RUMAH SAKIT PARU MEDAN
(ARSITEKTUR HIJAU)
LAPORAN PERANCANGAN
TKA 490-STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER 2010/2011
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Aksitektur
OLEH :
NOVITA SARI
070406021
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RUMAH SAKIT PARU MEDAN
(ARSITEKTUR HIJAU)
OLEH :
NOVITA SARI
07 04 06 021
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ir.Nelson M.Siahaan,Dipl.TP.,M.Arch Beny OY Marpaung,ST,MT,Ph.D (
NIP. 19581127 198701 1 001 ) ( NIP. 19711022 200212 2 001 )
Ketua Departemen Arsitektur
Surat Hasil Penilaian Proyek Tugas Akhir
Rekapitulasi Nilai :
A B+ B C+ C D E
Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :
No. Status Waktu
Ketua Departemen Arsitektur Koordinator TKA 490
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan anugerah dan kesempatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
laporan Tugas Akhir ini.
Adapun maksud dari penyusunan laporan ini yaitu sebagai persyaratan Tugas
Akhir. Kiranya laporan ini dapat melengkapi persyaratan Tugas Akhir penulis dalam
menerima gelar sarjana yang penulis kerjakan.
Penulis berterima kasih kepada Bapak Ir.Nelson M.Siahaan,Dipl.TP.,M.Arch
dan Ibu Beny OY Marpaung,ST,MT,Ph.D selaku dosen pembimbing saya dan yang
telah banyak membantu dan memberi banyak masukan dalam menyelesaikan tugas
akhir dan laporan Tugas Akhir ini. Penulis juga berterimah kasih kepada orang tua
penulis R.Simarmata, keluraga dan teman – teman kampus juga pelayanan UKM KMK
UP FT yang selalu memberi semangat penulis untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini. Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam laporan ini,
penulis memohon maaf untuk itu. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Medan, 16 Agustus 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………..i
DAFTAR ISI ………ii
DAFTAR GAMBAR...v
DAFTAR TABEL...vii
DAFTAR DIAGRAM...viii
BAB I PENDAHULUAN I.1. Sekilas Tentang Penyakit Paru ………..1
I.2. Latar Belakang ………..2
I.3. Maksud dan Tujuan………4
I.4. Permasalahan ………5
I.5. Pendekatan ………5
I.6. Sasaran Perancangan ……….6
I.7. Lingkup Bahasan ………...6
I.8. Batasan Masalah ………7
I.9. Kerangka Berpikir ……….9
I.10. Sistematika Pembahasan ……….10
BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1. Terminologi Judul ………..11
II.2. Tinjauan Teoritis ………12
II.2.1. Paru ……….14
II.2.1.1. Pengertian Paru……….14
II.2.1.2. Kesehatan Paru ..……….14
II.2.1.3. Penyakit Paru ………...15
II.2.1.4. Diagnosa Banding ……….…...28
II.2.1.5. Klasifikasi ……….……29
II.2.1.6. Faktor Risiko Penyebab Penyakit Paru …....30
II.2.1.7. Persentase Penderita Penyakit Paru ………..30
II.2.2. Gambaran Umum Rumah Sakit Paru ………..34
II.2.2.2. Tujuan dan tugas Rumah Sakit Paru ………35
II.2.2.3. Kewajiban Rumah Sakit Paru …………...35
II.2.3. Faktor-Faktor Pengadaan Rumah Sakit Paru ……...35
II.2.4. Perencanaan Rumah Sakit Paru ………...36
II.3. Lokasi ……….36
II.3.1. Deskripsi Proyek ………..36
II.3.2. Tinjauan Pemilihan Kota Medan ……….36
II.3.3. Kriteria Pemilihan Lokasi ………36
II.3.4. Analisa Pemilihan Lokasi ………41
II.3.4.1. Alternatif Lokasi ………..41
II.3.4.2. Penilaian Alternatif Lokasi ………...44
II.3.4.3. Analisis dan Penilaian Lokasi………47
II.4. Tinjauan Fungsi ………..48
II.4.1. Deskripsi Pemakai dan kegiatan………48
II.4.2. Deskripsi Kebutuhan Ruang ……….50
II.4.3. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria ………...58
II.5. Studi Banding Proyek Sejenis ……….66
II.5.1. RS Paru Dr. Ario Wirawan ………..66
II.5.2. Rumah Sakit Paru Dr. M Goenawan ………73
BAB III ELABORASI TEMA III.1. Pengertian ………..75
III.2. Interpretasi Tema………80
III.3. Keterkaitan Tema dengan Judul ………83
III.4. Penerapan Tema dalam Bangunan ………84
III.5. Studi Banding Tema Sejenis ……….86
III.5.1. The Editt Tower, Singapore ………...86
III.5.2. Eco Bay Complex, Abu Dabai, UEA …………...87
BAB IV ANALISA IV.1. Analisa Fisik ………..……..89
IV.1.3. Analisa Intensitas Bangunan ……….……....92
IV.1.4. Tata Guna Lahan ………...……….…..93
IV.1.5. Analisa Posisi Site Terhadap Beberapa RSU…...94
IV.1.6. Analisa Pencapaian...………96
IV.1.7.Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ……….97
IV.1.8. Analisa View ………98
IV.1.9. Analisa Vegetasi……….101
IV.1.10. Analisa Kebisingan ..………...102
IV.1.11. Analisa Angin ………..………102
IV.1.12. Analisa Matahari…………..……….103
IV.1.13. Analisa Drainase ……….…….…104
IV.2. Analiasa Kebutuhan Ruang …………..……….106
IV.2.1. Analisa Pengguna dan Kebutuhan Ruang ….….106 IV.2.2. Analisa Skema Aliran Aktifitas Pengguna .…....112
IV.2.3. Organisasi Ruang dan program Ruang ………...115
IV.2.4. Perhitungan Jumlah Pengunjung Rumah Sakit…118 IV.2.5. Perhitungan Ruang Parkir ………..126
BAB V KONSEP V.1. Prinsip dan Implementasi………..…………...128
V.1.1. Prinsip dan Implementasi Sirkulasi ……...……..128
V.1.2. Prinsip dan Implementasi Zoning ………..……..128
V.2. Bentuk Massa ……….………129
V.2.1. Analisa Bentuk ……….………..130
V.2.2. Konsep Bentukan Massa ……….……130
V.2.3.Konsep Sirkulasi ………….……….131
V.2.4. Konsep Vegetasi ………….………133
V.2.5. Konsep Parkir ……….………135
BAB VI HASIL RANCANGAN ………137
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kanker Paru ...24
Gambar 2.2 Peta lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan ...42
Gambar 2.3 Peta Lokasi Jl. William Iskandar ...43
Gambar 2.3 Peta Lokasi Jl. Pasar 2 Tanjung Sari...44
Gambar 2.5 Fasilitas RS. Paru Dr. Ario Wirawan ...74
Gambar 2.5 Fasilitas RS. Paru Dr. Ario Wirawan...76
Gambar 3.1. The EDITT Tower , Singapore ...90
Gambar 3.2 The EDITT Tower , Singapore ...90
Gambar 3.3 Konsep Tata Vegetasi dan Penampungan Air Hujan The EDITT Tower , Singapore ...91
Gambar 3.4 Eco Bay Complex , Abu Dhabi , UEA...92
Gambar.3.5 Diagram Konsep EcoBay Complex , Abu Dhabi , UEA...92
Gambar 4.1 Peta Indonesia ...93
Gambar 4.2 Batas-Batas Site ...96
Gambar 4.3 Intensitas Bangunan ...97
Gambar 4.4 Tata Guna Lahan Lokasi Perencanaan...98
Gambar 4.5 Fungsi Lahan Sekitar...99
Gambar 4.6 Lokasi Site Terhadap Rumah Sakit Umum ...100
Gambar 4.7 Peta Lokasi Site Perencanaan...102
Gambar 4.8 Situasi Site ...102
Gambar 4.9 Situasi Trotoar Pada Site...103
Gambar 4.10 View Suasana Pandangan Ke Luar Site...104
Gambar 4.11 Situasi Vegetasi Pada Daerah Sekitar Site...106
Gambar 4.12 Situasi Drainase Pada Daerah Sekitar Site...110
Gambar 5.1 Grounplan Rumah Sakit Paru...137
Gambar 5.2 Grounplan Rumah Sakit Paru...138
Gambar 5.3 Grounplan Rumah Sakit Paru...138
Gambar 5.4 Grounplan Rumah Sakit Paru...138
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penyebab Utama Kanker Paru ...26
Tabel 2.2 Perbedaan asma, PPOK dan SOPT...30
Tabel 2.3 Klasifikasi Penyakit Paru ...30
Tabel 2.4 Pola 10 Besar Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Indonesia Tahun 2009 ...32
Tabel 2.5 Pola 10 Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Di Indonesia Tahun 2009...32
Tabel 2.7 Peruntukan Lahan Untuk WPP Kotamadya Medan...39
Tabel 2.8 Kriteria Lahan Untuk Menentukan Lokasi...40
Tabel 2.9 Perbandingan Lokasi Alternatif Lokasi ...44
Tabel 2.10 Penilaian Lokasi Alternatif Lokasi...48
Tabel 2.11 Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruangan atau Unit ...68
Tabel 2.12 Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit...69
Tabel 2.13 Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah Kamar Mandi...69
Tabel 2.14 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan Dengan Jumlah Toilet dan Jumlah Kamar Mandi ...70
Tabel 4.1 Analisa Kebutuhan Ruang...112
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 Kerangka Berpikir ...1
Diagram 2.1 Konsep Patogenesis PPOK ...18
Diagram 2.2 Perbedaan Patogenesis Asma Dan PPOK...18
Diagram 2.3 Penemuan Penyakit Paru ...33
Diagram 2.4 Penemuan Penyakit Tuberkolosis...33
Diagram 2.5 Penemuan/Pendeteksian Pneumonia...34
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Sekilas Tentang Penyakit Paru
Menurut buku saku “Ilmu Penyakit Paru” oleh Dr.Halim Danusantoso, Sp.P,FCCP
bahwa untuk mengetahui seseorang menderita paru apabila memiliki keluhan utama yang
berupa:
a. Batuk : keluhan ini merupakan suatu reflex defenisi belaka, yaitu untuk
membersihkan saluran pernapasan dari sekrit (berupa mucus), bahan nekrotik, benda
asing, dsb. Refleksi ini bisa pula ditimbulkan berbagi ransangan pada mukrosa
saluran dan juga dari rangsangan pada pleura parietalis.
