KEMATANGAN KARIER SISWA SMA
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XII SMA Katolik Lamaholot Witihama Tahun Ajaran 2016/2017 dalam Memasuki Dunia Perguruan Tinggi
dan Implikasinya pada Usulan Topik-topik Bimbingan Karier) SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Rofina Agustina Puhugelong 131114065
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
KEMATANGAN KARIER SISWA SMA
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XII SMA Katolik Lamaholot Witihama Tahun Ajaran 2016/2017 dalam Memasuki Dunia Perguruan Tinggi
dan Implikasinya pada Usulan Topik-topik Bimbingan Karier) SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Rofina Agustina Puhugelong 131114065
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
v
HALAMAN MOTTO
“Akulah terang dunia; barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan
berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup”
(Yoh, 8:12)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini akan saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Program Studi Bimbingan dan Konseling
SMA Katolik Lamaholot Witihama
Keluarga: Bapak Lukas Laot Luli dan Ibu Tuto Takan Theresia
Kakak Agnes Ina Surat Puhugelong
Adik tercinta Mario Agustinus Puhugelong dan Vinsensia Aprilia Puhugelong
Saudara-saudara terdekat yang selalu memberikan harapan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini
vii
ix ABSTRAK
KEMATANGAN KARIER SISWA SMA
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XII SMA Katolik Lamaholot Witihama Tahun Ajaran 2016/2017 dalam Memasuki Dunia Perguruan Tinggi
dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Karier)
Rofina Agustina Puhugelong Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei yang bertujuan untuk mengetahui seberapa baik kematangan karier siswa kelas XII SMA Katolik Lamaholot Witihama tahun ajaran 2016/2017 dan mengidentifikasi butir-butir instrumen kematangan karier yang capaian skornya teridentifikasi sedang dan rendah sebagai dasar usulan topik-topik bimbingan karier. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah
“Seberapa baik kematangan karier pada siswa kelas XII SMA Katolik
Lamaholot Witihama tahun ajaran 2016/2017 dalam memasuki perguruan
tinggi?” Masalah kedua adalah “Butir-butir kematangan karier manakah yang teridentifikasi capaian skornya sedang dan rendah untuk usulan topik-topik bimbingan karier. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner/angket kematangan karier.
Subjek pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XII SMA Katolik Lamaholot Witihama tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 65 siswa. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner kematangan karier yang terdiri dari 45 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala Likert. Koefisien reliabilitas penelitian ini sangat tinggi karena menunjukan nilai koefisien 0,933. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan menentukan skor dan pengolahan data, membuat tabulasi data, menentukan kategorisasi, mencari patokan, menentukan kategorisasi skor tiap item, dan mencari tinggi rendahnya skor tiap item.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 5 siswa (7,69%) memiliki kematangan karier sangat tinggi, 52 siswa (80%) memiliki kematangan karier tinggi, dan 8 siswa (12,30%) memiliki kematangan karier sedang. Dapat disimpulkan bahwa kematangan karier dari sebagian besar siswa SMA Katolik Lamaholot Tahun Ajaran 2016/2017 termasuk baik atau positif. Berdasarkan analisis terhadap hasil uji butir-butir item kematangan karier siswa kelas XII SMA Katolik Lamaholot Witihama Tahun Ajaran 2016/2017 yang teridentifikasi dalam kategori sedang dan rendah diusulan topik-topik Bimbingan Karier antara lain: Kepercayaan Diri, Tanggungjawab, Rencana Lulus Setelah SMA, Melihat Peluang, Eksplorasi Karier, Menentukan Pilihan, Pemahaman Diri, Persiapan Karier, Kelemahan dan Kelebihan.
x ABSTRACT
STUDENTS CAREER MATURITY HIGH SCHOOL
(DESCRIPTIVE STUDY IN GRADE XII WITIHAMA LAMAHOLOT CATHOLIC HIGH SCHOOL ACADEMIC YEAR 2016/2017 ON PRE
UNIVERSITY PHASE
AND THE IMPLICATION ON PROPOSED TOPICS FOR CAREER GUIDANCE)
Rofina Agustina Puhugelong Sanata Dharma
2017
This research is descriptive quantitative research with survey method that aims to determine how well the grade XII student career maturity Lamaholot Witihama Catholic high school academic year 2016/2017 and identifies grain maturity instruments career achievement and low scores were identified as the basis for the proposed topics career guidance. Issues examined in this study is "How well the career maturity in grade XII students Lamaholot Witihama Catholic High School in the 2016/2017 academic year to college?" The second problem is the "grain of career maturity Identified Which medium and low achievement scores for proposals career guidance topics. Data collection tools in this study was a questionnaire / questionnaire career maturity.
Subjects in this study were students of grade XII Catholic High School Lamaholot Witihama 2016/2017 academic year, amounting to 65 students. The research instrument was a questionnaire about career maturity of 45 items developed statement based Likert scale preparation techniques. The coefficient of reliability is very high because research shows the value of the coefficient of 0.933. Data analysis techniques in this study to determine the score and data processing, tabulating data, determine the categorization, searching criterion, determining the score of each item categorization, and search high and low score of each item.
The results showed that as many as 5 students (7.69%) had a career maturity is very high, 52 students (80%) had a career high maturity, and 8 students (12.30%) had a moderate career maturity. It can be concluded that the career maturity of the majority of Catholic high school students Lamaholot Academic Year 2016/2017 included a good or positive. Based on the analysis of the test results of a grain item grade XII student career maturity Lamaholot Witihama Catholic High School Academic Year 2016/2017 identified in the category of medium and low diusulan Career Guidance topics include: Confidence, Responsibility, Plan Passed After high school, Saw opportunity, Career Exploration, Specifying options, understanding Self, Career Pathways, weakness and excess.
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Kematangan Karier pada
Siswa Kelas XII SMA Katolik Lamaholot Witihama Tahun Ajaran 2016/2017 ini
dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan
dan Konseling. Peneliti menyadari bahwa dalam proses menyusun dan
menyelesaikan tugas penulisan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak masukan,
kritik, dan saran dari berbagai pihak yang membantu. Untuk itu peneliti
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Rohandi, Ph.D., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
3. Prias Hayu Purbaning Tyas M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah membimbing dengan begitu sabar, mengarahkan, mengoreksi, dan
memberikan masukan yang berguna dalam penyelesaian tugas akhir
penulisan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah
memberi ilmu yang berguna bagiku, dan semoga berguna bagi
xii
5. Stefanus Priyatmoko, selaku karyawan sekretariat di Prodi Bimbingan dan
Konseling yang dengan sabar bersedia membantu saya dalam mengurus
segala keperluan administrasi.
6. Drs. Stefanus T. Boleng selaku Kepala Sekolah SMA Katolik Lamaholot
Witihama yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan
penelitian di Sekolah tersebut.
7. Philipus Taran Baren, A.Md.pd selaku guru mapel dan operator
dapodikmen di SMA Katolik Lamaholot Witihama yang bersedia
membantu jalannya proses penelitian dari awal hingga akhir terlaksananya
penelitian di sekolah.
8. Bapak Arnoldus Ariyanto Ara Tadon, S.Pd selaku guru BK di SMA
Katolik Lamaholot Witihama yang bersedia membantu peneliti saat
melakukan penelitian di Sekolah.
9. Siswa kelas XII IPA, XII Bahasa, XII IPS 1, dan XII IPS 2 SMA Katolik
Lamaholot Witihama atas kerjasamanya dalam pengisian kuesioner.
