• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular di Kawasan Sumber Rejo Kabupaten Deli Serdang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular di Kawasan Sumber Rejo Kabupaten Deli Serdang."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI SISTEM DRAINASE PADA DAERAH

IRIGASI ULAR DI KAWASAN SUMBER REJO KABUPATEN

DELI SERDANG

PUTRI SYAFRIDA YANTI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

EVALUASI SISTEM DRAINASE PADA DAERAH

IRIGASI ULAR DI KAWASAN SUMBER REJO KABUPATEN

DELI SERDANG

SKRIPSI Oleh :

PUTRI SYAFRIDA YANTI 040308029 / TEKNIK PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

EVALUASI SISTEM DRAINASE PADA DAERAH

IRIGASI ULAR DI KAWASAN SUMBER REJO KABUPATEN

DELI SERDANG

SKRIPSI Oleh :

PUTRI SYAFRIDA YANTI 040308029 / TEKNIK PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr.Ir.Sumono, M.S.)

Ketua Anggota

(Ir.Edi Susanto, M.Si.)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

ABSTRACT

Drainage canal in irrigation system must be able to hold excess of water and run off from irrigation system. If the dranage canal could not hold the excess of water and the run off flood would be happened. To plant the flood discharge the Rational Method can be used. In this research the data comprised of rainfall and land use data. Rainfall data were transformed into hours intensity rainfall trough Mononobe Method. The changes of land use at Sei Ular Irrigation area in Sumber Rejo gave significant impact on flood discharge. Evaluation of drainage system in Sumber Rejo must be done to get the capacity of drainage canal abd to predict flood. It could be concluded from te evaluation result that drainage canal in Sumber Rejo could not hold the flood discharge.

Keyword : Drainage canal, flood discharge, Rational method, capacity of drainage canal, Rainfall.

ABSTRAK

Pada sistem irigasi saluran drainase harus mampu menampung kelebihan air dari system irigasi dan limpasan air hujan. Apabila saluran drainase tidak dapat menampung kelebihan air dan limpasan air hujan makaakan terjadi banjir. Untuk mendapatkan rancangan debit banjir dapat dihitung dengan menggunakan metode Rasional. Data yang digunakan adalah data curah hujan harian dan data tata guna lahan. Data ini kemudian ditransformasikan menjadi intensitas hujan jam-jaman menggunakan metode Mononobe. Perubahan tata guna lahan pada daerah irigasi Sei Ular Kawasan Sumber Rejo memberikan pengaruh besar pada debit banjir. Evaluasi sistem drainase pada kawasan sumber rejo dilakukan untuk mengetahui kapasitas saluran dan debit puncak (banjir) yang mungkin terjadi. Dari hasil evaluasi disimpulkan bahwa saluran draianse dikawasan Smber Rejo tidak mampu menampung debit puncak.

(5)

RINGKASAN PENELITIAN

PUTRI SYAFRIDA YANTI, “Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular di Kawasan Sumber Rejo Kabupaten Deli Serdang“ di bawah bimbingan Sumono, selaku ketua komisi pembimbing dan Edi Susanto selaku anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem drainase pada Daerah

Irigasi Ular di Kawasan Sumber Rejo Kabupaten Deli Serdang. Dari hasil penelitian

yang dilakukan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

Kondisi Kawasan Sumber Rejo

Kawasan Sumber Rejo terletak di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli

Serdang. Sumber Rejo adalah salah satu Intake yang berada di Daerah Irigasi Ular

dan terletak di Blok I yang mengairi enam buah desa yaitu : Sumber Rejo, Suka

Mandi Hulu, Suka Mandi Hilir, Sidodadi, Pagar Merbau dan sekip. Saluran drainase

sumber rejo terdiri dari saluran primer (2 saluran) yang dinamai DIMCI dan DIMCII,

saluran sekunder (3 saluran) yang dinamai DISCI, DISCII , DISCIII, DISCV. Pada

DIMCI terdiri dari empat type yaitu D-5 unit no 18, D-5 unit no 17, D-4 unit no 15

dan D-3 unit no 13. Pada DIMSCII terdiri dari tujuh tipe yaitu D-8 unit no 48, D-3

unit no32, D-3 unit no35, D-1 unit no32,C-6 unit no29, C-6 unit no28 dan C-1 unit no

27. Pada DISCI terdiri dari dua tipe yaitu B-1 unit no 9A dan B-1 unit no9B. Pada

DIISCII terdiri dari dua tipe yaitu B-3 unit no 24 dan B-2 unit no23. Pada DIISCIII

terdiri dari satu tipe yaitu A-3 unit no 26. Pada DIISCV terdiri dari dua tipe yaitu B-1

(6)

Debit Harian Saluran

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan kontinuitas Q=V.A

pada tiap type saluran dimana kecepatan aliran air di ukur langsung di lapangan

dengan metode pelampung dan luas saluran diukur dengan menggunakan rumus 1/3

Simpson, maka diperoleh debit tiap type saluran adalah sebagai berikut : pada MC-I

besarnya 7,615 m3/det, 7,882 m3/det, 7,760 m3/det dan 8,169 m3/det, pada MC-II

besarnya 8,348 m3/det, 9,284 m3/det, 9,437 m3/det, 9,706 m3/det,9,725 m3/det,

8,999 m3/det dan 29,318 m3/det pada SC-I besarnya 2,712 dan 2,179 m3/det pada

SC-II besarnya 2,698 dan 2,179 m3/det, pada SC-III besarnya 3,646 m3/det, pada

SC-V besarnya 1,328 dan 1,426 m3/det.

Analisa Curah Hujan

Setelah dilakukan pengolahan data curah hujan dengan distribusi Log Person

Type III, maka diperoleh besarnya curah hujan rancangan berbagai periode ulang

1,2,5,10,15,20,dan 25 (tahun) pada DAS Ular sebesar 28,054mm; 59,841mm;

81,096mm; 96,161mm; 102,094mm; 108,643mm; dan 115,345 mm.

Waktu konsentrasi

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus Flow Through

Time dan Dermot pada tiap-tiap type saluran maka diperoleh besarnya waktu

(7)

Intensitas Hujan

Untuk menghitung debit puncak salah satu faktor yang mempengaruhi adalah

intensitas hujan. Adapun besarnya intensitas hujan untuk tiap-tiap saluran untuk

berbagai kala ulang adalah 1,653 mm/jam; 3,526 mm/jam; 4,779 mm/jam; 5,666

mm/jam; 6,016 mm/jam; 6,402 mm/jam; dan 6,797mm/jam.

