STUDI POPULASI DAN HABITAT
SIAMANG
(Hylobates sYlldactylus
Raffles 1821)
DI KAWASAN HUTAN KONSERVASI
HTI PT MUSI HUTAN PERSADA SUMATERA SELA T AN
Oleh:
HANOM BASHARl
E 31.0600JURUSAN KONSERV ASI SUMBERDAY A HUTAN
FAKULTASKEHUTANAN
Se.unggulm'fa agama 'fang diridlwi
it:
M3i
セエエ。ィ@
han'fatah J.tam
(Ali IInran (3) : 19)
1821) di Kawasan Hutan Konscrvasi HTI PT Musi Hutan Pcrsada Sumatcra Sclatan. (Dibawah bimbingan Dr.lr. Yanto Santosa, DEA. dan Ir. Agus Pdyono Kartono, MSi.)
Salah satu keanekaragaman hayati hldonesia adalal! kekayaan jumlal! jenis mamalia, yang
mempakanjumlah terbesar di dunia. Siamang (Hylobates syndactylus) adalah salah satu jenis mamalia
di Indonesia yang telal! dilindungi sejak pemerintahan kolonial Belanda melalui Ordonansi dan Peraturan Perlindungan Binatang-Binatang Liar 1931 No. 348 dan No. 266. Kekhawatiran akan kepunalmn jenis sian\allg didasarkan pada tingkat kerentanan ekosistem hutan hujan tropika sebagai habitatnya, oleh laju penggwldulan yang eepat. Sampai saat ini masih sedikit informasi yang ada
mengenai kehidupan siamang, terutama mengenai populasi dan habitatnya.
Penelitian ini bcrtujuall untuk mcnduga parameter-parameter dcmografi siamang, kondisi habitat seI1a hubungan antara kcbcradaan siamang pacta liap tipe habitat minornya. Hasil penelitian diharapk.:'Ul dapat digwlakan sebagai masukan dan ballan pertimbangan dalam pcngclo!aan kawasan hutan konservasi tempat penelitian dilaksanakan.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 1998. Pengllmpulan data populasi dilakukan
dengan inventarisasi satwa secara sampling melalui metode lransek jalur. Areal survey dibagi menjadi 3 blok pengamatrul. yaitu A. B. d1l1 C, sehingga teknik penarikan contoh dilakukan secnra berlapis dengan alokasi proporsional. Sedangkan d1ta habitat diperoleh dengan analisa vcgctasi melalui metode garis berpetak serta pengamatan langswlg keadaan di Japangan. Data populasi dianHlisa uIltuk memperoieh nilai ukuran populasi dan kelompok. stmktllf umnr, scks rasia, natalitas dan Illortalitas, yang akall digunakan dalam menduga model pertumbuhan populasinya. Scdangkan data habitat hasil analisa vegetasi. dibedakan pada kondisi hutan bekas terbakar dan hutan tidak terbakar. HasiI tiap kondisi dianalisajenis-jenis vcgctasi pakan siamang yang ada. Untuk hubungan antarajumlah siamang pada tiap tipe Imbitat minomya, digunakan analisa Chi-square.
Ukuran populasi siamang di areal survey diperoleh kepadatan sebesar 7,610
±
0,653 ekor!km'atau sejumlah 1790
±
154 ckor. Sedangkan unluk kcpadal<Ul kclompok dipcrolch scbcsar 2,951 ± 0,471kel.!klll' atau sejullliah 694 ± 221 kelompok. Ukllran kelompok diperoleh sebesar 2,909 ± O,G5(l
ekorlkclompok. Dalam pengamatan tcrpisa.h pagi dan sore hari dipcrolch kcpad .. lIcHl populasi scbcsar
8,578 ± 4,771 ekor!kIll' dan pada sore hari sebesar 6,632 ± 2,171. Sedangkan kepadalan kclompok pada pagi hari sebesar 3,697
±
1,720 kel,llall' dan pada sore hari sebesar 2,305±
0,666 kel.lklll'. Jik" ditinjau berdasarkan blok-blok pengamatan. Blok B menunjukkan nilai kepadatan yang p"ling tinggi (15,741 ekor!km') dibandingkan Blok A (5,941 ekor/km') dan Blok C (3,281 ekor/km').Stmktur tllllUr yang dipcrolch mcrupakan stmktur umur populnsi yang tcrganggu. Kcm3ti;1Il yang bcsar terjadi pada kelas Ulllur bayj dan sub dcwasa. Seks rasio siamang dipcroleh scbcsar I ± 0 QaIllan : bctina
=
1 : 1). Karcna stnlktur umUf terganggu. nilai natalitas dan mortalitas tidak dapatdiperoleh. Sehingga dengan nilai pustaka, peluang hidup dapat diperoleh dan persammUl model pertumbuhan populasi logistik terbenluk, yailu:
N,
3227,392 1+(O,802)e 0.',""Dari hasil analisa vegctasi diketahui kclimpalu1l1 pakan di areal bckas terbakar Icbih kecil daripada di areal tidak tcrbakar. Pada hlltan bekas tcrbakar jcnis-jcnis pohon pacta fclse pancallg dan tiang banyak yang habis. Scd<Ulgkan pada tingkat pollon, masih banyak yang bertahclil. Dcngan dcmikian kcbakaran yang tcIah terjadi diduga tidak banyak mcngurangi ketcrsediaall cover dan air bclgi siamang. Sedangkan persaingan pad.:'1 simmmg bcrupa pemangsaan oleh manusia ck1lcull bcntuk perburuan. penebangan pohon, d1n kebakaran hutan.
STUDI POPULASI DAN HABITAT
SIAMANG
(Hylobates sYlldactyllls
Raffles 1821)
DI KAWASAN HUTAN KONSERVASI
HTI PT MUS I HUT AN PERSADA SUMA TERA SELA TAN
Karya IImiah
Sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
Nama Mahasiswa
NRP
PERSADA SUMA TERA SELA TAN
: HANOM BASHARI
: E 31.0600
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing U
01'.11'. Yanto Santosa, DEA.
Tanggal: 23
mFセエ@\.999
Mengetahui,
[r.Agus Privono Kartono, !VISi.
Tanggal:
'2.2
m。セ・Nエ@
1999
LN・jャャBGBByエャLャ[ャセヲGャヲj\ZHGjャャャウ・イカ。@
. Sumberdaya Hutan
RIWAYATHIDUP
Penulis dilahirkan di Kalijati, Subang pada tanggal 11 Juli 1976, yang merupakan anak terakhir dari empat bersaudara kelnarga Hambali (ayah) dan Sukaesih (ibu). Jenjang pendidikan formal yang pemah diikuti pennlis adalall :
1. Sekolal! Dasar Angkasa VIII Jakarta tahun 1982 danlnlus tahun 1988
2. Sekolah Menengall Pertama Negeri 49 Jakarta taluUl 1988 dan lulus tahlUl 1991 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Jakarta talmn 1991 dan lulus talulll 1994
4. Masuk perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor talUIll 1994 melalui jalur UMPTN dan pada tal,un 1995 memilih Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan.
Kegiatan akademis intnl kurikuler yang pemah diikuti alch pcnulis selama mengikuli
pendidikan di Fakultas Kehutanan IPE adalah :
l. Praktek Umulll Kehutanan tahun 1996 di PenlIn Perhutani Unit III lawn Baral KPH Purwakarta
2. Praktek Umum Pengelolaan Rutan tahun 1997 di Perum Perhutruti Unit II Jawa Timur KPH Jombang
3. Praktek Kerja Lapang tahun 1998 di PT Inhutani IV Unit Aceh dan Sumatera Utara
Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Kehutanan IPE. pada tahun 1998 penulis
melakukan penelitian serta mcnulis karya ilmiah yang berjudul Studi Populasi dan Habitat Siamang
(Hylobates syndactylus Raffles 1821) di Kawasan Hutan Konservasi BTl PT Musi Hutan Persada
Sumatcra Sclatan, di bawah bimbingan Dr. If. YmHa Santosa, DEA. dan If. Agus PriYOIIO Kartono,
memberikan segala ralunat dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini.
Ucapan teritnakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah ikhlash membantu dalam menyelesaikan studi dan penyusunan karya ilmiah ini, khususnya kepada :
1. Bapak dan Ibu yang tak lelall berdo'a demi keselmnatan serta kelancaran kegiatml anaknya, serta dukungml selumh anggota keluarga di mana saja berada.
2. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA. sebagai Pembimbing I yang telah memberikan pengarahml dan bimbingan dalmu penyusunan karya ilmiah ini.
3. Ir. Agus Priyono Kartono, MSi. sebagai Pembimbing II yang telah mcmberikan pengarahan dan
bimhingan dalam penyusunan karya ilmiah iill.
4. Pihak Direksi PT Musi Hutan Persada yang telah memberikan izin rum bantuan seiama kegiatan
pcnelilian.
5. Seluruh staf Research & Development, khususnya petugas Japangan bagian Manajemcn Hman
Alam, camp Konservasi Unit VIII HTI PT Musi HUlan Pcrsada yang telah banyak mcmbantu
kegiatan penelitian di lapangml.
6. Dra. Sri Rahayu, MSi. dan Dr. If. I Nyoman Jaya Wistara. MSc. sebagai dosen pengllji.
7. Seluruh rekan selokasi penelitian yang sangat membanlu di Japangan dan sciama pcnyusunan
karya ilmiah inL
8. Sahabat-sahabat eli Wisma Mahamcm dan Bynll1i atas segala dukungan Illorilnya.
Scmoga karya ilmiah ini dapat bennanfaat dcngan scgala kclebihan dan keh.'urangannya bagi
scmua pihak dalam rangka mcmakmurkan bumi.
