SEASCAPE HOTEL RESORT SIBOLGA
(ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR)
LAPORAN AKHIR SKRIPSI
RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015
Oleh : PUTRI GODIVA
110406065
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
SEASCAPE HOTEL RESORT SIBOLGA
(ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR)
LAPORAN AKHIR SKRIPSI
RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015
Oleh : PUTRI GODIVA
110406065
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
SEASCAPE HOTEL RESORT SIBOLGA
(ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR)
LAPORAN AKHIR SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur
Oleh :
PUTRI GODIVA 110406065
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
i PERNYATAAN
SEASCAPE HOTEL RESORT SIBOLGA
SKRIPSI
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2015 Penulis
ii
Judul skripsi : SEASCAPE HOTEL RESORT SIBOLGA
Nama mahasiswa : PUTRI GODIVA
Nomor induk : 110406065
Departemen : Arsitektur
Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,
Ir. Morida Siagian, MURP, Ph.D NIP. 196008021986012004
Ketua Departemen Arsitektur,
Ir. N. Vinky Rahman, MT NIP. 19660622 199702 1001
Koordinator Skripsi
Ir. N. Vinky Rahman, MT NIP. 19660622 199702 1001
iii Telah diuji pada
Tanggal : 14 Juli 2015
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Ir.Morida Siagian, M.U.R.P.
iv SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR
(SHP2A)
Nama : Putri Godiva
NIM : 110406065
Judul Proyek Tugas Akhir : Seascape Hotel Resort Sibolga
Tema : Arsitektur Neo-Vernakular
Rekapitulasi Nilai :
A B+ B C C+ D E
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :
No. Status NIP. 19660622 199702 1001
Koordinator Tugas Akhir,
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Yang Hebat, Yang Penuh Kasih, karena hanya oleh Kasih dan Penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk memenuhi kewajiban mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Fakultas Teknik Departemen Arsitektur, Universitas Sumatera Utara dengan baik dan tepat pada waktunya.
Bermacam kesan; suka-duka telah penulis lewati dengan kawan-kawan seperjuangan selama delapan semester yang sangat bernilai ini. Betapa singkatnya waktu ini, hari, minggu, serta bulan, mulai dari awal bersama-sama melewati masa Orientasi Mahasiswa Baru, tiba di semester delapan dan terdaftar sebagai peserta skripsi akhir, sampai pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan rangkaian kata singkat ini.
Selesainya semua proses Perancangan Arsitektur VI termasuk hadirnya skripsi ini sungguh sangat dipengaruhi oleh orang-orang yang terdekat penulis. Terima kasih paling khususnya penulis ucapkan kepada:
1. Ibu Ir. Morida Siagian, MURP selaku ketua sidang serta dosen pembimbing atas dukungan, bimbingan, dan masukan-masukan positif yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan PA VI dan Skripsi ini dengan baik,
2. Bapak Devin Defriza Harisdani, ST, MT dan Bapak Ir. Samsul Bahri, MT selaku penguji atas saran dan kritik yang sangat bermanfaat sebagai masukan selama proses perancangan, 3. Seluruh dosen Arsitektur USU, yang selama ini telah menyediakan waktunya untuk
mengajari segala hal tentang arsitektur dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses perancangan di setiap studio,
4. dr. Godman Situmorang dan Dra. Tetty Tambunan, bapak dan ibu penulis yang senantiasa membimbing dan menyertai dengan doa-doa mereka,
5. Semua teman-teman stambuk 2011 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang sama-sama berjuang menyelesaikan studi,
vi Penulis menyadari laporan ini sangat jauh dari sempurna. Maka, besar harapan agar para pembaca untuk dapat mengambil manfaat dan dapat sedikit membayangkan serta merasakan proses desain Seascape Hotel Resort di kota Bukit Tangga Seratus Sibolga melalui laporan ini.
Akhir kata, penulis berterima kasih dan mohon maaf apabila terdapat kekeliruan dalam penulisan Skripsi ini.
Medan, Juli 2015
vii
1.4. Lingkup dan Batasan ... 5
1.4.1. Lingkup Pembahasan ... 5
1.4.2. Batasan ... 5
1.5. Metoda Pendekatan Proyek ... 5
1.5.1. Pengumpulan Data ... 5
1.5.2. Analisis ... 5
1.5.3. Sintesis ... 6
1.6. Sistematika Pembahasan dan Kerangka Berpikir ... 6
viii
1.6.2. Kerangka Berpikir ... 7
BAB II DESKRIPSI PROYEK ... 8
2.1. Pengertian dan Penjelasan Singkat Proyek ... 8
2.1.1 Deskripsi Umum Proyek ... 8
2.1. Tinjauan Umum Proyek ... 9
2.1.1. Tinjauan Hotel ... 9
2.1.2. Tinjauan Tentang Kota Sibolga ... 19
2.2. Tinjauan Khusus Proyek ... 20
2.2.1. Tinjauan Lokasi ... 20
2.2.2. Tinjauan Kondisi Eksisting ... 23
2.3. Studi Banding Proyek Sejenis ... 29
2.3.1. Four Seasons Hotel Resort, Bali ... 29
2.3.2. The Hill Hotel Resort, Sibolangit ... 31
BAB III ELABORASI TEMA ... 33
3.1. Pengertian Tema ... 33
3.1.1. Pengertian Arsitektur ... 33
3.1.3. Pengertian Neo- Vernakular ... 35
3.2. Interpretasi Tema ... 38
3.3. Keterkaitan Tema Dengan Judul Proyek ... 38
3.4. Sekilas Tentang Mandailing ... 39
3.5. Permukiman Mandailing ... 39
3.6. Arsitektur Mandailing ... 40
3.8. Studi Banding Tema Sejenis ... 41
3.8.1. Adi Dharma Hotel, Bali ... 41
3.8.2. Joglo Plawang Boutique Hotel, Yogyakarta ... 43
BAB IV ANALISA PROYEK ... 45
4.1. Analisa Fungsional ... 45
4.1.1. Pemakai Bangunan ... 45
4.1.2. Aktifitas Pemakai Bangunan ... 45
4.1.3. Besaran Ruang Dalam Bangunan ... 48
ix
4.2.1. Tata Guna Lahan ... 51
4.2.2. Generator Aktifitas ... 52
4.2.3. Pola Arsitektur ... 53
4.2.4. Sirkulasi Dan Pencapaian ... 54
4.3. Analisa Site ... 55
4.3.1. Matahari ... 55
4.3.2. Vegetasi ... 56
4.3.3. Kebisingan ... 57
4.3.4. Sirkulasi Pejalan Kaki ... 58
4.3.5. Sirkulasi Kendaraan ... 59
4.3.6. Keistimewaan Alami Tapak ... 60
4.3.7. Utilitas ... 61
4.3.8. View Ke Dalam Site ... 62
4.3.9. View Dari Dalam Site... 63
4.3.10. Garis Langit (Skyline) ... 64
BAB V KONSEP ... 66
5.5. Konsep Struktur ... 71
BAB VI PENUTUP ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 7
Gambar 2 Peta Lokasi Perancangan - Bukit Tangga Seratus ... 22
Gambar 3. Lokasi Site pada Masterplan Sibolga Resort Paradise ... 22
Gambar 4. Jalan Sisingamangaraja ... 23
Gambar 5. Jalan D I Panjaitan (kiri) dan Jalan Tapian (kanan) ... 24
Gambar 6. Jalan Santeong ... 25
Gambar 7. Kontur terendah (merah) dan kontur tertinggi (biru) ... 26
Gambar 8 Kondisi Fisik Tangga Seratus yang tidak terawatt ... 27
Gambar 9. Tempat istirahat (jeda) untuk wisatawan yang menaiki Tangga Seratus ... 28
Gambar 10. Detail Tangga Seratus Sibolga... 29
Gambar 11. Hotel Four Seasons Bali ... 30
Gambar 12. The Hill Hotel Resort... 31
Gambar 13. Hotel Adi Dharma ... 42
Gambar 14. Joglo Plawang Hotel ... 43
Gambar 15. Analisa Tata Guna Lahan ... 51
Gambar 16 Analisa Generator Aktifitas ... 52
Gambar 17. Analisa Pola Arsitektur Sekitar ... 53
Gambar 18. Analisa Sirkulasi dan Pencapaian ... 54
Gambar 19. Analisa Matahari ... 55
Gambar 20. Analisa Vegetasi ... 56
Gambar 21. Analisa Kebisingan ... 57
Gambar 22. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ... 58
Gambar 23. Analisa Sirkulasi Kendaraan... 59
Gambar 24. Analisa Keistimewaan Tapak ... 60
