• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Yang Diberi Mikoriza Arbuskula (FMA) Pada Tanah Salin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Yang Diberi Mikoriza Arbuskula (FMA) Pada Tanah Salin"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) YANG DIBERI

FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR (FMA) PADA TANAH SALIN

SKRIPSI

OLEH :

TEGUH HAKIKI NST 050307025

BDP – PEMULIAAN TANAMAN

DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) YANG DIBERI

FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR (FMA) PADA TANAH SALIN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

(3)

Judul Penelitian : RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) YANG DIBERI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR (FMA) PADA TANAH SALIN

Nama : TEGUH HAKIKI NST

Nim : 050307025

Program Studi : PEMULIAAN TANAMAN

Di Setujui Oleh :

( Prof. Dr.Ir. Rosmayati, MS) (Ir.Yusuf Husni Ketua Pembimbing

) Anggota Pembimbing

Diketahui Oleh :

(Dr.Ir. T Sabrina, MAgr.Sc, Ph.D) Ketua Departemen

(4)

ABSTRAK

TEGUH HAKIKI NST: Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Yang Diberi Mikoriza Arbuskula (FMA) Pada Tanah Salin, dibimbing oleh ROSMAYATI dan YUSUF HUSNI.

Produktivitas tanaman kedelai pada tanah salin dipengaruhi oleh input yang diberikan kepada tanaman yaitu dengan pemberian mikoriza. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan percobaan Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang (± 1,5 m dpl.) pada Mei – Juli 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial yaitu mikoriza dengan taraf perlakuan (M0 =Tanpa pemberian mikoriza dan M2 = pemberian mikoriza 10 g/tanaman), perlakuan diulang enam kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian mikoriza meningkatkan tinggi tanaman pada umur 5 MST, jumlah cabang, dan jumlah polong pertanaman, serta mempercepat umur berbunga tanaman

(5)

ABSTRACT

TEGUH HAKIKI NST: Response of Growth and Production of Soybeans (Glycine max (L.) Merrill) The mycorrhizal Given Arbuskula (FMA) In Soil Salinity, supervised by ROSMAYATI and YUSUF HUSNI.

Soybean crop productivity on saline land affected by the input that is given to the provision of mycorrhizal plants. For which a research field trials have been conducted in the village of Tanjung Tuan Rejo District Percut Sei Deli Serdang regency (± 1.5 m asl.) In May-July 2012. Experimental was conducted using a factorial randomized block design that is mycorrhizal with standard treatment (M0 = No provision of mycorrhizal and mycorrhizal granting M2 = 10 g / plant), the treatment was repeated six times. The data were analyzed using variance (ANOVA) and continued with HSD.

The analysis of data showed that administration of mycorrhizae improve plant height at age 5 MST, the number of branches, number of pods and cropping, as well as accelerate the age of flowering plants.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine Max (L.) Merill) Yang Diberi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Pada Tanah Salin” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Rosmayati MS. selaku Ketua Komisi

Pembimbing dan Bapak

yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian

serta dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Ayahanda

Syamsul Nasution dan Ibunda Yulismiati, kepada adikku tersayang

Dwi Anggreni Nasution, Ryan Tri Atmaja Nasution, Wijaya Kesuma Nasution,

Dinda Halimah Nasution dan Shafira Nasution, serta seluruh anggota keluarga

yang senantiasa banyak memberikan dukungan moril maupun materil.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan

yang telah banyak membantu yaitu: Siti, Siol, Elfrin, Andriyani, Fredy, Andre,

Prima, Dedy dan adik-adik ’08 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Kepada

seluruh temam-teman Armyplant stambuk ’05 terima kasih atas persaudaraan dan

kebersamaan yang telah terjalin serta atas dukungan yang diberikan kepada

(7)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.

Medan, Juli 2012

(8)

RIWAYAT HIDUP

Teguh Hakiki Nasution dilahirkan di Kisaran pada tanggal 19 Mei 1987, putra dari ayahanda Syamsul Nst dan Ibunda Yulismiati yang merupakan anak

pertama dari enam bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Taman Siswa Kisaran, pada tahun

2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(SPMB) dan memilih Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Pemuliaan

Tanaman.

Pengalaman di bidang kemasyarakatan, penulis peroleh saat mengikuti

praktek kerja lapangan (PKL) di Balai Penelitian Benih Kelapa Sawit RISPA

(9)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

Kegunaan Penelitian... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman ... 9

Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA)... 11

Peranan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) Dalam Pertumbuhan ... 13

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian... 16

Bahan dan Alat ... 16

Metode Penelitian ... 16

PELAKSANAAN PENELITIAN ... 18

Persiapan lahan ... 18

Aplikasi FMA dan Penanaman ... 18

Pemupukan... 18

Penjarangan... 18

Pemeliharaan Tanaman ... 19

Penyiraman ... 19

Penjarangan ... 19

Penyulaman ... 19

Penyiangan ... 19

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 19

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 21 Pembahasan ... 23 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 25 Saran ... 25 DAFTAR PUSTAKA

(11)

ABSTRAK

TEGUH HAKIKI NST: Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Yang Diberi Mikoriza Arbuskula (FMA) Pada Tanah Salin, dibimbing oleh ROSMAYATI dan YUSUF HUSNI.

Produktivitas tanaman kedelai pada tanah salin dipengaruhi oleh input yang diberikan kepada tanaman yaitu dengan pemberian mikoriza. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan percobaan Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang (± 1,5 m dpl.) pada Mei – Juli 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial yaitu mikoriza dengan taraf perlakuan (M0 =Tanpa pemberian mikoriza dan M2 = pemberian mikoriza 10 g/tanaman), perlakuan diulang enam kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian mikoriza meningkatkan tinggi tanaman pada umur 5 MST, jumlah cabang, dan jumlah polong pertanaman, serta mempercepat umur berbunga tanaman

(12)

ABSTRACT

TEGUH HAKIKI NST: Response of Growth and Production of Soybeans (Glycine max (L.) Merrill) The mycorrhizal Given Arbuskula (FMA) In Soil Salinity, supervised by ROSMAYATI and YUSUF HUSNI.