Bogor, Maret 1998
DAFTARISI
Halaman DAFTARISI... ... :
DAFTAR TABEL... ... ... ... ... ... ii
DAFTAR GAMBAR... ... ... ... ... ... ... ... ... III DAFTAR LAMPIRAN ... . IV I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... I B. Tujuan... ... ... ... ... 2
C. Manfaat... ... ... ... .... ... ... ... ... 2
II METODE PENELITlAN A. Waktu dan Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... . B. Alat dan Bahan Penclitian ... . C. Jenis Data yang Dikumplllkan ... . D. Metode Pengumpulan Data ... . I. Inventarisasi Satwa... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 4
2. Allalisa Vegctasi ... _,_ ... _ .... _ ,_, _.. ... ... ... ... ... ... ... ... .... 5
E. Metode Analisa Data... ... ... ... ... ... ... 6
I. Pcndllgaan Parameter Demografi... ... ... ... ... ... ... ... ... 6
2. Pertumbuhan Populasi ... '" ... ... ... ... ... 8
3. AnalisaVegetasi... 9
4. Analis.:1. Hubungan Antara Keberadaall Siamallg dcng:m Habitat Minomya.. ... ... 10
III HASIL DAN PEMBAHASAN A. ParameterDemografi... ... II L Ukuran Populasi Individu ... __ ... ... ... ... ... ... 11
2. Ukuran Populasi Kclompok... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... 12
3. Struktur Umur dan Seks Rasio... ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... .... 14
4. Natalitas dan Mortalitas... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... . ... ... ... 18
B. Pertlllllbuhan Popillasi... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... 19
C. Karakteristik Habitat... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 21
D. Hubungan Antara Keberadaan Siamang dengan Habitat Minomya 25 IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpillan... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 27
B. Saran... ... ... ... 27 DAFTAR PUSTAKA ... .
LAMPlRAN ... .
28
I. Ukuran populasi siamang (Hylobates syndactyl"s) di Kawasan Hutan Konservasi BTl PT Musi Hutan Persada Slllnatera Selatan berdasarkan
blok-blok pengamatau... ... ... ... ... ... II 2. Ukuran populasi kelompok siamang (Hylobates syndactylus) di Kawasan
Hulan Konservasi HTI PT Musi Hutau Persada Sumatera Selalan
berdasarkan blok-blok pengamatan... ... ... ... 13 3.
4.
5.
6.
7.
Perkiraan struktur lllUur siamang (Hylobates syndactyl"s) di Kawasan Hulil11 Konservasi BTl PT Musi Hutan Persada Sumalera Selatan ... . Ukuran populasi siamang (Hylobates syndaccvlus) berdasarkan ;nterval kelas umur di Kawasan Hutan Konservasi HTI PT Mus! Hutan Pcrsada Sumatera Selalan ... . Peluang hidup dan laju kematiall populasi siamang (Hylobates S)'ndac(v/us)
pada seliap kelas umur di Kawasan Hulan Konservasi HTI PT Musi Hutan Persada Sumatera Selatan ... _ .... _ .... _ ... .
Perbandingan jumlah jenis pakan siamang (Hylobates syndac(vlus) pada hutan tidak tcrbakar dan hutan bekas terbakar di Kawasan Hutan Konscrvasi HTI PT Musi Hutan Pcrsada Sumatera Selatan ... _ ... ,. Jenis-jenis pohon dominan di Kawasan Hutan Konservasi HTI PT Musi Hutan Persada Sumatera Selatan pada kondisi hulan lidak terbakar dan bl.!kas terbakar ... _ ... .
ii
15
15
19
22
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
I. Sketsa bentuk jaIur transek pada inventarisasi siamang (Hylobates
syndactylus)... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... 5 2. Struktur nmur populasi siamang (Hylobates syndactylus) eli Kawasan Hulan
KOllservasi HTI PT Musi Hulan Persada Sumatera Selatan, pacta tiap
interval mnur satu taImn... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... 15 3. Kurva pertumbuhan populasi siamang (Hylobates syndactyl"s) di Kawasau
Hutan Konservasi HTI PT Musi Hutan Persada Sumatera Solalan... ... ... ... 21
1. Peta Areal Survey Serta Pembagian Blok-Blok Pengamatan Siamang
(Hylobates syndactylus) eli Kawasan Hutan Konservasi HTI PT Musi Hutan
Persada Kelompok Rutan BCllakat Sumalera Selatan ... ,_... .... 30
2. Hasil Perltitungan Pertumbuhan Populasi Siamang (Hylobates syndactylus)
Menggunakan Model Pertumbuhan Populasi Logistik eli Kawasan Hutan
Konservasi HTI PT Musi Hutan Persada Slllnatera Selatan... ... 31 3. Daftar Jenis Vegetasi dan Bagian yang Dimakan Oleh Siamang (Hylobates
syndactylus)... ... ... ... ... ... ... ... ... .... 32 4. Hasil Analisa Vegetasi Hutan Tidak Terbakar di Kawasan Hutan Konservasi
HTI PT Musi Hutan Persada Sumatera Sclatan... ... ... 34
5. Hasil Analisa Vegetasi Hutan Bekas Terbakar di Kawasan Hutan Konservasi
HTI PT Musi Hutan Persada Sumatera Selatan... ... ... ... ... 42 6. Perhitungan Analisa Hubungan Antara Keberadaan Siamang (Hylobates
syndactylus) dcngan Habitat Minomya di Kawasan Hutan Konscrv3si HTI
PT Musi Hutan Persada Sumatera Selatan ... , ... _ ... _ ". _ .. ,_, ... ... 47
LPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelestarian keanekaragaman hayati merupakan isu terhangat yang sering didengungkan oleh dunia intemasionaL terutanm kepada negara-negara berkembang, k1lUsusnya negara-negara di daerah tropika. Posisi geografis dan fa1.ior-faktor lainnya telah membentuk ekosistelll eli daerah-daerah tropika Illellliliki kekayaan jenis yang tinggi. Hal ini yang melmmgkinkan bahwa ekosistem di eL1erah tropika, k1lUsusnya ekosistelll hutan hujan tropika Indonesia, merupakan tempat tinggal bagi 10% tumbuhan berbunga di duni?, 12% jenis mammalia di dlmia, 16% eLm seluruh jenis reptilia dan amfibia serta 25% jenis ikan eli dunia (BAPPENAS, 1993 da/am State Minister of Envirollment, 1995).
Salah satu sumberdaya hayati di Indonesia adalah kekayaan jenis mamalia. Menuml
BAPPENAS (1993) da/am State Minister of Environment (1995), Indonesia adalah peringkat pertama di dunia untuk kekayaan jenis mamalia, yaitu 515 spesies dengan 36% hidup endemik di Indonesia. Dalam Ditjen PHPA (1995) disebutkan bahwa siamang (Hy/obales syndactylus RafIles 1821) merupakan salah satu jenis malllalia langka dan telah dilindwlgi di wilayah Indonesia sejak
jaman kolonial Belanda mclalui Ordonansi dan Peraturall Perlindlmgan Binatang-Binatang Liar
1931 No. 348 dan No. 266.
Kekhawatiran akan kcpunahan jenis siamang ini didasarkan atas tingkat kerentanan
ekosistcm hutan hujan tropika scbagai habitatnya. oIch laju pcnggundulan yang cepat. Sampai s,Ull
ini. ll1asih scdikit informasi yang ada mcngenai kehidupan siamang, tcnttama mengenai populasi
dan habitatnya khususnya yang bcrada di kawasan-kawasan konservasi di Indonesia. Southwick
dan Blood do/am Bismark (991) menyatakan bahwa lU1tuk mcncapai kclestarian pemanfaatan.
diperlukan berbagai informasi hasil penelitian yang menyangkut kepadatan popuJasi, status habitat,
umur dan seks rasia, !aju kclahiran dan kcmalian, serta dinamika popuJasinya.
Dajoz (1971); Barbault (1981) da/am Santosa (1990) menyatakan ballWa parameter demografi (tingkat kelalliran, kematian, seks rasio, dan ukuran populasi) mempakan komponcn
pcnting dalam mcmpclajari pcrkcmbangan populasi satwaliar. Sclain sebagai sualu indikator dalam
kuantiL1tif dari pertumbuhan populasi. Berducoll (1983); Gaillard (1988) da/am Santosa (1990)
menambahfu."lIl bahwa parameter dcmografi dapat mcnentukan arah dan jcnis tindakan pcngelolaan
yang sebaiknya dilakukan. Sed:1.ngkan hilangnya kawasan hutan saat ini, baik karcna tindakan
manllsia maupun bencana alanl, telah menycbabkan pula berkurangnya habitat siamang. Dengan
demikian perlll kiranya dipelajari kondisi papulasi dan habitat pada kawasan-kawasan konservasi
B. Tujuan
Tujuan penelitian tentang studi populasi dan habitat sianlang (Hy/obales syndacty/us
Raffles 1821) di Kawasan Hutan Konservasi HTI PT Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan ini adalah untuk :
1. Menduga nilai-nilai parameter demografi yang mencakup ukuran populasi, ukuran kelompok, struktur umur, seks rasio, angka kelalliran (natalitas), dan angka kematian (mortalitas),. 2. MengetallUi kondisi habitat siamang di kawasan konservasi tersebut.
3. MengetallUi hubungan antara keberadaan siamang dengan tipe habitat minomya.
C. Manfaat
Dengan mcngctahui nilai-nllai parameter dcmografi dan karakteristik habitat siamang
(Hy/obales syndacly/us Rames 1821) di Kawasan Hutan Konservasi HTI PT Musi Hutan Persada
1m, diharapk.:m dapat dijadikan sebagai masukan dan ballan pcrtimbangan dalam rangka
n.