Gambar 25. Analisa Utilitas ... 61
Gambar 26. Analisa View ke dalam Site ... 62
Gambar 27. Analisa View dari dalam Site ... 63
Gambar 28. Analisa Garis Langit (1) ... 64
Gambar 29. Analisa Garis Langit (2) ... 65
Gambar 30. Konsep Zoning Pada Tapak ... 67
Gambar 31. Konsep Zoning Pada Bangunan ... 68
Gambar 32. Konsep Sirkulasi dalam Site ... 69
Gambar 33. Tampak Depan Hotel ... 70
Gambar 34. Tampak Belakang Hotel ... 70
xi
Gambar 36. Exploded Structure Hotel ... 71
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Keterangan Tapak Sibolga ... 2Tabel 2 Tabel Jumlah Wisatawan Sibolga tahun 2014... 20
Tabel 3. Tabel Aktifitas Pemakai Bangunan ... 47
xii
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara maritim atau negara kepualauan terbesar di dunia, antara pulau satu dengan dengan pulau yang lainnya dipisahkan oleh laut, namun tidak menjadi penghalang bagi setiap suku bangsa Indonesia untuk saling berhubungan dengan suku-suku di pulau lainnya. Sibolga sebagai suatu kota yang berada di tepi pulau merupakan daerah yang paling berpotensi sebagai tempat untuk mengembangkan pariwisata di Indonesia, khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Namun jika melihat keadaan kota Sibolga sekarang ini, sungguh sangat disayangkan karena sangat sedikitnya fasilitas-fasilitas wisata seperti penginapan yang layak bagi para wisatawan yang berkunjung ke Sibolga. Maka dari itu perlu dirancang sebuah tempat yang disebut dengan Hotel Resort untuk mencakup fasilitas-fasilitas wisata dari kota Sibolga, terutama pada bidang pelayanan dan penunjang kebutuhan wisatawan. Perancangan hotel resort ini harus tetap memperhatikan konteks kota Sibolga dan juga kebutuhan-kebutuhan wisatawan yang datang, serta tidak merusak keindahan alam yang ada di sekitarnya. Untuk kedepannya, hotel resort ini diharapkan menjadi magnet baru bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke Sibolga.
xiii
ABSTRACT
Indonesia is a maritime country, one of world's largest archipelago countries, between the
islands of one with the other islands are separated by the sea, but not a barrier for any
Indonesian ethnic groups to interact with the tribes on the other islands. Because of this, that in
the field of tourism, Indonesia will never be separated from the sea. It is called the Marine
Tourism. Sibolga as a city that is on the edge of the island is an area with the most potential as a
place to develop marine tourism in Indonesia, particularly in the province of North Sumatra.But
if you look at the state of Sibolga today, it is very unfortunate because so few tourist facilities
worthy or that attract tourists to visit to Sibolga. Therefore, it is necessary to design a place
called a Resort Hotel to cover the tourist facilities of the town of Sibolga, particularly in the
areas of service and support needs of travelers. The design of resort hotel must consider the
context of the town of Sibolga and the needs of tourist, and does not damage the natural beauty
around it. For the future, this resort hotel is expected to become a new magnet for tourists who
will visit to Sibolga.
xii
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara maritim atau negara kepualauan terbesar di dunia, antara pulau satu dengan dengan pulau yang lainnya dipisahkan oleh laut, namun tidak menjadi penghalang bagi setiap suku bangsa Indonesia untuk saling berhubungan dengan suku-suku di pulau lainnya. Sibolga sebagai suatu kota yang berada di tepi pulau merupakan daerah yang paling berpotensi sebagai tempat untuk mengembangkan pariwisata di Indonesia, khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Namun jika melihat keadaan kota Sibolga sekarang ini, sungguh sangat disayangkan karena sangat sedikitnya fasilitas-fasilitas wisata seperti penginapan yang layak bagi para wisatawan yang berkunjung ke Sibolga. Maka dari itu perlu dirancang sebuah tempat yang disebut dengan Hotel Resort untuk mencakup fasilitas-fasilitas wisata dari kota Sibolga, terutama pada bidang pelayanan dan penunjang kebutuhan wisatawan. Perancangan hotel resort ini harus tetap memperhatikan konteks kota Sibolga dan juga kebutuhan-kebutuhan wisatawan yang datang, serta tidak merusak keindahan alam yang ada di sekitarnya. Untuk kedepannya, hotel resort ini diharapkan menjadi magnet baru bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke Sibolga.
xiii
ABSTRACT
Indonesia is a maritime country, one of world's largest archipelago countries, between the
islands of one with the other islands are separated by the sea, but not a barrier for any
Indonesian ethnic groups to interact with the tribes on the other islands. Because of this, that in
the field of tourism, Indonesia will never be separated from the sea. It is called the Marine
Tourism. Sibolga as a city that is on the edge of the island is an area with the most potential as a
place to develop marine tourism in Indonesia, particularly in the province of North Sumatra.But
if you look at the state of Sibolga today, it is very unfortunate because so few tourist facilities
worthy or that attract tourists to visit to Sibolga. Therefore, it is necessary to design a place
called a Resort Hotel to cover the tourist facilities of the town of Sibolga, particularly in the
areas of service and support needs of travelers. The design of resort hotel must consider the
context of the town of Sibolga and the needs of tourist, and does not damage the natural beauty
around it. For the future, this resort hotel is expected to become a new magnet for tourists who
will visit to Sibolga.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang1.1.1. Kasus Proyek
Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak ke banyak bidang, tidak terkecuali pengembangan dalam bidang pariwisata dari suatu daerah atau kota. Pengembangan potensi wisata sekarang ini cenderung modern, canggih, tanpa diadaptasi terlebih dahulu dengan lingkungan sekitar. Hal inilah kemudian yang menyebabkan banyak kawasan wisata yang akhirnya tertinggal karena munculnya suatu budaya baru yang dinamakan dengan teknologi, yang dipaksa masuk dan diterapkan ke dalam pengembangan kawasan wisata yang ada tanpa diadaptasi terlebih dahulu. Padahal, kita ketahui bahwa setiap kawasan/ kota memiliki karakter, ciri khas, maupun jati diri nya masing-masing yang terefleksi dari budaya, tradisi, maupun adat-istiadat yang ada didalamnya.
Sibolga merupakan sebuah kawasan/kota yang selalu ramai dikunjungi. Namun sebagian besar wisatawan yang datang ke Sibolga hanya untuk transit atau singgah sebentar sebelum berangkat menuju tujuan utama mereka, seperti pulau-pulau yang ada di seberang pesisir Sibolga. Tidak banyak area atau fasilitas wisata sebagai interpretasi dari budaya masyarakat Sibolga yang dapat dinikmati wisatawan yang datang. Banyak wisatawan yang kebingungan mencari arah dan tempat-tempat yang bisa mereka nikmati sebagai tempat wisata, saat sampai di Sibolga. Padahal, jika ingin menyebrang ke pulau-pulau yang indah seperti Pulau Poncan, Pulau Mursala, harus melewati Sibolga dahulu.