10.Kedua orang tuaku tercinta Bapak Lukas Laot Luli dan Ibu Tuto Takan
Theresia yang selalu mendoakanku, menyayangiku, membangkitkan
semangatku dan selalu mendukungku baik secara moral maupun materiil.
11.Mario Agustinus Puhugelong dan Vinsensia Aprilia Puhugelong kedua
adikku yang selalu setia menghiburku, memberikan semangat dan
dorongan agar segera menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi dengan
xiii
12.Albinus Thomas yang telah hadir dan mengisi hidupku selama ini, selalu
setia mendampingiku, mendengarkan keluh kesahku, dan selalu
memberikan saran dan nasihat yang membangun hingga saya menjadi
sarjana serta dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi dengan
baik.
13.Keluarga besarku Puhugelong dan Lamahoda yang selalu memberi
semangat dan perhatian baik secara moral maupun materiil dalam
menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi dengan baik.
14.Teman-teman Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta: Ansy, Agnes,
Astra, Rony, Rudi, Dude, kaka Ebbu, kaka Frit, Mervin dan Eva yang
selalu setia menemaniku saat aku senang dan sedih, serta memberikan
nasehat dan dorongan untuk segera menyelesaikan tugas akhir penulisan
skripsi dengan baik.
15.Teman-teman BK 2013 A atas kebersamaan dan kerja sama yang baik
selama empat tahun.
16.Sahabat karibku: Kadek, Rina, Mersy, Prety, Stella, Retno, Bruder Dinus,
Nasty, dan Suster Alice yang dengan sabar mememberikan dorongan,
semangat dan masukan yang membangun kepada saya dalam proses
menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi.
17. Semua pihak yang mendukung saya yang tidak bisa saya tuliskan satu
persatu, berkat kalian aku sampai pada saat ini bisa menyelesaikan tugas
akhir penulisan skripsi dengan baik.
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Definisi Istilah ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Karier ... 9
1. Definisi Kematangan Karier ... 9
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karier ... 10
3. Aspek-aspek Kematangan Karier ... 13
B. Masa Remaja ... 16
1. Definisi Masa Remaja ... 16
2. Tahap dan Tugas Perkembangan Karier Remaja ... 17
C. Dunia Perguruan Tinggi ... 18
1. Definisi Perguruan Tinggi di Indonesia ... 18
xv
3. Memilih Jurusan atau Program Studi ... 23
4. Masalah Siswa dalam Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi ... 24
D. Bimbingan Karier ... 25
1. Pengertian Bimbingan Karier ... 25
2. Tujuan Bimbingan Karier ... 26
3. Masalah dalam Bimbingan Karier ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
C. Subjek Penelitian ... 31
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 32
1. Alat Pengumpulan Data ... 32
2. Kisi-Kisi Kuesioner ... 33
3. Pemberian Skor ... 34
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 35
1. Validitas ... 35
2. Reliabilitas ... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ... 39
1. Tahap Persiapan ... 39
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 40
G. Teknik Analisis Data ... 41
1. Menentukan Skor dan Pengolahan Data ... 41
2. Membuat Tabulasi Data ... 41
3. Menentukan Kategorisasi ... 42
4. Mencari Patokan... 43
5. Kategorisasi Skor Tiap Item... 44
6. Mencari Tinggi Rendahnya Skor Item ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KARIER A. Hasil Penelitian ... 48
1. Deskripsi Tingkat Kematangan Karier... 48
2. Hasil Skor Tiap Item Kematangan Karier ... 49
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51
1. Deskripsi Tingkat Kematangan Karier... 52
2. Item-Item Tingkat Kematangan Karier ... 55
C. Usulan Topik-topik Bimbingan Karier ... 58
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62
B. Keterbatasan Penelitian ... 62
C. Saran ... 63
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 31
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Kematangan Karier ... 33
Tabel 3.3 Norma Skoring Kuesioner Kematangan Karier ... 35
Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Kematangan Karier ... 37
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 39
Tabel 3.6 Kriteria Guilford ... 39
Tabel 3.7 Norma Kategorisasi Tingkat Kematangan Karier ... 42
Tabel 3.8 Norma Skor Kategorisasi Tingkat Kematangan Karier ... 44
Tabel 3.9 Norma Kategorisasi Skor Item Instrumen Tingkat Kematangan Karier... 44
Tabel 3.10 Kategorisasi Item Kematangan Karier Berdasarkan Tinggi Rendahnya Skor... 46
Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kematangan Karier ... 48
Tabel 4.2 Penggolongan Item Kematangan Karier ... 49
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 Kisi-kisi Kuesioner ... 68
LAMPIRAN 2 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Kematangan Karier... 74
LAMPIRAN 3 Item Kuesioner yang Tergolong Sedang dan Rendah ... 77
LAMPIRAN 4 Kuesioner Siswa ... 79
LAMPIRAN 5 Tabulasi Data Hasil Penelitian ... 85
LAMPIRAN 6 Hasil Perhitungan Validitas ... 86
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi
istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Sering dijumpai adanya kebingungan, keragu-raguan dan kesulitan
di antara para siswa yang sedang menekuni studinya dan akan
mempersiapkan dirinya untuk meniti karier di masa-masa mendatang. Hal
ini terutama dikarenakan di antara para siswa kurang memahami dirinya,
memahami dunia perguruan tinggi, ambisinya dalam dunia kerja dan
peningkatan kariernya. Untuk itulah kiranya kepada para siswa perlu
diberikan informasi atau penerangan tentang diri pribadinya. Proses
pemberian bantuan untuk mendapatkan pengetahuan diri (self knowledge)
dan pemahaman tentang dirinya sendiri merupakan salah satu usaha
layanan yang harus diwujudkan dalam program bimbingan karier di
sekolah. Informasi yang cukup memadai dan tepat tentang pribadinya
sendiri merupakan suatu bahan yang berguna bagi diri siswa untuk
mengadakan pemahaman tentang faktor-faktor yang ada pada dirinya,
faktor kekuatan maupun faktor kelemahan, arah minat,
kebutuhan-kebutuhannya dan faktor-faktor lainnya.
Disamping itu, dengan memperoleh informasi yang memadai dan
2
kebutuhan-keutuhannya, sehingga siswa akan berada pada posisi untuk
mempertimbangan berbagai alternatif masa depan, memahami dengan
seksama tujuan pendidikan, pekerjaan, dan prospek kehidupannya
mendatang. Dengan demikian mereka akan dapat mengarahkan dan
menetapkan terhadap sesuatu pilihan pendidikan dan pekerjaan yang
cocok yang memuaskan diri pribadinya.
Havighurst (Sumanto, 2014) mengatakan bahwa setiap individu
pada fase-fase tertentu memiliki tugas-tugas perkembangan
(developmental tasks) yang harus dilaksanakan. Tugas perkembangan
adalah suatu tugas yang muncul pada suatu periode usia tertentu dari
kehidupan individu yang harus dilaksanakan. Apabila individu berhasil
melaksanakannya, maka akan muncul rasa bahagia dan akan membawa ke
arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Sebaliknya
bila gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam
menghadapi tugas-tugas berikutnya.
Masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang
dijalani seseorang sejak berakhirnya masa anak-anak sampai datangnya
masa dewasa awal. Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja
yaitu memilih dan mempersiapkan karier atau pekerjaan.