ME'fODE PENELITIAN
A. Waktu dan Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu bulan Maret dan April 1998. Lokas; penelitian di Kawasan Hutan Konservasi HTI PT Musi Hutan Persada, Kelompok Hutan Benakat,
Propinsi Sumatera Selatan.
Areal keIja HTI PT Musi Hutan Persada dibagi dalam tiga kelompok hutan, yaitu kelompok Hutan Subanjeriji, Benaka! dan Martapura. Areal hutan konservasi berada dalanl Kelompok Hut'Ul Subanjeriji dan Benakat selnas 50.780 ha atau 17,13% dari luas keselumhan hutan 296.400 ha (SK Menteri Kehutanan No.38/Kpts-II!I996 tanggal 29 lanuari 1996). Peuelitian dilalnlkan pada Kelompok Hutan Benabt (41.914 hal yang termasuk dalanl wilayah Kabupaten Musi Rawas dan
Muara Enim. PacIa saat penelitian dilaksanakan, sebagian besar wilayah hutan konservasi tersebut
(sekitar 80%) dalam keadaan bekas terbakar beberapa bulan yang lalu.
Berdasarkan klasifikasi curah hujan mcnumt Sclunidt f・イァオUウッョセ@ tipe iklim di wilayah ini
tennasuk tipe A (sangat basall) dengan Iulai Q antara 0 - 14,3%. Suhu udara rata-rata tertinggi terjacli pada bulan lUlU (33,S°C) dan terendall pada bulan Oktober (22,8°C). Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi mencakup ke selumh areal kerja HTI PT Musi Hutan Persada dengan Sub-Sub DAS yailu Bitri, Lematang, Seman gus, Kemh, Rungku, Rawas, Ogan dan Komering. Sedangkan beberapa
sungai yang mcngalir dalam kawasan kclompok hutan Benakat yaitu Semangus, Lcmatang, Keruil,
Kikim dan Rawas.
Kelompok Hutan Benakat terletak pad.o kelinggian antara 100 m hingga 400 m dpl.
Konfigurasi lahan di areal ini uIllumnya memiliki kemiringan lahan landai (8 - 150/0) yaitu 73,35%
dan datar (0 - 8%) sebesar 25,52% dan hanya 1,13% saja daerall agak curam (15 - 25%).
Tipe hutan yang tcrdapat di areal hulan konservasi tergolong hutan sckunder bekas
tebangan dari HPH PT Swoody dan PT Amsco. lelus-jenis vegetasi palillg banyak ditemukan adalah
dari suku Euphorbiaceae, yang mcmiliki jenis-jenis pionir umUll1 menguasai hutan sekunder. Namun
tercatat pula liga jenis lumbuhan hutan primer, yaitu ,snorea parvifolia, S. hopeJolia, dan Hopea mangarawan. Hutan konscrvasi pacL'l areal penelitian ini juga dihuni bcrbagai jenis satwaliar. Di
antara yang dapat ditcmui sccara langsung adalah monyet ekor panjang (lv/aeGca fascicularis).
simpai (Presbylis melalophos), bemk (Macaca nemeslrina), siamang (Hylabales syndactylus), babi hutan (Sus scroJa), msa (Cervus unicolor), kijang (Munliacus munljak), kancil (Tragulus jm'anicus).
beruang madu (He/oretas malayanus), gajah sumatcra (Elephas maxim us sumatrensis), harimau
sumatera (Panthera tigris sumalrensis), murai batu (Copsychus malabaricus), bubut besar
B. A1at dan Bahan ll'enelitian
Peralatan yang dipakai dalam penelitian ini berupa peta kerja skala 1 : 20.000, kompas, tambangltali plastik, meteran, cluysten meter, binokuler, seperangkat alat perekam dan kamera, parang, serta peralatan tulis. Sedangkan bahan yang dignnakan adalah populasi siamang dan habitainya di Kawasan Hutan Konservasi HT! PT Musi Hutan Persada, Kelompok Hutan Benaka!, Sumatera Selatan.
C. Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang diambil yaitu data primer dan data sekunder. Data primer bempa ukuran
populasi, ukuran kclompok. natalitas dan ll1ortalitas, struktur umur dan seks rasio siamang, SCI1a
. !ndeks Nilai Penting (INP) vegetasi. Dalam pengalllbilan data untuk populasi, digunakan asulllsi-asulllsi sebagai berikut :
1. Populasi tertutup, yaitu di d.:1.lam areal terscbut tidak tcrciapat imigrasi dan emigrasi siamang,
atau imigrasi sama dengan cmigrasi, sehingga ukuran populasi hanya ditentukan alch nataIitas
dan mortalitas.
2. Laju kclahiran dan kcmatian tetap!konstan sctiap talullUlya.
3. Tidak terjadinya peruballan kondisi lingkungan yang berfluktuasi.
Data sek1.mder berupa perilaku siamang, jenis-jenis vegetasi pak..-'1.l1 dan cover siamang,
jenis satwa lain yang tcrdapat di areal pengamatan, keadaan iklim ciml topografi scrta aspck-aspck
lainnya dari daerah pengamatan.
D. Metodc Pengumpulan Data
Data sekundcr diperolch mclalui kegiatan pengamatan langsung di Japangan dan
wawaneam kepada para petugas lapangan maupun pihak PT Musi Hutan Persada. Sedangkan untuk memperoleh data primer, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Invcntarisasi Satwa
Data awal tUltuk mcngetahui paramcter dcmograii siamang dipcrolch mclalui kegiatan
inventarisasi. Sebelum kegiatan invcntarisasi dilakukan. areal hutan dibagi menjadi tiga blok
berdasarkan keadaan wilayah (peta wilayah tersaji pada Lampiran 1) dcngan lokasi tiap-liap
blok sebagai berikut :
a. Blok A (89,000 klll') meliputi lokasi Toras (Unit VlII), Serdang (Unit XIlI), dan Kemh (Unit XV).
b. Blok B (62,840 km') meliputi lobsi Tebing [ndah II dan Teras (Unit VlII).
e. Blok C (83,440 km') meliputi lokasi Deras dan Cawang (Unit IX), serta Panglero (I 'nit X).
5
Inventarisasi dilakukan dengan cara penarikan sampel dari selurjlh wilayah menggunakan metode jalur transek. Unit contoh yang digllllakan belUpa lUang/petak. Jalur transek yang dipilill ditentukan secara berlapis dengan jumJah jalur diperoleh secara alokasi proposional yang masing-masing ditargetkan sepanjang 2 klll. lalur tI-ansek diletakkan secara acak pada liap blok memotong areal survey denganjumlah unit cantah/jalur 12 buah (intensitas sampling 1%). Pembagian jumlall jalur liap blak yaill! Blak A sebanyak 5 jalur, Blak B sebanyak 3 jalur dan Blok C sebanyak 4 jalur. Pengamatan dilakukan sebanyak dua kaJi per jalur yailu pagi hari (07.00-10.00) dan sore hari (15.00-18.00).
Pengarnatan dilakukan dengan menyusuri jalur transek yang telall direncanakan. Jalur
transek berbentuk petak dengan lebar dari sumbu jalur utmTIa 50 111 kanan dan kiri. Dalam
pengamatan dicatat arah jalur transek. jllmlah satwa, jenis kelamin dan kelas llI11ur
masing-masing individu, jarak dengan pengamat, ketinggian satwa berac:L'l
dan
pcnnukaan tanah,perilaku satwa serta keadaan Wllum ill sckitar lokasi satwa ditemukan. Skctsa benluk jalur
traksek dapat dilihat pada Gambar l.
2k111
Keterangan :
L = arall jalur transek
r
=
jarak pengamat ke satwa p = posisi pengamats = posisi satwa
[image:16.595.179.417.326.512.2]8
=
sudut antarn arah satwa dengan aralljaJur transekGambar l. Sketsa bentukjalur transek pada inventarisasi siamang (flylobares syndactylus)
2. Analisa Vcgetasi
Analisa vegetasi yang ctilakukan menggunakan mctodc jalur berpetak. dengan
ketentuan yaitu ukuran petak contoh untuk tingkat pohon adalah 20 m x 20 m, liang 10 III x I 0
m, pancang 5 m x 5 m, dan semai 2 m x 2 111. Analisa vegetasi dilakukan pada dua tcmpat yaitu
hulan sekunder tidak lerbakar dan hUlan sekunder bekas terbakar, dengan p'Uljang tiap jahlf I DO m (20 petak). Untuk tiap petak contoh, dicatat tiap jenis tumbuhan yang ada beserta jumlalmya.
E. Metode Analisa Data
1. Pendugaan Parameter Demografi
a.
Ukuran Populas; IndividuDari data hasil pengamatan yang 、ゥー・イッャ・ャセ@ dilakukan tallapan-tahapan perhitungan untuk setiap blok sebagai berikut :
jwnlah satwa ditemukan dalamjalur • Nilai kepadatan per jalur, yaitu y
=
-luas areal jalur transek luas areal jalur transek • Nilai intensitas sampling blok, yaitu [=
-Iuas areal blok
• Nilai keragaman contoh blok, yaitll,
Sy'
LY/ -(LY,)' Inn-I
•
N'I ' d 1 ru ugaan tItl ' 'k ( rata-rata, yallu ) ' -y=
- -
LY,11
s' ,
• Keragaman rata-rata
」ッョエッiセ@
yaitu S]i' =セク@
(1-
f)
n• Nilai pcnduga selang, yaitu
y
± (ol2;n-1セs}ゥG@
, dengan tingkat kepercayaan 95%Sedangkan untuk nilai kesclllmhan areal, dih.itllng sebagai berikllt : Illas blok h • Bobot masing-masingj:>Iok, yaitu Wh =
-lU3S areal keselumhan
• Nilai dugaan rata-rata total, yaitu Y = L(W. x ]i.)