2 1.1.2. Kota Sibolga
Kota Sibolga adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan. Kota ini hanya memiliki luas ±10,77 km² dan berpenduduk sekitar 84.481 jiwa. Pada masa Hindia Belanda kota ini pernah menjadi ibu kota Residentie Tapanuli. Setelah masa kemerdekaan hingga tahun 1998, Sibolga menjadi ibu kota Kabupaten Tapanuli Tengah.
Kota Sibolga dipengaruhi oleh letaknya yaitu berada pada daratan pantai, lereng, dan pegunungan. Terletak pada ketinggian berkisar antara 0-150 meter dari atas permukaan laut, dengan kemiringan lahan kawasan kota ini bervariasi antara 0-2 % sampai lebih dari 40 %.
Tabel 1. Tabel Keterangan Tapak Sibolga
Iklim kota Sibolga termasuk cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32° C dan minimum 21.6° C. Sementara curah hujan di Sibolga cenderung tidak teratur di sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dengan jumlah 798 mm, sedang hujan terbanyak terjadi pada Desember yakni 26 hari. Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan kota Sibolga adalah Pulau Poncan Gadang, Pulau Poncan Ketek, Pulau Sarudik dan Pulau Panjang.1
1
3 Dengan batas-batas wilayah bagian timur, selatan, utara pada Kabupaten Tapanuli Tengah, dan bagian barat dengan Samudera Hindia. Sementara sungaisungai yang mengalir di kota tersebut adalah Aek Doras, Sihopohopo, Aek Muara Baiyon, dan Aek Horsik.
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 (SP2010), jumlah penduduk Kota Sibolga sementara adalah 84.481 orang, yang terdiri atas 42.408 laki-laki dan 42.073 perempuan. Masyarakat Sibolga terdiri dari bermacam-macam etnis, antara lain Batak Toba, Batak Mandailing, dan Minangkabau. Namun dalam kesehariannya, bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa Minangkabau logat Pesisir.
Sibolga merupakan lokasi yang sangat berpotensi untuk membangun fasilitas wisata. Beberapa alasannya adalah :
Kota Sibolga sebagai Kota Transit, dimana Sibolga pasti dilewati jika ingin berwisata ke pulau-pulau yang ada di seberang pesisir Sibolga seperti pulau Poncan dan pulau Mursala.
Sebagai Kota Berbilang Kaum, yaitu kota yang mempunyai banyak suku di dalamnya.
Kemudian sebagai Kota Bahari, karena kota ini berada di sepanjang pesisir pantai.
Dan sebagai salah satu Pelabuhan Penting yang ada di Indonesia
Dengan jumlah pengunjung kota Sibolga yang cukup banyak, maka perlu ditingkatkan fasilitas pariwisata, yaitu salah satunya dengan menjadikan Bukit Tangga Seratus sebagai simbol kota yang menyediakan tempat rekreasi, kuliner, olahraga dan seni, serta penginapan yang layak atau berkelas untuk wisatawan luar maupun dalam negri.
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan-permasalahan yang akan dijawab dalam perancangan “Seascape Hotel Resort Sibolga” antara lain:
1.2.1. Fungsi
Bagaimana menciptakan sebuah penginapan yang dapat dinikmati pengunjung.
Bagaimana sirkulasi untuk menghubungkan beberapa fungsi yang berbeda.
Bagaimana menyesuaikan bangunan terhadap permasalahan kontur yang ada pada kondisi eksisting.
4 1.2.2. Arsitektur
Bagaimana merancang bangunan sesuai kaidah-kaidah Arsitektur Neo-Vernakular.
Bagaimana memilih material yang tepat sesuai dengan suhu dan kondisi eksisting, sehingga dapat mendukung karakter bangunan.
Bagaimana menciptakan ruang luar dan ruang dalam yang nyaman untuk para pengunjung kawasan wisata.
1.2.3. Struktur
Bagaimana memilih struktur yang tepat dan yang mampu mendukung bangunan, baik bentuk maupun kekuatannya sesuai kebutuhan.
1.2.4. Utilitas
Bagaimana operasional pemeliharaan bangunan dan memaksimalkan fasilitas yang ada sehingga memiliki nilai komersial yang tinggi.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan
Mewujudkan perencanaan dan perancangan Sibolga Hotel Resort sebagai penginapan yang layak dan berkelas untuk wisatawan dengan mempertimbangkan arsitektur Neo-Vernakular. 1.3.2. Sasaran
Menyusun konsep penentuan lokasi dan site
Menyusun konsep kegiatan yang akan diterapkan untuk Sibolga Hotel Resort pada lokasi terpilih.
Menyusun konsep pengolahan tata massa bangunan dan fasilitas untuk mewadahi kegiatan-kegiatan yang ada di Hotel Resort.
Menyusun konsep fasad bangunan dengan memberi unsur-unsur tradisional dari Batak Mandailing yang dipadu dengan unsur-unsur modern.
5 1.4. Lingkup dan Batasan
1.4.1. Lingkup Pembahasan
Pembahasan pada aspek-aspek Hotel Resort
Pembahasan lokasi, pengolahan site, dan bentuk massa bangunan di Bukit Tangga Seratus Sibolga
Pembahasan yang dilakukan mengacu pada analisa data dari literatur, survey, dan wawancara yang berhubungan dengan Hotel Resort pada Bukit Tangga Seratus Sibolga
1.4.2. Batasan
Pembahasan dibatasi dengan lingkup displin ilmu arsitektur dan ilmu yang terkait dengan konsep Sibolga Hotel Resort sebagai sarana rekreasi, tempat beristirahat, dan tempat penginapan. 1.5. Metoda Pendekatan Proyek
1.5.1. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data-data yang diperoleh melalui:
Studi literatur, dengan mencari sumber-sumber data tertulis yang memuat jenis data tentang arsitektur Hotel Resort.
Studi observasi, dengan melakukan pengamatan secara langsung,mencatat, atau mengambil gambar sebagai suatu data terhadap perilaku masyarakat disekitar, serta pengamatan untuk mengetahui keadaan tapak, lingkungan sekitar tapak, karakteristik tapak, dan keunggulan tapak.
Studi banding, dengan pengamatan terhadap hote resort yang sudah dibangun untuk mendapatkan gambaran yang objektif tentang perencanaan desain proyek secara umum dan juga data yang diperlukan sebagai arahan yang optimal dalam peracangan.
Media informasi yang lai, seperti internet, majalah, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan informasi mengenal hal-hal yang berkaitan dengan judul proyek.
1.5.2. Analisis
6 1.5.3. Sintesis
Merupakan hasil dari analisa untuk mendapat kesimpulan tentang pemecahan masalah secara menyeluruh dan terpadu untuk mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan hotel resort.
1.6. Sistematika Pembahasan dan Kerangka Berpikir 1.6.1. Sistematika Pembahasan
BAB I Memabahas latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, lingkup dan batasan pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan.
BAB II Membahas tentang terminologi judul, pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi, dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.
BAB III Menjelaskan tentang tinjauan berupa studi lapangan dan analisa mengenai kota Sibolga sebagai lokasi proyek, serta ide gagasan perencanaan dan perancangan Hotel Resort.
BAB IV Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul, dan studi banding tema sejenis.