Debit Maksimum Saluran

Setela dihitung dengan persamaan Q=AxV maka diperoleh debit maksimum

saluran adalah 11,057 m3/det. Dimana nilai A dihitung dengan menggunakan 1/3

simpsom dan merupakan luas seluruh saluran drainase yang ada, dan V diasumsikan

sama denga kecepatan aliran saluran pada saat penelitian.

Debit Puncak

Perubahan tata guna lahan dalam suatu daerah irigasi sangat mempengaruhi

besarnya debit puncak yang terjadi pada waktu datangnya hujan dimana hujan tidak

lagi mengalami infiltrasi melainkan melimpah sebagai aliran permukaan, untuk

kawasan Sumber Rejo koefisien limpasan 0,220 sehingga debit puncak untik erbagai

kala ulang 1, 2, 5, 10, 15, 20 dan 25 tahun adalah 1184,675 m3/det., 2526,894

m3/det., 3424,851 m3/det, 4060,516 m3/det, 4311,342 m3/det, 4587,968 m3/det dan

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 27 Maret 1986 dari Ayah M.Nurdin

dan Ibu Wan Asni Anwar. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Sinar Husni Medan dan pada tahun 2004

masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMB, pada Program Studi Teknik

Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama kuliah penulis mengikuti kegiatan organisasi IMATETA pada tahun

2004-2009. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di P.T. P.P. London

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini

berjudul “Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular di Kawasan

Sumber Rejo Kabupaten Deli Serdang”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.Ir.Sumono,M.S,

sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir.Edi Susanto,M.Si, sebagai anggota

komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingannya pada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terimakasih juga

penulis ucapkan kepada ayahanda, ibunda saya atas segala perhatian, doa dan

dukungan materil maupun moril. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh

teman-teman yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Mei 2009

(10)

ABSTRACT

Drainage canal in irrigation system must be able to hold excess of water and run off from irrigation system. If the dranage canal could not hold the excess of water and the run off flood would be happened. To plant the flood discharge the Rational Method can be used. In this research the data comprised of rainfall and land use data. Rainfall data were transformed into hours intensity rainfall trough Mononobe Method. The changes of land use at Sei Ular Irrigation area in Sumber Rejo gave significant impact on flood discharge. Evaluation of drainage system in Sumber Rejo must be done to get the capacity of drainage canal abd to predict flood. It could be concluded from te evaluation result that drainage canal in Sumber Rejo could not hold the flood discharge.

Keyword : Drainage canal, flood discharge, Rational method, capacity of drainage canal, Rainfall.

ABSTRAK

Pada sistem irigasi saluran drainase harus mampu menampung kelebihan air dari system irigasi dan limpasan air hujan. Apabila saluran drainase tidak dapat menampung kelebihan air dan limpasan air hujan makaakan terjadi banjir. Untuk mendapatkan rancangan debit banjir dapat dihitung dengan menggunakan metode Rasional. Data yang digunakan adalah data curah hujan harian dan data tata guna lahan. Data ini kemudian ditransformasikan menjadi intensitas hujan jam-jaman menggunakan metode Mononobe. Perubahan tata guna lahan pada daerah irigasi Sei Ular Kawasan Sumber Rejo memberikan pengaruh besar pada debit banjir. Evaluasi sistem drainase pada kawasan sumber rejo dilakukan untuk mengetahui kapasitas saluran dan debit puncak (banjir) yang mungkin terjadi. Dari hasil evaluasi disimpulkan bahwa saluran draianse dikawasan Smber Rejo tidak mampu menampung debit puncak.

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan sangat penting bagi kehidupan manusia, pertanian, perikanan,peternakan, transportasi,indusrtri dan berbagai kepentingan lainnya

(Kartasapoetra dan Sutedjo,1991)

Air sering menimbulkan bencana yang dahsyat jika datang berleihan,air sering

juga menghilang sehingga terjadi kekeringan. Akibat yang terjadikika air berlabihan

ialah trjadinya banjir yang terkadanf disebabkan oleh prilaku manuia sendiri.

Biasanya untuk mengontrol hujan dan banjir dilakukan pengelolaan air melalui

dam-dampengendali banjir, atau peningkatan sistem pembawa (sungai, draianse) dan

pencegah hal yang merusak dengan cara mangelola tata guna lahan (Sugiyanto, 2002)

Perubahan tata guna lahan yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk dan

pembangunan yang begitu cepat menyebabkan banyak lahan yang semula berupa

lahan terbuka atau hutan berubah menjadi areal perkebunan, pemukiman maupun

industri menjadi kepentingan manusia. Hal ini tidak hanya terjadi di kawasan

perkotaan, namun sudah merambah ke kawasan budidaya dan kawasan lindung yang

berfungsi sebagai daerah resapan air. Dampak dari perubahan tata guna lahan tersebut

adalah meningkatnya aliran permukaan langsung sekaligus menurunnya air yang

(12)

timpang antara musim penghujan dan musim kemarau, debit banjir meningkat dan

ancaman kekeringan.

Bukan hanya masalah kekeringan yang harus dihadapi manusia, kelebihan air

jug harus diperhatikan. Kelebihan air dipermukaan tanah dapat berupa

genangan-genangan air, daerah rawa dan lain-lain yang banyak berpengaruh, terutama pada

usaha pertanaman. Di daerah pertanaman yang jenuh air pada zona perakaran akan

menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tanaman-tanamannya, yang

kadang-kadang bahkan menyebabkan matinya tanaman karena kebusukan. Pada musim

penghujan kelebihan air semakin meningkat dan pengaruhnya tentu menjadi semakin

besar pula. Untuk itu dalam menciptakan sistem irigasi yang baik, maka perlu

dilengkapi dengan fasilitas pembuangan kelebihan air yang baik., yaitu dengan

melengkapi jaringan – jaringan pemberi air pengairan dengan saluran drainase

(Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994).

Pembuangan kelebihan air (air irigasi, air hujan, genangan-genangan) perlu

dilakukan, karena dengan tindakan atau perlakuan demikian banyak diharapkan

terjadinya perbaikan aerasi tanah, yang akan menjadikan lingkungan kehidupan

mikroorganisma tanah lebih baik. Lingkungan kehidupan mikroorganisma yang baik

dapat membantu kesuburan tanah, karena mikroba dalam kegiatan-kegiatannya akan

membentuk senyawa-senyawa yang diperlukan oleh tanaman. Sebaliknya tanaman

membantu menambah bahan-bahan organik yang diperlukan untuk kegiatan hidup

mikroorganisma tanah tadi. Dengan berlangsungnya proses kimia dan fisika, maka

(13)

irigasi untuk fase-fase tertentu sangat diperlukan, seperti pada saat akan melakukan

pemupukan pada padi sawah dan pengeringan sawah pada fase pemasakan bulir padi,

dan menyalurkan kelebihan air akibat curah hujan tinggi.