Pilihan karir itu menjadi sangat penting pada saat siswa duduk
dibangku SMA, karena akan menentukan jurusan studi yang harus diambil
jika ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Teori Holland (Winkel dan
tahap atau tingkat yang dapat dicapai oleh seseorang menunjuk pada taraf
inteligensi yang memungkinkan tingkat pendidikan siswa di sekolah.
Pandangan Holland juga sangat relevan bagi bimbingan karier dan
konseling karier di institusi pendidikan untuk jenjang pendidikan
menengah dan masa awal pendidikan tinggi. Holand berpegang pada
keyakinan, bahwa suatu minat yang menyangkut pekerjaan dan jabatan
adalah hasil perpaduan sejarah hidup seseorang dan keseluruhan
kepribadiannya, sehingga minat tertentu akhirnya menjadi suatu ciri
kepribadian yang berupa ekspresi diri dalam bidang pekerjaan, bidang
studi akademik, hobi inti, berbagai rekreatif dan banyak kesukaan yang
lain.
Super (Winkel, 2004) mendefinisikan kematangan karier sebagai
keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangan
karier yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Indikasi relevan bagi
kematangan karier adalah misalnya kemampuan untuk membuat rencana,
kerelaan untuk memikul tanggungjawab, serta kesadaran akan segala
faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat
pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam suatu jabatan. Setiap
manusia yang hidup pasti memiliki rentang hidup, baik dalam aspek
apapun salah satunya tentang kematangan karier.
Bimbingan karier merupakan salah satu input (sejumlah
pengetahuan dan informasi) bagi siswa yang bersangkutan, terutama
lanjutan, dan informasi mengenai lapangan pekerjaan. Keputusan untuk
melanjutkan pendidikan, maupun keputusan yang diambil langsung
memasuki lapangan kerja, kedua-duanya memerlukan pertimbangan
terlebih dahulu, terutama mengenai kemampuan diri (bakat khusus, minat,
kepribadian, dan prestasi belajar) pada individu atau siswa bersangkutan.
Bagi para siswa yang memilih akan melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi, selain faktor kemampuan diri, perlu dipertimbangkan pula dengan
faktor biaya studi dan masalah pemilihan jurusan.
Siswa kelas XII di SMA Katolik Lamaholot Witihama tahun ajaran
2016/2017 memiliki beberapa fenomena mengenai kematangan karier
dalam memasuki dunia perguruan tinggi. Fenomena ini terjadi dan dialami
langsung oleh peneliti sebagai alumni di sekolah SMA Katolik Lamaholot
Witihama. Peneliti melihat bahwa fenomena yang berasal dari siswa
sendiri seperti siswa yang masih mengikuti kemauan orangtuanya dari
pada menyadari potensi yang dimiliki dan kurang adanya motivasi untuk
bertanya kepada orang yang lebih tahu (guru dan orang tua) mengenai
jurusan-jurusan yang ada di perguruan tinggi. Masyarakat setempat yang bisa
dikatakan sebagian besar masih bekerja sebagai petani ini, lebih besar juga
mempengaruhi anaknya ketika selesai menempuh pendidikan di sekolah
menengah atas. Kebiasaan sebagian masyarakat jika setelah anaknya lulus
langsung di daftarkan di perguruan tinggi namun masih banyak juga
Fenomena selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan salah
seorang guru dari SMA Katolik Lamaholot Witihama. Beliau mengatakan
bahwa bekal dan persiapan dari pihak sekolah kepada siswa kelas XII
dalam memasuki dunia perguruan tinggi masih sangat minim. Ada
beberapa hal yang membatasi pihak sekolah untuk membantu siswa dalam
mempersiapkan kariernya, seperti adanya keterbatasan fasilitas internet,
kurang adanya kerjasama pihak sekolah dengan perguruan tinggi yang ada
di Indonesia, serta program konseling di sekolah yang kurang mendukung
perkembangan karier siswa, dan dari para guru yang kurang memberikan
informasi kepada siswa mengenai perguruan tinggi maupun jurusan, serta
siswa sendiri masih mengalami kebingungan dalam menentukan sendiri
perguruan tinggi dan jurusan apa yang harus dipilih.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
mengenai “Kematangan Karier dari Siswa Kelas XII SMAK Lamaholot
Witihama tahun ajaran 2016/2017 dalam Memasuki Dunia Perguruan
Tinggi”.
B . I d en tif ik a si Mas a lah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah
pada penelitian ini adalah:
1. Siswa kurang mendapatkan informasi terkait jurusan-jurusan yang ada
di perguruan tinggi.
2. Siswa mengalami kebingungan dalam pemilihan jurusan awal masuk
3. Siswa yang masih mengikuti kemauan orangtuanya dalam pemilihan
jurusan ketika ingin melanjutkan ke perguruan tinggi.
4. Tidak diadakan seminar khusus terkait studi lanjut setelah lulus SMA.
C . Pe mb a ta s a n Ma s al ah
Berdasarkan uraian dalam identifikasi masalah di atas, peneliti
akan membatasi ruang lingkup penelitian ini dengan fokus pada kajian
tentang Kematangan Karier pada Siswa Kelas XII SMA Katolik
Lamaholot Witihama Tahun Ajaran 2016/2017 dalam Memasuki Dunia
Perguruan Tinggi dan Implikasinya pada Usulan Topik-topik Bimbingan
Karier.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena diatas maka masalah-masalah yang ingin dijawab
adalah:
1. Seberapa baik kematangan karier pada siswa kelas XII SMA Katolik
Lamaholot Witihama tahun ajaran 2016/2017 dalam memasuki
perguruan tinggi?
2. Usulan topik-topik bimbingan karier manakah yang tepat berdasarkan
capaian skor butir-butir item kematangkan karier yang teridentifikasi
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui tingkat kematangan karier pada siswa kelas XII
SMA Katolik Lamaholot Witihama tahun ajaran 2016/2017 dalam
memasuki dunia perguruan tinggi.
2. Mengidentifikasi usulan topik-topik bimbingan karier yang tepat
berdasarkan capaian skor butir-butir item kematangkan karier yang
teridentifikasi sedang dan rendah.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti lain
Dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang telah
didapat selama kuliah sehingga semakin mampu berpikir ilmiah dalam
bidang karier.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Dapat digunakan sebagai referensi atau bahan kajian dalam
mengembangkan ilmu di bidang pendidikan karier demi meningkatkan
kematangan karier siswa.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan tentang kematangan
G. Definisi Istilah
1. Kematangan Karier
pemenuhan atau penyelesaian tugas-tugas perkembangan karier sesuai
dengan tingkat perkembangan tertentu.
2. Siswa Kelas XII SMA Katolik Lamaholot Witihama
Individu yang berada pada tahap remaja, dimana dimasa remaja ini
seseorang individu mempersiapkan pendidikan dan pekerjaan untuk
masa yang akan datang.
3. Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi
Suatu keputusan studi lanjut yang dilakukan individu dengan
memerlukan banyak pertimbangan baik secara internal maupun
eksternal.
4. Topik-topik Bimbingan Klasikal dalam Bidang Karier
Pokok-pokok bahasan yang relevan dengan kemampuan dan atau
kebiasaan para siswa SMA dalam hal kemandirian karier,
perencanaan karier, eksplorasi karier, pengambilan keputusan karier,
pengetahuan karier, dan realistisnya pilihan karier. Topik-topik
bimbingan karier yang diusulkan, ditentukan berdasarkan aspek-aspek
kematangan karier yang menurut hasil penelitian termasuk sedang dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian tentang, hakikat kematangan karier, hakikat masa
remaja dan hakikat dunia perguruan tinggi.