BAB V Membahas tentang proses penetapan Masterplan Resort di kawasan Bukit Tangga Seratus Sibolga
BAB VI Membahas proses perancangan Hotel Resort, menjelaskan konsep dasar fisik tapak, konsep dasar fisik ruang, konsep dasar fisik bangunan, dan teknologi struktur serta konstruksi bangunan yang akan dipakai.
7 1.6.2. Kerangka Berpikir
z
Latar Belakang
Sibolga berpotensi sebagai kota wisata. Kurangnya fasilitas wisata terutama penginapan di Sibolga
Judul Perancangan:
Sibolga Hotel Resort
Tema Perancangan :
Arsitektur Neo-Vernakular
Tujuan dan Manfaat
Mewujudkan perencanaan dan perancangan Sibolga Hotel Resort sebagai penginapan yang layak dan berkelas untuk wisatawan dengan mempertimbangkan arsitektur Neo-Vernakular.
Bagaimana mewujudkan sebuah hotel yan berkelas tanpa mengeyampingkan budaya yang ada di Sibolga
Bagaiman menciptakan bangunan yang konteks dan tanggap terhadap manusia dan lingkungan di sekitarnya.
Analisa Perancangan
1. Analisa Site dan Lingkungan o Analisa Tapak
o Analisa Tata Guna Lahan o Analisa Sirkulasi
o Analisa Pengguna dan Kegiatan
Pengguna
o Analisa Besaran Ruang
Konsep perancangan
Zoning, massa, pencapaian & sirkulasi, kosep ruang luar dan ruang dalam
Desain Perancangan
8
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1. Pengertian dan Penjelasan Singkat Proyek
Di dalam proyek ini, isu yang diangkat adalah mengembangkan wisata di kota Sibolga yang berpotensi, dimana banyak sekali wisatawan yang harus melewati kota Sibolga jika ingin berlibur ke pulau-pulau di seberang pantai. Berdasarkan hal tersebut maka pada studio
perancangan ditugaskan untuk merancang atau mendesain sebuah hotel di dalam sebuah resort yang kontekstual terhadap kota Sibolga itu sendiri, sehingga penulis mengangkat judul proyek yaitu “Seascape Hotel Resort Sibolga”, yang mempunyai pengertian :
Seascape : Pemandangan laut
Hotel : Sebuah bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat menginap dan tempat makan bagi para wisatawan2
Resort : Sebuah tempat wisata atau rekreasi yang sering dikunjungi orang dimana
pengunjung datang untuk menikmati potensi alamnya
Sibolga : Salah satu kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli Berdasarkan penelaahan pengertian dari setiap kata pada Judul Proyek ini, maka penulis menetapkan bahwa Seascape Hotel Resort Sibolga adalah sebuah penginapan sebagai fasilitas wisata ataupun rekreasi yang dirancang menghadap ke laut kota Sibolga.
2.1.1 Deskripsi Umum Proyek
Adapun penjelasan deskripsi proyek secara umum adalah: 1. Judul Proyek : Seascape Hotel Resort Sibolga 2. Tema Proyek : Arsitektur Neo-Vernakular 3. Fungsi Proyek : Hotel Resort
4. Lokasi Proyek : Bukit Tangga Seratus, Kecamatan Sibolga Utara
2
9 5. Batas Site
a. Utara : Jl. Sibual-buali b. Selatan : Jl. Sisingamangaraja c. Timur : Jl. Santeong
Secara harfiah, kata hotel dulunya berasal dari kata hospitium (bahasa latin), yang artinya ruangan tamu. Dalam jangka waktu lama kata hospitium mengalami proses perubahan pengertian yaitu menjadi hostel. Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan orang-orang yang ingin mendapatkan kepuasan, kata hostel lambat laun berubah menjadi hotel seperti yang kita kenal sekarang.
Yang dimaksud hotel itu adalah sebuah usaha atau tempat untuk menjamu, dengan memberikan kesenangan/kepuasan berupa akomodasi, makanan, minuman dan lain-lainnya. Kepuasan para tamu tergantung dari pada usaha yang baik dari pihak yang menjamu/tuan rumah. Dengan demikian dapat ditetapkan bahwa ciri-ciri dari perhotelan itu adalah disediakannya:
Kamar tidur
Disajikannya makanan dan minuman
10 1. Pengertian Hotel berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif
Republik Indonesia No.PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel Pasal 3 Ayat 1 :
“Usaha Hotel adalah usaha penyediaan akomodasi berupa kamar-kamar di dalam suatu bangunan, yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan/atau fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan memperoleh keuntungan”.
2. Pengertian Hotel berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No.SK.241/G/70 tahun 1970:
“Hotel adalah perusahaan yang menyediakan jasa dalam bentuk penginapan (akomodasi) serta menyajikan hidangan serta fasilitas lainnya dalam hotel untuk umum, yang memenuhi syarat-syarat comfort dan bertujuan komersil. Bentuk, susunan, tata ruang, dekorasi, peralatan, perlengkapan, sanitasi, hygiene, estetika, keamanan, dan ketentraman, secara umum dapat memberikan sasaran nyaman comfort dan khusus untuk kamar-kamar tamu dapat menjamin adanya ketenangan pribadi (privacy) untuk para tamu hotel”.
3. Pengertian Hotel menurut Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, No : KM.94/HK.103/MPTT-87 tentang Ketentuan Usaha dan Penggolongan Hotel :
“Hotel adalah salaha satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial”.
B. Klasifikasi atau Penggolongan Hotel
11 Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia No.PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel, BAB II USAHA HOTEL, penggolongan hotel dibagi menjadi :
Ayat (2) Usaha Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. Hotel Bintang; dan
b. Hotel Nonbintang.
Ayat (3) Hotel Bintang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, memiliki penggolongan kelas hotel terdiri atas:
a. hotel bintang satu; b. hotel bintang dua; c. hotel bintang tiga; d. hotel bintang empat; dan e. hotel bintang lima.
12 1. Kriteria Mutlak Standar Usaha Hotel Bintang berdasarkan Peraturan Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. PM.53/HM.001/MPEK/2013 tentang Standar Usaha Hotel
13 2. Kriteria Tidak Mutlak Standar Usaha Hotel Bintang Empat berdasarkan Peraturan
19
C. Sarana dan Fasilitas
Fasilitas umum yang harus tersedia di dalam suatu hotel diantaranya adalah : • Tempat yang cukup untuk parkir kendaraan tamu.
• Berbagai jenis kamar dengan fasilitas ruang tidur yang lengkap, kamar mandi dan tersedia televisi, video dan lain-lain.
• Telepon, telex, bussines center, dsb.
• Lobby, adalah ruangan yang dipergunakan oleh tamu untuk melakukan aktivitas sementara pada waktu kedatangan dan/ataupun keberangkatan, atau sambil menunggu/relax.
• Tersedia restoran (coffee shop, Grill Room, Restoran Indonesia, dll), bar, ruangan pertemuan, pelayanan makanan/minuman ke kamar.
• Penyewaan ruang kantor dan ruang pertokoan. • Fasilitas olahraga dan rekreasi.
• Ruang pertokoan untuk keperluan hotel seperti ruang kantor depan hotel, kantor tata graha, dsb.
2.1.2. Tinjauan Tentang Kota Sibolga
Salah satu kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan. Kota ini hanya memiliki luas ±10,77 km² dan berpenduduk sekitar 84.481 jiwa.
Pada masa Hindia-Belanda kota ini pernah menjadi ibu kota Residentie Tapanuli. Setelah masa kemerdekaan hingga tahun 1998, Sibolga menjadi ibu kota Kabupaten Tapanuli Tengah. Kota dengan sebutan Negeri Berbilang Kaum, yang mana berarti memiliki berbagai suku di dalam kota sibolga.
