar Komisi : Drp Ir Suharno M.Adev

(9)

Judul Tesis : Analisis Impor Beras Vietnam Terhadap Cadangan Beras Nasional

Nama : Suci Maisyarah

NIM : H451110411

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Andriyono Kilat Adhi

Ketua

Siti Jahroh Ph.D

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Agribisnis

Prof Dr Ir Rita Nurmalina MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

31 Agustus 2013

Tanggal Lulus:

(10)
(11)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2012 ini ialah cadangan beras, dengan judul Analisis Impor Beras Vietnam Terhadap Cadangan Beras Nasional.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Andriyono Kilat Adhi dan Ibu Siti Jahroh Ph.D selaku pembimbing serat Bapak Dr Suharno dan Bapak Dr Harianto yang sudah memberikan masukan pada tesis saya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Hariyo dari BULOG dan serta Bapak Dadang dari BULOG, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Alm), ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Penawaran dan Permintaan Beras Domestik 5

Kebijakan Beras Indonesia 5

Manajemen Stok Beras 6

Kebijakan Beras Vietnam 8

Impor Beras 9

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Kerangka Pemikiran Operasional 16

4 METODE 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Jenis dan Sumber Data 17

Metode Analisis Data 17

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 20

Kondisi Cadangan Beras Nasional dan Kinerja Bulog sebagai Lembaga yang Memiliki Tugas dalam Melakukan Pengadaan Beras 20

Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stok Beras Nasional 25

Hasil Identifikasi Menggunakan Regresi Linear Berganda 29

Mekanisme Stok Beras di Indonesia 34

6 SIMPULAN DAN SARAN 40

Simpulan 40

Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 44

(13)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan konsumsi beras perkapita, produksi, ekspor dan impor beras di Indonesia

1 2 Jumlah ekspor beras Thailand dan Vietnam ke Indonesia 2 3 Perkembangan peran BULOG berdasarkan keputusan presiden 25 4 Volume impor beras Vietnam dan harga beras Vietnam 26 5 Produksi beras dalam negeri dan harga beras dalam negeri tahun 27 6 Perkembangan tarif impor beras di Indonesia tahun 2000-2012 29 7 Faktor-faktor yang mempengaruhi stok beras nasional 31

DAFTAR GAMBAR

1 Keseimbangan parsial perdagangan internasional 12

2 Kerangka pemikiran operasional 16

3 Kondisi cadangan beras nasional oleh BULOG 21 4 Perkembangan jumlah permintaan beras dalam negeri melalui

konsumsi kapita pertahun (2000-2012)

28

5 6

Mekanisme stok beras di Indonesia

Langkah-langkah strategi dalam mengontrol cadangan beras

nasional 35 40

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jumlah Ekspor Beras Vietnam Periode Tahun 2002-2012 44 2 Pengadaan ekspor beras dalam negeri, pengadaan luar negeri, dan

stok akhir tahun periode 2000-2012

44 3 Jumlah konsumsi beras masyarakat Indonesia kapita pertahun 45 4 Data time series yang digunakan dalam estimasi regresi linear

berganda

45 5 Hasil estimasi regresi linear berganda dengan menggunakan SPSS

18

46

(14)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya konsumsi beras masyarakat Indonesia produksi padi nasional juga meningkat. Pada tahun 2000 jumlah produksi padi (Kementerian Pertanian 2013). Meningkatnya produksi namun belum mencukupi kebutuhan permintaan beras dalan negeri. Konsumsi kapita yang terus meningkat tidak mengkhawatirkan jika diiringi dengan kemampuan produksi yang dapat memenuhinya, akan tetapi pada kenyataannya di Indonesia produksi beras selalu lebih rendah dari tingkat konsumsinya.

Jumlah produksi yang tidak dapat memenuhi permintaan kebutuhan beras yang meningkat karena tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia berakibat adanya impor beras. Dalam UU No.3 Tahun 2012 dijelaskan bahwa menetapkan kebijakan pengadaan beras dari luar negeri dengan tetap menjaga kepentingan petani dan konsumen serta pelaksanaan pengadaan beras dari luar negeri dilakukan oleh Perum BULOG. Kebijakan beras yang meningkat membawa dampak stabilitas ketersediaan beras menjadi rentan, karena bergantung pada kebijakan ekonomi negara lain. Untuk dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri maka pemerintah Indonesia melakukan impor beras. Perkembangan konsumsi secara keseluruhan beras perkapita masyarakat Indonesia, produksi, ekspor dan impor dapat dilihat pada tabel 1.

(15)

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa perkembangan konsumsi beras perkapita masyarakat Indonesia fluktuatif. Pada tahun 2000 konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah sebesar 126.80 kg/kapita/th. Hingga tahun 2006 konsumsi beras masyarakat Indonesia mengalami penurunan hingga 124.90 kg/kapita. Pada tahun 2007 kembali meningkat sebesar 126.00 kg/kapita dengan peningkatan 11% dari tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi beras disebabkan masyarakat Indonesia yang semakin sering mengkonsumsi nasi sebagai pangan utama. Pada tahun 2010 konsumsi beras perkapita sudah mencapai 127.50 kg/kapita.

Produksi padi di Indonesia meningkat tetapi pemerintah tetap melakukan impor beras. Perkembangan impor beras Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2 yang cenderung berfluktuatif setiap tahun. Pada tahun 2000 jumlah impor beras yang masuk ke Indonesia adalah sebesar 1 500 000 ton. impor beras terbesar terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 3 500 000 ton dan juga pada tahun 2010 yaitu sebesar 3 098 000 ton. Terkait dengan perkembangan impor beras indonesia yang fluktuatif, perkembangan ekspor beras di Indonesia juga cenderung fluktuatif. Di Tabel 1 terlihat ekspor beras pada tahun 2000 sebesar 1 190 ton. ekspor beras terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 42 290 ton. Sedangkan ekspor terkecil terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 350 ton. Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat di simpulkan bahwa jumlah produksi padi di Indonesia terus meningkat setiap tahun tetapi belum dapat mencukupi tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang meningkat. Pemerintah melakukan impor beras untuk dapat memenuhi kekurangan permintaan beras dalam negeri. Tingginya angka impor menyebabkan rendahnya angka ekspor beras Indonesia.

Impor beras terbesar yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Vietnam dan Thailand. Kedua negara tersebut merupakan negara yang memiliki jumlah produksi beras terbesar di Asia. Hal ini menyebabkan Vietnam dan Thailand menjadi net exportir terbesar di Asia saat ini. Perkembangan jumlah ekspor beras Thailand dan Vietnam yang masuk ke Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah Ekspor Beras Thailand dan Vietnam ke Indonesia

(16)

Berdasarkan Tabel 2 dapat terlihat jumlah ekspor beras Thailand dan Vietnam yang masuk ke Indonesia. Dalam jangka waktu 10 tahun terakhir jumlah ekspor beras Thailand dan Vietnam cukup tinggi masuk ke pasar Indonesia. Pada tahun 2000 jumlah eskpor beras Thailand adalah sebesar 243 755.88 ton sedangkan ekspor beras Vietnam ke Indonesia adalah sebesar 287 641.98 ton. jumlah beras Vietnam yang masuk ke Indonesia lebih tinggi dibandingkan beras Thailand. Hingga tahun 2010 jumlah beras Vietnam yang masuk ke Indonesia sudah mencapai 685 862.97 ton dan beras Thailand sebesar 273 623.90 ton. Perkembangan jumlah eskpor beras Thailand dan Vietnam ke Indonesia cenderung fluktuatif. Namun ekspor beras Vietnam ke Indonesia terus meningkat hingga saat ini dibandingkan dengan beras Thailand.

Vietnam merupakan salah satu negara yang memiliki produksi beras terbesar di Asia Tenggara saat ini dengan jumlah permintaan beras domestik adalah sebesar 20% sedangkan 80% surplus. Dengan adanya surplus, pemerintah Vietnam melakukan eskpor beras ke negara lain termasuk Indonesia. Menurut data IRRI (2012), ekspor Vietnam mencapai 7 000 000 ton (lampiran 1). Keberhasilan Vietnam dalam melakukan ekspor beras adalah dengan adanya manajemen stok beras yang dilakukan pemerintah Vietnam dalam pengelolaan produksi, konsumsi serta pemasaran beras.