Sungai merupakan pendistribusian air yang memegang peranan penting dalam

terjadinya banjir maupun kekeringan pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS).

Sejumlah sungai di Sumatera Utara dewasa ini berada dalam kondisi kritis dan cukup

berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Kualitas maupun kuantitas yang menurun

menimbulkan kekurangan air pada musim kemarau dan menyebabkan banjir pada

musim penghujan. Salah satu DAS di Sumatera utara yang kondisinya kritis adalah

DAS Ular (Pemkab Serdang Bedagai, 2008).

DAS Ular meliputi berbagai kawasan kritis diantaranya adalah Bendang yang

telah memiliki sistem irigasi. Sistem irigasi dapat dipergunakan sesuai dengan umur

teknisnya apabila dikelola dengan dengan baik. Namun DAS Ular sudah mengalami

kondisi yang kritis yang dapat mempengaruhi kemampuan sistem irigai, baik dalam

menyalurkan air atau membuang kelebihan air (drainase). Akibat kondisi yang kritis

dapat mempengaruhi terjadinya erosi yang pada akibatnya dapat menyebabkan

terjadinya pendangkalan sistem irigasi, drainase dan banjir.

Saluran drainase yang dirancang secara teknis dalam sistem irigasi juga harus

mampu menampung limpasan air hujan. Besarnya limpasan air hujan yang masuk ke

saluran drainase akan tergantung kepada kondisi daerah irigasi. Sampai sejauh mana

(14)

Serdang saat ini dapat berfungsi dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi

terhadap sistem drainase yang ada.

Tujuan Penelitian

Untuk mengevaluasi sistem drainase di Daerah Irigasi Ular di Kawasan

Sumber Rejo Kabupaten Deli Serdang

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat

untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian

Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan, untuk pengelolaan

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular di Kawasan Sumber Rejo

Kawasan Sumber Rejo terletak kecamatan yakni Kecamatan Pagar Merbau,

Kabupaten. Deli Serdang Kabupaten Deli Serdang terletak pada posisi 2°57" Lintang

Utara, 3°16" Lintang Selatan, 98° 27" Bujur Barat dengan luas wilayah 2.497,72 km2

Secara geografis terletak pada wilayah pengembangan Pantai Timur Sumatera

Utara serta memiliki topografi, kountur dan iklim yang bervariasi. Kawasan hulu

yang kounturnya mulai bergelomang sampai terjal, berhawa tropis pegunungan,

kawasan dataran rendah yang landai sementara kawasan pantai berhawa tropis

pegunungan.

dengan batas wilayah sebagai berikut sebelah utara dengan Selat Sumatera, sebelah

selatan dengan Kabupaten Karo, sebelah timur dengan Kabupaten Serdang Bedagai,

serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat

(Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, 2008).

Kabupaten Deli Serdang terdapat lima Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS

Belawan, DAS Deli, DAS Percut dan DAS Ular dengan luas areal 378.841 Ha yang

kesemuanya bermuara ke Selat Malaka dengan hulunya berada di Kabupaten

Simalungun dan Karo. Pada umumnya sub DAS ini dimanfaatkan untuk mengairi

(16)

Tabel 1. Daerah Aliran Sungai Kabupaten Deli Serdang

Daerah Aliran DAS Sub DAS Luas Areal Keterangan

Belawan Belawan Hulu

Belawan Hilir

76.003 Sebagian melintasi Kota Medan dan Langkat

Percut Percut Hulu

Percut Hilir

51.40

Belumai Belumai 75.460

Ular Bah Karai

Buaya Ular Karang Perbaungan

127.796 Sebagian melintasi Wilayah kab. Serdang Bedagai

Sistem Drainase

Drainase secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu tindakan teknis

untukmengurangi kelebihan air yang berasal dari airhujan, rembesan, maupun

kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan sehingga fungsi kawasan tidak

(17)

Sumber utama dari kelebihan air yang membuat drainase diperlukan pada

bagian tanah irigasi adalah kehilangan akibat rembesan dari reservoar atau saluran

dan kehilangan akibat perkolasi yang dalam dari tanah irigasi. Pemakaian air yang

efisien pada daerah irigasi yang lebih tinggi mengurangi keperluan drainase dari

daerah yang lebih rendah. Penggenangan dari daerah yang lebih rendah sejalan

dengan limpahan sungai dan saluran-saluran drainase alamiah selama periode aliran

maksimum merupakan pembentuk sumber kelebihan air dalam daerah lembah

tertentu dalam daerah kering dari berbagai arah.

Dalam merancang suatu cara pengaliran air pengairan (drainase) agar tidak

terjadi kelebihan pada lahan pertanaman perlu diperhatikan faktor-faktor yang

berpengaruh sebagai berikut :

a. Jenis tanah dari lahan yang akan diberi saluran drainase

b. Kondisi iklim terutama curah hujan

c. Kedalaman permukaan air tanah yang sesuai untuk jenis tanaman yang

dibudidayakan (Israelsen and Hansen, 1962).

Ciri-ciri drainase yang baik yaitu : (1) memberikan kemudahan pembajakan

dan penanaman seawal mungkin, (2) memperpanjang musim tumbuh-tumbuhan, (3)

menyiapkan kelembaban tanah yang lebih berarti dan makanan untuk tanaman

dengan meningkatkan kedalaman tanah untuk daerah akar, (4) membantu ventilasi

(18)

Drainase juga memperbaiki saniter dan kesehatan lingkungan dan membuat daerah

pemukiman lebih menarik (Hansen, dkk, 1992).

Perhitungan Debit

Menurut Chow dan E.Nensi (1997), saluran terbuka adalah suatu saluran

dimana cairan mengalir dengan permukaan bebas yang terbuka terhadap tekanan

atmosfir. Berdasarkan asalnya, saluran terbuka dapat digolongkan menjadi saluran

alami dan saluran buatan. Saluran terbuka dapat berbentuk saluran, talang, terjunan,

dan sebagainya. Bentuk penampang saluran yang biasa dipakai untuk saluran tanah

yang tidak dilapis adalah bentuk trapesium. Hal ini disebabkan karena kemantapan

kemiringan dinding saluran dapat disesuaikan. Bentuk persegi panjang biasa dipakai

untuk saluran yang dibangun dengan bahan yang mantap seperti pasangan batu padas,

logam dan kayu. Penampang segitiga dipakai untuk saluran yang kecil, selokan, dan

penelitian di laboratorium. Sedangkan penampang lingkaran dipakai untuk saluran

pembuang air kotor dan gorong-gorong yang berukuran sedang maupun kecil.