20 dari pesisir Timur Sumatra, lalu terjadi perkawinan-campur di antara ke 5 suku bangsa ini. Dari percampuran ke 5 suku bangsa ini lah terbentuk suatu komunitas yang disebut sebagai suku Pesisir.
Sibolga merupakan lokasi yang sangat berpotensi untuk membangun fasilitas wisata. Beberapa alasannya adalah :
Kota Sibolga sebagai Kota Transit, dimana Sibolga pasti dilewati jika ingin berwisata ke pulau-pulau yang ada di seberang pesisir Sibolga seperti pulau Poncan dan pulau Mursala.
Sebagai Kota Berbilang Kaum, yaitu kota yang mempunyai banyak suku di dalamnya.
Kemudian sebagai Kota Bahari, karena kota ini berada di sepanjang pesisir pantai.
Dan sebagai salah satu Pelabuhan Penting yang ada di Indonesia
Tabel 4. Tabel Jumlah Wisatawan Sibolga tahun 2014
2.2. Tinjauan Khusus Proyek 2.2.1. Tinjauan Lokasi
Pada bagian ini menjelaskan tentang proses pencarian lokasi dari proyek dengan peta digital dari internet yang kemudian ditetapkan menjadi lokasi untuk bisa ditinjau secara langsung
21 tinggi rendah kontur, konteks dari sekitar lahan, jarak dari bukit ke pantai, lebar jalan utama dan jalan di sekitar site, arah mata angin, dan lainnya.
22 Gambar 2 Peta Lokasi Perancangan - Bukit Tangga Seratus
Sumber : Google Maps
23 2.2.2. Tinjauan Kondisi Eksisting
Pada kegiatan tinjauan kondisi eksisting, dilakukan kegiatan survey lokasi langsung untuk mendapatkan informasi tentang kondisi lahan secara fisik dan non fisik serta potensi-potensi yang ada untuk nantinya menjadi ide dan dasar perencanaan dalam perancangan Seascape Hotel Resort Sibolga. Tinjauan Kondisi Eksisting dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Kondisi Aksesibilitas, Kondisi Lingkungan, dan Kondisi Fisik Tangga Seratus.
A. Kondisi Aksesibilitas
Setelah dilakukannya kegiatan survey langsung ke Bukit Tangga Seratus, diketahui bahwa ada 2 cara utama untuk masuk ke dalam site, yaitu jalan kota dan Tangga Seratus itu sendiri.
Jalan kota yang bisa langsung mengakses Bukit Tangga Seratus ini ada 5, yaitu :
Jalan Sisingamangaraja (8 meter)
Jalan DI Panjaitan (6 meter)
Jalan Tapian (5 meter)
Jalan Santeong (5 meter)
Jalan Sibual Buali (5 meter)
Kondisi fisik jalan dalam keadaan baik. Jalan Sisingamangaraja merupakan jalan nasional yang ramai di setiap akhir minggu, karena pasti dilewati wisatawan yang berkunjung.
24 Gambar 5.Jalan D I Panjaitan (kiri) dan Jalan Tapian (kanan)
25 Gambar 6.Jalan Santeong
Jalan Santeong merupakan anak jalan dari Jalan Sisingamangaraja yang merupakan jalur lain untuk memasuki site. Sepanjang jalur ini terdapat beberapa permukiman warga seperti permukiman Chinese dan permukiman Batak.
B. Kondisi Lingkungan
26 Lahan perancangan ini mempunyai kontur yang cukup terjal, kontur terendah berada di daerah paling depan dari site yang langsung berhadapan dengan Jalan Sisingamangaraja, dan kontur tertinggi merupakan area paling atas (puncak bukit) yang mempunyai area peristirahatan untuk para wisatawan yang lelah berjalan. Didalamnya banyak terdapat pohon-pohon karet yang lebat dan membua site ini menjadi sejuk dan tidak langsung terpapar sinar matahari yang terik di Sibolga.
7
5
,6
7
288,82
Gambar 7.Kontur terendah (merah) dan kontur tertinggi (biru)
27 Tangga Seratus merupakan peninggalan sejak zaman kolonial Belanda. Sebenarnya cukup banyak peninggalan-peninggalan sejenis, namun ukurannya kecil dan tidak terlalu terawat. Tinggi ke 298 anak tangga sekitar 100 meter. Sehingga tidak heran hampir tidak ditemukan kerusakan pada anak-anak tangganya. Kuat sekali meski telah berumur lebih dari 100 tahun. Berbeda dengan anak-anak tangga yang ditambah, masih berumur setahun dua tahun sudah mengalami kerusakan parah.
28 Gambar 9. Tempat istirahat (jeda) untuk wisatawan yang menaiki Tangga Seratus
Sebelum direnovasi memang tidak terlalu banyak yang bisa dinikmati selain wujud aslinya. Kini, sudah jauh lebih baik. Pada beberapa level tinggi sudah ada pemberhentian (checkpoint) dengan tata yang nyaman untuk duduk santai dan memandang kota dan jauh ke laut lepas. Pada salah satu level puncak juga terdapat benteng peninggalan Belanda, gua, penjara dan saluran air. Sayang, aksesnya sangat dibatasi. Bahkan belum pernah ada ilmuwan yang secara khusus meneliti dan mengobservasi tempat ini dengan mendalam.
29 Gambar 10. Detail Tangga Seratus Sibolga
2.3. Studi Banding Proyek Sejenis 2.3.1. Four Seasons Hotel Resort, Bali
30 Gambar 11. Hotel Four Seasons Bali
31
Jasa tur
Taman
Jacuzzi
Area parkir
Hotel ini adalah hotel berbintang lima dengan 156 kamar, dan didesain dengan konsep yang menyatu dengan alam. Selain suasana hutan, pemandangan laut yang indah juga dapat dirasakan dari balkon kamar hotel. Hotel ini juga didesain semi terbuka dengan Spa Center dan beberapa kolam renang di ruangan terbuka. Desain rancangan eksterior dan interior dari hotel ini adalah perpaduan konsep modern dengan unsur tradisional Bali.
2.3.2. The Hill Hotel Resort, Sibolangit
Sibolangit merupakan sebuah daerah yang akan dilewati jika berpergian ke Berastagi dari arah kota Medan.
32 The Hill Hotel Resort berada satu wilayah perbukitan menuju Berastagi yang berdekatan dengan Gunung Berapi Sibayak dan Taman Mejuah, serta pasar buah Berastagi.
Fasilitas :
Fasilitas Umum Fasilitas Servis Fasilitas Tambahan
24hour front desk
Air Conditioning
Penyimpanan Bagasi
Koran gratis di Lobby
WiFi
Fasilitas Bisnis
Fasilitas Rapat
Restoran
Breakfast in the Room
Car Rental
Billiards or Pool table
Karaoke
Outdoor pool
Pusat Kebugaran
Spa
33
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1. Pengertian TemaPada studio Perancangan Arsitektur VI ini, perancang mengambil Arsitektur Neo-Vernakular sebagai tema dalam perancangannya. Dimana pengertian dari Arsitektur Neo Vernakular akan dijabarkan di bawah ini:
3.1.1. Pengertian Arsitektur
Arsitektur adalah lingkungan binaan yang dapat dihasilkan oleh dan menjadi tempat manusia berbudaya.
Lingkungan binaan Arsitektur adalah:
Adalah satuan ruangan yang diwujudkan, dibina, dan ditata menurut norma, kaidah, dan aturan tertentu yang berkembang menurut waktu dan tempatnya.
Ilmu dalam merancang bangunan
Adalah suatu yang sengaja dirancang guna memenuhi kebutuhan para pemakai sebagai suatu pemecahan dari masalah yang ada dan harus memenuhi persyaratan fungsional.
Seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan
Merupakan perwujudan fisik sebagai wadah kegiatan manusia yang kemudian diwujudkan dalam bentuk yang menarik, baik secara visual maupun sirkulasiyang teratur dan nyaman.
Suatu hal yang membahas tentang fungsi, struktur, dan estetika
34 3.1.2. Pengertian Vernakular
Kata Vernakular berasal dari vernaculus (latin) berarti asli (native). Maka vernakular arsiektur dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat. Paul Oliver dalam bukunya Ensikolopedia Arsitektur Vernakular menjabarkan bahwa arsitektur vernakular konteks dengan lingkungan sumber daya setempat yang dibangun oleh suatu masyarakat dengan menggunakan teknologi sederhana untuk memenuhi kebutuhan karakteristik yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tantanan budaya masyarakat dari masyarakat tersebut. Arsitektur vernakular ini terdiri dari rumah dan bangunan lain seperti lumbung, balai adat dan lain sebagainya.
Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture, arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik, serta dibangun berdasarkan pengalaman, menggunakan teknik dan material local serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu terbuka untuk terjadinya transformasi.
Bernard Rudofsky (1964) dalam bukunya “Architecture without Architect” menuliskan …”Vernacular architecture does not go through fashion cycles. It is nearly immutable, indeed, unimprovable, since it serves its purpose to perfection. Sedangkan Amos Rapoport (1969) dalam bukunya “House, Form, and Culture”, mengartikan arsitektur vernakular sebagai “folk tradition”.
Vernacular architecture is a generalized way of design derived from Folk Architecture, it uses the design skills of Architects to develop Folk Architecture” (Bruce Allsopp–1977:6). Dengan demikian arsitektur vernakular yang merupakan pengembangan diri dari arsitektur rakyat memiliki nilai ekologis, arsitektonis dan alami karena mengacu pada kondisi, potensi iklim, budaya, dan masyarakat lingkungannya. (Victor Papanek 1995:113-138)
35 Perkataan ‘tradisi’ sebenarnya berasal dari bahasa latin “trado-transdo”, yang berarti “sampaikanlah kepada yang lain”. Banyak orang mencoba mendefinisikan apa itu tradisi. Namun aspek yang tak dapat dipungkiri bahwa dalam tradisi ada makna untuk melanjutkan ke generasi berikutnya. Oleh sebab itu istilah ‘vernakular’ dan ‘tradisi’ sering kali dipakai bersamaan untuk saling melengkapi. Penghayatan akan tradisi tidak berarti mengharuskan kita hidup kembali seperti di masa lampau. Namun penjiwaan akan sebuah tradisi yang baik akan lebur dalam pikiran kita dan mampu mendorong seorang arsitek untuk menciptakan suatu karya yang mempunyai karakter yang kuat.
Room Manguwijaya dalam buku Wastu Citra juga memberikan pendapat yang hampir senada mengenai definisi dari arsitektur vernakular itu sendiri. Menurut beliau, arsitektur vernakular itu adalah pengejawentahan yang jujur dari tata cara kehidupan masyarakat dan merupakan cerminan sejarah dari suatu tempat
Jadi arsitektur vernakular bukanlah semata-mata produk hasil dari ciptaan manusia saja, tetapi lebih penting adalah hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
3.1.3. Pengertian Neo- Vernakular
Neo atau modern artinya sesuatu yang baru atau masa peralihan.
Arsitektur Neo-Vernakular berarti suatu lingkungan binaan yang didalamnya ditonjolkan bentuk-bentuk yang mengacu pada “bahasa setempat” dengan mengambil elemen-elemen arsitektur yang ada ke dalam bentuk modern. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular, melainkan menampilkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).
36 A. Pendekatan Arsitektur Neo – Vernakular
Yang perlu diperhatikan dalam penerapan pendekatan dalam arsitektur neo- vernacular adalah :
Interpretasi desain yaitu pendekatan melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur setempat yang dimasukkan kedalam proses perancangan yang terstruktur lalu kemudian diwujudkan dalam bentuk yang termodifikasi sesuai dengan zaman sekarang.
Ragam dan corak desain yang digunakan adalah dengan pendekatan simbolisme, aturan, dan tipologi untuk memberikan kedekatan dan kekuatan pada desain.
Struktur tradisional yang digunakan mengadaptasi bahan bangunan yang ada didaerah dan menambah elemen estetis yang diadaptasi sesuai dengan fungsi bangunan.
B. Prinsip Desain Arsitektur Neo - Vernakular
Adapun prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara terperinci, yaitu :
Hubungan Langsung: merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang.
Hubungan Abstrak: meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.
Hubungan Lansekap: mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.
Hubungan Kontemporer: meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur
Hubungan Masa Depan: merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan datang
C. Penerapan Arsitektur Neo - Vernakular
37 dalam implementasi terhadap perancangan bangunan, baik sendiri-sendiri maupun secara bersamaan membentuk suatu komposisi rancang bangun yang komprehensif.
a. Aspek Fisik
Yang dimaksud aspek fisik disini adalah bentuk tampilan bangunan yang dilihat keberadaanya dengan mata dan mempunyai wujud dan bentuk tertentu. Kemudian bila kita kaitkan dengan aspek fisik dalam penerapan arsitektur Neo-Vernakular yang meliputi lokasi dan tapak, bentuk bangunan, bahan bangunan dan kontruksi. Berarti bahwa elemen-elemen tersebut yang merupakan suatu respon terhadap alam pada bangunan tradisional masa lalu, ditampilkan kembali pada bangunan modern dengan fungsi pada elemen-elemen tersebut tetap sama yaitu sebagai suatu usaha/ respon sebuah bangunan modern terhadap kondisi lingkungan dan iklim setempat.
b. Aspek Non Fisik
Yang dimaksud aspek non fisik adalah yang terkait didalam tradisi, adat istiadat, maupun aktivitas dari masyarakat yang erat dengan budaya setempat.
Elemen-elemen yang dapat dieksplorasi ke dalam arsitektur modern meliputi : 1. Bentuk bangunan
Pada masa lalu bangunan rumah tradisional umumnya mempunyai atap yang tinggi dan tritisan yang lebar, hal ini sebagai salah satu cara mengatasi curah hujan yang tinggi dan mengantisipasi terhadap panas matahari. Kemudian implementasi dalam bangunan modern penggunaan atap yang tinggi dan lebar merupakan suatu bentuk transformasi dari bentuk-bentuk vernacular.
2. Ornamen
38 3. Material
Pemilihan material yang akan digunakan juga sangat menentukan arsitektur tradisional yang dipilih karena melalui pemilihan material yang tepat, maka dapat dikatakan bangunan tersebut merupakan refleksi dari suatu arsitektur tradisional.
3.2. Interpretasi Tema
Dalam Arsitektur Neo-Vernakular, tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola piker, kepercayaan, tata letak, religi, dan lain-lain.
Arsitektur Neo-Vernakular dimaksudkan agar tetap dapat melestarikan unsur-unsur budaya lokal dengan lapisan modernisasi.
Dalam Arsitektur Neo-Vernakular, banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat modern, namun dalam penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah setempat yang dikemas dalam bentuk yang modern. Arsitektur Neo-Vernakular ini menunjukkan suatu bentuk yang modern tetapi masih memiliki image daerah setempat walaupun material yang digunakan adalah bahan modern seperti kaca dan logam.
Dalam Arsitektur Neo-Vernakular, ide bentuk-bentuk diambil dari vernakular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk modern.