Hampir semua negara di Asia, khususnya ASEAN melaksanakan kebijakan stok cadangan (reserve stock) beras nasional. Tujuannya adalah untuk keperluan darurat seperti bencana alam, perang dan konflik sosial, serta untuk keperluan stabilitas harga. Dengan adanya cadangan beras, akan mengurangi kelangkaan beras serta menjaga agar tingkat harga beras lebih stabil (Sawit 2010).Pemenuhan kebutuhan cadangan beras tidak hanya berasal dari dalam negeri saja tetapi pemerintah melalui Badan Usaha Logistik (BULOG) juga melakukan pengadaan beras melalui pengaadaan beras luar negeri melalui impor. Beras impor yang ada dalam cadangan beras pemerintah memiliki fungsi sebagai stok pendukung beras yang ada di dalam negeri untuk tetap dapat menjaga kestabilan harga beras dalam negeri serta sebagai cadangan jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Fungsi lain dari beras impor terhadap cadangan beras adalah menjadi stok beras akhir tahun dengan pengadaan beras dalam negeri yang harus dimiliki oleh BULOG.

Upaya pengembangan industri beras yang efisien di Indonesia dapat dilakukan dalam sistem manajemen stok beras oleh BULOG dan juga pemerintah sehingga tetap memberikan insentif bagi petani maupun pelaku pengolahan dan pemasaran beras untuk tetap mempertahankan konsistensi mutu gabah/beras. Mengingat peran yang dimiliki oleh beras sangat besar, maka berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjaga ketersediaannya dengan mutu baik dan konsisten serta harga pada level yang stabil. Hal ini perlu dilakukan dengan harapan beras tetap tersedia sepanjang tahun dengan kualitas yang semakin baik sehingga kebutuhan pangan penduduk terpenuhi serta fluktuasi harga tetap terkendali dan juga dapat menurunkan angka impor beras dengan pengurangan kebijakan impor beras dari negara-negara pengeskpor.

Perumusan Masalah

(17)

beras dapat dilakukan dengan dua yaitu produksi dalam negeri dan impor dari luar negeri. Pertumbuhan jumlah produksi beras di Indonesia selalu meningkat setiap tahun namun belum dapat memenuhi kebutuhan beras dalam negeri. Secara nyata produktivitas dalam negeri meningkat tapi masih lemah untuk dapat memenuhi permintaan.

Tidak tercukupinya permintaan dapat disebabkan juga dengan lemahnya pendistribusian terhadap konsumen. Dalam prakteknya terlihat bahwa masih lemahnya manajemen stok beras yang dilakukan oleh pemerintah melalui BULOG sebagai lembaga yang memiliki peran sebagai pelaku pengadaan beras dalam negeri, distribusi dan juga menjaga kestabilan harga beras. Disini perlu dilakukan analisis mengenai bagaimana kondisi cadangan beras nasional serta kinerja BULOG.

Permasalahan lain yang dapat dilihat adalah jumlah produksi beras nasional yang belum dapat mencukupi permintaan beras nasional. Masih lemahnya produksi beras nasional menyebabkan pemerintah mengambil kebijakan impor beras. Impor beras terbesar saat ini diperoleh dari Vietnam, hal ini tentu memberikan pengaruh terhadap stok beras nasional.

Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijabarkan diatas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mendeskripsikan kondisi cadangan/stok beras nasional dan Peran Perum BULOG sebagai lembaga yang melakukan pengadaan beras.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi cadangan beras nasional selain impor beras Vietnam.

3. Menganalisis mekanisme stok beras di Indonesia dan memberikan saran kebijakan untuk pengembangan stok beras nasional.

Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, mampu menganalisis dampak dari sebuah kebijakan terhadap cadangan beras nasional serta dapat menciptakan sebuah kebijakan yang bermanfaat bagi setiap pihak yang membutuhkan.

2. Bagi Pemerintah, memberikan solusi untuk pemerintah dalam menciptakan sebuah kebijakan baru yang nantinya dapat diaplikasikan sehingga dapat mengurangi impor beras dan meningkat peran Perum BULOG.

Ruang Lingkup

Penelitian ini memiliki ruang lingkup Indonesia dan Vietnam yang dilakukan secara makro. Data diperoleh berupa data sekunder melalui instansi-instansi terkait dan juga informasi melalui media internet.

(18)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Penawaran dan Permintaan Beras Domestik

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Insyauddin (2009) terkait dengan dampak kebijakan harga dasar dan tarif impor terhadap penawaran dan permintaan beras di Indonesia memiliki tujuan mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi gabah di Jawa dan luar Jawa, mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di Indonesia, menganalisa pengaruh kebijakan harga dasar dan tarif terhadap produksi, konsumsi dan impor. Tujuan dari penelitian ini jawab dengan menggunakan metode Two Stage Least Square (2 SLS). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di Jawa dapat ditunjukkan oleh perilaku luas areal panen padi dan produktifitas lahan, harga gabah, harga dasar gabah, curah hujan di Jawa dan lag luas areal panen tahun sebelumnya. Faktor yang mempengaruhi produksi gabah di luar Jawa dipengaruhi oleh luas areal panen dan produktivitas lahan.

Penelitian empiris juga dilakukan oleh Kusumaningrum (2008) dengan tujuan penelitian sebagai berikut faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan beras di Indonesia, efektivitas perubahan kebijakan harga dasar gabah dalam upaya peningkatan produksi, dampak kebijakan Harga Dasar Pembelian Pemerintah (HDPP) terhadap penawaran dan permintaan beras di Indonesia. Untuk dapat menjawab tujuan penelitian digunakan metode pendugaan two stage least square. Dari hasil penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran beras adalah produksi beras Indonesia, jumlah besar untuk benih susut, stok beras akhir tahun dan jumlah impor dan ekspor Indonesia. Permintaan beras untuk konsumsi Indonesia untuk konsumsi Indonesia dipengaruhi oleh harga beras eceran, harga jagung (sebagai barang subsitusi), jumlah penduduk Indonesia, pendapatan penduduk Indonesia dan permintaan beras sebelumnya. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah kebijakan HDPP lebih efektif jika dibandingkan dengan harga dasar gabah jika dilihat dari sisi peningkatan produksi karena persentase peningkatan produksi periode HDPP sebesar 15 % lebih tinggi dari rata-rata kebijakan yang telah diterapkan akan berdampak pada peningkatan produksi padi. Saran dari penelitian ini adalah kebijakan HDPP diikuti oleh kebijakan perberasan lain dan dalam mempertahankan kesejahteraan rakyat akibat kebijakan HDPP, pemerintah memberikan kompensasi kerugian konsumen.

Kebijakan Beras Indonesia

(19)

mencapai batas maksimum lahan subur yang layak untuk areal sawah akibat meningkatnya kompetisi penggunaan lahan, sebagai akibat penggunaan pupuk yang tidak berimbang. Permintaan beras domestik dan dunia dipengaruhi oleh harga beras dunia, tetapi responnya inelastis. Sedangkan terhadap jumlah penduduk dan jumlah produksi beras, responnya elastis yang artinya beras merupakan kebutuhan pokok bagi sebagian besar negara pengimpor beras dunia. Kebijakan harga dasar gabah akan menyebabkan net surplus akan bertambah, sedangkan kebijakan penghapusan subsidi harga input berdampak pada penurunan produksi dan pendapatan petani. Pemberlakuan liberalisasi perdagangan tidak efisien dan tidak tepat untuk dilaksanakan karena keuntungan yang diterima oleh konsumen lebih kecil jika dibandingkan dengan kerugian yang diterima oleh produsen.