A.Kematangan Karier
1. Definisi Kematangan Karier
Super (Manrihu, 1988:26) mengemukakan bahwa kematangan karier
adalah daftar perilaku individu tertentu dalam mengidentifikasi, memilih,
merencanakan, dan melaksanakan tujuan-tujuan karier yang tersedia bagi
individu tertentu dalam perbandingannya dengan yang dimiliki oleh
kelompok sebayanya; dapat dipandang sebagai taraf rata-rata dalam
perkembangan karier bagi usianya.
Super (Zunker, 1986) mengatakan bahwa kematangan karier adalah
pemenuhan atau penyelesaian tugas-tugas perkembangan karier sesuai
dengan tingkat perkembangan tertentu. Kematangan karier ditandai dengan
adanya kesesuaian antara perilaku karier yang diperlihatkan individu
dengan perilaku karier yang seharusnya dilakukan atau diharapkan pada
rentang usia perkembangan tertentu (tahap perkembangan karier yang
sedang dihadapi individu). Perilaku karier yang diharapkan dari individu
dapat disebut juga tugas-tugas perkembangan karier. Apabila perilaku
karier yang diperhatikan individu semakin sesuai dengan tugas-tugas
perkembangan karier pada setiap tingkat perkembangan karier, berarti
tingkat perkembangan karier individu semakin tinggi atau semakin matang.
perkembangan karier yang sedang dihadapinya dapat melangkah ke tahap
perkembangan karier selanjutnya.
Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa kematangan karier
adalah kesuksesan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan karier sesuai dengan tahapan tertentu dan kesiapan individu
untuk membuat keputusan-keputusan karier dengan tepat.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karier
Shertzer dan Stone (Winkel dan Hastuti, 2006), menjelaskan gabungan
faktor-faktor psikologis, sosiologis, pendidikan fisik, ekonomis, dan
kesempatan secara bersama-sama membentuk karier seseorang. Gabungan
ini mencakup beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor
internal yang terkait antara lain:
a. Nilai-nilai kehidupan (value), ideal-ideal yang dikejar seseorang
dimana-mana dan kapan pun juga. Nilai-nilai merupakan pedoman
dan pegangan hidup yang turut membentuk gaya hidup seseorang
sampai usia tua.
b. Taraf inteligensi, yaitu kemampuan untuk mencapai
prestasi-prestasi yang di dalamnya berpikir memegang peranan. Hakikat
intelegensi adalah kemampuan untuk mengadakan penyesuaian
dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri
secara kritis serta obyektif.
c. Bakat khusus, yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang
terbentuk, suatu bakat khusus menjadi bekal yang memungkinkan
untuk memasuki berbagai bidang pekerjaan tertentu dan mencapai
tingkatan lebih tinggi dalam suatu jabatan.
d. Minat yaitu kecenderungan seseorang merasa tertarik pada suatu
bidang tertentu dan bergerak dalam berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan bidang itu.
e. Sifat-sifat
Ciri-ciri kepribadian yang bersama-sama memberikan corak khas
pada seseorang seperti, riang gembira, ramah, halus, teliti, terbuka,
fleksibel, tertutup, lekas gugup, pesimis, dan ceroboh.
f. Pengetahuan
Informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan
tentang diri sendiri.
g. Keadaan jasmani
Ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, tampan
dan tidak tampan, ketajaman pengelihatan, pendengaran baik atau
kurang baik, mempunyai kekuatan otot tinggi atau rendah, dan jenis
kelamin.
Faktor-faktor eksternal dapat dibedakan yang satu dengan yang lain,
tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena bersama-sama
menciptakan keseluruhan ruang gerak hidup. Faktor eksternal
a. Masyarakat
Lingkungan sosial budaya dimana anak muda dibesarkan serta lingkungan
masyarakat disekitar tempat tinggal yang berpengaruh sangat besar
terhadap cara pandang keluarga akan sifat dan sikap yang ditanamkan
kepada akan-anaknya. Pandangan tersebut mencakup nilai-nilai tinggi
rendahnya sebuah pekerjaan serta peran gender dalam sebuah pekerjaan di
dalam kehidupan masyarakat.
b. Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah
Laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat menurut stratifikasi
golongan sosial ekonomi masyarakat tinggi, sedang, maupun rendah serta
pembeda akan terbuka atau tutupnya masyarakat bagi anggota kelompok
lain yang berpengaruh pada dunia kerja dimasa yang akan datang.
Misalnya orang dewasa muda yang hidup di daerah terbelakang dan
berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah, maka kesempatan kerja
sangat terbatas dan kurang bervariasi.
c. Status sosial ekonomi keluarga
Tingkat pendidikan orangtua, penghasilan orangtua hingga suku bangsa ini
sangat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan sosial seseorang akan
dunia kerja dimasa yang akan datang.
d. Pengaruh dari anggota-anggota keluarga besar dengan keluarga inti
Orang muda harus menentukan sikapnya sendiri terhadap harapan dan
pandangan serta dukungan dalam merencanakan masa depan di dunia kerja
e. Pendidikan sekolah
Pandangan-pandangan yang dikomunikasikan kepada siswa oleh staf
tenaga pendidik, pembimbing, dan pengajar mengenai nilai-nilai yang
terkadung dalam dunia pekerja serta tinggi rendahnya status sosial jabatan
akan kecocokan suatu jabatan kerja dimasa yang akan datang.
f. Pergaulan dengan teman sebaya
Pandangan dan harapan-harapan tentang masa depan yang terungkap
dalam pergaulan sehari-hari mendukung kesuksesan seseorang di masa
depan di dunia kerja yang diinginkan.
g. Tuntutan-tuntutan yang melekat pada jabatan dan program-program studi
atau latihan yang mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan
tertentu demi keberhasilan di dunia kerja di masa yang akan datang.
3. Aspek-aspek Kematangan Karier
Aspek kematangan karier berikut ini dirumuskan oleh Donal E.
Super, (Nelson-Jones, 1982: 153):
a. Kemandirian karier (career autonomy)
Aspek ini menyangkut sikap dan tindakan individu dalam hal
pemilihan karier yang diminati secara mandiri. Individu yang aspek
kemandirian kariernya tinggi akan memiliki kepercayaan diri yang
tinggi pula. Hal ini tampak dalam suatu perasaan positif (perasaan
senang, bangga dan mantap) atas pilihan karier yang diminatinya.