, LVi'.'
XSVh')
• Keragaman nilai dllgaan, yaitu Sf = . x (1-fh)
Ll1.
o Nilai dugaan lv1al, yailu Y
=
(lua:::. 。イ」。セ@ keschmIllan) x Y• Keragaman nila; dugaan total, yaitu S/
=
(illas areal keselumhan)' x Sf'• Nilai penduga selang, yaitu
f
± (a/2;n-1セsケ@
2b, Ukuran Populasi Kclompok dan Ukuran Kelompoi<
Untuk mengctahui ukuran populasi kclompok digunakan pcrhitungan yang sama
seperti umuk mcngetahui ukuran populasi individu, dcngan pcmbahan n menjadi jumlah
• Ukuran kelompok per kelompok, yaitu y
=
jumlah anggota kelompok• Nilai dugaan titik (rata-rata), yaitu
y
= 2:y, n, 2:y 2_(2:Y.)'/11
• Nilai keragaman eontoh, yaitu, Sy = ' , n - j
S· ,
• Keragaman rata-rata eontoh, yaitu
Sy'
]セクHャM
f)
n
•
Nilai penduga selang, yaituy
± laI2;n-1JSy'
,
dengau tingkat kepereayaan 95%c. Struktur Umur dan Scks Rasio
7
StruktUf Ul11Uf merupakan pcrbandingan jumlah individu di dalam setiap kelas
umur dari suatu populasi (Alikodra, 1990). Sebelum menghitung jumlah individu dalam setiap kelas umur, maka perlu diketahui terlebih dahulu batasau-batasan tiap kelas umur seeara jelas. Dari hasil inventarisasi akan diperoleh jumlah individu tiap kelas umur yang
bcrhasil dijumpai. Dcngan cara yang 5ama seperti penghitungan ukumn popuJasi, maka
dihitung pula ukuran populasi setiap kelas umur tersebut.
Jumlah yang diperolch dari hasH pcrhitungan, mcnwljukkanjumlah individu secara
total dari tiap-tiap kelas umur. Untuk mcmperoleh pcrbandingan struktur umUf yang
proporsional, maka jumlah populasi tiap kelas umur yang akan dibandingkau harus bcrada
dalam interval jumiah talllm yang 5ama (dibuat dalam interval satu tahun). Dcngan demikian
[image:18.599.138.485.77.236.2]akan terlihat stnlktur limur yang sebcnamya. Hasil yang diperolch disajikan daiam bcnluk
grafik dan dibandingkan dcngan model-model struktur WUIlI yang ada.
Scks rasio adalah proporsi jantan terhadap betina atau jumlah jantan per 100 atau
1000 betina atau sebaliknya (van Lavieren, 1983). I(.,1rena mentpakan sualu nilai
perbandingan (rasio), maka untuk mendapatkan nilai scks rasio dipcrolch dengan tahapan perhittlllgan sebagai berikut :
• Nilai dugaan seks rasio, yaitu R = Lx , di Illana 2:y
Lx : Jumlah individujantan setiap kali perjumpaan
2:y : Jumlah individu bctina setiap kali pcrjllmpaau
. , ((2:y ')-(2xRxLx'y )+(R' x2:x
'»
• Keragaman seks raSlO, yaitu S R = ' , , ' x (1-f)
x(n -1)/1
• Nilai penduga selang, yaitu R ± lal2;n-1 x
JSR '
<i. N ataiitas dan Mortaiitas
Angka kelahiran (nataJitas) yang digtmakan dalam perhilungan adalah angka kelalliran kasar (b), yang menurut van Lavieren (1983) adalah perbandingan antara jmlliall kelallUan (B) pada waktu tertentu dengan total populasi (N).
b=BIN
Angka kelaluran yang dilutuug melalui pendekatan. yaHu dengan cam jumlall anak (dalam interval satu tahun) dibagi dengan jumlall total individu (tanpa anak tersebut).
Van Lavieren (1983) juga menambahkan ballWa cara tenlludah untuk mendeskripsikall mortalitas atau angka kematian adalall dengan lllenglutung perbandingan jUllllall kematian karena berbagai sebab (D) dengan total populasi yang ludup (N) selama
satu pcriode waktu misalnya dalam waktu satu taluIll. Angka kematian ini dikenaI sebagai
angka kelllatian kasar (d).
d=DIN
Angka kelllatian ini dapat diperoleh melalui pendekatan peluang hidup dari tiap-tiap kelas
umUf. Peluang hidup (sunJival) mcrupakan pcluang suatn individu dalam satn kclas Ull1ur
untuk dapat menjadi individu dalum kelas umur bcrikutnya. Peiuang hidup ini dapal
diperolch melalui perbandingan antara jumlah individu sualn kelas umur dengan jumlah
individu pacta kelas umur sebclumnya, dalam interval Waktll yang 5ama (misalnya dalam
satu tahun). Dengall dikelahui peluang hidup, lllaka peluallg kelllatian dapat diketalllli
dcngan rumus :
Peluang Kelllatiall = I - Peluang Hidup
lumlah kurnulatif pcluang kematian tiap-tiap kelas Ulllur mempakan angka kelahiran kasar
yang dicari.
Alikodra (1990) menyatakan bahwa apabila nilai angka kcmatian (d) dibandingkan dengan angka kelahiran (b) akan dapat diketahui kcadaan populasi apakah berkembang,
stabil, 313U menWUIl.
• Jika b > d, kcadaan populasi berkcmbang • Jika b
=
d, keadaan populasi stabil, dan • Jika b < d, keadaan populsi mcnumn. 2. Pertumbuhan Populas;Tidak ada populasi alami yang dapat mempertaluUlkan ukuraIUlya dalam bcsa!"all
9
data jurnlah populasi yang terbagi dalam tiap-tiap kelas umur untuk beberapa tahun. Untuk itu digunakan model pertumbuhan matriks Leslie yang terpau! kelas umur dengan interval yang berbeda, dengan rumus sebagai bcrikut :
MxNt=Nt+1
[
NI:t+1
I
N'+I = N2;t+1
I
N3:t+1 )
Keterangan :
M = Modelmatriks Leslie
S,
=
Proporsi individu betina dalam kelas umllf x yang tetap sebagai bagian kclas umur terscbut pada talwn berikutnya (t+ I)F,
=
JWUlall anak bctina yang dapat dilahirkan oleh individu betina pada KUxP,
=
Peluang hidup individu betina pada KUx dikali dengan proporsi individu bctina pada KUx-1 yang menjadi KUx pada tahun berikutnya (t+l)N,
=
Jumlall individu betina pada tahlm ke-t N",=
Jumlah individu bctina KUx pada talum ke-tNt+ 1 = Jumlah individu betina pada tahun t+ I
N,,'+I
=
Jumlah individu betina KUx pada tahun ke-(t+ I)HasH total yang dipcroleh digunakan untuk mcnyusun persamaan logistik scbagai bcrikut :
K
NI
=(K-N
o ) _,'I
+
x e 'No
Kctcrangan :
Nt
=
Ukuran populasi pada waktu ke-t No=
Ukuran populasi awalK
=
Kapasitas daya dukung hngkungan r = Laju pcrtumbuhane
=
Bilangan Euler (2,71828 ... ) t=
Waktu ke-tNilai K diperoleh dcngan runws :
S edangkan III al '1' d' r Ida pal dengan persamaan : In
(K-N
セ@ t ) = In(K-N
No o ) - rtKemudian data populasi ini disusun dalam bentuk kurva yang menyatakan pertumbuhan
populasi siamang.
3. Anahsa Vegetasi
Dari hasil pengamatan vegetasi UIlluk tingkat pohon, liang, pancang, dan scmai scrta
• K (Kerapatan) = jumlah individu per luasan unit contoh
• KR (Kerapatan Relatif) = kerapatan suatu jenis per kerapatan semuajenis (%)
• F (Frekuensi) = jumlall plot ditemukan suatu jerris per jumlall selu11111 plot • FR (Frekuensi Relatif) = frekuensi suatu jerris per frekuensi semua jerris (%)
• D (Dominansi) = luas bidang dasar per luasan tutit contoh
o DR (Dominansi Relatif)
=
yaitu dominansi suatu jen..is per dominansi semua jenis (%)• INP (Indeks Nilai Penting)= KR
+
FR , untuk semai dan pancang, serta KR + FR + DR, tuuuk lingkat liang dan pohon4. Analisa Hubungan Antara Keberadaan Siamang dengan Habitat Millornya
Unluk mendapatkan hubungan antara keberad,1an siamang (Hylobates syndactylus)
dengan habitat minomya, dianalisa dengan menggunakan metodc Chi-Square (X'), dengan
tahapan perhitungan sebagai berikut :
• Kriteria uji yang dilakukan yaitu :
di mana: Oi
=
nilai pengamatanEi
=
nilai harapan yaitu ('LJr.kolom) x ('Llr.baris) 'Ltotal• Hipotesis:
H" :
Ei = Oi dan HJ : Ei ;< Oi• Nilai kritis
x'
l1bel, yaitu pada tingkat kepercayaan 95% dan db = (baris - I)x(kolom - I)o Kcputusan / KcsimpuI:m : X2 hitung > X2 label
=
tolak Hom.
BASIL DAN PEMBAHASAN
A. Parameter Demografi 1. Ukuran Populasi Individu
Populasi adalah kumpulan jasad hidup yang berspesies sama dan seeara bersama-sama mendiami atau menghuni suatu tempat tertentu dalam \Vaktu tcrtenlu' (Odum, 1993). Deng;m sedikit penambalUlil, Anderson (1985) da/am Alikodra (1990) menyatakan bal"va populasi adalal! kelompok organisme yang terdiri dari individu-individu satu spesies yang saling berinteraksi dan melakukan perkembangbiakan pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sedangkan kepadatan populasi adalah besaran populasi dalam sualu unit mang. Ada beberapa
parameter populasi yang berpcngaruh terhadap nilai kepadatan, yailu natalitas, mortalitas,
imigrasi dan emigrasi.