Untuk menghitung debit pada aliran saluran terbuka dapat dihitung dengan

Persamaan Kontinuitas : Q = V x A …...……….(1)

Dimana :

Q = debit ( m3

V = kecepatan aliran (m/det) /det)

(19)

Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung dengan menggunakan sekat ukur, dan secara tidak langsung dapat

dilakukan dengan mengukur luas saluran dan mengatur aliran air. Kecepatan aliran

air (V) dapat diukur dengan berbagai cara seperti menggunakan metode pelampung,

current meter, atau dengan menggunakan persamaan. Pada penelitian ini kecepatan aliran air (V) diukur dengan metode pelampung.

Pelampung digunakan sebagai alat pengukur kecepatan aliran, apabila yang

diperlukan adalah besaran kecepatan aliran dengan tingkat ketelitian yang relatif

kecil. Walaupun demikian, cara ini masih dapat digunakan dalam prakteknya.

Metode ini dapat dengan mudah dilakukan walaupun keadaan permukaan air

tinggi, dan selain itu karena dalam pelaksanaannya tidak dipengaruhi oleh kotoran

atau kayu-kayu yang terhanyutkan, maka cara inilah yang sering digunakan. Tempat

yang sebaiknya dipilih untuk pengukuran kecepatan aliran yaitu bagian sungai atau

saluran yang lurus dengan dimensi seragam, sehingga lebar permukaan air dapat

dibagi dalam beberapa bagian dengan jarak lebar antara 0,25 m sampai 3 m atau lebih

tergantung dari lebar permukaan (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994).

Pada setiap bagian lebar tadi diapungkan suatu pelampung, waktu mengalirnya

pelampung sampai jarak tertentu dicatat/diukur dengan stopwatch, dengan cara

demikian dapat dihitung kecepatan aliran, dan selanjutnya dilakukan perhitungan

debit.

(20)

A =

(

ho

hgenap

hganjilhn

)

Curah Hujan Rancangan

Salah satu distribusi dari serangkaian distribusi yang dikembangkan Person

yang menjadi perhatian ahli sunber daya air adalah Log Person Type III, tiga

parameter penting dalam Log Person Type III yaitu: (i) harga rata-rata; (ii) simpangan

baku; dan (iii) koefisien kepencengan.

Berikut ini langkah-langkah penggunaan distribusi Log Person Type III

 Ubah kedalam bentuk logaritmis, X = logX

 Hitung harga rata-rata :

log

 Hitung harga simpangan baku :

(21)

 Hitung koefisien kepencengan :

Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :

Log XT = log X + K.s

Dimana K adalah variable standar (standardized variable) untuk X yang

besarnya tergantung koefisien kepencengan G (Suripin, 2004).

Waktu Konsentrasi

Waktu konsentrasi suatu daerah tangkapan air adalah waktu yang dibutuhkan

oleh air untuk mengalir dari titik terjauh di permukaan tanah dari daerah tersebut ke

titik pengeluaran, dimana saat itu tanah telah menjadi jenuh dan cekungan-cekungan

kecil sudah tergenang air ( Schwab dkk, 1997). Untuk menghitung waktu konsentrasi

dapat digunakan rumus Flow Through Time and Dermot sebagai berikut :

Tc = 1,67. 10

dimana : Tc = waktu konsentrasi (jam)

……….…………...……(3)

L = panjang saluran (m)

(22)

Intensitas Curah Hujan

Intensitas adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan tiap satuan

waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan

dan frekuensi kejadiannya. Untuk menghitung nilai I dari data hujan harian

digunakan persamaan Mononobe dengan nilai t sama dengan Tc. Persamaan

Mononobe dinyatakan sebagai berikut:

I =

dimana I adalah intensitas curah hujan selama waktu Tc (mm/jam), Tc adalah waktu

konsentrasi (jam), dan adalah curah hujan dalam 24 jam (mm).

Lama waktu hujan adalah lama waktu berlangsungnya hujan,dalam hal ini dapat

mewakili total curah hujan atau periode hujan yang singkat dari curah hujan yang

relative seragam. Untuk menentukan nilai intensitas hujan biasanya menggunakan

data curah hujan untuk daerah penelitian yang terdiri atas lama hujan dan interval

waktu hujan.

Intensitas hujan adalah jumlah hujan persatuan waktu. Untuk mendapatkan nilai

intensitas hujan di suatu tempat maka alat penakar hujan yang digunakan harus

mampu mencatat besarnya volume hujan dan waktu mulai berlangsungnya hujan

sampai hujan tersebut berhenti. Intensitas hujan atau ketebalan hujan per satuan

(23)

dimanfaatkan untuk perhitungan-perhitungan prakiraan besarnya erosi, debit puncak

(banjir), perencanaan drainase, dan bangunan air lainnya (Asdak, 1995).

Perhitungan debit banjir dengan metode rasional memerlukan data intensitas

curah hujan. Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada

kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi. Intensitas curah hujan dinotasikan

dengan huruf I dengan satuan mm/jam (Loebis, dkk, 1993).

Pendugaan Debit Puncak Limpasan Permukaan

Limpasan didefenisikan sebagai bagian curah hujan yang membuat aliran

kearah saluran, sungai-sungai, danau, atau laut sebagai aliran permukaan atau aliran

bawah tanah. Istilah limpasan sering diartikan sebagai aliran permukaan (run off)

(Schwab, et. all, 1966).

Sosrodarsono dkk, (2003) menyatakan limpasan adalah air yang mencapai

sungai tanpa mencapai permukaan air tanah, yakni curah hujan yang dikurangi

dengan besarnya infiltrasi, air yang tertahan, dan besarnya genangan. Limpasan

permukaan merupakan bagian yang penting dari puncak banjir.

Ada 3 cara untuk memperkirakan debit puncak yaitu :

1. Cara Statistik (Probabilistik)

2. Cara Satuan hidrograf

3. Cara Empiris (Whistler, Rasional, dll)

Pada penelitian ini digunakan cara empiris yaitu dengan menggunakan metode

(24)

yang paling sering dipakai untuk perencanaan banjir daerah perkotaan. Walaupun

banyak yang mengkritik akurasinya, namum metoda ini tetap dipakai karena

kesederhanaannya. Metoda ini dipakai untuk DAS yang kecil. Metoda ini juga

menunjukkan parameter-parameter yang dipakai metoda perkiraan banjir lainnya

yaitu koefisien run off, intensitas hujan, dan luas DAS. Kurva frekuensi

intensitas-lamanya dipakai untuk perhitungan limpasan (run off) dengan rumus rasional untuk

perhitungan debit puncak (Dumairy, 1992).

