• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi manajer perusahaan waralaba terhadap faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik (studi Empiris Restaurant McDonald's di Jakarta dan Singapura)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi manajer perusahaan waralaba terhadap faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik (studi Empiris Restaurant McDonald's di Jakarta dan Singapura)"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MANAJER PERUSAHAAN WARALABA TERHADAP FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI AKUNTAN

PUBLIK

(Studi Empiris Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura)

Oleh :

RISELVINO MINANDA NIM : 203082001942

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Riselvino Minanda

2. Tempat & Tanggal Lahir : Bogor, 19 Mei 1984 3. Alamat : Jl Reni Jaya Blok G 13/9 4. Telepon : 085715304562/(021)95990257 II. PENDIDIKAN

1. SDN Pondok Petir 01 1990 – 1996 2. SLTPN 01 Ciputat 1996 – 1999 3. SMUN 1 Serpong 1999 – 2002 III. LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah : Riswarman M Yasin Ibu : Elvina BA

(6)

PERCEPTION MANAGER of COMPANY WARALABA of TO FACTOR INFLUENCING PUBLIC ACCOUNTANT INDEPENDENCY ( Empirical Study of Restaurant McDonald's in Jakarta and Singapura)

By

Riselvino Minanda ABSTRACTION

This research is aim to analyse the influence between the financial interest

in client’s company and business relationship with their clients, competition

among Public Accountant Office [KAP], non audit service provided by auditors, time duration of audit, the size of a Public Accountant Office [KAP], and the amount of audit fee with the public accountant independency.

This research is used primary data through kuesioner filled by group of

manager in McDonald’s. Judgement sampling is used as research sampling

methode. Research responder is a group of thirty five manager in McDonald’s

restaurant that based on Jakarta and Singapore region. For data analyse and hyphotesis test we used Double Regretion methode, supported by SPSS for Windows program.

Result of this research, using simultaniously regretion test, revealed the

financial interest in client’s company and business relationship with their client,

competition among Public Accountant Office [KAP], non audit service provided by auditors, time duration of audit, the size of a Public Accountant Office [KAP], and the amount of audit fee, do have a significant influence on the public accountant independency.

(7)

PERSEPSI MANAJER PERUSAHAAN WARALABA TERHADAP FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI AKUNTAN

PUBLIK

(Studi Empiris Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura)

Oleh

Riselvino Minanda

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh secara parsial dan simultan variabel ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik (KAP), pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan publik (KAP), besarnya audit fee berpengaruh terhadap independensi akuntan publik,.

Penelitian ini menggunakan data primer melalui pengisian kuisioner oleh

kalangan manajer McDonald’s. Penelitian sampel digunakan dengan menggunakan metode judgement sampling. Responden penelitian adalah para manajer yang bekerja di McDonald’s di wilayah Jakarta dan Singapura sebanyak tiga puluh lima responden. Sedangkan untuk metode analisis data dan uji hipotesis penulis menggunakan metode regresi berganda yang didukung program SPSS For

Windows.

Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa variabel ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik (KAP), pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan publik (KAP), besarnya audit fee berpengaruh terhadap independensi. Namun secara parsial hanya variabel ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien dan besarnya audit fee berpengaruh secara signifikan terhadap independensi akuntan publik.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada sumber dari suara hati yang bersifat mulia, sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, Sang Maha Cahaya, Penabur cahaya Ilham, Pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang terindah, Sang Kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat-Nya, Allah

Subhanahu Wa Ta’ala. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan terselesaikan.

Shalawat serta salam teruntuk Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, yang telah memberikan dan menyampaikan kepada kita semua ajaran islam yang telah terbukti kebenarannya, dan semakin terus terbukti kebenarannya.

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa segala kerja keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, dorongan serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu memberikan rasa cinta, perhatian, kasih sayang, dan yang selalu mengiringi saya melalui doa dan restu. Tanpa kalian, saya tidak berarti apa – apa. Semangat papa dan mama selalu memacu saya untuk terus berjuang dalam menjalani hidup yang keras ini. Ur d BEST PARENT i ever HAD

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

3. Bapak Dr. Yahya Hamja MM., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Ibu Rini SE., Ak., MM., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan sehingga penulis skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Kakak saya Uda Yoga, Uda Dede, Uni Yona, Uni Eka dan Adek- adek saya Putri, Eci, Zaza yang sudah berikan support ke saya. I Love U aLL..

6. Seluruh dosen, staf administrasi, staf perpustakaan, staf keamanan dan staf kebersihan Fakultas Ekonomi atas semua ilmu, bantuan, kemudahan, perhatian dan pelayanan yang telah diberikan

(9)

8. Uni yang selalu memberikan motivasi selama ini. Dalam menjalani semua ini,kamu selalu ada disamping saya, di kondisi susah maupun senang, kamu selalu memberikan spirit yang tidak pernah saya dapatkan selain keluarga. I Love U sO muCH

9. Teman-teman Kebab Turki, Ayam Bakar Mas Mono, Jajaran Managemen Babarafi Group dan seluruh staff McDonald’s , yang telah memberikan support.

10. Pihak Manager McDonald’s yang bersedia untuk mengisi kuisioner demi terkumpulnya dan selesainya penelitian ini. Maaf sudah merepotkan

11. Untuk semua orang yang telah membantu saya tapi tidak tercantum namanya, saya mengucapkan terima kasih banyak

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Jakarta, 18 Maret 2011

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

2. Manajemen Perusahaan Waralaba ... 9

3. Akuntan Publik... ... 14

4. Independensi Akuntan Publik ... 16

a. Definisi Independensi ... 16

b. Pentingnya Independensi ... 18

c. Aspek Independensi Akuntan Publik ... 19

d. Penggolongan Independensi Akuntan Publik ... 21

5. Faktor – faktor yang mempengaruhi Indenpendensi Penampilan Akuntan Publik ... 22

a. Ikatan Keuangan dan Hubungan dengan klien ... 22

b. Persaingan antar Kantor Akuntan Publik (KAP) ... 23

c. Pemberian jasa lain selain jasa audit ... 25

d. Lamanya penugasan audit ... 26

e. Ukuran suatu Kantor Akuntan Publik (KAP)... 27

f. Besarnya Audit fee ... 28

(11)

C. Kerangka Pemikiran ... 32

D. Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 34

B. Metode Penentuan Sampel ... 34

C. Metode Pengumpulan Data ... 35

D. Metode Analisis ... 37

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38

2. Analisis Regresi Berganda ... 41

3. Uji Asumsi Klasik ... 42

E. Uji Statistik dan Hipotesis ... 44

F. Operasional Variabel Penelitian ... 48

BAB IV PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 53

1. Sejarah Perusahaan Waralaba McDonald’s ... 53

2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54

3. Karakteristik Data Kuesioner ... 56

B. Analisis dan Pembahasan ... 57

1. Uji Validitas ... 57

2. Uji Reabilitas ... 66

C. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer Perusahaan Waralaba terhadap Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik... 67

1. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap ikatan kepentingan keuangan dan usaha dengan klien ... 67

2. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Persaingan antar Kantor Kauntan Publik (KAP) ... 75

3. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Pemberian Jasa Lain selain Jasa Audit... 81

4. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Lamanya Penugasan Audit ... 88

5. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) ... 94

6. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Besarnya audit fee...101

(12)

8. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Independensi Akuntan Publik dalam Hal Keahlian Akuntan Publik

D. Uji Asumsi Klasik...121

1. Uji Normalitas Data...121

2. Uji Multikolinieritas...123

3. Uji Heterokedasitas...125

E. Hasil Pengujian Hipotesis...126

1. Uji T Partial...126

2. Uji F...129

3. Uji Koefisien Determinasi...130

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...132

B. Implikasi...133

C. Saran...133

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 31

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Data 122

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

Tabel 3.1 Skala Linkert 38

Tabel 3.2 Kategori Tinggi Rendahnya Realibilitas Instrumen 41

Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian 48

Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian 55

Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian 56

Tabel 4.3 Deskriptif Responden 56

Tabel 4.4 Ikatan Kepentingan Keuangan Dan

Hubungan Usaha Dengan Klien 59

Tabel 4.5 Persaingan Antar Kantor Akuntan Publik (KAP) 60 Tabel 4.6 Pemberian Jasa Lain Selain Jasa Audit 61

Tabel 4.7 Lamanya Penugasan Audit 62

Tabel 4.8 Ukuran Suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) 63

Tabel 4.9 Besarnya Audit Fee 64

Tabel 4.10 Independensi Kejujuran 65

Tabel 4.11 Keahlian 66

Tabel 4.12 Uji Reliability Statistics 67

Tabel 4.13 Hasil Kuesioner tentang Hubungan Usaha dan

Hutang Piutang Akuntan Publik atau Kantor Akuntan

Publik (KAP) pada Perusahaan Klien 68

Tabel 4.14 Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik memiliki

Saham Lebih dari 5% di Perusahaan Klien 69 Tabel 4.15 Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik Meminjam

Sejumlah Uang Kepada Direktur Perusahaan Waralaba 70 Tabel 4.16 Hasil Kuesioner tentang Mayoritas Pendapatan KAP

berasal dari Klien 71

Tabel 4.17 Hasil Kuesioner tentang Auditor menyewa Gedung

milik Klien 72

Tabel 4.18 Hasil Kuesioner tentang Istri Auditor menjadi

Salah Satu Pemegang Saham dari Perusahaan Klien 73 Tabel 4.19 Hasil Kuesioner tentang Presiden Direktur Perusahaan

(15)

dan Sekaligus Auditor dari Salah Satu Perusahaannya 74 Tabel 4.20 Hasil Kuesioner tentang Pengaruh Tajamnya

Persaingan Antar KAP 75

Tabel 4.21 Hasil Kuesioner tentang Persaingan Antar KAP yang

relatif tidak Tajam 76

Tabel 4.22 Hasil Kuesioner tentang Munculnya Penggabungan KAP

yang satu dengan yang lain 77

Tabel 4.23 Hasil Kuesioner tentang Timbulnya KAP Berskala

Nasional dan Internasional 78

Tabel 4.24 Hasil Kuesioner tentang Berdirinya KAP Berskala Kecil 79 Tabel 4. Hasil Kuesioner tentang Adanya Persaingan Fee antar

KAP 80

Tabel 4.26 Hasil Kuesioner tentang Kekhawatiran Auditor terhadap Kliennya yang mencari Kantor Akuntan Lainnya 81 Tabel 4.27 Hasil Kuesioner tentang Jasa Konsultasi Manajemen

Pada Klien 82

Tabel 4.28 Hasil Kuesioner tentang Jasa Akuntansi Yang

diberikan oleh Akuntan Publik 83

Tabel 4.29 Hasil Kuesioner tentang Jasa Pembukuan 84 Tabel 4.30 Hasil Kuesioner tentang Akuntan Sengaja

Mendatangi Perusahaan Klien Untuk Menawarkan

Jasanya 85

Tabel 4.31 Hasil Kuesioner tentang Jasa Perpajakan 86 Tabel 4.32 Hasil Kuesioner tentang Akuntan Cenderung

Memihak dalam Memberikan Jasa Lain Selain

Jasa Audit 87

Tabel 4.33 Hasil Kuesioner tentang Audit Lebih dari 5 Tahun 88 Tabel 4.34 Hasil Kuesioner tentang Penugasan Audit kurang

(16)

Tabel 4.35 Hasil Kuesioner tentang Penugasan yang Bersifat

Kekeluargaan 90

Tabel 4.36 Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik Cepat Merasa Puas, Kurang Inovasi, Dan Kurang Ketat

dalam Melaksanakan Prosedur Audit 91

Tabel 4.37 Hasil Kuesioner tentang Penugasan Audit 5 Tahun atau Kurang Menyebabkan Informasi yang disajikan

dalam Laporan Pemeriksaan kurang Bermanfaat 92 Tabel 4.38 Hasil Kuesioner tentang KAP atau Auditor dapat

Memberikan Jasa Audit Kembali untuk Klien yang sama setelah 3 Tahun Buku Berturut-turut Tidak

Mengaudit Klien 93

Tabel 4.39 Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik harus dirotasi

setelah mengaudit selama 5 tahun 94

Tabel 4.40 Hasil Kuesioner tentang Audit pada Perusahaan Go Publik

dilakukan oleh KAP Besar 95

Tabel 4.41 Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan KAP Besar dapat memberikan hasil rekomendasi

yang bermanfaat 96

Tabel 4.42 Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan oleh

KAP Kecil Lebih Menjamin Independensinya 97 Tabel 4.43 Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan

KAP Kecil dapat memberikan hasil rekomendasi

yang bermanfaat 98

Tabel 4.44 Hasil Kuesioner tentang KAP Besar Lebih Independen

daripada KAP Kecil 99

Tabel 4.45 Hasil Kuesioner tentang KAP Kecil Lebih Independen

daripada KAP Besar 100

(17)

dilakukan Secara Objektif 101 Tabel 4.47 Hasil Kuesioner tentang Jasa Audit Fee dari Klien

yang Berjumlah Besar 102

Tabel 4.48 Hasil Kuesioner tentang Audit Fee sebagian besar

dari total pendapatan suatu kantor akuntan 103 Tabel 4.49 Hasil Kuesioner tentang Audit Fee sebagian kecil

dari total pendapatan suatu kantor akuntan 104 Tabel 4.50 Hasil Kuesioner tentang Ketergantungan Pada Klien

karena Audit yang Besar 105

Tabel 4.51 Hasil Kuesioner tentang Waktu dan Biaya Audit

yang Terbatas dikarenakan Audit yang Kecil 106 Tabel 4.52 Hasil Kuesioner tentang Auditor Bersikap tidak memihak 107 Tabel 4.53 Hasil Kuesioner tentang Auditor dengan Kejujuran

yang Tinggi akan Lebih Independen dalam

Mendeteksi kekeliruan audit 108

Tabel 4.54 Hasil Kuesioner tentang Auditor harus senantiasa

mempertahankan Kebebasan dalam Sikap Mental 109 Tabel 4.55 Hasil Kuesioner tentang Auditor Bebas dari prasangka

yang meragukan independensinya 110

Tabel 4.56 Hasil Kuesioner tentang Bukti Pemeriksaan yang Telah dilakukan oleh Auditor dipublikasikan Secara

Menyeluruh 111

Tabel 4.57 Hasil Kuesioner tentang Pengkajian dan penilaian yang

layak (Objektif dan tidak Bias) 112

Tabel 4.58 Hasil Kuesioner tentang Auditor Tidak Mudah

dipengaruhi atau dikendalikan oleh Klien yang diperiksa 113 Tabel 4.59 Hasil Kuesioner tentang Auditor tidak dibenarkan

(18)

Pelatihan Teknis Untuk Memenuhi Persyaratan

sebagai Seorang Profesional 115

Tabel 4.61 Hasil Kuesioner tentang Hasil Audit Harus Berdasarkan

atas kenyatan yang ditemukan 116

Tabel 4.62 Hasil Kuesioner tentang Penggunaan tenaga ahli

dalam melakukan tugas pemeriksaan suatu perusahaan klien haruslah tepat, kritis dan independensi 117 Tabel 4.63 Hasil Kuesioner tentang Auditor dalam

memberikan opini mengenai laporan keuangan

suatu perusahaan klien haruslah sesuai dengan kebenaran data-data akutansi yang diperiksanya 118 Tabel 4.64 Hasil Kuesioner tentang Pengalaman Auditor

yang mampu melakukan pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan, secara otomatis sebagai keahlian 119 Tabel 4.65 Hasil Kuesioner tentang Bukti audit kompeten yang

cukup harus diperoleh oleh auditor sebagai dasar yang memadai

untuk penyajian laporan audit 120

Tabel 4.66 Hasil Kuesioner tentang Pekerjaan audit harus

direncanakan dengan sebaik-baiknya 121 Tabel 4.67 Hasil Kuesioner tentang

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian 137

Lampiran 2 Normal P-plot or Regresion 141

Lampiran 3 One Sample Kolmogorov- smirnov test 142

Lampiran 4 Uji Multikolinieritas 143

Lampiran 5 Uji Heterokedastisitas 144

Lampiran 6 Uji T Parsial 145

Lampiran 7 Uji F simultan 146

(20)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan salah satu media penting dalam mengkomunikasikan fakta mengenai perusahaan go public atau perusahaan waralaba dan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan suatu perusahaan. Informasi keuangan merupakan salah satu informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomis. Pada perusahaan besar, khususnya perusahaan go public dan waralaba , terdapat pemisahan antara pemilik dengan manajemen. Mengingat banyaknya pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, terlihat adanya kepentingan berbeda antara manajemen dengan pihak pemakai laporan keuangan. Manajemen berkepentingan untuk melaporkan pengelolaan bisnis perusahaan yang dipercayakan kepadanya. Manajemen perusahaan berusaha menghindari opini wajar dengan pengecualian, karena bisa mempengaruhi harga pasar saham perusahaan dan kompensasi yang diperoleh manajer (Chow dan Rice 1982:327).

(21)

disajikan dalam laporan keuangan, perlu pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik (auditor) independen. Untuk memastikan kesesuaian laporan keuangan yang disusun oleh manajemen dengan standar akuntansi yang ada, maka laporan keuangan perlu diaudit. Agar informasi dapat dipercaya bagi manajemen dan pemiliknya karena semakin kompleks transaksi yang terjadi di perusahaan, maka aturan standar akuntansi yang harus diikuti untuk membuat laporan keuangan juga semakin kompleks.. Dalam perusahaan publik dan waralaba, pemilik (public) tidak bisa secara langsung melakukan verifikasi terhadap kualitas informasi dalam laporan keuangan, untuk itu diperlukan auditor melakukan verifikasi terhadap informasi keuangan yang disajikan oleh manajemen.

(22)

seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya. (Sri Trisnaningsih 2007:2) Akuntan publik merupakan suatu profesi kompleks. Kepercayaan masyarakat perlu dipulihkan dan hal itu sepenuhnya tergantung pada praktek profesional yang dijalankan para akuntan. Profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi yaitu: keahlian, pengetahuan, dan karakter (Purnamasari 2006:2)

(23)

terhadap kebutuhan klien, (4) Pemeriksaan sesuai dengan standar umum audit, (5) Komitmen kuat terhadap kualitas audit, (6) Keterlibatan pimpinan audit terhadap pemeriksaan dan (7) Melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat. Sedangkan 5 atribut lainnya yaitu independensi, sikap hati-hati, standar etika yang tinggi dan tidak mudah percaya, tidak berpengaruh terhadap kepuasan klien. Di sisi lain pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan maka auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan yang telah mereka dapatkan dari klien dan pihak ketiga (stakeholders). Sikap akuntan yang demikian ini sering disebut sebagai sikap independensi.

Beberapa peneliti telah melakukan analisis mengenai independensi penampilan akuntan publik, (Oni Zamroni, 2006) melakukan penelitian terhadap penerapan sikap independensi akuntan publik dari sudut pandang mahasiswa akuntansi pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa jurusan akuntansi pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan mahasiswa jurusan akuntansi pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terhadap faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik.

(24)

(5) besar kantor akuntan; dan (6) besarnya audit fee. Responden yang dipilih meliputi direktur keuangan perusahaan yang telah go public, partner kantor akuntan publik (KAP), pejabat kredit bank dan lembaga keuangan non bank, dan Bapepam.

(Liliek, 2007) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh kompetensi dan independensi yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Responden yang dipilih hanya dilakukan pada kantor akuntan publik (KAP) yang ada di Jawa Timur sehingga hasil penelitian hanya mencerminkan mengenai kondisi auditor di Jawa Timur. Dan peneliti tidak membedakan auditor sebagai responden berdasarkan posisi mereka di kantor akuntan publik (KAP) (yunior, senior dan supervisor) sehingga tidak diketahui secara pasti tingkat kompetensi, independensi dan etika yang dimiliki.

(Susiana, .2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh independensi, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Responden yang dipilih adalah perusahaan publik yang terdaftar selama periode 1 Januari 2000 sampai dengan 31 Desember 2003. Dan hasil yang diperoleh bahwa independensi yang diukur dengan audit fee tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

(25)

berdasarkan pula pada penelitian sebelumnya, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Manajer Perusahaan Waralaba terhadap Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik (Studi Kasus pada Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura)“.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis merumuskan masalah bagaimanakah persepsi manajemen perusahaan waralaba terhadap faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis persepsi manajemen perusahaan waralaba terhadap faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi penulis:

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan bagi penulis serta mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan public pada perusahaan waralaba, serta mengimplementasikan ilmu yang diperoleh pada perkuliahan.

(26)

Informasi yang diberikan oleh penulis dapat digunakan sebagai motivasi bagi para akuntan untuk dapat lebih independen dalam menjalankan profesinya, serta membangkitkan naluri profesionalnya dalam memberikan jasa-jasa audit bagi masyarakat luas.

c. Bagi mahasiswa dan pembaca

Mendapatkan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik, serta menambah pemahaman terhadap permasalahan independensi.

d. Bagi akademis:

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Persepsi

Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang alami bagi setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungan baik melalui penglihatan, pendengaran, penerimaan, dan penghayatan perasaan (Kartono, 1990) dalam (Zamroni, 2006:11). Menurut (Zarkasi, 1986) dalam (Zamroni, 2006:11), persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Kata persepsi berasal dari “perception” yang berarti penglihatan, tanggapan, daya memahami, atau menanggapi sesuatu (Echol dan Sadily 2004:424) dalam (Zamroni, 2006:11). Dalam kamus bahasa Indonesia, persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang dalam mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya (Depdiknas, 2003:863).

Menurut Bimo Walgito (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:

(28)

Jika sistem fisiologis terganggu maka akan berpengaruh dalam persepsi seseorang, sedangkan segi psikologis mencakup pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir, dan sebagainya.

c. Lingkungan

Situasi yang melatarbelakangi stimulus juga mempengaruhi persepsi.

Bila pada akhirnya menjadi masalah penting yang mungkin

diharapkan dapat “dibentuk” oleh obyek yang dipersepsikan. Bila dalam

kenyataannya ditemukan suatu persepsi negatif dan positif terhadap obyek yang dipersepsikan, maka jika persepsi tersebut negatif dapat diambil kesimpulan bahwa obyek yang dipersepsikan memberi stimulus kondisi yang menyimpang dari yang seharusnya dipenuhi oleh obyek persepsi tersebut. Begitu pula sebaliknya dengan persepsi positif (Abdullah dan Selamat, 2002) dalam (Zamroni, 2006:13).

2. Manajemen Perusahaan Waralaba

(29)

pewaralaba lain yang lebih sukses, John S Pemberton, pendiri Coca Cola. Namun, menurut sumber lain, yang mengikuti Singer adalah industri otomotif AS, General Motors Industry ditahun 1898. Contoh lain di AS ialah sebuah sistem telegraf, yang telah dioperasikan oleh berbagai perusahaan jalan kereta api, tetapi dikendalikan oleh Western Union serta persetujuan eksklusif antar pabrikan mobil dengan dealer. Di Kerajaan Inggris (UK) berkembangnya waralaba dirintis oleh J Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada dekade 60-an.

(30)

Church, dan lain-lainnya. Jaringan bisnis ini berkembang sangat pesat dalam waktu yang singkat, bahkan menurut data di Deperindag RI hingga tahun l997 (sebelum terjadinya Krisis Moneter) telah terdaftar lebih dari 250 perusahaan sebagai penerima waralaba (franchisee) dari suatu waralaba asing, dan tersebar di beberapa bidang usaha, antara lain:

a. rumah makan/restoran b. jasa pemasaran

c. hotel

d. toko buku dan toko cindera mata e. minimarket

f. persewaan kendaraan

g. pusat kebugaran dan perawatan tubuh h. penata rambut, salon kecantikan, dll.

Di sisi lain, perusahaan lokal yang telah mengembangkan usahanya dengan mempergunakan format bisnis waralaba jumlahnya tidaklah sebanyak waralaba asing banyak atau hanya sekitar 10 persen dari jumlah waralaba asing yang ada di Indonesia. Perusahaan lokal tersebut antara lain; McDonald’s, Es Teller 77, CFC, ILP, LIA, Lutuye Salon, Rudy Hadisuwarno, Indomaret dan lain-lainnya.

Menurut Campbell Black, yang dimuat dalam Black's Law Dict: Franchise is a license from owner of a trademark or tradename permitting another to sell a product or service under the name or the

(31)

Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan Waralaba ialah:

“Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.”

Selain pengertian waralaba, perlu dijelaskan pula apa yang dimaksud dengan franchisor dan franchisee.

a. Franchisor atau pemberi waralaba, adalah badan usaha atau

perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya.

b. Franchisee atau penerima waralaba, adalah badan usaha atau

perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba.

(32)

pembayaran. Dalam perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang kemudian dikenal menjadi waralaba sebagai format bisnis (business format) atau sering pula disebut sebagai waralaba generasi kedua. Perkembangan sistem waralaba yang demikian pesat terutama di negara asalnya, AS, menyebabkan waralaba digemari sebagai suatu sistem bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha ritel yang ada di AS. Sedangkan di Inggris, berkembangnya waralaba dirintis oleh J Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an. Bisnis waralaba tidak mengenal diskriminasi. Pemilik waralaba (franchisor) dalam menyeleksi calon mitra usahanya berpedoman pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA. Waralaba dapat dibagi menjadi dua:

a. Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.

b. Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba. Biaya waralaba meliputi:

(33)

untuk membuat tempat usaha sesuai dengan spesifikasi franchisor

dan ongkos penggunaan HAKI.

2) Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba operasional. Besarnya ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen dari penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak adalah 10 persen. Lebih dari 10 persen biasanya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan.

3. Akuntan Publik

Profesi akuntan publik di Indonesia perkembangannya mengacu pada teori dan praktek profesi akuntan publik yang ada di Amerika Serikat, karena pada saat itu profesi akuntan publik sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat di Amerika (Zamroni, 2006:15).

Dasar pemikiran yang melandasi penyusunan norma dan etika profesi akuntan adalah adanya kebutuhan profesi mengenai kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa yang akan diserahkan oleh profesi, terlepas dari anggota profesi yang menyerahkan jasa. Independensi merupakan faktor utama yang harus dijaga oleh seorang akuntan publik. Respon profesi akuntan terhadap tuntutan tersebut diwujudkan dalam dua keputusan penting yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada pertengahan tahun 1994, yang berisi:

(34)

b. Perubahan nama Standar yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)

Nama komite yang mencerminkan kesan ad hoc diubah menjadi dewan yang lebih mencerminkan sifat permanen. Perubahan dimaksudkan agar profesi akuntan publik secara berkelanjutan mampu memantau perubahan kebutuhan masyarakat pemakai jasa dan meresponnya dengan capat melalui organisasi permanen. Perubahan nama dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik dimaksudkan untuk menunjukkan peningkatan signifikan mutu jasa audit dan perluasan spektrum jasa di luar audit atas laporan keuangan historis yang dapat disediakan oleh profesi akuntan publik kepada masyarakat.

Perumusan SPAP yang dilakukan oleh Dewan SPAP merupakan adopsi dari AICPA Professional Standards as of June 1993 yang diterbitkan oleh AICPA, serta International Standards on Auditing yang dikeluarkan oleh The International Federation of Accountants (IFAC). Ada empat macam standar yang diterbitkan oleh Dewan SPAP sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik, antara lain standar auditing, standar atestasi, dan standar jasa akuntansi dan review (IAI, 2004).

(35)

diatur mengenai standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntansi

dan review, sistem pengendalian manajemen, dan aturan etika

kompartemen akuntan publik. Standar tersebut berlaku sampai saat ini. Saat ini Departemen Keuangan Republik Indonesia (DepKeu RI) telah merumuskan Rancangan Undang-undang mengenai akuntan publik (RUU Akuntan Publik) melalui panitia antar Departemen Penyusunan RUU Akuntan Publik (AP). Pengaturan melalui RUU AP lebih untuk memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi perlindungan kepentingan masyarakat serta memberikan landasan hukum bagi profesi akuntan publik dalam melaksanakan hak dan kewajibannya. Selain itu, akuntan publik merupakan salah satu profesi kunci yang berperan dalam mendorong penerapan good corporate governance (IAI Online, 2006) 4. Independensi Akuntan Publik

a. Definisi Independensi

(36)

kemampuan akuntan publik untuk mempunyai sikap adil dalam segala hal yang berkaitan dengan tugas profesionalnya (Kell et al, 1989).

(Mulyadi, 1992) mengatakan bahwa independensi berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Akuntan publik yang independen adalah akuntan yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan.

(Arens Loebbeck, 1999) dalam (Supriono, 1998) memberikan pengertian mengenai independensi sebagai berikut, independensi sebagai suatu pemeriksaan yang tidak biasa dalam melakukan tes-tes pemeriksaan, penilaian hasil-hasil dan mengeluarkan laporan pemeriksaan. Menurut (Eric, 1975) dalam (Nadirsyah, 1993), independensi adalah suatu hubungan antara akuntan dan kliennya yang mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga temuan dan laporan yang diberikan auditor hanya dipengaruhi oleh bukti-bukti yang ditemukan dan dikumpulkan sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip profesionalnya.

(37)

independensi harus diartikan sebagai babas dari bujukan, pengaruh, atau pengendalian dari klien yang diperiksa. Dengan kata lain, jika akuntan publik mengikuti kehendak klien maka pendapat yang dia berikan tidak mempunyai arti. Saat ini konsep independensi semakin sangat penting dan semakin diperketat. Independensi dalam tindakan dan sikap mental harus dipelihara oleh akuntan publik sepanjang masa. Akhirnya, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001:220) melalui Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 220 mendefinisikan independensi sebagai berikut:

“… Independen, artinya tidak mudah dipengaruhi,… tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun,… mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakan kepercayaan (paling tidak sebagian)

atas laporan auditor independen,…”

b. Pentingnya Independensi

Zamroni (2006), Terjadinya kasus kegagalan audit berskala besar di Amerika Serikat belakangan ini, seperti kasus Enron, telah menimbulkan kembali skeptisisme masyarakat mengenai ketidakmampuan profesi akuntansi dalam menjaga independensi. Sorotan tajam diarahkan pada prilaku auditor dalam berhadapan dengan klien yang dipresepsikan gagal menjalankan perannya sebhagai auditor independen.

(38)

(1952) dalam Zamroni (2006:20), menyatakan bahwa independensi adalah salah satu norma pemeriksaan akuntan yang penting, sebab pendapat akuntan independen diberikan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang pada dasarnya merupakan gambaran manajemen. Jika akuntan tidak independen terhadap manajemen kliennya, pendapat yang diberikan tidak mempunyai arti.

Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang dimiliki oleh setiap auditor. Auditor independen dari setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang diauditnya (Zamroni, 2006:21). Masyarakat menilai independensi akuntan publik biasanya tidak hanya secara perseorangan tetapi dari segi profesi akuntan publik secara keseluruhan. Jika masyarakat menilai seorang akuntan publik atau suatu kantor akuntan telah gagal mempertahankan independensinya maka, kemungkinan besar masyarakat manaruh kecurigaan terhadap independensi keseluruhan akuntan publik. Kecurigaan tersebut dapat berakibat hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik, khususnya dalam pemberian jasa pemeriksaan akuntan (Supriyono, 1988:20) dalam (Zamroni, 2006:21-22).

c. Aspek Independensi Akuntan Publik

(39)

Independensi berarti sikap mental independen auditor dalam menjalankan tugasnya. Independensi merupakan dasar dari profesi auditing. Hal ini berarti bahwa auditor akan bersikap netral terhadap entitas dan akan bersikap obyektif. Publik dapat mempercayai fungsi audit karena auditor bersikap tidak memihak serta mengakui adanya kewajiban untuk bersikap adil. Meskipun entitas adalah klien bagi akuntan publik, namun akuntan publik tetap memiliki tanggung jawab yang lebih besar kepada para pengguna laporan auditor yang jelas telah diketahui. Akuntan tidak boleh memposisikan diri atau pertimbangannya di bawah kelompok apapun dan siapapun. Independensi, integritas, dan objektivitas auditor mendorong pihak ketiga untuk menggunakan laporan keuangan yang tercakup dalam laporan auditor dengan rasa yakin dan percaya sepenuhnya. Menurut (Ratna, 2006) dalam (Abdul Halim, 2001 : 21) Independensi akuntan publik mempunyai tiga aspek:

1) Independensi dalam diri akuntan yang berupa kejujuran dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang dijumpai dalam pemeriksaannya. Aspek independensi ini disebut dengan istilah independensi dalam kenyataan atau independence in fact.

(40)

3) Independensi dipandang dari sudut keahliannya. Seseorang dapat mempertimbangkan fakta dengan baik apabila ia mempunyai keahlian mengenai pemeriksaan fakta tersebut.

d. Penggolongan Independensi Akuntan Publik

Selain dapat digolongkan ke dalam dua aspek independensi, yaitu independensi sikap mental dan independensi penampilan. Sebagaimana telah diuraikan di atas, independensi akuntan publik dapat digolongkan dengan cara lain. Independensi akuntan publik dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1) Independensi Praktisi (Practitioner Independence)

Independensi praktisi adalah independensi nyata dari praktisi secara individual di dalam melaksanakan pekerjaannya, dengan kemampuan praktisi secara individual untuk mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam perencanaan program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan.

2) Independensi Profesi (Profession Independence)

(41)

(Abdul Khalik, Snoebali dan Wirage, 1983), (Broen, 1983), (Joyce dan Biddle, 1981), (Knechel dan Messier, 1990), (Messier dan Schelder, 1988) dalam (Zamroni, 2006), menunjukkan bahwa profesi akuntan publik sangat sensitive terhadap permasalahan independensi.

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik

(Supriyono, 1998), melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi independensi penampilan auditor di Indonesia. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Ikatan Keuangan dan Hubungan Usaha Dengan Klien

Akuntan publik dapat kehilangan independensinya apabila mereka mempunyai kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien yang diauditnya. Beberapa jenis ikatan keuangan dan hubungan usaha tersebut diantaranya selama periode perjanjian kerja atau saat menyatakan opininya, akuntan publik atau kantornya memiliki kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang material di dalam perusahaan yang menjadi kliennya, sebagai trustee

(42)

Departemen Keuangan Republik Indonesia (DEPKEU RI) melalui Panitia Antar Departemen Penyusunan RUU Akuntan Publik dalam Substansi Rancangan Undang-undang Akuntan Publik mengatur masalah ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien. Pada bagian independensi, dijelaskan bahwa akuntan publik dan kantor akuntan publik tidak independen bila mempunyai kepentingan keuangan baik langsung maupun tidak langsung yang materian pada klien audit. Dinyatakan mempunyai kepentingan bila: (DEPKEU RI, 2006)

1) Akuntan publik (AP) atau kantor akuntan publik (KAP) atau Pihak Terasosiasi mempunyai saham lebih besar dari 5% atau memegang kendali pada klien.

2) Mayoritas pendapatan kantor akuntan publik (KAP) dari jasa non-audit selain jasa non-non-audit tertentu dalam satu tahun buku sebelum dimulainya pekerjaan audit berasal dari klien dan atau entitas sepengendali klien yang akan diaudit.

b. Persaingan Antar Kantor Akuntan Publik (KAP)

(43)

KAP-KAP ini mencari obyekan di luar pasar modal. Hal ini menggambarkan betapa ketatnya persaingan di sana. Apalagi ditambah 60% lebih pangsa pasarnya hanya dikuasai satu kantor akuntan publik (KAP) saja.

Semakin banyak anggota profesi akuntan publik mengakibatkan persaingan antara kantor akuntan yang satu dengan kantor akuntan lainnya semakin tajam. Persaingan tersebut mengakibatkan pula pergeseran-pergeseran nilai pada organisasi kantor akuntan publik, antara lain:

1) Banyaknya pendirian kantor akuntan publik (KAP) berskala kecil. 2) Munculnya penggabungan kantor akuntan public (KAP) yang satu

dengan yang lain. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing suatu kantor akuntan.

3) Timbulnya kantor akuntan publik (KAP) berskala nasional dan internasional.

4) Munculnya kantor akuntan public (KAP) nasional sebagai repesentatif kantor akuntan publik internasional.

(44)

hanya mempunyai pengaruh yang relatif kecil terhadap penampilan independensi akuntan publik. Hal ini disebabkan karena kantor akuntan public (KAP) dalam melaksanakan pemeriksaan menggunakan dasar prinsip akuntansi dan standar pemeriksaan akuntan yang sama. Kantor akuntan publik (KAP) besar biasanya mempunyai pengaruh yang besar dalam penyusunan prinsip akuntansi dan standar pemeriksaan tersebut.

c. Pemberian Jasa Lain Selain Jasa Audit

Jasa audit (audit services) adalah audit laporan keuangan yang meliputi upaya untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang mendasari laporan keuangan historis yang memuat asersi yang dibuat oleh manajemen entitas. Berdasarkan audit tersebut, auditor memberikan pernyataan pendapat positif (pasti) tentang apakah laporan tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan atau sebaliknya.

(45)

d. Lamanya Penugasan Audit

Menurut (Supriyono, 1988:5), lamanya penugasan audit seorang partner kantor akuntan publik (KAP) pada klien tertentu digolongkan menjadi dua. Pertama, lima tahun atau kurang; Kedua, lebih dari lima tahun. Dalam hal ini dapat dijelaskan secara rinci mengenai peraturan pembatasan penugasan kantor akuntan publik (KAP) dan AP adalah sebagai berikut:

“Kantor Akuntan Publik (KAP) hanya dapat memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien paling lama 5 (lima) tahun buku berturut-turut, sedangkan untuk Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Akuntan dapat memberikan jasa audit kembali untuk klien yang sama setelah 3 (tiga) tahun buku secara berturut-turut tidak mengaudit

klien tersebut.”

(46)

pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien, dan lebih tahan terhadap tekanan klien

e. Ukuran Suatu Kantor Akuntan Publik (KAP)

AICPA menggolongkan ukuran kantor akuntan publik (KAP) menjadi dua kategori. Pertama, kantor akuntan publik (KAP) besar. Kantor akuntan publik (KAP) besar adalah kantor akuntan publik (KAP) yang telah melaksanakan audit perusahaan go-publik. Kedua, kantor akuntan publik (KAP) kecil. Kantor akuntan publik kecil (KAP) adalah kantor yang belum melaksanakan audit pada perusahaan

go-publik. Kantor akuntan publik (KAP) yang lebih besar lebih

independen dibandingkan dengan kantor akuntan publik (KAP) yang lebih kecil karena kantor akuntan publik (KAP) besar tidak begitu bergantung pada salah satu kliennya saja sehingga hilangnya satu salah satu klien tidak begitu mempengaruhi pendapatannya. Selain itu, kantor akuntan publik (KAP) besar memikul biaya overhead kantor yang relatif besar jumlahnya sehingga dia berusaha untuk mempertahankan klien sebanyak-banyaknya agar dapat menutup beban

overhead kantor akuntan publik (KAP) tersebut, keadaan ini mungkin

juga mempunyai pengaruh yang negatif terhadap independensi kantor akuntan publik (KAP) besar. Dalam hubungannya ini, (Mautz dan Sharaf dalam Supriyono, 1988:58) dalam (Zamroni, 2006:48) memberikan komentar sebagai berikut:

(47)

pemeriksaan pada perusahaan raksasa … kemungkinan yang terjadi satu klien utama merupakan bagian penting praktek kantor akuntan publik (KAP) tersebut dan menyumbangkan bagian terpenting total

pendapatannya … jika klien penting sangat mendominasi praktek suatu

kantor public (KAP), memperthankan independensi dalam kenyatan merupakan masalah yang bener-bener sulit. Oleh karena itu, pengembangan kantor akuntan public (KAP) besar menjadi sesuatu yang wajar, diperlukan untuk mengikuti perkembangan klien, termasuk klien yang diperoleh dari badan usaha milik negara yang

besar sebagaimana dalam bisnis.”

f. Besarnya Audit Fee

Audit fee merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di dalam penerimaan penugasan. Auditor tentu bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai. Oleh karena itu, penentuan audit fee perlu disepakati antara klien dengan auditor (Abdul Halim, 2001:89).

Audit fee yang jumlahnya besar kemungkinan akan mengakibatkan berkurangnya independensi akuntan publik. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu :

1) Kantor akuntan publik (KAP) yang melakukan audit merasa tergantung pada klien sehingga cenderung segan untuk menentang kehendak klien dan kantor akuntan public (KAP) tersebut cenderung tidak independen.

(48)

3) Jika tidak memberikan opini yang sesuai dengan keinginan klien, kantor akuntan publik (KAP) merasa khawatir akan kehilangan kliennya mengingat pendapatan yang diterima relatif besar. Sebaliknya, jika auditor enggan kehilangan klien tersebut dengan alasan-alasan ekonomis, auditor tidak akan memberikan pendapat buruk mengenai kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Namun demikian jika pendapat yang diberikan salah, dikemudian hari dapat timbul biaya tuntutan hukum, atau rusaknya reputasi auditor. Auditor yang tidak takut reputasinya rusak akan cenderung memberikan pendapat qualified pada perusahaan yang bermasalah, sedangkan auditor yang takut kepentingan-kepentingannya terganggu (karirnya terhambat atau kehilangan klien potensial) akan cenderung memberikan opini qualified terhadap perusahaan yang bermasalah.

Akan tetapi, audit fee yang besar mungkin dapat mendorong kantor akuntan publik (KAP) lebih independen karena dengan audit fee

yang besar dapat tersedia dana untuk penelitian dan penerapan prosedur audit yang lebih luas dan seksama.

Audit fee yang lebih kecil kemungkinan dapat mengakibatkan suatu kantor akuntan public (KAP) lebih independen karena alasan-alasan sebagai berikut:

1) Kantor akuntan publik (KAP) tidak merasa terganggu pada klien tertentu

(49)

dengan prinsip akutansi yang berterima umum atau standar profesional

akuntan publik (SPAP).

2) Hilangnya klien yang audit fee-nya kecil tidak mengakibatkan turunnya pendapatan kantor akuntan public (KAP) dalam jumlah yang relatif besar. Akan tetapi, audit fee yang kecil kemungkinan dapat pula mendorong akuntan publik kurang independen karena waktu dan biaya audit yang terbatas.

B. Penelitian Sebelumnya

(Mayangsari, 2000), melakukan penelitian tentang pengaruh keahlian audit dan independensi terhadap audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapat auditor yang ahli dan independen adalah berbeda dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakter atau tidak sama sekali memiliki karakter tersebut. Selain itu, auditor yang independen memberikan pendapat yang berbeda dengan auditor yang tidak independen.

Penelitian (Burton dan Robert, 1967) dalam (Nardiyah, 1993), mengacu adanya pro dan kontra terhadap lamanya hubungan audit antara perusahaan dan auditnya yang dapat menimbulkan ancaman terhadap independensi auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang menyebabkan perusahaan pindah KAP adalah adanya pergantian manajemen. Selain itu, perusahaan cenderung untuk berpindah dari KAP kecil ke KAP besar.

(50)

keuangan yang menyatakan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.

(51)

Variabel Independen (X):

3. Pemberian jasa lain selain jasa audit

4. Lamanya penugasan audit 5. Ukuran suatu kantor akuntan 6. Besarnya audit fee

Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tujuan penelitian mengenai Persepsi Manajer Waralaba terhadap Faktor yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik (Studi Kasus pada Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura)“ , maka dibuat kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1.

Proses penelitian secara keseluruhan

Uji Validitas Uji Reliabilitas

(52)

D. Hipotesis

Dengan melihat faktor – faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, maka dalam penelitian ini, penulis ingin melakukan pengujian hipotesis dan menyusun 5 hipotesa itu adalah sebagai berikut

Ha1 : Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi akuntan publik.

Ha2 : Persaingan antar kantor akuntan publik (KAP) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap independensi akuntan publik Ha3 : Pemberian jasa lain selain jasa audit mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap independensi akuntan publik.

Ha4 : Lamanya penugasan audit oleh kantor akuntan publik (KAP)

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi akuntan publik.

Ha5 : Ukuran kantor akuntan publik (KAP) mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap independensi akuntan publik.

Ha6 : Audit fee mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah restaurant McDonald’s yang

berada di Jakarta dan Singapura. Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel terikat pada penelitian ini adalah independensi akuntan publik, sedangkan variabel bebas terdiri dari:

1. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien 2. Persaingan antar kantor akuntan publik (KAP)

3. Pemberian jasa lain selain jasa audit 4. Lamanya penugasan audit

5. Ukuran kantor akuntan publik (KAP) 6. Besarnya audit fee

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi, yaitu suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian agar dapat dipelajari persepsi manajer waralaba terhadap independensi Akuntan publik.

(54)

sampling sebagai penentuan sampelnya, yaitu metode yang digunakan oleh peneliti yang mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel secara tidak acak, dengan kata lain, sampel yang diambil sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan, dimana, dan kapan saja ditemui dijadikan elemen-elemen sampel penelitian. (Hamid, 2004:22).

Populasi dalam penelitian ini adalah manajer yang bekerja pada

restaurant McDonald’s di Jakarta. Penentuan populasi dilaksanakan dengan

metode judgement sampling atau purposive sampling sebagai penentuan sampelnya, yaitu metode yang digunakan oleh peneliti yang mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel secara tidak acak, dengan kata lain, sampel yang diambil sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan, dimana, dan kapan saja ditemui dijadikan elemen-elemen sampel penelitian. (Hamid, 2004:22).

C. Metode Pengumpulan Data

(55)

1. Data primer

a. Pengamatan (Observasi)

Observasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan penelitian mengingat tidak semua penelitian menggunakan alat pengumpul data demikian. Observasi sebagai alat pengumpul data dapat dilakukan secara spontan dapat pula dengan daftar isian yang telah disiapkan sebelumnya (P. Joko Subagyo (1999:62–63). Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan (Ronny Hanitijo Soemitro 1985:62).

b. Angket (Kuesioner)

P. Joko Subagyo (1999:55), informan yang umumnya merupakan daftar pertanyaan lazimnya disebut kuesioner, dibuat dengan menyesuaikan responden ataupun dapat dibuat untuk umum dalam arti terbatas pula sesuai dengan pengambilan sampel. Kuesioner diajukan pada responden dalam bentuk tertulis disampaikan secara langsung ke alamat responden, kantor atau tempat lain.

(56)

2. Data sekunder

a. Library Research.

Untuk memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan, maka penulis mengadakan penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan artikel ilmiah, buku dan sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Internet Research

Untuk memperoleh data dan jurnal sebagai landasan penelitian, maka di dilakukan research melalui website www.google.co.id.

D. Metode Analisis

Metode analisis yang akan digunakan kali ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Tujuannya adalah agar terdapat beberapa gambaran (deskriptif), ataupun bayangan secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang akan diteliti dan diselidiki (Sugiyono, 2006:112).

(57)

Tabel 3.1 Skala Linkert

Skala Linkert Bobot Sangat Tidak Setuju 1

Tidak Setuju 2

Ragu-ragu 3

Setuju 4

Sangat Setuju 5

Sumber: Freddy Rangkuti (2003)

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

(58)

a. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid 2) Bila r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid

(59)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Untuk menguji reliabilitas konstruk dalam penelitian ini akan digunakan teknik uji Cronbach’s

Alpha. Cronbach alpha adalah patokan untuk menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat dengan semua skala variabel yang ada. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Dimana:

r = Reliabilitas

k = Banyaknya pertanyaan

b = Varians butir t = Varians total

Suatu instrumen dapat dikatakan andal (reliable) bila memiliki koefisien diatas 0.6 (Yarnest, 2004:68) dalam Zamroni (2006:65). Nilai reliabilitas penelitian dibedakan atas masing-masing variabel. Untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya reliabilitas instrumen sebagai pedoman didasarkan pada ketentuan sebagai berikut:

(60)

Tabel 3.2.

Kategori Penilaian Tinggi Rendahnya Reliabilitas Instrumen Interval Coefisien Tingkat Reliabilitas

< 0,200 Sangat Rendah 0,200 – 0,399 Rendah

0,400 – 0,599 Cukup 0,600 – 0,799 Tinggi

0,800 – 1,00 Sangat Tinggi

Sumber : Yarnest, 2004:68

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS 12.0 for windows. Model regresi linier berganda penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + ei

Dimana:

Y : Independensi akuntan publik

X1 : Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien

X2 : Persaingan antar kantor akuntan publik

X3 : Pemberian jasa lain selain jasa audit

X4 : Lamanya penugasan audit

X5 : Ukuran kantor akuntan publik

X6 : Besarnya audit fee

a : Konstanta

(61)

ei : Faktor penggangu

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Dengan melihat asumsi-asumsi yang mendasari pemilihan pengujian, maka dilakukan pengecekan data sehingga pemilihan pengujian yang dilakukan terjamin baik. Untuk itu, sebelum melakukan pengujian hipotesis dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Uji Kolmogorov-Smirnov juga merupakan ukuran ketepatan (goodness of fit) suatu distribusi frekuensi teoritis (frekuensi harapan). Nilai kolmogorov-Smirnov diberi simbol Dn yang dapat diperoleh dengan menggunakan formula: (Wijaya IR, 2003 : 13 dalam Fithroty 2005 : 31).

Dn = Maksimum (fe – f0)

Dn adalah deviasi absolut tertinggi, berupa selisih tertinggi antara frekuensi harapan (fe) dan frekuensi observasi (f0). Nilai Dn berguna,

terutama untuk membuat dugaan mengenai keeratan antara distribusi frekuensi observasi (Observed Frequency Distribution) dengan distribusi frekuensi yang diharapkan (Expected f0). Distribusi

probabilitas Dn tergantung dari banyaknya sampel yang digunakan dan tidak tergantung dari distribusi frekuensi harapan.

(62)

1. H0 = Data terdistribusi dengan normal

H1 = Data tidak terdistribusi dengan normal

2. Taraf nyata = 0.05

3. Wilayah kritik = Dn > D0.05

b. Uji Multikolinearitas

Istilah kolinearitas ganda (Multicolinearity) diciptakan oleh

Ranger Fish di dalam bukunya “Statistical Confluence Analysis by

Means of Complete Regression System” arti dari istilah tersebut adalah

adanya hubungan linear yang sempurna atau eksak (perfect or exact) diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi.

Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Multikolinearitas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linear dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika diantara peubah-peubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi multikolinearitas (Siti Hamidah, 2005:36).

(63)

c. Uji Heterokedatisitas

Gejala heterokedatisitas akan muncul apabila variabel pengganggu (ei) memiliki varian yang berbeda dari satu observasi ke

observasi yang lain. Dengan uji Spearman maka diperoleh sebagai berikut:

Dimana:

t0 = t hitung korelasi Spearman

rs = Korelasi Spearman (dicari dengan program SPSS versi 12.00)

n = Jumlah Sampel

E. Uji Statistik dan Hipotesis

1. Uji Statistik

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Langkah-langkah dalam pengelolaan data yang dikumpulkan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menggolongkan data yang diperoleh dengan tabel kontinjensi

(64)

3. Menentukan kriteria pengujian hipotesis (Sugiyono, 2004:21) dalam

Pengujian hipotesis yang digunakan pada regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

a. Uji T parsial

Untuk melihat pengaruh variabel bebas (Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan, besarnya audit fee) terhadap variabel terikat (Independensi akuntan publik) secara parsial digunakan uji t. bila thitung > ttabel dengan nilai signifikan antara variable

(65)

r = Koefisien regresi n = Jumlah Sampel

Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan pada hipotesis secara parsial, yaitu dalam merumuskan hipotesis nol (H0) kita juga harus

menyertai dengan hipotesis alternatif (Ha) seperti yang terlihat dibawah

ini:

Ho : bi = 0 Secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan

dari variabel, yaitu Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan, dan besarnya audit fee terhadap independensi akuntan publik.

Ha : bi≠ 0 Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari

(66)

) pengaruh variabel bebas (Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan, besarnya audit fee) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Independensi akuntan publik). Rumus uji F adalah:

Dimana:

R2 : Koefisien Determinasi k : Jumlah variable independen n : Jumlah Sampel

c. Uji Koefisien Determinasi

(67)

(Independensi akuntan publik) yang dilihat melalui adjusted R square

karena variabel independennya lebih dari dua.

F. Operasional Variabel Penelitian

Agar variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dimengerti dengan jelas, serta untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsir pengertian disini, maka perlu pembatasan pengertian dari variabel dalam penelitian ini, yaitu:

4. Mayoritas pendapatan KAP berasal dari klien 5. Auditor menyewa

(68)

6. Jika salah satu isri Auditor menjadi salah satu pemegang saham berskala nasional dan internasional.

12. Berdirinya KAP berskala kecil

13. Adanya persaingan fee

antar KAP jauh dibawah tarif minimum 14. Kekhawatiran auditor

(69)

16. Jasa konsultasi yang disajikan dalam laporan pemeriksaan kurang bermanfaat 25. Penugasan audit yang

lama yang bersifat kekeluargaan

(70)
(71)

37. Audit Fee sebagian

40. Waktu dan Biaya Audit

yang terbatas

dikarenakan audit yang kecil kebebasan dalam sikap mental

44. Bebas dari prasangka yang meragukan independensi

45. Bukti pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor

46. Pengkajian dan penilaian yang layak 47. Auditor tidak mudah

(72)

48. Auditor tidak

dalam melakukan tugas auditnya diperoleh oleh auditor sebagai dasar yang

memadai untuk

penyajian laporan audit 55. Pekerjaan audit harus

(73)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perusahaan Waralaba McDonald’s

McDonald's Corporation NYSE: MCD (terkenal dengan sebutan McD, dibaca Mek-di) adalah rangkaian rumah makan siap saji terbesar di dunia. Hidangan utama di restoran-restoran McDonald's Indonesia adalah

hamburger, yakni Beef Burger, Spicy Burger, Fillet-O-Fish, Cheese

Burger, Double Cheese Burger, Bigmac Burger, McChiken Burger.

Namun, mereka juga menyajikan minuman ringan, kentang goreng,

sundae strawbery, ice cone, McFlury Choco dan hidangan-hidangan lokal yang disesuaikan dengan tempat restoran itu berada. Restoran McDonald's pertama didirikan pada tahun 1940 oleh dua bersaudara Dick dan Mac McDonald, namun kemudian dibeli oleh Ray Kroc dan diperluas ke seluruh dunia.

(74)

Restoran McDonald’s pertama di Singapura terletak di St. King

Albert sedangkan Restoran McDonald's pertama di Indonesia terletak di Sarinah, Jakarta dan dibuka pada 23 Februari 1991. Berbeda dari kebanyakan restoran McDonald's di luar negeri yang menjual Apple Pie dan macam-macam Breakfast , McDonald's juga menjual ayam goreng dan nasi di restoran-restorannya di Indonesia.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Manajer yang bekerja di

perusahaan Waralaba ( McDonald’s) yang berada di wilayah DKI Jakarta

dan wilayah Singapura. Manajer yang dilibatkan meliputi Store Manajer , 1st Manajer, dan 2nd Manajer dari berbagai usia, jenis kelamin, lamanya bekerja dan latar belakang pendidikan.

Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung melalui perantara kepada responden. Penyebaran dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2007 s/d 11 Maret 2008

(75)

Tabel 4.1

Data Distribusi Sampel Penelitian

No Nama Outlet McDonald's Kuesioner dikirim

Sumber : Data Primer yang diolah

Gambar

Gambar 2.1.
Tabel 3.1 Skala Linkert
Tabel 3.2.
Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meyerhoff (2006) states that code mixing “generally refers to the alternation between varieties, or codes within a clause or phrase.” Code mixing occurs when speaker use

Dalam pembangunan prasarana bidang cipta karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar

Yield curve model Nelson-Siegel dan McCulloch menggunakan data hasil saringan untuk tanggal pelaporan 6 April

Objek penelitian ini adalah materi kemampuan menyimak (buku teks yang dibacakan guru), sumber data yang diperoleh, yaitu media film animasi dalam meningkatkan

Kehadiran mineral zirkon dasar laut di lokasi penelitian dengan memperhatikan LQWHQVLWDV SHQDPSDNDQ SHQ\HEDUDQ EHQWXN NULVWDO GDQ DVRVLDVL NHKDGLUDQ PLQHUDO ODLQ PHQXQMXNNDQ

Selanjutnya kita berbicara mengenai korban penyalahguna narkotika menurut penjelasan Pasal 54 UU Narkotika ialah orang yang ” tidak sengaja menggunakan Narkotika karena

[r]

Untuk kegiatan yang mengutamakan dampak sosial, hukum dan budaya (non ekonomi), dapat mengungkapkan permasalahan dalam dua aspek utama yang saling terkait atau bersinergi