Soybean crop productivity on saline land affected by the input that is given to the provision of mycorrhizal plants. For which a research field trials have been conducted in the village of Tanjung Tuan Rejo District Percut Sei Deli Serdang regency (± 1.5 m asl.) In May-July 2012. Experimental was conducted using a factorial randomized block design that is mycorrhizal with standard treatment (M0 = No provision of mycorrhizal and mycorrhizal granting M2 = 10 g / plant), the treatment was repeated six times. The data were analyzed using variance (ANOVA) and continued with HSD.

The analysis of data showed that administration of mycorrhizae improve plant height at age 5 MST, the number of branches, number of pods and cropping, as well as accelerate the age of flowering plants.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Komoditas ini kaya protein nabati yang diperlukan untuk meningkatkan gizi masyarakat, aman dikonsumsi, dan harganya murah, sekitar 20% minyak dan 30 % protein terkandung pada bijinya. Di Indonesia kedelai merupakan bahan

makanan terpenting yang dapat diolah menjadi bahan makanan bergizi. Sampai

sekarang walaupun peningkatan hasil telah diperoleh sedemikian besar, impor

kedelai masih terpaksa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam

negeri (Kartasapoetra, 1988).

Produksi kedelai di Indonesia pernah mencapai puncaknya pada tahun

1992 yaitu sebanyak 1,87 juta ton. Namun setelah itu, produksi terus mengalami

penurunan hingga hanya 0,672 juta ton pada tahun 2003. Artinya, dalam 11 tahun

produksi kedelai merosot mencapai 64 persen. Sebaliknya, konsumsi kedelai

cenderung meningkat sehingga impor kedelai juga mengalami peningkatan

mencapai 1,307 juta ton pada tahun 2004 (Atman, 2009). Berbagai upaya

pemerintah seperti program kedelai mandiri (prokema), gema palagung dan

program lainnya ternyata tidak mampu meningkatkan produksi kedelai nasional.

Untuk mengatasi kesenjangan itu maka pemerintah mencanangkan Program

Swasembada Kedelai 2008 melalui penerapan teknologi produksi dan juga

melalui perluasan areal tanam (Kisman, 2007)

Pengembangan areal tanam kedelai dapat dilakukan pada lahan sawah,

lahan kering (tegalan), lahan bukaan baru dan lahan pasang surut yang telah

(14)

sesuai (spesifik) bagi agroekologi/wilayah setempat (Simatupang, dkk, 2005).

Indonesia mempunyai ribuan hektar lahan salin yang sangat potensial apabila

dikelola dengan baik, sehingga dapat bermanfaat secara optimal. Ditjen Pengairan

Departemen Pekerjaan Umum (1998) menyebutkan bahwa luas lahan lebak adalah

13,317 juta ha, telah direklamasi, atau dibuka untuk persawahan dan permukiman

sekitar 1,547 juta ha, yaitu melalui program reklamasi oleh pemerintah seluas

0,448 juta ha, dan oleh swadaya masyarakat sekitar 1,009 juta ha. Luas lahan

lebak yang belum dimanfaatkan diperkirakan masih sekitar 11,770 juta ha

(Las, 2006). Luas lahan rawa di Sumatera Utara 317.675 Ha. Dengan luas lahan

pasang surut sebesar 247.293 Ha. Lahan lebak seluas 70.382 Ha. Luas areal yang

sudah direklamasi 147.500 Ha dengan areal persawahan seluas 93.990 Ha.

Kecamatan Percut Sei Tuan Memiliki areal pasang surut potensial seluas 2100 Ha

yang digunakan untuk lahan pertanian dan pertambakan dengan saluran irigasi

sepanjang 41.931m. Kecamatan Percut Sei Tuan terdapat lahan yang potensial

untuk pertanaman pangan, namun banyak dialih fungsikan sebagai tambak yang

lebih menguntungkan, karena tanah kurang subur akibat salinasi.

Tanah salin adalah salah satu lahan yang belum dimanfaatkan secara luas

untuk kegiatan budidaya tanaman, hal ini disebabkan adanya efek toksik dan

peningkatan tekanan osmotik akar yang mengakibatkan terganggunya

pertumbuhan tanaman. Habitat salin ditandai oleh kelebihan garam anorganik dan

terutama terjadi di daerah kering dan semi kering. Akumulasi garam dalam tanah

lapisan atas biasanya hasil dari evapotranspirasi menyebabkan kenaikan air tanah

yang mengandung garam. Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula (CMA)

(15)

tanaman pada tanah salin. Cendawan ini membentuk simbiosis mutualistik dengan

perakaran tanaman sehingga dapat membantu tanaman tumbuh lebih baik pada

daerah-daerah marjinal. Mikoriza adalah simbiosis antara fungi tanah dengan akar

tanaman yang memiliki banyak manfaat di bidang pertanian, diantaranya adalah

membantu meningkatkan status hara tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman

terhadap kekeringan, penyakit, dan kondisi tidak menguntungkan lainnya. Fungi

ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif teknologi untuk membantu

pertumbuhan, meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman yang ditanam

pada lahan - lahan marjinal (Nurbaity, dkk, 2009).

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

respon pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max (L.) Merill) dengan

pemberian FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada tanah salin.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan komponen produksi kedelai

yang diberi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada tanah salin.