Aliran pada saluran atau sungai tergantung dari beberapa faktor. Dalam

kaitannya dengan limpasan, faktor yang berpengaruh secara umum dapat

dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yakni faktor meteorologi dan karakteristik

daerah tangkapan saluran atau daerah aliran sungai (DAS).

Faktor-faktor meteorologi yang berpengaruh pada limpasan terutama adalah

karakteristik hujan yang meliputi intensitas hujan, durasi hujan, dan distribusi curah

hujan, sedangkan faktor-faktor karakteristik daerah tangkapan saluran atau daerah

aliran sungai (DAS) meliputi bentuk dan panjang saluran, jenis tanah, tata guna lahan,

kemiringan lahan dan sebagainya.

Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan dinyatakan dalam koefisien

aliran permukaan (C), yaitu bilangan yang menampilkan perbandingan antara

besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan. Angka koefisien aliran

permukaan itu merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu

DAS. Nilai C berkisar antara 0 – 1. Nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan

(25)

menunjukkan bahwa air hujan mengalir sebagai aliran permukaan. Pada DAS yang

baik harga C mendekati nol dan semakin rusak suatu DAS maka harga C semakin

mendekati satu (Kodoatie dan Syarief, 2005).

Untuk menduga dan mengetahui basarnya debit puncak limpasan permukaan

dapat digunakan metode rasionalkarena lebih sempurna, mudah dimengerti dan sering

digunakan pada daerah yang luasan relatif kecil dan curah hujan yang

dianggapseragam. Metode rasional dikembangkan dari beberapa asumsi yaitu::

1. Curah hujan terjadi dengan intensitas yang seragam selama paling sedikit sama

dengan waktu konsentrasi suatu daerah tangkapan air.

2. Curah hujan terjadi dengan intensitas yang seragam pada seluruh tangkapan air.

Metode rasionaldapat dinyatakan dalam bentuk persamaan:

Q=0,002778 CIA...(5)

Dimana C adalah koefisien limpasan, I adalah intensitas hujan rata-rata untuk

limpasan permukaan yang lamanya setara dengan waktu konsentrasi (mm/jam), A

adalah luas daerah tangkapan air (Ha)

(Schwab et.al., 1997).

Koefisien limpasan ( C ) dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara tinggi

aliran dengan tinggi hujan. Harga C berubah sesuai dengan perubahan penggunaan

(26)

Tabel 2. Harga koefisien limpasan

Penutup Lahan Harga “ C “

Hutan Lahan Kering Sekunder 0,03

Belukar 0,07

Hutan Tanaman Industtri 0,05

Hutan Rawa Sekunder 0,15

Perkebunan 0,40

Pertanian Lahan Kering 0,10

Pertanian Lahan Kering Campur 0,10

Pemukiman 0,60

Sawah 0,15

Tambak 0,05

Terbuka 0,20

Perairan 0,05

Pada penelitian ini untuk memperoleh nilai debit puncak (Q) nilai A yang

digunakan ≠ luas DAS melainkan A = luas daerah tangkapan saluran drainase pada

daerah Irigasi Ular di Kawasan Sumber Rejo Kabupaten Deli Serdang.

Koefisien limpasan merupakan variabel yang paling menentukan debit banjir.

Pemilihan harga C yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas. Faktor

utama yang memepengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah atau persentase lahan kedap

air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan.

Koefisien limpasan juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah. Laju infiltrasi

menurun pada hujan yang terus-menerus dan juga dipengaruhi oleh kondisi

kejenuhan air sebelumnya. Faktor lain yang mempengaruhi nilai C yaitu air tanah,

derajat kepadatan tanah, porositas tanah dan simpanan depresi (Suripin,2004).

Jika daerah sekitar saluran terdiri dari berbagai macam penggunaan lahan

dengan koefisien aliran permukaan yang berbeda, maka C dapat dihitung dengan

(27)

C =

=

i n

i i i

A A C

1 ………...(6)

dimana : = luas lahan dengan jenis penutup lahan i

Ci

n = jumlah jenis penutup lahan

(28)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Daerah Irigasi Ular kawasan Sumber Rejo

Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2009.

Bahan dan Alat

Bahan

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer yang diperoleh dari penelitian kerja berupa luas penampang basah

saluran dan kecepatan aliran saluran.

2. Data sekunder :

• Data kecepatan aliran rancangan pada kondisi ketinggian air

maksimum

• Data curah hujan selama 20 tahun (1985 – 2004) yang diperoleh dari

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).

• Data kondisi Daerah Intake (DI) Sumber Rejo yang diperoleh dari

lembaga terkait.

• Peta Daerah Irigasi Ular kawasan Sumber Rejo

(29)

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Perlengkapan kerja seperti alat tulis, kalkulator, dan komputer.

2. Tape berfungsi sebagai alat pengukur panjang saluran

3. Kertas Milimeter befungsi sebagai alat pengukur luas daerah secra manual

4. Stopwatch berfungsi sebagai alat pengukur waktu kecepatan aliran

5. Bola pelampung berfungsi sebagai pengukur kecepatan aliran.

6. Penggaris

Pelaksanaan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut :

a. Evaluasi kapasitas saluran drainase yang ada

1. Menetukan lokasi penelitian

2. Menghitung luas penampang basah saluran dengan metode 1/3 Simpson

3. Mengukur jarak pada saluran drainase

4. Mengukur kecepatan aliran dengan metode pelampung

5. Menghitung debit aliran Q = A x V

(30)

2. Menghitung debit saluran maksimum dengan menggunakan persamaan Q =

A x V, dimana V diasumsikan sama dengan kecepatan harian saluran.

c. Evaluasi kapasitas drainase berdasarkan penggunaan lahan 1. Menetukan curah hujan harian maksimum untuk tiap-tiap tahun data.

2. Menentukan curah hujan rancangan dengan menggunakan Metode Log

Pearson type III : Log X = + K.s

3. Menetukan waktu konsentrasi dengan rumus Flow Trough Time dan Dermot

: Tc = 1,67 .

4. Menetukan Intensitas curah hujan dengan persamaan Mononobe

I =

5. Menghitung koefisien limpasan untuk kawasan Sumber Rejo

6. Menentukan debit banjir rancangan dengan Metode Rasional

0,002778 x CIA

7. Membandingkan debit banjir rancangan dengan kapasitas maksimum saluran

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Daerah Irigasi Ular Kawasan Sumber Rejo

Daerah Intake Sumber Rejo terletak di kecamatan Pagar Merbau Kabupaten

Deli Serdang. Kabupaten Deli Serdang terletak pada posisi 2°57" Lintang Utara,

3°16" Lintang Selatan, 98° 27" Bujur Barat dengan luas wilayah 2.497,72 km2

dengan batas wilayah sebagai berikut sebelah utara dengan Selat Sumatera, sebelah

selatan dengan Kabupaten Karo, sebelah timur dengan kabupaten Serdang Bedagai,

serta sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Serdang Bedagai dan kabupaten

Langkat.