Dari hasil pengamalan yang dilakukan, diperoleh hasil ballWa kepadatal1 populasi siamang (Hylobates syndactylus) di Kawasan Hutan Konservasi HTI PT Musi Hutan Persada rata-rata sebesar 7,610 ± 0,635 ekorlkm' alau jika dalam seluruh areal scluas 235,28 km' maka diperkirakan terdapat 1790 ± 154 ekor (Tabel I). Nilai kepadatan ini eukup memungkinkan, karena siamang sendiri menurut Chivers (1977) hidup dalam terltori scIuas 15-30 lla. Dengan
dcmikian dalamluas<ln 1 k1112 dipcrkirakan dapat menamptmg 3-7 kclompok siamang, ataujika
dalam satu kelompok beranggolakan 2-4 ekor, berarti dalam 1 km' terscbul dapal dihuni oleh
6-28 ekor illdividu siamang.
Tabel 1. Ukuran populasi siamang (Hylobates syndacty/us) di Kawasan Hulan Konscrvasi HTI PT Musi Hutan Persada Sumatera Selatan berdasarkan blok-blok pengamalan
Pagi A 89,000 37,827 9.882 879,498
B 62,840 26,709 14.444 907,661
C 83,440 35,464 2,812 234.633
43,501 44.894 11,605 ゥaZ[[L[[kセ@ エエゥゥ`[m[ZEセス`セセ[G`ヲェ[wャ[|ャᆴャゥZGZエヲゥekセャZD[AゥゥゥAゥ[Gゥャ`ャQm`Aゥゥェゥmセセjゥョエセゥゥャセ@ mセェkャA`AゥエQT_[mセm@
Son: A 89,000 37,827 2,000 178.000 11.399
B 62.840 26.709 17.037 1070,605 68.562
C 83,440 35,464 3,750 312.900 20,039
Z[ョ[ュゥ`ュョQᆬゥゥNゥ[fャ[Nセセ``Z[`ョェエセゥュeZkQjァゥmゥwmZ[ュャョ`AmゥNQwセゥセZkゥゥエ@
itlMMMJ::!HMii@j,:
Rataan (Pg;Sr)
A 89.000 37,827 5,941 528.749 29,531
B 62,840 26,709 15,741 989.164 55,226
C 83,440 35,464 33,281 273,767 15,290
!:\X;WA'f<MIJ@,'iM&@lMi@J)ITlffQQiHN
。[`ゥャ[」QmゥゥャゥCセh[[ゥAゥnゥャV[ヲゥゥゥゥwゥEャャエゥAゥGZGヲ`qq[ェG`Zェゥャセセキョ@Pada Tabel 1 dapat diarnati juga sebaran siamang secara temporal alau berdasarkan
[image:22.595.121.525.478.645.2]populasi yang lebih banyak daripada sore hari. kセ。、。。ョ@ ini dapat dimengerti karena pada ummnnya satwa (diumal) akan aktifpada pagi dan sore hari, serta keaktifan pada pagi hari akan lebih besar daripada sore hari, seperti hasil penelitian perilakn aktif siamang oleh MacKinnon (1977), MacKinnon & MacKinnon (1980) do/am Anwar, el 01 (1984). Dengan demikian satwa menjadi lebih mudall terlihatlteramati pada waktu pagi had.
Sedangkan jika dilihat sebarannya berdasarkan ruang (sebaran spasial), dari pengamatan pagi dan sore hari maupun rata-rata keduanya, senuk'lnya menunjnkkan blok B memiliki kepadatan jumlall populasi paling besar. Sedangkan 11l1tuk Blok A dan BIok C, kepadatan dan jumlall populasinya tidaklah berbeda jauh. Keadaan demikian diduga disebabkan karena Blok A dan Blok C merupakan daerah yang lebih banyak berdekatan dengan kegiatall
manusia, seperti daerah pcmukiman tnUlsmigrasi, hutan tanaman, dan sebagainya, seIain
letaknya yang lebih terpencil daripada blok-blok laillilya. Hal ini seperti yang disebutkan juga olch Southwick & Cadigan (1972) ballWa simpai, beruk, sianu'Ulg dan jenis-jenis gibon ticl1k ditemukan hidup bebas di hutan urban.
Hasil dugaan kepadatan yang diperoleh, tidak jauh berbeda dengan hasil-hasil penelitian siamang lainnya yang berada di Pulau Sumatera, seperti yang dilaporkan olch Chivers & Davies (1978) da/am Anwar, el a/ (1984) yaitu 9 ekorlk1l12 Sedangkan MacKiImon
(1976) da/am Chivers (1977) mendapatkan sebcsar 6,6 ekorlkm' di dacmll Ranun, Rijksen
(1976) da/alll Chivers (1977) scbesar 16 ekorlk1l1' di daerah Kctambc, dan Wilson & Wilson
(persona/ communication) da/am Chivers (1977) sebesar 9,2 ekorlkm2 Sciain ilu Rinaldi (1992) 1l1elaporkan dalam surveynya di Taman Nasional Way K<tmbas, bahwa dipcroleh hasil
kepadatan siamang scbesar ll,2 ckorlkm2. Sedangkan untuk siamang yang bcrada di
Semenanjung Malaysia, lercalat seperti yang dilaporkan oleh Chivers (1974) da/alll Chivers (1977) di beberapa tempat scbcsar 1,9-3,3; 4,7; 1,1; 17,8; 1,9; dan 12,5 ekorlkm' dan oleh MacKilUlOn (1976) do/am Chivers (1977) sebesar 4,5 ekorlkm2
Data kepadatan yang diperolch pack'! bcrbagai tempat di Pulau Sumatera ini memang
terlihat agak lebih tinggi jika dibandingkan dcngan basil yang dipcrolch pada
penclitian-penelitian siamang yang berada di Semenanjung Malaysia. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena perbedaan kondisi habitat d:'lri masing-masing lokasi. Siamang mcmang hanya berad:'l di
dua lokasi lersebut dan masing-lllasing lokasi berbeda sub spesies. Gittins (1979) do/am
Chivers (1980) menyatakan balnva berdasarkan penyebarrumya, sialllang (Hy/obales syndacly/us) dibagi atas dua sub spesies, yaitu If. syndacly/us conlinenlis Thomas 1908, di Semenruljung Malaysia dan If. syndcly/us syndacly/us Rames 1821 di Pulau Sumatera.
2, Ukuran POllulas; Kelompok
13
4 ekor (Gittins & Raemaekers, 1980), yang tidak jauh berbeda dengan pernyataan Napier &
Napier (1967) yang menyebutkan bahwa dari hasil observasi, ditemukan siamang tunggal atau dalanl bentuk keluarga kecil berjumlah sampai 5 ekor. Sedangkan Kawabe (1970) dalam penelitiannya di Pegunungan Fraser Malaysia, menyatakan bah",a komposisi tiap kelol11pok sial11ang dapat berjumlall antara 3 - 6 ekor.
Seperti pada kcpadatan populasi individu, pengamatan ke!ompok siamang (Hy/obares
syndactyl us) di ketiga blok l11enunjukkan ballWa kepadatan kelompok siamang terbesar terletak pada Blok B, yaitu 5,278 kel./kl112 Sedangkan pada Blok A hanya rerdapat 2,176 kel.lkl11' dengan Blok C sebesar 1,510 kel.lkm2 Hasil selengkapnya tersaji pada Tabel 3. Untuk kepadatan populasi total pada seluruh areal hUlan konservasi HTI PT Musi Hulan Persada SUl11atera Selalan ini, diperoleh sebesar 2,951
±
0,472 kel.lkm' atau sebesar 694,311±
220,923kclompok dalam luasan 235,28 km2. Pada pengamatan pagi
han
pun dipcroieh hasil yang lebihbesar daripada sore harL Untuk ukuran kelompok, diperoJeh nilai ukuran kelompok sebesar
2.909 ± 0,650 ckorlkclompok. Sedangkan dari perjumpaan ditcmukan va Iiasi kcJompok siamang berkisar 2 - 4 ekor per kelompok.