Selain itu, individu menjalankan pilihan kariernya dengan penuh rasa
individu cenderung menetap dan tidak terganggu oleh adanya
kecemasan dan pengaruh nilai-nilai orang lain.
b. Perencanaan karier (career planfulness)
Aspek ini menyangkut dimensi sikap dan tindakan individu dalam hal
perencanaan karier yang disusun secara matang. Aspek ini menunjukan
bahwa, individu telah memiliki kesadaran akan beberapa alternatif
pilihan karier yang hendak dicapai dimasa mendatang. Mampu
membuat perencanaan karier yang sesuai dengan kebutuhan dan
mampu mengidentifikai langkah-langkah/cara-cara yang harus
ditempu. Selain itu, individu telah menyadari segala kemungkinan
yang dapat terjadi dalam rangka mewujudkan pilihan karier yang
diminatinya.
c. Eksplorasi karir (career exploration)
Aspek ini menyangkut dimensi sikap dan tindakan individu dalam hal
menggali informasi mengenai pendidikan, karier, dan pengembangan
pribadi-sosialnya. Ini menunjukan bahwa individu telah memiliki suatu
perasaan senang, tertarik, dan mau memanfaatkan atau menggunakan
berbagai sumber informasi yang terpercaya dari lingkungan pendidikan
(sekolah atau universtas) dan masyarakat/komunitas.
d. Pengambilan keputusan karier (career decision-making)
Aspek ini menyangkut dimensi kognitif yang berupa kemampuan
individu dalam hal mengambil keputusan karier yang sesuai dengan
memiliki berbagai alternatif pilihan karier, mengidentifikasi berbagai
faktor yang menentukan, dan mengembangakan kemampuan untuk
mengidentifikasi minat dan nilai-nilai kehidupan, serta mampu
memantapkan pilihan karier yang diminatinya.
e. Pengetahuan karier (career knowledge)
Aspek ini mencakup dimensi kognitif berupa pengetahuan karier yang
dimiliki individu dalam hal pemilikan informasi mengenai berbagai
alternatif pilihan karier yang ada di masyarakat dan informasi tentang
pilihan karier yang diminati. Misalnya jenis-jenis jabatan yang dapat
ditekuni, persyaratan atau tuntutan yang dibutuhkan, prospek masa
depan, dan sebagainya.
f. Realistisnya pemilihan karier (career realism)
Aspek ini mencakup dimensi sikap dan kognitif berupa kemampuan
individu untuk realistis dan fleksibel dalam mempertimbangkan
pilihan karier yang sesuai dengan kemampuan, minat, sifat-sifat
kepribadian dan kesempatan karier yang terbuka bagi dirinya. Dalam
hal ini, individu perlu mengidentifikasi langkah-langkah atau cara-cara
perbaikan untuk meminimalisir keterbatasannya dan mengidentifikasi
kembali berbagai peluang atau kesempatan karier yang sesuai dengan
B.Masa Remaja
1. Definisi Masa Remaja
(Santrock, 2005) masa remaja (adolescence) adalah peralihan
masa perkembangan yang berlangsung sejak usia sekitar 10 atau 11,
atau bahkan lebih awal sampai masa remaja akhir atau usia dua
puluhan awal, serta melibatkan perubahan besar dalam aspek fisik,
kognitif, dan psikososial yang saling berkaitan.
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu
mempersiapkan pendidikan dan pekerjaan untuk masa yang akan
datang. Salah satu persiapan yang harus dilalui yaitu sekolah. Sekolah
adalah pengalaman utama organisasi di kebanyakan hidup remaja.
Sekolah menawarkan kesempatan untuk mempelajari informasi,
menguasai keterampilan baru, dan mempertajam keterampilan lama
untuk mengambil bagian dalam olahraga, kesenian dan aktivitas lain
untuk menjelajahi pilihan karier dan untuk berteman. Sekolah
memperluas wawasan intelektual dan sosial. Bagi sebagian remaja,
pengalaman bersekolah bukanlah kesempatan, tetapi merupakan satu
lagi halangan dalam perjalanan menuju kedewasaan.
Adapun pengaruh terhadap motivasi dan pencapaian seorang
remaja di sekolah. Remaja yang berprestasi baik di sekolah cenderung
untuk tetap bersekolah. Seperti di sekolah dasar, faktor-faktor seperti
pengasuhan orangtua, status sosial ekonomi, dan kualitas lingkungan
Faktor lain adalah gender, suku bangsa, pengaruh kelompok teman
sebaya, kualitas sekolah, dan yang pertama dan utama adalah
keyakinan siswa terhadap dirinya sendiri.
2. Tahap Dan Tugas Perkembangan Karier Remaja
Berdasarkan tahap dan tugas perkembangan karier remaja, siswa
SMA termasuk dalam fase perkembangan eksplorasi atau eksploration
dengan rentang usia sekitar 15-24 tahun, dimana siswa mulai
menyempitkan pilihan kariernya dengan menyadari berbagai
aspek-aspek yang harus dipertimbangkan untuk mematangkan kematangan
kariernya. Berkaitan dengan tugas perkembangan karier remaja yang
diajukan oleh Super (Winkel dan Hastuti, 2006:632), adapun tugas
perkembangan pada fase eksplorasi atau eksploration ini adalah:
1) Memiliki kesadaran akan kebutuhan untuk memperoleh kejelasan
minat karier.
2) Mampu memanfaatkan sumber-sumber belajar yang mengarah pada
preferensi karier.
3) Memiliki kesadaran akan adanya banyak faktor dalam pilihan karier
yang harus dipertimbangkan.
4) Memiliki kesadaran akan adanya berbagai kemungkinan yang
mempengaruhi pencapaian tujuan.
5) Memiliki kemampuan mengidentifikasi dan membedakan minat dan
nilai-nilai hidup.
7) Memiliki kemampuan merumuskan kesukaan yang bersifat umum.
8) Tumbuhnya minat terhadap sesuatu yang relatif menetap.
9) Memilki usaha menggali informasi yang relevan dengan karier yang
diminati.
10)Mampu menyusun rencana berkaitan dengan usaha pencapaian
karier yang diminati.
11)Bijaksana dalam menyikapi preferensi karier.
C. Pilihan Jurusan di Perguruan Tinggi
1. Definisi Perguruan Tinggi di Indonesia
Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan formal setelah
pendidikan formal.Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa,
sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Di
Indonesia,perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, sekolah tinggi,
institit atau universitas. Program pendidikan perguruan tinggi dapat
berupa program diploma (D-1, D-2, D-3, D-4), sarjana (S-1), magister
(S-2), spesialis, dan sosial (S-3). Perguruan tinggi dapat dapat
menyelenggarakan program akademik, politeknik, profesi, dan atau
vokasi (kejuruan).
Universitas, institut, dan sekolah tinggi yang memiliki program
sosial berhak memberikan gelar sosial kehormatan (social honoris
causa) kepada setiap individu yang layak memperoleh penghargaan
berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu
atau seni. Sebutan guru besar atau professor hanya digunakan selama
yang bersangkutan masih aktif bekerja sebagai pendidik di perguruan
tinggi.
Pengelolaan dan regulasi perguruan tinggi di Indonesia
dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Rektor Perguruan
Tinggi Negeri merupakan pejabat eselon di bawah Menteri Pendidikan
Nasional. Selain itu, terdapat perguruan tinggi yang dikelola oleh
departemen atau Lembaga Pemerintah Nondepartemen, yang
umumnya merupakan perguruan tinggi kedinasan. Berikut ini
merupakan gambaran umum mengenai instansi pendidikan:
a. Akademi
Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan
program pendidikan professional dalam suatu cabang atau sebagian
cabang ilmu pengetahuan, teknologi, atau kesenian tertentu. Akademi
terdiri atas satu jurusan atau lebih yang menyelenggarakan Program
Diploma-1 (D-1), Program Diploma-2 (D-2), dan atau Program
Diploma-3 (D-3).
b. Politeknik
Politeknik adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan
program pendidikan professional dalam sejumlah bidang
pengetahuan khusus. Politeknik terdiri atas tiga jurusan atau lebih
Diploma-2 (D-2), Program Diploma-3 (D-3), dan atau Program
Diploma-4 (D-4).
c. Sekolah Tinggi
Sekolah tinggi adalah perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan professional dan akademik dalam
lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, atau kesenian
tertentu. Sekolah tinggi terdiri atas dua jurusan atau lebih yang
menyelenggarakan Program Diploma-1 (D-1), Program Diploma-2
2), Program Diploma-3 3), dan atau Program Diploma-4
(D-4).Sekolah tinggi yang memenuhi syarat dapat menyelenggarkan
Program Spesialis-1 (Sp-1), Program Spesialis-2 (Sp-2), Program
Sarjana atau Strata-1 (S-1), Program Magister atau Strata-2 (S-2),
dan Program Doktor atau Strata-3 (S-3).