Hipotesis Penelitian

Diduga ada pengaruh pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)

terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai pada tanah salin.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara, Medan.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Polypetales

Family : Papilionaceae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.)

Sistem perakaran kedelai adalah akar tunggang yang terdiri dari akar

utama dan akar cabang. Selain sebagai penyerap unsur hara dan penyangga

tanaman, pada perakaran kedelai ini adalah merupakan tempat terbentuknya

bintil/nodul akar yang berfungsi sebagai bakteri Rhizobium

(Rahman dan Tambas, 1986). Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak

(tinggi 70-150 cm). menyemak berbulu halus (pubescens), dengan sistem

perakaran luas (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Waktu tanaman kedelai masih sangat muda, atau setelah fase menjadi

kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang dapat dibedakan menjadi dua.

Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas disebut hipokotil,

sedangkan bagian di atas keping biji disebut epycotil. Batang kedelai tersebut

(17)

Terdapat empat tipe daun yang berbeda, yaitu kotiledon atau daun biji,

daun primer sederhana, daun bertiga, dan daun profila. Daun primer sederhana

berbentuk telur (oval) berupa daun tunggal (unifoliat) dan bertangkai sepanjang

1-2 cm, terletak berseberangan pada buku pertama di atas kotiledon. Daun-daun

berikutnya daun bertiga (trifoliat), namun adakalanya terbentuk daun berempat

atau daun berlima (Soemaatmadja dkk, 1999).

Kultivar kedelai memiliki bunga bergerombol terdiri atas 3-15 bunga yang

tersusun pada ketiak daun. Karakteristik bunganya seperti famili Legum lainnya,

yaitu corolla (mahkota bunga) terdiri atas 5 petal yang menutupi sebuah pistil dan

10 stamen (benang sari). 9 stamen berkembang membentuk seludang yang

mengelilingi putik, sedangkan stamen yang kesepuluh terpisah bebas

(Poehlman and Sleper, 1995)

Banyaknya polong tergantung jenisnya. Ada jenis kedelai yang

menghasilkan banyak polong, ada pula yang sedikit. Berat masing-masing biji pun

berbeda-beda, ada yang bisa mencapai berat 50-500 gram per 100 butir biji.

Warna biji pun berbeda-beda. Perbedaan warna biji dapat dilihat pada belahan biji

ataupun pada selaput biji, biasanya kuning atau hijau transparan (tembus cahaya).

Disamping itu ada pula biji yang berwarna gelap kecoklat-coklatan sampai hitam,

atau berbintik-bintik. Semua varietas kedelai mempunyai bulu pada batang,

cabang, daun dan polong-polongnya. Lebat atau tidaknya bulu serta kasar

atau halusnya bulu tergantung dari varietas masing-masing

(18)

Syarat Tumbuh Iklim

Kedelai merupakan tanaman hari pendek, yakni tidak akan berbunga bila

lama penyinaran (panjang hari) melampaui batas kritis. Setiap varietas

mempunyai panjang hari kritis. Apabila lama penyinaran kurang dari batas kritis,

maka kedelai akan berbunga. Dengan lama penyinaran 12 jam, hampir semua

varietas kedelai dapat berbunga dan tergantung dari varietasnya,

umumnya berbunga beragam dari 20 hingga 60 hari setelah

tanam. Apabila lama penyinaran melebihi periode kritis, tanaman

tersebut akan meneruskan pertumbuhan vegetatifnya tanpa berbunga

(Soemaatmadja, dkk, 1985).

Pada awalnya kedelai merupakan tanaman subtropika hari pendek, namun

setelah di domestikasi dapat menghasilkan banyak kultivar yang dapat beradaptasi

terhadap lintang yang berbeda. Kemampuannya untuk ditanam dimana saja adalah

keunggulan utama tanaman ini. Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu

20-25 0C. Suhu 12-20 0C adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses

pertumbuhan tanaman, tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan

pemunculan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 30 0C, fotorespirasi cenderung

mengurangi hasil fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya

terutama pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk budidaya

kedelai adalah 100-200 mm/bulan. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada

(19)

Tanah

Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal drainase dan

aerasi tanah cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol,

grumosol, latosol, dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan

tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik,

kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah yang

cukup (Andrianto dan Indarto, 2004).

Kedelai termasuk tanaman yang mampu beradaptasi terhadap berbagai

agroklimat, menghendaki tanah yang cukup gembur, tekstur lempung berpasir dan

liat. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mengandung

bahan organik dan pH antara 5,5-7 (optimal 6,7). Tanah hendaknya mengandung

cukup air tapi tidak sampai tergenang (Departemen Pertanian, 1996).

Untuk pertumbuhan kedelai yang optimal tanah perlu mengandung unsur

hara yang cukup gembur dan bebas dari gulma. Tingkat keasaman (pH) tanah :

6,0-6,8 merupakan keadaan optimal untuk pertumbuhan kedelai dan pertumbuhan

bakteri rhizobium, dan pada tanah dengan pH 5,5 kedelai masih memberi hasil

(Departemen Pertanian, 1996).