3.3. Keterkaitan Tema Dengan Judul Proyek
39 Tema yang diangkat untuk judul proyek ini adalah Neo-Vernakular, melihat bagaimana melekatnya unsur kebudayaan Batak Mandailing pada Sibolga, sehingga menjadikannya potensi wisata dan bisa dinikmati oleh semua wisatawan yang datang.
Melalui tema yang diangkat, diharapkan dapat memberikan sebuah hotel resort yang sesuai dengan tradisi Suku Batak Mandailing namun tetap memberikan respon sebuah bangunan modern terhadap kondisi lingkungan dan iklim Sibolga.
3.4. Sekilas Tentang Mandailing
Menurut beberapa literatur, Mandailing merupakan salah satu bagian dari daerah suku bangsa Batak yang ada di Sumatera Utara. Pembagian wilayah di Sumatera Utara yang menyebabkan pengelompokan daerah-daerah tersebut dalam satu kelompok suku bangsa Batak dilakukan oleh bangsa Belanda ketika pertama kali datang ke daerah ini. Pembagian wilayah tersebut terus berlangsung sampai saat ini sehingga masyarakat luas hanya mengetahui bahwa Mandailing merupakan bagian dari daerah suku bangsa Batak (Lubis, 1993 : 3).
Menurut cerita-cerita suci orang Batak terutama dari masyarakat Batak Toba, semua sub suku-suku bangsa Batak tersebut mempunyai nenek moyang yang sama, yaitu Si Raja Batak. Namun demikian, masyarakat Mandailing menyatakan bahwa kelompok masyarakat mereka bukan ‘Batak’ seperti yang selama ini diketahui banyak orang. Sejak lama masyarakat Mandailing tidak mau disebut sebagai orang Batak. Beberapa bukti berupa data dan penelitian tentang asal usul Mandailing semakin memperkuat kepercayaan tersebut dan melahirkan pernyataan baru yang mengatakan bahwa sebenarnya orang-orang Batak yang ada sekarang ini justru berasal dari Mandailing. Data yang dijadikan bukti ketidakbenaran informasi bahwa orang Mandailing termasuk orang Batak adalah (1) Tonggotonggo Siboru Deak Parujar dari orang Toba; (2) Pupuh Negarakertagama syair ke13 oleh Mpu Prapanca; (3) Adat Dalihan Na Tolu; (4) Bahasa dan Aksara Mandailing; (5) Perkataan Gordang (Nasution, 1991 : 14).
3.5. Permukiman Mandailing
40 Dengan adanya pola hidup menetap, maka terbentuklah kampung-kampung (perkampungan) yang disebut huta. Huta yang terbentuk dapat berubah menjadi sebuah huta adat melalui horja yang ditandai dengan diangkatnya seorang raja dan dibangunnya Bagas Godang sebagai tempat tinggal raja berdampingan dengan Sopo Godang sebagai balai sidang adat dan Sopo Eme sebagai lumbung desa. Huta adat di Mandailing selain memiliki Bagas Godang, Sopo Godang, Sopo Eme sebagai bangunan adat juga harus memiliki halaman tempat dilakukannya segala aktivitas adat yang terletak di depan Bagas Godang yaitu Alaman Bolak Selangseutang (Lubis, 1999 : VI, 82).
Kawasan permukiman masyarakat Mandailing pada sekarang ini dapat dicapai melalui jalan utama yang terdapat di tiap desa. Fenomena fisik yang menarik pada lokasi amatan, di sepanjang sisi jalan terdapat rumahrumah yang orientasinya berbeda-beda. Walaupun berada di dekat jalan, rumah-rumah tersebut banyak yang tidak menghadap ke jalan tetapi saling berhadapan. Di beberapa desa, apabila jalan tersebut terus ditelusuri, maka di satu tempat akan ditemukan sebidang tanah yang cukup luas. Tanah yang relatif lebih luas dibandingkan dengan area lain di dalam desa disebut penduduknya Alaman Bolak yang artinya halaman yang luas. 3.6. Arsitektur Mandailing
Arsitektur Mandailing Julu dibentuk oleh sejarah dan kebudayaan dengan menerapkan konsepsi Banua, sistem kepercayaan sekaligus juga kondisi geografis setempat. Konsep Banua, system kepercayaan dan kondisi geografis setempat merupakan tiga unsur yang sangat mempengaruhi terbentuknya arsitektur Mandailing Julu.
Elemen-elemen arsitektur yang berkaitan dengan pola tatabangunan yang terdapat di Mandailing Julu terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok bangunanbangunan biasa dan kelompok bangunan-bangunan utama.
a. Kelompok bangunan-bangunan biasa
41 b. Kelompok bangunan-bangunan utama
Merupakan bangunan hunian raja dan pelengkapnya yang terdapat di sekitar Alaman Bolak dan membentuk dua pola, yaitu pola yang saling berhadapan dengan posisi Alaman Bolak berada di antara bangunanbangunan utama dan pola yang berdampingan dengan posisi Alaman Bolak sebagai perangkai bangunan-bangunan utama. Alaman Bolak dan Sopo Godang diletakkan pada zona Banua Partonga sedangkan Bagas Godang diletakkan pada zona Banua Parginjang dengan orientasi dan konfigurasi yang berbedabeda.
Perletakan tiap elemen juga berpengaruh terhadap pola tata bangunan yang ada. Bangunan-bangunan dan elemen-elemen fisik lainnya yang berada di sepanjang sisi sungai harus dibangun sedemikian rupa sehingga harus sesuai dengan kondisi alam sekitarnya. Pembagian wilayah huta dan perletakan elemen-elemennya sesuai dengan konsep kosmologi tentang banua. Jae, julu dan tonga merupakan bagian dari zona Partonga, dolok merupakan bagian dari Partoru dan lombang merupakan bagian dari Parginjang.
Peran penting sungai juga dapat dilihat pada kedudukannya dalam konsep kosmologi banua yang selalu berada pada zona Banua Parginjang. Sungai yang berada di lombang hanya menunjukkan letaknya sedangkan makna sungai sesungguhnya merupakan elemen yang suci dan mulia, sehingga sesuatu yang nista yaitu makam di partoru harus dijauhkan dari sungai.
3.8. Studi Banding Tema Sejenis 3.8.1. Adi Dharma Hotel, Bali
Adi Dharama Hotel adalah sebuah hotel resort yang terletak di daerah Kuta, tepatnya di di Jl. Benesari, Kuta, Bali, Indonesia. Hotel berbintang 3 ini memliki 85 kamar.
42 Gambar 13. Hotel Adi Dharma
Selain sebagai estetis, pertimbangan utama pemilihan material sepert batu alam yang
digunakan adalah untuk memberikan atmosfer yang mencerminkan kebudayaan Bali dan keindahan
nuansa alamnya. Desain bangunan ini membedakan dua elemen menjadi satu dan diakhiri dengan
sesuatu yang lembut dan mengalir. Identitasnya ditonjolkan dengan abstraksi dan mengkontraskan
43
Fasilitas Umum Fasilitas Servis Fasilitas Tambahan
Resepsionis 24 jam
Bar tepi kolam renang
Brankas di resepsionis
Taman
Teras
Perpustakaan
3.8.2. Joglo Plawang Boutique Hotel, Yogyakarta
Joglo Plawang adalah sebuah hotel resort yang terletak di Yogyakarta, tepatnya Jalan Raya Pakem Turi KM 5, Karanggawang, Girikerto Turi Sleman, Yogyakarta, Indonesia. Hotel ini berada di satu daerah dengan Merapi Golf Course. Hotel bintang 4 ini juga berada di satu wilayah dengan Monumen Yogya Kembali dan Taman Nasional Gunung Merapi.