Tabel 2. Ukuran populasi kelompok siamang (Ifylobates syndactyills) di Kawasan Hutan
Konscrvasi HTI PI Musi Hutan Persada Sumatera Selatan berdasarkan blok-bIok pcngamatan
Pagi A 89,000 37,827 3,353 298.417 34,281
B 62.840 26.709 5,370 337.451 ]g,765
C 83,440 35,464 2.812 234.633 26,954
セ_NエイZZZZZセZ[@ QゥエZセセZセセヲェZkセZZョエセ`@ セスQ[ァZ[ゥセmセセAᆬョZセョZmセ``emm`LュセヲZゥNᆬュュセセhュZ[セ@ DNCセ[DセYᆬNQQqセセQセセ@ イf`hュxFセュ@ ZZサZャZョセセhセw[セ@
Sore A 89,000 37.827 1,000 89,000 17.144
B 62,840 26,709 5,185 325.825 62.764
C 83.440 35,464 2,250 104,300 20.034
iK:;J\@@::il,m;: :;;
ェ[JQゥァiュ[ZョセセサセエァZ@ ョᆴ|セキゥL``mャQゥDᄃェᄃェ`ZャゥZ`iセョAゥャ`|ェGュ[JZゥZ`ゥw`ャ[ュャセァmゥ@Ralaan A 89.000 37.827 2.176 213.248 30.714
(Pagi - Sore) B 62,840 26,709 5.278 359.947 51.842
C 83,440 35,464 2,031 169,467 24.408
GmBBBBBBG[ZュゥG`ゥェGュ[ェェセセT|ャャャB`ᆬャゥQャ[Qャゥゥ|ャェwゥ`ャセIwゥAwゥwゥゥEュャゥェェwゥゥ[ゥᄆZセゥッ[セゥGgGiュmmAZG[Gェェエ|GェwA@
Besar populasi kclompok dan ukuran kelompok ini. tidak jauh berbeda dcngan
penelitian yang pemah dilakllkan sebeillmnya lnengenai populasi kclompok siamang
diantaranya yaitu scperti yang dilaporkan olch Chivers & Davies (1978) <la/alii Anwar, et a/
Wilson & Wilson (personal communication) dalam Chivers (1977) mendapatkall populasi kelompok sebesar 3,8 kel.lkm2
Di Semenanjung Malaysia, MacKinnon (1976) dalam Chivers (1977) juga melaporkall adanya siamang dengan populasi 3 kellkm', Chivers (1974) dalam Chivers (1977) mendapatkan di berbagai tempat sebesar 3,6 dan 3,8 kel.!km2 Perbedaan-perbedaan ini kemungkillall dipellgaruhi oleh perbedaan tempa! yang mempenganlhi juga perbedaall habitat sialllallg,
Di dalam pengamatan lapangan, sian13Ilg diketallUi memiliki dua tipe organisasi sosial atau kelompok. Yang pertama hidup dalam bentuk soliter atau menyendiri, yaitu terjadi pada
siamang kelas wuur hampir dcwas3. Siamang pada kcada.an ini sedang mengalami masa sapih.
yaitu diusir dari dalam kelompoknya untuk mcncari pasangan dan lllcmbentuk kclompok bam.
Tipe kedua adalah bennlk parental family atau sistem kcluarga. Pacla tipe ini, siamang jantan
dan betina dewasa membentuk suatu kcluarga dcngan bcberapa anggota kclompok yaitu satu
anak. satn siamang mucia, atau kcdua-duanya ada dalam satll kclompok.
3. Struktur Umur dan Seks Rasio
Stmktur umur menurut Alikodra (1990) adalah perbandingan jUllllall individu di dalalll
seliap kelas umUf dari suatt! populasi. Struktur tII11Uf dapat dipcrgunakan untuk menilai
keberhasilan perkelllbangbiakan satlValiar. Menurut Gittins & Raelllaekers (1980) tiap anggota kelolllpok siamang, dibagi lllenjadi 5 kelas umur berdasarkan ciri-cirinl'a sebagai berikut :
L Bayi (infant), yaitu mulai lahir sampai bcrumur 2-3 tallUIl. dengan ltkuran tubuh yang sallgat
keeil. Pada tahun pertama digendong dan dibawa oleh induk bClinanya, scdangkan pacta
tahun kedua digendong dan dibawa oleh induk jantan.
2. Anak (juvenile-i), yaitu bemmur kim-kira 2-4 tahun, badannya keei! dan mclakukan
pcrjalanan scndiri, tctapi cendenmg unluk sclalu dckat dcngan induknya.
3. Muda atau remaja (juvenile-2), yailu benlll1Ur kim-kim 4-6 tahun, ukuran badannya scdang
dan sering melakukan perjalanan dan mencari makan sendiri.
4. Sub dewasa (sub-adult), yaitu mulai dari umur 6 talllUl. Ukuran badannya hampir sama
dengan nkuran yang dewasa dan tetap tinggal di dalam kelolllpok, tetapi lebih sering
memisahkan diri dan belum matang secara seksual.
5. Dewasa (adult), yailu mempunyai ukurall badan yang maksimal dcngan sclalu hidup
berpasang-pasangan serta selalu dekat dengan anaknya.
Berdasarkan hasil pengamalan, komposisi umur siamang (Flylobates .Iyndactylus) di
Kawasan Hutan Konservasi HTI PT Musi Hutan Persada Sumatera Selatan, jumlah leltinggi
pada kelas mnur dewasa dan terendall pada kelas lllllur bayi. lUllllah yang besar dan kelas Ulllur
dewasa yang mencapai hampir 65% dari kcseluruhan jumlah individu, sangat memungkinkan
karena pada kelas ini mcmiliki interval kelas umur yang paling besar sehingga tetjadi
IS
Tabel 3. Perkiraan struktur wnur siamang (Hylobates syndacty/us) di Kawasan Hutan Konservasi HTI PT Musi Hutan Persada Swnatera Selatan
Bayi 0,000 0,000 0,000
Anak 0,881 ± 0,269 207,282 ± 63,424 11,577 30,598
Muda 1,104 ± 0,359 259,749 ± 85,092 14,507 32,759
Sub Dewasa 0,719 ±0,552 169,166 ± 129,980 9,448 76,836
Dewasa 4,906 ± 1,621 1154,248 ± 381,597 64,468 33,059
mエセA`ゥGAGゥェゥ[QGAZZュョ[wェGゥュooqャゥャャ[|qエᄃセ`ゥョZャ[ゥゥヲェスQᆴゥ|ャGFセAャゥャェゥェェAVrw{[`ェゥゥゥゥAェェocYァァ[ZAャゥ[エ[ェセャゥ[ZAェセェセᄃキZ[@
Karena pengelompokan struktur umur pada tabel di atas berdasarkan interval tiap
kelas wnur yang tidak 5ama, make"l akan terjadi penumpukan atau akumulasi individu pacta kelas
umur yang memiliki interval paling besar, dalam hal ini dewasa. Sedangkan pada kelas umur yang memiliki interval pendek, jumlalmya juga menjadi kecil. Jika tiap-tiap kelas umur disusun
dengan interval yang seragmn, Il1:'1ka hasilnya berbeda seperti tersaji dalam Tabel 4. Sedangkan
hasH prcdiksi struktur Ull1ur, tersaji dalam diagram pada Gambar 2.
Tabel 4. Ukul1m populasi siamang (Hyloba/es syndactylus) berdasarkan interval kelas umur di Kawasan Hutan Konservasi HTI PT Musi Hutan Persada Sumatcra Selatan
b。セ@ 0-2 2 0,000 0,000
Anak 2-4 2 207,282 103,641
Muda 4-6 2 259,749 129,874
Sub Dewasa 6 - 9 3 169,166 56.389
Dewasa 9 - 25 16 1154,284 72,143
j\j!Siiiiii%(
[[[[[G[[hゥェmセLi[[ゥュセZl@;::,i;;· '-
l!l9!tJ$i :." .: ',.
,,;;lmm@ Idol)
i;i/F'
140 129.874
120 'i:" 100
0
""
セ@ 80 .c
60
セ@
E
40"
...,
20 0
0
B A M
Kelas Umur
SD D
B : I3ayi A : Anak
M : Muda
SD : Sub Dcwasa
D : Dewasa
[image:26.595.119.505.106.220.2] [image:26.595.120.509.377.485.2] [image:26.595.192.474.525.651.2]Dari tabel dan gambar tersebut, dapat diperhatikan ballWa lIkuran populasi liap-liap kelas umur sangat tidak teratur. Tampak sekali adanya gangguan pada beberapa kelas umur tertentu, yaitu terlibat mencolok pada kelas umur bayi dan sub dewasa. Keadaan populasi yang demikian menUfUt van Lavieren (1983) adalall struktur umur populasi terganggu karena adanya kematian yang besar pada kelas umur tertentu (waball penyakit dan iklim Iingkungan).
Alikodra (1990) menamballkan ballWa salall satu penyebab kematian satwaliar adalall karena keadaan alam, misalnya penyakit, pemangsaan, kebakaran, dan kelaparan. Untuk hal
ini, kemungkinan kemalian linggi yang dialami bayi, anak dan sub dewasa, dikarenakan adanya bencana kebakaran cukup besar dan lama pada Kawasan Hutan Konservasi PT HTI Musi Hutan Persada tempat penelitian dilaksanakan, yang berakllir sekitar dua bulan sebelum penelitian ini dilaksanakan. Siamang yang selamat kemungkinan sebagian besar dari kelas umur dewasa dan muda serta beberapa anak yang dapat diselamatkan oleh induknya.
Kematian yang besar pada kelas umur sub dewasa (pada Gam bar 2) kemlmgkinan disebabkan karena perilaku dari siamang tersebut. Siamang yang halllpir dewasa (snb dewasa)
akan diusir dari kclompoknya, lmtuk mencari pasangan d:m membentuk kclompok serta teritori
baru. Sedangkan salah satu fungsi hidup bcrkclompok pada satwa adalah kcmudahan daIam
lllendeteksi adanya bahaya. Siamang yang hidup berkelolllpok akan lcbih mudah
menyelamatkan kclompoknya dalam bahaya kcbakaran ini. Sedangkan siamang soliter (sub
dewasa) akan lebih sukar mendeteksi tempat-tempat yang ,oman dalarn berlindung dari ballaya
kebakaran tersebut, schingga kcmungkinan mcnycbabkan kcmatian yang bcsar pada kelas umur
in!.
Pada kelas umur bayi. 5ama sekali tidak dijumpai dalam pengamatan. Sangat
sedikitftidak adanya bayi siamang ini kClllungkinan discbabkan tidak terselamatkannya bayi
ataupun beberapa anak yang masih kecil saat terjadi kcbakaran tcrsebut. Bayi dan anak simnang
dari hasil pengamatan mcnunjukkan sangat fentan terhadap kepanikan. Apabila terdapat
gangguan yang besar dan tiba-tiba, bayi dan anak siamang akan mudal! jatul!. CCllgkraman tungkai-tungkai mereka mudall lepas pada saat panik dan ketakutan. Sehingga saat terjadi kebakaran, kclompok siarnang tcrscbut diperkirakan menjadi panik dan ketakutan mcngllindari
api, yang mcnyebabkan bayi serta anak-anak mereka jatuh ke bawah tak tcrsclamatkan.