Salinitas

Salinitas, proses ini terjadi di daerah kering dan panas merupakan gerakan

garam dari profil tanah bawah (sub soil) ke bagian atas (top soil). Pada bagian atas

terjadi penguapan yang intensif (suasana panas dan kering), sehingga

menyebabkan larutan garam bergerak secara kapilaritas ke atas, menguap, dan

meninggalkan endapan garam dipermukaan tanah. Apabila proses ini berlangsung

(20)

Indonesia proses ini tidak berlangsung sepanjang tahun, hanya terdapat di daerah

panas dan kering. Pada musim kemarau terjadi salinisasi, sebaliknya pada musim

hujan terjadi desilinisasi. Pengurangan kadar garam dipermukaan tanah terjadi

karena curah hujan yang turun kemudian melindi ke bawah. Proses salinisasi

hanya terjadi pada tanah yang mempunyai tekstur halus sampai sangat halus

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Tanah-tanah dipengaruhi oleh konsentrasi garam natrium yang tinggi

terjadi melalui 2 cara utama. Yang paling sederhana tanah-tanah pantai yang

digenangi oleh air laut paling tidak sekali dalam setahun, didominasi oleh ion Na+

dan Cl- dan berciri basah (rawa bergaram) atau dalam daerah pedalaman yang

sangat kering dimana evaporasi yang terjadi melebihi presipitasi,influksi air yang

mengandung garam terlarut pada konsentrasi yang sangat rendah pada jangka

waktu yang lama, bisa menyebabkan akumulasi secara besar-besaran garam di

lapisan tanah sebelah atas karena air tanah bergerak lebih banyak ke atas kareana

pencucian yang minimal (Fitter dan Hay, 1991).

Pemanfaatan tanah salin menjadi areal pertanian banyak mengalami

hambatan.. Tanah salin adalah tanah yang mengandung garam mudah larut yang

jumlahnya cukup besar bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman seperti klorida

atau sulfat. Kemasaman (pH) tanah salin sekitar 8,5 dan pertukaran kation kurang

dari 15%. Masalah salinitas timbul apabila konsentrasi garam NaCl, Na2CO3,

Na2SO4 terdapat dalam tanah dalam jumlah yang berlebih (Chapman, 1975).

Salinitas adalah konsentrasi garam-garam terlarut dalam jumlah besar yang dapat

(21)

Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman

Salinitas adalah salah satu faktor abiotik penting yang membatasi produksi

kedelai di seluruh dunia. Reklamasi tanah bukanlah pilihan ekonomis untuk

meningkatkan produksi kedelai yang mengalami cekaman salinitas. Oleh karena

itu, perbaikan genetik untuk toleransi garam merupakan pilihan yang lebih hemat

biaya. Pemuliaan konvensional telah memberikan kontribusi signifikan terhadap

peningkatan kedelai dalam 50 tahun terakhir. Melalui pemuliaan konvensional,

mudah untuk memanipulasi pewarisan sifat-sifat kualitatif yang kurang peka

terhadap perubahan lingkungan, tetapi sifat kuantitatif seperti hasil atau toleransi

terhadap stres abiotik secara signifikan dipengaruhi oleh lingkungan

(Pathan, et.al, 2007).

Pengaruh salinitas pada tanaman sangat kompleks. Salinitas akan

menyebabkan stres ion, stres osmotik dan stres sekunder. Stres ion yang paling

penting adalah keracunan Na+. Ion Na yang berlebihan pada permukaan akar akan

menghambat serapan K+ oleh akar. Ion K sangat berperan untuk mempertahankan

turgor sel dan aktivitas enzim (Xiong dan Zhu, 2002). Na pada partikel tanah akan

mengakibatkan pembesaran dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk

pertukaran gas serta dispersi material koloid tanah (Sipayung, 2003).

Stres osmotik terjadi karena peningkatan konsentrasi garam terlarut dalam

tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehinggga menghambat penyerapan air

dan unsur-unsur yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang

masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah

persediaan air dalam tanaman. Stres osmotik pada tanaman ini mengakibatkan

(22)

tinggi pada tanaman akan menyebabkan stres sekunder yaitu kerusakan pada

struktur sel dan makromolekul seperti lipid, enzim dan DNA (Xiong dan Zhu,

2002). Gejala kekurangan hara dan keracunan pada tanaman dicirikan dengan

nekrosis, klorosis dan daun gugur (Majerus, 1996).

Dalam penelitian Manurung (2001) mengenai pengaruh NaCl dan KCl

terhadap pertumbuhan dan pruduksi serta serapan hara pada tanaman kedelai

menyatakan bahwa pengaruh NaCl terhadap berat 100 biji mempunyai hubungan

linier yang negatif dimana penambahan NaCl menurunkan berat rata-rata 100 biji,

lebih dipengaruhi faktor genetis bahwa suatu biji tidak terpengaruh oleh

meningkatnya dosis NaCl, tetapi antar varietas menunjukkan perbedaan

signifikan. Karakter biji lebih ditentukan oleh genetic tanaman itu, kecuali dalam

dosis letal. Rendahnya jumlah polong akibat pemberian 313,92 mg/pot NaCl

menunjukan bahwa dosis 100% NaCl telah menghambat proses fotosintesis dan

translokasi sehingga hasil asimilasi akan semangkin berkurang, akibat lain adalah

terganggunya translokasi dari tempat pembuatan (source) ke tempat pemanfaatan

atau sink, penghambatan ini respon tanaman dengan menurunkan laju fotosintesis

sehingga mengganggu transport asimilat dalam floem. Berat kering akar pada

pemberian NaCl di atas 78,48 mg/pot menurun dikarenakan semakin

meningkatnya ion Na di dalam tanah sehingga perkembangan akar akan menjadi

tertekan akibat akumulasi ion Na di sekitar komplek jerapan.