b. Sesak : keadaan ini merupakan akibat kurang lancarnya pemasukan
udara saat inspirasi ataupun pengeluaran udara saat ekspirasi, yang di sebabkan oleh
adanya penyempitan ataupun penyumbatan pada tingkat
bronculus/broncus/trakea/larings. sebab lain adalah karena berkurangnya elastisitas
paru, bias juga karena ekspansi paru terhambat. Perlu juga di ingat berbagai sebab
yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan paru, misalnya anemia berat,
decompensatio cordis, dll.
c. Batuk darah : adanya lesi saluran pernapasan dari hidung sampai paru yang
juga mengenai pembuluh darah.
d. Nyeri dada : keluhan ini dapat bersumber pada pleura parietalis, jantung,
mediastinum dan dinding torax.
Hanya kadang-kadang saja gangguan keadaan umum, seperti misalnya panas
badan, keringatan mala, tidak suka makan, rasa lesu/lemah, mengurus, dan sebagainya
di tampilkan pada keluhan utama pada penyakit paru. Perlu diingat juga bahwa batuk
merupakan manisfestasi yang paling sering dari semua penyakit paru, karena batuk ini
pada hekekatnya adalah cara fisiologi yang palingefektif untuk mengeluarkan sekrit
yang berlebihan dan atau kotoran/benda asing dari paru maupun saluran pernapasan
pada umumnya. Penyakit paru disebabkan oleh :
b. Pencemaran udara
c. Urbanisasi
d. Industri
e. Transisi epidemiologi dan demografi
f. Krisis ekonomi yang menyebabkan kemampuan ekonomi masyarakat untuk berobat
turun drastis.
I.2 Latar Belakang
Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Medan memiliki penduduk yang
berjumlah 1.993.602 dengan kepadatan penduduk 7.520 / km² yang bersifat heterogen.
Kota Medan yang sedang berkembang menuju “Medan Metropolitan” membuat
aktifitas dan mobilitas mayarakatnya menjadi tinggi. Aktifitas yang ada dan kesibukan
yang membebani pikiran setiap masyarakat yang ada di medan, tak kala membuat
banyak orang untuk merokok, dengan berbagai alas an untuk dapat menghindari stress
dan di jadikan sebagai cara untuk dapat menikmati waktu – waktu santai yang sempit.
Paru-paru merupakan organ manusia yang sangat penting dan rentan terhadap
serangan penyakit. Banyak penyakit yang dapat menyerang organ pernapasan ini.
Penyakit-penyakit tersebut diantaranya adalah TBC, Asma, Ispa, Bronkitis,
Bronkiektasis, bahkan Paru-paru juga sangat mudah untuk terserang kanker, dan yang
sekarang baru berkembang adalah flu burung dan flu babi. Penyakit-penyakit tersebut
sangat banyak faktor penyebabnya, diantaranya virus, bakteri, merokok, gaya hidup
yang kurang sehat, dan tentunya kualitas udara yang semakin hari semakin memburuk
akibat dari kemajuan zaman dan teknologi.
Karakter dari penyakit paru-paru selain mudah menghinggapi Paru-paru manusia
juga rawan menyebabkan komplikasi, misal jika Paru-paru manusia sudah terkena
penyakit maka fungsi dari organ tersebut juga mengalami gangguan, sedangkan fungsi
utama Paru-paru selain untuk menukar oksigen dari luar dengan karbondioksida dari
dalam tubuh, adalah untuk menyaring darah kotor dari jantung. Maka dengan
terganggunya fungsi Paru-paru maka akan menyebabkan gangguan jantung dan
menular, penyakit Paru-paru yang sangat mudah menular merupakan penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh virus dan bakteri diantaranya adalah TBC, Flu Burung, Flu Babi,
Bronkitis, Ispa, Influensa.
Dan hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh kalangan masayarakat yang telah
mandiri bekerja, melainkan menjadi sebuah kebiasaan yang juga dilakukan oleh
kelangan mahasiswa, juga anak sekolahan. Dan jelas-jelas mengetahui dampak dari
merokok untuk kesehatan mereka. Selain itu dampak yang lebih buruk lagi dirasakan
oleh perokok pasif, yaitu mereka yang tidak menikmati rokok melainkan menikmati
asap rokok, tetapi bahaya terjangkit penyakit yang merusak paru-paru lebih besar
daripada perokok yang aktif. Sehingga dengan pasti banyak diantara masyarakat medan
yang sadar ataupun tidak sadarnya akan kesehatan tubuh terkhusus pada bagian
paru-paru sedang mengalami kemunduran aktifitas kerja paru-paru-paru-paru sebagai mana semestinya.
pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin
besar risiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya sebagian kecil kanker paru-paru
(sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang
ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan
paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan
terjadi karena adanya pemaparan oleh
(terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang
paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti
tuberkulosis dan fibrosis.
Pasien penyakit paru-paru membutuhkan penanganan khusus dan intensif
dikarenakan penyakit-penyakit yang menyerang organ ini biasanya membutuhkan
waktu yang panjang untuk meyembuhkan dan memulihkan kesehatan pasien. Selain
waktu yang panjang pasien paru-paru juga harus ditempatkan secara khusus dengan
system ventilasi baik, kualitas udara, dan jauh dari pasien penyakit lain sehingga tidak
terjadi penularan penyakit dari atau ke pasien lain.
Dengan dasar-dasar tersebut maka memang dibutuhkan sebuah tempat pengobatan
pemulihan kesehatan pasien paru lebih maksimal dan berjalan lebih cepat dan aman.
Hal inilah yang melatar belakangi pemilihan judul tugas akhir ini, yaitu Rumah Sakit
Paru Medan, dimana sangat dibutuhkan adanya sebuah rumah sakit yang khusus
menangani penyakit pada bagian tubuh yaitu paru-paru dari latar belakang yang telah
dijelaskan diatas.