Penelitian empiris juga dilakukan oleh Sembiring et al (2012) terkait dampak kebijakan pemerintah melalui instruksi presiden tahun 2005-2008 tentang kebijakan perberasan terhadap ketahanan pangan. Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisa dampak dari kebijakan beras terhadap ketahanan pangan dan terhadap konsumen dan produsen surplus. Penelitian ini menggunakan data time series dari maret 2005 hingga september 2009. Spesifikasi model kebijakan beras menggunakan persamaan simultan yang terdiri dari 15 persamaan struktural dan 11 persamaan identitas yang diestimasi menggunakan metode 2SLS. Hasil yang diperoleh adalah peningkatan harga pembelian pemerintah untuk gabah kering giling sebesar 15 % meningkatkan keamanan pangan sehingga harga eceran beras menurun membuat surpus konsumen dan produsen meningkat. Peningkatan harga dasar eceran dari pupuk NPK sebesar 15 % memberikan dampak negatif terhadap keamanan pangan karena mengakibatkan harga eceran beras meningkat sehingga berpengaruh negatif terhadap surplus konsumen. Keamanan pangan dapat dicapai jika pembelian pemerintah pada gabah kering giling diimplemantasikan secara dasar.

Hidayat (2012) juga melakukan penelitian empiris terkait perubahan harga beras dunia terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia pada berbagai kondisi transmisi harga dan kebijakan domestik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis transmisi harga dan pasar integrasi dari pasar dunia terhadap pasar domestik, menganalisis dampak dari perubahan harga beras dunia terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen, untuk menganalisis perubahan harga dunia dan kebijakan dalam negeri (kebijakan perubahan harga dalam negeri, tarif impor dan kuota impor beras). penelitian ini menggunakan estimasi melalui model Ravallion dan kalkulasi indek integrasi pasar. Hasil menunjukkan bahwa pasar beras Indonesia terintegrasi lemah dengan pasar beras dunia. Perubahan harga pasar beras adalah transmisi menuju pasar beras Indonesia, tapi tidak sempurna. Peningkatan harga beras dunia dapat meningkatkan kesejahteraan petani, walaupun kesejahteraan konsumen menurun. Harga dunia dapat memberikan dampak yang tinggi pada kesejahteraan umum ketika kondisi pasar dalam negeri meningkatkan integrasi dengan pasar dunia.

Manajemen Stok Beras

(20)

dengan menggunakan metoda deskriptif kualitatif. Dalam mencapai surplus beras salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki dan meningkatkan fungsi stok beras. Secara regional, stok akhir telah meningkat relatif dengan konsumsi sejak tahun 1998 dan rasio penggunaan stok Asia Tenggara meningkat pada tahun 2008/2009. Ketika stok mencapai 19.9 juta ton dan mewakili lebih dari 20% tingkat konsumsi tahunan atau penawaran cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan untuk lebih dari 70 hari. Pemerintah melakukan stok untuk beberapa alasan, stok mungkin digunakan untuk keadaan darurat seperti saat adanya bencana alam dengan sangat cepat stok untuk dapat menjangkau para korban bencana. Pemerintah juga melakukan stok untuk keadaan pasar (baik secara nasional ataupun permintaan global) untuk dapat mengatur harga pasar. Keadaan pasar tampak seperti motif besar bagi pemerintah dengan adanya permintaan stok dari negara pengimpor seperti Philipines dan Indonesia dan stok sering dibeli dari sumber asing. Dalam kasus lain, akumulasi stok karena pemerintah membeli beras dari petani untuk meningkatkan harga yang diterima oleh petani. Pemerintah menghimbau bahwa stok bersifat sementara dan akan segera habis jika harga pasar tinggi. namun dalam prakteknya, kadang-kadang pemerintah menyimpan stok dalam periode yang lama, mungkin ketakutan yang dimana muncul setiap saat akan menurunkan harga dan merugikan petani.

PT Dallabilla (2012) melakukan penelitian melalui survai lapang mengenai manajemen stok perbesaran di Vietnam. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui teknologi perberasan serta supply chain beras di Vietnam dan bagaimana kebijakan perberasan yang ada dalam manajemen stok beras di Vietnam. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah tekonologi perberasan yang dimiliki oleh Vietnam terdiri dari beberapa tahap. Dimulai dari teknologi panen, pengupasan, penyimpanan, pemutihan, pemolesan, serta sorting dilakukan dengan rapih dan teratur. Penggilingan dilakukan saat kadar air 13.5 – 14 %. Selanjutnya adalah tahap penggudangan dilakukan selama 3 bulan. Selanjutnya adalah pemutihan ulang hingga 3 - 4%. Peyimpanan setelah pemutihan hingga 1 - 2 bulan dan tahap terakhir adalah pencampuran beras untuk syarat beras pecah dan hingga tahap akhir penimbangan serta pengemasan untuk ekspor. Supply chain beras Vietnam adalah dimulai dari petani selanjutnya pedagang pengumpul yang diteruskan ke Rice Semi Proccesors atau pedagang. Dari pedagang beras disalurkan kepada perusahaan pengolahan padi dan siap untuk di ekspor. Manajemen stok beras Vietnam memiliki potensi ekspor karena pemerintah melalui Vinafood dengan manajemen stok yang baik dan mencapai surplus beras nasional (10 juta ton beras/ tahun). Dengan adanya garis komando dari pemerintah hingga kabupaten patuh dan komitmen terhadap kebijakan beras yang ada di Vietnam.

(21)

langsung yang diadakan oleh pemerintah adalah dimana menjual hasil produksi dengan harga lebih rendah dibandingkan harga produksi. Adapun subsidi tambahan, harga jual pasca panen, serta subsidi tetap sebesar ¥ 15 000/ 10 acre. Untuk rantai tataniaga sendiri Jepang tidak memiliki supply chain yang tidak terlalu panjang. Supply chain dimulai dari petani yang menjual hasil produksi kepada Japan Agricultural Cooperatives Group (JA) atau perusahaan ini mirip dengan BULOG yang ada di Indonesia. JA bekerjasama dengan perusahaan swasta dalam menyalurkan hasil produksi dari petani hingga retailer dan konsumen akhir. Manajemen stok beras yang dimiliki oleh Jepang adalah mencapai surplus supply melalui perubahan pola konsumsi beras dan harga beras yang tinggi dan sulit untuk dapat diekspor. Pemberian subsidi tetap, subsidi variabel, pengembangan R&D, perbaikan mekanisasi, pendampingan, adanya bea masuk beras impor serta adanya subsidi harga. Melalui JA membangun kelembagaan dengan petani yang lebih solid sehingga petani tidak dirugikan. Kerjasama JA dengan perusahaan swasta di bawah pengawasan pemerintah.

Menurut Suryana (2008) di Indonesia makna dari ketahanan pangan secara formal dirumuskan dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1996 tentang pangan. Isi dari Undang-Undang tersebut adalah terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Definisi ini lebih tepat dengan definisi Food Security. Dalam rangka ketahanan pangan dan untuk situasi darurat (bencana alam dan sosial), pemerintah perlu memiliki stok pangan (beras) yang dapat dengan segera didistribusikan. Selama ini, untuk keperluan darurat, pemerintah mengambil stok beras yang ada di BULOG. Dengan adanya stok di gudang BULOG banyak manfaat yang diperoleh baik untuk pemerintah, institusi BULOG maupun masyarakat umum. Bagi pemerintah dengan adanya iron stok, pemerintah memiliki stok pada jumlah tertentu yang selalu tersedia setiap waktu dan setiap tempat. Untuk pengadaan iron stok tersebut maka pada tahun pertama pemerinah perlu menganggarkan dana sebesar harga pembeliaan beras dan biaya pengelolaan untuk 1.25 juta ton beras dan untuk tahun berikutnya hanya menganggarkan dana beras yang telah disalurkan pada tahun sebelumnya sehingga jumlah beras iron stok setiap tahun tetap (BULOG 2005).

Kebijakan Beras Vietnam

(22)

pasokan dalam negeri dan beras internasional. Secara umum, kebijakan eskpor berjalan dengan sangat baik dalam menjaga kestabilan pasar beras secara umum, seperti yang mereka lakukan pada tahun 1980 dan 1990. Hal ini tidak mungkin bahwa Vietnam mengabaikan pengontrolan terhadap total eskpor beras untuk masa yang akan datang. Untuk mencapai kesejahteraan konsumen yang miskin yaitu dengan serius dapat dirugikan oleh harga yang tinggi. maka pemerintah akan memperbaiki dari pilihan untuk intervensi dalam ekspor beras.