44 Hotel berbintang 4 ini memliki 23 kamar. Desain hotel ini adalah pencampuran antara arsitektur modern dan arsitektur tradisional Jawa. Bisa dilihat dari bagian interior kamar, lobby dan eksterior bangunan yang sudah memakai material seperti kaca, dan dipadukan dengan material tradisional seperti kayu. Atap dan ornament yang diperlihatkan juga sangat mencerminkan arsitektur Jawa.
Fasilitas Umum Fasilitas Kamar
45
BAB IV
ANALISA PROYEK
4.1. Analisa Fungsional4.1.1. Pemakai Bangunan
Yang akan memakai bangunan Seascape Hotel Resort ini adalah : 1. Masyarakat umum kota Medan, khususnya etnis Tamil
2. Wisatawan Domestik 3. Wisatawan Mancanegara 4. Pengelola
4.1.2. Aktifitas Pemakai Bangunan
Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang Sifat Ruang
Tamu Restoran & Bar Publik Fitnes Centre Semi Publik
Tamu hotel Tidur
Restoran dan Bar Semi Publik
46 R. General Manager Privat R. Sekretaris Privat
R. President Manager Privat R. Sales Office dan R. Linen dan Laundry Servis
Gudang Servis
Ruang Karyawan Servis Room Boy Station Servis
Juru Masak
Engineering Mengontrol air bersih
Mengolah air kotor
47
R. Kontrol Kebakaran Servis R. Peralatan M/E Servis
Gudang Servis
Sanitasai Lavatory (Toilet) Servis
Security Menjaga keamanan dan
keselamatan
pengunjung dan semua inventaris hotel
R. Keamanan Servis
48 4.1.3. Besaran Ruang Dalam Bangunan
Kegiatan Ruang Standar Sumber Luas (m2)
Total Kebutuhan 249,38 ~ 250
Kegiatan Penunjang
Ruang Konvensi 4 120
Lavatory 3 62,23
Gudang 0,3/m 2 30
Restaurant 1,5 m/ kursi
(jlh 60 kursi) 1 90
Total Kebutuhan 958,191 ~ 960
49
Total Kebutuhan 326,3 ~ 326
Kegiatan
Total Kebutuhan 3057,6 ~ 3058
Kegiatan
Total Kebutuhan 339,3 ~ 340
50 (Umum + Penunjang + Pengelola + Utama + Pelayanan)
Sirkulasi Antar Kelompok Bangunan (15%) 740,04
Total Bangunan 5673,64
~ 5674
Tabel 6. Tabel Besaran Ruang
Luas Lahan = = = 2269,6 ~ 2270
Luas Lantai Dasar = Luas total lahan x KDB = 2270 x 90% = 2043 m2
Luas Open Space = Luas Lahan - Luas Lantai Dasar = 2270 - 2043 = 227 m2
51 4.2. Analisa Lingkungan
4.2.1. Tata Guna Lahan
Gambar 15. Analisa Tata Guna Lahan
52 4.2.2. Generator Aktifitas
Gambar 16 Analisa Generator Aktifitas
53 4.2.3. Pola Arsitektur
Gambar 17. Analisa Pola Arsitektur Sekitar
54 4.2.4. Sirkulasi Dan Pencapaian
Gambar 18. Analisa Sirkulasi dan Pencapaian
55 4.3. Analisa Site
4.3.1. Matahari
56 4.3.2. Vegetasi
Gambar 20. Analisa Vegetasi
57 4.3.3. Kebisingan
Gambar 21. Analisa Kebisingan
58 4.3.4. Sirkulasi Pejalan Kaki
Gambar 22. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki
59 4.3.5. Sirkulasi Kendaraan
60 4.3.6. Keistimewaan Alami Tapak
Gambar 24. Analisa Keistimewaan Tapak
61 4.3.7. Utilitas
Gambar 25. Analisa Utilitas
62 4.3.8. View Ke Dalam Site
Gambar 26. Analisa View ke dalam Site
63 4.3.9. View Dari Dalam Site
Gambar 27. Analisa View dari dalam Site
64 4.3.10. Garis Langit (Skyline)
66
BAB V
KONSEP
5.3. Konsep DasarKonsep untuk judul Seascape Hotel Resort Sibolga awalnya didapat dari view dari hotel resort yang menghadap ke laut kota Sibolga. Dimana kita ketahui bahwa melihat pemandangan laut dari sebuah kamar hotel membuat kita merasa sejuk dan damai. Selain itu, dengan menginap di hotel ini, wisatawan tidak perlu jauh-jauh untuk mencari hotel yang dekat dengan laut, dan bisa menikmati keindahan pemandangan kota sibolga secara keseluruhan.
Lalu pendekakatan tema dan teori arsitektur yang digunakan dalam konsep perancangan hotel resort ini adalah Arsitektur Neo-Vernakular. Arsitektur vernakular yang diambil dan
67 5.2. Konsep Zoning
5.2.1. Pada Tapak
Gambar 30. Konsep Zoning Pada Tapak
68 5.2.2. Pada Bangunan
Gambar 31. Konsep Zoning Pada Bangunan
Bangunan terdiri dari 1 lantai podium, 3 lantai tower. Lantai l merupakan area publik, semi publik dan servis, lantai 2 kanan merupakan area semi publik, lantai 2 kiri dan lantai 3 sampai lantai 4 merupakan area semi publik dan privat.
5.3. Konsep Sirkulasi
69 Maka untuk area parker hotel, berada di area atau lahan kosong disamping hotel. Dengan konsep seperti ini juga dapat mengurangi kepadatan yang mungkin ditimbulkan hotel yang berada di sudut jalan.
Gambar 32. Konsep Sirkulasi dalam Site
5.4. Konsep Fasad
70 Gambar 33. Tampak Depan Hotel
71 5.5. Konsep Struktur
Struktur yang digunakan pada hotel ini adalah Rigid Frame dengan kolom beton dan dinding bata, juga menggunakan core untuk memperkuat struktur bangunan dan sebagai tempat shaft , sirkulasi darurat (tangga kebakaran), dan sirkulasi vertikal lift.
Gambar 35. Tiga Dimensi Rencana Struktur Hotel
72
BAB VI
PENUTUP
Proses yang cukup panjang telah dilalui penulis dalam Studio Perancangan Studio Arsitektur VI ini. Dari segi desain, bangunan yang awalnya berbentuk kotak berubah menjadi seturut dengan bentuk tapak (site). Perubahan yang signifikan dapat dilihat pada denah yang dulunya sangat berantakan, namun setelah melewati proses asistensi menjadi cukup teratur. Masukan-masukan yang diberikan selama masa asistensi dan sidang preview 1 dan preview 2 sangat membantu dan menginspirasi perancang/penulis dalam menyelesaikan desain hotel resort ini
Harus diakui dari semua yang ditugaskan dan disarankan hanya tidak semua dapat diwujudkan. Hambatan ini dapat disebabkan mungkin karena keterbatasan waktu, kemampuan penulis, dan lain sebagainya.
73
DAFTAR PUSTAKA
Ching, Francis, D.K.,(1985), Architecture : Form, Space and Order, Jakarta, Erlangga.
Lawson, Fred, R., (1995), Hotel and Resorts : Planning, Design and Refurbishment, Bath Press, Avon, Great Britain.
Neufert, Ernst, (1993), Data Arsitek ( Terjemahan ), Jakarta, Erlangga.
Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel, Lampiran 1
Poerwadarminta, W.J.S. (1989), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Purba, Tiffany, (2011), Karo Cultural Tourism Park (Taman Wisata Budaya Karo) : Arsitektur Neo-Vernakular. Skripsi Program Sarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Teknik Arsitektur, Medan
Surat Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No.SK.241/G/70 tahun 1970