I.3 Maksud dan Tujuan
Adapun yang menjadi maksud dan tujuan dari perencanan rumah sakit paru ini
adalah sebagai berikut :
Maksud:
a. Membuat sebuah tempat dimana kegiatan utamanya adalah tempat pelaksanaan
pelayanana kesehatan paru.
b. Menciptakan tempat yang dapat mendeteksi dini penyakit paru dan pencegahannya.
c. Menciptakan sebuah wadah tempat pelaksanaan rehabilitasi penderita penyakit paru.
Adapun tujuan dari perencanan Rumah sakit paru adalah :
a. Membuat Rumah Sakit khusus Paru yang belum ada di Sumatera Utara.
b. Menjadikan Rumah Sakit Paru Medan ini menjadi pusat kesehatan Paru nomor satu di
Sumatera Utara dengan melengkapi peralatan medis untuk pengobatan penyakit Paru
yang lengkap.
c. Merancang Rumah Sakit Paru Medan yang layak dijadikan sebagai rumah sakit
rujukan untuk penderita penyakit paru di Sumatera Utara.
d. Menghadirkan suatu bangunan yang dapat menjadi tempat pendidikan dan penelitian
bagi mahasiswa kedokteran yang sedang co-ass maupun untuk mahasiswa Pasca
Sarjana yang mengambil spesialis penyakit Paru.
e. Merencanakan dan merancang suatu lingkungan dan bangunan yang menarik dan
dapat mendukung kesembuhan pasien secara psikologis.
I.4 Permasalahan
a. Bagaimana menciptakan sebuah rancangan lingkungan dan bangunan yang sesuai
dengan judul yang diangkat dan maksud tujuan yang hendak dicapai demi menunjang
keberadaan fungsi bangunan sesuai dengan kasus proyek.
b. Permasalahan yang melekat pada desain seperti sirkulasi, aktifitas, kenyamanan,
utilitas, keamanan, lighting, akustik.
c. Bagaimana menciptakan suatu image baru pada bangunan sehingga tujuan yang ingin
dicapai pun terpenuhi.
d. Bagaimana mengelola ruang dalam agar saling terintegrasi antar berbagai fungsi
dengan kegiatan yang berbeda.
e. Bagaimana menyesuaikan lokasi yang ada dengan kebutuhan akan fasilitas- fasilitas
yang mendukung terciptanya lingkungan dan bangunan tersebut.
f. Bagaimana menerapkan konsep perancangan yang ada yang didasarkan dari studi yang
telah dilakukan kedalam sebuah proses perancangan.
I.5 Pendekatan
Beberapa pendekatan yang dilakukan dalam mengumpulkan data-data, baik data primer maupun sekunder untuk memperjelas pemahaman tentang Rumah Sakit Paru Medan dilakukan dengan metode pendekatan berikut:
a. Studi Literatur
• Untuk mendapatkan data awal mengenai Paru dan penyakit-penyakitnya serta memperkaya materi yang berkaitan dengan proyek.
• Untuk mendapatkan sata awal mengenai bangunan rumah sakit. • Untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan tema.
• Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam studi banding. b. Observasi Lapangan
• Mendapatkan data kondisi dan potensi lingkungan tapak terpilih.
• Melihat langsung keadaan dan pengelolaan bangunan yang ada dengan fungsi sejenis.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh masukan mengenai lingkungan tapak
Serta masukan yang berkaitan dengan kasus proyek, antara lain informasi tentang
persyaratan ruang, kendala-kendala dalam penyelenggaraan bangunan yang ada dari
segi arsitektural.
d. Analisis
Analisis diperlukan untuk mengolah dan merumuskan berbagai masukan arsitektural
maupun non arsitektural bagi keperluan perancangan.
e. Sintesis
Sintesis dilakukan pada tahap integritas data-data yang ada yang telah dikaji pada
tahap analisis, untuk kemudian diolah menjadi konsep perencanaan dan perancangan.
Selain hal diatas pendekatan terhadap perancangan dilakukan dengan
mempertimbangkan item-item perancangan antara lain:
a. Ruang dalam
b. Ruang luar
c. Style bangunan
d. Struktur
e. Utilitas
I.6 Sasaran Perancangan
Yang menjadi sasaran perancangan dalam perencanaan rumah sakit paru ini adalah:
a. Perencanaan dan perancangan bangunan rumah sakit paru ini diperuntrukan untuk
bagi seluruh masyarakat Medan dan juga bagi masyrakat yang berada diluar kota
Medan untuk berobat ke Medan.
b. Bagi masyarakat mulai dari lingkup terkecil yaitu pribadi, lingkup keluarga sampai
pada lingkup yang terluas.
mendapatkan dasar-dasar informasi yang mendukung konsep-konsep perencanaan dan
perancangan berupa asumsi kelayakan sampai dengan program ruang. Pembahasan ini
berupa dasar-dasar analisa yang bersumber dari studi literatur dan studi banding untuk
menganalisa tapak perencanaan dan pengaturan urutan ruang disesuaikan dengan konsep,
yakni menganalogikan bangunan dengan Paru. Konsep-konsep perancangan yang
dihasilkan dari studi dan analisa ini dimanfaatkan sebagai pedoman perancangan pada
tugas akhir.
I.8. Batasan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam perancangan yang timbul akan
dibatasi pada:
a. Kompleksitas bagunan yang membutuhkan analisa yang mendalam tentang sirkulasi,
program ruang, dan aktifitas terpadu.
b. Pengornanisasian ruang berdasarkan kegiatan, fungsi, dan pemakai.
c. Perancangan sistem akustik ruang dan lighting yang baik.
d. Pemilihan sistem struktur yang efisien yang dapat menahan beban sekaligus
menghasilkan bentukan desain yang modern.
e. Perancangan sirkulasi dalam dan luar bangunan.
Batasan perancangan sendiri dapat dilihat dari keterkaitan fungsi dan arsitektural dalam
bangunan, dimana :
a. Fungsi yang didialamnya juga dibatasi :
• Kegiatan, dimana kegiatan yang dijalankan adalah kegiatan perawatan untuk rawat jalan, dan untuk penyembuhan pasien rawat inap dan ruang isolasi.
• Jenis pelayanan meliputi untuk semua masyarakat penderita penyakit paru yang datang untuk memperoleh pengobatan.
b. Arsitektural, dimana batas-batas arsitektural yang akan dibahas nantinya dalam
rumah sakit paru ini berdasarkan standart yang telah dari dinas kesehatan untuk
perancangan rumah sakit khusus. • Bentuk dan ruang
a. Gubahan massa, dimana bentuk dari gubahan massa tunggal (Rumah sakit paru)
dengan fasilitas penunjang yang ada.
b. Karateristik lahan yang sesuai sebagai tempat didirikannya rumah sakit paru ini.
c. Lokasi , yang berhubungan dengan lokasi adalah, GSB,KDB dan KLB.
d. Citra/image, bagaimana kesatuan bangunan/ konteks bangunan dengan lingkungan
I.9. Kerangka Berpikir
Adapun yang menjadi kerangka berpikir dalam perencanana rumah sakit paru ini
adalah yang terdapat pada diagram 1.1 dibawah ini.
Diagram 1.1 Kerangka Berpikir
(Sumber. Pengelolaan Data Primer)
Ide / Gagasan
Rumah Sakit Paru Medan
Arsitektur
Hijau
Latar Belakang
Rumusan Tujuan dan Sasaran
Identifikasi Masalah
Kasus, Tema, Lokasi
F
E
E
D
B
A
C
K
Studi Pengenalan :
Studi
Literatur,Studi Studi Lokasi
dan Survey
Pengumpulan / Kompilasi
Analisa
Program Perancangan
Konsep Perancangan
I.10 Sistematika Pembahasan
Yang menjadi sistematika pembahasan perencanaan rumah sakit paru ini meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang kajian latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan,
pendekatan,lingkup batasan, dan sistematika laporan.
BAB II DESKRIPSI PROYEK
Berisi tentang pengertian Rumah Sakit Mata, lokasi, tinjauan fungsi dan
studi banding terhadap Kasus Proyek sejenis yang lain.
BAB III ELABORASI TEMA
Berisi tentang kajian mengenai pengertian ,interpretasi dan keterkaitan
tema dengan judul serta studi banding terhadap bangunan-bangunan yang
menerapkan tema yang sama.