Nielsen (2003) dalam penelitiannya menjelaskan mengenai kebijakan beras Vietnam. Berasal dari negara yang mengimpor beras terbesar pada tahun 1980-an, Vietnam bertransformasi menjadi negara pengekspor beras terbesar saat ini di dunia setelah Thailand pada tahun 1990an. Hal ini berhasil memecahkan pasar dunia dengan membuat trade-off baru dari kebijakan Vietnam antara memastikan pasokan beras pada harga yang terjangkau oleh tangan konsumen dalam negeri dan menghasilkan devisa dari ekspor beras. Hingga saat ini pemerintah telah mengatur ekspor beras melalui jumlah kuota ekspor nasional. Reformasi ini terlihat lebih jelas dalam hambatan dalam negeri seperti pembatasan lintas mobilitas sektor darat maupun internasional yang dimana hambatan ini seperti perkenalan distorsi oleh perjanjian perdagangan prefensial. Sejak Doi Moi dimulai tahun 1986 yang memiliki arti renovasi ekonomi, pemerintahan Vietnam membentuk kebijakan baru yang berorientasi kepada ekonomi pasar ( Socialist-Oriented Market Economy). Tujuan utama dari kebijakan tersebut adalah pengaruh dari sektor beras dan incentif untuk petani lebih ditingkatkan dalam penggunaan lahan, investasi, pemasaran dan juga penjualan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka peran pemerintah sangat penting dalam perekonomian dan juga perusahaan swasta serta koperasi memiliki peran yang sama dalam memproduksi komoditas (Wikipedia 2012).

Impor Beras

(23)

Tey dan Brindal (2012) melakukan penelitian mengenai impor beras yang ada di Singapura. Tujuan dari penelitian ini adalah mengestimasi alokasi impor beras untuk mencari ukuran adaptasi yang dimana implikasi keluar pada negara yang bergantung terhadap impor. Penelitian ini menggunakan data time series yang dianalisa dengan menggunakan sistem permintaan ideal atau AIDS model. Hasil dari penelitian ini adalah sumber baru yang dimana lokasi yang berbeda akan menjadi kekuatan strategi diversifikasi oleh Singapura. Sumber pengganti impor kedua adalah susbstitusi.

Egbedi et al (2012) melakukan penelitian empiris mengenai impor beras. Tujuan dalam penelitian ini adalah menentukan perbedaan atas ukuran kebijakan perdagangan beras dalam suatu negara dan dampaknya terhadap kesejahteraan produksi dan konsumsi rumah tangga dan menganalisis kebijakan perdagangan beras mana yang paling terbaik untuk perubahan kesejahteraan rumah tangga di Nigeria. Metode penelitian yang digunakan Computable General Equilibrium (CGE). Hasil dari penelitian adalah kesejahteraan dalam rumah tangga petani meningkat dengan kebutuhan yang sangat tinggi dari kebijakan proteksi walaupun biaya dari kesejahteraan sosial. Di sisi lain, kebijakan liberalisasi yang extreme tarif yang nol persen dari impor sangat merugikan semua kesejahteraan rumah tangga dan terlebih kesejahteraan nasional. Bagaimanapun, penurunan terakhir pada kesejahteraan nasional terjadi dengan sedikit pengurangan tarif impor beras. Selanjutnya, implikasi besar dari kebijakan ini adalah pengurangan sedikit tarif impor beras dapat mengadopsi sebagai kebijakan perdagangan beras Nigeria untuk impor beras sebagai pilihan peningkatan kesejahteraan pada kesejahteraan nasional. Sejalan dengan ini, target kebijakan peningkatan kesejahteraan pada keuntungan rumah tangga, khususnya rumah tangga petani yang ada di utara, dan juga bisa mencegah penurunan kesejahteraan.

(24)

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoristis menjelaskan teori – teori yang dipergunakan untuk membantu dalam pelaksanaan setiap tahapan penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Teori – teori yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain konsep perdagangan internasional, konsep manajemen stok beras, dan konsep persamaan regresi linear berganda.

Konsep Perdagangan Internasional

Menurut teori klasik Adam Smith, suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional (gain from trade) dan meningkatkan kemakmurannya bila terdapat free trade (perdagangan bebas) dan melakukan melalui perdagangan bebas akan terjadi interaksi peningkatan ekspor dan impor sehingga mengakibatkan produksi nasional (GDP) meningkat. Hal ini akan meningkatkan kemakmuran negara. Setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional karena melakukan spesialisasi produksi dan mengeskpor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan absolute ( absolute advantage), serta mengimpor barang jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan absolut (absolut disadvantage) (Hady dalam Anggi 2013). Sementara itu, menurut teori klasik lainnya yaitu teori Ricardian yang dirumuskan oleh David Ricardo, menyatakan bahwa keuntungan komparatif timbul karena adanya perbedaan teknologi antar negara. Hal ini berarti berlangsungnya perdagangan internasional merupakan akibat adanya perbedaan produktifitas antar Negara. Atas dasar teori ini maka perdagangan internasional merupakan fenomena yang dapat membantu dalam meningkatkan kapasitas produksi dan standar hidup dan semua negara.

(25)

Keterangan: Panel A = Pasar di negara 1 untuk komoditas X

Panel B = Hubungan perdagangan internasional dalam komoditas X Panel C = Pasar di negara 2 untuk komoditas X

Gambar 1 Keseimbangan parsial perdagangan internasional Sumber : Salvatore (1997)

Panel A menunjukkan bahwa Negara 1 akan melakukan produksi dan konsumsi di titik A (kuantitas komoditas X yang ditawarkan akan sama dengan kuantitas yang diminta oleh konsumen di Negara 1 berdasarkan harga relatif P1).

Hal ini memunculkan titik A* pada kurva penawaran komoditas X negara 2 di panel B. Sedangkan negara 2 pada panel C juga akan berproduksi dan mengkonsumsi komoditas X di titik A’ (kuantitas komoditas X yang ditawarkan akan sama dengan kuantitas yang diminta oleh konsumen di negara 2 bedasarkan harga relative P3). Hal tersebut memunculkan di titik A’’ yang terletak pada kurva

permintaan impor komoditas X negara 2 yang berada di panel B.

Jika negara 1 pada panel A berdasarkan harga relative P2, maka akan

terjadi kelebihan penawaran apabila dibandingkan dengan tingkat permintaan untuk komoditas X sebesar BE. Kuantitas sebesar BE itulah yang merupakan kuantitas komoditas X yang akan dieskpor oleh Negara 1 pada relative P2. Begitu

halnya untuk negara 2 pada panel jika berdasarkan harga relative P2 akan terjadi

kelebihan permintaan yang lebih besar dari penawarannya, yaitu sebesar B’E’. kelebihan itu sama artinya dengan kuantitas komoditas X yang akan diimpor oleh Negara 2 berdasarkan harga relative P2. Kuantitas impor komoditas X yang

(26)

Konsep Manajemen Stok Beras

Bagi Indonesia ancaman krisis pangan tersebut mestinya telah dapat diantisipasi secara baik sejak beberapa tanda awal telah beberapa tanda-tanda awal telah bermunculan. Status provinsi yang surplus dan yang difisit beras telah diketahui lama oleh para perumus kebijakan di negeri ini. Para peneliti dan mereka yang bergelut dari di bidang ekonomi pangan juga telah sangat paham tentang karakter, keberagaman dan kekhasan sistem produksi beras, berikut keragaan pasar dan efisiensi sistem tataniaga pangan pokok ini. Pasar gabah dan karakter pedagang pengumpul di Jawa pasti berbeda dengan pasar gabah di luar Jawa. Pola pembentukan harga beras di kota-kota besar sangat berbeda dengan pola pembentukan harga beras di kota kecil dan kecamatan. Untuk itu sangat diperlukan pengelolaan manajemen yang baik dalam mengatur cadangan pangan nasional (Riswani 2010). Stok atau cadangan adalah sejumlah makanan yang disimpan atau dikuasai oleh pemerintah atau swasta yang dimaksud sebagai cadangan dan akan digunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan. Secara umum, pemegang stok gabah ada dua, yaitu pemerintah dan masyarakat. Stok gabah pemerintah dipegang oleh BULOG, sedangkan stok di masyarakat salah satunya dipegang oleh petani (BPS 2012).