Tingginya konsentrasi garam menyebabkan gangguan pada seluruh siklus

hidup kedelai. Tingkat toleransi kedelai pada berbagai varietas kedelai bervariasi

menurut tingkat pertumbuhan. Perkecambahan biji kedelai akan terhambat pada

(23)

menurunkan persentase perkecambahan. Pengaruh garam pada tahap awal dan

penurunan persentase perkecambahan lebih menonjol pada varietas yang sensitif

dibandingkan varietas toleran. Sifat-sifat agronomi kedelai sangat dipengaruhi

oleh salinitas yang tinggi, diantaranya :

1. Pengurangan tinggi tanaman, ukuran daun, biomassa, jumlah ruas, jumlah

cabang, jumlah polong, bobot tanaman dan bobot 100 biji

2. Penurunan kualitas biji

3. Penurunan kandungan protein biji

4. Menurunkan kandungan minyak pada biji kedelai

5. Nodulasi kedelai

6. Mengurangi efisiensi fiksasi nitrogen

7. Menurunkan jumlah dan bobot bintil akar (Phang, et al, 2008) .

Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA)

Fungi mikoriza arbuskular adalah salah satu tipe fungi mikoriza dan

termasuk ke dalam golongan endomikoriza. Fungi mikoriza arbuskula termasuk

ke dalam kelas Zygomycetes, dengan ordo Glomales yang mempunyai 2

sub-ordo, yaitu Gigasporineae dan Glomineae. Gigasporineae dengan famili

Gigasporaceae mempunyai 2 genus, yaitu Gigaspora dan

Scutellospora. Glomaceae mempunyai 4 famili, yaitu famili Glomaceae dengan

genus Glomus dan Sclerocystis, famili Acaulosporaceae dengan genus

Acaulospora dan Entrophospora, Paraglomaceae dengan genus Paraglomus, dan

Archaeosporaceae dengan genus Archaeospora (

Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) merupakan asosiasi antara cendawan

(24)

Mikoriza berasal dari karta miko (mykes= cendawan) dan rhiza yang berarti akar.

Mikoriza dikenal dengan jamur tanah karena habitatnya berada di dalam tanah dan

berada di area perakaran tanaman (rizosfer). Selain disebut sebagai jamur tanah

juga biasa dikatakan sebagai jamur akar. Keistimewaan dari jamur ini adalah

kemampuannya dalam membantu tanaman untuk menyerap unsur hara terutama

unsur hara Phosphates (P) (Syib’li, 2008). Mikoriza merupakan suatu bentuk

hubungan simbiosis mutualistik antar cendawan dengan akar tanaman. Baik

cendawan maupun tanaman sama-sama memperoleh keuntungan dari asosiasi ini.

infeksi ini antara lain berupa pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman yang

lebih baik. Dilain pihak, cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya

(karbohidrat dan keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman inang

(Anas, 1997).

Hampir semua tanaman pertanian akarnya terinfeksi cendawan mikoriza.

Gramineae dan Leguminosa umumnya bermikoriza. Jagung merupakan contoh

tanaman yang terinfeksi hebat oleh mikoriza. Tanaman pertanian yang telah

dilaporkan terinfeksi mikoriza vesikular-arbuskular adalah kedelai, barley,

bawang, kacang tunggak, nenas, padi gogo, pepaya, selada, singkong dan sorgum.

Tanaman perkebunan yang telah dilaporkan akarnya terinfeksi mikoriza adalah

tebu, teh, tembakau, palem, kopi, karet, kapas, jeruk, kakao, apel dan anggur

(Rahmawati, 2003).

Fungi ini membentuk spora di dalam tanah dan dapat berkembang biak

jika berassosiasi dengan tanaman inang. Sampai saat ini berbagai usaha telah

dilakukan untuk menumbuhkan cendawaan ini dalam media buatan, akan tetapi

(25)

yang menyebabkan FMA belum dapat dipoduksi secara komersil dengan

menggunakan media buatan, walaupun pengaruhnya terhadp pertumbuhan

tanaman sangat mengembirakan. Spora cendawan ini sangat bervariasi dari sekitar

100 µm sampai 600 µm. oleh karena ukuranya yang cukup besar inilah maka

spora ini dapat dengan mudah diisolasi dari dalam tanah dengan menyaringnya

(Pattimahu, 2004).

Peranan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) dalam Pertumbuhan tanaman Tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa

bermikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan

penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro. Selain daripada itu

akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang

tidak tersedia bagi tanaman (Anas, 1997).

Selain dari pada membentuk hifa internal, mikoriza juga membentuk hifa

ekternal. Pada hifa ekternal akan terbentuk spora, yang merupakan bagian penting

bagi mikoriza yang berada diluar akar. Fungsi utama dari hifa ini adalah untuk

menyerap fospor dalam tanah. Fospor yang telah diserap oleh hifa ekternal, akan

segera dirubah manjadi senyawa polifosfat. Senyawa polifosfat ini kemudian

dipindahkan ke dalam hifa internal dan arbuskul. Di dalam arbuskul senyawa

polifosfat ini kemudian dipindahkan ke dalam hifa internal dan arbuskul. Di

dalam arbuskul senyawa polifosfat dipecah menjadi posfat organik yang

kemudian dilepaskan ke sel tanaman inang. Dengan adanya hifa ekternal ini

penyerapan hara terutama posfor menjadi besar dibanding dengan tanaman yang

tidak terinfeksi dengan mikoriza. Peningkatan serapan posfor juga disebabkan

(26)

suatu enzim yang diserap oleh tanaman. Sebagai contoh dapat dilihat pengaruh

mikoriza terhadap pertumbuhan berbagai jenis tanaman dan juga kandungan

posfor tanaman (Anas, 1997).

Tanaman yang bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan dari pada

yang tidak bermikoriza. Rusaknya jaringan korteks akibat kekeringan dan matinya

akar tidak akan permanen pengaruhnya pada akar yang bermikoriza. Setelah

periode kekurangan air (water stress), akar yang bermikoriza akan cepat kembali

normal. Hal ini disebabkan karena hifa cendawan mampu menyerap air yang ada

pada pori-pori tanah saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air.

Penyebaran hifa yang sangat luas di dalam tanah menyebabkan jumlah air yang

diambil meningkat (Anas, 1997).