BAB IV ANALISA PERANCANGAN
Berisi tentang kajian analisis terhadap lokasi dari tapak perancangan,
potensi dan kondisi lingkungan, pemakai, dan aktivitasnya dan berisi
tentang dasar-dasar pemrograman fasilitas yang direncanakan, meliputi
kebutuhan ruang, besaran dan persyaratan ruang, hubungan antar ruang
yang bersifat analisa.
BAB V KONSEP PERANCANGAN
Berisi konsep-konsep perancangan yang sesuai dengan lingkungan
kajian.
BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR
Berisi gambar-gambar desain dan foto maket hasil perancangan.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai bahan literatur dalam
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
II.1 Terminologi Judul
Proyek perencanaan rumah sakit paru ini akan di deskripsikan, pada bab ini
secara pengertian hingga kepada lokasi yang direncanakan, yaitu :
Judul Proyek : Rumah Sakit Paru Medan
Pengertian Judul :
a. Rumah Sakit, adalah
• Rumah tempat merawat orang sakit
• Sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
• Rumah tempat merawat orang sakit, tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.
• Tempat menyediakan pelayanan rawat inap dan rawat jalan.
• Sebuah institusi atau badan yang menyediakan perawatan di bidang kesehatan dan pelayanan yang lain seperti melayani orang sakit atau orang luka.
b. Paru, salah satu organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernafasan.
c. Medan, merupakan ibukota Sumatera Utara dimana Medan yang dimaksudkan adalah
kotamadya Medan sebagai pusat aktivitas dan kehidupan masyarakat Sumatera Utara.
Dari defenisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Rumah Sakit Paru
Medan adalah, suatu sarana pelayanan atau kegiatan yang menyediakan berbagai aktifitas
yang berkaitan dengan pengobatan dan perawatan kesehatan Paru, yang disertai pula
dengan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui
pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan pelayanan tindakan medis yang
II.2 Tinjauan Teoritis
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 631/MENKES/SK/IV/2005
tanggal 25 April 2005, Rumah Sakit dibedakan dalam beberapa kategori sebagai
berikut:
a. RSU Pemerintah Kelas A
RSU kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medis spesialistik luas dan sub spesialistik luas. Berdasarkan hal tersebut
maka RSU Pemerintah kelas A minimal harus mempunyai kelompok staf medis
sebagai berikut: kelompok staf medis penyakit dalam, kebidanan dan penyakit
kandungan, bedah, kesehatan anak, telinga, hidung, dan tenggorokan, PARU, syaraf,
jiwa, kulit dan kelamin, jantung, paru, radiologi, anesthesi, rehabilitasi medis,
patologi klinis, patologi anatomi. Pembentukan kelompok staf medis dapat
dilakukan berdasarkan spesialisasi / keahlian atau dengan cara lain dengan
pertimbangan khusus.
b. RSU Pemerintah Kelas B dan RSU Swasta kelas Utama
RSU Pemerintah kelas B dan RSU Swasta kelas Utama adalah rumah sakit umum
yang menpunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11
spesialistik dan sub spesialistik terbatas. Berdasarkan hal tersebut maka RSU
Pemerintah kelas B atau RSU Swasta kelas Utama minimal harus mempunyai 11
(sebelas) kelompok staf medis yaitu kelompok staf medis penyakit dalam, kesehatan
anak, kebidanan dan kandungan, bedah, anesthesi, tenggorok, radiologi, patologi
klinik, psikiatri / neurologi, kulit dan kelamin, PARU, telinga, hidung dan
tenggorokan. Pembentukan kelompok medis dapat dilakukan berdasarkan
spesialisasi / keahlian.
c. RSU Pemerintah kelas C dan RSU Swasta kelas Madya.
RSU pemerintah kelas C dan RSU Swasta kelas Madya adalah rumah sakit umum
yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar yang
meliputi spesialis penyakit dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, dan
bedah. Dengan adanya kemampuan, pelayanan medis spesialistik dasar tersebut
d. RSU Pemerintah kelas D atau RSU Swasta kelas Pratama
RSU pemerintah kelas D dan RSU Swasta kelas pratama, adalah rumah sakit umum
yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar. Karena itu
jumlah dan jenis dokter spesialis sangat terbatas. Mengingat ketentuan kelompok
staf medis minimal harus terdiri dari 2 (dua) kelompok staf medis yaitu kelompok
staf medis bedah dan kelompok staf medis non bedah.
e. Rumah Sakit Pendidikan
RS pendidikan adalah rumah sakit umum pemerintah kelas A dan kelas B, rumah
sakit khusus pemerintah dan rumah sakit umum swasta kelas utama yang
dipergunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medis oleh fakultas kedokteran.
Tenaga dokter di RS pendidikan pada umumnya cukup banyak dari segi jumlah
maupun jenis spesialisasi dan sub spesialisasi. Karena itu kelompok staf medis di
RS pendidikan dapat terdiri dari kelompok staf medis dokter spesialis dan kelompok
staf medis dokter sub spesialis sesuai kebutuhan.
f. Rumah Sakit Khusus
RS khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu. Mengacu hal tersebut, rumah
sakit khusus berdasarkan disiplin ilmu wajib mempunyai kelompok staf medis
minimal 2 (dua) yaitu kelompok staf medis sesuai dengan disiplin ilmu yang
menjadi kekhususan rumah sakit dan kelompok staf medis lainnya yang merupakan
penggabungan dari disiplin-disiplin ilmu. Sebagai contoh RS Bersalin maka
minimal haru membentuk staf medis kebidanan dan kandungan dan kelompok staf
medis lainnya. RS bersalin yang cukup besar dan mempunyai dokter sub spesialis
maka pembentukan kelompok staf medis dapat terdiri dari kelompok staf medis
kebidanan dan kandungan dan kelompok staf medis dokter sub spesialis. Sedangkan
kelompok staf medis Khusus berdasarkan jenis penyakit tertentu misalnya RS
Kanker, RS Kusta, maka pembentukan kelompok staf medis sesuai dengan jenis dan
jumlah dokter spesialis yang ada di rumah sakit tersebut. Pembentukan kelompok
staf medis dapat dengan mengelompkkan sesuai spesialisasi / keahliannya.
g. Rumah Sakit yang mempunyai kerja sama operasional pelayanan (outsourching
pelayanan). Kerja sama operasional (outsourcing) adalah pendelegasian operasi dan
outsourcing). Hal-hal yang didelegasikan dalam outsourcing adalah suatu fungsi dan
proses bisnis tertentu untuk disisipkan. Pada saat ini pelayanan yang sering
dilakukan kerja sama operasional (outsourcing) adalah poliklinik gigi, laboratorium,
radiologi, dan pelayanan medis lainnya, misalnya pelayanan jantung, pelayanan
pasien orang asing, dan lain sebagainya. Dokter dan dokter gigi yang bekerja pada
pelayanan yang dilakukan kerja sama operasional harus tetap sebagai staf medis
rumah sakit dan dimasukkan ke dalam kelompok staf medis sesuai dengan jenis
spesialisasi / keahliannya dan sesuai dengan kelompok staf medis yang ada di rumah
sakit tersebut. Dokter yang bekerja di pelayanan yang dilakukan kerja sama
operasional (outsourcing) tersebut secara adminitrasi di bawah manajemen kerja
sama operasional (oursourcing) namun secara profesi tetap di bawah komite medik.
Proyek yang berjudul Rumah Sakit Paru ini merupakan kategori Rumah Sakit
Khusus, karena hanya menangani pelayanan kesehatan di satu disiplin ilmu saja yaitu
ilmu kesehatan Paru.