Pengelolaan stok beras secara garis besar mencakup tiga kegiatan yaitu pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran. Walaupun peraturan yang ada menyebutkan bahwa pengelolaan cadangan pangan pemerintah menjadi tanggung jawab semua tingkat pemerintahaan dari pemerintahan desa hingga pemerintahan pusat, namun saat ini ketiga aktifitas tersebut seluruhnya dilakukan oleh pemerintah pusat. Untuk dapat melaksanakan pengelolaan cadangan pangan, pemerintah pusat menugaskan BULOG untuk dapat menjalankan kegiatan tersebut. BULOG dalam melakukan kegiatannya scara fisik didukung oleh fasilitas perkantoran dan pergudangan yang memadai. Jenis-jenis cadangan beras yang dikelola oleh BULOG adalah sebagai berikut pertama, stok operasi yaitu stok ini untuk memenuhi kebutuhan program Beras Miskin (Raskin). Kedua, reserve stock yaitu digunakan untuk keperluan darurat seperti bencana alam. ketiga, stok penyangga (buffer stock) yaitu untuk keperluan melakukan operasi pasar murni (OPM). Keempat, pipe line stock yaitu stok ini untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti darurat, stok penyangga, dan keperluan berjaga-jaga lainnya. Disebut dengan pipe line karena apabila stok beras telah dikeluarkan untuk suatu keperluan, maka harus segera diisi dengan yang baru, sehingga jumlanya tidak berkurang dari angka yang telah ditetapkan (Saliem et al 2005).

(27)

khusus dari direksi Perum BULOG, dana hasilnya tidak untuk diangkut ke Divre lain.

Pengadaan Beras Jarak jauh (Lintas Divre) adalah pengadaan beras dalam negeri berdasarkan ketentuan Inpres RI tentang kebijakan perberasan yang berlaku, yang dilaksanakan oleh Divisi Regional (Divre)/ Sub Divisi Regional (Subdivre) dengan tambahan insentif biaya angkutan yang dibuktikan dengan B/L pemuatan ke kapal. Untuk pelaksanaan pengadaan ini harus mendapat ijin khusus dari direksi Perum BULOG dan tidak dapat di angkut ke Divre lain. Pengadaan Beras Harga Pembelian Pemerintah (HPP) plus adalah pembelian beras dalam negeri dengan harga yang lebih tinggi dari HPP dan kualitas yang lebih baik ketentuan pemerintah. Penetapan tentang harga dan kualitas beras HPP plus ditetapkan oleh Direksi Perum BULOG. Mitra Kerja Pengadaan Dalam Negeri adalah lembaga berbadan hukum dan atau badan usaha yang melakukan kerjasama dengan Perum BULOG dalam hal pembelian, pengolahan dan pemasaran gabah/beras ke gudang Perum BULOG.

Satuan Tugas (Satgas) pengadaan dalam negeri adalah satuan kerja yang dibentuk oleh Kepala Divisi Regional (Kadivre)/ Kepala Sub Divisi Regional (Kasubdivre) pada waktu, tempat dan kondisi tertentu untuk melakukan pembelian gabah/beras, guna memenuhi kebutuhan persedian dalam negeri dengan harga berpedoman pada HPP. Unit Pengelolaan Gabah/Beras (UPGB) adalah unit usaha yang mendukung kegiatan pelayanan publik dan pengembangan usaha Perum BULOG untuk memupuk keuntungan. Satuan Tugas Administrasi (SATMIN) adalah satuan kerja yang dibentuk oleh Kadivre/Kasubdivre pada waktu dan tempat tertentu untuk melakukan penyelesaian administrasi dan pembayaran harga gabah/beras serta biaya pengadaan dalam negeri. Giling Gabah adalah kegiatan pengolahan Gabah Kering Giling (GKG) menjadi beras sesuai dengan persyaratan rendemen dan kualitas yang ditetapkan Perum BULOG. Pemeriksaan Kualitas adalah serangkaian kegiatan pengambilan contoh dan analisa kualitas, gabah, beras dan kemasannya pada kegiatan pengadaan dalam negeri melalui metode pemeriksaan standar analisa yang ditetapkan Perum BULOG.

Petugas Pemeriksa Kualitas (KPK) adalah petugas yang melakukan pemeriksaan kualitas dari lembaga pemeriksa kualitas yang ditunjuk Perum BULOG. Gudang BULOG adalah gudang yang dikelola oleh Perum BULOG baik gudang milik Perum BULOG maupun milik swasta. Prognosa Pengadaan gabah/beras dalam negeri adalah rencana dan perkiraan jumlah pengadaan dalam negeri yang akan dilaksanakan untuk satu tahun operasional Perum BULOG.

Konsep Persamaan Regresi Linear Berganda

(28)

deskriptif, yaitu menggunakan model untuk memilih satu atau kombinasi terbaik diantara beberapa alternatif skenario kebijakan yang dievaluasi ( Sinaga 2011).

Jika dalam regresi sederhana jumlah variabel bebas yang digunakan untuk memprediksi variabel tergantung hanya satu, maka dalam regresi berganda jumlah variabel bebas yang digunakan untuk memprediksi variabel tergantung lebih dari satu. Pada awalnya analisis regresi berganda dikembangkan oleh para ahli ekonometri untuk membantu meramalkan akibat dari aktivitas-aktivitas ekonomi pada berbagai segmen ekonomi. Fenomena ekonomi dan bisnis bersifat kompleks sehingga perubahan suatu variabel tidak hanya disebabkan oleh satu variabel bebas tetapi juga dipengaruhi oleh variabel lain sehingga tidak dapat dijelaskan hanya dengan menggunakan satu variabel bebas saja (Suliyanto 2010).

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa dalam regresi berganda variabel tergantung dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel bebas sehingga hubungan fungsional antara variabel tergantung (Y) dengan variabel bebas (X1,

X2, X3...Xn) secara umum dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana :

Y : Variabel tergantung (dependent)

X1, X2...Xn : Variabel bebas (independent) (Suliyanto 2010)

(29)

Kerangka Pemikiran Operasional

Ket : = alur kerja penelitian

= faktor-fakor yang mempengaruhi = metode yang digunakan

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional

Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk menyamakan pemahaman konsep dan definisi variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Produksi beras dalam negeri adalah total jumlah produksi beras yang dihasilkan oleh produsen (petani) dalam negeri pada periode tertentu dalam satuan ton.

Kebutuhan Beras Meningkat

Stok Tidak Mencukupi

Impor Faktor-faktor yang

mempengaruhi : a. Produksi Beras DN b. Pengadaan Beras

oleh Bulog c. Impor beras

Vietnam d. Permintaan DN e. Harga Beras DN

f. Tarif Impor beras.

BULOG

Kinerja BULOG Model Regresi Linear

Berganda

Saran Kebijakan Perberasan Mekanisme Cadangan

Beras Nasional

Metode Deskriptif Produksi Beras Dalam Negeri

(30)

b. Pengadaan beras oleh BULOG adalah total jumlah gabah/beras yang dibeli oleh BULOG untuk menjaga kestabilan produksi dan harga yang nantinya dipergunakan dalam keadaan tertentu.

c. Impor beras Vietnam adalah total impor beras Vietnam yang masuk ke wilayah Indonesia pada periode tertentu dalam satuan ton.

d. Permintaan dalam Negeri adalah jumlah total permintaan/konsumsi beras di dalam negeri pada periode tertentu, baik untuk memenui kebutuhan rumah tangga maupun industri, dalam satuan ton.

e. Harga beras dalam negeri adalah harga beras per kilogram menurut harga produsen dalam satuan rupiah.

f. Tarif impor adalah pajak yang dikenakan untuk setiap barang yang masuk ke Indonesia dalam satuan rupiah.