Terbungkusnya permukaan akar oleh mikoriza menyebabkan akar

terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi patogen akar terhambat.

Tambahan lagi mikoriza menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eksudat

akar lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi patogen. Dilain

pihak, cendawan mikoriza ada yang dapat melepaskan antibiotik yang dapat

mematikan patogen (Anas,1997).

Mikoriza sangat mengurangi perkembangan penyakit busuk akar yang

disebabkan oleh Phytopthora cenamoni. Demikian pula mikoriza telah dilaporkan

dapat mengurangi serangan nematode. Jika terhadap jasad renik berguna, FMA

memberikan sumbangan yang menguntungkan, sebaliknya terhadap jasad renik

penyebab penyakit FMA justru berperan sebagai pengendali hayati yang aktif

terutama terhadap serangan patogen akar (Huang et al., 1993). Interaksi

(27)

kemampuan FMA dalam melindungi tanaman terhadap serangan patogen

tergantung spesies, atau strain fungi FMA dan tanaman yang terserang

(Mosse, 1981). Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa cendawan

mikoriza dapat menghasilkan hormon seperti, sitokinin dan giberalin. Zat

pengatur tumbuh seperti vitamin juga pernah dilaporkan sebagai hasil

metabolisme cendawan mikoriza (Anas, 1997)

Selain itu fungi mikoriza dapat meningkatkan produksi hormon seperti

auksin, sitokinin (Subashini & Natarajan 1997; Hapsoh 2003). Auksin dapat

berfungsi meningkatkan elastisitas dinding sel dan mencegah atau memperlambat

proses penuaan akar, dengan demikian fungsi akar sebagai penyerap unsur hara

dan air diperpanjang (Hapsoh, 2008).

Berbagai mekanisme dapat membantu memperbaiki cekaman kekeringan

pada tanaman bermikoriza, sehingga memperlancar pemulihan tanaman setelah

kekeringan. Sebagai contoh fungi mikoriza kadang-kadang meningkatkan panjang

akar atau meningkatkan sistem perakaran, memungkinkan tanaman terinfeksi

untuk mengeksplorasi lebih banyak volume tanah dan mengekstrasi lebih banyak

air dibandingkan dengan tanaman tidak terinfeksi selama kekeringan. Hifa

mikoriza dapat mempertahankan kontak tanah-akar yang lebih baik selama

kekeringan dan memudahkan pengambilan air. Dengan demikian tanaman

bermikoriza lebih tahan cekaman kekeringan, kemasaman, salinitas, keracunan

(28)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Areal penelitian dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya. Lahan diukur

dan dilakukan pembuatan blok dengan ukuran 6.9 m x 3.8 m dengan jarak tanam

20 cm x 30 cm dan antar blok 50 cm. Dilakukan pada 2 minggu sebelum

melakukan penanaman.

Aplikasi FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) dan Penanaman

Aplikasi FMA dalam bentuk inokulan diberikan bersamaan dengan

penananaman sebanyak 10 g/lubang tanam sesuai dengan perlakuan. Setelah itu

inokulan ditutup dengan kompos dan benih kedelai ditanam 2 benih/lubang

tanam, kemudian ditutup kembali dengan komposdan diberi jarak antara tanaman

20 x 30 cm.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan sesuai dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai yaitu

100 kg Urea/ha (0.2 g/lubang tanam), 200 kg TSP/ha (0.4 g/lubang tanam), dan

100 kg KCl/ha (0.2 g/lubang tanam). Pemupukan urea dilakukan dalam 2 tahap

yakni pada saat penanaman sebanyak setengah dosis anjuran setengah dosis lagi

diberikan pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam (HST), sedangkan

pupuk TSP dan KCL diberikan pada saat pengolahan tanah.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan dengan meninggalkan 1 tanaman saja yang

(29)

PemeliharaanTanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari atau

disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan

tanaman cadangan yang masih hidup pada umur yang sama yang telah disediakan

sesuai varietas dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah

tanam (MST).

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang

ada disekitar tanaman, hal ini dilakukan untuk menghindari persaingan dalam

mendapatkan unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan dilakukan pada 4 MST,

7 MST, dan 10 MST

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida

Decis 2,5 EC (mengandung Deltamethrin 25 g/l) 2 cc/l, sedangkan pengendalian

penyakit dilakukan dengan menyemprot Dithane M-45 (mengandung Mankozeb

80%) 2cc/l. Masing – masing disemprot ketika tanaman berumur 8 MST.

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang sampai titik

tumbuh dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan

(30)

Jumlah Cabang (cabang)

Penghitungan jumlah cabang dilakukan dengan menghitung jumlah

cabang yang muncul di sekitar batang utama. Penghitungan jumlah cabang

dilakukan sejak tanaman berumur 3 MST hingga 5 MST.

Umur Berbunga (hari)

Pengamatan umur berbunga dilakukan dengan pada saat bunga sudah

mulai muncul pada setiap tanaman yang masih hidup. Dilakukan sejak tanaman

berumur 5 MST pada tanaman yang masih hidup.

Jumlah Polong Per Tanaman (polong)

Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah polong setiap tanaman

dengan menghitung jumlah polong berisi dan jumlah polong hampa. Pengamatan

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa mikoriza berpengaruh nyata

pada parameter tinggi tanaman 3 MST sampai 5 MST, jumlah cabang, jumlah

polong per tanaman, dan umur berbunga pada kedelai.

Tinggi tanaman (MST)

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 4 – 11) dapat diketahui bahwa

mikoriza berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada 3 MST

sampai 5 MST. Perkembangan tinggi tanaman pengaruh mikoriza dari 3 MST

sampai 5 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan perkembangan tinggi tanaman (cm ) dari mikoriza

Perlakuan Umur Tanaman (MST)

2 3 4 5

M0= Tanpa FMA 11,28 16,53 a 21,91 a 26,70 b

M1= FMA 10 g/Tanaman 12,18 13,98 b 19,81 b 27,97 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5%.