Daerah intake Sumber Rejo adalah salah satu intake yang berada di Daerah

Irigasi Ular dan terletak di Blok I yang mengairi enam desa yaitu : Sumber Rejo,

Suka Mandi Hulu, Suka Mandi Hilir, Pagar Jati, Sidodadi dan Sekip. Terdapat 2

Saluran primer (MC-I) dan (MC-II). MC-I terdiri dari empat tipe yaitu 18- D5,

17-D5, 15-D4, dan 13-D3. MC-II terdiri dari tujuh tipe yaitu 48- D8, D3, 35-D3,

32-D1, 29-C6, 28-C6, dan 27-C1. Saluran sekunder terdiri atas 4 I),II).

(SC-III) dan (SC-VV). Saluran sekunder (SC-I) terdiri dari dua tipe yaitu 9A-B1, dan

9B-B1, Saluran sekunder (SC-II) terdiri dari dua tipe yaitu 24-B3 dan 23-B2. Saluran

sekunder (SC-III) terdiri dari satu tipe yaitu 26-A3. Saluran sekunder (SC-V) terdiri

(32)

Debit Harian Saluran

Pada saluran terbuka debit saluran dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan Q = A x V. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 3, 4, 5, 6, 7 dan 8

yakni untuk saluran primer (MC-I) dan (MC-II) saluran sekunder 1 (SC-I), saluran

sekunder 2 (SC-II), sekunder 3 (SC-IIII) ,saluran sekunder 5 (SC-V).

Tabel 3. Debit Saluran Primer (MC-I)

Unit no Tipe Luas Saluran

Tabel 4. Debit Saluran Primer 2 (MC-II)

Unit no Tipe Luas Saluran

Tabel 5. Debit Saluran Sekunder 1 (SC-1)

Unit no Tipe Luas Saluran

Tabel 6. Debit Saluran Sekunder 2 (SC-II)

Unit no Tipe Luas Saluran

(33)

Unit no Tipe Luas Saluran

Tabel 8. Debit Saluran Sekunder 5 (SC-V)

Unit no Tipe Luas Saluran

Debit Maksimum Saluran

Pada saluran terbuka debit maksimum saluran dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan Q = A x V. Luas saluran diukur dengan metode 1/3

Simpson, dimana kecepatan aliran diasumsikan sama dengan kecepatan harian

saluran pada saat penelitian dan ketinggian yang digunakan merupakan batas

ketinggian maksimum yang diizinkan yaitu ketinggian tanggul dikurang 0,5 m, hal ini

sesuai dengan Anonimous, 2009 yakni jumlah kelebihan air yang harus dialirkan

dalam waktu tertentu dikenal sebagai koefisien drainase, dinyatakan dalam satuan

tinggi air selama 24 jam dan kapasitas saluran drainase dirancang dan diperhitungkan

berdasarkan koefisien drainase yang ada, pada umumnya berkisar antara 0,5 – 1

meter. Debit maksimum yang diperoleh adalah sebesar 8,352 m3/det (Lamp.8). Bila

dibandingkan dengan debit rancangan saluran sebesar 25,873m3/det (Lamp.7) yang

diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum, 1986 telah terjadi penurunan kapasitas saluran

drainase sebesar 67,72%. Hal ini disebabkan penurunan luas penampang saluran oleh

(34)

Curah Hujan Harian Maksimum

Dalam menghitung besarnya curah hujan maksimum di DAS Ular, diperlukan

data curah hujan harian selama beberapa tahun terakhir, dalam hal ini makin panjang

data curah hujan harian yang diperoleh maka semakin efektif pula pola pendugaan

debit puncak di dalam suatu DAS. Penulis menggunakan data curah hujan selama 20

tahun terakhir yang diperoleh dari Pusat Balai Penelitian Kelapa Sawit Medan tahun

1985 – 2004 dari stasiun Adolina, Gunung Monako, dan Tanjung Maria.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapatkan data curah hujan

maksimum harian rata-rata dengan menggunakan beberapa stasiun hujan. Penentuan

data curah hujan maksimum menggunakan metode anual maksimum series yakni

dengan hujan maksimum harian dari setiap tahun data. Kemudian dihitung hujan

harian rata-rata maksimum tiap tahun dengan menggunakan metode Poligon Thiesen.

Dimana cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh stasiun curah hujan

untuk mengakomodasi ketidakseragaman jarak dan cara ini cocok untuk daerah datar

dengan luas 500 – 5.000 k . Hasil metode Poligon Thiesen lebih akurat

dibandingkan dengan rata-rata aljabar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suripin

(2004) menyatakan bahwa metode Poligon Thiesen lebih akurat dibandingkan dengan

rata-rata aljabar sebab dalam hal ini stasiun tidak tersebar secara merata.

Setelah dilakukan analisa, diperoleh data curah hujan harian maksimum

(35)

Tabel 9. Data Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata

Berdasarkan Tabel 9 diatas diperoleh curah hujan rata-rata maksimum terendah

adalah 34 mm dan tertinggi 115 mm.

Curah Hujan Rencana

Setelah dilakukan analisis frekuensi pada penelitian sebelumnya dengan data

curah hujan yang sama maka diperoleh bahwa jenis distribusi yang cocok dengan

sebaran data curah hujan harian maksimum di DAS Ular adalah distribusi Log

Pearson Type III. Setelah itu data distribusi yang telah didapat diubah ke dalam

(36)

Tabel 10. Parameter Statistik Analisa Frekuensi Distribusi Log Pearson Type III

Parameter Nilai DAS

Ular Rata-rata Logaritmik Log 1,782 Deviasi Standar Logaritmik s 0,154 Koefisien Kemencengan G 0,208

Setelah dilakukan perhitungan curah hujan rancangan dalam periode ulang

tertentu dengan persamaan Log + K.s. Sehingga diperoleh persamaan untuk DAS Ular adalah Log X = 1,782 + 0,154 K, dimana nilai K diperoleh dengan

menginterpolasi nilai K pada lampiran. Dari persamaan tersebut maka diperoleh

hujan rancangan sebagai berikut:

Tabel 11. Hujan Rancangan Berbagai Periode Ulang

No Kala Ulang

Tabel 11 menunjukkan bahwa semakin lama periode ulang hujan maka

semakin besar hujan rancangannya, namun pertambahannya semakin kecil pada

periode ulang yang lebih lama.