d. Institut
Institut adalah perguruan tinggi yang di samping
menyelenggarakan pendidikan akademik dapat pula
menyelenggarakan pendidikan profesional dalam sekelompok
disiplin ilmu pengetahuan, teknologi atau kesenian sejenis. Institut
terdiri atas tiga fakultas atau lebih yang menyelenggarakan
Program Sarjana atau Strata-1 (S-1) dan atau Program Diploma
dan masing-masing terdiri atas dua jurusan atau lebih yang
menyelenggarakan satu atau lebih program studi. Institut yang
Strata-2 (S-2), Program Doktor atau Strata-3 (S-3), Program
Spesialis-1 (Sp-1), dan Program Spesialis-2 (Sp-2).
e. Universitas
Universitas adalah perguruan tinggi yang di samping
menyelenggarakan pendidikan akademik dapat pula
menyelenggarakan pendidikan professional dalam sejumlah
disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian tertentu.
Universitas terdiri atas tiga fakultas kelompok IPA dan dua
fakultas kelompok IPS atau lebih menyelenggarakan Program
Sarjana atau Strata-1 (S-1) dan atau Program Diploma dan
masing-masing terdiri atas dua jurusan atau lebih yang menyelenggarakan
satu atau lebih program studi. Universitas yang memenuhi syarat
dapat menyelenggarakan Program Magister atau Strata-2 (S-2),
Program Doktor atau Strata-3 (S-3), Program Spesialis-1 (Sp-1),
dan Program Spesialis-2 (Sp-2).
2. Perguruan Tinggi Negeri, Swasta dan Kedinasan
Selain berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institute dan
universitas, perguruan di Indonesia dikelompokan menjadi tiga bagian,
yaitu Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS),
Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK). Adapun penjelasan dari ketiga
a. Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) adalah satuan pendidikan tinggi
yang diselenggarakan oleh pemerintah, khususnya departemen yang
bertanggung jawab atas pendidikan tinggi. Untuk memasuki
perguruan tinggi negeri, seorang calon mahasiswa diharuskan
memiliki ijazah (Surat Tanda Tamat Belajar) SLTA dan lulus ujian
seleksi masuk perguruan tinggi negeri (SPMB: Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru). Mengingat terbatasnya jumlah perguruan tinggi
negeri di Indonesia, maka tidak setiap orang (lulusan SLTA)
berkesempatan untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi
negeri.
Oleh karena diselenggarakan oleh pemerintah, maka sebagian
dana yang diperlukan untuk melaksanakan pendidikan di perguruan
tinggi negeri juga berasal dari pemerintah yang diambil dari kas sosial
dalam bentuk subsidi. Dengan demikian, biaya pendidikan di
perguruan tinggi negeri yang harus ditanggung masyarakat
(mahasiswa) menjadi relatif lebih murah daripada perguruan tinggi
swasta. Namun hal ini tidak berlaku lagi bagi perguruan tinggi negeri
yang berstatus sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN).
Perguruan tinggi negeri BHMN sudah diperkenankan untuk
mengelola dana pendidikan secara mandiri dan tidak tergantung pada
subsidi pemerintah lagi. Dampaknya, biaya pendidikan menjadi lebih
b.Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) adalah satuan pendidikan
tinggi yang diselenggarakan oleh badan penyelenggara PTS yang
berbentuk yayasan, perkumpulan sosial atau badan wakaf.Perguruan
tinggi swasta memiliki otonomi penuh untuk menyelenggarakan
pendidikan sendiri, tidak secara langsung bergantung pada
pemerintah.
Jumlah perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak.
Perguruan tinggi swasta berperan penting dalam mengakomodasi
permintaan masyarakat terhadap dunia pendidikan tinggi, akibat
terbatasnya jumlah perguruan tinggi negeri yang berkualitas.
c. Perguruan Tinggi Kedinasan (PKT)
Perguruan Tinggi Kedinasan (PKT) adalah satuan pendidikan
tinggi yang diselenggarakan oleh menteri pemimpin Lembaga
Pemerintah Non-Departemen (LPND) PTK juga dapat dikelompokan
menjadi PTK negeri dan PTK swasta.
3. Memilih Jurusan atau Program Studi
Memilih jurusan atau program studi di perguruan tinggi tidak boleh
dilakukan sembarangan dan asal-asalan, sebab kesalahan memilihnya
akan berakibat tidak baik terhadap prestasi dan masa depan yang
diinginkan. Pertimbangan yang digunakan untuk memilih jurusan atau
program studi di Perguruan Tinggi sebenarnya tidak jauh beda dengan
a. Minat dan kemampuan pribadi
b. Prestasi akademik selama di SMA
c. Hasil tes psikologi
d. Kemampuan sosial ekonomi keluarga atau orang tua wali
e. Lokasi, letak, akomodasi ke perguruan tinggi, dan lain-lain.
4. Masalah-masalah Siswa dalam Memilih Jurusan atau Program Studi di Perguruan Tinggi
Pengambilan keputusan untuk melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi harus didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan yang
lebih matang, mengingat masalah yang akan dihadapi akan jauh lebih
besar dan rumit. Salah satu pertimbangan yang perlu diperhitungkan
adalah sudah sejauh mana informasi yang diperoleh untuk memasuki
dunia perguruan tinggi yang diinginkan. Tanpa informasi yang baru dan
komprehensif tentang perguruan tinggi yang akan dimasuki, sulit
menentukan langkah-langkah lebih lanjut yang harus diambil untuk
mewujudkan keputusan tersebut. Ada lima masalah yang sering dialami
siswa SMA ketika ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi
(Winkel dan Hastuti, 2013):
a. Siswa masih mengalami kebingungan di kelas XI menjelang
mengambil keputusan pilihan program studi di kelas XII dan di kelas
XII menjelang pemilihan program studi lanjutan.
b. Terdapat indikasi bahwa pilihan program studi pada akhir kelas XI
yang selaras di perguruan tinggi dan mengenai jabatan/ pekerjaan
yang dibayangkan.
c. Tampak beberapa gejala banyak siswa terpengaruh oleh cara berpikir
konsumtif, dalam arti ingin memiliki produknya tetapi kurang
menaruh perhatian pada proses yang harus dilalui untuk memperoleh
produk itu.
d. Cara berpikir siswa yang menuntut supaya tawaran program studi di
perguruan tinggi disesuaikan dengan keinginannya, daripada siswa
menyesuaikan diri dengan tuntutan menimbah ilmu dan berani
menghadai tantangan.
e. Tampak variasi besar dalam taraf kematangan karier di antara
siswa-siswa, dari yang siap untuk mengambil keputusan yang cukup
mengikat tentang masa depannya, sampai yang masih belum jelas
tentang nilai-nilai kehidupan yang dianutnya dan cita-cita masa depan
yang ingin dikejarnya.
D. Bimbingan Karier di SMA
1. Pengertian Bimbingan Karier
Bimbingan karier (Thayeb Manrihu, 1992) adalah suatu proses
bantuan, layanan, dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja) agar
individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya,
dan mengenal dunia kerja, merencanakan masa depannya dengan bentuk
kehidupan yang diharapkannya untuk menentukan pilihannya dan
paling tepat, sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan
persyaratan-persyaratan dan tuntutan pekerjaan/ karier yang dipilihnya.
