• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Optimasi Pemesinan Pada Mesin Bor Breda Tipe R-35 Dengan Menggunakan Algoritma Genetika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Optimasi Pemesinan Pada Mesin Bor Breda Tipe R-35 Dengan Menggunakan Algoritma Genetika"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA OPTIMASI PEMESINAN PADA MESIN BOR

BREDA TIPE R-35 DENGAN MENGGUNAKAN

ALGORITMA GENETIKA

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

GIO SAPUTRA

NIM. 080401021

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran ALLAH SWT karena atas rahmat

dan karunia-Nya lah penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“ANALISA OPTIMASI PEMESINAN PADA MESIN BOR BREDA TIPE R-35 DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan

Strata-1 (SStrata-1) pada Departemen Teknik Mesin Sub Bidang Konversi Energi, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang dihadapi

penulis, namun berkat dorongan, semangat, doa dan bantuan baik materiil, moril,

maupun spirit dari berbagai pihak akhirnya kesulitan itu dapat teratasi. Untuk itu

sebagai manusia yang harus tahu berterima kasih, degan penuh ketulusan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Alfian Hamsi, M.Sc selaku dosen pembimbing, yang dengan penuh

kesabaran telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ing. Ir Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik Mesin

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. M. Syahril Gultom MT. Selaku Sekretaris Departemen Teknik Mesin

Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua penulis, Marius dan Fatimah Darlis yang tidak pernah

purus-putusnya memberikan dukungan, doa serta kasih sayangnya yang tak terhingga

kepada penulis.

5. Kakak Wira Deswita dan Abang Meliadi yang selalu menasehati untuk cepat

menyelesaikan skripsinya.

6. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin yang telah

membimbing serta membantu segala keperluan penulis selama penulis kuliah.

7. Bapak Ir. Andianto Pintoro selaku dosen wali.

8. Rekan-rekan satu tim kerja, Ficky Hamdani, Ramadhan, Robby dan Rudi yang

(11)

9. Teman-Teman lain yaitu, Ikram, Syahrul Ramadhan, , Daniansyah, Ismail Husin

Tanjung, Aldiansyah Leo, Fahrul Rozzy, Felix Asade, Parulian Siahaan,

Ferdinan Lubis, Joshua Surbakti, Daniel Ortega panjaitan, Indra Gunawan

Purba, Fransiscus Sitompul, rekan-rekan mahasiswa 2008 yang tidak mungkin

disebutkan satu-persatu, para abang senior dan adik-adik junior semua yang

telah mendukung dan memberi semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekeliruan dalam

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis akan sangat berterima kasih dan dengan

senang hati menerima saran dan kritik yang membangun demi tercapainya tulisan

yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberi

manfaat kepada pembaca. Terima kasih.

Medan, Mei 2013

(12)

ABSTRAK

Algoritma Genetika merupakan suatu algoritma yang terinspirasi dari teori

evolusi Darwin dimana dinyatakan bahwa kelangsungan hidup suatu makhluk

dipengaruhi aturan bahwa yang kuat adalah yang menang. Algoritma genetika

didasarkan pada proses seleksi gen, perkawinan silang dan mutasi. Salah satu

masalah yang dapat diselesaikan dengan algoritma genetika adalah persoalan

optimasi. Optimasi algoritma genetika dilakukan dengan mencari variabel untuk

spesiman ST-37 dan mata bor HSS dengan kecepatan potong (V) dari 30 m/min

sampai 50 m/min, diameter(d) dari mata bor adalah 5,5 mm sampai 8,5 mm,

kemudian menurunkan rumus waktu pemesinan (tc) sebagai fungsi optimasi.

Variabel yang telah ditetapkan selanjutnya akan melakukan evolusi seperti seleksi,

crossover dan mutasi. Individu terbaik dapat dilihat dari nilai fitness terbesar karena

fungsi optimasi yang digunakan adalah waktu pemesinan (tc) maka dipilih

pengerjaan dengan waktu paling singkat, sehingga didapat hasil optimasi pemesinan

Putaran poros utama (n) 1251rev/min, Gerak makan (f) 0,194 mm/rev, Kecepatan

potong (v) 48,532 m/min, Waktu pemotongan (tc) 0,00440 min, Kecepatan

penghasilan geram (z) 14,5 cm3/min.

(13)

ABSTRACT

Genetic Algorithm is an algorithm inspired by Darwin's evolutionary theory

which stated that influenced the survival of a creature that the strong rule is a win.

Genetic algorithms are based on the process of gene selection, crossover and

mutation. One problem that can be solved by genetic algorithm is the optimation

problem. Genetic algorithm optimization is performed to find variables to spesiman

ST-37 and HSS twist drill with cutting speed (V) of 30 m / min to 50 m / min,

diameter twist drill(d) 5,5 mm to 8,5 mm and reduce machining time formula (tc) as

a function of optimization. Predefined variables will further evolution such as

selection, crossover and mutation. Individuals can best be seen from the bigest

fitness value is used as the optimization function is machining time (tc) then selected

work with most short time, so we got the result optimization main shaft rotation

machining (n) 1251rev / min, deep feed (f) 0,194 mm/rev, 0,194 mm/rev cutting

speed (v) 48,532 m / min, , the cutting time (tc) 0,00440 min, Material Removal Rate

(z) 14,5 cm3/min.

(14)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SIMBOL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Manajemen Pemeliharaan Pemesinan ... 5

2.1.1 Sistem Pemeliharaan Mesin ... 5

2.1.2 Strategi Pemeliharaan... 9

2.2 Algoritma Genetika ... 12

2.2.1 Sejarah ... 12

2.2.2 Pemasalahan yang Membutuhkan Algoritma Genetika ... 13

2.2.3Aplikasi Algoritma Genetika ... 14

2.3 Prosedur Algoritma Genetika... 16

2.3.1 Pengertian Individu ... 17

2.3.2 Teknik Penyandian (Pengkodean)... 19

(15)

2.3.5 Seleksi Orang Tua ... 23

2.3.6 Rekombinasi ... 27

2.3.7 Crossover... 29

2.3.8 Mutasi ... 33

2.3.9 Elitism... 35

2.3.10 Evaluasi Tingkat Keseragaman Unsur Kromosom ... 35

2.4 Mesin Bor... 37

2.4.1 Definisi Dan Fungsi Mesin Bor... 37

2.4.2 Jenis-Jenis Mesin Bor... 38

2.4.3 Bagian-Bagian Mesin Bor ... 39

2.4.4 Mata bor (Twist Drill) dan Geometri Mata Bor ... 40

2.4.5 Pengerjaan yang berhubungan dengan proses gurdi ... 45

2.4.6 Pencekaman Mata bor dan benda kerja ... 46

2.4.7 Parameter proses Gurdi ... 47

2.5 Algoritma Genetika Dalam MATLAB ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 53

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 53

3.2 Peralatan Pengujian ... 53

3.3 Bahan Pengujian ... 58

3.4 Experimental Set-Up ... 59

3.4.1 Model Optimasi ... 59

3.4.2 Parameter yang Digunakan ... 59

3.5 Prosedur Pengujian ... 62

BAB IV ANALISA DATA ... 64

4.1 Algoritma Genetika Manual ... 64

4.1.1 Fungsi Optimasi ... 64

4.1.2 Membangkitkan Populasi Awal ... 66

4.1.3 Seleksi ... 68

4.1.4 Crossover... 74

(16)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 85

5.1 Kesimpulan ... 85

5.2 Saran ... 85

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor penentu keberhasilan pemeliharaan menurut Paul (1989) ... 10

Tabel 2.2 SkemaBinary Encoding... 20

Tabel 2.3 Ukuran tirus ... 39

Tabel 2.4 Geometri mata bor (twist drill) yang disarankan... 41

Tabel 4.1 Populasi acak awal ... 67

Tabel 4.2 Fitness Relatif(Pk)... 69

Tabel 4.3 Finess kumulatif(qk)... 71

Tabel 4.4 Bilang acak untuk seleksi(r) ... 72

Tabel 4.5 Kromosom baru hasil seleksi ... 73

Tabel 4.6 Kromosom-kromosom yang akan dicrossover... 75

Tabel 4.7 Kromosom setelah dilakukan crossover ... 76

Tabel 4.8 Kromosom dan posisinya yang terkena mutasi ... 78

Tabel 4.9 Kromosom setelah dilakukan mutasi ... 79

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis manajemen pemeliharaan ... 6

Gambar 2.2 Kerangka berpikir sistem pemeliharaan ... 12

Gambar 2.3 Siklus algoritma genetika ... 16

Gambar 2.4 Ilustrasi representasi penyelesaian permasalahan dalam Algoritma genetika ... 18

Gambar 2.5 Kemungkinan jalur dalam TSP dan representasi dalam individu... 19

Gambar 2.6 Ilustrasi seleksi dengan mesin roulette ... 25

Gambar 2.7 Proses Cross-over ... 33

Gambar 2.8 Proses Mutasi... 34

Gambar 2.9 Mesin bor ... 37

Gambar 2.10 Nama-nama bagian mata bor dengan sarung tirusnya ... 40

Gambar 2.11 Mata bor khusus untuk pengerjaan ... 42

Gambar 2.12 Bor senter (center drill) ... 45

Gambar 2.13 Proses kelanjutan setelah dibuat lubang ... 46

Gambar 2.14 Cekam mata bor rahang tiga dengan kapasitas maksimal mata bor 13 mm ... 46

Gambar 2.15 Bagian-bagian Cekam Bor... 47

Gambar 2.16 Parameter mesin bor ... 47

Gambar 2.17 Optimtool... 49

(19)

Gambar 2.20Solver tool... 50

Gambar 2.21Start Tool... 51

Gambar 3.1NotebookACERaspire4736G ... 53

Gambar 3.2 Mesin Bor Breda R35 ... 54

Gambar 3.3 Mata borhigh speed steelHSS... 56

Gambar 3.4 Kuncichuck ... 57

Gambar 3.5Stopwatch... 57

Gambar 3.6 Jangka sorong ... 58

Gambar 3.7 Baja ST 37 ... 58

Gambar 3.8 Flow chart dari metodologi penelitian... 63

(20)

DAFTAR SIMBOL

Simbol Arti Satuan

Kedalaman pemotongan

Diameter rata–rata spesimen Diameter awal specimen

Diameter akhir specimen

Gerak makan

F Fitnesstotal

-K Kromosom

-n Putaran poros utama Rev/min

Panjang pemesinan

Probabilitascrossover

-Probabilitas seleksi

-Probabilitas mutasi

-Batas atas

-Batas bawah

-ST-37 Baja karbon rendah

-Waktu pemesinan

Kecepatan potong

Kecepatan makan

Variabel pertama

-Variabel kedua

-Y(x) Persamaan optimasi

-Z Kecepatan penghasilan geram

Huruf Yunani

Simbol Arti Satuan

(21)

-ABSTRAK

Algoritma Genetika merupakan suatu algoritma yang terinspirasi dari teori

evolusi Darwin dimana dinyatakan bahwa kelangsungan hidup suatu makhluk

dipengaruhi aturan bahwa yang kuat adalah yang menang. Algoritma genetika

didasarkan pada proses seleksi gen, perkawinan silang dan mutasi. Salah satu

masalah yang dapat diselesaikan dengan algoritma genetika adalah persoalan

optimasi. Optimasi algoritma genetika dilakukan dengan mencari variabel untuk

spesiman ST-37 dan mata bor HSS dengan kecepatan potong (V) dari 30 m/min

sampai 50 m/min, diameter(d) dari mata bor adalah 5,5 mm sampai 8,5 mm,

kemudian menurunkan rumus waktu pemesinan (tc) sebagai fungsi optimasi.

Variabel yang telah ditetapkan selanjutnya akan melakukan evolusi seperti seleksi,

crossover dan mutasi. Individu terbaik dapat dilihat dari nilai fitness terbesar karena

fungsi optimasi yang digunakan adalah waktu pemesinan (tc) maka dipilih

pengerjaan dengan waktu paling singkat, sehingga didapat hasil optimasi pemesinan

Putaran poros utama (n) 1251rev/min, Gerak makan (f) 0,194 mm/rev, Kecepatan

potong (v) 48,532 m/min, Waktu pemotongan (tc) 0,00440 min, Kecepatan

penghasilan geram (z) 14,5 cm3/min.

(22)

ABSTRACT

Genetic Algorithm is an algorithm inspired by Darwin's evolutionary theory

which stated that influenced the survival of a creature that the strong rule is a win.

Genetic algorithms are based on the process of gene selection, crossover and

mutation. One problem that can be solved by genetic algorithm is the optimation

problem. Genetic algorithm optimization is performed to find variables to spesiman

ST-37 and HSS twist drill with cutting speed (V) of 30 m / min to 50 m / min,

diameter twist drill(d) 5,5 mm to 8,5 mm and reduce machining time formula (tc) as

a function of optimization. Predefined variables will further evolution such as

selection, crossover and mutation. Individuals can best be seen from the bigest

fitness value is used as the optimization function is machining time (tc) then selected

work with most short time, so we got the result optimization main shaft rotation

machining (n) 1251rev / min, deep feed (f) 0,194 mm/rev, 0,194 mm/rev cutting

speed (v) 48,532 m / min, , the cutting time (tc) 0,00440 min, Material Removal Rate

(z) 14,5 cm3/min.

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Algoritma Genetika adalah salah satu pendekatan untuk menentukan

global optimum yang didasari oleh Teori Darwin. Secara garis besar langkah

dalam prosedur ini dimulai dengan menetapkan suatu set solusi potensial dan

melakukan perubahan dengan beberapa iterasi dengan algoritma genetika untuk

mencapai solusi terbaik. Set solusi potensial ini ditetapkan diawal dan disebut

dengan kromosom. Kromosom ini dibentuk secara random berupa susunan angka

binary yang di-generate dan dipilih. Keseluruhan set dari kromosom yang

diobservasi mewakili suatu populasi.

Kemudian, kromosom-kromosom tersebut akan berevolusi dalam beberapa

tahap iterasi yang disebut dengan generasi. Generasi baru (offsprings) di-generate

dengan teknik kawin silang (crossover) dan mutasi (mutation).Cross over meliputi

pemecahan (splitting) dua kromosom dan kemudian mengkombinasikan setengah

bagian dari masing-masing kromosom dengan pasangan-pasangan lainnya.

Sedangkan mutasi meliputi penggantian (flipping)satu bit (bagian) dari kromosom

dengan satu bagian lain dari kromosom lain yang menjadi pasangannya.

Kromosom-kromosom ini selanjutnya berevolusi dengan suatu kriteria kesesuaian

(fitness) yang ditetapkan dan hasil terbaik akan dipilih sementara yang lainnya

diabaikan.

Selanjutnya, proses dilakukan berulang-ulang sampai dengan suatu

(24)

solusi terbaik dari permasalahan. Permasalahan di ambil dari parameter-parameter

dari proses drilling meliputi diameter mata bor dan kecepatan poros utama.

Dalam aplikasinya kedua parameter tersebut saling bergantung satu terhadap yang

lain dalam mempengaruhi kecepatan permesinan. Dengan menggunakan

algoritma genetika dapat dicari parameter optimal untuk mendapatkan kualitas

pemesinan terbaik.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut

1. Dapat menggunakan algoritma genetika untuk mencari parameter terbaik dari

variabel pemesinan diameter mata bor (d), kecepatan putaran (n), waktu

pemotongan (tc), dan kecepatan pengasilan geram (Z).

2. Dapat menjalankan algoritma genetika dengan bantuanSoftwarematlab.

3. Mengetahui metode algoritma genetika yang digunakan.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah

1. Fokus utama penelitian adalah penggunaan Algoritma Genetika untuk

optimasi pemesinan pada mesin bor (drilling).

2. Mesin bor (drilling) yang digunakan adalah mesinbor (drilling) jenis radial

(25)

3. Parameter pemesinan dioptimasi dengan parameter waktu (tc) sebagai

parameter utama

4. Data eksperimental pemesinan yang digunakan telah tersedia sebelumnya.

5. Perancangan dan analisis sistem yang dibuat menggunakan program bantu

softwareMATLAB ver. R2011b

6. Spesimen yang digunakan adalah plat baja ST-37.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut

1. Bagi peneliti, dapat menerapkan apa yang dipelajari di buku dengan

melakukan langsung proses optimasi parameter pemesinan dengan

menggunakan algoritma genetika.

2. Bagi universitas, dapat menambah pengetahuan tentang hasil penelitian yang

telah dilakukan, guna referensi penelitian selanjutnya.

3. Bagi industri manufaktur, dapat meningkatkan keoptimalan proses produksi

khususnya dibagian pemesinan produk, sehingga dapat menghemat waktu

dalam pemesinan suatu produk.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut:

(26)

Bab ini menjelaskan pendahuluan tentang studi kasus dan pemecahan masalah

yang berisi antara lain : latar belakang,batasan masalah, tujuan penelitan, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan tinjauan pustaka, diantaranya mengenai teori yang berhubungan

dengan penelitian, yaitu teori dasar algoritma genetik, prosedur pelaksanaan

algoritma genetik, teori dasar pemesinan pada mesin bubut, dan parameter proses

pemesinan mesin bor.

Bab III Metodologi

Bab ini berisi tata cara penelitian yang akan dilakukan, dimulai dari peralatan,

bahan, dan optimasi pemesinan mesin bor (drilling) dengan menggunakan

algoritma genetik.

Bab IV Analisa Data

Bab ini berisi hasil analisis penggunaan algoritma genetik untuk optimasi

pemesinan pada mesin bor (drilling).

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari analisa berdasarkan tujuan skripsi dan saran untuk

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Pemeliharaan Pemesinan

Dalam ilmu Manajemen Pemeliharaan, salah satu yang harus di perhatikan

adalah di bidang Workshop, dimana terdapat berbagai macam mesin produksi.

Mesin-mesin Produksi ini setiap waktu harus di tingkatkan peformanya dengan

pemeliharaan.

Upaya mengoptimalkan pemeliharaan telah banyak dilakukan,

kesemuanya bertujuan untuk menjaga keandalan (reliability) dan ketersediaan

(availability) sistem.Oleh sebab itu saat ini teknik pemeliharaan pabrik lebih

banyak dikonsentrasikan pada pemeliharaan pencegahan (preventive)untuk

menghindari kerusakan yang lebih serius. Jika tindakan pemeliharaan terhadap

suatu plant menggunakan prinsip minimal maintenance approach, dan

dikombinasikan dengan manajemen pemeliharaan yang terabaikan, maka hal ini

akan memperpendek masa berguna (useful life) dariplant, dan mungkin juga akan

menambah biaya lainnya seperti biaya kerusakan (downtime cost) dan berbagai

denda yang timbul akibat dampak yang ditimbulkan oleh kerusakan

sistem(Sumber: repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/).

2.1.1 Sistem Pemeliharaan Mesin

Tanpa adanya sistem pemeliharaan mesin yang baik, proses produksi pada

(28)

didalam pabrik itu juga akan menjadi kacau. Proses yang terganggu itu misalnya,

bahan baku yang tertimbun di gudang penyimpanan, akibatnya proses pengiriman

bahan baku baru menjadi terhambat karena gudang masih penuh. Kemudian

pengiriman produk jadi juga akan terlambat. Bila produk pabrik merupakan bahan

baku yang harus diproses lagi di pabrik lain, tenntunya proses produksi pabrik lain

itu juga akan terhambat[1]

SISTEM PEMELIHARAAN

Gambar 2.1 Jenis manajemen pemeliharaan

Jadi sangat penting untuk memiliki tim yang khusus menangani sistem

pemeliharaan mesin dengan baik. Menurut Dhilon (2002), fungsi-fungsi dari

departemen pemeliharaan dan organisasi:

1. Perencanaan dan perbaikan peralatan/fasilitas pada standar-standar yang

(29)

2. Pelaksanakan pemeliharaan preventif, khususnya pengembangan dan

penerapan program kerja yang terjadwal untuk tujuan menjaga

peralatan/fasilitas beroperasi secara memuaskan.

3. Persiapkan anggaran biaya yang realistis terhadap personil pemeliharaan dan

kebtuhan material.

4. Pengaturan logistik untuk menjamin ketersediaan komponen/material

yangdiperlukan untuk tugas-tugas pemeliharaan.

5. Pemeliharaan pencatatan peralatan, servis dan lain -lain.

6. Pengembangan pendekatan-pendekatan yang efektif untuk memonitor

kegiatan-kegiatan staf pemeliharaan.

7. Pengembangan teknik-teknik yang efektif untuk mengontrol tenaga operasi,

tingkat manajer, dan kelompok-kelompok lainnya yang sadar akan aktifitas

pemeliharaan.

8. Pelatihan terhadap staf pemeliharaan dan karyawan lainnya untuk

meningkatkan keterampilan mereka dan kinerja yang efektif.

9. Peninjauan ulang rencana-rencana terhadap fasilitas, instalasi dan peralatan

baru.

10. Penerapan metoda-metoda untuk meningkatkan keamanan/keselamatan

ditempat kerja dan pengembangan pendidikan keamanan/keselamatan yang

berhubungan dengan program-program staf pemeliharaan.

Secara umum, ada beberapa sistem pemeliharaan mesin di dunia industri

(30)

1. Sistem pemeliharaan sesudah rusak (Breakdown Maintenance)

Sistem ini dilakukan tepat setelah ada mesin yang rusak.Perbaikan hanya

dilakukan pada keadaan yang benar-benar perlu saja.Tujuannya adalah untuk

mendapatkan penghematan waktu dan biaya. Kelemahan sistem ini adalah,

kerusakan mesin akan terjadi berkali-kali dan frekuensi kerusakan hamper sama

setiap tahunnya. Artinya, ada beberapa mesin yang paling sering diperbaiki, yang

tentunya akan menyebabkan umur mesin tersebut semakin pendek setiap kali

perbaikan dilakukan. Sebaiknya disediakan mesin cadangan untuk mencegah

hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Sistem pemeliharaan rutin (Preventive Maintenance)

Sistem ini dilakukan pada mesin yang tidak bekerja maksimal lagi.Untuk

mengetahui mesin mana yang tidak maksimal lagi, disusunlah jadwal pemeriksaan

untuk tiap mesin.Jika saat pemeriksaan rutin ditemukan mesin dengan kinerja

menurun, perbaikan langsung dilakukan.Contoh gejala yang menunjukkan

turunnya kinerja mesin adalah semakin tingginya tingkat kebisingan, getaran dan

konsumsi bahan bakar.Keuntungan sistem ini adalah kita dapat meramalkan lama

perbaikan mesin, sebelum kerusakan menjadi lebih fatal, sehingga biaya

perbaikan mesin dapat diminimalkan.

3. Sistem pemeliharaan ulang (Corrective Maintenance)

Cara kerja sistem ini adalah menganalisa data-data perbaikan mesin selama

beberapa tahun terakhir.Kemudian kita dapat menentukan mesin mana yang harus

(31)

kerjasama antara tim inspeksi dan perencanaan, tim produksi, pekerja lapangan

dan teknisi mesin. Dengan mereka saling bertukar informasi seputar mesin pabrik,

akan diketahui prosedur perbaikan yang tepat pada mesin yang tepat, sehingga

lamanya waktu perbaikan mesin dapat diminimalkan.

4. Sistem pemeliharaan proaktif (Proactive Maintenance)

Konsep dasar sistem ini adalah mengoptimalkan sistem pemeliharaan yang

ada, disesuaikan dengan kondisi suatu pabrik. Suatu pabrik dengan kapasitas

produksi rendah tentunya tidak memerlukan sistem pemeliharaan yang terlalu

kompleks, karena tidak akan efisien. Jadi cukup dengan sistem yang sederhana

saja.Kemudian bila pabrik berada pada posisi yang strategis, misalnya di

kompleks industri dimana fasilitas penunjang pabrik telah tersedia, kita dapat

mengurangi fasilitas dalam pabrik untuk menghemat biaya pemeliharaan pabrik

itu.[1]

2.1.2 Strategi Pemeliharaan

Strategi pemeliharaan adalah teknik/metoda yang digunakan untuk

mencapai tingkat keandalan dan ketersediaan sistem yang tinggi dengan biaya

operasional yang minimal.Maka strategi pemeliharaan sangatlah penting bagi

suatu perusahaan untukmenekan biaya yang harus dikeluarkan, karena kegiatan

pemeliharaan secara proposional mempunyai konsekuensi terhadap biaya

keseluruhan operasi. MenurutSmith (2001), elemen-elemen strategi pemeliharaan

(32)

1. Organisasi sumber daya pemeliharaan (Organization of maintenance

resources).

2. Prosedur pemeliharaan (Maintenance procedures).

3. Peralatan dan alat-alat uji (Tools and test equipent).

4. Seleksi karyawan, pelatihan dan motivasi (Personnel selecting, training

andmotivation).

5. Manual dan petunjuk pemeliharaan (Maintenance instructions and manuals).

6. Penyediaan suku cadang (Spares provisioning).

7. Logistik (Logistics).

Elemen-elemen pemeliharaan tersebut biasanya dibagi kedalam tiga grup

tugas pemeliharaan, yaitu; pemeliharaan korektif (corrective), pemeliharaan

rutin(preventive) dan perbaikan tahunan (overhaul).Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan pemeliharaan suatu pabrik menurut Paul (1989)

dapatdilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Faktor penentu keberhasilan pemeliharaan menurut Paul (1989)

Priorit

as

Elemen Kontrol

Tingkat

Kepentingan

1 Produktifitas Buruh 10

2

Pembelian dan Kontrol

Material

10

3 Kepemimpinan 9

(33)

5 Organisasi 8

6 Hubungan Antar Departemen 8

7 Data Biaya 7

8 Data Performansi 7

9

Prosedur Pemeliharaan

Prefentif

7

10 Perencanaan 6

11 Penjadwalan 5

12 Pelatihan 4

13 Teknisi 4

14 Teknologi 3

15 Latihan Untuk Buruh 2

Faktor-faktor pada tabel 2.1 tersebut dapat digunakan sebagai pedoman

untukmemprioritaskan perhatian dalam perencanaan strategi

pemeliharaan.Sistimpemeliharaan yang baik adalah berbeda untuk

masing-masing pabrik karena masing-masingmasing-masingpabrik berbeda pemakaian bahan dan

energinya.Keterkaitan antar elemen-elemen yang berhubungan dengan

strategipemeliharaan dalam menunjang proses produksi (manufacturing

operation) dapatdiilustrasikan seperti pada gambar 2.2. Kebijakan yang diambil

dalam strategipemeliharaan untuk pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan

(maintenance & repair)adalah berdasarkan analisis keandalan, ketersediaan dan

(34)
[image:34.595.157.497.110.315.2]

Gambar 2.2 Kerangka berpikir sistem pemeliharaan

(Sumber: repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/)

2.2 Algoritma Genetika

2.2.1 Sejarah

Sejarah perkembangan algoritma genetika (genetic algorithm) berawal

pada tahun 1960-an ketika I. Rochenberg dalam bukunya yang berjudul

“Evolution Strategies” mengemukakan tentang evolusi komputer (computer evolutionary) yang kemudian dikembangkan oleh John Holland pada tahun 1970-an.

John Holland menulis buku tentang algoritma genetika yang berjudul “Adaptation in Natural and Artificial System” yang diterbitkan pada tahun 1975.

Menurut Sutojo dkk. : 2011 algoritma genetika adalah teknik pencarian

(35)

Dalam proses evolusi, individu secara terus –menerus mengalami perubahan gen untuk menyesuaikan dengan lingkungannya. Hanya individu–individu yang kuat yang mampu bertahan. Proses seleksi alamiah ini melibatkan perubahan genyang

terjadi pada individu melalui proses perkembangbiakan. Proses

perkembangbiakan ini didasarkan pada analogi struktur genetic dan prilaku

kromosom dalam populasi individu dengan menggunakan dasar sebagai berikut :

• Individu dalam populasi bersaing untuk sumber daya alam dan

pasangannya.

• Mereka yang paling sukses di setiap kompetisi akan menghasilkan

keturunan yang lebih baik dari pada individu – individu yang berkinerja buruk.

• Gen dari individu yang baik akan menyebar ke seluruh populasi sehingga

dua orang tua yang baik kadang – kadang akan menghasilkan keturunan yang lebih baik dari orang tuanya.

• Setiap ada pergantian generasi maka generasi terbaru biasanya lebih cocok

dengan lingkungan mereka. Dengan kata lain, generasi baru ini

menyesuaikan dengan keadaan lingkungan nya.

2.2.2 Pemasalahan yang Membutuhkan Algoritma Genetika

Untuk dapat memanfaatkan algoritma genetika, kita harus dapat

menyandikan solusi dari masalah yang diberikan ke dalam kromosom pada

algoritma genetika dan membandingkan nilai fitness-nya.Sebuah representasi

(36)

keberhasilan dalam aplikasi algoritma genetika. Ciri – ciri permasalahan yang membutuhkan algoritma genetika antara lain :

• Ruang pencarian sangat besar, kompleks, atau kurang dipahami.

• Tidak ada pengetahuan yang memadai untuk menyederhanakan ruang

pencarian yang sangat besar menjadi ruang pencarian yang lebih sempit.

• Tidak ada analisis matematis yang bisa menangani ketika metode

konvensional gagal menyelesaikan masalah yang dihadapi.

• Solusi yang dihasilkan tidak harus optimal, asal sudah memenuhi kriteria

sudah bisa diterima.

• Mempunyai kemungkinan solusi yang jumlahnya tak hingga.

• Membutuhkan solusi real-time, yaitu solusi yang bisa didapatkan dengan

cepat sehingga dapat diimplementasi untuk permasalahan yang

mempunyai perubahan yang cepat.

• Jika suatu permasalahan menggunakan fungsi optimasi yang linear atau

tidak linear yang konstrain.

2.2.3 Aplikasi Algoritma Genetika

Sejak pertama kali dirintis oleh John Holland, Algoritma Genetika telah

dipelajari, diteliti dan diaplikasikan secara luas pada berbagai bidang.Algoritma

Genetika banyak digunakan pada masalah praktis yang berfokus pada pencarian

parameter-parameter yang optimal.Namun demikian, algoritma genetika juga

dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah selain optimasi.Selama

(37)

Algoritma genetik merupakan teknik search stochastic yang berdasarkan

mekanisme seleksi alam dan genetika natural. Pada algoritma genetika, teknik

pencarian dilakukan sekaligus atas sejumlah solusi yang mungkin dikenal dengan

istilah populasi. Setiap individu di dalam populasi disebut kromosom, yang

merepresentasikan suatu penyelesaian terhadap masalah yang ditangani. Sebuah

kromosom terdiri dari sebuah string yang berisi berbagai simbol, dan biasanya,

tetapi tidak mutlak, string tersebut berupa sederetan bit-bit biner “0” dan “1”. Sebuah kromosom tumbuh atau berkembang biak melalui berbagai iterasi yang

berulang-ulang, dan disebut sebagai generasi. Pada setiap generasi, berbagai

kromosom yang dihasilkan akan dievaluasi menggunakan suatu pengukuran

fitness. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas dari

kromosom dalam populasi tersebut. Generasi berikutnya dikenal dengan istilah

anak (offspring) terbentuk dari gabungan dua kromosom generasi sekarang yang

bertindak sebagai induk (parent) dengan menggunakan operator penyilangan

(crossover). Selain operator penyilangan, suatu kromosom dapat juga dimodifikasi

dengan menggunakan operator mutasi. Populasi generasi yang baru dibentuk

dengan cara menyeleksi nilai fitness dari kromosom induk (parent) dan nilai

fitness dari kromosom anak (offspring), serta menolak kromosom-kromosom

yang lainnya sehingga ukuran populasi (jumlah kromosom dalam suatu populasi)

konstan. Setelah melalui beberapa generasi, maka algoritma ini akan konvergen

ke kromosom terbaik.

Secara skematis, siklus algoritma genetika dapat digambarkan sebagai

(38)
[image:38.595.132.521.88.277.2]

Gambar 2.3 Siklus algoritma genetika

2.3 Prosedur Algoritma Genetika

Untuk menggunakan Algoritma genetika, perlu dilakukan prosedur sebagai

berikut:

1. Mendefinisikan individu, dimana individu menyatakan salah satu solusi

(penyelesaian) yang mungkin dari permasalahan yang diangkat.

2. Mendefinisikan nilai fitness, yang merupakan ukuran baik tidaknya sebuah

individu atau baik tidaknya solusi yang didapatkan.

3. Menentuka proses pembangkitan populasi awal. Hal ini biasanya

dilakukandengan menggunakan pembangkitan acak sepertirandom-walk.

4. Menentukan proses seleksi yang akan digunakan.

5. Menentukan proses pindah silang (crossover) dan mutasi gen yang akan

digunakan.

Populasi Awal Reproduksi

Crossover & Mutasi Evaluasi

Fitness

Seleksi Individu

(39)

2.3.1 Pengertian Individu

Individu merupakan salah satu solusi yang mungkin. Individu bias

dikatakan sama dengan kromosom, yang merupakan kumpulan gen. Gen ini bisa

biner, pecahan (float), dan kombinatorial. Beberapa definisi penting yang perlu

diperhatikan dalam mendefinisikan individu untuk membangun penyelesaian

permasalahan dengan Algoritma genetika adalah sebagai berikut:

1. Genotype (Gen), adalah sebuah nilai yang menyatakan satuan dasar yang

membentuk suatu arti tertentu dalam satu kesatuan gen yang dinamakan

kromosom. Dalam Algoritma genetika, gen ini bias bernilai biner, float,

integer maupun karakter, atau kombinatorial.

2. Allele, adalah nilai dari gen.

3. Kromosom, adalah gabungan gen-gen yang membentuk nilai tertentu.

4. Individu, adalah suatu nilai atau keadaan yang menyatakan salah satu

solusi yang mungkin dari permasalahan yang diangkat.

5. Populasi, adalah sekumpulan individu yang akan diproses bersama dalam

satu siklus proses evolusi.

6. Generasi, adalah satu siklus proses evolusi atau satu literasi didalam

Algoritma genetika.

Satu gen biasanya akan mewakili satu variabel. Gen dapat

direpresentasikan dalam bentuk bit, bilangan real, daftar aturan, elemen permutasi,

(40)

operator genetika. Dengan demikian, kromosom dapat direpresentasikan dengan

menggunakan:

Stringbit : 10011…

Arraybilangan real : 65,65 ; -67,98 ; 77,34 dan seterusnya

• Elemen permutasi : E2, E10, E5 dan seterusnya

• Daftar aturan : R1, R2, R3 dan seterusnya

• Elemen program : pemograman genetika

[image:40.595.114.435.135.589.2]

• Struktur lainnya

Gambar 2.4 Ilustrasi representasi penyelesaian permasalahan dalam

Algoritma genetika

Misalnya didalam kasus Travelling Salesman Problem (TSP). TSP

merupakan salah satu ilmu dibidang manajemen untuk mencari solusi jarak

tempuh dan waktu tercepat dari beberapa kota(W.R. Hamilton, 1832). Individu

(41)

individu menyatakan nilai (x,y). Pada gambar 2.2 diilustrasikan dua kemungkinan

[image:41.595.164.498.143.276.2]

jalur yang ditempuh dalam TSP dan bagaimana representasinya dalam individu.

Gambar 2.5 Kemungkinan jalur dalam TSP dan representasi dalam individu

2.3.2Teknik Penyandian (Pengkodean)

Teknik penyandian disini meliputi penyandian gen dari kromosom. Gen

merupakan bagian dari kromosom, dimana satu gen biasanya akan mewakili satu

variabel. Gen dapat direpresentasikan dalam bentuk string bit, pohon, array

bilangan real, daftar aturan, elemen permutasi, elemen program dan lain-lain.

Contoh dari representasi kromosom antara lain sebagai berikut :

1. String bit : 10011, 11101, dst

2. Bilangan Real : 65.65, 562.88, dst

3. Elemen Permutasi : E2, E10, dst

4. Daftar Aturan : R1, R2, R3, dst

5. Elemen Program : pemrograman genetika, dst

(42)

Misalkan ingin dipecahkan masalah estimasi fungsi produksi

Cobb-Dauglas yaitu = dengan sampel yang ada untuk L dan K berapa nilai

, , dengan fungsi tujuan meminimumkan least square atau

memaksimumkan fungsi likelihood. Persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan

algoritma genetika, yaitu ketiga parameter , , dikodekan dalam kromosom

yang masing-masing berisi sejumlah gen yang mengkodekan informasi yang

disimpan di dalam kromosom. Misalkan untuk memudahkan digunakan binary

encoding dengan panjang kromosom 12 gen (12 bits), masing-masing parameter

, , dikodekan dengan 4 gen, sehingga diperoleh pengkodean seperti berikut

Tabel 2.2 Skema Binary Encoding

Parameter

Binary

Number

1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0

g1 g2 g3 g4 g5 g6 g7 g8 g9 g10 g11 g12

Decimal

Number

11 14 3

Jika nilai parameter yang akan dicari mempunyai constraint, < < ,

maka berdasarkan binary encoding nilai parameter dapat diperoleh dengan

menggunakan formula berikut

= +

2 1

dimana n menyatakan banyaknya bit atau gen (dalam tabel 2.1 , setiap

parameter memiliki empat 4 bit dan constraint0 < < 1 ), sehingga diperoleh:

(43)

= 0 + 14 1 0

2 1= 0.9333

= 0 + 3 1 0

2 1= 0.2

Setelah skema pengkodean ditentukan, algoritma genetika diinisialisasi

untuk sebuah populasi dengan N kromosom.Gen-gen yang mengisi

masing-masing kromosom dibangkitkan secara random. Masing- masing-masing kromosom akan

dikodekan menjadi individu dengan nilai fitness tertentu, dan kemudian sebuah

populasi baru akan dibentuk dengan menggunakan mekanisme seleksi alamiah,

yaitu memilih individu- individu secara proporsional terhadap nilai fitnessnya,

dan genetika alamiah, yakni pindah silang (crossover) serta mutasi. Pada

algoritma genetika metode yang akan digunakan adalah dengan skema pergantian

populasi yang disebut generational replacement, artinya, N kromosom dari suatu

generasi digantikan sekaligus oleh N kromosom baru hasil pindah silang dan

mutasi.

2.3.3Prosedur Inisialisasi (Membangkitkan Populasi Awal)

Membangkitkan populasi awal adalah membangkitkan sejumlah individu

secara acak atau melalui prosedur tertentu. Ukuran populasi tergantung pada

masalah yang akan dipecahkan dan jenis operator genetika yang akan

diimplementasikan. Setelah ukuran populasi ditentukan, kemudian harus

dilakukan inisialisasi terhadap kromosom yang terdapat pada populasi

tersebut.Inisialisasi kromosom dilakukan secara acak, namun demikian harus tetap

memperhatikan domain solusi dan kendala permasalahan yang ada.

Teknik dalam membangkitkan populasi awal ini ada beberapa macam,

(44)

1) Random Generator

Inti dari cara ini adalah melibatkan pembangkitan bilangan random

untuk nilai setiap gen sesuai dengan representasi kromosom yang digunakan. Gen

nantinya berisi pembulatan dari bilangan random yang dibangkitkan sebanyak

Nipop(jumlah populasi) x Nbits(jumlah gen dalam tiap kromosom)

2) Pendekatan tertentu ( memasukan nilai tertentu kedalam gen )

Cara ini adalah dengan memasukan nilai tertentu kedalam gen dari populasi

awal yang dibentuk.

3) Permutasi gen

Salah satu cara dari pembangkitan populasi awal dengan permutasi gen

adalah penggunaan permutasi Josephus dalam permasalahan kombinatorial

seperti travelling salesmen problem (TSP).

2.3.4 Evaluasi Nilai Fitness

Ada tiga langkah dalam proses mengevaluasi nilai fitness kromosom,

yaitu:

1. Mengganti genotip kromosom menjadi fenotip kromosom, ini berarti

mengganti binary strings menjadi real value

2. Mengevaluasi fungsi objektif

3. Mengganti nilai dari fungsi objektif menjadi nilai fitness. Agar nilai fitness

selalu bernilai positif, maka nilai fitness dari setiap kromosom sama

dengan memaksimumkan objektif dikurangi objektif yang telah dievaluasi

(45)

Suatu individu dievaluasi berdasarkan suatu fungsi tertentu sebagai ukuran

performansinya. Di dalam evolusi alam, individu yang bernilai fitness tinggi yang

akan bertahan hidup, sedangkan individu yang bernilai fitness rendah akan mati.

Pada masalah optimasi dalam tugas ini, solusi yang akan dicari adalah

memaksimumkan sebuah fungsi likelihood dan meminimumkan least square

fungsi produksi Cobb-Dauglas dan fungsi produksi CES.

2.3.5 Seleksi Orang Tua

Pemilihan dua buah kromosom yang dijadikan induk atau sebagai orang tua

dilakukan secara proporsional sesuai dengan dengan nilai fitness-nya.

Masing-masing individu dalam suatu wadah seleksi akan menerima probabilitas

reproduksi yang tergantung dari nilai objektif dirinya sendiri terhadap nilai

objektif dari semua individu dalam wadah seleksi tersebut. Nilai fitness inilah

yang nantinya akan digunakan pada tahap seleksi berikutnya.

Terdapat beberapa metode seleksi orang tua, antara lain sebagai berikut:

1. Rank-based fitness assignment

Pada Rank-based fitness, populasi diurutkan menurut nilai objektifnya.Nilai

fitness dari tiap-tiap individu hanya tergantung pada posisi individu

tersebut dalam urutan, dan tidak dipengaruhi oleh nilai objektifnya.

2. Roulette wheel selection

Metode seleksi roda roulette ini merupakan metode yang paling sederhana

serta paling banyak digunakan, dan sering juga dikenal dengan nama

stochastic sampling with replacement. Pada metode ini, individu-individu

(46)

tiap-tiap segmen individu memiliki ukuran yang sama dengan dengan

ukuran fitnessnya. Sebuah bilangan random akan dibangkitkan dan individu

yang memiliki segmen dalam kawasan bilangan random tersebut akan

diseleksi. Proses ini diulang hingga diperoleh sejumlah individu yang

diharapkan.

Skema dengan seleksi roda roulette ini adalah berdasarkan fitness scale

(skala fitness). Terpilihnya suatu kromosom dalam populasi untuk dapat

berkembang biak sebanding dengan fitness-nya. Tradeoff antara eksplorasi

dan eksploitasi terjadi jika terdapat satu atau sekelompok kecil kromosom

yang mempunyai fitness yang baik, yaitu mengeksplorasi bagian-bagian

baru dalam ruang pencarian, atau terus mengeksploitasi informasi yang

telah diperoleh.Kecenderungan kromosom yang baik untuk terpelihara terus

dapat membawa ke hasil optimum lokal atau konvergensi dini (premature

convergence) ke suatu hasil yang bukan optimum global. Namun demikian,

jika semua kromosom dalam populasi mempunyai fitness yang hampir

(47)
[image:47.595.146.495.86.339.2]

Gambar 2.6 Ilustrasi seleksi dengan mesin roulette

3. Stochastic universal sampling

Stochastic universal sampling memiliki nilai bias nol dan penyebaran yang

minimum. Pada metode ini, individu-individu dipetakan dalam suatu

segmen garis secara berurutan sedemikian hingga tiap-tiap segmen individu

memiliki ukuran yang sama dengan ukuran fitness-nya seperti halnya pada

seleksi roda roulette, dan diberikan sejumlah pointer sebanyak individu

yang diseleksi di garis tersebut. Andaikan N adalah jumlah individu, dan

posisi pointer pertama diberikan secara acak pada range [1, 1/N].

4. Seleksi lokal (Local selection)

Pada seleksi lokal setiap individu yang berada di dalam constraint tertentu

disebut dengan nama lingkungan lokal. Interaksi antar individu hanya

(48)

struktur dimana populasi tersebut terdistribusi.Lingkungan tersebut juga

dipandang sebagai sekelompok pasangan-pasangan yang potensial.Langkah

pertama yang harus dilakukan adalah menyeleksi separuh pertama dari

populasi yang berpasangan secara random, kemudian lingkungan baru

tersebut diberikan pada setiap individu yang terseleksi. Jarak antara

individu dengan struktur tersebut akan sangat menentukan ukuran

lingkungan. Individu yang terdapat dalam lingkungan dengan ukuran yang

lebih kecil, akan lebih terisolasi dibandingkan dengan individu yang

terletak pada lingkungan dengan ukuran yang lebih besar.

5. Seleksi dengan pemotongan (Truncation selection)

Seleksi dengan pemotongan ini lebih berkesan sebagai seleksi buatan dan

biasanya digunakan oleh populasi yang jumlahnya sangat besar. Pada

metode ini, individu-individu yang terbaik saja yang akan diseleksi sebagai

induk. Parameter yang digunakan dalam metode ini adalah suatu nilai

ambang trunc yang mengindikasikan ukuran populasi yang akan diseleksi

sebagai induk yang berkisar antara 50% -10%. Individu-individu yang ada

di bawah nilai ambang ini tidak akan menghasilkan keturunan.

6. Seleksi dengan turnamen (Tournament selection)

Pada metode seleksi dengan turnamen ini akan ditetapkan suatu nilai tour

untuk individu-individu yang dipilh secara acak (random) dari suatu

populasi. Individu-indiidu yang terbaik dalam kelompok ini akan diseleksi

sebagai induk. Parameter yang digunakan pada metode ini adalah ukuran

tour yang bernilai antara 2 sampai N (jumlah individu dalam suatu

(49)

Dari berbagai jenis seleksi tersebut, Umumnya jenis seleksi pada roda

roulette paling sering digunakan, terkadang juga metode rangking dan turnamen.

Yang perlu diperhatikan dalam seleksi adalah prinsip elitism, yang dilakukan

dalam sekali seleksi untuk update generasi, biasanya digunakan steady-state

update. Jadi tujuan utama dari elitism ini adlah untuk menjaga agar

individu-individu yang bernilai fitness tertinggi tidak hilang selama proses evolusi, maka

perlu dibuat kopiannya.

2.3.6 Rekombinasi

Algoritma genetika merupakan proses pencarian yang heuristic dan acak

sehingga penekanan pemilihan operator yang digunakan sangat menentukan

keberhasilan algoritma genetika dalam menemukan solusi optimum suatu masalah

yang diberikan. Hal yang harus diperhatikan adalah menghindari terjadinya

konvergensi prematur, dimana dicapai solusi optimum yang belum waktunya,

dalam arti bahwa solusi yang diperoleh adalah hasil optimum lokal.

Terdapat dua operator genetika untuk melakukan rekombinasi, yaitu:

1. Rekombinasi bernilai real

Terdapat beberapa metode dalam rekombinasi bernilai real, yaitu:

(i) Rekombinasi diskrit

Rekombinasi diskrit akan menukar nilai variabel antar kromosom induk.

Misalkan ada 2 individu dengan 3 variabel, yaitu:

Induk 1 : 12 25 5

(50)

Untuk tiap-tiap variabel induk yang menyumbangkan variabelnya ke anak

yang dipilih secara random dengan probabilitas yang sama

sampel 1 : 2 2 1

sampel 2 : 1 2 1

Setelah rekombinasi, kromosom-kromosom baru yang terbentuk yaitu :

Anak 1 : 123 4 5

Anak 2 : 12 4 5

Rekombinasi diskrit dapat digunakan untuk sembarang variabel (biner, real,

atau simbol).

(ii) Rekombinasi intermediate (menengah)

Rekombinasi intermediate hanya dapat digunakan untuk variabel real (dan

variabel yang bukan biner).

Anak dihasilkan menurut aturan sebagai berikut :

Anak = induk 1 + alpha (induk 2–induk 1)

Dengan alpha adalah faktor skala yang dipilih secara random pada interval

[-d, 1+d], biasanya d=0,25. Tiap-tiap variabel pada anak merupakan hasil

kombinasi variabel-variabel menurut aturan di atas dengan nilai alpha dipilih

ulang untuk tiap variabel. Misalkan ada 2 individu dengan 3 variabel, yaitu:

Induk 1 : 12 25 5

Induk 2 : 123 4 34

Misalkan nilai alpha yang terpilih :

sampel 1 : 0,5 1,1 -0,1

sampel 2 : 0,1 0,8 0,5

(51)

Anak 1 : 67,5 1,9 2,1

Anak 2 : 23,1 8,2 19,5

(iii) Rekombinasi Garis

Pada dasarnya rekombinasi garis ini hampir sama dengan rekombinasi

menengah, hanya saja nilai alpha untuk semua variabel adalah sama. Misalkan ada

2 kromosom dengan 3 variabel:

induk1 : 12 25 5

induk2 : 123 4 34

untuk tiap-tiap variabel induk yang menyumbangkan variabelnya ke anak

dipilih secara random dengan probabilitas yang sama

sample 1 : 0,5

sample 2 : 0,1

setelah rekombinasi kromosom-kromosom baru yang terbentuk adalah:

anak1: 67,5 14,5 19,5

anak2: 23,1 22,9 7,9

2.3.7 Crossover

Crossover melibatkan dua induk untuk membentuk kromosom baru.Pindah

silang menghasilkan titik baru dalam ruang pencarian untuk siap diuji.Proses

crossover dilakukan pada setiap individu dengan probabilitas crossover (Pc) yang

ditentukan secara acak dalam rentang (0,1). Secara skematis proses cross-over

(52)

Terdapat beberapa metode cross-over, yaitu:

(i) Penyilangan satu titik (single-point Crossover)

Pada penyilangan satu titik, posisi penyilangan k (k=1,2,…,N-1) dengan

panjang kromosom (N) diseleksi secara random. Variabel-variabel ditukar antar

kromosom pada titik tersebut untukmenghasilkan anak. Misalkan ada2 kromosom

dengan panjang 12 :

Induk 1 : 0 1 1 1 0 | 0 1 0 1 1 1 0

Induk 2 : 1 1 0 1 0 | 0 0 0 1 1 0 1

Posisi menyilang yang terpilih acak : misalkan setelah bit ke-5. Setelah

dilakukan penyilangan, diperoleh kromosom-kromosom

baru:

Anak 1 : 0 1 1 1 0 | 0 0 0 1 1 0 1

Anak 2 : 1 1 0 1 0 | 0 1 0 1 1 1 0

(ii) Penyilangan dua titik (two-point Crossover)

Penyilangan ini menentukan dua titik secara acak sebagai batas untuk

menukar 2 kromosom induk yang berada diantaranya untuk menghasilkan 2

individu yang baru. Misalkan ada 2 kromosom dengan panjang kromosom 10

Induk 1 : 110│ 000 │ 1100 Induk 2 : 100│ 100 │ 1011

Posisi menyilang yang terpilih acak : misalkan setelah bit ke-3 dan ke-6,

maka setelah dilakukan penyilangan diperoleh kromosom baru :

Anak 1 : 110│ 100 │ 1100 Anak 2 : 100│ 000 │ 1011

(53)

Pada penyilangan ini, jumlah titik posisi penyilangan, (k=1,2,…,N -1,i=1,2,…,m) dengan panjang kromosom (N) diseleksi secara random dan tidak diperbolehkan ada posisi yang sama, serta diurutkan naik. Variabel-variabel

ditukar antar kromosom pada titik tersebut untuk menghasilkan anak. Misalkan

ada 2 kromosom dengan panjang 12 :

Induk 1 : 011100101110

Induk 2 : 110100001101

Posisi penyilangan yang terpilih adalah setelah bit ke- 2, 6, dan 10. Setelah

penyilangan, diperoleh kromosom-kromosom baru :

anak 1 : 01│ 0100 │ 1011 │01 anak 2 : 11│ 1100 │ 0011 │10

(iv) Penyilangan seragam (uniform Crossover)

Pada penyilangan seragam, setiap lokasi memiliki potensi sebagai tempat

penyilangan. Sebuah mask penyilangan dibuat sepanjang panjang kromosom

secara random yang menunjukan bit-bit dalam mask yang mana induk akan

mensuplai anak dengan bit-bit yang ada. Induk mana yang akan menyumbangkan

bit ke anak yang dipilih secara random dengan probabilitas yang sama. Misalkan

ada 2 kromosom dengan panjang 12 :

Induk 1 : 011100101110

Induk 2 : 110100001101

Mask bit :

Sampel 1 : 100111001101

Sampel 2 : 011000110010

(54)

anak 1 : 010100001100

anak 2 : 111100101111

(v) Penyilangan dengan permutasi (permutation Crossover)

Dengan teknik permutasi ini, kromosom-kromosom anak diperoleh dengan

cara memilih sub-barisan suautu tour dari satu induk dengan tetap menjaga urutan

dan posisi sejumlah kota yang mungkin terhadap induk yang lainnya. Sebagai

contoh adalah :

Induk 1 : ( 1 2 3│ 4 5 6 7 │ 8 9 ) Induk 2 : ( 4 5 3│ 1 8 7 6 │ 9 2 ) Anak 1 : ( x x x│ 1 8 7 6 │ x x ) Anak 2 : ( x x x│ 4 5 6 7 │ x x ) Dari sini diperoleh hasil pemetaan :

1-4, 8-5, 7-6, 6-7.

Kemudian copy sisa gen di induk-1 ke anak-1 dengan menggunakan

pemetaan yang sudah ada.

Anak 1 : ( 1-4 2 3│ 1 8 7 6 │ 8-5 9 ) Anak 2 : ( 4 2 3│ 1 8 7 6 │ 5 9 ) Lakukan hal yang sama untuk anak-2

(55)
[image:55.595.161.466.78.409.2]

Gambar 2.7 Proses Cross-over

2.3.8 Mutasi

Mutasi merupakan proses untuk mengubah nilai dari satu atau beberapa gen

dalam suatu kromosom. Operasi crossover yang dilakukan pada kromosom

dengan tujuan untuk memperoleh kromosom-kromosom baru sebagai kandidat

solusi pada generasi mendatang dengan fitness yang lebih baik, dan

lama-kelamaan menuju solusi optimum yang diinginkan. Akan tetapi, untuk mencapai

hal ini, penekanan selektif juga memegang peranan yang penting. Jika dalam

proses pemilihan kromosom-kromosom cenderung terus pada kromosom yang

memiliki fitness yang tinggi saja, konvergensi prematur akan sangat mudah

terjadi. Secara skematis proses mutasi dapat digambarkan sebagai berikut : start

Induk 1 Induk 2

i = random (0,1) i =1,2,3, ukuran populasi

Tidak di crossover

Lakukan crossover

< Pc

i = ukuran populasi

finish ya

ya

(56)
[image:56.595.177.479.78.476.2]

Gambar 2.8 Proses Mutasi

Terdapat beberapa jenis mutasi, yaitu:

1. Mutasi dalam pengkodean Biner

Mutasi pada pengkodean biner merupakan operasi yang sangat sederhana.

Proses yang dilakukan adalah menginversi nilai bit pada posisi tertentu yang

dipilih secara acak (atau menggunakan skema tertentu) pada kromosom, yang

(57)

2. Mutasi dalam pengkodean Permutasi

Proses mutasi yang dilakukan dalam pengkodean biner dengan mengubah

langsung bit-bit pada kromosom tidak dapat dilakukan pada pengkodean

permutasi karena konsistensi urutan permutasi harus diperhatikan. Salah satu cara

yang dapat dilakukan adalah dengan memilih dua posisi (locus) dari kromosom

dan kemudian nilainya saling dipertukarkan.

3. Mutasi dalam pengkodean nilai

Pada pengkodean nilai hampir sama dengan yang dilakukan pada

pengkodean biner, tetapi yang dilakukan bukan menginversikan nilai bit, serta

penerapannya tergantung pada jenis nilai yang akan digunakan. Sebagai contoh,

untuk nilai riil proses mutasi dapat dilakukan seperti yang dilakukan pada

pengkodean permutasi, dengan saling mempertukarkan nilai dua gen pada

kromosom. Namun demikian, cara ini tidak menjamin adanya perbedaan pada

populasi sehingga semua kromosom dapat dengan mudah mempunyai nilai yang

sama, dan justru mempercepat terjadinya konvergensi prematur. Cara lain yang

lebih baik adalah dengan memilih sembarang posisi gen pada kromosom. Nilai

yang ada tersebut kemudian ditambahkan atau dikurangkan dengan suatu nilai

kecil tertentu yang diambil secara acak. Cara ini juga berlaku untuk pengkodean

dengan bilangan bulat (cara mutasi lain yang relevan juga dapat digunakan).

4. Mutasi dalam pengkodean pohon

Dalam metode ini dapat dilakukan dengan cara mengubah operator (+, -, *,

/) atau nilai yang terkandung pada suatu vertex pohon yang dipilih, atau dengan

(58)

2.3.9 Elitism

Proses seleksi dilakukan secara random sehingga tidak ada jaminan bahwa

suatu indvidu yang bernilai fitness tertinggi akan selalu terpilih. Walaupun individu bernilai fitness tertinggi terpilih, mungkin saja individu tersebut akan rusak (nilai fitnessnya menurun) karena proses pindah silang. Oleh karena itu, untuk menjaga agar individu bernilaifitness tertinggi tersebut tidak hilang selama evolusi, maka perlu dibuat satu atau beberapa kopinya.Prosedur ini dikenal

sebagai elitisme.tetapi didalam optimasi ini elitisme tidak dipakai karena

menggunakan algortima genetika standar.

2.3.10 Evaluasi Tingkat Keseragaman Unsur Kromosom

Generasi terbaik pada dasarnya adalah representasi hasil nilai optimasi

fungsi objektif. Generasi ini akan ditunjukkan dengan memiliki tingkat

keseragaman kromosom yang tinggi untuk semua populasi yang ada. Jika proses

evolusi terus berlangsung dan telah dibuktikan bahwa secara matematis proses

dalam algoritma genetika akan menghasilkan generasi terbaik yang memiliki

fitness yang tinggi, maka bisa diduga bahwa generasi tersebut akan memiliki

tingkat keseragaman unsur kromosom yang tinggi. Karena hanya populasi yang

memiliki sifat— sifat yang fit dengan objective function saja yang dapat survive dan berkembang biak. Semakin tinggi tingkat keseragaman menunjukkan bahwa

populasi dalam suatu generasi memililki sifat serupa, yang ditunjukkan dengan

(59)

2.4 Mesin Bor

2.4.1 Definisi Dan Fungsi Mesin Bor

Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat

pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut

(pengerjaan pelubangan).Sedangkan Pengeboran adalah operasi menghasilkan

lubang berbentuk bulat dalam lembaran-kerja dengan menggunakan pemotong

berputar yang disebut bor dan memiliki fungsi untuk Membuat lubang, Membuat

[image:59.595.189.470.362.632.2]

lobangbertingkatm, Membesarkan lobang,Chamfer.

(60)

2.4.2 Jenis-Jenis Mesin Bor

1. Mesin Bor Meja

Mesin bor meja adalah mesin bor yang diletakkan diatas meja.Mesin ini

digunakan untuk membuat lobang benda kerja dengan diameter kecil (terbatas

sampai dengan diameter 16 mm). Prinsip kerja mesin bor meja adalah putaran

motor listrik diteruskan ke poros mesin sehingga poros berputar. Selanjutnya

poros berputar yang sekaligus sebagai pemegang mata bor dapat digerakkan

naikturun dengan bantuan roda gigi lurus dan gigi rack yang dapat mengatur

tekanan pemakanan saat pengeboran.

2. Mesin Bor Lantai

Mesin bor lantai adalah mesin bor yang dipasang pada lantai.Mesin bor

lantai disebut juga mesin bor kolom. Jenis lain mesin bor lantai ini adalah mesin

bor yang mejanya disangga dengan batang pendukung. Mesin bor jenis ini

biasanya dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang besar dan berat.

3. Mesin Bor Radial

Mesin bor radial khusus dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja

yang besar dan berat.Mesin ini langsung dipasang pada lantai, sedangkan meja

mesin telah terpasang secara permanen pada landasan atau alas mesin.

4. Mesin Bor Koordinat

Mesin bor koordinat pada dasarnya sama prinsipnya dengan mesin bor

sebelumnya. Perbedaannya terdapat pada sistem pengaturan posisi

pengeboran.Mesin bor koordinat digunakan untuk membuat/membesarkan lobang

(61)

ukuran dan ketelitian yang tinggi.Untuk mendapatkan ukuran ketelitian yang

tinggi tersebut digunakan meja kombinasi yang dapat diatur dalam arah

memanjang dan arah melintang dengan bantuan sistem optik.Ketelitian dan

ketepatan ukuran dengan sisitem optik dapat diatur sampai mencapai toleransi

0,001 mm.

2.4.3 Bagian-Bagian Mesin Bor

1. Cekam Bor

Cekam bor digunakan untuk memegang mata bor bertangkai

silindris.Biasanya cekam ini mempunyai 2 atau 3 rahang penjepit.Ukuran cekam

borditunjukkan oleh diameter terbesar dari mata bor yang dapat dijepit.

2. Sarung Pengurung/Sarung Tirus

Mata bor yang bertangkai tirus dapat dipegang oleh sarung pengurung yang

berlobang tirus. Oleh karena tangkai dan sarung berbentuk tirus, maka pada saat

mata bor ditekan, ia akan saling mengunci. Lobang dan tangkai tirus dibuat

menurut tirus morse, yaitu ketrirusan menurut standar internasional.

(62)

2.4.4 Mata bor (Twist Drill) dan Geometri Mata Bor

Nama-nama bagian mata bor ditunjukkan pada Gambar 4.4. Diantara

bagian-bagian mata bor tersebut yang paling utama adalah sudut helik ( helix

angle) , sudut ujung (point angle /lip angle, 2χr), dan sudut bebas (clearance

angle, α). Untuk bahan benda kerja yang berbeda, sudut-sudut tersebut besarnya

[image:62.595.109.527.337.590.2]

bervariasi .

(63)
[image:63.595.144.452.121.686.2]

Tabel 2.4. Geometri mata bor (twist drill) yang disarankan

Ada beberapa kelas pahat gurdi (mata bor) untuk jenis pekerjaan yang

berbeda.Bahan benda kerja dapat juga mempengaruhi kelas dari mata bor yang Benda Kerja Sudut

ujung, 2χr

Sudut helik Sudut

bebas, α

Baja karbon

kekuatan

tarik< 900

N/mm2

118o 20o-30o 19o-25o

Baja karbon

kekuatan tarik

> 900 N/mm2

125o-145o 20o-30o 7o-15o

Baja keras

(manganese)

kondisi

austenik

135o-150o 10o-25o 7o-15o

Besi tuang 90o-135o 18o-25o 7o-12o

Kuningan 118o 12o 10o-15o

Tembaga 100o-118o 20o-30o 10o-15o

(64)

digunakan, tetapi pada sudut-sudutnya bukan pada mata bor yang sesuai untuk

jenis pengerjaan tertentu.Bentuk beberapa mata bor khusus untuk pengerjaan

tertentu ditunjukkan pada Gambar 4.5. Penggunaan dari masing-masing mata bor

tersebut adalah :

1. Mata bor helix besar (High helix drills) : mata bor ini memiliki sudut helik

yang besar, sehingga meningkatkan efifiensi pemotongan, tetapi batangnya

. lemah. Mata bor ini digunakan untuk memotong logam lunak atau bahan

yang memiliki kekuatan rendah.

2. Mata bor helix kecil (Low helix drills) : mata bor dengan sudut helix lebih

[image:64.595.165.476.244.449.2]

kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke Gambar 2.11. Mata bor khusus untuk pengerjaan

(65)

atas atau terpegang benda kerja ketika membuat lubang pada material

kuniangan dan material yang sejenis.

3. Mata bor kerja berat (Heavy-duty drills) : mata bor yang digunakan untuk

menahan tegangan yang tinggi dengan cara menebalkan bagianweb.

4. Mata bor tangan kiri (Left hand drills) : mata bor standar dapat dibuat juga

untuk mata bor kiri. Digunakan pada pembuatan lubang jamak yang

mana bagian kepala mesin bor di desain dengan sederhana yang

memungkinkan berputar berlawanan arah.

5. Mata bor dengan sisi sayat lurus (Straight flute drills) : adalah bentuk

ekstrim dari mata bor helix kecil, digunakan untuk membuat lubang pada

kuningan dan plat.

6. Mata bor poros engkol ( Crankshaft drills) : mata bor yang di desain

khusus untuk mengerjakan poros engkol, sangat menguntungkan untuk

membuat lubang dalam pada material yang ulet. Memiliki web yang tebal

dan sudut helix yang kadang-kadang lebih besar dari ukuran normal. Mata

bor ini adalah mata bor khusus yang akhirnya banyak digunakan secara

luas dan menjadi mata bor standar.

7. Mata bor panjang (Extension drills) : mata bor ini memiliki shank yang

panjang yang telah ditemper, digunakan untuk membuat lubang pada

permukaan yang secara normal tidak akan dapat dijangkau.

8. Mata bor ekstra panjang (Extra-length drills) : mata bor dengan badan

(66)

9. Mata bor bertingkat (Step drills) : satu atau dua buah diamater mata bor

dibuat pada satu batang untuk membuat lubang dengan diameter

bertingkat.

10. Mata bor ganda ( Subland drills) : fungsinya sama dengan mata bor

bertingkat.Mata bor ini terlihat seperti dua buah mata bor pada satu batang.

11. Mata bor solid carbide : untuk membuat lubang kecil pada material

paduan ringan, dan material bukan logam, bentuknya bisa sama dengan

mata bor standar. Proses pembuatan lubang dengan mata bor ini tidak

boleh ada beban kejut, karena bahancarbidemudah pecah.

12. Mata bor dengan sisipan karbida (Carbide tipped drills) : sisipan karbida

digunakan untuk mecegah terjadinya keausan karena kecepatan potong

yang tinggi. Sudut helix yang lebih kecil dan web yang tipis diterapkan

untuk meningkatkan kekakuan mata bor ini, yang menjaga keawetan

karbida. Mata bor ini digunakan untuk material yang keras, atau material

non logam yang abrasif.

13. Mata bor dengan lubang minyak (Oil hole drills) : lubang kecil di dalam

bilah pahat bor dapat digunakan untuk mengalirkan minyak

pelumas/pendingin bertekanan ke ujung mata bor. Mata bor ini digunakan

untuk membuat lubang dalam pada material yang liat.

14. Mata bor rata ( Flat drills) : batang lurus dan rata dapat digerinda

ujungnya membentuk ujung mata bor. Hal tersebut akan memberikan

ruang yang besar bagi beram tanpa bagian helix. Mata bor ini digunakan

(67)

15. Mata bor dengan tiga atau empat sisi potong : mata bor ini digunakan

untuk memperbesar lubang yang telah dibuat sebelumnya dengan mata bor

atau di punch. Mata bor ini digunakan karena memiliki produktifitas,

akurasi, dan kualitas permukaan yang lebih bagus dari pada mata bor

standar pada pengerjaan yang sama.

16. Center drill : merupakan kombinasi mata bor dan countersink yang

sangat baik digunakan untuk membuat lubang senter ( Gambar 4.6).

2.4.5 Pengerjaan yang berhubungan dengan proses gurdi

Proses pembuatan lubang biasanya dengan mesin gurdi dilakukan untuk

pengerjaan lubang awal. Pengerjaan selanjutnya dilakukan setelah lubang dibuat

(Gambar 4.7) . Proses kelanjutan dari pembuatan lubang tersebut misalnya

(68)

taping(pembuatan ulir), counterboring (lubang untuk kepala baut tanam),

countersinking (lubang menyudut untuk kepala baut/sekrup).

2.4.6 Pencekaman Mata bor dan benda kerja

Cekam mata bor yang biasa digunakan adalah cekam rahang tiga ( Gambar

4.8). Kapasitas pencekaman untuk jenis cekam mata bor ini biasanya maksimal

diameter 13 mm.

Gambar 2.14 Cekam mata bor rahang tiga dengan kapasitas

maksimal mata bor 13 mm

(69)
[image:69.595.122.447.87.360.2]

Gambar 2.15 Bagian-bagian Cekam Bor

2.4.6 Parameter proses gurdi

Parameter proses gurdi dapat ditentukan berdasarkan rumus-rumus .

Parameter proses gurdi pada dasarnya sama denganparameter proses pemesinan

(70)

... ... ... /

;

1000 m menit

dn

V = π

Gambar 2.16 Parameter mesin bor

gurdi selain kecepatan potong, gerak makan, dan dan kedalaman potong

perlu dipertimbangkan pula gaya aksial , dan momen puntir yang diperlukan pada

proses gurdi. Parameter proses gurdi tersebut adalah :

1. Kecepatan potong :

2. Gerak makan

f =0,084

3. Waktu pemotongan

= 2

4. Kecepatan penghasilan beram

= 4

2 1000

2.5 Algoritma Genetika Dalam MATLAB

Metode optimasi menggunakan GA dapat juga dilakukan dengan bantuan

software, misalnya MATLAB. Penggunaan software dimaksudkan agar cakupan

(71)

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka berpikir sistem pemeliharaan
Gambar 2.3 Siklus algoritma genetika
Gambar 2.4 Ilustrasi representasi penyelesaian permasalahan dalam
Gambar 2.5 Kemungkinan jalur dalam TSP dan representasi dalam individu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bibit Jati dengan pemberian aquasorb jenis A dan B tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam mencapai waktu layu awal, tengah dan akhir sama halnya terhadap parameter

Prinsip kerja dari blok diagram penempil cacah untuk penentuan plato detector GM adalah sebagai berikut, detektor Geiger Muller (GM) akan menghasilkan pulsa analog

Berdasarkan hasil-hasil yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: surfaktan Sodium Lignosulfonat dapat dibuat dari Jerami Padi

Selanjuntya akan diberikan teorema yang menunjukkan syarat yang harus dipenuhi sebuah fungsi yang terintegral Lebesgue agar terintegral Riemann yaitu fungsi tersebut harus

Dengan tersedianya pola pikir yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisir dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada klien tentunya akan mempercepat proses

Model OECD menambahkan ketentuan ayat 4, yaitu ketentuan dari ayat 1 tidak berlaku bagi pendapatan yang diperoleh atau kekayaan yang dimiliki oleh penduduk dari suatu Negara

Perfama, untuk meningkatkan motivasi belajar maka sernua komponen yang terlibat dalam dunia pendidikan baik itu mahasiswa, dosen, orang tua, maupun para pengambil

Perlakuan tanpa olah tanah cenderung menunjukkan hasil terbaik juga diduga karena tanah pada lahan penelitian memiliki kondisi tanah yang gembur dengan tekstur