4 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Indonesia dan Vietnam. Pemilihan ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan Vietnam merupakan eskportir beras terbesar di Asia Tenggara sedangkan pemilihan Indonesia dengan pertimbangan bahwa Indonesia saat ini termasuk negara exportir beras di Asia. Pengambilan data telah dilakukan pada bulan April 2012 hingga bulan Maret 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada pihak BULOG dan data sekunder dengan time series tahunan dengan rentang waktu penelitian dari tahun 2000 sampai 2012. Data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa instansi terkait yaitu Badan Urusan Logistik (BULOG), Badan Pusat Statistik (BPS), Kementrian Pertanian, Kementrian Perdagangan dan VinaFood 2. Untuk kelengkapan serta penyesuaian data juga dilakukan pengumpulan data dari beberapa publikasi ataupun website seperti UNComtrade, WorldBank, International Rice Research Institute (IRRI), Food Agriculture Organization (FAO), dan Pusat Studi Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian (PSEKP).

Metoda Analisis Data

Data akan di analisis secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan secara deskriptif melalui wawancara langsung dengan pihak BULOG serta juga studi literatur dan pendekatan persamaan regresi berganda.

Analisis Deskriptif

(31)

Analisis Regresi Berganda

Menurut Harmini (2009), Model analisis berganda terbaik untuk satu kasus, selanjutnya dapat digunakan untuk :

1. Memprediksi arah, besar dan sensitfitas perubahan variabel dependent sebagai respon atas perubahan variabel independent.

2. Memprediksi variabel dependent, berdasar atas nilai variabel independent.

Pola hubungan linier antara 1 variabel dependent (Y) yang dipengaruhi oleh lebih dari satu variabel independent ( X1,X1,X3,...Xj). Pada penelitian ini dapat terlihat fungsi persamaan linier berganda yang dimana dipengaruhi oleh lebih dari satu variabel independent, berikut model persamaan :

STOKB = α + ß1 TRFIM + ß2 HBDN + ß3 IMVT + ß4 TPBB + ß5 QDBD + ß6

PBDN + µ Dimana :

STOKB : Stok Beras Nasional BULOG (Ton) TRFIM : Tarif Impor (Rp/Kg)

IMVT : Impor Beras Vietnam (Ton)

HRDN : Harga Riil Beras Dalam Negeri (Rp/Kg) PBDN : Produksi Beras Dalam Negeri (Ton) TPBB : Total Pengadaan Beras (Ton)

QDBD : Permintaan Dalam Negeri (Kg/kapita/tahun) µ : Kesalahan Pengganggu

Koefisien determinasi ( R2)

Kesesuaian model di hitung dengan nilai koefisien determinasi (R2) yaitu mengukur keragaman variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variabel independen. Selang R2 yang dibutuhkan adalah 0 < R2 < 1. R2 = 1 berarti semua variasi respon pada variabel dapat dijelaskan dengan fungsi. Sedangkan R2 = 0 berarti tidak satupun variasi pada variabel dapat dijelaskan oleh fungsi regresi. Dalam kenyataannya nilai R2 berada dalam selang 0 sampai 1 dengan interprestasi relatif terhadap ekstrim 0 dan 1. Nilai koefisien determinasi semakin mendekati 1 maka model akan semakin baik (Ambarinanti 2007).

Untuk menguji secara statistik variabel independen yang digunakan berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen, digunakan uji statistik –f dan uji statistik –t. Penggunaan uji statistik –f yang dilakukan untuk mengetahui apakah model penduga yan diajukan sudah layak untuk menduga parameter dalam fungsi cadangan Beras. Uji statistik-t digunakan untuk menguji koefisien regresi dari masing-masing variabel independen secara terpisah, apakah variabel ke- i berpengaruh.

Uji-F

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama atau serempak berpengaruh terhadap variabel terikat.

H0 diterima jika fhit < ftabel (α/2, n-k) dan –fhit > -ftabel (α/2, n-k)

(32)

Artinya bila H0 diterima berarti variabel bebas secara bersama-sama tidak ada

hubungan yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Apabila H0 di tolak berarti

variabel bebas secara bersama-sama mempunyai variabel terikat.

Uji-t

Digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat dan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : b1 = 0

H1 : b1 ≠

Kriteria ujinya adalah H0 menyatakan tidak adanya yang signifkan dari variabel

terikat , sedangkan H1 menyatakan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel

bebas terhadap variabel terikat. Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : a) Bila thitung < ttabel berarti H0 diterima dan H1 ditolak atau

b) Bila thitung > ttabel berarti H0 ditolak dan H1 diterima.

Penerimaan terhadap H0 berarti variabel bebas yang di uji tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebas TRFIM, HBDL, IMVT, TPBB, QBDB, PBDL, PDB tidak berpengaruh terhadap H0 berarti variabel bebas

yang di uji mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel bebasnya.

Asumsi OLS (Ordinary Least Square)

Metode pendugaan OLS bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimate), bila asumsi OLS terpenuhi. Adapun asumsi OLS yang dimaksud adalah model linear dalam koefisien (parameter), tidak terdapat mulitikolinear diantara variabel independent, komponen error tidak berpola (random), menyebar normal dengan nilai tengah nol, ragamnya homogen (homoskedatisitas), dan tidak terdapat autokorelasi (nonautokorelasi).

1. Uji Multikolinearitas

Dalam model regresi yang mencakup lebih dua variabel independen sering ditemukan adanya multikolinear. Adanya multikolinear menyebabkan pendugaan koefisien regresi tidak nyata, walaupun R2 tinggi, tanda koefisien tidak sesuai dengan teori dan metode OLS penduga koefisien mempunyai simpangan baku yang sangat besar. Pengujian multikolinearitas dapat dilakukan dengan memperhatikan nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk koefisien regresi ke-j. Nilai VIF mendekati 10 (<10) menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinear pada variabel independen (Ambarinanti 2007).

2. Uji Autokorelasi

Dalam analisis regresi dengan data time series terdapat masalah autokorelasi. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah error pada suatu persamaan bersifat independen atau dependen. Pengujian kemungkinan adanya autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Nilai hitung statistik d dibandingkan dengan nilai d tabel. Yaitu dengan batas bawah (dL) dan batas atas (dL). Hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan :

 Jika d < dL, berarti ada autokorelasi positif.

 Jika d > 4-dL, berarti ada autokorelasi negatif.

(33)

 Jika dL = d atau 4-dU = d = 4-dL tidak dapat disimpulkan (Ambarinanti 2007).

Pengolahan melakukan estimasi persamaan regresi berganda digunakan software SPSS 18.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Cadangan Beras Nasional dan Kinerja BULOG sebagai Lembaga yang Memiliki Wewenang dalam Melakukan Pengadaan Beras

Kondisi Cadangan Beras Nasional

Dalam rangka ketahanan pangan dan untuk situasi darurat (bencana alam dan bencana sosial), pemerintah perlu memiliki stok pangan (beras) yang dapat dengan segera didistribusikan. Selama ini, untuk keperluan darurat, pemerintah mengambil stok beras yang ada di BULOG, dan harus mengeluarkan dana untuk membayar beras tersebut. Hal ini menjadi tidak fleksible karena dana tersebut mungkin belum tersedia atau prosesnya lama sementara keadaan di lapangan menuntut penyediaan beras yang cepat. Menurut BPS stok merupakan sejumlah bahan makanan yang disimpan atau dikuasai oleh pemerintah atau swasta yang dimaksud sebagai cadangan dan akan digunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan. Secara umum, pemegang stok gabah ada dua, yaitu pemerintah dipegang oleh BULOG sedangkan stok di masyarakat dipegang oleh petani.