II.2.1 Paru
II.2.1.1 Pengertian Paru
Paru-paru adalah
dengan
Fungsinya adalah menukar
Prosesnya disebut
fungsi nonrespirasi. Istilah kedokteran yang berhubungan dengan paru-paru sering
mulai di pulmo-, dari kat
II.2.1.2 Kesehatan Paru
Paru merupakan orga yang rentan terhadap penyakit dan yang menjdi
jenis-jenis penyakit paru berdasarkan tipe-tipe penyakit paru maka dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
3. Pnemoni ( Lobaris) atau Pnemoni ( klasik )
4. Abses Paru • Penyakit Paru kronis
1. Tuberculosis paru
2. Bronkiektasis
3. Bronchitis Kronis dan Penyakit Paru Obstruktif Menahun
II.2.1.3 Penyakit Paru
Di bawah ini akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai penyakit paru yang
dialami oleh manusia ;
a. TBC, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikobakterium
Tuberkulosis. Gejala awal yang perlu diketahui :
• Batuk-batuk selama lebih dari 2 minggu dengan disertai dahak • Kadang-kadang batuk darah
• Nyeri dada • Sesak napas • Panas badan • Keringat malam
• Kelelahan, badan mengurus • Nafsu makan menurun Komplikasi penyakit :
• Batuk darah • Pleural Effusion • Pneunotorak
• Radang selaput otak dan penyebaran kuman TBC ke orang lain Cara pencegahan :
• Bila batuk segera segera berobat • Makanan bergizi
• Penderita penyakit TBC bila batuk mulut ditutup dan membuang dahak harus ditempat khusus dan ditutup
b. Infeksi Saluran Pernapasan Akut, merupakan radang akut saluran pernapasan atas
maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik, bakteri, virus maupun
Ricketsia, tanpa/disertai radang parenchim paru. Gejala awal yang harus diketahui : • Pilek, nyeri tengorok, batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri dada
(kadang pada mata), panas badan, nyeri otot, lelah, nafsu makan menurun,
kadang-kadang mual, muntah.
Perawatan sebelum ke dokter :
• Bila badan panas, kompres dan beri obat penurun panas. Selanjutnya penpenderita harus berobat ke Puskesmas,rumah sakit, atau ke dokter.
Komplikasi penyakit :
• Radang parencim paru
• Empiena ( rongga selaput paru berisi nanah ) • Efusi pleura ( rongga selaput paru berisi cairan ) • Absles paru
• Radang selaput jantung • Radang selaput otak • Artritis
• Nefirtis ( radang pada ginjal ) Cara pencegahan :
• Memperkuat kondisi badan dengan makanan bergizi, istirahat cukup, menghindari kontak dengan penderita ISPA
• Penderita yang sakit harus berobat dan menghindari kontak dengan orang sehat c. Asma Bronkial merupakan penyakit paru yang disebabkan kepekaan dalam napas
yang meningkat terhadap berbagai rangsangan. Rangsangan tersebut dapat berupa :
• Rangsangan dari dalam : stress, emosi
• Rangsangan dari luar dapat berupa : debu rumah, tungau, bulu binatang, polusi udara, perubahan cuaca, infeksi saluran napas, asap ( rokok, obat nyamuk, bahan
kimia ), dan lain sebagainya.
Gejala awal yang perlu diketahui :
Komplikasi penyakit :
• Status Asmatikus • Pneunotorak
• Tersumbatnya saluran napas oleh dahak kental • kematian karena gagal napas
Cara pencegahan :
• Menghindari alergen atau pencetus serangan, sepertiu tersebut dalam penybab penyakit di atas.
d. Penyakit-penyakit Pleura • Efusi pleura
• Pnemotoraks
e. Kanker Bronkus/kanker paru • Kanker bronkus/kanker paru
f. Patogenesis dan Patologi yaitu merupakan pembesaran kelenjar mukosa bronkus,
metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat
fibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal,
disertai kerusakan dinding alveoli. Secara anatomik dibedakan tiga jenis emfisema
(diagram 2.1):
• Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer, terutama mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok lama • Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata dan
terbanyak pada paru bagian bawah
• Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal, duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis,
metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan
Diagram 2.1 Konsep Patogenesis PPOK
(Sumber. http//www.paru/jenis penyakit paru/PPOK/.com.februari 2011)
Diagram 2.2 Perbedaan Patogenesis Asma Dan PPOK
(Sumber. http//www.paru/jenis penyakit paru/PPOK/.com.februari 2011)
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga
berat ( digram 2.2). Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda
inflasi paru diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan:
a. Gambaran klinis • Anamnesis
1. Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
2. Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
3. Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
4. Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir
rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan
• Pemeriksaan fisis
1. PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
2. Inspeksi, yaitu ;
Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertropi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis leher dan edema tungkai Penampilan pink puffer atau blue bloater
3. Palpasi, pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
4. Perkusi, pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
5. Auskultasi
suara napas vesikuler normal, atau melemah
terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
ekspirasi memanjang
bunyi jantung terdengar jauh 6. Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed lips-breathing Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
7. Pursed - lips breathing, adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut
mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal
napas kronik.
b. Pemeriksaan penunjang • Pemeriksaan rutin
Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP ( % ). Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1%
(VEP1/KVP) < 75 %
VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupunkurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan
memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%
2. Uji bronkodilator
Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.
Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1
atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml
Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil 3. Darah rutin Hb, Ht, leukosit
4. Radiologi, foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit
paru lain, pada emfisema terlihat gambaran :
Hiperinflasi
Hiperlusen
Ruang retrosternal melebar
Diafragma mendatar Pada bronkitis kronik :
Normal
Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus • Pemeriksaan khusus (tidak rutin)
1. Faal paru
Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF), Kapasiti Paru Total (KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat
Variabiliti Harian APE kurang dari 20 % 2. Uji latih kardiopulmoner
Sepeda statis (ergocycle)
Jentera (treadmill)
Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal
3. Uji provokasi bronkus, untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada
sebagian kecil PPOK terdapat hipereaktiviti bronkus derajat ringan
4. Uji coba kortikosteroid, menilai perbaikan faal paru setelah pemberian
kortikosteroid oral (prednison atau metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg
per hari selama 2minggu yaitu peningkatan VEP1 pascabronkodilator > 20
% dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan faal
paru setelah pemberian kortikosteroid
5. Analisis gas darah, terutama untuk menilai :
Gagal napas kronik stabil
Gagal napas akut pada gagal napas kronik 6. Radiologi
CT - Scan resolusi tinggi
Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos
Scan ventilasi perfusi, mengetahui fungsi respirasi paru
7. Elektrokardiografi, mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh
Pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan.
8. Ekokardiografi (menilai fungsi jantung kanan)
9. Bakteriologi, pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur
resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih
antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas berulang merupakan penyebab
utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia.
10.Kadar alfa-1 antitripsin, kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema
herediter (emfisema pada usia muda), defisiensi antitripsin alfa-1 jarang
g. Kanker Paru
Kanker paru sulit terdeteksi dan tanpa gejala pada tahap awal. Sel kanker yang tidak
terkendali dalam jaringan paru melakukan reproduksi liar sehingga menyebabkan
tumbuhnya tumor yang menghambat dan menghentikan fungsi paru-paru
sebagaimana mestinya. Besarnya ukuran paru-paru menyebabkan kanker tumbuh
bertahun-tahun tak terdeteksi dan tanpa gejala. penyakit ini baru bisa dideteksi
setelah kanker mencapai stadium lanjut. Kanker paru-paru adalah pertumbuha
benar-benar dipahami. Sepertinya sel mukosal bronkial mengalami perubahan
metaplastik sebagai respon terhadap paparan kronis dari partikel yang terhirup dan
melukai paru. Sebagai respon dari luka selular, proses reaksi dan
berevolusi.
menjad
akibat pergantian lapisan
disertai dengan
menjad
diperkirakan kurang lebih antara 10 hingga 20 tahun. Asal-usul sel penyebab kanker
paru masih belum dapat dijelaskan. Selama ini berkembang dua buah teori,
• Teori pleuripotential cell ole
terjadi pada proses diferensiasi
• Teori sel kecil oleh
mengalami transformasi dan be
Namun diketahui bahwa terjadi mutasi genetik pad
paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria
Gambar 2.1 Kanker Paru
(Sumber. http//paru/kankerparu//.com.februari.2011)
• Jenis kanker paru-paru,
Lebih dari 90% kanker paru berawal dari
karsinoma bronkogenik, yang terdiri dari (gambar 2.1):
1. Karsinoma sel skuamus, disebut squamous cell carcinoma dalam
utama. Umumnya terjadi perkembangan
2. Karsinoma sel kecil
3. Karsinoma sel besar, kanker ini memiliki tingkat kejadian sekitar 9%. Tumor
memiliki ciri sel berukuran besar dengan
ditemukan
4. Adenokarsinoma paru, tercatat terjadi sekitar 30%- 45% dan nampaknya
akan terus mengalami peningkatan. Kasus adenokarsinoma paru biasanya
terjadi pada organ
dan
penyakit paru interstitial
penyakit paru yang disertai
sering disebut scar carcinoma.