Dari Tabel 1 dapat dilihat rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada

perlakuan M1 (27,97 cm) dan terendah pada M0 (26,70 cm)

Jumlah cabang (buah)

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 12 - 17) dapat dilihat bahwa mikoriza

nyata terhadap parameter jumlah cabang. Perbedaan jumlah cabang dengan

pemberian mikoriza dari 2 MST sampai 5 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan perkembangan jumlah cabang (buah) dari mikoriza

Perlakuan Umur Tanaman (MST)

3 4 5

M0= Tanpa FMA 0,75 b 2,00 b 2,17 a

M1= FMA 10 g/Tanaman 1,25 a 2,42 a 2,58 b

(32)

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa mikoriza berpengaruh nyata terhadap

jumlah cabang pada 3 MST sampai 5 MST dengan rataan jumlah cabang

terbanyak pada M1 ( 2,58 buah) dan terendah pada M0 (2,17 buah ).

Umur Berbunga (HST)

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 18 dan 19) dapat dilihat bahwa

mikoriza berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga. Rataan umur

berbunga dari varietas dan pupuk dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan umur berbunga (HST) dari mikoriza

Perlakuan Umur Tanaman (HST)

M0= Tanpa FMA 28,83 b

M1= FMA 10 g/Tanaman 27,67 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5%. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa umur berbunga tercepat terdapat pada

perlakuan M1 (27,67 hari) dan yang terlama terdapat pada perlakuan M0 yaitu

(28,83 hari).

Jumlah Polong Per Tanaman (polong)

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 20 dan 21) dapat dilihat bahwa

mikoriza berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong pertanaman.

Rataan jumlah polong per tanaman dapat dilihat pada Tabel 5.

Perlakuan Jumlah Polong Per Tanaman (buah)

M0= Tanpa FMA 7,92 b

M1= FMA 10 g/Tanaman 10,00 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5%. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan jumlah polong per tanaman

terdapat pada perlakuan M1 (10,00 buah) dan yang terendah terdapat pada

(33)

Pembahasan

Pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai pada tanah salin

Pemberian mikoriza meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman pada

umur 5 MST, jumlah cabang dan jumlah polong serta mempercepat umur

berbunga. Diduga mikoriza membantu tanaman untuk menyerap unsur hara

terutama unsur hara Phosphates (P). Mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan

simbiosis mutualisme antar cendawan dengan akar tanaman. Baik cendawan

maupun tanaman sama-sama memperoleh keuntungan dari asosiasi ini, antara lain

berupa pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik. Tanaman

yang bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan dan salinitas dari pada yang

tidak bermikoriza. Hifa cendawan mampu menyerap air serta Phospates yang ada

pada pori-pori tanah saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air.

Penyebaran hifa yang sangat luas di dalam tanah menyebabkan jumlah air yang

diambil meningkat. Fungsi utama dari hifa ini adalah untuk menyerap fospor

dalam tanah. Fospor yang telah diserap oleh hifa ekternal, akan segera dirubah

manjadi senyawa polifosfat. Senyawa polifosfat ini kemudian dipindahkan ke

dalam hifa internal dan arbuskul. Di dalam arbuskul senyawa polifosfat ini

kemudian dipindahkan ke dalam hifa internal dan arbuskul. Di dalam arbuskula

senyawa polifosfat dipecah menjadi posfat organik yang kemudian dilepaskan ke

sel tanaman inang. Dengan adanya hifa ekternal ini penyerapan hara terutama

posfor menjadi besar dibanding dengan tanaman yang tidak terinfeksi dengan

mikoriza. Peningkatan serapan posfor juga disebabkan oleh makin meluasnya

daerah penyerapan, dan kemampuan untuk mengeluarkan suatu enzim yang

(34)

pertumbuhan berbagai jenis tanaman dan juga kandungan posfor tanaman

(Anas, 1997). Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa cendawan

mikoriza dapat menghasilkan hormon seperti, sitokinin dan giberalin. Zat

pengatur tumbuh seperti vitamin juga pernah dilaporkan sebagai hasil

metabolisme cendawan mikoriza (Anas, 1997). Selain itu fungi mikoriza dapat

meningkatkan produksi hormon seperti auksin, sitokinin. Auksin dapat berfungsi

meningkatkan elastisitas dinding sel dan mencegah atau memperlambat proses

penuaan akar, dengan demikian fungsi akar sebagai penyerap unsur hara dan air

diperpanjang (Hapsoh, 2008).

Perlakuan pemberian mikoriza menunjukkan perbedaan yang nyata

terhadap umur berbunga kedelai pada tanah salin yaitu diperoleh umur berbunga

tanaman tercepat pada pemberian mikoriza (37,92 hari) dan yang terendah yaitu

tanpa pemberian mikoriza (39,92 hari). Penyebab utama adalah mikoriza secara

efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun

mikro. Selain dari pada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara

dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman (Anas, 1997). Tanaman

bermikoriza lebih tahan cekaman kekeringan, kemasaman, salinitas, keracunan

logam berat dalam tanah (Hapsoh, 2008). Dengan demikian mikoriza dapat

(35)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pertumbuhan dan produksi kedelai dengan pemberian mikoriza pada tanah

salin meningkatkan tinggi tanaman, jumlah cabang tanaman, jumlah polong per

tanaman, serta mempercepat umur berbunga tanaman.

2. Pemberian mikoriza memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan

komponen produksi tanaman dibandingkan tanpa pemberian mikoriza.