Keadaan pasca kebakaran ini juga kemungkinan menyebabkan siamang dewasa akall menwlda
masa perkembangbiakan mercka, sampai diperkirakarl kondisi lillgkungan cUkup dalam
penyediaan tcmpat dan pakan kctika mereka hamil ataupun mengasuh bayi-bayinya.
Faktor kematian yang besar, menurut Alikodra (1990) dapat mengurangi kepadatan
populasi. Angka kematian yang terlampau tinggi akan menimbulkan penurunan kepadatan
17
bahwa jika individu berumur muda terlalu sedikit jika dibandingkan dengan jUllllah individu yang berulllur lebih tua, hal ini menunjukkan adanya suatu kondisi reproduksi yang rendal!. Keadaan reproduksi yang rendall seperti Uti banyak ditentukan oleh kualitas habitatoya, terutama keadaah gizi lllakananoya.
Perbandingan komposisi kelanlin (seks rasio) adalall perbandingan antara jumlall individu jan tan dengan jumlall individu betina dari suatu populas;' biasanya dinyatakan sebagai jumlall jantan dalanl 100 ekor betina (Alikodra 1990). Setiap kelompok siamang menwljukkan
struktur monogami, yaitu satu jantan dewasa, satu betina dewasa, dan satu atau dua sub dewasa
yang diasumsikan lllerupa&lll keturunan induk dewasa tersebut (Kawabe, 1970).
Komposisi jenis kelamin tiap kelas umur yang dapat teramati (sub dewasa dan dcwasa)
di lapangan lllenghasilkan nilai yang tetap, yaitu 1
±
O. Keadaan demikian dilllakiumi k.'U'ena struktur kelompok pada siamang merupakan bentuk parental family atau sistem keluarga.Siamang merupak.:'lIl .5.:'llah satu contoh jenis satwa yang bersifat monogami tulen, yaitu tidak
berubah-ubah pasangrumya. Schingga dalam 5atu sistem kclompok/kcluarga hanya akan
tcrdapat satu jantan dewasa dan satu betina dewasa. Anggota kclompok muda yang sudah
hampir dewasa (sub dewasa) sualu saat akan bcrpindah untuk mencari pasangannya. Proses
pcnyapihan ini mcnurut Rinaldi (1982) mcmpakan suatu strategi reproduksi dari sistem
perkawinan yang monogami. Dengan demikian kompasisi jenis kelamin yang seimbang, yaitu
seks rasio 1 : 1 mempakan kondisi yang tepat untuk menjaga kestabilan populasi siamang.
Dalam pcngcnalan eli lapangan, tidak semua individu dalam tiap-tiap slmktur umur
dapat dikcnali jenis kelalllinllya. Sehillgga adanya bias dalam pencntuan seks rasio ini, sangat
IUungkill terjadi. Kcmullgkinan sumbcr-sumber bias ini, diantaranya dalam van Lavicrcn (1983)
disebutkan yaitu :
• Ja11lan dan betina tidak menWljukkan pala distribusi yang smna, lazim terjadi pada jenis
yang berkelolllpok. Hal ini ditilllbulkan oleh perbedaan dalalll preferensial habitat, perilaku,
kebiasaan makan, dan status rcproduktif satwa.
• Kesalahan dalam mendetcksi kemungkinan disebabkan olch pcrbcdaan pada ukufan,
bentuk, paia dan \Varna kulit atau buill, perilaku melarikan diri saat didckati pcngamat.
kekerasan dan frekuensi stlara panggiian, dan lain-lain.
• Penentuan jenis kelalllin individu satwa dalam satu kelolllpok yang hidup di hutan berkerapatan tinggi atau di puncak tajuk pohon yang sangat tinggi sangat sulit sena pada kelas wnur muda yang karakteristik seksualnya bclulll selllpuma 「・イォ・セオ@ tici1k lllemlIljukkan (sedikit) tanda-ta.llda yang muci1h untuk dideteksi.
ONZZZZZ|Nセ@
..LL[セ@
セLNG|セL@ \'ITA 0
セ@
." L\G_NNM]セGエカャN\GjMGiNL@セ@ A.. TゥヲヲァZセセセGャa@
4-l!J .:) セェNセZZZGZゥゥZ@ $ ,}:.%.\fi!' \. f ' t"
セ@ OZセ@ ⦅GZZセセZヲGZLZ[LQZセ@
Z[セ@
:'
GセZセZMョ@ セセ@ セ@
)
\ < ,'J NGNB[GセG@ '-.c;;;);' (,') "
I)
4. Natalitas dan Mortatitas
Menurut Alikodra (1980), natalitas (angka kelahiran) adalah jUllllah individu barn per unit waktu per unit populasi. Alikodra (1990) menambahkan, pertumbuhan populasi sangat bergantung pada besar kecilnya angka kelahiran. Allgka kelahirall dapat juga disebut sebagai potensi perkembangbiakan yang llilainya ditentukan oleh faktor-faktor :
a. Perbandingan komposisi kclrunin (sex ratio) dan kcbiasaan kawin.
b. Ulllur tertua individu masih lllarnpu berkembang biak (maxim un breeding age). c. Umur tenl1uda individu mulai mampu berkembang biak (minimum breeding age).
d. Jumlah anak per sarong atau tclur per sarang.
e. JUllllah sarang per tahun.
f. Kepadatall populasi.
Perbandillgan antara jUllllah individu yang dilahirkan dengan selmuh anggota poplliasi dalam satu peri ode Waklll disebut angka kelahiran kasar (Alikodra, 1990). Angka kelahiran kasar pada penelitian ini tidak dapat diperkirakan karena keadaan stl1lktur umur populasi sialllang di Kawasan Hutan Konservasi HTI PT Musi Hutan Persada Sumatera Selatan dalam keadaan yang tidak stabil (Tabel 4). Hasil survey tidak menemukan bayi siamang. sehingga
tidak dapat diperkirakan angka kelahirannya. Walaupun dipaksakan diduga melalui jllllliah anak, hal ini sangat riskan. karena keadaan populasi bukanlah menunjukkan keadaan
sebcnarnya.
Di dalam Napier & Napier (1986) disebutkan bahwa gibon mengalami siklus lllenstl1lasi salllpai 28 hari dan lllengandung kira-kim 210 hari. Kelahimn teljadi setiap dua tahun. Scdangkan Maradjo (1977) menyatakall bahwa siamang sckali bcranak jumlahnya
hanya satu ekor saja. Jarang kcmbar, setclah dikandlU1g sclama 7 bulan. Dalam Chi vcrs (1977) disebutkllil bahwa siamang melahirkllil dalam interval 2 - 3 tahun.
Mortalitas (angka. kcmatillil) adalah jumlah kematian individu dalam suatu populasi
untuk suatu waktll tertentu (Alikodra, 1980). Alikora (1990) juga menyatakan bahwa [aktor
kematian dapat mengurangi kcpadatan populasi. Angka kcmatian yang terlampau linggi akan
Illenilllbulkan penllnman kepadatan populasi yang sangat dmstis. Jika dibiarkan tel1lS tanpa
adanya usaha perbaikan., akan menyebabkan kcpunahllil populasi yang bcrsllilgkutan. Kematian
satwaliar dapat disebabkall oleh berbagai faktor, yaitu :
a. Kematian yang disebabkan olch keadaan alam, misalnya penyakit, pemangsaan, kebakaran,
dan kelaparan.
b. Kelllatian yang disebabkan karena kecelakaan, misalnya tenggelalll, tertilllbun tanah longsor
atau tertimpa batu atau kccelakaan yang menyebabkan terjadinya infeksi sehingga
19
c. Kematian yang ,disebabkan karena adanya perkelahian dengan jenis yang sama unluk
mendapatkan mang, Inakanan dan air, serta persaingan Imtuk mengusai kawasan.
d. Kematian yang disebabkan karena aktivitas manusia, pemsakan habitat, perburuan satwaliar
baik dengan izin maupun secara liar, mati karena pencemaran dan kecelakaan lalu lirllas, terperangkap, dan sebagainya.
Perbanding<Ul jumlall kemalian dari selumh sebab deng<Ul jum.lall lolal Y'Ulg dapal hidup pada pacta awal interval umur, disebut angka kelllatian kasar (V<Ul Lavieren, 1983). Nilai ini pun lidak dapal dihitung karena stIuktur umur yang tidak stabil tersebut. Angka kelllatian kasar ini dapat diduga deng<Ul menghilung pelu<Ulg kelllali<Ul dari tiap-liap kelas iliUUf. Telapi karena liap-liap kelas umUf lictak menunjukkan Ukuf<Ul populasi yang berstIuktur stabil, maka angka kematian ini tidak dapat dihilung. Pacta Tabel 5 ditunjukkan ballWa peluang hidup dapal
mencapai nilai lcbih besar dari satu sehingga peluang kematian menjadi negalif. Hal ini tidal<
mungkin tcrjadi.
Tabel 5. Pcluang hidliP dan lajll kemalian populasi siamang (Hylabates syndactylus) pada setiap
kelas umur di Kawasan Hutan Konservasi HTI PT MllSi Hutan Persada Sum3tera
Selatan
Sayi 0 . 2 2 0.000 0,000
Anak 2·4 2 207.282 l03.64i
Mud.'l 4·6 2 259,749 129.R74
Sub Dewasa 6·9 3 169.166 56,3R9
Dewasa 9·25 16 1154.284 72.143
1,253 0,438
1,279
·?t"iitl"''''''/i ",' .. ,
··'ti@iM
';';;';l'H·}HMt{'.n''''\
.,.'i1iffil'W1Wmi'%t'@iitWmW?llM', ....