2. Tujuan Bimbingan Karier
Penekanan-penekanan utama dalam aktifitas-aktivitas bimbingan
karier untuk berbagai individu haruslah didasarkan pada intensitas
perencanaan, kesiapan berpartisipasi dalam kehidupan sebagai pribadi
yang independen, dan keterarahan individu-individu kepada tujuan.
Dalam hubungan dengan itu, secara umum (Thayeb Manrihu, 1992)
merekomendasikan tujuan-tujuan untuk aktivitas-aktivitas bimbingan
karier di sekolah menengah sebagai berikut:
a. Siswa mengembangkan kesadaran akan perlunya implementasi yang
lebih khusus dari tujuan-tujuan karier.
b. Siswa mengembangkan rencana-rencana yang lebih khusus guna
mengimplementasikan tujuan-tujuan karier.
c. Siswa melaksanakan rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat
guna memasuki pekerjaan-pekerjaan dengan mengambil mata
pelajaran di tingkat sekolah lanjutan, dengan latihan dalam jabatan,
atau dengan mengejar latihan lebih lanjut diperguruan tinggi atau
pendidikan pasca sekolah lanjutan yang mengantar kepada
kualifikasi-kualifikasi untuk suatu okupasi khusus.
Ada juga tujuan bimbingan karir di SMA. Herr (Thayeb
Manrihu, 1992), mengemukakan tujuan-tujuan bimbingan karier di
a. Menunjukan hubungan antara hasil belajar, nilai-nilai,
preferensi-preferensi, aspirasi-aspirasi pendidikan, dan preferensi-preferensi
kariernya.
b. Menganalisis kompetensi pribadi dalam keterampilan-keterampilan
yang diperlukan untuk preferensi-preferensi karier dan
mengembangkan rencana-rencana untuk memperkuat
keterempilan-keterampilan tersebut.
c. Memegang tanggung jawab dalam perencanaan karier dan
konsekuensi-konsekuensinya.
d. Siap untuk memenuhi syarat memasuki pekerjaan-pekerjaan dengan
mengambil mata pelajaran yang sesuai dengan pendidikan
kooperatif atau dengan latihan dalam jabatan.
e. Siap untuk memenuhi syarat bagi pendidikan pasca sekolah lanjutan
dengan mengambil mata pelajaran yang diperlukan oleh tipe
program dan lembaga yang diinginkan (perguruan tinggi,
perdagangan atau perusahan).
f. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang
berhubungan dengan kehidupan sebagai konsumen.
g. Mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berhubungan
dengan penggunaan efektif waktu luang.
h. Secara sistematis mengetes realitas preferensi-preferensi karier dan
menghubungkannya dengan hasil belajar setiap mata pelajaran,
i. Mengidentifikasi alternatif cara-cara mencapai tujuan pendidikan
atau okupasional yang diinginkan jika pilihan-pilihan yang disukai
tidak tersedia.
j. Menggambarkan bentuk-bentuk utama meneruskan pendidikan
sesudah sekolah lanjutan (misalnya: magang, latihan dalam jabatan,
kursus korespondensi, sekolah militer, perguruan tinggi), dan
mencatat yang paling berhubungan dengan preferensi-preferensi
karier.
k. Mengidentifikasi langkah-langkah yang diperlukan untuk masuk
sesudah sekolah lanjutan.
l. Membuat estimasi-estimasi akurat tentang sifat-sifat pribadi,
prestasi-prestasi dan mengemukakan hal-hal secara efektif sebagai
rangkuman wawancara okupasional atau pendidikan.
m. Mengembangkan rencana-rencana khusus untuk
mengimplementasikan tujuan karier
n. Melaksanakan rencana karier.
3. Masalah dalam Bimbingan Karier
Banyak siswa beranggapan bahwa bimbingan karier tidak
berguna karena tidak menghasilkan nilai dalam buku rapor. Anggapan
yang demikian dapat menimbulkan rasa malas untuk mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, sampai ada yang memboikot,
misalnya dengan membawa pekerjaan lain atau mengisi waktu
semakin terasa bila bimbingan karier tidak terjadwalkan sebagai jam
pertemuan rutin dan hanya diberikan secara acak pada jam-jam yang
kebetulan kosong. Kesulitan ini diperbesar lagi seandainya ada
guru-guru yang melontarkan kritik negatif tentang bimbingan karier
dihadapan siswa. Tantangan yang dihadapi oleh guru BK di sekolah
ialah menyadarkan siswa bahwa ada kegiatan di sekolah yang dapat
berguna bagi masa depannya tanpa mendapat imbalan dalam bentuk
niai rapor, memperoleh dukungan dari pemimpin sekolah dan staf guru,
serta merencanakan rangkaian kegiatan yang menarik dan mengandung
variasi. Namun seandainya bimbingan karier di kelas tidak berjalan
sebagaimana diharapkan, kesalahannya tidak dapat begitu saja
ditimpakan pada tenaga bimbingan. Barangkali suasana di sekolah,
tidak terjadwalkan jam pertemuan untuk bimbingan karier, dan sikap
negatif yang terlanjur dimiliki oleh para siswa, menimbulkan
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, teknik dan instrumen
pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, dan
digunakan untuk meneliti populasi tertentu, mengumpulkan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik
(Sugiyono, 2013: 8). Data yang dihasilkan dari penelitian tersebut berupa
angka (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur secara cermat terhadap
fenomena sosial mengenai Kematangan Karier pada Siswa Kelas XII SMA
Katolik Lamaholot Witihama Tahun Ajaran 2016/2017 dalam Memasuki
Dunia Perguruan Tinggi dan Implikasinya pada Usulan Topik-topik
Bimbingan Karier.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Katolik Lamaholot Witihama,
Kecamatan Adonara Timur, Kab. Flores Timur. Waktu yang peneliti gunakan
untuk menyusun instrumen penelitian sampai pada penyebaran angket pada
bulan Februari- Juli akhir. Pengumpulan data dilaksanakan pada hari Jumad,
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Katolik Lamaholot
Witihama tahun ajaran 2016/2017. Dalam penelitian ini, subjek yang dipilih
untuk diteliti adalah siswa kelas XII, karena pada masa tersebut merupakan
masa peralihan dari remaja awal ke remaja akhir atau dewasa awal. Selain itu,
subjek penelitian tersebut juga merupakan hasil pertimbangan antara peneliti
bersama pihak sekolah dimana siswa-siswa kelas XII SMA Katolik Lamaholot
Witihama banyak mengalami persoalan seperti kebingungan, kurang motivasi
dan kurang informasi terkait perguruan tinggi dalam melakukan serta memilih
suatu keputusan ketika ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi (kuliah).
Menurut Sugiyono (2013:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan 3 kelas, yaitu
kelas XII IPA, XII Bahasa, dan kelas XII IPS. Semua anggota populasi
penelitian dijadikan sebagai subjek penelitian. Oleh karena itu penelitian ini
termasuk penelitian populasi. Jumlah populasi siswa kelas XII SMA Katolik
Lamaholot Witihama tahun ajaran 2016/2017 adalah sebanyak 65 siswa yang
terdiri dari 3 kelas seperti yang disajikan dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
No Kelas Jumlah
1 XII IPA 19
2 XII Bahasa 23
3 XII IPS 23
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner atau angket kematangan karier. Kuesioner/ angket
kematangan karier yang dibagikan kepada seluruh siswa kelas XII
SMA Katolik Lamaholot Witihama tersebut disusun sendiri oleh
peneliti dengan dibantu oleh dosen pembimbing. Kuesioner yang
dipakai dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melihat atau
mengungkap bagaimana kematangan karier siswa kelas XII SMA
Katolik Lamaholot Witihama dengan rentang usia berkisar 18–21
tahun. Kuesioner/angket ini dibuat berdasarkan aspek-aspek
kematangan karier siswa SMA.