5. Adenokarsinoma bronkioalveolar, sebuah subtipe adenokarsinoma paru
dengan tingkat kejadian sekitar 2% - 4% dari total kejadian kanker paru,
sering dikaitkan dengan beberapa penyakit paru yang berakibat pada
terjadinya kanker ini masih menjadi perdebatan, namun kemungkinan telah
diperkecil antara populasi
sepanjan
Karsinoma sel alveolar berasal dari alveoli di dalam paru-paru. Kanker ini bisa
merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu daerah
di paru-paru. Tumor paru-paru yang lebih jarang terjadi adalah:
1. Adenoma (bisa ganas atau jinak)
2. Hamartoma kondromatous (jinak)
3. Sarkoma (ganas)
paru atau merupakan penyebaran dari organ lain. Banyak kanker yang berasal dari
tempat lain menyebar ke paru-paru. Biasanya kanker ini berasal dari
• Penyebab utama
Yang menjdi penyebab utama kanker paru dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Penyebab Utama Kanker Paru
Sub-types of non-small cell lung cancer in smokers and
never-smokers
Histological sub-type Frequency of
non-small cell lung
cancers (%)
Smokers
Never-smokers
Squamous cell lung carcinoma 42 33
Adenocarcinoma Adenocarcinoma
(not otherwise
specified)
39 35
4 10
7 16
Other 8 6
Sumber. http//paru/kankerparu//.com.februari.2011
paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang
dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya sebagian
kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang
disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan
arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada
pekerja yang juga merokok.
Peranan
Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh
pada orang yang parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit
paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis. Penyebab-penyebab kanker paru-paru
adalah :
1. Merokok, risiko terkena penyakit makin besar seiring dengan banyaknya
jumlah rokok yang diisap dan semakin mudanya usia awal merokok.
2. Mengisap asap rokok, perokok pasif juga rentan terkena kanker paru-paru
meski kemungkinannya tidak sebesar perokok aktif. Di beberapa keluarga
para perokok aktif dapat menjadi 'penyebar' kanker paru karena hubungan
genetika.
3. Masuknya zat-zat kimia seperti asbestos, uranium, chromium, dan nikel ke
dalam tubuh. namun kasus ini jarang terjadi. Polusi udara juga dicurigai
sebagai penyebab kanker paru namun masih sulit dibuktikan. • Gejala kanker paru
Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah:
1. Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat.
2. Dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak.
3. Napas sesak dan pendek-pendek.
4. Sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas.
5. Kelelahan kronis
6. Kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
7. Suara serak/parau.
8. Pembengkakan di wajah atau leher.
Gejala pada kanker paru umumnya tidak terlalu kentara, sehingga kebanyakan
penderita kanker paru yang mencari bantuan medis telah berada dalam stadium
lanjut. Kasus-kasus stadium dini/ awal sering ditemukan tanpa sengaja ketika
seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. • Diagnosis dan pengobatan
Tes dengan menggunakan sinar X, bidang magnetis atau zat radioaktif untuk
mendapatkan gambar bagian dalam tubuh dan mencari kanker paru-paru dan
Halus, Bronkoskopi, dan USG Abdomen. Pengobatan kanker paru dapat
dilakukan dengan cara-cara seperti
1. Pembedahan dengan membuang satu bagain dari paru - kadang melebihi dari
tempat ditemukannya tumor dan membuang semua kelenjar getah bening
yang terkena
2. Radioterapi atau radiasi dengan sinar-X berintensitas tinggi untuk
membunuh sel kanker.
3.
4. Meminum obat oral dengan efek samping tertentu yang bertujuan untuk
memperpanjang harapan hidup penderita. • Perawatan
Pasien penderita kanker paru-paru biasanya dirawat tidak hanya dengan satu
terapi tetapidengan menggunakan kombinasi dari berbagai terapi.
1. Bedah, yakni dengan mengangkat sel-sel kanker.
2. Radioterapi, teknik yang menggunakan sinar X dosis tinggi. Penyinaran ini
dapat dilakukan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh dengan
mendekatkan zat radioaktif pada tumor.
3. Kemoterapi, pengobatan dengan menggunakan obat keras yangd apat
membunuh sel kanker namun juga dapat membunuh sel normal.
4. terapi Photodynamic, merupakan cara perawatan baru, sering digunakna
dalam percobaan klinis.
5. Immunoterapi, penggunaan obat-obatan untuk merangsang sistem kekebalan
tubuh agar menyerang kanker dalam tubuh.
6. Terapi gen merupakan metode membasmi mutasi genetika yangmenjadi
penyebab kanker.
7. Penggunaan obat.
• Tingkatan
1. Stadium I Pertumbuhan kanker masih terbatas pada paru-paru
2. Stadium II Kanker telah menyebar dekat kelenjar getah bening
3. Stadium III Kanker telah menyebar keluar paru-paru
4. Stadium IIIa Kanker dapat dicabut dengan operasi bedah
5. Stadium IIIb Kanker tidak dapat dicabut dengan operasi bedah
6. Stadium IV Kanker telah menyebar dari tempat pertumbuhan
awal ke bagian tubuh lainnya. Kondisi ini dinamai
metastase
Di Indonesia, kanker paru menjadi penyebab kematian utama kaum pria dan
lebih dari 70 % kasus kanker itu baru terdiagnosis pada stadium lanjut (stadium IIIb
atau IV) sehingga hanya 5 % penderita yang bisa bertahan hidup hingga 5 tahun setelah
dinyatakan positif. Dari pengelompokan penyakit-penyakit paru tersebut di atas maka
dapat di bentuk program ruang yang berdasarkan jenis-jenis penyakit paru diatas.
II.2.1.4 Diagnosis Banding
Di bawah ini akan dijadikan diagnosis banding antara satu penyakit paru dengan
penyakit paru lainnya seperti yang di bawah ini
a. Asma
• SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)
Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita
pascatuberculosis dengan lesi paru yang minimal. • Pneumotoraks
b. Gagal jantung kronik
• Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed lung.
Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di
Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan
Tabel 2.2 Perbedaan asma, PPOK dan SOPT
Sumber. http//paru/kankerparu//.com.februari.2011
II.2.1.5 Klasifikasi
Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP1 dan gejala penderita, oleh sebab itu
perlu diperhatikan kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak bisa diprediksi
dengan VEP (tabel 2.3).
Sumber. http//paru/kankerparu//.com.februari.2011
II.2.1.6 Faktor Risiko Penyebab Penyakit Paru
Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting,
jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya.
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok • Perokok aktif • Perokok pasif • Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah
rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun : • Ringan : 0-200
• Sedang : 200-600 • Berat : >600
c. Polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
d. Hipereaktiviti bronkus
e. Infeksi saluran napas bawah berulang
f. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia
II.2.1.7 Persentase Penderita Penyakit Paru
Penyakit paru merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian bagi
penderitanya, dan persentasenya juga tinggi, dibawah ini adalah persentase penderita
Tabel 2.4 Pola 10 Besar Penyakit Terbanyak pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
Indonesia Tahun 2009
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009
Tabel 2.4 di atas menunjukkan jumlah pasien rawat jalan yang terbesar, dan
didapat bahwa penyakit infeksi saluran pernafasan (bagian penyakit Paru) menjadi
penyakit yang paling besar jumlah pasiennya.
Tabel 2.5 Pola 10 Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Di
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009
Table 2.5 di atas menunjukkan jumlah pasien rawat inap, dan didapat bahwa
penyakit infeksi saluran pernafasan (bagian penyakit Paru) dan pneomia memiliki
jumlah pasien yang cukup tinggi.