Saran

Untuk lahan penelitian di tanah salin selanjutnya sebaiknya plot dibuat

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Anas, I. 1997.Bioteknologi Tanah. Laboratorium Biologi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB

Andrianto, T. T., dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta. hlm: 15-17

Atman, 2009. Strategi Peningkatan Produksi Kedelai Di Indonesia. Jurnal BPTP, Sumatera Barat.

Chapman, U. J. 1975. The Salinity Problem in General, Its Importance and Distribution with Special Reference to Natural Halophytes. Chapman and Hall Ltd, London.

Departemen Pertanian, 1996. Budidaya Tanaman palawija Pendukung Program Makan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Sorgum, Ubi Kayu, Sagu, Talas. Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura. Hal: 11.

Fitter, A. H dan R. K. M Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Penerjemah: Sri Ardani dan Purbayanti. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hapsoh,.2008. Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Budidaya Kedelai di Lahan Kering. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Bidang Ilmu Budidaya Pertanian pada Fakultas Pertanian, Medan

Hadijah, 2012. Peranan Mikoriza Pada Acacia Auriculiformis yang ditumbuhkan pada Tanah Salin. UGM, Yogyakarta.

Kartasapoetra, A.G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Aksara, Jakarta.

Kisman, 2007. Analisis Genetik dan Molekuler Adaptasi Kedelai Terhadap Intensitas Cahaya Rendah Berdasarkan Karakter Morfo-Fisiologi Daun. Disertasi IPB, Bogor.

Kusmiyati, dkk. 2009. Karakter Fisiologis, Pertumbuhan dan Produksi Legum Pakan Pada Kondisi Salin.Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan – Semarang, 20 Mei 2009

(37)

Majerus, M. 1996. Plant Materials for Saline- Alkaline Soils. USDA Natural Resources Conservation Services, Montana State University, USA.

Manurung, R.H. 1999. Program pencapaian swasembada kedelai 2001 (Gema Palagung 2001). hlm. 37-47. Dalam N. Sunarlin, D. Pasaribu, dan Sunihardi. Strategi Pengembangan Produksi Kedelai. Prosiding Lokakarya Pengembangan Produksi Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Nurbaity, E.,D, Herdiyanto dan O, Mulyani, 2009. Pemanfaatan Bahan Organik Sebagai Bahan Pembawa Inokulan Fungi Mikoriza. Jurnal Biologi, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung.

Pathan, M.S., J.D. Lee. J.G. Shannon and H.T. Nguyen. 2007. Recent Advances in Breeding For Drought and Salt Stress Tolerance in Soybean.

Pattimahu, D.V. 2004. Restorasi lahan kritis pasca tambang sesuai kaidah ekologi. Makalah Mata Kuliah Falsafah Sains, Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Bogor.

Phang, T.H., G. Shao and H.M. Lam. 2008. Salt tolerance in Soybean. Journal of Integrative Plant Biology 50 (10) : 1196-1212.

Poehlman, J.M and D.A Sleper. 1995. Beerding Field Crops. Pamina Publishing Corporation, New Delhi. pp. 301 and 305.

Rosmarkam, A dan N.W Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.hlm: 198-202.

Rubatzky, V.E., dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi, dan Gizi. Jilid 2. Penerjemah C. Herison. ITB Press, Bandung

Sharma, O.P. 1993. Plant Taxonomy. Tata Mc Graw Hill publishing Company Limited, New Delhi.

Simatupang, P., Marwoto, dan D.K.S. Swastika. 2005. Pengembangan Kedelai dan Kebijakan Penelitian di Indonesia. Lokakarya Pengembangan Kedelai di Lahan Suboptimal. BALITKABI Malang.

Sipayung, R. 2003. Stres Garam dan Mekanisme Toleransi Tanaman. USU, Medan.

Soemaatmadja, S., M. I. Sumarno, M. Syam, S.O Manurung, Yuswadi, 1985. Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Hal: 87.

(38)

Xiong, I dan J.K. Zhu. 2002. Salt Tolerance in The Arabidopsis. American Society of Plant Biologists.

(39)

Lampiran 1: Bagan Penelitian

BLOK

I II III IV V VI 6.9 m

b a

Keterangan

a : Jarak antar plot 30 cm U

b : Jarak antar blok 50 cm

Luas Lahan 6.9 m x 3.8 m

M1 M0 M0 M1 M0 M1

(40)

Lampiran 2: Bagan tanaman per plot

1.1 m

a

b

c c

Keterangan :

a : Jarak tanam 30 cm b : Jarak tanam 20 cm

Gambar

Tabel 2. Rataan perkembangan jumlah cabang  (buah) dari mikoriza

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Keberadaan Mikoriza dari Residu Aplikasi Mikoriza dan Kompos Jerami dan Efektivitasnya pada Tanaman Kedelai ( Glycine max ) pada

Penelitian ini bertujuan untuk megetahui pengaruh aplikasi fungi mikoriza arbuskula (FMA) dan asam humik terhadap pertumbuhan semai Suren pada media tanah bekas tambang..

inokulasi fungi mikoriza arbuskular pada tanah salin dengan tingkat salinitas

sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Respon Pertumbuhan Awal dan Kadar Pb Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Dosis Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) yang

YUDHA PRANATA: Status dan Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada Tanah Bekas Letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, dibimbing oleh DENI ELFIATI dan DELVIAN..

RADA KURNIATI HARAHAP : Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai ( Glycine max (L.) Merril ) F4 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan.. Dibimbing oleh NINI RAHMAWATI dan

TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DI TANAH ULTISOL

Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) dengan dosis 20 g/tanaman meningkatkan tinggi tanaman 6 MST, diameter batang, derajat infeksi FMA Pemberian konsorsium