(34)

Gambar 3 Kondisi cadangan beras nasional oleh BULOG

Terkait dengan aspek pengelolaan dan pemeliharaan cadangan pangan pemerintah, peraturan pemerintah (PP) No 68 tahun 2002 menyebutkan secara tegas pentingnya peran pemerintah provinsi, kabupaten, pemerintah desa dalam menangani masalah pangan. Pada Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa BULOG melakukan penanganan masalah pangan dengan melakukan penympanan (stok) beras yang bekerjasama dengan lembaga swasta dan pemerintahan daerah. Berdasarkan wawancara dengan pihak BULOG memaparkan bahwa pengadaan beras yang dilakukan oleh BULOG untuk penyimpanan (stok) dengan ketentuan sebesar 1 juta ton untuk stok akhir tahun. Namun ketentuan stok akhir tahun yang hanya 1 juta ton diubah menjadi 3 juta ton pada tahun 2012, hal ini bertujuan

80 % 10 %

Bulog

Penyimpanan (Stok harus 1 juta

ton dariProduksi)

Pengadaan Dalam Negeri

Mitra Kerja UPGB Satuan Tugas

10 %

Sentra Produksi

 Jawa Tengah

 Jawa Barat

 Sulawesi Selatan

 Nusa Tenggara Barat

 Sumatera Selatan

 Aceh

 Lampung

Pengadaan Luar Negeri

(35)

untuk dapat mencapai surplus beras di tahun 2014. Dalam penelitian ini stok beras yang dilihat adalah yang ada dalam BULOG.

Praktek pengadaan yang oleh BULOG dilakukan melalui bantuan Mitra Kerja, UPGB dan Satgas. Mitra Kerja merupakan unit usaha yang merupakan milik BULOG yang memiliki kontribusi dalam pengadaan jumlah beras sebesar 80% penyerapan beras dari hasil produksi. Unit usaha ini bersifat swasta yang melakukan pengadaan beras jika harga beras di pasar berada dibawah harga HPP, untuk dapat menyelamatkan petani produsen agar tidak merasa dirugikan. Maulana dan Rachman (2010) menambahkan bahwa mitra kerja terdiri dari koperasi, non koperasi lembaga petani yang memiliki badan hukum. Mitra kerja ini dalam memenuhi kuota penyetoran gabah ke gudang BULOG yang telah disepakati dengan pihak BULOG diharuskan memenuhi kualitas gabah sesuai dengan Inpres perberasan No. 7/2009 yaitu kadar air maksimal 14% dan kadar hampa/ kadar kotoran maksimal 3 %.

Menurut Sawit dalam penelitian mengenai pengadaan (2010), pada prakteknya dalam pengadaan sebagian besar beras/gabah dalam negeri, BULOG bekerjasama dengan penggilingan padi swasta atau Mitra Kerja. BULOG mengelompokkan penggilingan padi swasta ke dalam empat tipe, yaitu A, B, C, dan D. Setiap kelompok menggambarkan alat/proses pengeringan padi, kapasitas giling, dan tempat atau cara penyimpanannya. Kelompok tipe A adalah yang tertinggi dan tipe D terendah. BULOG tidak pernah bekerjasama dengan penggilingan padi tipe A karena mereka menghasilkan beras kualitas premium atau super, tetapi karena BULOG membeli beras berkualitas medium. Setiap tahun BULOG bekerjasama dengan 4 500 hingga 5 000 unit penggilingan padi skala kecil yang sebagian besar adalah penggilingan padi tipe D. Semakin banyak pengadaan BULOG pada kelompok C dan D, semakin tinggi permintaan terhadap beras berkualitas medium, dan semakin rendah insentif mereka untuk memperbaiki kualitas beras di luar kualitas medium. Diperkirakan 80% hasil penggilingan padi mereka ditampung oleh BULOG. Segmen pasar beras berkualitas medium terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningakatnya produksi dan volume pengadaan beras dalam negeri oleh BULOG.

Sawit (2010) juga menambahkan pada era swasembada/surplus produksi, penyerapan gabah/beras oleh BULOG didorong hingga mencapai 10% atau sekitar 4 juta ton setara beras. Penyerapan yang tinggi untuk beras berkualitas medium telah berdampak luas terhadap kualitas pengadaan BULOG dan kualitas cadangan beras pemerintah yaitu menurun. Sejak terjadinya swasembada/surplus produksi beras periode 2008-2009, pemerintah terus mendorong peningkatan pengadaan BULOG dari rata-rata 1.8 juta ton pada periode 2008-2009, atau meningkatkan 1.6 juta ton/tahun. Peningkatan pengadaan dalam jumlah besar pada musim panen gadu dan musim panen panceklik secara teoritis sulit dilakukan, karena pada periode tersebut kualitas gabah/beras umumnya lebih baik dan harganya tinggi, lebih tinggi dari HPP.

(36)

Satuan Tugas tingkat provinsi adalah divre/kasudivre BULOG yang berada di tingkat provinsi. Divre BULOG memiliki tugas dalam pengadaan beras di tingkat provinsi di Indonesia. Maulana dan Rachman (2010) menambahkan Satgas dibentuk oleh Kepala Divsi Regional (Kadivre) dalam pengamanan harga tingkat petani dalam pencapaian prognosa pengadaan dalam negeri dengan mempertimbangkan kondisi objektif di masing-masing wilayah kerja. Satgas ini tidak selalu ada tiap musim karena tergantung kebutuhan. Saat ini terdapat beberapa provinsi yang menjadi sentra produksi beras nasional, yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Lampung, Sumatera Selatan dan Aceh.

Menurut Abubakar (2009) masalah penguasaan stok awal menjadi penting buat BULOG. Apabila stok awal terlalu rendah dapat memberi peluang spekulasi, berakibat pada instabilitas harga/sebaliknya. Stok itu menyebar di berbagai provinsi walaupun tidak sama jumlahnya. Sejumlah provinsi menguasai stok beras dan ada pula yang kecil. Pengalihan stok besar dan ada yang kecil. Pengalihan stok dari wilayah lebih ke daerah kurang, tidaklah sulit dan dapat dilakukan dengan cepat, karena keputusan itu berada dalam satu manajemen, serta transportasi tersedia, baik laut dan darat. Penguasaan stok dan penyaluran, tentu tidak dapat dipisahkan dengan pengadaan. Pada tahun 2008, BULOG tidak melakukan impor dan seluruh keperluan beras BULOG berasal dari pengadaan dalam negeri. Pada saat itu pengadaan beras dalam negeri telah mencapai 3.2 juta ton.

Apabila cadangan beras untuk iron stok ini telah dimiliki oleh pemerintah, maka dalam perhitungan harga pokok beras BULOG tidak ada beban bunga untuk pengelolaan beras sejumlah iron stok tersebut seperti selama ini. dengan demikian akan dapat menekan harga pokok beras BULOG (HPB) sehingga HPB BULOG dapat lebih kompetitif dan efisien. Secara administrasi beras untuk stok tersebut dipisahkan dari pengelolaan beras BULOG lainnya yang diperuntukan keperluan penyaluran-penyaluran rutin, sedangkan dalam bentuk fisik beras tersebut tetap menyatu dengan stok beras BULOG lain namun jumlahnya harus tetap pada jumlah yang disepakati dan tersebar di seluruh Indonesia.

Perkembangan peran BULOG Sebagai Lembaga yang Memiliki Wewenang dalam Pengadaan Beras

(37)

Pada tahun 1995 dikeluarkan Keppres No 50, untuk menyempurnakan struktur organisasi BULOG yang pada dasarnya bertujuan untuk lebih mempertajam tugas pokok, fungsi serta peran BULOG. Oleh karena itu, tanggung jawab BULOG lebih difokuskan pada peningkatan stabilisasi dan pengelolaan persediaan bahan pokok dan pangan. Tugas pokok BULOG sesuai Keppres tersebut adalah mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras, gula, gandum, terigu, kedelai, pakan dan bahan pangan lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam rangka menjaga kestabilan harga bahan pangan bagi produsen dan konsumen serta memenuhi kebutuhan pangan berdasarkan kebijaksanaan umum Pemerintah. Namun tugas tersebut berubah dengan keluarnya Keppres No 45 tahun 1997, dimana komoditas yang dikelola BULOG dikurangi dan tinggal beras dan gula. Kemudian melalui Keppres No 19 tahun 1998 tanggal 21 Januari 1998, Pemerintah mengembalikan tugas BULOG seperti Keppres No 39 tahun 1968. Selanjutnya melalu Keppres No 19 tahun 1998, ruang lingkup komoditas yang ditangani BULOG kembali dipersempit seiring dengan kesepakatan yang diambil oleh Pemerintah dengan pihak IMF yang tertuang dalam Letter of Intent (LoI).