Intensitas Hujan

Untuk mendapatkan hujan jam-jaman dari data curah hujan digunakan rumus

(37)

ada adalah data curah hujan harian. Ini sesuai dengan pernyataan Loebis dkk (1992)

bahwa intensitas hujan (mm/jam) dapat diturunkan dari data curah hujan harian

empiris dengan menggunakan metode Mononobe. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel

12.

Tabel 12. Intensitas Hujan Jam-jaman (mm/jam) untuk berbagai kala ulang pada

DAS Ular.

T (menit)

Kala Ulang (tahun)

1 2 5 10 15 20 25

Hasil intensitas hujan pada periode ulang tertentu kemudian dihubungkan

dengan kurva Intensity Duration Frequency (IDF). Dalam hal ini kurva IDF

menghubungkan dua parameter yang penting yang digunakan dalam metode rasional

untuk menghitung debit puncak.hal ini sesuai dengan pernyataan Sosrodarsono dkk

(2003), yang menyatakan bahwa lengkung IDF ini digunakan untuk menghitung

(38)

debit puncak dengan metode rasional. Dari Tabel 8 dapat dibuat kurva IDF seperti

pada Gambar 1 berikut ini:

0

Kurva Intensity Duration Frequency DAS Ular

1

Gambar 1. Kurva IDF (Intensity Duration Frequency).

Dari kurva di atas dapat kita lihat bahwa curah hujan yang tinggi berlangsung

dengan durasi waktu yang pendek demikian juga sebaliknya bahwa curah hujan yang

rendah berlangsung dengan waktu yang lama.

Waktu Konsentrasi

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa konsentrasi untuk saluran drainase

adalah sebesar 14,27 jam.Waktu konsentrasi dihitung dari inlet ke outlet dengan

asumsi air dari titik terjauh kawasan Sumber Rejo telah masuk ke saluran drainase.

(39)

Koefisien Limpasan

Koefisien limpasan sangat besar pengaruhnya dalam perhitungan debit puncak,

dimana semakin tinggi koefisien limpasan maka debit puncak akan semakin besar dan

semakin kecil koefisien limpasan maka debit puncak akan semakin kecil. Koefisien

limpasan diperoleh dengan menghitung dari penutup lahan yang ada pada sebuah

kawasan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Perhitungan Koefisien Limpasan Kawasan Sumber Rejo

Penutup lahan Luas (Km2) C C * A

Sawah 849375 0,15 127406,25

Pemukiman 8525 0,60 5115

Perkebunan 314699,8 0,40 125879,92

Total 1172599,8 258401,17

Nilai C 0,220

Pada penelitian ini nilai koefisien limpasan pada kawasan Sumber Rejo adalah

0,220.

Perubahan penutup lahan secara langsung sangat berpengaruh dalam penentuan

koefisien limpasan, dimana jika penutup lahan semakin sedikit maka koefisien

limpasan akan semakin tinggi sehingga jika terjadi hujan maka air akan mengalir

sebagai aliran permukaan dan akan memperbesar debit puncak.

Debit Puncak

Dengan adanya berbagai data yang diperoleh maka dapat dihitung debit

puncak daerah irigasi Ular kawasan Sumber Rejo dengan metode rasional untuk

(40)

Tabel 14. Debit Puncak Daerah Irigasi Ular Kawasan Sumber Rejo

Kala Ulang Intensitas (mm/jam) Debit Puncak (m3/det)

1 1,653 1184,615

2 3,526 2526,894

5 4,779 3424,851

10 5,666 4060,516

15 6,016 4311,342

20 6,402 4587,968

25 6,797 4928,043

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa debit banjir rancangan atau debit

puncak lebih besar dari debit maksimum saluran, itu berarti bahwa saluran drainase

pada kawasan Sumber Rejo tidak dapat menampung debit puncak. Hal ini disebabkan

karena pada awal pembuatan kurang diperhatikan seberapa besar debit puncak yang

akan terjadi. Selain itu banyaknya sedimen dan kurangnya perawatan juga dapat

mengurangi kapasitas saluran drainase yang ada.

Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa debit maksimum saluran drainase di

kawasan Sumber Rejo adalah 8,352 m3

/det dan bila dibandingkan dengan debit puncak

saluran drainase pada Tabel 14, menunjukkan bahwa saluran drainase tidak mampu

menampung besarnya debit puncak. Dengan ini ada kemungkinan bahwa saluran

drainase pada kawasan Sumber Rejo dibuat hanya untuk mengalirkan kelebihan air

dari petakan sawah/daerah irigasi saja.

Bila dibandingkan antara debit maksimum saluran sebesar 8,352 m3

/det. dengan

debit rancangan pada awal pembangunan saluran sebesar 25,873 m3/det (Lamp 7)

maka dapat disimpulkan saluran mengalami penurunan kapasitassebesar 67,72%. Hal

(41)

akibat erosi. Selain itu sedimentasi juga mengakibatkan kemiringan saluran yang

lebih landai, sehingga kecepatan aliran air akan menurun. Untuk mengurangi

sedimentasi pada saluran dapat dilakukan pengerukan sedimaen pada saluran agar

kondisi saluran normal kembali sedangkan untuk mengurangi erosi dapat dilakukan

dengan cara penghijauan. Penghijauan dapat memperkecil nilai koefisien limpasan.

Semakin kecil nilai koefisien limpasan maka debit puncak juga akan semakin kecil.

Hal ini diperparah lagi dengan perawatan saluran yang tidak maksimal dimana

banyak sampah dan tanaman pengganggu di sekitar saluran. Untuk itu perlu

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Waktu konsentrasi pada saluran drainase di kawasan Sumber Rejo adalah

14,27 jam.

2. Intensitas hujan untuk berbagai kala ulang 1, 2, 5, 10, 15, 20, dan 25 (tahun)

adalah 1,653 mm/jam, 3,526 mm/jam, 4,779 mm/jam, 5,666 mm/jam, 6,016

mm/jam, 6,402 mm/jam dan 6,797mm/jam.

3. Nilai koefisien limpasan untuk daerah sekitar kawasan Sumber Rejo adalah

0,220

4. Debit puncak untuk berbagai kala ulang 1, 2, 5, 10, 15, 20, dan 25 adalah 1198,615 m3/det ; 2526,894 m3/det ; 3424,851 m3/det ; 4060,516 m3/det ;

4311,342 m3/det ; 4587,968 m3/det ; dan 4871,043 m3

5. Debit maksimum saluran drainase di kawasan Sumber Rejo adalah 8,352

m

/det .