Diagram 2.3 Penemuan Penyakit Paru
(Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009)
Diagram 2.3 diatas menunjukkan jumlah penemuan penyakit paru di setiap
provinsi, Sumatera Utara sendiri termasuk 10 besar di Indonesia yang pendeteksian
penyakit baru terbesar. (Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010). Dan terkhusus untuk
Diagram 2.4 Penemuan Penyakit Tuberkolosis
(Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009)
Untuk penemuan/ pendeteksian penyakit pneumonia sendiri masih rendah, dan
mengalami penurunan, seperti yang terlihat di grafik 2.5 :
Diagram 2.5 Penemuan/Pendeteksian Pneumonia
(Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009)
Tabel 2.6 Penemuan Penyakit Paru :
Jenis Penyakit 2006 2007 2008 2009
TBC 20.169 20.169 20.868 21.197
Sumber : BPS, Analisis Masyarakat Yang Merokok, 2010
Diagram 2.6 Persentase Perokok Kelompok Umur 10-65
(Sumber : BPS, Analisis Masyarakat Yang Merokok, 2010)
Dari data yang diperoleh( diagram 2.6), persentase penduduk yang merokok
setiap hari cukup tinggi pada rentang usia produktif (25-64) yaitu dengan rentang 29%
samapai 32%, disamping itu hampir separuh dari jumlah masyarakat berjenis kelamin
laki-laki (45,8) yang merokok setiuap hari.dan menurut tingkat pendidikan paling
banyak oleh penduduk yang tamat SLTA. Dan kondisi untuk peningkatan jumlah
perokok dapat terus meningkatr, menyebaabkan semakin besar jumlah perokok
berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang dapat terkena penyakit paru.
II.2.2 Gambaran Umum Rumah Sakit Paru
II.2.2.1 Definisi Rumah Sakit Paru
Rumah Sakit Paru sebagai penyelenggara fasilitas kesehatan, ikut serta dalam
kegiatan lima misi rumah sakit yang terprogram dalam Sistem Kesehatan Nasional
(SKN, 1982) yang mencakup semua segi perlindungan kesehatan dalam tahap sebagai
berikut:
a. Kuratif, yaitu pengenalan (diagnosis) dan pengobatan (terapi) penyakit dari bentuk
yang sederhana sampai yang rumit. Dalam hal ini adalah penyakit paru.
b. Rehabilitasi medis, yaitu pemulihan untuk secepatnya mengembalikan orang sakit
dalam rantai produksi sesuai dengan kemampuannya.
c. Preventif, yaitu tindakan untuk pencegahan penyakit.
d. Promotif, yaitu pembinaan kesehatan dan peningkatan pengetahuan dari sikap hidup
perokok dari umr 10-65 tahun
MEROKOK
KADANG KADANG MEROKOK MANTAN MEROKOK
menghasilkan tenaga medis dan para medis.
Selain itu Rumah Sakit Paru juga memiliki fasilitas penunjang, yaitu fasilitas
penelitian yang berkaitan dengan penyakit paru dan masalah lain yang berhubungan
dengan paru.
Dari hal-hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peranan Rumah Sakit Paru antara
lain:
a. Sebagai media tempat berobat bagi orang yang menderita penyakit atau gangguan
terhadsap fungsi kera paru.
b. Sebagai media tempat orang mencari informasi tentang seluk-beluk PARU dan
kelainan atau penyakitnya,
c. Sebagai wadah untuk mengkoordinir kegiatan-kegiatan sosial yakni penyuluhan
kesehatan paru.
d. Menambah variasi fasilitas kesehatan yang ada di Sumatera Utara.
e. Sebagai wadah untuk melakukan kegiatan penelitian.
II.2.2.2 Tujuan dan Tugas Rumah Sakit Paru
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1173/MENKES/PER/X/2002:
a. Penyelenggaraan Rumah Sakit Paru bertujuan menyediakan sarana untuk
meningkatkan mutu pelayanan, pendidikan, penelitian di bidang kesehatan PARU
dari tingkat dasar sampai spesialistik sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
perkembangan IPTEK Kedokteran dan Spesialis Paru, serta menjadi sarana upaya
rujukan.
b. Tugas Rumah Sakit Paru adalah melaksanakan pelayanan kesehatan Paru dengan
mengutamakan kegiatan pengobatan dan pemulihan pasien yang dilaksanakan
secara terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan
upaya rujukan.
II.2.2.3 Kewajiban Rumah Sakit Paru
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1173/MENKES/PER/X/2002, setiap Rumah Sakit Paru dalam memberikan pelayanan
mempunyai kewajiban :
standar spesialis paru yang ditetapkan.
b. Memberikan pertolongan pertama kepada pasien gawat darurat tanpa memungut
biaya pelayanan terlebih dahulu.
c. Menyelenggarakan pelayanan selama 24 jam.
d. Melaksanakan fungsi rujukan.
II.2.3 Faktor- Faktor Pengadaan Rumah Sakit Paru
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pengadaan rumah sakit paru yaitu:
a. Kesadaran masyarakat mengenai penyakit semakin baik, terutama dalam penyakit
paru.
b. Degenerasi penyakit.
c. Kemajuan teknologi.
d. Pertambahan penduduk.
II.2.4 Perencanaan Rumah Sakit Paru
Dalam merencanakan sebuah rumah sakit paru, persyaratan khusus untuk ruang
menggunakan perencanaan untuk rumah sakit pada umumnya. Perbedaannya terletak
pada tersedianya satu zona yang menyediakan fasilitas pengobatan dan pemeriksaan
khusus penyakit paru.
II.3 Lokasi
II.3.1 Deskripsi Proyek
Proyek yang berjudul Rumah Sakit Paru Medan ini merupakan proyek yang
berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan paru serta merupakan pusat rujukan,
pendidikan, dan penelitian.
Berdasarkan pengertian di atas, maka Rumah Sakit Paru adalah suatu banguan
atau kelompok bangunan yang merupakan pusat pelayanan kesehatan paru yang tidak
hanya berfungsi melayani pengobatan masalah kesehatan paru juga melayani
pencegahan timbulnya penyakit paru dengan mengadakan kegiatan pengajaran dan
II.3.2 Tinjauan Pemilihan Kota Medan
Pemilihan lokasi kota Medan untuk Rumah Sakit paru ini berdasarkan sebagai
berikut:
a. Medan merupakan kota metropolitan, kota terbesar ke-3 di Indonesia, dan ibukota
Propinsi Sumatera Utara, sehingga menjadikannya sebagai pusat kegiatan di
Sumatera Utara.
b. Adanya transportasi darat yang baik menuju kota Medan.
c. Tingkat ekonomi dan sosial budaya yang cukup tinggi.
II.3.3 Kriteria Pemilihan Lokasi
Sebagai sebuah bangunan publik, pendidikan, dan kesehatan untuk semua
lapisan masyarakat, hal pertama yang harus dilakuakn ialah memilih lokasi yang
mendukung keberadaan Rumah Sakit Paru beserta fasilitas pendukungnya tersebut,
yaitu :
a. Lokasi merupakan daerah wilayah pengembangan
b. Dekat dengan kawasan urban kota sebagai acuan untuk sasaran pengunjung yang
diperkirakan akan menjadi pengunjung utama untuk bangunan ini.
c. Tidak berada pada kawasan perindustrian
Kriteria lokasi pendirian rumah sakit Paru juga haruslah mendukung akan fungsi
bangunan tersebut. Berikut syarat-syarat fisik rumah sakit paru-paru :
a. Untuk menciptakan suasana tenang maka letak rumah sakit Paru-paru di daerah
yang bebas polusi dan jauh dari daerah industri.
b. Banyak pepohonan yang baik berfungsi sebagai penyedia oksigen alami.
c. Rumah sakit Paru-paru cocok berada di daerah yang panas dengan suhu ± 32.5ºC
(banyak sinar matahari) guna menekan perkembangan virus TBC yang merupakan
penyakit terbesar paru-paru.
d. Kelembaban udara 20% - 90%
e. Memiliki pemandangan/panorama yang indah
g. Dengan kemajuan pengobatan dan teknologi medis sampai saat ini lokasi rumah
sakit paru-paru sangat dimungkinkan untuk berada di tengah kota dengan syarat
memiliki pengondisian udara yang baik
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun
Polonia pada tahun 2009 berkisar antara 20,8º C – 24,4º C dan suhu maksimum berkisar
antara 33,5º C – 36,5º C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar
antara 21,00º C – 23,6º C dan suhu maksimum berkisar antara 32,6ºC – 34,2º C.
Selanjutnya mengenai kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 76 - 83 %.
Dan kecepatan angin rata-rata sebesar 1,73 m/sec sedangkan rata-rata total laju
penguapan tiap bulannya 115,48 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2009 per
bulan 45 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 182
mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 228,6 mm (medan dalam angka). Dari data
diatas, kota Medan dapat dijadikan lokasi yang cocok untuk didirikannya rumah sakit
khusus paru.
Dalam pemilihan lokasi untuk Rumah Sakit paru perlu pula diperhatikan
Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan (RUTRK). Penentuan lokasi harus sesuai
dengan kebijakan pemerintah terhadap peruntukan lahan kota. Berdasarkan RUTRK,
wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dikelompokkan ke dalam 5 Wilayah
Pengembangan Pembangunan (WPP), yaitu seperti yang terlihat pada tabel 2.7 :
Tabel 2.7 Peruntukan Lahan Untuk WPP Kotamadya Medan
W
P
P
Cakupan Kecamatan Pusat
Pengembangan
Sasaran Peruntukan
A 1.Kecamatan Medan
Belawan
2. Kecamatan Medan
Marelan
Belawan Pelabuhan, industri,
permukiman, rekreasi,
maritim, usaha kegiatan
Labuhan tank, pendidikan
B 1. Kecamatan Medan
Deli
Tanjung Mulia Kawasan perkantoran,
perdagangan, rekreasi
indoor, permukiman,
pembangunan jalan baru,
jaringan air minum,
pembuangan sampah dan
sarana pendidikan.
C 1. Kecamatan Medan
Timur
2. Kecamatan Medan
Perjuangan
3. Kecamatan Medan
Tembung
4. Kecamatan Medan
Area
5 Kecamatan Medan
Denai
6. Kecamatan Medan
Amplas
Aksara Permukiman, perdagangan,
rekreasi, pembangunan
saluran air minum, septic
tank, sarana pendidikan, dan
kesehatan.
D 1. Kecamatan Medan
Johor
2. Kecamatan Medan
Baru
3. Kecamatan Medan
Kota
Inti kota Kawasan perdagangan,
perkantoran, rekreasi indoor,
permukiman dengan program
kegiatan pembangunan
perumahan permanent,
penanganan sampah dan
4. Kecamatan Medan
Maimoon
5. Kecamatan Medan
Polonia
E 1. Kecamatan Medan
Barat
2. Kecamatan Medan
Helvetia
3. Kecamatan Medan
Petisah
4. Kecamatan Medan
Sunggal
5. Kecamatan Medan
Selayang
6. Kecamatan Medan
Tuntungan
Sei Sikambing Kawasan permukiman,
perdagangan, rekreasi,
program kegiatan sambungan
air minum, septic tank, jalan
baru, rumah permanent,
sarana pendidikan dan
kesehatan.
Sumber : RUTRK Medan
Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam RUTRK diatas, maka WPP yang
tepat untuk membangun Rumah Sakit Paru adalah pada WPP C dan E, yaitu untuk
peruntukan wilayah sarana kesehatan. Dan pada tabel 2.8, kriteria pemilihan lokasi yang
baik untuk rumah sakit paru ini.
Tabel 2.8 Kriteria Lahan Untuk Menentukan Lokasi
struktur kota sedang.
Berada pada kawasan dengan popularitas dan
citra kawasan yang baik.
2. Wilayah Pengembangan Berada di WPP yang sesuai dan merupakan
termasuk dalam wilayah pengembangan kota
Medan.
3. Lingkungan Terletak di antara fungsi-fungsi lain yang
menunjang aktivitas pada bangunan.
Dekat dengan sarana pendidikan,
perdagangan, permukiman, serta rekreasi.
4. Pencapaian atau
aksesibilitas
Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik
angkutan umum ,pribadi mapun pribadi.
5. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi-fungsi
yang dapat saling mendukung dengan
bangunan yang direncanakan seperti fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya
Berada di titik tengah antara beberapa rumah
sakit umum pemerintah maupun swasta,
untuk menunjang fungsinya sebagai rumah
sakit rujukan rumah sakit dan klinik PARU.
6. Utilitas kota / lingkungan Dekat dengan jaringan utilitas yang memadai
sebagai pendukung dalam lokasi site ( listrik,
air, telefon, drainase, dll )
7. Status kepemilikian Ada status hak milik
8. Nilai lahan Sebaiknya nilai lahan diusahakan seminimum
9. Orientasi Orientasi bangunan sebaiknya dapat
mengurangi cahaya yang masuk kedalam
bangunan
10. View Adanya view yang bagus baik dari dalam site
maupun dari luar site.
11. Ukuran lahan Harus mencukupi untuk program fungsional
dan fasilitas-fasilitas yang direncanakan. ( > 1
Ha )
12. Kontur tapak / topografi Sebaiknya relatif datar untuk memudahkan
perencanaan bangunan.
Sumber : Time-Saver Standard for Building Types dan hasil olah data
II.3.4 Analisis Pemilihan Lokasi
Berdasarkan kriteria diatas, maka diputuskan memilih 3 alternatif lokasi yang
sesuai untuk proyek Rumah Sakit Paru Medan, yaitu :
a. Lokasi 1 : Jln. Perintis Kemerdekaan
b. Lokasi 2 : Jln. William Iskandar
c. Lokasi 3 : Jln. Pasar 2, Tanjung Sari
II.3.4.1 Alternatif Lokasi
Di bawah ini merupakan alternatif lokasi yang akan dianalisis sesuai dengan
kriteria lokasi perencanaan rumah sakit paru.
Gambar 2.2 Peta lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan
(Sumber : Google Map)
• Berada di persimpangan Jl.Perintis kemerdekaan dengan Jl. Gaharu • Kecamatan Medan Timur
• Wilayah WPP C
Permukiman, perdagangan, rekreasi, pembangunan saluran air minum,
septictank, sarana pendidikan, dan kesehatan.
Kelebihan:
• Berada pada jalan arteri primer, yaitu Jl. Perintis Kemerdekaan • Berada di pusat kota
• Pencapaian mudah karena banyak angkutan umum yang melewati site • Dekat dengan stasiun kereta api
• Memiliki utilitas yang baik
• Berdekatan dengan hotel JW Marriot, stasiun TVRI, Deli Plaza, dan Lapangan Merdeka.
Kekurangan :
• Dekat dengan jalur kereta api, sehingga bising. • Sering terjadi kemacetan
• Nilai lahan tinggi b. Alternatif 2 (gambar 2.3)
(Sumber : Peta Kota Medan) • Berada di jalan William Iskandar
• Kecamatan Medan Perjuangan • Wilayah WPP C
• Permukiman, perdagangan, rekreasi, pembangunan saluran air minum, septictank, sarana pendidikan dan kesehatan
Kelebihan:
• Berada pada jalan William Iskandar • Berada di pinggir kota
• Pencapaian cukup mudah karena tersedia angkutan umum yang melewati site • Memiliki utilitas yang baik
• Berdekatan dengan pemukiman, RS Haji, sarana pendidikan. Kekurangan :
• Kurangnya fasilitas hotel • Jauh dari stasiun KA medan c. Alternatif 3 (gambar 2.4)
Gambar 2.4 Peta Lokasi Jl. Pasar 2 Tanjung Sari
Sumber : Peta Kota Medan • Berada di Jl. Pasar 2, tanjung sari
minum, septic tank, jalan baru, rumah permanent, sarana pendidikan dan
kesehatan.
Kelebihan:
• Berada di pinggir kota • Memiliki utilitas yang baik
• Berdekatan dengan RS Methodist, permukiman.
Kekurangan :
• Aksesbilitas menggunakan kendaraan pribadi. • Fasilitas komersil tidak tersedia.
II.3.4.2. Penilaian Alternatif Lokasi
Berikut pada tabel 2.9 akan di jelaskan perbandingan antara lokasi alternative
yang ada.
Tabel 2.9 Perbandingan Lokasi Alternatif Lokasi
Parameter Kriteria Lokasi 1
Jl.Perintis
Kemerdekaan
Lokasi 2
Jl.William
Iskandar
Lokasi 3
Jl. Pasar 2
Struktur
tank, jalan baru,
rumah
Berada di daerah
n pribadi pribadi (3) pribadi (3) pribadi (3)
Lebar diatas 6m,
pedestrian 2m (3)
Lebar diatas
Utilitas Tersedia, kondisi
baik (3)
Tersedia,
kondisi baik (3)
Tersedia,
Persyaratan Status
penjuru ruas jalan
(3)
Tidak terdapat
dipersimpangan
Orientasi Intensitas cahaya
tidak begitu tinggi
(3)
begitu tinggi (3)
Ukuran
Relatif datar (3) Relatif datar (3) Relatif datar (3)
JUMLAH 43 43 40
Sumber: Olah Data Primer