,,',·,',··g,·i,·,'
i,,'"
B. Pcrtumbuhan Populasi
-0,253 0.562 -0,279
t@)&:\!\l'I'·
Populasi satwaliar bcrnuktuasi dari \Vaktn kc waktu mengikuti kcadaan fluktuasi
lingkungannya. Fluktuasi satwaliar ini dipengamhi oleh beberapa parameter populasi seperti angka
kelalliran. angka kematian. kepactatan populasi, stmktur umur, dan stmktur kelamin (Alikodra. 1990). Karena ilu menulllt Hasibuan (1988), din<unika populasi, yang mClllpclajari Iluktllasi ukuran populasi hewan dan tumbuhan, mcrupakan sesuatu yang sangat penting di dalam ckologi. Tidak
ada populasi alami yang clapm mempertahankan ukurannya dalam besaran yang tidak berubah
untuk satu peri ode \Vaktu yang P<Ulj<Ulg. Pembahan ukuran suatu poplilasi cbpat berlangsung cepal
alau lambat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pcrttunbuhan populasi, menurut van Lavicren (1983)
dibagi menjadi dua, yaitu faktor langslU1g (pemangsaan, keiaparan, pcnyakit, kecclakaan dan
batas atas ukuran populasi yang dapat didukung oleh sumber daya yang tersedia. Semakin dekat ulcuran populasi ke daya dukung lingkungan ini, semakin lambat laju pertumbuhan populasi.
Pembuatan model matriks Leslie sebagai matriks proyeksi yang digunakan, hams memperhatikan beberapa hal, yaitu jUmlall individu betina liap kelas tuuur, interval umur Illasing-Illasing kelas umur, seks rasio, jumlall individu betina yang mampu dilallirkan setiap tallUn oleh individu betina dewasa, dan peluang hidup dari satu kelas umur ke kelas umur berikulllya. Jika salall satu [aktor tidak diketalmi, maka model nllltriks Leslie tidak ck1pat dibua!.
Dari hasil perhitungan yang telal, dilakukan sebelumnya, peluang hidup siamang
(Hylabates syndactylus) di Kawasan Hutan Konservasi HTI PT Musi Hutan Persada Stullatera Selatan ini tidak dapat ditentukan. Maka nilai peluang hidup tiap kelas ilillur digunakan nilai
pustaka untuk mernbuat model matriks proyeksi. Dalam mell1udal1kan perhitungan peluang hidup,
maka dalam pembuatan model matriks proyeksl yang akan digunakan. kelas umur siamang
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kelas limnr anak (bayi dan anak), muda (muda dan sub dewasa).
dan dewasa. Dari hasil penelitian sialllang yang dilakukan oleh Rinaldi (I982) di T.N. Way
Kambas diketahui bahwa peluang hidup siamang dari kelas umur anak kc kelas umur muda sebesar
0,889 dan peluang hidup kelas umur muda ke kelas umur dewasa sebesar 0,375. Hasillllatriks proyeksi (M) yang terbentuk sebagai berikut :
(
0,75 0 0,25
J
0,20 0,80 0o
0,167 0,937Dari hasil perhitililgan dengan nilai No sebesar 1790,480 diperoleh nilai N, sebesar 1981,540 dan N, sebesar 2162,308. Dengan demikian dapat diperoleh nilai daya dukung (K) sebesar 3227,392 dan nilai laju pertumbuhan (r) sebesar 0,244. Persalllaanlllodel pertllmbllhan populasi logistik yang diperoleh, yaitu :
N, = 3227,392
1+ (0,802)e -0.244'
Melalui model persanlllan perttunbuhan populasi logistik, dicapai nilai daya dukung sebesar 3227,392 pada tallUn ke-59. Pada saat itll tidak terjadi lagi pertambahan populasi (populasi konstan). Kurva pendugaan pertumbuhan populasi dapat dilihat pada Gambar 3. Klirva tersebut juga menunjukkan ballWa siamang pada saat pengukuran dilaksanakart laju pertanlbahan
populasinya sudah mencapai titik maksimaL Dengan demikian pertumbuhan populasi yang terjadi
cenderung lambat, dan makin lambat pada saat populasi mendekati daya dukungnya. Datajumlah
3500
0:-30))
セ@
"" 250J
]2(0)
セ@o 1500
Co
セ@ nUl
E
" 500
Nセ@
TWwdNbャャセNセセョ・q@ • • dセセqセ@
tahun
I<L'-21
Gambar 3. Kurva pertumbuhan populasi siamang (fly/abates syndaclylus) di Kawasan Hulan Konservasi HTI PT Musi Hutan Persada Sumatera Selatan
C. Karaktcristil, Habitat
Odum (1993) mcndefinisikan habitat sebagai tempat organisme tinggal atau tcmpat suatu organisme ditemukan. Alikodra (1990) menyebutkan bahwa secara lllllum untuk mendukung
--kchidupan satwaliar dipcrlukall 5atu kesatuan kawasan yang dapat mcnjamin segala kcperluan hidllpnya, baik makanan, air, lldara 「・イウゥャセ@ garam mincral, lempat berlindllng. berkembang biak maupun tcmpat untuk mengasuh anak-anaknya. Kawasan yang terdiri dari bcrbagai komponen. baik fisik maupun bialik, yang mcmpakan saIl! kcsatuan dan dipergunak.:-1l1 scbagai tcmpat hidup dan bcrkcmbangbiaknya satwaliar disebut habitat.
Kondisi lUHan di Kawasan Hutan Konservasi HTI PT MliSi Hlltall Persada mempakall areal hulan sekwlder bekas teballgan bcberapa I-ITlH. Selaill itll saat pcnelitit·in dilak&111akan. hampir seluruh kondisi areal hutan mcrupakan sisa-sisa kebakaran yang bani saja terjadi bebcrapa bulan yang lalu dalam jangka waktu yang eukup lama. Hanya beberapa keeil bagian hlltan
S<Ua
yang masih dalam kondisi agak bail< (lIllIan sekunder yang tidak lerbakar). Kondisi ini sangat terlihat dari lcngangllya areal lantai hutan. Diduga kebakarall yang lerjadi adalah tipe surface fire.
yaitu kebakaran di lantai hutan saja. Keadaan ini ditllnjukkan dan hasil !lIlalisa vegetasi yaitu jumlah jenis untuk tingkat pertumbuhan paneang dan liang paling sedikil. Hal terscbut sangat relevan dcngan kondisi hutan yang beluIll lama bekas tcrbakar. Hanya pohan-pobon besar saja yang dapal bcrtahan dari kebakaran. Sectangkan pacta tingkat scmai barn lllniai tumbuh kcmbali di saat musim penghujan tiba.
[image:32.597.180.396.95.237.2]tingkat pertlUnbuhan pollon ini, akan mcngancam pula kelangsullgan kehidupan satwaliar yang menjadikan hutan tersebut sebagai habitatnya tenltama sumber pakannya. Suplai pakan tidak aka11 terus-menerus tersedia, mengingat pohon-pohon yang Ilia pun lambat laun akan tidak produktif lagi, tumbang dan hancur termakan usia. Sedangkan bakal pohon pada tingkat pancang ballkan tiang tidak ada atau sangat sedikit.
Dan Tabel 6 dapnl dilihat bahwa perbal1dingan jumlah jenis vegetasi antara Illltan bekas terbakar dan tidak terbakar dapal mencapai dua kali lipat. Jika pacL1 kondisi demikian hutan masih saja mengalami gangguan. sepcrti adanya penebangan sisa-sisa tegakan yang tidak tcrbakar alau iaiIlllya, maka hams mcnunggu bertaimll-tahun lagi unluk mcnjadikan hUlan tersebut kcmbali ideal sebagai tempal tinggaJ berbagai jenis satwaliar. Tetapi hams diingat pula bahwa umur beberapa satwaliar tidaklah selama umur beberapa pollan sebagai habitatnya, sehingga kemsakan habitat satwaliar juga akan mCIllllsnahkan beberapa jenis satwaliar sccara perlahan-Iahan.
Siamang mempakan jenis satwa pemakan buah dan daun ditambal1 sedikit bunga dan serangga (MacKinnon, 1977; MacKinnon & MacKinnon, 1980 dalam Anwar, e/ 01. 1984). Jenis-jenis vegetasi dan bagian yang dimakan olch siamang, 1l1cnumt Chivcrs (1980). scpcrti tersaji dalam Lampiran 3. Apabila daftar makanan tcrscbut dibcUlciingkall dengan hasil analisa vcgetasi pacta dua kondisi hutan yaitu lIutan bekas tcrbakar dan hutan tidak tcrbakar (Lampiran 4 d<U1 5). maka hasilnya dapat dilihat paru1 Tabel 6.
TabeI 6. Pcrbandingan jumlah jenis pakan siamang (Hylobales .\yndactylus) pada hutan tidak tcrbakar dan hutan bckas tcrbakar di Kawasan Hutan Konservasi PT Musi Bulan Pcrsac1n Sumatcra Selatan
Tidak T crbakar Scmai 52 20 95.560 47,780
Paneang 44 18 117.524 UセNWVR@
Tiang 29 12 136.414 45,471
Pohon 82 24 QSVLセ@ 10 45,60;:1
Beka.-''' terbakar SClllai 28 13 81.877 43,938
P:lllcang 20 13 140.839 70,419
Tiang II 4 129.545 43.182
•
Pohon 18 52,75523
dalam kondisi struktur umur yang terganggu. Sehingga apabila tallpa ketersediaan jumlah pak<lIl
yang cukl.lp, populasi siamang akan sulit dipertahankan stabil.
Apabil