3

6. Saluran drainase pada kawasan Sumber Rejo dapat dikatakan kritis karena

tidak mampu menampung debit puncak. /det.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk melihat faktor-faktor yang ada di

(43)

dan jenis tanah pada suatu penutup lahan sebagai variabel dalam

memperkirakan nilai koefisien aliran.

2. Perlu dilakukan perhitungan yang lebih akurat dalam menentukan waktu

konsentrasi, dimana pada penelitian ini hanya dihitung waktu konsentrasi dari

inlet ke outlet saja.

3 Perlu dilakukan pengukuran kecepatan aliran pada kondisi maksimum yang

sebenarnya, sehingga hasil yang diperoleh untuk debit maksimum saluran

lebih akurat.

4 Perlu diadakan perawatan dan pengerukan sedimen secara berkala untuk

mempertahankan daya tampung maksimal dari saluran drainase, dan untuk

hasil yang lebih baik perlu diadakan perbesaran saluran sehingga saluran

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2006. Sungai dan Daerah Pantai di Sumatera Utara Kritis.

Maret 2007).

Anonimous, 2009. Drainase Bawah Permukaan

http://www.scribd.com/13153792/0506/25/drainase-bawah-permukaan.html

Asdak, C., 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM-Press, Yogyakarta.

Chow, Ven Te, dan E.V.Nensi Rosalina. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Erlangga:Jakarta.

Dumairy, 1992. Ekonomika Sumber Daya Air, Pengantar Hidrolika. BPFE Offset, Yogyakarta.

Hansen, V.E., W.O. Israelsen, dan G.E. Stringham, Dasar-Dasar Dan Praktek Irigasi. Edisi Keempat. Terjemahan E.P. Tachyan dan Soetjipto, Erlangga, Jakarta.

Israelsen, O.W., and Hansen, 1962, Irrigation Principles and Practices., John Willey & Sons, New York.

Kartasapoetra, A.G dan M. M. Sutedjo, 1991. Teknologi Pengairan Petani Irigasi. Bumi Aksara, Jakarta.

Kodoatie, J.R. dan R. Syarief, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Andi Offset, Yogyakarta.

Loebis, J., Soewarno, dan B. Suprihadi, 1993. Hidrologi Sungai. Departemen Pekerjaan Umum, Chandy Buana Kharisma, Jakarta.

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, 2008. Profil Wilayah.

Pentardi, Perhadi Raharjo. 1986. Petunjuk Kerja Drainase. Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bandung.

(45)

Sosrodarsono, Suyono, dan K Takeda. 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramitha, Jakarta.

Sugiyanto, 2002. BANJIR : Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

(46)

Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian Metode Flow Trough Time and Dermot dengan Metode 1/3

Simpson Identifikasi Tata

Guna Lahan

- Data Curah Hujan - Karakteristik Saluran Drainase

- Fungsi Lahan

-Panjang Saluran - Kemiringan Saluran Data Curah Hujan Maksimum Harian Data Tata Guna

Lahan

(47)

Lampiran 2. Perhitungan Hujan Maksimum Rata-rata DAS Ular

Tahun Tanggal dan bulan

Gunung Monako

Tanjung Maria

(48)

21 Sept 0 85 9 8,5

16 Sept 0 8 66 14

2001 28 Des 123 143 72 114,8 115

28 Des 123 143 72 114,8

26 Des 0 11 72 15,5

2002 21 Des 62 47 0 48,1 48

20 Feb 0 105 10 12,5

28 Feb 0 0 19 3,8

2003 26 Sept 88 14 58 74,6 75

28 Nov 0 125 0 12,5

13 Nov 8 10 70 20,6

2004 8 Okt 105 66 0 44,1 44

19 Jan 0 96 0 9,6

(49)
(50)
(51)
(52)

Saluran Primer 1

Saluran Primer 2 Unit

Saluran Sekunder 1 Unit

Saluran Sekunder 2 Unit

Saluran Sekunder 3 Unit

Saluran Sekunder 5 Unit

(53)

dimana :

Q = Debit rencana maksimum (m3/s)

V = Kecepatan aliran pada saluran (m/s)

S = Kemiringan saluran (m/m)

B = Lebar saluran (m)

H = Tinggi tanggul saluran (m)

h = Tinggi air maksimum (m)

Debit rencana maksimum yang digunakan sebagai perbandingan adalah debit

rencana maksimum pada saluran primer 1 yang berada paling ujung saluran drainase

(54)

Lampiran 8. Perhitungan Debit Maksimum Saluran

A = Luas penampang saluran (m /s)

2

V = Kecepatan aliran pada saluran )

Debit maksimum saluran diambil pada saluran terujung karena saluran

tersebut yang menampung air dari seluruh saluran sebelumnya. Dalam hal ini saluran

(55)

Lampiran 9. Perhitungan Waktu Konsentrasi

Tc = waktu konsentrasi (jam)

L = Panjang Saluran (m)

Gambar

Tabel 1. Daerah Aliran Sungai Kabupaten Deli Serdang
Tabel 2. Harga koefisien limpasan
Tabel 8. Debit Saluran Sekunder 5 (SC-V)
Tabel 9. Data Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kemampuan komunikasi matematika misalnya komunikasi tulis terlihat pada indikator menyelesaikan masalah, dan berkomunikasi lisan pada indikator bekerjasama dengan orang

a. Guru mengkaji kesesuaian metode dengan tujuan yang akan dicapai. Memilih, memilah peralatan yang akan dipakai. Memperkirakan waktu yang dierlukan. Mencoba peralatan terlebih

Iradiasi yang dilakukan terhadap bumbu, rempah-rempah dan ramuan lain yang berasal dari sayuran ditujukan untuk membasmi mikroorganisme dan atau serangga dan tidak digunakan

Dalam kegiatan seleksi tanaman, pendugaan parameter genetik yang meliputi nilai variabilitas genetik, ragam genotipe, fenotipe dan ragam lingkungan, nilai heritabilitas, kemajuan

Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng dalam merealisasikan pengeluaran dibandingkan dengan kemampuan dalam

Universitas Sematera Utara, dengan judul “ Experimental Analisis Penggunaan CFRP (Carbon Fiber Reinforcement Polymer) dan GFRP (Glass Fiber Reinforcement Polymer)

Pada lama waktu thawing yang sama, motilitas spermatozoa pada semen beku sapi FH yang di- thawing dalam air 37°C memiliki kecenderungan lebih tinggi jika dibandingkan dengan

Berdasarkan observasi langsung bahwa adanya perbedaan pelaksanaan model praktik keperawatan profesional pemula sesudah mendapat pelatihan model praktik keperawatan