Kuesioner yang disusun oleh peneliti mengacu pada
prinsip-prinsipskala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial (Sugiyono, 2012:134). Pernyataan yang terdapat
dalam kuesioner kematangan karier ini terdiri dari pernyataan positif
atau favourable dan pernyataan negatif atau unfavourable. Pernyataan
positif atau favourable merupakan konsep keperilakuan yang sesuai
atau mendukung atribut/ variabel yang diukur. Sedangkan pernyataan
negatif atau unfavourable yaitu konsep keperilakuan yang tidak
2. Kisi-kisi Kuesioner
Kisi-kisi item kuesioner Kematangan Karier disusun berdasarkan
aspek-aspek kematangan karier siswa SMA. Kuesioner ini memuat 55
butir item pernyataan; terdapat item pernyataan positif dan pernyataan
negatif .Kisi-kisi kuesioner disajikan dalam tabel 3.2 dan lampiran 1.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Kuesioner Kematangan Karier
Aspek Indikator Nomor item Juml
ah
(+) (-)
Kemandirian Karier
1. Memiliki kepercayaan diri atas pilihan jurusan di perguruan tinggi.
2. Memilih pilihan jurusan di perguruan tinggi dengan penuh rasa tanggungjawab.
1, 7 6, 19 4
Perencanaan Karier
1. Memiliki kesadaran akan adanya
hubungan antara hari ini dan masa depan. 2. Memiliki kesadaran akan berbagai
kebutuhan yang ingin dipenuhi dalam pemilihan
3. Membuat perencanaan jurusan studi lanjut yang sesuai dengan jurusan di SMA. 4. Melakukan berbagai langkah/cara untuk
mewujudkan pilihan jurusan studi lanjut yang sesuai dengan jurusan di SMA. 5. Memiliki kesadaran akan segala
kemungkinan yang mempengaruhi pemilihan jurusan studi lanjut yang sesuai dengan jurusan di SMA.
2, 24, 3,
berbagai sumber informasi yang terpercaya
54, 38, 4,
1. Memiliki kesadaran akan adanya berbagai macam alternatif pilihan jurusan studi lanjut yang sesuai dengan jurusan di SMA 2. Memiliki kesadaran akan adanya banyak
faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan jurusan studi lanjut yang sesuai dengan jurusan di SMA .
3. Mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi minat dan nilai-nilai kehidupan.
4. Memantapkan pilihan jurusan studi lanjut yang sesuai dengan jurusan di SMA.
5, 47, 26,
1. Mengetahui berbagai alternatif pilihan jurusan studi lanjut yang sesuai dengan jurusan di SMA.
Realististisnya Pemilihan Karier
1. Menyadari keterbatasan kemampuan dan karakteristik kepribadian.
2. Mengidentifikasi langkah-langkah atau cara perbaikan untuk meminimalisir keterbatasan diri.
3. Mengidentifikasi kembali berbagai peluang atau kesempatan memasuki jurusanstudilanjut yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan diri.
23, 41, 35, 43, 36, 28
17, 22 8
Total 28 27 55
3. Pemberian Skor
Instrumen penelitian ini menyediakan empat alternatif jawaban.
Jawaban dimaksud yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai
(TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Responden/ siswa SMA tersebut
diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang terdapat pada
kuesioner Kematangan Karier dengan memilih salah satu alternatif
jawaban dengan cara memberi tanda (√) pada lembar jawab yang
telah disediakan.
Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden
pada masing-masing item. Pada penjumlahan masing-masing item
kuesioner penelitian dapat diketahui tingkat Kematangan Karier pada
subjek penelitian ini.Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh,
maka semakin tinggi pula tingkat Kematangan Karier siswa SMA
Katolik Lamaholot Witihama. Norma skoring yang dikenakan sebagai
Tabel 3.3
Norma Skoring Kuesioner Kematangan Karier
Alternatif jawaban Skor
Favourable
Skor
Unfavourable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS)
1 4
E.Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji coba kuesioner dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2017,
08.00-09.30 WIB. Uji coba kuesioner ini melibatkan 29 siswa kelas XII IPS 1
SMA Katolik Lamaholot. Jumlah kuesioner yang dibagikan 29 ekslempar
dan kembali semua. Kuesioner ini diuji coba dengan maksud membuat
kuesioner valid dan reliabel.
1. Validitas
Validitas adalah taraf sampai dimana suatu alat tes mampu
mengukur apa yang seharusnya di ukur (Masidjo, 1995:242).
Validitas suatu alat ukur dalam suatu penelitian sangat diperlukan,
karena melalui pengujian validitas, dapat diketahui sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya (Azwar, 2007). Suatu instrumen pengukur dapat dikatakan
mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan
fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
maksud atau tujuan dilakukannya pengukuran tersebut. Alat ukur
angka yang dihasilkannya dapat di percaya sebagai angka yang
“sebenarnya” atau angka yang mendekati keadaan sebenarnya
(Azwar, 2007).
Validitas yang diuji untuk instrumen penelitian yang peneliti pakai
ialah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi
lewat pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional dengan
cara professional judgment (Azwar, 2007). Dalam penelitian ini,
instrumen penelitian dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan
diukur dan selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
Untuk menguji validitas instrumen secara empirik dilakukan
perhitungan statistik dengan menggunakan rumus kolerasi Product-
Moment dari pearson. Adapun perhitungan rumus Product-Moment
adalah sebagai berikut:
√
Keterangan:
: Kolerasi skor-skor total kuesioner dan total butir-butir.
: Jumlah subjek
: Skor sub total kuesioner
: Skor total butir-butir kuesioner
: Hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program IBM
patokan r ≥ 0,30. Jika koefisien kolerasinya > 0,30 maka item yang
bersangkutan dinyatakan “Valid”. Jika koefisien kolerasinya < 0,30
maka item yang bersangkutan dinyatakan “Tidak Valid”. Hasil uji
coba kuesioner kematangan karier siswa disajikan dalam tabel 3.4 dan
pada lampiran 2.
Tabel 3.4
Rekapitulasi Hasil Kuesioner Kematangan Karier
No Aspek Nomor
lengkap diwakili setiap indikatornya. Oleh karena itu, 45 butir soal yang
valid ini langsung digunakan untuk pengolahan data selanjutnya.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran (Azwar,
2007). Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu
memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai reliabel (Azwar,
2007:176). Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini
menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α) adalah sebagai
berikut:
α ꞊ 2[1-
Keterangan rumus:
² dan ² : Varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2
² : Varians skor skala
Koefisien reliabilitas berada pada rentang angka 0 sampai dengan 1,00.
Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati 1,00 menandakan semakin
reliabelnya instrumen yang digunakan. Untuk memperoleh hasil
perhitungan koefisien reliabilitas yang akurat, peneliti menggunakan
komputer dengan bantuan program IBM SPSS Statistik 22 menghasilkan
angka 0,933. Dengan hasil yang demikian, alat ukur yang digunakan
termasuk reliabel. Hasil perhitungan taraf reliabilitas penelitian dapat