Pada Keppres tersebut, tugas pokok BULOG dibatasi hanya untuk menangani komoditas beras. Sedangkan komoditas lain yang dikelola selama ini dilepaskan ke mekanisme pasar. Arah Pemerintah mendorong BULOG menuju suatu bentuk badan usaha mulai terlihat dengan terbitnya Keppres No 29 tahun 2000, dimana didalamnya tersirat BULOG sebagai organisasi transisi (tahun 2003) menuju organisasi yang bergerak di bidang jasa logistik di samping masih menangani tugas tradisionalnya. Pada Keppres No 29 tahun 2000 tersebut, tugas pokok BULOG adalah melaksanakan tugas Pemerintah di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi dan pengendalian harga beras (mempertahankan Harga Pembelian Pemerintah – HPP), serta usaha jasa logistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Arah perubahan tesebut semakin kuat dengan keluarnya Keppres No 166 tahun 2000, yang selanjutnya diubah menjadi Keppres No 103/2000. Kemudian diubah lagi dengan Keppres No 03 tahun 2002 tanggal 7 Januari 2002 dimana tugas pokok BULOG masih sama dengan ketentuan dalam Keppers No 29 tahun 2000, tetapi dengan nomenklatur yang berbeda dan memberi waktu masa transisi sampai dengan tahun 2003. Akhirnya dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI No 7 tahun 2003 BULOG resmi beralih status menjadi Perusahaan Umum (Perum) BULOG.

(38)

Tabel 3 Perkembangan peran BULOG berdasarkan Keputusan Presiden

Tahun Perkembangan Peran BULOG Keterangan Kebijakan

1967

Dibentuk pertama kali berdasarkan kepres

Keppres No

114/U/Ke/5/1967

1969

Tugas pokok melalui stabilisasi harga beras

komoditas yang dikelola dikurangi & tinggal beras dan gula

Keppres No 45 Tahun 1997

1998

Ruang lingkup komoditas yang

ditangani BULOG lebih

dipersempit yaitu Beras Berdasarkan LoI

Keppres No 19 Tahun 1998

2000

Sebagai organisasi transisi menuju organisasi yang bergerak di bidang

logistik Pengadaan

Masih sama dengan ketentuan Keppres No 103/2000

Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stok Beras Nasional

Volume Beras Impor Beras Vietnam (IMVT) dan Harga Beras Vietnam (HBVT)

Sejak dimulainya Revolusi hijau di tahun 1970-an hingga pertengahan tahun 1980-an Indonesia berhasil memproduksi beras dengan jumlah produksi yang sangat tinggi hingga sempat mencapai swasembada pada saat itu. Namun sejak awal 1990-an, penawaran beras domestik tidak lagi mampu memenuhi permintaan beras dalam negeri, hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk, sehingga impor beras meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga, saat ini Indonesia merupakan negara pengimpor beras yang tertinggi di Asia.

(39)

terbesar di Asia. Perkembangan volume impor beras Vietnam dan harga beras Vietnam dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Volume impor beras Vietnam dan harga beras Vietnam

Tahun Impor

Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa dari tahun 2000-2012 perkembangan impor beras Vietnam di Indonesia berfluktatif namun cenderung meningkat. Jumlah impor tertinggi terjadi pada tahun 2007 dan 2011 yaitu sebesar 1 158 328 832 Kg dan 1 879 220 992 kg. Sedangkan impor beras paling rendah adalah pada tahun 2009 yaitu sebesar 16 536 350 Kg. Besarnya jumlah impor beras yang masuk ke Indonesia disebabkan karena harga beras Vietnam yang relatif lebih murah dibandingkan dengan beras dalam negeri. Harga beras termurah adalah pada tahun 2000 yaitu Rp 1 600 dan harga tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 4 800. Harga beras Vietnam yang relatif murah hal ini disebabkan oleh pengelolaan yang dilakukan oleh dua perusahaan pemilik yaitu VinaFood1 dan VinaFood2 yang melakukan pengontrolan 65 % dari eskpor beras yang dilakukan oleh Vietnam.

Total Pengadaan Beras oleh BULOG (TPBB)

(40)

melakukan pengadaan beras dari luar negeri karena jumlah produksi beras dalam negeri mencukupi jumlah permintaan masyarakat atau terjadinya swasembada/surplus produksi beras. Tahun 2012 total jumlah pengadaan beras oleh BULOG adalah sebesar 4 139 074 ton. jumlah pengadaan beras yang lebih besar daripada tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya target pemerintah untuk akhir tahun bahwa jumlah stok beras harus sebesar 2 juta ton (lampiran 2).

Produksi Beras Dalam Negeri (PBDN) dan Harga Beras Dalam Negeri (HBDN)

Untuk dapat mencapai swasembada beras nasional, pemerintah difokuskan untuk dapat meningkatkan produksi beras nasional. Namun pencapaiannya belum optimal. Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat perkembangan produksi beras nasional harga beras dalan negeri. Produksi beras nasional dari tahun 2000-2012 mengalami fluktuatif. Di tahun 2001 jumlah produksi beras menurun dari tahun 29 177 535 ton menjadi 23 369 052 ton. dari tahun 2003 hingga tahun 2011 produksi beras nasional terus meningkat namun kembali mengalami penurunan pada tahun 2011 dari 37 369 093 ton menjadi 36 959 560 ton. Penurunan jumlah produksi di tahun 2001 disebabkan adanya El-Nino sedangkan penurunan produksi pada tahun 2011 disebabkan oleh penurunan luas panen dan adanya konversi lahan pertanian ke lahan industri. Fluktuatif tidak berlaku pada harga beras dalam negeri karena harga beras terus meningkat setiap tahun hal ini disebabkan karena adanya kenaikan biaya produksi. Di tahun 2000 harga beras per Kg adalah sebesar Rp 2 335, hingga tahun 2004 harga beras masih berkisar sekitar Rp 2000-an. Namun pada tahun 2005 harga beras sudah mulai meningkat menuju harga Rp 3 334/Kg. Hingga akhir tahun 2012 harga beras dalam negeri mencapai Rp 8 057/Kg.

Tabel 5 Produksi beras dalam negeri dan harga beras dalam negeri tahun 2000-2013

Tahun Produksi Beras (ton)* Harga (Rp/kg)

2000 29.177.535 2.335

2001 23.369.052 2.449

2002 28.947.506 2.842

2003 29.311.761 2.795

2004 30.408.537 2.795

2005 30.443.747 3.334

2006 30.614.566 4.337

2007 32.133.910 5.071

2008 33.915.235 5.446

2009 36.205.056 5.705

2010 37.369.093 6.512

2011 36.959.560 7.379

2012 38.817.178 8.507

Sumber : * BULOG 2013

Gambar

Tabel 1 Perkembangan konsumsi beras per kapita, produksi, ekspor dan impor beras di Indonesia
Tabel 2 Jumlah Ekspor Beras Thailand dan Vietnam ke Indonesia
Gambar 1 Keseimbangan parsial perdagangan internasional
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Tujuan penelitian ini adalah menentukan metode dengan laju alir dan suhu sistem GC-MS yang paling baik untuk memisahkan komponen-komponen penyusun dalam minyak

Berdasarkan pengamatan peneliti di tiga satuan PAUD di.. Kecamatan Tembalang dapat diketahui bahwa belum seluruh PAUD mempunyai sarana dan prasarana yang baik,

Melihat Hasil analisis untuk variabel pendidikan dan variabel keahlian yaitu pendidikan dengan nilai β = -0,563 artinya korelasi yang sangat kuat antara variabel

Sesuai dengan pokok masalah di atas maka tujuan penelitian ini dilakukan untuk: (I) Unruk mengetahui ada atau tidaknya pengaruhcash conversion cycle terhadap

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

[r]

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga