• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Kabupaten/Kota Statistik Perikanan Budidaya 2014 KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profil Kabupaten/Kota Statistik Perikanan Budidaya 2014 KATA PENGANTAR"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Buku Profil Kabupaten/Kota, yang diterbitkan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebuah proses pengumpulan data untuk mengetahui Potensi Wilayah suatu kabupaten/kota baik secara umum maupun secara khusus.

Sebelum pelaksanaan pengumpulan data sarana perikanan budidaya yang dilaksanakan di lapangan terlebih dahulu harus dimiliki/diketahui data potensi dan profil kabupaten/kota menurut kebutuhan. Data profil kabupaten/kota ini dibuat atau disusun oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota.

Buku profil kabupaten/kota ini dibuat oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dengan maksud agar dapat memberikan gambaran kepada masyarakat tentang potensi wilayah suatu daerah kabupaten/kota.

Demikian kami harap agar Buku Profil ini dapat dipergunakansebagai acuan dalam penentuan kebijakan dalam bidang perikanan, saran dan kritik membangun guna penyempurnaan buku ini sangat kami hargai.

Makassar, Oktober 2014

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan

Ir. H. ISKANDAR KATA PENGANTAR

Buku Profil Kabupaten/Kota, yang diterbitkan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebuah proses pengumpulan data untuk mengetahui Potensi Wilayah suatu kabupaten/kota baik secara umum maupun secara khusus.

Sebelum pelaksanaan pengumpulan data sarana perikanan budidaya yang dilaksanakan di lapangan terlebih dahulu harus dimiliki/diketahui data potensi dan profil kabupaten/kota menurut kebutuhan. Data profil kabupaten/kota ini dibuat atau disusun oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota.

Buku profil kabupaten/kota ini dibuat oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dengan maksud agar dapat memberikan gambaran kepada masyarakat tentang potensi wilayah suatu daerah kabupaten/kota.

Demikian kami harap agar Buku Profil ini dapat dipergunakansebagai acuan dalam penentuan kebijakan dalam bidang perikanan, saran dan kritik membangun guna penyempurnaan buku ini sangat kami hargai.

Makassar, Oktober 2014

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan

Ir. H. ISKANDAR KATA PENGANTAR

Buku Profil Kabupaten/Kota, yang diterbitkan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebuah proses pengumpulan data untuk mengetahui Potensi Wilayah suatu kabupaten/kota baik secara umum maupun secara khusus.

Sebelum pelaksanaan pengumpulan data sarana perikanan budidaya yang dilaksanakan di lapangan terlebih dahulu harus dimiliki/diketahui data potensi dan profil kabupaten/kota menurut kebutuhan. Data profil kabupaten/kota ini dibuat atau disusun oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota.

Buku profil kabupaten/kota ini dibuat oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dengan maksud agar dapat memberikan gambaran kepada masyarakat tentang potensi wilayah suatu daerah kabupaten/kota.

Demikian kami harap agar Buku Profil ini dapat dipergunakansebagai acuan dalam penentuan kebijakan dalam bidang perikanan, saran dan kritik membangun guna penyempurnaan buku ini sangat kami hargai.

Makassar, Oktober 2014

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan

(2)

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Daftar isi ... ii

Provinsi Sulawesi Selatan ... 1

Kota Makassar ... 3

Kota Palopo ... 6

Kabupaten Wajo ... 8

Kota Pare-pare ... 12

Kabupaten Tana Toraja ... 15

Kabupaten Takalar ... 18

Kabupaten Sinjai ... 22

Kabupaten Sidrap ... 27

(3)

Kabupaten Maros ... 34

Kabupaten Luwu Utara ... 36

Kabupaten Luwu Timur ... 38

Kabupaten Luwu ... 42 Kabupaten Jeneponto ... 46 Kabupaten Bulukumba ... 50 Kabupaten Enrekang ... 54 Kabupaten Bone ... 58 Kabupaten Barru ... 64 Kabupaten Bantaeng ... 68 Kabupaten Soppeng ... 72 Kabupaten Gowa ... 76 Kabuapten Selayar ... 87

(4)

PROVINSI SULAWESI SELATAN Potensi Perikanan

Di Sulawesi Selatan prospek perikanan tiap tahunnya hampir memperlihatkan angka yang cukup menjanjikan. Pada tahun 2013, total produksi ikan budidaya sebesar 2.591.769,1 ton. Sektor Perikanan Sulawesi Selatan memiliki beberapa komoditas unggulan di sektor budidaya seperti :

NO KOMODITAS 2011 TAHUN 2012 2013

1

a. udang 26,824 28,146 34.420,7

I.udang windu 12,838 14,786 15,319.1

II. Udang vanname 4,316 4,393 8,542.2

III. Udang lainnya 9,670 8,967 10,559.4

2 b. rumput lautI. E. Cottoni 1,675,8071,204,161 2,104,4461,480,712 2,422,154.21,661,334.5

II. Gracillaria 471,646 623,734 760,819.7 3 c. Bandeng 83,309.0 89,708.1 119,887.1 4 d. Patin 4.4 24.7 30.9 5 e. Lele 955.0 1,198.1 1,588.6 6 f. Nila 2,494.4 2,591.9 3,320.1 7 g. Kerapu 6.9 12.7 8.9 8 h. Kakap 50.0 11.2 1.6 9 I. Gurame 20.0 23.7 16 10 j. Mas 5,682.9 6,311.8 7,249.2 11 k. Lainnya 3,578.0 3,180.9 3,046.8

(5)

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa meningkatnya produksi perikanan budidaya Sulawesi Selatan setiap tahunnya sangat dipengaruhi oleh 3 komoditas yaitu: Udang, Rumput Laut dan Bandeng.

(6)

KOTA MAKASSAR Keadaan Geografi

Kota Makassar terletak antara 119º24'17'38” Bujur Timur dan 5º8'6'19” Lintang Selatan yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah Selat Makassar. Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 199,26 km2 persegi yang meliputi 14 kecamatan.

Pendidikan

Pembangunan bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu negara akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia pelaku aktif dari seluruh kegiatan tersebut.

Kesehatan

Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan bisa dilihat dari 2 aspek kesehatan yaitu sarana kesehatan dan sumber daya manusia.

(7)

Potensi Perikanan

Makassar saat ini merupakan kota yang maju dan sangat pesat pembangunannya, hal ini yang kemudian membuat lahan untuk melakukan kegiatan budidaya sangat terbatas, akan tetapi ini juga yang membuat masyarakat kota Makassar menjadi lebih kreatif dalam mengahadapi hal tersebut, masyarakat kota Makassar banyak yang memanfaatkan secara maksimal lahan-lahan untuk menjalankan usaha budidaya, khususnya budidaya ikan lele, dan ikan lele ini juga yang pada saat ini menjadi komoditas unggulan perikanan kota Makassar khususnya disektor budidaya, ini dapat kita lihat berdasarkan data tahun 2013 berikut :

NO KABUPATEN KOMODITAS LELE 1 LUWU 43.8 2 LUWU UTARA 60.0 3 WAJO 43,6 4 BONE 101.0 5 SINJAI 0.3 6 BULUKUMBA 76.4 7 SELAYAR -8 BANTAENG 3.6 9 JENEPONTO 3.7 10 TAKALAR 23.0 11 MAKASSAR 521.0 12 MAROS 71.8 13 PANGKEP 58.4 14 PINRANG 50.9 15 4.3 Potensi Perikanan

Makassar saat ini merupakan kota yang maju dan sangat pesat pembangunannya, hal ini yang kemudian membuat lahan untuk melakukan kegiatan budidaya sangat terbatas, akan tetapi ini juga yang membuat masyarakat kota Makassar menjadi lebih kreatif dalam mengahadapi hal tersebut, masyarakat kota Makassar banyak yang memanfaatkan secara maksimal lahan-lahan untuk menjalankan usaha budidaya, khususnya budidaya ikan lele, dan ikan lele ini juga yang pada saat ini menjadi komoditas unggulan perikanan kota Makassar khususnya disektor budidaya, ini dapat kita lihat berdasarkan data tahun 2013 berikut :

NO KABUPATEN KOMODITAS LELE 1 LUWU 43.8 2 LUWU UTARA 60.0 3 WAJO 43,6 4 BONE 101.0 5 SINJAI 0.3 6 BULUKUMBA 76.4 7 SELAYAR -8 BANTAENG 3.6 9 JENEPONTO 3.7 10 TAKALAR 23.0 11 MAKASSAR 521.0 12 MAROS 71.8 13 PANGKEP 58.4 14 PINRANG 50.9 15 4.3 Potensi Perikanan

Makassar saat ini merupakan kota yang maju dan sangat pesat pembangunannya, hal ini yang kemudian membuat lahan untuk melakukan kegiatan budidaya sangat terbatas, akan tetapi ini juga yang membuat masyarakat kota Makassar menjadi lebih kreatif dalam mengahadapi hal tersebut, masyarakat kota Makassar banyak yang memanfaatkan secara maksimal lahan-lahan untuk menjalankan usaha budidaya, khususnya budidaya ikan lele, dan ikan lele ini juga yang pada saat ini menjadi komoditas unggulan perikanan kota Makassar khususnya disektor budidaya, ini dapat kita lihat berdasarkan data tahun 2013 berikut :

NO KABUPATEN KOMODITAS LELE 1 LUWU 43.8 2 LUWU UTARA 60.0 3 WAJO 43,6 4 BONE 101.0 5 SINJAI 0.3 6 BULUKUMBA 76.4 7 SELAYAR -8 BANTAENG 3.6 9 JENEPONTO 3.7 10 TAKALAR 23.0 11 MAKASSAR 521.0 12 MAROS 71.8 13 PANGKEP 58.4 14 PINRANG 50.9 15 4.3

(8)

17 SIDRAP 34.0 18 GOWA 60.8 19 BARRU 28.6 20 PARE PARE -21 PALOPO 61,8 22 LUWU TIMUR 115.0 23 TORAJA 5.5 24 TORAJA UTARA 205.0 TOTAL 1,588.6

Tabel diatas menunjukkan bahwa produksi lele kota Makassar pada tahun 2013,merupakan yang tertinggi dari 24 kabupaten/kota lainnya.

(9)

KOTA PALOPO Letak Geografis

Secara Geografis Kota Palopo Kurang Lebih 375 Km dari Kota Makassar ke arah Utara dengan posisi antara 120 derajat 03 sampai dengan 120 derajat 17,3 Bujur Timur dan 2 derajat 53,13 sampai dengan 3 derajat 4 Lintang Selatan, pada ketinggian 0 sampai 300 meter di atas permukaan laut.

Kota Palopo di bagian sisi sebelah Timur memanjang dari Utara ke Selatan merupakan dataran rendah atau Kawasan Pantai seluas kurang lebih 30% dari total keseluruhan, sedangkan lainnya bergunung dan berbukit di bagian Barat, memanjang dari Utara ke Seatan, dengan ketinggian maksimum adalah 1000 meter di atas permukaan laut.

Kota Palopo sebagai sebuah daerah otonom hasil pemekaran dari Kabupaten Luwu, dengan batas-batas:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu.

 Sebelah Timur dengan Teluk Bone.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bua Kabupaten Luwu.

(10)

Luas Wilayah Pesisir

Wilayah Kota Palopo sebagian besar merupakan dataran rendah dengan keberadaannya diwilayah pesisir pantai. Sekitar 62,85% dari total luas daerah Kota Palopo, menunjukkan bahwa yang merupakan daerah dengan ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut, sekitar 24,76% terletak pada ketinggian 501-1000 meter di atas permukaan laut, dan selebihnya sekitar 12,39% yang terletak diatas ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

Potensi Perikanan

Potensi perikanan kota Palopo khususnya sektor budidaya, didominasi dari hasil-hasil tambak, seperti udang, bandeng, dan rumput laut jenis Gracillaria sp. Udang : 104,4 Ton, Rumput Laut : 69.480,3 Ton, Bandeng : 1.423 Ton. Meskipun tidak signifikan, akan tetapi hasil-hasil budidaya tersebut menunjukkan bahwa masyarakat kota Palopo tidak menutup mata akan peluang dari sektor budidaya perikanan.

(11)

KABUPATEN WAJO Letak Geografis

Kabupaten wajo dengan ibu kotanya Sengkang, terletak dibagian tengah Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kurang lebih 250 km dari Makassar Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, memanjang pada arah laut Tenggara dan terakhir merupakan selat, dengan posisi geografis antara 3º 39º - 4º 16º LS dan 119º 53º-120º 27 BT.

Batas wilayah Kabupaten Wajo sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan Kabupaten Sidrap Sebelah Selatan : Kabupaten Bone dan Soppeng

Sebelah Timur : Teluk Bone

Sebelah Barat : Kabupaten Soppeng dan Sidrap Luas wilayah daratan

Luas wilayahnya adalah 2.056,19 Km² atau 4,01% dari luas Propinsi Sulawesi Selatan dengan rincian Penggunaan lahan terdiri dari lahan sawah 86.297 Ha (34,43%) dan lahan kering 164.322 Ha (65,57%).

(12)

1. Kecamatan Pitumpanua 2. Kecamatan Keera 3. Kecamatan Takkalalla 4. Kecamatan Sajoanging 5. Kecamatan Penrang 6. Kecamatan Bola

Jumlah desa yang masuk dalam 6 kecamatan tersebut adalah 25 Desa yang langsung berada di pantai pesisir dan perbatasan dengan laut, sedangkan 42 Desa yang berada didaratan.

Luas wilayah desa yang masuk pantai pesisir menempati sekitar 47,437 Ha dan Panjang pantai keseluruhan dari 6 Kecamatan tersebut adalah 103 Km.

Pelabuhan

Perhubungan merupakan unsur yang sangat penting peranan dalam menunjang pelaksanaan pembangunan, khususnya pengembangan sektor ekonomi,sosial kemasyarakatan,serta mendukung kelancaran jalur transportasi dan distribusi hasil burrii dari daerah satu ke daeah lainya. Keberadaan transportasi darat tersedia cukup lancar dan niudah diakses khususnya menghubungkan wilayah Kabupaten Wajo dengan Wilayah kabupaten lainnya, bahkan pelosok desapun bukanlah masalah untuk di jangkau.

Transportasi laut berupa Kapal kayu ukuran sedang, kapal fiber dan kapal feri juga tersedia yang menghubungkan Kabupaten Wajo dengan Provinsi Sualawesi Tenggara, dimana pelabuhannya di bangun di

(13)

Bangsalae siwa kecamatan Pitumpanua. Dengan adanya pelabuhan/dermaga ini maka di butuhkan investasi perudangan dan Cool Storage serta pembangunan Fasilitas dermaga / pelabuhan yang lebih lengkap.

Potensi Perikanan

Potensi perikanan wajo khususnya disektor perikanan budidaya pada tahun 2013 produksinya mencapai 150,593.5 ton, dimana yang menjadi penyumbang terbesar dari perikanan budidaya di daerah ini adalah rumput laut jenisE. cottoni dengan jumlah 129,401,5 ton pada tahun 2013, ini dapat dilihat dari tabel berikut :

NO KABUPATEN KOMODITAS E. cottoni 1 LUWU 289,327.3 2 LUWU UTARA 30,545.0 3 WAJO 129,401.5 4 BONE 100,015.8 5 SINJAI 8,820.0 6 BULUKUMBA 108,383.8 7 SELAYAR 10.566,8 8 BANTAENG 104,421.8 9 JENEPONTO 132,940.9 10 TAKALAR 506,518.0 11 MAKASSAR 35.0 12 MAROS -13 PANGKEP 124,790.0 14 BARRU 664.5 15 PARE PARE -16 PINRANG 4,625.0

(14)

18 LUWU TIMUR 96,829.0 19 PALOPO 13,450.1 20 TANA TORAJA -21 TORAJA UTARA -22 SIDRAP -23 SOPPENG -24 ENREKANG -TOTAL 1,661,334.5

Tabel diatas menunjukkan produksi rumput lautE. cottoni kabupaten wajo pada tahun 2013.

(15)

KOTA PARE-PARE Profil Wilayah

Kota Parepare merupakan kota kedua terbesar di Propinsi Sulawesi Selatan, dan dikategorikan sebagai Kota Sedang. Kota ini adalah pusat pengembangan KAPET Parepare yang meliputi Kota Parepare, Kabupaten Barru, Kabupaten Sidenreng Rappang, Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang sehingga potensial sebagai pusat perdagangan di kawasan ini.

Visi Kota Parepare yaitu :

Mewujudkan kehidupan masyarakat sejahtera berkelanjutan di kota Parepare yang berpantai dan berbukit indah serta berfungsi kuat sebagai pusat niaga.

Misi Kota Parepare yaitu :

(16)

Orientasi Wilayah

Secara geografis Kota Parepare terletak antara : 3° 57' 39" - 4° 04' 49" LS dan 119° 36' 24" - 119° 43' 40" BT. Sedangkan ketinggianya bervariasi antara 0 – 500 meter di atas permukaan laut.

Luas wilayah Kota Parepare tercatat 99,33 km2 yang secara administrastif pemerintahan terbagi menjadi 21 Kelurahan Definitif yang terbagi dalam empat wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Soreang , Kecamatan Ujung, Kecamatan Bacukiki dan Kecamatan Bacukiki Barat.

Kota Parepare berbatasan dengan :

• Sebelah utara : Kabupaten Pinrang

• Sebelah timur : Kabupaten Sidrap

• Sebelah selatan : Kabupaten Barru

• Sebelah barat : Selat Makassar

EKONOMI

Kondisi Perekonomian Daerah

Dalam menjalankan roda perekonomian di kota Parepare tidak terlepas dari sector perbankan sebagai fasilitas penunjang utama selain fasilitas prasarana dan sarana untuk menjalankan dunia usaha. Adapun Bank yang

(17)

terdapat di kota Parepare yaitu Bank BNI '46, Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Danamon, Bank BTPN dan Bank Pembangunan Daerah.

Sedangkan Pasar yang ada di Kota Parepare adalah sebagai berikut : • Pasar Lakessi, Luas 16.000 m2

• Pasar Labukkang merupakan milik perorangan • Pasar S. Minangae, Luas:4.000 m2 .

• Pasar Lompoe, Luas 3.400 m2 • Pasar Malam Senggol

Potensi Perikanan

Pada dasaranya tidak ada komoditas perikanan yang begitu signifikan di Kota Pare-pare, ini terlihat dari produksi setiap komoditas perikanan yang terdapat di Kota Pare-pare pada tahun 2013.

DOKUMENTASI Panen Rumput Laut

(18)

KABUPATEN TANA TORAJA

Memasuki Tana Toraja melalui jalur sisi Barat jalan arteri dari Makassar, Parepare, Rappang, Enrekang, Makale hingga Rantepao merupakan perjalanan panjang yang dipenuhi sensasi pemandangan alam nan memukau. Perjalanan selama kira-kira 7 jam menempuh jarak sejauh 328 kilometer menjadi sebuah pengalaman yang akan menjadi kenangan. Sampai di Makale, ibukota Kabupaten Tana Toraja yang merupakan gerbang menuju wilayah ini, kita disambut oleh hamparan bentang alam bukit-bukit hijau dengan latar belakang pegunungan Quarles dan birunya langit. Pada beberapa tempat terlihat deretan titik-titik yang merupakan permukiman penduduk. Akankah nuansa alam ini tetap lestari pada masa mendatang? Diperlukan sinergi, kerja keras dan kesungguhan dari semua pemangku kepentingan untuk menerima tantangan bagi upaya pembangunan yang sejalan dengan pelestariannya. Kabupaten Tana Toraja, adalah salah satu bagian wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di bagian utara pada 119O sampai 120O Bujur Timur dengan luas wilayah sekitar 3.205,17 km2 (320.500 Ha) . Tata guna lahannya terdiri dari 290.500 Ha (91%) berupa perkebunan/lahan kering, 24.500 Ha berupa lahan sawah, 2.500 Ha berupa perikanan dan sisanya sekitar 3.000 Ha untuk hutan dan permukiman.

(19)

Wilayah ini berbatasan dengan :

 Sebelah Utara : Kabupaten Mamuju Utara dan Kabupaten LUTRA

 Sebelah Timur : Kabupaten Luwu dan Kota Palopo

 Sebelah Selatan : Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang

 Sebelah Barat : Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Mamuju

Secara umum keadaan topografi wilayah Kabupaten Tana Toraja berbukit dan bergunung-gunung dengan ketinggian lahan+ 300 m sampai dengan 2.889 m di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah, sekitar 143.319 Ha (+ 44,70%) berada pada ketinggian antara 500—1.100 m (dpl) dengan dominasi kelerengan antara 26% hingga > 40%. Iklim wilayah Kabupaten Tana Toraja tergolong dalam iklim tropis dengan suhu udara antara 140C – 260C dan kelembaban udara antara 82% - 86%. Curah hujan rata-rata tahunan antara 1.500 mm – 3.500 mm dengan jumlah bulan basah (8 bulan) dan bulan kering (4 bulan). Perpaduan antara topografi pegunungan dan iklim yang sejuk serta corak adat - istiadat dan budaya masyarakat Toraja yang unik menjadikan daerah ini sebagai salah satu tujuan wisata Nasional dan Internasional.

VISI DAN MISI

Visi Kabupaten Tana Toraja “Terwujudnya Tana Toraja sebagai daerah idaman yang paling indah tempat tinggal masyarakat yang beriman dan mandiri, kreatif, dinamis, sejahtera dan penuh kasih persahabatan”.

(20)

MISI Kabupaten Tana Toraja

Meningkatkan mutu manusia dalam berbagai eksistensi masyarakat Tana Toraja.

1. mengoptimalkan penataan ruang dan pelestarian lingkungan. 2. Membangun prasarana perhubungan dan sarana perekonomian.

3. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan restrukturisasi sistem dan penyelenggaraan pendidikan pada setiap jenjang.

4. mengoptimalkan otonomisasi daerah melalui peningkatan kualitas pemerintahan daerah. 5. menata dan membangun kembali kelembagaan sosial, ekonomi dan bisnis termasuk koperasi. 6. Mengoptimalkan pemanfaatan Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Pariwisata.

7. Mendorong para pengusaha Kecil dan Menengah agar dapat mengembangkan usahanya secara mandiri, profesional.

8. Membangun ekonomi kerakyatan Tana Toraja yang bertumpu pada sektor pertanian dan pariwisata.

Potensi Perikanan

Sektor Perikanan Tana Toraja tidak begitu signifikan, ini dikarenakan letak lokasi Tana Toraja yang didominasi oleh daerah gunung dan perbukitan, ini dapat dilihat dari data perikanan budidaya tahun 2013 dimana Kabupaten Tana Toraja hanya memproduksi 293,5 ton ikan Mas.

(21)

KABUPATEN TAKALAR Letak Geografis

Kabupaten Takalar berada antara 5.3 - 5.33 derajat Lintang Selatan dan antara 119.22-118.39 derajat Bujur Timur. Kabupaten Takalar dengan ibukota Pattalasang terletak 29 km arah selatan dari Kota Makassar ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayah Kabupaten Takalar adalah sekitar 566,51 km2.

Bagian Utara Kabupaten Takalar berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Gowa, bagian Selatan dibatasi oleh Laut Flores, sementara bagian Barat dibatasi oleh Selat Makassar.

Luas Wilayah Daratan

Kabupaten Takalar memiliki luas daratan sekitar 325, 63 km2

(22)

Jumlah Desa/Penduduk Pesisir

Jumlah Desa dan Kelurahan yang ada di Kabupaten Takalar berjumlah 83 yaitu Kelurahan 22 dan Desa 61 yang tersebar di 9 (Sembilan) Kecamatan dalam Wilayah Kab. Takalar.

Alamat Dinas

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar Jl. Fitrah N0. 12

Status Ancaman

Abrasi pantai (pengikisan) yang terus terjadi di hampir selurh wilayah pesisir Kabupaten Taklar merupakan ancaman serius di masa datang, saat ini hal tersebut telah menjadi perhatian serius pemerintah daerah untuk mengatasi penanggulangan abrasi yang membutuhkan anggaran hingga triliunan rupiah. Sepanjang 0,6 km saja, pembuatan penahan ombak menghabiskan Rp. 2 miliar

Mata Pencaharian

(23)

Pelabuhan

Sebagai wilayah pesisir yang juga telah difasilitasi dengan pelabuhan walaupun masih pelabuhan sederhana maka Kabupaten Takalar memiliki akses perdagangan regional, nasional bahkan internasional. Keunggulan geografis ini menjadikan Takalar sebagai alternatif terbaik untuk investasi atau penanaman modal.

Dengan fasilitas pelabuhan yang ada, Takalar memiliki potensi akses regional maupun nasional sebagai pintu masuk baru untuk kegiatan industri dan perdagangan untuk kawasan Indonesia Timur setelah Makassar mengalami kejenuhan.

Komoditas Unggulan

Kabupaten Talakar merupakan daerah yang memiliki potensi pariwisata yang didukung dengan keadaan alam, kehidupan masyarakat, kondisi sosial budaya dan dunia usaha. Potensi dan obyek kepariwisataan di Kabupaten Takalar yang dapat dikembangkan digolongkan ke dalam wisata alam, budaya, sejarah, agro wisata dan wisata bahari. Galesong terkenat dengan potensi perikanan, laut penghasil telur ikan terbang dan telah menjadi komoditas ekspor

Rumput laut merupakan salah satu komoditi sumber daya laut yang bernilai ekonomis dan potensial dikembangkan baik di pasar Dalam Negeri atau pun Pasar Luar Negeri. Diantara ratusan jenis rumput yang banyak tersebar diperairan Takalar ada berbagai jenis rumput laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi antara lain Marga Gracilaria, Gelidium dan Gelidiella sebagai penghasil agar, dan Marga Hypnea serta Eucheuma sebagai penghasil

(24)

Pada tahun 2013 produksi Euchema sebesar 506.518,0 ton sedangkan Gracillaria yaitu 73.876,4 ton, jadi total keseluruhan produksi rumput laut Kabupaten Takalar adalah sebesar 580.394,4 ton.

(25)

KABUPATEN SINJAI Letak Geografis

Kabupaten Sinjai terletak di Jazirah Selatan bagian Timur Propinsi Sulawesi Selatan dengan Ibukotanya Sinjai. Berada pada posisi 50 19' 30" sampai 50 36' 47" Lintang Selatan dan 1190 48' 30" sampai 1200 0' 0" Bujur Timur. Disebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bone, di sebelah Timur dengan Teluk Bone, di sebelah Selatan dengan Kabupaten Bulukumba, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Gowa.

Luas Wilayah Daratan

Luas wilayah yang dimililki oleh Kabupaten sinjai adalah 819, 96 km2

Luas Wilayah Pesisir

Kabupaten Sinjai memiliki garis pantai sepanjang 28 km yang terdiri atas wilayah pantai daratan panjang 17 km dan wilayah kepulauan dengan panjang garis pantai 11 km.

(26)

Jumlah Desa/Penduduk Pesisir

Wilayah administratif terbagi atas 8 Kecamatan, 13 kelurahan, 55 desa, dan 259 lingkungan/dusun dengan luas wilayah 819,96 Km2, atau 1,29 persen dari luas wilayah daratan Propinsi Sulawesi Selatan.

Alamat Kantor Dinas Kelautan Dan Perikanan

Kabupaten Sinjai Jl. Persatuan Raya No. 98 Tlp (0482-21138) Kode Pos 91162 Sinjai

Status ancaman

Ancaman kerusakan ekosistem yang terjadi di wilayah Kabupaten Sinjai memang belum terasa dampaknya saat ini, tetapi seiring perubahan iklim yang terjadi, aktifitas masyarakat yang semakin tidak ramah lingkungan, lambat laun akan mempengaruhi potensi kelautan yang ada di daerah ini.

Daerah Perlindungan Laut (DPL)

Kabupaten Sinjai dikenal sebagai daerah yang memiliki kekayaan hasil laut, ini dimungkinkan karena daerah ini memiliki garis pantai sepanjang 37 Km yang terdiri atas wilayah pantai daratan sepanjang 17 KM dan wilayah Pulau Sembilan dengan panjang garis pantai 20 KM. Sesuai data tahun 2007, dari jumlah penduduk Kabupaten Sinjai sebanyak 222.220 jiwa, jumlah nelayan laut sebanyak 7.697 orang, petani tambak 928 orang, pembudidaya laut 1.530 orang, petani kolam dan sawah pola minapadi sebanyak 117 orang. Sementara itu peningkatan produksi perikanan juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, yakni pada tahun 2006 produksi perikanan sebanyak

(27)

32.039,9 ton, pada tahun 2007 naik sebesar 2.61 % menjadi 32.875.9 ton. Sebagai salah satu komoditas unggulan daerah ini, potensi perikanan di Kabupaten Sinjai terus digalakkan dan ditingkatkan produksinya dari tahun ke tahun. Olehnya itu, perhatian kepada kelestarian sumber daya perikanan terus dilakukan. Hal ini untuk mencegah terjadinya pengrusakan biota laut yang mengarah pada kerusakan sumber daya ikan dan otomatis berpengaruh kepada produksi di sektor perikanan.

khusus di kawasan Pulau IX, dibentuk pula Daerah Perlindungan Laut (DPL), yaitu Pasiloangnge yang berada di Desa Pulau Harapan dengan zona inti seluas 6 ha dan zona penyangga seluas 42 ha, serta Susunang di Desa Padaelo dengan zona inti seluas 6 ha dan zona penyangga seluas 14 ha.

Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Sinjai cenderung beragam mulai dari nelayan, bertani, beternak, hingga mata pencaharian alternatif yang masih baru saat ini yaitu mengelola tambang batubara.

Pelabuhan

Sinjai telah memiliki sebuah pelabuhan. Di daerah Larea-rea Kelurahan Lappa Kecamatan Sinjai Utara. Namanya adalah Pelabuhan Larea-rea. Pelabuhan ini sekitar 2 km jaraknya dari Kabupaten Sinjai.

Pelabuhan ini pada awalnya ditujukan sebagai gerbang masuk ke Sinjai melalui transportasi laut( dari arah timur). Namun hingga kini pelabuhan ini belum dapat menjalankan fungsi dan tujuannya. Terdapat 2 syarat

(28)

mendasar yang tidak terpenuhi disini, yaitu dari faktor kedalaman (daerah pelabuhan yamg masih dangkal) dan fasilitas yang tidak mendukung , misalnya ketidaktersediaan air bersih dan listrik.

Dengan kedalaman seperti sekarang ini, belum ada kapal besar yang bisa berlabuh, yang paling sering hanyalah kapal-kapal kecil penangkap ikan dan pembawa kayu antar propinsi dan antar kota. Dulunya diharapkan pelabuhan ini juga bisa menjadi tempat berlabuh kapal feri pengangkut penumpang untuk penyeberangan jarak dekat misalnya ke Sulawesi Tenggara dan ke kebupaten lain di Sulawesi Selatan.

Fasilitas pelabuhan lainnya juga belum tersedia, seperti air bersih yang dibutuhkan bagi kapal-kapal yang berlabuh. Begitu juga dengan listrik dan peralatan pelabuhan lainnya.

Komoditas Unggulan Potensi Perikanan

Wilayah pesisir Kabupaten Sinjai merupakan suatu kawasan pantai dan pulau dengan potensi perikanan yang cukup besar. Dengan panjang garis pantai kurang lebih 28 km termasuk keliling pulau dengan potensi penangkapan. Budidaya laut ( keramba dan jaring apung ), perairan umum ( sungai kolam ) sangat menjanjikan. Dengan garis pantai sepanjang 28 km yang terdiri atas wilayah pantai daratan panjang 17 km dan wilayah kepulauan dengan panjang garis pantai 11 km. Disamping itu memiliki hutan bakau seluas 751 Ha. Dengan panjang garis pantai yang dimiliki oleh Kabupaten Sinjai memilik prospek yang cerah dalam hal pengembangan usaha disektor perikanan dan kelautan, seperti perikanan tangkap, budidaya laut, budidaya tambak, budidaya air tawar dan wisata bahari.

(29)

Produksi perikanan budidaya Kabupaten sinjai pada tahun 2013 mencapai 20.954,5 ton, dimana produksi Udang (Windu, udang api-api, Vannamei) adalah 138.8 ton, rumput laut (E.cottoni,Gracillaria) 20.400 ton, dan Ikan jenis (Mas, Bandeng, Nila, Lele, Mujair) adalah sebesar 360.8 ton.

(30)

KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG Letak Geografis

Kabupaten Sidenreng Rappang atau Sidrap dengan ibukotanya Pangkajene berjarak + 183 km dari Kota Makassar, Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, dengan luas wilayahnya mencapai 1.883,25 km2, yang secara administrative terbagi dalam 11 kecamatan, 38 kelurahan, dan 65 desa.

Secara geografis, Kabupaten ini terletak di sebelah Utara Kota Makassar, tepatnya diantara titik koordinat :

3043 – 4009 Lintang Selatan, dan 119041 – 120010 Bujur Timur.

Posisi Wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kabupaten Pinrang

Sebelah Timur : Kabupaten Luwu dan Wajo Sebelah Selatan: Kabupaten Barru dan Soppeng Sebalah Barat : Kabupaten Pinrang dan Kota Parepare.

(31)

Topografi Wilayah

Kabupaten Sidenreng Rappang terletak pada ketinggian 10 m – 1500 m dari permukaan laut. Keadaan Topografi wilayah di daerah ini sangat bervariasi berupa wilayah datar seluas 879,85 km2 (46,72%), berbukit seluas 290,17 km2(15,43) dan bergunung seluas 712,81 km2(37,85%).

Jumlah penduduk sampai dengan tahun 2006 adalah 246.879 jiwa yang terdiri dari 122.492 jiwa laki-laki dan 130.387 jiwa perempuan.

Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang memiliki dua jenis musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan April-September dan musim kemarau terjadi pada bulan Oktober-Maret. Suhu Udara mencapai 250– 270C, dan Altitude mencapai 100 – 150 m dpl.

Pendidikan

Dari tahun ke tahun partisipasi seluruh masyarakat dalam dunia pendidikan semakin meningkat, hal ini berkaitan dengan berbagai program pendidikan yang dicangkan pemerintah untuk lebih meningkatkan kesempatan masyarakat dalam mengenyam bangku pendidikan.

Peningkatan partisipasi pendidikan untuk memperoleh kesempatan dalam bidang pendidikan tentunya harus diikuti dengan berbagai peningkatan sarana fisik pendidikan dan tenaga pendidik yang memadai. Fasilitas pendidikan di Kabupaten Sidenreng Rappang cukup memadai, dimana sarana yang ada mulai dari tingkat Sekolah Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama, dan Sekolah Menengah Tingkat Atas.

(32)

Perikanan & Kelautan

Masyarakat Kabupaten Sidenreng Rappang memanfaatkan sumber daya alam dalam hal ini Danau Sidenreng Rappang untuk melakukan usaha perikanan air tawar dengan jenis ikan antara lain : Ikan Mas, Mujahir, Tawes, dan Ikan Nila yang diproduksi sendiri oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sidenreng Rappang.

Untuk meningkatkan produksi perikanan dilakukan budidaya ikan dalam area penanaman padi, kolam, dan perairan arus deras, serta dikelola secara optimal.

Produsi perikanan budidaya Kabupaten Sidrap pada tahun 2013 adalah sebesar 622,1 ton, ini diperoleh dari produksi Ikan mas 348.6 ton, nila 78.9 ton, gurame 1.0 ton, patin 0.9 ton, lele 34.0, bawal tawar 1,4 dan Ikan lainnya 1,4 ton.

Pariwisata

Secara geografis Kabupaten Sidenreng Rappang terletak dijalur lintasan tujuan daerah wisata yang utama di Sulawesi Selatan, yakni Kabupaten Tanah Toraja (Tator), sehingga Kabupaten ini sangat besar peluang untuk menarik tamu mancanegara untuk singgah sejenak atau bahkan bermalam sambil menikmati tradisi khas masyarakat setempat.

Dengan demikian, untuk kedepannya, Kabupaten Sidenreng Rappang disamping sebagai jalur lintas wisata juga sebagai jalur tujuan ke tempat-tempat wisata yang telah ada sekarang walaupun keberadaanya belum terlalu dikenal.

(33)

Daerah tujuan wisata di Kabupaten Sidenreng Rappang yang dapat dijadikan tempat tujuan utama antara lain adalah : Taman Wisata DataE, Sanggar Seni Nene’ Mallomo, Danau Sidenreng, Pemandian Air Panas, Taman Wisata Alam, Air Terjun, Pacuan Kuda, Wisata Agro Toda Bojo, dll.

(34)

KABUPATEN PINRANG

Letak Geografis

Kabupaten Pinrang adalah salah satu daerah dari 23 Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan yang letaknya berada di bagian Barat Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan yang jaraknya sekitar 182 km arah utara dari Kota Makassar ibukota Propinsi Sulawesi selatan berada pada posisi letak geografis yaitu LS 4010’30” - 30019’13” BT 119026’30” – 119047’20”.

Kabupaten Pinrang memiliki luas wilayah 196.177 Ha atau dengan batas-batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara Berbatasan dengan Kab. Toraja

 Sebelah Timur Berbatasan dengan Kab.Enrekang dan Sidrap

 Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kota Pare-Pare

(35)

a. Wilayah Administrasi

Kabupaten Pinrang terdiri dari 12 Kecamatan meliputi 64 Desa dan 39 kelurahan. Kabupaten Pinrang memiliki garis pantai sepanjang 93 Km sehingga terdapat areal pertambakan sepanjang pantai, pada dataran rendah didominasi oleh areal persawahan, bahkan sampai perbukitan dan pegunungan.

Kondisi ini mendukung Kabupaten Pinrang sebagai daerah Potensial untuk sektor pertanian dan memungkinkan berbagai komoditi pertanian (Tanaman Pangan, perikanan, perkebuanan dan Peternakan) untuk dikembangkan. Ketinggian wilayah 0 – 500 m diatas permukaan laut ( 60, 41%), ketinggian 500 – 1000 m diatas permukaan laut ( 19,69% ) dan ketinggian 1000 m diatas permukaaan (9,90%)

b. Keadaan Iklim

Kabupaten Pinrang dipengaruhi oleh 2 musim pada satu periode yang sama, untuk wilayah kecamatan Suppa dan Lembang di pengaruhi oleh musim Sektor barat dan lebih dikenal dengan sektor peralihan dan 10 kecamatan lainnya termasuk sektor timur. Dimana puncak hujan jatuh pada Bulan April dan Oktober. Berdasarkan data curah hujan termasuk tipe iklim A dan B (Daerah basah) suhu rata-rata normal 270C dengan kelembaban uadara kurang lebih 80% sampai 85%.

(36)

Mata pencaharian penduduk Kabupaten Pinrang terdiri dari atas sektor Pertanian yaitu :  Petani : 62.198 Kk (68,61%)  Petani Nelayan : 9.450 Kk (10,42%)  Petani Peternak : 4.745 Kk (5,23%)  Pedagang/Pengusaha : 11.576 Kk (12,76%)  Jasa : 1.664 Kk (1,83%)  Dan lainnya : 1.019 Kk (1,12%) C. Sektor Perikanan

Produksi perikanan Kabupaten Pinrang pada tahun 2013 adalah sebesar 30.627,3 ton, ini diperoleh dari produksi udang (windu, vannamei, lainnya) 5.933 ton, Rumput Laut (E.cottoni dan Gracillaria) 4.787,8 ton, dan ikan-ikan seperti (bandeng, mas, nila) 17.562 ton.

(37)

KABUPATEN MAROS

Kabupaten Maros terletak di bagian barat Sulawesi Selatan, secara geografis terletak antara 40o45 - 50o07 LS dan antara 109o205 - 129o12 BT. Kabupaten ini sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep, sebelah selatan berbatsan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, sebeelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar dan memiliki luas wilayah 1.619,12 Km2.

Secara admistratif Kabupaten terbagi menjadi 14 (empat belas) Kecamatan dan 103 Desa atau kelurahan. Kabupaten Maros pada memiliki beberapa komoditi unggulan. Di sektor perkebunan. Komoditi yang dihasilkannya antara lain berupa jambu mete sebesar 735 ton, kakao sebesar 514 ton, dan kelapa dalam sebesar 290 ton.Sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Maros meliputi perikanan laut dan perikanan darat. perikanan darat adalah yang paling dominan di Kabupaten Maros berupa ikan bandeng dan udang windu yang menjadi andalan di sub sector perikanan dan kelautan yang pasarnya masih terbuka lebar baik untuk domestic maupun manca negara selain itu wilayah pesisir Kabupaten Maros yang terbentang sepanjang 31 km sangat cocok untuk budi daya rumput laut.

(38)

produksi beras di Sulawesi Selatan disamping produk pertanian lainnya seperti jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar. Pada potensi sub sektor perikanan Kabupaten Maros meliputi jenis ternak besar dan keci seperti sapi, kerbau, kuda dan kambing sedangkan jenis ternak unggas meliputi ayam kampung. ayam ras dan itik. Sedangkan untuk Potensi sub sektor pertambangan Kabupaten Maros memiliki potensi yang sangat besar, beberapa industri pertambangan yang cukup besar beroperasi di Maros seperti Pabrik Semen dan Industri pengolahan marmer dan penambangan bahan tambang galian C dengan sistem penambangan terbuka. Kabupaten ini juga memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang diantaranya jalan darat serta dukungan sarana pembangkit tenaga listrik, air, gas dan telekomunikasi.

Komoditi penghasil terbesar produksi perikanan budidaya Kabupaten Maros pada tahun 2013 adalah Udang (windu,vannamei dan lainnya) dan ikan bandeng, ini dapat dilihat dari produksi tahun 2013 yaitu untuk udang total produksinya 1.590,5 ton sedangkan bandeng 6.773,3 ton.

(39)

KABUPATEN LUWU UTARA A. Keadaan Umum Wilayah

Kabupaten Luwu Utara terbentuk berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Kabupaten Luwu Utara yang dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Luwu Utara dan Kabupaten Luwu Timur pada tahun 2003. Kabupaten Luwu Utara memiliki luas 7.502,58 km² yang beribukota di Masamba terletak antara 2,300– 3,370Lintang Selatan dan 1190– 1210Bujur Timur, yang berbatasan dengan :

Di sebelah Utara : Propinsi Sulawesi tengah;

Di sebelah Selatan : Kabupaten Luwu dan Teluk Bone; Di sebelah Timur : Kabupaten Luwu Timur;

Di sebelah Barat : Provinsi Sulawesi Barat dan Kab. Tana Toraja.

Kabupaten Luwu Utara dilewati oleh 8 buah aliran sungai besar yang kesemuanya bermuara di Teluk Bone. Sungai Rongkong dengan panjang 108 km merupakan sungai terpanjang dan sungai Bone-Bone yang terpendek dengan panjang 27 km. Iklim Luwu Utara termasuk iklim tropis, dengan curah hujan rata-rata 310 mm dan suhu

(40)

Secara administratif, Kabupaten Luwu Utara terdiri dari 11 Kecamatan dan 171 Desa. Kecamatan Seko dan Kecamatan Rampi merupakan dua kecamatan terluas dengan luas masing-masing 2.109,19 km2dan 1.565,65 km2. Sedang Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Malangke Barat dengan luas hanya 93,5 km². Dari 11 Kecamatan tersebut, 3 diantaranya memiliki wilayah pesisir yakni Kecamatan Bone-Bone, Kecamatan Malangke dan Kecamatan Malangke Barat dengan jumlah Desa sebanyak 21 desa.

B. Potensi Kelautan dan Perikanan

Produksi perikanan budidaya Kabupaten Luwu Utara pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

JENIS KOMODITAS

JUMLAH PRODUKSI (TON)

Udang 1,730,3 windu 745.2 vannamei 129.1 lainnya 856.0 Rumput Laut 183,289.6 E.cottoni 30,545.0 Glacillaria 152,744,6 Bandeng 8,607.3 Mas 966,2 Nila 598,5 Lele 60.0 Ikan Lainnya 76,0 Total 195,327,9

(41)

KABUPATEN LUWU TIMUR Letak Geografis

Luwu Timur merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Malili, secara geogarafis terletak antara 2o03 00 -3o00 25 LS dan antara 119o28 56 -121o47 27 BT. Daerah ini berbatasan dengan Propinsi sulawesi Selatan di utara, Propinsi Ssulawesi Tengah di timur, Propinsi sulawesi tenggara dan Teluk Bone di selatan, Kabupaten Luwu di barat.

Luas wilayah daratan

Luas wilayah derah ini adalah 6.944,88 Km2.

Luas wilayah pesisir

Setelah tahun 2003 terjadi pemekaran wilayah yang menyebabkan perubahan data kewilayahan dari 8 kecamatan menjadi 11 kecamatan dan 99 desa. Kecamatan Burau, Wotu, Angkona dan Malili merupakan 4 kecamatan pesisir dengan panjang garis pantai ±118 Km dan luas laut otonomi 48.050 Km2, Luas Daerah

KABUPATEN LUWU TIMUR Letak Geografis

Luwu Timur merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Malili, secara geogarafis terletak antara 2o03 00 -3o00 25 LS dan antara 119o28 56 -121o47 27 BT. Daerah ini berbatasan dengan Propinsi sulawesi Selatan di utara, Propinsi Ssulawesi Tengah di timur, Propinsi sulawesi tenggara dan Teluk Bone di selatan, Kabupaten Luwu di barat.

Luas wilayah daratan

Luas wilayah derah ini adalah 6.944,88 Km2.

Luas wilayah pesisir

Setelah tahun 2003 terjadi pemekaran wilayah yang menyebabkan perubahan data kewilayahan dari 8 kecamatan menjadi 11 kecamatan dan 99 desa. Kecamatan Burau, Wotu, Angkona dan Malili merupakan 4 kecamatan pesisir dengan panjang garis pantai ±118 Km dan luas laut otonomi 48.050 Km2, Luas Daerah

KABUPATEN LUWU TIMUR Letak Geografis

Luwu Timur merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Malili, secara geogarafis terletak antara 2o03 00 -3o00 25 LS dan antara 119o28 56 -121o47 27 BT. Daerah ini berbatasan dengan Propinsi sulawesi Selatan di utara, Propinsi Ssulawesi Tengah di timur, Propinsi sulawesi tenggara dan Teluk Bone di selatan, Kabupaten Luwu di barat.

Luas wilayah daratan

Luas wilayah derah ini adalah 6.944,88 Km2.

Luas wilayah pesisir

Setelah tahun 2003 terjadi pemekaran wilayah yang menyebabkan perubahan data kewilayahan dari 8 kecamatan menjadi 11 kecamatan dan 99 desa. Kecamatan Burau, Wotu, Angkona dan Malili merupakan 4 kecamatan pesisir dengan panjang garis pantai ±118 Km dan luas laut otonomi 48.050 Km2, Luas Daerah

(42)

Penangkapan, 2,291,321 Ha (Data citra), hutan Mangrove 8.672,42 Ha, serta memiliki potensi kawasan budidaya perikanan seluas 11.007,26 Ha yang dikelola oleh sekitar 3703 Rumah Tangga Perikanan (RTP).

Alamat Dinas

Dinas Kelautan dan Perikanan Jl. DR. Ratulangi , Puncak Indah – Malili Status Ancaman

Ancaman abrasi yang melanda empat daerah pesisir di kabupaten Luwu Timur kini sudah di depan mata. Pengikisan air yang masuk hingga 10 meter di bibir pantai pada daerah pesisir seperti Malili, Angkona, Wotu dan Burau hampir setiap saat menjadi pemandangan yang gampang kita saksikan. Rusaknya mangrove (tanaman bakau) dianggap memberi kontribusi terhadap terjadinya pengikisan di sepanjang garis pantai daerah pesisir di Lutim. Muh. Firman, koordinator LSM Hijau, memaparkan bahwa dari 117,4 km panjang garis pantai di lutim saat ini, jumlah mangrove yang tersisa kurang lebih 2500 hektar, itupun akan terus berkurang setiap harinya disebabkan aktivitas manusia di sekitar bibir pantai. Lebih detail diuraikan firman bahwa terdapat tiga kendala untuk menghijaukan kembali wilayah pesisir di Luwu Timur, yaitu aktivitas manusia yang terus membuka lahan tambak pada bibir pantai (melewati garis sempadan yang diharuskan), pengambilan tanaman bakau (mangrove) untuk dijadikan kayu bakar dan arang, serta kurangnya kesadaran masyarakat di sekitar wilayah pesisir dalam memelihara lingkungan mereka, ujar firman. Ancaman kepunahan mangrove di daerah pesisir Luwu Timur dikuatirkan akan mengakibatnya kehidupan biota laut terancam punah dan ikan-ikan menjauh ke lepas pantai sehingga tidak terjangkau oleh nelayan kecil,” kata Firman. Olehnya itu LSM Hijau mendesak kepada pemerintah daerah,

(43)

khususnya leading sektor yang menangani masalah ini agar dapat secepatnya mengambil tindakan tegas terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh oknum-oknum di masyarakat yang terus melakukan pengrusakan lingkungan pada kawasan pesisir dan sempadan sungai maupun pantai. Saat ini jarangnya di jumpai tanaman Bakau (Mangrove) pada pesisir pantai Luwu Timur juga akan berdampak pada ikan-ikan di laut sudah kian menjauh ke lepas pantai yang susah dijangkau oleh para nelayan dengan perahu kecil. Selain itu, seringnya gelombang tinggi terjadi di pantai sehingga para nelayan takut melaut. Ancaman kemiskinan nelayan saat ini bukan hanya akibat masalah penghijauan pantai saja, tetapi masalah perubahan iklim di mana gelombang tinggi yang selalu menghantui para nelayan juga sering terjadi.

Ditegaskan bahwa ketiga permasalahan yang menyebabkan ancaman kepunahan tanaman bakau yang berujung pada terjadinya abrasi yang bersumber dari kurangnya partisipasi aktif dan kesadaran penuh seluruh lapisan masyarakat untuk melestarikan lingkungan. Sebab itu, upaya penghijauan kembali pantai ini harus dibarengi dengan kesadaran penuh masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan untuk kesejahteraan bersama.

Mata pencaharian dominan

Bertani adalah mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat Luwu Timur

Pelabuhan

(44)

Pelabuhan Malili dan Pelabuhan Lampia. Pelabuhan Malili telah digunakan untuk bongkar muat barang, sementara pelabuhan Lampia masih dalam tahap pembangunan. Pada tahun 2007 tercatat ada 55 kapal pelayaran dalam negeri dengan isi kotor sebanyak 598,879 ton dan 55 kapal pelayaran luar negeri dengan isi kotor sebanyak 273,365 ton yang melakukan bongkar muat di Pelabuhan Malili.

POTENSI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Potensi Wilayah Setelah tahun 2003 terjadi pemekaran wilayah yang menyebabkan perubahan data kewilayahan dari 8 kecamatan menjadi 11 kecamatan dan 99 desa. Kecamatan Burau, Wotu, Angkona dan Malili merupakan 4 kecamatan pesisir. Berikut adalah tabel produksi perikanan budidaya Kabupaten Luwu Timur pada tahun 2013 :

JENIS KOMODITAS JUMLAH PRODUKSI (TON)

Udang 4,392.8 windu 3,084.4 vannamei 60.4 lainnya 1,248.0 Rumput Laut 243,669.4 E.cottoni 96,829.0 Glacillaria 145,592.4 Mas 432,0 Nila 191.0 Lele 115.0 Bandeng 15,381.0 Gurame 15.0 Ikan Lainnya 291,2

(45)

KABUPATEN LUWU

Geografis

Letak wilayah Kabupaten Luwu berada pada 2°.34'.45′' - 3°.30,30′' Lintang Selatan dan 120°.21.15''′ -121°.43,11′Bujur Timur dari Kutub Utara dengan patokan posisi Propinsi Sulawesi Selatan, dengan demikian posisi Kabupaten Luwu berada pada bagian Utara dan Timur Propinsi Sulawesi Selatan.

Kabupaten Luwu berjarak sekitar kurang lebih 400 km dari kota Makassar dan terletak di sebelah utara dan timur Propinsi Sulawesi Selatan. Daerah Kabupaten Luwu terbagi dua wilayah sebagai akibat dari pemekaran Kota Palopo; yaitu wilayah Kabupaten Luwu bagian selatan yang terletak sebelah selatan Kota Palopo dan wilayah yang terletak di sebelah utara Kota Palopo. Karena kondisi daerah yang demikian maka dibentuklah sebuah Badan Pengelola yang disebut Badan Pengelola Pembangunan Walmas (BPP Walmas).

(46)

Luas wilayah administrasi Kabupaten Luwu kurang lebih 3000,25 km2 terdiri dari 21 kecamatan pada tahun 2007 yang dibagi habis menjadi 192 desa/kelurahan. Kecamatan Latimojong adalah kecamatan terluas di Kabupaten Luwu, luas Kecamatan Latimojong tercatat sekitar 467,75 km2 atau sekitar 15,59 persen dari luas Kabupaten Luwu, menyusul kemudian kecamatan Bassesangtempe dan Walenrang Utara dengan luas masing-masing sekitar 301,00 km2 dan 259,77 km2 atau 10,03 persen dan 8,66 persen. Sedangkan kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Belopa Utara dengan luas kurang lebih 34,73 km2 atau hanya sekitar 1,16 persen.

Dari 192 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Luwu 23 diantaranya di Kecamatan Bassesangtempe, sedangkan di Kecamatan Walenrang Barat dan Suli Barat terdapat 5 desa/kelurahan, dan selebihnya tersebar di 19 Kecamatan lainnya dengan jumlah rata-rata 7-11 desa/ kelurahan per kecamatan

Disebelah Timur wilayah Kabupaten Luwu dibatasi dengan Teluk Bone, adapun kecamatan yang berbatasan dengan Teluk Bone adalah Kecamatan Larompong, Kecamatan Larompong Selatan, Kecamatan Suli, Kecamatan Belopa Utara, Kecamatan Ponrang, Kecamatan Bua dan Kecamatan Walenrang. Dari tujuh kecamatan yang berbatasan dengan Teluk Bone tersebut terdapat sebanyak 35 desa/kelurahan yang di klasifikasikan sebagai daerah pantai, selebihnya sebanyak 157 desa/kelurahan adalah desa/kelurahan bukan pantai

Bila diamati secara cermat maka akan dijumpai bahwa Kecamatan Bassesangtempe dengan Ibu Kota Kecamatan Lissada adalah merupakan kecamatan terjauh dari Ibu Kota Kabupaten Luwu dengan jarak sekitar 110 km2, terjauh kedua Kecamatan Walenrang Barat dengan jarak sekitar 89 km2 dan ketiga adalah Kecamatan

(47)

Walenrang Timur dengan jarak sekitar 88 km2, dan yang terdekat adalah Kecamatan Belopa Utara hanya sekitar 1 km2, sedangkan kecamatan yang lain tercatat hanya sekitar 6— 87 km2.

Letak dan Batas Wilayah

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Luwu adalah :

 Sebelah Utara ; berbatasan denga kota palopo dan Kabupaten Luwu Utara.

 Sebelah Selatan ; berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Sidenreng Rappang.

 Sebelah Barat ; berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Enrekang.

 Sebelah Timur ; berbatasan dengan Teluk Bone

Menurut ketinggian daerah sebagian besar wilayah Kabupaten Luwu berada di ketinggian 100 m keatas. Seperti terlihat pada Tabel 1.2.4 luas wilayah yang berada diatas 100 m tercatat sekitar 71,70 persen, sisanya sekitar 28,30 persen wilayah berada pada ketinggian 0 - 100 m.

Di Kabupaten Luwu tercatat 8 sungai yang cukup besar dan panjang, kedelapan sungai tersebut masing-masing adalah sungai Lamasi yang melintasi Kecamatan Lamasi dan Kecamatan Walenrang, sungai Pareman melintasi Kecamatan Bupon dan Ponrang, sungai Bajo melintasi Kecamatan Bajo dan Kecamatan Belopa, sungai Suli melintasi Kecamatan Suli, sungai larompong melintasi Kecamatan Larompong, sungai Temboe melintasi Kecamatan Larompong, sungai Riwang melintasi Kecamatan Larompong dan sungai Siwa melintasi

(48)

Kecamatan Larompong Selatan. Dari kedelapan sungai tersebut yang terpanjang adalah sungai Pareman dengan panjang tercatat sekitar 73 Km. Tujuh sungai lainnya panjangnya tercatat sekitar16-69 Km.

Perikanan

Sub sektor perikanan yang memberikan sumbangan cukup besar pada perekonomian Kabupaten luwu, sebagian besar produksinya diperoleh dari penangkapan ikan dilaut dan aktivitas pembudidayaan ikan yang memanfaatkan air payau sebagai medianya. Pada tahun 2013 total Produksi perikanan budidaya Kabupaten Luwu mencapai jumlah 553,764.3 ton, dimana komoditi yang menjadi penyumbang terbesar adalah Rumput Laut (E.cottoni,Glacillaria) dengan total produksi 544,563.1 ton.

(49)

KABUPATEN JENEPONTO

Letak Geografis

Secara geografis Kabupaten Jeneponto terletak pada koordinat antara 5o16’13” sampai 5o39’35” Lintang Selatan dan 12o4’19” sampai 12o7’51” Bujur Timur.

Luas Wilayah Daratan

Kabupaten Jeneponto terletak di ujung bagian Barat wilayah Propinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 74,979 ha atau 749,79 km2 dan jarak tempuh dari Ibukota Propinsi (Makassar) sepanjang 90 km.

Luas Wilayah Pesisir

(50)

Alamat Dinas

Dinas Kelautan dan Perikanan kab. Jeneponto di PPI Birea

Status Ancaman

Selain abrasi pantai yang terus meningkat akhir-akhir ini, perubahan iklim juga menjadi salah satu ancaman bagi sektor kelautan di Kabupaten Jeneponto.

Disisi lain maraknya penebangan hutan bakau di pesisir Pantai Kecamatan Tarowang dan Kecamatan Arungkeke juga semakin marak. Menurut pihak terkait, hal tersebut disebabkan karena kesalahan pemerintah dan petugas, hal tersebut juga disebabkan sistem pengawasan yang lemah, sehingga segelintir oknum bebas menutak-atik kawasan hutan bakau untuk dijadikan lahan budidaya rumput laut. Padahal hutan mangrove berperan mencegah terjadinya abrasi pantai.

Selain itu kuburan masyarakat yang terletak di pesisir pantai juga banyak yang telah terkena abrasi pantai. Tidak hanya itu pemukiman warga juga banyak yang telah terkikis, fasilitas pembibitan banyak yang telah rusak karena terjangan air laut, meskipun masyarakat telah memasang karung-karung pasir tetapi semua itu tidak bertahan lama.

Hal tersebut diperparah dengan belum tersedianya akses yang dapat digunakan sebagai transportasi laut, ditambah lagi maraknya pengeboman, pembiusan dan penggunaan trowl.

(51)

Mata Pencaharian

Penduduk Kabupaten Jeneponto tercatat sebanyak 71,17% bekerja pada sektor pertanian, mengingat sektor tersebut masih merupakan lapangan pekerjaan yang utama. yang tidak memerlukan pengorbanan yang lebih besar dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya seperti sektor industri, perdagangan, angkutan dan komunikasi serta jasa-jasa.

Mata pencaharian masyarakat pesisir Jeneponto adalah petambak ikan, garam, nelayan, dan pembudidaya rumput laut. Selain mencari ikan masyarakat pesisir Jeneponto mempunyai pekerjaan lain yaitu sebagai pembudidaya rumput laut.

Komoditas Unggulan

Selain itu sektor ini melalui pengembangan budidaya rumput laut, telah menempatkan Jeneponto sebagai salah satu penghasil rumput laut terbesar di Sulawesi Selatan. Produksi rumput laut pada tahun 2013 mencapai 132.940,9 ton.

Potensi yang penting dari sektor ini juga adalah produksi garam. Wilayah Pesisir Kabupaten Jeneponto yang merupakan sentra produksi garam satu-satunya di pulau Sulawesi. Produksi garam tidak hanya mencukupi kebutuhan garam yodium untuk provinsi Sulawesi Selatan saja, tetapi juga menyulai kebutuhan kawasan timur Indonesia. Kedepan, upaya meningkatkan produksi garam dengan menggunakan kemasan yang menarik dan tahan

(52)

lama mutlak menjadi hal utama untuk meningkatkan kapasitas dan daya jual yang tinggi untuk komoditas unggulan ini.

Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang potensial untuk pengembangan rumput laut karena memiliki panjang pantai lebih dari 95 km dengan luas 749.79 km2. Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jeneponto dari tahun 2000-2004, luas areal pemeliharaan dan produksi rumput laut mengalami peningkatan.

Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu dari aspek teknis usaha budidaya rumput laut lebih mudah dilakukan dan waktu pemeliharaan relative singkat, sedangkan dari aspek ekonomi usaha menguntungkan karena biaya pemeliharaan murah.

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di Kabupaten Jeneponto adalah jenis Eucheuma Cottonii. Jenis ini mempunyai nilai ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan.

(53)

KABUPATEN BULUKUMBA

Letak Geografis

Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara 5o 20” sampai 5o 40” Lintang Selatan dan 119o 50” sampai 120o 28” Bujur Timur.

Batas-batas Wilayah

Sebelah Utara : Kabupaten Sinjai

Sebelah Selatan : Laut Flores

Sebelah Timur : Teluk Bone

(54)

Jumlah desa/penduduk pesisir/pulau-pulau kecil

Awal terbentuknya, Kabupaten Bulukumba hanya terdiri atas tujuh kecamatan, tetapi beberapa kecamatan kemudian dimekarkan dan kini “butta panrita lopi” sudah terdiri atas 10 kecamatan. Ke-10 kecamatan tersebut adalah Kecamatan Ujungbulu (Ibukota Kabupaten), Kecamatan Gantarang, Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, dan Kecamatan Herlang. Dari 10 kecamatan tersebut, tujuh di antaranya merupakan daerah pesisir sebagai sentra pengembangan pariwisata dan perikanan yaitu Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, dan Kecamatan Herlang. Tiga kecamatan lainnya tergolong sentra pengembangan pertanian dan perkebunan, yaitu Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, dan Kecamatan Bulukumpa.

Bulukumba mempunyai 10 Kecamatan, 24 Kelurahan dan Desa 123 buah, sedangkan jumlah Personil sebanyak 25.366 orang.

Alamat Kantor

(55)

Ekosistem Pesisir Luas wilayah pesisir

Wilayah kabupaten Bulukumba hampir 95,39 % berada pada ketinggian 0 sampai dengan 100 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan tingkat kemiringan tanah umumnya 0-400.

Luas wilayah daratan

Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 s/d 25 meter di atas permukaan laut meliputi tujuh kecamatan pesisir yaitu: Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang.

Status ancaman

Indikasi kerusakan terumbu karang bisa dilihat dari berkurangnya jumlah dan jenis ikan karang. Rata-rata kepadatan ikan karang di lokasi Tanah Beru Bulukumba berdasarkan hasil survey sebesar 0,10 individu/m2. Kepadatan ikan karang tersebut tergolong sangat rendah.Hal ini terkait dengan kondisi terumbu karang yang tergolong rusak. Disamping kerusaka habitat terumbu karang, intensitas penangkapan ikan yang tinggi di daerah tersebut juga sebagai penyebab dari menurunnya jumlah dan jenis ikan karang. Hanya ikan-ikan kecil pemakan algae yang mendiami terumbu karang di perairan Tanah Beru, karena algae penempel dominan tumbuh pada

(56)

Beberapa faktor penyebab utama kerusakan terumbu karang tersebut antara lain adalah:Penambangan karang, penggunaan bahan peledak dan sianida (illegal fishing), penangkapan dengan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, pengerukan di sekitar terumbu karang, pembuangan limbah, penggundulan hutan di daerah upland, keparawisataan yang tak terkontrol, dan manajemen yang kurang baik.

Struktur sosial ekonomi Mata pencaharian

Secara geografis, Bulukumba diapit dua laut yaitu sebelah Timur, Bulukumba berbatasan dengan Teluk Bone dan sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores. Letak ini membuat masyarakat Bulukumba banyak berprofesi sebagai nelayan. Jumlah rumah tangga yang berprofesi sebagai nelayan mencapai 1.069 KK dan sebagai nelayan buruh mencapai 5.583 KK. Dari profesi ini menghasilkan 28.339,2 ton ikan laut tahun 2006 yang terdiri dari Cakalang, Tongkol, Layang, Tembang, Lamuru, dan ikan lainnya.

Komoditas Unggulan

Potensi perikanan di Kabupaten Bulukumba terdiri dari perikanan laut dan darat.Untuk jenis ikan laut yang dihasilkan, sebagian besar ikan laut diperairan Kabupaten Bulukumba berpotensi ekspor, seperti: cakalang, tuna, tongkol, layang, kembung, tambang, lamuru, kerapu dan beberapa ikan laut lainnya. Selain perikanan laut, perikanan budidaya seperti tambak, laut, kolam, mina padi juga merupakan potensi yang dapat dikembangkan. Komoditas budidaya tambak mayoritas adalah Ikan Bandeng : 1.457,7 Ton, Total Udang : 2.333,3 Ton

(57)

KABUPATEN ENREKANG

Letak Geografis

Kabupaten Enrekang dengan ibukota Enrekang terletak ± 235 Km sebelah utara Makassar. Secara administratif terdiri dari 12 Kecamatan, dan 129 wilayah Kelurahan/Desa, dengan luas wilayah sebesar 1.786,01 Km². Terletak pada koordinat antara 3o14’36” sampai 03o50’00” Lintang Selatan dan 119o40’53” sampai 120o06’33” Bujur Timur. Batas wilayah kabupaten ini adalah :

 Sebelah utara : Kabupaten Tana Toraja  Sebelah timur : Kabupaten Luwu dan Sidrap  Sebelah selatan : Kabupaten Sidrap

 Sebelah barat : Kabupaten Pinrang.

Kabupaten ini pada umumnya mempunyai wilayah Topografi yang bervariasi berupa perbukitan, pegunungan, lembah dan sungai dengan ketinggian 47 – 3.293 m dari permukaan laut serta tidak mempunyai wilayah pantai.

(58)

Secara umum keadaan Topografi Wilayah wilayah didominasi oleh bukit-bukit/gunung-gunung yaitu sekitar 84,96% dari luas wilayah Kabupaten Enrekang sedangkan yang datar hanya 15,04%.

PENDUDUK

Jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah 190.576 jiwa yang terdiri dari 95.694 jiwa laki-laki dan 94.882 jiwa perempuan dengan sex ratio 100,86. Kepadatan penduduk Kabupaten Enrekang mencapai 107 jiwa/KM2. Mayoritas penduduk Kabupaten Enrekang menganut agama Islam atau sebesar 99,68%.

IKLIM

Musim yang terjadi di Kabupaten ini hampir sama dengan musim yang ada di daerah lain yang ada di Propinsi Sulawesi Selatan yaitu musim hujan dan musim kemarau dimana musim hujan terjadi pada bulan November – Juli sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Agustus – Oktober.

Pembangunan sektor perikanan merupakan pembangunan pertanian dalam arti luas yang berfungsi untuk menyediakan protein hewani (ikan) menuju swasembada pangan. Peningkatan produksi protein hewani (Ikan) dapat dicapai melalui beberapa pendekatan antara lain :

 Pengembangan komoditas unggulan yang berdaya saing tinggi  Mendorong kegiatan – kegiatan usaha pembudidayaan ikan

 Meningkatkan kemampuan kelembagaan kelompok pembudidaya ikan dalam mengakses berbagai potensi sumberdaya ikan, sumber permodalan dan peluang pasar

(59)

Produksi sektor perikanan Kabupaten Enrekang dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2005 – 2010) mencapai 353 ton atau mengalami peningkatan sebesar 15,8%. Sektor perikanan sangat optimal untuk dapat dikembangkan sehingga Kabupaten Enrekang dapat menjadi kabupaten penyumbang produksi hasil perikanan air tawar terdepan ditingkat provinsi dan regional yang sesuai dengan visi pembangunan kabupaten enrekang untuk lima tahun pertama 2008-2013 adalah“Mewujudkan Kabupaten Enrekang sebagai Kabupaten Agropolitan yang lebih Maju, Unggul, Sejahtera dan Religius pada tahun 2013”

Sesuai dengan visi Kabupaten Enrekang maka sektor perikanan menjabarkan dalam bentuk visi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Enrekang adalah “Mewujudkan Kabupaten Enrekang sebagai Sentra Penghasil Protein Hewani yang Maju, Unggul, Mandiri dan Berwawasan Lingkungan”.

Dalam mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan sumberdaya manusia : petugas teknis dan kelompok pembudidaya ikan 2. Meningkatkan produksi dan produktifitas perikanan

3. Meningkatkan pemberdayaan kelembagaan kelompok pembudidaya ikan 4. Meningkatkan peluang usaha perikanan air tawar

POTENSI PERIKANAN BUDIDAYA

Potensi sumberdaya perikanan budidaya di Kabupaten Enrekang terdiri dari : 1. Lahan budidaya air tawar melalui mina padi = 8.979 Ha

(60)

Pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan budidaya dibagi dalam dua kawasan sentra produksi yaitu : Kawasan Utara (Mina padi dan Kolam) yaitu kecamatan Curio, Malua, Baraka, Bungin, Buntu Batu, Baroko (duri kompleks) dan Kawasan Selatan (Kolam dan Cekdam) : Kecamatan Enrekang, Cendana dan Maiwa.

Dari kedua potensi sumberdaya perikanan tersebut yang sudah dikelola/dimanfaatkan : Budidaya Minapadi seluas 690,50 Ha dan Budidaya Kolam seluas 219,50 Ha. Budidaya Minapadi (Ikan Mas dan Nila) yang menjadi pusat kegiatan ada di Desa Sumbang Kec. Curio, Kel. Malua, Desa Dulang Kec. Malua dan Desa mampu Kec. Angeraja. Sedangkan Budidaya kolam (Ikan mas dan Nila di desa Pattandonsalu, Kel. Bangkala dan Desa Bottomallangnga Kec. Maiwa. Pada kedua kawasan tersebut juga telah dibudidayakan adalah ikan lele, bawal dan patin dalam skala kecil.

Untuk mendukung ketersediaan benih ikan air tawar pada kedua usaha budidaya ikan telah dibangun Balai Benih Ikan (BBI) 3 unit yaitu BBI Karrang di Desa Karrang kec. Cendana, BBI Randangan di Kelurahan Puserren Kecamatan Enrekang dan BBI Sudu di Kelurahan Buntu Sugi Kecamatan Alla. Disamping itu juga ada Unit Pembenihan Rakyat (UPR) sebanyak 18 unit yang tersebar di Kec. Maiwa, Baraka, Bungin, Buntu Batu dan Curio. Adapun jumlah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam kegiatan Perikanan Budidaya di Kabupaten Enrekang sebanyak 2.203 orang yang tergabung dalam 88 kelompok pembudidaya ikan (POKDAKAN).

Pada tahun 2013 produksi perikanan budidaya Kabupaten Enrekang sebesar 564,1 ton dimana yang masih menjadi komoditas unggulan kabupaten ini adalah ikan mas : 490,4 ton, Ikan Nila : 62,8 ton, Ikan Lele : 4,3 ton, Ikan Patin : 5,2 ton, Ikan Lainnya : 1,4 ton.

(61)

KABUPATEN BONE Letak Geografis

Kabupaten Bone merupakan sala h satu kabupaten di pesisir timur Sulawesi Selatan yang terletak antara 04013’ – 5006’ lintang selatan dan antara 119042’ – 120030’bujur timur.

Luas Wilayah Daratan

Luas wilayah Kabupaten Bone 4, 556 km bujur sangkar atau sekitar 7,3 persen dari luas Propinsi Sulawesi Selatan.

Luas Wilayah Pesisir

Daerah Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten yang letak wilayah pesisirnya merupakan pantai barat Teluk Bone dengan garis pantai yang membujur dari utara ke selatan menelusuri Teluk Bone tepatnya 174 sebelah timur Kota Makassar.

(62)

Jumlah Desa/Penduduk pesisir/Jumlah Pulau-Pulau Kecil

Kabupaten Bone terdiri dari 27 kecamatan, 335 desa dan kelurahan dengan jumlah penduduk 648, 361. Lokasi untuk pemukiman pesisir di Kabupaten Bone banyak terpusat di sekitar wilayah Tanjung Pallete dimana pada wilayah ini merupakan sentra rumput laut khususnya di Kabupaten Bone.

Alamat Dinas-Dinas

UPT Badan SDM Kelautan dan Perikanan

Sekolah Usaha Perikanan Menengah Bone Jl. Sungai Musi Km 8 PO Box 119 Bone Sulsel Telp. (0481) 2912967, Fax (0481) 2912966

DINAS PERHUBUNGAN

Alamat Kantor: Jl. Dr. Wahidin SudirohusodoTelepon: 0481-21067 Hp. 0811421102

DINAS KEBUDAYAAN & PARIWISATA

Alamat Kantor: Jl. A. Mappanyukki Telepon: 0811447091

DINAS PERINDUSTRIAN & PERDAGANGAN

(63)

DINAS KELAUTAN & PERIKANAN

Alamat Kantor: Jl. Kalimantan Telepon: 08124180884

Status Ancaman

Berdasarkan hasil survey Pusat Studi Terumbu Karang(PSTK) Unhas tahun 2000, kondisi terumbu karang di Kepulauan Sembilan Teluk Bone adalah dalam kondisi rusak sampai sedang dengan rata-rata penutupan karang hidup sebesar 30%. Disamping itu Kesemrawutan pengelolaan rumput laut di Kelurahan Pallete meruapakan ancaman yang cukup serius di masa datang terkait buruknya pengelolaan rumput laut jika tidak ditertibkan.

Menjamurnya usaha rumput laut di kabupaten Bone disamping memberikan dampak positif juga memberikan efek negative yang cukup besar dimana dapat mengurangi keindahan wisata dikawasan Tanjung pallete.

Disisi lain, keberadaan rumput laut yang tidak teratur juga dapat menganggu perhubungan laut, sebab nelayan dinilai juga melewati jalur tersebut yang pastinya akan menghalangi jalur transportasi keluar masuknya kapal penangkap ikan.

Daerah Perlindungan Laut

Dalam upaya mencapai pemanfaatan secara optimal dan berkelanjutan dalam pengelolaan perikanan yang menjamin kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan di seluruh Indonesia, Menteri Kelautan dan Perikanan

Gambar

Tabel  diatas  menunjukkan  bahwa  produksi  lele  kota  Makassar  pada  tahun  2013,merupakan  yang  tertinggi  dari  24 kabupaten/kota lainnya.
Tabel diatas menunjukkan produksi rumput laut E. cottoni kabupaten wajo pada tahun 2013.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

F ishing ground (area penangkapan ikan) terbatas sejauh 4-6 mil dari garis pantai dengan cakupan wilayah penangkapan dari perairan Pantai Congot (bagian barat Kabupaten Kulon

Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan provinsi DKI Jakarta pada sebelah utara dan timur memberikan peluang pada Kota Tangerang Selatan sebagai

 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan;  Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Pakpak Bharat. Untuk lebih jelas batas

Dibandingkan kabupaten lain di Kalimantan Barat, Kabupaten Ketapang merupakan kabupaten terluas, memiliki pantai yang memanjang dari selatan ke utara dan sebagian pantai yang

Karena itu perlu dilakukan identifikasi sumberdaya wilayah pesisir Kabupaten Bangka Barat untuk penggunaan budidaya perikanan laut dan pantai dilihat dari karakter biofisik

Wilayah Aceh Wilayah Sumatera Utara Wilayah Sumatera Barat Wilayah Riau Wilayah Sumsel, Jambi, dan Bengkulu Wilayah Bangka Belitung Distribusi Lampung Wilayah Kalimantan Barat

F ishing ground (area penangkapan ikan) terbatas sejauh 4-6 mil dari garis pantai dengan cakupan wilayah penangkapan dari perairan Pantai Congot (bagian barat Kabupaten Kulon

1 Letak astronomis : 100LU – 150LU dan 1020BT – 1080BT 2 Luas wilayah : 181.035 km2 3 Batas-batas wilayah Barat : Thailand dan teluk Siam Utara : Laos dan Thailand Selatan : Vietnam